PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DAN KREATIVITAS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA SDN NO. 105292 BANDAR KLIPPA KABUPATEN DELI SERDANG Oleh: Rinci Simbolon Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan Email:
[email protected] Abstract: Influence of Guided inquiry Learning Method and Creativity for Science Learning outcomes of Students Elementary School No. 105292 Bandar Klippa regency Deliserdang. This research aims to determine: (1) the influence of the guided inquiry learning and expository method for science learning outcomes of students; (2) the influence of creativity for science learning outcomes of students; and (3) the interaction between the learning method and creativity for science learning outcomes of students. This research was conducted for students Elementary School No 105292 in 2014/2015 academic year. The sampling technique used by random sampling, so that this study sample in each study group consist of 27 people for the experimental and 26 control group. The research method which is used a quasi experiment with 2 x 2 factorial. Analysis technique which is used is the variance analysis of two lanes with a significant level α = 0.05 by F test, Barlett test, Future test use Scheffe test. The findings show: (1) there is a significant of the learning method for science learning outcomes of students in SDN No 105292 of Bandar Klippa ( F count> F table = 4.39> 4.04); (2) there are significant of creativity for science learning outcomes of students in SDN No 105292 of Bandar Klippa (Fcount> F table = 32.93> 4.04); (3) there is a significant interaction between teaching method and creativity for science learning outcomes of students in SDN No 105292 Bandar Klippa, A1B1 = 91.43 and A1B2 = 78.54 while A2B1 = 84.07 and A2B2 = 79.75. 2x2 factorial ANAVA calculation results obtained on calculations Fh = 8.60 and Ft = 4.04 confidence level α = 0.05 so it can be expressed Fh (8.60)> Ft (4.04), the hypothesis has been verified by this research. Abstrak: Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa SDN No 105292 Bandar Klippa Kabupaten Deliserdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Pengaruh metode pembelajaran Penemuan Terbimbing dan metode terhadap hasil belajar IPA; (2) Pengaruh Kreativitas terhadap Ekspositori hasil belajar IPA; dan (3) Interaksi metode pembelajaran dan kreativitas terhadap hasil belajar IPA. Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas IV SDN No 105292 Bandar Klippa tahun ajaran 2014/2015.Teknik pengambilan sampel digunakan dengan cara random sampling sehingga sampel penelitian ini pada kelompok pembelajaran masing-masing terdiri dari 27 untuk eksperimen dan 26 orang untuk kelompok kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan faktorial 2 x 2. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varians dua jalur dengan taraf signifikansi α = 0,05 dengan Uji F, uji Barlett, pengujian lanjut menggunakan Uji Scheffe. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat pengaruh signifikan metode pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa SDN No 105292 Bandar Klippa (Fhitung> 236
Ftabel = 4,39>4,04); (2) terdapat pengaruh signifikan Kreativitas terhadap hasil belajar IPA siswa SDN No 105292 Bandar Klippa (Fhitung> Ftabel = 32,93>4,0); (3) terdapat interaksi signifikan antara metode pembelajaran dengan kreativitas terhadap hasil belajar IPA siswa SDN No 105292 Bandar Klippa, A1B1 = 91,43 dan A1B2 = 78,54 sedangkan A2B1 = 84,07 dan A2B2 = 79,75. Hasil perhitungan Anava faktorial 2x2 diperoleh hasil perhitungan Fh = 8,60 dan harga tabel Ft = 4,04 pada taraf kepercayaan α = 0,05 sehingga dapat dinyatakan Fh(8,60) > Ft(4,04), maka hipotesis telah teruji kebenarannya melalui penelitian ini. Kata Kunci : metode penemuan terbimbing, kreativitas, dan hasil belajar IPA
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu bentuk dari perubahan manusia. Dalam Dictionary of Psychology dalam Sagala (2005:3) menyatakan bahwa pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan seprti sekolah dan madrasah yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Salah satu wadah dalam menerima pendidikan melalui sekolah di mana terlaksana serangkaian kegiatan terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajarmengajar di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif menuju kedewasaan, sejauh berbagai perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Pemerintah telah melakukan pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan khusus di SD/MI, antara lain melalui perbaikan kurikulum, peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi guru, pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam melakukan perbaikan pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) serta penyempurnaan kurikulum yaitu dengan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sebagian sekolah, namun hingga kini belum tampak adanya perubahan yang signifikan dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif di kelas.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Pendidikan IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana sebagai peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman secara angsung oleh peserta didik untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar, yang pada akhirnya mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Kenyataan menunjukkan melalui hasil observasi langsung yang dilakukan penulis di SDN 105292 Bandar Klippa, bahwa pembelajaran IPA masih cenderung mendengarkan dan mengerjakan soal-soal latihan yang ada di buku, guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik hanya penonton saja, dan melaksanakan aktivitas jika ada perintah atau pun masukan dari guru. Slameto (2003:1) mengungkapkan bahwa guru yang menggunakan metode ceramah saja mengakibatkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Adanya pendapat tersebut akan berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa dan secara tidak langsung akan mempengaruhi keberhasilan pelajaran IPA. Terlebih lagi pada materi yang bersifat abstrak yang akan lebih mudah jika
237
dilakukan Eksperimen, seperti pada tema “Peduli terhadap makhluk Hidup”. Penyampaian materi ini tidak akan memperoleh hasil yang maksimal jika proses belajar mengajar yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas. Temuan lain dari observasi langsung tersebut, bahwa nilai siswa kelas IV mata pelajaran IPA selama 5 tahun terakhir diperoleh nilai di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Adapun data rata-rata siswa selama 5 tahun terakhir terdapat pada tabel 1. berikut ini: Tabel 1. Nilai Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA Selama 5 Tahun Terakhir No Tahun Nilai Rata-rata 1 2008-2009 50,00 2 2009-2010 52,25 3 2010-2011 54,70 4 2011-2012 60,25 5 2012- 2013 64,0
Untuk mengatasi fenomena ini guru telah melakukan remedial tetapi hanya sekedar melakukan tes ulang tanpa didahului dengan perbaikan tindakan. Kenyataan ini menambah persoalan yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang berkualitas. Di samping kemampuan guru yang kurang mengelola kelas, faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah tingkat kreativitas yang merupakan faktor intern siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa kreativitas siswa di SDN 105292 masih rendah. Siswa yang kreatif, akan mampu berpikir secara logis dan kritis untuk mempelajari materi-materi IPA dengan baik. Siswa yang memiliki kreativitas yang tinggi akan berusaha untuk menumbuhkan rasa keingintahuan mereka,
salah satunya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada guru dengan menghubungkannya kepada kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk lebih mengembangkan kreativitas siswa terutama dalam menimbulkan cara berpikir kritis dan kreatif kepada siswa. Kreativitas belajar sangat penting bagi perkembangan siswa karena berpengaruh besar terhadap totalitas kepribadian seseorang. Agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan diperlukan suatu metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang tepat untuk melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah melalui metode pembelajaran penemuan terbimbing. Metode pembelajaran Penemuan Terbimbing melatih siswa dalam proses menginvestigasi dan menjelaskan suatu fenomena yang tidak biasa dengan bimbingan guru. Metode pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku Nanang dalam Nurpita (2013:12). Pembelajaran Penemuan Terbimbing mempersiapkan siswa untuk melaksanakan percobaan sendiri, mengajukan pertanyaan sendiri, menemukan jawaban sendiri dan menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan bimbingan guru yang akhirnya mampu meningkatkan kreativitas siswa dan menjadikan belajar lebih bermakna, sehingga materi pelajaran yang telah dipelajari siswa dapat diingat dalam jangka panjang. Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang dikenal
238
dengan belajar Penemuan. Bruner dalam Dahar (2006:80) menyatakan bahwa belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, member motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Selanjutnya Bruner dalam Hamid (2007:31) menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh pelajar dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna KAJIAN PUSTAKA Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan , sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan interaksi dengan lingkungannya. Sejalan dengan itu Gagne dalam Dahar (2006:2) mengatakan bahwa: “Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Perubahan-perubahan tersebut tidak disebabkan faktor kelelahan, kematangan atau pun mengkonsumsi obat tertentu. Menurut Winkel (2004:57) belajar ialah “suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Perolehan perubahan itu dapat berupa suatu hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Dari definisi di atas maka dapat dinyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman sendiri yang tidak tahu menjadi tahu yang sifatnya mengarah ke arah yang lebih baik sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dan hasil belajar itu sifatnya tetap atau kekal. Hasil Belajar IPA Menurut Arikunto (2001) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh dari dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata.. Menurut Sudjana (2007) menyatakan bahwa: “Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang timbul, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, perubahan sikap, kebiasaan dan keterampilan”. Proses pembelajaran yang tidak baik akan menghasilkan hasil belajar yang tidak baik dan sebaliknya, proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan hasil belajar yang baik. Kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar adalah indikator strategis dari keberhasilan pelaksanaan suatu sistem kurikulum, sebagai tolak ukur dari rendahnya kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar yang diperoleh. Bloom dalam Sudjana (2005:81) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yakni: (1) Ranah kognitif yaitu berkenaan dengan sikap hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi; (2) Ranah Afektif yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban tau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi; dan (3) Ranah Psikomotor yaitu berkenaan dengan hasil belajar keterampilan kemampuan bertindak. Menurut Wahyana dalam Trianto (2010:63) mengatakan bahwa “IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam”. Perkembangan tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan disiplin ilmu dan penerapannya
239
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Pendidikan IPA di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana sebagai peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran IPA harus menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung oleh peserta didik untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar yang pada akhirnya mereka menemukan sendiri konsep materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selain itu pembelajaran IPA diarahkan untuk memberi pengalaman langsung sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam untuk alam sekitar. Metode Penemuan Terbimbing Menurut Sund dalam Suryobroto (2002:193) dinyatakan bahwa metode penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Menurut Sanjaya (2009:24) Penemuan terbimbing adalah serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa metode Penemuan terbimbing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan. Menurut Dahar dalam Srini M. Iskandar (2001 : 71) pembelajaran inquiri di dalam kelas dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Setiap cara mempunyai lima
kerakteristik yaitu: (1) situasi yang menyediakan stimulus untuk inquiri; (2) masalah yang akan dicari pemecahannya; (3) perumusan masalah; (4) pencarian pemecahan masalah; dan (5) kesimpulan yang diperoleh sebagai hasil penyelidikan. Metode Penemuan Terbimbing juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Sanjaya (2007:17) Keunggulan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah: (1) Menekankan kepada pengembangan aspek kognitf, afktif, dan psikmotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui metode ini lebih bermakna; (2) Metode pembelajaran Penemuan Terbimbing dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka; (3) Penemuan Terbimbing merupakan metode yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar; dan (4) Metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat melayani siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Di samping keunggulan, metode pembelajaran Penemuan Terbimbing juga memiliki kelemahan diantaranya: (1) Jika Penemuan Terbimbing digunakan sebagai metode pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa; dan (2) Kadang-kadang implementasinya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan,Joyce & Weil (1992: 199). Metode Ekspositori Menurut Udin (1993: 243) metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi. Metode pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran dan bentuk berorientasi kepada guru. Dikatakan demikian, sebab dalam metode ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru meyampaikan
240
metode pembelajaran secara terstruktur dengan harapan metode ini dapat dikuasi siswa dengan baik Menurut Djamarah (2002:23) proses pembelajaran metode ekspositori dilaksanakan melalui tahap pendahuluan (guru menyebutkan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan), persiapan (guru mempersiapkan bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi), apersepsi (guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian siswa kepada materi pelajaran), presentasi (guru menyajikan dan menjelaskan materi pelajaran terkait dengan definisi, konsep, aturan, atau prinsip yang dikembangkan secara jelas), dan resitasi (guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab, atau siswa diminta menyatakan kembali materi yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri). Pertanyaan yang diajukan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami konsep yang dibicarakan. Tahap terakhir adalah pengembangan berupa penugasan. Kreativitas Kurniati (2005:14) menyatakan bahwa kreativitas sebagai suatu potensi dimiliki oleh setiap orang. Tiap orang mempunyai imaginasi dan keinginan untuk sesuatu menjadi yang lain. Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikembangkan Kreativitas bisa muncul karena adanya dorongan di dalam diri untuk bisa berkarya. Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikembangkan. Kreativitas adalah segala potensi yang terdapat dalam setiap diri individu yang meliputi ide-ide atau gagasan-gagasan yang dipadukan dan dikembangkan sehingga dapat menciptakan suatu produk yang baru dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Menurut Munandar (1999:12) biasanya anak yang kreatif memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki minat yang luas dan menyukai aktivitas yang kreatif. Anak dan remaja kreatif biasanya cukup mandiri, memiliki rasa percaya diri, dan
lebih berani mengambil resiko dengan perhitungan daripada anak-anak umumnya. Remaja kreatif adalah orang yang inovatif, berani untuk berbeda daripada orang lain, menonjol, membuat kejutan, atau menyimpang dari tradisi. Rasa percaya diri, keuletan, dan ketekunan membuat remaja kreatif tidak cepat putus asa dalam mencapi tujuan. Siswa berbakat kreatif biasanya mempunyai humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang. METODE Penelitian dilaksanakan di SDN No 105292 Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober sampai Desember 2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan Quasi eskperimen disain faktorial 2 x 2. Variabel terikat yakni hasil belajar IPA, variabel bebas aktif yakni metode pembelajaran penemuan terbimbing dan variabel bebas moderator yakni Kreativitas. Metode Penemuan Terbimbing Ekspositori Kreativitas (A1) (A2) Tinggi (B1) A1B1 A2B1 Rendah (B2 A2B2
A1B2
Teknik analisa data yang digunkan adalah teknik statistik inferensial dan deskriptif. Teknik statistik deskriptif dihunakan untuk mendeskripsikan data anatara lain: niai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi. Teknik statistik inferensial digunkan untuk menguji hipotesis penelitian, dimana teknik inferensial yang digunakan adalah teknik analisis varians dua jalur dengan taraf signifikan 0,05. Sebelum teknik ini digunakan perlu dilakukan uji persyaratan. Uji persyaratan yang dilakukan adalah uji normalitas menggunakan uji Liliefors
241
(Sudjana, 2002:466) dan uji homogenitas menggunkan uji F, dan uji Bartlett (Sudjana, 2002:261). Dalam Penelitian ini digunkan Uji Scheffe karena banyak data dalam setiap sel berbeda.Untuk keperluan pengujian hipotesis, dirumuskan hipotesis statistik penelitian sebagai berikut: Hipotesis Pertama Hipotesis Kedua Hipotesis Ketiga Ho : µ A1 = µ A2 Ho : µ B1 = µ B2 Ho : ρA>< ρB = 0 H a : µ A1 > µ A2 Ha : µ B1 >µ B2 Ha : ρA >< ρB ≠ 0 Keterangan: µA1 : Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing µA2 : Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori µB1 : Hasil belajar IPA dari ssiwa yang memiliki kreativitas tinggi µB2 : Hasil belajar IPA dari siswa yang memiliki kreativitas rendah HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Metode Pembelajaran terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik yang dirumuskan sebagai berikut: Ho: μA = μA Ha : μA > μA Kriteria pernyataan hipotesis adalah jika Fh > Ft diterima dan Ho ditolak jika Fh > Ft, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Hasil perhitungan analisis varians dua jalur dengan tentang perbedaan hasil belajar yang diajar metode pembelajaran penemuan terbimbing XA1 = 84,98 dan metode pembelajaran ekspositori XA2 = 81,91, didapat hasil perhitungan Fh sebesar 4,39 dan harga Ft untuk taraf signifikansi adalah 4.04 dengan derajat kebebasan dk(1,49) didapat Fh (4,39)> Ft(4,04). Dengan demikian temuan penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan metode pembelajaran terhadap hasil belajar IPA, Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf
kepercayaan α kebenarannya.
=
0,05
dan
teruji
Pengaruh Kreativitas Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Hasil belajar IPA siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah dilakukan dengan analisa varians (ANAVA). Pengujian dilakukan terhadap hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut: Ho : μA B = μA B Ha : μA B > μA B Kriteria pernyataan hipotesis adalah jika Fh > Ft diterima dan Ho ditolak jika Fh > Ft, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Hasil perhitungan analisis varians tentang perbedaan hasil belajar IPA siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, di dapat hasil perhitungan Fh sebesar 32,93dan harga Ft untuk taraf signifikansi adalah 4,04 dengan derajat kebebasan dk(1,49) didapat Fh (32,93) > Ft(4,04), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian temuan penelitian menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan kreativitas terhadap hasil belajar IPA siswa telah teruji kebenarannya, pada taraf kepercayaan α = 0,05. Interaksi Antara Metode Pembelajaran dengan Kreativitas Terhadap Hasil Belajar Pengujian dilakukan terhadap hipotesis statistik yang dirumuskan sebagai berikut : Ho : INT A >< B = 0 Ha : INT A >< B ≠ 0 Kriteria pernyataan hipotesis adalah jika Fh > Ft diterima dan Ho ditolak jika Fh > Ft, maka Ha ditolak dan Ho diterima Besarnya rata-rata hasil belajar IPA untuk setiap kelompok pembelajaran adalah sebagai berikut, untuk XA1B1 = 91,43 dan XA1B2 = 78,54 sedangkan XA2B1 = 84,07 dan XA2B2 = 79,75. Hasil perhitungan Anava faktorial 2x2 diperoleh hasil perhitungan Fh = 8,60 dan harga tabel Ft = 4,04 pada taraf kepercayaan α = 0,05 dengan dk = (1,49) adalah Ft(0,05)(1,49) = 4,04 sehingga dapat dinyatakan Fh(8,60) >
242
Ft(4,04), Dengan demikian temuan penelitian menyimpulkan, bahwa hipotesis peneitian Ha yang berbunyi : Terdapat interaksi antara metode Pembelajaran dan Kreativitas terhadap hasil belajar mata IPA siswa teruji kebenarannya, dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak pada taraf kepercayaan α = 0,05. No Hipotesis Statistik 1 Ho : µA1B1 = µA2B1 Ha : µA1B1>µA2B1 2 Ho : µA1B1 = µA1B2 Ha : µA1B1>µA1B2 3 Ho : µA1B1 = µA2B2 Ha : µA1B1>µA2B2 4 Ho : µA1B2 = µA2B1 Ha : µA1B2>µA2B1 5 Ho : µA1B2 = µA2B2 Ha : µA1B2>µA2B2 6 Ho : µA2B1 = µA2B2 Ha : µA2B1>µA2B2 Kriteria penerimaan jika Fhitung > Ftabel. Maka teruji secara signifikan. Berdasarkan hasil uji scheffe pada tabel di ats dapat dilihat bahwa terdapat 6 (enam) pasang hipotesis statistik, yakni: (1) ratarata hasil belajar IPA dari siswa SD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memiliki kreativitas tinggi menunjukkan hasil yang signifikan di dapat Fhitung sebesar 12,68, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung = 12,68> Ftabel = 2,80 yang berarti Ho ditolak dan hipotesis penelitian Ha diterima; (2) rata-rata hasil belajar IPA dari siswa SD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas tinggi dibandingkan hasil belajar IPA dari siswaSD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas rendah menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan Fhitung
Untuk melihat bentuk interaksi antara metode pembelajaran dan kreativitas dalam mempengaruhi hasil belajar IPA siswa dilakukan uji lanjut dengan menggunkan Uji Scheffe. Hasil perhitungan menggunkan Uji Scheff dapat dikemukakan melalui ringkasan berikut: Fhitung 12,68*
Ftabel α = 0,05 2,80
37,50*
2,80
29,50*
2,80
6,91*
2,80
0,31
2,80
4,04*
2,80
sebesar 37,50, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung= 37,50> Ftabel = 2,80, yang berarti Ho ditolak dan hipotesis penelitian Ha diterima; (3) rata-rata rata-rata hasil belajar IPA dari siswaSD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metodel pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memilikikreativitas rendah menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan Fhitung sebesar 29,50, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung = 29,50 > 2,80, yang berarti Ha diterima dan hipotesis penelitian Ho ditolak; (4) rata-rata rata-rata hasil belajar IPA dari siswaSD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memiliki kreativitas rendah menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan Fhitung sebesar 6,91, sedangkan Ftabel dengan taraf
243
signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung = 6,91 > 2,80, yang berarti Ha diterima dan hipotesis penelitian Ho ditolak; (5) rata-rata rata-rata hasil belajar IPA dari siswa SD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang memiliki kreativitas rendah dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memiliki kreativitas rendah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitunganFhitung sebesar 0,31, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung = 0,31 < Ftabel = 2,80, yang berarti Ho diterima dan hipotesis penelitian Ha ditolak, rata-rata hasil belajar IPA dari siswa SD Negeri No 105292 Bandar Klippa, yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memiliki kreativitas tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ekspositori yang memiliki kreativitas rendah menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil perhitungan Fhitung sebesar 4,04, sedangkan Ftabel dengan taraf signifikan 5 % Ftabel = 2,80 dengan demikian Fhitung = 4,04 > Ftabel = 2,80, yang berarti Ha diterima dan hipotesis penelitian Ho ditolak. SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa implikasi dari hasil penelitian ini yaitu: (1) Metode pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari metode ekspositori dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Hal ini dikarenakan penerapan Metode pembelajaran penemuan terbimbing siswa SD memberi pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar IPA. Metode pembelajaran penemuan terbimbing mampu memotivasi siswa agar mampu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik; (2) Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang
berorientasi terhadap mata pelajaran IPA. Pembelajaran didasarkan pada karakteristik siswa, guru perlu mengetahui tingkat kreativitas yang dimiliki siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar, dengan demikian guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran mata pelajaran IPA; (3) Siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi jika diajarkan dengan Metode pembelajaran penemuan terbimbing dibandingkan dengan metode pembelajaran ekspositori. Penggunaan Metode pembelajaran penemuan terbimbing akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, Tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing ini karena terdapat pembagian kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temanya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Metode pembelajaran penemuan terbimbing khususnya Mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Pembelajaran IPA adalah memberikan fasilitas dan bantuan kepada manusia (peserta didik) untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, dimanapun dia berada. Proses penyesuaiann yaitu, diarahkan untuk menciptakan keseimbangan baru, dan atau keharmonisan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, sehingga manusia dan lingkungan dapat berdaya secara maksimal; (4) Penerapan Metode pembelajaran penemuan terbimbing bukan difokuskan terhadap Teacher-Centered tetapi lebih difokuskan terhadap Student-Centered. Penerapan Metode pembelajaran penemuan terbimbing diharapkan adanya perpaduan
244
antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi metode pembelajaran. Penerapan Metode pembelajaran penemuan terbimbing dimodelkan dengan sebuah simfoni. Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik belajar mandiri secara individu, sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa untuk maju bersama diharapkan tidakada siswa yang tidak termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran; (5) Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangan situasi yang kondusif dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilittaor dan mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya, sehingga siswa terhindar dari cara belajar menghafal; (6) Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing dan mempublikasikannya ke media cetak dan jaringan internet. Pengembangan metode pembelajaran yang tepat harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk merancang pembelajaran dengan memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan dalam pembelajaran, penyusunan skenario dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan membuat tercapai tujuan pembelajaran yang bermakna; (7) Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam upaya pengenalan metode pembelajaran Penerapan Metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) ataupun pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop ataupun seminar yang memacu guru dalam menggunakan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik siswa.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamid, A. K. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan: Tim Kreatif Pascasarjana UNIMED. Joice, B., Weil, M., Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching 8th ed. Modelmodel Pengajaran (terjemahan Achmad Fawai & Ateilla Mirza), Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kurniati, N.M.T. 2005. Pengaruh Pelatihan Keterampilan Kreatif terhadap Kreativitas. Seminar Nasional Pesat 2005. auditorium Univesitas Gunadarma. Jakarta: http://repository.gunadarma.ac.id. Diakses 17 Februari 2014. Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Nurpita, E. 2013. Penerapan Model pembelajaran Penemuan Terbimbing untuk mengkatkan Hasil belajar dan Keterampilan Pemecahan Masalah IPA pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. jurnal pgsd. Jurnal PGSD 1 (2): 5. Sagala, S. H.. 2005. Konsep dan makna Pembelajaran, Untuk membantu memecahkan problematika belajar da mengajar, Alfabeta Bandung. Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, N. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo
245
. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. . 2007. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Banding: PT Remaja Rosdakarya. Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Srini, M. I. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV Maulana
Trianto. 2010. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Winaputra, U. D. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Winkel, W, S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
246