Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI)
ABSTRAK Oleh: AYU RIANI MARETA NPM : 0811031023 Tlpn : 085920003998 Email :
[email protected] Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial distress terhadap penerapan konservatisme akuntansi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 85 sampel yang menjadi sampel penelitian dengan periode 2006-2010. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat uji regresi logistik dengan menggunakan SPSS 18.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang sedang mengalami financial distress mengalami pengaruh negatif terhadap penerapan konservatisme akuntansi pada perusahaan pertambangan di BEI. Financial distress diukur dengan menggunakan model Altman, sedangkan konservatisme akuntansi menggunakan model Givoly dan Hayn. Kata kunci: financial distress, konservatisme akuntansi
The Influence of Financial Distress to Accounting Conservatism (Empiric Study in Mining Sector which are Listed In BEI)
ABSTRACT By: AYU RIANI MARETA NPM : 0811031023 Tlpn : 085920003998 Email :
[email protected] Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt.
This study aims to know the influence of financial distress to implementation on accounting conservatism on the mining companies which are listed in BEI. The samples obtained by using purposive sampling method. Based on the criteria that have been given, there are 85 samples as a sample during 2006-2010 period. Then, hypothesis examination is done by using logistic regression analysis which is applied SPSS 18.0. The results showed that the compaies that are undergoing financial distress has a negative effect on implementation accounting conservatism on the mining companies in BEI. Financial distress was measured using Altman model, while accounting conservatism Givoly and Hayn model.
Keywords: financial distress, accounting conservatism
1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu fungsi manajemen adalah untuk dapat memperkirakan dan menjamin ketersediaan dana agar perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya seefektif dan seefisien mungkin. Ketika perusahaan mengalami keadaan tidak mampu membayar hutang yang telah jatuh tempo merupakan salah satu gejala awal perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan tidak memiliki dana tunai untuk membayar kewajiban sehingga perlu menunggu waktu untuk mencairkan aset atau mendapat pinjaman dari kreditur.
Penyebab utama kejadian kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya tersebut sebenarnya dapat disebabkan karena kelalaian manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Penyebab lainnya adalah pihak manajemen perusahaan kurang memperhitungkan rasio keuangan secara teliti sehingga tidak mengetahui kondisi perusahaan sebenarnya sedang dalam keadaan tidak baik yang dikarenakan nilai kewajiban lebih tinggi dari aset lancarnya. Apabila perusahaan mengetahui kondisi dan posisi keuangan perusahaan sebenarnya, maka perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya.
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaannya. Laporan keuangan tersebut harus memenuhi tujuan, aturan serta prinsip – prinsip akuntansi yang sesuai dengan standar yang berlaku umum agar dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi setiap penggunanya.
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan Penman (1991). Horigan
(1965) dalam Tuasikal (2001) menyatakan bahwa rasio keuangan berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Dasar akrual dalam laporan keuangan memberikan kesempatan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan untuk menghasilkan jumlah laba yang diinginkan. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum juga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk memilih metode akuntansi yang akan digunakannya dalam menyusun laporan keuangan. Kebebasan manajemen dalam memilih metode akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan menyebabkan adanya konservatisme akuntansi.
Almilia (2003) menyatakan bahwa konservatisme merupakan konvensi laporan keuangan yang penting dalam akuntansi, sehingga disebut sebagai prinsip akuntansi yang dominan. Pendukung konservatisme menyatakan bahwa konservatisme menyajikan laba dan aset dengan prinsip menunda pengakuan keuntungan dan secepatnya mengakui adanya kerugian. Prinsip ini memang akan menyebabkan laba dan aset periode berjalan menjadi lebih rendah. Bila terjadi kenaikan laba dan aset di masa datang akibat penerapan prinsip ini, hal tersebut disebabkan oleh keuntungan yang semula ditunda pengakuannya telah diakui oleh perusahaan karena dipastikan akan terealisasi. Jadi bukan berarti peningkatan laba dan aset masa datang merupakan cermin dari tidak konservatifnya perusahaan.
Dalam Almilia (2003) menyatakan bahwa pendukung konservatisme menyatakan bahwa laporan keuangan yang disusun dengan cara yang konservatif akan menyajikan informasi sesungguhnya dari nilai perusahaan, sehingga akan membantu investor dan kreditur dalam pengambilan keputusan investasi. Para kreditur mendesak agar laporan keuangan disusun dengan berpedoman pada konsep konservatisme. Maksud utama mereka adalah untuk menetralisir optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil
usahanya. Namun, pada umumnya jika perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan maka akan menggunakan manajemen laba agar memberikan sinyal bahwa perusahaan tidak mengalami penurunan kinerja dan akan menimbulkan sikap agresif pihak eksternal dan penerapan metode ini bertolak belakang dengan prinsip konservatisme.
Jika ditinjau lebih jauh ke dalam laporan keuangan, setiap metode akuntansi yang dipilih oleh perusahaan memiliki tingkat konservatisme yang berbeda – beda. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyebutkan ada berbagai metode yang menerapkan prinsip konservatisme, diantaranya PSAK No. 14 mengenai persediaan yang terkait dengan pemilihan perhitungan biaya persediaan, PSAK No. 16 mengenai aset tetap dan penyusutan (2009), PSAK No. 19 mengenai aset tidak berwujud yang berkaitan dengan amortisasi dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan.
Pilihan metode tersebut akan berpengaruh terhadap angka yang disajikan dalam laporan keuangan sehingga dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung prinsip konservatisme ini akan mempengaruhi hasil dari laporan keuangan tersebut. Penerapan konsep ini juga akan menghasilkan laba yang berfluktuatif, dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi laba untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap konservatisme akuntansi pada sektor industri pertambangan. Investasi dalam saham dapat dilakukan pada berbagai macam sektor industri, namun setelah dilakukan pengamatan sektor pertambangan yang mengalami lebih banyak penurunan laba dalam laporan keuangan sehingga cocok untuk digunakan dalam penelitian ini. Penelitian sebelumnya meneliti mengenai pengaruh tingkat kesulitan keuangan terhadap konservatisme akuntansi menggunakan model Ohlson, tetapi dalam penelitian ini kesulitan keuangan yang diteliti menggunakan model Altman karena model Altman merupakan prediksi kebangkrutan yang paling baik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model konservatisme
yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu menggunakan model Givoly dan Hayn sedangkan dalam penelitian sebelumnya menggunakan model Zhang. Model Givoly digunakan karena menggunakan akrual diskresioner dan sesuai dengan penelitian ini karena akrual diskresioner dapat digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan pada saat ini dan pada masa mendatang.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Financial Distress terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2
Permasalahan
1.2.1
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : “Apakah financial distress berpengaruh terhadap penerapan konservatisme akuntansi?”
1.2.2
Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut: 1.
Proksi yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung financial distress adalah Z-score.
2.
Industri yang diteliti adalah industri pertambangan.
3.
Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian mulai tahun 2006 hingga 2010.
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konservatisme akuntansi pada perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Sebagai sarana bagi peneliti dalam memahami, menambah dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah dipelajari.
2.
Dapat memberikan bukti empiris dan melengkapi literatur mengenai kesulitan keuangan yang berpengaruh dalam penerapan konservatisme akuntansi.
3.
Sebagai bahan referensi dan informasi untuk menambah wawasan pihak lain yang berminat dalam bidang keuangan.
2.
Tinjauan Pustaka
2.1
Teori Signaling
Brigham dan Houston (2001) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang. Hadri (2006) menyatakan bahwa tujuan teori signaling kemungkinan besar membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan keuangan.
Manajer berusaha menginformasikan kesempatan yang dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Teori signaling dapat diasumsikan bahwa pemberian informasi yang mengakui adanya laba yang rendah dapat membantu mengurangi konflik antara manajer dan pemegang saham, karena manajer
berusaha menyampaikan informasi secara jujur dengan penuh kehati-hatian. Hesty (2008) menyatakan bahwa tingkat kesulitan keuangan berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi sesuai dengan teori signaling.
Teori signaling menjelaskan bahwa jika kondisi keuangan dan prospek perusahaan baik, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi liberal yang tercermin dalam akrual diskresioner positif untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba perioda kini serta yang akan datang lebih baik daripada yang diimplikasikan oleh laba non-diskresioner periode kini. Jika perusahaan dalam kesulitan keuangan dan mempunyai prospek buruk, manajer memberi sinyal dengan menyelenggarakan akuntansi konservatif yang tercermin dalam akrual diskresioner negatif untuk menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan dan laba periode kini serta yang akan datang lebih buruk daripada laba non-diskresioner perioda kini. Dengan demikian, tingkat kesulitan keuangan perusahaan yang semakin tinggi akan mendorong manajer untuk menaikkan tingkat konservatisme akuntansi, dan sebaliknya.
2.2 Laporan Keuangan Baridwan (2009) mengartikan laporan keuangan sebagai ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut.
2.3 Kesulitan Keuangan Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh perusahaan adalah kebangkrutan atau kepailitan, hal tersebut dapat dihindari dengan cara memprediksi sebab-sebab yang mengakibatkan kebangkrutan yaitu dengan melihat adanya financial distress. Financial distress dapat diartikan sebagai munculnya sinyal-sinyal atau gejala awal kebangkrutan terhadap penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan. Sinyal-sinyal tersebut dapat berupa penurunan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, mendapat surat tagihan dari bank akibat tidak tepat waktu dalam membayar kewajiban, ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi hutang yang telah jatuh tempo dan perusahaan dalam kondisi tidak solvable dimana nilai buku hutang lebih besar dari nilai buku aset. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dapat disebabkan karena permasalahan ekonomi, penurunan kinerja dan manajemen yang buruk. Hofer dan Whitaker dalam Almilia (2006) mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun.
2.4
Konservatisme Akuntansi
2.4.1
Pengertian Konservatisme Akuntansi
Menurut Financial Accounting Standard Boad (FASB) dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC No. 2) konservatisme adalah reaksi kehatihatian dalam menghadapi ketidakpastian dalam mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan risiko pada suatu bisnis telah dipertimbangkan. Konservatisme adalah prinsip dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan untuk mengakui dan mengukur aset dan laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis yang dilingkupi ketidakpastian Wibowo (2002) dalam Suaryana (2008). Konsep konservatisme menyatakan bahwa dalam keadaan yang tidak pasti, manajer perusahaan akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan.
Implikasi konsep ini terhadap prinsip akuntansi adalah akuntansi mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar Suwardjono (1989) dalam Dewi (2004). Watts (2003) menyatakan bahwa konservatisme akuntansi understatement terhadap laba dalam periode kini yang dapat mengarahkan pada overstatement terhadap laba pada periode – periode berikutnya, sebagai akibat understatement terhadap biaya pada periode tersebut.
Di Indonesia, praktik konservatisme bisa terjadi karena standar akuntansi yang berlaku di Indonesia memperbolehkan perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan metode yang diperbolehkan pada situasi yang sama. Misalnya, PSAK No. 14 mengenai persediaan, PSAK No. 17 mengenai akuntansi penyusutan, PSAK No. 19 mengenai aset tidak berwujud dan PSAK No. 20 mengenai biaya riset dan pengembangan. Akibat dari fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi adalah terhadap angka-angka dalam laporan keuangan, baik laporan neraca maupun laba-rugi. Penerapan metode akuntansi yang berbeda akan menghasilkan angka yang berbeda dalam laporan keuangan Suaryana (2008).
2.4.2
Pengukuran Konservatisme Akuntansi
Seperti yang dikutip oleh Sari (2004), Givoly dan Hayn (2000) mengukur konservatisme dengan melihat kecendrungan dari akumulasi akrual selama beberapa tahun. Akrual yang dimaksud adalah perbedaan antara laba bersih sebelum depresiasi/amortisasi dan arus kas kegiatan operasi. Apabila terjadi akrual negatif (laba bersih lebih kecil dari pada arus kas kegiatan operasi) yang konsisten selama beberapa tahun, maka merupakan indikasi diterapkannya konservatisme.
Semakin besar akrual negatif yang diperoleh maka semakin konservatif akuntansi yang diterapkan. Hal ini dilandasi oleh teori bahwa konservatisme menunda pengakuan pendapatan dan mempercepat pengakuan biaya. Sehingga laporan laba rugi yang konservatif akan menunda pengakuan pendapatan yang belum
terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut akan segera dibebankan pada periode tersebut dibandingkan menjadi cadangan (biaya yang ditangguhkan) pada neraca.
2.4.3
Peluang Pemilihan Tingkat Konservatisme Akuntansi oleh
Manajemen Pengertian tingkat konservatisme akuntansi dalam penelitian ini adalah tingkat konservatisme akuntansi yang dipilih oleh manajemen dalam menerapkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Kerangka dasar SAK memuat karakteristik kualitatif pertimbangan sehat untuk memperoleh kualitas informasi akuntansi yang andal (IAI, 2009). Beberapa metode akuntansi dalam PSAK yang memberikan peluang untuk menyelenggarakan akuntansi konservatif antara lain : 1. PSAK No. 14 (Revisi 2008) : Persediaan 2. PSAK No. 16 (Revisi 2007) : Asset Tetap 3. PSAK No. 19 (Revisi 2000) : Asset Tidak Berwujud 4. PSAK No. 20 : Biaya Riset dan Pengembangan
2.5
Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan konservatisme melalui tingkat kesulitan keuangan dan tingkat hutang: Almilia (2003) melakukan penelitian untuk menguji size hypothesis dan debt/equity hypothesis yaitu dampak size perusahaan atau tingkat hutang perusahaan terhadap penyajian laporan keuangan yang cenderung konservatif. Pengujian size hypothesis dan debt/equity hypothesis ini dilakukan dengan membentuk kelompok perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif (optimis) dan perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang cenderung konservatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa semakin kecil size perusahaan maka semakin besar probabilitas perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung konservatif serta semakin tinggi leverage maka semakin besar probabilitas perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang cenderung tidak konservatif atau optimis.
Sari (2004) menguji hubungan konservatisme akuntansi dengan konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan deviden dan peringkat obligasi. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa konservatisme memiliki peran dalam perusahaan yang menghadapi konflik bondholders-shareholders seputar kebijakan deviden yang timbul pada perusahaan yang memiliki hutang obligasi dan menerbitkan saham.
Widya (2004) meneliti mengenai faktor‐faktor yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatif. Variabel yang digunakan adalah struktur kepemilikan, debt covenant yang diproksi dengan leverage dan political cost. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa debt covenant yang diproksi dengan leverage tidak mempunyai pengaruh terhadap konservatisme.
Eko (2005) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat kesulitan keuangan terhadap konservatisme akuntansi. Isu penelitian ini adalah perbedaan prediksi antara teori akuntansi positif dengan teori signaling mengenai pengaruh tingkat kesulitan keuangan perusahaan terhadap kebijakan konservatisme akuntansi oleh manajer. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan tingkat konservatisme akuntansi yang dibuat oleh manajer perusahaan. Simpulan ini mendukung prediksi teori signaling mengenai pengaruh tingkat kesulitan keuangan terhadap tingkat konservatisme akuntansi.
Eka dan Herlina (2007) meneliti mengenai pengaruh tingkat kesulitan dan tingkat hutang terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa tingkat kesulitan memiliki pengaruh negatif terhadap konservatisme serta tingkat kesulitan keuangan dan tingkat hutang secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh terhadap konservatisme akuntansi.
Hesty (2008) meneliti mengenai pengaruh tingkat kesulitan keuangan terhadap konservatisme akuntansi. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa tingkat kesulitan keuangan berpengaruh positif terhadap kebijakan konservatisme
akuntansi yang dibuat oleh manajer dan mendukung prediksi teori signaling mengenai pengaruh kesulitan keuangan terhadap tingkat konservatisme akuntansi.
2.6
Pengembangan Hipotesis
2.6.1 Kesulitan Keuangan dan Konservatisme Akuntansi Penelitian ini mendefinisikan perusahaan bermasalah keuangan mengarah pada ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban pembayarannya dan atau mengarah pada kebangkrutan. Umumnya model financial distress (kesulitan keuangan) berpegang pada data-data kebangkrutan. Penelitian ini mengukur kondisi keuangan perusahaan dengan melihat profitabilitas yang tercermin dari nilai laba setelah pajak dan dengan menggunakan Model ZScore.
Hofer dan Whitaker dalam Almilia (2006) mendefinisikan financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Prediksi mengenai perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan (financial distress), yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan suatu analisis yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, investor, otoritas pembuat peraturan, auditor maupun manajemen. Bagi kreditur analisis ini menjadi bahan pertimbangan utama dalam memutuskan untuk menarik piutangnya, menambah piutang untuk mengatasi kesulitan tersebut atau mengambil kebijakan lain.
Kesulitan keuangan mengakibatkan perusahaan membutuhkan dana lebih untuk membiayai kegiatan perusahaannya serta dana untuk membayar hutangnya sehingga akan mengakibatkan tingkat hutang menjadi lebih tinggi. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tetap menggunakan akuntansi konservatif maka laporan keuangan menjadi understatement sehingga akan memberikan sinyal buruk bagi pihak eksternal terutama pihak kreditur sehingga pihak kreditur tidak akan memberikan pinjaman untuk kelangsungan usaha perusahaan sehingga ketika perusahaan sedang mengalami financial distress maka
perusahaan tidak akan menerapkan prinsip konservatisme dalam penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu : H1 : Tingkat kesulitan keuangan perusahaan berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi
3.
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data sekunder. Jenis data sekunder adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat melalui pihak lain). Data sekunder pada umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang telah dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan yang dapat diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), berbagai dari penelitian sebelumnya, maupun dari berbagai artikel, internet, dan buku-buku.
3.2
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode : a. Data perusahaan yang terdiri dari daftar nama perusahaan beserta data laporan keuangan di dapat dari website IDX. b. Studi pustaka yaitu pengumpulan data sebagai landasan teori serta penelitian terdahulu didapat dari dokumen-dokumen, buku, internet serta sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.
3.3
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-
2010. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Sampel dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1.
Perusahaan pertambangan yang telah mempublikasikan laporan keuangan tahunan lengkap untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember tahun 2006-2010 dengan tujuan untuk meningkatkan komparabilitas atau daya banding yang baik.
2.
Perusahaan pertambangan yang mengalami penurunan laba selama tahun penelitian.
3.
Perusahaan dengan kategori Z-Score ragu-ragu dan bangkrut selama tahun penelitian
4.
Tidak mengalami CONACC (laba sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi dikurangi cash flow operation) positif selama tahun 2006-2010.
3.4
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah suatu konsep yang memiliki bermacam-macam nilai, variabel dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen sedangkan variabel independen adalah variabel yang dikenai pengaruh atau diterangkan oleh variabel lainnya.
3.4.1
Variabel dependen
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat yang besarannya tergantung dari besaran variabel independen (bebas). Besarnya perubahan yang disebabkan oleh variabel independen ini, akan memberi peluang terhadap perubahan variabel dependen (terikat) sebesar koefisien (besaran) perubahan dalam variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme akuntansi. Laporan laba rugi yang konservatif akan menunda pengakuan pendapatan yang belum terealisasi dan biaya yang terjadi pada periode tersebut akan segera dibebankan pada periode tersebut dibandingkan menjadi cadangan (biaya yang ditangguhkan) pada neraca. Rumus dari proksi konservatisme akuntansi adalah sebagai berikut :
CONACCit = NIit - CFOit ........................................... Givoly dan Hayn (2000)
Keterangan : CONACCit = tingkat konservatisme NIit = net income sebelum extraordinary item ditambah depresiasi dan amortisasi CFOit = cash flow dari kegiatan operasi It = perusahaan i pada periode t
Depresiasi dan amortisasi merupakan alokasi biaya dari aset yang dimiliki perusahaan. Pada saat pembelian aset, kas yang dibayarkan termasuk dalam arus kas dari kegiatan investasi dan bukan dari kegiatan operasi. Dengan demikian, alokasi biaya depresiasi yang akan tercermin dalam net income tidak berhubungan dengan arus kas dari kegiatan operasi. Sehingga depresiasi dan amortisasi dikeluarkan dari net income dalam perhitungan CONACC. Jika CONACC bernilai negatif maka perusahaan dikategorikan konservatif (1) dan jika bernilai positif maka dikategorikan non konservatif (0). Semakin negatif nilai CONACC menunjukkan konservatisme yang semakin tinggi.
3.4.2
Variabel Independen
Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Sehubungan dengan hipotesis yang sudah dipaparkan, maka yang menjadi variabel independen adalah kesulitan keuangan dan kemampuan membayar hutang. Definisi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Kesulitan keuangan Kesulitan keuangan akan diukur dengan menggunakan Fungsi diskriminan Z (Zeta) yang ditemukan oleh Altman (1968) dengan menggunakan 5 rasio yang dapat digunakan untuk dapat melihat perbedaan antara perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut. Namun, Altman (2000) memodifikasi Z-Score karena persamaan yang lama hanya memiliki keakuratan 30% . Fungsinya adalah sebagai berikut : Z = 0.717T1 + 0.847T2 + 3.107T3 + 0.420T4 + 0.998T5
Keterangan : T1 = Modal Kerja / Total Aset (%) T2 = Laba Ditahan / Total Aset (%) T3 = Laba Sebelum Pajak / Total Aset (%) T4 = Nilai Buku Modal / Total Utang (%) T5 = Penjualan / Total Aset Indikator dari fungsi diskriminan Z (Zeta) ini adalah : Z > 2,9 : Tidak mengalami kebangkrutan 1,23 < Z < 2,9 : Ragu‐ ragu Z < 1,23 : Mengalami kebangkrutan
3.5
Metode Analisis
Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu (independen variabel) terhadap konservatisme akuntansi dalam penelitian ini digunakan analisis logistic regression. Pengujian hipotesis dengan metode logistic regression digunakan jika variabel bebasnya merupakan kombinasi antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Teknik analisis ini tidak lagi memerlukan uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali, 2007). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : LN
P 1-P
=
α + β1 X1 + e
Keterangan : LN P
= variabel dummy (1 untuk konservatif dan 0 untuk non konservatif)
1-P α
= konstanta
β
= koefisien regresi logistik untuk variabel independen
X1
= tingkat kesulitan keuangan ( Z-Score)
e
= error term
3.5.1
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengukur rata-rata, nilai maksimum dan minimum, standar deviasi dari masing-masing sampel yang menjadi obyek
penelitian pada periode 2006-2010. Analisis deskriptif ini dengan menggunakan SPSS versi 18.0.
3.5.2
Uji Hipotesis
Untuk menjawab hipotesis yang telah dibuat dapat digunakan metode analisis sebagai berikut : a. Uji Kelayakan Model Regresi Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit lebih besar dari pada 0,05 maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diteima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2007).
b. Uji Model Fit Dalam menilai overall fit model, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya: 1. Chi Square Tes statistik chi square digunakan berdasarkan pada fungsi likelihood pada estimasi model regresi. Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. L ditransformasikan menjadi -2logL untuk menguji hipotesis nol dan alternatif. Penggunaan nilai untuk keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil block number 0) dengan nilai -2 log likelihood hasil block number 1. Dengan kata lain, nilai chi square didapat dari nilai -2logL1–2logL0. Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik (Ghozali, 2007). 2. Cox and Snell’s R Square dan Nagelkereke’s R square Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestsikan. Untuk mendapatkan koefisien determinasi yang dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression, maka digunakan Nagelkereke R square. Nagelkereke R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell R square dengan nilai maksimumnya (Ghozali, 2007).
3. Tabel Klasifikasi 2x2 Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini konservatif (1) dan non konservatif (0), sedangkan pada baris menunjukkan menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan ketepatan peramalan 100% (Ghozali, 2007).
c. Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi Pengujian koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan berada pada kondisi financial distress. Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability value). 1. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan sebesar 5% (0,05). 2. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis didasarkan pada signifikansi pvalue. Jika p-value (signifikan) > α, maka hipotesis alternatif ditolak. Sebaliknya jika p-value < α, maka hipotesis alternatif diterima (Ghozali, 2007).
4.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Deskriptif
Dari tabel statistik deskriptif di atas dapat terlihat dari nilai rata-rata konservatisme akuntansi sebesar 0,56. Besarnya standar deviasi dari konservatisme akuntansi yaitu sebesar 0,499 artinya selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel konservatisme akuntansi adalah sebesar 0,499.
Financial Distress (ZSCORE) mempunyai nilai minimum sebesar -3,56 pada PT Central Omega Resources Tbk tahun 2009. Sedangkan nilai financial distress (ZSCORE) maksimum sebesar 7,93 terjadi pada PT Bumi Resources Tbk tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa nilai Z-Score yang diperoleh PT Bumi Resources Tbk lebih besar dibandingkan perusahaan pertambangan lainnya. Nilai rata-rata financial distress (ZSCORE) yaitu 1,6228. Besarnya standar deviasi dari variabel financial distress yaitu 2,39360.
4.2
Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Test)
Analisa pertama yang dilakukan adalah menilai kelayakan model regresi logistik yang akan digunakan. Pengujian kelayakan ini dilakukan dengan menggunakan Goodness of fix test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow. Tabel menunjukkan bahwa nilai dari pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test nilai chi square adalah 2,879 dengan signifikansi sebesar 0,896. Dengan tingkat signifikansi lebih besar dari tingkat α sebesar 0,05 maka model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2007).
4.3
Uji Model Fit (Overall Model Fit)
4.3.1
Chi Square Test
Menurut Ghozali (2007) uji chi square untuk keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (hasil block number 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (hasil block number 1). Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik. Dari kedua tabel menunjukkan perbandingan antar nilai -2 log likelihood awal dengan -2 log likelihood akhir. Pada -2 log likelihood awal menunjukkan angka -2 log likelihood adalah 116,407, sedangkan pada -2 log likelihood akhir menunjukkan angka 115,372, adanya penurunan nilai ini mengindikasikan bahwa model regresi ini baik.
4.3.2
Cox and Snell’s R Square dan Nagelkerke’s R Square
Cox and Snell’s R Square merupakan ukuran yang setara untuk R2 pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestasikan (Ghozali, 2007). Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell’s untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R Square dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0,367 menunjukkan bahwa variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 36,7 % dan 63,3 % dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
4.3.3
Uji Klasifikasi 2x2
Prediksi ketepatan model juga dapat menggunakan matrik klasifikasi yang menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect) pada variabel dependen. Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya praktik konservatisme. Tabel menunjukkan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan konservatisme adalah 31 sampel, 17 sampel atau 54,8% dapat diprediksikan oleh model ini. 55 sampel yang menggunakan konservatisme atau 96,5% dapat diprediksikan dengan menggunakan model regresi logistik ini, sedangkan hanya 2 sampel diestimasikan melenceng dari hasil observasi. Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa 17 + 55 = 72 sampel dari 85 sampel atau 84,7% dapat diprediksikan dengan menggunakan model regresi logistik ini. Tingginya persentase ketepatan tabel klasifikasi tersebut mendukung tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksi dan data observasinya yang menunjukkan sebagai model regresi logistik yang baik.
4.4
Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan model logistic regression. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh financial distress terhadap penerapan konservatisme akuntansi. Untuk menguji signifikansi koefisien dari variabel independen yang
menggunakan p-value (probability value) dengan tingkat signifikansi sebesar 5% (0,05). Apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan. Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai konstanta adalah 0,416 dan koefisien Z-Score sebesar -0,094 sehingga didapatkan persamaan Logit sebagai berikut : LN P
= 0,416 - 0,094 Z-Score
1-P
Berdasarkan tabel pengujian hipotesis menunjukkan bahwa financial distress (ZSCORE) diperoleh nilai beta korelasi sebesar -0,094 dengan signifikansi sebesar 0,313. Nilai signifikansi yang berada di atas 0,05 menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari variabel ZSCORE terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan financial distress terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis tidak terdukung.
4.5
Pembahasan
Krisis keuangan global yang terjadi turut berdampak terhadap negara Indonesia, terutama dalam sektor pertambangan yang mengakibatkan investor menarik kembali investasinya. Selain itu, menurunnya harga komoditas pertambangan serta menurunnya omzet permintaan sehingga penjualan menurun drastis mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Jika perusahaan mengalami kesulitan keuangan maka akan mempengaruhi dalam penyusunan laporan keuangan, apakah perusahaan akan menggunakan prinsip manajemen laba yang akan menghasilkan overstatement atau menggunakan prinsip konservatisme dimana akan membuat sikap pesimis pihak eksternal karena akan mengakui biaya serta risiko yang akan dihadapi.
Hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa variabel financial distress (Z-Score) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap konservatisme akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis dimana koefisien memiliki nilai negatif dan tingkat signifikansi Z-Score menunjukkan nilai 0,313, dimana nilai
tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian menolak hipotesis. Hal ini dapat terjadi karena sampel yang kecil sehingga terjadi heterogenitas. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Eka dan Herlina (2007) bahwa financial distress berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
Hal ini menunjukkan jika perusahaan mengalami financial distress maka perusahaan tidak menerapkan prinsip konservatisme yang akan menimbulkan sikap pesimis kreditur dan investor. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan ingin memberikan kepercayaan kepada kreditur dan investor bahwa perusahaan akan tetap bertahan meskipun dalam kondisi kesulitan keuangan sehingga perusahaan lebih memilih metode manajemen laba agar kreditur akan tetap memberikan pinjaman kepada perusahaan sehingga perusahaan akan tetap berjalan.
5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa dari hasil uji pengaruh financial distress terhadap konservatisme akuntansi menunjukkan angka koefisien -0,094 dengan tingkat signifikan sebesar 0,313 artinya bahwa financial distress berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerapan prinsip konservatisme akuntansi. Hasil penelitian ini searah dengan penelitian Eka dan Herlina (2007) tentang pengaruh tingkat kesulitan keuangan dan tingkat hutang terhadap konservatisme akuntansi pada perusahaan manufaktur.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan dari hasil penelitian, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel independen, yaitu financial distress.
2. Sampel perusahaan yang digunakan hanya sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sehingga kemungkinan kesimpulan penelitian ini tidak akan berlaku untuk perusahaan sektor lainnya dan pada periode waktu yang berbeda.
5.3
Saran 1. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian dan tidak terbatas hanya pada sektor pertambangan saja sehingga diharapkan dapat meningkatkan keakuratan hasil penelitian. 2. Bagi penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode pengukuran konservatisme yang berbeda. 3. Memperluas penelitian dengan cara memperpanjang periode penelitian dengan menambah tahun pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA Ahmed, et al. 2000. “Accounting Conservatism & Cost of Debt: An Empirical Test of Efficient Contracting”. SSRN Working Paper. Almilia, Luciana Spica. 2003. “Teknik Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypotesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisme Laporan Keuangan Perusahaan dengan Teknik Analisis Multinomial Logit”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. STIE Perbanas Surabaya. Almilia, Luciana Spica. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Suatu Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. STIE Perbanas Surabaya. Vol. 7, No. 1. 1-22. Almilia, Luciana Spica. 2006. “Prediksi Kondisi Finansial Distress Perusahaan Go Publik Dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. STIE Perbanas Surabaya. Altman, Edward I. 2000. “Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of Corporate Bankruptcy”. Journal of Finance: 189–209. Astarini, Dwi. 2011. Skripsi. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi”. Fakultas EkonomiUniversitas Pembangunan Nasional.
Baridwan, Zaki. 2009. Akuntansi Intermediate. Yogyakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UGM. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (BPUD). Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. “Standar Akuntansi Keuangan”. Salemba Empat. Jakarta. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. ”Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”. Edisi Pertama. Cetakan Kedua. BPFE. Yogyakarta. Lo, Eko Widodo. 2005. “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan terhadap Konservatisme Akuntansi”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 396 – 440. Munawir, S. 2001. “Analisis Laporan Keuangan”. Edisi Keempat. Liberty. Yogyakarta. Sari, Cynthia, dan Desi Adhariani. 2008. “Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Simposium Nasional Akuntansi XII. Sari, Dahlia. 2004. “Hubungan antara Konservatisme Akuntansi Dengan Konflik Bondholder‐Shareholder seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Departemen Akuntansi FEUI. Vol, No. 2. 63 – 88. Sartono, R. Agus. 1998. Manajemen Keuangan “Teori dan Aplikasi”. BPFE. Yogyakarta. Suaryana, Agung. 2008. “Pengaruh Konservatisme Laba terhadap Koefisiens Respon Laba”. Universitas Udayana. Sudipta, Basu. 1998. “The Conservatism Principle and Asymmetryc Timelines of Earnings”. SSRN Working Paper. Suprihastini, Eka, dan Herlina Pusparini. 2007. “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan dan Tingkat Hutang Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2001-2005”. Jurnal Riset Akuntansi. Steyaningsih, Hesty. 2008. “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Terhadap Konservatisme Akuntansi”. Jurnal Akuntansi dan Investasi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Widya. 2004. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Akuntansi Konservatif”. Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Laporan Keuangan. 10 Januari 2012. 12:05:37. www.idx.co.id Daftar perusahaan pertambangan. 10 Januari 2012. 11:34:52. www.duniainvestasi.com