Manajemen Keuangan
RELEVANSI NILAI INFORMASI MODAL INTELEKTUAL STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA Aria Gana Henryanto * Anindyo Program Studi Manajemen, Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, Jl.Yos Sudarso Kav. 87,Jakarta 14350 Abstract This research is a replication of Ferraro and Veltri research using some adjustments. The industry chosen in this research is the banking industry with several considerations. The banking industry is a tightly regulated, competitive industry and is a very dominant type of service industry using knowledge assets in the provision of its services (Calistri et al, 2011). The banking industry is also the most sensitive industry to the development of derivative products of science in the era of information technology and human resource assets. The use of information technology as one form of intellectual capital in the banking industry affects the efficiency of service provision of the banking industry today. The results show consistent results with the research of Swartz et al (2006), Wang (2008) Ferraro and Veltri (2011) and Liu et al (2009). Efficient use of the company's physical and financial capital can improve company performance and ultimately affect firm value (Swartz et al, 2009). Keywords :Information Value, Intelectual Asset, Banking Corporation, Indonesian Stock Exchange .
digunakan untuk mengukur aset berupa pengetahuan adalah intellectual capital (IC). Intellectual capital merupakan elemen aset tidak berwujud yang akan memberikan manfaat ekonomik di masa mendatang. Penelitian mengenai pengaruh Intellectual capital semakin banyak dilakukan dengan semakin diakuinya produkproduk turunan ilmu pengetahuan sebagai aset tidak berwujud. Intellectual capital banyak dikaitkan dengan nilai perusahaan pada beberapa penelitian. Nilai perusahaan tercermin pada harga saham perusahaan tersebut. Penghargaan lebih para investor atas saham suatu perusahaan diyakini karena adanya hidden value berupa Intellectual capital perusahaan tersebut. Intellectual capital memiliki pengaruh positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan (Chen et al, 2005). Wang (2008) membuktikan bahwa IC memiliki pengaruh signifikan pada nilai pasar perusahaan high tech di Cina.
Pendahuluan
P
aradigma perekonomian tradisional yang meletakan perhatian utama pada aset berwujud mengalami pergeseran dengan berkembangnya paradigma baru perekonomian berbasis pengetahuan (knowledge based economy). Proses penciptaan nilai yang semula mengandalkan industri yang berorientasi peningkatan produksi bergeser pada penggunaan pengetahuan dalam produk dan jasa yang dihasilkan. Organisasi bisnis menghadapi tantangan baru untuk menjaga daya saing dengan selalu berinovasi dan mengoptimalkan penggunaan aset tidak berwujud yang dimiliki (Solikhah et al, 2010). Pergeseran paradigma ini menegaskan bahwa basis utama penciptaan nilai adalah pengetahuan (Pulic, 1998). Penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud berupa pengetahuan telah banyak dikembangkan. Salah satu pendekatan yang *
Alamat Untuk Korespondensi: Kwik Kian Gie School of Business, Jl. Yos Sudarso Kav. 87, Jakarta 14350
Telp/Fax (021) 65307062 Ext. 705. E-mail:
[email protected]
ISSN: 0854 - 8153
61
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Beberapa penelitian mengenai topik intellectual capital juga dilakukan pada konteks Indonesia. Solikhah et al (2011) meneliti implikasi IC terhadap kinerja keuangan, pertumbuhan dan nilai pasar perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa IC berpengaruh terhadap kinerja keuangan dan pertumbuhan. Penelitian Rubhyanti (2008) juga membuktikan bahwa modal intelektual (IC) memiliki pengaruh positif terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan yang menjadi indikator kinerja keuangan masa mendatang.
penelitian ini adalah industri perbankan dengan beberapa pertimbangan. Industri perbankan merupakan industri yang diatur secara ketat, kompetitif dan merupakan jenis industri jasa yang sangat dominan menggunakan aset pengetahuan dalam penyediaan layanannya (Calistri et al, 2011). Industri perbankan juga merupakan industri yang paling sensitif terhadap adanya perkembangan produk turunan ilmu pengetahuan pada era teknologi informasi serta aset sumber daya manusia. Penggunaan teknologi informasi sebagai salah satu bentuk intellectual capital dalam industri perbankan mempengaruhi efisiensi penyediaan layanan industri perbankan saat ini.
Beberapa penelitian mengenai relevansi nilai informasi akuntansi menggunakan Intellectual capital sebagai “informasi lain” dalam model penelitian. Relevansi nilai informasi akuntansi merupakan penelitian yang menguji hubungan antara informasi fundamental yang ada pada perusahaan dengan informasi pasar yang tercermin pada harga pasar saham. Konteks penelitian relevansi nilai berpijak pada hipotesis pasar efisien (EMH) yang mengasumsikan bahwa akuntansi menghasilkan informasi mengenai kinerja suatu perusahaan yang akan direspons oleh investor melalui harga saham perusahaan tersebut. Model pengukuran yang digunakan dalam penelitian relevansi nilai merupakan model informasi linear yang dikembangkan oleh Ohlson (1995). Model ini hanya menggunakan informasi akuntansi (EPS dan Book Value Equity) dalam menguji hubungannya dengan harga saham. Model pengukuran relevansi nilai kemudian dikembangkan dengan menambahkan “informasi lain” dalam model pengukuran (Collins, 1999). Penggunaan intellectual capital sebagai “informasi lain” dalam model penelitian relevansi nilai dilakukan oleh Ferraro dan Veltri (2011). Sejalan dengan penalaran pada penelitian Chen (2008), Ferraro dan Veltri mengasumsikan bahwa adanya “informasi lain“ yang menjadi hidden value akan direspons oleh investor dengan memberi nilai lebih (market premium) pada harga saham perusahaan.
Tinjauan Literatur Teori Stakeholder Stakeholder merupakan individu-individu dan kelompok-kelompok yang dipengaruhi oleh tujuan suatu organisasi. Teori stakeholder menyatakan bahwa manajemen diharapkan melakukan aktivitas yang mewakili kepentingan stakeholder dan melaporkan aktivitas-aktivitas tersebut kepada stakeholder. Tujuan utama teori stakeholder adalah untuk membantu manajer dalam mengidentifikasi lingkungan stakeholder dan mengelola hubungan-hubungan di lingkungan perusahaan. Konsep intellectual capital dapat dijelaskan dengan teori stakeholder dari 2 sudut perspektif, yaitu perspektif manajerial dan perspektif etika. Perspektif manajerial menjelaskan bahwa teori kekuatan stakeholder digunakan untuk mempengaruhi manajemen korporasi sebagai fungsi pengendalian stakeholder atas sumber daya yang dibutuhkan organisasi (Watts dan Zimmerman, 1986). Perspektif etika menyatakan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil oleh organisasi dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder (Deegan, 2004 dalam Ulum, 2009).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Ferraro dan Veltri dengan menggunakan beberapa penyesuaian. Industri yang dipilih dalam
ISSN: 0854 - 8153
62
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Resources-Based Theory (RBT)
Komponen Modal Intelektual
Resources Based Theory menyatakan bahwa sumber daya perusahaan dapat menciptakan keunggulan bersaing bagi perusahaan serta mengarahkan perusahaan pada kinerja jangka panjang yang baik. Pendekatan RBT menyatakan bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan superior dengan memiliki dan mengendalikan aset-aset strategis baik aset berwujud maupun aset tidak berwujud.
Bontis et al (2000) mengatakan bahwa peneliti mengidentifikasi tiga komponen utama modal intelektual, yaitu: human capital (HC), structural capital (SC) dan customer capital (CC). Peneliti lain, Edvinson dan Malone (1997) menyebutkan bahwa intelectual capital terdiri dari 2 komponen yaitu: human capital dan structural capital. Penelitian ini menggunakan 2 komponen sebagaimana Edvinson dan Malone (1997) mengingat keterbatasan data mengenai komponen customer capital dalam laporan keuangan.
Salah satu jenis aset strategis tidak berwujud yang dimiliki perusahaan adalah modal intelektual. Perusahaan yang mengelola modal intelektualnya secara efisien akan dapat menciptakan nilai tambah (value added) yang menjadi karakteristik tersendiri yang unik sehingga menjadi keunggulan kompetitif perusahaan dalam kompetisi.
Prinsip Efisiensi Modal Intelektual Pulic (2008) mengembangkan konsep efisiensi modal intelektual yang terdiri dari: a. Intellectual capital has no limits b. Value creators are the Presupposition of Efficiency c. Continuous Increase of Value Added d. Efficiency in Value Creation e. Increasing the Level of Intellectual Capital Efficiency f. Control the Value Added and Efficiency g. Efficiency Elimination of Value Desruption h. Efficiency Renumeration
Modal Intelektual Definisi modal intelektual telah dijelaskan oleh beberapa peneliti. Pulic (2001) menjelaskan bahwa definisi modal intelektual adalah kumpulan karyawan, organisasi dan kemampuannya untuk menciptakan nilai tambah. Marr dan Schiuma (2001) dalam Solikhah et al (2010) menyatakan bahwa modal intelektual adalah sekolompok aset pengetahuan yang merupakan atribut organisasi dan berkontribusi signifikan untuk meningkatkan posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi stakeholder.
ISSN: 0854 - 8153
Dari prinsip tersebut, Pulic (2008) mengklasifikasikan tingkat efisiensi menjadi beberapa level dalam pengukuran efisiensi modal intelektual menggunakan model VAIC™. Klasifikasi tersebut dijelaskan dalam tabel 1 berikut:
63
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Tabel 1 Penjelasan Tingkat Efisiensi Nilai VAIC™ 2,50
Nilai VAIC™ 2,00 1,75 1,25
1,00
Penjelasan Tingkat Efisiensi Tingkat efisiensi memastikan bisnis dan tempat kerja yang aman. Nilai ini menunjukan bahwa kinerja bisnis sangat sukses Penjelasan Tingkat Efisiensi Nilai minimum tingkat efisiensi untuk kinerja di banyak sektor. Bisnis dalam kondisi baik namun tidak dapat memastikan kinerja dalam jangka panjang. Kelangsungan hidup perusahaan terancam. Nilai yang diciptakan tidak cukup untuk memastikan pengembangan bisnis Kondisi perusahaan sangat mengkhawatirkan. Output tidak mencukupi untuk semua masukan yang diperlukan dalam kegiatan operasional
Market Hyphothesis (EMH) yang menguji reaksi pasar atas adanya suatu informasi publik yang diterima investor. Harga pasar saham suatu perusahaan merefleksikan pemberian bobot atau penilaian kandungan suatu informasi oleh investor (Schroeder, 2005). Model penelitian relevansi nilai dikembangkan oleh Ohlson (1995). Model penelitian relevansi nilai terdiri dari 2 model, yaitu; model harga dan model return. Model harga merupakan model yang paling banyak digunakan. Model Ohlson dalam Ferraro dan Veltri (2011) disajikan dalam persamaan sebagai berikut:
Value Added Intelectual Capital (VAIC™) Hubungan antara Intelectual Capital dan kinerja perekonomian diteliti secara mendalam oleh Ante Pulic. Pulic (1997) menciptakan model value added intellectual coefficient (VAIC™) yang menyajikan informasi tentang tingkat efisiensi penciptaan nilai dari aset berwujud dan aset tidak berwujud. VAIC™ didasarkan pada dua asumsi utama: a. Penciptaan nilai perusahaan didasarkan pada penggunaan modal fisik dan intelektual. b. Nilai tambah yang diciptakan bagi perusahaan berhubungan dengan tingkat efisiensi secara keseluruhan.
Pt = + 1 EPSt + 2 BVEt +
VAIC™ merupakan jumlah dari 3 indikator terpisah, yaitu: capital employed efficiency (CEE), human capital efficiency (HCE) dan structural capital efficiency (SCE).
Persamaan tersebut menunjukan bahwa nilai pasar perusahaan (harga saham) pada periode t adalah sama dengan nilai buku perusahaan pada periode t, laba residual perusahaan pada periode t dan informasi lain.
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
Modal Intelektual Sebagai “Informasi Lainnya”
Penelitian mengenai relevansi nilai informasi akuntansi didasarkan pada Efficient
Beberapa penelitian menggunakan “informasi lain” dalam model relevansi nilai. Liu
ISSN: 0854 - 8153
64
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
et al (2009) menggunakan penggunaan internet sebagai informasi lain dalam model Ohlson. Ferraro dan Veltri (2011) menggunakan modal intelektual dalam model sebagai variabel “informasi lainnya”. Modal intelektual diyakini bernilai relevan sebagai bagian utama dalam pengukuran data akuntansi di masa mendatang.
H4 : Efisiensi modal sumber daya manusia (HCE) memiliki relevansi nilai H5 : Efisiensi modal struktural (SCE) memiliki relevansi nilai Metodologi Penelitian Sampel Penelitian
Hipotesis Penelitian
Beberapa penelitian mengenai relevansi nilai informasi akuntansi membuktikan bahwa laba (EPS) dan nilai buku ekuitas (BVE) memiliki pengaruh terhadap harga saham karena kedua variabel tersebut merupakan variabel dasar untuk menentukan nilai perusahaan (Kothari dan Zimmerman, 1995; Collin et al, 1999; Ota, 2001; Barth et al, 2001). Sehingga hipotesis yang diajukan: H1 : Laba per lembar saham (EPS) memiliki relevansi nilai. H2 : Nilai buku per lembar saham (BVE) memiliki relevansi nilai.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan dalam klasifikasi indutri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode amatan (2011-2013). Industri perbankan dipilih untuk tujuan homogenitas dan untuk membuktikan bahwa industri tersebut merupakan industri yang dominan menggunakan modal intelektual dalam kegiatan operasionalnya (Calistri et al, 2011). Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Perusahaan tidak melakukan merger dan akuisisi selama periode amatan b. Perusahaan tidak delisting maupun sedang mendapat sanksi (suspend) selama periode amatan
Relevansi Nilai Modal Intelektual
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Modal intelektual diyakini mempengaruhi penilaian investor terhadap nilai suatu perusahaan (Swartz et al, 2006). Penelitian Swartz et al (2006) membuktikan bahwa human capital efficiency (HCE) dan capital employed efficiency (CEE) berpengaruh terhadap harga saham. Ferraro dan Veltri (2011) membuktikan bahwa human capital efficiency (HCE) dan structual capital efficiency (SCE) berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Model VAIC™ merupakan jumlah dari 3 indikator terpisah, yaitu: capital employed efficiency (CEE), human capital efficiency (HCE) dan structural capital efficiency (SCE). Tujuan dipecahnya komponen modal intelektual ini adalah untuk mengetahui relevansi nilai dari tiap komponen. Sehingga hipotesis selanjutnya adalah: H3 : Efisiensi modal finansial dan fisik (CEE) memiliki relevansi nilai
Variabel Independen
Relevansi Nilai Informasi Akuntansi
ISSN: 0854 - 8153
a. Laba per lembar saham (EPS) Laba per lembar saham merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan operasinya. Laba per lembar saham dapat digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas di masa mendatang. EPS diukur dengan rumus sebagai berikut:
b. Nilai Buku Per Lembar Saham (BVE) Nilai buku per lembar saham menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
65
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
arus kas normal di masa mendatang. Rentannya informasi laba terhadap tindakan manipulasi komponen penyusun laba menggeser perhatian investor kepada nilai buku ekuitas dalam penentuan nilai perusahaan. BVE diukur dengan rumus sebagai berikut:
VA = Value Added HC = Human Capital yang diperoleh dari biaya haji dan upah, biaya tunjangan dan bonus serta biaya pelatihan 3) Structural Capital Efficiency (SCE), yang merupakan indikator efisiensi modal struktural.
SCE = Structural Capital Efficiency VA = Value Added SC = Structural Capital yang diperoleh dari nilai tambah (Value Added) dikurangi modal sumber daya manusia (human capital)
c. Efisiensi Modal Intelektual (ICE) Efisiensi modal intelektual menunjukan tingkat efisiensi komponen modal intelektual yang digunakan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan. Efisiensi modal intelektual (ICE) dalam model VAIC™ dapat diukur dengan informasi yang terdapat pada laporan keuangan, yaitu: VA = OP + EC + D + A Keterangan: VA = Value Added (Nilai tambah) OP = Operating Profit (Laba Operasi) EC = Employee Cost (Biaya Karyawan) D = Depreciation (Depresiasi) A = Amortization (Amortisasi) Nilai masing-masing komponen dalam model VAIC™ dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1) Capital Employed Efficiency (CEE), yang merupakan perbandingan antara value added (VA) dengan capital employed (CE).
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini merujuk pada model harga (Ohlson, 1995) yang menggunakan harga saham sebagai proksi nilai pasar suatu perusahaan. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada 3 bulan setelah penutupan (1 April) dengan pertimbangan adanya lag antara publikasi laporan keuangan yang akan mempengaruhi penilaian harga saham suatu perusahaan. Analisis data Penelitian ini menggunakan beberapa teknik untuk melakukan analisis data dan pengujian hipotesis. Teknik tersebut adalah statistik deskriptif dan pengujian pengaruh masingmasing variabel dalam model penelitian dengan analisis regresi. Model penelitian yang digunakan untuk pengujian relevansi nilai informasi akuntansi adalah: Pt = + 1 EPSt + 2 BVEt + Model penelitian yang digunakan untuk pengujian relevansi nilai masing-masing komponen modal intelektual adalah:
CEE = Capital Employed Efficiency VA = Value Added CE = Capital Employed yang diperoleh dari nilai buku aset bersih 2) Human Capital Efficiency (HCE), yang merupakan indikator nilai tambah modal sumber daya manusia.
HCE
= Human Capital Efficiency
ISSN: 0854 - 8153
66
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Pt = + 1 EPSt + 2 BVEt + 3 CEE + 4 HCE + 5 SCE + Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan signifikansi secara statistik pada uji F dan uji t dalam setiap model penelitian.
Perusahaan yang terdaftar dalam klasifikasi industri perbankan di BEI pada tahun 2010 adalah sebanyak 30 perusahaan, pada tahun 2011 sebanyak 31 perusahaan dan pada tahun 2012 sebanyak 32 perusahaan. Berdasarkan kriteria yang digunakan pada penelitian ini, perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah sebanyak 30 perusahaan selama 3 tahun. Pengambilan keputusan sampel tersaji pada tabel 4.1:
Hasil Dan Pembahasan Deskripsi Objek Penelitian
Tabel 4.1 Pemilihan Sampel Penelitian Kriteria
Jumlah
Perusahaan yang secara konsisten terdaftar di BEI selama periode amatan
30
Perusahaan yang melakukan merger, akuisisi
-
Perusahaan yang mendapatkan sanksi dan delisting dari BEI
-
Jumlah Perusahaan
30
Jumlah Sampel
90
rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi. Statistik deskriptif penelitian ini tersaji pada tabel 4.2 berikut:
Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran data yang menyajikan nilai
Tabel 4.2 Descriptive Statistics N Price EPS BE CEE HCE SCE Valid N (listwise)
Minimum Maximum 90 90 90 89 89 88 87
50.00 -25.96 27.00 .10 .84 .77
13200.00 757.00 3723.00 .32 2.91 1.99
Mean 1995.5667 143.1588 854.5333 .2018 1.6276 1.3309
Std. Deviation 2660.86977 179.17640 870.53590 .03989 .35500 .20804
Sumber: SPSS (data diolah)
ISSN: 0854 - 8153
67
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Nilai rata-rata variabel harga saham dalam statistik deskriptif adalah sebesar 1.995,56 dengan nilai maksimum sebesar 13.200 dan nilai minimum sebesar 50. Standar deviasi variabel harga saham sebesar 2.660,86 (standar deviasi>mean). Nilai standar deviasi tersebut menunjukan bahwa varian data harga saham cenderung heterogen.
tersebut menunjukan bahwa varian data EPS cenderung homogen. Nilai rata-rata variabel HCE (Human Capital Efficiency) dalam statistik deskriptif adalah sebesar 1,62 dengan nilai maksimum sebesar 2,91 dan nilai minimum sebesar 0,84. Standar deviasi variabel EPS sebesar 0,35 (standar deviasi<mean). Nilai standar deviasi tersebut menunjukan bahwa varian data EPS cenderung homogen.
Nilai rata-rata variabel EPS (Laba Per Lembar Saham) dalam statistik deskriptif adalah sebesar 143,15 dengan nilai maksimum sebesar 757 dan nilai minimum sebesar -25,56. Standar deviasi variabel EPS sebesar 179,17 (standar deviasi>mean). Nilai standar deviasi tersebut menunjukan bahwa varian data EPS cenderung heterogen.
Nilai rata-rata variabel SCE (Structural Capital fficiency) dalam statistik deskriptif adalah sebesar 1,33 dengan nilai maksimum sebesar 1,99 dan nilai minimum sebesar 0,77. Standar deviasi variabel EPS sebesar 0,208 (standar deviasi<mean). Nilai standar deviasi tersebut menunjukan bahwa varian data EPS cenderung homogen.
Nilai rata-rata variabel BVE (Nilai Buku Ekuitas) dalam statistik deskriptif adalah sebesar 854,53 dengan nilai maksimum sebesar 3.723 dan nilai minimum sebesar 27. Standar deviasi variabel BVE sebesar 870,53 (standar deviasi>mean). Nilai standar deviasi tersebut menunjukan bahwa varian data BVE cenderung heterogen.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji parameter yang digunakan dalam model penelitian sehingga menghasilkan model penelitian yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik dilakukan dengan 4 jenis pengujian yaitu: Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas. Uji Normalitas dilakukan dengan Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil Uji Normalitas menunjukan bahwa data penelitian berdistribusi normal dengan nilai signifikansi uji > 0,05 sebagaimana disajikan pada tabel 4.3.1 berikut:
Nilai rata-rata variabel CEE (Capital Employed Efficiency) dalam statistik deskriptif adalah sebesar 0,20 dengan nilai maksimum sebesar 0,32 dan nilai minimum sebesar 0,10. Standar deviasi variabel EPS sebesar 0,039 (standar deviasi<mean). Nilai standar deviasi
ISSN: 0854 - 8153
68
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Tabel 4.3.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersa,,b
Most Extreme Differences
87 140.1119609 1.09206678E 3 .130 .130 -.098 1.215 .104
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan varian residual pada variabel penelitian. Hasil pengujian menunjukan tidak adanya gejala multikolinearitas pada model
penelitian dengan nilai VIF yang lebih kecil dari batas tolerance value sebesar 10. Hasil pengujian tersaji pada tabel 4.3.2 berikut:
Tabel 4.3.2 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) EPS
.223
4.479
BVE
.206
4.865
CEE
.625
1.600
HCE
.338
2.957
SCE
.320
3.128
a. Dependen Variable: Price Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah varian residual pada suatu periode amatan dipengaruhi oleh varian residual pada periode sebelumnya. Uji
ISSN: 0854 - 8153
autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai d pada parameter Durbin-Watson. Hasil pengujian menunjukan tidak terjadi gejala autokorelasi.
69
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui persebaran varian residual variabel penelitian. Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan scatterplot dan menunjukan bahwa
varian residual tidak terkumpul pada titik 0 (tidak terjadi gejala heteroskedastisitas) sebagaimana disajikan berikut:
Pengujian model penelitian dilakukan dengan nilai koefisien determinasi (R2). Hasil pengujian model penelitian menunjukan nilai Adj R2 sebesar 0,822 atau 82,2%. Nilai tersebut menunjukan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model penelitian dapat menjelaskan 82,2% variasi nilai variabel dependen. Hasil pengujian model penelitian ditampilkan pada tabel 4.4.1 berikut:
Pengujian Hipotesis Hipotesis penelitian diuji dengan analisis regresi linier berganda dengan mengacu pada model relevansi nilai (Ohlson, 1995) dan model relevansi modal intelektual (Ferraro et al, 2011). Uji F dan Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh simultan dan parameter individual setiap variabel pada kedua model.
Tabel 4.4.1 Model Summaryb Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .912a .832 .822 1134.59829 a. Predictors: (Constant), SCE, BVE, CEE, HCE, EPS b. Dependent Variable: Price Hasil uji F menunjukan nilai F sebesar 80,319 dengan signifikansi kurang dari 0,05. Nilai tersebut menunjukan bahwa keseluruhan variabel
ISSN: 0854 - 8153
DurbinWatson 1.806
independen secara statistik berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil Uji F ditampilkan pada tabel 4.4.2 berikut:
70
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Tabel 4.4.2 ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
5.170E8
5
Residual
1.043E8
81 1287313.278
Total
6.213E8
86
Pengujian hipotesis 1 – 5 dilakukan dengan menggunakan uji parameter individual (Uji t). Pengujian hipotesis 1 dan 2 dilakukan dengan model Ohlson yang menggunakan variabel EPS (Laba per Lembar Saham) dan BVE (Nilai Buku Ekuitas) sebagai prediktor perubahan harga saham (Price). Hasil analisis regresi pada model Ohlson menunjukan bahwa nilai signifikansi variabel EPS dan BVE bernilai kurang dari (0,05). Hasil tersebut menunjukan bahwa EPS dan BVE berpengaruh positif terhadap harga saham, sehingga kedua variabel tersebut memiliki relevansi nilai. Hasil ini mendukung hipotesis 1 dan 2. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ferraro dan Veltri (2011) dan Swartz et al (2006) yang menyatakan bahwa informasi akuntansi (EPS dan BVE) merupakan perhatian utama investor pada
ISSN: 0854 - 8153
1.034E8
F 80.319
Sig. .000a
laporan keuangan untuk mengukur nilai pasar perusahaan. Pengujian hipotesis 3-5 dilakukan dengan memasukan variabel modal intelektual ke dalam model relevansi nilai sebagai ‘informasi lainnya”. Hasil pengujian parameter individual menunjukan bahwa 3 komponen modal intelektual (CEE, GCE dan SCE) memiliki nilai signifikansi kurang dari (0,05) yang berarti bahwa ketiga variabel tersebut berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini berarti bahwa informasi modal intelektual merupakan informasi yang memiliki relevansi nilai. Hasil ini mendukung hipotesis 3-5.
71
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Coefficientsa
Model 1 (Constant) EPS BVE CEE HCE SCE
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Std. B Error -7609.5 2531.17
Beta
3.074 1.481 1.986 0.309 10760.1 3846.97 1260.83 618.842 2414.05 1081.25
t 3.006
0.2 0.646 0.161 0.159 0.18
2.075 6.434 2.797 2.037 2.233
Sig. 0.004 0.041 0 0.006 0.045 0.028
a. Dependent Variable: Price Hasil penelitian menunjukan hasil yang konsisten dengan penelitian Swartz et al (2006), Wang (2008) Ferraro dan Veltri (2011) dan Liu et al (2009). Efisiensi penggunaan modal fisik dan finansial perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan akhirnya mempengaruhi nilai perusahaan (Swartz et al, 2009). Perusahaan yang dapat mengelola sumber daya manusia secara efisien akan memiliki keungulan bersaing dalam pergeseran value creation yang menjadikan pengetahuan sebagai basis perekonomian (Wang, 2008). Informasi modal struktural berupa software, database, struktur organisasi maupun budaya organisasi merupakan faktor kunci yang meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk secara efisien (Ferraro dan Veltri, 2011).
3. Efisiensi komponen dari modal intelektual berupa modal struktural memiliki relevansi nilai. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Penelitian ini tidak membedakan sumber dana bank yang mungkin dapat mempengaruhi karakteristik operasi bank dan efisiensi penggunaan modal intelektual suatu bank 2. Penelitian ini hanya menguji modal intelektual sebagai informasi lain yang dimasukan dalam model relevansi nilai informasi akuntansi. Namun demikian, penelitian ini tidak membedakan pengaruh interaksi antara masing-masing komponen modal intelektual dengan variabel tertentu dalam model relevansi nilai (EPS dan BVE)
SIMPULAN KETERBATASAN DAN SARAN Simpulan 1. Efisiensi komponen dari modal intelektual berupa modal fisik dan finansial memiliki relevansi nilai. 2. Efisiensi komponen dari modal intelektual berupa modal sumber daya manusia memiliki relevansi nilai.
ISSN: 0854 - 8153
Saran Peneliti selanjutnya diharapkan dapat secara spesifik mengidentifikasi pengaruh masing-masing komponen modal intelektual dengan variabel pada model relevansi nilai, karena interaksi masingmasing komponen modal intelektual dengan EPS
72
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
atau BVE akan menghasilkan pengaruh yang berbeda.
Liu, D.-Y., Tseng, K.-A., & Yen, S.W. 2009. The Incremental Impact of Intellectual Capital on Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 132-151.
Daftar Pustaka Barth, Mary E., William Beaver., dan Wayne Landsman. 2001. The Relevance of Value Relevance Research. Working Papers. Stanford University and Center for Finance and Accounting Research.
Ohlson, J. A. 2005. Earnings, Book Values, and Dividends in Equity Valuation. Contemporary Accounting Research, 661-687.
Belkaoui, AR. 2000. Teori Akuntansi Edisi 5. Salemba Empat.
Ota, Koji. 2001. The Impact of Valuation Models on Value-Relevance Studies in Accounting: A Review of Theory and Evidence. Working papers, Australian National University Publishing.
Bontis, N., W.C.C, K., & S., R. 2000. Intellectual Capital: an exploratory study that develops measures and models. Management Discussion.
Pulic, A. 1998. Measuring the Performance of Intellectual Capital in Knowledge Economy.
Chen, -M., Cheng, S,-J., & Hwang, Y. 2005. An Empirical Examination of The relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, 159-176.
______., 2000. MVA and VAICTM Analysis of Randomly Selected Company from FTSE 250. ______., 2001. Value Creation Efficiency Analysis of Croatian Banks 1996-2000.
Collins, D., E. Maydew., I Weiss., dan Hong Xie. 1999. Equity Valuation and Negative Earnings: The Role of Book Value of Equity. Working Paper, SSRN.
______., 2008. The Principles of Intellecttual Capital Efficiency – A Brief Description.
Edvinson, L. 1997. Developing Intellectual Capital at Skandia. Long Range Planning, 366373.
Solikhah, B., Rohman, A., & Meiranto, W. 2010. Implikasi Intellectual Capital Terhadap Financial Performance, Growth dan Market Value: Studi Empiris dengan Pendekatan Simplistic Specification. Artikel dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 13. Purwokerto.
Ferraro, O., & Veltri, S. 2011. The Value Relevance of Intellectual Capital on Firm’s Market Value: An Empirical Survey On Italian Listed Firms. Int. J. Knowledge Based Development.
Schroeder, Richard G, Myrtle W.et al. 2005. Financial Accounting Theory and Analysis: Text Readings and Cases, Eight Edition. Willey.
Kothari, S. P., dan J. L. Zimmerman,. 1995. Price and Return Models. Journal of Accounting and Economics, 20, 155_192.
ISSN: 0854 - 8153
73
Volume 24 No. 1 Maret 2017
Manajemen Keuangan
Swartz, G. Swartz, N.-P. & Firer, S. 2006. An Empirical Examination of The Value Relevance of The Intellectual Capital Using The Ohlson (1995) Valuation Model. Meditari Accounting Research, 67-81.
Wang, J.-C. 2008. Investigating Market Value and Intellectual Capital for S&P 500. Journal of Intellectual Capital, 546-563. Watts, R, L., dan J. L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review, 60 (1): 131-156.
Ulum, I. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Yogyakarta. Graha Ilmu.
------------. 1986. Positive Accounting Theory. Prenctice Hall, Inc. Engelwood, NJ.
ISSN: 0854 - 8153
74
Volume 24 No. 1 Maret 2017