PENGARUH KONSEP GREEN FACADE TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL
DYAH AYU MUSTIKASARI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Konsep Green Facade Terhadap Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ni. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Dyah Ayu Mustikasari NIM A44090083
© Hak cipta milik IPB, tahun 2013 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
ABSTRAK DYAH AYU MUSTIKASARI. Pengaruh Konsep Green Facade Terhadap Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal. Dibimbing oleh ANDI GUNAWAN. Untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, berbagai konsep ramah lingkungan diterapkan dan terus dikembangkan. Penghijauan merupakan upaya paling penting untuk membantu kelestarian lingkungan. Green facade merupakan salah satu cara penghijauan yang populer di dunia. Selain mampu memberikan manfaat secara ekologi, green facade juga mampu meningkatkan kualitas estetika lingkungan. Definisi green facade pada penelitian ini adalah suatu penanaman pada bidang vertikal yang menggunakan tanaman merambat. Dalam pengaplikasiannya, green facade dibedakan menjadi dua jenis yaitu green facade yang diterapkan langsung pada dinding dan green facade yang menggunakan struktur kerangka pendukung. Kemampuan green facade dalam memperindah lingkungan menjadi fokus pada penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari penggunaan berbagai jenis dan bentukan dari green facades yang diterapkan pada rumah tinggal dengan menggunakan simulasi. Penelitian ini menguji enam konsep green facade dengan berbagai jenis penggunaan tanaman rambat dan struktur kerangka tanaman rambat. Melalui metode Scenic Beauty Estimation (SBE), dihasilkan bahwa penerapan green facade berpengaruh sangat baik terhadap kualitas estetik visual rumah tinggal. Konsep green facade dengan memperlihatkan estetika tinggi adalah green facade berupa tanaman rambat dengan penutupan padat, penggunaan tanaman rambat berbunga, dan penggunaan struktur kerangka sebagai media rambat tanaman, baik berbentuk linear, grid dan espalier. Selain itu, melalui uji Semantic Differential, menunjukkan bahwa penggunaan green facades memberikan kesan yang lebih dinamis, variatif dan lebih indah pada rumah tinggal.
Kata kunci: estetika, green facade, scenic beauty estimation, semantic differential, taman rumah tinggal
ABSTRACT DYAH AYU MUSTIKASARI. The Effect of The Green Facade Concepts on Home Garden Visual Aesthetic Quality. Supervised by ANDI GUNAWAN. Many concepts of eco-friendly living is keep implemented and provided due to provide the environment quality. green facade is the popular way to make green space which is provided by vegetation, the most important component of sustainable environment. This concept provides the advantages of ecology and the quality of environmental aesthetic. Green facade in this research is specialized to the appliance of vines vegetation plantation on a vertical sides. Green facade can be applied directly to the walls or indirectly to the walls by using supporting structures. The focus of this research is to analize the ability of green facade to improve the environment aesthetic quality. This research would like to see the effect of many kinds and forms of green facade applied to a house to the aesthetic quality by simulation. This research tests six concepts of green facade with many kinds of plant species and supporting structures. By the result of the research with Scenic Beauty Estimation (SBE) Method, known that green facades significantly
contribute the aesthetic quality of house. The high dense cover vines, with flower vines, and with supporting structure vines (linear, grid, and espalier) have the high aesthetic quality. On the other side, Semantic Differensial Method shows that green facade provides the impression of dinamic, variative, and the aesthetic of the house. Keywords: aesthetic, green facade, scenic beauty estimation, semantic differential, home garden
PENGARUH KONSEP GREEN FACADES TERHADAP KUALITAS ESTETIK VISUAL RUMAH TINGGAL
DYAH AYU MUSTIKASARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi: Pengaruh Konsep Green Facades Terhadap Kualitas Estetik Visual Nama NIM
Rumah Tinggal : Dyah Ayu Mustikasari : A44090083
Disetujui oleh
Dr Ir Andi Gunawan, M Agr, Sc Pembimbing
MSLA
Tanggal Lulus:
oSEP
2013
Judul Skripsi : Pengaruh Konsep Green Facades Terhadap Kualitas Estetik Visual Rumah Tinggal Nama : Dyah Ayu Mustikasari NIM : A44090083
Disetujui oleh
Dr Ir Andi Gunawan, M Agr, Sc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji Syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT karena berkat rahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep Green Facade Terhadap Kualitas Estetik Rumah Tinggal”. Tujuan dari pembuatan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak, karya ini tidak dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan tabik hormat dan ucapan banyak terima kasih atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan selama penulisan karya tulis ini kepada: 1. Seluruh anggota keluarga khususnya kedua orang tua atas segala doa, perhatian dan dukungan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Andi Gunawan M.Agr.Sc sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, arahan dan masukan, serta nasehat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Teman-teman ARL 47 yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. 4. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan untuk peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2013
Dyah Ayu Mustikasari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Kerangka Pikir Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Green Facade
3
Rumah Tinggal
5
Simulasi
6
Komposisi Konsep Green Facade
6
Tanaman
7
Kualitas Estetik Visual
7
Hubungan antara Penilaian Visual dan Persepsi
8
METODE
9
Lokasi dan Waktu Penelitian
9
Batasan Penelitian
9
Metode Penelitian
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
18
Kualitas Estetik Visual Konsep Green Facades
18
Persepsi Konsep Green Facade Pada Rumah Tinggal
24
SIMPULAN DAN SARAN
31
Simpulan
31
Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
32
LAMPIRAN
35
GLOSARIUM
55
RIWAYAT HIDUP
57
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Konsep Green Facades yang diujikan Kategori kualitas estetika konsep green facade hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential Hasil Uji Lanjut terhadap kontrol, konsep K1,K3, dan K5
14 21 25 31
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pikir Penelitian 2 Ilustrasi Taman Gantung Babylon 3 Rujukan gambar green facade, living wall system, dan wall vegetation 4 Kerangka tahapan penelitian 5 Rasio jarak pandang ideal untuk melihat bangunan menurut Booth (1983) 6 Nilai Scenic Beauty Estimation terhadap konsep green facade 7 Nilai SBE rata-rata untuk setiap konsep green facade 8 Grafik Semantic Differential pada konsep K0, K5, dan K6 9 Grafik Semantic Differential pada kontrol, konsep K1, K3, dan K5
3 4 5 10 12 19 20 28 30
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Jenis perwakilan tanaman yang digunakan Kuisioner SBE untuk Mahasiswa Arsitektur Lanskap Kuisioner SBE untuk publik Kuisioner Semantic Differential Hasil perhitungan SBE oleh responden gabungan Mahasiswa Arsitektur Lanskap dan Publik 6 Hasil perhitungan SBE responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap 7 Hasil perhitungan SBE responden publik 8 Uji lanjut Tukey terhadap beda nyata antara hasil nilai SBE oleh responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap dengan publik 9 Uji lanjut Tukey terhadap penilaian SBE konsep K2 dari responden Mahasiswa dan dari publik 10 Hasil uji lanjut Tukey terhadap hasil penilaian SBE oleh seluruh responden 11 Grafik hasil penilaian Semantic Differential oleh seluruh responden 12 Nilai rata-rata Semantic Differential 13 Hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential tekstur kasar dan tekstur halus, kabur dan jelas, dan klasik dan modern
35 37 38 39 40 43 46 49 50 51 52 53 54
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanasan global atau biasa disebut global warming sudah terasa dampaknya di seluruh bagian belahan dunia. Hingga saat ini, dampak dari pemanasan global telah mengancam kelangsungan hidup umat manusia. Pemanasan global dipicu oleh emisi karbon dan gas rumah kaca lainnya yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu penghasil emisi karbon dan gas rumah kaca adalah aktivitas permukiman dengan sumber polutan terbesar berasal dari rumah tinggal (Conran 2009 dalam Kurniawaty 2011). Kondisi pertumbuhan penduduk yang kian meningkat dan tingginya tingkat urbanisasi menyebabkan pembangunan sebagai pemenuh kebutuhan penduduk khususnya bangunan rumah tinggal di perkotaan terus meningkat. Akibatnya ruang terbuka hijau yang dapat mereduksi berbagai polusi terus berkurang. Sedikitnya luasan ruang hijau serta banyaknya ruang terbangun di perkotaan menimbulkan pemanasan pada kota atau disebut juga Urban Heat Island. Efek dari Urban Heat Island berpengaruh besar dalam pemanasan global. Adapun efek dari Urban Heat Island antara lain dapat mengurangi kualitas lingkungan, mengurangi kenyamanan serta mengurangi kualitas estetika kota (Yeh 2010, Nafici 2012, Sheweka dan Mohamed 2012). Jika kondisi ini tetap dibiarkan maka kerusakan lingkungan akan semakin bertambah parah. Oleh sebab itu, diperlukan suatu sikap dan perilaku untuk tetap menjaga keberlanjutan kelestarian lingkungan. Maraknya isu pemanasan global yang menyebabkan berbagai kerusakan alam menimbulkan kesadaran masayarakat untuk berusaha menciptakan lingkungan menjadi lebih baik. Berbagai konsep ramah lingkungan turut berkembang di dunia sejak tahun 2006 (Mendiratta 2010), salah satunya yaitu pada bidang Arsitektur yang biasa disebut green architecture (Utami, Kaswanto, dan Hadi 2008). Selain itu, khusus pada taman rumah tinggal terdapat konsep yang mendukung yaitu konsep hemat energi pada taman rumah tinggal (Kurniawaty,Gunawan, dan Surjokusumo 2011). Upaya meningkatkan kualitas lingkungan mulai dari skala rumah tinggal merupakan hal yang penting dilakukan. Jika saja setiap rumah tinggal menerapkan konsep ramah lingkungan tentunya akan memberikan dampak positif yang besar untuk kelestarian lingkungan. Setiap konsep ramah lingkungan pada umumnya menjunjung tinggi keberadaan tanaman. Tanaman merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap lingkungan dibandingkan komponen lainnya (Kurniawaty et al 2011). Tanaman dapat membantu dalam memperbaiki kualitas udara dengan cara mengurangi asap atau polusi dan memproduksi oksigen. Pengurangan asap ini terjadi dengan dua cara yaitu dengan kemampuan tanaman untuk mengurai partikel asap tersebut dan dengan mengurangi temperatur suhu udara (Sheweka dan Mohamed 2012). Salah satu upaya untuk melakukan penghijauan di perkotaan dengan keterbatasan lahan dapat dilakukan dengan penerapan green wall, khususnya berupa green facade. Green facade merupakan salah satu jenis green wall/vertical green yang paling mudah dan sederhana untuk diterapkan. Green facade pada
2 penerapannya dapat ditanam langsung pada lapisan tanah maupun menggunakan planter box (Mirr 2011). Selain mudah diterapkan, green facade juga mampu memberikan banyak manfaat yang mendukung kelestarian lingkungan. Green facade mampu memperindah kualitas lanskap dengan menciptakan visual interest, menutupi pandangan yang buruk, dan bahkan dapat meningkatkan harga properti (Sheweka dan Mohamed 2012). Kemampuan green facade memperindah suatu lanskap menjadi fokus utama pada penelitian ini. Berbagai macam penggunaan green facade dan jenis tanaman dapat diterapkan, namun masih belum diketahui bagaimana pengaruhnya dengan bentukan dan jenis tanaman yang digunakan terhadap kualitas estetik visual. Oleh karenanya, penelitian ini dilakukan untuk mempelajari hal-hal yang mempengaruhi kualitas estetik visual dari berbagai konsep green facade yang diterapkan pada suatu rumah tinggal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan simulasi yang kemudian dilakukan penilaian estetika melalui metode Scenic Beauty Estimation yang diperkenalkan oleh Daniel dan Boster (1976) dan Semantic Differential yang diperkenalkan oleh Osgood sejak tahun 1957. Melalui kedua metode tersebut, suatu nilai estetika dan persepsi bagi pengamat dapat dikuantitaskan. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. menguji pengaruh berbagai konsep green facade terhadap kualitas estetik visual green facade pada rumah tinggal, dan 2. mempelajai psychophysic konsep green facade pada rumah tinggal melalui teknik pengukuran Semantic Differential. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah memberikan alternatif desain green facade pada rumah tinggal dengan kualitas estetika visual terbaik dan mengembangkan profesionalisme diri sebagai arsitek lanskap dalam praktek desain pada skala mikro. Kerangka Pikir Penelitian Upaya melestarikan lingkungan dapat dilakukan dengan penghijauan. Green wall merupakan salah satu cara penghijauan yang paling populer di dunia. Green wall terdiri dari tiga jenis utama yaitu green facade, living wall system, dan wall vegetation. Green facade merupakan cara termudah dan sederhana untuk menumbuhkan tanaman pada bidang vertikal. Green facade tidak hanya mampu melestarikan lingkungan, namun juga mampu memberikan keindahan pada lanskap. Penelitian ini fokus pada kemampuan green facade untuk memperindah lanskap. Berdasarkan jenis utama green facade yaitu berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dan tumbuh pada struktur kerangka, dibentuklah beberapa konsep alternatif green facade yang mewakili berbagai karakter tanaman rambat, bentukan, dan pembungaannya. Dari konsep-konsep tersebut diujikan kualitas estetik visualnya. Bagan kerangka pikir dijelaskan pada Gambar 1.
3
Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA Green Facade Green facade yang disebut juga Vertical Greening Systems (VGSs) merupakan salah satu jenis green wall/vertical green yang masih menerapkan sistem penanaman tradisional dengan tanaman rambat baik dari lapisan tanah maupun dengan planter box. Keberadaan green facade dipercaya sudah ada sejak awal kehidupan umat manusia (Köhler 1983 dalam Mirr 2011). Salah satu bukti keberadaannya adalah Taman Gantung Babylon. Taman tersebut dibangun pada suatu Ziggurat (Gambar 2) yaitu kuil yang berbentuk persegi panjang dengan gundukan bertingkat (Mirr 2011). Keberadaan green facade sejak dahulu, menunjukkan bahwa manusia sudah mencoba untuk memperbaiki lingkungan. Saat ini, konsep ramah lingkungan sudah berkembang pada berbagai bidang. Salah satu perkembangannya yaitu sky greening. Sky greening merupakan konsep penghijauan yang dilakukan pada atap dan dinding bangunan (Utami et al 2008). Penghijauan pada dinding disebut green wall. Green wall pertama kali dilakukan oleh peneliti asal Perancis, Patrick Blanc pada tahun 1960an. Definisi green wall/vertical green ini merupakan suatu konsep yang diperuntukkan pada semua jenis penanaman yang dilakukan secara vertikal. Green wall/vertical green juga disebut suatu sistem untuk menerapkan tanaman pada struktur teknik sipil dan dinding pada bangunan atau penghijauan vertikal pada fasad yang ditutupi dengan tanaman, sehingga mampu menghijaukan lingkungan (Yeh 2010).
4
Gambar 2 Ilustrasi Taman Gantung Babylon Sumber: http://ancientworldwonders.com Green wall memiliki banyak manfaat, antara lain dapat melindungi bangunan dari sinar matahari langsung, meredam bising, mengurangi efek tampias hujan, membersihkan kondisi air yang kurang baik, mengurangi urban heat island dan meningkatkan penyerapan karbon sehingga menjadikan udara lebih bersih dan menghemat energi pemakaian air conditioner (Anonim 2010, Yeh 2010, Nafici 2012, Sheweka dan Mohamed 2012). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan pada suatu model green facade, menunjukkan bahwa tanaman pada dinding mampu menurunkan area urban heat island mencapai 2 derajat Celcius, memperbaiki kualitas udara, memberikan kenyamanan dan kesehatan bagi manusia, dengan cara menghemat penggunaan konsumsi elektronik sebesar 5-10% (Sailor 2008 dalam Sheweka dan Mohamed 2012). Jenis green wall selain green facade adalah living wall system dan wall vegetation. Perbedaan green facade dengan living wall system dan wall vegetation yaitu pada media dan jenis tanaman yang digunakan. Living wall system merupakan suatu susunan suatu panel besi yang terbuat dari kontainer plastik polypropylene, geotekstil, sistem irigasi, dan media dengan jenis tanaman yang lebih bervariasi seperti tanaman groundcover, semak rendah, tanaman musiman dan lainnya. Teknologi living wall system sangat mirip dengan green roofs karena mampu menghadirkan lebih ragam macam jenis tanaman dibandingkan dengan green facades. Adapun wall vegetation adalah tanaman rambat yang secara alami tumbuh pada struktur bangunan yang pada umumnya ditemukan pada bangunanbangunan yang sudah tua. Rujukan gambar green facade, living wall system, dan wall vegetation dapat dilihat pada gambar 3. Green facade adalah dinding yang ditutupi oleh tanaman rambat atau tanaman menjuntai (cascading vegetation). Green facade adalah cara termudah dan paling sederhana dalam menerapkan green wall. Green facade terbagi menjadi dua kategori utama, yaitu tanaman yang perakarannya langsung dalam
5 tanah dan tanaman yang perakarannya tumbuh pada pot (planter box). Berdasarkan media rambatnya, green facade terbagi menjadi dua yaitu green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dan tumbuh pada struktur kerangka. Pembagian kategori ini menyesuaikan berbagai karakter rambat pada macam-macam jenis tanaman rambat.
Green Facade
Living Wall System
Wall Vegetation
Gambar 3 Rujukan gambar green facade, living wall system, dan wall vegetation Sumber: Mirr 2011
Rumah Tinggal Rumah tinggal adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah juga mencerminkan tata nilai selera pribadi penghuninya 1 . Keindahan pada rumah tinggal tentunya mencerminkan pribadi penghuni yang baik. Keindahan pada rumah tinggal dapat diciptakan nuansa yang natural dengan menghadirkan tanaman pada taman rumah tinggal. Penerapan vertical green pada rumah tinggal merupakan salah satu upaya penghijauan yang dapat dilakukan dan dapat dilakukan dimana saja. Penerapan vertical green merupakan solusi untuk menambah ruang hijau pada lahan yang 1
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
6 sempit. Penerapan green facade adalah cara yang paling mudah dan sederhana dalam menerapkan vertical green. Green facade tidak membutuhkan perawatan khusus dan intensif seperti living wall system. Oleh karena itu, penerapan green facade sangatlah direkomendasikan untuk diterapkan pada skala rumah tinggal dengan berbagai latar belakang yang tidak menuntut keahlian khusus. Penelitian ini menggunakan rumah tinggal sebagai model simulasi. Rumah tinggal yang digunakan sebagai model adalah tipe rumah golongan menengah. Tipe rumah golongan menengah mengikuti definisi dari Surat keputusan bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat (1994), bahwa luas kavling pemukiman dibagi menjadi tiga kategori yaitu: a. Rumah sederhana, berukuran luas 54 m2 – 200 m2. b. Rumah menengah, berukuran luas 200 m2 – 600 m2. c. Rumah mewah, berukuran luas 600 m2 – 2000 m2. Simulasi Metode simulasi dapat membantu dalam kegiatan penelitian menghadirkan suatu visual tanpa harus melaksanakan dalam bentuk nyata. Menurut Tyrävainen dan Karjalainen (2002), simulasi mencakup sensitifitas manusia terhadap perubahan-perubahan lanskap baik yang positif maupun negatif. Melalui simulasi, faktor-faktor yang berpengaruh pada suatu pemandangan terhadap sensitifitas manusia dapat dianalisis. Pembuatan simulasi dilakukan dengan cara memanipulasi foto. Dalam manipulasi suatu foto hingga menjadi suatu simulasi, bertujuan untuk mengkomunikasikan hubungan dan bentuk visual yang merepresentasikan kenyataan yang paling mendekati. Dengan simulasi yang baik, maka tidak memerlukan interpretasi untuk menyampaikan gambar kepada responden. Pengerjaan manipulasi foto atau memodifikasi image agar lebih mendekasi aslinya dapat menggunakan software Adobe Photoshop. Adobe Photoshop merupakan salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan, penyuntingan dan manipulasi tampilan termasuk koreksi warna, pemberian efek tampilan dan sebagainya pada image (Listyarini 2011). Manipulasi foto untuk menampilkan green facade dapat dilakukan dengan menggabungkan foto tanaman dari pemotretan dilapang. Penggabungan tanaman perlu memperhatikan ukuran, warna, dan tata letak yang ideal agar mendekati aslinya. Komposisi Konsep Green Facade Untuk mengetahui elemen yang berpengaruh terhadap kualitas estetik green facade, konsep green facade dibentuk berdasarkan prinsip komposisi. Komposisi merupakan tatanan suatu elemen yang teratur dan secara tidak langsung berpengaruh pada aspek estetika. Pada penelitian ini, elemen yang dikomposisikan hanya berupa tanaman rambat dan struktur kerangka green facade. Melalui kedua elemen tersebut, konsep green facade dibentuk dengan beragam komposisi. Menurut Bell (2004) dalam Nikita (2012), pembentukan komposisi berdasarkan prinsip dasar desain dan komposisi bentuk. Prinsip desain yang digunakan adalah prinsip interest. Prinsip interest memiliki pengaruh nyata dalam penataan yang berhubungan dengan aspek estetika. Interest melibatkan variasi
7 bentuk, ukuran, warna, arah, juga pergerakan yang menciptakan perasaan ketertarikan. Komposisi bentuk berupa elemen dasar seperti titik, garis, ruang, bentuk yang dalam hal ini direpresentasikan sebagai elemen green facade. Tanaman Tanaman merupakan elemen utama suatu lanskap. Tanaman juga merupakan sumber keindahan, kenyamanan dan memberi daya dukung terhadap kehidupan. Menurut Kurniawaty et al (2011), dari lima komponen (air, tanah, iklim, tanaman, dan bangunan) pembentuk desain hemat energi, tanaman adalah komponen yang paling berpengaruh terhadap lingkungan. Kehadiran tanaman menjadi sangat penting disebabkan kemampuannya secara alami dalam memperbaiki kondisi lingkungan dari segi ekologis, estetis, sosial-ekonomi dan kesehatan. Tanaman dapat membantu dalam memperbaiki kualitas udara lokal dengan cara mengurangi asap dan memproduksi oksigen. Pengurangan asap dapat terjadi dengan dua cara, yaitu mengurangi partikel yang berada pada udara dan mengurangi temperatur suhu udara (Sheweka dan Mohamed 2012). Maka semakin banyak jumlah tanaman pada suatu lingkungan akan semakin baik pula kualitas lingkungan tersebut. Menurut Carpenter, Walker, dan Lanphear (1975), tanaman dapat berfungsi estetik yaitu dapat menyatukan elemen arsitektural, latar belakang dan sebagai bingkai pemandangan. Selain itu, vegetasi untuk tujuan estetika dapat berfungsi sebagai sculpture, calligraphy garis, dan melembutkan bangunan (Arifin dan Arifin 2000). Mengaplikasikan green facade pada rumah tinggal tentunya juga dapat memberikan estetika. Pola desain yang sering digunakan dalam penataan tanaman dapat dikategorikan menjadi kelompok besar, yaitu pola geometrik (formal) dan organik (informal). Penggabungan dari unsur-unsur perancangan seperti warna, bentuk, garis, tekstur, irama dapat menciptakan daya tarik estetis pada penanaman di suatu area. Carpenter et al (1975) menyatakan bahwa prinsip yang perlu diperhatikan dalam merancang penanaman adalah kesederhanaan, skala, proporsi, keseimbangan, irama, kontras dan kesatuan yang dapat memberikan nilai keindahan dan menambah kualitas lingkungan. Kualitas Estetik Visual Estetika digunakan sebagai dasar dalam kualitas visual (Booth 1983). Kualitas itu sendiri adalah suatu pengertian yang nyata maupun tidak nyata, seperti kualitas tinggi, kualitas rendah, atau suatu kualitas yang memiliki pengertian dari suatu lanskap. Kualitas estetika merupakan parameter suatu keindahan lanskap. Menurut Daniel dan Boster (1976) keindahan pemandangan lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting walaupun secara obyektif keindahan pemandangan sulit diukur. Kualitas visual suatu lanskap dapat dinilai dan diukur. Pengukuran kualitas visual bertujuan untuk mengetahui kuantitas dari keindahan suatu lanskap. Menurut Daniel dan Boster (1976), pengukuran keindahan suatu lanskap dapat dilakukan dengan metode Scenic Beauty Estimation. Penilaian kualitas visual tersebut dibagi menjadi tiga kelompok umum yaitu: (1) inventarisasi deskriptif,
8 (2) survei dan kuisioner, dan (3) evaluasi dari persepsi-preferensi Scenic Beauty diartikan sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik lanskap (landscape esthetic), atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk memecahkan kemotonan. Adapun parameter dari kualitas visual ini adalah kesatuan dari sumberdaya visual lanskap dalam membentuk suatu unit yang harmonis dan saling berkaitan, kesan hidup yang ditampilkan dari penggabungan elemen kontras dan variasi elemen pembentuk lanskap serta keutuhan kondisi lanskap alami (Iverson, Sheppard, dan Strain 1993). Penilaian visual tergantung oleh dua hal yaitu kualitas fisik tersebut dan kualitas psikologi dari pengalaman khusus yang pernah dialami. Di samping itu, penilaian juga dipengaruhi oleh latar belakang seseorang, baik faktor usia dan tingkat kehidupan sosial ekonomi. Daniel (1999) menyatakan bahwa kualitas estetika merupakan kombinasi dari penampilan visual suatu lanskap dengan proses psikologis (tanggapan, pemahaman, dan emosi) dari pengamat lanskap tersebut. Sama halnya menurut Chen, Adimo, dan Bao (1975), pada penelitiannya menyebutkan bahwa penilaian estetika lingkungan terhadap responden tidak dipengaruhi oleh perbedaan usia dan jenis kelamin. Suatu visual dapat berpengaruh dengan psikologi pengamatnya. Hubungan antara ransangan fisik dan efek psikologi disebut psychophysic. Hubungan antara Penilaian Visual dan Persepsi Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari suatu serapan. Porteous (1977) mendefinisikan persepsi sebagai suatu respon berbentuk tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal manusia dengan faktor eksternal yaitu keadaan fisik dan sosial. Persepsi merupakan suatu respon berbentuk tindakan yang dihasilkan dari kombinasi faktor internal dan eksternal seperti keadaan fisik dan sosial manusia (Porteous 1977). Persepsi dipengaruhi oleh latar belakang intelektual dan pengalaman emosional, pergaulan dan sikap yang selanjutnya akan menghasilkan sebuah reaksi (Eckbo 1964). Sedangkan menurut Nassar (1998), persepsi ditentukan oleh interaksi yang kuat antara variabel lanskap dan pengetahuan seseorang terhadap lanskap tersebut. Karakteristik penting dari faktor-faktor pribadi dan sosial yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Osley (dalam Sadli 1976) adalah: a. Faktor ciri khas dari objek stimulus yang terdidi dari nilai, arti, familiaritas dan intensitas; b. Faktor pribadi, termasuk didalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, latar belakang kultural, minat dan emosionalitasnya; c. Faktor pengaruh kelompok, artinga respon orang lain dapat memberi arah ke suatu tingkah laku yang sesuai. Persepsi merupakan dasar bagi preferensi seseorang, sehingga persepsi seseorang terhadap suatu objek akan dapat memberikan nilai preferensi dari objek tersebut. Menurut Nassar (1998), perasaan tidak puas dalam menilai suatu objek akan menyebabkan nilai yang tidak bagus dan cenderung akan dihindari. Persepsi setiap orang pun terhadap lingkungan berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada setiap individu memiliki alasannya masing-masing tergantung dari kebutuhannya, minat, keinginan, ataupun hasrat seseorang.
9 Pada dasarnya penilaian visual itu melibatkan individu sebagai subyek, maka penilaian visual tersebut akan dipengaruhi oleh persepsi individu terhadap suatu obyek. Persepsi seseorang dapat diteliti dengan menggunakan metode Semantic Differential. Uji Semantic Differential merupakan pengukuran psikologis dengan cara mengukur penilaian seseorang terhadap kata-kata sifat dan bipolarnya. Uji Semantic Differential diperkenalkan oleh Osgood sejak tahun 1957. Pengukuran psikologis ini meliputi berbagai aspek, diantaranya bidang kepribadian, sikap, komunikasi dan lain sebagainya. Teknik ukur Semantic Differential memiliki dua karakteristik, yaitu pertama adalah cara responden memberikan respon terhadap item dengan memberikan bobot penilaian mereka terhadap stimulus pada skala Semantic Differential dan yang kedua adalah penilaian yang justru tidak menggunakan pendekatan stimulus akan tetapi menggunakan kata sifat sebagai karakter stimulus yang disajikan kepada responden. Kata sifat yang disajikan kepada responden disesuaikan berdasarkan objek yang dinilai. Pada penelitian ini, kata sifat yang diujikan menyesuaikan dengan visual konsep-konsep green facade. kata-kata sifat ini terdiri dari tiga dimensi, yakni evaluasi, potensi, dan aktivitas. Dimensi evaluasi merupakan suatu nilai baik atau buruk, sedangkan dimensi potensi menunjukkan kuat atau lemah, dan dimensi aktifitas menunjukkan suatu aktif maupun pasif (Listyarini 2011). Ukuran, bentuk, warna dan tekstur tanaman merupakan unsur yang mempengaruhi kualitas estetika. Lebih lanjut dijelaskan bahwa adanya unsur vegetasi, manusia akan menghargai hubungannya dengan alam. Simonds (1983) menyatakan bahwa hubungan yang harmonis dari semua komponen lanskap yang dirasakan dapat disebut sebagai keindahan.
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel rumah yang digunakan pada penelitian ini berada pada salah satu rumah tinggal di Perumahan Pakuan Regency, Dramaga, Bogor. Rumah tinggal tersebut dianggap memenuhi kriteria simulasi penerapan green facade. Kriteria tersebut akan dijelaskan secara rinci pada subbab Metode Penentuan Rumah Tinggal. Penelitian ini dilakukan selama empat bulan dimulai dari bulan Maret 2013 sampai dengan bulan Juni 2013. Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi dengan membahas kualitas estetika dan psychophysic pada konsep green facade yang disimulasikan. Konsep green facade tersebut dibentuk berdasarkan dari jenis green facade menurut Sharp (2007), Yeh (2010) dan Mirr (2011) yaitu, green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dan green facade berupa tanaman rambat dengan struktur kerangka pendukung. Kemudian, penyusunan konsep juga mempertimbangkan prinsip dasar desain dan komposisi bentuk (Bell 2004 dalam Nikita 2012). Hasil
10 simulasi penerapan konsep green facade dapat dijadikan sebagai alternatif desain green facade. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menerapkan konsep green facade berdasarkan kategori green facade menurut Yeh (2010) dan Mirr (2011) yaitu green facade berupa tanaman rambat yang dapat dilampirkan ke dinding atau green facade dengan struktur yang berdiri sendiri. Selain itu, konsep green facade dibentuk berbeda-beda dan mewakili berbagai garis, pattern, warna dan kepadatan tanaman. Konsep green facade yang dibentuk terdiri dari enam konsep. Keenam konsep disimulasikan dalam bentuk dua dimensi. Kemudian hasil simulasi tersebut diujikan kualitas estetika dengan menggunakan metode Scenic Beauty Estimation dan diuji persepsi dengan menggunakan metode Semantic Differential. Kerangka tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Penentuan Rumah Tinggal
Pemotretan Rumah Tinggal
Pembuatan Simulasi
Presentasi Slide
Pengolahan Data
• Manipulasi Foto • Simulasi Penerapan 6 Konsep Green Facade
• Mahasiswa Arsitektur Lanskap • Publik
• Scenic Beauty Estimation • Semantic Differential
Gambar 4 Kerangka tahapan penelitian Tahap Penentuan Rumah Tinggal Penentuan rumah tinggal bertujuan untuk mendapatkan model rumah tinggal yang sesuai untuk kebutuhan dan kemudahan penelituan. Rumah tinggal yang sesuai untuk dijadikan model adalah rumah tinggal yang secara nyata dapat diterapkan green facade pada kondisi optimal dan dapat mengekspos green facade secara visual. Untuk itu, dalam penentuan rumah tinggal dijabarkan kriteriakriteria rumah tinggal yang dibutuhkan pada penelitian ini. Berikut kriteria rumah tinggal yang dijadikan sebagai model simulasi pada penelitian ini: 1. Lokasi rumah tinggal berada di Kota Bogor Salah satu tujuan penetapan kriteria model rumah tingal di Kota Bogor yaitu sebagai pembatas dalam pemilihan tanaman. Tanaman dipilih berdasarkan kesesuaian tumbuh di lokasi tersebut. Selain itu, penetapan lokasi juga bertujuan agar mengoptimalkan pengerjaan penelitian yang dilaksanakan di Kota Bogor, mulai dari kegiatan akademik, bimbingan, pengambilan data responden hingga penyusunan. 2. Rumah yang tidak berpagar. Rumah yang tidak berpagar memiliki peluang lebih besar untuk menampilkan fasad bangunan dibandingkan dengan rumah tinggal yang berpagar. Hal ini dikarenakan rumah tidak berpagar lebih sedikit terhalangi untuk dapat dilihat visual fasad bangunan rumah tinggal dari berbagai arah pandang. Oleh karena itu, keberadaan rumah tinggal yang tidak berpagar akan lebih baik jika kualitas visual pada fasad bangunan lebih ditingkatkan. Fasad bangunan dengan kualitas visual yang baik secara langsung akan dapat
11 menciptakan keindahan pada rumah tersebut dan lingkungannya sekaligus memberi kenyamanan bagi pemilik rumah atau orang lain yang hanya sekedar melihat. 3. Rumah yang memiliki fasad bangunan berupa dinding tanpa elemen seperti jendela, pintu, atau lainnya dengan ketinggian fasad tidak lebih dari 4 meter. Fasad adalah suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan yang umumnya adalah bagian depan (Kurniawaty et al 2011). Fasad berupa dinding kosong tanpa elemen seperti ventilasi, pintu, dan atau batu ekspos serta elemen lainnya yang menjadi elemen dekorasi dinding. Fasad yang polos menjadi peluang untuk menambah sisi hijau dengan green facade. Ketinggian fasad yang digunakan sebagai penerapan green facade tidak lebih dari 4 meter. Ketinggian tersebut dipertimbangkan karena menyesuaikan penggunaan tanaman perdu sebagai tanaman merambat yang umumnya hanya mampu tumbuh mencapai kurang lebih 2 meter. Untuk menguji kualitas visual dari hasil simulasi green facade, maka visual penutupan tanaman rambat sebaiknya dalam kondisi optimal dimana penutupannya menutupi sisi fasad. 4. Rumah tipe golongan menengah Rumah tinggal golongan menengah digunakan sebagai lokasi simulasi penerapan green facade karena dianggap dapat mewakili tipe rumah dari berbagai golongan. Selain itu, pemilihan tipe rumah golongan menengah juga bertujuan untuk menghindari adanya pengaruh terhadap penilaian estetika dan persepsi. Penilaian estetika dan persepsi juga berpengaruh dari latar belakang responden. 5. Orientasi rumah menghadap selatan Penerimaan sinar matahari mempengaruhi dalam performa tanaman. Setiap tanaman memiliki toleransi penyinaran matahari yang berbeda-beda. Tanaman ada yang toleran terhadap pancaran sinar matahari langsung dan ada yang tidak. Selain itu, penerimaan sinar matahari pagi, siang, dan sore juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Orientasi bangunan mempengaruhi penerimaan sinar matahari, baik sinar matahari pagi, siang dan sore hari. Bagi tanaman, sinar matahari pagi dan sore sangat penting untuk pertumbuhannya. Akan tetapi, tanaman lebih baik terpapar sinar matahari pagi lebih banyak karena di saat pagi hari tanaman membuka poros stomata untuk membantu proses fotosintesis. Menurut Kurniawaty et al (2011), orientasi rumah yang menghadap selatan memiliki pengaruh yang paling baik pada kriteria desain hemat energi. Rumah yang menghadap selatan tentunya akan menerima sinar matahari pagi hingga sore. Sama halnya dengan rumah yang menghadap Utara. Akan tetapi, penerimaan sinar matahari pagi pada rumah yang menghadap selatan lebih banyak dibandingkan dengan rumah yang menghadap utara. Hal tersebut dikarenakan bumi beredar mengelilingi matahari tidak dengan poros yang tegak lurus, melainkan dengan sudut kemiringan 23,5°. Oleh karena itu, selain menggunakan perlakuan baik terhadap tanaman, rumah yang menghadap selatan akan lebih membantu pertumbuhan dan performa tanaman yang optimal.
12 Tahap Pemotretan Setelah melakukan penentuan rumah tinggal sebagai model penerapan green facade, selanjutnya dilakukan pemotretan rumah tinggal tersebut. Visual fasad rumah tinggal harus terlihat seluruhnya pada saat pemotretan. Untuk mendapatkan hasil pemotretan yang sempurna maka jarak pemotretan dilakukan berdasarkan jarak pandang ideal menurut teori arsitektural (Ashihara dalam Booth 1983). Teori tersebut menyatakan bahwa rasio dari jarak melihat suatu bangunan yang ideal dengan jarak seseorang dari bangunan yaitu 2:1 (Gambar 3). Puncak bangunan dengan horison memiliki sudut sebesar 27 derajat (Booth, 1983).
Gambar 5 Rasio jarak pandang ideal untuk melihat bangunan menurut Booth (1983) Tahap Pembuatan Simulasi Tahap pembuatan simulasi merupakan tahap pembuatan gambar rumah tinggal dan penerapannya secara dua dimensi. Dengan simulasi, keindahan suatu lanskap dapat diprediksi. Pembuatan simulasi dilakukan dengan cara memanipulasi hasil pemotretan rumah tinggal dan pembuatan gambar green facades melalui montase. Manipulasi foto rumah tinggal dilakukan agar rumah tinggal terlihat seperti bangunan baru dan kondisi rumah tinggal tidak mempengaruhi dalam penilaian kualitas estetika. Manipulasi pada foto rumah tinggal dilakukan dengan menghilangkan elemen yang dianggap tidak perlu ditampilkan, seperti tiang listrik maupun kabel listrik, tanaman eksisting dan rerumputan liar. Selain itu hal yang perlu dilakukan adalah memperbaiki tampilan foto pada warna cat model rumah dan merubah warna langit. Warna cat rumah dirubah menjadi dominan warna putih bertujuan agar warna rumah tidak mempengaruhi dalam penilaian estetika. Manipulasi foto dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Adobe Photoshop. Pembuatan image setiap konsep green facades dilakukan dengan cara mengambil beberapa elemen gambar dari foto tanaman yang digunakan. Kemudian hasil pembuatan image green facade digabungkan pada hasil manipulasi foto rumah tinggal. Pembuatan simulasi pada konsep green facades dengan struktur kerangka diawali dengan pembuatan model 3D. Pembuatan model 3D dilakukan menggunakan perangkat lunak Sketchup. Hasil model 3D tersebut diubah kedalam bentuk 2D. Ketika format model struktur kerangka sudah menjadi 2D, gambar struktur kerangka tersebut digabungkan pada foto menggunakan
13 perangkat lunak Adobe Photoshop yang kemudian ditambahkan gambar tanaman rambat. Melalui manipulasi foto, simulasi penerapan green facades sebaik mungkin dapat terlihat seakan-akan terlihat nyata. Pembuatan simulasi bertujuan menampilkan visual dari konsep-konsep green facade. Konsep-konsep green facade ini mewakili prinsip interest, dimana prinsip ini memiliki pengaruh nyata dalam penataan yang berhubungan dengan aspek estetika. Prinsip interest melibatkan beberapa aspek, yaitu variasi bentuk, ukuran, warna, juga pergerakan yang menciptakan ketertarikan pengamat. Masing-masing konsep green facade menampilkan perbedaan bentuk penutupan tanaman rambat dan perbedaan warna. Perbedaan bentuk penutupan tanaman rambat diantaranya adalah perbedaan penutupan secara menyeluruh maupun tidak dan perbedaan alur penutupan tanaman rambat dengan berbagai penggunaan struktur kerangka. Selain itu, perbedaan warna pada green facade diantaranya adalah perbedaan penggunaan tanaman rambat berbunga dan tidak berbunga. Berbagai perbedaan secara visual ditampilkan pada konsep green facade untuk diteliti elemen-elemen apa saja yang mempengaruhi ketertarikan responden terhadap green facade. Pada penelitian ini membentuk enam konsep green facade yang diujikan, yaitu: 1. tanaman rambat pada dinding dengan penutupan tidak penuh (K1), 2. tanaman rambat pada dinding dengan penutupan rapat dan menutupi sisi dinding (K2), 3. tanaman rambat tidak berbunga dengan kerangka linier vertikal (K3), 4. tanaman rambat tidak berbunga yang tumbuh pada kerangka grid (K4), 5. tanaman rambat berbunga yang tumbuh pada kerangka grid dengan penutupan yang padat (K5), dan 6. tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier (K6). Keenam konsep green facade tersebut dibentuk berdasarkan definisi kategori green facade menurut Sharp (2007), Yeh (2010) dan Mirr (2011) yaitu green facade berupa tanaman rambat yang dapat merambat langsung pada dinding dan green facade dengan struktur yang berdiri sendiri. Jenis tanaman yang digunakan sebagai perwakilan dipilih sesuai dengan kemampuan tanaman yang dapat tumbuh pada kondisi iklim tropis Indonesia baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Selain itu pemilihan perwakilan jenis tanaman dipertimbangkan sesuai dengan kemampuan rambat jenis tanaman, baik dapat memanjat dan/atau menyulur. Penjelasan lebih lanjut tentang konsep green facade terdapat pada tabel 1. Jenis tanaman yang diwakilkan pada tiap konsep dapat dilihat pada lampiran 2. Tahap Presentasi Tahap presentasi merupakan suatu penayangan slide hasil simulasi desain yang berupa gambar 2D. Penayangan slide bertujuan untuk mendapatkan penilaian responden terhadap desain green facade. Responden untuk penelitian ini dipilih dari kalangan mahasiswa dan publik. Responden mahasiswa yang dipilih adalah Mahasiswa Arsitektur Lanskap semester 6 dan 8 karena pada semester tersebut sudah didapat matakuliah Desain Lanskap yang dianggap mampu memahami studi penelitian ini. Responden publik yang dipilih adalah masyarakat awam yang sudah berumah tangga atau memiliki rumah tinggal karena dianggap mampu menilai keindahan green facade pada rumah tinggal. Sampel responden
14 masyarakat seluruhnya diambil pada tempat yang sama yaitu di Kebun Raya Bogor. Pemilihan sampel di Kebun Raya Bogor dipilih atas pertimbangan kesukaan responden terhadap suatu lanskap dalam menghabiskan waktu luangnya. Tabel 1 Konsep Green Facades yang diujikan Ko de K0
K1
Kategori green facade (Mirr 2011) Tanpa penggunaan green facades
Ilustrasi konsep dan penjelasan Kontrol perlakuan
Merambat pada dinding
Ukuran daun tergolong sedang dan penutupan dalam kondisi belum seluruhnya menutupi dinding. K2
Merambat pada dinding
Ukuran daun tergolong kecil dan penutupan dalam kondisi rapat. K3
Merambat pada struktur kerangka (linear)
Tanaman rambat tumbuh menyulur pada struktur kerangka.
Simulasi konsep
15 Tabel 1 Lanjutan Ko de K4
Kategori green facade (Mirr 2011) Merambat pada struktur kerangka (grid)
Ilustrasi konsep dan penjelasan
Simulasi konsep
Tanaman rambat tidak berbunga pada kerangka K5
Merambat pada struktur kerangka (comouflage grid)
Tanaman berbunga tumbuh merambat pada struktur kerangka dan penutupannya dalam kondisi rapat dengan bunga yang menyemarak. K6
Merambat pada struktur kerangka (espalier)
Tanaman perdu yang dalam pertumbuhannya diatur sesuai dengan alur espalier dari struktur kerangka.
Jumlah responden kalangan mahasiswa dan publik masing-masing 65 dan 40 responden. Secara keseluruhan, jumlah responden adalah 105 responden. Jumlah tersebut sudah mencukupi dalam melakukan perhitungan statistika yang membutuhkan responden minimal 30 responden. Presentasi slide pada responden mahasiswa dengan responden masyarakat dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada responden mahasiswa, presentasi slide dilakukan dengan menayangkan slide menggunakan proyektor pada suatu ruang kelas, sedangkan presentasi slide pada responden masyarakat dilakukan dengan menggunakan gambar yang sudah dicetak dengan ukuran A3. Penggunaan media cetak saat presentasi kepada responden masyarakat dilakukan karena keterbatasan fasilitas pada lokasi.
16 Sebelum slide ditayangkan kepada responden, disampaikan terlebih dahulu penjelasan mengenai tujuan dan latar belakang penelitian serta teknis penilaian kuisioner. Pada penelitian ini penilaian kuisioner terdiri dari dua yaitu penilaian estetika dan penilaian semantik diferensial. Pada penilaian estetika, slide akan diputar secara acak dengan lama 8 detik (Daniel dan Boster, 1976). Kuisioner yang akan diberikan tercantum penilaian dalam skala antara 1 sampai 10, yang dapat menggambarkan keindahan pemandangan dari yang paling rendah hingga paling tinggi (Daniel dan Boster, 1976). Bentuk kuisioner kepada responden mahasiswa Arsitektur Lanskap dan publik dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Metode semantik diferensial ini pada prinsipnya memberi skor pada sejumlah kriteria berupa kata sifat dengan antonimnya. Semantic Differential dimanfaatkan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis dalam aspek estetika pembentuk karakter visual. Keduapuluhtiga kriteria pada penelitian ini yang merupakan kata-kata sifat dan antonimnya digunakan dalam menggambarkan karakter visual konsep green facade yang ditampilkan. Seluruh kriteria disusun secara acak dengan mengubah susunan dari kiri ke kanan atau sebaliknya (Lampiran 5). Responden diminta menilai gambar yang ditampilkan dengan memberi skor 0-3 untuk membandingkan kriteria tersebut. Gambar ditampilkan dalam bentuk slide. Berikut contoh dari bentuk kuisioner penilaian semantik diferensial: 3 Tekstur Kasar
2
1
0
1
2
3 Tekstur Halus
Nilai 0 menunjukkan konsep desain green facade tidak sesuai dengan karakter dan nilai yang lebih besar menunjukkan penilaian yang lebih tinggi terhadap karaker tersebut. Tahap Pengolahan Data a. Pengolahan Data Hasil Penilaian Scenic Beauty Estimation Setelah semua hasil kuisioner penilaian estetika dapat dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data. Data diolah berdasarkan dari kategori responden yaitu mahasiswa, masyarakat, dan gabungannya. Keseluruhan data pada penilaian estetika akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan metode statistik dan disajikan dalam diagram batang. Data untuk setiap pemandangan dikelompokkan berdasarkan ranking atau skala penilaian dari 1 sampai dengan 10, dimana untuk setiap ranking akan dihitung junlah frekuensi, frekuensi komulatif, peluang komulatif, dan nilai z berdasarkan tabel (Daniel dan Boster, 1976). Penilaian yang dilakukan oleh responden kemudian akan diubah menjadi sebuah nilai dengan mengguanakan formulasi sebagai berikut
17
Keterangan: Zij = standar penilaian untuk nilai respon ke ith oleh responden j ̅ j = nilai rata-rata dari semua nilai oleh responden j Rij = nilai ith dari responden j Sj = standar deviasi dari seluruh nilai oleh responden Kemudian dari data tersebut dihitung nilai z rata-rata untuk setiap gambar simulasi. Dari keseluruhan z pada setiap gambar, satu nilai z dari gambar tertentu sebagai standar untuk perhitungan nilai SBE. Nilai SBE selanjutnya diperoleh dari rumus: SBEX = (ZLX – ZLS) x 100 Keterangan: SBEX = Nilai SBE gambar konsep ke-x ZLX = Nilai rata-rata z gambar konsep ke-x ZLS = Nilai rata-rata z gambar yang digunakan sebagai standar Setelah kualitas estetika dihasilkan untuk setiap perlakuan, kemudian dilakukan uji beda nyata (F) dengan taraf nyata 0,05 untuk melihat adanya pengaruh konsep desain green facade terhadap respon yaitu kualitas estetika. Jika didapati pengaruh maka akan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan signifikan diantara masing-masing faktor. Kemudian dari nilai SBE tersebut akan diperoleh desain green facade yang memiliki estetika rendah, sedang, dan tinggi. b. Pengolahan Data Hasil Penilaian Semantic Differential Karakter visual konsep green facade dapat diketahui dengan melakukan pengolahan data persepsi responden dan pembobotan. Pembobotan dilakukan dengan memberikan nilai 1 sampai 7 pada skor penilaian secara berurutan dari kiri ke kanan seperti contoh : Skor nilai: Tekstur Kasar Bobot nilai:
3
2
1
0
1
2
3 Tekstur Halus
1
2
3
4
5
6
7
Berdasarkan hasil nilai pembobotan tersebut kemudian dihitung nilai rataan yang diberikan responden untuk tiap kriteria dengan rumus: ∑ ij =
Keterangan: ij
xij n i j
= rataan bobot nilai yang diberikan oleh responden terhadap gambar i untuk kriteria j = bobot nilai yang diberikan tiap responden untuk gambar i kriteria j = jumlah total responden = gambar {1,2,3,...7} = kriteria {1,2,3,....23}
18 Rataan bobot nilai yang diperoleh akan diplotkan dalam bentuk grafik sehingga persepsi berupa kata sifat yang dapat menggambarkan karakter visual desain green facade dapat diketahui. Hasil data tersebut disajikan kedalam grafik dan dalam bentuk tabulasi. Hasil rataan penilaian tersebut dianalisis dengan taraf nyata 0,05 untuk melihat adanya pengaruh konsep green facade terhadap kriteria yang diujikan. Analisis lebih lanjut dilakukan menggunakan uji Tukey yang kemudian hasil nilai pada tiap konsep dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan dalam tingkat pengaruh terhadap kriteria. Pengelompokkan hasil penilaian semantic differential pada tiap konsep dilakukan untuk mengetahui kriteria yang paling berpengaruh dengan cara membandingkan tingkat keragaman kelompok. Semakin tinggi tingkat keragaman kelompok pada tiap kategori, maka semakin berpengaruh pula konsep green facade terhadap kriteria. Hasil pengelompokkan hasil penilaian semantic differential konsep green facade disajikan dalam bentuk tabulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Estetik Visual Konsep Green Facades Hasil perhitungan nilai SBE terhadap keenam konsep green facade berdasarkan penilaian oleh seluruh responden berkisar antara 52 sampai 119. Konsep green facade dengan tanaman rambat berbunga dengan penutupan relatif padat pada struktur kerangka (K5) memiliki nilai SBE paling tinggi dengan nilai sebesar 119. Nilai SBE terendah yaitu pada konsep green facade dengan tanaman rambat pada dinding dengan penutupan tidak menyeluruh (K1) dengan nilai hanya sebesar 52 (Gambar 6). Perhitungan penilaian SBE oleh seluruh responden dapat dilihat pada lampiran 5. Nilai SBE juga diklarifikasikan menurut jenis responden yaitu Mahasiswa Arsitektur Lanskap dan publik. Melalui uji lanjut Tukey yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% (Lampiran 8), diantara nilai SBE dari kedua jenis responden tersebut ternyata tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan responden dengan latar belakang berbeda, baik mahasiswa maupun publik memberikan penilaian estetika terhadap simulasi penerapan green facade cenderung sama. Perbedaan antara responden mahasiswa dan masyarakat terdapat pada usia responden. Rentang usia dari responden mahasiswa berkisar antara 21-23 tahun, sedangkan rentang usia responden masyarakat berkisar antara 21-60 tahun. Menurut Chen et al (2009), usia dan jenis kelamin responden tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada penilaian estetik lingkungan. Hasil perhitungan penilaian SBE oleh responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap dan oleh publik dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 7. Melalui uji F dengan tingkat kepercayaan 95%, didapat bahwa penggunaan green facade mempengaruhi kualitas estetika. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan signifikan antara nilai SBE dari keenam konsep green facade dengan kontrol. Selain itu, pola nilai yang diberikan oleh setiap responden terhadap keenam konsep memiliki pocenderung sama. Nilai SBE berdasarkan responden masyarakat memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang
19 diberikan oleh responden mahasiswa. Hal ini menunjukkan responden masyarakat memberikan apresiasi yang lebih baik dibandingkan dengan apresiasi dari mahasiswa. Pada umumnya responden mahasiswa hanya melihat secara visual green facade tanpa melihat bagaimana pengaruh keberadaan green facade pada rumah tinggal. Berbeda dengan responden masyarakat, umumnya mereka lebih melihat bagaimana perbedaan rumah tinggal dengan penggunaan green facade dengan rumah tanpa green facade, sehingga apresiasi terhadap keberadaan green facade lebih tinggi. HASIL PENILAIAN SBE 140
128 119 117 113 116 112 111 104 101 98 98
120 112
120 99
100 Nilai SBE
84 80 60
46
54 52
40 20 0 0 0 0 K0
K1
Mahasiswa
K2 K3 K4 K5 Konsep Green Facade Publik Gabungan Mahasiswa dan Publik
K6
Gambar 6 Nilai Scenic Beauty Estimation terhadap konsep green facade Nilai SBE tertinggi pada kategori responden mahasiswa berbeda dengan nilai SBE tertinggi pada kategori responden publik. Responden oleh Mahasiswa Arsitektur Lanskap memberikan nilai SBE tertinggi pada konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka grid (K4), sedangkan responden publik memberikan nilai SBE tertinggi pada konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada struktur kerangka (K5). Kesukaan responden mahasiswa terhadap konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada struktur kerangka grid dikarenakan konsep tersebut memiliki motif penutupan yang unik dan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dari segi perawatan tanaman rambat untuk mempertahankan bentukan grid. Walaupun demikian, responden dari mahasiswa juga memberikan nilai SBE yang tinggi pada konsep yang sama (green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan padat). Hal itu menunjukkan bahwa kesukaan responden mahasiswa dan publik tidak berbeda secara signifikan. Pada Gambar 7, terlihat konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan menutupi seluruh sisi dinding (K2) memiliki selisih nilai yang paling tinggi antara nilai dari responden publik
20 dan dari responden mahasiswa. Kedua nilai tersebut memiliki perbedaan yang signifikan (Lampiran 9). Responden publik menganggap bahwa dengan penutupan yang padat memenuhi seluruh bagian dinding memberikan kesan yang lebih alami dan teduh pada rumah tinggal. Berbeda dengan respon dari mahasiswa, konsep K2 dianggap memiliki visual yang sederhana karena sedikit adanya campur tangan manusia untuk membentuk penutupan green facade. Berdasarkan hasil uji lanjut dengan Uji Tukey terhadap nilai SBE oleh keseluruhan responden (Lampiran 10), didapat bahwa konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan yang tidak menyeluruh (K1) dengan kelima konsep green facade lainnya memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas estetika. Perbedaan itu juga didapat antara konsep green facade berupa tanaman rambat pada struktur grid (K3) dan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga pada struktur kerangka dengan penutupan yang padat (K5). Namun antara konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan yang relatif padat dan memenuhi dinding fasad (K2), dengan konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka grid (K4), dan dengan green facade berupa tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada struktur kerangka espalier (K6) tidak memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kualitas estetika. Hasil tersebut dapat dikelompokkan dan divisualisasikan kedalam grafik nilai SBE rata-rata konsep green facade (Gambar 7). 140 120
K4
K2 Nilai SBE
100
K5 K6
K3
80 60
K1 40 20 0
Kontrol
Konsep Green Facade
Gambar 7 Nilai SBE rata-rata untuk setiap konsep green facade Pada Gambar 7 terlihat bahwa konsep-konsep green facade seolah-olah berkelompok menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kontrol (K0) memiliki kecendrungan kualitas estetika terendah. Konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan tidak memenuhi sisi dindinh (K1) termasuk kedalam kategori kualitas estetika sedang, dan keliman konsep lainnya termasuk kedalam kualitas estetika tinggi (Tabel 2). Hasil pengkatagorian kualitas estetika tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan keenam konsep green facade berpengaruh terhadap kualitas estetika visual pada rumah tinggal.
21 Tabel 2 Kategori kualitas estetika konsep green facade Rentang Nilai SBE Konsep Kategori Kualitas Estetika 0 K0 Rendah 46-52 K1 Sedang 84 - 128 K2, K3, K4, K5,K6 Tinggi Tingginya nilai SBE pada keenam konsep green facade diduga adanya pengaruh keberadaan tanaman yang mampu memberikan nilai estetik visual pada suatu lanskap dan mampu memberikan dampak positif terhadap psikologi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh White dan Gatersleben (2011), penggunaan tanaman pada suatu halaman dapat memberikan dampak positif terhadap psikologi seseorang dibandingkan tanpa penggunaan tanaman. Kehadiran tanaman juga memiliki manfaat lainnya, yaitu mampu memperbaiki kondisi lingkungan dari segi ekologis, sosial ekonomi, dan bahkan kesehatan (Kurniawaty et al 2011). Beberapa penelitan (Ulrich 1984, Ulrich et al 1991, Peck et al 1999, Köhler 1993, Hermy et al 2005 dalam Mirr 2011), menyebutkan kehadiran tanaman dapat memberikan kesehatan manusia dan kesejahteraan mental. Seseorang sering merasa lebih bergairah ketika melihat suatu hal yang alami atau natural ketika berada di sekitarnya, karena lingkungan yang natural merupakan dasar dari kesejahteraan masyarakat (Kaplan, Ivancich, dan De Young 2007). Kesukaan responden terhadap penggunaan green facades juga diduga adanya pengaruh presentasi warna. Warna tanaman memberikan tampilan yang lebih sejuk dan nyaman dibandingkan tanpa adanya tanaman. Menurut pendapat penulis buku Colour Healing, Lilian Verner-Bonds dalam Kress dan Leeuwen (2002), warna memiliki kekuatan besar untuk menurunkan atau meningkatkan tingkat stres. Penggunaan green facades menampilkan warna hijau yang lebih banyak dibandingkan tanpa penggunaan green facades. Warna hijau ini mampu memberikan efek psikologi positif pada seseorang. Berdasarkan dari beberapa penlitian (Levy 1984, Whitfiel dan Wiltshire 1990 dalam Elliot dan Maier 2007) menyatakan bahwa kesan warna hijau adalah damai dan rileks. Nuansa hijau pada green facades lebih disukai oleh responden. Dalam penelitian Ilhami dan Gunawan (2011) mengenai persepsi dan preferensi warna dalam lanskap, menyatakan bahwa 63% responden memilih warna hijau sebagai warna lanskap yang paling disukai. Konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan yang tidak menyeluruh (K1) memiliki pengaruh terhadap kualitas estetik visual paling rendah dibandingkan dengan kelima konsep lainnya. Perbedaan visual antara konsep tersebut dengan kelima konsep lainnya terdapat pada penutupan vegetasi yang secara menyeluruh maupun tidaknya. Kelima konsep lainnya cenderung memiliki penutupan yang relatif lebih padat dan memenuhi sisi dinding. Kemampuan green facade untuk menurunkan suhu temperatur udara pada ruangan bergantung pada kepadatan penutupan tanaman rambat. Kepadatan tanaman rambat mampu menghalangi masuknya radiasi sinar matahari kedalam ruangan. Bayangan yang dihasilkan dari lapisan tanaman rambat juga mampu mendinginkan suhu udara (Sheweka dan Mohamed 2012). Berdasarkan pernyataan tersebut, tentunya konsep green facade dengan tanaman
22 rambat yang tidak menutupi secara menyeluruh serta relatif tidak rapat memiliki kontribusi dalam mendinginkan udara lebih rendah dibandingkan dengan kelima konsep lainnya. Selain itu konsep tersebut memiliki visual yang lebih terkesan kosong. Kesan kosong menimbulkan kesan yang kurang menarik, sehingga konsep ini memiliki nilai estetik yang lebih rendah dibandingkan dengan kelima konsep lainnya. Seluruh penggunaan konsep green facade dengan struktur kerangka berbagai bentuk (linier vertical, grid, camouflage grid, dan espalier) termasuk kedalam kualitas estetika tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan struktur kerangka dengan berbagai jenis bentuk penutupan dapat memberikan kualitas estetika yang tinggi pada rumah tinggal. Penggunaan struktur kerangka dengan berbagai bentuk lebih terlihat lebih bervariasi dibandingkan tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding. Penggunaan jenis green facade dengan struktur kerangka sebagai pendukung tanaman rambat, tidak hanya dapat dilampirkan pada dinding tetapi juga dapat digunakan sebagai pembatas visual, peredam suara dan manfaat lainya. Keunggulan penggunaan struktur kerangka pada green facade yaitu dapat mencegah kerusakan pada dinding yang disebabkan oleh akar dari tanaman rambat. Struktur akar tanaman rambat yang melekat langsung pada dinding merupakan masalah utama green facade yang langsung menempel pada dinding tanpa struktur kerangka. Akar tanaman yang menempel pada dinding umumnya sulit untuk dihilangkan (Hermy et al, 2005 dalam Mirr, 2011). Oleh sebab itu, penggunaan green facades dengan struktur kerangka pendukung lebih baik untuk menghindari kerusakan pada dinding rumah. Salah satu keunggulan lainnya dari penggunaan konsep green facade dengan struktur kerangka yaitu terdapatnya rongga udara di balik lapisan green facade. Kapasitas rongga udara pada green facade penggunaan struktur kerangka sebanyak 50 hingga 3000 mm. Rongga udara pada lapisan di antara green facade dan dinding fasad bermanfaat untuk mempercepat laju perpindahan panas sehingga radiasi matahari yang ditangkap oleh green facade tidak langsung masuk kedalam dinding (Green Distribution, 2012). Berbagai keunggulan terdapat pada konsep green facade yang menggunakan struktur kerangka. Namun, tentunya biaya pemasangan dan pengelolaannya membutuhkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan green facade yang diterapkan langsung pada dinding (Mirr, 2011). Berdasarkan Uji Tukey yang dilakukan (Gambar 3), menunjukkan bahwa secara signifikan konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka linear vertical (K3) memberikan pengaruh terhadap kualitas estetik lebih tinggi dibandingkan dengan konsep green facade yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan tidak memenuhi seluruh sisi dinding dan relatif tidak rapat (K1). Secara visual, kedua konsep memiliki perbedaan pada alur yang terbentuk. Konsep green facade yang tumbuh langsung pada dinding memiliki alur yang alami berupa organik dan relatif melengkung, sedangkan pada konsep green facade dengan struktur kerangka linier, alur secara jelas berbentuk garis lurus. Green facade dengan kerangka pendukung untuk tanaman rambat berupa garis lurus vertikal yang disusun teratur dengan ukuran dan jarak yang sama memiliki pengulangan motif garis. Motif garis yang tercipta menjadikan konsep
23 ini mencapai prinsip repitition. Menurut Nikita (2012), pola yang menggunakan prinsip repitition pada taman memberikan kesan kuat dan menghasilkan nilai kualitas estetika cukup tinggi. Penggunaan konsep green facade dengan struktur kerangka linier selaras dengan sampel rumah tinggal yang digunakan dengan tipe rumah berdesain minimalis yang umumnya lebih menggunakan garis lurus dalam elemen desain. Penggunaan konsep ini menjadikan rumah tinggal lebih menarik. Garis lurus merupakan elemen dominan dan kuat untuk dapat mengarahkan pandangan tertuju pada objek (Molnar dan Rutledge 1992 dalam Nikita 2012). Konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka linear vertical (K3) dan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada kerangka (K5) memiliki perbedaan pengaruh terhadap kualitas estetik visual secara signifikan (Gambar 5). Nilai SBE yang diberikan pada konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan yang padat memiliki nilai SBE lebih tinggi dibandingkan dengan konsep green facade berupa tanaman rambat tidak berbunga pada kerangka linear vertical. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan bunga memberikan kualitas estetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa penggunaan tanaman berbunga. Didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Kaplan (2007) dalam referensi White dan Gafersleben (2011), 50% respondennya menyatakan keinginan adanya kehadiran bunga yang lebih banyak pada lingkungan kerja mereka. Perbedaan tanaman berbunga dan tidak berbunga memberikan kesan warna yang berbeda pula. Warna tersebut mempengaruhi perasaan seseorang ketika melihatnya. Warna juga dapat mempengaruhi karakter psikologi dan emosional manusia (Graves 1975 dalam Lestari dan Gunawan 2005). Warna hijau pada daun memberikan kesan sejuk dan warna bunga mampu memberikan kesan ruang lebih hangat sehingga dapat dikatakan konsep green facade dengan tanaman rambat yang tidak berbunga lebih terkesan dingin, sedangkan konsep green facade pada tanaman rambat berbunga lebih terkesan hangat. Kesan dingin dan hangat didukung oleh pernyataan menurut Whiting dan Jong (2012), warna hijau termasuk kedalam kategori warna-warna dingin dan warna merah muda termasuk dalam kategori warna-warna hangat. Warna memiliki pengaruh besar terhadap elemen desain. Warna dingin dan warna hangat dapat menciptakan kesan tertentu pada lanskap. Warna-warna dingin pada lanskap memberikan kesan yang tidak mencolok, menenangkan, terkesan jauh, dan lembut, sedangkan warna-warna hangat memberikan kesan yang lebih menyolok, semangat, bergairah, terlihat lebih dekat, dan kuat. Konsep green facade berupa tanaman rambat tidak berbunga pada kerangka linear dengan warna yang dihasilkan hanya terdiri dari warna hijau, memiliki nilai SBE lebih rendah dibandingkan dengan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga pada struktur kerangka. Menurut Ilhami dan Gunawan (2011), warna hijau yang terkesan netral dan monoton menyebabkan kualitas keindahan rendah. Tingginya kualitas estetika pada penggunaan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan yang padat menunjukkan adanya pengaruh warna terhadap kualitas estetika. Menurut Gunawan (2005), warna pada bunga dan daun merupakan unsur yang menarik bagi responden dibandingkan dengan warna dari batang maupun bagian yang lain, karena secara visual terlihat dominan. Kemudian, salah satu faktor tingginya kualitas estetika pada tanaman rambat berbunga diduga karena keberadaan bunga dengan warna bunga merah
24 muda. Menurut Ilhami dan Gunawan (2011), bahwa warna dominan merah muda pada suatu foto lanskap memiliki nilai SBE tertinggi atau dapat dikatakan paling disukai. Perbedaan visual lainnya antara konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka linear vertical (K3) dan berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada struktur kerangka (K5) adalah bagian penutupannya. Konsep green facade yang menggunakan kerangka linier vertikal memiliki jarak untuk setiap linier, sedangkan konsep tanaman rambat berbunga yang padat menutupi struktur kerangka hingga struktur kerangka terkamuflase tentunya jarak antar tanaman lebih sedikit. Perbedaan pengaruh terhadap kualitas dari kedua konsep menunjukkan bahwa kepadatan penutupan tanaman rambat pada green facade mempengaruhi kualitas estetika. Sama halnya perbedaan penutupan antara konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan tidak rapat dan tidak memenuhi seluruh sisi dinding (K1) dengan konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka linear vertical (K3), bahwa kedua konsep dengan penutupan yang lebih padat secara signifikan memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan yang tidak memenuhi sisi dinding. Berdasarkan uji lanjut Tukey (Gambar 7), terdapat tiga konsep green facade yang tidak memiliki perbedaan pengaruh terhadap kualitas estetik. Ketiga konsep tersebut adalah konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutupan relatif rapat (K2), konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada kerangka grid (K4), dan konsep green facade berupa tanaman berbunga yang merambat pada kerangka espalier (K6). Ketiga konsep termasuk kedalam kategori kualitas estetika tinggi (Tabel 2). Persepsi Konsep Green Facade Pada Rumah Tinggal Hasil penilaian semantik diferensial yang dilakukan oleh responden terhadap kontrol dan keenam konsep green facade menunjukkan bahwa penggunaan green facade memberikan pengaruh yang berbeda-beda. Persepsi yang ditimbulkan akibat pengaruh penggunaan keenam konsep green facades umumnya menunjukkan kecenderungan yang positif. Artinya, penggunaan green facade tidak hanya memberikan pengaruh ekologi, tetapi juga memberikan persepsi yang positif. Persepsi yang ditimbulkan dari setiap konsep pun umumnya berbeda-beda. Kriteria-kriteria yang diujikan pada penelitian ini yaitu, buruk-indah, tekstur kasar-tekstur halus, tidak menarik-menarik, polos-berwarna, statis-dinamis, sederhana-kompleks, panas-dingin, gelap-terang, gersang-teduh, kering-segar, kabur-jelas, tidak harmoni-harmoni, biasa-unik, tajam-lembut, kering-lembab, sempit-luas, klasik-modern, renggang-rapat, formal-non formal, tidak seimbangseimbang, suram-cerah, kaku-lembut, dan tidak bervariasi-variasi. Untuk melihat persepsi responden terhadap tiap konsep green facade yang ditampilkan dan mengetahui perbandingan sejauh mana kekuatan sifat tersebut dibandingkan dengan sifat/kriteria yang lain, maka tiap kriteria yang diperoleh dikorelasikan dengan nilai mean (rataan) dari masing-masing konsep green facade dalam bentuk grafik (Lampiran 12). Setelah itu hasil dari rataan setiap konsep
25 diuji lebih lanjut dengan Uji Tukey dan tingkat pengaruh yang sama dikelompokkan dengan tabulasi (Tabel 3). Tabel 3 Hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential Kriteria
Perlakuan K3 B AB CB CB B C B BCD AB B A A CD A BC AB A C B
K0 K1 K2 K4 K5 K6 Buruk – Indah D C BC CD A CD Tekstur Kasar- Halus B AB AB AB AB A Tidak Menarik – Menarik B C CB B AB A Polos – Berwarna-warni D C C B A A Statis – Dinamis D B C B A A Sederhana – Kompleks* E D CD B A A Panas – Dingin D C A AB AB B Gelap – Terang* A CD E D CB A Gersang – Teduh D C A AB AB B Kering – Segar D C AB AB A AB Kabur – Jelas A A A A A A Tidak Harmoni – Harmoni C B A A A A Biasa – Unik* F E DE BC AB A Tajam – Lembut B A A A A A Kering – Lembab D C A AB AB B Sempit – Luas A AB BC C BC B Klasik – Modern A A A A A A Renggang – Rapat D CD A B A CD Formal –Non Formal C B BC B A A Tidak Seimbang – Seimbang C C A A A AB BC Suram – Cerah AB C D BC C A A Kaku – Lembut D C BC C C A AB Tidak Bervariasi–Variasi* E CD D BC B A A *Kriteria tersebut memiliki keragaman pengaruh konsep green facade yang tinggi
Hasil analisis persepsi responden melalui pengukuran Semantic Differential menunjukkan bahwa penggunaan seluruh konsep green facade memberikan keindahan pada karakter lanskap rumah tinggal. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil perbandingan penilaian terhadap kontrol dan penilaian terhadap keenam konsep green facade. Pada hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa persepsi terhadap konsep green facades cenderung pada kriteria yang bersifat positif dibandingkan dengan persepsi terhadap kontrol. Hasil tersebut dapat dilihat pada grafik hasil penilaian Semantic Differential (Lampiran 12) dengan nilai ratarata pada Lampiran 13. Pada grafik tersebut, pola kurva kontrol memiliki perbedaan yang signifikan terhadap konsep green facade. Uji F pada hasil pengukuran Semantic Differential dengan tingkat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa penerapan keenam konsep green facades berpengaruh nyata terhadap kriteria kecuali pada kriteria tekstur kasar-halus, kabur-jelas, dan klasik-modern (Lampiran 13). Tekstur kasar dan tekstur halus dipengaruhi oleh ukuran daun, bentukan, permukaan, dan percabangan (Booth 1983). Pada penelitian ini, jenis tanaman rambat yang digunakan pada keenam konsep green facade tidak terdapat perbedaan ukuran daun maupun bentukannya secara jelas. Sama halnya pada kriteria kabur dan jelasnya visual konsep green facade, keenam konsep tidak memberikan perbedaan yang berpengaruh. Adapun
26 pada kriteria klasik dan modern, keenam konsep tidak memberikan pengaruh yang membentuk kriteria tersebut. Walaupun rumah tinggal yang digunakan sebagai simulasi penerapan green facade relatif bertipe rumah modern, akan tetapi tetap saja kriteria tersebut tidak berpengaruh terhadap keenam konsep green facades. Green facade hanya merupakan suatu elemen pembentuk fasad bangunan, artinya penerapan green facade pada rumah tinggal tidak mempengaruhi gaya klasik maupun modern pada suatu bangunan rumah tinggal. Dari 23 kriteria yang diujikan, terdapat empat kriteria yang paling berpengaruh dalam pembentuk konsep green facade, yaitu pada kriteria sederhana-kompleks, gelap-terang, biasa-unik, dan tidak bervariasi-variasi. Keempat kriteria tersebut memiliki keragaman pengelompokkan paling tinggi dibandingkan dengan 19 kriteria lainnya (Tabel 3). Pada kriteria sederhana kompleks, konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga baik pada kerangka yang tertutupi seluruhnya (K5) dan pada kerangka espalier (K6) memiliki persepsi kompleks paling tinggi. Konsep green facade berupa tanaman rambat yang tumbuh pada dinding dengan penutupan tidak rapat dan tidak memenuhi sisi fasad (K1) memiliki persepsi paling sederhana. Secara fisik, penggunaan green facade dengan tanaman rambat berbunga terlihat lebih menarik perhatian. Keberadaan bunga menjadikan green facade terlihat lebih padat dan berwarna. Tingginya kesan kompleks pada penggunaan tanaman rambat berbunga juga dipengaruhi dari kemampuan bunga dalam memberikan ransangan terhadap seseorang secara cepat. Menurut Haviland-Jones (2005), bunga dapat memberikan ransangan psikologi yang positif secara cepat (super stimuli). Ransangan terhadap seseorang yang ditimbulkan oleh bunga tentunya lebih kuat dibandingkan dengan tanaman rambat tanpa bunga. Keberadaan bunga menjadi aksen yang kuat pada visual green facade. Oleh karenanya, penggunaan konsep green facade berbunga dianggap lebih kompleks. Pada kriteria gelap-terang, konsep green facade berupa tanaman rambat pada dinding dengan penutupan relatif rapat (K2) memberikan kesan paling gelap, sedangkan konsep green facade berupa tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier (K6) memberikan kesan paling terang. Penggunaan tanaman rambat tidak berbunga dengan penutupan pada dinding yang padat memberikan bayangan yang lebih banyak dibandingkan penutupan yang tidak padat. Selain itu, dominan warna hijau tua pada daun menjadikan kesan yang lebih gelap. Pada konsep green facade berupa tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier memiliki penutupan intermediate. Penutupan intermediate yang dimaksud adalah kondisi tanaman yang cenderung pertumbuhannya mengarah keatas dan pembungaannya terdapat pada bagian ujung batang, sehingga konsep ini memiliki kepadatan hanya pada bagian atas. Oleh karena itu, konsep tersebut tidak terlalu padat namun dari warna bunga yang menyemarak pada bagian atas green facade menjadikan konsep ini terlihat lebih terang dan cerah. Konsep green facade yang memiliki kriteria paling unik yaitu pada konsep green facade berupa tanaman berbunga yang merambat pada kerangka espalier (K6). Konsep ini memiliki tipe kerangka berbeda dibandingkan dengan kelima konsep lainnya. Namun tetap saja alur yang terbentuk memiliki pola alur, jarak, dan jumlah yang simetris, sehingga dapat dikatakan konsep ini memiliki rhytm dan balance. Perbedaan lainnya yaitu pada tipe tanaman rambat yang digunakan
27 pada konsep ini. Tipe tanaman pada konsep ini berbeda dengan tipe tanaman pada kelima konsep lainnya yang merupakan bertipe tanaman rambat. Pada konsep ini, tipe tanaman yang digunakan merupakan perdu sedang dengan ketinggian mencapai 2 meter. Tipe tanaman ini mampu dibentuk pada awal pertumbuhannya mengikuti struktur kerangka sehingga fungsinya menjadi tanaman rambat. Persepsi responden terhadap kriteria paling sederhana yaitu pada konsep green facade berupa tanaman rambat dengan penutupan yang tidak memenuhi dinding fasad. Selain memiliki persepsi paling sederhana, tetapi konsep ini juga memiliki persepsi paling biasa. Walaupun demikian, penggunaan konsep tersebut tetap memberikan kontribusi yang baik pada kualitas estetik visual rumah tinggal. Pada grafik hasil Semantic Differential, terdapat dua konsep green facades yang memiliki kecendrungan pola grafik yang sama yaitu pada konsep green facades yang menggunakan tanaman rambat berbunga, baik pada kerangka grid yang tertutupi secara padat (K5) dan pada kerangka espalier K6 (Gambar 8). Kemiripan pengaruh persepsi dari kedua konsep didukung juga pada Tabel 3. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa kedua konsep memiliki kesamaan dalam kelompok kriteria mencapai 78,26% dari 23 kriteria. Kesamaan persepsi pada konsep K5 dan K6 menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan tanaman berbunga akan menciptakan persepsi yang hampir serupa, meskipun bentuk struktur kerangka pada setiap kedua konsep tersebut berbeda. Pengaruh tertinggi terhadap kriteria dari penggunaan tanaman berbunga pada konsep green facade adalah pada kriteria polos-berwarna. Penggunaan tanaman berbunga memberikan persepsi visual green facades yang lebih berwarna. Hasil tersebut didukung juga dari penelitian Setyanti (2004), yang menyatakan bahwa keberadaan bunga memberikan efek colorful dan dinamis. Selain itu, berdasarkan hasil pengukuran Semantic Differential, penggunaan tanaman berbunga pada konsep green facade memberikan persepsi lebih dinamis, lebih unik, lebih cerah, lebih lembut, lebih kompleks dan lebih bervariasi. Berdasarkan hasil Semantic Differential menunjukkan bahwa kehadiran tanaman berbunga memberikan persepsi yang positif. Menurut Haviland-Jones et al (2005), tanaman memberikan efek positif pada emosional, bergairah, perilaku sosial yang baik, dan kenangan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Selain itu, pada penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan tanaman berbunga walaupun sesederhana mungkin, bahkan hanya setangkai bunga dapat membentuk perilaku yang positif. Referensi mengenai persepsi bunga juga dinyatakan oleh Todorova et al (2004) dalam White dan Gaferleben (2011) berdasarkan penelitiannya mengenai keberadaan bunga di sepanjang jalan lingkungan kota-kota di Jepang, responden menganggap bahwa bunga secara psikologi menciptakan kesejahteraan dan menambah kualitas estetik di sepanjang jalan. Meskipun antara konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada kerangka (K5) dan konsep green facade berupa tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier (K6) memiliki persepsi hampir serupa (Gambar 8), namun terdapat pengaruh yang bertolak belakang terhadap salah satu kriteria Semantic Differential. Kriteria yang dimaksud adalah renggang dan rapatnya visual konsep. Konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada kerangka cenderung pada kriteria rapat, sedangkan konsep green facade berupa tanaman berbunga yang merambat pada kerangka espalier memiliki persepsi yang cenderung renggang. Hal ini sudah
28 dapat dilihat secara langsung bahwa konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat memiliki penutupan vegetasi yang rapat dibandingkan dengan konsep green facade berupa tanaman berbunga yang tumbuh merambat pada kerangka espalier.
Gambar 8 Grafik Semantic Differential pada konsep K0, K5, dan K6
29 Seperti yang dijelaskan sebelumnya, konsep green facade berupa tanaman berbunga pada kerangka espalier (K6) memiliki penutupan yang intermediate. Karakter pada konsep ini memiliki kerapatan hanya pada bagian, sedangkan pada bagian bawah dominan hanya berupa cabang dan daun yang tidak selebat pada bagian atas. Jenis arah pertumbuhan cabang pada tanaman yang digunakan pada konsep tersebut merupakan arah cabang ortotropik yaitu arah pertumbuhan tanaman yang menuju ke atas dan bagian kuncup ujung cabang ataupun ujung ranting tampak menghadap ke atas. Selain itu, yang membedakan pembungaan pada konsep ini dengan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh pada kerangka grid (K5) yaitu jenis letak organ generatifnya. Pada jenis tanaman konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada kerangka grid memiliki pembungaan berada pada bagian samping batang, cabang maupun ranting yang disebut pembungaan lateral. Berbeda dengan jenis tanaman pada konsep green facade pada kerangka espalier, pembungaan berada pada ujung batang maupun ranting yang disebut pembungaan terminal (Halle et al 1978 dalam Setyanti 2004). Jika ditinjau kembali pada hasil uji lanjut Tukey yang dilakukan (Gambar 9), diketahui bahwa konsep kontrol (tanpa penggunaan green facades), dengan konsep green facade berupa tanaman rambat pada dinding dengan penutupan tidak rapat dan tidak penuh (K1), dengan konsep green facade berupa tanaman rambat pada kerangka linear vertical (K3), dan dengan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga yang tumbuh padat pada kerangka (K5) memiliki pengaruh yang berbeda secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil pengukuran Semantic Differential yang telah dilakukan pada kontrol dan ketiga konsep tersebut menunjukkan bahwa pengaruh visual terhadap persepsi juga berbeda. Grafik semantic differential dapat dilihat pada Gambar 9. Perbedaan pengaruh yang paling signifikan terhadap kriteria antara kontrol dengan penggunaan konsep green facade berupa tanaman rambat dengan penutupan tidak penuh (K1), dengan kerangka linear vertical (K3) dan dengan tanaman rambat berbunga yang padat (K5), yaitu pada kriteria buruk-indah, polosberwarna, sederhana-kompleks, kering-segar, dan biasa-unik (Tabel 4). Hasil pengukuran Semantic Differential terhadap ketiga konsep (K1, K3, K5) menunjukkan bahwa penggunaan tanaman rambat berbunga dan penutupan yang rapat memiliki persepsi lebih indah, berwarna, kompleks, segar, dan unik. Sedangkan penggunaan konsep green facade berupa tanaman rambat pada dinding dengan penutupan yang tidak menyeluruh (K1) memiliki nilai keindahan paling rendah, polos, sederhana, dan tingkat persepsi segar dan keunikannya paling rendah. Dibandingkan dengan konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan padat dan menyemarak memiliki nilai keindahan paling tinggi, paling kompleks, paling segar, dan paling unik. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara nilai estetika yang diukur melalui metode Scenic Beauty Estimation (SBE) dan dengan nilai persepsi yang diukur melalui metode Semantic Differential. Semakin padat penutupannya dan penggunaan tanaman rambat berbunga maka akan memberikan nilai estetika yang tinggi dan persepsi yang positif.
30
Gambar 9 Grafik Semantic Differential pada kontrol, konsep K1, K3, dan K5
31
Tabel 4 Hasil Uji Lanjut terhadap kontrol, konsep K1,K3, dan K5 Kriteria Buruk – Indah* Tekstur Kasar- Halus Tidak Menarik – Menarik Polos – Berwarna-warni* Statis – Dinamis Sederhana – Kompleks* Panas – Dingin Gelap – Terang Gersang – Teduh Kering – Segar* Kabur – Jelas Tidak Harmoni – Harmoni Biasa – Unik* Tajam – Lembut Kering – Lembab Sempit – Luas Klasik – Modern Renggang – Rapat Formal –Non Formal Tidak Seimbang – Seimbang Suram – Cerah Kaku – Lembut Tidak Bervariasi–Variasi
K0 D B C D C D C C C D A C D B C C A C C
Perlakuan K1 K3 C B B AB B A C B B B C B B A BC B B A C B A A B A C B A A B AB B B A A B B B B
K5 A A A A A A A A A A A A A A A A A A A
B C C C
B BC B B
A A A A
A AB B B
Keterangan: * Kriteria tersebut memiliki keragaman pengaruh konsep green facade yang paling tinggi
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan green facades pada rumah tinggal berpengaruh terhadap kualitas estetik visual. Konsep green facade dengan kualitas estetik visual yang tinggi yaitu pada jenis green facade berupa tanaman rambat dengan penutupan relatif rapat yang tumbuh baik pada dinding maupun pada struktur kerangka, penggunaan struktur kerangka dengan berbagai bentuk (linear, grid, dan espalier), dan penggunaan tanaman rambat berbunga. Konsep green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan yang relatif padat dan bunga yang menyemarak memiliki nilai estetika paling tinggi, sedangkan konsep green facade berupa tanaman rambat tidak berbunga yang tumbuh langsung pada dinding dengan penutup relatif tidak memenuhi sisi fasad memiliki nilai estetika paling rendah.
32
Konsep green facade yang memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kualitas estetik adalah konsep green facade berupa tanaman rambat pada dinding dengan penutupan yang tidak penuh, green facade berupa tanaman rambat pada kerangka linier, dan green facade berupa tanaman rambat berbunga dengan penutupan padat. Perbedaan konsep green facade tersebut memiliki korelasi dengan penilaian persepsinya. Semakin padat penutupannya dan penggunaan tanaman rambat berbunga maka akan memberikan kesan persepsi lebih positif, yaitu yang lebih berwarna, lebih kompleks, lebih segar dan lebih unik. Penggunaan keenam konsep green facade berpengaruh terhadap kriteriakriteria yang diujikan kecuali pada kriteria tekstur kasar-halus, jelas-kabur, dan klasik-modern. Selain itu, penggunaan green facade juga dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap persepsi.
Saran Penelitian menggunakan metode simulasi masih terdapat kekurangan. Pada kenyataannya penerapan green facade untuk mendapatkan visual optimal seperti pada simulasi memerlukan perlakuan yang intensif dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penerapan langsung tanpa menggunakan simulasi, sehingga menampilkan visual sesungguhnya. Selain itu juga dapat diteliti bagaimana pengaruh konsep green facade terhadap iklim mikro disekitarnya. Untuk kepentingan perkembangan ilmu, penelitian ini juga dapat dilanjutkan dengan mengujikan simulasi penerapan green facades pada ruang publik maupun bangunan yang bersifat publik, sehingga dapat sebagai rekomendasi penggunaan green facades pada ruang publik sekaligus mempopulerkan kepada masyarakat. Selain itu, dapat juga diujikan kembali pengaruh konsep green facades dengan konsep-konsep yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Plants for Green Walls [internet]. [diunduh 21 Januari 2013]. Tersedia pada: http://msucares.com Arifin HS dan Arifin NHS. 2000. Taman dalam Ruang. Penebar Swadaya, Jakarta. 172 hal. Booth NK. 1983. Basic Element of Landscape Architectural Design. Waveland Press Inc: Illinois. 315p. Carpenter PLTD, Walker, and Lanphear FO. 1975. Plants in the Landscape. W.H. Freeman and Company: New York. 481p. Chen B, Adimo OA, Bao Z. 2009. Assessment of Aesthetic Quality and Multiple Functions of Urban Green Space From The Users’ Perspective: The Case of
33 Hangzhou Flower Garden, China. Sciverse Science Direct. Landscape and Urban Planning (93):76-82. Daniel TC and Boster RS. 1976. Measuring Landscape Aesthetic: The Scenic Beauty Estimation Method. USDA Forest Service Research Paper RM-167. 66p. Daniel TC. 1999. Whiter Scenic Beauty? Visual Landscape Quality Assesment in The 21st Century. Environmental Perception Laboratory. University of Arizona: Tucson. 12p. (interium report). Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. McGraw-Hill Book Co: New York. 284p. Elliot AJ, Maier MA. 2007. Color and Psychological Functioning. Association for Psychological Science 16(5):250-254. Green Distribution. 2012. Facades [internet]. [diunduh 29 Agustus 2013]. Tersedia pada: http://greendist.com/facades.aspx Gunawan A. 2005. Evaluasi Kualitas Estetika Lanskap Kota Bogor. Jurnal Lanskap Indonesia. Vol 1/1/2005 Haviland-Jones J, Rosario HH, Wilson P, McGuire T. 2005. An Environmental Epproach to Positive Emotion: Flowers. Evolutionary Psychology. Humannature.com/ep (3):104-132. Ilhami WT, Gunawan A. 2011. Persepsi dan Preferensi Warna Dalam Lanskap. Jurnal Lanskap Indonesia. 3(2):73-79. Iverson WD, Sheppard, Strain RA. 1993. Managing Regional Scenic Quality in The Lake Tahoe Basin. Landscape Journal 12(1): 23-38. Kaplan R, Ivancich JE, De Young R. 2007. Nearby Nature in The City: Enhancing and Preserving Livability. Ann Arbor, MI 48109: School of Natural Resources and Environment, University of Michigan [internet]. [diunduh 29 Agustus 2013]. Tersedia pada: http://hdl.handle.net/2027.42/48784 Kress G, Leewen TV. 2002. Colour as a Semiotic Mode: Notes for a Grammer of Colour. SAGE Publications (London, Thousan Oaks, CA and New Delhi): Vol 1(3):343-368 [1470-3572(200210)1:3;343-368;027271] Kurniawaty P. 2011. Kajian Konsep Desain Taman dan Rumah Tinggal Tanggap Hemat Energi [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor Kurniawaty P, Gunawan A, Surjokusumo S. 2012. Kajian Konsep Desain Taman dan Rumah Tinggal Hemat Energi. Jurnal Lanskap Indonesia. 4(1):1-8. Lestari G, Gunawan A. 2005. Pengaruh Bentuk Kanopi Pohon Terhadap Kualitas Estetika Lanskap Jalan. Jurnal Lanskap Indonesia. 2(1):30-35. Listyarini L. 2011. Pengaruh Tekstur Pohon Terhadap Persepsi Ruang dan Keindahan [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Mendiratta A. 2010. Going Green: Conscience, not Campaign. Di dalam: CNN’s Task Group. COMPASS – Insight Into Tourism Banding [internet]. [diunduh 6 Februari 2013]. Tersedia pada:UU http://www.cnnmediainfo.com/task/download/TASK_Compass_16.pdf Mirr MA. 2011. Green Facades and Building Structure [disertasi]. Delft (NL): Delft University of Technology. Nafici N. 2012. The Impact of Green Roof and Green Facade on Urban Agriculture. American Journal of Scientific Research. Issue 65: 121-128. Nassar JL. 1988. Environmental Aesthetic. Cambridge University Press, New York. 529p.
34 Nikita O. 2012. Pengaruh komposisi elemen-elemen Taman dan Kriteria Hemat Energi Terhadap Kualitas Estetika Visual [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Porteous JD. 1977. Environment and Behaviour Planning and Everyday Urban Life. Addison-Wesley Publishing Company. New York 446p. Sadli S. 1976. Persepsi Sosial Mengenai Perilaku yang Menyimpang [disertasi]. Jakarta: Ilmu Psikologi, Universitas Indonesia. Setyanti D. 2004. Evaluasi Karakter Visual Arsitektur Botanis Pohon [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Sharp R. 2007. 6 Things You Need to Know About Green Walls [internet]. [diunduh 2013 Februari 6]. Tersedia pada: http://sharpdiamond.com. Sheweka SM, Mohamed NM. 2012. Green Facades as a New Sustainable Approach Towards Climate Change. Sciverse Science Direct. Energy Procedia (18): 507-520. Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. Mc.Graw-Hill Publishing Company: New York. 271p. Tyrvainen L, Karjalainen E. 2002. Vizualitation in Forest Landscape Preference Research: A Finish Perspective. Landscape and Urban Planning 59:13-28 Utami FN, Kaswanto, Hadi AA. 2008. Penerapan Konsep Bangunan Ramah Lingkungan Melalui Konstruksi Green Panel Sebagai Alternatif Peningkatan Kenyamanan dalam Ruang. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. 13(3):204-212. Whiting D, Jong J. 2012. Water Wise Landscape Design: Principles of Landscape Design.Colorado State University Extension (413):1-12 White EV, Gatersleben B. 2011. Greenery on residential buildings: Does it affect preferences and perceptions of beauty. Scieverse Science Direct. Journal of Environmental Psychology (31):89-98. Yeh Y. 2010. Green Wall - The Creative Solution in Response to The Urban Heat Island Effect. International Students Summit [internet].[diunduh 2013 Februari 6]. Tersedia pada: http://www.nodai.ac.jp/cip/iss/english/9th_iss/fullpaper/3-14nchu-yupengyeh.pdf
35
LAMPIRAN Lampiran 1 Jenis perwakilan tanaman yang digunakan Konsep
Jenis Tanaman
K1
Rhaphidophora celatocaulis
K2
Ficus pumila
Gambar
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/File:Ficus_pumila_(Leafs).jpg
K3
Hedera Helix
Sumber: http://pixabay.com/en/ivy-leaves-efau-leaves-green55892/
K4
Epipremnum aureum
Sumber: http://www.photomazza.com/?Scindapsus-aureus
36 Lampiran 1 Lanjutan Konsep K5
Jenis Tanaman
Gambar
Mandevilla sp.
Sumber: http://www.sansonesfarmmarket.com/storage/Mandevilla.JPG?__SQUA RESPACE_CACHEVERSION=1339007832898
K6
Lagerstroemia floribunda
37 Lampiran 2 Kuisioner SBE untuk Mahasiswa Arsitektur Lanskap KUISIONER PENELITIAN Evaluasi Estetika Green Facade Pada Rumah Tinggal Oleh: Dyah Ayu Mustikasari (A44090083) IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin :(L/P) 2. Arsitektur Lanskap Semester : ........................ PENILAIAN KUALITAS ESTETIKA VISUAL Skala Penilaian Responden Rendah
1
Sedang
2
3
4
5
Tinggi
6
K0
.........
K4
.........
K1
.........
K5
.........
K2
.........
K6
.........
K3
.........
7
8
9
10
Komentar mengenai green facade pada rumah tinggal .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... PENILAIAN SEMANTIK DIFERENSIAL Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang (X) seperti contoh pada kotak yang anda anggap sesuai dengan kesan yang ditangkap saat mengamati gambar yang disajikan. Contoh: BURUK
INDAH 3
2
1
Keterangan : 3 = sangat sesuai 2 = sesuai 1 = agak sesuai 0 = bukan kedua-duanya
0
1
2
3
38 Lampiran 3 Kuisioner SBE untuk publik KUISIONER PENELITIAN Evaluasi Estetika Green Facade Pada Rumah Tinggal Oleh: Dyah Ayu Mustikasari (A44090083) IDENTITAS RESPONDEN 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Pekerjaan
:(L/P) : ........................ : ........................
PENILAIAN KUALITAS ESTETIKA VISUAL Skala Penilaian Responden Rendah
1
Sedang
2
3
4
5
Tinggi
6
K0
.........
K4
.........
K1
.........
K5
.........
K2
.........
K6
.........
K3
.........
7
8
9
10
Komentar mengenai green facade pada rumah tinggal .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... .................................................................................................................................... PENILAIAN SEMANTIK DIFERENSIAL Petunjuk Pengisian Berilah tanda silang seperti contoh pada kotak yang anda anggap sesuai dengan kesan yang ditangkap saat mengamati gambar yang disajikan. Contoh: INDAH
BURUK 3
2
Keterangan : 3= sangat sesuai 2= sesuai 1= agak sesuai 0= bukan kedua-duanya
1
0
1
2
3
39 Lampiran 4 Kuisioner Semantic Differential
40 Lampiran 5 Hasil perhitungan SBE oleh responden gabungan Mahasiswa Arsitektur Lanskap dan Publik Konsep
K0
Konsep
K1
Konsep
K2
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 4 13 16 22 23 12 11 4 0 0
CF 105 101 88 72 50 27 15 4 0 0 Jumlah Z Rataan Z
CP 1,000 0,962 0,838 0,686 0,476 0,257 0,143 0,038 0,005 0,005
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 3 7 17 27 23 23 4 1 0
CF 105 105 102 95 78 51 28 5 1 0 Jumlah Z Rataan Z
CP 1,000 0,995 0,971 0,905 0,743 0,486 0,267 0,048 0,010 0,005
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8
F 0 0 3 2 15 25 36 21
CF 105 105 105 102 100 85 60 24
CP 1,000 0,995 0,995 0,971 0,952 0,810 0,571 0,229
Z 1,773 0,987 0,484 -0,060 -0,652 -1,068 -1,773 -2,593 -2,593 -5,494 -0,610
Z 2,593 1,902 1,309 0,652 -0,036 -0,623 -1,668 -2,345 -2,593 -0,808 -0,090
Z 2,593 2,593 1,902 1,668 0,876 0,180 -0,744
41 Lampiran 5 Lanjutan Konsep K2
Konsep
K3
Konsep
K4
Konsep K5
Rating 9 10
F 3 0
CF 3 0 Jumlah Z Rataan Z
CP 0,029 0,005
Z -1,902 -2,593 4,574 0,508
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 1 2 11 16 33 19 19 3 1
CF 105 105 104 102 91 75 42 23 4 1 Jumlah Z Rataan Z
CP 1,000 0,995 0,990 0,971 0,867 0,714 0,400 0,219 0,038 0,010
Z
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 0 3 8 14 16 28 27 9 0
CF 105 105 105 102 94 80 64 36 9 0 Jumlah Z Rataan Z
CP 1,000 0,995 0,995 0,971 0,895 0,762 0,610 0,343 0,086 0,005
Rating 1 2 3
F 3 4 1
CF 105 102 98
CP 1,00 0,971 0,933
2,593 2,345 1,902 1,111 0,566 -0,253 -0,775 -1,773 -2,345 3,370 0,374
Z 2,593 2,593 1,902 1,255 0,712 0,278 -0,405 -1,368 -2,593 4,968 0,552
Z 1,902 1,501
42 Lampiran 5 Lanjutan Konsep
K5
Konsep
K6
Rating 4 5 6 7 8 9 10
F 3 11 6 29 21 20 7
CF 97 94 83 77 48 27 7 Jumlah Z Rataan Z
CP 0,924 0,895 0,790 0,733 0,457 0,257 0,067
Z 1,431 1,255 0,808 0,623 -0,108 -0,652 -1,501 5,259 0,584
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 3 2 2 5 13 18 22 20 14 6
CF 105 102 100 98 93 80 62 40 20 6 Jumlah Z Rataan Z
CP 1,000 0,971 0,952 0,933 0,886 0,762 0,590 0,381 0,190 0,057
Z
Konsep K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6
Rataan Z -0,610 -0,090 0,508 0,374 0,552 0,584 0,495
Nilai SBE 0 52 112 98 116 119 111
1,902 1,668 1,501 1,204 0,712 0,229 -0,303 -0,876 -1,579 4,459 0,595
43 Lampiran 6 Hasil perhitungan SBE responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap Konsep
K0
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 1 8 15 17 14 6 3 1 0 0
CF 65 64 56 41 24 10 4 1 0 0
CP 1,000 0,985 0,862 0,631 0,369 0,154 0,062 0,015 0,008 0,008
Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K1
Konsep
K2
Rating 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8
F CF 0,00 65,00 3,00 65,00 4,00 62,00 14,00 58,00 19,00 44,00 15,00 25,00 8,00 10,00 2,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah Z Rataan Z
F 0 0 3 2 14 17 21 7
CF 65 65 65 62 60 46 29 8
CP 1,000 0,992 0,954 0,892 0,677 0,385 0,154 0,031 0,008 0,008
CP 1,000 0,992 0,992 0,954 0,923 0,708 0,446 0,123
Z 2,160 1,087 0,334 -0,334 -1,020 -1,542 -2,160 -2,423 -2,423 -6,321 -0,702
Z 2,423 1,683 1,239 0,459 -0,293 -1,020 -1,870 -2,423 -2,423 -2,225 -0,247
Z 2,423 2,423 1,683 1,426 0,547 -0,135 -1,160
44 Lampiran 6 Lanjutan Konsep K2
Konsep
K3
Rating 9 10
F 1 0
CF 1 0 Jumlah Z Rataan Z
CP 0,015 0,008
Z -2,160 -2,423 2,624 0,292
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 1 2 7 13 24 11 6 1 0
CF 65 65 64 62 55 42 18 7 1 0
CP 1,000 0,992 0,985 0,954 0,846 0,646 0,277 0,108 0,015 0,008
Z
CF 65 65 65 63 56 49 36 16 3 0
CP 1,000 0,992 0,992 0,969 0,862 0,754 0,554 0,246 0,046 0,008
CP 65 63 59
CP 1,000 0,969 0,908
Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K4
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 0 2 7 7 13 20 13 3 0 Jumlah Z Rataan Z
Konsep K5
Rating 1 2 3
F 2 4 0
2,423 2,160 1,683 1,020 0,375 -0,592 -1,239 -2,160 -2,423 1,247 0,139
Z 2,423 2,423 1,870 1,087 0,687 0,135 -0,687 -1,683 -2,423 3,832 0,426
Z 1,870 1,327
45 Lampiran 6 Lanjutan Konsep
K5
Rating 6 7 8 9 10
F 3 16 16 8 3
CP 46 43 27 11 3
CP 0,908 0,862 0,708 0,662 0,415
Z 1,327 1,087 0,547 0,417 -0,214 3,719 0,413
CF 65 62 61 60 56 44 31 20 11 2
CP 1,000 0,954 0,938 0,923 0,862 0,677 0,477 0,308 0,169 0,031
Z
Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K6
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 3 1 1 4 12 13 11 9 9 2 Jumlah Z Rataan Z
Konsep K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6
Rataan Z -0,702 -0,247 0,292 0,139 0,426 0,413 0,312
Nilai SBE 0 46 99 84 113 112 101
1,683 1,542 1,426 1,087 0,459 -0,058 -0,502 -0,957 -1,870 2,811 0,312
46
Lampiran 7 Hasil perhitungan SBE responden publik Konsep
K0
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 3 5 1 5 9 6 8 3 0 0
CF 40 37 32 31 26 17 11 3 0 0
CP 1,000 0,925 0,800 0,775 0,650 0,425 0,275 0,075 0,013 0,013
CF 40 40 40 37 34 26 18 3 1 0
CP 1,000 0,988 0,988 0,925 0,850 0,650 0,450 0,075 0,025 0,013
CF 40 40 40 40 40 39 31 16
CP 1,000 0,988 0,988 0,988 0,988 0,975 0,775 0,400
Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K1
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 0 3 3 8 8 15 2 1 0 Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K2
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8
F 0 0 0 0 1 8 15 14
Z 1,440 0,842 0,755 0,385 -0,189 -0,598 -1,440 -2,241 -2,241 -3,287 -0,365
Z 2,241 2,241 1,440 1,036 0,385 -0,126 -1,440 -1,960 -2,241 1,578 0,175
Z 2,241 2,241 2,241 2,241 1,960 0,755 -0,253
47 Lampiran 7 Lanjutan Konsep K2
Konsep
K3
Rating 9 10
F 2 0
CF 2 0
CP 0,050 0,013
Z -1,645 -2,241 7,541 0,838
CF 40 40 40 40 36 33 24 16 3 1
CP 1,000 0,988 0,988 0,988 0,900 0,825 0,600 0,400 0,075 0,025
Z
CF 40 40 40 39 38 31 28 20 6 0
CP 1,000 0,988 0,988 0,975 0,950 0,775 0,700 0,500 0,150 0,013
CF 40 39 39
CP 1,000 0,975 0,975
Jumlah Z Rataan Z
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 0 0 4 3 9 8 13 2 1 Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K4
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 0 1 1 7 3 8 14 6 0 Jumlah Z Rataan Z
Konsep K5
Rating 1 2 3
F 1 0 1
2,241 2,241 2,241 1,282 0,935 0,253 -0,253 -1,440 -1,960 5,541 0,616
Z 2,241 2,241 1,960 1,645 0,755 0,524 0,000 -1,036 -2,241 6,090 0,677
Z 1,960 1,960
48 Lampiran 7 Lanjutan Konsep
Rating 4 5 6 7 8 9 10
F 0 1 3 13 5 12 4
CF 38 38 37 34 21 16 4
CP 0,950 0,950 0,925 0,850 0,525 0,400 0,100
Z 1,645 1,645 1,440 1,036 0,063 -0,253 -1,282 8,213 0,913
CF 40 40 39 38 37 36 31 20 9 4
CP 1,000 0,988 0,975 0,950 0,925 0,900 0,775 0,500 0,225 0,100
Z
Jumlah Z Rataan Z
Konsep
K6
Rating 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
F 0 1 1 1 1 5 11 11 5 4 Jumlah Z Rataan Z
Konsep Z K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6
Rataan Z -0,365 0,175 0,838 0,616 0,677 0,913 0,810
Nilai SBE 0 54 120 98 104 128 117
2,241 1,960 1,645 1,440 1,282 0,755 0,000 -0,755 -1,282 7,286 0,810
49 Lampiran 8 Uji lanjut Tukey terhadap beda nyata antara hasil nilai SBE oleh responden Mahasiswa Arsitektur Lanskap dengan publik Two-Sample T-Test and CI: SBE ARL; SBE MSY Two-sample T for SBE ARL vs SBE MSY
SBE ARL SBE MSY
N 7 7
Mean 78,9 88,8
StDev 41,7 46,1
SE Mean 16 17
Difference = mu (SBE ARL) - mu (SBE MSY) Estimate for difference: -9,9 95% CI for difference: (-61,6; 41,7) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -0,42 = 11
P-Value = 0,680
DF
50 Lampiran 9 Uji lanjut Tukey terhadap penilaian SBE konsep K2 dari responden Mahasiswa dan dari publik Two-Sample T-Test and CI: ARL K2; MSY K2 Two-sample T for ARL K2 vs MSY K2 ARL K2 MSY K2
N 65 40
Mean 6,17 7,200
StDev 1,28 0,911
SE Mean 0,16 0,14
Difference = mu (ARL K2) - mu (MSY K2) Estimate for difference: -1,031 95% CI for difference: (-1,594; -0,467) T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = -4,80 = 100
P-Value = 0,000
DF
51 Lampiran 10 Hasil uji lanjut Tukey terhadap hasil penilaian SBE oleh seluruh responden One-way ANOVA: K0; K1; K2; K3; K4; K5; K6 Source Factor Error Total
DF 6 728 734
S = 1,685
Level K0 K1 K2 K3 K4 K5 K6
SS 538,03 2067,39 2605,42
MS 89,67 2,84
R-Sq = 20,65%
N 105 105 105 105 105 105 105
Mean 4,400 5,429 6,562 6,210 6,667 7,029 6,724
StDev 1,757 1,453 1,255 1,479 1,530 2,114 2,026
F 31,58
P 0,000
R-Sq(adj) = 20,00% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev ---------+---------+---------+---------+ (--*--) (--*---) (---*--) (--*--) (---*--) (--*---) (--*--) ---------+---------+---------+---------+ 5,0 6,0 7,0 8,0
Pooled StDev = 1,685 Grouping Information Using Tukey Method K5 K6 K4 K2 K3 K1 K0
N 105 105 105 105 105 105 105
Mean 7,029 6,724 6,667 6,562 6,210 5,429 4,400
Grouping A A B A B A B B C D
Means that do not share a letter are significantly different. Tukey 95% Simultaneous Confidence Intervals All Pairwise Comparisons Individual confidence level = 99,67%
52 Lampiran 11 Grafik hasil penilaian Semantic Differential oleh seluruh responden
53 Lampiran 12 Nilai rata-rata Semantic Differential Kriteria Buruk – Indah Tekstur KasarHalus Tidak Menarik – Menarik Polos - Berwarnawarni Statis – Dinamis Sederhana – Kompleks Panas – Dingin Gelap – Terang Gersang - Teduh Kering – Segar Kabur – Jelas Tidak Harmoni – Harmoni Biasa – Unik Tajam – Lembut Kering - Lembab Sempit – Luas Klasik – Modern Renggang - Rapat Formal –Non Formal Tidak Seimbang – Seimbang Suram – Cerah Kaku – Lembut Tidak Bervariasi – Variasi
K0 3,71
K1 4,79
Konsep K2 K3 K4 5,30 5,37 5,62
4,39
3,72
3,80
3,87
3,85
3,74
3,65
3,11
4,73
5,28
5,30
5,36
5,71
5,97
1,97
3,44
3,43
3,92
4,07
6,46
6,51
2,55
4,59
3,95
4,64
4,70
5,48
5,88
2,03
3,52
3,63
4,15
4,80
5,59
5,74
2,45 5,96 2,37 2,66 4,90
3,90 4,77 4,21 4,63 4,69
5,50 3,30 5,38 5,44 4,73
4,76 4,93 4,88 5,13 4,87
5,15 4,60 5,03 5,34 4,86
4,99 5,31 5,14 5,70 5,02
4,93 5,38 4,83 5,45 4,93
3,30
4,35
5,00
4,97
5,05
5,39
5,16
2,08 3,58 2,50 5,05 4,72 2,94
3,94 4,55 4,13 4,45 4,62 3,49
4,19 4,78 5,39 4,02 4,53 5,14
4,79 4,29 4,56 4,50 4,91 3,63
5,14 4,37 4,95 3,73 5,11 4,50
5,47 4,72 4,92 3,89 4,56 5,33
5,82 4,58 4,70 4,40 4,70 3,37
2,58
4,17
3,86
3,98
4,01
5,05
4,94
4,00
3,88
4,99
4,91
5,00
4,64
4,23
5,48 2,09
4,85 4,43
4,14 4,62
5,02 4,23
4,90 4,48
5,89 5,51
5,78 5,21
2,20
4,51
4,16
4,93
5,22
5,94
6,16
K5 5,98
K6 5,78
54 Lampiran 13 Hasil uji lanjut Tukey terhadap kriteria Semantic Differential tekstur kasar dan tekstur halus, kabur dan jelas, dan klasik dan modern One-way ANOVA: TEKSTUR KASAR-HALUS versus KONSEP Source KONSEP Error Total
DF 6 728 734
S = 1,808
SS 38,07 2378,50 2416,57
MS 6,35 3,27
R-Sq = 1,58%
F 1,94
P 0,072
R-Sq(adj) = 0,76%
One-way ANOVA: KABUR-JELAS versus KONSEP Source KONSEP Error Total
DF 6 728 734
S = 1,453
SS 8,30 1537,70 1546,00
MS 1,38 2,11
R-Sq = 0,54%
F 0,66
P 0,686
R-Sq(adj) = 0,00%
One-way ANOVA: MODERN-KLASIK versus KONSEP Source KONSEP Error Total
DF 6 728 734
S = 1,671
SS 27,48 2032,84 2060,32
MS 4,58 2,79
R-Sq = 1,33%
F 1,64
P 0,133
R-Sq(adj) = 0,52%
55
GLOSARIUM B Balance
:
Prinsip desain berupa keseimbangan
C Comouflage (Kamuflase)
:
Contrast (Kontras)
:
Suatu metode yang memungkinkan sebuah organisme atau benda Perbedaan yang mencolok pada suatu pola atau unsur terhadap pola di sekitarnya
E Espalier
:
Estetika
:
F Fasad (Façade)
:
Formal
:
G Green Façade
:
Green Wall/Vertical Green
:
H Harmony
Sebuah kerangka berupa teralis untuk membentuk alur rambat tanaman pada dinding Kepekaan serta tanggapan manusia terhadap seni dan keindahan Suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan yang umumnya adalah bagian depan. Kata ini berasal dari bahasa Perancis, yang secara haraiah berarti “depan” atau “muka”. Suatu bentukan atau penampilan visual yang lebih teratur dan kaku Jenis penanaman pada bidang vertikal menggunakan tanaman merambat Konsep penanaman pada bidang vertikal
yang
Keselarasan antar elemen dengan lingkungannya.
I Intermediate
:
Suatu tingkatan yang berada di posisi menengah
K Klasik Konsep
: :
Suatu yang bergaya kuno/ sudah lama Rancangan atau ide yang memiliki komponen, unsur, ciri-ciri yang dapat diberi nama
L Living Wall Systems
:
Jenis penanaman pada bidang vertikal dengan menggunakan frame atau panel sebagai peletakan media tanaman
M Modern
:
Suatu yang terbaru dan dapat juga akibat pengaruh perkembangan zaman ataupun budaya luar
P Pattern
:
Pola pada suatu bidang
56 Persepsi
:
Merupakan proses yang dipergunakan oleh individu untuk memahami suatu objek
U Urban Heat Island
:
Suatu kondisi pemanasan pada area perkotaan akibat aktifitas dan lingkungan di perkotaan.
P Psychophysic
:
Cabang psikologi yang memperhatikan/fokus pada kuantiti hubungan antara ransangan fisik dan efek psikologi.
R Repitition
:
Rhytm
:
Pengulangan penggunaan elemen, dapat berupa pengulangan bentuk, warna, atau lainnya. Prinsip desain berupa irama, dimana penggunaan suatu elemen pada desain disusun secara berirama (berurutan).
S Scenic Beauty Estimation
:
Semantic Differential
:
Simulasi
:
W Wall vegetation
:
Metode pengukuran kualitas visual estetik dengan cara pemberian bobot nilai terhadap gambar. Metode ini diperkenalkan oleh Daniel dan Boster (1976). Teknik pengukuran psikologis yang dilakukan dengan mengukur penilaian seseorang menggunakan kata-kata dalam skala bipolar. Teknik ini diperkenalkan oleh Osgood sejak tahun 1957. Suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya Tanaman rambat tumbuh sendirinya yang umumnya biasa ditemukan pada bangunan yang sudah tua
57
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 1991. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Budi Saryanto dan Eny Rubiantini. Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 2003 di SDN Cipinang Melayu 04 pagi, Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 109 Jakarta pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan studi di SMAN 42 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di Institut Pertanian Bogor program studi Arsitektur Lanskap melalui jalur saringan nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). Selama menjalankan studi di IPB, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan diluar akademik antara lain menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan anggota dari Unit Kegiatan Mahasiswa Musik Agrikultur Xpression (UKM MAX). Penulis pernah mengikuti sayembara desain antara lain LPGE IPB (2011), Landmark Sumarecon Bekasi (2012), dan PARADESC UNPAR (2013). Selain itu penulis mengikuti berbagai seminar dan pelatihan yang mendukung kegiatan akademis. Penulis berkesempatan menjadi Asisten Praktikum mata kuliah Menggambar Sketsa dan mata kuliah Pengantar Seni dan Arsitektur untuk tahun ajaran 2012/2013.