PGM 2005.28(2): 83--91
Pengaruh Makanan Tambahan Glikemik Tinggi
Uken SS Soetiisno; dkk
PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN GLlKEMlK TlNGGl TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI BELAJAR SlSWA SEKOLAH DASAR Uken SS Soebisno,' Almasyhuri' dan ties Kafyadl,
ABSTRACT EFFECT OF HIGH GLYCAEMIC SNACK FOODS ON THE INCREASE OF PERFORMANCE OF THE ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN Background: Lack of both macro and micronutrients caused the inhibition on mental and intellectud dawbymt Most of the study related to nutiifional status of school children indicated the hidden hunger syndrome, where the student d d not have breakfast or m t h i n g to eat during schwl time which caused lw perfomnce in school. Sane interventions have done to improve their school performances, such as giving iron tablets or traditional schod lunch three times a week. Neither of those practices gave good results. Process f d s especially carbohydrate part can increase its absorbability to make blood glucose in the normal level during study time. The food formulas using processedcarbohydrates had been developedto make high glycaemic index snack for school children. Objectives: The study objectivas wen, to evaluate the effect of high glycaemic index foods on school performance of the elementary school chilbwl. Methods: Samples caning from two dierrent elementary schools purposively selected into two groups: one school as control group and the other one as treatment group. Each school consisted of 56 + 4h grades and 5b +6* grades, with 56 children per grades. Control groups giving snack foods bought from vendor amund the school, while the treatment groups given the high glycaemic snack foods prepared in labwatcny. Foods given at break time, every day in the first month of intervention; 3 times a week duhg the second month and none during the third month. Anthropometric measurement, Mwd glucose, Hb, Ht and school performances evaluated every month during intervention. The data analyzed to compare the changes in all variables measured on all groups using Studentized-t test. Results: Body weight of both groups increased after onemonth intervention, especially for younger students, and those were significant increase after 3 months intervention. Hmcglobin level did not change significantly, while blood glucose increased in the first and second month of intervention in the treatment group; it was the opposite of the control group. Daily intervention significantly increased the school performance of the younger students in the treatment group. After 3 months study, the schod performancesin all groups were higher than that before intervention. Conclusions: High glycaemic snacks foods had smaller portion size than common snack foods sdd in the school area, had higher nutrient content, and accepted well. School perfmance of treatment grow were better than that of control group, especially If the snack food given daily. The results can implemented on the national school lunch program, wh~lepranoSng the I d food based snacks. [Penel Gizi Makan 2005,28(2): 83-97] Keywords: school lunch, high glycaemic index, school performance
PENDAHULUAN
K
ekurangan energi, protein Q n zat gizi mikm mengakibatkan tethambatnya perkembangan mental dan intelektual (1). Anak sekdah yang menderita kelaparan sesaat (hidden hunger), karena tidak sarapan atau jaian, akan meniadi gelisah dan kurang perhatian terhadap pelajaran (2). Upaya pemberian tablet besi saja tidak mempebiki 2
konsenbasi belajar anak sekdah dasar (SD). Adapun pemberian makanan tambahan 3 kali semjnggu &lam pmgram PMT-AS belun menunjukkan adanya pettaikan status gizi dan prestasi belajar anak sekolah secara bennakna (3,4,5). Penelibn pada an& umur 11-13 tahun mernbuktikan bahwa peningkatan glukosa
Penelitipada Pwlitbang Gizi dan Makanan, Badan litbang Kesehatan, Depkes RI Junrsan PerkembanganAnak, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
PGM 2005,28(2): 63-91
Pengamh Makanan Tambahan Glikemik Tinggi
darah sangat berpengafuh terhadap kmmplan mengingat dan menghitung (6,7). Selama ini program makanan tambahan untuk anak sekolah mengandalkan jenis makanan jajanan setempat atau b e q jajanan umurn. Keluhan di lapangan menunjukkan adanya rasa bosan dan ukuran porsi yang tidak dapat dihabiskan sahingga jumlah zat gizi tidak sebanyak yang dihampkan. Makanan yang tidak mengalmi pengolahan khusus biasanya mempunyai volume yang besar, kandunganserat tinggi dan mempunyaiindeks glikerik yang rendah. Penelitian ini beltujuan untuk rnengetahul pengaruh jenis makanan jajanan dan frekuensi pembenan tehadap peningkatankonsentrasibelajar anak SD.
BAHANDANCARA Bahan
Penelitian ini bersifat kuasi-eksperimen(8) dengan mmggunakan kelompok pembanding, yakni anak yang diben jajanan yang ada d SD, dan kelompok perlakuan, yaitu anak yang diben makanan glikemik tinggi. Masing-masing kelanpok terdiri dari kelompdc anak kelas 3+4 dan kelwnpok anak keias 5+6 SD. Pemilihan sekdah dilakukan secara pufposif, d mana sekolah tersebut pemah digunakan sebagai penguji citarasa makanan glikmik tinggi (9).Pmilihan kelas berdasarkan kemampuan anak untuk berkomunikasi dan dianggap sudah dapat menulis dan menjawab pertanyaan a h tugas yang diberikan dalarn yi konsentrasi belajar, sedangkan pembedaan kelompdc kelas 3+4 dengan kelas 5+6 untuk rnempertajam pengelompokkan berdasarkan usia, pengetahuan dan ketrarnpilan. Sampel adalah anak SD kelas 3 sampai kelas 6 di Kampung Pahlawan. Cilendek, Bogor Barat, Jawa Barat yang memenuhi persyaratan: mempunyai Hb>lO mg%, tidak menderita penyakit kmnis, tidak mempunyai gangguan nafsu makanlpencamaan. bersedia makan makanan yang dberikan serta orangtua anak bersedia menandatangani infwmed consent untuk bekeja sama &lam penflitian sampai selesai. Jumlah sampel atau responden dihitung berdasarkan nilai yang dperdeh dari penelitian terdahulu yang sejenis, dengan nilai-niiai sW. a=0,05; P=O,m; beda kenaikan konsentrasi belajar kefompok pedakuan terhadap kelompok pembandng (A) = 3; dan
Uken SS Soetrisno; dkk
SB (A) = 5,65: maka n = I(& + Zp)2 x (2 x SBG)/( Aq = 5604. UnM( mencagah berkmgnya jurnlah s a w , telah diilih sebanyak 60 siswa dari kelas 3 4 dan 60 siswa dari kelas 5t6 di masingmasingsekolah. Semua anak di kelas dberi makanan tambahan. Makanan jajanan glikmik Snggi yang diberikan kepada kelompdc perlakuan dibuat dari salah setu, atau kombinasi bahan-k&m dari tepung beras, tepung sagu atau tepung gaplek sebagai sumber kahhidrat yang sudah diolah dengan panghalusan dan pemanasan. Sumber protein dpilih salah satu atau kombinasi dari ikan, daging, kadelai, tempe, kacang tolo dan kacang merah. Sumber protein nabati sudah dipanaskan, dikeringkan dan ditepung sebalum digunakan (10). Makanan tersebut mengandung 300 ~aloridengan 7 gram protein ~ebagai pembanding adalah makanan jajanan yang ada ti sekitar sekolah, dengan besar porsi sama s&i yang biasa dibeli oleh anak-anak pada saat istirahat.
Untuk rnencsgah gangguan penyerapan rnakanan selama intervensi akibat infestasi racing, pa& saat pendataan awal semua siswa dbafi chat cacing yang mengandung pirantel p a m d sesuai umur dan berat badan (BE). Pengunpulan daia pmunjang meliputi umur, jenis kelamin, BB dan tinggi badan (TB), keadaan klinis, dan masukan zat gizi sehan. Sementara data dari variabel yang diukur m e l i i ~ kadar Hb, Ht, glukosa darah dan konsentrasi belajar. Data makanan jajanan yang ada di sekitar sekolah dikumpulkan untuk dipilih yang disukai dan biasa dibeli oleh siswa setempat. Pemberian makanan dilakukan saat jam istirahat sekdah. Frekuensi pemberian makanan datur agar dapat diketahui pengaruh frekuensi pemberian dengan peningkalan konsenlrasi belajar. Pada bulan pertama penelitian, anak diben makanan setiap hari sekolah; pada bulan kedua hanya diben 3 han perminggu atau 12 hari berselang-seling; sedangkan pada bulan ketiga penslitian, anak tidak lw dibeti makanan, tetapi dbialkan menggunakan waktu istirahat, sebagaimana biasanya. Pengukuran dan pengumwan data selama penslitian b e t p wawanoara konsumsi makanan di rumah dan jajanan sehari yang dimakan selama 24 jam terakhir, dilakukan pada awal, tengah dan akhir minggu &lam setiap bulan penelitian. Kandungan zat gizi
Pengaruh Makanan Tambahan Glkernik Tinggi
PGM 2005,28(2): -91
proksimat, zat besi dan kadar gula pemhksi dari makanan jajanan sekolah dan jajanan glikemik Cnggi ditentukan dengan mengikuti met& dari Apriyantono, dkk (10). Daya terima makanan benpa besar porsi yang dihabiskan diukur berdasarkan % jumlah yang tersisa. Adapun untuk pmiil darah&s dambil dari vena sebanyak 1 mL oleh laboran tedatih. Pengukuran kadar giukosa darah dilakukan dengan cara GOD-PAP dari Kit-Human, 2000. Kadar Hb yang dukur dengan cam cyanmet-Hb dan Ht diukur dengan cara sentrifusi darah dalam kaptler gelas, Tingkat kwntrasi belajar diukur berdasarkan uji Boutdon, Sekclive Attention dan Coding yang masing-masing pengukuran memplnyai kekhususan &lam ha1 data yang dikumpulkan. Kegiatan pengukuran konsentrasi belajar dilakukan oleh Tim d J u m Pekembangan Anak, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Analisis Data Untuk melihat penga~hmakanan jaianan glikemik tinggi temadap peningkatan konsentrasi belajar anak SD, dilakukan analisis keragaman (ANOVA) temadap nilai rata-rata petubahan, dilanjutkan dengan uji beda t (Sudentized-t test) untuk mdihat tingkat kemaknaan dari p e b d a n yang ada (8).
HASlL DAN BAHASAN
Uken SS Soetrisno; dkk
Dan h i l penyaringan dipemleh 60 anak mtuk masing-masing kdompok kdas sehingga total bejumlah 240 anak. Selama penelitian beriangsung (3 bulan) terdapat anak yang keluarlpindah sekolah dan anak yang tidak mangikuti penelitian secara lengkap sehingga juinlah a& yang djadkan s a w untuk pengolahan data pada masing-masing kelas, baik untuk sekolah perlakuan maupun penbanding, hanya sebanyak 56 orang. Gambaran umum h i p a status gizi &n kesehatan seluruh siswa SD di kdas 3 sampai kdas 6 yang menjadi tempat penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 Pa& umumnya anak-anak rnenderita karies gigi, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), influenza dan kulit kering-kusarn. Sdama penelitian. befiangsung hanya ada 2 anak d sekdah pembandng dan 3 anak d sekolah perlakuan yang tidak rnasuk sekolah karena menderita sakit panas, flu atau gejala tifus sehingga angka kehadiran di sekolah masih sangat tinggi. Jika dlihat dari skor 2, baik berdasarkan BB kuhadap TB maupun BE temadap mur, anak-anak di sekolah terssbut tennasuk kekurangan gizl tingkat sedang; sedangkan angka anemia berdasarkan nilai Hb42 mg46 mendekatj angka nasional (3049%). Angka hipoglikemia saat anak di sekdah ddasalkan atas jmiah anak yang mempunyai kadar glukosa darah kurang dari 80 mg%. Semua keadaan tersebut sangat menentukan kemampuan anak dalam menerima pelajarandi sekdah.
Tabel 1 Gambaran Awal Sduruh Sima di SD Terpilih Sampel
Skor Z BBlTB
Skor Z BEN
Anemia (%)
Hipoglikwnia6)
Pembanding: Kdas 3+4 Kdas 5+6
83
10,3_+0,7
0,5? 0,l 0,5+ 0,2
0,5 + 0.1 0 5 2 0.1
37,O 25,O
30,6 18,3
Perlakuan: Kelas3+4 Kdas 5 4
62 69
9,0+ 1.2 10,5_+1.0
0,4_+0,1 0 . 5 ~0.1
0,4_+0,l 0.42 0,l
43.3 11,8
35.3 28.7
PGM 2005,28(2): 83-91
Uken SS Soebisno; dtk
Pengmh Makenan Tambahan Gbkemik Tinggi
Tabel 2 Data Awal Slswa yang Menjadl Smpel Penelltian
makanan yang dijual d sekolah msmpwyai ukurm pwsi, kandungan energi, pmtein dan a t besi yang lebih kecil dibandingkan dengan makanan jajanan glikemik tinggi hasil formulasi, yaitu 1 berbanding 3. Demikian juga dengan harga perporsi yang lebih murah. Pelporsi makanan jajanan glikemik tinggi mernpunyai kadar gula pereduksi 10 kall lebih besar dbandngkan dengan makanan jajanan yang a& di sekdah. Jika pe&dngan dlakukan &lam berat yang sama (per 100 gram), maka kadar zat gid makanan glikemik tingg 2 kali lebih besar, sedangkan kadar gula pereduksi 7 kali lebih besar daripada makanan yang dijual di sekolah. Makin tinggi kadar gula pereduksi suatu makanan, makin pendek rantai karbohidratnya. yang berarti akan semakin mudah untuk dserap dan dimanfaatkan tubuh sebagai sumber energi.
Dan data awal dapat diketahui bahva sebaran umur, status gizi, kadar Hb, kadar glukosa darah dan nilai-nilai konsentrasi belajar tidak berbeda nyata antara siswa yang berasal daci sekdah yang djadkan kelompok pembandingdengan siswa daci sekolah yang dijadkan kelompok perlakuan. Sementara pada Tabel 2 dapat dilihal data dari siswa kelas 3+4 dan data dari siswa kelas 5 4 dari masingmasing kelompok dengan jumlah sampel ssbanyak anak yang dapat rnengikuti peneliCan s a w selesai dan kadar Hb awd adalah >lo mg%. Hal ini rnenjadidasar untuk membandingkan data yang dpamleh pa& setiap akhir bulan pemberian makanan tambahan. Makanan tambahan yang dibuat dan yang ada di sekolah dapat dlihat pa& Tabel 3. Ukuran porsi dan harga makanan jajanan yang ada d sekolah sama seperti kebiasaan anak-anak jajan sehari-hari sebelum dilakukan intwensi. Ddam tabel tellihat bahwa
Tabd 3 Rabrata Berat, Harga dan Kadar Zat Old Makanan Jaianan Perlakuan (Gllkemik Tlnggl) dan Jajanan Pembanding @qua1di Sekalah) Pembandlngl
Jenis Jajanan di Sekolah Perlakuanl
I Pembandingl 1
I
Perlakud
sudah ada sejak pengukuran ke2, yaitu setelah pemberian makanan salama 1 bulan, dan besamya
Hasil pengukuran variabel pada seliap tahap evaluasi terdapat dalm Tabd 4 - 10. Pertambahan TB
86
PGM 2005,28(2): 83-91
Pengeruh Makanm Tamkhan GGkemik Tinggi
sama psda m u a kelompok kelas, baik perrdxlndng maupun perlakuan. Pa& bulan ke-2 saat anak hanya dberi 3 kali seminggu, kelanpdc pedakuan kelas 3+4 bertambah TB secara signifikan, sedangkan pada bulan ke-3 pertambahan kelompok pembandng dari kelas yang sama bertambah secara signifikan. Jika dbandngkan dengan TB saat awal hingga bulan ke3 yang tanpa pernberian rnakanan, ada kecendenmgan pertarnbahan TB kelompok petiakuan kelas 5+6 lsbih besar.
Uken SS Scebisno; ddc
BB kelas 3+4 bertarnbah setiap bulan, meskipun tidak !mhda antara kelompok pembanding dan perlakuan, sedangkan kelas 5 6 kelompok petiakuan bertarnbahswam signfikan setelah 1 bulan pernberian rnakananjajanan glikemik tinggi. Adepln pertambahan total selama 3 bulan kelompok perlakuan di seluruh kelas bertambahsecara signifikan. Hal ini rnungkin karene pads usie ini kelas ini sedang dalam tahap pettumbuhan teccepat (growth spurt). Walaupun a& kenaikan BB dan TB, tetapl tidak mengubah status gzi.
Tabel 4 Kenaikan Tinggi Badan (cm) Setiap Bulan
Keteranqan: Tan& huruf yang berbeda menunjukkanperbedaan kenaikanbulanan pada P < 0,Ol. Tabel 5 Kenaikan Berat Badan (Kg)Setlap Bulan
I Awal- Akhir
Keteranaan: Tanda huruf yang berbeda mermnjukkan perbedaan kenaikanManan pada P < 0,Ol. Setelah pembenan makanan sa@ dengan 3 bulan, kadar Hb sduruh kelas di kelonpk perlakuan tidak meningkat secara signifikan. Kadar Hb kelas 5 4 kelompok pembanding meningkat secara signiilkan setelah 1 btiian intetvensi, tetapi setelah 3 bulan k&r Hb seluruh kelas dl kelwnpok pembandng malah rnenjadi lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan kelompok pefiakuan. Secara keseluruhan kadar Hb tidak meningkat dengan lajam, mengingat rnakanan jajanan Sdak d M tambahan zat besi yang
memng asupan dari rnakanan d m a h sangat rendah. Kenaikan glukosa darah terjad secara signifikan pada k e l W perlakuan setelah pembetian rnakanan selarna 1 bulan, tetapi kemudian menurun pada bulan ke-2 dan ke3. Sebaliknya, pada kelompok pernbanding, peningkatan glukosa darah setelah bulan ke-2 dan ke-3 lebih tinggi secara signifikan &rip& kelompok pectakuan.
PGM 2005,28(2): -91
Uken SS SoeMsno; dkk
Pengmh Makanan Tambahan Gbkemik Tinggi
Tabel 6 Kenaikan Kadar Hb (mgH)Setiap Bulan Kdompok
Bulan I
KenaMan Bulan II
nY wYY Bulan Ill A d - AkMr
Kel. Pwbandng (n- 56 anak per kelas): 0,4: 0,5b 0,5+ 0,5C 0 , l +0,6' Kdas 3+4 0,2_+0,7b 0.8+0.5' 0,5?:0.5' Kdas 5 4 I I I I Kel, Pedakuan (n= 56 anak per kelas): Kdas3+4 1 0,2+ 0,6 1 0,2_+0,80 1 4 2 5 0.5 1 1 0,2+0,5a 10,0+ 0,6ab 10,2+0,8b 1 Kdas 54 Keteranaan: Tanda huruf yang berbeda mermnjukkanperbedaan kenaikan buiananpeda P < 0,01
0.3 ?: 0,7 0.2?:0,8 0 , l ?: 0,s -0,l + 0,7
p~
Tabel 7 Kenaikan kadar Glukosa Darah (mgldl) Setlap Bulan
I
I
uu~an I
Kenaikan Kadar Glukosa Danh (nlgdl) / Bulan II I Bulan ill 1 Awal- Akhir
Kel. Pembanding (n= 56 anak per kdas):
I ,."'"4
Kaas M Kel. Perlakuan (n= 56 anak per kdas):
1
.. .
-.
- -- -
Y
1 1 1
4,O 2 16,5 22,6+ 20,8b
5,3 2 18,7 -9,6+ 28,ZC
8.4+14.8. - 7 , e 18,6 4,6?:17,2 1,O: 165 Kdas 54 7,4? 14,4= / -C),3+ 18,2 Keteranaan: Tanda huruf yang beh& menunjukkan petbdaan kenaikan bulanan pada P < 0.01 Kdas?+4 .. . .
Kemampuan anak daiam menerima pelajaran atau konsentrasi belajar dnilai dangan 3 jenis pengdian yang tujuannya d i n g melengkapi. Uji Sellecbve Anention (SA) menguji perhatian dalam w&u singkat, ketditian kerja, konsentrasi, kwrdinasi visual motorik, dan ketajaman visual. Uji Bourdon menguji konsistensi perhatian t&adap tugas mtin yang relatif lama, keteiitian, konsentrasi dsn ketajaman visual. Uji Coding menguji: perhatian dan daya ingat jangka pendek,
12,O + 17,3 17,9 _+29,5 4 0 2 21,9 8,l + 17,5
ketditian, kwrdinasi visual motorik, pmses belajar cara barn. Seteiah pemberian rnakanan glikemik tinggi setiap hari pada kelompok perlakuan temyata meningkatkan nilai SA anak kelas 3+4 secara signifikan; sedangkan niiai SA kelas 5+6 meningkat setelah pembrian makanan selarna 2 bdan. Kelompok psmbanding yang mempemleh jajanan yang ada d sekolah hanya meningkat sedikit.
PGM 2MH.28(2):&91
Pengaruh Makanan Tambahan Gtikemik finggi
Uken SS Soebisno; dkk
i
G a ~ a3. r Nilai Selected Attention den Selama htervensi
Awal
Bin-1
Bln-2
Bln-3
Pengunpulan Data
1
L
Gambar 3 Nllai Selected Attention dm Selma lntewensi
Setelah pemberian makanan selama satu bulan, nilai Bourdon rneningkat secera signifikan pada kelas 5t6 kelo* pe~lakuan,sedangkan setelah 2 bulan temyata nilai Bourdan kalas 5+6 kelompdc
pembandng meningkat secara nyata. Sernua kelompok mempunyai peningkatan nilai d akhir penelitian.
Gambar 4. Nilai Bourdon A w al d a n Selama lntervensi
2s-34
--C-- JS-56
- ..x-. - GT-56
125 100
7
Awal
Bin-1
Bln-2
Bln-3
R n g u n p u l a n Data Gambar 4 Nlai Bourdon Awal dan Selama lntnrensi
Pengeruh Makanen Tarnbahan Gbkemik Tinggi
PGM 2005.28(2): 83-91
Dalam ha1 nil& Coding, hanya kelas 3+4 kelompok peftakuan yang meningkat secara signifikan seteleh pemberian makanan glikemik tinggi selama 1 bulan
Uken SS Soetrim; dkk
dan sampi penelltian berakhir. Sementara kelompdc pembanding kelas 5+6 peningkatannya lebih besar setelah cWeri m a k a ~ selama n 2 bulan.
Gawer 5. Nilai Coding Aw al dan Selama lntewensi
1
I
Wngumpulan Data .-
~~
. ..-~... ..
I
1
.
Gambar 5 Nlai Codlng Awal dan Selma lntervensi Makanan jajanan glikemik tinggi diformulasikan untuk memperoleh 300 Kalori dan 7 gram protein per porsi, sedangkan makanan jajanan yang ada di sekolah adalah sebageimana biasanya sehingga berat porsi dan kandungan zat gizi lebih kecil dibandngkan dengan yang berglikemik tinggi. Secara garis besar &pat dkatakan porsi makanan glikemik tinggi % kali lebih berat dengan kandungan energl, protein dan zat besi 3 kali lebih banyak serta kandungan gula p e w k s i 9 kali laMh banyak dari makanan sekolah. Kepadatan zat gid ini mendukung data yang dperoleh lainnye. Demikian juga daya terima dari makanan glikemik tinggi sangat disukai siswa, bahkan mendnta porsi lebih seandainya dibolahkan. Keadaan gizi siswa urnmnya ada pada status kekurangan gizi taraf sedang dengan kasus anemia setara dengan anemia nasiond, yaitu 3040%. Meskipun ada kenaikan BB, status g i i tidak berubah, demikian juga status anemia. Dalam ha1 tat bed, makanan glikemik tinggi, walaupun kadamya lebih besar dari kadar &lam jajanan sekdah, tat@ tidak dapat meningkatkan kadar Hb. Hal lni disebabkan jumlah sehari kemungkinan masih kurang dari AKG, juga mungkin penyerapannya yang rendah mengingat konsumsi protein hewani juga rendah.
Makanan glikemik tinggi meningkatkan kadar glukosa darah, ini bemubungan dengan kadw gula pereduksi yang tinggi. Kadar glukosa meningkat jika makanan diberikan setiap h a , tetap jika pemberian hanya 3 kali seminggu, kadar glukosa darah kembali tunm. Sebaliknya, pa& siswa yang diberi makanan sekolah, glukosa darah rendah saat diM setiap hari, tetapi meningkat pada saat diberi 3 kali seminggu. Hal ini karena hari leinnya siswa jajan lebih banyak, yang didukung dengan data keadaan ekonmi yang lebih baik daripada kdompok ptlakuan. Pemberian makanan glikemik tinggi setiap hari meningkatkan konsenlrasi belajar semua siswa. Perbedaan a& pa& jenis uji, yaitu SA dan Coding yang mengukur Gngkat phetian jangka pendek, ketelitian dan kwrdinasi visual, meningkat pa& siswa kelas 3+4; sedangkan uji Bourdon, yang mengukur konsistensi phatian jangka lama, meningkat nyata pada siswa kelas %. Setelah satu bulan tidak dben makanan. konsentrasi belajar tetap lebih baik denpa& sebelum intewensi meskipun tidak berbeda pa& semua k e l o m . Ini disebabkan siswa jajan sendiri, t m i jenis dan zat gizi jajanan yang mereka pilih tidak efektif &lam memenuhi kebutuhan energi slap pakai untuk menghadapi pelajaran d sekdah.
PGM M05.28(2):83-91
Pengaruh Mekman Tm6eh.m Gikemik Tinggi
Makanan jajanan glikemik tinggi dengan behen sumber protefn dan k a m i t ldd W a h memplnyai besar porsi yang dapat dhabiskan dan disukai d q a n W n g a n zat gizi serta kadar gula pereduksi lebih tinggi daripada makanan jajanan yang ada di sekdah. Tingkat k m t r a s i belajar siswa yang dbeti makananjajanan glikemik linggi lebih baik, yaitu yi SA dan Coding untuk semua siswa serta uji Bwrdon untuk siswa kelas 5+6. Tingkat konsentrasi belajar siswa yang diberi makananjajanan 6 kali seminggu letih baik daripaQ 3 kali seminggu den keduanya lebih baik daripada tanpa dberi makanan jajanan yang teratur dan terukur.
baik. Tetima kasih dsampaikan juga kpara penjual makanan jajanan d lingkungan SD Negeri Cilendek I y a y telah turut memperlancar pelaksanaan parrbenanmakananjajanan.
RUJUKAN EA. Developmental view of the undemrihed child: background and purpose of the study in Pengalengan, Indonesia. European J. of Clin. Nutr. 2000,54:S2410.
1. P d i t
2. Saidn. S, dkk. Hubungan kebiasaan makan pagi 3.
SARAN Penelitian in1 membuktikan pentingnya siswa makan atau jajan saat istirahat agar ada perssdaan energi siap pakai untuk menghadqx pelaaran batikma. Makanan jajanan sebaiknya yang bergid dan mudah swap sehingga sangat dianjurkan sekolah menyelenggarakan makan siang atau pemberian makanan tambahan agar jenis dan jumlah serta kebersihan makanan lebih teriamin. Hasil penelitian ini juga dapat djdkan acuan &lam pelaksanaan program pemberian makanan tambahan anak sekdah secara nasional. Hal penting yang hams diperhatikan adalah bahan hams didah terlebih dahulu agar lebih kedl vdumenya serta lebih padat gizi, di samping akan lebih mudah dserap dan digunakan deh tubuh. Dapat menggunakan bahan serta resep lokal ataupun hasil olahan atau pmduksi pabrik. Agar semua zat gid tapenuhi &'iknya dsertai dengan panambahan atau pemberian multivitamin &n mineral, mengingat anak sekdah juga rentan temadap kekurangan zat gid mikro lainnya.
UCAPAN T E R M KASlH Tim Peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Kepala Sekolah SD Negk Cilendek I. SD Negeci Cilendek Ill &n d u m h guru kelas 3. 4. 5 dan 6 atas izin dan kejasama yang dibarikan & m a penelitian ini dapat ber~dandengan
Uken SS Scetrisno: dkk
dengan konsentrasi belajar. PenelMan Gizi dan Makanen 1991.14:70-80. Kartono, D, dkk. Faktor yang ' becpengamh temadEql prestasi belajar pada anak di sekolah dasar Desa Tertinggal yang mendapat PMT-AS. Gizi Indonesia 1998,23:71-78.
4. Rustiawan, 4 dkk. Keragaan p h i bel4ar m u d sekdah dasar di Desa IDT peoerima program PMT-AS. Gizi Indonesia 1998,23:57-70.
5. Utari, DM, dkk. Pdret status anemia anak sekolah dasar yang mengikuti program makanan tambahan anak sekolah serta hubungannya dengan faktor gizi dan kesehatan. Gizi Indonesia
1998.23:9-6. Vaisman, N, Voet, H Akiws, A and Vakil, E. Effect of breakfast timing on the cognitive function on elementary school students. Arch Pediatr Addesc Med 1996,150:1089-1092. 7. Hall, JL, LA G&-Frederick, W Chewning, J Silveria and PE Gdd. Glucose enhancement of performance on memory tests in young and aged humans. Neumpsychologya 1989,27:1129-1138. 8. Petersan, ffi. Design and analps of Experiments. Newyork: Maml Dekker, 1985: p.
6.
252301. 9. Soebisro, USS, dkk. Penpiahan makanan tambahan dengan nilai ghkemik tinggi unluk pemenuhan gizi seimbeng. Laporan Risbinkes II. Jakarta: Badan Litbang Kesehalan Depkes, 2000. 10. Apnyantono, 4 D Fardiaz, NL Puspitasari, Sedamawati dan S. Budyanto. Petunjuk lboratorium analisis pangan. Bcgor: IPB Press.
1989:7-25.