Pengaruh Indeks Tata Kelola Perusahaan pada Biaya Audit Eksternal di Indonesia: Studi Empiris pada Pasar Modal Indonesia Periode 2010-2012 Lius Lady Inez Dominique
Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok Jawa Barat 16424
E-mail:
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian adalah melihat pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal perusahaan terbuka di Indonesia. Ada dua teori yang digunakan, substitution theory dan signaling theory. Nilai tata kelola perusahaan diperoleh berdasarkan ASEAN Corporate Governance Scorecard. Berdasarkan metode purposive sampling (seluruh emiten di BEI, kecuali sektor keuangan, yang mempublikasikan biaya audit eksternal), terdapat 51 observasi yang digunakan (17 perusahaan sampel pada tahun 2010-2012). Hasil uji statistik Random Effect menunjukkan bahwa kedua teori dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal. Hak pemegang saham serta transparansi dan pengungkapan berpengaruh negatif, sementara perlakuan yang sama pada semua pemegang saham dan tanggung jawab dewan berpengaruh positif. Secara keseluruhan, signaling theory lebih menjelaskan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal di Indonesia.
Effect of Corporate Governance Index on External Audit Fee in Indonesia: An Empirical Study of Indonesian Capital Market in 2010-2012
Abstract The objective of this study is to observe the effect of corporate governance index on external audit fee of public companies listed on Indonesia Stock Exchange. Two theories explaining the effect are substitution and signaling theory. ASEAN Corporate Governance Scorecard is used to represent the corporate governance index. 51 observations (all companies listed in IDX, except financial services, that published audit fees) are used in this study (17 sample companies during the year 2010-2012). Statistical results, based on Random Effect, show that both theories may be used in explaining the effect. Rights of shareholders and transparency & disclosure affect audit fee negatively, while equitable treatment of shareholders and responsibilities of the board affect audit fee positively. Overall, signaling theory explains the effect of corporate governance index on external audit fee in Indonesia. Keywords: corporate governance index, external audit fee, substitution theory, signaling theory, ASEAN Corporate Governance Scorecard
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
1.
Pendahuluan Tata kelola perusahaan didefinisikan Organization for Economic Co-Operation and
Development (OECD, 2004) sebagai sistem yang mengatur dan mengontrol jalannya operasi perusahaan. Dalam sistem ini, dijabarkan pembagian hak dan tanggung jawab bagi masingmasing anggota perusahaan serta aturan dan prosedur yang diperlukan dalam mengambil keputusan perusahaan. Sejak krisis finansial di negara-negara Asia, salah satunya Indonesia, pada 1997-1998, tata kelola perusahaan semakin berkembang pesat. Lemahnya pengawasan oleh Dewan Komisaris yang mengakibatkan krisis tersebut menyadarkan berbagai pihak bahwa tata kelola perusahaan sangat diperlukan. Auditor merupakan bagian dari mekanisme eksternal tata kelola perusahaan yang dikenal sebagai agent of reputation. Sebagai imbal jasa atas pemeriksaan yang dilakukannya, auditor menerima pembayaran biaya audit oleh perusahaan yang diauditnya. Besarnya biaya tersebut dipengaruhi oleh ukuran perusahaan, kompleksitas, dan risiko audit (Hribar et al., 2010 dalam Stanley, 2011). Salah satu penelitian terkait tata kelola perusahaan dan biaya audit eksternal adalah penelitian Wu (2012). Beliau menyebutkan terdapat dua teori yang bertolak belakang dalam menjelaskan pengaruh tata kelola perusahaan. Substitution theory (Wu, 2012) menyebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik akan mengarah pada biaya agensi yang lebih rendah, sehingga kompleksitas audit dapat diminimumkan dan biaya audit menjadi lebih rendah; sementara, signaling theory (Wu, 2012) menyebutkan bahwa asimetri informasi antara pihak internal dan eksternal perusahaan menyebabkan pihak internal berusaha memberikan sinyal akan kualitas tata kelola perusahaan lewat prosedur audit yang lebih menyeluruh sehingga meningkatkan biaya audit. Pada penelitian ini, Penulis bermaksud melakukan penelitian akan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal di Indonesia. 2.
Tinjauan Literatur
2.1.
Pengukuran Tata Kelola Perusahaan Tidak hanya berhenti pada penerapan prinsip dan pedoman, praktik tata kelola
perusahaan kini mengarah pada pengukuran penerapan tata kelola perusahaan. Hal ini dilakukan agar area-area terkait tata kelola perusahaan yang harus diperbaiki dapat diidentifikasi dengan memperhatikan praktik keteladanan yang berlaku di tingkat internasional (Otoritas Jasa Keuangan, 2014).
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Campbell (1938) dalam Godfrey et al. (2010) menyebutkan bahwa pengukuran adalah penetapan angka untuk merepresentasikan sifat dari suatu hal selain angka, dengan mempertimbangkan hukum yang mengatur hal tersebut. Godfrey et al. (2010) membagi pengukuran ke dalam tiga kategori, yakni fundamental, turunan, dan fiat. Pengukuran tata kelola perusahaan merupakan salah satu jenis pengukuran fiat, yakni pengukuran dengan menggunakan definisi yang ditetapkan sebelumnya. Sarkar et al. (2012) menyebutkan bahwa banyaknya aspek, variabel, dan informasi yang dicakup dalam tata kelola perusahaan menyebabkan sulitnya memahami tata kelola perusahaan secara menyeluruh. Oleh karena itu, Sarkar et al. (2012) menyarankan penggunaan Corporate Governance Index yang memadai untuk merangkum poin-poin atau aspek-aspek dalam tata kelola perusahaan yang berguna. ASEAN Corporate Governance Scorecard (selanjutnya disingkat ACGS) merupakan salah satu kerangka penilaian tata kelola perusahaan yang terbaru. Kerangka penilaian ini dikembangkan sejak awal 2011 oleh enam ahli tata kelola perusahaan di ASEAN. Kerangka ini menggunakan lima prinsip tata kelola perusahaan menurut OECD (2004) dan terdiri dari dua level, yakni level 1 (185 poin) dan level 2 (bonus dan penalti, 34 poin). Prinsip tata kelola perusahaan menurut OECD (2004) yang digunakan sebagai dasar kerangka ini adalah hak pemegang saham, perlakuan yang sama pada semua pemegang saham, peran pemangku kepentingan, pengungkapan dan transparansi, serta tanggung jawab dewan. Salah satu alasan dilakukannya pengukuran tata kelola perusahaan adalah sebagai bentuk signaling. Wu (2012) menyebutkan bahwa terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan investor eksternal dan karenanya perusahaan akan berusaha melakukan signaling kepada pihak eksternal perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi ini. Selain itu, perusahaan dapat melakukan pengukuran tata kelola sebagai bentuk kepatuhan akan regulasi. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan perusahaan perbankan telah diwajibkan melakukan penilaian/pengukuran tata kelola perusahaan sesuai Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006. 2.2.
Biaya Audit Eksternal Audit atas laporan keuangan didefinisikan oleh Arens et al. (2009) sebagai jasa
profesional independen yang diberikan untuk meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan dengan mendapatkan keyakinan wajar bahwa laporan keuangan yang disajikan perusahaan bebas dari salah saji yang material baik karena kesalahan maupun kecurangan. Tujuan audit untuk meningkatkan kualitas informasi menunjukkan peran auditor
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
sebagai agent of reputation bagi perusahaan. Opini yang dikeluarkan oleh auditor atas kewajaran laporan keuangna perusahaan menjadi pertimbangan bagi investor untuk menentukan apakah laporan keuangan perusahaan dapat digunakan untuk mendasari keputusan investasi mereka. Materialitas merupakan besarnya nominal salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil pengguna laporan keuangan (IFAC, 2010). Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan risiko. Bila perusahaan memiliki risiko yang tinggi, tingkat materialitas yang dipertimbangkan dalam perikatan audit akan semakin rendah karena salah saji informasi akuntansi yang kecil saja dapat mempengaruhi kewajaran laporan keuangan. Risiko juga berkaitan dengan besarnya sampel yang diambil auditor. Dalam mengaudit perusahaan yang berisiko, auditor membutuhkan sampel yang lebih banyak untuk meyakini bahwa laporan keuangan yang disajikan wajar. Sebagai jasa profesional independen, auditor menerima sejumlah imbalan atas jasa yang telah dilakukannya. Besarnya biaya audit ini umumnya telah dinyatakan di awal dalam perjanjian perikatan audit beserta ketentuan pembayarannya. Dalam menentukan besarnya biaya audit tersebut, auditor mempertimbangkan jumlah sumber daya yang diperlukan dalam menjalankan perikatan audit tersebut. Dalam mengaudit perusahaan yang kompleks, tentunya auditor membutuhkan sumber daya yang lebih dibandingkan dengan mengaudit perusahaan yang sederhana. Kompleksitas perusahaan muncul sebagai fungsi dari ukuran perusahaan, risiko yang dihadapinya, dan karakteristik lainnya (Hay et al. 2006, Taylor 2011, dan Taylor & Simon 1999). O’Sullivan (2000) serta Ferguson & Stokes (2002) dalam Taylor (2011) mengemukakan bahwa besarnya biaya audit yang diterima KAP Big 4 relatif lebih tinggi (premium) dibandingkan dengan yang diterima KAP Non-Big 4. Di Indonesia, besarnya biaya audit telah diatur menjadi bagian dari pengungkapan wajib perusahaan dalam laporan tahunan sesuai Peraturan Bapepam-LK No. X.K.6. tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Meski demikian, tidak adanya sanksi membuat banyak perusahaan masih belum mempublikasikan biaya auditnya. 2.3.
Substitution Theory Wu (2012) menyebutkan bahwa terdapat dua teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan pengaruh tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal. Teori pertama, substitution theory, pertama kali dikemukakan oleh Williamson (1983), menyebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik akan menurunkan agency cost, sehingga risiko perusahaan
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
yang diaudit akan lebih rendah dan karenanya biaya audit yang dikenakan juga akan lebih rendah (Wu, 2012). Audit dipandang sebagai suatu bentuk tata kelola perusahaan secara eksternal yang dapat tergantikan oleh tata kelola perusahaan secara internal dalam level tertentu (Naser et al., 2013). Kebanyakan penelitian akan hubungan tata kelola perusahaan dan biaya audit adalah berdasarkan teori ini (Wu, 2012). Selain Tsui et al. (2001), Cohen & Hanno (2000) dalam Griffin et al. (2008) menemukan bahwa tata kelola perusahaan yang superior mengurangi control testing yang harus dilakukan auditor. Cohen et al. (2002) menemukan bahwa auditor juga mempertimbangkan faktor tata kelola, terutama peran manajemen, dalam merencanakan dan menjalankan audit. Bedard & Johnstone (2004) dalam Griffin et al. (2008) menemukan bahwa nilai biaya audit yang dimuat dalam engagement letter meningkat sejalan dengan risiko manajemen laba dan interaksi risiko manajemen laba dengan risiko tata kelola. 2.4.
Signaling Theory Teori kedua yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh tata kelola perusahaan
pada biaya audit eksternal adalah signaling theory. Pertama kali dikemukakan oleh Spence (1973, dalam Scott, 2012) dalam konteks bursa kerja, teori ini banyak dikembangkan kembali untuk menjelaskan asimetri informasi di bidang lain, misalnya pasar modal (Scott, 2012). Kurangnya informasi yang dimiliki investor dapat membuat investor bertindak kurang favorable bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan akan mengambil langkah untuk memastikan bahwa investor mengerti informasi akan perusahaan (memitigasi asimetri informasi) dengan signaling (Wu, 2012), yakni dengan menggunakan informasi akuntansi untuk memberikan sinyal pada pasar akan ekspektasi dan intensi perusahaan di masa mendatang (Godfrey et al., 2010). Carcello et al. (2002) mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengirimkan sinyal ke pasar modal adalah dengan menggunakan jasa audit yang lebih kompleks. Fan & Wong (2005) menyebutkan bahwa cara lainnya adalah dengan memilih penyedia jasa informasi yang kredibel. Dua studi ini mengarah pada penggunaan jasa audit yang lebih kompleks dan berbiaya lebih tinggi. Tentunya, perusahaan yang ingin mengirimkan sinyal ke pasar ini adalah perusahaan yang memang berada dalam kondisi, termasuk tata kelola, yang baik. Dengan adanya sinyal tata kelola perusahaan yang baik ini, diharapkan ada peningkatan persepsi akan perusahaan untuk nantinya memperoleh pembiayaan dari pasar, meningkatkan nilai perusahaan (firm value), atau menurunkan biaya pembiayaan (financing cost). Maka,
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik akan bersedia membayar biaya audit yang lebih tinggi untuk mendapatkan kredibilitas. 2.5.
Pengembangan Hipotesis Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur bahwa
perusahaan harus menyampaikan laporan tahunan secara berkala, termasuk di dalamnya laporan keuangan yang telah diaudit, kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Hal ini menunjukkan peran auditor dalam mekanisme tata kelola perusahaan secara eksternal, yakni meningkatkan kualitas informasi yang diberikan oleh manajemen (agent) kepada pemegang saham (principal). Tidak hanya bagi pemegang saham, laporan keuangan juga digunakan oleh pemangku kepentingan yang lainnya. Investor menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi mereka dan kreditur menggunakan laporan keuangan sebagai dasar jika perusahaan mematuhi ketentuan kontrak kredit mereka (covenants) (Fan & Wong, 2005). Dengan adanya opini audit, pemangku kepentingan yang bersangkutan dapat menentukan apakah informasi yang terkandung dalam laporan keuangan memang layak mereka gunakan sebagai dasar pengambilan keputusan karena tidak mengandung salah saji yang material atau tidak. Rezaee (2004) menegaskan posisi auditor sebagai agent of reputation dengan menyatakan peran auditor adalah memberikan kredibilitas pada laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan dengan memberikan keyakinan bahwa laporan tersebut tidak mengandung salah saji yang material. Krishnan (2001) mengemukakan bahwa terdapat asosiasi antara kualitas struktur tata kelola perusahaan dan terjadinya masalah dalam kontrol internal. Hal ini akan dapat mempengaruhi penilaian auditor akan risiko kontrol perusahaan dan extent prosedur audit yang dilakukan. Studi Krishnan (2001) ini diperkuat oleh studi Cohen et al. (2002) yang menjelaskan bagaimana auditor mempertimbangkan tata kelola perusahaan dalam menjalankan perikatan auditnya. Meski hubungan audit eksternal dengan tata kelola perusahaan yang baik sangat erat, pengaruh tata kelola pada biaya audit masih kurang dieksplorasi di Indonesia. Tetapi, berbagai penelitian tersebut tidak mendokumentasikan hasil yang konsisten. Carcello et al. (2002) menemukan bahwa ada dewan yang lebih kuat pengaruhnya akan menggunakan jasa audit yang lebih baik, seringkali dikaitkan dengan lebih tingginya biaya. Tsui et al. (2001) dalam Griffin et al. (2008) mendokumentasikan bahwa tata kelola perusahaan yang baik
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
menurunkan control risk, sehingga perikatan audit yang dilakukan lebih sederhana dan menurunkan biaya audit. Griffin et al. (2008) sendiri mendokumentasikan hasil yang bertentangan berkaitan dengan hubungan tata kelola perusahaan dan biaya audit. Mereka mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki kebutuhan untuk merefleksikan tata kelola perusahaan yang baik akan membayar biaya audit yang lebih tinggi, tetapi tata kelola perusahaan yang baik pada saat yang bersamaan juga akan menurunkan control risk yang serta merta menurunkan risiko audit, dan karenanya biaya audit. Pada penelitian ini, Penulis memiliki hipotesis sesuai substitution theory, yakni: H1. Perusahaan yang memiliki nilai indeks tata kelola perusahaan yang baik akan membayar biaya audit yang lebih rendah. Tata kelola perusahaan sendiri merupakan kumpulan dari beragam komponen dan mekanisme yang membentuk suatu sistem utuh berkaitan dengan pengelolaan urusan perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan bisnis (Utama, 2003). OECD Principles (2004), sebagai prinsip umum yang seringkali digunakan sebagai dasar penilaian, menyebutkan bahwa prinsip tata kelola perusahaan terdiri dari hak pemegang saham, perlakuan yang sama pada setiap pemegang saham, peran pemangku kepentingan, pengungkapan dan transparansi, serta tanggung jawab dewan. Dengan demikian, hipotesis 1 dapat dijabarkan menjadi: H1a.
Perusahaan yang memberikan hak pemegang saham dengan baik akan membayar
biaya audit yang lebih rendah. H1b.
Perusahaan yang memperlakukan pemegang sahamnya dengan setara akan
membayar biaya audit yang lebih rendah. H1c.
Perusahaan yang memperhatikan peran-peran pemangku kepentingannya akan
membayar biaya audit yang lebih rendah. H1d.
Perusahaan yang memiliki pengungkapan dan transparansi yang baik akan
membayar biaya audit yang lebih rendah. H1e.
Perusahaan yang memperhatikan tanggung jawab dewannya dengan baik akan
membayar biaya audit yang lebih rendah. 3.
Metode Penelitian
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Dua model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini tersaji di bawah ini. Penjelasan akan masing-masing variabel diberikan pada Tabel 1.
(3.1)
(3.2)
Tabel 1. Variabel Penelitian Variabel LNFEE GOV1
Hub. ()
GOV2
()
GOV3 GOV4 GOV5
() () ()
GOV
()
PBV BIG4 LNASSETS LOSS INVAST
(+) (+) (+) (+) (+)
Definisi Biaya audit eksternal perusahaan, diberi perlakuan logaritma natural. Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), komponen hak pemegang saham Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), komponen perlakuan yang sama pada semua pemegang saham Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), komponen peran pemangku kepentingan Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), komponen pengungkapan dan transparansi Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), komponen tanggung jawab dewan Penilaian tata kelola perusahaan (ACGS), setelah diberi bobot untuk masing-masing komponennya (10%, 15%, 10%, 25%, 40%). Price-to-book value, menggambarkan pertumbuhan perusahaan Dummy, bernilai 1 bila perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan Big4 Hasil perlakuan logaritma natural nilai total aset perusahaan, proxy ukuran perusahaan Dummy, bernilai 1 bila perusahaan mengalami kerugian pada tahun observasi Rasio persediaan barang dagang pada total aset, menggambarkan risiko aset Sumber: olahan penulis (2014)
Kedua model di atas menggambarkan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal. Pada Model 1, kelima komponen penilaian diperlakukan sebagai lima variabel independen, sedangkan pada Model 2, kelima komponen tersebut diberi pembobotan sesuai aturan ACGS dan digabung menjadi satu variabel independen. Model 1 digunakan untuk meneliti pengaruh masing-masing komponen indeks tata kelola perusahaan sedangkan Model 2 digunakan untuk meneliti pengaruh secara keseluruhan pada biaya audit eksternal. 4.
Analisis dan Pembahasan
4.1.
Sampel Penelitian
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan perusahaan sampel. Perusahaan sampel harus terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 31 Desember 2010 sampai dengan 31 Desember 2012, bukan merupakan perusahaan dalam sektor keuangan, mempublikasikan laporan keuangan dan tahunan secara lengkap, serta mempublikasikan besarnya biaya audit. Pengecualian atas perusahaan dalam sektor keuangan dilakukan karena banyaknya peraturan yang mempengaruhi tata kelola perusahaan dalam sektor keuangan dapat membuat hasil penelitian menjadi bias. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh 17 perusahaan sampel (51 observasi) yang digunakan dalam penelitian ini. 4.2.
Statistik Deskriptif dan Uji Outlier Tabel 2. Statistik Deskriptif
Variabel FEE LNFEE GOV GOV1 GOV2 GOV3 GOV4 GOV5 PBV BIG4 ASSETS LNASSETS LOSS INVAST
n 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
Rata-rata Simpangan Baku Nilai Minimum 3.555E+09 8.498E+09 190000000 21.07913 1.11616 19.06253 58.946736 8.0994366 72.571737 54.89257 9.98408 42.85714 36.67820 11.97392 17.64706 49.48646 11.10978 23.80952 76.87280 9.26618 58.97436 59.47226 9.41141 40.32258 3.06989 2.57145 0 0.41176 0.49705 0 2.146E+13 2.586E+13 1.569E+12 30.22674 0.93865 28.08158 0.29412 0.46018 0 0.07498 0.09478 0 Sumber: olahan Penulis (2014)
Nilai Maksimum 4.187E+10 24.45788 44.347089 80.00000 64.70588 76.19048 92.30769 74.32433 10.78534 1 1.114E+14 32.34387 1 0.37252
Tabel 2. menyajikan hasil uji statistik deskriptif. Besarnya biaya audit eksternal yang terbesar dibayarkan oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. pada 2010 sedangkan biaya audit eksternal terkecil dibayarkan oleh PT Bakrie Telecom Tbk. pada 2010. Besarnya biaya audit eksternal menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Variabel independen pada penelitian ini merupakan hasil pengukuran tata kelola perusahaan. Secara keseluruhan, rata-rata perusahaan sampel memiliki nilai tata kelola perushaaan yang cukup tinggi, yakni 58.95. Nilai tata kelola tertinggi secara keseluruhan, yakni 72.57%, diraih oleh PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor kepemilikan perusahaan tersebut. BUMN cenderung dikenai peraturan yang lebih ketat karena selain harus mematuhi peraturan yang dikenakan pada semua perusahaan publik, BUMN juga dikenai peraturan dari Kementerian BUMN.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Dari lima variabel independen Model 1, GOV4 memiliki nilai rata-rata tertinggi (76.87280) menunjukkan bahwa transparansi perusahaan sampel telah cukup baik. Sebaliknya, GOV2 memiliki nilai rata-rata yang rendah (36.67820) menunjukkan bahwa ratarata perusahaan sampel belum memperlakukan pemegang sahamnya (mayoritas dan minoritas) secara setara. Berdasarkan statistik deskriptif di atas, Penulis melakukan uji outlier dengan membandingkan data penelitian dengan batas atas dan batas bawah. Penulis menemukan tiga outlier dalam penelitian ini, yakni pada LNFEE (TLKM pada 2010), PBV (TOWR pada 2010), dan INVAST (TINS pada 2011). Atas ketiga observasi tersebut, dilakukan winsorizing, yakni mengganti nilai observasi dengan batas atas. 4.3.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik Sebelum melakukan uji statistik, Penulis melakukan pengujian asumsi klasik, yakni uji
multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik lainnya, yakni uji autokorelasi, tidak dilakukan karena berdasarkan hasil uji kelayakan model (akan dibahas dalam subbab berikutnya), model regresi yang digunakan adalah Random Effect yang telah menggunakan asumsi generalized least square. Hasil uji multikolinearitas disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Model 1 Variabel GOV GOV1 GOV2 GOV3 GOV4 GOV5 PBV BIG4 LNASSETS LOSS INVAST Rata-rata VIF
VIF
Model 2 1/VIF
VIF
N/A 3.42 3.75 1.87 4.02 2.32 2.13 3.07 1.94 1.83 1.73 2.61
1.74 0.292194 0.266713 0.534493 0.249049 0.431117 0.469597 0.325619 0.515895 0.547072 0.577468
1/VIF 0.573669
N/A
1.47 1.78 1.66 1.23 1.35
0.681829 0.563069 0.604122 0.809783 0.742979
1.54 Sumber: olahan Penulis (2014)
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa tidak ditemukan masalah multikolinearitas karena nilai rata-rata VIF yang berada di bawah 10. Uji heteroskedastisitas menghasilkan angka chi-square dan Prob > Chi-square masing-masing sebesar 1.10 dan 0.2947 pada Model 1 serta 0.30 dan 0.5832 pada Model 2. Oleh karena angka Prob > Chi-square lebih besar dari
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
= 5% (confidence interval), maka H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas dalam kedua model penelitian tersebut. 4.4.
Hasil Uji Kelayakan Model Untuk menentukan metode regresi, Penulis melakukan uji kelayakan model, yakni uji
Chow, uji LM, dan uji Hausman. Berdasarkan ketiga pengujian tersebut, diketahui bahwa Random Effect adalah metode yang digunakan untuk melakukan regresi untuk kedua model. Tabel 4. Hasil Uji Kelayakan Model Model 1
Model 2 LNFEE
Uji Chow p-value Uji LM p-value Uji Hausman p-value Kesimpulan
10.95 Fixed Effect 0.0000 36.99 Random Effect 0.0000 4.91 Random Effect 0.8424 Random Effect Sumber: olahan Penulis (2014)
14.38 Fixed Effect 0.0000 34.59 Random Effect 0.0000 3.26 Random Effect 0.6596 Random Effect
4.5. Hasil Pengujian Statistik Tabel 5. Hasil Regresi Model 1 Model Pengujian: LNFEEit = 0 + 1GOV1it + 2GOV2it + 3GOV3it + 4GOV4it + 5GOV5it + 6PBVit + 7BIG4it + 8LNASSETSit + 9LOSSit + 10INVASTit + ɛ Variabel Ekspektasi Hub. Koefisien Signifikansi (one tail) Konstanta 1.47181 0.377 GOV1 -0.02683 0.089* GOV2 0.0304 0.036** GOV3 -0.01069 0.290 GOV4 -0.02735 0.063* GOV5 0.02629 0.026** PBV + 0.00471 0.432 BIG4 + 0.68599 0.085* LNASSETS + 0.68403 0.000*** LOSS + 0.04192 0.347 INVAST + 0.63253 0.339 F-test 0.0000 Within 0.3998 R-square Between 0.6647 Overall 0.6557 ***, **, * Signifikan pada level 1%, 5%, 10% Sumber: olahan Penulis (2014)
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Berdasarkan hasil regresi Model 1, pengaruh variabel independen GOV* pada variabel dependen LNFEE dapat dikategorikan menjadi tiga, yakni positif signifikan (GOV2 dan GOV5), negatif signifikan (GOV1 dan GOV4), dan negatif tidak signifikan (GOV3). Hal ini kurang sesuai dengan ekspektasi awal yang memperkirakan kesemua variabel independen GOV* berpengaruh signifikan pada variabel dependen LNFEE. Selain itu, ekspektasi awal bahwa pengaruh tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal adalah negatif, sesuai substitution theory, juga kurang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan kedua teori dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal di Indonesia. Berdasarkan tabel di atas, pengaruh variabel independen GOV1 (hak pemegang saham) pada variabel dependen LNFEE adalah negatif signifikan (signifikansi = 0.089, one tail). Pengaruh negatif ini menunjukkan kesesuaian dengan substitution theory (terima H1a) yang menyatakan bahwa semakin baik tata kelola suatu perusahaan, semakin rendah biaya audit eksternal yang dibayarkan perusahaan tersebut. Berkaitan dengan komponen ini, semakin baik perusahaan memenuhi hak-hak pemegang sahamnya, semakin rendah perusahaan tersebut membayar biaya audit eksternalnya. Penelitian-penelitian sebelumnya (Cheng et al., 2006) juga organisasi-organisasi terkait tata kelola perusahaan telah menyebutkan bahwa tata kelola perusahaan akan membawa berbagai manfaat, salah satunya adalah meminimalkan biaya modal (cost of capital) (Utama, 2003). Oleh karena itu, risiko yang dialami perusahaan pun akan terminimalkan. Ketika auditor melakukan perencanaan audit untuk menentukan prosedur manakah yang perlu dilakukan dalam perikatan audit, auditor menggunakan penilaian risiko perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dengan risiko minimum akan membayar biaya audit yang lebih rendah karena prosedur audit yang perlu dilakukan tidak terlalu kompleks. Pengaruh variabel independen GOV2 (perlakuan yang sama pada semua pemegang saham) pada variabel dependen LNFEE adalah positif signifikan.
Hasil ini justru
menunjukkan kesesuaian dengan signaling theory (tolak H1b) yang menyatakan bahwa semakin baik tata kelola suatu perusahaan, semakin tinggi pula biaya audit eksternal yang dibayarkan perusahaan karena perusahaan ingin memberi sinyal pada pihak eksternal bahwa perusahaan memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini berarti semakin setara suatu perusahaan memperlakukan semua pemegang sahamnya (mayoritas dan minoritas), semakin tinggi pula biaya audit eksternal yang dibayarkan perusahaan tersebut. Hal ini mungkin dikarenakan perusahaan ingin memberikan sinyal pada pihak eksternal, khususnya investor, bahwa perusahaan tidak melakukan ekspropriasi pada pemegang saham minoritas sehingga
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
calon investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pengaruh positif ini telah sebelumnya dinyatakan oleh Jaggi & Pek (2011), yakni bahwa perlindungan investor di negara yang tidak memiliki peraturan pasar modal yang kuat akan meningkatkan biaya audit eksternal karena prosedur audit yang diperlukan lebih mendalam dan luas cakupannya. Pengaruh variabel independen GOV3 (peran pemangku kepentingan) pada variabel dependen LNFEE adalah negatif tidak signifikan (signifikansi = 0.290, one tail). Dalam kerangka penilaian ACGS, komponen dalam bagian peran pemangku kepentingan diantaranya adalah keselamatan pelanggan, hak kreditur, interaksi dengan komunitas, dan kesejahteraan karyawan. Meski tidak signifikan, arah pengaruh yang positif menunjukkan kesesuaian dengan substitution theory (terima H1c) yang berarti semakin baik perusahaan memperhatikan peran pemangku kepentingan, semakin rendah biaya audit eksternal yang dibayarkan. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Garrett et al. (2014), yakni pengaruh kepercayaan karyawan pada kualitas pelaporan keuangan secara positif dan biaya audit eksternal secara negatif, dan studi Berglund & Kang (2013), yakni pengaruh social capital secara negatif pada biaya audit eksternal. Tidak signifikannya peran pemangku kepentingan pada biaya audit eksternal di Indonesia menunjukkan bahwa di Indonesia, peran pemangku kepentingan masih kurang diperhitungkan untuk mempengaruhi keputusan auditor. Variabel independen GOV4 (pengungkapan dan transparansi) berpengaruh secara negatif signifikan (signifikansi = 0.063, one tail) pada variabel dependen LNFEE ( = 10%). Hasil ini menunjukkan kesesuaian dengan substitution theory (terima H1d) tetapi justru bertentangan dengan penelitian sebelumnya (Krishnan et al., 2012). Hal ini mungkin disebabkan oleh kerangka penilaian ACGS yang lebih menitikberatkan pada transparansi perusahaan (transparansi akan struktur kepemilikan, transaksi dengan pihak berelasi, dan lainlain) dibanding akan kualitas pengungkapan tersebut. Andrade et al. (2014) menyebutkan bahwa perusahaan yang transparan akan memiliki cost of debt yang rendah. Hal ini juga ditekankan dalam manfaat tata kelola perusahaan oleh Utama (2003) bahwa perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang baik akan membayar biaya modal yang lebih rendah. Dengan biaya modal yang lebih rendah, penilaian risiko akan perusahaan akan terminimalkan dan auditor tidak perlu melakukan prosedur audit yang terlampau kompleks dalam melakukan perikatan audit perusahaan. Oleh karena itu, biaya audit pun dapat diminimalkan. Pengaruh variabel independen GOV5 (tanggung jawab dewan) pada variabel dependen LNFEE adalah positif signifikan pada confidence level = 5%.
Hal ini
menunjukkan kesesuaian dengan signaling theory (tolak H1e) yang berarti semakin baik
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
dewan (Dewan Komisaris dan Direksi) dalam suatu perusahaan memperhatikan tanggung jawabnya, semakin tinggi biaya audit eksternal yang dibayarkan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan ingin memberikan sinyal pada pihak eksternal bahwa perusahaan berada dalam pengelolaan yang baik sehingga dapat menarik pihak eksternal untuk berinteraksi dengan perusahaan, misalnya calon investor untuk menanamkan modalnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa aktivitas, ukuran, dan kemampuan Komite Audit (Voeller et al. 2013, Rustam et al. 2013, dan Carcello et al. 2002), komite yang berada di bawah tanggung jawab Dewan Komisaris, berpengaruh positif pada biaya audit eksternal. Komite Audit akan berusaha meningkatkan kualitas audit yang serta merta meningkatkan biaya audit. Tabel 6. Hasil Regresi Model 2 Model Pengujian: LNFEEit = 0 + 1GOVit+ 2PBVit + 3BIG4it + 4LNASSETSit + 5LOSSit + 6INVASTit + ɛ Variabel Ekspektasi Hub. Koefisien Signifikansi (one tail) Konstanta -1.15367 0.402 GOV 0.01622 0.229 PBV + 0.00596 0.411 BIG4 + 0.66949 0.050** LNASSETS + 0.69130 0.000*** LOSS + 0.03409 0.379 INVAST + 1.01168 0.253 F-test 0.0000 Within 0.2696 R-square Between 0.6196 Overall 0.6082 ***, **, * Signifikan pada level 1%, 5%, 10% Sumber: olahan Penulis (2014)
Berdasarkan hasil regresi Model 2, pengaruh variabel independen GOV (indeks tata kelola perusahaan secara keseluruhan) pada variabel dependen LNFEE (biaya audit eksternal) adalah positif tidak signifikan. Pengaruh positif ini menunjukkan kesesuaian dengan signaling theory (tolak H1) yang berarti semakin baik tata kelola perusahaan di Indonesia, semakin tinggi biaya audit eksternal yang dibayarkan perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh perusahaan ingin memberikan sinyal pada pihak eksternal bahwa perusahaan memiliki tata kelola perusahaan yang baik dengan menggunakan prosedur audit yang lebih kompleks dan karenanya membayar biaya audit eksternal yang lebih tinggi (Wu, 2012). Kesesuaian dengan signaling theory ini menunjukkan pertentangan dengan Wu (2012). Kedua hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan, ditunjukkan oleh variabel kontrol PBV, berpengaruh positif pada biaya audit eksternal. Hal ini
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
sesuai dengan ekspektasi awal dan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa perusahaan yang berada dalam kondisi pertumbuhan yang tinggi mengalami risiko tambahan yang tidak dialami oleh perusahaan dengan pertumbuhan yang moderat dan stabil (Wu, 2012). Risiko tambahan tersebut mengakibatkan auditor harus melakukan prosedur audit tambahan atau yang lebih kompleks untuk mendapatkan keyakinan akan kewajaran laporan keuangan dan biaya audit eksternal pun meningkat. Namun, Wu (2012) menyebutkan bahwa pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh dengan cara yang kompleks pada besarnya biaya audit eksternal perusahaan. Baik perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi maupun rendah mengalami risiko tambahan sehingga membutuhkan prosedur audit yang lebih kompleks dan biaya audit yang meningkat. Oleh karena itu, Wu (2012) menyarankan regresi subsampel (perusahaan dengan pertumbuhan tinggi, moderat, dan rendah) untuk dapat meneliti lebih lanjut pengaruh pertumbuhan. Namun, kendala sampel menjadi penyebab regresi subsampel tidak dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini menjadi keterbatasan penelitian. Sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, variabel kontrol BIG4 (O’Sullivan, 2000 dan Ferguson & Stokes, 2002 dalam Taylor, 2011) dan variabel kontrol LNASSETS (Hay et al., 2006, Taylor & Simon, 1999, dan Vermeer et al., 2009) memiliki pengaruh positif signifikan pada biaya audit eksternal. Pengaruh positif variabel kontrol BIG4 disebabkan oleh adanya tambahan biaya (premium) yang muncul dalam komponen biaya audit yang dibayarkan pada KAP yang berafiliasi dengan Big 4 sementara pengaruh positif variabel kontrol LNASSETS menunjukkan kesesuaian dengan penelitian-penelitian terdahulu dan teori dasar audit bahwa ukuran perusahaan sangat menentukan biaya audit. Meski risiko yang dihadapi suatu perusahaan juga berperan besar dalam penentuan biaya audit (Simunic 1980 dalam Stanley 2011 dan Hay et al. 2006), hal ini kurang tergambarkan lewat pengaruh variabel kontrol INVAST yang mencerminkan asset risk. Variabel kontrol INVAST menunjukkan pengaruh yang meski positif, tidak signifikan. Pengaruh risiko aset yang tidak signifikan ini juga sebelumnya didokumentasikan dalam studi Wu (2012). Beliau berpendapat bahwa pengaruh yang tidak signifikan ini mungkin dipengaruhi oleh penilaian risiko audit terkait akun tersebut (Wu, 2012). Risiko audit terkait akun persediaan barang dagang pada perusahaan yang menjadi sampel mungkin dinilai tidak sedemikian material untuk meningkatkan prosedur audit yang menyebabkan peningkatan biaya audit eksternal. Pengaruh risiko positif tidak signifikan pada biaya audit ini juga ditemukan pada studi Hassan & Naser (2013), Vermeer et al. (2009), dan Niemi (2005). Bertentangan dengan prediksi awal, variabel kontrol LOSS menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan, meskipun arah pengaruh sesuai dengan ekspektasi awal, yakni positif.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Adanya nilai laba yang negatif pada perusahaan sebelumnya diperkirakan mempengaruhi nilai biaya audit eksternal secara positif karena perusahaan ingin memberikan sinyal pada pihak eksternal bahwa meski perusahaan mengalami kerugian, masih terdapat hal yang positif dalam perusahaan. Sinyal tersebut diberikan lewat audit yang menyeluruh pada perusahaan tersebut sehingga serta merta nilai biaya audit eksternal akan naik. Hasil regresi yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan menunjukkan bahwa signaling theory tidak sedemikian berpengaruh pada biaya audit eksternal dalam hal terjadinya kerugian pada perusahaan. Pengaruh positif tidak signifikan ini juga ditemukan dalam studi Niemi (2005) saat pengujian dilakukan pada sampel perusahaan yang berukuran relatif lebih kecil. 4.7. Hasil Uji Sensitivitas Uji sensitivitas dilakukan untuk menguji konsistensi model penelitian. Dalam penelitian ini, uji sensitivitas dilakukan dengan tiga cara, yakni dengan mengubah data penelitian dengan mengikutsertakan outlier (Model 1 & 2), mengubah variabel independen menjadi variabel dummy (Model 1), dan mengubah bobot dalam menentukan nilai variabel (model 2). Jika tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan hasil pengujian awal, maka model pengujian bersifat robust. Hasil uji sensitivitas tersaji pada kedua tabel berikut ini. Tabel 7. Hasil Uji Sensitivitas Model 1 Model Pengujian: LNFEEit = 0 + 1GOV1it + 2GOV2it + 3GOV3it + 4GOV4it + 5GOV5it + 6PBVit + 7BIG4it + 8LNASSETSit + 9LOSSit + 10INVASTit + ɛ Regresi Awal Dengan Outlier GOV sebagai Dummy Eksp. Sign. Sign. Sign. Variabel Koefisien Koefisien Koefisien Hub. (one tail) (one tail) (one tail) Konstanta 1.47181 0.377 1.48699 0.376 -0.96951 0.422 GOV1 -0.02683 0.089* -0.02667 0.091* -0.00406 0.493 GOV2 0.0304 0.036** 0.03053 0.036** 0.08095 0.376 GOV3 -0.01069 0.290 -0.01079 0.289 -0.61096 0.086* GOV4 -0.02735 0.063* -0.02740 0.064* -0.06923 0.353 GOV5 0.02629 0.026** 0.02632 0.027** 0.42750 0.039** PBV + 0.00471 0.432 0.00499 0.429 0.01258 0.322 BIG4 + 0.68599 0.085* 0.68499 0.086* 0.64630 0.061* LNASSETS + 0.68403 0.000*** 0.68339 0.000*** 0.71765 0.000*** LOSS + 0.04192 0.347 0.04241 0.346 0.03914 0.363 INVAST + 0.63253 0.339 0.59867 0.342 0.74911 0.315 F-test 0.0000 0.0000 0.0001 within 0.3998 0.3967 0.3109 R-square between 0.6647 0.6654 0.7053 overall 0.6557 0.6562 0.6917 ***, **, * Signifikan pada level kepercayaan 1%, 5%, 10% Sumber: olahan Penulis (2014)
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Tabel 8. Hasil Uji Sensitivitas Model 2 Model Pengujian: LNFEEit = 0 + 1GOVit+ 2PBVit + 3BIG4it + 4LNASSETSit + 5LOSSit + 6INVASTit + ɛ Regresi Awal Dengan Outlier Ubah Bobot Eksp. Sign. Sign. Koefisien Sign. Variabel Koefisien Koefisien Hub. (one tail) (one tail) (one tail) Konstanta -1.15367 0.402 -1.10160 0.406 -1.54233 0.369 GOV 0.01622 0.229 0.01637 0.228 0.00485 0.416 PBV + 0.00596 0.411 0.00610 0.410 0.00616 0.410 BIG4 + 0.66949 0.050** 0.67252 0.050** 0.73018 0.036** LNASSETS + 0.6913 0.000*** 0.68941 0.000*** 0.72599 0.000*** LOSS + 0.03409 0.379 0.03502 0.376 0.01724 0.438 INVAST + 1.01168 0.253 0.94390 0.261 1.10834 0.232 F-test 0.0000 0.0000 0.0000 within 0.2696 0.2669 0.2669 R-square between 0.6196 0.6197 0.6197 overall 0.6082 0.6082 0.6082 ***, **, * Signifikan pada level kepercayaan 1%, 5%, 10% Sumber: olahan Penulis (2014)
Berdasarkan kedua tabel di atas, diketahui bahwa hasil uji sensitivitas tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan hasil regresi awal. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kedua model bersifat robust. 5.
Kesimpulan Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan terhadap
besarnya biaya audit eksternal perusahaan di Indonesia. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Penulis menyusun model penelitian yang menghubungkan variabel independen nilai tata kelola perusahaan menurut kerangka penilaian ACGS dengan variabel dependen biaya audit eksternal perusahaan didukung beberapa variabel kontrol, yakni pertumbuhan perusahaan (price-to-book value), KAP yang melakukan audit (Big 4), ukuran perusahaan (total aset), laba/rugi perusahaan, dan asset risk (rasio piutang usaha dan persediaan dibandingkan total aset). Dari hasil regresi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal dapat dijelaskan baik oleh substitution theory maupun signaling theory. Hak pemegang saham serta transparansi dan pengungkapan berpengaruh negatif sementara perlakuan yang sama pada semua pemegang saham dan tanggung jawab dewan berpengaruh positif. Peran pemangku kepentingan berpengaruh negatif, tetapi tidak signifikan, pada biaya audit eksternal. Secara keseluruhan, signaling theory lebih berperan dalam menjelaskan pengaruh indeks tata kelola perusahaan pada biaya audit eksternal.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Daftar Referensi (2006). Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum. (2007). Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. (2011). Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). (2012). Peraturan Bapepam-LK No. X.K.6. tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten. Andrade, Sandro C., Bernile, Gennaro, and Hood, Frederick M. III. (2014). SOX, corporate transparency, and the cost of debt. Journal of Banking & Finance, 38, 145-165. Arens, Alvin A., Elder, R.J, & Beasley, M.S.. (2009). Auditing and assurance service, an integrated approach, an Indonesian adaptation. Singapore: Prentice Hall. Asian Development Bank. (2013). ASEAN corporate governance scorecard. Bedard, J. and Johnstone, K. (2004). Earning manipulation risk, corporate governance risk, and auditors' planning and pricing decisions. The Accounting Review, 79, 277-304. Berglund, Nathan and Kang, Tony. (2013). Does Social Trust Matter in Financial Reporting? Evidence from Audit Pricing. Sydney: University of Technology, Sydney. Carcello, Joseph V., Hermanson, Dana R., Neal, Terry L., and Riley, Richard R.. (2000). Board characteristics and audit fees. Contemporary Accounting Research, 19, 365–384. Campbell, N. (1938). Symposium: measurement and its importance for philosophy. Proceedings of the Aristotelian Society, 126. Cheng, C.S. Agnes, Collins, Denton, and Huang, Henry He. (2006). Shareholder rights, financial disclosure, and the cost of equity capital. Review of Quantitative Finance and Accounting, 27, 175-204. Cohen, J. and Hanno, D. (2000). Auditors consideration of corporate governance and management control philosophy in preplanning and panning judgements. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 19, 133-146. Cohen, Jeffrey, Krishnamoorty, Ganesh, and Wright, Arnold M. (2002). Corporate governance and audit process. Contemporary Accounting Research, 19, 573-594. Committee of Sponsoring Organizations. (2013). Internal control: integrated framework. Departemen Ilmu Ekonomi FEUI. (2011). Modul laboratorium komputasi: STATA, tahapan dan perintah (syntax) data panel. Depok. Fan, J.P.H. and Wong, T.J. (2005). Do external auditors perform a corporate governance role in emerging markets? Evidence from East Asia. Journal of Accounting Research, 43, 35–72.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Ferguson, A., and Stokes, D. (2002). Brand name audit pricing, industry specialization and leadership premiums post-Big 8 and Big 6 mergers. Contemporary Accounting Research, 19 (1), 77–110. Garrett, Jace, Hoitash, Rani, and Prawitt, Douglas F. (2014). Trust and financial reporting quality. Social Science Research Network. Griffin, Paul A., Lont, David H., and Sun, Yuan. (2008). Corporate governance and audit fees: evidence of countervailing relations. Journal of Contemporary Accounting & Economics, 4, 18-49. Hay, D., Knechel, W. R., and Wong, N. (2006). Audit fees: A meta-analysis of the effect of supply and demand attributes. Contemporary Accounting Research, 23, 141–191. Hribar, P., T. Kravet, and R. Wilson. (2010). A New Measure of Accounting Quality. Working paper, University of Iowa and University of Texas at Dallas. International Federation of Accountants. (2010). Handbook of international quality control, review, auditing, other assurance, and related service pronouncements. Jensen, M. and Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360. Komite Nasional Kebijakan Governance. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Jakarta. Krishnan, G. V. (2003). Audit quality and the pricing of discretionary accruals. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 22 (1), 109–126. Naser, Kamal, Kandari, Ahmad Al, Mutairi, Abdulla Al, and Nuseibeh, Rana. (2013). Can substitution and signaling theories explain the relationship between external audit fees and the effectiveness of internal corporate governance?. Global Journal of Management and Business Research Accounting and Auditing. 5, 41-50. Niemi, Lasse. (2005). Audit effort and fees under concentrated client ownership.: evidence from four international audit firms. International Journal of Accounting, 40, 303-323. Organisation for Economic Co-operation and Development. (2004). OECD Principles of Corporate Governance. Paris: OECD. O’Sullivan, Noel. (2000). Impact of board composition and ownership on audit quality: evidence from large UK companies. British Accounting Review, 32, 397-414. Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia: Menuju Tata Kelola Emiten dan Perusahaan Publik yang Lebih baik. Jakarta. Rezaee, Zabihollah. (2004). Corporate governance role in financial reporting. Research in Accounting Regulation, 17, 107-149.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014
Rustam, Sehrish, Rashid, Kashif, and Zaman, Khalid. (2013). The relationship between audit committees, compensation incentives, and corporate audit fees in Pakistan. Economic Modelling, 31, 697-716. Sarkar, Jayati, Sarkar, Subrata, and Sen, Kaustav. (2012). A corporate governance index for large listed companies in India. Social Science Research Network. Scott, William R. (2012). Financial Accounting Theory. Pearson Prentice Hall. Simunic, D.A. (1980). The pricing of audit services: theory and evidence. Journal of Accounting Research, 18, 161-190. Spence, M. (1973). Job market signaling. Quarterly Journal of Ecnomics, August, 355-374. Stanley, Jonathan D. (2011). Is the audit fee disclosure a leading indicator of clients' business risk?. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 30, 157-179. Taylor, Stuart D. (2011). Does audit fee homogeneity exist? Premiums and discounts attributable to individual partners. Auditing: A Journal of Practice & Theory, 30, 249-272. Taylor, Mark H. and Simon, Daniel T. (1999). Determinants of audit fees: the importance of litigation, disclosure, and regulatory burdens in audit engagement in 20 countries. International Journal of Accounting, 34, 375-388. Tsui, J., Jaggi, B., and Gul, F.A. (2001). CEO domination, discretionary accruals, and audit fees. Journal of Accounting, Auditing, and Finance, 16, 189-207. Utama, Sidharta (2003, April). Corporate governance disclosure and its evidence in Indonesia: Part 1. Jurnal Usahawan, 28-32. Vermeer, Thomas E., Raghunandan, K., and Forgione, Dana. (2009). Audit fees at U.S. nonprofit organizations. American Accounting Association, 28, 289-303. Voeller, Dennis, Bremert, Michael, and Zein, Nicole. (2013). Interdependencies between Auditing and Corporate Governance: Evidence from Germany. Schmalenbach Business Review, 65, 198-226. Wallace, P. and Zinkin, J. (2005). Mastering Business in Asia Corporate Governance. John Wiley & Sons. Williamson, Oliver E. (1983). Organizational form, residual claimants, and corporate control. Journal of Law & Economics, 26, 351-366. World Bank. (2010). Report on the Observance of Standards and Codes (ROSC), Corporate Governance Country Assessment: Indonesia. Wu, Xingze. (2012). Corporate governance and audit fees: evidence from companies listed on the Shanghai Stock Exchange. China Journal of Accounting Research, 5, 321-342.
Pengaruh indeks..., Lius Lady Inez Dominique, FE UI, 2014