PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP JANGKA WAKTU PENYELESAIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA BEI TAHUN 2009-2012 Riza Resviandrie Yusuf, Aria Farah Mita Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh konvergensi IFRS terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur. Jangka waktu penyelesaian laporan keuangan tersebut diukur menggunakan proksi audit delay. Penelitian ini diuji secara empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2012. Dengan menggunakan regresi berganda, penelitian ini menemukan bahwa konvergensi IFRS memperpanjang jangka waktu penyelesaian terhadap laporan keuangan perusahaan. The Impact of IFRS Convergence on Completion Period of Financial Statement for Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange for the year 2009-2012 Abstract The objectives of this study is to examine the effect of convergence to IFRS in financial statements completion period. The period of completion of the financial statements are measured by the proxy of audit delay. This study is an empirical research on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2009 until 2012.By using multiple regression, the study found that the convergence of IFRS extend the period of completion of the financial statements of the company. Keywords: IFRS Convergence, Audit Delay, Manufacturing Company, Indonesia Stock Exchange for year 2009-2012 I.
Pendahuluan Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) wajib menyampaikan
laporan keuangan mereka. Hal ini sesuai dengan Keputusan Direksi PT BEI Nomor: Kep306/BEJ/07-2004 Peraturan Nomor I-E tentang kewajiban penyampaian informasi untuk laporan keuangan yang telah diaudit yang disertai opini dan telah ditandatangani oleh akuntan publik yang terdaftar di Bapepam. Berdasarkan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang kewajiban
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
penyampaian laporan keuangan berkala, laporan keuangan tahunan yang telah disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dapat disampaikan kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Penyajian informasi yang akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan (users). Terutama bagi perusahaan–perusahaan go public yang menyajikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI), laporan keuangan tersebut memiliki informasi keuangan yang sangat berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi para pengguna laporan keuangan. Beberapa tahun terakhir, isu globalisasi telah menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam dunia bisnis. Perekonomian dunia semakin terbuka dan mengarah pada suatu kesatuan global dimana proses produksi dan konsumsi barang dan jasa menjadi suatu interaksi secara internasional yang melibatkan banyak Negara. Sebagai respon atas meningkatnya dampak globalisasi yang semakin kuat, para stakeholder dalam pasar internasional pun berupaya untuk mempermudah dan menyeragamkan bahasa bertransaksi dan berinvestasi (bahasa pelaporan keuangan dan standar keuangan) secara global. Standar pelaporan keuangan dan standar akuntansi global haruslah standar yang dapat diterima dan dipahami masyarakat global sehingga diperlukanlah standar yang sama di seluruh dunia. IFRS (International Financial Reporting Standards) yang dirumuskan oleh IASB (International Accounting Standard Board) merupakan standar pelaporan keuangan yang diperkirakan dapat menjadi jawaban atas permasalahan globalisasi tersebut. Adopsi IFRS dipercaya dapat memberikan peningkatan kualitas pelaporan keuangan dengan meningkatnya komparabilitas dan transparansi bagi para pengguna. Kualitas laporan keuangan itu sendiri dapat dijelaskan dengan hierarki kualitas akuntansi seperti yang dijelaskan oleh Kieso et al. (2011). Kriteria acuan laporan keuangan yang baik secara fundamental dibagi menjadi dua, yaitu relevance dan reliable. Beberapa penelitian terdahulu meneliti dampak penerapan IFRS terhadap kualitas laporan keuangan. Yacob dan Che-Ahmad (2012) serta Habib dan Bhuiyan (2012) menemukan bahwa adopsi IFRS di Malaysia mengurangi timeliness laporan keuangan dengan memperpanjang audit report lag. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas akuntansi yang ada pada IFRS yang menyebabkan penyusun laporan keuangan mengalami kesulitan dalam proses penyusunan laporan keuangan.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka penelitian ini akan meneliti pengaruh penerapan IFRS terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Penelitian ini mencoba melihat pengaruh konvergensi IFRS memperlambat penyelesaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji apakah pengadopsian IFRS kedalam PSAK akan berdampak pada bertambahnya waktu pengauditan yang dilakukan terhadap suatu perusahaan manufaktur yang berakibat bertambah lamanya jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan tersebut. Penelitian ini merujuk pada penelitian Yaacob dan Che-Ahmad (2012), Penelitian Yaacob dan Che-Ahmad (2012) menggunakan periode 2004 sampai dengan 2008. Sementara dalam penelitian ini, periode yang digunakan adalah tahun 2009-2012. Periode 2009-2012 digunakan dengan alasan perbandingan antara dua tahun sebelum konvergensi IFRS dengan dua tahun setelah konvergensi IFRS dalam studi kasus di Indonesia. Penelitian ini memiliki tujuan yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi yaitu untuk mengetahui apakah jangka waktu penyelesaian laporan keuangan pada periode setelah konvergensi IFRS lebih lama dibandingkan dengan periode sebelum konvergensi IFRS. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak diantaranya bagi penulis, investor, akademisi, dan dewan standar akuntansi. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan mengenai pengaruh penerapan IFRS terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi investor dalam membantu pengambilan keputusan investasi dengan melihat penerapan IFRS sebagai salah satu indikator yang menyebabkan adanya bertambahnya jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Sehingga mereka dapat mengetahui keadaan laporan keuangan dari perusahaan yang mereka investasikan apabila laporan keuangan tersebut memiliki jangka waktu penyelesaian laporan keuangan yang panjang. Bagi akademisi, Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang ingin membahas topik yang berhubungan dengan pengaruh penerapan IFRS terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan, maupun faktorfaktor lain yang mungkin berpengaruh. Dan bagi dewan standar akuntansi, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam memahami perilaku manajemen untuk menentukan peraturan-peraturan terkait untuk meningkatkan kualitas informasi laporan keuangan terkait audit delay dan realibilitas perusahaan.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
II.
Tinjauan Literatur Salah satu cara yang digunakan entitas untuk menggambarkan keadaan dan kinerjanya ke
pemangku kepentingan adalah dengan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang menyajikan sejarah perusahaan yang diukur dalam satuan uang (Kieso et al., 2011). Laporan keuangan umumnya terdiri dari (1) laporan posisi keuangan, (2) laporan laba rugi (3) laporan arus kas, dan (4) laporan perubahan ekuitas serta (5) catatan atas laporan keuangan. Pada dasarnya, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berdasarkan tujuan tersebut, laporan keuangan harus memiliki kualitas informasi akuntansi yang baik. Dalam hal karakteristik kualitatif, menurut FASB, karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi terdiri dari relevance (berhubungan) dan reliability (dapat diandalkan). Relevance yang dimaksudkan adalah informasi akuntansi yang ada pada laporan keuangan harus berhubungan antara satu informasi keuangan dengan informasi keuangan lain yang ada pada laporan keuangan tersebut. Informasi keuangan yang relevance harus mengandung unsur predictive value (nilai prediksi), feedback value (tanggapan terhadap nilai prediksi), dan timeliness. Reliability dalam informasi akuntansi adalah setiap informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat diandalkan kebenarannya dan disusun berdasarkan data yang sebenarnya. Reliability mengandung unsur verifiable (dapat dibuktikan datanya), faithful representation (sudah mewakilkan data yang ada), neutrality (tidak menguntungkan pihak manapun), comparibility (dapat dibandingkan) dan consistency (konsisten). Sedangkan menurut IASB, karakteristik kualitatif dari informasi akuntansi ialah understandability (dapat dipahami), relevance, reliable, dan comparability (dapat dibandingkan). Unsur relevance dari IASB mengandung unsur materialitas dan timeliness. Pada penelitian ini, pengukuran kualitas laporan keuangan akan diukur menggunakan unsur timeliness. Timeliness atau jangka waktu penyelesaian laporan keuangan diproksikan dengan audit dan report delay. Semakin pendek jangka waktu penyelesaian laporan keuangan suatu perusahaan, maka semakin baik pula kualitas laporan keuangan tersebut. Timeliness laporan keuangan merupakan salah satu elemen karakteristik kualitatif laporan keuangan yang baik dan berguna untuk pengambilan keputusan. Timeliness laporan keuangan bergantung pada lamanya
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan dengan jangka waktu penyelesaian yang pendek menyebabkan pelaporan keuangan menjadi tepat waktu. Pelaporan keuangan yang tepat waktu berarti laporan tersebut tersedia bagi para pengambil keputusan sebelum informasi dari laporan tersebut kehilangan kapasitasnya untuk mempengaruhi keputusan. Jangka waktu penyelesaian laporan keuangan dan audit delay adalah merupakan hal yang saling berhubungan satu sama lain. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk audit, maka semakin lama pula waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan yang diaudit untuk menyampaikan laporan keuangan auditannya secara tepat waktu. Lawrence dan Gover (1998) mendefinisikan audit delay sebagai refleksi dari jumlah jam yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang dipengaruhi oleh jumlah pekerjaan interim audit, jumlah auditor yang dipekerjakan ke dalam engagement, serta jumlah jam tambahan yang dibutuhkan. Audit delay biasanya dikaitkan dengan efesiensi audit yang mengukur seberapa kompetennya auditor melakukan pekerjaannya untuk dapat menghasilkan opini audit yang menjelaskan keadaan operasi perusahaan dan kewajaran laporan keuangan. Sedangkan Hossain (1998) mendefinisikan audit delay sebagai waktu yang dibutuhkan mulai dari pelaporan keuangan perusahaan pada akhir tahun sampai diterbitkan laporan keuangan auditan. Hal ini juga dapat dinamakan audit report lag. Pengembangan Hipotesis Yaacob dan Che-Ahmad (2012) menemukan bahwa IFRS sebagai regulasi yang baru diterapkan akan meningkatkan Jangka Waktu Penyelesaian (audit delay) laporan keuangan. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa secara umum IFRS merupakan standar yang kompleks, dimana kompleksitasnya tidak hanya terletak di perlakuan akuntansi tetapi juga terletak pada kesulitan yang melekat pada pelaporan dan pengungkapan yang mendetil dan lengkap. Dengan demikian, terdapat effort lebih dalam beberapa area pekerjaan terkait penerapan IFRS. IFRS, yang lebih menekankan pada principled based, penggunaan fair value, dan pengungkapan yang detil baik secara kuantitatif dan kualitatif membuat penyusunan laporan keuangan membutuhkan judgement. Dengan adanya judgement tersebut dan perubahan yang signifikan di beberapa area sebelumnya, penerapan PSAK efektif di tahun 2011 yang telah
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
konvergen dengan IFRS membuat persiapan laporan keuangan oleh manajemen menjadi lebih lama. H: Jangka waktu penyelesaian laporan keuangan pada periode setelah konvergensi IFRS lebih lama dibandingkan dengan periode sebelum konvergensi IFRS. III. Metode Penelitian Penelitian ini meneliti pengaruh konvergensi IFRS terhadap periode penyelesaian laporan keuangan pada tahun 2009-2012. Periode Penyelesaian Laporan Keuangan diukur dengan jumlah hari dari tanggal berakhirnya laporan keuangan sampai dengan tanggal tanda tangan opini laporan keuangan. Semakin besar jumlah hari maka semakin lama periode laporan keuangan perusahaan tersebut. Konvergensi IFRS ke PSAK diduga memiliki pengaruh negatif terhadap periode penyelesaian laporan keuangan suatu perusahaan. Karakteristik PSAK yang dikonvergensikan dengan IFRS lebih menekankan kepada principle based, fair value dan pengungkapan secara mendetil baik dalam hal kualitatif maupun kuantitatif, sehingga laporan keuangan perusahaan membutuhkan professional judgement dan berakibat proses audit yang diperlukan oleh auditor menjadi lebih lama. Dengan adanya professional judgement tersebut dan perubahan yang signifikan di beberapa area sebelumnya menyebabkan laporan keuangan perusahaan menjadi lebih kompleks setelah adanya konvergensi PSAK ke IFRS. Kompleksitas tersebut muncul tidak hanya dalam penerapan dari akuntansinya saja, tetapi juga kesulitan yang muncul dalam mematuhi rincian dalam pelaporan keuangan serta pengungkapan-pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan. Pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan yang telah konvergen terlalu komprehensif dan berkontribusi dalam kompleksitas pelaporan keuangan suatu perusahaan. Selain itu, auditor membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam memverifikasi penilaian yang diberikan akuntan dalam laporan keuangan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaacob & Che-Ahmad (2012). Variabel kontrol yang digunakan untuk penelitian ini adalah ukuran perusahaan, leverage, rugi tahun berjalan, opini audit, kompleksitas akuntansi, dan ukuran KAP. Variabel kontrol yang digunakan penulis mengacu pada penelitian Yaacob & Che-Ahmad (2012).
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Model Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji berdasarkan pada model audit delay yang dimodifikasi variabelnya, berasal dari Ashton, Graul dan Newton (1989): DELAYit = α + β1IFRSYRit + β2LnSIZEit + β3LEVERAGEit+ β4LOSSit +β5QUALIFIEDit+ β6SQSUBSit + β7BIG4it+ uit
Dimana:
DELAY = Jumlah hari dari tanggal berakhirnya laporan keuangan hingga tanggal publikasi laporan; IFRS = variabel dummy tahun penerapan IFRS, 1 untuk tahun 2011 dan 2012, 0 untuk tahun 2009 dan 2010; SIZE = ukuran perusahaan (total assets). Log natural dari total aset pada tahun; LEVERAGE = rasio Total Debts to Total Assets; LOSS: variabel dummy rugi tahun berjalan, 1 untuk perusahaan yang menderita kerugian dan 0 untuk lainnya; QUALIFIED = variabel dummy opini audit tahun berjalan, 1 untuk opini audit unqualified tanpa paragraf penjelas dan 0 untuk lainnya; SQSUBS = jumlah anak perusahaan pada tahun t; BIG4 = variabel dummy ukuran KAP ( Big Four dan non Big Four), 1 untuk KAP Big Four dan 0 untuk lainnya. IV. Pembahasan Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data yang diperlukan dalam operasionalisasi variabel tidak diikutsertakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan hal tersebut, jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ialah sebanyak 127 perusahaan dari total 139 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012, sehingga jumlah observasi dalam rentang waktu empat penelitian ialah sebanyak 508 observasi.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Tabel 1 Pemilihan Sampel Deskripsi
Jumlah
Total Perusahaan yang Terdaftar di BEI tahun 2012
449
(-) Total Perusahaan non Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012
(310)
Total Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012
139
(x4) Jumlah observasi dalam rentang empat tahun 2009-2012
556
(-) Perusahaan dengan data tidak lengkap
(48)
Jumlah Observasi
508
Outlier (diwinsorize)
5,7%
Analisis Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat penyebaran serta karakteristik data variabelvariabel yang digunakan dalam model penelitian ini. Statistik deskriptif variabel tersebut disajikan dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Variabel
N
Mean
Std Dev
Min
Max
DELAY
508
78.6063
17.8886
31
177
IFRS
508
0.5
0.5005
0
1
SIZE
508
4909429
1.47e+04
901
1.82e+08
LEVERAGE
508
0.9218
7.2354
0.007
163.239
LOSS
508
0.1614
0. 3683
0
1
QUALIFIED
508
0.4607
0. 4989
0
1
SQSUBS
508
4.6181
9.9698
0
80
BIG4
508
0. 4173
0.4936
0
1
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Berdasarkan tabel 1 diatas, jumlah observasi pada penelitian ini adalah 508, dan terlihat bahwa rata-rata Delay pada perusahaan manufaktur di indonesia adalah selama 78.61 hari setelah tanggal neraca 31 Desember dengan nilai minimal 31 dan nilai maksimal adalah 177. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang paling lama menyelesaikan laporan menghabiskan hingga 177 hari, dan di sisi lain, perusahaan yang paling sebentar dalam penyelesaian laporan keuangannya 31 hari. Hasil yang diperoleh, rata-rata jangka waktu adalah 78.61 hari, lebih panjang dibandingkan dengan temuan Widyawati (2012) yaitu sebesar 76.65 hari dan Christo LB (2011) 74.83. Widyawati (2012) menggunakan sampel sebanyak 270 perusahaan pada periode 2010-2011 dan Christo LB (2011) menggunakan sampel perusahaan sebanyak 279 perusahaan. sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat penyebab yang menjadikan penyelesaian laporan keuangan menjadi semakin lama untuk periode 2009-2012. Namun demikian, rata-rata jumlah hari yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan temuan Halim (2000), yaitu 85 hari. Halim (2000) menggunakan laporan keuangan tahun 1993-1997 dengan jumlah sampel 59 perusahaan. Variabel SIZE memiliki rata-rata sekitar Rp 4.9 Triliun dengan nilai terbesar adalah Rp 182.274 Triliun dan nilai yang terkecil adalah Rp 901 Juta. Rata-rata variabel LEVERAGE adalah 0.9218322 dengan standar deviasi sebesar 7.235435. Nilai LEVERAGE tertinggi adalah senilai 163.239 dan yang terendah senilai 0.007. Variabel LOSS memiliki rata-rata 0.1614 dengan nilai persebaran sebesar 0.3683. Proporsi perusahaan observasi yang mengalami kerugian pada tahun berjalan adalah sebesar 16.14% dari perusahaan observasi atau sebanyak 82 observasi. Sedangkan proporsi perusahaan observasi yang tidak mengalami kerugian adalah sebesar 83.86% dari perusahaan observasi atau sebanyak 426 observasi. Variabel QUALIFIED memiliki rata-rata sebesar 0.4606 dan persebaran datanya sebesar 0.4699 dengan proporsi perusahaan dengan opini audit unqualified tanpa paragraf penjelas sebesar 46.06% perusahaan observasi atau sebanyak 234 observasi. Sedangkan dengan perusahaan dengan opini audit lainnya adalah sebesar 53.94% dari perusahaan observasi atau sebanyak 274 observasi. Variabel SQSUBS memiliki rata-rata sebesar 4.6181 denagan persebaran data sebesar 9.9698 dengan nilai maksimal 80 dan nilai minimal 0. Sedangkan variabel BIG4 memiliki rata-rata 0.4173 dengan nilai persebaran sebesar 0.4936. Proporsi perusahaan observasi yang diaudit oleh KAP Big Four ialah sebesar 41.73% dari perusahaan observasi atau 212 observasi. Sedangkan proporsi
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
perusahaan observasi yang diaudit oleh KAP lainnya adalah 58.27% dari perusahaan observasi atau 296 observasi. Uji Normalitas, Uji Spesifikasi Model, Uji Asumsi Klasik Data sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebaiknya bebas dari outlier agar diperoleh sampel yang berdistribusi dengan normal. Sampel yang dikatakan sebagai outlier adalah sampel dengan nilai rata-rata ditambah dan dikurangi tiga kali standar deviasi (Mean + 3 Std Dev dan Mean – 3 Std Dev). Dalam uji outlier, peneliti menggunakan winsorize pada data yang masuk dalam kategori outlier. Data yang nilainya diatas batas atas (Mean + 3 Std Dev) digantikan dengan nilai batas atas tersebut dan data yang nilainya dibawah batas bawah (Mean - 3 Std Dev) diganti dengan nilai batas bawah tersebut.Outlier yang di winsorize sebanyak 5,7% dari total observasi atau sebanyak 29 observasi. Setelah melakukan uji normalitas, dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal. Namun karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian relatif besar (n>30), maka peneliti berkesimpulan untuk tidak memberikan treatment lebih lanjut pada data (Modul Ekonometrika Dasar Lab IE-FEUI). Selanjutnya dilakukan Uji Spesifikasi Model. Sebelum melakukan perhitungan hasil regresi, terlebih dahulu dilakukan beberapa langkah pengujian spesifikasi dalam penggunaan data panel. Uji spesifikasi ini akan menentukan salah satu model yang sesuai dari tiga model yang ada, yaitu pooled least square, fixed effect, dan random effect. Pemilihan model panel dipilih berdasarkan uji Chow, uji Breusch Pagan Langrange Multiplier (LM) dan uji Hausman. Pengujian dilakukan dengan menggunakan command syntax pada stata. Uji spesifikasi model pertama kali dilakukan dengan menggunakan uji Chow untuk menguji mana model yang lebih baik apakah menggunakan metode pooled least square atau fixed effect. H0 adalah pooled least square dan H1 adalah fixed effect. Dengan total data sebanyak 508 observasi, diperoleh nilai probabilitas F statistik lebih kecil dari 0.05 atau lebih tepatnya senilai 0.0353. Dikarenakan p value lebih kecil dibandingkan dengan alfa, maka p value signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa lebih baik menggunakan model fixed effect. Uji spesifikasi model selanjutnya adalah dengan uji Breusch Pagan Langrange Multiplier (LM) untuk menguji manakah model yang lebih baik digunakan antara pooled least square atau random effect. H0 disini adalah pooled least square dan H1 adalah random effect Dengan total observasi berjumlah 508 observasi, diperoleh nilai probabilistik Chi-Square lebih kecil dari 0.05 atau lebih tepatnya 0.0000. Dikarenakan p value lebih kecil dibandingkan dengan alfa, maka p value signifikan maka model yang lebih baik digunakan adalah random effect.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Setelah melakukan uji model LM, selanjutnya uji Hausman dilakukan untuk mengetahui manakah model yang lebih baik diantara fixed effect dan random effect dengan H0 adalah random effect dan H1 adalah fixed effect Hasil pengujian menunjukkan bahwa lebih baik menggunakan model random effect. Dengan total data sebanyak 508 observasi, diperoleh bahwa nilai probabilistik Chi-Square lebih kecil dari 0,05 atau lebih tepatnya 0.2186. Maka dapat disimpulkan bahwa model akan lebih baik menggunakan random effect. Selanjutnya, dilakukan Uji Hausman untuk memahami apakah model lebih baik menggunakan fixed effect atau random effect. Pengujian hausman memberikan nilai p-value lebih kecil dari 0.05 sehingga pernyataan H0 diterima. Dengan demikian, model data panel dalam penelitian ini paling tepat menggunakan random effect. Pada pengujian panel data dengan random effect diasumsikan bahwa komponen error individual tidak berkorelasi satu sama lain dan tidak ada autokolerasi dan heterokedasitas antar individu (cross section) maupun antar waktu (time series). Kedua variabel random tersebut, yaitu variabel cross section dan time series, diasumsikan terdistribusi normal dengan derajat bebas yang tidak berkurang. Model random effect dapat diestimasi sebagai regresi GLS (Generalized Least Square) yang akan menghasilkan praduga yang memenuhi sifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Dengan demikian adanya gangguan asumsi klasik dalam model random effect telah terdistribusi secara normal sehingga tidak diperlukan lagi uji treatment terhadap model bagi pelanggaran asumsi klasik, yaitu autokolerasi dan heterokedasitas. (Nugroho dan Setianingsih, 2007). Uji multikolinearitas dilakukan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel independen pada correlation matrix VIF di Stata 12.0. Jika terdapat korelasi antar variabel independen yang melebihi 10 atau nilai toleransi (1/VIF) 0.01 atau lebih kecil dari 0.01 diduga kuat terdapat multikolinearitas dalam model (Kumar, 1975). Setelah dilakukan uji multikolinearitas, variabel-variabel pada penelitian ini tidak terdapat korelasi dalam satu model penelitian yang sama. Maka dapat disimpulkan bahwa model penelitian tersebut bebas dari gangguan multikolinearitas. Analisa Hasil Regresi Hasil pengujian yang dilakukan dengan meregresikan model penelitian dengan pendekatan model random effect. Pengujian hipotesis dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan menggunakan uji signifikansi F, uji koefisien determinasi (Adjusted R-squared) dan uji signifikan t.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Tabel 3 Hasil Regresi Model: DELAYit = α + β1IFRSYRit + β2SIZEit + β3LEVERAGEit+ β4LOSSit +β5UNQUALIFIEDit+ β6SQSUBSit + β7BIG4it+ uit Exp.
Coefficient
Prob.
Sign IFRS
+
1.2601
0.034**
SIZE
-
-1.29e-04
0.118
LEVERAGE
+
0.0865
0.362
LOSS
+
4.1521
0.064*
UNQUALIFIED
-
-3.8211
0.020**
SQSUBS
+
0.1268
0.325
BIG4
-
-6.5034
0.004***
N
508
Adjusted R-squared
0.0783
Wald Chi2
27.75
Prob (F Square)
0.0002
Sumber: data diolah, 2014 *signifikan 10%
**signifikan 5%
***signifikan 1%
Pada tabel 3, variabel IFRS berpengaruh positif dan signifikan terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan dengan tingkat α sebesar 5%. Hasil regresi pada tabel 3 menunjukkan bahwa variabel IFRS berpengaruh positif signifikan terhadap variabel DELAY. Hal ini membuktikan bahwa Konvergensi IFRS menjadikan jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan semakin lama 1.26 hari. Interpretasi yang dapat diambil dari penjabaran hasil regresi tersebut adalah konvergensi IFRS menyebabkan waktu antara tanggal akhir periode laporan dengan tanggal tanda tangan auditor menjadi lebih panjang sehingga memperpanjang
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
jangka waktu penyelesaian laporan keuangan pada perusahaan manufaktur sehingga perusahaan menjadi terlambat dalam melakukan pelaporan keuangan tahunan. Panjangnya jangka waktu penyelesaian tersebut akibat adanya konvergensi IFRS dalam PSAK diduga disebabkan oleh karakteristik IFRS yang lebih menekankan pada principle based dan fair value serta pengungkapan yang lebih detil jika dibandingkan dengan PSAK yang berlaku sebelumnya. Akibatnya, akan terdapat lebih banyak penilaian (judgement) akuntan dalam laporan keuangan. Dengan semakin bergantungnya laporan keuangan terhadap penilaian dari akuntan, persiapan laporan keuangan akan menjadi lebih lama dan resiko audit akan semakin besar pula. Selain itu, PSAK yang telah konvergen dengan IFRS juga meminta pengungkapan lebih sehingga auditor juga perlu memastikan apakah pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan telah memadai. Oleh karena itu, auditor memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaan audit untuk melakukan verifikasi atas penilaian-penilaian akuntan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yaacob dan Che Ahmed (2012) yang menemukan implementasi IFRS berpengaruh positif terhadap jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Pada tabel 3, variabel SIZE berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap variabel DELAY. Hal ini menandakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka jangka waktu penyelesaian laporan keuangannya semakin pendek. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan perusahaan besar yang cenderung memiliki kontrol internal yang baik dan auditor dapat lebih bergantung pada internal kontrol perusahaan sehingga proses audit dapat dilakukan lebih cepat. Hal ini tidak sejalan dengan Carslaw dan Kaplan (1991). Pada tabel 3, variabel LEVERAGE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel DELAY. Hal ini menandakan bahwa semakin besar leverage ratio dalam suatu perusahaan maka jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan menjadi lebih panjang. Hal ini dikarenakan pihak manajemen menganggap semakin tinggi tingkat leverage ratio maka hal tersebut dianggap sebagai bad news, sehingga pihak manajemen cenderung untuk menunda kabar buruk tersebut dan menjadikan jangka waktu penyelesaian laporan keuangan menjadi lebih panjang. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Al-Ajmi (2008). Pada tabel 3, variabel LOSS berpengaruh positif signifikan terhadap variabel DELAY. Hal tersebut membuktikan semakin besar jumlah kerugian yang dialami perusahaan manufaktur pada tahun berjalan, maka jangka waktu penyelesaian laporan keuangannya menjadi lebih lebih panjang. Hal ini dikarenakan kerugian yang dialami suatu perusahaan dianggap sebagai kabar
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
buruk dan perusahaan cenderung menunda pelaporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan menjadi lebih panjang. Hasil ini sesuai dengan variabel dan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ashton et al (1989). Pada tabel 3, variabel UNQUALIFIED berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel DELAY. Hal tersebut membuktikan bahwa perusahaan dengan opini audit unqualified akan memiliki jangka waktu penyelesaian laporan keuangan lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini audit selain unqualified. Hal tersebut dikarenakan perusahaan cenderung tidak menunda kabar baik, sehingga pelaporan keuangan akan dengan cepat dilaporkan dan menyebabkan jangka waktu penyelesaian laporan keuangan perusahaan menjadi lebih cepat. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Carslaw, Mason, dan Mill (2007). Variabel SQSUBS merupakan variabel yang melihat kompleksitas suatu perusahaan dengan mengukur jumlah anak perusahaan terhadap variabel DELAY. Pada tabel 3, terlihat bahwa variabel SQSUBS memiliki koefisien negatif dan tidak signifikan terhadap variabel DELAY. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa semakin banyak anak perusahaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan, maka semakin pendek pula jangka waktu penyelesaian yang dilakukan oleh suatu perusahaan manufaktur. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yaacob dan Che Ahmad (2012). Ukuran KAP pada variabel BIG4, seperti yang terlihat pada tabel 3, memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap variabel DELAY. Hal tersebut membuktikan bahwa perusahaan manufaktur yang diaudit oleh KAP Big Four memiliki jangka waktu penyelesaian laporan keuangan yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan manufaktur yang di audit oleh KAP non Big Four. Hal tersebut dikarenakan KAP Big Four memiliki kompetensi dan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big Four sehingga dapat menyelesaikan proses audit pada perusahaan manufaktur lebih cepat dibandingkan dengan KAP non Big Four. Hasil ini sesuai dengan prediksi dan konsisten dengan hasil penelitian Hossain dan Taylor (1998). V.
Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran Berdasarkan penelitian mengenai pengaruh konvergensi IFRS terhadap jangka waktu
penyelesaian laporan keuangan, diperoleh kesimpulan bahwa konvergensi IFRS dalam PSAK menambah lama jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Hal ini dikarenakan IFRS lebih
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
menekankan pada principle based, penggunaan fair value, dan pengungkapan secara detil baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, sehingga laporan keuangan membutuhkan professional judgement. Dengan adanya professional judgement tersebut, dan perubahan yang signifikan di beberapa area sebelumnya, PSAK yang telah konvergen dengan IFRS meningkatkan resiko audit sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih banyak dalam memverifikasi penilaian yang diberikan akuntan dalam laporan keuangan. Selain IFRS, jangka waktu penyelesaian laporan keuangan juga dipengaruhi secara signifikan oleh rugi tahun berjalan perusahaan, opini unqualified tanpa paragraph penjelas yang didapatkan perusahaan, serta KAP big four yang digunakan oleh perusahaan dalam hal mengaudit laporan
keuangan
perusahaan.
Kerugian
tahun
berjalan
berpengaruh
memperpanjang
penyelesaian laporan keuangan. Hal ini dikarenakan manajemen menganggap bahwa kerugian tahun berjalan perusahaan sebagai bad news. Manajemen cenderung menunda bad news sehingga penyelesaian laporan keuangan menjadi lebih panjang dari yang seharusnya. Selanjutnya opini audit unqualified tanpa paragraph penjelas berpengaruh memperpendek jangka waktu laporan keuangan suatu perusahaan. hal ini dikarenakan perusahaan cenderung tidak menunda kabar baik (good news), sehingga jangka waktu penyelesaian laporan keuangan menjadi lebih cepat. Terakhir, hasil penelitian ini menemukan bahwa penunjukan KAP big four memperpendek jangka waktu penyelesaian laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan KAP Big Four memiliki kompetensi dan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non Big Four sehingga dapat menyelesaikan proses audit pada perusahaan manufaktur lebih cepat dibandingkan dengan KAP non Big Four. Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari adanya beberapa keterbatasan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian sejenis berikutnya diharapkan mampu meminimalisir keterbatasanketerbatasan tersebut. Keterbatasan yang pertama adalah penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur, karena penulis ingin meneliti apakah bagaimana dampak konvergensi IFRS berdampak pada perusahaan manufaktur. Diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan perusahaan industri lainnya. Tujuannya adalah agar penelitian dapat mengungkap faktor-faktor determinan variabel dependen dalam industri lainnya sekaligus melihat konsistensi penelitian. Keterbatasan selanjutnya, Periode sampel dalam penelitian ini hanya menggunakan dua tahun sebelum dan dua tahun sesudah konvergensi IFRS pada PSAK. Periode dua tahun sebelum konvergensi dan dua tahun sesudah konvergensi dinilai belum cukup untuk menggambarkan
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
pengaruh konvergensi IFRS terhadap jangka waktu laporan keuangan. Sedangkan konvergensi IFRS dilakukan secara bertahap sejak tahun 2008, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya memakai periode dari awal mulainya konvergensi IFRS dilakukan sampai dengan tahun yang paling actual. Dengan demikian dapat terlihat konsistensi dari penelitian ini dari awal konvergensi IFRS sampai dengan PSAK sepenuhnya telah konvergen dengan IFRS. Keterbatasan yang terakhir, Proksi yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu yaitu audit delay. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan proksi lebih dari satu seperti menambahkan report delay dan dapat menggunakan ukuran kualitas laporan keuangan lainnya seperti value-relevance dan predictive ability. VI. Daftar Referensi Abdulla, J.Y.A. (1996). “The Timeliness of Bahraini Annual Reports”. Advances in International Accounting 9, 73-88. Al-Ajmi, Jasim. (2008). “Audit and Reporting Delays: Evidence from an Emerging Market”. Advances in Accounting, Incorporating Advances in International Accounting, Vol. 24, pp. 217-226. Al Ghanem, Wafa. (2011). “An Emirical Analysis of Audit Delays and Timeliness of Corporate Financial reporting in Kuwait”. Eurassian Business Review, Vol 1. pp 73-90 Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2006). Auditing and Assurance Services. Pearson Prentice Hall Asthon, R.H., J.J. Willingham dan R.K. Elliot, (1987). “An Empirical Analysis of Audit Delay”, Journal of Accounting Research, Autumnm p.275-292. Ashton, R.H., Graul, P.R., dan Newton, J.D. (1989). “Audit Delay and Timeliness of Corporate Reporting”. Contemporary Accounting Research, 5(2), 657-673 Badan Pengawas Pasar Modal. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP06/PM/2000 Tentang Perubahan Peraturan Nomor VIII.G.7 Tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan. Maret 13, 2000 Christo L.B. (2012). Pengaruh Spesialisasi Industri Auditor, Tenure Audit, dan Implementasi IFRS terhadap Audit Report Lag. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Departemen Akuntansi: Depok.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Carslaw, C., & Kaplan, S.E. (1991). An examination of audit delay: Futher evidence from New Zealand. Accounting and Business Research, 22, 21-32. Darwin. (2012). Analisis Perbedaan Kualitas Audit KAP Big 4 dan KAP SecondTier Dinilai dari Independensi Auditor, Manajemen Laba, dan Nilai Relevansi Laba. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Departemen Akuntansi: Depok
Dyer, J. C., IV, dan A.j. McHugh. (1975). The Timeliness of Australian Annual Report. Journal of Accounting Research 13 (2): 204-219. Emmanuel T. De George, Colin Ferguson, and Nasser Spear (2012) How much does IFRS cost? IFRS Adoption and Audit Fees. The Accounting Review In-Press Givoly, D, dan D. Palmon, 1982). Timeliness of Annual Earnings Announcement: Some Empirical Evidence, The Accounting Review (July), p.486-508. Habib, A. & Bhuiyan, U. B. (2011). Audit firm industry specialization and the audit report lag. Journal of International Accounting, Auditing and Taxation, 32-44. Halim, Varianada. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 2(1):63-75. Hossain,M.A, dan Taylor,P.J, (1998). Relationship between Selected Corporate Attributes and Audit Delay in Developing Countries: Empirical Evidence from Bangladesh. Kennedy, Prince Modugu, Emmanuel Eragbhe, Ohiorenuan Jude Ikhatua. (2012). Determinants of Audit Delay in Nigerian Companies: Empirical Evidence. Research Journal of Finance and Accounting. vol 3, No 6. p46-54 Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-36/PM/2003 Tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Kieso, D. E. dan Jerry, Weygandt. (2011). Intermediate Accounting, IFRS edition volume 1. John Wiley and Sons. Lawrence, J.E. and Glover, H.D., (1998). The Effect of Audit Firm Mergers on Audit Delay, Journal of Managerial Issues, 10 (2), p.151-165. Ng, P. & Tai, B. (1994), An empirical examination of the determinants of audit delay in Hong Kong, British Accounting Review, Vol. 26, pp. 43-59. Owusu -Ansah, S. (2000). Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging
Markets:
Empirical evidence from the Zimbabwe Stock Exchange. Accounting and Business Research, 241-254.
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014
Sinaga, Rosita Uli. (2011). Makalah Seminar HUT IAI ke-54 “Konvergensi IFRS”. Jakarta. Suprihatin, Siti (2013). Dampak Konvergensi IFRS terhadap Relevansi Nilai Informasi Akuntansi: Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2011. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Departemen Akuntansi: Depok Watt, R. L., & Zimmerman, J. L. (1983). “Agency Problem, Auditing and Theory of
the
Firm:Some Evidence”. Journal of Law and Economics, 26(3), 613-633. Whittred, G.P. (1980). “Audit Qualification and the Timeliness of Corporate Annual Reports”. The Accounting Review. Vol LV. No.4. p563-577 Widyaiswara, Nurharyanto. (2010). International Financial Reporting Standards (IFRS): Konvergensi dan Potensi Kendala Implementasinya di Indonesia. Makalah seminar pusdiklatwas dan satgas IFRS Deputi Akuntan Negara, BPKP, Ciawi. Widyawati. A.A (2013). Pengaruh Konvergensi IFRS Efektif 2011, Kompleksitas Akuntansi, dan Probabilitas Kebangkrutan Perusahaan terhadap Timeliness dan Manajemen Laba. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Departemen Akuntansi: Depok Yacoob, Najihah Marha. (2012). “Adoption of IFRS and Audit Delay in Malaysia”. International Journal of Economics and Finance. Vol 4, pp 167- 176. www.idx.co.id. Diakses sejak pada 01/09/2013 www.iaiglobal.or.id. Diakses sejak pada 01/09/2013
Pengaruh konvergensi…, Riza Resviandrie Yusuf, FE UI, 2014