1
PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH
KARYA ILMIAH
OLEH : MARHOT RITONGA 052409017
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA- 3 KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
2
PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar ahli madya
OLEH : MARHOT RITONGA 052409017
DEPARTEMEN KIMIA PROGRAM STUDI DIPLOMA- 3 KIMIA INDUSTRI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
3
PERSETUJUAN Judul Kategori Nama Nomor Induk mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas
: PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH : KARYA ILMIAH : MARHOT RITONGA : 052409017 : DIPLOMA – 3 KIMIA INDUSTRI : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui di Medan,
Juli 2008
Diketahui Program Studi KIN D-3 FMIPA USU Ketua,
Pembimbing
( DR. Harry Agusnar, M.Sc.,M.Phill )
( Drs. Johannes H. Simorangkir,MS )
NIP : 131 273 466
NIP : 130 422 455
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
( DR. Rumondang Bulan, MS ) NIP : 131 459 466
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
4
PERNYATAAN
PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2008
MARHOT RITONGA 052409017
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
5
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia yang dilimpahkannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul “ PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH”. Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan Progran Diploma – 3 Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selesainya karya ilmiah ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun secara material. 2. Drs. Johannes H. Simorangkir, MS, selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. 3. DR. Eddy Marlianto, MSc, selaku dekan FMIPA USU. 4. DR. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 5. Bapak Ir. Gatot Andrianto selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan 6. Rekan – rekan seperjuangan Kimia Industri Khususnya Angkatan 2005 7. Teman dekat penulis khususnya Marlon, Beni, Vina, Dwiva, Reza, Said, Liza, Risda, Iman, Putra, Qohar, Bayu, Yudi, Manti, Sri, Anhar, dan Arfandy. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.
Medan, Juli 2008 Penulis
Marhot Ritonga
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
6
ABSTRAK
Kualitas dari lateks sangat mempengaruhi kadar mutu karet yang dihasilkan. Salah satu parameter yaitu kadar kotoran yang nilai standarnya 0,20 %. Pengaruh kadar kotoran sangat mempengaruhi nilai kualitas karet. Semakin besar kadar kotoran yang terdapat dalam karet maka semakin kecil kualitas karet, apabila kadar kottan yang terkandung dalam karet kecil, maka kualitas karet akan semakin baik.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
7
THE EFFECT OF DIRT CONTENT AT THE QUALITY CRUMB RUBBER
ABSTRACT
The quality of latex will effect the quality of the rubber produced. One of the parameters showing the quality of rubber is the dirt content which according the standard is 0,20 %. The dirt content will effect the quality rubber. The higher the dirt content of rubber, the lower the quality of rubber and the lower dirt content of rubber. The better the quality of rubber.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
8
DAFTAR ISI Halaman Persetujuan
ii
Pernyataan
iii
Penghargaan
iv
Abstrak
v
Abstrack
vi
Daftar Isi
vii
Daftar Tabel
ix
Daftar Lampiran
x
BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Permasalahan
2
1.3. Tujuan
2
1.4. Manfaat
3
BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penanganan Bahan Baku
4
2.1.1 Lateks
5
2.2 Manfaat Karet
6
2.2.1 Kegunaan Lain Tanaman Karet
6
2.3. Penyadapan
7
2.3.1. Peralatan Sadap
8
2.4 Parameter Lateks Pekat
10
2.4.1 Pengendapan logam dan kotoran
11
2.5 Penyebab terjadinya Prakoagulasi
11
2.5.1 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Anti Koagulan
13
2.5.2 Bahan Senyawa penggumpal ( Koagulan )
14
2.6 Lateks Pekat
15
2.6.1 Karet Bongkah atau Block Rubber
16
2.6.2 Sifat Karet alam
18
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
9
BAB 3 Metodologi Percobaan 3.1. Alat – alat
23
3.2. Bahan – bahan
23
3.3. Prosedur
24
BAB 4 Data dan Pembahasan 4.1. Data Percobaan
26
4.2. Perhitungan
26
4.2.1. Penentuan Dirt Content
26
4.2.2. Persamaan Least Square
30
4.2.4. Persamaan garis Reresi
31
4.3. Pembahasan
32
BAB 5 Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan
34
5.2. saran
34
Daftar Pustaka
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
10
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Kandungan bahan – bahan dalam lateks segar Dan
13
Lateks yang dikeringkan Tabel 2 : Standar Mutu Lateks Pekat
14
Tabel 3 : Standard Indonesian Rubber
15
Tabel 4 : Standard Malaysian Rubber
16
Tabel 5 : Komposisi lateks segar dan lateks kering
17
Tabel 6. Data Menurut Metode Least Square
31
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Grafik Kadar Kotoran Vs Nomor Contoh
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
12
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara Indonesia memiliki areal perkebunan yang cukup luas dan salah satu jenis tanaman perkebunan yang cukup potensial dan menghasilkan devisa bagi Negara kita adalah tanaman karet. Tanaman karet mempunyai nama latin Hevea Brasilliensis dan berasal dari Negara Brazil. Pembuatan barang jadi karet dari lateks adalah suatu bagian dari industri karet yang berkembang dengan pasat saat ini, sebagai bahan baku dalam industri karet maka mutu lateks juga harus diperhatikan, sehingga mendapatkan lateks yang bermutu tinggi, diperlukan lateks segar yang baik pula dan harus dilakukan pengawasan yang baik sejak mulai disadap hingga pada proses pengolahan selanjutnya. Untuk mendapatkan mutu barang yang baik maka perusahaan – perusahaan perlu menata diri sedemikian rupa dan memperhatikan faktor – faktor yang dapat menurunkan mutu barang yang dapat dihasilkan tersebut. Selain proses pengolahan yang baik mutu dari bahan baku barang jadi tersebut juga harus baik. Kadar kotoran merupakan kriterium yang terpenting dan dipakai sebagai dasar penggolongan kualitas mutu. Hal ini disebabkan karena kadar kotoran dapat merusak sifat – sifat karet.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
13
PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolahan karet remah. Perkebunan karet yang dimiliki oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan salah satu sumber bahan baku dalam pengolahan karet remah dibandingkan dengan sumber bahan bahan baku yang lain yang berasal dari perusahaan luar. PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate mengolah karet menjadi karet remah berdasarkan Standar Indonesian Rubber ( SIR ), hal ini menuntut untuk dilakukannya pengawasan terhadap kualitas dari bahan baku yang digunakan. Berdasarkan analisa dan uraian tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan mengambil judul ” PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE”. 1.2. Permasalahan
Dalam menentukan kualitas karet banyak parameter – parameter yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas karet tersebut, salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah kadar kotoran ( Dirt Content ). Adapun permasalahannya adalah bagaimana pengaruh kadar kualitas karet bila terdapat kadar kotoran dalam karet remah.
I.3. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kadar kotoran terhadap kualitas karet remah.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
14
1.4 Manfaat
Untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai pengaruh kadar kotoran terhadap kualitas karet remah.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penanganan Bahan Baku
Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan koagulum, lateks kebun berupa yang dapat diolah menjadi lateks pekat. Komposisi kimia lateks segar terdiri dari : - Karet ( polisopren )
: 25,0 – 40,0 %
- Karbohidrat
: 1,0 – 2,0 %
- Protein dan senyawa nitrogen
: 1,0 – 1,5 %
- Lipid dan terpen
: 1,0 – 1,5 %
- Senyawa anorganik
: 0,1 – 0,5 %
- Air
: 60 – 75 %
- pH
: 6,8 – 7,0 %
Komposisi kimia lateks diperngaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan, dan lain – lain.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
16
Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam – asam yang berantai, molekul pendek, sehingga dapat menjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi. Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga sebaik mungkin dapat dilakukan : 1. Menjaga Kebersihan Areal dan Peralatan yang Digunakan Areal kebun yang menghasilkan harus bersih dari semak belukar, lalang dan gulma lainnya segingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan terutama kontak langsung dengan lateks harus bersih dan kering seperti pisau deres, talang deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan, tangki penerimaan dan sarana pengolahan dipabrik. 2. Pemberian Bahan Pengawet Dengan Jenis dan Dosis yang Tepat Pemberian bahan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan sedini mungkin, terutama dalam keadaan cuaca mendung atau musim hujan.
2.1.1 Lateks
Lateks adalah suatu campuran putih yang menyerupai susu yang mengandung ( 20 – 30 % ) butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan pospolipid. Sifat mekanik dari muatan partikel karet, secara alami sangat dipengaruhi oleh zat – zat lainnya yang semula sudah ada pada lateks. Sebelum lateks dapat dipergunakan menjadi benang karet atau barang jadi lainnya, lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat untuk mendapatkan lateks pekat ada 4 ( empat ) metode yang digunakan yaitu : a. Penguapan, yaitu mengurangi kadar air lateks kebun dengan pemanasan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
17
b. Pemberian bahan kimia yaitu memekatkan lateks dengan menggunakan bahan kimia misalnya garam ammonium algionat. c. Dekantasi listrik yaitu dengan cara memasukkan dua logam elektroda yaitu ( positif dan negatif ) kedalam lateks kebun yang ditempatkan dalam sebuah tabung. d. Pemusingan yaitu lateks pekat dipusingkan dengan alat sentrifugasi dengan kecepatan sekitar 6000 putaran per menit ( rpm ).
( Rubber Stichting, 1983 )
2.2 Manfaat Karet
Manfaat karet ada dua yaitu : 1. Manfaat karet alam Karet alam banyak digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari – hari maupun dalam usaha industri seperti mesin – mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan – bahan pembungkus logam. 2. Manfaat karet sintesis Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintesis. Jenis NBR ( Nytrile Butadiene Rubber ) yang memiliki ketahan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak.
2.2.1 Kegunaan Lain Tanaman Karet Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembutan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
18
sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau barang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman mudah yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil analisa diketahui kadar proteinnya sebesar 27 %, lemak 32,3 %, air 3,6 %, abu 2,4 %, thiamin 450 µg, asam nikotinat 2,5 µg, karoten dan tokoferol 250 µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 1000 g bahan. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung didalamnya. Agar biji karet dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi.Dalam proses pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen - komponen nonprotein lain yang larut. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya dila dikonsumsi mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan, menguap.
2.3. Penyadapan
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
19
Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati – hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi lateks akan berkurang. Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapannya harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan teteap memperhatikan factor kesehatan tanaman.
2.3.1. Peralatan Sadap
Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Mal sadap atau patron Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi pelat seng selebar ± 4 cm dan panjangnya antara 50 – 60 cm. Pelat seng dengan kayu membentuk sudut 120oC. Kegunaan mal sadap atau patron ini adalah untuk membuat gambar yang menyangkut kemiringan sadapannya. 2. Pisau sadap Pisau sadap ada dua macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan sadap untuk sadap bawah. Pisau ini harus mempunyai ketajaman yang tinggi. Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas, ketinggian diatas 130 cm, sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm kearah bawah. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
20
3. Talang lateks atau spout Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8 – 10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah itisan sadapan. 4. Mangkuk atau cawan Mangkuk atau cawan digunakan untuk menampung lateks yang mengalir dari bidang irisan melalui talang. Mangkuk ini biasanya dibuat dari tanah liat, plastic, atau alumunium. Setiap jenis mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri – sendiri. 5. Cincin mangkuk Cincin mangkuk merupakan alat yang harus disediakan dalam penyadapan karet. Cincin ini digunakan sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk menggantungnya pada pohon karet tidak boleh memakai paku atau bahan lain yang runcing karena akan merusak kambium dan vidang sadap. 6. Tali cincin Tali cincin digunakan untuk mencantolkan cincin mangkuk sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkuk, jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkuk. 7. Meteran Meteran digunakan untuk menentukan tinggi bidang sadap dan mengukur lilit batang pohon karet. Oleh karena itu, meteran tidak bisa lepas dari kegiatan penyadapan. Meteran yang digunakan terbuat dari kayu dan dari bahan lunak atau kulit, seperti dijual di toko – toko.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
21
8. Pisau mal Pisau mal digunakan untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet. 9. Quadri atau sigmat Alat ini digunakan untuk mengukur tebalnya kulit yang yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau pembuluh empulurnya. Quadri atau sigmat terbuat dari besi, bagian ujungnya seperti jarum dengan panjang 1 – 1,5 mm.
2.4 Parameter Lateks Pekat
Ada beberapa parameter lateks pekat adalah sebagai berikut : -
TSC ( Total solid content ) yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan pemanasan
-
Amoniak ( NH3 )
-
MST ( Mecanical Stability Time ) yaitu waktu yang diperlukan untuk terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm.
-
KOH Number yaitu bilangan KOH ekuivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat
-
VFA Number atau ( Volatile Fatty acid ) yaitu jumlah gram KOH yang dibutuhkan
Untuk menetralkan asam lemak yang menguap -
DRC ( Dry rubber Content ) yaitu kadar karet kering
-
pH yaitu untuk mengetahui kesadaan lateks
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
22
2.4.1 Pengendapan logam dan kotoran
Setelah tangki penerimaan pabrik penuh dengan bahan olah lateks kebun yang memenuhi persyaratan mutu, kemudian diatur kadar amoniaknya dengan penambahan amoniak gas, sesuai dengan jenis lateks pekat yang akan dihasilkan. Bila akan menghasilkan lateks pekat jenis amoniak tinggi ( High Ammonia, HA ) dosis amoniak diatur 6,0 – 7,0 g / liter, akan tetapi bila akan menghasilkan lateks pekat jenis amoniak rendah ( low Ammonia, LA ) dosis amoniak diatur sekitar 4,5 – 5,5 g / liter.
2.5 Penyebab terjadinya Prakoagulasi
Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan – gumpalan pada cairan getah sadapan. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian kaloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudioan menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan – bahan enzim saja, melainkan juga hal – hal dari luar keadaan cuaca dan sistem pengangkutan yang seolah tidak berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : 1. Jenis karet yang ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atua kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
23
2. Enzim – enzim Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan – bahan karet. Akibatnya, kemanta pan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim – enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap. 3. Mikroorganisme atau Jasad- jasad Renik Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. 4. Faktor Cuaca atau musim faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya prakoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi. 5. Kondisi Tanaman Tanaman karet yang sedang sakit, masih mudah atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudap menggumpal. Hasil sadapan tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dalam mangkuk. 6. Air Sadah Air sadah adalah air yang mengandung ion Calsium, ion Magnesium, dan ion Ferri. Apabila air tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
24
cepat, untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. 7. Cara Pengangkutan Sarana tranportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. 8. Kotoran atau Bahan – bahan lain yang tercampur Prakoagulasi sering terjadi karena pencampuran kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.
2.5.1 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Anti Koagulan
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : -
Menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan dalam penyadapan penampungan, maupun pengangkutan
-
Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor
-
Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit
Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah ; 1. Soda atau Natrium Karbonat Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang ( CO2 ) dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan ( koagulum ). 2. Amoniak
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
25
Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7 % NH3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 ml larutan amoniak 2 – 2,5 %.
2.5.2 Bahan Senyawa penggumpal ( Koagulan )
-
Asam semut disebut juga asam formiat ( CHOOH ), berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran.
-
Asam cuka disebut juga asam asetat ( CH3COOH ), berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang, dan mudah diencerkan dalam air. ( Tim Penulis, 1999 )
Tabel 1 : Kandungan bahan – bahan dalam lateks Segar dan lateks yang Dikeringkan : Bahan
Lateks segar ( % )
Lateks yang dikeringkan (%)
Kandungan karet
35,62
88,28
Resin
1,65
4,10
Protein
2,03
5,04
Abu
0,70
0,84
Zat gula
0,34
0,84
Air
59,62
1,00
Karet alam adalah polimer dari suatu isoprena ( 2 metil 1,3 butadiena ) CH2 = C – CH = CH2 ——— | CH3 Isoprena
( CH2 – C = CH – CH2 )n
| CH3 Poli isoprena
( 2 metil 1,3 butadiena )
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
26
2.6 Lateks Pekat
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan – bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 : Standar Mutu Lateks Pekat Lateks pusingan
Lateks Dadih
(Centrifuged Latex )
( Creamed Latex )
1. Jumlah padatan minimun
61,5 %
64,0 %
2. kadar karet kering
60,0 %
62,0 %
2,0 %
2,0 %
1,6 %
1,6 %
50
50
centipoises
centipoises
0,10 %
0,10 %
0,08 %
0,08 %
0,80
0,80
minimum 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 minimum 4. Kadar amoniak minimum 5. Viskositas maksimum pada suhu 25 0C 6. Endapan dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulan dari jumlah padatan maksimum 8. Bilangan KOH
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
27
maksimum 9. kemantapan mekanis
475 detik
475 detik
0,001 %
0,001 %
0,001 %
0,001 %
tidak biru
tidak biru
13. Bau setelah dinetralkan
tidak kelabu
tidak kelabu
dengan asam borat
tidak boleh
tidak boleh
berbau busuk
berbau busuk
minimum 10. Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum 11. Persentase yang kadar mangan dari jumlah padatan maksimum 12. Warna
( Boehana S.M, 1993 ) 2.6.1 Karet Bongkah atau Block Rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR ( Standard Indonesian Rubber ) seperti tertera dalam tabel 3. Di Malaysia daftar seperti SIR diatas tercantum dalam SMR ( Standard malaysian rubber ). Dibanding dengan SIR, SMR mempunyai sedikit perbedaan dan standar yang dibuatpun mencakup lebih banyak ketentuan. Daftar SMR selengkapnya dapat dilihat pada tabiel 4 .
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
28
Tabel 3 : Standard Indonesian Rubber SIR 5 L
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 50
Kadar kotoran maksimum
0,05 %
0,05 %
0,10 %
0,20 %
0,50 %
Kadar abu maksimum
0,50 %
0,50 %
0,75 %
1,00 %
1,50 %
Kadar zat asiri maksimum
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
PRI maksimum
60
60
50
40
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
30
30
30
Limit warna maksimum
6
_
_
_
_
hijau
hijau
hijau
hijau
hijau
SMR 5
SMR 10
SMR 20
SMR
Kode warna
Tabel 4 : Standard Malaysian Rubber SMR 5 L
50 Kadar kotoran maksimum
0,05 %
0,05 %
0,10 %
0,20 %
0,50 %
Kadar abu maksimum
0,60 %
0,60 %
0,75 %
1,00 %
1,50 %
Kadar nitrogen maksimum
0,65 %
0,65 %
0,65 %
0,65 %
0,65 %
Kadar zat atsiri maksimum
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
1,0 %
PRI maksimum
60
60
50
40
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
30
30
30
Limit warna maksimum
6,0 %
_
_
_
_
Kode warna
hijau
hijau
cokelat
merah
kuning
muda
muda
Warna bungkus plastik
jernih
jernih
jernih
jernih
jernih
Warna strip plastik
jernih
keruh
keruh
keruh
keruh
putih
putih
putih
putih
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
29
2.6.2 Sifat Karet alam
Karet alam mengandung seratus persen cis – 1,4 – polisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang denga gugus isoprenik yang berulang. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tebel berikut ( Tabel 5 ) : Tabel 5 : Komposisi lateks segar dan lateks kering menurut Indra Surya Komponen
Komponen dalam lateks
Komponen dalam lateks
segar ( % )
kering ( % )
Karet hidrokarbon
36
92 – 94
Protein
1,4
2,5 – 3,5
Karbohidrat
1,6
_
Lipida
1,6
2,5 – 3,2
Persenyawaan organik
0,4
_
Persenyawaan anorganik
0,5
0,1 – 0,5
Air
58,5
0,3 – 1,0
lain
Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas mooneynya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai Viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan ( strain ). Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi sambung silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan mengolah lateks dengan garam hidroksilamin. Garam hidroksilamin akan bereaksi dengan gugus aldehid membentuk oksin tak aktif. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
30
Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam (natural rubber) merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber (SBR). Untuk mengubah sifat fisik dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Suhu adalah faktor yang cukup penting dalam proses vulkanisasi, namun tanpa adanya panas pun karet tetap dapat divulkanisasi.
Proses Vulkanisasi
Sejak Goodyear melakukan percobaan memanaskan karet dengan sejumlah kecil sulfur, proses ini menjadi metode terbaik dan paling praktis untuk merubah sifat fisik dari karet. Proses ini disebut vulkanisasi. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada karet alam, namun juga pada karet sintetis. Telah diketahui pula bahwa baik panas maupun sulfur tidak menjadi faktor utama dari proses vulkanisasi. Karet dapat divulkanisasi atau mengalami proses curing tanpa adanya panas. Contohnya dengan bantuan sulfur klorida. Banyak pula bahan yang tidak mengandung sulfur tapi dapat memvulkanisasi karet. Bahan ini terbagi dua yaitu oxidizing agents seperti selenium, telurium dan peroksida organik. Serta sumber radikal bebas seperti akselerator, senyawa azo dan peroksida organik.
( Indra Surya, 2005 )
Banyak reaksi kimia yang berhubungan dengan vulkanisasi divariasikan, tetapi hanya melibatkan sedikit atom dari setiap molekul polimer. Definisi dari vulkanisasi Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
31
dalam kaitannya dengan sifat fisik karet adalah setiap perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer, meningkatkan tensile strength dan modulus serta preserve its extensibility. Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan sulfur, proses itu tetap berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil bahan organik atau anorganik yang disebut akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya, akselerator membutuhkan bahan kimia lain yang dikenal sebagai aktivator, yang dapat berfungsi sebagai aktivator adalah oksida-oksida logam seperti ZnO. Vulkanisasi dapat dibagi menjadi dua kategori, vulkanisasi nonsulfur dengan peroksida, senyawa nitro, kuinon atau senyawa azo sebagai curing agents; dan vulkanisasi dengan sulfur, selenium atau telurium.
Vulkanisasi karet masih merupakan proses yang lambat, sehingga lebih banyak sulfur yang digunakan daripada jumlah optimumnya. Waktu curing beberapa jam, oleh karena itu dibutuhkan bahan yang mampu mempercepat proses vulkanisasi. Kalsium, magnesium atau seng oksida (akselerator anorganik) dapat mempercepat proses vulkanisasi. Industri karet mengalami perubahan besar ketika diperkenalkan akselerator organik untuk vulkanisasi. Diantaranya ialah senyawa-senyawa yang mengandung sulfur seperti tiourea, tiofenol, merkaptan, ditiokarbamat, tiuram disulfida ditambah akselerator nonsulfur seperti urea. Selain dengan cara mengawali pembentukan radikal bebas atau dengan mengikat proton, beberapa akselerator dapat bekerja dengan bantuan panas. Beberapa akselerator memerlukan aktivator dalam kerjanya.
Keberadaan oksida logam atau garam dari kalsium, seng atau magnesium diperlukan untuk mencapai efek penuh dari hampir semua jenis akselerator. Kelarutan dari bahan sangat penting. Oleh karena itu, oksida-oksida logam banyak digunakan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
32
bersama asam organik seperti asam stearat atau sabun dari logam yang digunakan (stearat, laurat). Disamping kebutuhan akan aktivator, dengan akselerator seperti merkaptobenzotiazol, adanya oksida logam menjadi sangat penting dalam menentukan jenis reaksi ikatan silang yang terjadi. Ikatan yang terbentuk adalah jembatan ion yang kuat yang terbentuk ketika vulkanisasi.
Vulkanisat dengan komposisi karet, sulfur, akselerator, aktivator dan asam organik relatif bersifat lembut. Nilainya dalam industri modern pun relatif rendah. Untuk memperbaiki nilai di industri perlu ditambahkan bahan pengisi. Penambahan ini meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti tensile strength, stiffness, tear resistance, dan abrasion resistance. Bahan yang ditambahkan disebut reinforcing fillers dan perbaikan yang ditimbulkan disebut reinforcement. Hanya sedikit bahan pengisi yang bersifat memperbaiki satu atau dua sifat karet alam. Sementara yang lainnya melemahkan vulkanisat pada satu atau dua sifat. Bahan tersebut dikenal sebagai inert fillers. Kemampuan filler untuk memperbaiki sifat vulkanisat dipengaruhi oleh sifat alami filler, tipe elastomer dan jumlah filler yang digunakan. Komposisi kimia dari filler menentukan kemampuan kerja dari filler. Karbon hitam adalah filler yang paling efisien meskipun ukuran partikel, kondisi permukaan dan sifat lain dapat dikombinasikan secara luas. Sifat elastomer juga turut menentukan daya kerja dari filler. Bahan yang baik untuk memperbaiki sifat karet tertentu, belum tentu bekerja sama baiknya untuk jenis karet lain. Peningkatan jumlah filler menyebabkan perbaikan sifat vulkanisat. Karbon hitam adalah satu-satunya bahan murah yang dapat memperbaiki ketiga sifat penting vulkanisat yaitu tensile strength, tear resistance dan abrasion resistance.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
33
Cara pencampuran mengukiti standar dari PT. Bridgestonr juga, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Kompon nonproduktif
Yang terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixing Mill. Suhu penggilingan 80 – 90oC. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5 – 5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill. Lembaran didinginkan di dalam air, kemudian dicelupkan di dalam larutan MgCO3, untuk mencegah kelengketan.
2. Kompon produktif
Kompon produktif dibuat dari nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakkan juga dengan Banbury Mixing Mill, kemudian dibuat lembaran dengan sheeting mill. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan di dalam larutan MgCO3, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 16 – 24 jam.
( Spillane James, 1983 )
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
34
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat – Alat
- Analytical Balance - Termometer 200oC - Labu ukur - Gelas Erlenmeyer - Oven - Saringan 325 mesh - Pemanas infrared - Penjepit - Gunting - Botol pencuci - Talam alumunium - Ultrasonic Cleaner - Slide Projector - Desikator - Kantong Plastik 3.2 Bahan – Bahan - Mineral Terpentine - Silica Gel Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
35
- Karet Sheet - Aquadest - Peptiser
3.3 Prosedur Giling contoh uji untuk penetapan kadar kotoran sebesar 20 – 25 g melalui gilingan laboratorium ( setelah penggilingan pertama, lembaran karet dilipat dua ), kedua rol berputar dengan kecepatan yang sama dan celah rol diatur 0,35 mm. Timbang kira – kira 10 g lembaran contoh karet dengan ketelitian mendekati 0,1 mg. kemudian digunting kecil – kecil menjadi 12 – 15 potongan. Masukkan potongan tersebut kedalam labu erlenmeyer 200 ml yang telah berisi terpentin mineral 250 ml dan 1 – 2 ml peptiser. Panaskan diatas pemanas infra merah selama 1,5 – 2,5 jam pada suhu kira – kira 120oC. Kocok sekali – kali untuk mempercepat pelarutan. Jika karet telah sempurna, saring dalam keadaan panas secara dekantasi melalui saringan yang bersih. Saringan yang akan digunakan, sebelumnya harus dikeringkan didalam oven selama 1 jam pada suhu 100oC dan setelah didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar kemudian ditimbang. Biarkan kotoran mengendap sebanyak mungkin di dasar labu erlenmeyer untuk pencucian selanjutnya. Cuci kotoran di dalam labu sebanak 2 kali masing – masing dengan 30 – 50 ml terpentin panas. Tuangkan cucian kedalam saringan dengan memiringkan labu sehingga mulut labu menghadap ke bawah. Semprotkan terpentin dingin ke dalamnya dengan menggunakan botol semprot. Usahakan agar seluruh sisa kotoran terbawa ke dalam saringan. Pencucian diakhiri dengan menyemprotkan terpentin panas pada sekeliling dinding bagian dalam saringan dengan hati – hati. Keringkan saringan berisi kotoran Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
36
di dalam oven pada suhu 90 – 100oC selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang dengan ketelitian mendekati 0,1 mg. Perhitungan : A–B Kadar Kotoran = ————x 100 % C Dimana : A
= berat kadar kotoran + berat saringan
B
= berat saringan kosong
C
= berat contoh
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
37
BAB 4
DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Percobaan
No
Nomor
Berat saringan
Berat
Kotoran +
Contoh
(g)
contoh ( g )
saringan
Dirt ( % )
(g) 1
9
23,0776
10,0063
23,0870
0,094
2
18
23,0776
10,0063
23,0870
0,094
3
27
24,2300
10,0018
24,2390
0,090
4
36
24,2300
10,0018
24,2390
0,090
5
45
21,8608
10,0091
21,8697
0,089
6
54
21,8608
10,0091
21,8697
0,089
7
63
20,4720
10,0048
20,4707
0,087
8
72
20,4720
10,0048
20,4707
0,087
4.2. Perhitungan 4.2.1. Penentuan Dirt Content M2 – M 1 Dirt Content = ————x 100 % Mo Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
38
Dimana : M2 = berat saringan + kotoran M1 = berat saringan kosong Mo = berat contoh 23,0870 – 23,0776 1.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0063 0,0094 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0063
= 0,094 % 23,0870 – 23,0776 2.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0063
0,0094 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0063
= 0,094 % 24,2390 – 24,2300 3.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0018
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
39
0,009 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0018 = 0,090 % 24,2390 – 24,2300 4.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0018 0,009 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0018 = 0,090 % 21,8697 – 21,8608
5.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0091 0,0089 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0091 = 0,089 % 21,8697 – 21,8608
6.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0091 0,0089 Dirt Content = ————— x 100 % 10,0091 = 0,089 %
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
40
20,4707 – 20,4720 7.
Dirt Content = ————————— x 100 % = 0,089 % -
0,0013
Dirt Content = ————— x 100 % 10,0048 = - 0,013 %
20,4707 – 20,4720 8.
Dirt Content = ————————— x 100 % 10,0048 -
0,0013
Dirt Content = ————— x 100 % 10,0048 = - 0,013 %
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
41
4.1.3. Persamaan Leats Square Dimana : X = nomor contoh ( Pallet ) Y = % Dirt Content No
X
Y
XY
X2
1
9
0,094
0,864
81
2
18
0,094
1,692
324
3
27
0,090
2,430
729
4
36
0,090
3,240
1296
5
45
0,089
4,005
2025
6
54
0,089
4,806
2916
7
63
0,087
5,481
3969
8
72
0,087
6,264
5184
Σ X = 324
Σ Y = 0,72
Σ XY = 28,764
Σ X2 = 16524
n. ( Σ XY ) – ( Σ X ) ( Σ Y ) a = ——————————— n ( Σ X2 ) – ( Σ X )2
8 ( 28,764 ) – ( 324 ) ( 0,72 ) a = ——————————— 8 ( 16524 ) – ( 324 ) 2 230,112 – 233,28 a = ——————— 132192 – 104976 Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
42
a = - 0,00011
( Σ X2 ) ( Σ Y ) – ( Σ X ) ( Σ XY ) b = —————————————— n ( Σ X2 ) – ( Σ X )2 ( 16524 ) ( 0,72 ) – ( 324 ) ( 28,7624 ) b = ——————————————— 8 ( 16524 ) – ( 324 )2
11897,28 – 9319,0716 b = ——————————— 1312192 – 104976
b = 0,094 4.1.4. Persamaan Garis regresi Persamaan : Y = ax + b Y1 = ( - 0,000116 ) ( 9 ) + 0,094
= 0,093
Y2 = ( - 0,000116 ) ( 18 ) + 0,094
= 0,092
Y3 = ( - 0,000116 ) ( 27 ) + 0,094
= 0,091
Y4 = ( - 0,000116 ) ( 36 ) + 0,094
= 0,090
Y5 = ( - 0,000116 ) ( 45 ) + 0,094
= 0,089
Y6 = ( - 0,000116 ) ( 54 ) + 0,094
= 0,088
Y7 = ( - 0,000116 ) ( 63 ) + 0,094
= 0,087
Y8 = ( - 0,000116 ) ( 72 ) + 0,094
= 0,086
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
43
Tabel 6. Data Menurut Metode Least Square
No
X ( Nomor Contoh )
Y ( % Dirt Content )
1
9
0,093
2
18
0,092
3
27
0,091
4
36
0,090
5
45
0,089
6
54
0,088
7
63
0,087
8
72
0,086
4.2. Pembahasan
Kadar kotoran merupakan salah satu
parameter yang harus dipenuhi dalam
meningkatkan mutu karet. Zat – zat pengotor yang terkandung dalam karet adalah batu, pasir, daun, tali rotan, batang karet, pecahan mangkok karet, ranting pohon, dan tatal. Agar standar parameter kadar kotoran memenuhi standar zat – zat pengotor tersebut harus diminimalkan yang terdapat pada karet tersebut. Kualitas karet dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kadar kotoran. Bila kadar kotoran sangat banyak maka akan mempengaruhi kualitas karet, untuk itu perlu diminimalkan kadar kotoran yang terdapat pada karet tersebut. Untuk menjaga kualitas karet remah tersebut agar memenuhi standar parameter kadar kotoran yang telah ditetapkan. Kadar kotoran maksimum yang telah ditetapkan oleh Standard Indonesian Rubber ( SIR ) adalah 0,20 %, yang juga dibandingkan oleh Standard Malaysian Rubber ( SMR ) adalah 0,20 %. Selanjutnya dari hasil perhitungan untuk karet tipe SIR 20 yang telah dilakukan di pabrik Bridgestone Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
44
Sumatera Rubber Estate ( BSRE ) adalah 0,20 %. Kadar kotoran yang diperbolehkan masih memenuhi persyaratan yaitu SIR 20 harus 0,20 % maksimum. Bila kadar kotoran lebih besar dari persyaratan yang ditentukan diatas maka kualitas mutu karet tidak baik karena tidak sesuai dengan kriteria maksimal kadar kotoran.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
45
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kadar kotoran yang dihitung sesuai dengan kadar kotoran maksimum dari Standard Indonesian Rubber ( SIR ) 20 yaitu 0,20 %. Kadar kotoran tersebut masih diperkenankan untuk kualitas karet remah.
5.2. Saran
1. Sebaiknya karet yang digunakan harus sesuai dengan standar parameter dari kadar pengotor ( dirt content ). 2. Sebaiknya alat – alat dari penyadapan harus bersih agar tidak tercemar dari zat pengotor
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Boehana Setya Midjaja, 1993, “ Karet Budidaya dan Pengolahan ”, Penerbit kanisius, Yogyakarta. 2. Indra Surya. Ir. ” Buku Ajar Teknologi Karet ” , USU, Medan. 3. Rubber Stichting, 1983, ” Karet Alam ”, Edisi Pertama, Penerbit Kinta, Jakarta. 4. Spillane J. J. ” Komoditi Karet”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 5. Tim Penulis. PS. ” Karet ”, Penerbit Swadaya, Jakarta.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009