Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
PENGARUH KINERJA KEUANGANPERUSAHAANTERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDITGOING CONCERN Indrawan Joko Kurnia
[email protected]
Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out whether profitability, liquidity, and solvability have significant influence to the provision of going concern audit opinion. The SPSS.20 statistics test instrument is used to carry out logistic regression analysis. The logistic regression analysis model shows that profitability has positive significant influence to the provision of going concern audit opinion, liquidity has negative and insignificant influence to the provision of going concern audit opinion, and solvability has positive and insignificant influence to the provision of going concern audit opinion. Keywords: profitability, liquidity, solvability, going concern audit opinion. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.Alat uji statistik SPSS.20 digunakan untuk melakukan analisis regresi logistik.Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa: profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern, dan solvabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Kata kunci: profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, opini auditgoing concern.
PENDAHULUAN Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan politik pada tahun 1998 sampai sekarang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan dunia bisnis di Indonesia. Perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan, sehingga banyak perusahaan yang gulung tikar tidak bisa meneruskan usahanya.Dampak dari memburuknya kondisi ekonomi tersebut mengakibatkan makin meningkatnya opini Unqualified Going Concern dan Disclaimer untuk penugasan auditor pada tahun 1998. Auditor tidak bisa lagi hanya menerima pandangan manajemen bahwa segala sesuatunya baik. Auditor memberikan penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan Church, 1996 dalam Januarti,2009). Auditor juga bertanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP, 2001).(Ross et al., 2002) menyatakan indikasi kebangkrutan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami financial distress, yaitu suatu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Financial distress akan menyebabkan perusahaan mengalami arus kas yang negatif, rasio keuangan yang buruk, dan kegagalan untuk membayar kewajiban. Pada
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
2
akhirnya, financial distress ini akan mengarah pada kebangkrutan perusahaan sehingga kelangsungan usaha perusahaan diragukan. Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investordankepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit, opini wajar tanpa pengecualian dari auditor menjamin angka-angka akuntansi dalam laporan keuangan yang telah diaudit bebas dari salah saji material. Going concern adalah kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya selama periode waktu pantas, yaitu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan (SPAP, 2001:341). Opini audit going concern merupakan opini yang dikeluarkan oleh auditor untuk memastikan apakah perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Apabila auditor meragukan perusahaan untuk melanjutkan usahanya, maka auditor harus menerbitkan opini audit going concern dalam laporan auditnya yang dicantumkan dalam paragraf penjelas atau sesudah paragraf pendapat.Opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Setelah opini yang diterbitkan tersebut, investor dapat menilai keadaan suatu perusahaan yang mana sangat bermanfaat sebelum melakukan keputusan investasi. Begitupun dengan pihak kreditur dalam mengambil keputusan untuk memberikan fasilitas kredit.Dampak negatif yang ditimbulkan akibat diterbitkan opini audit going concern terhadap perusahaan adalah turunnya harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan.Apabila perusahaan tidak segera mengambil tindakan penanganan maka kebangkrutan usaha akan benar-benar terjadi. Laba atau profit diperoleh daripendapatanbersih perusahaan dikurangidengan beban yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan(Keown et al., 1991). Jadi, laba merupakan hasilakhirkinerja perusahaan. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.(Brigham dan Houton, 2009) menyatakan profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitassalah satunya dihitung dengan analisa Return On Assets(ROA). ROA menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkanlaba dengan menggunakan total aset atau total aktiva yang dimiliki perusahaan dalam periode tertentu.Perusahaan yang memiliki nilai ROA yang negatif dalam periode waktu yang berurutan akan memicu masalah going concern karena ROA yang negatif artinya bahwa perusahaan tersebut mengalami kerugian dan ini akan mengganggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut, sebaliknya jika nilai ROA positif maka efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi. Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. (Brigham dan Houston, 2009) menyatakantingkat likuiditas dapat diukur dengan current ratio (rasio lancar). Current ratio yaitu kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan seluruh aset lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi current ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.Dalam hubungannya dengan likuiditas semakin kecil likuiditas, perusahaan kurang likuid sehingga tidak dapat membayar para krediturnya maka auditor kemungkinan memberikan opini audit dengan going concern.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
3
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh hutang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.(Munawir, 2002) menyatakan solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannnya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendeknya maupun kewajiban jangka panjangnya. Solvabilitas dapat dihitung dengan total debt to total asset ratio. Total debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan perusahaan beresiko, hal ini menyebabkan kreditur meminta imbalan semakin tinggi.Rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio solvabilitas ini, maka semakin pula menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kinerja keuangan perusahaan, yang terdiri dari profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas berpengaruh terhadap pemberian opini audit going concern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas terhadap pemberian opini audit going concern. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Agensi (Jensen dan Meckling, 1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya (agen) untuk melaksanakan sejumlah pekerjaan atas nama principal yang melibatkan pendelegasian beberapa wewenang pembuatankeputusan kepada agen. Agen diberi wewenang oleh pemilik untuk melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak mempunyai informasi dibandingkan pemilik. Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun agen diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri. Agen mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik. Tugas dari akuntan publik (auditor) memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh agen, dengan hasil akhir adalah opini audit. Masalah timbul ketika banyak terjadi kegagalan audit (audit failures) menyangkut opini going concern(Mayangsari, 2003). Beberapa penyebabnya antara lain, masalah selffulfilling prophecy yang mengakibatkan auditor enggan mengungkapkan status going concern dalam laporan audit. Hal ini terkait dengan kekhawatiran auditor tentang akibat opini going concern yang justru dapat mempercepat kegagalan perusahaan yang bermasalah. Namun di lain pihak, opini going concern yang diungkapkan dengan segera dapat mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah. Dengan demikian, hampir tidak ada panduan yang jelas atau hasil penelitian yang tersedia untuk dapat dijadikan acuan dalam menentukan opini audit going concern. Karena itu pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah. (Mutchler, 1984) menemukan bukti bahwa keputusan opini audit going concern sebelum terjadinya kebangkrutan secara signifikan berkorelasi dengan probabilitas kebangkrutan dan variabel lag laporanaudit serta adanya contrary information, seperti default. Jika default ini telah terjadi atau proses negosiasi untuk menghindari default tengah berlangsung, maka kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini auditgoing concern akan meningkat.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
4
Teori Signalling Teori signalling memberikan indikasi bahwa perusahaan akan memilih auditor berkualitas tinggi untuk menunjukkan kinerja superior mereka (Komalasari, 2004). (Scott dalam Komalasari, 2004) menyatakan manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabilia karakteristik perusahaan tidak bagus. Pendapat ini didasarkan dengan anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik-karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik. Auditing Menurut (Mulyadi, 2002) secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Menurut (Jusup, 2001) auditing atau pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa auditing adalah proses untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi sehingga dapat ditentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan memberikan pendapat mengenai kewajaran pernyataan tersebut. Dalam setiap audit baik audit pada perusahaan besar maupun pada perusahaan kecil selalu terdapat empat tahapan kegiatan (Jusup, 2001), berikut ini: (1) Penerimaan penugasan audit, (2) Perencanaan audit, (3) Pelaksanaan pengujian audit, dan (4) Pelaporan temuan. Auditor Auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia (Arens, 2003). Ditinjau dari sudut profesi akuntan publik, auditor adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut(Mulyadi, 2002).(Mulyadi, 2002) menggolongkan auditor menjadi tiga kategori, yaitu: (1) Auditor independen, (2) Auditor pemerintah, (3) Auditor intern. Tanggung Jawab Auditor Dalam SA Seksi 341 paragraf 03 dinyatakan bahwa auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam perioda waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI, 2001). SA Seksi 341 paragraf 04 menyatakan bahwa auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
5
keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan audit tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (SPAP, 2001). Opini Audit Dalam SA Seksi 110 paragraf 01 dijelaskan bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia (SPAP, 2001). Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan suatu usaha dalam mempertahaankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menetapkan bahwa ada keraguan yang pasti terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya sebagai going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified report atau disclaimer opinion. Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pengantar. (Mulyadi, 2002) menyatakan ragam pendapat tersebut, antara lain: pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku, pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion). Going Concern (Belkaoui, 1997)goingconcern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti.Dengan adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan perbankan) dalam jangka waktu pendek. (Rahayu, 2007) menyatakan bahwa istilah going concern dapat diinterpretasikan dalam dua hal, yang pertama adalah going concern sebagai konsep dan yang kedua adalah going concern sebagai opini audit. Sebagai konsep, istilah going concern dapat diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka panjang. Sebagai opini audit, istilah opini going concern menunjukkan auditor memiliki kesangsian mengenai kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Dalam SA Seksi 341 paragraf 01 dinyatakan bahwa kelangsungan hidup entitas dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya, informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan kegiatan serupa
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
6
yang lain (SPAP, 2001). Kelangsungan hidup suatu entitas selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen untuk membawa entitas tersebut untuk bertahan selama mungkin. Opini Audit Going Concern Auditor mempunyai tanggung jawab untuk mengevaluasi status kelangsungan hidup suatu perusahaan dalam setiap pekerjaannya (Ramadhany, 2004). Mengacu pada Statement On Auditing Standard No. 59 (AICPA dalam Januarti, 2009), auditor harus memutuskan apakah mereka yakin bahwa perusahaan klien akan bisa bertahan di masa yang akan datang. PSA29 paragraf 11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan suatu keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (bahasa penjelas lainnya) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor. Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat (MutchlerdalamRahayu, 2007). Profitabilitas (Keownet al., 1991) menyatakan bahwa profitabilitas adalah laba atau profit diperoleh dari pendapatan bersih perusahaan dikurangi dengan beban yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Jadi, laba merupakan hasil akhir kinerja perusahaan.Rasio profitabilitas merupakan salah satu alat untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono dan Agus, 2001). Return on assets adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Setelah mengetahui rasio ini, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan (Munawir, 2002). Likuiditas Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya.Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang dan persediaan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, perusahaan dapat menghitung rasio likuiditas. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya.(Munawir, 2002) menyatakan solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannnya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendeknya maupun kewajiban jangka panjangnya.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
7
Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian tentang opini audit going concern yang dilakukan di Indonesia antara lain dilakukan oleh (Hani et al., 2003) yang memberikan bukti bahwa rasio profitabilitas dan rasio likuiditas berpengaruh signifikan negatif terhadap penerbitan opini audit going concern. Penelitian (Kristina, 2012) menguji bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan semua varibel bebas berpengaruh negatif terhadap audit opini going concern. Penelitian (Mettani, 2012) menguji bagaimana pengaruh opini audit, kualitas auditor, profitabilitas,likuiditas dan solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa opini audit, profitabilitas,likuiditas dan solvabilitas berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern sementara kualitas auditor berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Model Penelitian Profitabilitas Opini Audit Going Concern
LikuiditLas Solvabilitas Gambar 1 Model Penelitian
Pengembangan Hipotesis Pengaruh profitabilitas dengan opini audit going concern. Tujuan dari analisa profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Return on asset (ROA) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi laba atau rugi bersih dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik, sehingga auditor tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi.(Mutchler, 1984) menemukan bahwa rasio ini berpengaruh negatif signifikan untuk memprediksi pembuatan keputusan opini going concern. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini auditgoing concern. Pengaruh likuiditas dengan opini audit going concern. Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibankewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. (Behn et al., 2001) membuktikan bahwa current ratio menunjukkan hasil negatif signifikan untuk memprediksi dikeluarkannya opini going concern. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit going concern.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
8
Pengaruh solvabilitas dengan opini audit going concern. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya. Solvabilitas mengacu pada jumlah pendanaan yang berasal dari utang perusahaan kepada kreditur. Rasio solvabilitas diukur dengan menggunakan rasio debt to total assets. Rasio solvabilitas yang tinggi dapat berdampak buruk bagi kondisi keuangan perusahaan. Semakin tinggi rasio solvabilitas ini, maka semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. (Masyitoh dan Adhariani, 2010) menemukan bahwa leverage berhubungan positif dengan pemberian opini audit going concern.Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H3 : Solvabilitas berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit going concern. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 20082012.Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: (1)Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari 2008, (2)Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama 5 (lima) tahun berturut-turut dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, (3)Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan memuat informasi yang lengkap selama tahun pengamatan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, (4) Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2008-2012. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode dokumentasiberupa laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel selama periode penelitian yaitu 2010-2012. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek Indonesia dan Website Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Profitabilitas Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang diterima. Dalam penelitian ini diukur dengan analisa rasio return on asset: Laba bersih ROA = -------------------x 100% Total aset b. Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Tingkat likuiditas dapat diukur dengan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
9
rasio likuiditas. Pada penelitian ini rasio likuiditas diukur dengan current ratio (rasio lancar).Current ratio (rasio lancar) yaitu kemampuan perusahaan memenuhui kewajiban jangka pendeknya dengan seluruh aset lancar yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus : Aset lancar CR = ---------------------------- x 100% Kewajiban lancar c. Solvabilitas Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utang yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya. Penelitian ini solvabilitas dihitung dengan rasio total debt to total asset, total debt to total asset ratio adalah rasio yang digunakan untuk menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: Total kewajiban DR= ---------------------------- x 100% Total aset Variabel Dependen Opini Audit Going Concern Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah pemberian opini audit going concern.Variabel pemberian opini audit going concern diukur dengan menggunakan variabel dummy. Dimana kategori 1 untuk perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dan 0 untuk perusahaan yang menerima opini audit wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, opini wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar dan tidak memberikan pendapat. Pengujian Hipotesis
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik karena variabel terikatnya yaitu opini audit going concern merupakan data kualitatif yang menggunakan variabel dummy (Sumodiningrat, 2007). (Ghozali, 2005) menyatakan bahwa regresi logistik digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya. Teknik analisis regresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2005) dan mengabaikan heteroskedastisitas (Gujarati, 2003). Pada penelitian ini regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern.Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam persamaan berikut: GC Ln = ----------α+ β1ROA+ β2CR+ β3DR+ e 1-GC Keterangan: GC Ln = ---------- : Opini audit going concern 1-GC
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
10
α
: Konstanta
β
: Koefisien regresi
ROA
: Profitabilitas
CR
: Likuiditas
DR
: Solvabilitas
e
: error
Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) Menilai kelayakan model regresi, (2) Menilai keseluruhan model (overall model fit), (3) Koefisien determinasi, (4) Tabel klasifikasi, (5) Koefisien regresi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu opini audit going concern (GC), return on asset (ROA), current ratio (CR) dan debt to asset ratio (DR). Tabel 1 Statistik Deskriptif
GC
N Statistic 30
Min. Statistic ,00
Max. Statistic 1,00
Mean Statistic 0,3000
Std. Deviation Statistic 0,46609
ROA
30
-20,05
13,80
2,3533
7,86552
CR
30
10,00
966,00
182,3000
228,54459
DR
30
7,00
70,00
45,3667
18,24448
Valid N (listwise)
30
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah responden (N) sebanyak 30. GC memiliki nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 1,00. Mean GC adalah 0,3000 dengan deviasi standar sebesar 0,46609.ROA memiliki nilai minimum sebesar -20,05 dan nilai maksimum sebesar 13,80. Mean ROA adalah 2,3533 dengan deviasi standar sebesar 7,86552.CR memiliki nilai minimum sebesar 10,00 dan nilai maksimum sebesar 966,00. Mean CR adalah 182,3000 dengan deviasi standar sebesar 228,54459.DR memiliki nilai minimum sebesar 7,00 dan nilai maksimum sebesar 70,00. Mean DR adalah 45,3667 dengan deviasi standar sebesar 18,24448. Analisis Regresi Logistik a. Pengujian Kelayakan Model Regresi. Tabel 2menunjukkan hasil uji Hosmer and Lemeshow. Tabel 2 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Step
Chi-square
Df
Sig.
1
9,115
8
0,333
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi uji Hosmer and Lemeshow menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya, karena tidak ada perbedaan yang nyata antara
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
11
klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya. b. Pengujian Keseluruhan Model (Overall Model Fit).Tabel 3 menunjukkan perbandingan nilai antara -2LogLikelihood (-2LL) pada awal (Block number = 0) dengan nilai 2LL akhir (Block number = 1).Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal ( Block 0=Beginning Block) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block 1: Method=Enter). Tabel 3 Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir
36,652 28,856
-2 LL awal (Block number = 0) -2 LL akhir (Block number = 1)
Tabel di atas menunjukkan bahwa adanya pengurangan nilai antara -2LL awal dengan nilai 2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Nilai likelihood (-2LL) awal adalah sebesar 36,652. Setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai likelihood (-2LL) akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 28,856. Penurunan likelihood (-2LL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data. c.Koefisien Determinasi. Tabel 4 menunjukkan uji koefisien determinasi.Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabledependen.Nilai koefisien determinasi merupakan modifikasi dari koefisien Nagel Karke untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Nagel Karke R2 dengan nilai maksimumnya. Tabel 4 Uji Koefisien Determinasi Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1
28,856a
0,229
0,324
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,324 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 32,4%, sedangkan sisanya sebesar 67,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. d. TabelKlasifikasi. Tabel 5 menunjukkan tabel klasifikasi. Tabel klasifikasi menunjukkankekuatan prediksidari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat. Tabel 5 Tabel Klasifikasi Predicted Observed 0,00
GC 0,00 19
1,00 2
Percentage Correct 90,5
1,00
5
4
44,4
GC Step Overall Percentage
76,7
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
12
Tampilan dalam tabel tersebut menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern adalah sebesar 90,5%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 19 perusahaan (90,5%) yang diprediksi akan menerima opini audit going concern dari total 21 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan menerima opini audit non going concern adalah 44,4%. Hal ini berarti bahwa dengan model regresi tersebut, terdapat sebanyak 4 perusahaan (44,4%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern dari total 9 perusahaan yang menerima opini audit non going concern. e. Pengujian Koefisien Regresi. Berikut adalah koefisien regresi yang dihasilkan dari rgresi logistik antara variabel independen, yaitu: profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), dan solvabilitas (DR) terhadap variabel dependen pemberian yaitu opini audit going concern (GC): Tabel 6 Uji Koefisien Regresi
Step 1a
ROA CR DR Constant
B ,213 -,001 ,010 -2,125
S.E. ,101 ,003 ,036 2,183
Wald 4,474 ,045 ,073 ,947
Df 1 1 1 1
Sig. ,034 ,832 ,787 ,330
Exp(B) 1,238 ,999 1,010 ,119
Variabel rasio profitabilitas (ROA) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,213 dengan tingkat signifikansi 0,034 yang lebih kecil dari α 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Untuk variabel rasio likuiditas (CR) menunjukkan koefisien negatif sebesar -0,001 dengan tingkat signifikansi 0,832 lebih besar dari α 0,05 atau 5%. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Untuk variabel rasio solvabilitas (DR) menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi 0,787 lebih besar dari α 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan rasio solvabilitas (DR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. PEMBAHASAN a. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern.Berdasarkan hasil analisis regresi logistik yang telah dilakukan, diperoleh bahwa rasio profitabilitas (ROA) menunjukkan koefisien positif sebesar 0,213 dengan tingkat signifikansi 0,034 lebih kecil dari α 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio profitabilitas (ROA), maka kinerja perusahaan semakin baik dengan ditunjukan memiliki laba yang tinggi. Sebaliknya, apabila semakin kecil rasio profitabilitas (ROA), maka kinerja perusahaan semakin buruk dengan ditunjukkan dengan mengalami kerugian. b. Pengaruh Likuiditas terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern.Berdasarkan hasil analisis regresi logistik yang telah dilakukan, diperoleh bahwa rasio likuiditas (CR) menunjukkan koefisien negatif sebesar -0,001 dengan tingkat signifikansi 0,832 lebih besar dari α 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan rasio likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hal ini disebabkan karena hasil dari analisis current ratio menunjukkan hasil rata-rata sebesar 182,3% yang artinya lebih besar dari 100%. Artinya, dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh dengan pemberian opini audit going concern.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
13
c. Pengaruh Solvabilitas terhadap Pemberian Opini Audit Going Concern.Uberdasarkan hasil analisis regresi logistik yang dilakukan, diperoleh bahwa variabel rasio solvabilitas (DR) menunjukkan koefisien positif sebesar 0,010 dengan tingkat signifikansi 0,787 lebih besar dari α 0,05 atau 5%. Jadi, dapat disimpulkan rasio solvabilitas (DR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.Jadi, dapat disimpulkan rasio solvabilitas (DR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar rasio solvabilitas (DR), maka semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1)Variabel rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan. Dengan demikian semakin besar rasio profitabilitas menunjukkan bahwa kinerja perusahaan semakin baik dan sebaliknya apabila semakin rendah rasio profitabilitas maka perusahaan tidak efektif dalam mengelola aktiva perusahaan sehingga auditor tidak memberikan opini audit going concern pada perusahaan yang memiliki laba tinggi; (2)Variabel rasio likuiditas (CR) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Hubungan likuiditas dengan opini audit yakni semakin kecil likuiditas, perusahaan kurang likuid karena banyak kredit macet sehingga opini audit harus memberikan keterangan mengenai going concern;(3)Variabel rasio solvabilitas (DR) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemberian opini audit going concern. Hasil dari penelitian ini menunjukkan semakin tinggi rasio solvabilitas ini, maka semakin menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang buruk dan hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit going concern. Keterbatasan Keterbatasan utama yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa data sampel perusahaan yang digunakan terlalu sedikit dan tahun yang digunakan kurang dari 10 tahun, sehingga distribusi hasil analisis data kurang terdistribusi. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan perusahaan manufaktur dengan tahun penelitian minimal selama 10 tahun. Saran Saranyang dapat dikemukakan untuk kepentingan lebih lanjut sebagai berikut: (1) Penelitian ini hanya dilakukan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar diBursa Efek Indonesia, penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan objek yang berbeda misalnya perusahaan sektor keuangan untuk memperoleh konsistensi hasil penelitian; (2) Penelitian selanjutnya disarankan menambah atau mengganti variabel independen selain profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas agar diperoleh pengaruh yang lebih kuat dari ketiga variabel tersebut terhadap variabel dependennya sehingga hasil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
14
penelitian akan lebih baik dalam memprediksi pemberian opini audit going concern secara tepat; (3)Menambah jumlah populasi dan sampel, semakin banyak jumlah perusahaan semakin baik dalam memprediksi pemberian opini audit going concern; (4) Bagi calon investor yang ingin berinvestasi disarankan untuk berhati-hati dalam memilih perusahaan yang akan di pilih dan mempertimbangkan opini yang diberikan oleh auditor; (5) Bagi manajemen perusahaan hendaknya mengenali sejak dini kondisi keuangan perusahaan yang terjadi, sehingga bila terjadi masalah yang serius dapat dilakukan upaya penyelamatan sejak awal; (6) Bagi auditor hendaknya mewaspadai kondisi keberlanjutan usaha auditee serta berhati-hati dalam memberikan opini going concern; (7) Bagi penelitian selanjutnya sebaiknya menambah periode pengamatan opini audit going concern sebanyak 10 tahun agar memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil yang mendekati kondisi sebenarnya. DAFTAR PUSTAKA Arens, A. 2003. Auditing dan Pelayanan Verifikasi: Pendekatan Terpadu (Judul Asli: Auditing and Anssurance Service: An Integrated Approach). Edisi Sembilan. Indeks. Jakarta. Behn, K. 2001. Further Evidence on the Auditor’s Going-Concern Report: The Influence of Management Plans. A Journal of Practice & Theory20 (1): 13-18. Belkaoui, A. 2006. Teori Akuntansi. Edisi Terjemahan. Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. Brigham, E. F. dan J. F. Houston. 2009. Fundamentals of Financial Management (Dasar-dasar Manajemen Keuangan). Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta. Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariant Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. McGraw-Hill. New York. Hani. dkk. 2003. Going-Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ. Simposium Nasional Akuntansi: 16-17. Ikatan Akuntan Indonesia, 2001. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat.Jakarta. Januarti, I. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Penerimaan Opini Audit Going concern (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Simposium Nasional Akuntansi: 4-6. Jensen M. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behaviour Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics3(4): 305-360 Jusup, A. 2001. Auditing (Pengauditan). Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Komalasari, A. 2004. Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxy Going Concern Terhadap Opini Auditor. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Universitas Lampung 2(9): 93105. Kristina, I. 2012. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Berkah Ilmiah Mahasiswa Akuntansi1(1): 47-51 Masyitoh, O. dan D. Adhariani. 2010. The Analysis of Determinants of Going concern Audit Report. Journal of Modern Accounting and Auditing 6(4): 26-37. Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Kualitas Audit dan Independensi terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya: 16-17. McKeown, J., J. F. Mutchler, dan W. Hopwood. 1991. Toward an Explanation of Auditor Failure to Modify the Audit Reports of Bankrupt Companies. Auditing: A Journal of Practice and Theory89(2): 1-13.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 5 (2014)
15
Mettani, N. 2012. Pengaruh Opini Audit, Kualitas Auditor, Profitabilitas, Likuiditas, Aktivitas Dan Solvabilitas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.Skripsi.Universitas Gunadarma. Depok. Mulyadi. 2002. Auditing. Buku 2. Salemba Empat. Yogyakarta. Munawir. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Andi. Yogyakarta. Mutchler, J. 1984. Auditor’s Perception of the Going-Concern Opinion Decision. A Journal of Practice and Theory3(2): 17-30. Rahayu, P. 2007. Assesing Going Concern Opinion: A Study Based On Financial And NonFinancial Informations (Empirical Evidence Of Indonesian Banking Firm Listed On JSX and SSX). Simposium Nasional Akuntansi X Makassar. Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress Di Bursa Efek Jakarta. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Ross. dan J. Jaffe. 2002. Corporate Finance. McGraw-Hill. New York. Sartono R dan Agus. 2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Sumodiningrat, G. 2007. Ekonometrika Pengantar. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta.