Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PENGARUH KELOMPOK PENDUKUNG (KP) IBU TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP ASI SERTA STATUS GIZI BALITA 6-24 BULAN THE INFLUENCE OF MOTHER’S SUPPORT GROUP TO KNOWLEDGE AND BEHAVIOR OF MOTHERS IN BREASTFEEDING AND COMPLEMENTARY BREASTFEEDING AND NUTRITION STATUS OF UNDERFIVES Devillya Puspita Dewi Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta Jl Laksda Adisucipto km 6,3 Depok Sleman Yogyakarta Email :
[email protected] ABSTRAK Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Pada bayi dan anak kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan, apabila tidak teratasi sejak dini akan berlanjut hingga dewasa. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) ikut memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia. Dengan betambah umur bayi, bertambah pula kebutuhan zat-zat gizi. Oleh karena itu mulai usia 6 bulan selain ASI bayi perlu mendapat MP ASI (Makanan Pendamping ASI) yang diberikan kepada bayi sampai umur 24 bulan. Upaya peningkatan gizi bayi/anak usia 0-24 bulan adalah melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan pada anak yang dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh kelompok pendukung (KP) ibu terhadap pengetahuan gizi dan perilaku ibu dalam pemberian ASI dan MP ASI serta status gizi balita 6 -24 bulan. Desain penelitian adalah cross sectional menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam dan kuantitatif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kasihan dan Puskesmas Banguntapan Kabupaten Bantul dengan subyek balita 6-24 bulan sejumlah 81 balita. Data yang diambil adalah identitas rerponden, pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian ASI dan MP ASI, data antropometri dan data asupan makan balita. Instrumen penelitian adalah kuesioner, timbangan dan alat ukur panjang badan. Hasil penelitian ini yaitu Skor pengetahuan ibu tentang ASI pada kelompok pendukung lebih tinggi dibandingkan pada non kelompok pendukung (p<0,05). Skor pengetahuan tentang MP ASI ada perbedaan antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung (p<0,05). Rerata skor perilaku ibu tentang ASI dan MP ASI tidak ada perbedaan antara kelompok pendukung dengan non kelompok pendukung (p>0,05). Rerata asupan energi antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung berbeda bermakna (p<0,05). rerata asupan protein kelompok pendukung lebih tinggi daripada kelompok non pendukung (p<0,05). Status gizi antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak ada beda (p>0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kelompok pendukung terhadap pengetahuan gizi ibu tentang ASI dan MP ASI, asupan energi dan asupan protein. Tidak ada pengaruh kelompok pendukung ibu terhadap perilaku ibu, dan status gizi balita. Kata kunci : Kelompok Pendukung, Pengetahuan Gizi, Perilaku, ASI Dan MP ASI, Status Gizi Balita
ABSTRACT Nutrition has a major role in human life cycle. Undernourishment in infants and children can cause growth and development disorders. When the problem is not resolved, it may persist in adulthood period. Breastfeeding also plays an important role in the development of 11
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
human quality. As infants grow, they need more nutrients. Therefore at the age of 6 months, apart from breast milk infants needs complementary breastfeeding until the age of 24 months. An effort that can be made to increase nutrition in infants of 0-24 months is improving community behavior in the supplementation of food for children that may be a part of major effort to improve nutrition. The objective of this study is to find out the influence of support group of mothers to knowledge and behavior of mothers in breastfeeding and complementary breastfeeding and nutrition status of children of 6-24 months. The study used both qualitative through interview and quantitative methods as well as cross sectional design. It was carried out at Kasihan and Banguntapan Health Center, District of Bantul. Subject consisted of 81 children of 6-24 months. Collected data included identity of respondents, knowledge and behavior of mothers in breastfeeding and complementary breastfeeding, anthropometric and food intake data of the subject. Research instruments consisted of questionnaire, weight and height scale. The results of this study that score of knowledge on breastfeeding in mothers of the support group in average was higher than in those of the non support group (p<0.05). Score of knowledge on complementary breastfeeding differed between the support group and the non support group (p<0.05). Average score of behavior of mothers in breastfeeding and complementary breastfeeding showed no difference between the support group and the non support group (p>0.05). Average intake of energy between the support group and the non support group differed significantly (p<0.05). Average score of protein intake of the support group was higher than the non support group (p<0.05). There was no difference in nutrition status between the support group and the non support group (p>0.05). we can conclude that there was influence of the support group to knowledge of mothers in breastfeeding and complementary breastfeeding, energy intake and protein intake. There was no influence of the support group to behavior of mothers and nutrition status of children. Keywords: Support Group, Knowledge, Behavior, Breastfeeding, Complementary Breastfeeding, Nutrition Status, Underfives PENDAHULUAN Masalah gizi kurang dan gizi buruk di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama. Gizi buruk dalam waktu lama pada balita dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada usia selanjutnya dan defisit tingkat kecerdasan. Masih tingginya prevalensi gizi buruk mempunyai implikasi bahwa Indonesia menghadapi risiko generasi yang hilang (loss of generation). Kondisi ini berpengaruh terhadap rendahnya kualitas manusia Indonesia (Depkes RI, 2005). Pemberian ASI (Air Susu Ibu) ikut memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia. Dengan betambah umur bayi, bertambah pula kebutuhan zat-zat gizi. Oleh karena itu mulai usia 6 bulan selain ASI bayi perlu mendapat MP ASI (Makanan Pendamping ASI) yang diberikan kepada bayi sampai umur 24 bulan (Depkes RI, 2005). Masalah gizi merupakan masalah yang komplek dan faktor penting yang mempengaruhinya adalah konsumsi zat gizi dan penyakit infeksi yang satu sama lain saling berhubungan. Faktor tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain yang disebut faktor tidak langsung antara lain pengetahuan tentang gizi, pendapatan keluarga, jumlah anak, produksi pangan, kebiasaan makan dan pelayanan kesehatan (Wonatorey, et.al., 2006). Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak secara langsung dan tidak langsung merupakan penyebab utama terjadinya gizi kurang pada anak, khususnya anak usia dibawah 2 tahun (baduta). Upaya peningkatan gizi bayi/anak usia 0-24 bulan adalah melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan pada anak yang dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi secara menyeluruh (Depkes RI, 2005). Berbagai upaya perbaikan gizi di kabupaten Bantul telah dilakukan yaitu penyuluhan gizi, pemberian suplemen zat gizi tertentu seperti zat besi dan vitamin A, pemberian MP ASI, pendampingan
12
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 gizi buruk dan kelompok pendukung (KP) ibu. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan mampu menurunkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang dari 12,58 %. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh kelompok Pendukung (KP) ibu terhadap pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian ASI dan MP ASI serta status gizi balita 6-24 bulan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua metode penelitian yaitu kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Lokasi penelitian adalah Puskesmas Kasihan dan Puskesmas Banguntapan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi adalah semua balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kasihan dan Puskesmas Banguntapan, dengan jumlah sampel 81 balita pada masing-masing kelompok yang mengikuti kegiatan Kelompok Pendukung (KP) ibu maupun yang tidak mengikuti kegiatan Kelompok Pendukung (KP) ibu. Penentuan sampel dengan menggunakan simple random sampling. Variabel bebas adalah Kelompok Pendukung (KP) ibu dan variabel terikat adalah pengetahuan gizi tentang ASI dan MP Asi, perilaku ibu tentang ASI dan MP ASI dan status gizi balita. Data yang dikumpulkan adalah identitas responden, pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian ASI dan MP ASI, data antropometri meliputi berat badan dan panjang badan, serta data tentang kegiatan KP ibu. Instrumen penelitian adalah kuesioner tentang pengetahuan dan perlaku ibu dalm pemberian ASI dan MP ASI, formulir recall makanan, timbangan dan alat pengukur tinggi badan. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan uji statistik independent t test dan chi square.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Responden Penelitian Karakteristik ibu pada kelompok pendukung dan non kelompok pendukung meliputi umur, pendidikan, pekerjaan ibu dan jumlah penghasilan keluarga (Tabel 1). Tabel 1 Gambaran Responden Penelitian Variabel Umur (th) (mean±SD) Pendidikan ibu Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Pekerjaan Tidak Bekerja POLRI/TNI/PNS Wiraswasta Petani Buruh Penghasilan
t/x2
p-value
28,83±5,716
1,919
0,57
10 (12,3) 19 (23,5) 43 (53,1) 9 (11,1)
11 (13,6) 22 (27,2) 42 (51,9) 6 (7,4)
-0,793
0,428
57 (70,4) 0 16 (19,8) 0 8 (9,9) 1.270.000 (±914.402,18)
58 (71,6) 0 8 (9,9) 0 15 (18,5) 1.460.000 (±2.284.752,75)
0,090
0,100
-0,123
0,902
KP
NON KP
30,62±6,147
Karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung. Pendidikan ibu pada kelompok pendukung tertinggi adalah tamat SLTA (53,1%) begitu pula pada non kelompok pendukung yang tertinggi juga tamat SLTA (51,9%), sehingga tingkat pendidikan ibu antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak ada beda (Tabel 1).
13
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Pekerjaan ibu tertinggi ibu tidak bekerja pada kelompok pendukung (70,4%) dan non kelompok pendukung (71,6%). Sedangkan untuk pendapatan antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung diatas satu juta rupiah. Karakteristik subyek penelitian meliputi jenis kelamin dan umur antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak berbeda (p>0,05), namun rerata umur subyek non kelompok pendukung lebih tua daripada subyek pada kelompok pendukung (Tabel 2). Pengetahuan dan Perilaku Ibu tentang ASI dan MP ASI Skor pengetahuan ibu tentang ASI pada kelompok pendukung mempunyai rerata yang lebih tinggi dibandingkan pada non kelompok pendukung. Skor pengetahuan ibu tentang ASI pada kelompok pendukung berbeda dengan non kelompok pendukung (p<0,05) (Tabel 2). Skor pengetahuan tentang MP ASI ada perbedaan antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung (p<0,05). Gambaran Subyek Penelitian Skor perilaku ibu tentang ASI dan MP ASI tidak ada perbedaan antara kelompok pendukung dengan non kelompok pendukung (p>0,05) (Tabel 2). Tabel 2 Gambaran subyek, pengetahuan dan perilaku ibu tentang ASI dan MP ASI
Variabel Jenis Kelamin (n,%) Laki- laki Perempuan Umur (bulan) Pengetahuan ASI MP ASI Perilaku ASI dan MP ASI p<0,05,
KP
Non KP
t/x2
p-value
39 (48,1) 42(51,9) 13,59±4,738
40 (49,4) 41 (50,6) 14,57±4,672
0,753
0,099
-1,319
0,189
87,29 (± 7,54) 88,80 (± 7,35)
84 (±8,18) 86 (±9,03)
-2,757 -1,942
0,006 0,045
73,67(±13,3)
70,08(±15,52)
1,574
0,117
Asupan Gizi Subyek Tingkat asupan makanan subyek dihitung dari asupan energi dan protein yang berasal dari ASI, MP ASI dan susu formula. Rerata asupan energi antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung berbeda bermakna (p<0,05). Sedangkan rerata asupan protein kelompok pendukung lebih tinggi daripada kelompok non pendukung (p<0,05) (Tabel 3). Status Gizi Subyek Status gizi subyek penelitian meliputi skor z BB/U, PB/U, BB/PB antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak ada perbedaan (p>0,05) (Tabel 3).
Variabel Asupan Energi Asupan Protein Skor Z BB/U Skor Z PB/U Skor Z BB/PB
Tabel 3. Asupan makan dan status gizi subyek KP Non KP t/x2 73,35 (±54,40) 61,36 (± 40,6) -1,538 104,71 (±91,19) 81,00 (±66,37) -2,263 -0,85 ± 0,875 -0,66±0,922 -1,374 -0,28±1,171 0,04±1,270 -0,276 -0,28±1,171 0,04±1,270 -1,629
p-value 0,014 0,025 0,171 0,789 0,105
Karakteristik responden antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung adalah sama, sehingga dapat diketahui kegiatan kelompok pendukung (KP) ibu mempunyai peran terhadap
14
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 pengetahuan gizi ibu, perilaku gizi ibu tentang pemberian ASI dan MP ASI serta status gizi balita usia 624 bulan atau tidak. Skor pengetahuan ibu tentang ASI dan MP ASI ada perbedaan antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung (p>0,05). Hal ini sesuai dengan tujuan dari kegiatan KP ibu yang dilakukan di kabupaten Bantul yaitu diskusi tentang inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP ASI) yang diharapkan dapat memberi pengetahuan terhadap ibu-ibu yang mengiikuti kegiatan KP ibu tersebut. Penelitian lain menunjukkan ibu balita yang mendapat konseling mempunyai pengetahuan lebih baik dibandingkan yang tidak mendapatkan konseling (Wonatorey,et.al, 2006). Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor pengetahuan ibu pada kelompok yang menerima penyuluhan model pendampingan lebih tinggi dibandingkan kelompok penyuluhan konvensional (Amir,et.al, 2008). Pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya. Rendahnya pendidikan menyebabkan berbagai keterbatasan dalam menerima informasi dan penanganan masalah gizi dan kesehatan, sekalipun di daerah tempat tinggalnya banyak tersedia bahan makanan (sayuran dan buah), serta pelayanan kesehatan yang memadai, yang dapat menyampaikan informasi tentang bagaimana mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi (Soehardjo, 2005). Berdasarkan hasil wawancara mendalam kegiatan kelompok pendukung yang dilakukan di kabupaten Bantul adalah kegiatan yang membahas tentang Inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga 2 tahun atau lebih dengan makanan pendamping ASI (MP ASI). Kegiatan kelompok pendukung pada dasarnya dapat meningkatkan pengetahuan ibu menjadi lebih baik. Tujuan kelompok pendukung adalah meningkatkan pengetahuan, memperjelas perubahan yang ingin dilakukan seseorang (Bensley dan Fisher, 2009). Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, poster, kerabat dekat, penyuluhan, pelatihan atau kursus. Penelitian di Bangladesh terhadap anak umur 4 – 27 bulan dengan perhatian terhadap tingkat pendidikan orang tua menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan memberikan anak mereka makanan tambahan lebih sering dan tempat lebih bersih dan terlindung dibandingkan ibu yang tidak berpendidikan bahkan setelah dikontrol dengan status sosial ekonomi (Brown, et.al. 1992) Pendidikan orang tua merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap status gizi. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya mempunyai pengetahuan yang tinggi, karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mudah untuk menyerap informasi. Faktor pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi. Pertemuan KP ibu diutamakan membahas isu-isu seputar menyusui, ASI dan pemberian makanan tambahan (MP ASI). Peserta KP ibu adalah ibu hamil dan ibu-ibu yang mempunyai balita tetapi kelompok ini terbuka apabila ada orang yang mempunyai keinginan untuk menambah pengetahuan. Skor perilaku antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak ada beda. Untuk mengubah perilaku seseorang membutuhkan beberapa faktor yang mendukung. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok pendukung adalah metode pendampingan dimana pada akhirnya dapat meningkatkan pengetahuan ibu menjadi lebih baik. Namun yang perlu dikaji lebih lanjut adalah retensi hasil dari kegiatan kelompok pendukung ibu yang diberikan. Berapa lama efek kegiatan tersebut terhadap berbagai parameter gizi belum pernah dilakukan dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merubah perilaku dalam pemberian ASI dan MP ASI pada anak usia 6-24 bulan. Beberapa penelitian lain sebelumnya dengan intervensi yang berbeda memberikan gambaran peningkatan perilaku yang bervariasi. Penelitian dengan intervensi pemberian pendidikan gizi pada murid SD, setelah dua minggu dapat meningkatkan perilaku ibu sebesar 11,53% (Zulkarnaen, 2006). Penelitian lain dengan memberikan intervensi penyuluhan dengan metode modul dan media audiovisual menunjukkan bahwa pada hasil postest 3 (setelah 6 minggu) pada kelompok dengan intervensi penyuluhan dengan modul terjadi peningkatan perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk sebesar 12,27%, sedangkan pada kelompok dengan intervensi penyuluhan dengan media audio visual mengalami peningkatan perilaku sebesar 10,45% (Rahmawati, 2007). Perilaku dipengaruhi oleh faktor predisposisi (predisposing factors) seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan nilai, faktor yang mendukung (enabling factors) yaitu ketersediaan sumber daya,
15
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 fasilitas kesehatan dan faktor yang mendorong (reinforcing factors) seperti sikap dan perilaku petugas (Green dan Kreuter, 1980). Penelitian lain menyatakan bahwa pemberian MP ASI di pedesaan tidak berhubungan dengan pengetahuan responden tentang ASI dan MP ASI (Fathurrahman, 2007). Untuk mempengaruhi perilaku, pengetahuan masih tergantung pada variabel lain seperti fasilitas, sikap, perilaku petugas dan tersedianya kesempatan untuk mempraktekkan perilaku tersebut. Asupan energi dan protein antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung ada perbedaan bermakna (p<0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian di Bangladesh menunjukkan pendidikan gizi melalui demonstrasi oleh pekerja desa dapat meningkatkan asupan energi pada anak kelompok perlakuan setelah 5 bulan intervensi. Asupan energi dan protein ada perbedaan antara kelompok pendukung dengan non kelompok pendukung. Asupan protein yang lebih tinggi sesuai dengan pengetahuan ibu yang lebih tinggi pada kelompok pendukung dibandingkan non kelompok pendukung. Kelompok orang dengan pengetahuan tinggi memiliki kecenderungan memilih bahan makanan sumber protein dan akan berusaha menyeimbangkan dengan kebutuhan gizi lain (Sulistyoningsih, 2011). Status pemberian ASI mempunyai efek terhadap perubahan konsumsi protein yang semakin baik. Penelitian lain menunjukkan bahwa pengetahuan gizi menentukan apa yang dimakan oleh anak karena pengetahuan mempengaruhi perilaku pemilihan makanan (Firdhani dan Gunanti, 2005). Asupan makanan dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pangan, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan perorangan. Asupan makan juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001). Status gizi antara kelompok pendukung dan non kelompok pendukung tidak berbeda. Keadaan ini menunjukkan bahwa perubahan status gizi membutuhkan beberapa faktor tidak hanya dengan penyuluhan. Status gizi dipengaruhi secara langsung oleh asupan makan dan penyakit infeksi, secara tidak langsung dipengaruhi oleh ketersediaan pangan dalam rumah tangga, pola pengasuhan, ketersediaan pelayanan kesehatan. Hal ini juga karena penelitian hanya dilakukan satu waktu sehingga tidak bisa mengetahui kondisi awal dan kondisi akhir dari kegiatan tersebut. Status gizi dipengaruhi secara langsung oleh asupan makan dan penyakit infeksi (Soetjiningsih, 1998). Status gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan penggunaan zat-zat gizi dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Penelitian tidak ada hubungan antara perilaku ibu dengan status gizi balita (Istiono,et.al. 2009). Berbeda dengan penelitian di Bangladesh menunjukkan pendidikan gizi melalui demonstrasi oleh pekrja desa dapat menekan penurunan skor Z BB/U, tetapi penurunan pada kelompok perlakuan lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol. Begitu juga dengan penelitian tentang pengaruh konseling gizi terhadap peningkatan berat badan anak di Brasil menyimpulkan bahwa konseling dan latihan gizi memiliki pengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan anak, perbaikan praktek pemberian makan anak dan ibu (Santos, et.al.2009) KESIMPULAN Ada pengaruh kelompok pendukung (KP) ibu terhadap pengetahuan gizi tentang ASI dan MP ASI serta asupan energi dan protein. Tidak ada pengaruh kelompok pendukung (KP) ibu terhadap perilaku tentang ASI dan MP ASI serta status gizi balita usia 6-24 bulan.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia. Amir A, Muis F, Suyatno .( 2008) Penyuluhan Model Pendampingan dan Perubahan Status Gizi Anak Usia 6 – 24 Bulan. Media Medika Indonesiana.;43 (3):148-154. Bensley dan Fisher.( 2009). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.. Brown LV, Zeitlin MF, Peterson KE, Chowdhury, Rogers BL, Weld LH, Gershoff. (1992). Evaluation of the Impact of Weaning Food Messages on Infant Feeding Practices and Child Growth in Rural Bangladesh. Am J Clin Nutr;: 56:994-1003.
16
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8 Departemen Kesehatan RI. (2005) Rencana Aksi Pencegahan dan Penaggulangan Gizi Buruk 2005-2009. Jakarta : Depkes RI. Fathurrahman. (2007). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP ASI pada Bayi 0-6 Bulan oleh Ibu-ibu di Pedesaan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Al ‘Ulum.;34(4): 39-43. Firdhani dan Gunanti. (2005). Pola Pemberian ASI, MP ASI dan Status Gizi Anak Usia 1-2 Tahun pada Keluarga Etnis madura dan Etnis Arab (Studi di Puskesmas Pegirian dan Puskesmas Perak Timur Surabaya). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan.;8(2): 90-99. Green and Kreuter. (1980). Health Promotion Planning an Educational and Environmental Approach, second edition. Mayfield Publishing Company, USA; : 87-150 Istiono W, Suryadi H, Haris M, Irnizarifka, Tahitoe AD, Hasdianda, Fitria, Sidabutar. (2009). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita. Berita Kedokteran Masyarakat. 25(3): 150-155. Rahmawati I, Sudargo T, Paramastri I.( 2007). Pengaruh Penyuluhan dengan Media Audio Visual terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Balita Gizi Kurang dan Buruk di Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.;4(2).69-77. Santos I, Victoria CG, Martines J, Goncalves H, Gigante D, Valle NJ, Pelto G. (2001). Nutrition Counseling Increases Weight Gain among Brazilian Children. Journal of Nutrition. 132:11811187. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :EGC. Soehardjo. (2005) Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta : Bumi Aksara.. Sulastri D, Masrul, Agus Z. (2000). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan. Majalah Kedokteran Andalas.. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Wonatorey D, Julia M, Adiyanti MG. (2006) Pengaruh Konseling Gizi Individu terhadap Pengetahuan Gizi Ibu dan Perbaikan Status Gizi Balita Gizi Buruk yang Mendapatkan PMT Pemulihan di Kota Sorong Irian Jaya Barat. Sains Kesehatan. 19(2):153-165. Zulkarnaeni, Castro T, Widodo US.( 2006). Pengaruh Pendidikan Gizi pada Murid Sekolah dasar terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Keluarga Mandiri Sadar Gizi di Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.;3(1) :29-33.
17