Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
ISSN 2356 - 4385
Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan Nasabah Bank XYZ Linda Kristina1), Siti Nurjanah2) Manajemen, Fakultas Ekonomi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis Jalan Pulo Mas Selatan Kavling 22, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13210 1) Email:
[email protected] 2) Email:
[email protected] Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of service quality on customer satisfaction Relationship Officer Bank XYZ. Systems research with quantitative methods, namely the determination of the population, sample selection, determination of secondary data, testing procedures, testing standards, test methods and means testing hepotesis. From the results of this study, a factor responsiveness, tangible factors, factor reliability and assurance factors have a significant influence on customer satisfaction, empathy whereas no significant effect on customer satisfaction Keywords: research results, service quality, quantitative methods Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh service quality Relationship Officer terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ. Sistem penelitian dengan metode kuantitatif yaitu penentuan populasi, pemilihan sampel, penentuan data sekunder, prosedur pengujian, standar pengujian, cara pengujian dan cara pengujian hepotesis. Dari hasil penelitian ini didapatkan faktor responsiveness, faktor tangible, faktor reliability dan faktor assurance memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan nasabah, sedangkan emphaty tidak berpengaruh signifika terhadap kepuasan nasabah Kata kunci: service quality, metode kuantitatif, hasil penelitian
I. PENDAHULUAN Bank XYZ sebagai salah satu bank swasta di Indonesia sudah mengembangkan usahanya sejak tahun 1974, mulai dengan cara menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga perbankan terkemuka di dunia, membuka cabang – cabang baru di berbagai provinsi di Indonesia dan bekerjasama dengan PT Perintis Sejahtera untuk menerapkan teknologi yang canggih untuk memungkinkan semua kantor cabangnya terhubung secara bersamaan (online). Dengan jumlah nasabah yang sangat besar mencapai lebih dari 12 juta (Juli 2013) dan kebutuhan yang sangat beragam seperti, produk tabungan yang lebih variatif , rasa ingin diperhatikan, di mengerti dan ingin mendapatkan informasi yang lebih cepat. Karena itu perusahaan berusaha membangun hubungan (relationship) dengan nasabah. Perusahaan memahami bahwa customer mempunyai kebutuhan (needs) yang berbeda dan masing-masing customer mempunyai nilai (values) yang berbeda pula. Dari pemahaman ini, perusahaan dapat mengidentifikasi, memilih dan mengelompokan customer, kemudian
menyesuaikan dengan kapasitas dan kompetensi perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat mengatur, mengalokasikan dan memposisikan sumber dayanya yang terbatas untuk dapat melayani seluruh customer dengan efektif dan efisien dengan hasil yang optimal, baik bagi kepentingan perusahaan maupun customer. Masalah yang sering dihadapi Bank XYZ adalah customer yang merasa disepelekan dan tidak mendapatkan kemudahan informasi yang mengakibatkan berkurangnya ikatan emosional antara bank dengan mereka, sehingga customer yang telah mempercayakan dananya di bank merasa tidak diperhatikan dan tidak dimengerti. Hal ini membuat mereka menjadi tidak puas akan layanan perbankan Bank XYZ dan inilah yang menyebabkan nasabah memiliki berbagai rekening di bank - bank lain. Menghadapi berbagai perubahan faktor eksternal, seperti: tuntutan Bank Indonesia untuk menurunkan Net Interest Margin (NIM) dan meningkatkan fungsi intermediary, persaingan antar bank, serta pertumbuhan kelas menengah dan perubahan model bisnis, maka selaku bank transaksional yang unggul,
120
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 120
25/02/2016 13:52:57
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
kita perlu mengembangkan keunggulan kompetitif baru sebagai relationship banking. Mengapa relationship banking? Karena dengan relasi yang erat dengan Nasabah memampukan Bank XYZ mengenal Nasabah dan kebutuhannya dengan lebih baik dan dapat membantu memberikan solusi serta memberikan layanan yang unggul, sehingga bank pesaing sulit dan butuh waktu lama untuk membentuk emotional connection dengan Nasabah Bank XYZ. Untuk memenuhi kebutuhan Nasabah, Pada tahun 2010 Bank XYZ membentuk unit baru bernama Relationship Officer yang bertugas menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengana Nasabahnya. Karena hubungan yang erat dengan nasabah akan membentuk ‘emotional connection”yang bersifat langgeng dan menciptakan value yang baik bagi nasabah maupun Bank XYZ. Relationship officer mewakili Bank XYZ untuk memberikan pelayanan yang intense dan menjadi Person in charge untuk Nasabah- nasabah yang telah ditentukan, contohnya Relationship Officer dapat menjadi kontak utama yang dapat diandalkan dalam memberikan solusi-solusi atas kebutuhan serta menjaga kedekatan dengan nasabah. Dalam menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan nasabah, relationship officer diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap kepuasan nasabah yang di kelolanya. Namun tidak menutup kemungkinan nasabah tidak puas terhadap pelayanan relationship officer ini. Karena itu peneliti ingin mengukur sejauh mana pengaruh kualitas layanan Relationship Officer terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ . Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, didapatkan pertanyaan sebagai berikut: l Apakah pengaruh tangibles (bukti langsung) terhadap Kepuasan Nasabah Bank XYZ ? l Apakah pengaruh reliability (keandalan) terhadap Kepuasan Nasabah Bank XYZ ? l Apakah pengaruh responsiveness (daya tanggap) terhadap kepuasan Nasabah Bank XYZ ? l Apakah pengaruh assurance (jaminan) terhadap kepuasan Nasabah Bank XYZ? l Apakah pengaruh empati terhadap kepuasan Nasabah Bank XYZ? Berdasarkan rumusan masalah diatas maka Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: l Untuk mengetahui pengaruh tangibles (bukti langsung) terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ . l Untuk mengetahui pengaruh reliability (keandalan) terhadap kepuasan nasabah Bank XYX. l Untuk mengetahui pengaruh responsiveness (daya
tanggap) terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ . l Untuk mengetahui pengaruh assurance (jaminan) terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ. l Untuk mengetahui pengaruh empati terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ.
II. METODE PENELITIAN A. Pemasaran Jasa Pemasaran (maketing) menurut Kotler dan Armstrong (2008: 6) yaitu “sebagai peroses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalanya”. Pemasaran, menurut Daryanto (2011: 1) adalah “suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain”. Dari kedua pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa pemasaran adalah proses memenuhi kebutuhan individu atau kelompok dengan cara membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan sehingga dapat menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang saling menguntungkan. Pengertian jasa menurut Djaslim Saladin (2007: 71) bahwa jasa ialah kegiatan atau manfaat yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan apapun. Menurut Indriyo gitosudarmo (2008:221) pengertian jasa adalah produk yang tidak berwujud yang biasanya berupa pelayanan yang dibutuhkan oleh konsumen. Dari definisi diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa jasa adalah kegiatan yang tidak berwujud, biasanya berupa pelayanan yang ditawarkan kepada pihak lain yang membutuhkan, yang memberikan manfaat dan kepemilikanya tidak dapat dipindahkan. B. Karakteristik jasa Oleh sebab itu, jasa memiliki beberapa karakteristik unik untuk membedakan dari barang dan berdampak pada cara memasarkanya. Karakteristik jasa (Tjiptono, 2011:35) adalah sebagai berikut: l Intangibility. Jasa berbeda dengan barang. Bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha. Hal tersebut yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, di dengar, atau diraba, sebelum di beli dan dikonsumsi. l Inseparability. Barang biasanya diproduksi,
121
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 121
25/02/2016 13:52:57
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan konsumsi pada waktu dan tempat yang sama. l Variability/heterogeneity/inconsistency. Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandarized output, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis, tergantung kepada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut di produksi. l Perishability. Yaitu jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. C. Klasifikasi jasa Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2007: 2628) klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, antara lain: l Segmen pasar. Berdasarkan segmen pasar dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir (misalnya taksi, Asuransi jiwa, dan Pendidikan) dan jasa kepada konsumen organisasional (misalnya jasa akutansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum). l Tingkat keberwujudan. Berdasarkan kriteria ini dapat dibedakan Rented good service, owned goods service, dan non good service. l Keterampilan penyedia jasa. Berdasarkan keterampilan, penyedia jasa dapat dibedakan menjadi professional service (misal konsultan manajemen, konsultan hukum, dokter, perawat dan arsitek) dan non profesional service (misalnya supir taksi, dan penjaga malam). l Tujuan organisasi jasa. Berdasarkan tujuan organisasi Jasa dapat dibedakan menjadi commercial service, provit service, dan non profit service. l Regulasi. Dari aspek ini jasa dapat dikelompokan menjadi regulated service, dan non regulated service. l Tingkat intensitas karyawan. Dapat dibedakan equipment based service (seperti cuci mobil, sambungan telepon, ATM dan binatu) people based service (pelatih sepak bola, satpam, jasa akutansi, dan konsultasi hukum) l Tingkat kontak penyedia jasa dan langganan. High-contact (seperti universitas, bank, dokter, pegadaian), low contact service (misalkan bioskop). Lebih lanjut Converse dalam Alma (2007:246249) mengklasifikasikan jasa menjadi lima jenis yaitu: l Personalized Service: Jasa ini sangat bersifat personal, tidak dapat pelayananya haruslah
ditangani sendiri oleh produsenya. Pemakaian perantara dalam hal ini tidak praktis, karena penjualan langsung adalah paling tepat. l Financial Service: Terdiri dari Banking service (Bank), Insurance Service (Asuransi), Investmant Securities (Lembaga Penanaman modal). l Public Utility dan Transportation Service: Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan air minum dan listrik. Sedangkan dalam Transportation ialah meliputi: angkutan kereta api, kendaraan umum, pesawat udara dan sebagainya. Pelayanan disini ditunjukan untuk angkutan penumpang dan angkutan barang. l Entertainment: Orang yang mempunyai usaha ini bisa memperoleh pendapatan yang besar karena mereka bisa mempengaruhi masyarakat, melalui advertising. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah: usaha-usaha dibidang olah raga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan dan usaha-usaha lainya. l Hotel service: Hotel bukan merupakan suatu objek wisata tetapi merupakan salah satu sarana dalam keparawisataan, maka dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama tempat-tempat rekreasi, biro travel, dan lain sebagainya. D. Kualitas Pelayanan Jasa Informasi yang berkembang dimasyarakat saat ini semakin maju, membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam melakukan pembelian, ketika masyarakat atau calon pembeli akan memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsi sesuatu, maka masyarakat umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa yang mereka konsumsi dapat diterima atau dinikmatinya dengan pelayanan yang baik atau memuaskan, karena itu perusahaan harus memperhatikan mutu dari jasa (service quality) dan pelayanan yang diberikan oleh perusahaanya. Pelanggan biasanya membandingkan yang mereka harapkan, dengan yang benar-benar mereka terima selama tahap pasca-pembelian dalam proses pembelian jasa. Pelanggan menilai tingkat kepuasan atau ketidakpuasan mereka setelah menggunakan informasi ini untuk memperbaharui persepsi mereka tentang kualitas jasa, tetapi sikap terhadap kualitas tidak tergantung pada pengalaman. Kesenjangan jasa adalah hal yang paling penting. Karena penilaian pelanggan secara keseluruhan terhadap apa yang diharapkan dibandingkan dengan apa yang diterima. Gambar 1 menunjukan hubungan antara harapan, kepuasan pelanggan, dan kualitas jasa.
122
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 122
25/02/2016 13:52:57
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
Gambar 1 Hubungan antara harapan, kepuasan pelanggan, dan kualitas jasa yang dipahami atau dipersepsikan
Sebelum pelanggan membeli suatu jasa, mereka memiliki harapan tentang kualitas jasa yang didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pribadi, setelah membeli dan menggunakan jasa tersebut, pelanggan membandingkan kualitas yang diharapkan dengan apa yang benar-benar mereka terima. Kinerja jasa mengejutkan dan menyenangkan pelanggan, yang berada di atas tingkat jasa yang mereka inginkan, akan dipandang memiliki kualitas yang lebih tinggi begitupun sebalikinya, Perbedaan antara harapan dan kinerja jasa inilah membentuk suatu kesenjangan kualitas, Tujuan utama dalam meningkatkan kualitas jasa adalah memperkecil kesenjangan ini sedapat mungkin. Untuk melakukan hal itu, penyedia jasa harus mengurangi atau menghilangkan keenam kesenjangan lainya pada gambar 1, kesenjangan yang memungkinkan dalam kualitas jasa (2007: 97-98) menurut Lovelock dan Wright adalah: Kesenjangan Pengetahuan yaitu perbedaan antara apa yang diyakini penyedia jasa yang diharapkan pelanggan dan kebutuhan dan harapan pelanggan yang sesungguhnya. Kesenjangan standar yaitu, perbedaan antara persepsi manajeman terhadap harapan pelanggan dan standar kualitas yang ditetapkan untuk penyerahan jasa. Kesenjangan penyerahan yaitu, perbedaan antara standar penyerahan yang ditentukan dan kinerja penyedia jasa yang sesungguhnya. esenjangan komunikasi internal yaitu, perbedaan antara apa yang dianggap oleh iklan dan tenaga penjual perusahaan tersebut sebagai fitur produk, kinerja dan tingkat kualitas jasa dan apa yang benar-benar dapat diserahkan oleh perusahaan. Kesenjangan persepsi yaitu, perbedaan antara apa yang benar-benar diserahkan dan apa yang dianggap pelanggan telah mereka terima (karena mereka tidak dapat menilai kualitas jasa secara akurat). Kesenjangan interprestasi yaitu, perbedaan antara apa yang sesungguhnya dijanjikan penyedia jasa dalam upaya komunikasinya
dengan apa yang pelanggan pikir telah dijanjikan dalam komunikasi tersebut. Kesenjangan jasa yaitu, perbedaan antara apa yang diharapkan pelanggan akan mereka terima dan persepsi mereka terhadap jasa yang benar-benar diserahkan. Dari ketujuh kesenjangan kualitas tersebut dapat merusak hubungan dengan pelanggan. Dan kualitas jasa adalah keseluruhan sikap pelanggan terhadap penyerahan jasa, yang terbentuk dari sejumlah pengalaman jasa yang berhasil maupun yang tidak berhasil. Maka dengan menghindari kesenjangan jasa dalam setiap penyerahannya akan membantu suatu perusahaan meningkatkan nama baiknya dalam hal jasa yang bermutu. Dalam penyampaian pelayanan, sering terdapat perbedaan antara apa yang sudah ditetapkan dalam standard operating Procedure (SOP) dengan kenyataan di lapangan. Hal ini disebut kesenjangan (gap). Dalam SERVQUAL sendiri juga dijelaskan lima gap yang dapat terjadi yang menyebabkan adanya perbedaan persepsi mengenai kualitas jasa adalah sebagai berikut (Lupiyoadi 2013:220): l
Kesenjangan persepsi manajemen
Perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa. Kesenjangan ini terjadi kurangnya orientasi penelitian pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan penelitian, kurangnya interaksi antara pihak manajemen dan konsumen, komunikasi dari atas ke bawah kurang memadai, serta terlalu banyak tingkat manajemen. l
Kesenjangan spesifikasi kualitas
Kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi kualitas kerja. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas, dan tidak memadainya penyusunan tujuan. l
Kesenjangan penyampaian jasa
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (service delivery) kesenjangan ini terutama disebabkan oleh ambiguitas peran, konflik peran, kesesuaian pegawai dengan tugas yang harus dikerjakan, kesesuaian teknologi yang digunakan pegawai, sistem pengendalian dari atasan yaitu sistemm penilaian dan sistem imbalan, perceived control, yaitu sejauh mana pegawai merasakan kebebasan, atau fleksibilitas untuk menentukan cara
123
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 123
25/02/2016 13:52:57
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
pelayanan, time work yaitu sejauh mana pegawai dan manajemen merumuskan tujuan bersama. Kesenjangan komunikasi pemasaran. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan Yaitu perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan yang diharapkan oleh konsumen. Jika keduanya terbukti sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. l
Kesenjangan persepsi manajemen Perbedaan antara penilaian pelayanan menurut pengguna jasa dan persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa. Kesenjangan ini terjadi kurangnya orientasi penelitian pemasaran, pemanfaatan yang tidak memadai atas temuan penelitian, kurangnya interaksi antara pihak manajemen dan konsumen, komunikasi dari atas ke bawah kurang memadai, serta terlalu banyak tingkat manajemen. l
Kesenjangan spesifikasi kualitas Kesenjangan antara persepsi manajemen mengenai harapan pengguna jasa dan spesifikasi kualitas kerja. Kesenjangan terjadi antara lain karena tidak memadainya komitmen manajemen terhadap kualitas jasa, persepsi mengenai ketidaklayakan, tidak memadainya standarisasi tugas, dan tidak memadainya penyusunan tujuan. l
Kesenjangan penyampaian jasa Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa (service delivery) kesenjangan ini terutama disebabkan oleh ambiguitas peran, konflik peran, kesesuaian pegawai dengan tugas yang harus dikerjakan, kesesuaian teknologi yang digunakan pegawai, sistem pengendalian dari atasan yaitu sistemm penilaian dan sistem imbalan, perceived control, yaitu sejauh mana pegawai merasakan kebebasan, atau fleksibilitas untuk menentukan cara pelayanan, time work yaitu sejauh mana pegawai dan manajemen merumuskan tujuan bersama. l
Kesenjangan komunikasi pemasaran Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal. Kesenjangan dalam pelayanan yang dirasakan Yaitu perbedaan persepsi antara jasa yang dirasakan dan yang diharapkan oleh konsumen. Jika keduanya terbukti sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Menurut Sviokla dalam Lupiyoadi (2013:214215) mengatakan bahwa kualitas memiliki delapan dimensi pengukuran yang terdiri atas aspek-aspek berikut: l
Kinerja Kinerja ini berunjuk pada karakter produk inti yang meliputi merek, atribut-atribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek kinerja individu. Kinerja beberapa produk biasanya didasari oleh preferensi subjektif pelanggan yang pada dasarnya bersifat umum. l
Keistimewaan produk Dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang dapat menambah nilai suatu produk. Keragaman produk biasanya diukur secara subjektif oleh masing-masing individu (dalam hal ini konsumen) yang menunjukan adanya perbedaan kualitas suatu produk (jasa). Dengan demikian, perkembangan kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat menyesuaikan diri dengan permintaan pasar. l
Reliabilitas/keterandalan Dimensi ini berkaitan dengan timbulnya kemungkinan suatu produk mengalami keadaan tidak berfungsi (malfunction) pada suatu periode. Reliabilitas suatu produk yang menandakan tingkat kualitas sangat berarti bagi konsumen dalam memilih produk. Hal ini menjadi semakin penting mengingat besarnya biaya penggantian dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan apabila dikeluarkan apabila produk yang dianggap tidak reliable mengalami kerusakan. l
Kesesuaian Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas suatu barang adalah kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya. Kesesuaian suatu produk dalam industry jasa diukur dari tingkat akurasi dan waktu penyesuaian termasuk juga perhitungan kesalahan yang terjadi, keterlambatan yang tidak dapat diantisipasi, dan kesalahan lain. l
Ketahanan Ukuran ketahanan (atau daya tahan) suatu produk meliputi segi ekonomis sampai dengan segi teknis. Ketahanan suatu produk didefinisikan sebagai sejumlah kegunaan yang diperoleh seseorang sebelum mengalami penurunan kulitas. Secara ekonomis, ketahanan diatikan sebagai usia ekonomis suatu produk dilihat dari jumlah kegunaan yang diperoleh sebelum terjadi kerusakan dan keputusan untuk mengganti produk. l
l
Kemampuan pelayanan
Kemampuan pelayanan bisa juga disebut dengan kecepatan, kompetensi, kegunaan, dan kemudahaan produk untuk diperbaiki. Dimensi ini menunjukan
124
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 124
25/02/2016 13:52:57
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
bahwa konsumen tidak hanya memperhatikan adanya penurunan kualitas prodak, tetapi juga waktu sebelum produk disimpan, penjadwalaan pelayanan, proses dengan staf, frekuensi pelayanan perbaikan akan kerusakan produk, dan pelayanan lainya. Variablevariabel tersebut dapat merefleksikan adanya perbedaan standar perseorangan mengenai pelayanan yang diterima, dimana kemampuan pelayanan suatuproduk tersebut menghasilkan suatu kesimpulan akan kualitas produk yang dinilai secara subjektif oleh konsumen. Estetika (aesthetics). Estetika merupakan dimensi pengukuran yang paling subjektif. Estetika suatu produk terdengar oleh konsumen, baik itu bagaimana penampilan luar suatu produk, rasa, maupun bau. Dengan demikian, estetika jelas merupakan penilaian dan refleksi yang dirasakan oleh konsumen. l
Kualitas yang dirasakan (perceived quality). Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap mengenai atribut-atribut produk (jasa). Namun, konsumen umumnya memiliki informasi tentang produk secara tidak langsung, misalnya melalui merek, nama, dan Negara produsen. Ketahanan produk, misalnya, dapat menjadi hal yang sangat kritis dalam pengukuran kulaitas produk. Selain kesenjangan jasa menurut Parasuraman at al (1998) dalam Lupiyoadi (2013: 216-217) terdapat lima dimensi SERVQUAL untuk menilai kualitas jasa yaitu: 1). Berwujud yaitu Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksitensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat diandalkan kepada lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya, 2). Reliabilitas yaitu Kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi, 3). Ketanggapan Yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat pada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. tidak membiarkan pelanggan menunggu menciptakan persepsi yang negative dalam kualitas pelayanan, 4). Jaminan dan kepastian Yaitu pengetahuan, l
kesopan santunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy), dan 5). Empati Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan mereka. Hal ini mengharapkan bahwa suatu perusahaan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoprasian yang nyaman bagi pelanggan. Empati merupakan kemudahaan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para konsumen. Seorang Relationship Officer hendaknya dapat mengelola waktu agar mudah dihubungi, baik melalui telepon ataupun bertemu langsung E. Kepuasan Nasabah Dalam suatu proses konsumsi, pelanggan tidak akan berhenti hanya sampai pada proses konsumsi. Nasabah akan melakukan proses evaluasi terhadap konsumsi yang telah dilakukannya. Inilah yang disebut sebagai evaluasi alternative pasca konsumsi. Hasil dari proses evaluasi pasca konsumsi adalah pelanggan merasa puas (satisfaction) atau tidak puas (dissatisfaction) terhadap konsumsi produk atau jasa yang sudah dilakukannya. Kepuasan akan mendorong konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi ulang produk tersebut. Sebaliknya perasaan tidak puas akan menyebabkan konsumen kecewa dan menghentikan pembelian kembali atau mengkonsumsi produk tersebut (Ujang 2004,321) Menurut Phillip Kotler (2007: 36), kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dengan harapannya. Menurut Umar (2010: 50), kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan dengan harapannya. Masih menurut Kotler (Tjiptono, 2007:366367) dalam mengukur kepuasan pelanggan terdapat empat metode yaitu: Sistem keluhan dan saran Artinya setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluasluasnya bagi para pelangganya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan meliputi kotak saran yang diletakan l
125
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 125
25/02/2016 13:52:58
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
di tempat-tempat strategis, menyediakan kartu komentar, menyediakan saluran telepon. Survei kepuasan pelanggan Artinya kepuasan pelanggan dilakukan dengan menggunakan survei, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan secara langsung dari pelanggan sekaligus juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya yang ada. Pengukuran kepuasan pelanggan melalui metode ini dapat dilakukan dengan cara, diantaranya sebagai berikut: l
Directly resported satisfaction Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan, seperti sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, dan sangat puas. w Derived dissatisfacatin, Yaitu pertanyaan yang menyangkut besarnya harapan pelanggan terhadap atribut. w Problem analysis, artinya pelanggan yang dijadikan responden untuk mengungkapkan dua hal pokok yaitu: w Masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan penawaran dari perusahaan, dan w Saran-saran untuk melakukan perbaikan. Importance-performance analysis, artinya dalam teknik ini responden dimintai untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan pentingnya elemen. l
Ghost shopping Artinya metode ini .dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost sopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/ pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing. kemudian Ghost sopper menyampaikan temuantemuan mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. l
Lost customer analysis Artinya perusahaan menghubungi para pelangganya yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok dan diharapkan diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Salah satu partikal dalam mengukur sikap pelanggan ialah dengan menggunakan kuesioner. Perusahaan harus mendesain kuesioner kepuasan pelanggan yang secara akurat dapat memperkirakan persepsi pelanggan tentang mutu barang dan jasa. Penggunaan kuesioner kepuasan pelanggan harus l
benar-benar dapat mengukur dengan tepat persepsi dan sikap pelanggan. Dalam kaitanya dengan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Tjiptono (1996: 159) mengatakan bahwa ketidak puasan pelanggan disebabkan oleh faktor eksternal. Faktor internal yang relative dapat dikendalikan perusahaan, misalnya karyawan yang kasar, jam karet, kesalahan pencatatan transaksi. Sebaliknya, faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca, gangguan pada infrastruktur umum, aktivitas kriminal, dan masalah pribadi pelanggan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam hal terjadi ketidak puasan, ada beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan pelanggan, yaitu: Tidak melakukan apa-apa, pelanggan yang tidak puas tidak melakukan complain, tetapi mereka praktis tidak akan membeli atau menggunakan jasa perusahaan yang bersangkutan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan yang tidak puas akan melakukan complain atau tidak, yaitu: a. Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan, b. Tingkat ketidakpuasan pelanggan, c. Manfaat yang di peroleh d. Pengetahuan dan pengalaman, e. Sikap pelanggan terhadap keluhan, f. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi, dan g. Peluang keberhasilan dalam melakukan complain Faktor-faktor yang menciptakan kepuasan konsumen Menurut Kotler (2007: 36) Kepuasan Konsumen dapat diciptakan melalui tiga faktor. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tentang ketiga faktor tersebut: 1. Mutu. Kualitas memberikan dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang, ikatan ini memungkinkan perusahaan untuk memahami harapan serta kebutuhan konsumen, dengan demikian perusahaan dapat menciptakan kesetiaan konsumen pada perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan. Penjualan dikatakan memberikan mutu jika produk dan pelayanannya memenuhi atau melebihi harapan konsumen. 2. Pelayanan Konsumen. Pelayanan konsumen tidak berarti sekedar menjawab pertanyaan dan keluhan konsumen, bahkan lebih dari pemecahan masalah yang timbul setelah pembelian. Pada dasarnya pelayanan konsumen dapat menjadi pusat keuntungan perusahaan. Ada tiga jenis pelayanan yang dapat diberikan yaitu pelayanan sebelum transaksi, pelayanan pada saat transaksi, pelayanan setelah transaksi penjualan.
126
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 126
25/02/2016 13:52:58
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
3. Nilai. Kotler (2007: 38), Mendefinisikan nilai sebagai berikut: “Customer delivered value is the difference between total customers value and total customers expect from a given product are service. Total customers cost is bundle of cost customers expect to incur in evaluating,obtaining and using the product or service.” Yang artinya nilai konsumen yang diberikan merupakan selisih jumlah nilai dari konsumen dengan jumlah biaya konsumen. Jumlah nilai bagi konsumen adalah sekelompok manfaat yang diharapkan konsumen dari barang atau jasa tertentu. Jumlah biaya bagi konsumen adalah sekelompok biaya yang diharapkan konsumen dalam evaluasi menerima dan menggunakan barang atau jasa tersebut. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan konsumen menurut Cravens (2007: 10) antara lain: 1. Sistem pengiriman (Delivery System). Perpindahan produk atau jasa dari produsen ke konsumen atau pemakai akhir melibatkan suatu rangkain distribusi dari pemasok, pabrik, hingga pemakai akhir. Seluruh jaringan organisasi ini harus berfungsi sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dan terkoordinasi yang terfokus pada pemberian kepuasan konsumen. 2. Daya Guna Produk atau Jasa (Product or Service Performance). Penampilan dan keandalan produk atau jasa mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kepuasan konsumen. 3. Citra (Image). Citra yang baik di mata konsumen metupakan suatu keunggulan bersaing. Perusahaan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk mempromosikan merek mereka kepada pembeli potensial. Ketika pembeli melakukan pembelian terhadap merek tersebut dan mendapatkan kesan yang menyenangkan, maka citra merek tersebut akan berkembang. 4. Hubungan Harga dengan Nilai (Price Value Relationship). Konsumen akan mempertimbangkan hubungan antara harga dengan nilai yang menguntungkan. Mereka berpendapat bahwa nilai yang ditawarkan oleh suatu produk atau jasa sesuai dengan harga produk atau jasa tersebut. 5. Daya Guna Karyawan (Employee performance). Mencapai kepuasan konsumen sangat penting oleh karena itu setiap karyawan perlu diberikan latihan agar memiliki tanggung jawab terhadap pencapaian konsumen. 6. Persaingan (Commpetition). Kelemahankelemahan dari persaingan akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan penting untuk meningkatkan kepuasan
konsumen. perusahaan mempelajari produk dan jasa pesaing agar dapat memperbaiki produk dan jasa mereka.
III. PEMBAHASAN Deskripsi responden dari penelitian berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia. Berikut ini adalah deskripsi responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan umur: Tabel 1 Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin dan umur Jenis Kelamin * Usia Crosstabulation
Jenis Kelamin
Perempuan Laki_laki
Total
Count % of Total Count % of Total Count % of Total
25 - 36 tahun 2 2.9% 0 .0% 2 2.9%
Usia 37 - 44 tahun 13 18.6% 16 22.9% 29 41.4%
> 45 Tahun 16 22.9% 23 32.9% 39 55.7%
Total 31 44.3% 39 55.7% 70 100.0%
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa jumlah responden laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden perempuan. Total responden perempuan adalah sebanyak 31 orang atau 44,3% yang mayoritas berusia > 45 tahun (16 orang atau 22,9%). Total responden laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 39 orang atau 55,7%. Dilihat dari jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar customer Relationship Officer PT.XZY adalah Lakilaki berusia > 45 tahun. Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Usia. Berikut ini adalah deskripsi responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan umur seperti pada Tabel 2: Tabel 2 Deskripsi responden berdasarkan pekerjaan dan umur Pekerjaan * Usia Crosstabulation
Pekerjaan
Karyawan Swasta Wiraswasta
Total
25 - 36 tahun Count 0 % of Total .0% Count 2 % of Total 2.9% Count 2 % of Total 2.9%
Usia 37 - 44 tahun 1 1.4% 28 40.0% 29 41.4%
> 45 Tahun 0 .0% 39 55.7% 39 55.7%
Total 1 1.4% 69 98.6% 70 100.0%
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa jumlah responden Wiraswata lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden Karyawan swasta. Total responden wiraswasta adalah sebanyak 69 orang atau 98,6% yang mayoritas berusia > 45 tahun (39 orang atau 55,7%). Total responden Karyawan swasta dalam penelitian ini sebanyak 1 orang atau 1,4%. Dilihat dari jumlah responden terbanyak dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar Relationship Officer PT.XYZ adalah wiraswasta berusia > 45 tahun.
127
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 127
25/02/2016 13:52:58
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
No
Faktor
1
Rhasil
Rtabel
Status
0.488
0,198
Valid
0.537
0,198
Valid
0.658
0,198
Valid
4
0.620
0,198
Valid
5
0.427
0,198
Valid
6
0.520
0,198
Valid
0.574
0,198
Valid
0.430
0,198
Valid Valid
2
Tangible
3
Reliability
7 8 9
0.309
0,198
0.368
0,198
Valid
0.310
0,198
Valid
12
0.605
0,198
Valid
13
0.685
0,198
Valid
0.645
0,198
Valid
0.600
0,198
Valid
16
0.601
0,198
Valid
17
0.679
0,198
Valid
10
Kualitas Pelayanan
11
14
Responsive ness
Assurance
15
18
0.637
0,198
Valid
0.451
0,198
Valid
20
0.399
0,198
Valid
21
0.328
0,198
Valid
Empathy
19
22 23
Kepuasan Nasabah
0.359
0,198
Valid
0.482
0,198
Valid
24
0.536
0,198
Valid
25
0.735
0,198
Valid
Dalam uji analisis reliabilitas, suatu variabel dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,600 (Ghozali, 2009:51). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat Tabel 4 pada tabel 4. Uji Reliabilitas Tabel 4 Uji Reliabilitas Variabel
Alfa Cronbach
1
Kualitas Pelayanan Kepuasan Nasabah
2
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 128
Keterangan
0,896
Cut of Value 0,600
0,633
0,600
Realibel
Depe 1.0
Realibel
0.8
0.6
Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua variabel mempunyai nilai Tabel 5 Ujilebih Multikolinearitas Cronbach’s Alpha besar dari 0,600. Maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam Coefficients penelitian ini reliabel. Unstandardized Standardized
0.4
0.2
0.0
a
Coeff icients
Coeff icients
B Std. Error Beta C. Model Multikolinearitas 1Uji (Constant) .597 .542 Tangible
.231
.080
t 1.101 2.890 4.169 2.208 1.648 .270
.262
Collinearity Statistics Tolerance VIF
Sig. .275 .005 .000 .031 .104 .788
.476
Tabel
2.100
Reliability .128 .420 2.600 Hasil uji .535 multikolinearitas tentang .385 jawaban Responsiv eness .371 .168 .174 .629 1.591 Assurance menunjukkan .132 .080 .160 .416 2.404 responden nilai VIF dan angka Empathy .034 .127 .027 .382 2.618 a. Dependent Variable: Kepuasan yang Nasabah tolerance seperti tampak pada tabel 5.
Model 1
Tabel 5 Uji Multikolinearitas Coefficients Gambar 2 Unstandardized Standardized Grafik Scatterplot Coefficients Coefficients a
Model 1
(Constant) Tangible Reliability Responsiveness Assurance Empathy
B .597 .231 .535 .371 .132 .034
Std. Error .542 .080 .128 .168 .080 .127
Beta .262 .420 .174 .160 Scatterplot .027
t 1.101 2.890 4.169 2.208 1.648 .270
Sig. .275 .005 .000 .031 .104 .788
Collinearity Statistics Tolerance VIF .476 .385 .629 .416 .382
2.100 2.600 1.591 2.404 2.618
(Constant) Tangible Reliability Responsiv eness Assurance Empathy
a. Dependent Variable: Kep
Koefi
a. Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS 15.0 pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak lebih besar dari 10. Maka 1 tidak ada multikolinearitas dapat disimpulkanTabel bahwa Deskripsi Responden Jenis antar variabel independenBerdasarkan dalam model regresi Kelamin dan Umur penelitian. Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
3
2
1
0
-1
-2
Model 1
R .866
a. Predictors: (C Tangible, Ass
b. Dependent Va
-3
-1
0
1
2
3
Regression Predicted Value JenisStandardized Kelamin * Usi a Crosstabulation
4
D. Uji Heteroskedastisitas Usia 25 - 36 t ahun 37 - 44 t ahun > 45 Tahun ini: JenisUji Kelamin Perempuan Count heteroskedastisitas bertujuan menguji16 2 13 % of Total 2.9% 18.6% 22.9% apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan Laki_laki Count 0 16 23 Gambar 3 % of Total Total CountScatterplot Grafik Normal Probability Plot % of Total
.0% 2 2.9%
22.9% 29 41.4%
32.9% 39 55.7%
Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
Total
31 44.3% Model 39 1 55.7%Regression 70Residual 100.0%
Total
b. Dependent Variable: Ke
2
1
Tabel 2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Usia 0
-1
-2
Pekerjaan * Usia Crosstabulation
-3 -1
0
1
2
Usia 25 - 36 tahun 37 - 44 tahun Gambar 2 Grafik scatterplot Kary awan Swasta Count 0 1 % of Total .0% 1.4% Wiraswasta Count 2 28 % of Total 2.9% 40.0% Count 2 29 % of Total 2.9% 41.4%
Regression Standardized Predicted Value
Pekerjaan
Total
Su Sq 33 11 45
a. Predictors: (Constant),
3
128
Gambar 1 Hubungan antara Harapan, Kepuasan Pelanggan, dan Kualitas Jasa yang Dipahami atau Dipersepsikan
Normal P-P
Expected Cum Prob
No
Regression Studentized Residual
Tabel 3 Uji validitas
B. Uji Reliabilitas
Regression Studentized Residual
A. Uji Validitas Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur oleh kuesioner tersebut. Validitas dari indikator dianalisis menggunakan df (degree offreedom) dengan rumus df = n – k, dimana n = jumlah sample, k = jumlah variabel independen. Jadi, df yang digunakan adalah 70 – 2 = 68 dengan alpha sebesar 5% maka menghasilkan nilai rtabel (uji dua sisi) sebesar 0.1982. Indikator dinyatakan valid apabila rhitung lebih besar daripada rtabel (Ghozali,2009:51). Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom Corrected Item – Total Colleration yang berasal dari pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 15.0 Hasil uji validitas pada indikatorindikator penelitian ini terdapat pada tabel 3. Berdasarkan pengujian pada tabel uji validitas di atas, diketahui bahwa nilai rhitung dari semua indikator lebih besar dari nilai rtabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator dalam penelitian ini adalah valid.
Tabel 3
3
> 45 Tahun 0 .0% 39 55.7% 39 55.7%
4
Total
1 1.4% 69 98.6% 70 100.0%
25/02/2016 13:52:58
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
variance dari residual satu pengamtan ke pangamatan yang lain maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran titik (scatterplot) seperti tampak pada Gambar 1. Dari grafik scatterplot dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. E. Uji Normalitas Uji normalitas menghasilkan grafik normal Normal P-Pyang Plot of tampak Regressionpada Standardized Residual probability plot Gambar 2. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kepuasan Nasabah Dependent Variable: Kepuasan Nasabah 1.0
Expected Expected Cum Prob Cum Prob
1.0 0.8
0.8 0.6
0.6 0.4
0.4 0.2
0.2 0.0
0.0
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.8
1.0
Observed Cum Prob 0.0
0.2
0.4
0.6
Gambar 3 GrafikObserved normal Cum probability plot Prob
Grafik normal probability plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. F. Analisis Regresi Berganda Analisa regresi berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empaty terhadap pengaruh kualitas layanan Relationship Officer terhadap kepuasan nasabah Bank XYZ. Dari hasil uji regresi berganda diperoleh koefisien regresi, nilai thitung dan tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada Tabel 6 di bawah ini: Tabel 6 Hasil uji regresi berganda Coefficientsa
Model 1
(Constant) Tangible Reliability Responsiveness Assurance Empathy
Unstandardized Coefficients B Std. Error .597 .542 .231 .080 .535 .128 .371 .168 .132 .080 .034 .127
Standardized Coefficients Beta .262 .420 .174 .160 .027
t 1.101 2.890 4.169 2.208 1.648 .270
Sig. .275 .005 .000 .031 .104 .788
a. Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
Dari hasil tersebut, persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Y = 0,597 + 0,231 X1 + 0,535 X2 + 0,371 X3 + 0,132 X4 + 0,034 X5 Keterangan: Y = kepuasan pelanggan X1 = Tangible X2 = Reliability X3 = Responsinevess X4 = Assurance X3 = Empahty Dari persamaan regresi di atas dapat diartikan bahwa: l Faktor konstanta, berarti semua variable bebas memiliki nilai 0 (nol) maka nilai variable terikat sebesar 0,597. l Faktor Tangible (X1). Nilai koefisien tangible untuk variable X1 sebesar 0,231, hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan tangible 1(satu) maka variable Beta (y) akan naik sebesar 0,231 dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Faktor tangible (X1) bernilai (0,231) mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan nasabah. l Faktor Reliability (X2). Nilai koefisien Reliability untuk variable X2 sebesar 0,535 hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Reliability 1(satu) maka variable Beta (y) akan naik sebesar 0,535 dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Faktor Reliability (X2) bernilai (0,535) mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan nasabah. l Faktor Responsiveness (X3). Nilai koefisien Responsiveness untuk variable X3 sebesar 0,371 hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Responsiveness 1(satu) maka variable Beta (y) akan naik sebesar 0,371 dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Faktor responsiveness (X3) bernilai (0,371) mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan nasabah. l Faktor Assurance (X4). Nilai koefisien assurance untuk variable X4 sebesar 0,132 hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan assurance 1(satu) maka variable Beta (y) akan naik sebesar 0,132 dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain dari model regresi adalah tetap. Faktor Assurance (X4) bernilai (0,132) tidak mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan nasabah. l Faktor Empathy (X5). Nilai koefisien empathy untuk variable X5 sebesar 0,034 hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan empathy 1(satu) maka variable Beta (y) akan naik sebesar 0,034 dengan asumsi bahwa variable bebas yang lain dari
129
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 129
25/02/2016 13:52:59
Kalbisocio,Volume 2 No.2 Agustus 2015
model regresi adalah tetap. Faktor Empathy (X5) bernilai (0,034) tidak mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan nasabah. G. Uji Goodness of Fit Tabel 7 Koefisien determinasi (R2)
R R Square .866a .750
Adjusted R Square .730
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 339.605 113.195 452.800
df 5 64 69
Mean Square 67.921 1.769
F 38.402
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Empathy, Responsiveness, Tangible, Assurance, Reliability
Model Summaryb Model 1
Tabel 8 Hasil uji simultan (uji F)
b. Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
Std. Error of the Estimate 1.32991
a. Predictors: (Constant), Empathy, Responsiveness, Tangible, Assurance, Reliability b. Dependent Variable: Kepuasan Nasabah
Dari Tabel 7 terlihat bahwa angka R yang dihasilkan sebesar 0,866 Hal ini menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kepuasan Nasabah (variabel dependen) dengan nilai variabel independennya (tangible, Empahty, Reliablity, Responsiveness, Assurance) adalah kuat. Dikatakan kuat karena 0,866 > 0,05. Angka koefisien determinasi atau R2 yang dihasilkan adalah sebesar 0,750. Namun, untuk jumlah variabel independen lebih dari 2 (dalam kasus ini 5) lebih baik digunakan Adjusted R Square yaitu sebesar 0,730. Hal ini berarti 73 % variasi dari kepuasan Nasabah bisa dijelaskan oleh ketiga variabel independen yang digunakan dalam persamaan regresi. Sedangkan selebihnya yaitu 27 % (100% - 73%) dijelaskan atau diprediksi oleh variabel lain di luar kelima variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Semakin kecil Standar Error of Estimate (SEE) maka akan membuat persamaan regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen. Dalam penelitian ini angka SEE adalah sebesar 1.32991. H. Uji Signifikasi Simultan Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas (kualitas (tangible, Empahty, Reliablity, Responsiveness, Assurance) terhadap variabel terikat (kepuasan Nasabah). Kriteria yang digunakan adalah: Jika probabilitas >0,05, maka H0 diterima. Jika probabilitas <0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dari hasil uji ANOVA atau uji F pada Tabel 8 didapatkan F hitung sebesar 38,402 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena 432,935 > 2,68 dan 0,000 < 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan. Nasabah (Y) atau dikatakan bahwa variabel X1, X2, X3 X4, dan X5 secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel Y.
I. Uji Parsial Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen (kualitas produk, kualitas pelayanan, dan nilai pelanggan) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (kepuasan pelanggan). Dengan deraja bebas pengujian atau degree of freedom (df) dengan rumus df = n – k, dimana n = jumlah sample, k = jumlah variabel independen. Jadi, df yang digunakan adalah 70 – 2 = 68 dengan alpha sebesar 5% maka menghasilkan nilai ttabel (uji dua sisi) sebesar 1.66792 Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi (a) = 0,05 ditentukan sebagai berikut : 1) thitung < ttabel, maka H0 diterima 2) thitung > ttabel, maka H0 ditolak Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut: l Nilai thitung pada faktor tangible (X1) adalah sebesar 2,890 dengan tingkat signifikansi 0,005. Karena 2,890 > 1.66792 dan 0,005 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan: faktor tangible berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah. l Nilai thitung pada factor Reliability (X2) adalah sebesar 4,169 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 4,169 > 1,66792 dan 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan: Variabel factor Reliability berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan nasabah. l Nilai thitung pada Faktor Responsiveness (X3) adalah sebesar 2,208 dengan tingkat signifikansi 0,031. Karena 2,208 > 1.66792 dan 0,0031 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan: Faktor Responsiveness berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. l Nilai thitung pada Faktor Assurance (X4) adalah sebesar 1,648 dengan tingkat signifikansi 0,104. Karena 1,648 < 1,66792 dan 0,104 >0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan : Faktor Assurance tidak berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan Nasabah. l Nilai thitung pada Faktor Emphaty (X5) adalah sebesar 0,270 dengan tingkat signifikansi 0,788. Karena 0,270 < 1,66792 dan 0,788 >0,05 maka
130
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 130
25/02/2016 13:52:59
Linda Kristina, Pengaruh Kualitas Layanan Relationship Officer Terhadap Kepuasan...
H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan : Faktor Emphat tidak berpengaruh dan signifikan terhadap kepuasan Nasabah.
IV. SIMPULAN Setelah pengumpulan data dilakukan dan dari hasil data tersebut dilakukan pengolahan data dan penghasilan data, sehingga dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut : l Koresponden Bank XYZ yang dilayani oleh Relationship Officer yang paling dominan adalah laki-laki berusia > 45 tahun (39 orang atau 55,7%) pekerjaan karyawan suasta sebanyak 69 orang atau 98,6%. l Variabel tangible, reliability, dan responsiveness, berpengaruh secara bersama-sama maupun parsial terhadap proses kepuasan nasabah pada Bank XYZ. Diantara tiga variable bebas yang berpengaruh signifikan tersebut, variabel reliability merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan nasabah Bank XYZ.
Saladin, Dj. (2007), Manajemen Pemasaran, Bandung: Linda Karya Gitosudarmo, I. (2008), Manajemen Pemasaran, edisi pertama, cetakan keempat, Penerbit: BPFE-Yogyakarta Kotler, P. & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran, jilid 1, Erlangga, Jakarta Daryanto. (2011). Sari Kuliah Manajernen Pemasaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera, Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS Semarang: BP UNDIP. Kotler, P. (2007). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: Prehalindo. Kotler, P. & Armstrong, G. (2008), Principles of Marketing Thirteenth Edition. New . Jersey: Pearson Education. Inc. Kotler,
P.
(2007).
Manajemen
Pemasaran,
Analisis
Perencanaan, Pengendalian. Prentice Hall, Edisi Bahasa Indonesia, .Jakarta: Salemba Empat. Lupiyoadi, R. (2013) . Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta Salemba Empat Sumarwan, U (2004). Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran, Bogor, Ghalia
Keterbatasan
Indonesia.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menemukan banyak keterbatasan. Adapun keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah sebagai berikut: Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelanggan nasabah Bank XZY sehingga dalam menyebar kuesioner dan wawancara agak sulit dkarenakan terbatas waktu. Keterbatasan dari Bank XZY sehingga peneliti masih kurang dalam penyajian data deskritif secara global.
Husein, U. (2010). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.
V. DAFTAR RUJUKAN
Febra. H et al. (2005). “ Faktor- factor yang Mempengaruhi
Alma, B. (2007), Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung : CV Alfabeta Cravens, D. W. (2007). Strategic Marketing. New York: Richard D Irwin Inc. lovelock, C. H & Wright, L. K. (2007), Manajemen Pemasaran Jasa
Alih bahasa Agus Widyantoro, cetakan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Tjiptono, F. (2009). Service Marketing Esensi dan Aplikasi. cetakan pertama. Yogyakarta : Marknesis. Tjiptono, F & Chandra, G. (2011). Service Quality & Satisfaction, Edisi Ketiga. Yogyakarta: ANDI. Tjiptono, F. (2007), Strategi Pemasaran, Edisi ke dua, Penerbit ANDI, Yogyakarta Jaspar, F. M. (2005) Manajemen Jasa, cetakan pertama, Jakarta: Ghalia Indonesia Kesetiaan Konsumen
Terhadap Sebuah Merek Rokok” . Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Rian, A et al (2013). “ Analisis Kualitas Pelayanan (Service Quality) terhadap Kepuasan Konsumen”. Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang
kedua, Jakarta, PT INDEKS Saladin, Dj. (2007). Intisari Pemasaran & Unsur-Unsur Pemasaran, Bandung: Linda Karya.
131
02. Jurnal Linda Kristina - Siti Nurjanah (Manajemen).indd 131
25/02/2016 13:52:59