PENGARUH MEDIA ILUSTRASI MUSIK TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X (Eksperimen di SMA PGRI 22 SERPONG) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun oleh: Intan Febrina Wulandini NIM : 107013000668
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011
ABSTRAK Intan Febrina Wulandini, NIM 107013000668, “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).” Media ilustrasi musik merupakan media yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi, media ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk belajar. Musik dapat memicu keterkaitan besar di antara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan dalam fungsifungsi sosial, bahasa, dan motorik. Dengan menggunakan media ilustrasi musik di sekolah diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dan mampu mengubah suasana lingkungan belajar siswa menjadi menyenangkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong. Penelitian pada skripsi ini menggunakan metode penelitian true experimental design (eksperimen yang betul-betul). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian posttest-only control group design, yaitu kedua kelompok (kelas eksperimen dan kelas kontrol) hanya diambil hasil tes akhirnya saja (posttest). Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA PGRI 22 Serpong sebanyak 51 siswa, 25 siswa sebagai kelas kontrol dan 26 siswa sebagai kelas eksperimen. Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang dilakukan pada kelas X SMA PGRI 22 Serpong menunjukan bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Hal ini berdasarkan hasil uji t, didapat thitung = 2,73 dan ttabel = 2,01. Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik.
i
KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat menyelesaikan studi S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul skripsi “Pengaruh Media Ilustrasi Musik Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).” Dengan diselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Nurlena Rifa’I, M.A.,Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., ketua jurusan dan dosen penasihat akademik, yang telah meluangkan waktu bagi penulis untuk berkonsultasi dalam menyelesaikan skripsi ini; 3. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A., dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini; 4. Dra. Hindun, M.Pd., sekretaris jurusan, yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 5. Seluruh dosen dan staf Fakultas Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan selama penulis belajar;
ii
6. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Tarbiyah yang telah mempermudah penulis mencari referensi; 7. Drs. Samya Suryana, kepala SMA PGRI 22 Serpong, yang telah membantu memudahkan penulis melakukan penelitian; Mueliah, S.Pd., guru Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian; 8. Ayah dan Ibuku tercinta, yang telah menaruh harapan besar dan selalu berdoa demi selesainya skripsi ini; serta seluruh keluargaku yang kucintai; 9. Sahabat-sahabat angkatan 2007 kelas A, khususnya untuk Halimah, Nurfamelia, Hilda, Ani, Kokom, Wita, Indah, Istika dan Utami yang selalu setia mendengarkan semua keluhan dan memberikan masukan selama penyusunan skripsi ini.
Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, semoga Allah Swt memberikan balasan yang melimpah atas bantuannya dalam menyusun skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca serta dunia pendidikan pada umumnya. Jakarta, 24 November 2011 Intan Febrina Wulandini
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
.........................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI .........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .................................................................................
vi
BAB I : PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G.
Latar Belakang Masalah .............................................................. Identifikasi Masalah ................................................................... Pembatasan Masalah ................................................................... Perumusan Masalah ................................................................... Tujuan Penelitian ........................................................................ Manfaat Penelitian ...................................................................... Sistematika Penulisan .................................................................
1 5 5 5 6 6 7
BAB II : ACUAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... B. Hakikat Menulis .......................................................................... C. Hakikat Puisi ............................................................................... 1. Pengertian Puisi..................................................................... 2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi .................................... 3. Menulis Kreatif Puisi ............................................................ 4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi ................................... D. Hakikat Media Pembelajaran ...................................................... 1. Pengertian Media .................................................................. 2. Fungsi Media Pembelajaran .................................................. 3. Jenis-jenis Media................................................................... 4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran ........................
9 11 14 14 17 30 34 36 37 38 45 47
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... B. Metode Penelitian........................................................................ C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 1. Angket ................................................................................... 2. Tes ......................................................................................... D. Populasi dan Sampel ................................................................... E. Teknik Analisis Data ................................................................... iv
55 55 57 57 58 58 59
1. Uji prasayarat analisis ........................................................... 2. Pengujian Hipotesis ............................................................... BAB IV :
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah ............................................................ 1. Profil Sekolah ......................................................................... 2. Visi dan Misi sekolah ............................................................. 3. Kurikulum sekolah ................................................................. 4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ....................................... B. Hasil Penelitian ............................................................................. 1. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................................... 2. Analisis Data .......................................................................... 3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis ...... 4. Deskripsi Hasil Analisis Pengelolaan Angket ........................ BAB V :
60 61
63 63 64 66 67 69 69 86 96 98
PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... B. Saran .........................................................................................
107 107
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
109
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Desain Metode Penelitian ..................................................................... 56 Tabel 2 Struktur Kurikulum SMA PGRI 22 Serpong Kelas X ......................... 66 Tabel 3 Data Personil SMA PGRI 22 Serpong ................................................. 68 Tabel 4 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas Eksperimen) ............................................................................. 86 Tabel 5 Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas kontrol) .................................................................................... 87 Tabel 6 Data Pengolahan Hasil Posttest pada Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X ....................................................................................... 88 Tabel 7 Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) ........................................................... 97 Tabel 8 Hasil Angket .......................................................................................... 98 Tabel 9 Kriteria Penafsiran Angket .................................................................... 100
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu dari pendidikan tentang sastra di sekolah terutama di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba untuk mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra.1 Dari ketiga kompetensi tersebut, yang menjadi titik konsentrasi dalam penelitian ini adalah proses kreatif sastra atau pendidikan kreatif sastra yang mencoba membelajarkan peserta didik untuk mau dan mampu menulis karya sastra. Dari berbagai observasi yang dilakukan oleh beberapa ahli terhadap pelaksanaan pembelajaran sastra di sekolah, aspek penulisan kreatif sastra ini kurang mendapat perhatian yang serius. Tidak banyak guru yang mempunyai metode atau model untuk melatih peserta didiknya. Dalam strategi belajar mengajar memang sangat dituntut bagi guru untuk menggunakan sebuah metode pembelajaran yang baik dan tepat. Metode yang baik harus memperhatikan siswa, dalam hal ini siswa dijadikan objek yang aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu jalan keluarnya yaitu sebuah pembelajaran dengan media yang menarik dan dapat memancing perhatian siswa. Antusias para siswa dapat mendorong
1
Wahyudi Siswanto,Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 168-170.
1
2
keinginan dan keaktifan pada pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Pemanfaatan media pembelajaran yang dikelola guru secara baik dapat membantu siswa memahami materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sesuai dengan perkembangan pendidikan dewasa ini, media pembelajaran memiliki banyak jenis media yang digunakan oleh sekolah pada umumnya, diantaranya media visual (penglihatan), media audio (pendengaran), dan audio visual, yang masingmasingnya memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penggunaannya masing-masing. Media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan benar agar dapat digunakan secara tepat guna. Media ilustrasi musik yaitu media yang bersifat auditif atau media yang lebih menggunakan pendengaran seseorang. Musik pada umumnya dapat melenturkan otot-otot yang kaku dan tegang sehingga menjadi lebih rileks. Ini ada hubungannya dengan lingkungan belajar siswa yang memerlukan musik dalam lingkungan belajarnya, karena kondisi fisiologis selama melakukan pelajaran, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat dan otot-otot menjadi tegang, lalu dengan iringan musik, siswa mampu mengalirkan energi kreatif yang membuat pendengarnya terkejut sekaligus gembira.2 Di sinilah peran ilustrasi musik sebagai media
2
Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Bandung: Mizan Media Utama, 2003), h. 72
3
pembelajaran
sangat
diperlukan,
khususnya
untuk
meningkatkan
kemampuan menulis puisi. Untuk merangsang imajinasi dan keinginan siswa menulis sebuah puisi, maka penulis menggunakan ilustrasi musik sebagai media pembelajaran agar kemampuan dan keinginan para siswa dalam menulis puisi meningkat sehingga pembelajaran jadi menyenangkan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Thomas Carlyle bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal,3 maksudnya, puisi merupakan ungkapan pikiran yang terdiri dari rima dan ritme sehingga pada saat dibaca, puisi tersebut mempunyai nada yang indah, sedangkan nada adalah unsur dari musik. Contoh musik yang dijadikan bahan media dalam penelitian ini yaitu musik klasik karya Mozart, Bach, Beethoven, Vivaldi dan Pachelbel. Selama ini guru-guru di sekolah masih menggunakan cara mengajar yang monoton dalam menyampaikan
materi menulis puisi,
mereka masih menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran yang mendukung untuk mencapai hasil yang memuaskan. Selain cara mengajar yang membosankan dan sangat monoton, ditemukan juga masalah lain yang biasanya dijumpai. Masalah itu merupakan ketidaktepatan pemilihan kata dan penggunaan gaya bahasa dalam penulisan puisi siswa.
3
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h. 23.
4
Melihat kenyataan itu, diduga ada hubungan antara cara guru membelajarkan
siswanya
dengan
suasana
belajar
yang
kurang
menyenangkan sehingga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari ketidaktertarikan siswa untuk memahami materi dan ketidaktepatan pemilihan kata dan bahasa kiasan dalam penulisan puisi siswa. Sehubungan dengan itu, dirumuskan langkah solusi yaitu dengan menggunakan metode mengajar yang bervariasi dan lebih inovatif sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi. Untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa ini, metode penggunaan media ilustrasi musik merupakan metode yang dipilih dalam penelitian ini. Pemilihan metode tersebut berdasarkan beberapa keunggulan seperti di bawah ini: 1. Menciptakan suasana belajar terasa santai tetapi siswa tetap siap untuk berkonsentrasi. 2. Merangsang dan memperkuat belajar. 3. Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. 4. Merangsang imajinasi para siswa. Penerapan media pembelajaran ilustrasi musik untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan menulis puisi merupakan tindakan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun judul yang penulis buat adalah “Pengaruh Media Ilustrasi Musik terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong).”
5
B. Identifikasi Masalah 1. Minimnya
guru
Bahasa
Indonesia
dalam
menggunakan
atau
memanfaatkan media ilustrasi musik dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X. 2. Kurangnya alat-alat pendukung saat guru akan menggunakan sebuah media. 3. Kurangnya minat siswa dalam memahami materi menulis puisi. 4. Kurangnya
pemahaman
guru
terhadap
penggunaan
media
pembelajaran. 5. Masih ditemukan ketidaktepatan pemilihan kata dalam penulisan puisi siswa. 6. Masih ditemukan ketidaktepatan penggunaan diksi dan gaya bahasa dalam penulisan puisi siswa. C. Pembatasan Masalah Agar masalah tidak terlalu luas maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah penelitian yaitu: Pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong tahun ajaran 2010/2011. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini adalah : Bagaimanakah pengaruh media ilustrasi musik pada kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong?
6
E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi pada siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan mempertinggi interaksi belajar mengajar terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi melalui media ilustrasi musik. Dengan adanya pemanfaatan media ilustrasi musik akan
memberikan
daya
tarik
pada
siswa
untuk
meningkatkan
kemampuannya melalui daya imajinasi dalam menuliskan sebuah cerita sehingga dapat menciptakan kegiatan belajar yang menarik dan tidak membosankan. Manfaat praktis dari temuan penelitian ini bagi siswa adalah mempermudah siswa untuk menemukan ide-ide secara cepat dan mengembangkan imajinasi mereka dan menuangkan kata-kata indah dalam bentuk tulisan yaitu sebuah puisi dengan memperhatikan pemilihan kata dan bahasa kiasan yang tepat. Sedangkan bagi para guru, temuan ini sebagai bahan masukan tentang penerapan media ilustrasi musik dalam peningkatan kemampuan menulis puisi.
7
G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan adalah gambaran dari keseluruhan dalam skripsi, sehingga akan mendapatkan suatu kemudahan dalam menelaah dan memahaminya. Dalam penyusunan skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab yang sistematikanya sebagai berikut : Bab Pertama merupakan pendahuluan yang menjadi pengantar umum kepada tulisan. Dalam bab ini dikemukakan: Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab kedua membahas tentang tinjauan teoretis menulis puisi dan media pembelajaran yang meliputi: Tinjauan Pustaka, Hakikat Menulis, Hakikat Puisi, dan Hakikat Media Pembelajaran. Bab ketiga membahas tentang tempat penelitian dan metodologi pnelitian yang meliputi: Tempat dan Waktu Penelitian, Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Populasi dan Sampel, dan Teknik Analisa Data Bab keempat membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi: Gambaran Umum Sekolah dan Hasil Penelitian. Bab kelima merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan saran – saran.
8
BAB II ACUAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam komunikasi adalah keterampilan menulis. Keterampilan menulis adalah suatu proses berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ide/gagasan tersebut kemudian dikembangkan dalam wujud rangkaian kalimat, selain itu menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menurut Tarigan, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.4 Tetapi dalam menulis banyak hal yang perlu diperhatikan salah satunya penggunaan bahasa. Seorang penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar agar orang lain dapat mahami tulisan. Keterampilan menulis belum optimal dikuasai oleh siswa, bahkan mahasiswa. Mereka menganggap bahwa menulis bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Menulis juga dianggap suatu kegiatan yang menjenuhkan dan membosankan. Oleh karena itu seorang guru harus mencari dan menerapkan penggunaan media untuk meningkatkan keterampilan menulis, misalnya menulis sebuah puisi bagi para siswa.
4
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), h. 3-4
8
9
Penelitian tentang keterampilan menulis sudah banyak dilakukan. Misalnya Penelitian tersebut antara lain penelitian keterampilan menulis naratif, deskriptif, dan argumentatif. Penulisan keterampilan menulis puisi dengan mempergunakan media pembelajaran masih jarang dilakukan. Oleh karena itu penulis merasa perlu untuk meneliti keterampilan menulis puisi. Adapun penelitian ini berjudul, ―Pengaruh Media Ilustrasi Musik terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Eksperimen di SMA PGRI 22 Serpong)‖. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nurul Melti Indah yang berjudul ―Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen Melalui Teknik Pengandaian Diri sebagai Tokoh dalam Cerita dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas X4 SMAN 2 Tegal‖. Hasil analisis data penelitian pada siklus I diperoleh rata-rata nilai 70. Rata-rata nilai yang dinyatakan belum menunjukan terlihat adanya peningkatan. Akan tetapi pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 75. Rata-rata nilai tersebut termasuk dalam kategori baik karena berada dalam rentang 70-84. Pemerolehan nilai ini menunjukan bahwa pembelajaran menulis cerpen melalui teknik pengandaian diri sebagai tokoh dalam cerita dengan media audio visual pada siswa X4 SMAN 4 Tegal mengalami peningkatan dan berhasil. Penelitian Nurul Melti Indah Septiani merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan ialah meneliti
10
dengan menggunakan desain penelitian eksperimen. Ada perbedaan dalam media pembelajaran yang penulis lakukan, yaitu Nurul Melti Indah Septiani menggunakan media audio visual, sedangkan dalam penelitian ini peneliti menggunakan media ilustrasi musik sebagai media pembelajaran. Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian penulis adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani yang berjudul ―Keefektifan Media Kartu Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VIII Semester 2 SMPN Bandung‖. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Berdasarkan hasil uji statistik, bahwa keterampilan menulis puisi lebih efektif dengan media Kartu Kata. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata (mean) nilai tes akhir yang diperoleh kelas eksperimen adalah 73,95, sedangkan nilai tes akhir kelas kontrol adalah 53,45 dengan selisih rata-rata kedua kelas sampel yaitu 20,5. Maka dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan media kartu kata lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan kartu kata dalam pembelajaran menulis puisi. Ada perbedaan antara penelitian penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyani. Perbedaan tersebut yaitu pada penggunaan media pembelajaran, media yang dilakukan oleh Fitriyani adalah media kartu kata sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah media ilustrasi musik. Dengan keberhasilan penelitian Nurul Melti Indah Septiani dan Fitriyani dalam menggunakan media pembelajaran, maka penulis juga
11
memanfaatkan sebuah pemanfaatan media, yaitu media ilustrasi musik untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.
B. Hakikat Menulis Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, kegiatan menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Menurut Cahyani dan Hodijah, menulis dapat dikatakan: suatu keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenisjenis keterampilan berbahasa lainnya. Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiranpikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.5 Walaupun kegiatan menulis itu terlihat mudah, tetapi dalam prakteknya memang sulit untuk dilakukan. Seperti yang telah dikatakan oleh Cahyani dan Hodijah, bahwa dalam menulis juga diperlukan kemampuan dalam mengolah kata dan menyusun struktur tulisan yang teratur. Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu.6 Menulis bukan sekedar menggambarkan huruf-huruf, tetapi juga menyampaikan pesan 5
Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD (Bandung:UPI PRESS,2007), h.10 Cet. Ke 1 6 Henry Guntur Tarigan, Op.Cit., h.22
12
melalui gambar huruf-huruf tersebut berupa karangan. Karangan sebagai ekspresi pikiran, gagasan ide, pendapat, pengalaman disusun secara sistematis dan logis. Sedangkan menurut Suparno dengan singkat mengatakan bahwa menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.7 Melihat pengertian Suparno di atas, secara umum kita dapat menjadikan tulisan sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada si pembaca. Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis merupakan kegiatan menggambarkan sesuatu (lambang-lambang grafik) dan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya, serta mengembangkan dan menuangkan pikiran dalam struktur tulisan yang teratur. Adapun manfaat menulis menurut Suparno adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kecerdasan. 2. Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas. 3. Penumbuhan keberanian. 4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Manfaat menulis menurut Dr. Pennebaker dalam buku Quantum Writing8 adalah sebagai berikut:
7
Suparno Mohammad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h. 1.3 8 Hernowo, Quantum Writing Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 54
13
1. Menulis dapat menjernihkan pikiran. 2. Menulis dapat mengatasi trauma. 3. Menulis dapat membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru. 4. Menulis dapat membantu memecahkan masalah. 5. Menulis-bebas membantu kita ketika kita terpaksa harus menulis. Manfaat menulis menurut Tarigan9 adalah: 1. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir. 2. Menolong kita berpikir secara kritis. 3. Memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita. 4. Memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi. 5. Membantu menjelaskan pikiran-pikiran kita. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis mempunyai banyak manfaat, di antaranya dapat mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, dapat mengatasi trauma, dapat memberikan informasi baru kepada orang lain, membantu kita berpikir secara kritis, dapat menuangkan ide atau gagasan-gagasan kita ke dalam tulisan, dan bisa mempengaruhi pandangan orang lain.
9
Henry Guntur Tarigan, Loc.cit.
14
C. Hakikat Puisi 1. Pengertian Puisi Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun, membentuk, membuat, menciptakan. Sedangkan kata poet dalam tradisi Yunani Kuno berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.10 Menurut Waluyo, puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya.11 Puisi lahir secara alamiah berdasarkan pengalaman atau pikiran dan perasaan si penyair yang bersifat imajinatif. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi dan pengalaman manusia yang penting, dan diubah dalam wujud yang paling berkesan. William Wordsworth (dalam Semi, t.t :93) dengan menggunakan pendekatan struktural merumuskan pengertian puisi : Poetry is the best words in the best order, artinya adalah kata-kata terbaik dalam susunan terbaik.12 Maksudnya puisi merupakan kumpulan kata-kata pilihan yang berada dalam pilihan kata yang indah dan bentuk susunan tulisan (tipografi) terbaik.
10
Abdur Rosyid, ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9 Juni 2011pukul 17.54 WIB dari http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsurunsurnya/ 11 Herman .J. Waluyo, Teori Apresiasi Puisi (Surakarta: Erlangga, 1995), h.97. 12 Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, t.t), h.93.
15
Pengertian puisi memang tidak jauh dari luapan perasaan seseorang, saat seseorang merasakan senang, sedih, rindu, atau bahkan kecewa, maka sebagian orang pasti ingin meluapkannya melalui sebuah puisi. Seperti yang dikatakan Leigh Hunt (dalam Semi, t.t :94) dengan menggunakan pendekatan emotif merumuskan pengertian puisi, Poetry is imaginative passion, artinya puisi merupakan luapan gelora perasaan yang bersifat imajinatif.13 Perrine (dalam Siswantoro, 2002) mengatakan bahwa poetry might be defined as kind of language that says more and says it more intensenly than does ordinary language.14 Pernyataan ini menegaskan bahwa puisi merupakan bahasa yang berbeda dari bahasa sehari-hari karena puisi lebih banyak mengatakan dan mengekspresikan dirinya secara intens. Kata intens dalam bahasa Indonesia bisa disejajarkan dengan
padat,
sarat
muatan
makna,
dan
sebagainya,
yang
membedakannya dari bahasa keseharian atau prosa yang longgar, dan cenderung menggunakan kata dengan lugas. Makna dari tiap kata jelas, tidak menimbulkan ambiguitas. Inilah sifat bahasa keseharian yang cenderung praktis. Sedangkan bahasa puisi bersifat plastis maksudnya bersifat mudah dibentuk dengan makna lain atau mampu mengakomodasi berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Jadi, meskipun sebuah kata itu hanya mempunyai beberapa arti tetapi makna yang dapat ditangkap 13
Ibid, h.94 Siswantoro, Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), h. 2. Cet. 1
14
16
dari sebuah kata itu sangat luas. Misalnya kata gerimis, bukan hanya berarti turun hujan tetapi juga bermakna lebih dari pada itu yaitu melambangkan kedukaan. W.H Auden mengatakan Poetry makes nothing happen.15 Maksudnya puisi bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Sesuatu yang tidak mungkin terpikirkan oleh kita, menjadi ada dan bermakna. Misalnya puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang membebaskan kata-kata dari maknanya yang disebut juga sebagai puisi konkret. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf—baik huruf besar maupun kecil—sangat potensial membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang ―kasat mata‖ lebih dipentingkan daripada makna yang ingin disampaikan. Ini membuktikan pengertian puisi dari Auden di atas dapat juga dikatakan bahwa puisi adalah sesuatu yang tidak mungkin akan menjadi mungkin. Jadi, dari berbagai pengertian puisi di atas dapat dismpulkan bahwa pada hakikatnya, puisi adalah karya tulis hasil perenungan seorang penyair atas suatu keadaan atau peristiwa yang diamati, dihayati, atau dialaminya dengan menggunakan bahasa figuratif. Cetusan ide berasal dari peristiwa atau keadaan yang dikemas oleh seorang penyair ke dalam bahasa yang padat dan indah.
15
Jerome Beaty,dkk, The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition (London: W.W. Norton & Company, Inc., 2002), h. 626.
17
2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin puisi. a) Struktur fisik (1). Perwajahan Puisi (Tipografi) Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi. Menurut Siswanto, perwajahan (tipografi) adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.16 Sedangkan menurut Waluyo: tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.17
Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata, contohnya,
puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri.
Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang hendak dikatakan penyair. (2). Diksi Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto, lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
16 17
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: PT Grasindo, 2008), h. 113 Herman.J.Waluyo, Op.cit., h. 97
18
penyair dalam puisinya.18 Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermatcermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah, riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui puisi yang diciptakan pengarang. Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di
18
Wahyudi Siswanto, Op.cit., h. 114.
19
sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara lengkap, sesuai dengan kehendak penyair. (3). Pengimajian (Pencitraan) Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk, menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji. Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap gambarannya di alam pikir pembaca puisi. Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.19 Jabrohim mengungkapkan bahwa citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai kepuitisan.20 Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat, membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman 19 20
Ibid, h. 118 Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 41, Cet. Ke-1
20
sensoris, seperti penglihatan (imaji visual), pendengaran (imaji auditif), dan perasaan (imaji taktil).21 Jadi imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji
perasaan
atau
sentuh
(imaji
taktil).
Imaji
dapat
mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti yang dialami oleh penyair. (4). Kata Konkret Untuk membangkitkan daya imaji (daya bayang) pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi. Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.22 Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret 21 22
Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78 Sukino, Menulis itu Mudah (Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010), hlm. 127.
21
rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan. Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar menggunakan kata: “aku hilang bentuk/remuk”. Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku/ di pintuMu aku mengetuk/ aku tidak bisa berpaling.” Hal ini berbeda dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan kata-kata: “Aku ini binatang jalang/ dari kumpulannya terbuang.” Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis: “Kumau hidup seribu tahun lagi.” (5). Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Perrine (dalam Waluyo, 1995:83) menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan dimaksud penyair.23 Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal, yaitu: a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.
23
Herman .J. Waluyo, Op.Cit., h.83
22
b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca. c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair. d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat. Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).24 Majas mempunyai berbagai macam jenis, antara lain: a. Metafora Metafora
adalah
semacam
analogi
yang
membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.25 Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri kekasihnya sebagai Putri Duyung.
24
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010), h.113, cet. Ke-20 25 Ibid. h. 139
23
Engkaulah Putri Duyung Tawananku Putri Duyung dengan suara merdu Lembut bagi angin laut Mendesahlah bagiku b. Persamaan (simile) Menurut
Keraf,
persamaan
atau
simile
adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.26 Yang dimaksud dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh: Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, dan sebagainya. c. Personifikasi Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau 26
Ibid. h.138
24
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.27 Contoh: Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu menambah ketakutan kami. Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu: Rinduku terbang Menembus penyap bayang Rinduku burung malam Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang d. Hiperbola Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca. Contoh: Penonton sepak bola membanjiri lapangan. Air mataku terkuras saat menangisimu. Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan (hiperbola) pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut penggalan puisinya: Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
27
Ibid, h.140
25
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi e. Sinekdoke Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian.
Sinekdoke
terbagi
menjadi
pars
prototo
(menyebut sebagian untuk seluruh) dan totem proparte (menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian). Contoh : 1) Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga kelihatan. 2) Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia. Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul ―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa totem proparte, yaitu: Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Contoh lain dari gaya totem proparte dan pars prototo ada dalam puisi Hartoyo Andangjaya ―Rakyat‖yaitu:
26
Rakyat adalah kita
totem proparte
Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja
pars
prototo Di bumi tanah tercinta Jutaan tangan mengayun bersama
pars prototo
Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga f. Ironi Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.28 Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra, diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru dengan
tujuan
menyelewengkan
untuk
menyindir
wewenangnya
guru-guru demi
yang
memenuhi
kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini: Ibu guru perlu sepeda motor Jepang Ibu guru ingin hiburan dan cahaya 28
Ibid. h.143
27
Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor Dan juga ingin jaminan pil penenang ……………………………. (6). Rima dan Ritme a. Rima Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.29 Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan /k/, /b/, dan /p/, serta vokal /a/, /i/, /u/, memberi efek suasana yang kacau dan penuh kesibukan. Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi. Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucukpucuk para. b. Ritme Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat.30 Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.31 Ritme sangat menonjol bila puisi dibacakan.
29
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90 Herman .J. Waluyo, Loc.Cit. 31 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.123 30
28
Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh ritme dalam puisi lama: Dari mana / punai melayang Dari sawah / turun ke kali Dari mana / kasih sayang Dari mata / turun ke hati (7). Struktur Batin a. Tema Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.32 Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
penyair,
sehingga
menjadi
landasan
utama
pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan. Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di
32
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.106
29
dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan. Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi objektif bagi semua penafsir), dan lugas (tidak dibuat-buat). b. Rasa Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.33 Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang. c. Nada Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada
penyair
yang
menyampaikan
tema
dengan
nada
menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.
33
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.124
30
Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca. d. Amanat (Pesan) Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.
3. Menulis Kreatif Puisi Menulis sastra tidak sama dengan menulis laporan, surat dinas, ataupun makalah, akan tetapi prinsip-prinsip dasarnya dapat dibinakan kepada calon penulis. Adapun masalah isi gaya penulisan dan penggarapan unsur-unsur sastra dapat diserahkan kepada penulis untuk dikembangkan. Menulis sastra berkaitan dengan pribadi kreatif, karena dalam menulis sastra harus ada nilai seni dan kegunaan yang terkandung di dalamnya. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Quintus Horatius Flaccus dalam tulisannya yang berjudul Ars Poetica, penyair kelahiran Venosa Italia ini mengemukakan istilah „dulce et utile‟. Bahwa sastra berfungsi ganda, ia tidak hanya
31
menghibur (dulce) karena keindahan, tetapi juga memberikan makna (utile)
terhadap
kehidupan
(kematian,
kesengsaraan,
maupun
kegembiraan) atau memberikan pelepasan kepada dunia imajinasi.34 Jabrohim mengemukakan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pribadi kreatif menunjukan sastra sebagai salah satu wilayah pilihan, memang memberikan peluang bagi orang yang terlibat di dalamnya untuk menjadi ―kreatif‖, baik dalam tujuannya yang apresiatif maupun yang ekspresif.35 Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif adalah cara mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita, untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan kreatif sebagai sesuatu yang bermakna. Salah satu teks yang kreatif adalah teks puisi. Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui karyanya penulis ingin mengkomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi evaluatif yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian direfleksikan melalui medium bahasa pilihan masing-masing. Jadi, sumber penciptaan karya kreatif adalah kehidupan kita dalam keseluruhannya dan lingkungan kehidupan si penulis puisi (penyair).
34
Khris Bheda, ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007 35 Jabrohim, dkk, Cara Menulis Kreatif, h.75
32
Menurut Roekhan (dalam Nurmalasari, 2008:13)36 unsur penting dalam menulis kreatif adalah sebagai berikut: a. Kemampuan berpikir kritis Kemampuan berpikir kritis dalam kreativitas sangat dituntut, karena dengan berpikir kritislah orang dapat menemukan sesuatu yang belum pernah dipikirkan orang lain. Contohnya sang penyair Sutardji Calzoum Bachri. Sutardji selalu berpikir kritis saat akan menulis sebuah puisi maka dari itu ia terkenal dengan puisipuisinya yang sangat khas (puisi mantra) yang lebih mementingkan tipografi (bentuk) dalam puisinya, sedangkan kata-kata, ia bebaskan dari maknanya. b. Kepekaan emosi Kepekaan emosi sangat perlu, agar seseorang dapat menangkap dan merasakan sesuatu yang sangat samar dari apa yang ada di sekitarnya. Maksudnya ia bisa menangkap dan merasakan sesuatu yang mungkin tidak dirasakan oleh orang lain, ia harus bisa menangkap detil-detil dari apa yang dirasakannya. Contoh: seseorang sedang berada di puncak gunung, emosi yang didapatkan adalah kedamaian dan ketenangan. Bila seseorang itu memiliki kepekaan emosi, pasti seseorang itu terbesit dalam pikirannya untuk menumpahkan emosinya pada sebuah tulisan puisi. 36
Vita Nurmalasari, ―Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan Menggunakan Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23 Bandung: Studi Praeksperimen,‖ (Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia, 2008), h. 13
33
Meskipun hanya satu larik saja. Itulah yang dimaksud dengan kepekaan emosi. c. Bakat Bakat yang memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Orang yang berbakat menulis (sastra) akan lebih berhasil menulis dibandingkan orang yang kurang atau orang yang tidak berbakat. Tetapi seseorang yang kreatif tidak hanya mengandalkan bakat saja. d. Daya imajinasi Kreativitas menuntut pelibatan daya imajinasi yang tinggi. Dengan imajinasinya orang mampu mengasosiasikan apa yang dilihat, dicium, dirasa, didengar atau dirabanya dengan sesuatu yang lain. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa latihan menulis merupakan salah satu kegiatan yang menunjukan kreativitas. Oleh karena itu, dalam keterampilan menulis dikenal dengan istilah menulis kreatif. Menulis kreatif berhubungan dengan memberanikan siswa untuk menggunakan sepenuhnya apa-apa yang mereka miliki, mencakup ide, pesan, pikiran dan perasaan mereka dalam mengomentari sebagian pikiran siswa yang jarang mereka gunakan.
34
Jadi dapat disimpulkan, bahwa menulis kreatif puisi atau menulis puisi adalah suatu proses penciptaan karya sastra yang merupakan bentuk curahan pengalaman dengan penyampaian menggunakan bahasa figuratif.
4. Tips atau Cara Menulis Kreatif Puisi Nenden Lilis. A. mempunyai tips atau cara dalam menulis puisi,37 yaitu: a. Menggali dan Mengolah Ide Penulisan Puisi Seorang penyair akan mendapat ide jika hal-hal yang dialaminya dari realitas itu ditangkap oleh jiwanya: diamati, dirasakan, direnungkan, dan dihayati. Jika tidak, pengalaman itu akan berlalu begitu saja dan tidak akan meninggalkan bekas. Dengan begitu tidak akan pernah muncul ide untuk dijadikan bahan penulisan puisi. Banyak cara untuk menggali dan mengolah ide tersebut. Secara umum, penggalian dan pengolahan ide itu dapat terjadi apabila kita selalu mengaktifkan dan membuka jiwa kita pada berbagai hal yang terjadi dalam realitas, antara lain: 1) Selalu mendengarkan dan mempedulikan perasaan-perasaan dan suara-suara hati sendiri. 2) Selalu mengamati dan menghayati segala hal yang menjadi aktivitas hidup sehari-hari: pada saat berjalan, bekerja, mandi,
37
Nenden Lilis. A, Tips Praktis Menulis Kreatif (Bandung: Rumput Merah, t.t), h. 69-74
35
makan, menyapu, dan lain-lain, tidak ada yang kita lewatkan untuk dirasakan lebih dalam. Misalnya, pada saat berjalan ada kerikil yang bagi orang lain tidak berarti apa-apa, bagi kita bisa menjadi ide dan pengalaman puitik bagi penciptaan puisi. 3) Tak pernah bosan membaca, baik sumber-sumber tertulis, maupun yang tidak tertulis. Membaca sumber-sumber tertulis misalnya koran, buku, majalah, jurnal, dan lain-lain mengenai berbagai hal: psikologi, sosiologi, sejarah, sains, karya-karya sastra, dan lain-lain. Membaca yang tidak tertulis misalnya: fenomena alam, fenomena masyarakat, sikap atau mimik seseorang, dan lain-lain. b. Menulis dengan Memperhatikan Unsur-unsur yang Membangun Puisi Yang dilakukan dalam proses ini adalah : 1) Memilih kata secermat-cermatnya dan setepat mungkin. Ia mungkin mencoret berkali-kali kata yang dipilihnya hingga ditemukan yang paling mewakili perasaan dan pengalamannya. Kata-kata
itu
bisa
dipikirkannya
berhari-hari,
bahkan
berminggu-minggu. Ini yang sering disebut dengan pengolahan unsur diksi. 2) Melukiskan
dengan
kata-kata
sehingga
apa
yang
digambarkannya itu seolah-olah dapat diindera: dilihat,
36
didengar, dicium, diraba, dan dirasakan oleh pembaca. Upaya ini disebut dengan pencitraan. 3) Mencari lambang dan perumpamaan (majas) yang tepat mengungkapkan pengalaman jiwanya. Proses ini disebut pengolahan bahasa figuratif. 4) Memvariasikan struktur kalimat, membuat pengulanganpengulangan (repetisi), dan eksplorasi-eksplorasi struktur kalimat lainnya. Proses ini disebut penyiasatan struktur. 5) Memaksimalkan daya guna bunyi kata-kata: asonansi, aliterasi, onomatope, rima, dan lain-lain untuk menimbulkan efek yang diharapkan. 6) Menciptakan irama bahasa dengan intonasi kalimat yang berbeda-beda, pengulangan, pola waktu, dan tekanan secara teratur dengan penyusunan jumlah suku kata tiap larik tersebut. 7) Jika perlu, tata letak/perwajahan (tipografi) pun diolah oleh penyair untuk memperkuat estetika dan makna puisinya. Tipografi puisi dengan bentuk zig-zag misalnya, dapat menggambarkan makna hidup yang berliku-liku, hati yang galau, dan lain-lain.
D. Hakikat Media Pembelajaran Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi atau proses penyampaian pesan. Proses ini harus diciptakan
37
atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian tukar-menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dengan siswa. Pesan atau informasi dapat berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baru. Untuk mempermudah penyampaian pesan atau informasi
dalam proses
komunikasi, diperlukan sarana dan prasarana. Salah satu sarana yang digunakan adalah media pembelajaran. Media adalah suatu alat yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar yang berupa perangkat keras maupun lunak. Media berfungsi untuk
menyampaikan
dan
memperjelas
materi
sehingga
tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. 1. Pengertian Media Menurut Arsyad, kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‗tengah‘, ‗perantara‘ atau ‗pengantar‘. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.38 Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2010:3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan,
keterampilan,
atau
sikap.39
Dalam
pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajarmengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau 38 39
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h.3. Azhar Arsyad, Loc.Cit.
38
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Munadi, media pembelajaran dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimaannya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.40 Dari tiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik. 2. Fungsi Media Pembelajaran Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2010:15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan bisa
membawa pengaruh
psikologis terhadap siswa.41 Maka dari itu, agar pembelajaran menulis puisi ini menjadi menarik dan memotivasi siswa untuk gemar menulis
40 41
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran (Ciputat: Gaung Persada Press, 2008), Cet. Ke-1, h.7 Azhar Arsyad, Op.Cit. h.15
39
puisi diperlukan sebuah media pembelajaran agar pembelajaran menjadi berbeda dari biasanya. Penggunaan
media
pembelajaran
pada
tahap
orientasi
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Pada dasarnya fungsi media pembelajaran adalah sebagai sumber belajar. Menurut Munadi (2008:36), fungsi media pembelajaran terbagai menjadi lima: a) Fungsi Media Pembelajaran sebagai Sumber Belajar Mudhoffir (dalam Munadhi, 2008:37) menyebutkan bahwa sumber belajar pada hakikatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang mana hal itu dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
40
b) Fungsi Semantik Maksud dari fungsi semantik yaitu kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). Bahasa meliputi lambang (symbol) dan isi (content) –yakni pikiran dan atau perasaan—yang keduanya telah menjadi totalitas pesan (message), yang tidak dapat dipisahkan. Unsur dasar dari bahasa itu adalah ―kata‖. Kata atau kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. Simbol adalah sesuatu yang digunakan atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Jadi, gambar Harimau dapat dipakai sebagai simbol keberanian, seperti digunakan oleh masyarakat kota Bandung (Maung Bandung). Padahal, harimau itu sendiri biasanya dirujukan kepada binatang buas. Hubungan antara kata, makna dan perujukan kepada binatang buas. Hubungan antara kata, makna, dan perujukan menjadi amat jelas, yakni ―makna‖ tidak melekat pada ―kata‖; ―kata‖ hanya bermakna bila telah dirujukan kepada sejumlah referen. c) Fungsi Manipulatif Fungsi manipulatif didasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum yang dimilikinya sebagai tersebut di atas. Berdasarkan karakteristik umum ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi.
41
d) Fungsi Psikologis (1) Fungsi Atensi Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel khusus dalam sistem saraf yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan adanya saraf penghambat ini para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuang rangsangan-rangsangan lainnya. (2) Fungsi Afektif Fungsi afektif, yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Media pembelajaran yang tepat guna dapat meningkatkan sambutan atau penerimaan siswa terhadap stimulus tertentu. Sambutan atau penerimaan tersebut berupa kemauan. Terlihat pada diri siswa kesediaan untuk menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju kepada pelajaran yang diikutinya. Hal lain dalam penerimaan itu adalah munculnya tanggapan yakni berupa partisipasi siswa keseluruhan proses pembelajaran secara sukarela, ini merupakan siswa terhadap rangsangan yang diterimanya.
42
(3) Fungsi Kognitif Fungsi kognitif ini terlihat apabila media yang digunakan adalah darmawisata, siswa mampu menceritakan pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada temantemannya. Melihat hal ini, jelas bahwa media pembelajaran telah ikut andil dalam mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Semakin banyak ia dihadapkan pada objek-objek akan semakin banyak pula pikiran dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas alam kognitifnya. (4) Fungsi Imajinatif Media
pembelajaran
dapat
meningkatkan
dan
mengembangkan imajinasi siswa. Imajinasi ini mencakup penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana bagi masa mendatang, atau dapat juga mengambil bentuk fantasi (khayalan) yang didominasi kuat sekali oleh pikiran autistik. (5) Fungsi Motivasi Guru
dapat
memotivasi
siswanya
dengan
cara
membangkitkan minat belajarnya dan dengan cara memberikan dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran
43
yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna. (6) Fungsi sosio-Kultural Fungsi media dilihat dari sosio-kultural, yakni mengatasi hambatan sosio-kultural antarpeserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal yang mudah untuk memahami para siswa memiliki jumlah cukup banyak (paling tidak satu kelas berjumlah ± 40 orang). Mereka masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Masalah ini dapat diatasi media pembelajaran, karena media pembelajaran memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama. Fungsi atau kegunaan media pendidikan menurut Arief .S. Sadiman, dkk42 adalah sebagai berikut: a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar.
42
Arief S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009), h. 17.
44
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. d. Kesulitan latar belakang lingkungan guru dengan siswa yang berbeda dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemapuannya dalam: 1) Memberikan perangsang yang sama 2) Mempersamakan pengalaman 3) Menimbulkan persepsi yang sama Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan rasa ingin tahu dan minat, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam proses belajar mengajar, serta dapat mempengaruhi psikologi siswa. Oleh karena itu, media dapat digunakan secara tepat, secara nyata membantu dan mempermudah proses belajar mengajar. Dengan demikian hasil pembelajaran dapat lebih optimal. Penggunaan media juga dapat membangkitkan minat dalam pembelajaran menulis puisi karena dapat merangsang imajinasi dan perasaan siswa untuk dapat menulis puisi secara baik.
45
3. Jenis-jenis Media Munadhi (2008) menggolongkan media menjadi lima, yaitu: a. Media Audio Media audio adalah media yang isi pesannya hanya diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya melibatkan indera dengar. Jenis-jenis media audio adalah Phonograph (Gramaphone), Open Reel Tapes, Cassette Tapes, Compact Disk, Radio, Laboratiorium Bahasa. b. Media Visual Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Jenis media visual antara lain: gambar, grafik, diagram, bagan, peta, buku atau modul, komik, majalah, poster, dan papan visual. c. Media Audio-Visual Media audio-visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media audio-visual antara lain: film, video, dan televisi. d. Multimedia Multimedia pembelajaran adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung. Jenis multimedia antara lain : komputer, internet, dan E-learning.
46
e. Peralatan Proyeksi 1) Overhead Projector (OHP) Adalah sebuah alat yang berfungsi untuk memproyeksikan bahan-bahan visual yang dibuat di atas lembar transparan. 2) Slide (Film Bingkai) Pada dasarnya slide sama dengan film strip, perbedaannya adalah bahwa slide dapat diproyeksikan satu persatu, sedangkan film strip merupakan rangkaian atau keseluruhan penyampaian ide tertentu. Lazimnya slide dapat digunakan untuk menyajikan gambar atau objek hasil pemotretan. 3) Film Strip (Film Rangkai) Berbeda dengan slide, gambar (frame) pada film strip berurutan merupakan satu kesatuan. 4) Opaque Projector (Proyektor Tak Tembus Pandang) Bila ketiga proyektor di atas berbasis bahan transparan, maka proyektor yang satu ini mampu memproyeksikan bahanbahan tidak tembus pandang (opaque). Benda-benda datar, tiga dimensi seperti mata uang, model, serta warna dan anyaman dapat diproyeksikan. Jadi berbeda dengan proyektor yang memproyeksikan bahan visual dari tranparansi yang tembus pandang, seperti OHP, slide, dan film strip.
47
5) Digital Projector Perbedaan digital projector dengan OHP yaitu kalau digital projector dapat menampilkan bahan visual diam dan gerak, sedangkan OHP hanya menampilkan bahan visual diam saja. Dari berbagai jenis media yang diurai di atas, maka dalam penelitian ini, penulis menerapkan penggunaan satu media baru yang bersifat auditif yaitu ilustrasi musik sebagai media pembelajaran menulis puisi yang berfungsi untuk membangkitkan keinginan, minat, motivasi dan merangsang siswa untuk belajar, serta meningkatkan kemampuan menulis puisi.
4. Ilustrasi Musik sebagai Media Pembelajaran Kata ilustrasi dan musik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),43 ilustrasi yaitu penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dsb untuk lebih memperjelas paparan (tulisan dsb), sedangkan arti kata musik yaitu nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). Pengertian ilustrasi musik dalam KBBI adalah musik yang mengiringi pertunjukan sandiwara di pentas atau melatari film. Ilustrasi musik bukan hanya untuk mengiringi pertunjukan sandiwara atau melatari film saja tetapi bisa juga menjadi sebuah media 43
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 526 dan 943.
48
pembelajaran. Ilustrasi musik dapat mengubah lingkungan belajar menjadi menyenangkan sehingga para siswa pun antusias untuk belajar. Musik sangat penting untuk lingkungan Quantum Teaching karena musik sebenarnya berhubungan dan mempunyai kondisi fisiologis selama melakukan pelajaran mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung cenderung meningkat, dan otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung dan tekanan darah menurun dan otot-otot mengendur. Musik sangat berpengaruh pada guru dan pelajar. Sebagai seorang guru, dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik merangsang, meremajakan, dan memperkuat belajar, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di samping itu, kebanyakan siswa memang mencintai musik.44 Penelitian di Universitas California mengungkapkan bahwa masing-masing otak (otak kiri dan otak kanan) mengendalikan aktivitas intelektual yang berbeda-beda sesuai dengan tugas yang sudah menjadi tugas masing-masing. Hal inilah yang menyebabkan tidak terjadinya tumpang tindih antara otak kanan dan otak kiri, karena keduanya mempunyai ruang yang berbeda. Otak kiri menangani
44
Bobbi Deporter, dkk, Quantum Teaching (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2010), h. 110
49
masalah tentang angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran lebih rasional. Sedangkan otak kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinilitas, daya cipta, dan bakat artistik.45 Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa musik berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas dan daya pikir. Bahkan mahasiswa yang diperdengarkan musik-musik klasik beberapa jam sebelum tes IQ berakibat pada bertambahnya nilai IQ para mahasiswa tersebut dibanding jika mereka tidak didengarkan musik klasik.46 Para ahli percaya bahwa pelatihan menggunakan musik membentuk jalur baru di dalam otak. Pelatihan menggunakan musik juga memberikan lebih dari sekedar hubungan sebab akibat terhadap perkembangan bagian-bagian tertentu dari otak secara jangka panjang. Musik memicu keterkaitan yang lebih besar dari stimulus lainnya terhadap belahan otak sebelah kiri dan otak kanan. Musik juga memicu keterkaitan yang lebih besar diantara bidang-bidang di dalam otak yang bertanggung jawab atas emosi dan ingatan. Menggunakan musik sebagai alat untuk memaksimalkan potensi manusia merupakan upaya yang sangat berarti. Musik mampu memotivasi dan mendorong
45
Miftahul A‘la, Quantum Teaching (Yogyakarta: DIVA Press, 2010), h. 25-26. Amrizal, ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul 15:50, tanggal 6 April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdian-knpi.blogspot.com/2010/07/perananmusik-dalam-pembelajaran.html 46
50
partisipasi dalam kegiatan yang akan membantu meraih tujuan di dalam fungsi-fungsi sosial, bahasa dan motorik.47 Di negara-negara maju, musik telah dimanfaatkan untuk kepentingan umum dan bukan hanya pada kepentingan musik. Bank, dokter gigi, agen asuransi rumah sakit dan tempat-tempat yang berhubungan dengan orang banyak telah memanfaatkan musik untuk kepentingan tertentu. Negara Indonesia belum mampu untuk melihat prospek musik dari aspek manfaat. Musik masih difungsikan untuk sekedar hiburan dan menjadi disiplin khusus yang sangat spesial sehingga terasa sulit untuk disejajarkan dengan disiplin ilmu lain. Plato pernah berkata, ―Di dalam pendidikan, musik menduduki posisi tertinggi karena tidak ada satupun disiplin yang dapat masuk ke dalam jiwa dan menyertai dengan kemampuan bertahap melebihi irama dan harmoni‖.48 Musik sepertinya merupakan sistem yang sudah terpasang pada otak kita. Dalam Origins of Music, Wallin, Merker, dan Brown (1999) mengatakan bahwa musik merupakan bentuk komunikasi universal yang mempengaruhi pemeliharaan spesies dan memainkan peran dalam menarik pasangan, mengikat, dan harmoni. Weinberger (2004), seorang neuroscientist pada University of California di Irvine, menunjukan bahwa temuan-temuan baru mendukung teori bahwa otak dikhususkan untuk membangun blok musik. Risetnya mengemukakan 47 48
Ibid. Ibid.
51
bahwa auditory cortex menanggapi titinada dan bukan hanya frekuensi suara mentah dan bahwa sel-sel otak individual mengolah kontur melodi.49 Dampak musik dapat dirasakan juga pada detak jantung, seperti diukur dengan denyut, yang cenderung sinkron dengan hentakan musik yang sedang kita dengar—semakin cepat musik, semakin cepat denyut. Tubuh ikut beresonansi dengan panjang gelombang molekul yang stabil; musik memiliki frekuensinya sendiri, yang entah beresonansi pada frekuensi yang sama, kita merasa nyaman, kita belajar lebih baik, dan kita akan lebih sadar dan siaga.50 Jadi, dengan musik, kegiatan belajar mengajar akan terasa menyenangkan. Menurut Eric Jensen, efek potensial musik terhadap pikiran dan tubuh mencakup berikut ini: 1. Meningkatkan energi otot. 2. Meningkatkan energi molekuler. 3. Mempengaruhi detak jangtung. 4. Mengurangi sakit dan stres. 5. Mempercepat penyembuhan dan pemulihan pasien bedah. 6. Menghilangkan kelelahan. 7. Membantu dalam melegakan emosi. 8. Merangsang kreativitas, sensitivitas, dan berpikir.
49
Eric Jensen, Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 101 50 Ibid.
52
Selanjutnya, berikut ini adalah manfaat pembelajaran yang dianggap berasal dari musik: 1. Relaksasi dan pengurangan stres (stres menghambat pembelajaran). 2. Mendorong kreativitas melalui aktivasi gelombang-otak. 3. Stimulasi imajinasi dan pemikiran. 4. Stimulasi keterampilan gerakan (motor), berbicara, dan vokabulari. 5. Pengurangan dalam masalah disiplin. 6. Pemfokusan dan pengaturan energi kelompok. 7. Transmisi informasi sadar dan bawah sadar. Menurut Hernowo, berikut adalah beberapa kegiatan yang bisa ditingkatkan oleh musik:51 1. Mengerjakan karya seni maupun ilmiah. 2. Menulis naskah atau artikel. 3. Belajar untuk ujian atau membantu anak-anak belajar. 4. Membaca novel atau buku teks. 5. Menyiapkan bahan kuliah atau bahan lokakarya. 6. Menulis karangan. 7. Berlatih yoga, tai chi, atau bentuk meditasi fisik yang lain. 8. Mencari ilham untuk karya kelompok. 9. Menghafal pidato atau naskah untuk peran sebuah drama. 10. Menciptakan program komputer yang baru.
51
Hernowo, Quantum Writing (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), h. 166.
53
Menurut Hernowo dalam bukunya, Quantum Writing, musik bisa secara fenomenal membantu pembelajaran dan untuk belajar. Orangorang yang menerapkan teknik Superlearning biasanya memutar musik yang temponya lambat atau largo karena musik dengan tempo lambat, yaitu 60 ketukan per menit, mampu menurunkan gelombang otak dan detak jantung sehingga memicu relaksasi yang lebih dalam. Berikut ini adalah cara melatih keahlian berimajinasi menurut Hernowo: 1. Cari tempat yang tenang untuk duduk atau berbaring. 2. Sebelum musik diputar, yakinkan diri bahwa Anda akan mengamati setiap citra dan keterkaitan yang muncul. 3. Amati setiap perasaan yang muncul bersama dengan pencitraan tersebut. 4. Bayangkan Anda berada di alam terbuka, di sebuah tempat yang Anda sukai. 5. Putar Intriduction and Allegro dari Ravel atau Prelude to the Afternoon of Faun. Biarkan musik membawa Anda pergi. 6. Catat di dalam buku harian Anda, citra, keterkaitan, dan emosi yang muncul. Tulis secepat mungkin, jangan berpikir. Cara membuat karangan dengan iringan musik menurut Hernowo: 1) Untuk memicu kreativitas yang lebih dalam dan lebih introspektif, putar Brandenburg Concerto No. 5 (movement kedua) karya Bach.
54
2) Siapkan pena dan kertas kosong yang tidak bergaris. 3) Dengarkan dalam suasana santai, pertama-tama tarik napas dalam, kemudian lakukan sedikit latihan peregangan. 4) Setelah musik mulai diputar, bayangkan Anda berada di sebuah jalan setapak. Perhatikan bagaimana bentuknya dan rasakan permukaannya di bawah telapak kaki Anda. Perhatikan suasana keliling Anda. Kemudian, biarkan musik menunjukan kepada Anda, kemana jalan tersebut mengarah. 5) Setelah selesai, putar sekali lagi. 6) Sambil mendengarkan, tuliskan kemana jalan setapak itu membawa Anda pergi. Jadi, media ilustrasi musik dalam pembelajaran menulis terutama menulis puisi sangat mempengaruhi konsentrasi, kesehatan, daya ingat, kreativitas, imajinasi dan daya pikir siswa sehingga pengaruh tersebut dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Pengaruh peningkatan kemampuan menulis puisi para siswa tersebut perlu dibuktikan dengan penelitian. Oleh karena itu, penulis meneliti bagaimana peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas X dengan media ilustrasi musik.
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI 22 Serpong. Sekolah ini terletak di Jalan Pahlawan Seribu No. 60, Tangerang Selatan, Banten. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2011-2012, tepatnya selama tiga bulan, mulai dari bulan Juli s.d September 2011. Waktu untuk mengajar adalah dua kali pertemuan dengan siswa.
B. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Pemilihan metode ekperimen ini berdasarkan karena peneliti ingin mengetahui secara pasti pengaruh penggunaan media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa di dua kelompok sampel yang dijadikan penelitian. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.52 Menurut Burhan Bungin:
52
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2010) cet.9, h. 107
55
56
apabila penelitian bertujuan meramalkan dan menjelaskan halhal yang terjadi atau yang akan terjadi di antara variabelvariabel tertentu melalui upaya manipulasi atau pengontrolan variabel-variabel tersebut atau hubungan di antara mereka, agar ditemukan hubungan, pengaruh, atau perbedaan salah satu atau lebih variabel, maka penelitian yang demikian disebut penelitian eksperimen.53 Jadi, metode eksperimen yaitu suatu cara untuk mencari hubungan sebab-akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu kelakuan. Untuk itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain penelitian “Posttest-Only Control Design”.
Tabel. 1 Desain Metode Penelitian R R
X
O2 O4
(Sugiyono, 2010 : 112) Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok yang diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut 53
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), h.39
57
kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment) adalah (O1:O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup: 1. Angket Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.54 Dalam penelitian ini responden diberi instrumen angket yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Pada penelitian ini, angket yang peneliti gunakan berisi tentang dua hal utama yakni bagaimana respon siswa pada media ilustrasi musik yang digunakan dalam pembelajaran menulis puisi dan substansinya. Angket dalam penelitian ini berjumlah 15 pertanyaan. Untuk menghitung persentase data angket, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
54
Sugiyono, Opcit, h. 199
58
Rumus analisis data angket: P = F x 100 N
Keterangan :
P = Persentase yang dicapai. F = Frekuensi (jawaban responden terhadap salah satu alternatif jawaban). N = Jumlah responden.
2. Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.55 Adapun tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu siswa menulis puisi dengan memperhatikan tema, pemilihan kata (diksi), penggunaan gaya bahasa (majas), bait, rima, dan irama, serta pengimajian.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), h. 127, Cet. Ke- 12
59
dan kemudian ditarik kesimpulan.56 Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah keseluruhan siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong yang berjumlah 51 siswa. 2. Sampel Sutrisno Hadi mengemukakan ―sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasinya‖.57 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu sampel kelompok (Cluster Sampling). Sampel kelompok adalah sampel dalam bentuk kelompok, bukan individu.58 Misalnya kelas siswa.
Dalam sampel kelompok, nilai
sampel adalah rata-rata kelompoknya, bukan nilai individu unsur sampel. Dalam penelitian ini terpilih dua kelas yang dijadikan sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
E. Teknik Analisis Data Untuk pengujian hipotesis, data hasil post test kemampuan menulis puisi siswa dari kedua kelompok, baik kelompok eksprimen maupun kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat analisis.
56
Sugiyono. Opcit, h. 90 Sutrisno Hadi. Statistik 2, (Yogyakarta: Andi Offset, 1996), h.221, Cet. Ke-19 58 Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), h. 71, Cet. Ke-1 57
60
1. Uji prasayarat analisis Uji homogenitas varians: Uji homogenitas varians ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang didapat homogen atau tidak. Pengujian homogenitas ada tiga cara,59 yaitu: a. Varians terbesar dibandingkan varians terkecil b. Varians terkecil dibandingkan varians terbesar c. Uji Bartlett (untuk lebih dari 2 kelompok) Dari ketiga cara di atas peneliti memilih cara yang pertama yaitu cara varians terbesar dibandingkan varians terkecil dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Tulis Ha dan Ho dalam bentuk kalimat. 2) Cari Fhitung dengan menggunakan rumus: F= Varians terbesar Varians terkecil 3) Tetapkan taraf signifikansi (α). 4) Hitung Ftabel dengan rumus: Ftabel = F1/2 α (dk varians terbesar – 1, dk varians terkecil – 1) dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel.
59
Husaini Usman, R Purnomo Setiady Akbar, Pengantar Statistika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.133.
61
5) Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu : Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima (homogen) 6) Bandingkan Fhitung dengan Ftabel. 7) Buatlah kesimpulannya.
2. Pengujian Hipotesis Untuk pengujian hipotesis digunakan statistik inferensial yaitu uji perbedaan dua rata-rata. Adapun rumus statistik uji- t yang digunakan jika varians tidak homogen, yaitu : Uji hipotesis untuk Ho : akan mempunyai statistik uji60 : diketahui : x1 = ∑ x1
th = x1 – x2 √( S12 ) + (S22) n1
n1
n2
di mana t mengikuti distribusi t dengan derajat bebas sama dengan: db = √( S12 + S22)2 n1
n2
(S12/ n1)2 + (S22/ n2)2 n1-1
60
n2-1
R.Gunawan Santosa, Statistik, (Yogyakarta: Andi, 2004), h.107.
62
Sedangkan rumus statistik uji t yang digunakan jika varians homogen, yaitu: 𝑥̅1 − 𝑥̅2
; dengan derajat bebas (db)= 𝑛1 + 𝑛2 − 2
t=
𝑆𝐺
1 𝑛1
+
1 𝑛2
Pada penggunaan tabel t maka db dibulatkan pada “integer terdekat”.
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah 1. Profil Sekolah Nama Yayasan
: Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan (Anak Lembaga PB PGRI)- YPLP-PGRI
Nama Sekolah
: Sekolah Menengah Atas (Atas) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI): SMA PGRI Serpong
Tahun Berdiri
: 08 Januari 1978
Izin Operasional
: Dari KANWIL DEPDIKBUD Propinsi Jawa Barat NO : 189 /I02.KEP / E.81 tanggal 28 September 1981
Status Sekolah
: Terakreditasi ―B‖
Alamat
: Yayasan Pusat di Jakarta : Yayasan Propinsi di Serang : Yayasan Kabupaten di Tangerang : Sekolah : Jl. Pahlawan Seribu No. 60 Serpong Tangerang Telepon/Fax. (021) 7562410
KEPALA SEKOLAH Nama
: Drs. Samya Suryana
Tempat Tanggal lahir
: Sumedang, 18 Februari 1956
63
64
NIP
: 195602181986031008
Pangkat, Jabatan, Golongan : Pembina Tingkat Satu/IVa Pendidikan
: S1. IPPS
2. Visi dan Misi sekolah Visi SMA PGRI 22 Sekolah Besar Kuat Demokratis, Kompetitif dan Berkualitas Pilihan Masyarakat Visi ini menggambarkan cita-cita sekolah yang objektif, rasional, dan fokus. Ke depan sebagai lembaga pendidikan terdepan yang berwibawa, dihargai, disegani, dan diakui oleh stake holder pendidikan. Misi SMA PGRI 22 a. Misi Pendidikan Nasional untuk melaksanakan proses pendidikan efektif
guna
berpengetahuan
menghasilkan luas
dan
lulusan dalam,
yang
bermutu,
memilikinya
cerdas
kepribadian,
memiliki keterampilan hidup b. Misi Kebudayaan Nasional adalah untuk menumbuhkembangkan budaya bangsa, melestarikan nilai – nilai luhur serta menjungjung tinggi nilai agama untuk mencapai ahlakul karimah, berkesenian yang sehat dan bermanfaat.
65
c. Misi Nilai Perjuangan salah satu jati diri PGRI sebagai organisasi induknya
mengawal,
menjaga,
menegakkan
dan
mengisi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, dengan menanamkan kesadaran bela negara dan rasa kebangsaan yang tinggi. d. Misi Pengabdian merupakan kesadaran berkorban berkarya nyata bagi para guru sebagai pendidik, pengajar, pelatih, penilai dalam kiprahnya terhadap misi organisasi PGRI dengan penuh rasa tanggung jawab dan niat ibadah. e. Misi Pengembangan dan Pembaharuan selalu, memperluas, memperdalam, memperkuat, memperkaya, perubahaan kearah kemajuan menyeluruh secara bertahap terprogram dan terukur secraa terus menerus. f. Misi Kompetensi : sekolah mampu meningkatkan potensi guru, staf sekolah dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari penguasaan pengetahuan (kognitif), sikap tingkah laku dan kepribadian (afektif) dan keterampilan hidup (life skill). g. Misi IMTAQ dan IPTEK diharapkan sekolah ini sebagai egen pembentukan manusia beriman, bertakwa, berahlak mulia serta agen ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberi manfaat besar bagi kehidupan umat lahir dan bathin.
66
3. Kurikulum sekolah Struktur kurikulum di SMA PGRI Serpong meliputi substansi pembelajaraan yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai Kelas X sampai dengan Kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian kelas – kelas di SMA PGRI Serpong dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas dua program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Table 2. Struktur Kurikulum SMA PGRI Serpong Kelas X Alokasi waktu Semester 1 Semester 2
Komponen A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Kewarganegaraan 3. Bahasa dan Sastra Indonesia 4. Bahasa Inggris 5. Matematika 6. Fisika 7. Biologi 8. Kimia 9. Sejarah Nasional dan Dunia 10. Geografi 11. Ekonomi 12. Sosiologi 13. Seni Budaya 14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 15. BK / BP 16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2
2
67
17. Keterampilan / Bahasa Asing B. Muatan Lokal C. Pengembangan Diri Jumlah
2 1
2 1
2* ) 41
2* ) 41
28* ) Ekuivalen 2 jam pembelajaraan
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Kepala Sekolah Nama
:
Drs. Samya Suryana
Tempat Tanggal Lahir
:
Sumedang, 18 Februari 1956
NIP
:
195602181986031008
Pangkat, Jabatan, Golongan :
Pembina Tingkat Satu / IV a
Pendidikan
S1 IPPS
:
a. Guru Jenis Kelamin
: L = 15
P = 14 Jumlah : 29
Pendidikan
: D3 = 1 S1 = 27 S2 = 1 Jumlah : 29
Pengalaman
: 4 Thn = 6 8 Thn = 5 > 12 Thn = 18
b. Staff Jenis Kelamin
: L=4 P=3
Jumlah : 7
Pendidikan
: SLTP = 4
Pengalaman
: < 4 Thn : 1 > 4 Thn : 2 > 8 Thn : 4
SLTA = 3 Jumlah : 7
68
Tabel 3. Data Personil SMA PGRI 22 Serpong No.
Nama Guru/TU/Penjaga
Agama
Jabatan
Islam Islam
Pendidikan Terakhir S1 S1
1. 2.
Drs. Samya Suryana Dra. Hj.Tini Nuraeni
3. 4. 5. 6. 7.
Dra. Hj.Ellien Ajatri LT Dra. Catharina SDD Kusmiati Roebyo, S.Pd Naijan, S.Pd Drs. Muhammad Halimi, MMPd
Islam Kristen Islam Islam Islam
S1 S1 S1 S1 S1
PKS Kur. Guru PKS Kes. PKS Sarana PKS Humas
8.
M. Asro S.Pd.
Islam
S1
Guru
9. 10.
Aminah, S.Pd. Drs. M. Chotib
Islam Islam
S1 S1
Guru Guru
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Dra. Maryati Drs. Suparto Dra.Rr Tatik Purwaningsih Suhardjo CR, SP Iis Rosita, S.Pd Dede Syarif, S.Pd Mueliah, S.Pd
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
18. 19.
R. Rudi Darmawan, S.Pd Euis Hasmayanti Dewi, SIP
Islam Islam
S1 S1
Guru Guru
20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Jonih Surya, S.Pd Drs. Memed Sumantri Ani Wahyu Sumawijaya, S.Pd Ahmad Fauzi, S.Pd Irawan, S.Kom Apriyanti Cinta Jayanti, S.Pd Ratna Ismawati, S.Pd Harid Adhari, S.Kom Dede Komarudin, S.Pd Tri Junaedi, S.Pd Awal Oedijono Sukenah
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 SMKK
Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru
32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Amelia Cacih Tuti Sutihat Rusdiana Ruri Ismayanti Arham Maman Rusman Ading Sukardi Mulya Kustini
Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam Islam
D2 SMA SMA SMA SMK SMP SMP SMP SMA
Guru Tata Usaha Kasir Tata Usaha Perpustakaan Pesuruh Penjaga Penjaga Tata Usaha
Kepsek Guru
Mengajar Mata Pelajaran Sosiologi/Sejarah Bahasa dan Sastra Indonesia Ekonomi Kimia Bahasa Inggris Sosiologi/sejarah Pendidikan Agama Islam Pendidikan Kewarganegaraan Ekonomi Pendidikan Agama Islam Sejarah/SPJD Kesenian Biologi Biologi Fisika Biologi Bahasa dan Sastra Indonesia Sosiologi/Kesenian Pendidikan Kewarganegaraan Penjaskes Kesenian Matematika Matematika Komputer Matematika Bahasa Inggris Komputer Ekonomi/Akuntansi Fisika/Geografi Keterampilan Otomotif Keterampilan Tata Busana Bahasa Inggris ---------
69
B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini, diperoleh hasil tes akhir (post test) pada kedua kelas. Adapun hasil data yang peneliti peroleh, dianalisis
dan
ditampilkan
dalam
bentuk
tabel
yang
disertai
pendeskripsiannya. Hasil akhir dari data yang telah diproses bertujuan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah media ilustrasi musik diterapkan dalam pembelajaran menulis puisi. 1. Deskripsi Hasil Penelitian Data penelitian ini berupa lembar kerja siswa yang menulis puisi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes keterampilan menulis puisi itu telah diubah ke dalam bentuk bahasa tulis (transkrip). Data yang berupa larik-larik puisi diubah ke dalam bentuk angka-angka sehingga data yang diperoleh dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan statistik. Untuk memperoleh angka-angka tersebut peneliti menggunakan skala 1 sampai dengan 100. Skala tersebut dilihat dari deskripsi kriteria penilaian keterampilan menulis puisi ada di lampiran. Setiap aspek penilaian keterampilan menulis puisi memiliki bobot yang berbeda. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kepentingan masingmasing aspek dalam keterampilan menulis puisi.
70
Berikut akan diuraikan contoh hasil analisis tes akhir (post test) keterampilan menulis puisi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam pembahasan ini, peneliti tidak mencantumkan semua hasil analisis tes keterampilan menulis puisi karena keterbatasan waktu dan biaya. Peneliti hanya memberikan beberapa contoh mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam mengubah data kualitatif yang berupa kalimat menjadi data kuantitatif yang berbentuk angka-angka. Hasil penyekoran setiap aspek dari kedua kelas kemudian di klasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Tingkat pertama, dengan skor tertinggi yaitu 100. Tingkat kedua, dengan skor sedang yaitu 70. Tingkat ketiga, dengan skor terendah, yaitu 50. Untuk lebih jelasnya peneliti memaparkan klasifikasi perolehan skor setiap aspek sebagai berikut:
a. Deskripsi Analisis Puisi Tes Akhir (Post Test) kelas Eksperimen Subyek Nomor 10 dan 12 Analisis puisi subyek no.10 Nomor
10
Nama
Cindy Tania. M
Nilai
80
71
Judul puisi: Penyesalan Kadang-kadang aku benci Bahkan sampai aku maki …..diriku sendiri Seperti aku Menjadi seteru …..diriku sendiri Waktu itu Aku… Seperti orang lain dari diriku Aku tak puas Sebab itu aku menjadi buas Menjadi buas dan panas
1) Tema atau Judul Puisi Tema atau judul dalam menulis puisi pun harus diperhatikan. Tema atau judul harus tepat dengan isi puisi yang ditulis. Dalam puisi subyek nomor 10, judul yang diambil adalah Penyesalan. Judul telah sesuai dengan isi puisi karena di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa si penulis membenci dirinya sendiri seperti orang yang sedang lepas kendali. Tersirat ada penyesalan di dalamnya. Untuk itu peneliti memberi skor 20 untuk ketepatan penentuan tema dalam puisi di atas.
72
2) Pemilihan Kata (Diksi) Diksi memiliki peranan yang penting dalam sebuah puisi, karena dengan pemilihan diksi yang tepat seorang penyair akan mendapatkan efek yang lebih indah dari puisinya. Pada subyek nomor 10, pemilihan kata tampak pada penggalan: menjadi seteru//aku menjadi buas// buas dan panas. Siswa menggunakan kata seteru dengan maksud ingin menegaskan bahwa ia sedang bertengkar atau berseteru dengan dirinya sendiri. Siswa memilih kata buas dan panas untuk menggambarkan bahwa dirinya benarbenar lepas kendali atas amarahnya. Melihat ketepatan siswa dalam memilih kata, maka peneliti memberi skor 25. 3) Gaya Bahasa (Majas) Gaya bahasa yang digunakan oleh subyek nomor 10 ini adalah jenis gaya bahasa hiperbola, seperti pada penggalan, aku menjadi buas dan panas. Gaya bahasa pada kalimat aku menjadi buas dan panas merupakan sebuah gaya bahasa yang berlebihan. Untuk gaya bahasa yang digunakan diberikan skor 10. 4) Bait, Rima, dan Irama Bait dalam puisi erat kaitannya dengan tipografi (perwajahan) puisi, fungsinya untuk menarik perhatian
73
pembaca dan membantu pembaca memahami makna dan situasi
yang
tergambar
dalam
puisi.
Pemenggalan-
pemenggalan pada puisi di atas yang ditulis oleh subyek no.10 telah memiliki struktur yang indah dan memudahkan pembaca memahami makna yang ingin disampaikan oleh penyairnya. Pada bait dalam puisi tersebut, siswa menulis puisi dalam bait yang masing-masing tiap lariknya semakin menjorok ke dalam. Penempatan bait diberikan skor sebesar 5. Rima dalam puisi di atas lebih dominan pada bentuk rima i-i i-i. seperti penggalan puisi; Kadang-kadang aku benci// Bahkan sampai aku maki//…diriku sendiri/. Jelas sekali bunyi akhir pada setiap larik berbentuk i-i i-i. Siswa pun mengulang bentuk rima di bait kedua dan terakhir dalam puisinya, seperti penggalannya berikut ini; Aku tak puas// Sebab itu aku menjadi buas// Menjadi buas dan panas. Terdapat pola sajak akhir pada setiap bait. Bait kesatu: ci-ki-ri; bait kedua: ku-ru-ri; bait ketiga: tu-ku-ku; bait keempat: as-as-as. Pola sajak tersebut terasa sangat berirama dan juga liris. Kalau diperhatikan, kombinasi asonansi dari bait pertama ke bait keempat, dari asonansi i-i ke konsonansi s-s, menunjukan suasana yang sangat berat
74
dan murung, sesuai dengan perasaan sesal yang semakin meningkat sehingga di bait keempat semakin terasa suasana kemarahan pada dirinya sendiri. Karena menariknya unsur estetik pada puisi ini maka skor untuk kriteria penilaian rima diberikan skor sebesar 10. Irama bernilai sangat estetik saat dibaca, jika rima yang dipilih juga bernilai estetik. Rachmat Djoko Pradopo menyebut irama sebagai orkestra bunyi, yaitu kombinasi bunyi yang meliputi semua persajakan.61
Apabila rima
yang dipilih sudah bernilai estetik, maka irama yang dibentuk akan indah pula saat dibaca. Kombinasi bunyi dominan asonansi i-i dan konsonansi s-s menimbulkan rasa penyesalan yang kuat dan kemarahan yang menggelora. Karena keestetikan tersebut, maka peneliti memberi nilai 5 pada komponen penilaian irama puisi. 5) Pengimajian (Pencitraan) Pengimajian atau imaji adalah susunan kata yang mencitrakan
pengalaman
sensoris
seperti
melihat,
mendengar, dan meraba. Puisi yang ditulis oleh subyek no.10 ada pencitraan yang disebut dengan citra suhu, dalam Rachmad Djoko Pradopo, citra suhu adalah citra yang dibangkitkan melalui pengalaman sensoris yang berkaitan
61
Rachmat Djoko Pradopo. Puisi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h.3.7, Cet. Ke-3
75
dengan suhu.62 Citra suhu ini dapat kita lihat pada larik puisi di atas pada bait terakhir; Menjadi buas dan panas, kata panas tersebut merupakan pengalaman sensoris yang berkaitan dengan suhu. Pada kategori pencitraan ini, peneliti memberikan skor 5 dalam puisi subyek no.10. Analisis puisi subyek no.12 Nomor
12
Nama
Sintia Dewi
Nilai
90
Judul Puisi: Sajak Putih Beribu saat dengan kenangan Surut perlahan Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh Sewaktu detikpun jatuh Kita dengar bumi yang tua dalam setia Kasih tanpa suara Sewaktu bayang-bayang kita memanjang Mengabur batas ruang
62
Ibid. h. 4.22
76
Kita pun bisa tersekat dalam pesona Sewaktu ia pun memanggil-manggil Sewaktu kata membuat kita begitu terpencil Di luar cuaca
1) Tema atau Judul Pada puisi subyek no.12, tema/judul pada puisi ini adalah Sajak Putih. Dalam analisa peneliti, makna kata putih pada umumnya adalah nuansa kesucian, ketulusan, kebersihan, kelembutan, dan keagungan. Keterkaitan antara judul dengan isi puisi dirasa kurang sesuai karena isi dari puisi tersebut berbicara tentang keadaan alam, yaitu kesetiaan bumi terhadap seluruh makhluk hidup yang berpijak di atasnya. Oleh karena itu, peneliti memberi skor 10 pada kategori tema/judul. 2) Pemilihan Kata (Diksi) Pada puisi subyek no.12 terlihat si penulis sudah sangat terampil dalam memilih kata yang sesuai, seperti pada larik /Beribu saat dengan kenangan/ dan /sewaktu bayang-bayang kita memanjang / mengabur batas ruang/. Pada larik /kita dengar bumi yang tua dalam setia/, untuk menggambarkan kesetiaan, si penulis lebih memilih kata
77
tua. Karena ketepatan subyek no.12 dalam memilih kata, maka peneliti memberi skor sebesar 25. 3) Penggunaan Gaya Bahasa (Majas) Gaya bahasa yang banyak digunakan dalam puisi di atas adalah majas personifikasi. Seperti pada penggalan larik ketiga; /kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh/, lalu di larik keempat; /sewaktu detik pun jatuh/, kemudian di larik kelima; /kita dengar bumi yang tua dalam setia/. Dari semua penggalan larik di atas menyiratkan bahwa seolah-olah bumi dan detik adalah makhluk hidup yang menyerupai sifat-sifat manusia. Karena ketepatan gaya bahasa yang digunakan, maka peneliti memberikan skor sebesar 25. 4) Bait, Rima, dan Irama Struktur bait dalam puisi pada subyek no. 12 sudah baik atau sudah tepat. Walaupun struktur yang dibuat merupakan struktur yang sudah lazim digunakan. Namun si penulis konsisten dalam menuliskan setiap bait terdiri dari empat larik. Untuk bait, peneliti memberi skor 5. Rima dalam puisi tersebut sangat terasa. Rima yang digunakan adalah aabb dan abba. Bisa dilihat pada setiap akhir paragraf, seperti pada bait pertama; beribu saat dengan kenangan/ surut perlahan/ kita dengarkan bumi
78
menerima tanpa mengaduh/ sewaktu detik pun jatuh/. Untuk rima pada puisi di atas, peneliti memberi skor 10. Dikarenakan rima yang dibentuk secara konsisten dan kombinasi bunyi yang dihasilkan dari rima an-an dan uh-uh maka terbentuk juga irama yang indah saat puisi tersebut dibaca. Rima an-an pada bait pertama seakan mengekspresikan suasana kasih atau cinta. Sedangkan rima uh-uh menimbulkan suasana sedih atau muram. Karena keestetikannya itu, peneliti memberikan skor sebesar 5 untuk kategori irama ini. 5) Pengimajian (Pencitraan) Pengimajian yang dibuat sudah berhasil membuat pembaca seperti merasakan apa yang dirasakan maupun yang dilihat oleh si penulis. Imaji yang terasa dalam puisi tersebut adalah imaji pendengaran dan penglihatan. Imaji pendengaran sangat terasa pada larik ketiga pada bait pertama dan larik pertama pada bait kedua; /kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh//, //kita dengar bumi yang tua dalam setia/ serta pada larik kedua di bait ketiga; /sewaktu ia pun memanggil-manggil/. Kata ‗dengarkan‘, ‗dengar‘, dan ‗memanggil-manggil‘ adalah kata-kata yang menimbulkan
imaji
pendengaran.
Sedangkan
imaji
penglihatan sangat terasa pada larik ketiga pada bait kedua;
79
/sewaktu bayang-bayang kita memanjang/ dan pada larik pertama di bait ketiga; /kita pun tersekat dalam pesona/. Kata
‗bayang-bayang‘,
‗memanjang‘,
‗tersekat‘,
dan
‗pesona‘ merupakan kata-kata yang bisa menimbulkan imaji penglihatan. Untuk kategori penilaian pengimajian, peneliti memberikan skor sebesar 10.
b. Deskripsi Analisis Puisi Tes Akhir (Post Test) kelas Kontrol Subyek Nomor 4 dan 7
Analisis puisi subyek no. 4 Nomor
4
Nama
Muhammad Anhar
Nilai
62
Judul puisi : Sahabatku Di kala tangisku Kaulah yang menghiburku Di kala sepiku Kaulah yang menemaniku
80
Sahabatku…. Kaulah teman yang setia Menemaniku Hadir di saat suka Dan dukaku
Sahabatku… Kaulah yang berarti Di hidupku Kaulah yang mengerti Hidupku…
Terimakasih sahabatku Tanpa kau tak ada arti Yang indah dihidupku..
1) Tema atau Judul Tema atau judul puisi di atas sudah sesuai dengan isi puisi. Isi cerita yang diangkat merupakan perwujudan kasih sayang seseorang terhadap sahabatnya. Oleh karena kesesuaian judul dengan isi puisi, maka peneliti memberi skor sebesar 20 pada kategori ini.
81
2) Pemilihan Kata (Diksi) Pemilihan kata yang dilakukan oleh subyek no. 4 ini merupakan pilihan kata sehari-hari. Seperti terlihat pada setiap baitnya, tidak ada kata-kata yang mempunyai makna khusus. Subyek no.4 ini memaparkan yang dirasakannya secara gamblang. Oleh karena itu, peneliti memberi skor sebesar 15 untuk kategori pemilihan kata. 3) Gaya Bahasa (Majas) Subyek
no.
4
ini
kurang
terampil
dalam
mempercantik kata sehingga tidak ada gaya bahasa yang digunakan dalam puisinya. Peneliti memberi skor sebesar 10 untuk kategori gaya bahasa. 4) Bait, Rima, dan Irama Struktur bait sudah benar atau sudah sesuai dengan struktur bait puisi pada umumnya. Bentuk dari setiap baitnya dibuat zig-zag. Peneliti memberi skor sebesar 5 untuk kategori ini. Rima yang dimunculkan dalam puisi tersebut belum bernilai estetik, karena rima yang terbentuk adalah kebanyakan pengulangan dari kata ganti –ku. Walaupun rima akhir dari puisi tersebut berbentuk aaaa pada bait pertama dan abab pada bait-bait berikutnya, tetapi nilai
82
estetiknya belum terasa. Maka dari itu peneliti memberi skor sebesar 5 pada kategori rima. Irama yang dimunculkan dalam puisi saat puisi itu dibacakan masih kurang terasa indah. Maka peneliti memberi skor sebesar 2 pada kategori ini. 5) Pengimajian (Pencitraan) Imaji yang ditimbulkan oleh kata-kata dalam puisi tersebut belum mampu membawa pembaca ke dalam perasaan yang dirasakan penyair pada saat menuliskan puisi tersebut. Karena kata-kata yang digunakan belum bisa merangsang imajinasi dan mengguah perasaan. Maka dari itu peneliti memberi skor sebesar 5 untuk kategori ini.
Analisis puisi subyek no.7 Nomor
7
Nama
Mamay Suprihartini
Nilai
62
Judul puisi: Masa lalu Dalam kenangan dulu Aku selalu merindukanmu Dalam masa lalu
83
Aku sangat menyayangimu Dalam diriku teringat tentangmu Terbayang wajahmu Teringat setiap malam di kala Aku merana Kini tak ada lagi yang bisa aku rindukan Tak ada lagi yang bisa kusayangi Karena itu hanyalah sekedar masa lalu
1) Tema atau Judul Keterkaitan tema/judul dengan isi puisi memang penting. Pada subyek no.7 ini pemilihan judul dengan isi puisi sudah sesuai. Judul yang diberikan oleh penyair adalah Masa Lalu. Judul tersebut sesuai dengan isi puisi yang memang menceritakan sebuah kisah masa lalu. Karena kesesuaian tema/judul puisi ini, maka peneliti memberikan skor sebesar 20. 2) Pemilihan Kata (Diksi) Sama seperti subyek no.4, subyek no.7 ini juga menggunakan
pilihan
kata
sehari-hari
untuk
mengekspresikan perasaannya dalam puisi. Ada beberapa kata yang menurut peneliti kurang sesuai, seperti pada lirik /dalam
diriku
teringat
tentangmu/.
Saat
dicermati,
84
pemilihan kata dalam diriku dan disandingkan dengan kata teringat tentangmu kurang sesuai. Akan lebih indah dan sesuai jika diriku diganti dengan benakku sehingga menjadi; /dalam benakku, teringat tentangmu/. Oleh karena kurang sesuainya pemilihan kata yang digunakan, maka peneliti memberikan skor sebesar 15 untuk kategori ini. 3) Gaya Bahasa (Majas) Puisi pada subyek no.7 ini tidak menggunakan gaya bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian yang tidak mengandung makna yang mendalam. Karena dalam puisi ini tidak menggunakan gaya bahasa, maka peneliti memberikan skor sebesar 10. 4) Bait, Rima, dan Irama Bait yang ditulis berstruktur zig-zag. Dalam satu bait terdiri empat larik dan ada yang terdiri dari tiga larik. Struktur bait ini sudah benar. Maka peneliti memberikan skor sebesar 5. Rima yang dibentuk oleh penulis masih kurang sesuai. Walaupun di akhir setiap larik terdapat akhiran rima yang sama, tetapi menurut peneliti masih belum bernilai estetik, karena akhiran rima itu lebih banyak mengulang akhiran kata ganti –mu. Maka dari itu, peneliti memberikan skor sebesar 5.
85
Sedangkan irama puisi saat puisi tersebut dibacakan masih kurang terasa indah, karena irama puisi saat dibaca kurang
menimbulkan
dan
menggambarkan
suasana
perasaan yang dirasakan si penulis puisi itu. Maka dari itu peneliti memberi skor 2. 5) Pengimajian (Pencitraan) Imaji yang ditimbulkan dalam kata-kata yang ditulis oleh subyek no. 7 adalah imaji penglihatan seperti pada bait kedua, pada larik kedua, /terbayang wajahmu/. Walaupun subyek no.7 ini memberikan imaji penglihatan dalam puisinya, namun imaji yang ditimbulkan itu masih belum membuat pembaca merasakan kedalaman rasa sang penulis tentang apa yang dirasakan dan dilihatnya. Maka dari itu, peneliti memberikan skor 5 pada kategori ini. Jadi, kesimpulan dari analisis pemberian skor di atas adalah terdapat perbedaan pada hasil post test kedua kelas di atas. Kelas eksperimen mendapat nilai lebih baik dari pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, skor menulis puisi subyek no.10 mendapatkan skor sebesar 80 dan subyek no.12 mendapatkan skor sebesar 90. Sedangkan pada kelas kontrol, skor menulis puisi subyek no.4 mendapatkan skor sebesar 62 dan subyek no.7 mendapatkan skor sebesar 62. Hasil lebih lengkapnya dapat dilihat pada pemaparan hasil analisis data dan uji hipotesis di sub. bab berikut ini.
86
2. Analisis Data Hasil post test pada materi menulis puisi adalah sebagai berikut: Tabel. 4. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas Eksperimen)
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Siswa (Kelas Eksperimen) Bima Nugie Yosphin Sinalita Achmad Fajar Nila Sari Repiyanti Junita Sari Obit .S. Rizky Manalu Ira Maulida Cindy Tania Triyani Sintia Dewi Nuraida Suchi Zaini Dennis .S. Feti Silvia Sri Silviani Noviyanti Deby Sintia Anita Rahayu Dinda Amalia .P. Tri Astuti Yunsa Rezky Audia Octaviani Hanafiah Eisa
Tema
Pemilihan kata
Majas
Bait, rima, dan irama
Imaji
Nilai
20 10 20 20 20 20 10 20 20 20 5 10 20 20 20 20 10 20 20 10 20 20 10 20 10 20
15 15 25 25 15 25 15 15 25 25 15 25 25 25 15 15 15 15 25 25 15 15 15 15 15 15
10 25 25 25 10 10 25 25 10 10 10 25 10 10 10 25 25 10 25 10 10 10 25 10 25 10
9 12 17 12 9 12 20 12 20 20 12 20 20 9 9 20 20 12 20 20 12 12 12 20 20 12
5 10 10 10 5 5 10 10 10 5 5 10 10 5 5 10 5 5 5 5 5 10 5 10 10 5
50 72 97 92 59 72 80 82 85 80 47 90 85 69 59 90 75 62 95 70 62 67 67 75 80 62
Jumlah
1924
87
Tabel. 5. Hasil Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X (Kelas Kontrol)
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Siswa (Kelas Kontrol) Lucky Apriansyah Ari Miswar Amirullah Muhammad Anhar Zulfikar Aris Akbar Sri Suarsih Mamay Suprihatini Nudrika Nurul Amalia Asri D.W Hikmah Widiya Anisa Silviani Deanti Dwi Adesty Resvi Tika Ade Septi Iramayanti Fatma Fatima Fichto Richdiadi Desi Endriani Sarah Amelia Ratna Sari
Tema 5 20 5 20
Pemilihan kata 25 15 25 15
20
Imaji
Nilai
10 10 10 10
Bait, rima, dan irama 9 9 9 12
5 5 5 5
54 59 54 62
15
25
12
5
77
20 20
15 15
25 10
9 12
5 5
74 62
20 10 5 5 20 10 5 20 20 20 20 5 10 10 20 20 20 10
15 5 15 5 25 5 15 25 15 25 25 15 15 5 15 15 25 15
10 10 25 10 10 10 10 10 10 25 10 10 10 10 25 10 25 10
12 9 12 9 12 9 9 12 20 17 20 9 12 9 20 20 12 12
5 5 5 5 5 5 5 5 10 10 10 5 5 5 10 5 5 10
62 39 62 34 72 39 44 72 75 97 85 44 52 39 90 70 87 46 1551
Jumlah
Majas
88
Tabel. 6. Data Pengolahan Hasil Posttest Pada Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas X No.
Kelas Eksperimen (x1) 50 72 97 92 59 72 80 82 85 80 47 90 85 69 59 90 75 62 95 70 62 67 67 75 80 62 1924
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Jumlah
Kelas Kontrol (x2) 54 59 54 62 77 74 62 62 39 62 34 72 39 44 72 75 97 85 44 52 39 90 70 87 46 1551
x12
x22
2500 5184 9409 8464 3481 5184 6400 6724 7225 6400 2209 8100 7225 4761 3481 8100 5625 3844 9025 4900 3844 4489 4489 5625 6400 3844 146.932
2916 3481 2916 3844 5929 5476 3844 3844 1521 3844 1156 5184 1521 1936 5184 5625 9409 7225 1936 2704 1521 8100 4900 7569 2116 103.701
Untuk pengujian hipotesis, data hasil belajar siswa dari kedua kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial melalui uji beda rata-rata. Namun sebelumnya harus diadakan uji prasyarat analisis.
89
a. Uji prasyarat analisis Uji homogenitas varians Uji homogenitas adalah pengujian data, apakah data tersebut homogen atau tidak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara uji: varians terbesar dibandingkan varians terkecil. 1) Hipotesis Ho= Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 (homogen) Ha= Terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2 (tidak homogen) 2) Menentukan Fhitung dan Ftabel.
Fhitung = varians terbesar (S2) varians terkecil (S2) ;dengan derajat bebas (db) = (nbesar-1, nkeci l-1)
mencari varians (S2): S12 = n1 ∑ x12 – (∑ x1)2 n1(n1-1) = 26 (146.932) – (1924)2 26 (26-1)
90
= 3.820.232 – 3.701.776 650 = 118.456 650 = 182,24
S22 = n2 ∑x22 – (∑x2)2 n2 (n2 – 1) = 25 (103.701) – (1551)2 25 (25 – 1) = 2.592.525 – 2.405.601 600 = 186.924 600 = 311,54
Keterangan : S2 = varians N1= banyaknya jumlah kelas eksperimen N2= banyaknya jumlah kelas kontrol 3) Menghitung Fhitung F = varians terbesar varians terkecil
91
= 311, 54 182,24 = 1,7095
; db= (26-1, 25-1) = (25, 24)
4) Hitung Ftabel dengan rumus: Ftabel = F1/2 α (dk varians terbesar – 1, dk varians terkecil – 1) Ftabel= F1/2 . 0,01 (25, 24) = 0,05 (25,24) = 1,939 dengan menggunakan tabel F didapat Ftabel = 1,939. 5) Tentukan kriteria pengujian Ho yaitu : Jika Fhitung ≤ Ftabel maka Ho diterima (homogen) Hasil yang didapat yaitu Fhitung =1,709 dan Ftabel = 1,939. Karena Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima (homogen), yang berbunyi : ―Tidak terdapat perbedaan varians 1 dengan varians 2‖. Kesimpulannya adalah dinyatakan bahwa variansi kedua kelompok relatif sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelompok dalam keadaan homogen.
92
b. Pengujian Hipotesis Setelah uji kehomogenan dilakukan dengan hasil varians adalah homogen. Maka selanjutnya nilai-nilai hasil siswa diolah dengan menggunakan statistik inferensial. Berikut adalah langkah-langkah penghitungannya: 1) Menentukan Hipotesis Ho= Rata-rata hasil belajar materi menulis puisi yang menggunakan media ilustrasi musik sama dengan rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik. Ha= Rata-rata hasil belajar yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik 2) Statistik Hitung Rumus hitung:
𝑥̅1 − 𝑥̅2
;dengan derajat bebas(db)= 𝑛1 + 𝑛2 − 2
t=
𝑆𝐺
1 𝑛1
+
1 𝑛2
93
Rumus untuk mencari Standar Deviasi Gabungan (SG) adalah sebagai berikut:
𝑆𝐺 =
𝑛1−1 𝑆1 2 + 𝑛1−1 𝑆2 2 𝑛1 +𝑛2−2
Keterangan : 𝑥̅1
= rata-rata nilai kelas eksperimen
𝑥̅2 = rata-rata nilai kelas kontrol 𝑆1 2 = varians kelas eksperimen 𝑆2 2 = varians kelas kontrol 𝑛1 = jumlah sampel kelas eksperimen 𝑛2 = jumlah sampel kelas kontrol
Sebelum menghitung thitung, harus dicari terlebih dahulu standar deviasi gabungannya.
𝑆𝐺 =
=
=
=
=
𝑛1 − 1 𝑆₁2 + 𝑛1 − 1 𝑆₂2 𝑛1 + 𝑛2 − 2 26−1 182,24+ 25−1 311,54 26 +25−2 25 182,24+ 24 311,54 49 4556 + 7476 ,96 49 12032 ,96 49
94
= 245,57 = 15,67 Setelah didapat hasil dari standar deviasi gabungan. Maka langkah selanjutnya adalah menghitung thitung dengan memakai rumus di atas. Diketahui: Mencari nilai rata-rata kelas: 𝑥̅1
𝑥₁ = 1924 = 74
= 𝑛₁
𝑥̅1
26 𝑥₂ = 1551 = 62,04
= 𝑛₂
25
Nilai Varians: S12 = 182,24 S22 = 311,54 Selanjutnya mencari hasil thitung :
th =
𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑆𝐺
1 𝑛1
1
+
𝑛2
= 74 – 62,04 15,67
1 26
+
1 25
95
=
11,96 15,67 0,038 + 0,04
=
11,96 15,67 0,078
= 11,96 4, 376 ; db = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
= 2,73
= 26 + 25 − 2 = 49 Setelah proses penghitungan, maka didapat hasil thitung = 2,73 dan derajat bebas (db)= 49. 3) Statistik Tabel α = 5% = 0,05 ttabel = (0,05 ; 49)= 2,01 db = 26 + 25 − 2 = 49 Karena derajat bebas 49 tidak ada ditabel, maka derajat bebas dibulatkan pada integer terdekat yaitu 50 sehingga didapat ttabel = 2,01.
96
4) Membandingkan Statistik Hitung dengan Statistik Tabel Setelah dibandingkan ternyata:
thitung = 2,73
ttabel = 2,01
Ha diterima Ho ditolak
(lebih besar dari)
5) Kesimpulan Ho yang berbunyi: ―Rata-rata hasil belajar materi menulis puisi yang menggunakan media ilustrasi musik sama
dengan
rata-rata
hasil
belajar
yang
tidak
menggunakan media ilustrasi musik‖, ditolak. Sebaliknya Ha yang berbunyi: ―Rata-rata hasil belajar yang menggunakan media ilustrasi musik lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar yang tidak menggunakan media ilustrasi musik‖, diterima.
3. Deskripsi Hasil Analisis Kuantitatif Pengujian Hipotesis Data yang digunakan dalam analisis pengujian hipotesis adalah data hasil evaluasi akhir (post test) setelah pembelajaran dilaksanakan. Seperti diketahui data prestasi belajar post test telah dinyatakan berasal dari sampel yang homogen. Kemudian dilakukan uji (t). Uji (t) ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh hasil belajar atau kemampuan menulis puisi antara kelas yang diberi pembelajaran
97
dengan menggunakan media ilustrasi musik dan yang tidak diberikan media ilustrasi musik. Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis (Uji t) Antar Kelompok
thitung
ttabel 5%
Keterangan
2,73
2,01
Berbeda
Kemampuan menulis puisi siswa pada pembelajaran dengan media ilustrasi musik dan yang tidak.
Hasil analisis tersebut dapat digambarkan dalam daerah kritis penerimaan Ho dari uji t sebagai berikut:
Daerah tolak Ho
Daerah
daerah tolak Ho
Diterima Ho
-2,01 Hasil uji memperoleh nilai t
2,01 hitung
> t
tabel
2,73
(2,73 > 2,01) pada taraf
signifikansi 5%, maka Ho ditolak. Artinya terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi antara kelompok siswa yang diberi pembelajaran dengan media ilustrasi musik dan yang tidak menggunakan media ilustrasi musik. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media ilustrasi musik berpengaruh terhadap
98
hasil belajar siswa dalam menulis puisi dan hipotesis diterima. Artinya pembelajaran dengan menggunakan media ilustrasi musik lebih baik dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
4. Deskripsi dan Hasil Analisis Pengelolaan Angket Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media ilustrasi musik, siswa diberi lima belas pernyataan, dengan komposisi 10 pernyataan yang terkait dengan pembelajaran pemahaman puisi dan 5 pernyataan terkait dengan pembelajaran dengan media ilustrasi musik. Berikut gambaran respon siswa terhadap pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan media ilustrasi musik. Tabel. 8 Hasil Angket Hasil Pengamatan No.
Komponen dan Aspek yang Diamati
I.
Pembelajaran Menulis Puisi
1.
Saya senang mempelajari bahasa
SS
S
KS
30,8%
69,3%
0%
26%
61,6%
11,6%
15,4%
69,3%
23,1%
Indonesia. 2.
Bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari.
3.
Saya
suka
berbahasa.
semua
kegiatan
99
4.
Saya suka kegiatan menulis, seperti puisi, surat, dan karangan (novel dan
7,7%
73,1%
15,4%
19,3%
76%
42,3%
42,3%
42,3%
15,4%
11,6%
42,3%
46,2%
26%
53,9%
19,3%
57,7%
38,5%
0%
38,5%
57,7%
3,9%
38,5%
57,7%
3,9%
cerpen). 5.
Saya pernah menulis puisi.
6.
Menulis puisi merupakan salah satu media yang sangat bermanfaat untuk mengekspresikan perasaan.
7.
Saya tidak pernah merasa kesulitan dalam menulis puisi.
8.
Penggunaan gaya bahasa, diksi, bait, rima, dan irama merupakan hal yang sangat sulit dalam menulis puisi.
9.
Tema dalam menulis puisi sangat beragam, diantaranya tema tentang cinta,
lingkungan
alam,
sosial,
persahabatan, dan sebagainya. 10.
Menulis puisi di ruang terbuka adalah cara yang paling tepat untuk menemukan
inspirasi
dan
berimajinasi. II.
Media Ilustrasi Musik
11.
Proses pembelajaran puisi lebih baik diterapkan di dalam kelas, bila di
100
dalam kelas menggunakan media ilustrasi musik. 12.
Ilustrasi
musik
sangat
berperan
penting dalam proses berimajinasi
38,5%
57,7%
0%
57,7%
42,3%
0%
15,4%
42,3%
42,3%
50%
38,5%
11,6%
dan kenyamanan dalam kegiatan menulis puisi. 13.
Menulis puisi dengan menggunakan iringan
musik
(ilustrasi
musik)
menjadi sangat menyenangkan. 14.
Saya sering menulis puisi dengan iringan musik.
15.
Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda media
setuju
dengan
ilustrasi
pembelajaran
penerapan
musik menulis
untuk puisi
selanjutnya?
Tabel. 9 Kriteria Penafsiran Angket Interval Persentase
Interpretasi
Jawaban 0% - 24%
Berarti sebagian kecil
25% - 49%
Berarti hampir
101
separuh 50%
Separuhnya
51% - 74%
Berarti sebagian besar atau lebih dari separuh
75% - 99%
Berarti hampir seluruhnya
100%
Berarti seluruhnya
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil angket pemahaman menulis puisi yang diperoleh dari siswa sebagai berikut: 1) Komponen yang menyatakan bahwa siswa senang dan tertarik dalam belajar bahasa
Indonesia,
sebanyak
30,8% siswa
menyatakan sangat setuju, 69,3% menyatakan setuju dan 0% menyatakan kurang setuju. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa siswa memiliki ketertarikan dalam belajar bahasa Indonesia. 2) Komponen yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia mudah dipelajari, sebanyak 26% siswa yang menyatakan sangat setuju, 61,6% menyatakan setuju dan 11,6% menyatakan kurang setuju. Dari hasil tersebut ternyata lebih banyak yang menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelajaran bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari.
102
3) Komponen yang menyatakan kesukaan siswa pada semua kegiatan berbahasa, sebanyak 15,4% siswa yang menyatakan sangat setuju, 69,3% menyatakan setuju dan yang menyatakan kurang setuju sebanyak 23,1%. Hasil persentase yang paling besar adalah yang menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di kelas menyukai kegiatan berbahasa. 4) Komponen yang menyatakan kesukaan siswa pada kegiatan menulis seperti puisi, surat, dan karangan (novel dan cerpen) diperoleh
7,7%
yang
menyatakan
sangat
setuju,
73,1%
menyatakan setuju, dan yang menyatakan kurang setuju sebesar 15,4%. Hasil persentase yang paling besar adalah yang menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa di kelas menyukai kegiatan menulis. 5) Komponen yang menyatakan pengalaman siswa dalam menulis puisi,
diperoleh
19,3%
menyatakan
sangat
setuju,
76%
menyatakan setuju, dan 42,3% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut siswa lebih banyak mengatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa pernah menulis puisi. 6) Komponen yang menyatakan bahwa menulis puisi merupakan salah satu media yang bermanfaat untuk mengekspresikan perasaan. Dari pernyataan tersebut diperoleh 42,3% siswa
103
menyatakan sangat setuju, 42,3% menyatakan setuju, dan yang menjawab kurang setuju sebesar 15,4%. Dari hasil persentase tersebut ternyata diperoleh hasil yang sama pada pernyataan sangat setuju dan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa menyetujui pernyataan di atas. 7) Komponen yang menyatakan bahwa puisi bukanlah hal yang sulit untuk ditulis, diperoleh 11,6% menyatakan sangat setuju, 42,3% menyatakan setuju, dan 46,2% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut banyak siswa yang menyatakan kurang setuju. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hampir separuh dari siswa di kelas yang menyatakan bahwa puisi merupakan hal yang sulit untuk ditulis. 8) Komponen yang menyatakan bahwa penggunaan gaya bahasa, diksi, bait, rima, dan irama merupakan hal yang sangat sulit dalam menulis puisi. Diperoleh 26% siswa yang menyatakan sangat setuju, 53,9% menyatakan setuju, dan 19,3% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase di atas, sebagian siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulka bahwa siswa menganggap bahwa penggunaan gaya bahasa, diksi, bait, rima dan irama merupakan hal yang sangat sulit dalam menulis puisi. 9) Komponen yang menyatakan bahwa tema dalam puisi banyak ragamnya, diperoleh 57,7% siswa menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 0% menyatakan kurang setuju.
104
Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan sangat setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyetujui tema dalam menulis puisi itu sangat banyak dan tidak terbatas. 10) Komponen yang menyatakan bahwa cara yang paling tepat untuk menemukan inspirasi dan berimajinasi adalah dengan menulis puisi di ruang terbuka, diperoleh 38,5% menyatakan sangat setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan 3,9% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyetujui menulis puisi di ruangan terbuka karena dapat menimbulkan inspirasi dan kenyamanan dalam menulis. 11) Komponen yang menyatakan bahwa pembelajaran menulis puisi lebih beik diterapkan di dalam kelas, bila di dalam kelas menggunakan
media
ilustrasi
musik,
diperoleh
38,5%
menyatakan sangat setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan 3,9% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyetujui apabila pembelajaran menulis puisi di dalam kelas dengan menggunakan media ilustrasi musik. 12) Komponen yang menyatakan bahwa ilustrasi musik sangat berperan penting dalam proses berimajinasi dan kenyamanan dalam kegiatan menulis puisi, diperoleh 38,5% menyatakan sangat setuju, 57,7% menyatakan setuju, dan yang menyatakan
105
kurang setuju sebesar 0%. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan setuju. Maka dapat disimpulkan bahwa siswa menyetujui pemutaran ilustrasi musik sangat berperan penting dalam proses berimajinasi dan kenyamanan dalam kegiatan menulis puisi. 13) Komponen yang menyatakan bahwa menulis puisi dengan menggunakan iringan musik (ilustrasi musik) menjadi sangat menyenangkan, diperoleh 57,7% menyatakan sangat setuju, 42,3% menyatakan setuju, dan yang menyatakan kurang setuju sebesar 0%. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa menyatakan setuju. Dengan demikian dapat disimpulkan siswa menyetujui bahwa pembelajaran dengan media ilustrasi musik sangat menyenangkan. 14) Komponen yang menyatakan bahwa saya sering menulis puisi dengan iringan musik, diperoleh 15,4% menyatakan sangat setuju, dan 42,3% menyatakan setuju, dan 42,3% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, terdapat hasil yang sama yang menyatakan setuju dan yang menyatakan kurang setuju, maka dapat disimpulkan bahwa separuh siswa ada yang pernah menulis puisi dengan iringan musik dan separuh siswa lainnya tidak pernah menulis puisi dengan iringan musik. 15) Komponen yang menyatakan bahwa apakah siswa setuju jika penerapan media ilustrasi musik dilakukan dalam pembelajaran
106
menulis puisi untuk selanjutnya, diperoleh 50% menyatakan sangat setuju, 38,5% menyatakan setuju, dan 11,6% menyatakan kurang setuju. Dari hasil persentase tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa separuh dari siswa menyatakan sangat setuju terhadap penerapan media ilustrasi musik untuk pembelajaran selanjutnya.
107
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan pada perolehan data di lapangan melalui berbagai rangkaian penelitian, pengolahan data serta menjawab hipotesis penelitian maka diperoleh kesimpulan akhir untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi kelas X SMA PGRI 22 Serpong. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil pembelajaran berupa karya puisi dan perhitungan statistik diketahui bahwa terdapat pengaruh media ilustrasi musik terhadap kemampuan menulis puisi siswa kelas X SMA PGRI 22 Serpong.
B. Saran Berdasarkan
simpulan
yang
telah
dipaparkan
di
atas,
penulis
menyampaikan saran sebagai berikut. 1. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya memandang bahwa pembelajaran menulis puisi merupakan bagian yang penting dan tak terpisahkan dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sehingga kita perlu memperhatikan kemampuan siswa dalam menulis puisi yang baik. 2. Para guru Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya lebih bervariasi dalam memilih teknik dan media pembelajaran menulis puisi agar siswa menjadi
107
108
lebih berminat mengikuti proses pembelajaran sehingga pembelajaran puisi tidak menjenuhkan. 3. Salah satu alternatif dalam menggunakan media pembelajaran puisi adalah penggunaan media ilustrasi musik yang telah terbukti dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi dan membuat pembelajaran materi menulis puisi menjadi menyenangkan.
109
DAFTAR PUSTAKA
A‘la, Miftahul. Quantum Teaching. Yogyakarta: DIVA Press. 2010. Amrizal,S.Si.,M.Pd. ―Peranan Musik dalam Pembelajaran‖, artikel diakses pada pukul
15:50, tanggal 6 April 2011 dari http://lembaga-pendidikan-pengabdianknpi.blogspot.com/2010/07/peranan-musik-dalam-pembelajaran.html Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010. Beaty, Jerome, dkk. The Norton Introduction to Literature-Shorter eighth edition. London: W.W. Norton & Company, Inc. 2002. Bheda, Khris. ‗Sastra, Dulce et Utile‘, artikel diakses pada 19 Juni 2011pukul 17.10 WIB dari http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=18007 Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 2010. Cahyani, Isah, dan Hodijah. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung:UPI PRESS. 2007. DePorter, Bobbi, dan Mike Hernacki. Quantum Learning. Bandung: Mizan Media Utama. 2003. Deporter, Bobbi, dkk. Quantum Teaching. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2010. Hadeli. Metode Penelitian Kependidikan. Ciputat: Quantum Teaching. 2006. Hadi, Sutrisno. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset. 1996.
109
110
Hernowo. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan Learning Center. 2003. Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001. Jensen, Eric. Pemelajaran Berbasis-Otak: Paradigma Pengajaran Baru.Jakarta: PT Indeks. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. Keraf, Gorys.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2010. Lilis, Nenden. A. Tips Praktis Menulis Kreatif. Bandung: Rumput Merah. 2007. Munadi, Yudhi.Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Tangerang: Gaung Persada Press. 2008. Nurmalasari, Vita. ―Pembelajaran Menulis Kreatif Naskah Drama Dengan Menggunakan Pendekatan Partisipatif Pada Siswa Kelas XI IPA 3 Sman 23 Bandung : Studi Praeksperimen.” Skripsi S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pradopo, Rachmat Djoko. Puisi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2010. Rosyid, Abdur. ―Puisi-Pengertian dan Unsur-unsurnya‖, artikel diakses pada 9 Juni
2011
pukul
17.54
WIB
dari
http://www.abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-danunsur-unsurnya/ Sadiman, Arief S., (dkk). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo. 2009.
111
Santosa, R.Gunawan. Statistik.Yogyakarta: Andi. 2004. Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya. t.t. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : PT Grasindo. 2008. Siswantoro. Apresiasi Puisi-puisi Sastra Inggris. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2002. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. 2010. Sukino. Menulis itu Mudah. Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS. 2010. Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008. Usman, Husaini, dan R. Purnomo Setiady Akbar. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara. 2008. Waluyo, Herman J. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga. 1995. Yunus, Suparno Mohammad. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009.