PENGARUH KARAKTERISTIK WIRAUSAHA TERHADAP KINERJA USAHA PENGOLAHAN TALAS DI WILAYAH BOGOR
RINI IRAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016 Rini Irawati NIM H34120101
ABSTRAK RINI IRAWATI. Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH. Bogor dikenal sebagai penghasil talas dan memiliki oleh-oleh khas yaitu talas. Hal tersebut memberikan peluang pengembangan Usaha Mikro, kecil, dan Menengah (UMKM) pengolahan talas di Wilayah Bogor. Saat ini, pelaku usaha pengolahan talas mampu memanfaatkan peluang tersebut dengan kreatif dan inovatif sehingga dapat menghasilkan produk olahan talas menjadi beraneka ragam. Dalam menjalankan usahanya, pelaku pengolahan talas diduga memiliki karakteristik wirausaha yang berpengaruh terhadap kinerja usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik wirausaha, kinerja usaha serta pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Alat analisis dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan jumlah responden pelaku usaha pengolahan talas sebanyak 30. Hasil dari penelitian, menunjukkan bahwa karakteristik wirausaha berpengaruh signifikan dengan koefisien yang positif terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Kata kunci: kreatif, inovatif, Partial Least Square (PLS)
ABSTRACT RINI IRAWATI. The Influence of Entrepreneurial Characteristics on Business Perfomance of Processing Taro In Bogor. Supervised by SITI JAHROH. Bogor is known as a producer of taro where taro also becomes typical sovenirs from Bogor. Hence it provides an opportinity for development of small and medium enterprises (SMEs) of processing taro in Bogor. At the present, businessmen of processing taro are able to take these opportunities creatively and innovatively where they can produce many kinds of taro product. In running their bussiness of processing taro, the businessmen are predicted to have entrepreneurial characteristics that affect their business performance. The aim of this study is to analyze entrepreneurial characteristics, performance of business, and the effect of entrepreneurial characteristics on business performance of processing taro in Bogor. This study used Partial Least Square (PLS) method with total of respondents is 30 businessmen of processing taro. The result showed that entrepreuneurial characteristics significantly influence business performance of processing taro in Bogor where as the coefficient was positive. Keywords: creative, innovation, Partial Least Square (PLS).
PENGARUH KARAKTERISTIK WIRAUSAHA TERHADAP KINERJA USAHA PENGOLAHAN TALAS DI WILAYAH BOGOR
RINI IRAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor. Penelitian dilaksanakan pada akhir Bulan Maret sampai Bulan Mei 2016, penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Siti Jahroh, PhD selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih kepada Dr.Ir. Anna Fariyanti, M.Si dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran yang membangun dalam penyusunan skripsi. Terima kasih kepada Ida Purnasih sebagai pembahas pada seminar hasil penelitian atas saran yang diberikan. Terima kasih kepada pemilik usaha pengolahan talas yang telah bersedia menjadi responden. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua khususnya mamah, kakak dan adik, keluarga besar Sukanda, dan Septian Fadilah yang telah memberikan doa, perhatian, semangat dan kasih sayang. Terima kasih kepada Agribisnis angkatan 49 serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan semangat dan dukungan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016 Rini Irawati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Kinerja Usaha Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Kerangka Operasional METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Metode Penentuan Responden Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan Data GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Bogor UMKM Gambaran Umum Pelaku Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik Usaha Uji Validitas dan Reliabilitas Model Indikator Karakteristik Wirausaha pada Pelaku Usaha Pengolahan Talas Indikator Kinerja Usaha Pengolahan Talas Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
1 1 5 6 6 6 7 7 7 8 8 8 13 16 16 16 16 16 16 18 18 20 22 25 25 26 28 30 33 36 38 38 39 42 46
DAFTAR TABEL 1 Jumlah dan penyerapan tenaga kerja berdasarkan usaha di Indonesia tahun 2011-2013 2 Produksi (ton) tanaman palawija di Kota Bogor tahun 2011-2014 3 Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah 4 Ciri-ciri dan watak wirausaha 5 Indikator karakteristik wirausaha dan indikator kinerja usaha 6 Jumlah UMKM di Kota Bogor pada tahun 2015 7 UMKM pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2015 8 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan jenis kelamin di Wilayah Bogor tahun 2016 9 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan usia di Wilayah Bogor tahun 2016 10 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan tingkat pendidikan formal di Wilayah Bogor tahun 2016 11 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan jumlah tenaga kerja di Wilayah Bogor tahun 2016 12 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan lama menjalankan usaha di Wilayah Bogor tahun 2016 13 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan bentuk usaha di Wilayah Bogor tahun 2016 14 Nilai AVE dan √AVE pada konstruk karakteristik wirausaha dan kinerja usaha 15 Nilai composite reliability dan cronbachs alpha pada karakteristik wirausaha dan kinerja usaha 16 Uji statistik pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor
2 3 9 10 18 20 21 25 25 26 27 27 28 29 29 36
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan kunjungan wisatawan Kota Bogor tahun 2010-2014 2 Kerangka pemikiran pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor 3 Path modelling partial least square 4 Produksi talas tahun 2011 – 2014 di Kota Bogor 5 Produksi talas tahun 2011 – 2014 di Kabupaten Bogor 6 Jumlah UMKM di Kota Bogor pada tahun 2015 7 Sebaran responden pengolahan talas di Kota Bogor tahun 2016 8 Sebaran responden pengolahan talas di Kabupaten Bogor tahun 2016 9 Produk olahan talas di Wilayah Bogor pada tahun 2016 10 Bagan proses produksi Lapis Talas Bogor 11 Hasil model PLS pelaku usaha pengolahan talas 12 Peningkatan pelanggan pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016 13 Peningkatan produksi pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016
3 15 17 19 19 21 22 22 23 24 28 33 34
14
Peningkatan profit pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016
35
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6
Hasil output partial least square pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor Uji statistik untuk indikator karakteristik wirausaha Uji statistik untuk indikator kinerja usaha Over view (Goodness of Fit Model) Uji statistik pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor Dokumentasi
42 42 43 43 43 44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai anggota ASEAN memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) bersama sembilan Negara ASEAN lainnya yaitu Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darusalam,Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja sejak 31 Desember 2015. Hal tersebut membuat arus keluar masuk barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja menjadi lebih mudah dan bebas sehingga membuat persaingan semakin ketat. Menurut Menteri Koperasi dan UKM yaitu Bapak AAGN Puspayoga terdapat tiga faktor yang harus diperkuat agar dapat meningkatkan daya saing dalam menghadapi MEA yaitu peningkatan sumber daya manusia, akses pembiayaan murah, dan kualitas produk1. Oleh karena itu, pemerintah telah membuat berbagai program seperti program pendampingan UMKM, penurunan suku bunga KUR (Kredit Usaha Rakyat), dan membuat badan standarisasi nasional. Suryana (2013) menyatakan bahwa wirausahawan akan menghadapi berbagai tantangan seperti persaingan global, pertumbuhan penduduk, pengangguran, tanggung jawab sosial, keanekaragaman ketenagakerjaan, etika, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, dan gaya hidup sehingga menuntut adanya kreatifitas dan keinovasian dari wirausahawan tersebut. Selain itu, dalam menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas pada UMKM tidak terlepas dari peran kewirausahaan karena semakin ketatnya persaingan akan membuat pelaku usaha untuk bertindak kreatif dan inovatif agar mampu bertahan sehingga peran kewirausahaan penting bagi suatu UMKM. Saat ini, Indonesia memiliki jumlah wirausaha sekitar 1.65 persen dari total jumlah penduduk2. Agar perekonomian Indonesia dapat berkembang lebih cepat maka dibutuhkan jumlah wirausaha lebih dari 2 persen dari jumlah penduduk 3 dan semakin besar jumlah wirausaha disuatu negara, semakin maju dan stabil perekonomian negara tersebut4. Pertambahan jumlah UMKM memiliki korelasi positif dengan pertambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan UMKM memiliki peranan strategis karena UMKM memiliki potensi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat, penyerapan tenaga kerja dan mampu meningkatkan kesejahteraan. Peran strategis dapat dilihat berdasarkan jumlah UMKM dan jumlah penyerapan tenaga kerja di Indonesia. 1
Aktual. 2016. Bersaing di MEA, Menkop Konsen Tiga Hal Dorong Daya Saing [Internet]. [diunduh 2016 Agustus 17]. Tertedia pada: http://www.aktual.com/bersaing-di-mea-menkopkonsen-tiga-hal-dorong-daya-saing/. 2 [Depkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2015. Wirausaha Maju Negara Sejahtera [Internet]. [diunduh 2015 Desember 23]. tersedia pada: http://www2.depkop.go.id 3 [Kemenkeu] Kementerian Keuangan. 2014. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean [Internet]. [diunduh 2015 Desember 23]. tersedia pada: www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/strategi%20pemberdayaan%20umkm.pdf 4 [Depkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2015. Wirausaha Maju Negara Sejahtera [Internet]. [diunduh 2015 Desember 23]. tersedia pada: http://www2.depkop.go.id
2
Pada Tabel 1, dapat diketahui jika jumlah UMKM setiap tahunnya mengalami peningkatan namun jika dipersentasikan maka UMKM di Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 tetap yaitu 99.99 persen. Dibandingkan dengan usaha besar maka UMKM merupakan unit usaha yang mendominasi di Indonesia. Peningkatan jumlah UMKM diimbangi dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja oleh UMKM dalam kurun waktu antara tahun 2011 sampai 2013. Namun bila dipersentasikan maka penyerapan tenaga kerja oleh UMKM mengalami penurunan pada setiap tahunnya dan rata-rata penyerapan tenaga kerja oleh UMKM sebesar 97.13 persen. Begitu pun dengan usaha besar mengalami peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja, namun bila dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap dapat diketahui jika UMKM mampu menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan usaha besar. Oleh karenanya keberadaan UMKM mampu membantu pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Sehingga secara umum keberadaan UMKM dapat menggerakkan perekonomian nasional dan secara khusus dapat menggerakkan serta meningkatkan perekonomian pelaku UMKM tersebut. Tabel 1 Jumlah dan penyerapan tenaga kerja berdasarkan usaha di Indonesia tahun 2011-2013 Indikator Usaha Mikro, kecil, Menengah (UMKM) Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Satuan
Tahun 2011
(%)
2012
(%)
2013
Unit
55 206 444
99.99 56 534 591
99.99
57 895 721
Unit Unit Unit
54 559 969 602 195 44 280
98.82 55 856 176 1.09 629 418 0.08 48 997
98.80 1.11 0.09
57 189 393 654 222 52 106
Unit Unit
4 952 55 211 396
0.01 4 968 100.00 56 539 559
Orang
101 722 458
Orang
Usaha Kecil Usaha Menengah
Usaha Besar Total Usaha Mikro, kecil, Menengah (UMKM) Usaha Mikro
(%) 99.99
98.78 1.13 0.09 0.01 5 066 0.01 100.00 57 900 787 100.00
97.24 107 657 510
97.16 114 144 082 97.00
94 957 797
93.35
99 859 517
92.76 104 624 466 92.00
Orang
3 919 992
3.85
4 535 970
4.21
5 570 231
4.90
Orang
2 844 669
2.80
3 262 023
3.03
3 949 385
3.46
Usaha Besar Orang 2 891 224 2.76 3 150 645 2.84 3 537 162 3.00 Total Orang 104 613 682 100.00 110 808 155 100.00 117 681 244 100.00 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia 2013
Umumnya UMKM dalam menjalankan kegiatan usahanya memanfaatkan sumberdaya lokal dalam menghasilkan produk5. Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yaitu Bogor telah memanfaatkan sumberdaya lokal yaitu talas dalam menghasilkan produk. Walaupun jumlah produksi talas di Indonesia belum 5
[Kemenkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengh Republik Indonesia. 2015. Peran usaha mikro, kecil dan menengah dalam pembangunan ekomoni nasional [Internet]. [diunduh 2016 Mei 30]. tersedia pada: http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/12/makalah42.pdf
3
tercatat pada tingkat nasional namun diketahui jika Indonesia sebagai produsen talas memiliki sentra produksi talas di Bogor6. Talas merupakan tanaman palawija kedua yang mendominasi di Kota Bogor setelah ubi kayu (Tabel 2). Selain itu, talas merupakan komoditas yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bogor. Tabel 2 Produksi (ton) tanaman palawija di Kota Bogor tahun 2011-2014 Tanaman Palawija
2011 4 883 2 692.60 1 454 562.06 64.06
Ubi kayu Talas Ubi jalar Jagung Kacang tanah
Tahun 2012 3 140.28 3 232.65 1 441 727.20 107.30
2013 2014 5 160 5 117 2 360 2 360 1 664 1 178 525.50 765 54.50 74
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor 2015
Lokasi Wilayah Bogor yang berdekatan dengan Ibukota Negara dan memiliki tempat wisata memberikan dampak positif terhadap bidang pariwisata. Dampak positif yang dapat terjadi yaitu meningkatnya wisatawan yang mengunjungi Bogor, wisatawan yang mengunjungi Bogor terdiri atas wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik. Wisatawan yang mendominasi Kota Bogor yaitu wisatawan domestik, perkembangan pada kunjungan wisatawan Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.
Jiwa 5000000 4500000 4000000 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0
4350930 3382222
1674524
1886555
2011
2012
Wisatawan
1566856
2010
2013
2014 Tahun
Sumber: Dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Bogor
Gambar 1 Perkembangan kunjungan wisatawan Kota Bogor tahun 2010-2014
6
Koswara S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 1: Pengolahan Umbi Talas [Internet]. [diunduh 2016 Juni 19]. tersedia pada: https://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wpcontent/uploads/2013/10/1-pengolahan-talas.pdf.
4
Meningkatnya kunjungan wisatawan mampu memperikan peluang bagi pelaku usaha untuk menyediakan buah tangan atau oleh-oleh bagi wisatawan yang telah mengunjungi Wilayah Bogor. Selain itu, Bogor telah sejak lama dikenal dengan oleh-olehnya yaitu talas dan umunnya dikenal dengan Talas Bogor. Sehingga talas merupakan komoditas yang potensial untuk dimanfaatkan oleh pelaku usaha dalam menghasilkan olahan talas sebagai oleh-oleh. Dulu wisatawan yang telah mengunjungi Kota Bogor akan menjadikan talas sebagai buah tangan dalam bentuk segar. Namun produk pertanian memiliki ciri khas yaitu a) perishable yaitu produk pertanian mudah busuk dan rusak, b) bulky yaitu membuat banyak tempat sehingga sulit dalam pemindahan produk, dan c) voluminous yaitu membutuhkan ruang atau tempat yang cukup besar. Sifat tersebut pun terdapat pada komoditas talas sehingga untuk mengatasi hal tersebut, pelaku usaha melakukan suatu inovasi dengan menciptakan produk olahan berbahan dasar talas. Produk olahan talas dapat tercipta karena terdapat potensi dan ciri produk pertanian pada komoditas talas. Maka untuk mengatasi hal tesebut, pelaku usaha melakukan suatu inovasi dengan mengubah talas segar menjadi olahan talas. Sehingga buah tangan khas Bogor tidak hanya tersedia dalam bentuk segar karena dengan kreatifitas dan inovasi yang dimiliki oleh pelaku usaha, saat ini tersedia oleh-oleh bogor yang terbuat dari olahan talas yaitu Lapis Talas Bogor. Awalnya olahan talas hanya Lapis Talas Bogor namun saat ini telah berkembang produk lain seperti mochi talas, brownies talas, pie talas dan olahan talas lainnya yang tidak kalah menarik perhatian wisatawan. Kreatifitas dan inovasi yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor merupakan salah satu ciri atau karakteristik wirausaha. Seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya memiliki ciri atau karakterisitik seperti kreatif, inovatif, berani mengambil risiko, berorientasi tugas dan hasil, dan lainnya. Karakteristik wirausaha tersebut terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas sehingga dapat membuat produk olahan talas dan produk olahan talas dapat dikenal oleh masyarakat luas sebagai oleh-oleh khas Bogor. Keberhasilan dalam menjalankan usaha dan mampu memperkenalkan produk olahan talas tidak terlepas dari peran pelaku usaha yang berada di Wilayah Bogor serta peran instansi terkait turut membantu dalam perizinan, promosi dan pelatihan. Fauziyah (2015) menyatakan bahwa keberhasilan usaha dapat dilihat dari perkembangan kinerja usaha pada periode waktu tertentu. Menurut Riyanti (2003), Kinerja merupakan salah satu cara untuk mengukur suatu keberhasilan usaha. Selain itu, kinerja dapat menjadi masukan untuk perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2016) menghasilkan bahwa karakteristik individu dan karakteristik psikologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha maka hal ini membuat penting untuk meningkatkan karakteristik karena karakteristik dapat menentukan kinerja usaha. Berdasarkan pada uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kinerja usaha pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dan diduga karakteristik yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas berperngaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas.
5
Perumusan Masalah Lapis Talas Bogor mulai dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 2012 dengan merek Lapis Talas Bogor Sangkuriang. Terciptanya produk tersebut karena pelaku usaha mampu melihat peluang yang ada yaitu kebiasaan masyarakat Indonesia ketika pergi ke suatu tempat akan membawa oleh-oleh untuk kerabat terdekat, oleh-oleh yang diberikan ialah Talas Bogor. Namun talas yang saat itu masih dalam bentuk segar menyulitkan untuk dibawa bepergian jauh sehingga pelaku usaha memiliki ide kreatif untuk mengubah talas segar menjadi produk Lapis Talas Bogor. Lapis Talas Bogor dapat dikenal luas karena bantuan dari pihak lain7. Awalnya lapis talas hanya memiliki satu varian namun kreatifitas yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor membuat varian rasa lapis talas menjadi beraneka ragam seperti full talas, tiramisu, durian, pandan, keju dan varian lainnya. Tidak hanya mengembankan varian rasa, namun pelaku usaha telah membuat produk olahan talas lainnya seperti Brownies Talas Bogor, pie talas, mochi talas, bakpao talas dan olahan talas lainnya. Kreatifitas dan inovasi yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas merupakan salah satu ciri dari karakteristik wirausaha yaitu keorisinilan yang terdiri dari kreatif dan inovatif. Selain itu, pelaku usaha memiliki ciri karakteristik wirausaha lainnya yaitu berorientasi tugas dan hasil. Ciri karakteristik dari berorientasi tugas dan hasil terlihat pada inisiatif yang dimiliki oleh pelaku usaha dalam memulai usaha dan menjalankan usaha. Saat ini, pelaku usaha Lapis Talas Bogor tidak hanya Sangkuriang karena dengan adanya peluang dan melihat keberhasilan Lapis Talas Bogor Sangkuriang dapat menginspirasi pelaku usaha pengolahan talas lainnya. Pelaku usaha lapis talas di Wilayah Bogor memiliki merek yang berbeda-beda yaitu Kujang Boga, La Talas, Talasia, Special Cake, Mimicici, Klasikukis dan merek lapis talas lainnya. Berbagai merek lapis talas tersebut memiliki varian rasa yang sama dan berbeda dengan merek lainnya dengan pencapaian hasil yang berbeda-beda. Tidak semua pelaku usaha lapis talas akan menuai keberhasilan karena terdapat pelaku usaha Lapis Talas Bogor memperoleh pencapaian hasil yang baik bila dilihat dari jumlah produksi serta omzet yang diperoleh. Namun terdapat pelaku usaha lain yang mengalami penurunan produksi dan omzet bahkan terdapat pelaku usaha yang harus menutup usahanya karena tidak mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis. Menurut Riyanti (2003), mengukur keberhasilan usaha dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu menilai kinerja. Berdasarkan uraian di atas, diduga karakteristik wirausaha berpengaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas. Sehingga, perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik pada pelaku usaha pengolah talas di Wilayah Bogor ? 2. Bagaimana kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor ? 7
Detik. 2015. Kisah Rizka Romadhona, Wanita di Balik Sukses Lapis Talas Bogor Sangkurian [Internet]. [diunduh 2016 Agustus 09]. Tersedia pada: http://wolipop.detik.com/read/2015/12/02/140545/3086004/1133/kisah-rizka-romadhona-wanitadi-balik-sukses-lapis-talas-bogor-sangkuriang
6
3. Bagaimana pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolah talas di Wilayah Bogor ? Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan karakteristik yang terdapat pada pelaku usaha pengolah talas di Wilayah Bogor. 2. Mendeskripsikan kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor ? 3. Menganalisis pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolah talas di Wilayah Bogor. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan serta dapat melatih kemampuan dalam menganalisis bagi peneliti. 2. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam perbaikan kualitas pada karakteristik pelaku usaha dalam menjalankan usaha sehingga mampu mewujudkan target pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. 3. Dapat dijadikan bahan referensi dan memberi wawasan baru dalam melakukan penelitian selanjutnya bagi pihak akademisi. 4. Dapat dijadikan sebagai bahan untuk pertimbangan dalam upaya mengembangkan karakteristik wirausaha pelaku usaha pengolah talas di wilayah Bogor bagi instansi terkait. Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, akan melakukan analisis pada pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di wilayah Bogor. Pelaku usaha pengolahan talas merupakan pelaku usaha pengolah talas yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor dan pelaku usaha pengolah talas di Wilayah Bogor. Alat analisis yang akan digunakan adalah analisis deskriptif dan PLS (Partial Least Square). Pengukuran pada karakteristik wirausaha akan dilakukan dengan enam indikator yaitu berorientasi ke masa depan, berorientasi tugas dan hasil, keorisinilan, kepemimpinan, percaya diri, dan pengambil risiko. Indikator kinerja usaha akan diukur dengan peningkatan produksi, peningkatan pelanggan, dan peningkatan profit.
7
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Wirausaha Berdasarkan pada kamus Poerwadarminta dalam Suryana (2013), karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain. Pelaku usaha dalam menjalankan usahanya tidak selalu memperoleh hasil yang sesuai dengan harapan sehingga terdapat pelaku usaha yang mengalami kegagalan dalam menjalankan usaha namun terdapat pula pelaku usaha yang memperoleh keberhasilan. Menurut Kasmir (2011) terdapat beberapa ciri wirausahawan yang berhasil yaitu memiliki visi yang jelas, inisiatif, berorientasi pada prestasi, berani mengambil risiko, kerja keras, bertanggung jawab, komitmen, dan memelihara hubungan yang baik dengan berbagai pihak. Saat ini, penelitian mengenai karakteritik wirausaha sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian mengenai karakteristik wirausaha yang pernah dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2014) pada pengusaha tempe di Kabupaten Bogor, karakterstik yang digunakan yaitu percaya diri, berorientasi hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi masa depan. Nurhayati et al. (2011) menyatakan bahwa karakteristik yang digunakan adalah karakteristik personal yang bersifat psikologis. Karakteristik tersebut adalah percaya diri, berani mengambil risiko, inovatif, ketekunan/kerja keras, bersemangat dan toleransi terhadap ketidakpastian. Mafiroh (2014) melakukan penelitian menggunakan enam indikator yaitu berorientasi masa depan, pengambilan risiko, inovatif, kerja keras, percaya diri, dan tanggung jawab. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berorientasi masa depan, inovatif, berani mengambil risiko, bekerja keras, dan percaya diri berhubungan terhadap keberhasilan usaha tanaman hias di Meruya Selatan. Sedangkan, karakter bertanggung jawab tidak berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan usaha tanaman hias. Pada ketiga penelitian terdahulu, diketahui jika karakteristik yang terdapat pada wirausaha tidaklah semua sama namun terdapat beberapa karakteristik yang sama yaitu percaya diri, pengambil risiko,dan inovatif. Kinerja Usaha Menurut Rue dan Byars 1997 dalam Riyanti (2003), mendefinisikan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan organisasi. Menurut suyudi dalam Nurhayati et al. (2011) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing untuk mencapai tujuan organisasri tersebut. Berikut beberapa penelitian mengenai kinerja usaha yaitu Sari (2016) dalam penelitian mengenai pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja UMKM gula aren di Kabupaten Lombok Barat dengan menentapkan 3 indikator kinerja yaitu pendapatan, keuntungan dan volume penjualan, Rahayu (2014) melakukan penelitian pada pengusaha tempe dengan menetapkan tiga indikator kinerja usaha yaitu produksi, omzet dan keuntungan, pemilihan ketiga indikator kinerja karena lebih mudah diukur (tangible), Puspitasari (2013) menetapkan indikator dari kinerha usaha
8
yaitu meningkatnya pendapatan, perluasan wilayah pemasaran, dan keunggulan bersaing, dan Fadholi (2014) melakukan penelitian pada pengrajin tempe di Kabupaten Grobokan menetapkan dua indikator kinerja usaha yaitu pertumbuhan usaha dan penerimaan usaha . Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Penelitian mengenai pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha telah dilakukan oleh beberapa peneliti, berikut penelitian yang pernah dilakukan yaitu Nurhayati et al. (2011) memperoleh hasil bahwa pengaruh karakteristik kewirausahaan dan kompetensi wirausaha terhadap kinerja wirausaha menunjukkan jika karakteristik (psikologis) kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja wirausaha. Sari (2016) penelitian mengenai pengaruh karakteristik kewirausahaan terhadap kinerja usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat memperoleh hasil bahwa karakteristik kewirausahaan berpengaruh secara nyata dan positif terhadap kompetensi kewirausahaan maupun kinerja usaha, namun karakteristik kewirausahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja usaha melalui kompetensi kewirausahaan.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Teoritis Kerangka teoritis digunakan untuk menjadi batasan-batasan teori sebagai landasan penelitian dalam menjawab setiap pertanyaan penelitian. Teori-teori yang digunakan diantaranya sebagai berikut : Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Definisi mengenai UMKM memiliki beberapa pengertian seperti Definisi UMKM berdasarkan pada Undang-Undang dan Badan Pusat Statistik. Definisi UMKM sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dijelaskan bahwa usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro yaitu memiliki asset maksimum Rp50 000 000 dan omzet maksimum Rp300 000 000. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil yaitu memiliki asset lebih dari Rp50 000 000 sampai Rp500 000 000 dan omzet lebih dari Rp300 000 000 sampai Rp2 500 000 000 dan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
9
maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang yaitu memiliki asset lebih dari Rp500 000 000 sampai Rp10 000 000 000 dan omzet lebih dari Rp2 500 000 000 sampai Rp50 000 000 000. Tabel 3 Kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah Uraian Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Kriteria Asset Maks. 50 juta > 50 juta – 500 juta > 500 juta- 10 miliar
Omzet Maks. 300 juta > 300 juta – 2.5 miliar > 2.5 miliar - 50 Miliar
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia
Berdasarkan pada Badan Pusat Statistik (BPS) definisi UMKM didasari pada kuantitas jumlah tenaga kerja. Usaha kecil merupakan suatu entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 5 sampai 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan suatu entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 20 sampai 99 orang. Wirausaha dan Kewirausahaan Bygrave (1994) dalam Alma (2009) wirausaha merupakan individu yang dapat melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Menurut Schumpter dalam Riyanti (2003) wirausaha memberikan keuntungan bagi masyarakat melalui Creative Destruction, yaitu mengubah produk-produk, proses-proses, gagasan-gagasan dan bisnis yang ada dengan produk, proses, gagasan, dan bisnis baru yang lebih baik dan menurut Meredith et al. (2000) wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk melihat dan menilai kesempatan, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat. Menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2013), menjabarkan bahwa kewirausahaan adalah proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan atau usaha. Menurut Drucker (1959) dalam suryana (2013) kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan tindakan inovatif demi terciptanya peluang. Menurut Ropke (2004) dalam Suryana (2013) menyakakan bahwa kewirausahaan adalah proses menciptakaan sesuatu yang baru dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang telah ada dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat. Rahasia kewirausahaan terdapat pada kreativitas dan keinovasian, dimana kreativitas merupakan kemampuan dalam mengembangkan ide dan cara-cara baru untuk memecahkan masalah dan menemukan peluang. Sementara, Keinovasian merupakan kemampuan dalam menerapkan kreativitas untuk memecahkan masalah dan menemukan peluang.
10
Karakteristik Wirausaha Menurut Suryana dan Bayu (2010), karakter dari kata latin kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya tools for marking, to engrave, dan pointed stake. Kata tersebut mulai digunakan kembali dalam bahasa perancis yaitu caractere dan kemudian masuk ke dalam bahasa inggris menjadi character selanjutnya menjadi bahasa Indonesia yaitu karakter. Karakter memiliki pengertian sebagai berikut (1) suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif, (2) reputasi seseorang, dan (3) seseorang yang memiliki kepribadian yang eksentrik. Karakter wirausah adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari orang lain. Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer 1993 dalam Suryana (2013) menyatakan bahwa terdapat tiga karakteristik kewirausahaan yang berhasil, yaitu : 1. Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas 2. Berorientasi pada prestasi, tercermin dalam pandangan dan tindakan terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana dan mengutamakan pengawasan. 3. Komitmen yang kuat kepada orang lain, seperti mengadakan hubungan bisnis dan mengadakan kontrak. Menurut Meredith et al. (2000), jika ingin menjadi seorang wirausaha maka perlu untuk memiliki dan mengembangkan ciri-ciri dan watak yang menjadi profil dari wirausaha, rincian ciri-ciri dan watak wirausaha terdapat pada Tabel 5. Tabel 4 Ciri-ciri dan watak wirausaha Ciri-Ciri Percaya Diri Berorientasi Tugas dan hasil
Pengambil Risiko Kepemimpinan
Keorisinilan Berorientasi ke masa depan
Watak Keyakinan, Ketidaktergantungan, individualitas, optimis Kebutuhan akan berprestasi, berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetic, dan inisiatif Kemampuan mengambil risiko, suka pada tantangan. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain, menanggapi saransaran dan kritik. Inovatif dan Kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa, mengetahui banyak. Pandangan kedepan , perseptif.
Sumber : Meredith et al. (2000)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik wirausaha adalah ciri, sifat , dan watak yang melekat pada seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya. Pada penelitian ini, karateristik wirausaha terdiri atas (1) Berorientasi ke masa depan, (2) Berorientasi pada tugas dan hasi, (3) Keorisinilan, (4) Kepemimpinan, (5) Percaya diri, dan (6) Pengambil Risiko.
11
Penentuan Keenam indikator karakteristik wirausaha diacu pada teori Meredith et al. (2000), mengenai ciri wirausaha yang telah digunakan pada banyak penelitian. Pengertian mengenai keenam indikator karakteristik wirausaha berdasarkan pada Meredith et al. (2000) dan Suryana (2003) adalah sebagai berikut : 1. Percaya diri Percaya diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualis dan ketidaktergantungan. Menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2003), seseorang yang memiliki percaya diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuan untuk mencapai keberhasilan. Orang yang memiliki percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan secara sistematis, berencana, efektif dan efisien. Selain itu, percaya diri dapat ditunjukan dengan ketenangan, ketekunan, kegairahan, kemantapan dalam melakukan suatu pekerjaan. Pada saat wawancara percaya diri terdiri atas keyakinan mengenai kemampuan yang dimiliki dan kualitas produk, ketidaktergantungan terhadap pihak lain dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi, serta optimisme. 2. Berorientasi tugas dan hasil Seseorang yang mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Pada kewirausahaan, peluang dapat diperoleh apabila ada inisiatif, berinisiatif adalah keinginan untuk mencari dan memulai dengan tekad yang kuat. Pada saat wawancara berorientasi tugas dan hasil terdiri dari inisiatif dalam menjalankan usaha, tekad kerja keras dengan terus mencoba walaupun mengalami kegagalan dalam membuat produk, dan kebutuhan akan prestasi mengenai produk yang dihasilkan sesuai keinginan pelanggan atau tidak. 3. Pengambil risiko Wirausaha merupakan pengambil risiko yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Saat memutuskan untuk mengambil suatu risiko, maka akan mengambil risiko yang realistis karena ingin berhasil. Setelah mengambil risiko, maka seorang wirausaha akan bersedia menerima tanggung jawab atas keputusan-keputusan yang telah dibuat, baik yang menguntungkan maupun tidak menguntungkan. Pada saat wawancara pengambilan risiko terdiri dari kemampuan mengambil risiko terkait usaha yang dijalankan secara realistis dan penuh dengan pertimbangan, dan menyukai tantangan. 4. Kepemimpinan Wirausaha yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil. Selain itu, seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Dengan kemampuan kreativitas dan inovasi yang dimiliki membuat wirausaha ingin menghasilkan barang atau jasa yang baru dan berbeda serta seorang wirausaha akan senang bergaul dengan banyak orang untuk mencari peluang dan terbuka terhadap kritik dan saran yang pada akhirnya akan dijadikan sebagai peluang. Pada hakikatnya, wirausaha adalah pemimpin karena harus mencari peluang, mencari sumberdaya manusia dan finansial, menentukan tujuan serta memimpin dan membimbing orang lain
12
untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini, kepemimpinan terdiri atas bertingkah laku sebagai pemimpin dalam memutuskan suatu hal dan membimbing karyawan, serta dapat bergaul dengan orang lain terutama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam usaha seperti karyawan, penyuplai bahan baku, pelanggan, dan pihak lain. 5. Keorisinilan Keorisinilan yang terdapat pada seorang wirausaha yaitu kreatif dan inovatif. Kreatif merupakan kemampuan untuk berpikir yang baru dan berbeda sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk bertindak yang baru dan berbeda. Keorisinilan terdiri dari kreatif dan inovatif dalam menciptakan ide-ide baru mengenai usaha , membuat varian dan produk baru. 6. Berorientasi ke masa depan Wirausaha yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat seorang wirauhasa tidak cepat puas dengan yang telah ada sekarang sehingga dengan kemampuan yang dimiliki maka akan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang telah ada saat ini. Berorientasi ke masa depan terdiri dari pandangan kedepan dengan membuat visi, misi, dan perencanaan dalam menjalankan usaha pengolahan talas. Kinerja Usaha Menurut Riyanti (2003), salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dengan menilai kinerja. Selain untuk mengukur keberhasilan suatu organisasi dalam kurun wantu tertentu, kinerja pun dapat menjadi masukan dalam memperbaiki atau meningkatkan kinerja suatu organisasi. Berdasarkan pada kamus besar bahasa Indonesia, kinerja merupakan sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Moeheriono dalam Sumantri (2013) menyatakan bahwa kinerja bisnis (business performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Menurut Kaplan dan Norton (1996) dalam Riyanti (2003) menyatakan bahwa pengukuran pada kinerja dilihat dari empat perspektif pengukuran, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan proses belajar dan pertumbuhan. Keempat perspektif tersebut tidak hanya mempertimbangkan kinerja finansial namun mempertimbangkan kinerja nonfinansial sehingga pengukuran kinerja dengan keempat perspektif tersebut lebih komprehensif. Menurut Riyanti (2003) keempat perspektif yaitu keuangan dapat dilihat dari pelipatan asset, pelanggan dan proses bisnis internal dapat dilihat dari peningkatan jumlah produksi, tingkat pemasaran, jumlah pelanggan, perbaikan kondisi fisik tempat kerja dan tingkat perluasan usaha, sedangkan proses belajar dan pertumbuhan dapat dilihat dari kepuasan. Menurut Day dalam Puspitasari (2013), menyatakan bahwa kinerja usaha meliputi (1) satisfaction atau kepuasan, kepuasan dimaksudkan dengan pihakpihak yang merasa terpuaskan dengan keberadaan perusahaan (2) loyality atau loyalitas merupakan kesetiaan pelangga terhadap produk yang telah dihasilkan
13
oleh perusahaan (3) market share atau pangsa pasar merupakan kemampuan dalam meningkatkan pasar (4) profitability atau peningkatan pendapatan yaitu ditandai dengan adanya peningkatan pada profit secara signifikan. Pada penelitian ini, kinerja usaha diukur dengan tiga indikator yaitu peningkatan produksi, peningkatan pelanggan dan peningkatan profit. Berikut pengertian pada tiga indikator kinerja usaha pada penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Peningkatan produksi Peningkatan produksi adalah peningkatan pada jumlah produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha pengolahan talas dalam kurun waktu satu tahun terakhir yakni pada Bulan April 2015 dan Bulan April 2016. 2. Peningkatan Pelanggan Peningkatan pelanggan adalah peningkatan jumlah reseller yang membeli produk olahan talas untuk dijual kembali dan peningkatan jumlah toko yang menjual produk olahan talas dalam kurun waktu satu tahun terakhir yakni pada Bulan April 2015 dan Bulan April 2016. 3. Peningkatan Profit Peningkatan profit adalah peningkatan keuntungan yang didapat oleh pelaku usaha pengolahan talas dalam menjalankan usahanya pada kurun waktu satu tahun terakhir yakni pada Bulan Maret 2015 dan Bulan April 2016. Kerangka Operasional Menurut Sudaryanto (2014) menyatakan bahwa UMKM merupakan sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia. Hal tersebut, dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa UMKM mampu menyerap tenaga kerja jauh lebih besar bila dibandingkan dengan usaha besar sehingga keberadaan UMKM di tengah masyarakat mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar serta dapat membantu mengatasi permasalah yang dihadapi pemerintah dalam menanggulangi tingkat pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan. Umumnya sebagian besar UMKM mengunakan sumberdaya lokal dalam menghasilkan suatu produk. Salah satunya pelaku usaha yang berada di Wilayah Bogor telah menggunakan sumberdaya lokal yaitu talas dalam menciptakan produk, pemanfaatan komoditas talas karena talas merupakan komoditas potensial diWilayah Bogor. Selain dikenal sebagai kota hujan, Bogor dikenal dengan oleholeh khas nya yaitu talas dan Bogor merupakan salah satu penghasil talas yang umum dikenal dengan Talas Bogor. Sebelumnya, oleh-oleh talas masih berbentuk segar namun dengan jiwa kewirausahaan dan karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas maka mampu menciptakan olahan talas yaitu Lapis Talas Bogor. Tahun 2012, Lapis Talas Bogor mulai dikenal oleh masyarakat luas sebagai oleh-oleh khas Bogor dan mulai bermunculan Lapis Talas Bogor dengan berbagai merek serta varian rasa yang berbeda-beda selan itu pelaku usaha pengolahan talas mampu menciptakan produk olahan talas lainnya yaitu mochi talas, brownies talas, dan olahan talas lainnya. Keberhasilan pada usaha pengolahan talas tidak terlepas dari peran pelaku usaha dan instansi terkait dalam membantu memperkenalkan produk olahan talas tersebut. Menurut Riyanti (2003) mengukur keberhasilan usaha dapat dilakukan dengan salah satu cara yaitu menilai kinerja
14
sehingga pada penelitian ini diduga karakteristik wirausaha memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas. Pada penelitian ini indikator pada karakteristik wirausaha mengacu pada Meredith et al. (2000) yaitu (1) Berorientasi ke masa depan, (2) Berorientasi tugas dan hasil, (3) Keorisinilan, (4) Kepemimpinan, (5) Percaya diri, dan (6) Pengambil risiko. Sedangkan kinerja usaha akan diukur dengan tiga indikator yaitu peningkatan produksi, peningkatan pelanggan, dan peningkatan profit yang dilihat dari perspektif pelaku usaha. Hipotesis Berdasarkan pada kerangka pemikiran maka penelitian ini akan menguji mengenai pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolah talas di Wilayah Bogor. Berikut hipotesis yang akan digunakan pada penelitian ini, yaitu : H0 :Karakteristik wirausaha pengolahan talas di Wilayah Bogor tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha. H1 :Karakteristik wirausaha pengolahan talas di Wilayah Bogor berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
15
1. UMKM memiliki posisi yang strategis dalam perekonomian di Indonesia. 2. Umumnya UMKM memanfaatkan sumberdaya lokal. 3. Kota Bogor telah dikenal sebagai salah satu daerah penghasil talas dan talas telah ditetapkan sebagai komoditas unggulan Kabupaten Bogor. 4. Pelaku usaha di Wilayah Bogor memiliki kreativitas dan inovatif pada komoditas talas dan mampu memperkenalkan produk olahan talas sebagai oleh-oleh khas Kota Bogor.
Diduga pelaku usaha memiliki karakteristik wirausaha yang berpengaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor
Kinerja Usaha 1. Peningkatan pelanggan 2. Peningkatan produksi 3. Peningkatan profit
Karakteristik Wirausaha 1. Berorientasi ke masa depan 2. Berorientasi tugas dan hasil 3. Keorisinilan 4. Kepemimpinan 5. Percaya diri 6. Pengambil risiko
1. Analisis Partial Least Square (PLS)
Rekomendasi
Gambar 2 Kerangka pemikiran pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor
16
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Wilayah Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Bogor merupakan daerah penghasil talas serta produk olahan talas merupakan oleh-oleh khas Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan mulai akhir Bulan Maret sampai Bulan Mei 2016. Metode Penentuan Responden Penelitian ini menggunakan 30 responden pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Menentukan responden pengolahan talas di Wilayah Bogor dilakukan menggunakan metode sampel nonprobability yaitu purposive sampling. Responden yang dipilih ialah pelaku usaha pengolahan talas yang terdaftar di Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, Dinas Kesehatan Kota Bogor dan pelaku usaha pengolahan talas di sekitar Wilayah Bogor dan telah menjalankan usahanya minimal satu tahun. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor menggunakan daftar pertanyaan yaitu kuesioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, Laporan kinerja beberapa dinas dan Badan Pusat Statistik. Selain itu, data sekunder juga diperoleh memalui literatur-literatur yang sesuai dengan penelitian ini seperti situs web resmi milik instansi terkait. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi lapang yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian menggunakan bantuan kuesioner dalam memperoleh data dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing responden. Saat melakukan pengisian kuesioner, peneliti akan melakukan pendampingan untuk mengantisipasi kesulitan atau kesalahpahaman responden dalam menjawab setiap daftar pertanyaan yang telah disediakan. Selain itu, pendampingan yang dilakukan saat pengisian kuesioner dimaksudkan agar memperoleh informasi lain yang lebih mendalam yang tidak terdapat pada kuisioner. Metode Pengolahan Data Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan kinerja usaha dan karakteristik
17
dari pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dengan membuat tabel serta diagram berdasarkan hasil dari wawancara menggunakan kuesioner dengan responden. Sedangkan, analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh dari karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software komputer yaitu Microsoft Excel 2007, SPSS 16 dan software SmartPLS 2.0. Analisis Deskriptif Menurut Sugiyono (2011), statistik deskriptif adalah menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah diperoleh tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Pada penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dan kinerja usahanya. Partial Least Square (PLS) Menurut Wold dalam Ghozali (2008), Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerfull karena tidak didasarkan banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi normal multivariate sehingga indikator dapat berupa skala nominal, kategorik, ordinal, interval dan rasio dapat digunakan pada model yang sama serta sampel tidak harus besar. Menurut Ghozali (2008) PLS dianggap sebagai model alternative dari covariance based SEM. SEM berbasis component atau variance yang dikenal dengan Partial Least Square banyak digunakan ketika terdapat keterbatasan pada asumsi jumlah sampel yang besar, data harus terdistribusi secara normal multivariate, indikator harus dalam bentuk refleksif, model harus berdasarkan pada teori dan adanya indeterminacy sehingga PLS dapat dijadikan sebagai solusi yang dapat dilakukan jika terdapat keterbatasan data tersebut tetapi tujuan menjadi sekedar memprediksi hubungan antar variabel. Selain itu, PLS dapat digunakan untuk mengkonfirmasi teori, menjelaskan ada atau tidak hubungan atar variabel laten serta dapat bertujuan untuk prediksi.
Gambar 3 Path modelling partial least square
18
Path modelling Partial Least Square pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel laten. Indikator-indikator yang mencerminkan karakteristik wirausaha dan kinerja usaha dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Indikator karakteristik wirausaha dan indikator kinerja usaha Variabel Laten
Karakteristik Wirausaha
Kinerja Usaha
Indikator BKM BTH KO KPM PD PR PPEL PPRO PPROF
Keterangan Berorientasi ke masa depan Berorientasi tugas dan hasil Keorisinilan Kepemimpinan Percaya diri Pengambil risiko Peningkatan pelanggan Peningkatan produksi Peningkatan profit
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Bogor Bogor merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat, Wilayah Bogor terdiri dari Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Kota Bogor memiliki luas wilayah seluas 11 850 Ha dan terdiri dari 6 kecamatan yaitu Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Utara, Bogor Tengah, Bogor Barat, dan Kecamatan Tanah Sereal dengan 68 kelurahan. Kota Bogor berada ditengah-tengah Kabupaten Bogor dengan batasan wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin. Sementara Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah seluas 298 838 304 Ha dengan batasan wilayah yaitu sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, sebelah barat daya berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang, sebelah utara berbatasan dengan Kota Depok, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta, sebelah timur laut berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah tenggara berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, dan sebelah tengah berbatasan dengan Kota Bogor. Tahun 2015, jumlah penduduk di Kota Bogor mengalami peningkatan 1.67 persen atau sebesar 17 202 orang sehingga jumlah penduduk Kota Bogor sebanyak 1 047 922 orang yang terdiri dari 532 018 laki-laki dan 515 904 perempuan dan pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor terserap oleh sektor perdagangan dan jasa-jasa. Sedangkan pada bidang pertanian, tanaman
19
palawija di Kota Bogor didominasi komoditas ubi kayu dan talas. Produksi talas tertinggi terdapat pada tahun 2012 yaitu sebesar 3 232.65 ton. Ton 3500 3000 2500 2000
Produksi (ton)
1500 1000 500 0 2011
2012
2013
2014
Tahun
Sumber : Dinas Pertanian Kota Bogor
Gambar 4 Produksi talas tahun 2011 – 2014 di Kota Bogor Budidaya talas tidak hanya dilakukan di Kota Bogor namun Kabupaten Bogor melakukan budidaya talas dibeberapa Kecamatan Seperti Kecamatan Dramaga, Tamansari, Cijeruk, Ciomas, dan Ciawi. Selain membudidayakan talas, Kabupaten Bogor pun telah menentapkan talas sebagai komoditas unggulan bersama dengan tiga komoditas lain yaitu Nanas Gati, Pisang Rajabulu, dan Manggis Raya. Keempat komoditas tersebut telah dirilis atau dilepas oleh Pusat Kajian Buah Tropika Institut Pertanian Bogor (PKTB-IPB) dan ditetapkan sebagai komoditas khas Kabupaten Bogor. Berikut produksi talas di Kabupaten Bogor pada tahun 2011 sampai 2014. Ton 13000 12500 12000 11500
Produksi (ton)
11000 10500 10000 9500 2011
2012
2013
2014
Tahun
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Bogor
Gambar 5 Produksi talas tahun 2011 – 2014 di Kabupaten Bogor
20
UMKM Tahun 2015, jumlah UMKM yang berada di Kota Bogor berjumlah 15 456 unit usaha dan meningkat sebesar 42.7 persen dari sebelumnya yaitu 10 832 unit usaha. Jika peningkatan dilihat berdasarkan pada tingkat kecamatan maka Kecamatan Bogor Barat merupakan Kecamatan yang memiliki peningkatan jumlah UMKM tertinggi diantara kecamatan lain di Kota Bogor. Peningkatan yang terjadi di Kecamatan Bogor Barat sebesar 2 198 unit usaha. Berikut rincian peningkatan jumlah UMKM yang berada di Kota Bogor. Tabel 6 Jumlah UMKM di Kota Bogor pada tahun 2015 Kecamatan Bogor Barat Bogor Selatan Bogor Tengah Bogor Timur Bogor Utara Tanah Sereal Total
Data UMKM
Data UMKM
(Awal) 2 366 2 580 1 702 1 030 1 904 1 250 10 832
(2015) 4 564 2 900 2 393 1 341 2 587 1 671 15 456
Peningkatan UMKM (%) 47.53 7.00 15.00 6.70 14.70 9.10 100.00
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor 2015
Pada penelitian ini, UMKM pengolahan talas banyak ditemui di Kota Bogor yang terdiri atas beberapa kecamatan seperti Kecamatan Bogor Barat dengan jumlah 11 pengolahan talas atau sebesar 36.67 persen, Kecamatan Bogor Timur sebesar 13.3 persen, Kecamatan Bogor Tengah sebesar 10 persen, Kecamatan Bogor Utara sebesar 10 persen, Kecamatan Tanah Sereal sebesar 6.7 persen dan sisanya 23.33 persen berada di Kabupaten Bogor yang terdiri dari Kecamatan Cibinong, Ciomas, Rancabungur, dan Sukaraja. Sehingga pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor tersebar di Kota Bogor sebesar 76.67 persen dan di Kabupaten Bogor sebesar 23.33 persen. Pada tahun 2015, UMKM di Kota Bogor menjalankan usaha dalam bidang perdagangan sebesar 45.4 persen, makanan sebesar 37.4 persen, jasa sebesar 9 persen, dan sisanya dibidang lain. Sementara UMKM yang mendominasi yaitu usaha mikro sebesar 78 persen atau 12 045 unit usaha dan disusul dengan usaha kecil dan usaha menengah.
21
4.80% 17.20% Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
78% Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor
Gambar 6 Jumlah UMKM di Kota Bogor pada tahun 2015 Berdasarkan pada turun lapang, diketahui jika pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor terdiri dari usaha mikro, kecil dan menengah. Selain itu, unit usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor mengalami perkembangan berdasarkan data turun lapang yaitu pada tahun 2012 sampai 2015 UMKM di Wilayah Bogor mulai mengalami perkembangan dengan total UMKM 19 unit. Berikut rincian UMKM pengolahan talas di Wilayah Bogor dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 UMKM pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2015 Usaha
Tahun 2002 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Total
Usaha Mikro 2 2
Usaha Kecil
Total Usaha Menengah
1 1 2 1 2 1 2 4 5 20
1 1 3 1 9
1 1
2 2 1 1 2 1 2 2 3 8 6 30
Berdasarkan pada Tabel 7, diketahui jika usaha pengolahan talas mengalami peningkatan dan usaha mikro merupakan usaha pengolahan talas yang mendominasi di Wilayah Bogor. Penentuan unit usaha didasari pada jumlah omzet dan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh usaha pengolahan talas. Usaha mikro masih mendominasi karena setelah tahun 2012 mulai bermunculan usaha pengolahan talas dan sebagian besar dimulai tahun 2014 sebanyak 8 unit usaha
22
dan tahun 2015 sebanyak 6 unit usaha sehingga usaha pengolahan talas masih tergolong baru. Selain itu, terdapat produk olahan talas sebagai pengembangan produk sehingga produk olahan talas tidak menjadi perhatian utama bagi beberapa pelaku usaha oleh karena itu, omzet yang diperoleh tidaklah tinggi. Gambaran Umum Pelaku Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor Penelitian ini dilakukan pada 30 responden pengolahan talas di Wilayah Bogor yang tersebar di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Berikut persebaran pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor pada Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 7 dan persebaran responden pengolahan talas di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar 8. Kec. Tanah Sereal Kec. Bogor Utara
Kec.Bogor Barat Kec. Bogor Timur
Kec. Bogor Tengah
Gambar 7 Sebaran responden pengolahan talas di Kota Bogor tahun 2016
Kec. Bojong Gede
Kec. Cibinong Kec. Sukaraja
Kec. Rancabungur
Kec. Ciomas
Gambar 8 Sebaran responden pengolahan talas di Kabupaten Bogor tahun 2016
23
Produk olahan talas Soes talas Simping talas Seupan talas Risol talas Pia talas Mochi talas Lapis talas Kerupuk talas Kembang goyang talas Kecimpring talas Egg roll talas Dodol talas Cokelat talas Burger talas Brownies talas Baso seafood talas Bakpao talas
Produk olahan talas
0
1
2
3
4
5
6
7
8 Jumlah responden
Gambar 9 Produk olahan talas di Wilayah Bogor pada tahun 2016 Berdasarkan pada Gambar 9, dapat diketahui jika produk olahan talas di Wilayah Bogor didominasi oleh Lapis Talas Bogor sebesar 23.33 persen atau 7 responden yaitu Kujang Boga, Talasia, Taleus, Mimicici, Special Cake, Klasikukis, dan La Talas. Masing-masing pelaku usaha memiliki varian rasa yang berbeda seperti lapis talas rainbow, lapis talas tiramisu, lapis talas pandan, lapis talas keju dan lainnya. Pada umumnya pembuatan Lapis Talas Bogor membutuhkan beberapa alat dan bahan baku. Alat yang digunakan adalah timbangan, mixer, pengukusan, loyang, sendok karet, sendok, dan pisau panjang. Bahan baku yang dibutuhkan adalah tepung talas atau pasta talas, tepung terigu, susu, gula, butter, margarine, baking powder dan telur. Adapun proses pembuatan Lapis Talas Bogor dapat dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap pertama, siapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan. Tahap kedua, seluruh bahan ditakar atau ditimbang sesuai takaran yang telah ditentukan oleh masing-masing pelaku usaha pengolahan talas. Tahap ketiga, bahan-bahan secara satu persatu dimasukan ke dalam wadah untuk disatukan atau diaduk sampai rata dengan mixer. Tahap keempat, adonan yang telah siap maka akan dimasukan dalam loyang yang telah diolesi dengan margarine sebanyak kurang lebih 1/4 tinggi loyang. Tahap kelima, adonan lapis talas akan dikukus selama kurang lebih 15 menit. Tahap keenam, setelah 15 menit maka adonan yang telah dikukus akan ditambah dengan adonan lagi dan dikukus kembali selama kurang lebih 30 menit, kemudian angkat setelah adonan matang. Tahap ketujuh, lapis talas yang telah matang akan diberi toping sesuai dengan varian rasa yang diinginkan misalnya lapis talas keju dilakukan dengan cara melapisi permukaan lapis talas dengan cream dan ditaburi oleh toping keju. Tahap terakhir yaitu pengemasan produk kedalam dus yang telah didesain khusus dan Lapis Talas Bogor siap untuk dipasarkan.
24
Penimbangan bahan
Pengemasan
Pengadukan atau mencampurkan bahan-bahan
Pemberian toping
Pengukusan
Gambar 10 Bagan proses produksi Lapis Talas Bogor Pada 7 pelaku usaha, rata-rata produksi Lapis Talas Bogor sebanyak 134 box per hari. Produksi tertinggi terdapat pada pelaku usaha special cake dengan produksi 400 box per hari dan jika hari libur produksi akan meningkat sekitar 550 box sehingga produksi perbulan sebesar 12 400 box per bulan dan produksi terendah terdapat pada klasikukis dengan jumlah produksi 20 box per hari atau 400 box per bulan. Peningkatan produksi tertinggi Lapis Talas Bogor terjadi pada pelaku usaha Talasia dengan peningkatan 150 persen dimana pada tahun 2015 produksi sebanyak 40 box per hari atau sekitar 1 040 box per bulan dan saat ini pada tahun 2016 produksi sebesar 100 box per hari atau 2 600 box per bulan dengan retur sekitar 5 persen per bulan. Produk yang dihasilkan umumnya akan dipasarkan di Wilayah Bogor dan beberapa pelaku usaha menjual produk diluar Wilayah Bogor seperti Jakarta, Depok, Tanggerang dan Bekasi. Sistem penjualan yang dilakukan yaitu sistem konsinyasi yaitu produk dititipkan ke setiap toko dan pembayaran sesuai jumlah produk yang terjual jika terdapat produk yang tidak terjual maka akan dikembalikan pada pelaku usaha, waktu penitipan produk berkisar antara 3 sampai 4 hari. Pada ketujuh pelaku usaha terdapat peningkatan jumlah pelanggan yang terdiri dari reseller dan toko, peningkatan pelanggan terjadi pada pelaku usaha Talasia dengan peningkatan 650 persen. Pada tahun 2015, pelaku usaha Talasia hanya memiliki reseller sebanyak 2 orang maka total pelanggan pada tahun 2015 yaitu 2 orang. Namun saat ini, pada tahun 2016 terdapat peningkatan pada jumlah reseller yaitu 3 orang sehingga jumlah reseller menjadi 5 orang dan toko berjumlah 10 unit sehingga total pelanggan pada tahun 2016 adalah 15 pelanggan. Profit yang telah ditetapkan oleh masing-masing pelaku usaha bervariasi mulai dari 11 persen sampai 55 persen dari HPP Lapis Talas Bogor dan rata-rata HPP Lapis Talas Bogor sebesar Rp21 000. Peningkatan profit tertinggi yang diperoleh pelaku usaha lapis talas terdapat pada pelaku usaha Talasia dengan peningkatan profit sebesar 147 persen dan penetapan keuntungan per box sebesar 30 persen dari HPP.
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Jenis Kelamin Penelitian dilakukan terhadap 30 responden pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Berdasarkan jenis kelamin diketahui jika responden pelaku usaha pengolahan talas didominasi oleh perempuan sebanyak 23 orang atau sebesar 76.70 persen dan responden laki-laki sebanyak 7 orang atau sebesar 23.30 persen dari total responden. Walaupun sebagian besar pelaku usaha pengolahan talas di dominasi oleh perempuan namun pelaku usaha terebut tidak hanya seorang diri dalam menjalankan usaha karena sebagian besar pelaku usaha akan dibantu oleh pasangannya baik dalam hal promosi, memberi pendapat untuk menjalankan usaha dan saat memutuskan suatu hal. Tabel 8 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan jenis kelamin di Wilayah Bogor tahun 2016 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jumlah ( Orang ) 7 23 30
Persentase (%) 23.30 76.70 100.00
Usia Pengelompokan usia pada responden dibagi menjadi empat kelompok dengan setiap kelompok memiliki jarak 10 tahun. Pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor sebagian besar berusia antara 31 sampai 40 tahun sebanyak 13 orang atau 43.40 persen dari total responden. Berikut rincian sebaran usia pelaku usaha pengolahan talas dapat dilihat pada Tabel 9. . Tabel 9 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan usia di Wilayah Bogor tahun 2016 Usia (Tahun ) 21-30 31-40 41-50 > 51 Jumlah
Jumlah (Orang ) 4 13 9 4 30
Persentase (%) 13.30 43.40 30.00 13.30 100.00
Pada penelitian ini, pelaku usaha rata-rata telah menjalankan usaha selama 4 tahun dan rata-rata usia pelaku usaha pengolahan talas di wilayah Bogor berkisar 41 tahun, sehingga rata-rata pelaku memulai usahanya ketika berusia
26
sekitar 37 tahun. Pelaku usaha pengolahan talas dengan usia temuda ialah 23 tahun dan usia tertua adalah 60 tahun. Menurut Staw 1991 dalam Riyanti (2003) menyatakan bahwa umumnya pria memulai usaha ketika berusia 30 tahun dan wanita 35 tahun. Berdasarkan hasil turun lapang, maka diketahui jika rata-rata pelaku usaha pria memulai usaha ketika berusia 32 tahun dan wanita memulai usaha ketika berusia 38 tahun. Tingkat Pendidikan Formal Berdasarkan pada tingkat pendidikan formal, diketahui jika pelaku usaha pengolahan talas memiliki tingkat pendidikan formal mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan formal terendah yaitu sekolah dasar dengan jumlah 2 orang dan tingkat pendidikan tertinggi yaitu perguruan tinggi dengan jumlah responden sebesar 19 orang atau 63.30 persen. Tabel 10 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan tingkat pendidikan formal di Wilayah Bogor tahun 2016 Tingkat Pendidikan Formal SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah ( Orang ) 2 6 3 19 30
Persentase (%) 6.70 20.00 10.00 63.30 100.00
Tingkat pendidikan formal pada perguruan tinggi terbagi menjadi tiga jenjang yaitu pascasarjana, sarjana dan diploma. Pelaku usaha yang telah menempuh pendidikan pascasarjana terdapat 2 orang, sarjana sebanyak 12 orang dan diploma sebanyak 5 orang. Pada jenjang pascasarjana dan sarjana, semua responden memilih jurusan yang tidak berkaitan dengan tata boga sedangkan pada jenjang diploma terdapat 1 responden yang mengambil jurusan pastry. Karakteristik Usaha Tenaga Kerja Pada Penelitian ini, tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku usaha, sebagian besar memiliki 1 tenaga kerja yaitu pemilik dari usaha pengolahan talas. Pengelompokan jumlah tenaga kerja diacu pada pengertian UMKM dari BPS. Berikut rincian jumlah tenaga kerja pada 30 responden pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor.
27
Tabel 11 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan jumlah tenaga kerja di Wilayah Bogor tahun 2016 Tenaga Kerja 1- 4 5-19 >19 Total
Jumlah (Orang) 19 10 1 30
Persentase (%) 63.40 33.30 3.30 100.00
Berdasarkan pada Tabel 11, diketahui jika pelaku usaha pengolahan talas memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 sampai 4 orang atau sekitar 63.40 persen dan jika dirata-rata, pelaku usaha memiliki 5 tenaga kerja dalam menjalankan usahanya. Pada satu unit usaha pengolahan talas pemberian gaji akan bervariasi, hal ini didasari oleh tugas masing-masing pekerja dan lama bekerja pada pelaku usaha pengolahan talas. Berdasarkan wawancara dengan pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor gaji paling rendah yang diterima oleh tenaga kerja sebesar Rp700 000 dan gaji tertinggi sebesar Rp 2 800 000. Lama Menjalankan Usaha Lama menjalankan usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor bervariasi mulai dari 1 tahun sampai 14 tahun namun rata-rata usaha pengolahan talas telah dijalani selama 4 tahunan dan pada umumnya pelaku usaha pengolahan talas baru menjalankan usahanya antara 1 sampai 2 tahun. Hal ini karena usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor tergolong masih baru karena produk olahan talas merupakan produk pengembangan dari usaha yang sedang dijalankan seperti Rafita’s Cake, Kedai Zuppa Soup , Saung kiray, mimicici dan Agroinstan. Selain produk pengembangan, terdapat juga pelaku usaha yang baru memulai usaha pengolahan talas dengan produk yang unik seperti lapis talas, burger talas, bakpao talas, egg roll talas, bakso talas dan produk lainnya. Berikut rincian lama menjalankan usaha pada 30 responden dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan lama menjalankan usaha di Wilayah Bogor tahun 2016 Lama Menjalankan Usaha (Tahun) 1–5 6-10 > 11 Total
Jumlah (Orang) 22 4 4 30
Persentase (%) 73.40 13.30 13.30 100.00
Berdasarkan Tabel 12, diketahui jika lama menjalankan usaha pengolahan talas didominasi antara 1 sampai 5 tahun sebesar 73.40 persen. Sebelum menjalankan usaha pengolahan talas, sebagian besar pelaku usaha pengolahan talas pernah menjalankan usaha sebelumnya yaitu sebanyak 76.70 persen. Keberadaan usaha sebelumnya terbagi menjadi dua yaitu masih berjalan sampai saat ini seperti restoran, toko kue dan minuman sari buah yang masih berjalan
28
sampai saat ini dan tidak berjalan lagi seperti olahan dari pisang dan usaha yang tidak berkaitan dengan makanan. Bentuk Usaha Bentuk usaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor sebagian besar berbentuk perseorangan dengan persentase sebesar 83.40 persen atau 25 responden dan 5 responden lain memiliki bentuk usaha seperti CV. Dwi Tunggal Cipta Usaha, PT. Sadina Mulia Sejahtera dan KWT ( Kelompok Wanita Tani ). Bentuk usaha KWT terdiri atas KWT Sawargi dan KWT Kenanga, masing-masing KWT memiliki produk olahan talas atas nama KWT namun berdasarkan pada turun lapang, produk KWT dijalankan oleh salah satu anggota tidak berdasarkan pada kelompok hanya jika ada kunjungan maka KWT akan memproduksi olahan talas secara berkelompok. Tabel 13 Sebaran responden pengolahan talas berdasarkan bentuk usaha di Wilayah Bogor tahun 2016 Bentuk Usaha Perseorangan CV PT KWT Total
Jumlah (Orang) 25 1 1 3 30
Persentase (%) 83.40 3.30 3.30 10.00 100.00
Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pada penelitian ini model PLS yang digunakan adalah model refleksif, sehingga uji validitas dan uji reliabilitas dilakukan dengan Tiga tahap, yaitu : 1. Convergent Validity Convergent Validity dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score. Menurut Ghozali (2008) Indikator dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0.70. Sehingga pada penelitian ini, indikator pada karakteristik wirausaha dan kinerja usaha dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0.70. Berikut hasil dari model PLS terdapat pada Gambar 11.
Gambar 11 Hasil model PLS pelaku usaha pengolahan talas
29
Berdasarkan pada Gambar 11, dapat diketahui bahwa indikator yang memiliki nilai outer loadings di atas 0.70 terdapat pada enam indikator karakteristik wirausaha dan tiga indikator kinerja usaha sehingga tidak ada indikator pada karakteristik wirausaha dan indikator pada kinerja usaha yang harus dihilangkan karena telah memenuhi kriteria convergent validity. Setelah memenuhi convergent validity selanjutnya model akan diuji pada tahap discriminant validity 2. Discriminant Validity Discriminant Validity dapat dinilai dengan membandingkan nilai akar kuadrat Average Variance Extracted ( 𝐴𝑉𝐸 ) setiap konstruk dengan korelasi antar konstruk dalam model. Jika nilai 𝐴𝑉𝐸 lebih besar dari pada korelasi antar konstruk maka model memiliki discriminant validity yang baik (Fornell dan Larcker dalam Ghozali, 2008). Pada model ini, nilai 𝐴𝑉𝐸 pada konstruk karakteristik wirausaha dan konstruk kinerja usaha lebih besar dari pada korelasi antar konstruk yaitu 0.89>0.632 dan 0.93>0.632. Oleh karena itu, semua konstruk dalam model penelitian ini memiliki nilai discrinimant validity yang baik. Tabel 14 Nilai AVE dan √AVE pada konstruk karakteristik wirausaha dan kinerja usaha
Karakteristik Wirausaha Kinerja Usaha
AVE
𝐴𝑉𝐸
0.789225
0.888383 0.929162
0.863343
3. Composite Reliability Composite Reliability dapat dinilai dengan composite reliability dan cronbachs alpha. Menurut Ghozali (2008) konstruk dikatakan reliabel jika nilai composite reliability dan cronbachs alpha di atas 0.70. Pada model ini, masing-masing konstruk memiliki nilai composite reliability dan cronbachs alpha di atas 0.70, berikut nilai composite reliability dan cronbachs alpha pada konstruk karakteristik wirausaha dan kinerja usaha (Tabel 15). Maka dapat diketahui bahwa model sudah reliabel oleh karena itu tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis dengan uji-t . Tabel 15 Nilai composite reliability dan cronbachs alpha pada karakteristik wirausaha dan kinerja usaha
Karakteristik Wirausaha Kinerja Usaha
Composite Reliability
Cronbachs Alpha
0.957073 0.949710
0.944752 0.918886
30
Indikator Karakteristik Wirausaha pada Pelaku Usaha Pengolahan Talas Pada penelitian ini, indikator karakteristik wirausaha merupakan indikator yang memperlihatkan ciri wirausaha pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Penelitian ini menggunakan 6 Indikator karakteristik wirausaha yaitu (1) Berorientasi ke masa depan (2) Berorientasi tugas dan hasil (3) Keorisinilan (4) Kepemimpinan (5) Percaya diri, dan (6) Pengambil risiko. Berdasarkan pada nilai outer loadings di atas 0.7 dan t-value lebih besar dari ttabel yaitu 1.960 pada taraf nyata 5 persen maka didapatkan hasil mengenai indikator karakteristik wirausaha yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor yaitu berorientasi ke masa depan, berorientasi tugas dan hasil, keorisinilan, kepemimpinan, percaya diri dan pengambil risiko. . Berorientasi ke Masa Depan Berorientasi ke masa depan merupakan indikator karakteristik wirausaha yang terdapat pada pelaku usaha pengoalahan talas di Wilayah Bogor. Hal ini terlihat dari nilai outer loadings sebesar 0.963 dengan t-value sebesar 45.068 pada taraf nyata 5 persen. Pelaku usaha pengolahan talas dalam menjalankan usaha tidak hanya memikirkan keberlangsungan usaha saat ini namun untuk kedepanya telah dibuat suatu perencanaan baik secara tertulis maupun tidak tertulis dan pada umumnya pelaku usaha memiliki perencanaan secara tidak tertulis dan bila ada perencanaan yang tertulis masih berbentuk catatan sederhana. Tidak hanya perencanaan, namun sebagian besar pelaku usaha memiliki visi dan misi dalam menjalankan usaha seperti responden umbi umbian. Pemilik usaha dalam menjalankan usahanya telah menetapkan visi usaha yaitu dapat mengedukasi setiap pelanggan agar memahami produk yang dikonsumsi dengan bahan dasar produk lokal. Oleh karena itu, maka pemilik usaha telah membuat beberapa misi yaitu membuat berbagai macam produk mulai dari peyeum, talas, singkong, dan umbian lain. Selain itu, pelanggan akan diberi informasi mengenai mutu produk sehingga pelanggan akan memahami mengenai produk yang dibeli. Berorientasi Tugas dan Hasil Berorientasi tugas dan hasil merupakan indikator karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas, hal ini berdasarkan pada hasil nilai outer loadings sebesar 0.917 dan t-value sebesar 31.675 dengan taraf nyata 5 persen. Pelaku usaha dalam menjalankan usaha lebih mementingkan hasil dan tugas, hasil yang diinginkan pelaku usaha terkait dengan kualitas produk, Quality Control (QC), dan Standard Operating Procedure (SOP). Sehingga pelaku usaha menyakini jika dalam menjalankan usaha pengolahan talas hasil merupakan hal penting. Produk olahan talas yang diproduksi telah melewati tahapan yang panjang karena dalam membuat produk olahan talas pelaku usaha membutuhkan waktu yang panjang antara 1 bulan sampai 1 tahun dalam menciptakan produk baru atau varian rasa pada produk lama. Selain itu, sebelum mendapatkan resep produk olahan talas yang sesuai maka pelaku usaha akan terus mencoba sampai berhasil walaupun telah mengalami berbagai kegagalan dalam membuat resep produk. Pada umumnya pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dalam menetapkan QC dan SOP masih tergolong sederhana.
31
Pelaku usaha egg roll membutuhkan waktu sekitar 1 bulan dalam menciptakan resep dan telah melewati berbagai kegagalan dalam membuat resep. Pada proses pembuatan egg roll talas, pelaku usaha telah menetapkan quality control seperti informasi gizi yang terdapat pada egg roll, takaran pada setiap bahan baku, pemisahan tempat produksi dengan dapur pribadi dan menggunakan bahan baku pilihan. Sementara pada pelaku usaha burger talas dalam membuat resep membutuhkan waktu 1 bulan dan telah mengalami berbagai kegagalan seperti rasa dan bentuk burger yang tidak sesuai harapan dan pelaku usaha telah menentapkan quality control seperti menetapkan takaran dalam setiap bahan baku yang digunakan dan membuat tempat produksi khusus. Selain itu, pelaku usaha menetapkan SOP dalam membuat produk seperti pakaian yang harus digunakan dalam memproduksi burger yaitu menggukan penutup kepala, masker, dan peralatan yang akan digunakan harus dicek terlebih dahulu kebersihannya dan SOP bagi tenaga kerja yang berada di toko yaitu harus ramah pada setiap pelanggan dan menjelaskan informasi mengenai produk. Keorisinilan Keorisinilan pada penelitian ini terdiri dari kreatif dan inovatif. Keorisinilan merupakan indikator karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor, hal ini berdasarkan pada hasil outer loadings dan t-value yang memiliki nilai diatas 1.960 pada taraf nyata 5 persen. Nilai outer loadings pada indikator keorisinilan sebesar 0.938 dengan tvalue sebesar 46.990. Pelaku usaha pengolahan talas dalam menjalankan usahanya akan memikirkan ide-ide baru mengenai produk olahan talas, ide tersebut dapat terinspirasi dari mana saja mulai dari keinginan konsumen, potensi pasar, dan mencari informasi melalui internet, dan lainnya. Saat ini produk olahan talas tidak hanya Lapis Talas Bogor karena terdapat produk olahan talas lain seperti dodol talas, kerupuk talas, bakpao talas, burger talas, mochi talas dan produk olahan lainnya yang mulai dikenal oleh pelanggan. Keberagaman produk olahan talas tidak terlepas dari kretifitas dan keinovatifan yang dimiliki pelaku usaha. Saat ini, pelaku usaha yang membuat lapis talas telah berkembang dengan berbagai merek seperti Kujang Boga, Talasia, Special Cake, Klasikukis, dan Mimicici. Pada setiap merek memiliki berbagai macam varian rasa mulai dari lapis talas original dan aneka rasa lainnya seperti pelaku usaha Lapis Talas Bogor Kujang telah membuat beraneka rasa lapis talas yaitu original, pandan, full talas, dan durian dan jeruk sedangkan untuk brownies talas terdapat empat varian yaitu panggang, marbel, kukus keju dan original. Pelaku usaha menyakini jika dalam menjalankan usaha harus memiliki kreatifitas dan inovatif agar dapat bertahan dalam menajalankan usaha, selain itu kreatif dan inovatif tidak hanya terkait pada produk yang dihasilkan karena dalam membuat kemasan pun diperlukan kreatifitas dari pelaku agar kemasan yang dihasilkan dapat menarik minat pembeli dan dapat menjaga produk agar tetap aman. Sebagian besar responden akan membuat varian rasa baru karena pelaku usaha ingin memberi pilihan rasa yang beragam kepada pelanggannya seperti pelaku usaha bakpao talas, saat ini bakpao talas telah tersedia 6 rasa yakni rasa nayam jeletot, coklat ngacai, keju leeh, hayam gemueulis, lumut dan nut-nutan selain 6 rasa tersebut pelaku usaha berencana membuat 6 rasa baru. Selain
32
membuat varian rasa baru, salah satu pelaku usaha yakni umbi-umbian berencana membuat produk baru dari talas yaitu hot dog yang terbuat dari tepung talas. Pelaku usaha pengolahan talas menyakini dalam menjalankan usaha dibutuhkan kreatifitas dan keinovatifan agar usaha terus berjalan dan dapat bersaing dengan produk sejenis. Kepemimpinan Berdasarkan pada nilai outer loadings dan t-value pada taraf nyata 5 persen maka dapat diketahui jika kepemimpinan merupakan indikator karakteristik wirausaha karena memiliki niali outer loadings di atas 0.7 yaitu sebesar 0.786 dan t-value sebesar 11.325. Bentuk usaha yang terdapat pada penelitian ini 83.40 persen berbentuk perseoragan sehingga kepemilikan usaha masih dipegang oleh satu orang pelaku usaha. Sehingga setiap keputusan dalam menjalankan usaha diputuskan oleh pemilik usaha seperti memutuskan produk yang dihasilkan, tugas tenaga kerja, pemasaran dan lain nya. Sifat kepemimpinan akan berbeda pada setiap orang oleh karena itu sifat kepemimpinan perlu dikembangkan sendiri dan Menurut Meredith et al. (2000) wirausaha yang berhasil adalah pemimpin yang berhasil. Percaya Diri Berdasarkan pada nilai outer loadings sebesar 0.769 dan t-value sebesar 6.322 pada taraf nyata 5 persen maka percaya diri merupakan indikator karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengoalahan talas di Wilayah Bogor. Berdasarkan pada kemampuan dan mutu produk sebagian besar pelaku usaha berpendapat jika mereka memiliki kemampuan dan mutu produk yang baik, kemampuan mereka dapatkan dari perdidikan formal, kursus, pelatihan oleh instansi-instansi terkait dan otodidak sedangkan pada mutu produk pelaku usaha meyakini produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik jika berdasarkan pada bahan baku yang digunakan, standar resep yang telah ditetapkan dalam membuat produk sehingga rasa pada produk olahan talas memiliki rasa yang tetap, SOP dalam proses produksi, dan perizinan seperti P-IRT atau pangan industri rumah tangga, dan halal. Maka membuat pelaku usaha menyakini produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik. Pengambil Risiko Berdasarkan pada nilai outer loadings dan t-value pada taraf nyata 5 persen maka dapat diketahui jika pengambil risiko merupakan indikator pada karakteritik wirausaha karena memiliki niali outer loadings di atas 0.7 yaitu sebesar 0.937 dan t-value sebesar 32.809. Indikator pengambil risiko merupakan indikator pada karakteritik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas, dimana dalam mengambil risiko pelaku usaha akan memutuskan dengan penuh pertimbangan dan secara realistis berdasarkan pada kemampuan yang dimiliki. Menjalankan usaha pengolahan talas tidak terlepas dari risiko yang dapat dihadapi seperti daya tahan produk pada Lapis Talas Bogor dan Brownies Talas Bogor yang hanya mampu bertahan 4 hari setelah diproduksi pada suhu ruangan, bertahan sekitar 1 minggu bila diletakan dalam mesin pendingin, dan produk tersebut tidak dapat dikirim melalui jasa pengiriman karena produk akan rusak
33
seperti kemasan rusak sehingga membuat tampilan produk berubah. Hal tersebut membuat produk tidak tahan lama dan daerah pemasan menjadi terbatas. Oleh karena itu, pelaku usaha akan membuat perkiraan dalam memproduksi lapis talas atau brownies talas sehingga produk yang tidak terjual tidak banyak. Pada pelaku usaha, retur produk berkisar antara 2 persen sampai 5 persen dari total produksi. Dalam mengatasi keterbatasan daerah pemasaran maka ada pelaku usaha pengolahan lapis talas membuka toko di luar Bogor seperti di Depok sehingga untuk penjualan di luar daerah Bogor dapat dilakukan. Selain itu, pelaku usaha akan membuat inovasi baru pada produk olahan talas yang lebih tahan lama dan tidak mudah rusak dalam pengiriman melalui jasa pengiriman barang seperti cake talas kering, pie talas, pia talas, dan mochi talas. Indikator Kinerja Usaha Pengolahan Talas Kinerja usaha akan diukur dengan 3 indikator, yaitu peningkatan pelanggan, peningkatan produksi dan peningkatan profit. Berdasarkan pada hasil nilai outer loadings yang bernilai di atas 0.7 dan t-value lebih besar dari 1.960 pada taraf nyata 5 persen maka dapat diketahui jika indikator yang terdapat pada kinerja usaha pelaku pengolahan talas di Wilayah Bogor yaitu peningkatan pelanggan, peningkatan produksi dan peningkatan profit. Peningkatan Pelanggan Berdasarkan pada nilai outer loadings sebesar 0.849 dan t-value sebesar 15.424 pada taraf nyata 5 persen maka peningkatan pelanggan merupakan indikator dari kinerja usaha yang terlihat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Berikut persentase peningkatan pelanggan yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
3% 17% 50%
30%
Menurun
Tetap
Meningkat
Sangat Meningkat
Gambar 12 Peningkatan pelanggan pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016 Pada penelitian ini, pelanggan merupakan reseller dan toko yang menjual produk olahan talas dari pelaku usaha. Berdasarkan pada Gambar 12, diketahui bahwa 50 persen responden menyatakan jika tidak ada peningkatan pelanggan baik dari jumlah reseller maupun toko, tidak adanya peningkatan pada reseller karena reseller yang ada tidak tetap karena terdapat reseller yang pergi dan
34
reseller baru dalam waktu yang bersamaan sehingga bagi pelaku usaha pengolahan talas tidak ada peningkatan reseller. Sedangkan pada toko tidak ada peningkatan karena pelaku usaha hanya menjual produk dipusat oleh-oleh yang telah berlangganan atau ditoko yang dimiliki. Sebagian besar pelaku usaha menjual produknya disekitar Bogor dan Jadetabek namun pada produk tertentu seperti bakpia talas dan bakso talas, reseller tidak terbatas pada wilayah Jabodetabek karena jenis produk yang lebih tahan lama dan mudah untuk dikirim melalu jasa pengiriman barang sehingga cakupan wilayah pemasan lebih luas. Sehingga dapat disimpulkan jika pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor tidak mengalami peningkatan pelanggan karena sebagian besar responden yaitu 50 persen responden menyatakan jika pelanggan yang membeli produk olahan talas pada rentang waktu 1 tahun terakhir adalah tetap. Peningkatan Produksi Berdasarkan pada nilai outer loadings sebesar 0.967 dan t-value sebesar 39.788 pada taraf nyata 5 persen maka peningkatan produksi merupakan indikator dari kinerja usaha yang terlihat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Pada penelitian ini, periode produksi dipilih dalam satu tahun terakhir yaitu pada bulan April 2015 dan bulan April 2016. Penentuan Periode produksi satu tahun terakhir karena sebagian besar pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor baru memulai usahanya sekitar satu sampai dua tahun. Selain itu, data produksi satu tahun terakhir masih diingat oleh pelaku usaha sehingga data yang diberikan lebih akurat. Berikut peningkatan produksi yang dialami oleh pelaku usaha dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
26%
Menurun
37%
Tetap Meningkat 37%
Sangat meningkat 0%
Gambar 13 Peningkatan produksi pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016 Berdasarkan pada penelitian dilapang, diketahui jika pelaku usaha mengalami penurunan dan peningkatan produksi. Pelaku usaha yang mengalami penurunan produksi terdapat pada 11 responden atau sebesar 37 persen dari total responden. Menurut pelaku usaha pengolahan talas, penurunan produksi disebabkan oleh berbagai faktor seperti daya beli konsumen yang menurun, musim hujan, ketersediaan bahan baku yang sulit, dan lainnya. Namun pada penelitian ini, sebagian besar responden mengalami peningkatan produksi yaitu pada 19 responden yang mengatakan jika produksi dalam satu tahun terakhir ini
35
mengalami peningkatan. Peningkatan produksi terdiri atas peningkatan di atas 50 persen dan peningkatan di bawah 50 persen. Sebanyak 8 responden dengan jenis produk mochi talas, lapis talas, bakpao talas, dan bakso talas mengatakan peningkatan yang terjadi di atas 50 persen. Sedangkan peningkatan produksi di bawah 50 persen terdapat pada 11 responden dengan jenis produk seperti lapis talas, cake kering talas, simping talas, burger talas, pia talas, kembang goyang talas dan egg roll talas sehingga dapat disimpulkan jika produksi olahan talas di Wilayah Bogor pada rentang waktu 1 tahun terakhir mengalami peningkatan antara kurang dari 50 persen dan lebih dari 50 persen. Peningkatan terendah sebesar 17 persen terjadi pada pelaku usaha ciabatata dan peningkatan tertinggi sebesar 200 persen terjadi pada pelaku usaha sarangfood dengan produk bakso talas. Peningkatan Profit Berdasarkan pada nilai outer loadings sebesar 0.967 dan t-value sebesar 38.180 pada taraf nyata 5 persen maka peningkatan profit merupakan indikator dari kinerja usaha yang terlihat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor. Setiap produk yang dihasilkan telah ditetapkan besar keuntungan yang diinginkan yaitu minimum 11 persen dari HPP. Berikut peningkatan profit yang terjadi pada pelaku usaha dalam kurun waktu 1 tahun terakhir.
23%
37%
Menurun Tetap Meningkat
40%
Sangat Meningkat 0%
Gambar 14 Peningkatan profit pada responden pengolahan talas di Wilayah Bogor tahun 2016 Berdasarkan pada Gambar 14, dapat diketahui jika sebagian besar responden mengatakan jika profit yang diperoleh mengalami peningkatan. Peningkatan profit terdapat pada 19 responden atau 63 persen dari total responden. Peningkatan profit terdiri atas peningkatan profit diatas 50 persen dan peningkatan profit dibawah 50 persen. Peningkatan profit diatas 50 persen terdapat pada 7 responden dan peningkatan profit dibawah 50 persen terdapat pada 12 reponden. Penetapan keuntungan yang diinginkan pelaku usaha berbeda-beda walaupun memiliki jenis produk yang sama, contoh pelaku usaha lapis talas menetapkan keuntungan paling rendah yaitu 11 persen dan keuntungan tertinggi 55 persen dari HPP. Peningkatan profit dapat terjadi karena terdapat peningkatan produksi yang diimbangi dengan peningkatan penjualan dengan retur yang kecil yaitu antara 2 sampai 5 persen dari total produksi sehingga dapat disimpulkan jika pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor mengalami peningkatan profit atau peningkatan keuntungan.
36
Pengaruh Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengolahan Talas di Wilayah Bogor Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah karakteristik wirausaha memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor atau tidak. Penentuan karakteristik wirausaha didasarkan pada teori Meredith et al. (2000) mengenai ciri wirausaha yang telah digunakan oleh peneliti lain dalam menentukan indikator karakteristik pada wirausaha. Sehingga pada karakteristik wirausaha akan dilihat dari 6 indikator yaitu (1) Berorientasi ke masa depan, (2) Berorientasi tugas dan hasil, (3) Keorisinilan, (4) Kepemimpinan, (5) Percaya diri, dan (6) Pengambil risiko. Sedangkan kinerja usaha dilihat dari tiga indikator yaitu (1) Peningkatan pelanggan, (2) Peningkatan produksi, dan (3) Peningkatan profit . Berdasarkan pada hasil olah data menggunakan software SmartPLS 2.0, dapat diketahui bahwa karakteristik wirausaha memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai koefisien yang bernilai positif yaitu 0.632 yang artinya pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor sebesar 63.2 persen. Sehingga semakin tinggi karakteristik wirausaha yang dimiliki oleh pelaku usaha pengolahan talas maka akan meningkatkan kinerja usaha pengolahan talas dan signifikansi dapat diketahui melalui uji-t, jika t-value lebih besar dari t-tabel pada taraf nyata 5 persen maka tolak H0. Pada Tabel 16, dapat diketahui jika t-value lebih besar dari t-tabel yaitu 6.489>1.960 maka tolak H0 yang artinya karakteristik wirausaha memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dan nilai R2 sebesar 39.9 persen memiliki arti bahwa konstruk kinerja usaha yang dapat dijelaskan oleh konstruk karakteristik wirausaha sebesar 39.9 persen, sedangkan sisanya yaitu 60.1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Menurut Ghozali (2008) nilai R2 sebesar 0.67, 0.33, dan 0.19 mengindikasikan bahwa model baik, moderat, dan lemah. Jika berdasarkan pada nilai R2 menurut Ghozali, maka pada penelitian ini memiliki model yang moderat dalam melihat konstruk kinerja usaha yang dapat dijelaskan oleh konstruk karakteristik wirausaha di Wilayah Bogor. Rincian Hasil uji-t dari pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Uji statistik pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor Pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja Usaha
Original Sampel
Sampel Mean
R²
0.631568 0.654364 0.398878
Standar Deviation 0.097334
Standar Eror
TStatistik
0.097334 6. 488637
Indikator yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas yaitu berorientasi ke masa depan, keorisinilan, pengambil risiko, berorientasi tugas dan hasil, kepemimpinan, dan percaya diri. Pada enam indikator tersebut terdapat tiga indikator karakteristik wirausaha yang utama yaitu :
37
1. Berorientasi ke masa depan Berorientasi ke masa depan merupakan karakteristik yang terdapat pada pelaku usaha yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Pandangan yang jauh kedepan membuat pelaku usaha menjadi tidak cepat puas dengan hasil yang telah dicapai saat ini sehingga pelaku usaha akan selalu melakukan upaya untuk meningkatkan usahanya dengan melakukan berbagai hal seperti pengembangan produk yaitu menciptakan produk baru yang berbahan dasar talas dan tidak berbahan dasar talas, atau modifikasi produk mulai dari varian rasa sampai kemasan produk serta membuat perencanaan secara tidak tertulis dan tertulis. 2. Keorisinilan Keorisinilan merupakan karakteristik yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dalam berpikir secara kreatif dan bertindak secara inovatif. Umunya pelaku usaha pengolahan talas akan mencari ide-ide kreatif terkait produk dan kemasan. Namun ide kreatif lebih ditunjukan pada produk dengan membuat varian baru dan produk baru. Ide dalam membuat varian rasa dan produk baru belum mampu terealisasikan semua seperti pelaku usaha burger talas yang berencana membuat produk baru yaitu hot dog talas, dan varian rasa pada bakpao talas yang berencana membuat tambahan enam rasa lagi masih tahap proses. Selain itu, produk baru yang telah terealisasikan oleh pelaku usaha Kujang Boga dengan membuat produk pie talas yang saat ini telah dipasarkan di toko oleh-oleh sekitar Wilayah Bogor. 3. Pengambil risiko Pengambilan risiko merupakan karakteristik pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dalam memperhitungkan setiap risiko yang akan dipilih dan menyukai tantangan yang dapat dicapai. Pelaku usaha ketika telah memutuskan suatu hal akan menerima tanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat baik yang menguntungkan atau tidak seperti memutuskan untuk memperluas pasar di luar Wilayah Bogor dengan cara mengirim barang melalui jasa pengiriman barang. Hal tersebut membuat produk yang dikirim ke pelanggan menjadi rusak dan pelaku usaha pengolahan talas memutuskan untuk mengganti rugi barang yang rusak dengan mengembalikan uang sebesar harga produk Lapis Talas Bogor yang rusak dan memutuskan untuk tidak memperluas area pasar dengan memanfaatkan jasa pengiriman barang. Selain itu, pelaku usaha egg roll talas telah memutuskan untuk mengganti desain kemasan tanpa mencantumkan kata oleh-oleh talas khas Bogor membuat penjualan mengalami penurunan sehingga setelah mengalami hal tersebut pelaku usaha membuat desain baru yang dapat digunakan pada seluruh varian egg roll dengan mencantumkan kata oleh-oleh khas Bogor dan hasilnya penjualan mulai kembali normal dan mulai mengalami peningkatan. Kinerja usaha pengolahan talas memiliki tiga indikator yaitu peningkatan pelanggan, peningkatan produksi, dan peningkatan profit. Pada ketiga indikator tersebut terdapat indikator utama yaitu peningkatan produksi dan peningkatan profit. Berdasarkan pada hasil turun lapang, dapat diketahui jika 63 persen pelaku usaha mengatakan jika usahanya saat ini mendapatkan profit yang meningkat.
38
Peningkatan profit ini dapat terjadi karena sebagian besar pelaku usaha yaitu 63 persen mengalami peningkatan produksi serta memiliki nilai penjualan yang meningkat dengan retur sedikit yaitu antara 2 sampai 5 persen dari total yang diproduksi. Penelitian terdahulu mengenai pengaruh karakteristik terhadap kinerja usaha UMKM gula aren dilakukan oleh Sari (2016) dan hasilnya adalah karakteristik individu dan karakteristik psikologi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha maka hal ini membuat penting untuk meningkatkan karakteristik karena karakteristik dapat menentukan kinerja usaha. Pada penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu karakteristik wirausaha memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dan memiliki nilai koefisien yang bernilai positif oleh karena itu maka penting bagi pelaku usaha pengolahan talas untuk meningkatkan karakteristik wirausaha karena dapat berpengaruh terhadap kinerja usaha. Adanya pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor maka penting untuk meningkatkan dan memperbaiki karakteristik yang terdapat pada pelaku usaha. Adapun implementasi yang dapat dilakukan seperti mengikuti pelatihan yang diadakan oleh dinas terkait atau pihak lain seperti pelatihan kewirausahaan, manajemen usaha, pemasaran, keuangan, GMP (Good Manufacturing Practice) dan pelatihan lainnya karena dengan mengikuti berbagai pelatihan dapat meningkatkan dan memperbaiki karakteristik pada pelaku usaha pengolahan talas sehingga dapat meningkatkan kinerja pada usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan kepada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor, maka terdapat beberapa kesimpulan mengenai pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor sebagai berikut : 1. Karakteristik wirausaha yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas di Wilaya Bogor yaitu berorientasi ke masa depan, berorientasi tugas dan hasil, keorisinilan, kepemimpinan, percaya diri dan pengambil risiko. Pada keenam indikator tersebut, terdapat indikator utama yaitu berorientasi ke masa depan. Indikator berorientasi ke masa depan menjadi indikator utama karena pelaku usaha dalam menjalankan usahanya tidak hanya memikirkan keberlangsungan usahanya saat ini karena sebagian besar pelaku usaha akan membuat perencanaan secara tidak tertulis atau secara tertulis untuk memikirkan keberlangsungan usahanya kedepan. 2. Kinerja usaha yang terdapat pada pelaku usaha pengolahan talas yaitu peningkatan pelanggan, peningkatan produksi dan peningkatan profit. Pada tiga indikator tersebut, terdapat indikator utama yaitu peningkatan produksi dan peningkatan profit. Peningkatan profit dapat terjadi karena sebagian besar
39
pelaku usaha mengalami peningkatan produksi, peningkatan reseller dan toko pada beberapa responden, serta pelaku usaha yang tidak mengalami peningkatan pada reseller dan toko mengalami peningkatan penjual dari toko yang saat ini menjual produk olahan talas. 3. Karakteristik wirausaha memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor, hal ini terbukti dari nilai t-value > t-tabel. Selain itu Semua indikator karakteristik wirausaha dan kinerja usaha memiliki pengaruh yang signifikan dengan koefisien yang positif. Artinya peningkatan karakteristik wirausaha menyebabkan kinerja usaha meningkat sehingga penting bagi pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor untuk meningkatkan atau memperbaiki karakteristik yang dimiliki saat ini karena akan berpengaruh terhadap kinerja usaha. Saran Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan kepada pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor, maka terdapat beberapa saran sebagai bahan pertimbangan bagi pelaku usaha , yaitu : 1. Berorientasi ke masa depan merupakan indikator utama pada karakteristik wirausaha namun sebagian besar pelaku usaha memiliki perencanaan usaha dalam bentuk bukan tulisan sehingga penulis menyarankan kepada pelaku usaha untuk membuat perencanaan dalam bentuk tulisan agar setiap tujuan dapat diketahui telah tercapai sesuai harapan atau tidak sehingga pelaku usaha dapat memutuskan langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. 2. Keorisinilan merupakan indikator utama kedua setelah indikator berorientasi ke masa depan, dan umumnya pelaku usaha memiliki kreativitas dan keinovatifan dalam menjalankan usaha terutama dalam menciptakan varian rasa baru, produk baru serta kemasan yang lebih menarik. Sehingga hal tersebut membuat persaingan pada antar pelaku usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor dalam menyediakan produk yang lebih baik lagi akan semakin meningkat dan penulis menyarankan dalam membuat varian rasa, produk, dan kemasan dapat sesuai dengan permintaan pasar sehingga produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk lain.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2013. Kabupaten Bogor dalam Angka 2013. Bogor (ID): BPS Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka 2014. Bogor (ID): BPS Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2015. Kabupaten Bogor dalam Angka 2015. Bogor (ID): BPS Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2012. Kota Bogor dalam angka 2012. Bogor (ID): BPS Kota Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2014. Statistik Daerah Kota Bogor 2014. Bogor (ID): BPS Kota Bogor.
40
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2015. Kota Bogor dalam Angka 2015. Bogor (ID): BPS Kota Bogor. [Depkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2015. Wirausaha Maju Negara Sejahtera [Internet]. [ diunduh 2015 Desember 23]. Tersedia pada: http://www2.depkop.go.id [Depkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2011. Narasi Statistik UMKM 2010 -2011. Jakarta (ID): Depkop. [Depkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2011. Narasi Statistik UMKM 2012 -2013. Jakarta (ID): Depkop. [Kemenkeu] Kementerian Keuangan. 2014. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN [Internet]. [diunduh 2015 Desember 23]. Tersedia pada: https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/strategi% 20pemberdayaan%20umkm.pdf. [Kemenkop] Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2015. Peran usaha mikro,kecil dan menengah dalam pembangunan ekomoni nasional [Internet]. [diunduh 2016 Mei 30]. Tersedia pada: http://smecda.com/wp-content/uploads/2015/12/makalah42.pdf. Aditya ADR. 2014. Pengaruh Modernitas Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Unit Usaha Mikro Kecil Menengah Pengolah Kedelai di Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Aktual. 2016. Bersaing di MEA, Menkop Konsen Tiga Hal Dorong Daya Saing [Internet]. [diunduh 2016 Agustus 17]. Tertedia pada: http://www.aktual.com/bersaing-di-mea-menkop-konsen-tiga-hal-dorongdaya-saing/. Alma B. 2009. Kewirausahaan. Bandung (ID): Alfabeta. Detik. 2015. Kisah Rizka Romadhona, Wanita di Balik Sukses Lapis Talas Bogor Sangkurian [Internet]. [diunduh 2016 Agustus 09]. Tersedia pada: http://wolipop.detik.com/read/2015/12/02/140545/3086004/1133/kisahrizka-romadhona-wanita-di-balik-sukses-lapis-talas-bogor-sangkuriang. Fadholi M. 2008. Analisis Hubungan Perilaku Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Pengrajin Tempe Kabupaten Grobogan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fauziyah D. 2015. Pengaruh Karakteristik Peternak melalui Kompetesi Peternak terhadap Kinerja Usaha Ternak Sapi Potong di Kabupaten Bandung [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ghozali I. 2008. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least Square PLS Edisi 2. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Kasmir. 2011. Kewirausahaan- Edisi Revisi. Jakarta (ID): Rajawali Press. Koswara S. 2013. Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 1: Pengolahan Umbi Talas [Internet]. [diunduh 2016 Juni 19]. Tersedia pada: https://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2013/10/1 pengolahan-talas.pdf. Mafiroh Y. 2014. Hubungan Karakter Wirausaha terhadap Keberhasilan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Meruya Selatan, Kecamatan Kembangan, DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
41
Meredith GG, Nelson RE, Neck PA. 2000. Kewirausahaan: teori dan praktek. Jakarta (ID): Pustaka Binaman Pressindo. Nurhayati P, Sarianti T, Daryanto HK, Muflikh YN. 2011. Analisis Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja Wirausaha pada Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Agroindustri di Kabupaten Bogor. Di dalam: Nurmalina R, Priatna WB, Jahroh S, Nurhayati P, Rifin A, editor. Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis; 2011 Desember 714; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. hlm 225-256. Pemerintah Kabupaten Bogor. 2014. Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014. Bogor (ID): Pemerintahan Kabupaten Bogor. Puspitasari. 2013. Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Petani Anggrek terhadap Kinerja Usaha: Kasus di Kecamatan Gunung Sindur dan Parung, Kabupaten Bogor, serta Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahayu MNP. 2014. Hubungan Karakteristik Wirausaha dengan Kinerja Industri Tempe di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Riyanti. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta (ID): PT Grasindo. Sari NMW. 2016. Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan terhadap Kinerja UMKM Gula Aren di Kabupaten Lombok Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sudaryanto, Ragimun, Wijayanti RR. 2014. Strategi pemberdayaan UMKM menghadapi pasar bebas ASEAN [Internet]. [diunduh 2015 Desember 23]. Tersedia pada: http://www.kemenkeu.go.id/Kajian/strategi-pemberdayaanumkm-menghadapi-pasar-bebas-asean. Sugiyono. 201. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung (ID) : Alfabeta. Sumantri B. 2013. Pengaruh Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja Usaha Wirausaha Wanita pada Industri Pangan Rumahan di Bogor [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suryana Y, Kartib B. 2010. Kewirausahaan: Pendekatan Karakteristik Wirausahawan Sukses. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Suryana. 2003. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta (ID): Salemba Empat. Suryana. 2013. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta (ID): Salemba Empat. Yanuar MF. 2015. Pengaruh Modernitas Sikap Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha Kecil Tahu di Kabupaten Sumedang [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
42
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil output partial least square pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor Path Diagram Coefficient
Path Diagram T-value
Lampiran 2 Uji statistik untuk indikator karakteristik wirausaha Indikator
Karakteristik wirausaha Outer Loadings T-Hitung Keterangan
Berorientasi Ke Masa Depan
0.963
45.068
Signifikan
Berorientasi tugas dan hasil
0.917
31.675
Signifikan
Keorisinilan
0.938
46.990
Signifikan
Kepemimpinan
0.786
11.325
Signifikan
Percaya Diri Pengambil Risiko
0.769 0.937
6.322 32.809
Signifikan Signifikan
43
Lampiran 3 Uji statistik untuk indikator kinerja usaha Indikator
Outer Loadings
Peningkatan Pelanggan Peningkatan Produksi Peningkatan Profit
Kinerja Usaha T-Hitung Keterangan
0.849 0.967 0.967
15.424 39.788 38.180
Signifikan Signifikan Signifikan
Lampiran 4 Over view (Goodness of Fit Model)
Kinerja Usaha Karakteristik Wirausaha
AVE
Composite Realiability
R-Square
Cronbachs Communality Alpha
0.863343
0.949710
0.398878
0.918886
0.863343
0.789225
0.957073
0.944752
0.789225
Lampiran 5 Uji statistik pengaruh karakteristik wirausaha terhadap kinerja usaha pengolahan talas di Wilayah Bogor Pengaruh
Original Sampel
Sampel Mean
Standar Deviation
Karakter Wirausaha terhadap Kinerja 0.631568 0.654364 0.097334 Usaha Keterangan : 1. KW 2. KU 3. BKM 4. BTH 5. KO 6. KPM 7. PD 8. PR 9. PPEL 10. PPRO 11. PPROF
: Karakteristik Wirausaha : Kinerja Usaha : Berorientasi ke Masa Depan : Berorientasi Tugas dan Hasil : Keorisinilan : Kepemimpinan : Percaya Diri : Pengambil Risiko : Peningkatan Pelanggan : Peningkatan Produksi : Peningkatan Profit
Standar Eror
T-Statistik
0.097334
6.488637
44
Lampiran 6 Dokumentasi
Tempat Produksi Lapis Talas
Alat pengaduk Adonan Simping Talas
Tempat Produksi Simping Talas
Tempat Produksi Lapis Talas
Cetakan Simping Talas
Persediaan Simping Talas
45
Tempat Produksi dan Toko Lapis Talas
Pemilik mimicici
Tempat produksi di mimicici
Tempat Produksi Lapis Talas
Gudang penyimpanan bahan baku
Toko mimicici
46
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 6 Oktober 1993 dari Ayah Acep Anwar (Alm) dan Ibu Emah Hujaemah. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2012, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cigombong dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti beberapa kegiatan kepanitiaan mulai dari lingkup departemen sampai IPB. Selain itu, penulis memperoleh Beasiswa BUMN pada tahun 2013-2014 dan Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun 2015-2016.