PENGARUH FRAUD INDICATORS TERHADAP FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Listed di BEI Tahun 2008-2013)
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Disusun oleh : SEPTIA ISMAH HANIFA NIM. 12030111140240
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015
i
ii
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Septia Ismah Hanifa, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial Statement, adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya meyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolaholah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima. Semarang, 08 Mei 2015 Yang membuat pernyataan,
(Septia Ismah Hanifa) NIM : 12030111140240
iv
ABSTRACT
This study aimed to examine the effect of fraud indicators against the detection of fraudulent financial statement on non-financial company listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in the period 2008–2013. Variables used in this research are financial stability, external pressures, financial target, debt, liquidity, performance, the effectiveness of supervision, the quality of the external auditor and the change of directors. The research was conducted by quantitative methods using secondary data. The secondary data came from a list of cases Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) and non-financial companies annual report listed on the Indonesian Stock Exchange. This research population is company listed on the Indonesian Stock Exchange period 2008-2013, and then the samples were taken by purposive sampling with criteria non-financial company and have the required data in this study. The research uses logistic regression statistical tools because the dependent variable was dummy variable (non metric), while the independent variable was metric and non metric variable. The results showed that the fraud indicators of financial stability has a positive influence on fraudulent financial statement, while the fraud indicators (financial target and performance) have a negatively affect the fraudulent financial statement. Keywords: fraud indicators, fraudulent financial statement, fraud triangle, fraud diamond, red flag, conflict of interest
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh fraud indicators terhadap fraudulent financial statement pada perusahaan publik nonkeuangan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, debt, likuiditas, tingkat kinerja, efektivitas pengawasan, kualitas auditor eksternal dan perubahan direksi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut berasal dari daftar kasus Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) serta laporan tahunan perusahaan nonkeuangan yang listed di BEI. Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang listed di BEI periode 2008-2013, kemudian sampel diambil berdasarkan metode purposive sampling dengan kriteria perusahaan nonkeuangan dan memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan alat statistika regresi logistik karena variabel independennya merupakan variabel metrik dan non metrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraud indicators stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement, sedangkan fraud indicators (target keuangan dan tingkat kinerja) berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement.
Kata Kunci
: fraud indicators, fraudulent financial statement, fraud triangle, fraud diamond, red flag, conflict of interest
vi
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridhaNya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan yang begitu besar dari : 1. Keluarga tercinta dan yang paling dibanggakan. Terima kasih untuk kedua orang tua, Umi Siti Nurjanah dan Abi Aryawan Eko Purianto yang telah memberikan masukan secara moral dan materil, semangat, doa, waktu, perhatian serta kasih sayang yang tidak dapat diukur dan dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Terima kasih pula untuk adik-ku tercinta, M. Faruq Fadlurahman (Jabski), M. Fahmi Fadhil (Bendil) dan M. Ilham Ramadhan (Sipit) yang telah memberikan dukungan
berupa
cinta,
kasih
sayang,
semangat
untuk
cepat
menyelesaikan tugas akhir. Semoga Abi, Umi, Faruq, Fadhil dan Ilham selalu diberikan kesehatan, dipelancar rizkinya, dimudahkan segala urusannya, diberi umur yang panjang, dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.
vii
2. Bapak Prof. H. Mohamad Nasir, M.Si., Akt.,Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro peride 2011 – 2015. 3. Bapak Dr. Suharnomo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro peride 2015 – 2019. 4. Bapak Prof. Dr. Muchamad Syafruddin, M.Si., Akt. selaku ketua jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. 5. Bapak Herry Laksito, S.E., M.Adv. Acc., Akt. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 6. Bapak Andrian Budi Prasetyo, M.si., Akt. yang telah memberikan masukan dan saran selama proses penyusunan skripsi. 7. Bapak Dr. H. Raharja, M.Si., Akt. selaku dosen wali yang telah memberikan arahan dan nasihat selama proses perkuliahan ini. 8. Semua dosen dan karyawan di Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membantu saya selama proses perkuliahan. 9. Teman petualang sekaligus partner kerja, Muhdi Kurnianto (Babeh) yang telah memberikan perubahan besar pada penulis. Teman dikala duka maupun senang, teman setia dari semester 1, motivasi kuliah dan tinggal di Semarang. Kebaikan muhdi sangat berarti bagi penulis yang tidak bisa diukur dengan apapun.
viii
10. My bestiest friend Fivtina Marbelanty (Mebcin, Pipi Chick-yen) thanks a lot for everything. yang sudah menemani hari-hari penulis selama di perkuliahaan dari semester 1 sampe mau lulus. Soulmate forever dari tempat curhat, nangis, ketawa, galau, dan teman yang apa adanya. Penulis berdoa untuk kita agar mebcin keterima di Bank Indonesia dan penulis keterima di Dirjen Pajak. Penulis juga berdoa agar persahabatan ini tidak akan putus sampe uyut-uyut nanti . Aaamiiinn 11. Teletubies yang isinya super woman semua, Rahma Aulia (Ulai), Nutfi Rizki (Nunut), Fivtina M (Mebcin), Amalina Winda (Wiwins), Axel (Bocil), Zeli (Zelon), Naninte (Nagem), dan si cantik Usweh yang telah menjadi temen nongki bareng dan penyemangat untuk menyelesaikan tugas akhir. Terima kasih atas kebaikan teletubies kepada penulis dikala senang maupun duka. Semoga kita ber-sembilan menjadi super woman yang sesungguhnya and see you on top guys. 12. Big thanks for Redita Sisilia and Sri Candra Asih, yang telah menjadi teman penulis dari semester satu hingga sekarang. Ketawa dan sedih bareng. Kenangan hari-hari bersama kalian tidak akan pernah dilupakan. 13. Si kecil Firda Ahdianti (Firdaus), terima kasih telah menjadi teman, sahabat dan keluarga selama di Semarang. Love you firrr.. 14. Penghuni kos damai keluarga kedua penulis di Semarang, Susi Lubis (Uculs), Moully (ulai), Golda, dan bella, terima kasih telah menemani hari-hari penulis selama empat tahun di Semarang. Mulai dari temen
ix
ketawa, sedih, curhat, galau, masak, nyuci baju, belanja sayur, nonton vidio korea, belajar dandan sampai temen ngecat rambut. Penulis sayang kalian, semoga kita semua dapat mencapai apa yang semua kita impikan. Aaamiiin 15. Teman Bolang Turisma Travelindo, Edwin, Lita, Ahmada, Fadly dan Muhdi, yang telah memberikan dukungan dan semangatnya untuk penulis. Sukses Turisma nya “Wonderful Journey for Better Life” 16. Terima kasih kepada team Fundnfun, Galuh, Vina, Nabila, Sofy, Mardhi, Elmer dan Muhdi yang telah memberikan support dan semangatnya untuk menyelenggarakan first Financial Planning Workshop di Semarang. Semoga kita menjadi calon calon ekonomi yang hebat di masa depan. Aminnn 17. Keluarga besar Kelompok Mahasiswa Wirausaha (KMW FEB UNDIP), Ibu Fitri selaku pembina KMW FEB UNDIP serta seluruh teman-teman KMW Muhdi, Ghani, Reza, Dimas, Pom-pom, Fahmi, Edwin, Ahmada, Alo, Mardhi, Harmuk, Jefri, Arga, Sony, Alwan, Ismu, Uswah, Maya, Rafika, Idha, Anda, Nabila, Vina, Galuh, Sofy, Rio,Vita, Icha, Nenda, Rina, Itsna, Indah dan yang tidak dapat diucapkan satu persatu oleh penulis, terima kasih atas kepengurusan selama satu tahun bersama kalian, sweet momentnya, keluarga kedua di Kampus dan ilmu entrepreneur yang sangat bermanfaat untuk penulis. Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Love you guys
x
18. Keluarga besar Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM FEB UNDIP), Mas Bangkit, Fivtina, Wenny, Nutfi, Ade, Robin, Pandu, Arif , Mas Toying, Mba Firda dan seluruh teman-teman KSPM yang tidak dapat diucapkan satu persatu oleh penulis, terima kasih atas kepengurusan selama dua tahun bersama kalian. Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. 19. Keluarga besar Kelompok UPK Tari FEB UNDIP (SONIC) Firda Ahdianti (Firdaus), Nisa, Fani, Yaya (Tante), Usweh, Yeni dan seluruh teman-teman UPK TARI FEB UNDIP yang tidak dapat diucapkan satu persatu oleh penulis, terima kasih atas ilmu dan kepengurusan selama dua tahun bersama kalian. Semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. 20. Keluarga KKN Tim II UNDIP 2014 Desa Karang Randu, Kecamatan Pecangaan, Jepara : Taza, Mba Aya, Icha, Andri, Ino, Winney the pooh (Indra), Binsar, Adit dan Tri. Terima Kasih atas semua pembelajaran, kehangatan, canda tawa dan kebersamaan yang terjalin tiba-tiba selama 40 hari. Silaturahmi kita tak akan terputus. See you on top guys!!! 21. Terima kasih untuk Nita, Arga, Fikri Sani dan Muhajir yang sudah membantu penulis dalam memberikan pengarahan dalam penulisan skrispi yang benar.
xi
22. Seluruh teman – teman akuntansi angkatan 2011. Terimakasih atas semua pengalaman, semangat, bantuan, dan dukungan selama kurang lebih tiga tahun terakhir. 23. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat Penulis sebut satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai input bagi penulis agar dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua pihak yang membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb Semarang, 08 Mei 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN ............................................... iii PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ............................................................. iv ABSTRACT ................................................................................................................... v ABSTRAK .................................................................................................................. vi KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 8 1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................ 10 1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................... 10 1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................................... 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 13 2.1 Landasan Teori ............................................................................................... 14 2.1.1. Teori Keagenan ..................................................................................... 14 2.2 Fraud ............................................................................................................... 15 2.3 Jenis Fraud ...................................................................................................... 16 2.4 Pelaku Fraud ................................................................................................... 18 2.5 Fraud Indicators atau Red Flags ..................................................................... 19 2.6 Fraud Triangle ................................................................................................ 20 xiii
2.6.1.Tekanan (pressure) ................................................................................ 20 2.6.2.Peluang (oppurtunity) ........................................................................... 24 2.6.3.Rasionalisasi (rationalization) .............................................................. 26 2.7 Fraud Diamond ............................................................................................... 28 2.8 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 31 2.9 Kerangka Pemikiran Teoritis.......................................................................... 37 2.10 Hipotesis Penelitian...................................................................................... 40 BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 53 3.1 Desain Penelitian ............................................................................................ 53 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 53 3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ................................. 55 3.4 Jenis dan Sumber Data ................................................................................... 68 3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 68 3.6 Metode Analisis Data ..................................................................................... 69 3.6.1. Statistik Deskriptif ................................................................................ 69 3.6.2. Uji Kualitas Data .................................................................................. 69 3.6.3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 73 4.1 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 73 4.2 Identitas Sampel Penelitian ............................................................................ 74 4.2.1 Sampel Berdasarkan Tahun .................................................................. 76 4.3 Deskripsi Variabel Penelitian ......................................................................... 77 4.4 Uji Kelayakan Model ..................................................................................... 82 4.4.1.Uji Menilai Model Fit ........................................................................... 83 4.4.2.Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke R Square ........................... 84 4.4.3.Tabel Klasifikasi ................................................................................... 85 4.4.4.Uji Multikoloniearitas ........................................................................... 87
xiv
4.5 Interpretasi Hasil ............................................................................................ 88 4.5.1.Analisis Model Regresi Logistik ........................................................... 88 4.5.2.Pembahasan Hasil Hipotesis ................................................................. 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 107 5.1 Kesimpulan dan Implikasi ............................................................................ 107 5.1.1. Kesimpulan ......................................................................................... 107 5.1.2. Implikasi ............................................................................................. 110 5.2 Keterbatasan dan Saran ................................................................................ 111 5.2.1. Keterbatasan........................................................................................ 111 5.2.2. Saran ................................................................................................... 112 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 113 LAMPIRAN ............................................................................................................. 117
xv
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ............................................................. 34 Tabel 3.1 Ringkasan Operasional Variabel ................................................................ 65 Tabel 4.1 Sampel Berdasarkan Jenis Industri ............................................................ 75 Tabel 4.2 Sampel Berdasarkan Tahun ....................................................................... 76 Tabel 4.3 Hasil Analisis Statistika Deskriptif ............................................................ 77 Tabel 4.4 Ringkasan Kasus Regresi ........................................................................... 82 Tabel 4.5 Pengkodean Variabel Dependen ................................................................ 83 Tabel 4.6 Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ......................................... 84 Tabel 4.7 Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke R Square................................. 85 Tabel 4.8 Tabel Klasifikasi 2 X 2 .............................................................................. 86 Tabel 4.9 Uji Multikolonieritas .................................................................................. 88 Tabel 4.10 Hasil Pengujian Regresi Logistik ............................................................. 89 Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ...................................................... 91
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Fraud Triangle ....................................................................................... 28 Gambar 2.2 Fraud Diamond ...................................................................................... 30 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran A Daftar Sampel Perusahaan ................................................................... 118 Lampiran B Daftar Tabulasi Data ............................................................................ 120 Lampiran C Hasil Statistika ..................................................................................... 122
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan
dalam
perkembangannya
selalu
berusaha
untuk
mempertahankan dan meningkatkan nilai yang dimiliknya. Seiring dengan perkembangan tersebut, permasalahan yang timbul sering kali terjadi. Salah satunya adalah kondisi yang menyebabkan terjadinya penipuan (fraud) baik yang di lakukan oleh manajemen maupun karyawan perusahaan. Fraud merupakan tindakan ilegal yang di latar belakangi dengan tujuan untuk memperoleh manfaat pribadi. Tanpa disadari fraud dapat mengurangi nama baik atau reputasi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya (Priantara,2013). Fraud bukan kejahatan baru, melainkan sudah sejak lama. Fraud di Indonesia sudah terjadi pada tahun 1602 sejak Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC didirikan. Pada masa ini VOC menjadi monopoli perdagangan di Asia, khususnya Indonesia. Selama 200 tahun VOC mengambil alih sistem perdagangan dan merampas sumber daya yang dimiliki Indonesia dengan tujuan untuk memenuhi kepentingannya pribadi (Priantara, 2013). Menurut, the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengungkapkan bahwa fraud adalah segala upaya untuk mengelabui atau memperdaya pihak lain dengan tujuan untuk memperoleh manfaat pribadi (Priantara,2013). Upaya yang dilakukan pelaku fraud yaitu melakukan perbuatan
1
2
yang tidak sesuai hukum, penyalahgunaan maupun penyelewengan. Fraud dapat terjadi dimana saja, berdasarkan survei yang dilakukan oleh PwC’s 17th Annual Global CEO Survey mengenai Global Economic Crime Survey 2014 yang dilakukan dengan 5128 responden dari 99 negara. Survei ini menyatakan bahwa pada tahun 2005 merupakan global fraud rate tertinggi dengan menyetak angka sebesar
45%
dari perusahaan di seluruh dunia yang telah menjadi korban
kejahatan ekonomi. Sedangkan di tahun 2014 global fraud rate menyetak angka sebesar 37 % dari perusahaan yang berada di 99 negara di dunia (PWC,2014). Berdasarkan
kasus
fraud
yang
jumlahnya
tidak
sedikit,
maka
the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengungkapkan bahwa fraud akan menjadi pilihan pertama dari kejahatan di Abad ke-21 dan merupakan kejahatan yang akan sering terjadi dan akan sangat beragam jenis kejahatanya (Priantara,2013). The 12 th Global Fraud Survey oleh Ernst & Young, 2011 mengungkapkan bahwa fraud tetap menjadi salah satu isu yang paling bermasalah untuk bisnis atau perusahaan di seluruh dunia (Priantara,2013). Salah satu bentuk fraud yang dapat berdampak pada keberhasilan jangka panjang suatu perusahaan adalah fraudulent financial statement atau penipuan pada laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan keuangan berfungsi sebagai penyedia informasi dalam pengambilan suatu keputusan yang berguna bagi pemegang penting laporan keuangan seperti stakeholder, manajemen, direksi dan karyawan.
3
Perusahaan menerbitkan laporan keuangan bertujuan untuk menampilkan kondisi atau keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Laporan keuangan yang baik dan berfungsi maksimal adalah laporan keuangan yang dapat mudah dipahami, dibandingkan, andal, relevan dan memberikan informasi yang layak bagi pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus disusun sebaik mungkin sesuai data yang akurat dan berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Namun, timbulnya fraudulent financial statement disebabkan karena adanya salah saji dalam laporan keuangan. Salah saji ini disebabkan dua hal yaitu kesalahan (error) dan penipuan (fraud). Makna kedua salah saji ini berbeda, Error merupakan kekeliruan yang mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara tidak sengaja yang diakibatkan oleh salah penghitungan matematis, pengukuran ataupun salah interprestasi standar akuntansi (Priantara,2013). Sedangkan fraud merupakan salah saji yang dilakukan secara sengaja oleh pelakunya. Tindakan ini dilakukan dengan adanya dorongan atau motivasi yang membuat pihak manajemen dan karyawan perusahaan melakukan tindakan curang dengan tujuan untuk memperoleh manfaat pribadi. Fraud dapat berupa manipulasi, pemalsuan, pengubahan data terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan. Sehingga fraudulent financial statement merupakan penyajian keliru atas penyembunyian suatu angka atau pengungkapan dalam laporan keuangan dengan tujuan memperoleh manfaat pribadi dengan cara memperdayai pengguna laporan keuangan lainnya(Priantara,2013).
4
Pada tahun 2002 terjadi skandal fraudulent yang dilakukan oleh WorldCom.Inc Amerika Serikat. Worldcom merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh dan berinvestasi besar berbasis telekomunikasi. Akuisisi besar-besaran telah terjadi pada tahun 1998 dimana Worldcom mengambil alih beberapa perusahaan telekomunikasi melalui MCI. Pada tahun 1998 Amerika Serikat mengalami resesi ekonomi sehingga berdampak pada permintaan infrastruktur telekomunikasi Worldcom berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang ikut menurun dari yang diharapkan, sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai akusisi dan infrastruktur menggunakan sumber pendanaan dari luar atau hutang. Tidak hanya itu saja, nilai pasar saham Worldcom ikut turun dari 150 Milyar USD pada (Januari,2000) menjadi 150 Juta USD pada (Juli,2002). Keadaan inilah yang mendorong manajemen untuk menutupi kondisi yang sebenarnya dengan cara melakukan praktik akuntansi yang salah. Direktur akuntansi WorldCom menggunakan metode akuntansi yang disalah gunakan untuk menutupi penurunan laba (income decreasing) dengan cara memindahkan akun beban kepada akun modal. Melalui cara ini Worldcom mampu menaikan pendapatan atau laba karena akun beban di catat lebih rendah, sedangkan akun aset dicatat lebih tinggi karena beban kapitalisasi disajikan sebagai beban investasi. Dengan melakukan praktik ini Worldcom berhasil menaikkan penjualan dengan jurnal akuntansi yang palsu. Tahun 2002 tim audit internal WorldCom menemukan fraud USD 3,8 Miliar dan tahun 2004 Worldcom bangkrut kemudian di akuisisi oleh Verizon melalui MCI (Fraud Auditing & Invesigation 2013, h.84) dan (Yvesrey,2011).
5
Fraudulent financial statement adalah risiko utama dalam bisnis dan dapat memberi dampak pada keberhasilan jangka panjang. Adanya risiko yang mengharuskan perusahaan untuk menyusun tindakan pencegahan untuk menangkal terjadinya fraud (Priantara,2013). Namun, pencegahan saja tidak cukup, perusahaan harus memahami mengenai bagaimana mendeteksi fraud sejak dini. Auditor atau akuntan forensik dalam melakukan perencanaan (Audit Planning) dan melaksanakan rencana kerja audit (Audit Program) harus berhati-hati ketika berhadapan dengan faktor risiko fraud. Karena pada tahapan ini fraud seringkali tidak terungkap yang disebabkan ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi gejala fraud. Seperti yang terjadi pada kasus fraud pada PT Kimia Farma bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal dalam mendeteksi kecurangan pada laporan keuagan (Fitrawansyah,2013). Petunjuk fraud ditunjukan dengan adanya gejala, indikasi, perubahan gaya hidup, perilaku seseorang, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari teman sekerja. Karakteristik yang bersifat kondisi atau perilaku seseorang dinamakan red flag atau fraud indicators. Red Flags menandakan situasi yang tidak wajar atau berbeda dari yang normal (Priantara,2013). Analisis lebih lanjut terhadap red flag akan membantu langkah-langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal dalam mendeteksi adanya fraud dan membantu auditor untuk fokus audit pada titik yang memiliki risiko fraud lebih tinggi sehingga mendapatkan prioritas yang lebih tinggi untuk di audit.
6
Fraud merupakan masalah yang sangat serius di masyarakat dan perlu dibenahi dan diatasi oleh organisasi dengan didukung regulasi dari pemerintah (Priantara,2013). Red flags dan
fraud indicators
berhubungan dengan
kondisi-kondisi potensial yang menyebabkan gejala terjadinya fraud dalam sebuah perusahaan. Kondisi-kondisi ini digambarkan pada konsep fraud triangle atau segitiga fraud, berdasarkan riset Donald Cressey (1953) dan pertama kali diperkenalkan dalam Statment of Auditing Standard (SAS) No. 99 yaitu standar audit di Amerika Serikat yang terdiri dari tekanan, kesempatan dan rasionalisasi (Amara,2013). Tiga sifat umum diatas disebut sebagai faktor risiko fraud. Faktor ini merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan tekanan seseorang untuk melakukan penipuan, adanya suatu peluang atau kesempatan untuk melakukan penipuan dan pembenaran individu atas aktifitas yang mengandung fraud. Dalam meningkatkan pendeteksian fraud dapat dilengkapi dengan penggunan konsep fraud diamond. Konsep ini menambah satu elemen dari fraud triangle yaitu mempertimbangkan kemampuan individu (capability) untuk menjadi orang yang tepat melakukan fraud. Menurut David T Wolfe dan Dana Hermanson mengungkapkan bahwa fraud tidak akan terjadi tanpa keberadaan orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat. Orang tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan dan mengambil keuntungan dari situasi tersebut (Priantara,2013).
7
Dalam menghadapi adanya faktor risiko fraud, secara khusus Standar Profesional Akuntan Publik (IAP1,2011) dalam (Djohar,2012) memberikan pedoman bagi auditor dalam melaksanakan penugasan audit, auditor harus tetap mempertahankan tingkat skeptisisme profesional yaitu sikap atau pemikiran yang menanyakan penilaian kritis terhadap bukti audit, dan sikap yang didalamnya mempertimbangkan serangkaian informasi yang luas, termasuk faktor-faktor risiko fraud untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko fraud. Hal ini bertujuan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji. Independensi dan objektivitas merupakan bagian penting dari standar atribut seorang auditor. Pada dasarnya independensi terkait dengan posisi organisasional, sedangkan objektivitas terkait dengan sikap mental seorang auditor Oleh karena itu, setiap perusahaan yang akan menyampaikan laporan keuangannya kepada pihak berkepentingan diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan berlaku dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Otorisasi Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang terjadi pada fraudulent financial statement, maka dilakukan penelitian yang diberi judul “PENGARUH FRAUD
INDICATORS
TERHADAP
FRAUDULENT
FINANCIAL
STATEMENT : Studi Empiris Pada Perusahaan Listed di Bursa Efek Indonesia (BEI) Bergerak di Sektor Non-Keuangan Tahun 2008 - 2013.
8
1.2
Rumusan Masalah Laporan keuangan diterbitkan dengan tujuan untuk menampilkan kondisi
atau keadaan perusahaan sesungguhnya. Laporan keuangan merupakan sarana untuk menyampaikan informasi perusahaan kepada para pengguna laporan keuangan. Namun, pada kondisi ini sering terjadi salah saji yang berdampak pada fraud. Salah saji dapat dilakukan dengan manipulasi data pada laporan keuangan agar laporan keuangan terlihat sangat baik bagi pengguna laporan keuangan. Petunjuk fraud biasanya ditunjukan dengan gejala atau indikasi adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang. Red flags atau fraud indicators berhubungan dengan kondisi-kondisi potensial yang menyebabkan gejala terjadinya fraud dalam sebuah perusahaan (Priantara,2013). Kondisi-kondisi ini digambarkan pada konsep fraud triangle yang terdiri dari tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Untuk meningkatkan pendeteksian adanya fraud maka digunakan konsep fraud diamond dengan menambah elemen ke empat yaitu capability atau kemampuan individu menjadi orang yang tepat melakukan fraud. Elemen-elemen dari fraud triangle dan fraud diamond tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Penelitian ini terdiri dari tiga elemen fraud indicators yaitu tekanan, peluang dan kemampuan individu (capability). Fraud indicators dari tekanan diproksikan dengan enam variabel yaitu stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, debt, likuiditas dan tingkat kinerja. Peluang diproksikan dengan dua variabel yaitu efektivitas pengawasan dan kualitas auditor eksternal. Sedangkan kemampuan individu (capability) diproksikan memiliki satu variabel yaitu perubahan direksi.
9
Namun, dalam konteks penelitian ini risiko penipuan “rasionalisasi” tidak dimasukan dalam penelitian ini karena mengingatnya data yang diperlukan untuk mengukur variabel seperti pendapat dan rotasi auditor. Selain itu, Wuerges dan Borba (2010) bersama dengan Skousen dan Wright (2006) menekankan bahwa "rasionalisasi" adalah komponen penting dari segitiga penipuan tapi masih tidak akurat karena pembenaran individu sulit untuk mengamati.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka pernyataan penelitian ini yaitu bagaimana fraud indicators berdasarkan konsep fraud triangle dan diamond dapat mempengaruhi fraudulent financial statement. Beberapa pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah
fraud indicator yaitu stabilitas keuangan dapat
mempengaruhi fraudulent financial statement? 2. Apakah
fraud
indicator
yaitu
tekanan
eksternal
dapat
mempengaruhi fraudulent financial statement? 3. Apakah fraud indicator yaitu target keuangan dapat mempengaruhi fraudulent financial statement? 4. Apakah fraud indicator yaitu debt dapat mempengaruhi fraudulent financial statement? 5. Apakah fraud indicator yaitu likuiditas dapat mempengaruhi fraudulent financial statement? 6. Apakah fraud indicator yaitu tingkat kinerja dapat mempengaruhi fraudulent financial statement?
10
7. Apakah fraud indicator yaitu efektivitas pengawasan dapat mempengaruhi fraudulent financial statement? 8. Apakah
fraud
indicator
yaitu
kualitas
auditor
eksternal
mempengaruhi fraudulent financial statement? 9. Apakah fraud indicator yaitu perubahan direksi mempengaruhi fraudulent financial statement?
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris, yaitu : 1. Pengaruh fraud indicators
terhadap
fraudulent financial statement
berbasis fraud triangle dan diamond. 2. Memiliki gagasan dasar-dasar teoritis dari fraudulent financial statement 3. Menguji dampak unsur-unsur fraud triangle dan diamond pada fraudulent financial statement 1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
diantaranya: 1.
Bagi kalangan mahasiswa dan akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
kalangan mahasiswa dan akademis dalam mendeteksi, menganalisis faktor risiko fraud pada laporan keuangan dan risiko fraud diprioritaskan untuk diaudit dalam sebuah perusahaan.
yang
lebih penting atau
11
2.
Bagi perusahaan Dengan adanya penelitian ini diharapkan perusahaan dapat secara sadar
menyajikan laporan keuangan yang bebas dari fraud salah saji material dan dapat meminimalisirkan risiko timbulnya fraud perusahaan. Karena hal ini sangat berpengaruh
dalam
pengambilan
keputusan
pada
pihak-pihak
yang
berkepentingan . 3.
Bagi Masyarakat Dengan adanya penilitian diharapkan masyarakat atau pihak-pihak yang
berkepentingan diluar entitas dapat mengetahui fundamental suatu perusahaan dengan memahami dari laporan keuangan yang sudah diaudit. Apakah kinerja sebuah perusahaan baik atau tidak yang dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut. 1.5
Sistematika Penulisan
BAB I :
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan BAB II :
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi dilakukannya penelitian dan review penelitian terdahulu yang sejenis. Dalam bab ini dijelaskan pula kerangka pemikiran teoritis dan pengembangan hipotesis penelitian
12
BAB III :
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan tentang metode penelitian yang dipilih dalam pelaksanaan penelitian. Uraian tersebut meliputi definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, identifikasi variabel dan metode analisis data BAB IV :
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan deskripsi objek penelitian, analisis kuantitatif, interpretasi hasil serta penjelasan terkait argumentasi yang sesuai dengan hasil penelitian BAB V :
PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan penelitian serta keterbatasan penelitian. Untuk mengatasi keterbatasan penelitiaan saat ini, diperlukan penelitian lanjutan dengan topik yang sama namun dengan perluasan variabel yang lain.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam menjamin keberlanjutan dan kelangsungan bisnis, sangat penting bagi perusahaan untuk menerapkan langkah-langkah fraud indicators. Pada tahap ini seringkali fraud tidak terungkap yang disebabkan ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi gejala fraud. Dalam menangani risiko fraud indicators yang muncul, maka perusahaan penting untuk mengidentifikasi motivasi atau dorongan untuk melakukan fraud. Seorang auditor harus mengambil tindakan
dan menganalisis tindakan
tersebut ketika menghadapi risiko fraud. Dalam hal ini, auditor harus bisa menilai kemampuan manajemen, mengukur risiko yang ditimbulkan dari faktor risiko fraud, merespon risiko dan melaporkan risiko tersebut kepada pihak berkepentingan (Modar, 2013). Oleh karena itu, banyak peneliti yang melakukan penelitiannya berbasis fraud. Seperti Donald Cressey (1953) yang sangat tertarik pada keadaan yang menyebabkan terjadinya fraud. Hipotesis ini telah menjadi konsep yang diberi nama “Fraud Triangle” atau segetiga penipuan yang terdiri dari tiga variabel yaitu tekanan, kesempatan dan rasionalisasi. Tidak hanya itu saja, banyak penelitian yang menunjukan bahwa terjadinya fraud dikarenakan seseorang memiliki insentif (tekanan) untuk melakukan fraud. Diamond fraud merupakan cara lain untuk meningkatkan pencegahan dan pendeteksian fraud dengan
13
14
mempertimbangkan
elemen
yang
keempat
yaitu
kemampuan
individu
(capability). Bab ini akan menyajikan penelitian terdahulu dengan objek kajian yang sama. Landasan teori dan penelitian terdahulu selanjutnya digunakan untuk membangun kerangka teoritis. 2.1
Landasan Teori
2.1.1Teori Keagenan ( Agency Theory ) Teori keagenan mendasarkan hubungan antara prinsipal yaitu para pemegang saham dengan agen yaitu manajemen atau perusahaan Jensen dan Meckling, (1976) dalam (Amara et al,2013). Teori keagenan menganggap bahwa individu berperilaku sesuai menimbulkan
kepentingan
dengan kepentingannya yang
bertentangan.
masing-masing dan
Hendriksen,(1992)
dalam
(Rahmanti,2013) menyatakan bahwa agen memiliki perjanjian untuk menunjukan kewajibanya kepada prinsipal, sebaliknya prinsipal memeliki perjanjian untuk memberikan bonus kepada agen. Hal ini biasa terjadi di pasar modal maupun pasar uang. Laba menjadi permasalahan utama dalam teori ini. Besarnya laba berhubungan dengan besarnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. Semakin besar
laba atau deviden yang dihasilkan maka harga saham akan
semakin tinggi dan semakin besar pula deviden yang diterima oleh para prinsipal (Rahmanti, 2013). Namun, hal ini menimbulkan permasalahan yaitu para agen memiliki kepentingan untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil kerjanya sedangkan para prinsipal atau pemegang saham menginginkan return yang tinggi
15
atas investasinya (Rahmanti,2013). Perbedaan tujuan inilah yang menimbulkan terjadinya conflict of interest atau kepentingan konflik diantara pihak agen dan prinsipal. Pada kondisi ini, agen memiliki lebih banyak informasi dibandingkan prinsipal.
Hubungan
antara
keduanya
dapat
mengarah
pada
kondisi
ketidakseimbangan informasi atau disebut asimetri informasi (Amara et al, 2013). Dengan terjadinya asimetri informasi diantara kedua belah pihak, secara tidak langsung memberikan kesempatan kepada agen untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh prinsipal. Karena adanya keinginan kompensasi yang tinggi, maka kemungkinan besar agen akan melakukan moralhazard yaitu suatu keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang dapat menambah besarnya kerugian. Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri dengan berbagai cara seperti manipulasi angka-angka dalam laporan keuangan, penyembunyian informasi yang sebenarnya dan penyajian keliru yang dapat menyesatkan pembaca laporan keuangan (fraud auditing & investigation, 2013). 2.2
Fraud Dalam literatur akuntansi dan auditing, fraud diterjemahkan sebagai praktik
kecurangan dan fraud sering diartikan sebagai irregularity atau ketidakaturan dan penyimpangan (Priantara,2013). Terdapat banyak definisi dan pengertian yang menerangkan tentang fraud.
16
Menurut Black Law Dictionary (8th Ed) dalam (fraud auditing & investigation,2013) fraud digambarkan sebagai: The intentional use of deceit, a trick or some dishonest means to deprive another of his money, property or legal right, either as a cause of action or as a fatal element in the action itself. Yang dapat diartikan sebagai suatu perbuataan yang disengaja untuk menipu atau membohongi, suatu tipu daya atau cara-cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah milik orang lain. Adapun definisi fraud yang lebih spesifik yang di ungkapkan oleh The Association of Certified Fraud Examiners(ACFE) menyatakan fraud adalah segala upaya untuk mengelabui atau memperdaya pihak lain untuk mendapatkan manfaat (any attempt to device another party to gain a benefit) (Priantara,2013). 2.3
Jenis Fraud The Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) membagi fraud dalam
tiga jenis tipologi berdasarkan perbuataannya yaitu : 1.
Penyimpangan atas aset (Asset Misappropiation) Penyimpangan aset adalah penyalahgunaan, penggelapan, pencurian asset
atau harta perusahaan oleh pihak dalam maupun pihak luar perusahaan. Fraud jenis ini merupakan bentuk fraud yang klasikal dan paling mudah dideteksi karena sifatnya yang berwujud atau dapat diukur dan dihitung (Priantara, 2013). Asset misappropiation sering sebagai identik fraud yang dilakukan oleh pegawai sebab mayoritas pelaku asset misappropiation berada ditingkat sebagai pegawai (fraud auditing & investigation, 2013).
17
2.
Penipuan Laporan Keuangan (Fraudulent Financial Statement) Fraudulent financial statement adalah penyajian kondisi finansial suatu
perusahaan yang disengaja salah yang dapat tercapai melalui salah saji yaitu penghilangan sejumlah nilai di laporan keuangan yang bertujuan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan menurut ACFE dalam (fraud auditing & investigation h.68, 2013). . Fraudulent financial statement seringkali identik sebagai management fraud yang identik dilakukan oleh manajemen, sebab mayoritas pelaku memang berada pada tingkat atau kedudukan lini manajerial (pejabat, ekskutif senior dan manager senior). Manajemen dapat menutupi kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) guna untuk memperoleh keuntungan atau manfaat pribadi terkait dengan kedudukan dan tanggungjawabnya (fraud auditing & investigation h.68, 2013). Karena fraud seringkali di cetuskan untuk kepentingan manajemen maka dinamakan management fraud berupa : a. Pemalsuan, manipulasi atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau dokumen pendukung laporan keuangan b. Kesengajaan
dalam
penyajian
atau
sengaja
menghilangkan
atau
penyembunyian data seperti transaksi, kejadian atau informasi penting dari laporan keuangan c. Salah penerapan secara sengaja mengenai prinsip akuntansi (Jumlah, klasifikasi, penyajian dan pengungkapan)
18
3.
Korupsi (Corruption) Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang atau konflik kepentingan
(conflict of interest), penyuapaan (bribery), penerimaan tidak sah/ illegal, gratifikasi dan pemerasan secara ekonomi (Priantara, 2013). Jenis fraud ini yang paling sulit di deteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain atau kolusi. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pelaku fraud bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Dalam prosesnya untuk melakukan pengungkapan, auditor seharusnya memiliki ketrampilan dan pengalaman melakukan investigasi sebab porsi teknik investigasi dalam mengungkap korupsi lebih dominan ketimbang auditing (fraud auditing & investigation h.69, 2014). 2.4
Pelaku Fraud Berdasarkan hasil data survei dari lembaga internasional Transparency
International (TI) pelaku fraud dilakukan oleh orang yang terdidik,terpandang, dan memiliki jabatan. Fenomena ini di survei oleh lembaga internasional Transparency International yang menyimpulkan hasil survei lembaga tersebut di jelaskan dalam 3 (tiga) poin, yaitu : 1. Semakin berpendidikan seseorang (pascasarjana) maka semakin besar potensi membawa kerugian. Hal ini sejalan dengan semakin menduduki jabatan semakin besar peluang mereka untuk melakukan fraud.
19
2. Semakin berpengalaman seseorang atau semakin lama masa kerja di organisasi maka semakin besar risiko terjadinya fraud. Hal ini sejalan karena individu yang memiliki pengalaman kerja lebih lama membuka peluang untuk terjadinya fraud. 3. Semakin besar penghasilan seseorang maka menyebabkan orang tersebut semakin serakah. Faktor Serakah ini telah diteliti dari hasil survei KPMG di India. Dan fenomena spesifik lainnya, fraud biasa dilakukan oleh pegawai pria, pegawai yang sudah menikah, dan memiliki usia yang lebih tua. Pelaku ini biasa disebut dengan istilah white collar crime yang diperkenalkan oleh Edwin H. Sutherland dalam (fraud auditing & investigation h.5, 2013). 2.5
Fraud Indicators atau Red Flags Fraud indicators atau red flags adalah karakteristik yang bersifat kondisi
lingkungan atau perilaku seseorang (Priantara,2013). Timbulnya red flag tidak selalu fraud namun red flag biasanya muncul pada setiap kasus fraud (Priantara,2013). Analisis lebih lanjut terhadap red flag akan membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal dalam mendeteksi adanya fraud dan membantu auditor untuk fokus audit pada titik yang memiliki risiko fraud lebih tinggi sehingga titik tersebut mendapatkan prioritas yang lebih besar untuk di audit. Hal ini bertujuan untuk menentukan berhasilnya pengungkapan fraud. Red flags atau fraud indicators berhubungan dengan kondisi-kondisi potensial yang menyebabkan gejala terjadinya fraud dalam sebuah perusahaan (Priantara,2013).
20
Red flag berkaitan erat dengan risiko fraud sehingga auditor harus berhati-hati ketika berhadapan dengan faktor risiko fraud. Karena pada tahapan ini fraud seringkali tidak terungkap yang disebabkan ketidakmampuan auditor dalam mendeteksi gejala fraud. Analisis mengenai red flag sangat berkaitan mengenai pemahaman tentang fraud. Fraud dapat diidentifikasi dalam proses melaksanakan audit pada laporan keuagan dengan cara memahami faktor-faktor risiko fraud yang lebih dikenal konsep fraud triangle dan fraud diamond. 2.6
Fraud Triangle
Fraud triangle adalah konsep yang menggambarkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fraudulent. Konsep dari fraud triangle diperkenalkan dalam literatur profesional pada Statement of Auditing Standard (SAS) No. 99 dari American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) yang merevisi SAS No.82 “Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit” yang disebutkan contoh dan faktor-faktor risiko fraud. SAS No.99 telah mengkaitkan faktor risiko fraud dengan segitiga fraud yang bertumpu pada riset yang dilakukan Donald Cressey (1953). Cressey (1953) menyimpulkan bahwa fraud secara umum mempunyai tiga sifat. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi yaitu : 2.6.1 Tekanan (Pressure) Tekanan adalah suatu kondisi yang ditujukan kepada individu atau sekelompok orang yang dapat mengubah tingkah laku individu tersebut (Definisi pengertian,2014). Dalam perspektif fraud, tekanan adalah kondisi yang
21
mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup atau life style, tuntutan ekonomi, dan lingkungan individu berada. Terdapat enam jenis kondisi tekanan yang berdampak pada timbulnya fraud yaitu : a.
Stabilitas Keuangan Stabilitas keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam
penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung
pertumbuhan
ekonomi
(Bank
Indonesia,
2013).
Namun,
ketidakstabilan keuangan dapat dipicu dengan berbagai macam penyebab dan gejolak yang berasal dari kondisi ekonomi, politik maupun industri. Adanya tekanan dari stabilitas keuangan pada kondisi bisnis entitas dapat di indikasi oleh tingkat kompetisi usaha yang sengit, kerawanan yang tinggi terhadap perubahan yang sangat cepat seperti perubahan teknologi, suku bunga, dan kurs valuta asing. Menurunnya industri, kegagalan bisnis yang meningkat dan turunya permintaan pelanggan merupakan gambaran kondisi yang mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan. b.
Tekanan Eksternal Tekanan eksternal adalah kondisi yang menekan keadaan seseorang
diakibatkan pengaruh dari pihak luar (Herdiyani, 2013). Dalam sebuah perusahaan tekanan eksternal dapat terjadi akibat adanya tekanan berlebihan terhadap manajemen dalam memberikan komitmen kepada analisis, kreditur dan pihak ketiga (PSA No. 70).
22
Adapun kondisi atau situasi yang menggambarkan tekanan eksternal yaitu adanya tekanan signifikan untuk memperoleh modal yang diperlukan untuk mempertahankan daya saing dengan mempertimbangkan posisi keuangan entitas termasuk kebutuhan dana untuk membelanjakan pengeluaraan riset dan pengembangan. Kondisi ini sangat bergantung terhadap utang atau kemampuan rendah untuk memenuhi persyaratan pembayaran utang yang sulit untuk dipenuhi. Kebutuhan untuk mendapatkan tambahan pembiayaan utang dan ekuitas, sangat dibutuhkan untuk membiayai pengeluaraaan modal agar perusahaan dapat mempertahankan keunggulannya dari pesaingnya (Rahmanti, 2013). c.
Target Keuangan Target keuangan adalah suatu tingkat kinerja laba yang akan dicapai atas
usaha yang dikeluarkan. Target keuangan ditentukan oleh dewan pengarah atau manajemen
termasuk
sasaran
penjualaan
dan
insentif
keuntungan
(Rahmanti,2013). Secara tidak langsung target keuangan memberikan tekanan finansial bagi manajemen untuk berhasil mencapai target keuangan tersebut. Sejalan dengan teori agensi, target keuangan memiliki hubungan dengan agen dan prinsipal. Dimana agen akan melaksanakan kewajiban dan menampilkan perfoma perusahaan sebaik mungkin sehingga dapat tercapainya target keuangaan yang telah direncanakan. Sedangkan prinsipal memberikan bonus kepada agen atas hasil kerja kerasnya. Kondisi ini menimbulkan dampak risiko fraud rendah karena manajemen perusahaan melakukan kinerja keuangan secara hati-hati dan kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement sangat kecil.
23
d.
Debt (Hutang) Debt adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya untuk
melunaskannya
(Akuntansi
Keuangan
h.2,
2012).
Definisi
lain
menyebutkan bahwa debt sebagai pengorbanan manfaat ekonomi dimasa mendatang akibat peristiwa masa lalu. Debt (hutang) dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan investor dan kreditor untuk melangsungkan pengembangan perusahaan. Hutang yang tinggi secara tidak langsung akan mendorong manajemen untuk melakukan tindakan fraudulent financial statement. Manajer dapat memanipulasi laporan keuangan karena kebutuhan mereka untuk memenuhi perjanjian hutang, sehingga hutang yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement. e.
Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek (Fred Weston dalam febianto, 2014). Likuiditas sangat penting bagi suatu perusahaan karena likuiditas dapat menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan melihat aset lancar terhadap hutang lancarnya. Likuiditas sering digunakan oleh perusahaan maupun investor untuk mengetahui tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Apabila suatu likuiditas perusahaan rendah, maka perusahaan tersebut mengalami
24
kekurangan kas lancar. Hal ini akan menimbulkan ke khawatiran perusahaan untuk tidak dapat menutupi kewajiban jangka pendek. f.
Tingkat Kinerja Definisi kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan, program,
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi menurut Indra Bastian dalam (Puspita,2012). Konsep dari kinerja keuangan adalah rangkaian aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Tingkat kinerja dapat berdampak pada laba yang diciptakan. Semakin baik tingkat kinerja suatu perusahaan, maka semakin besar laba yang diciptakan. Begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat kinerja semakin kecil laba yang diciptakan. Laporan keuangan dapat menyampaikan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan, melihat sejauh mana kondisi suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Analisis mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai kondisi baik atau buruknya suatu perusahaan. 2.6.2 Peluang (Oppurtunity) Peluang adalah suatu kondisi yang memberikan kemungkinan seseorang untuk berbuat atau menempati suatu tempat pada posisi tertentu (Jalius HR, 2013). Dalam fraud triangle, peluang merupakan suatu kesempatan seseorang untuk melakukan fraud (Priantara,2013). Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah, manajemen pengawasan yang kurang baik dan
25
penggunaan posisi atau jabatan yang dapat memberikan keuntungan pribadi (Rahmanti,2013). Terdapat dua kondisi peluang yang dapat memicu terjadinya fraud yaitu: a. Efektivitas Pengawasan Efektivitas adalah sistem nilai yang digunakan setiap organisasi atau lembaga untuk dapat mengukur keberhasilan dari hasil yang diharapkan (Andi Chairil,2012). Sedangkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yaitu controlling dengan tujuan agar memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya kesalahan, mengadakan koreksi kegagalan yang timbul dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan (Dewi,2012). Sehingga efektivitas pengawasan merupakan kegiatan pengawasan mencakup pemerikasaan apakah rencana yang ditetapkan sudah berjalan dengan semestinya dan mengukur keberhasilan suatu kinerja dengan melihat tingkat pengawasan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Adapun definisi pengawasan menurut Henry Fayol dalam sistem pengendalian manajemen (Management control system,2011) bahwa pengawasan mencakup upaya memeriksa apakah semua terjadi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, perintah yang dikeluarkan, dan prinsip yang dianut. Pada intinya fungsi dari pengawasan adalah memastikan bahwa tujuan startegis organisasi atau perusahaan dapat tercapai (Management control system 2011, h.3). Namun, apabila pengawasan atau monitoring perusahaan lemah, hal ini akan memberi kesempatan kepada manajemen untuk melakukan tindakan yang menyimpang sehingga dapat terjadi praktik fraud (Norbarani, 2012). .
26
b. Kualitas Auditor Eksternal Kualitas audit adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang hasil audit tersebut De Angelo (1981) dalam (Husni,2011).. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar dan prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak siapapun (independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi.
Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan independensi dalam sikap mental. Auditor eksternal tergabung dalam sebuah perusahaan yang bernama kantor akuntan publik yang disebut KAP. Di dalam KAP auditor eksternal mengaudit secara umum dan keseluruhan atas laporan keuangan dan mereview kinerja laporan keuangan prospektif. Audit harus dilakukan secara profesional oleh orang yang independen dan kompeten dengan standar profesional akuntan yang berlaku. Dengan digunakannya standar audit, hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan publik dan hal yang diwajibkan dapat dilaksanakan dengan baik. 2.6.3 Rasionalisasi (Rationalization) Rasionalisasi berdasarkan perspektif fraud triangle adalah pembenaran atas suatu aktifitas yang mengandung fraud (fraud auditing & investigation h.47, 2013). Dimana alasan-alasan yang diberikan dalam rasionalisasi adalah bentuk yang tidak sebenarnya dan dipengaruhi dengan adanya kepentingan pribadi
27
seseorang ketimbang kebenaran itu sendiri (arti definisi, 2014). Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya. Wuerges dan Borba (2010) bersama dengan Skousen dan Wright (2006) dalam (Amara,2013) menekan bahwa “rasionalisasi” adalah komponen penting dari segetiga fraud akan tetapi masih tidak akurat karena pembenaran individu sulit untuk diamati. Rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur (Priantara,2013). Karena rasionalisasi ada dalam sifat perilaku yang dimiliki individu tersebut. Seperti individu yang umumnya tidak jujur, mungkin mereka lebih mudah untuk merasionalisasi fraud. Dan sebaliknya bagi mereka yang amanah, jujur dan memiliki standar moral yang tinggi, mereka tidak mudah goyah untuk melakukan fraud. Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan tiga kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya fraudulent, konsep fraud triangle digambarkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:
28
Gambar 2.1 Fraud Triangle
Oppurtunity
Pressure
Rationalization
Sumber : Donald Cressey, Fraud Auditing & Investigation 2013
2.7
Fraud Diamond Fraud diamond adalah konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pencegahan dan deteksi fraud dengan mempertimbangkan elemen yang keempat selain tekanan, peluang dan rasionalisasi yaitu mempertimbangkan kemampuan individu (fraud auditing & investigation h.47,2013) Banyak penelitian menunjukan bahwa terjadinya fraud terjadi ketika seseorang mengalami pressure (tekanan) dan oppurtunity (kesempatan). Pengawasan lemah memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk melakukan fraud dan orang tersebut merasionalisasi perilaku fraud-nya (Priantara,2013). Menurut David T Wolfe dan Dana Hermanson fraud tidak akan terjadi tanpa adanya keberadaan orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat. Peluang membuka pintu fraud, tekanan dan rasionalisasi dapat menarik orang untuk melakukan fraud (fraud auditing & investigation h.47, 2013) . Akan tetapi semua ini tidak akan terjadi tanpa adanya seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan dan mengambil keuntung tersebut.
29
Menurut fraud diamond terdapat empat elemen yang menyebabkan fraud yaitu : a.
Tekanan (Pressure) Tekanan adalah dorongan seseorang untuk melakukan fraud.
b.
Peluang (Oppurtunity) Peluang adalah suatu kondisi yang memberikan kemungkinan seseorang
untuk berbuat atau menempati suatu tempat pada posisi tertentu (Jalius HR, 2013). Dalam fraud diamond peluang merupakan suatu kesempatan seseorang untuk melakukan fraud (Priantara,2013). Kesempatan ini diakibatkan karena ada kelemahan dalam sistem yang dapat dimanfaatkan. c.
Rasionalisasi (Rationalization) Rasionalisasi adalah sifat perilaku yang mencari pembenaran atas
perbuatannya (Priantara,2013). d.
Kemampuan Individu (Capability) Kemampuan individu adalah sifat dan kemampuan pribadi seseorang yang
memainkan peran besar yang memungkinkannya terjadi suatu tindakan (Ginting,2010). Dalam fraud diamond,
konsep ini mempertimbangkan
kemampuan individu untuk menjadi orang yang tepat dalam melakukan fraud. Individu tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan dan mengambil keuntungan tersebut (fraud auditing & investigation h.47, 2013).
30
Berdasarkan uraian diatas yang menjelaskan empat kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya fraudulent, konsep fraud diamond digambarkan pada Gambar 2.2 sebagai berikut: Gambar 2.2 Fraud Diamond
Pressure
Rationalization
Oppurtunity
Capability
Sumber : Fraud Auditing & Investigation 2013
Fraud diamond menggambarkan keempat elemen tersebut saling terkait dan kemampuan (capability) memberikan kontribusi utama sebagai penyebab terjadinya fraud (Priantara,2013). Sihombing (2014) mengungkapkan bahwa capabilty bisa terjadi karena adanya perubahan direksi. Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of interest (Sihombing,2014). Perubahan direksi merupakan penyerahan wewenang dari direksi lama kepada direksi baru. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat menimbulkan stress period dalam
31
suatu perusahaan karena membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Kondisi ini memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. 2.8
Penelitian Terdahulu Beberapa studi telah dilakukan oleh beberapa negara mengenai fraud
indicators. Penelitian yang dilakukan berdasarkan data USA bahwa Apostolou, et al., (2001) mengamati mengenai pandangan auditor tentang pentingnya relatif dari sejumlah faktor risiko penipuan. Penelitian ini menemukan bahwa faktor risiko fraud yang melibatkan karakteristik manajemen dan pengaruh terhadap lingkungan pengendalian yang secara signifikan lebih penting daripada faktor yang berhubungan dengan kondisi stabilitas keuangan dan industri. David T Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukan bahwa fraud triangle dapat dikembangkan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan deteksi fraud dengan memperhitungkan elemen keempat yaitu capability atau kemampuan individu. Individual capability kemampuan memegang peranan penting dimana fraud dapat saja terjadi bersamaan dengan ketiga faktor fraud triangle. Penelitian lain, seperti studi yang dilakukan di Taiwan oleh Yung-I Lou dan Ming-Long Wang (2009), studi ini membahas mengenai faktor risiko fraud berdasarkan konsep fraud triangle atau segitiga kecurangan terhadap fraudulent financial reporting. Penelitian ini menemukan bahwa tekanan keuangan dari perusahaan, rasio tinggi dari transaksi yang kompleks, integritas manajer perusahaan dan hubungan dengan perusahaan auditor berpengaruh positif terhadap pendeteksi fraud pada pelaporan keuangan. Penelitian ini menunjukan
32
bahwa variabel dalam fraud triangle dapat digunakan untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan pada perusahaan yang terdapat di Taiwan. Antonius Stanny (2011) meneliti faktor risiko yang mempengaruhi fraud pada kecurangan pelaporan keuangaan pada perusahaan publik di Indonesia. Penelitian ini menemukan bahwa stabilitas keuangan, tekanan eksternal dan tekanan finansial pribadi yang merupakan bagian faktor risiko dari tekanan berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting. Faktor risiko dari peluang atau kesempatan seperti faktor risiko dari kondisi industri dan kompleksitas struktur organisasi berpengaruh positif dalam pendeteksian fraudulent
financial
reporting
sedangkan
ketidakefektifan
pengawasan
berpengaruh negatif terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting. Faktor risiko dari rasionalisasi seperti praktek akuntansi agresif dan hubungan auditor berpengaruh negatif terhadap pendeteksian fraudulent financial reporting. Penelitian berbeda yang dilakukan oleh Beasley (1996) bahwa penelitian ini menemukan bahwa perusahaan yang melakukan fraudulent financial statement memiliki persentase dewan komisaris eksternal yang lebih rendah ketimbang dengan perusahaan yang tidak melakukan fraud. Amara, et al., (2013) meneliti mengenai pendeteksian fraudulent financial statement berdasarkan studi yang dilakukan di perusahaan prancis. Penelitian menemukan bahwa masalah tingkat kinerja yang diberikan pada manajer merupakan faktor risiko dari tekanan berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraudulent financial statement. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan
33
kesulitan keuangan seperti debt dan liquidity berpengaruh negatif terhadap pendekteksian fraudulent financial statement. Daniel dan Niki (2013) meneliti mengenai pendeteksian fraudulent of financial statement dengan menggunakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Penelitian ini menemukan bahwa stabilitas keuangan, target keuangan dan komisaris independen berpengaruh positif dalam pendeteksian fraudulent financial statement. Sedangkan faktor risiko dari tekanan yaitu tekanan eksternal berpengaruh negatif terhadap pendeteksian fraudulent financial statement. Penelitian Daniel dan Niki hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lou dan Wang (2009) yang menunjukan bahwa variabel fraud triangle dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian terhadap fraudulent financial statement. Kennedy Samuel (2014) meneliti mengenai fraud diamond dimana variabel kemampuan individu atau capability ditambahkan dalam fraud triangle. Variabel ini ditambahkan untuk melihat kemampuan individu dalam melakukan fraud pada laporan keuangan. Penelitian ini menemukan bahwa stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kondisi industri dan rasionalisasi berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraudulent financial statement. Sedangkan target keuangan , efektivitas pengawasan, pergantian auditor dan kemampuan individu berpengaruh negatif terhadap pendeteksian fraudulent financial statement. Hasil studi penelitian diatas menunjukan hasil yang beragam mengenai risiko fraud dihadapan klien. Berikut ringkasan penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 2.1 :
34
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel-variabel Penelitian
1
Yung-I Lou & Ming-Long Wang February 2009
Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting
Variabel Dependen : Fraudulent Financial Reporting
Alat Statistik Metode Regresi Logistik
Variabel Independen : a. Pressure / Incentive yang diprosikan dengan financial stability, management pressured dan management or directors personal financial situation is intimidated by the entity’s financial performance
Hasil Penelitian Fraudulent Financial Reporting berkorelasi positif dengan : Tekanan keuangan dari perusahaan, rasio yang tinggi dari transaksi kompleks, integritas manajer perusahaan dan hubungan dengan perusahaan auditor Fraudulent Financial Reporting berkorelasi negatif dengan : Ukuran perusahaan
b. Oppurtunity yang diproksikan dengan complicated transactions dan effective internal control
2
Skousen, et al. (2009)
c. Rationalization yang diproksikan dengan management integrity dan independent auditor Variabel Dependen : Metode Fraudulent Financial Regresi Statement Logistik
Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of Variabel Independen : The Fraud Triangle a. Tekanan and SAS No.99 b. Kesempatan c. Rasionalisasi
Faktor risiko Fraud Triangle yaitu tekanan dan kesempatan memiliki hubungan positif terhadap kecurangan pada laporan keuangan
35
No 3
Nama Peneliti Antonius Stanny Christo Gagola Oktober 2011
Judul Penelitiaan
Variabel-variabel Penelitian
Alat Statistik
Analisis Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kecendrungan Kecurangan Pelaporan Keuangan Perusahaan Publik di Indonesia
Variabel Dependen : Kecurangan Pelaporan Keuangan
Binary Logistic Regression
Variabel Independen : Tekanan : a. Stabilitas Keuangan b. Tekanan Eksternal c. Kepentingan Finansial Pribadi d. Target Finansial Kesempatan : a. Kondisi Industri b. Ketidakefektifa n Pengawasan c. Kompleksitas Struktur Organisasi d. Ketidakefektifa n Pengendalian Internal Rasionalisasi a. Praktek Akuntansi Agresif b. Hubungan dengan Auditor
Hasil Penelitian a.
Stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan
b. Tekanan eksternal berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan c. Tekanan finansial pribadi berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan d. Kondisi Industri berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan e. Ketidakefektifan pengawasan berpengaruh negatif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan f. Kompleksitas struktur organisasi berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan g. Faktor risiko dari rasionalisasi berpengaruh positif terhadap kemungkinan tindak kecurangan pelaporan keuangan
36
No 4
Nama Peneliti Amara Ines, Anis Ben Amar and Anis Jarboui May 2013
6
Kennedy Samuel Sihombing Februari 2014
Judul Penelitiaan
Variabel-variabel Penelitian
Alat Statistik
Hasil Penelitian
Detection of Fraud Variabel Dependen : in Financial Fraud Financial Statement Statement : French Companies as a Variabel Independen : Case Study a. Debt b. Liquidity c. Performance d. Independent of Board Members e. The quality of the external audit
Metode Regresi Logistik
a. Masalah Tingkat kinerja yang diberikan pada manajer merupakan faktor tekanan yang berpengaruh positif terhadap fraud financial statement
Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010 – 2012
Metode Regresi Logistik
Variabel Dependen : Fraud Financial Statement : Earning Management Variabel Independen : a. Financial Target b. Financial Stability c. External Pressure d. Nature of Industry e. Ineffevtive monitoring f. Change in auditor g. Rationalization h. Capability
Sumber : Berbagai literatur Penelitian Pendukung
b. Faktor yang berhubungan dengan kesulitan keuangan seperti Debt dan liquidity berpengaruh negatif dalam pendeteksian fraud financial statement
Fraud financial statement berpengaruh positif dengan : a. Financial stability b. External pressure c. Nature of industry d. Rationalization Fraud financial statement berpengaruh negatif dengan : a. Financial Target b. Innefective Monitoring c. Change in Auditor d. Capability
37
2.9
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah penyederhanaan dari fenomena nyata
yang membentuk satu pengertian yang utuh mengenai bagaimana suatu masalah dipecahkan, dimana serangkaian hipotesis secara bersama – sama membentuk rangkaian sebab akibat atau penjelasan yang utuh mengenai sebuah masalah penelitian Ferdinand, (2006) dalam (Stany, 2011). Penelitian ini menganalisis risiko fraud indicators dalam mengidentifikasi terjadinya tindakan fraudulent financial statement. Dalam hal ini, auditor berperan untuk membantu pimpinan atau manajemen perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian dan opini serta penyampaian hasil-hasil dalam kegiataan audit kepada pihak yang berkepentingan. Berdasarkan standar audit yang diterbitkan dalam (SAS) No. 99, standar ini mewajibkan auditor secara khusus menentukan risiko salah saji yang disebabkan oleh fraud pada setiap penugasan audit. Untuk kepentingan ini, auditor perlu mempertimbangkan faktor-faktor risiko baik berasal fraudulent financial statement. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada analisis fraud triangle yang telah diungkapkan oleh Cressey (1953) yang diadopsi dalam (SAS) No.99. Penelitian ini menganalisis faktor risiko fraud yaitu tekanan dan peluang yang dilengkapi dengan kemampuan individu untuk meningkatkan pencegahan dan pendeteksian terhadap fraudulent financial statement.
38
Dalam penelitian ini, variabel fraud indicators diambil berdasarkan teori fraud triangle dan diamond. Namun, fraud indicators tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Proksi variabel fraud indicators dari tekanan (pressure) adalah stabilitas keuangan (X1), target keuangan (X2), dan tekanan eksternal (X3) debt atau hutang (X4), likuiditas (X5), dan tingkat kinerja (X6). Peluang (oppurtunity) yang diproksikan dengan efektivitas pengawasan (X7) dan kualitas auditor eksternal (X8). Variabel terakhir yaitu capability atau kemampuan individu yang diproksikan dengan perubahan direksi (X9). Namun, dalam konteks penelitian ini risiko penipuan “rasionalisasi” tidak dimasukan dalam penelitian karena mengingatnya data yang diperlukan untuk mengukur variabel seperti pendapat dan rotasi auditor merupakan hal yang sulit atau yang tidak dapat dicurigai dengan mudah atau tidak mudah diobservasi oleh auditor. Selain itu, Wuerges dan Borba (2010) bersama dengan Skousen dan Wright (2006) menekankan bahwa "rasionalisasi" adalah komponen penting dari segitiga penipuan tapi masih tidak akurat karena pembenaran individu sulit untuk diamati.
39
Berdasarkan landasan teori diatas, kerangkan konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat gambar 2.3 dibawah ini:
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
TEKANAN STABILITAS KEUANGAN
H1
TEKANAN EKSTERNAL
H2
TARGET KEUANGAN DEBT LIKUIDITAS TINGKAT KINERJA
H3 H4 H5
FRAUDULENT
H6
FINANCIAL STATEMENT
PELUANG EFEKTIVITAS PENGAWASAN
H7
KUALITAS AUDIT EKSTERNAL
H8
KEMAMPUAN INDIVIDU PERUBAHAN DEWAN DIREKSI
H9
40
2.10 Hipotesis Penelitian Penelitian (research) adalah rangkaian kegiataan ilmiah dalam rangka untuk pemecahan masalah. Penelitian berfungsi mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan solusi terhadap kemungkinan yang digunakan pada pemecahan masalah (Dharminto,2007). Penelitian ini mencoba untuk mengidentifikasikan fraud indicators sebagai kondisi yang menyebabkan terjadinya fraud. Hal ini dilakukan karena fraud sulit untuk diketahui secara langsung dan sifatnya yang tersembunyi (Fitrawansyah,2013). Terdapat beberapa standar pengauditan yang membahas mengenai pendeteksian fraud seperti SAS No.82, ISA 240 dan SAS No.99, serta yang di Indonesia yakni dalam PSA No. 70 merupakan contoh faktor risiko fraud, yang relevan dengan salah saji yang timbul dari fraudulent financial statement dan mengacu pada penelitian sebelumnya, peneliti mengembangkan hipotesis dan mengidentifikasikan keterkaitan diantara variabel. 2.10.1 Pengaruh Stabilitas Keuangan Terhadap Fraudulent Financial Statement Stabilitas keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia, 2013). Namun, timbulnya ketidakstabilan keuangan dapat dipicu dengan berbagai macam penyebab dan gejolak yang berasal dari kondisi ekonomi, politik maupun industri. Adanya tekanan dari stabilitas keuangan pada kondisi bisnis entitas dapat di indikasi oleh tingkat kompetisi usaha yang sengit, kerawanan yang tinggi terhadap perubahan
41
yang sangat cepat seperti perubahan teknologi, suku bunga, dan kurs valuta asing. Menurunnya industri, kegagalan bisnis yang meningkat dan turunya permintaan customers merupakan gambaran kondisi yang mempengaruhi stabilitas keuangan perusahaan. Menurut Statment of Auditing Standard (SAS) No.99 , ketika stabilitas keuangan terancam oleh keadaan ekonomi, industri dan situasi entitas yang beroperasi manajer menghadapi tekanan untuk melakukan fraudulent financial statement dalam (Rahmanti,2013). Fraud dapat timbul karena manajemen perusahaan mendapatkan tekanan untuk menunjukan bahwa perusahaan telah mampu mengelola aset dengan baik. Pengelolan asset bertujuan untuk meningkatkan bonus dan menghasilkan return yang tinggi untuk para investornya. Tujuan ini terkadang disalah artikan, manajemen akan memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat untuk menutupi kondisi stabilitas perusahaan. Hipotesis ini berkaitan dengan teori agensi dimana adanya kepentingan dari agen untuk menyembunyikan informasi atau salah menyajikan informasi kepada prinsipal (Management control system, 2011). Untuk mengukur variabel ini, peneliti menggunakan rasio pertumbuhan asset, seperti yang di ungkapkan oleh Skousen, et al. (2009) dalam (Stany,2011) menunjukan bahwa variabel pertumbuhan asset secara siginifikan berbeda diantara perusahaan yang melakukan fraud maupun perusahaan yang tidak melakukan fraud. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny dan Willingham (1991) dalam (Stany,2011)
42
menyatakan bahwa kasus perusahaan yang mengalami pertumbuhan industri di bawah rata-rata, kecendrungan manajemen mungkin akan melakukan manipulasi laporan keuangan dengan tujuan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Dengan adanya tekanan manajemen untuk menutupi kondisi stabilitas keuangan perusahaan maka kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement 2.10.2 Pengaruh Tekanan Eksternal Terhadap
Fraudulent Financial
Statement Tekanan eksternal adalah suatu kondisi yang menekan keadaan seseorang diakibatkan pengaruh dari pihak luar (Herdiyani, 2013). Tekanan eksternal dapat terjadi ketika perusahaan menghadapi kesulitan besar dalam memenuhi pinjaman kredit yang memiliki risiko tinggi. Tekanan ini dipengaruhi dari berbagai sumber seperti pemenuhan pembayaran persyaratan listing, pemenuhan persyaratan dan pembayaran liabilitas (Stanny,2011). Karena memiliki risiko kredit yang tinggi, maka terdapat kekhawatiran bahwa pada nantinya perusahaan tidak mampu untuk mengembalikan pinjaman modal yang diberikan. Dalam teori agensi disebutkan bahwa prinsipal tidak memiliki informasi yang mencukupi tentang kinerja manajemen dan mereka tidak pernah dapat merasa bagaimana usaha agen memberikan kontribusi pada hasil aktual perusahaan (Management control system, 2011). Sehingga kondisi ini
43
memberikan peluang bagi manajemen untuk menutupi keadaan sebenarnya dengan tujuan untuk memperoleh tambahan liabilitas atau pembiayaan ekuitas dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Kondisi ini didukung oleh pendapat Skousen, et.al., (2009) bahwa salah satu tekanan yang kerapkali dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar perusahaan tetap kompetitif. Kondisi ini menimbulkan risiko yang tinggi sehingga kecendrungan untuk terjadi fraudulent financial statement semakin besar. Pada situasi ini auditor perlu ketelitian dalam melaksanakan pendeteksian fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2 : Tekanan eksternal berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement 2.10.3 Pengaruh Target Keuangan Terhadap Fraudulent Financial Statement Target keuangan adalah suatu tingkat kinerja laba yang akan dicapai atas usaha yang dikeluarkan. Target keuangan ditentukan oleh dewan pengarah atau manajemen
termasuk
sasaran
penjualaan
dan
insentif
keuntungan
(Rahmanti,2013). Secara tidak langsung target keuangan memberikan tekanan finansial bagi manajemen untuk berhasil mencapai target keuangan tersebut. Target keuangan memiliki hubungan dengan teori agensi. Teori ini berkaitan dengan hubungan agen dan prinsipal. Berdasarkan teori agensi, agen dan prinsipal memiliki kepentingan masing-masing. Dimana agen berkewajiban
44
kepada investor untuk menciptakan laba yang tinggi, sedangkan prinsipal berkewajiban untuk memberikan bonus kepada agen atas hasil kerja kerasnya. Pada kondisi ini agen akan melaksanakan kewajibanya dan menampilkan perfoma perusahaan sebaik mungkin, sehingga dapat mencapai target keuangan yang telah direncanakan. Kondisi ini menimbulkan dampak risiko terjadi fraud rendah karena manajemen perusahaan melakukan kinerja keuangan secara hati-hati dan kemungkinan terjadinya fraud pada laporan keuangan sangat kecil. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3 : Target keuangan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement 2.10.4 Pengaruh Debt Terhadap Fraudulent Financial Statement Debt adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya untuk
melunaskannya
(Akuntansi
Keuangan
h.2,
2012).
Definisi
lain
menyebutkan bahwa debt sebagai pengorbanan manfaat ekonomi dimasa mendatang akibat peristiwa masa lalu. Banyak peneliti seperti Wuerges dan Borba, (2010); Kirkos et al (2007); Beneish, (1999) menunjukan bahwa perusahaan yang tingkat hutangnya secara signifikan lebih tinggi memungkinkan potensi untuk melakukan tindakan secara ilegal lebih besar. Dechow, et al (2011) dan Smaili, et al (2009) dalam Amara, (2013) menemukan hubungan positif antara tingkat hutang dan kemungkinan untuk melakukan fraud.
45
Dalam teori agensi, agen dapat melakukan tindakan yang dapat meningkatkan kekayaan agen dengan mengorbankan kepentingan prinsipal. Hal ini berkaitan dengan nilai hutang yang signifikan secara tidak langsung memberikan tekanan berupa ekspektasi terhadap prestasi kinerja manajemen dengan menutupi dan menyembunyikan informasi yang sebenarnya yang secara tidak langsung mengorbankan kepentingan prinsipal. Dengan adanya tekanan untuk menyembunyikan informasi yang sebenarnya, maka kemungkinan untuk terjadinya fraudulent financial statement akan semakin besar.
Berdasarkan
uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H4
: Debt berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement
2.10.5 Pengaruh Likuiditas Terhadap Fraudulent Financial Statement Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Fred Weston dalam febianto, 2014). Likuiditas sangat penting bagi suatu perusahaan karena likuiditas dapat menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi dengan melihat aset lancar terhadap hutang lancarnya. Adapun hasil penelitian yang dilakukan oleh Perols dan Lougee (2011) dan Kirkos, et al. (2007) menemukan bahwa ketika perusahaan memiliki likuiditas rendah akan kemungkinan besar untuk terlibat dalam fraudulent financial statement. Likuiditas rendah menunjukan bahwa perusahaan mengalami kekurangan kas lancar sehingga perusahaan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Penurunan likuiditas disebabkan adanya kenaikan kewajiban lancar yang tidak diimbangi dengan aset lancarnya (Astuti,2012).
46
Likuiditas
merupakan
masalah
penting
yang
dapat
mengganggu
kelangsungan hidup suatu perusahaan. Seperti kesulitan untuk memperoleh kepercayaan dari pihak peminjam dana, kemampuan entitas dalam membayar bunga atau pokok pinjaman hingga timbulnya kekhawatiran investor jika perusahaan tidak mampu membayar deviden tunai. Hal ini berkaitan dengan teori agensi, di mana bahaya moral telah diberikan atas situasi di mana seorang agen termotivasi untuk salah menyajikan informasi. Agen akan berupaya agar perusahaan tetap kompetitif dan dapat melanjutkan usahanya. Pada kondisi ini menimbulkan dampak risiko tinggi sehingga kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement akan semakin besar. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H5
: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement
2.10.6 Pengaruh Tingkat Kinerja Terhadap Fraudulent Financial Statement Definisi kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan, program, kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi menurut Indra Bastian dalam (Puspita,2012). Tingkat kinerja dapat berdampak pada laba yang diciptakan. Semakin baik tingkat kinerja suatu perusahaan semakin besar laba yang diciptakan. Begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat kinerja suatu perusahaan semakin kecil laba yang diciptakan. Dechow, et al. (2011); Okoye, et al. (2009); Brazel, et al. (2006); Summer dan Sweeney (1998) dalam (Amara et al, 2013)menemukan hubungan negatif antara probabilitas tingkat kinerja pada fraudulent financial statement. Hal ini
47
digambarkan bahwa rendahnya tingkat kinerja akan mendorong manajemen untuk melakuan fraudulent berupa penyalahgunaan data atau menyembunyikan informasi perusahaan agar dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan di mata pengguna pemegang laporan keuangan. Oleh kerena itu, dapat diartikan bahwa tingkat kinerja akan mendorong manajemen perusahaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan menampilkan performa perusahaan sebaik mungkin sehingga dapat mencapai tingkat kinerja yang baik. Kondisi ini menimbulkan dampak risiko rendah karena manajemen perusahaan melakukan kinerja keuangan secara hati-hati sehingga kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement akan semakin kecil. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H6
:
Tingkat kinerja berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial
statement 2.10.7 Pengaruh Efektivitas Pengawasan Terhadap Fraudulent Financial Statement Efektivitas adalah sistem nilai yang digunakan setiap organisasi atau lembaga untuk dapat mengukur keberhasilan dari hasil yang diharapkan (Andi Chairil,2012), sedangkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yaitu controlling dengan tujuan agar memastikan pekerjaan sesuai dengan rencana, mencegah adanya kesalahan, mengadakan koreksi kegagalan yang timbul dan memberi jalan keluar atas suatu kesalahan (Dewi,2012). Sehingga efektivitas pengawasan merupakan kegiatan pengawasan mencakup pemerikasaan apakah rencana yang ditetapkan sudah berjalan dengan semestinya dan mengukur
48
keberhasilan suatu kinerja dengan melihat tingkat pengawasan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Dalam teori agensi mengemukan adanya perbedaan kepentingan dari masing-masing individu. Perbedaan yang bertentangan ini menimbulkan permasalahan baru yaitu ketidakseimbangan informasi atau disebut asimetri informasi. Asimetri informasi inilah yang menjadi celah untuk terjadinya fraud. Namun, fraud dapat diminimalisir dengan cara meningkatkan efektivitas pengawasan melalui dewan komisaris independen. Dewan komisaris independen memiliki fungsi untuk mengawasi jalan kinerja perusahaan. Dengan adanya dewan komisaris independen, perusahaan akan semakin efektif dan praktik fraud dapat diminimalisirkan (Martantya, 2013). Dewan komisaris memainkan peranan penting khususnya dalam memonitor manajemen tingkat atas Gunarsih dan Hartadi, (2002) dalam (Andayani, 2010). Dewan komisaris bertugas untuk menjamin terlaksanannya strategi perusahaan,
mengawasi
manajemen
dalam
mengelola
perusahaan
serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Secara khusus, komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris sangat berperan dalam meminimumkan manajemen laba yang merupakan salah satu bentuk fraudulent financial statement yang dilakukan oleh pihak manajemen (Andayani, 2010). Dalam teori agensi menjelaskan bahwa prinsipal dapat merancang sistem pengendalian yang memantau tindakan agen dan menghalangi mereka untuk meningkatkan
kekayaan
dengan
(Management control system, 2011).
mengorbankan
kepentingan
prinsipal
49
Dalam Penelitian yang dilakukan oleh Beasley (1996) dalam (Amara et al, 2013) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut
dalam
mengawasi
manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Dechow et al. (1996) Dunn (2004) yang meneliti hubungan antara komposisi dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal (Skousen, et al., 2009). Oleh karena itu, apabila suatu perusahaan memiliki dewan komisaris independen lebih dari satu, maka semakin besar tingkat pengawasan suatu perusahaan sehingga kemungkinan kecil untuk terjadinya fraudulent financial statement. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H7 : Efektivitas pengawasan berpengaruh negatif terhadap fraudulent financial statement 2.10.8 Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal Terhadap Fraudulent Financial Statement Kualitas audit adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang hasil audit tersebut De Angelo (1981) dalam (Husni,2011). Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar dan prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak siapapun (independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi.
Standar Profesional
50
Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan independensi dalam sikap mental. Auditor eksternal mengaudit secara umum dan keseluruhan atas laporan keuangan dan mereview kinerja laporan keuangan prospektif. Audit harus dilakukan secara profesional oleh orang yang independen dan kompeten dengan standar profesional akuntan yang berlaku. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lennox dan Pittman (2010) ; Smaili, et al., (2009) menunjukan bahwa auditor eksternal yang bekerja pada perusahaan audit besar “BIG” memiliki kemampuan lebih untuk mendeteksi fraud dibandingkan dengan perusahaan yang di audit oleh perusahaan audit nonBIG. Hasil ini menunjukan bahwa auditor mempunyai reputasi yang baik dalam memberikan kualitas pekerjaan audit yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, apabila suatu perusahaan di audit oleh auditor eksternal yang bekerja diperusahaan audit besar (BIG) maka peluang untuk dapat dideteksinya ada fraud akan semakin besar karena kualitas audit yang diberikan memiliki kemampuan lebih untuk dapat mendeteksi fraud. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H8 : Kualitas auditor eksternal berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement
51
2.10.9 Pengaruh
Perubahan
Direksi
Terhadap Fraudulent
Financial
Statement Perubahan direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi lama kepada direksi baru. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat menimbulkan stress period sehingga berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Perubahan direksi dapat menimbulkan kinerja awal yang tidak maksimal karena membutuhkan
waktu
untuk
beradaptasi
(Sihombing,2013).
Kondisi
ini
memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Kemampuan individu memainkan peranan besar yang memungkinkannya terjadi suatu tindakan (Ginting,2010). Seperti yang di jelaskan pada konsep fraud diamond, konsep ini mempertimbangkan kemampuan individu untuk menjadi orang yang tepat dalam melakukan fraud. Individu tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan dan mengambil keuntungan tersebut (fraud auditing & investigation h.47, 2013). Menurut David T Wolfe dan Dana Hermanson dalam (fraud auditing & investigation 2013, h.47) fraud tidak akan terjadi tanpa keberadaan orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat. Pengawasan lemah memberikan kesempatan bagi seseorang untuk melakukan fraud dan orang tersebut merasionalisasikan perilaku fraud-nya. Namun, orang tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang sebagai sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan tersebut.
52
Oleh karena itu, dengan adanya perubahan direksi yang dapat menciptakan stress period dalam suatu perusahaan. Hal ini memberikan peluang bagi individu sebagai sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan tersebut (Printara,2013) sehingga untuk terjadinya fraudulent akan semakin besar. Berdasarkan
uraian,
diatas penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H9 : Perubahan direksi berpengaruh positif statement
terhadap fraudulent financial
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Disain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fraud indicators
berdasarkan konsep fraud triangle dan diamond terhadap terjadinya fraudulent financial statement. Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan kuantitatif, dimana data yang diperoleh berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian ini menguji teori berdasarkan penelitian sebelumnya dan diharapkan dapat membuka pengetahuan baru mengenai pengaruh fraud indicators terhadap terjadinya fraudulent financial statement. 3.2
Populasi dan Sampel Penelitian Studi ini menggunakan perusahaan listed di Bursa Efek Indonesia (BEI)
bergerak disektor nonkeuangan yang terdaftar tahun 2008–2013. Tahun yang digunakan pada penelitian adalah tahun 2008-2013, bertujuan untuk memperoleh keterbaruan data yang digunakan. Selanjutnya, data yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada sektor nonkeuangan. Hal ini dikarenakan regulasi penyajian laporan keuangan pada perusahaan sektor keuangaan berbeda dengan sektor nonkeuangan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI). Perbedaan tersebut dapat menjadi faktor yang menyebabkan hasil penelitian tidak valid.
53
54
Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling. Penggunaan metode ini dilakukan dengan pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan tujuan dari masalah penelitian dan diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan (Andrian, 2012). Pemilihan metode purposive sampling berdasarkan sekelompok subyek yang digunakan sebagai sampel dan didasarkan atas ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Perusahaan yang bergerak disektor nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008-2013. 2. Perusahaan memiliki kelengkapan data yang diperlukan untuk penelitian, dimana data tersebut diperoleh dari annual report atau laporan keuangan tahunan (LKT). 3. Pemilihan perusahaan yang terindikasi fraud berdasarkan laporan kasus yang dikeluarkan oleh Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) ditahun 2008-2013 yaitu perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran VIII. G.7 mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuanga, serta terkena sanksi dari pelanggaran tersebut dan mengandung unsur fraud
55
Setelah tahapan kriteria telah ditentukan, Pengambilan sampel dalam penelitian ini mengikuti penelitian yang dilakukan oleh Skousen, et al., (2009) yaitu : 1. Bergerak pada industri yang sama antara perusahaan yang melakukan fraud dengan perusahaan non fraud. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penimpangan data. 2. Memiliki besar total asset yang sama atau mendekati antara perusahaan fraud dan nonfraud pada laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan factbook untuk mempermudah pemilihan perusahaan secara berpasangan. 3.3
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel penelitian adalah representasi yang dapat diukur dari berbagai
macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena (wangon, 2014). Penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Berdasarkan kerangka teoritis pada bab sebelumya, variabel dependen meliputi fraudulent financial statement dengan variabel independen yaitu stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, tingkat kinerja, debt, likuiditas, efektivitas pengawasan, kualitas auditor eksternal dan perubahan direksi. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabel-variabel yang akan digunakan yaitu : 1.
Fraudulent Financial Statement Fraudulent financial statement adalah suatu tindakan penipuan yang
menyajikan laporan keuangan dengan keliru, diikuti penyembunyian atas suatu
56
angka-angka dalam laporan keuangan yang memiliki tujuan untuk memperoleh manfaat pribadi dengan cara memperdayai pengguna laporan keuangan (fraud auditing & investigation, 2013). Variabel ini menunjukan penggambaran atau penyajian kondisi finansial suatu perusahaan yang disengaja salah sehingga dapat tercapainya salah saji. Salah saji merupakan tindakan yang disengaja atas penghilangan suatu nilai atau jumlah dalam pengungkapan di laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui pengguna laporan keuangan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanipulasi sebuah laporan keuangan seperti meninggikan nilai asset atau pendapatan dan merendahkan nilai liabilitas atau pembebanan ongkos operasional dan beban produksi (Fraud Auditing & Investigation 2013, h.91). Variabel fraudulent financial statement diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan cara mengkategorikan perusahaan menjadi 2 kategori, yaitu perusahaan yang terbukti telah melakukan fraud diberi kode 1 (satu) dan perusahaan-perusahaan
yang
tidak
melakukan
fraud
(nonfraud)
diberi
kode 0 (nol). Dimana perusahaan yang diberi kode 1 (satu) adalah perusahaan yang telah melakukan pelanggaran VIII. G.7 mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan berdasarkan laporan kasus yang dikeluarkan oleh Otorisasi Jasa Keuangan (OJK).
Sedangkan perusahaan yang diberi
kode 0 (nol) adalah perusahaan yang tidak melakukan pelanggaran VIII.G.7 mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
57
2.
Stabilitas Keuangan Stabilitas keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam
penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi (Bank Indonesia, 2013). Dalam (SAS) No.99 mengungkapkan bahwa ketika stabilitas keuangan terancam oleh keadaan ekonomi, industri dan isu-isu global secara tidak langsung memberikan tekanan kepada perusahaan untuk melakukan fraudulent financial statement. Hal ini dikarenakan manajemen mendapat tekanan untuk menampilkan bahwa perusahaan telah mampu mengelola asetnya dengan baik. Kondisi ini mendorong manajemen untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya. Sehingga risiko untuk terjadinya fraudulent financial statement lebih tinggi. Variabel stabilitas keuangan diukur dengan menggunakan tingkat pertumbuhan perubahan asset per tahun (AGROW), yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : AGROW =
(Total Asset t – Total Asset t-1 )
X 100 %
Total Asset t
3.
Tekanan Eksternal Tekanan eksternal adalah suatu kondisi yang menekan keadaan seseorang
diakibatkan pengaruh dari pihak luar (Herdiyani, 2013). Tekanan eksternal dapat terjadi ketika perusahaan menghadapi kesulitan besar dalam memenuhi pinjaman kredit yang memiliki risiko tinggi. Tekanan ini dipengaruhi dari berbagai sumber
58
seperti pemenuhan pembayaran persyaratan listing, pemenuhan persyaratan dan pembayaran liabilitas (Stanny,2011). Kondisi ini memberikan tekanan bagi manajemen untuk mendapatkan tambahan liabilitas atau pembiayaan ekuitas dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Variabel tekanan eksternal diukur dengan menggunakan rasio leverage (LEV). Penggunaan rasio ini dapat menunjukan proporsi jumlah penggunaan hutang oleh suatu perusahaan. Leverage digunakan untuk mengetahui seberapa besar perusahaan menggunakan liabilitas untuk pendanaan perusahaan dan asset yang ada di perusahaan yang dibiayai oleh liabilitas. Rasio leverage ini diperoleh dari total liabilitas dibagi dengan total asset. Semakin kecil rasio leverage, maka semakin baik tingkat likuiditas perusahaan. Rumus rasio leverage :
LEV =
Total Liabilitas Total Asset
4.
Target Keuangan Target keuangan adalah suatu target tingkat laba yang harus diperoleh atas
usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut. Target keuangan ditentukan oleh dewan pengarah atau manajemen termasuk sasaran penjualaan dan insentif keuntungan (Rahmanti,2013). Secara tidak langsung target keuangan memberikan tekanan finansial bagi manajemen untuk berhasil mencapai target keuangan tersebut. Target keuangan diukur dengan rasio Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
59
setelah pajak dan menunjukan seberapa besar tingkat pengembalian asset yang dimiliki perusahaan. ROA dapat mengukur kemampuan rata-rata asset perusahaan dalam mencapai keuntungan. Menurut Skousen dalam (Rahmanti,2013) roa digunakan untuk menilai kinerja manajer, menentukan bonus, kenaikan upah dan lain-lain. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Laba Setelah Pajak t-1
ROA = Total Asset t-1
5.
Debt Debt adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu, tetapi tidak
diakui karena tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya untuk
melunaskannya
(Akuntansi
Keuangan
h.2,
2012).
Definisi
lain
menyebutkan bahwa debt sebagai pengorbanan manfaat ekonomi dimasa mendatang akibat peristiwa masa lalu. Nilai debt yang tinggi dapat memberikan tekanan berupa ekspektasi terhadap kinerja manajemen. Manajemen dapat memanipulasi laporan keuangan karena kebutuhan mereka untuk memenuhi perjanjian hutang, sehingga hutang yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fraudulent financial statement. Variabel debt diukur dengan menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER) untuk melihat apakah hutang yang dimiliki perusahaan masih dalam hal wajar. Hutang yang wajar adalah hutang yang nilainya lebih kecil dari modalnya.
60
Tidak hanya itu saja, DER digunakan untuk melihat seberapa besar kemampuan modal sendiri untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Pengukuran tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
DER = (Total Hutang / Ekuitas Pemegang Saham) x 100% 6.
Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek yang harus segera dibayar dengan harta lancarnya (Fred Weston dalam febianto, 2014). Likuiditas menunjukan hubungan antara asset lancar dan liabilitas lancar perusahaan, maka variabel ini dapat menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi liabilitas yang jatuh tempo. Perusahaan yang sehat adalah perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas sebesar 100%. Variabel likuiditas dapat diukur dengan menggunakan rasio likuiditas (LIQ) yaitu perbandingan antara asset lancar dengan liabilitas lancar. LIQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LIQ =
Asset Lancar Liabilitas Lancar
7.
Tingkat Kinerja Definisi kinerja adalah gambaran pencapaian pelaksanaan, program,
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi suatu organisasi menurut Indra Bastian dalam (Puspita,2012). Laporan keuangan dapat menyampaikan informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan dan
61
melihat sejauh mana kondisi suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Analisis mengenai kinerja keuangan sangat diperlukan untuk mengetahui mengenai kondisi baik atau buruknya suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Pengukuran kinerja sebuah perusahaan dapat diselaraskan dengan pusat pertanggungjawabannya yang didasarkan atas efisien dan efektivitas. Variabel tingkat kinerja dapat diukur dengan menggunakan rasio Return on Equity (ROE). Tujuan penggunaan rasio ini untuk melihat pengembalian atas ekuitas pemilik dan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang merupakan hak bagi pemegang saham perusahaan. ROE dapat dihitung dengan menggunakan perbandingan net income dan equity dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih ROE =
X 100 % Ekuitas
8.
Efektivitas Pengawasan Efektivitas
pengawasan
adalah
kegiatan
pengawasan
mencakup
pemerikasaan apakah rencana yang ditetapkan sudah berjalan dengan semestinya dan mengukur keberhasilan suatu kinerja dengan melihat tingkat pengawasan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya (Dewi,2012). Terjadinya manipulasi data dalam laporan keuangan merupakan dampak lemahnya pengawasan suatu perusahaan. Sehingga kondisi ini dapat memberikan
62
peluang kepada pihak yang ingin memperoleh kesempatan untuk mengambil keuntungan (Priantara,2013). Dengan adanya pengawasan dari dewan komisaris independen, diharapkan perusahaan akan berjalan efektif dan praktik fraud dapat diminimalisirkan. Oleh karena itu, fungsi dewan komisaris independen sangat dibutuhkan untuk mengawasi jalannya kinerja perusahaan. . Variabel efektivitas pengawasan dapat diukur dengan menggunakan rasio IND yaitu perbandingan jumlah komisaris independen dengan jumlah dewan komisarisnya. Penggunaan rasio ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengawasan suatu perusahaan. Apabila suatu perusahaan memiliki dewan komisaris independen lebih dari satu, maka semakin besar tingkat pengawasan suatu perusahaan sehingga praktik fraud dapat diminimalisirkan.
Rasio IND
dapat dirumuskan sebagai berikut : IND =
Jumlah Komisaris Independen
Jumlah Komisaris
9.
Kualitas Auditor Eksternal Kualitas audit adalah probabilitas di mana seorang auditor menemukan dan
melaporkan tentang hasil audit tersebut De Angelo (1981) dalam (Husni,2011). Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar dan prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak siapapun (independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi.
63
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lennox dan Pittman (2010) ; Smaili et al., (2009) menunjukan bahwa auditor eksternal yang bekerja pada perusahaan audit besar “BIG” memiliki kemampuan lebih untuk mendeteksi fraud dibandingkan dengan perusahaan yang di audit oleh perusahaan audit non-BIG. Kualitas audit eksternal (AUD) diukur dengan menggunakan variabel dummy yang dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu jika perusahaan diaudit oleh auditor yang bekerja pada perusahaan audit besar “BIG” diberi kode 1 (satu) dan perusahaan yang diaudit oleh auditor yang tidak bekerja pada perusahaan audit besar “Non-BIG” diberi kode 0 (nol). Penggunaan varibel dummy ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas audit eksternal yang diberikan baik yang bekerja pada perusahaan audit besar “BIG” maupun “NonBIG” dapat membantu untuk melakukan pendeteksian fraudulent financial statement. 10.
Perubahan Direksi Perubahan direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi lama kepada
direksi baru dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat menimbulkan stress period sehingga berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Perubahan direksi dapat menimbulkan kinerja awal yang tidak maksimal karena membutuhkan waktu untuk beradaptasi (Sihombing,2013). Kondisi ini memberikan peluang kepada individu untuk memperoleh keuntungan dari situasi tersebut. Menurut David T. Wolfe dan Hermanson (Fraud Auditing & Investigation 2013, h.47) mengungkapkan bahwa fraud tidak akan terjadi tanpa keberadaan
64
orang yang tepat dan memilki kemampuan yang tepat. Orang tersebut harus memiliki kemampuan untuk mengenali peluang dari sebuah kesempatan. Untuk mengetahui adanya kemampuan individu ketika menghadapi kesempatan untuk melakukan fraud maka variabel perubahan direksi (DCHANGE) diukur dengan menggunakan variabel dummy yang dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu jika terjadi perubahan direksi perusahaan maka di beri kode 1 (satu) dan apabila tidak terjadi perubahan direksi perusahaan maka diberi kode 0 (nol). Berdasarkan uraian diatas mengenai penjelasan variabel dan definisi operasional terdapat ringkasan operasional variabel yang dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
65
Tabel 3.1 Ringkasan Operasional Variabel
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
SKALA
Annual Report dan Variabel Dummy laporan
kasus Kode 1 (satu) untuk perusahaan yang
pelanggaran
FRAUD (Y) (Variabel Dependen)
melakukan pelanggaran atau praktik
perusahaan
dari fraud pada laporan keuangan dan
Otorisasi
Jasa kode 0 (nol) untuk perusahaan yang
Keuangan
(OJK) tidak melakukan pelanggaran praktik
perusahaan
listed fraud pada laporan keuangan
nonkeuangan
yang Dimana perusahaan yang diberi kode
SKALA NOMINAL
terdaftar pada Bursa 1 (satu) adalah perusahaan yang telah Efek Indonesia tahun melakukan 2008-2013
pelanggaran
VIII.G.7
mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan
laporan
berdasarkan
laporan
dikeluarkan
oleh
Keuangan
(OJK).
keuangan
kasus
yang
Otorisasi
Jasa
Sedangkan
perusahaan yang diberi kode 0 (nol) adalah
perusahaan
melakukan
yang
pelanggaran
tidak
VIII.G.7
mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
STABILITAS
INFORMASI
AGROW
KEUANGAN (X1)
KEUANGAN
Total Asset t – Total Asset t-1
SKALA RASIO X 100%
(Variabel Independen)
Total Asset t
66
VARIABEL
DIMENSI
TEKANAN
INFORMASI
EKSTERNAL (X2)
KEUANGAN
INDIKATOR
LEVERAGE
SKALA
Total Hutang
(Variabel Independen)
SKALA
RASIO
Total Asset
TARGET
INFORMASI
KEUANGAN (X3)
KEUANGAN
Return on Asset (ROA) Laba Setelah Pajak t-1
(Variabel Independen)
SKALA RASIO
Total Asset t-1
DEBT (X4)
INFORMASI
Total Debt to Equity Ratio :
SKALA
(Variabel Independen)
KEUANGAN
(Total Hutang / Ekuitas Pemegang
RASIO
Saham) x 100%
LIKUIDITAS (X5)
INFORMASI
(Variabel Independen)
KEUANGAN
LIQ
SKALA Asset Lancar
RASIO
Hutang Lancar
TINGKAT KINERJA
INFORMASI
ROE
(X6)
KEUANGAN
Laba Bersih
(Variabel Independen)
Ekuitas
SKALA X 100%
RASIO
67
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
SKALA
EFEKTIVITAS
GOOD
PENGAWASAN (X7)
CORPORATE
Jumlah Komisaris Independen
(Variabel Independen)
GOVERNANCE
Jumlah Dewan Komisaris
IND
SKALA RASIO
(GCG)
KUALITAS
PRESS RELEASE
AUDITOR
(2008–2013)
AUD
SKALA NOMINAL
Variabel Dummy Kode 1 (satu) untuk perusahaan yang
EKSTERNAL (X8)
diaudit oleh auditor yang bekerja (Variabel Independen)
pada perusahaan audit besar “BIG” dan kode 0 (nol) untuk perusahaan yang diaudit oleh auditor yang tidak bekerja pada perusahaan audit besar “Non – BIG” SKALA DIR
PERUBAHAN DIREKSI (X9)
PRESS RELEASE (2008–2013)
NOMINAL Variabel Dummy jika
(Variabel Independen)
terdapat
perusahaan
perubahan
dari
periode
direksi yang
bersangkutan maka di beri kode 1 (satu) dan sebaliknya apabila tidak terdapat
perubahan
direksi
perusahaan maka diberi kode 0 (nol).
68
3.4
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeteksi adanya fraud pada
laporan keuangan (fraudulent financial statement) dengan cara menggunakan analisis faktor indikator yang menyebabkan terjadinya fraud. Konsep fraud triangle dan fraud diamond adalah dua konsep yang menjadi fraud indicator dalam penelitian ini. Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder. Penggunaan data sekunder bertujuan agar data dapat diperoleh dengan mudah, tidak memerlukan banyak biaya dan lebih dapat dipercaya keabsahannya karena laporan keuangan tersebut telah diaudit oleh akuntan publik. 3.5
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data sekunder yang digunakan adalah metode
dokumentasi yang merupakan teknik pengambilan data dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh dari annual report perusahaan yang dipublikasikan. Selain itu, perusahaan yang terindikasi melakukan fraud berasal dari data yang dikeluarkan oleh Otorisasi Jasa Keuangan (OJK) tentang kasus perusahaan yang terkena sanksi pelanggaran VIII.G.7 mengenai pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Sumber data dapat diperoleh dari www.idx.co.id, website perusahaan, JSX Fact Book, website OJK, laporan kasus perusahaan yang melakukan pelanggaran VIII.G.7 yang dikeluarkan dari OJK dan pojok Bursa Efek Indonesia UNDIP.
69
3.6
Metode Analisis Data
3.6.1 Statistik Deskriptif Statistik deskritif adalah gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) dalam (Imam Ghozali, 2011). Statistik deskripstif berhubungan dengan metode pengelompokkan, peringkasan dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif. Tabel statistik deskriptif yang dihasilkan akan memuat nilai mean yang digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum dan minimun digunakan untuk melihat nilai terendah dan tertinggi dari sampel (Imam Ghozali, 2011). Ukuran-ukuran statistik deskriptif dalam pengolahan data bertujuan untuk mendapatkan gambaran ringkas dari sekumpulan data, sehingga kita dapat menyimpulkan keadaan data secara mudah dan cepat (Imam Ghozali, 2011). 3.6.2 Uji Kualitas Data a.
Menilai Model Fit atau kelayakan model regresi Perhatikan output SPSS dari Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test.
Untuk menilai model fit, perlu dilakukan pengujian terhadap hipotesis: H0
: Model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Ha
: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
70
Dengan tingkat signifikansi (α) sebesar 0,05 maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah : 1.
Jika probalitas > 0,05 Ho diterima dan Ha ditolak, berarti model dapat diterima karena cocok dengan data observasi dan dapat memprediksi nilai observasinya.
2.
Jika probabilitas < 0,05 Ho ditolak dan Ha diterima, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga goodness of fit model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Dari hipotesis ini jelas bahwa Ho tidak boleh ditolak agar supaya model fit dengan data. b.
Menilai keseluruhan model (overall model fit) Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan angka -2 Log Likelihood
pada blok pertama (Block 0: Beginning Block) dan blok kedua (Block 1: Method = Enter). Jika terjadi penurunan angka -2 Log Likehood (Blok Number 0 – Blok Number 1) menunjukkan model regresi yang baik. Nilai Log Likehood pada regresi logistik mirip dengan pengertian”sum squarred error” pada model regresi, sehingga penurunan Log Likehood menunjukkan model regresi yang baik. Untuk menguji hipotesis perlu dilakukan analisis terhadap nilai Selain analisis terhadap nilai -2 Log Likelihood, analisis terhadap Hosmer dan Lemeshow’s Test juga dapat dilakukan untuk menilai model fit. Sedangkan untuk menilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen, dapat dilihat dari nilai Cox dan Snell’s R Square.
71
c.
Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke R Square Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran
R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar persentase variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. d.
Matriks Korelasi Uji multikolonieritas adalah pengujian untuk mengetahui apakah terdapat
korelasi diantara variabel bebas atau independennya. Persamaan regresi logistik berlaku ketika tidak terjadi multikolonieritas atau tidak memiliki korelasi diantara variabel bebas (independen). 3.6.3 Uji Hipotesis Dalam uji hipotesis ini akan menguji hipotesis dari kerangka teoritis penelitian. Pengujian H1, H2, H3, H4, H5, H6, H7, H8 dan H9 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Dasar penggunaan regresi logistik karena variabel bebas merupakan campuran antara variabel kontinue (metrik) dan kategorial (non-metrik) seperti penggunaan pengukuran variabel dummy termasuk dalam skala pengukuran non-metrik dan skala rasio termasuk dalam skala metrik (Imam Ghozali, 2011).
72
Model regresi logistik yang digunakan untuk menguji hipotesis sebagai berikut : Ln (p/1-p) = 0 + 1 AGROW + 2 LEV - 3 ROA + 4 DER - 5 LIQ - 6 ROE - 7 IND + 8 AUD + 9 DIR+ e Keterangan : Ln (p/1-p)
: Kejadian Fraudulent Financial Statement
AGROW
: Stabilitas Keuangan
LEV
: Tekanan Eksternal
ROA
: Target Keuangan
DER
: Debt atau liabilitas
LIQ
: Likuiditas
ROE
: Tingkat kinerja atau performance
IND
: Efektivitas Pengawasan
AUD
: Kualitas Auditor Eksternal
DIR
: Perubahan Direksi