Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MAKE A MATCH BERBANTUAN MEDIA KARTU GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SD I G. A. Ary Anggarawati1, MG. Rini Kristiantari2, I G. A. Agung Sri Asri3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] 3
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dengan siswa yang belajar secara konvensional pada mata pelajaran IPS. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain the nonequivalent control group design. Populasi penelitian berjumlah 62 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel jenuh. Metode pengumpulan data hasil belajar IPS menggunakan tes pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik statistik uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dan siswa yang belajar secara konvensional pada mata pelajaran IPS (thit = 3,20 > ttab =2,00). Dari rata-rata nilai gain skor ternormalisasi IPS yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar lebih tinggi dari siswa yang belajar secara konvensional (0,49 > 0,33). Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: Make A Match, kartu gambar, hasil belajar IPS.
Abstract This research aims to determine the significant differences in learning achievement between students that learned by using Make A Match learning models assisted by drawing card media with students that learned by using conventional learning model on IPS subjects. This research is a quasi experimental design with the nonequivalent control group design. The populations of research with the total of 62 students. The sampling technique used is the technique of surferted samples. The data collected to know the students achievement of learning IPS is by multiple choices test. The data were analyzed by using ttest statistical technique. The results of the data analysis showed that there were significant differences in learning achievement between students that learned by using Make A Match learning models assisted by drawing card media with students that learned by using conventional learning model on IPS subjects (tvalue = 3,20 > ttable =2,00). The average result obtained between students that learned by using Make A Match learning models assisted by drawing card media, with students that learned by using conventional learning model (0,49 > 0,33). It means that Make A Match learning models assisted by drawing card media affected in learning achievement on IPS subjects at the sixth grade student of SD Negeri 26 Dangin Puri Academic Year 2013/2014. Keyword: Make A Match learning models, drawing card media, achievement of learning IPS.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bidang yang mempunyai kedudukan yang sangat penting di berbagai negara manapun.
Dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bangsa, pendidikan merupakan kunci yang pembelajaran tersebut tidak ada tujuan sangat strategis untuk semua kemajuan yang ingin dicapai. Karena dalam proses dan perkembangan sumber daya manusia pembelajaran tersebut tidak hanya yang berkualitas. Pendidikan berperan mendengarkan penjelasan dari guru, penting dalam membangun karakter suatu melainkan siswa juga harus melaksanakan bangsa, melalui pendidikan inilah manusia penjelasan guru dan menempuh kegiatan dapat mewujudkan semua potensi yang pembelajaran itu. Guru sebagai salah satu dimilikinya. Dalam Undang-Undang komponen penting dalam proses Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pembelajaran menggunakan berbagai tentang Sistem Pendidikan Nasional macam strategi dan media pembelajaran di dikemukakan fungsi dan tujuan pendidikan samping didukung oleh penguasaan nasional yang tercantum pada Bab II pasal pengetahuan yang dimiliki. Proses 3 yaitu: Pendidikan nasional berfungsi pembelajaran dikatakan tercapai apabila mengembangkan kemampuan dan ada perubahan-perubahan dan membentuk watak serta peradaban bangsa peningkatan dalam diri peserta didik, baik yang bermartabat dalam rangka menyangkut pengetahuan, sikap dan mencerdaskan kehidupan bangsa, keterampilan untuk mencapai tujuan bertujuan untuk berkembangnya potensi tersebut. peserta didik agar menjadi manusia yang Peningkatan kualitas pembelajaran beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang adalah salah satu upaya untuk Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, meningkatkan mutu dalam pembelajaran cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS negara yang demokratis serta bertanggung sebagai salah satu bidang kajian jawab. pembelajaran di SD, yang “mempelajari Untuk tercapainya tujuan berbagai kenyataan sosial dalam pendidikan yang dimaksud, tidak terlepas kehidupan sehari-hari yang bersumber dari dari kegiatan pembelajaran dengan guru ilmu bumi, ekonomi, sejarah, antropologi, sebagai peran utama. “Pembelajaran dan tata negara" (Hernawan, 2008:8.28). merupakan kegiatan yang dilakukan untuk Dalam pembelajaran IPS, tidak menginisiasi, memfasilitasi, dan mengutamakan hafalan tetapi lebih meningkatkan intensitas dan kualitas mengutamakan proses pembelajaran agar belajar pada diri peserta didik” memiliki kesadaran dan kepedulian (Winataputra, 2007:1.18). Dalam proses terhadap masyarakat atau lingkungannya, pembelajaran ini, interaksi semua melalui pemahaman terhadap nilai-nilai komponen atau unsur yang terdapat dalam sejarah dan kebudayaan masyarakat. pembelajaran saling berhubungan dalam Sesuai dengan hasil observasi awal suatu ikatan untuk mencapai tujuan. di SD Negeri 26 Dangin Puri Denpasar Proses pembelajaran yang berlangsung di pada siswa kelas VI dalam pembelajaran sekolah sampai sekarang ini pada IPS menunjukan bahwa banyak siswa yang umumnya masih bersifat konvensional, kurang bersemangat ketika belajar, hal ini karena pembelajaran terpusat pada guru dikarenakan dalam pembelajaran IPS sehingga guru memegang peran yang siswa tidak dilibatkan secara langsung sangat dominan. “Dalam pembelajaran yang menyebabkan siswa hanya duduk konvensional siswa ditempatkan sebagai diam mendengarkan penjelasan guru. objek belajar yang berperan sebagai Dalam proses pembelajaran dan penerima informasi secara pasif” (Sanjaya, penyampaian materi IPS, guru cenderung 2010:233). Akibatnya terjadi praktik menggunakan pembelajaran yang lebih pembelajaran yang kurang optimal karena menekankan pada proses bertutur guru membuat siswa pasif dalam kegiatan (ceramah). Pencapaian hasil belajar dapat pembelajaran. tercapai maksimal jika proses Untuk memperoleh keberhasilan pembelajaran di kelas juga ikut berubah yang optimal tentunya merupakan suatu sesuai dengan perkembangan zaman, proses yang sulit apabila di dalam proses sehingga sekolah mampu menyiapkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) siswa yang kreatif, kompetitif dan dengan adanya diskusi. Sehingga dengan kooperatif. dibantu media yang menarik, suasana Salah satu inovasi pembelajaran pembelajaran di kelas pun jadi lebih untuk menjadikan siswa kreatif dan menyenangkan serta dapat mempengaruhi kompetitif serta mampu bekerja sama hasil belajar siswa. adalah dengan menerapkan model Penelitian ini didukung Dayantari pembelajaran Make A Match berbantuan (2013) bahwa model pembelajaran Make A media kartu gambar. “Model pembelajaran Match berpengaruh terhadap hasil belajar Make A Match merupakan salah satu jenis IPS dibandingkan dengan model dari model dalam pembelajaran kooperatif” pembelajaran konvensional pada siswa (Rusman, 2012:223), yang menekankan kelas IV SD Gugus V. Selanjutnya pada pembelajaran dalam kelompok yang didukung oleh Dewi (2013) yang saling membantu satu sama lainnya, menyatakan bahwa model pembelajaran bekerja sama menyelesaikan masalah, dan Make A Match berbantuan media grafis menyatukan pendapat untuk memperoleh berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan yang optimal baik secara hasil belajar IPS siswa kelas V SDN 18 kelompok maupun individual. Keunggulan Pemecutan. dari model ini menurut Lie (2008:55) Berdasarkan uraian latar belakang adalah “siswa mencari pasangan sambil masalah di atas, maka perlu dilaksanakan belajar mengenai suatu konsep atau topik, sebuah penelitian untuk mengkaji lebih dalam suasana yang menyenangkan”. luas pengaruh yang terjadi dalam Guru lebih berperan sebagai fasilitator, mengembangkan model pembelajaran tidak hanya memberikan pengetahuan yaitu dengan penelitian yang berjudul pada siswa namun guru juga harus “Pengaruh Model Pembelajaran Make A membangun pengetahuan dalam Match Berbantuan Media Kartu Gambar pikirannya sendiri, sehingga dapat terhadap Hasil Belajar IPS Kelas VI SD membuat siswa aktif, kreatif dan cerdas. Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran Model pembelajaran Make A Match 2013/2014”. mengajak siswa mencari jawaban terhadap Adapun landasan teori yaitu, model suatu pertanyaan konsep melalui suatu pembelajaran Mencari Pasangan (Make A permainan kartu pasangan yang Match) adalah salah satu tipe dari model bergambar. Perpaduan materi IPS dengan pembelajaran kelompok (cooperative bantuan media kartu gambar di dalam learning). Model pembelajaran kelompok penerapan model pembelajaran Make A adalah susunan kegiatan belajar yang Match menghasilkan dasar-dasar dilakukan oleh siswa dalam rangkaian pengetahuan yang mendalam sehingga kelompok-kelompok tertentu yang bekerja tercipta proses pembelajaran yang lebih bersama-sama untuk mencapai tujuan baik dan tercapai hasil belajar yang pembelajaran yang sudah ditentukan. maksimal. Model pembelajaran ini sangat Salah satu strategi dari model dianjurkan menggunakan model pembelajaran kelompok adalah model pembelajaran ini bagi anak yang pembelajaran kooperatif. Menurut Sanjaya mempunyai tipe malu bertanya kepada (2010:242) “pembelajaran kooperatif guru, karena apabila belajar bersama merupakan model pembelajaran dengan dengan teman-teman, anak tersebut menggunakan sistem pengelompokan/tim diharapkan tak malu bertanya kepada kecil, yaitu antara empat sampai enam temannya sendiri bila ada materi yang orang yang mempunyai latar belakang belum dia mengerti sehingga dapat kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, memotivasi semangat belajar dan berbagi atau suku yang berbeda (heterogen)”. informasi serta pengetahuan antar teman. Dalam model pembelajaran Teman yang pandai dapat mengajari dan kooperatif, guru lebih berperan sebagai menularkan kepandaiannya kepada teman fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan lainnya dalam satu kelompok belajar dan penghubung ke arah pemahaman yang membangun komunikasi timbal balik lebih tinggi, tidak hanya memberikan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pengetahuan pada siswa namun guru juga menghambat tercapainya tujuan harus membangun pengetahuan dalam pembelajaran. Media pembelajaran pikirannya. Pembelajaran kooperatif sederhana yang mudah dibuat oleh guru menekankan pada pembelajaran dalam SD adalah media pembelajaran berbentuk kelompok heterogen yang saling dua dimensi. Media pembelajaran dua membantu satu sama lainnya, bekerja dimensi adalah media yang hanya memiliki sama menyelesaikan masalah, dan ukuran panjang dan lebar atau media menyatukan pendapat untuk memperoleh pembelajaran yang berada pada suatu keberhasilan yang optimal baik secara bidang datar. Media pembelajaran dua kelompok maupun individual. dimensi ini terdiri dari beberapa macam, Ada beberapa tipe penerapan antara lain media grafis, media bentuk pembelajaran kooperatif yang telah papan, dan media cetak yang penampilan dikembangkan sesuai dengan landasan isinya tergolong dua dimensi. teoritis yang mendasarinya. Salah satunya Ada beberapa jenis media grafis adalah model pembelajaran Make A Match. yang dapat digunakan dalam pembelajaran Dalam penelitian ini difokuskan pada model di sekolah dasar, yaitu sketsa, gambar, pembelajaran Make A Match, karena tipe grafik, bagan, poster, kartun dan karikatur, ini merupakan model pembelajaran peta datar, dan transparansi OHP. Media kooperatif yang kompleks karena pembelajaran yang digunakan untuk memadukan antara prinsip belajar membantu pembelajaran Make A Match kooperatif dengan pembelajaran yang adalah media kartu gambar. berbasis konstruktivisme dan prinsip Menurut Kamus Besar Bahasa pembelajaran demokrasi. Indonesia, kartu yaitu kertas tebal Model pembelajaran Make A Match berbentuk persegi panjang untuk berbagai dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). keperluan. Kartu adalah media grafis “Penerapan metode ini dimulai dengan bidang datar yang memuat tulisan, gambar, teknik, yaitu siswa disuruh mencari dan simbol tertentu. Dalam fungsi media pasangan kartu yang merupakan pembelajaran kartu dapat dibuat dengan jawaban/soal sebelum batas waktunya, berbagai bentuk dan model. Menurut siswa yang dapat mencocokkan kartunya Mugiyanto (2007) kartu termasuk alat diberi poin” (Rusman, 2012:223). “Salah peraga yang berfungsi untuk satu keunggulan teknik ini adalah siswa mempermudah siswa dalam pemahaman mencari pasangan sambil belajar suatu konsep, sehingga hasil prestasi bisa mengenai suatu konsep atau topik, dalam lebih baik, pembelajaran lebih suasana yang menyenangkan” (Lie, menyenangkan dan lebih efektif. 2008:55). Model pembelajaran ini dapat Kelebihan dari penggunaan kartu digunakan dalam semua mata pelajaran gambar ini antara lain, bahannya murah dan untuk semua tingkatan usia siswa. dan mudah diperoleh, siswa dapat Menurut Suprijono (2009:96) hal-hal langsung menggunakannya, dapat menarik yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran perhatian siswa, model pembelajaran akan dikembangkan dengan Make A Match lebih bervariasi. Sedangkan kekurangan adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut dari penggunaan kartu yaitu tidak dapat terdiri dari kartu berisi pertanyaanmenampilkan benda atau objek yang pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi terlalu besar, ukurannya terlalu kecil untuk jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ditampilkan secara klasikal, membutuhkan tersebut. waktu yang cukup lama. Media pembelajaran sebagai salah Gambar sangat penting digunakan satu faktor pendukung keberhasilan tujuan dalam memperjelas pengertian pada siswa. pembelajaran memberikan pengaruh yang Dengan menggunakan gambar siswa sangat besar. Oleh karena itu diperlukan dapat lebih memperhatikan terhadap kehati-hatian dalam memilih media benda atau hal yang belum pernah pembelajaran, karena media yang tidak dilihatnya yang berkaitan dengan sesuai kemungkinan besar akan pelajaran. Kartu gambar dapat membantu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) guru dalam mencapai tujuan pembelajaran, faktor internal adalah faktor fisiologis dan karena kartu gambar termasuk media yang faktor psikologis misalnya kecerdasan, mudah dan murah serta besar artinya motivasi berprestasi, dan kemampuan untuk mempertinggi nilai pembelajaran. kognitif, sedangkan yang termasuk faktor Karena gambar, pengalaman dan eksternal adalah faktor lingkungan dan pengertian siswa menjadi lebih luas, jelas, faktor instrumental misalnya guru, dan tak mudah dilupakan. Adapun manfaat kurikulum, dan model pembelajaran. media kartu gambar dalam proses Dengan demikian disimpulkan instruksional menurut Rohani (1997:76) bahwa hasil belajar IPS adalah perubahan adalah “penyampaian dan penjelasan tingkah laku atau kemampuan yang dimiliki mengenai informasi, pesan, ide dan siswa yang mencakup bidang dari segi sebagainya dengan tanpa banyak kognitif, afektif, dan psikomotor siswa menggunakan bahasa-bahasa verbal, terhadap tujuan pembelajaran IPS yang tetapi dapat lebih memberi kesan”. Media terjadi akibat adanya hasil dari proses kartu gambar ini diharapkan dapat belajar. membantu dalam model pembelajaran Berdasar pada latar belakang, Make A Match untuk meningkatkan hasil rumusan masalah penelitian ini yaitu belajar IPS bagi siswa. apakah terdapat perbedaan hasil belajar Pembelajaran IPS di SD yang signifikan antara siswa yang belajar memerlukan stimulan yang besar serta dengan model pembelajaran Make A berbagai variasi pendekatan untuk Match berbantuan media kartu gambar mendapatkan partisipasi siswa. Tetapi dengan siswa yang belajar secara kondisi kelas juga harus tetap dijaga konvensional pada mata pelajaran IPS supaya tidak kehilangan kendali dan kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun disiplin. Selain itu diharapkan juga guru Pelajaran 2013/2014? harus selalu antusias dalam menambah Berdasar pada rumusan masalah, pengetahuan pribadinya terhadap tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan sejarah. Hal ini dimaksudkan perbedaan hasil belajar yang signifikan untuk menghindarkan suasana kelas yang antara siswa yang belajar dengan model pasif dan membosankan. pembelajaran Make A Match berbantuan Hasil belajar dipengaruhi oleh media kartu gambar dengan siswa yang beberapa faktor, baik faktor dari dalam belajar secara konvensional pada mata (faktor internal) maupun faktor dari luar pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 26 (faktor eksternal), yang termasuk dalam Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain eksperimental semu (Quasi-Experimental Designs) the nonequivalent control group design. Kedua kelompok diberikan pretest, kemudian
diberikan treament (model pembelajaran), dan terakhir diberikan posttest. Berikut ini merupakan desain penelitian the nonequivalent control group design yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Desain Penelitian The Nonequivalent Control Group Design Kelas Eksperimen : O1 X Kelas Kontrol
: O3
Keterangan:
O1 : pre-test bagi kelas eksperimen O3 : pre-test bagi kelas kontrol
-
O2
O4 (Sugiyono, 2011: 116)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
X : Perlakuan (treatment) bagi kelas eksperimen dengan model Make A Match berbantuan media kartu gambar - : Penerapan pembelajaran konvensional bagi kelas kontrol O2 : post-test bagi kelas eksperimen O4 : post-test bagi kelas kontrol Populasi adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri yaitu kelas VIA dan VIB. Kedua kelas paralel tersebut terdistribusi ke dalam kelas-kelas yang setara apabila dilihat dari segi akademik. Dikatakan setara, karena dalam pengelompokan siswa pada masingmasing kelas disebar secara merata antara siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi, menengah (sedang) dan rendah. Jadi anggota populasi dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas dengan jumlah seluruh siswa adalah 62 orang yang terdiri dari 32 orang siswa kelas VIA dan 30 orang siswa kelas VIB. “Sampel (sampling) adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi, sehingga penelitian terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karaketristiknya akan membuat kita dapat mengeneralisasikan sifat atau karakteristik tersebut pada elemen populasi” (Noor, 2010:148). Berdasarkan paparan di atas bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang betul-betul representatif sehingga dapat mengeneralisasikan sifat dari keseluruhan elemen populasi itu sendiri. Pemilihan sampel pada penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak dapat mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih berdasarkan keputusan pihak sekolah yang telah dibentuk sebelumnya tanpa adanya campur tangan dari peneliti, sehingga kemungkinan pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam eksperimen dapat dikurangi sehingga peneliti dapat benarbenar menggambarkan pengaruh perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi, maka pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan mengundi. Penentuan sampel yang digunakan sebagai kelas kontrol maupun kelas eksperimen ditentukan dengan cara mengundi, yang
nantinya kelas tersebut dipilih sebagai kelas penelitian, 1 kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol, dengan sebelumnya sudah dilakukan uji kesetaraan kelas. Menurut informasi dari Kepala Sekolah SD Negeri 26 Dangin Puri serta Wali Kelas masing-masing kelas, serta melihat nilai ulangan umum mata pelajaran IPS Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013, membuktikan bahwa kemampuan akademis siswa pada kelas VIA dan kelas VIB untuk Tahun Pelajaran 2013/2014 bersifat setara dengan kemampuan akademik yang heterogen. Karena dalam pengelompokkan siswa ke dalam kelas-kelas tersebut disebar secara merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, rendah. Hal ini berarti tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan. Untuk meyakinkan bahwa kedua kelas benar-benar setara maka dilakukan uji-t untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata kemampuan belajar IPS siswa. Uji kesetaraan kelompok dilakukan dengan memberikan pretest pada ke dua kelompok sampel tersebut sesuai dengan materi “Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia”. Data yang dipergunakan dalam uji-t ini adalah nilai pretest IPS siswa kelas VI. Namun terlebih dahulu haruslah dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas, dan uji homogenitas terhadap nilai ulangan umum IPS tersebut. Setelah menguji nilai pretest kedua kelompok, terbukti bahwa nilai pretest kelas VIA dan VIB SD Negeri 26 Dangin Puri berdistribusi normal dan homogen. Penelitian ini mengkaji pengaruh model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar terhadap hasil belajar IPS. Maka dari itu, dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data tentang hasil belajar IPS siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Instrumen yang digunakan untuk yakni menggunakan gain score mengumpulkan data tentang hasil belajar ternormalisasi. IPS adalah tes hasil belajar jenis tes pilihan Hipotesis yang diajukan adalah ganda biasa (PGB). Jumlah soal yang terdapat perbedaan hasil belajar yang digunakan yaitu 40 butir soal yang telah signifikan antara siswa yang belajar mendapat judgement expert, serta dengan model pembelajaran Make A diujicobakan terlebih dahulu. Tes tersebut Match berbantuan media kartu gambar mengungkapkan tentang pemahaman dan dengan siswa yang belajar secara penguasaan materi “Perkembangan sistem konvensional pada mata pelajaran IPS administrasi wilayah Indonesia”. Sesuai kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun dengan desain penelitian yang digunakan, Pelajaran 2013/2014. Untuk menguji maka data hasil belajar yang dianalisis hipotesis tersebut digunakan statistik parametris, yaitu uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dengan siswa yang belajar secara konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,20. Sedangkan ttabel = 2,00. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf
kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan (dk) = n-2. Dengan demikian │thitung│>│ttabel│, berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok eksperimen (kelas VIA) yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dengan kelompok kontrol (kelas VIB) yang belajar secara konvensional l. Berikut ini rekapitulasi hasil analisis data kelas eksperimen dan kelas kontrol yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Kelas Eksperimen-Kelas Kontrol Sampel s2 n dk thitung ttabel Eksperimen 32 60 0,49 0,0499 3,20 2,00 Kontrol 30 60 0,33 0,0333 Setelah melakukan kegiatan penelitian (treatment) sebanyak enam kali pada masing-masing kelompok kelas, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol tahap berikutnya ialah memberikan posttest. Posttest diberikan pada Senin, 02 September 2013 pada kelas eksperimen, dan selasa, 03 September 2013 pada kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk posttest sama dengan instrumen yang digunakan pada pretest, namun baik siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen tidak diberitahu bahwa instrumen yang digunakan sama, hal ini bertujuan agar hasil yang diperoleh representatif. Sehingga dapat digunakan untuk membandingkan kemampuan
kognitif siswa sebelum dan setelah diberikan treatment, baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thitung sebesar 3,20, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5 % dan dk = n1 + n2 – 2 = 32 + 30 – 2 = 60, adalah 2,00. Oleh karena itu nilai thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Jika dilihat dari perbandingan hasil hasil belajar siswa serta dapat penghitungan rata-rata nilai Gain Skor meningkatkan keaktifan siswa selama Ternormalisasi IPS siswa kelas VIA kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa kelompok ekperimen adalah 0,49, lebih juga dapat belajar untuk saling bekerja besar dari rata-rata nilai Gain Skor sama dalam kelompok untuk mencapai Ternormalisasi IPS siswa kelas VIB tujuan yang diinginkan. Dengan begitu, kelompok kontrol sebesar 0,33. Hal ini secara tidak langsung hal tersebut juga berarti bahwa siswa yang belajar dengan dapat mempengaruhi hasil belajar yang model pembelajaran Make A Match bersangkutan. berbantuan media kartu gambar hasil Penelitian terdahulu dari Dayantari belajarnya lebih baik dari pada siswa yang (2013) bahwa hasil penelitian menemukan belajar dengan pembelajaran terdapat perbedaan yang signifikan hasil konvensional. belajar IPS antara siswa yang mengikuti Model pembelajaran Make A Match pembelajaran dengan model pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran dalam kooperatif teknik mencari pasangan kelompok belajar dengan berkomunikasi, dengan siswa yang mengikuti bekerjasama, serta berbagi pengalaman pembelajaran dengan model pembelajaran dan gagasan dengan orang lain. Siswa konvensional pada siswa kelas IV SD mencari pertanyaan/jawaban dengan (thit=46,3 > ttab=2,00). Adanya perbedaan bantuan media kartu gambar. Dimulai yang signifikan menunjukkan bahwa dengan teknik siswa mencari pasangan pembelajaran menggunakan model kartu yang merupakan jawaban/soal pembelajaran kooperatif teknik mencari sebelum batas waktunya, siswa yang dapat pasangan berpengaruh terhadap hasil mencocokkan kartunya diberi poin. Salah belajar IPS dibandingkan dengan model satu keunggulan teknik ini adalah siswa pembelajaran konvensional. Perbedaan mencari pasangan sambil belajar kedua penelitian ini yaitu terletak pada mengenai suatu konsep atau topik, dalam penggunaan media pembelajaran. Dalam suasana yang menyenangkan. Model penelitian ini menggunakan media kartu pembelajaran ini dapat digunakan dalam gambar. Siswa mencari pasangan kartu semua mata pelajaran dan untuk semua pertanyaan/jawaban dengan bantuan tingkatan usia siswa. Selain itu, model media kartu gambar. Perpaduan materi IPS pembelajaran Make A Match mengajak dengan bantuan media kartu gambar di siswa untuk mengacu pada permasalahan dalam penerapan model pembelajaran real yang sering terjadi di lingkungan yang Make A Match menghasilkan dasar-dasar dimana penerapan model ini mendorong pengetahuan yang mendalam sehingga proses komunikasi multi arah. Dengan tercipta proses pembelajaran yang baik adanya komunikasi multi arah maka setiap dan tercapai hasil belajar IPS yang orang bisa menjadi sumber belajar. Ini maksimal pada siswa kelas VI. Sedangkan berarti setiap orang kaya dengan penelitian terdahulu dari Dayantari (2013) pengetahuan dan pengalaman. mengutamakan teknik mencari pasangan Perpaduan materi IPS dengan kartu pertanyaan/jawaban yang cocok bantuan media kartu gambar di dalam sehingga meningkatkan penguasaan penerapan model pembelajaran Make A materi IPS siswa kelas IV. Match menghasilkan dasar-dasar Berdasarkan hasil penelitian dan pengetahuan yang mendalam dimana uraian yang telah dipaparkan, maka dapat siswa kaya dengan pemahaman masalah disimpulkan bahwa model pembelajaran dan cara untuk menyelesaikannya, Make A Match berbantuan media kartu meningkatkan motivasi, kerjasama, rasa gambar memiliki pengaruh positif terhadap tanggung jawab, komunikasi dan gairah hasil belajar IPS kelas VI SD Negeri 26 dalam melakukan tugas sehingga dapat Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014 tercipta proses pembelajaran yang lebih khususnya materi Perkembangan Sistem baik dan mencapai hasil belajar yang Administrasi Wilayah Indonesia. Hal ini maksimal. Selain dapat mempengaruhi mendukung hipotesis yang menyatakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bahwa terdapat perbedaan hasil belajar berbantuan media kartu gambar dalam yang signifikan antara siswa yang belajar pembelajaran IPS sebagai salah satu dengan model pembelajaran Make A alternatif untuk meningkatkan hasil belajar. Match berbantuan media kartu gambar Selain itu, penerapan model pembelajaran dengan yang belajar secara konvensional Make A Match berbantuan media kartu pada mata pelajaran IPS kelas VI SD gambar ini juga dapat dijadikan referensi Negeri 26 Dangin Puri Denpasar Timur dan prinsip fundamental dalam meneliti Tahun Pelajaran 2013/2014. Untuk itu bidang studi yang lain pada jenjang disarankan kepada guru wali kelas VI pendidikan dasar terutama dalam sekolah dasar agar berupaya menerapkan peningkatan kualitas proses pembelajaran. model pembelajaran Make A Match . Tabel 3. Rekapitulasi Penelitian thitung ttabel H0 Ha Treatment Mean Model Pembelajaran 0,49 Make A Macth Berbantuan Media 3,20 2,00 Ditolak Diterima Kartu Gambar Model Pembelajaran 0,33 Konvensional SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan Berdasar pada hasil penelitian dan pembahasan, hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dan siswa yang belajar secara konvensional pada mata pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014 (thit = 3,20 > ttab =2,00). Dengan ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VI SD Negeri 26 Dangin Puri Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru wali kelas VI agar menerapkan model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar dalam proses pembelajaran, karena model pembelajaran Make A Match berbantuan media kartu gambar terbukti berpengaruh
positif serta dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Kepada siswa-siswa yang dijadikan subjek penelitian selanjutnya lebih memperhatikan dan memahami pembelajaran yang diberikan, agar dapat menambah wawasan pengetahuan khususnya dalam pembelajaran materi “Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia” maupun pada pembelajaran yang lain. Kepada Kepala Sekolah dapat dijadikan pedoman dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guna meningkatkan hasil belajar siswa. Kepada calon peneliti yang berminat untuk meneliti lebih lanjut dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi penelitian. Hasil penelitian ini dapat memberikan referensi kepada peneliti lain dalam upaya menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran yang bersifat inovatif kepada peserta didik.
DAFTAR RUJUKAN Daryanto dan Tasrial. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: Gava Media.
Dayantari, Ni Putu. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan (Make A Match) terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Kelas IV SD. Skripsi (diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Dewi, Kadek Meta. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media Grafis terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 18 Pemecutan. Skripsi (diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Hernawan, Asep Herry, dkk. 2008. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Mugiyanto. 2007. Penggunaan Kartu Konsep untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Sejarah. Online at. http://jurnaljpi.wordpress.com/2007/ 11/14/mugiyanto. (2 Januari 2009). Noor,
Juliansyah. 2010. Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.
Metodelogi Kencana
Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2012. Pembelajaran: Profesionalisme Rajawali Pers.
Model-model Mengembangkan Guru. Jakarta:
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Depdiknas: Jakarta. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi
PAIKEM. Belajar.
Yogyakarta:
Pustaka
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: BP Panca Usaha. Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.