PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA ALFAMART (Studi Kasus Pada Alfamart GMP Tanjung Piayu) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Gelar Ahli Madya
DisusunOleh : NITI FITRI SEJATI NIM. 11003045
JURUSAN AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016
2
PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN LOKASI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA ALFAMART (Studi kasus pada Alfamart GMP Tanjung Piayu) Oleh : Niti Fitri Sejati Dosen Pembimbing : Letanli Ayu Susantri, S.Pd., M.Pd., E Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan lokasi terhadap keputusan pembelian yang berguna untuk mencapai tujuan dan meningkatkan pendapatan pada Alfamart GMP. Jenis peneltian ini adalah kuantitatif yaitu penelitian dengan mengolah data yang ada, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang belanja pada bulan Juni berjumlah 100 orang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah konsumen yang belanja pada hari senin Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda. Penganalisisan data menggunakan SPSS versi 21.00. Hasil analisis uji menunjukkan bahwa 1) terdapat pengaruh kualitas layanan terhadap keputusan pembelian dengan nilai sig 0,000 < 0,05. 2) terdapat pengaruh lokasi terhadap keputusan pembelian dengan nilai sig 0,000 < 0,05. 3) terdapat pengaruh kualitas layanan dan lokasi terhadap keputusan pembelian dengan nilai sig 0,000 < 0,05. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh kualitas layanan dan lokasi terhadap keputusan pembelian pada Alfamart GMP signifikan.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Lokasi, Keputusan Menginap
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Bisnis atau waralaba di Indonesia telah mengalami kemajuan pesat pada
beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya minimarket dan jenis usaha lainnya yang banyak tumbuh dimana-mana khususnya kota Batam. Kebanyakan dari usaha ini diambil alih oleh swasta. Kemajuan bisnis yang ada di Indonesia diakibatkan karena adanya perkembangan usaha manufaktur serta peluang pasar yang cukup terbuka yang disebabkan oleh adanya dampak dari lajunya kondisi ekonomi
masyarakat.
Perkembangan
ini
mengakibatkan
perubahan
yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat, terutama yang ada di kota-kota besar, dimana salah satu perubahan itu adalah tempat belanja masyarakat. Mini market merupakan jenis bisnis ritel yang sedang berkembang pesat saat ini yang menjual barang kebutuhan sehari-hari dan menawarkan kemudahan karena lokasinya yang bisa di jangkau dan dekat dengan konsumen serta mengutamakan kepraktisan dan kecepatan yang didukung dari luas took atau gerai yang tidak terlalu besar sehingga konsumen berbelanja dengan waktu yang tidak terlalu lama. Persaingan mini market di Indonesia sangat ketat dan dapat dilihat dari persaingan antara 2 nama besar brand ritel minimarket yaitu alfamart dan indomart. Segala upaya dilakukan alfamart untuk dapat bersaing dengan indomart. Alfamart berusaha memberikan pelayanan terbaik guna memenangkan hati pelanggannya.
4
Tetapi alfamart masih belum bias menyamai jumlah gerai yang dimiliki oleh indomart meskipun berbagai strategi dan pelayanan sudah dilakukan. Salah satu kota yang cukup berkembang pesat dalam dunia bisnis ritel modern adalah kota Batam. Mudahnya mendapatkan ijin pendirian ritel modern baik mall maupun minimarket di kota Batam, mempengaruhi perkembangannya usaha ritel modern. Demikian di daerah Piayu yang merupakan bagian dari kota Batam yang semakin menjamurnya minimarket alfamart. Kita bias menemukan alfamart dengan mudah, Karena alfamart tersebar hampir di semua titik di Batam. Pada saat urgent salah satu pilihan yang tepat adalah minimarket yang lokasinya dekat dengan rumah, tempat kost, maupun tempat di mana kita berada saat itu. Winardi (2010:200) menyatakan keputusan pembelian konsumen merupakan titik suatu pembelian dari proses evaluasi. Dalam beberapa tahun ini, di dunia perdagangan banyak terjadi perubahan seiring dengan perubahan modern masa kini. Dampak perubahan yang terjadi khususnya di dalam usaha eceran yang selalu bersifat dinamis. Dalam hal ini bisnis eceran selalu mengikuti perkembangan seiring dengan keinginan dan selera pelanggan atau konsumen. Secara tidak langsung konsumen yang berada di kota Batam sangat memperhatikan berbagai aspek dalam mengambil keputusan untuk berbelanja. Sekarang konsumen tidak hanya berpedoman pada harga saja, tetapi juga mengikuti info promosi yang hebat di perusahaan tersebut. Dengan kata lain, konsumen sudah mulai selektif dan efisien dalam waktu serta rasional dalam mengambil keputusan untuk berbelanja. Keputusan untuk membeli adalah
5
merupakan hal yang sangat dipertimbangkan oleh konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus bias membuat konsumen untuk melakukan pembelian pada prusahaan tersebut. Perusahaan harus benar-benar paham faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan pembelian agar bias menarik konsumen. Kualitas layanan yang dapat memuaskan konsumen akan berdampak terjadinya pembelian berulang-ulang yang berarti akan terjadi peningkatan penjualan. Dengan pelayanan yang baik dapat menciptakan kepuasan dan loyalitas konsumen serta membantu menjaga jarak dengan pesaing (Kotler, 2002). Jika minimarket tidak dapat memenuhi maka akan menimbulkan ketidakpuasan. Biasanya pelanggan menilai kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu produk dengan cara membandingkan kinerja atau hasil yang diarasakan dibandingkan dengan harapannya. Berbagai pelayanan yang dimiliki oleh alfamart yang diberikan kepada pelanggan alfamart terangkum dalam lima dimensi kualitas pelayanan dari Tjiptono (2001:70) antara lain adalah kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati (empathy), dan bukti fisik(tangible). Dimensi – dimensi inilah yang harus diperhatikan oleh retailer dalam bisnis eceran, sehingga berbagai pengalaman yang dapat mengakibatkan kegagalan tidak akan terjadi. Tidak sedikit pelanggan beralih ke produk yang sesuai dengan yang diharapkannya. Apabila hal ini terjadi tentunya sangat merugikan perusahaan, dalam kegiatan operasionalnya. Mengingat untuk mendapatkan pelanggan baru lebih besar biayanya, dibandingkan dengan pengorbanan dalam mempertahankan pelanggan lama.
6
Faktor lokasi juga merupakan faktor yang menentukan keberhasilan suatu bisnis. Menurut Raharjani (2005:5) strategi lokasi adalah salah satu determinan yang paling penting dalam perilaku konsumen, perusahaan harus memilih lokasi yang strategis dalam menempatkan tokonya di suatu kawasan / daerah yang dekat dengan keramaian dan aktivitas masyarakat. Karena apabila terjadi kesalahan dalam memilih lokasi / tempat akan berpengaruh besar pada kelangsungan hidup pemilik took tersebut. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka diambil judul “PENGARUH
KUALITAS
PELAYANAN
KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA
DAN
LOKASI
TERHADAP
MINIMARKET ALFAMART GMP
Tanjung Piayu.”
1.2
Rumusan Masalah Dewasa ini perkembangan minimarket sangat pesat, ini bias dilihat dari
banyaknya minimarket yang tersebar di Indonesia. Hal ini merupakan satu tantangan bagi alfamart untuk bersaing dengan minimarket-minimarket lainnya. Berdasarkan
latar
belakang
yang
dikemukakan
dapat
dirumuskan
permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu?
7
2. Apakah lokasi juga berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu ? 3. Apakah keputusan Pembelian dan lokasi berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu?
1.3
Batasan Masalah Banyak terdapat dimensi yang dapat mempengaruhi keputusan konsumen di
sebuah tempat belanja tetapi penulis tertarik pada Keputusan layanan, Lokasi dan Keputusan Pembelian. Dengan judul Pengaruh Kualitas layanan dan Lokasi terhadap Keputusan Pembelian “Studi kasus pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu”
1.4
Tujuan Penelitian Adapun tujuan masalah didalam penelitian ini yang disimpulkan dari hasil
perumusan masalah, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu. 2. Untuk mengetahui pengaruh lokasi terhadap keputusan pembelian pada minimarket Alfamart GMP Tanjung Piayu. 3. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan lokasi terhadap keputusan pembelian pada minirmarketAlfamart GMP Tanjung Piayu.
8
1.5
Manfaat Penelitian 1. Aspek Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tambahan tentang konsep kualitas layanan, lokasi dan konsep keputusan pembelian konsumen dengan menganalisis dan membandingkan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan selama penelitian. 2. Aspek Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiric tentang pengaruh kualitas layanan dan lokasi terhadap keputusan pembelian pada pasar ritel modern. Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi yang berhubungan dengan hasil penelitian ini.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Keputusan Pembelian Pengertian keputusan pembelian menurut Kotler (2007;223) Keputusan Pembelian yaitu : beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk.Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang
yang
ditawarkan.Menurut
Setiadi,
(2003:341),
mendefinisikan suatu keputusan (decision) melibatkan pilihan diantara dua atau lebih alternatif tindakan atau perilaku.Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Ketika konsumen berbelanja, konsumen sering membuat keputusan pembelian di dalam toko daripada mengutamakan keputusan pembelian sebelum memasuki toko.Hal tersebut akibat pengaruh lingkungan dalam toko tersebut terutama faktor kualitas pelayanan dan juga harga yang diberikan toko tersebut. Dalam melakukan pengambilan keputusan, konsumen melakukan tahapantahapan untuk mmenentukan keputusan pembeliann tersebut. Adapun tahapantahapan proses pengambilan keputusan menurut Kotler (2005 ; 235) yaitu : a.
Pengenalan Masalah ( Problem Recognition)
10
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Pembeli menyadari suatu perbedaan antara keadaan sebenarnya dan keadaan yang diinginkannya.Kebtuhan itu dapat digerakan dengan rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar.Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen.Para pemasar perlu mengenal berbagai hal yang dapat menggerakkan kebutuhan atau minat tertentu dalam konsumen. Para pemasar perlu meneliti konsumen untuk memperoleh jawaban, apakah kebutuhan yang dirasakan atau masalah yang timbul, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan atau masalah itu menyebabkan seseorang mencari produk lain. b.
Pencarian Informasi Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan atau
mungkin tidak mencari informasi yang lebih banyak lagi. Jika dorongan konsumen adalah kuat, dan obyek yang dapt memuaskan kebutuhan tersedia, konsumen akan membeli obyek tersebut. Jiak tidak, kebutuhan konsumen itu tinggal mengendap dalam ingatannya.Konsumen mungkin tidak berusaha untuk memperoleh informasi lebih lanjut atau sangat aktif mencari informasisehubungn dengan kebutuhan. c.
Penilaian Alternatif Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin tentang bnyak hal,
selanjutnya konsumen harus melakukan penilaian tentang beberapa alternatif yang ada dan menentukan langkah selanjutnya.Penilaian ini tidak dapat dipisahkan dari
11
pengaruh sumber-sumber yang dimiliki oleh konsumen (waktu, uang dan informasi) maupun risiko keliru dalam penilaian. d.
Keputusan Membeli Setelah tahap-tahap awal tadi dilakukan, sekarang tiba saatnya bagi pembeli
untuk menentukan pengambilan keputusan apakah jadi membeli atau tidak.Jika keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merk, penjual, kualitas dan sebagainya. Untuk setiap pembelian ini, perusahaan atau pemasar perlu mengetahui jawaban atas pertanyaan yang menyangkut perilaku konsumen, misalnya: berapa banyak usaha yang harus dilakukan oleh konsumen dalam pemilihan penjualan, faktor-faktor apakah yang menentukan kesan terhadap sebuah toko, dan motif langganan yang sering menjadi latar belakang pembelian konsumen. e.
Perilaku setelah Pembelian Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami beberapa tingkat
kepuasan atau tidak ada kepuasan. Ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki ketidakpuasan setelah melakukan pembelian, karena mungkin harga barang dianggap terlalu mahal, atau mungkin karena tidak sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya dan sebagainya.Untuk mencapai keharmonisan dan meminimumkan ketidakpuasan pembeli harus mengurangi keinginan-keinginan lain sesudah pembelian. Dimensi untuk mengukur keputusan pembelian konsumen menurut Sutisna (2003) adalah :
12
1.
Benefit association Konsumen menemukan manfaat yang digunakan dari produk yang dibeli dan menghubungkan kriteria manfaat itu dengan karakteristik merk. Kriteria mamfaat yang bisa diambil adalah kemudahan mengingat nama produk ketika dihadapkan dalam keputusan membeli produk.
2.
Prioritas dalam membeli Pengambil keputusan dengan keterlibatan rendah ditandai oleh perbedaan merk yang nyata.Dalam situasi demikian sering konsumen banyak melakukan pergantian merk.Sebenarnya konsumen merasa puas dengan kinerja produk.Prioritas untuk membeli salah satu produk yang ditawarkan bisa dilakukan oleh konsumen apabila perusahaan menawarkan produk yang lebih baik dari produk pesaingnya.
3.
Frekwensi pembelian Ketika konsumen membeli produk tertentu dan ia merasa puas dengan kinerja produk tersebut, maka ia akan sering membeli kembali produk tersebut kapanpun ia membutuhkannya. Dimana konsumen akan menentukan pilihan setelah melalui tahap-tahap
sebelumnya. Kemudian konsumen akan membeli produk yang menurutnya dapat memenuhi kebutuhan seperti itulah pengertian keputusan pembelian menurut penulis. Dengan indikator Product Selection, Brand Selection, dan Store Selection.
13
2.1.2. Kualitas Pelayanan Tjiptono dan Candra (2005:110) menyatakan kualitas sebagai suatu kondisidinamis yang berpengaruh dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Mengacu pada pengertian kualitas layanan tersebut maka konsep kualitas layanan adalah suatu daya tanggap dan realitas dari jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas pelayanan harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Wisnalmawati, 2005: 156).
Kualitas pelayanan (service quality) dapat diukur dengan menggunakan lima dimensi. Kelima dimensi tersebut menurut Parasuraman, dalam Tjiptono dan Chandra (2005 ; 133-135) adalah : 1.
Bukti fisik (Tangibles) Berfokus pada elemen-elemen yang merepresentasikan pelayanan secara fisik yang meliputi fasilitas fisik ( gedung, warna, dekorasi, dan lain sebagainya), lokasi (jaraknya sulit dijangkau atau tidak), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
2.
Keandalan (Reliability) Kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang telah dijanjikan dengan tepat yang meliputi kesesuaian kinerja dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayan yang sama untuk semua pelanggan, sikap simpatik dan akurasi yang tinggi.
3.
Ketanggapan (Responsiveness)
14
Kemampuan untuk membantu memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan dengan informasi yang jelas.Dimensi ini menekan pada perilaku personel yang memberi pelayana untuk memperhatikan permintaan, pertanyaan, dan keeratan dari para pelanggan. 4.
Jaminan (Assurance) Kemampuan untuk melahirkan kepercayaan dan keyakinan pada diri pelanggan yang meliputi pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya pada pelanggan kepada perusahaan.
5.
Empati (Empathy) Menekankan pada perlakuan konsumen sebagai individu yang meliputi syarat untuk peduli, memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoprasian yang nyaman bagi pelanggan. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan pada
dasarnya merupakan kegiatan yang memiliki beberapa unsur ketidak berwujudan yang dapat diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan memberikan berbagai manfaat pada pihan terkait. Setiap pemberi pelayanan perlu mengetahui, mengantisipasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan pelanggan dengan memperhatikan karakteristik pelayanan. Kualitas pelayanan merupakan tolak ukur dalam menentukan pembelian atau tidaknya seorang pengguna jasa, karena melalui
15
kualitas pelayanan akan dapat menilai kinerja dan merasakan puas atau tidaknya mereka dengan layanan yang diberikan oleh penyedia jasa.
2.1.3. Lokasi Memilih lokasi berdagang merupakan keputusan penting untuk bisnis yang harus membujuk pelanggan untuk datang ke tempat bisnis dalam pemenuhan kebutuhannya.Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan usaha. Pemilihan lokasi harus memperhatikan potensi pasar yang tersedia di sekitar lokasi tersebut. Menurut Basu Swasta dan Irawan (2003:339) lokasi adalah letak atau toko pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba.Jadi lokasi adalah hal yang sangat penting dengan penyaluran produk dari produsen ke konsumen, dimana lokasi harus diperhatikan oleh produsen yang mempunyai akibat yang cukup fatal apabila tidak diperhatikan dan direncanakan secara matang. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dalam menentukan lokasi menurut Kotler (2009:84) meliputi faktor: a.
Akses, misalnya lokasi yang mudah dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.
b.
Visibilitas, misalnya lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan.
16
c.
Tempat parkir yang luas dan aman.
d.
Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk peluasan usaha di kemudian hari.
e.
Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan. Pemilihan lokasi untuk berbisnis harus dilakukan secara hati-hati. Meskipun
kesuksesan tidak hanya bergantung pada lokasi bisnis, tetapi faktor lokasi akan mempengaruhi kesuksesan sebuah bisnis. Pelanggan selalu mempertimbangkan untuk berbelanja dengan melihat faktor lokasi yang sesuai.Maka untuk itu para pelaku bisnis harus mempertimbangkan hal – hal strategis dalam penentuan lokasi.Karena lokasi yang strategis berkaitan terhadap keputusan pembelian pelanggan untuk membeli atau mengunakan suatu produk. Dengan Akses, Visibilitas, Tempat parkir, Ekspansi dan Lingkungan sebagai indikatornya.
2.2
Penelitian Terdahulu 1. Penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan, Harga dan Tempat Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Rumah Makan “Soto Angkring Mas Boed” di Semarang)” yang dilakukan oleh Ika Putri Iswayanti ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan, harga dan tempat terhadap keputusan pembelian. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa urutan secara individu dari masingmasing variabel yang paling berpengaruh adalah variabel kualitas produk
17
dengan koefisien regresi sebesar 0,260, lalu kualitas layanan dengan koefisien regresi sebesar 0,253, kemudian diikuti oleh harga dengan koefisien regresi sebesar 0,239. Sedangkan variabel yang berpengaruh paling rendah adalah tempat dengan koefisien regresi sebesar 0,206. Rumah Makan “Soto Angkring Mas Boed” perlu mempertahankan elemen-elemen yang sudah dinilai baik oleh pelanggan serta perlu memperbaiki hal-hal yang masih kurang. Hasil Penelitian Ika Putri Iswayanti yang sama dengan judul penelitian penulis adalah Kualitas pelayanan dan Tempat. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Okky Wenkyca Widodo dengan judul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kualitas Layanan dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada 123 Design and Photography di Semarang)” ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk, kualitas pelayanan dan promosi terhadap keputusan pembelian. Dari variabel promosi dengan koefisien regresi sebesar 0,362, lalu kualitas layanan dengan koefisien regresi sebesar 0,220. Sedangkan variabel yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan adalah kualitas produk yaitu 0,015. Hasil penelitian Okky Wenkyca Widodo yang sama dengan penelitian penulis adalah Kualitas Pelayanan. 3. Penelitian yang Hendra Fure dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Sam Ratulangi Manado pada tahun 2013 dengan
18
judul “Lokasi, Harga dan Kulitas Produk Mempengaruhi keputusan Pembelian” (studi kasus pada pasar tradisional Sehati Calaca). Hasil penelitian Hendra Fure ini menunjukan bahwa harga, lokasi, keberagaman produk, pelayanan terhadap minat beli pada pasar tradisional Sehati Calaca dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitin pada hasil uji t kali ini pada variabel (X1) nilai t hitung sebesar 3,177 dengan probabilitas sebesar 0,002. Karena t hitung > t tabel (2,143>1,985) atau sig t < 5% (0,002<0,05) maka secara parsial variabel (X1) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel (Y). Hasil penelitian Hendra Fure yang sama dengan penelitian penulis adalah Lokasi.
2.3
Kerangka Konseptual Keputusan berbelanja dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun
eksternal, yang kesemuanya itu saling mempengaruhi.Keputusan berbelanja dapat dilakukan oleh konsumen apabila tempat yang dituju memiliki lokasi yang mudah terjangkau atau berlokasi strategis.Tempat yang mudah dijangkau dengan sarana angkutan yang lancar memberikan kemudahan konsumen untuk menjangkau tempat tersebut. Dengan adanya alasan tersebut konsumen membutuhkan waktu yang sedikit untuk sampai pada tempat itu dan dapat menunjang kebutuhan lain.
19
Kualitas pelayanan merupakan tolak ukur dalam menentukan pembelian atau tidaknya seorang pengguna jasa, karena melalui kualitas pelayanan akan dapat menilai kinerja dan merasakan puas atau tidaknya mereka dengan layanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Zeithaml, 1998 (dalam Ari 2010) yang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan, Fasilitas, dan Lokasi Terhadap Keputusan Menginap” berpendapat bahwa kualitas pelayanan merupakan hasil penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan layanan secara menyeluruh. Bila penilaian yang dihasilkan merupakan penilaian yang positif, maka kualitas layanan ini akan berdampak pada terjadinya pembelian. Pemilihan lokasi juga merupakan faktor bersaing yang penting dalam usaha menarik pelanggan (Kotler, 2007). Pertama yang dilakukan adalah memilih daerah dimana toko akan dibuka, kemudian kota tertentu, baru kemudian lokasinya. Lokasi adalah tempat toko yang paling menggantungkan yang dapat dilihat dari jumlah ratarata khalayak yang melewati toko itu setiap harinya, persentasi khalayak yang mampir ke toko.Persentasi mampir dan kemudian membeli serta nilai pembelian per penjualan (Kotler, 2007). Secara garis besar kualitas layanan dan lokasi mempengaruhi keputusan berbelanja ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:
20
Gambar 2.3.1 Kerangka Pikir Teoritis
KUALITAS PELAYANAN (X1) KEPUTUSAN PEMBELIAN (Y) LOKASI (X2)
2.4. Hipotesis Hipotesis ini merupakan dugaan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah disusun dengan bentuk pertanyaan (Sugiyono 2010:96). Adapun hipotesis yang ditulis berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas : Ha1 Ho1
: Kualitas Layanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian :Kualitas
Layanan
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pembelian Ha2
:Lokasi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
Ho2
:Lokasi tidak berpengaruhsignifikan terhadap keputusan pembelian
keputusan
21
Ha3
:Kualitas Layanan dan Lokasi berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian
Ho3
:Kualitas Layanan dan Lokasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian
22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.Sukmadinata (2006:72) menjelaskan Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Melalui penelitian deskriptif, penulis ingin membuat gambaran kondisi secara menyeluruh tentang Alfamart GMP Tanjung Piayu.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penyusunan jurnal ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil
objek penelitian pada Alfamart GMP Tanjung Piayu.Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Kualitas Layanan dan Lokasi terhadap keputusan pembeli konsumen di Alfamart GMP Tanjung Piayu.Waktu penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Juli 2016.
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
23
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008: 115).Populasi Yang dipakai dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart di GMP Tanjung Piayu.
3.3.2
Sampel Yang dimaksud dengan sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi
sumber data dalam penelitian yang mana merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.Dalam melakukan sebuah penelitian, peneliti tidak harus meneliti keseluruhan anggota populasi yang ada, peneliti memilih beberapa orang yang dapat mewakili populasi tersebut.Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak diketahui yang
dianggap biasa mewakili populasi (Djarwanto; 1996). Namun apabila jumlah sampel yang terlalu banyak dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penarikan sampel seluruhnya, maka penelitian akan menggunakan rekomendasi untuk menggunakan maksimun likelihood yaitu penarikan sampel antara 100-200 sampel (Ferdinand, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Alfamart pada hari senin yaitu 25 konsumen, dalam satu bulan ada empat kali hari senin sehingga total konsumen sampel dalam penelitian ini adalah 100 konsumen. Dalam penelitian ini sebanyak 125 responden, ada 25 kuesioner yang tidak di isi dengan lengkap atau kuesioner yang rusak/ tidak kembali sehingga yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 kuesioner. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini
24
adalah teknik non probability sampling, dengan menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah cara pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan penyesuaian diri dengan kriteria tertentu sehingga dapat meningkatkan ketepatan sampel (Sekaran, 2006:136). Sampel diambil dengan menggunakan kriteria tertentu, yaitu untuk menjadi responden antara lain belanja di Alfamart setiap hari senin.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan sebagai bahan penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik yang berasal dari perusahaan tempat penulis melakukan penelitian maupun dari sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan judul Tugas Akhir ini. 1.
Data Primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dilapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer ini disebut juga data asli atau data baru. Data ini berisikan antara lain jawaban atas angket (pernyataan) yang disebarkan kepada seluruh responden yaitu konsumen Alfamart.
2.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.
25
3.5.
Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka Merupakan suatu metode untuk memperoleh data dengan mengutip melalui literatur, artikel, jurnal, buku, majalah, koran, dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian. 2. Angket Dengan membuat suatu daftar pernyataan secara sistematik dengan tujuan mendapatkan data yang diinginkan.Daftar pernyataan yang dibuat, diedarkan pada responden yang terpilih.
3.6
Teknik Analisa Data Pengukuran variabel–variabel yang terdapat dalam penelitian ini bersumber
dari jawaban atas pernyataan - pernyataan yang terdapat dalam angket. Penentuan nilai jawaban untuk setiap pernyataan digunakan Skala likert.Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : 1. Sangat Tidak Setuju (STS) 2. Tidak Setuju (TS) 3. Kurang Setuju (KS) 4. Setuju (S) 5. Sangat Setuju (SS).
3.6.1 Uji Validitas Pengujian ini dilakukan untuk mengukur sah atau validnya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
26
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Ghozali 2009 :49). Kriteria valid atau tidak adalah jika korelasi antar skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan di bawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid,dan jika korelasi skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikan diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid (Ghozali 2009 : 49). Validitas menunjukkan sejauh mana perbedaan yang didapatkan melalui alat pengukur mencerminkan perbedaan yang sesungguhnya di antara responden yang diteliti. Dalam menentukan kelayakan atau tidaknya suatu item yang akan digunakan biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien kolerasi pada taraf 0.05. Artinya suatu item dianggap memiliki tingkat keberterimaan atau valid jika memiliki kolerasi signifikan terhadap skor total item.
Keterangan: r = koefisien korelasi x = skor item y = skor total dari y n= jumlah banyaknya subjek
27
Nilai uji akan dibuktikan dengan menggunakan uji dua sisi pada taraf signifikan 0,05. Kriteria diterima dan tidaknya suatu data valid atau tidak, jika: Jika r hitung α≥ r tabel maka item-item pada pertanyaan dinyatakan berkolerasi signifikan terhadap skor total item ersebut, maka item dinyatakan valid.Jikar hitung
3.6.2
Uji Reliabilitas Menurut Ghozali (2009 : 45) Uji reliabilitas adalah untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Untuk mengukur reliabilitas digunakan uji statistic Cronbach Alfa (a). Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach’s Alfa > 0,60.Sedangkan , jika sebaliknya data tersebut dikatakan tidak reliable (Ghozali 2009 : 45-46) Metode uji yang sering digunakan pada skala likert adalah metode cronbach's alpha. Data dikatakan reliabel apabila r alpha positif dan r alpha > r tabel df = (α, n2).Untuk mencari besaran angka reliabilitas dengan menggunakan metode conbrach alpha dapat digunakan suatu rumus sebagai berikut:
Keterangan:
28
r
= reliabilitas intrumen
k
= banyaknya item pertanyaan atau pernyataa = jumlah varian butir = jumlah varian total
3.6.3 1.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi residu
dan persamaan regresinya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.Untuk menguji apakah didistribusi data normal atau tidak, salah satu cara termudah untuk melihat normalitas adalah melihat histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Suatu data berdistribusi normal dilihat dari penyebarannya pada sumbu diagonal dari grafik dengan dasar keputusan sebagai berikut : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi normalitas.
29
2.
Uji Multikoniearitas Uji Multikoniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Uji multikoniearitas menunjukkan variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Pengujian ini menggunakan tabel VIF dalam program SPSS dengan kriteria : Jika nilai VIF > 10 terdapat gejala multikoloniearitas. Jika nilai VIF < 10 tidak terdapat gejala multikoloniearitas. 3.
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan dengan yang lain. Jika varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap/sama disebut hemoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (dependent/ZPRED) dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan denagn melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dengan dasar analisis sebagai berikut : a.
Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang,
melebar,
kemudian
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
menyempit)
maka
30
b.
Jika tidak ada pola yang jelas serta titikmenyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.6.4
Analisis Regresi Linear Berganda Menurut Lupiyoadi dan Hamdani (2006), untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (kualitas pelayanan dan lokasi) dan variabel terikat (keputusan pembelian) akan digunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas (Independent) yaitu: kualitas pelayanan (X1), dan lokasi (X2), terhadap variabel terikat (Dependent) keputusan pembelian (Y) di Alfamart GMP. Adapun bentuk persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Y = b1X1 + b2X2 + e Keterangan : Y : Keputusan pembelian X1 : Kualitas pelayanan X2 : Lokasi b1 , b2 : Koefisien regresi e : error
31
3.6.5. Uji Hipotesis 3.6.5.1. Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh variabel - variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y) (Ghozali, 2006). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Ho : β1 = 0 artinya masing-masing variabel independen (kualitas layanan dan lokasi) secara individual tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen (keputusan pembelian). 2. Ha :
= 0 artinya variable independen (kualitas pelayanan, dan
lokasi) secara individual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel independen (keputusan pembelian). Pengujian signifikan koefisien korelasi parsial dan koefisien regresi secara parsial atau secara individu menggunakan uji t yaitu dengan membandingkan t hitung dengan tabel dengan ketentuan sebagai berikut : 1.
Jika t hitung > t tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dan variabel terikat.
2.
Jika t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing varabel bebas dan variabel terikat.
32
3.6.5.2.
Uji F Uji F yaitu pada dasarnya menunjukkan apakah lokasi, persepsi harga dan
promosi yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian (Ghozali, 2006). Koefisien korelasi berganda dan regresi diuji signifikansinya dengan menggunakan uji F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel, dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95 % atau taraf signifikansi 5 % dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika F hitung > F tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, berarti secara bersamasama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. b. Jika F hitung < F tabel, Ha diterima dan Ho ditolak, berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
3.6.5.3 Koefisiensi Determinasi (R2) Menurut Ghozali (2006) koefisien determinasi (R2) pada dasarnya digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variasi variabel dependen.Dimana nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen (kualitas pelayanan dan lokasi) dalam menjelaskan variabel dependen (keputusan pembelian) sangat terbatas.
33
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi (R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi yang terbaik karena Adjusted R2 dapat naik turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam satu model. Alat penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R2 agar tidak terjadi bias dalam mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.