Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Cash Holding : Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2012 Effi Harnelly dan Eliza Fatima Department of Accounting, Faculty of Economics, University of Indonesia, Kampus Baru UI Depok, 16424, Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh corporate governance terhadap kepemilikan kas (cash holding). Unsur corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, ukuran dewan komisaris serta struktur dewan komisaris. Sampel dalam penelitian ini adalah 62 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2010-2012. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Ukuran dewan komisaris yang diukur dengan jumlah anggota dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap kepemilikan kas (cash holding) pada suatu perusahaan. Kepemilikan keluarga berpengaruh signifikan negatif terhadap kepemilikan kas (cash holding) . Sedangkan untuk dua variabel independen lainnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Struktur dewan komisaris (Board Structure) dan Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kepemilikan kas (cash holding). Kata kunci : corporate governance, kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, struktur dewan komisaris, cash holding
The Effect of Corporate Governance on Cash Holding : Empirical Study on Manufacturing Firms Listed on Indonesian Stock Exchange for period of 2010-2012 Abstract This study aims to examine the effect of corporate governance on cash holding. Elements of corporate governance used are institutional ownership, family ownership, board size and board structure. The samples of this study are 62 manufacturing firms listed on Indonesia Stock Exchange for period 2010-2012. The results of this study show that Board size as measured by the total member of board of comissioners have a positive significant impact on cash holding. Family Ownership as measured by percentage of ownerships owned by family have a negative significant impact on cash holding. Board size and Institutional ownership have no significant effect on cash holding. Keywords : corporate governance, family ownership, institutional ownership, board size, board structure, cash holding.
Pendahuluan Isu tentang Good Coporate Governance (GCG) mulai populer khususnya di Indonesia setelah muncul krisis ekonomi pada tahun 1998 serta maraknya berbagai skandal keuangan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan besar. Banyak pendapat yang menyatakan bahwa penyebab utama terjadinya krisis dan skandal keuangan tersebut adalah karena buruknya kondisi Corporate Governance (CG) dan kurang memadainya rule enforcement yang ada.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
Berdasarkan Agency theory yang yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976) , ketika pemilik modal (Principal) mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada manajemen (Agent) maka manajemen sebagai pengelola perusahaan memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik modal. Kondisi demikian menyebabkan asimetri informasi yaitu suatu kondisi yang mencerminkan ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pihak pemegang saham dan stakeholders lainnya sebagai pengguna informasi. Jika kedua belah pihak baik pemilik modal maupun manajemen bertindak dengan lebih mementingkan kepentingan pribadinya, maka dapat dipastikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen tidak akan selalu berdasarkan kepentingan
pemilik modal.
Berdasarkan fakta tersebut, pemilik modal akan membatasi manajemen dengan cara memonitor biaya-biaya dan aktivitas yang telah dirancang oleh manajemen tersebut. Salah satu isu yang cukup menjadi perhatian para peneliti beberapa tahun belakangan ini adalah mengenai kebijakan kepemilikan kas (Cash Holding Policy). Cash holding yang tinggi memberikan potensi bagi manajer untuk melakukan tindakan penyalahgunaan kas untuk kepentingan pribadi karena hal tersebut akan membuat aset yang berada dalam pengawasan manajer menjadi lebih besar. Selain itu, cash holding yang tinggi mencerminkan ketidakmampuan manajemen dalam mengelola aset perusahaan dengan baik sehingga perusahaan melewatkan kesempatan untuk memperoleh imbal hasil dari dana yang idle dalam kas perusahaan. Terdapat beberapa penelitian yang menjelaskan alasan perusahaan memegang kas dalam jumlah tertentu seperti Transaction motive, Precautionary motive dan Speculative motive (Keynes,
1936)
dimana
perusahaan
mengakumulasikan
kas
untuk
mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan biaya yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang . Low cost financing (Myers dan Majluf, 1984) dalam Ozkan dan Ozkan (2004) menjelaskan bahwa kas menyediakan biaya pendanaan yang lebih rendah karena investor eksternal yang menginvestasikan dananya merasa lebih terjamin dengan sejumlah kas yang di pegang oleh perusahaan. Namun demikian, disisi lain hal ini akan menjadi konflik keagenan serius seperti
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
underinvestment dan Asset substitution1 pada perusahaan yang melibatkan manajemen dan pemegang saham (Myers, 1977; Jansen dan Meckling, 1976) dalam Ozkan dan Ozkan (2004). Beberapa penelitian terdahulu yang telah mengkaji mengenai Cash Holding dimana sebagian besar diantaranya fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi Cash Holding pada sebuah perusahaan. Penelitian empiris yang dilakukan oleh Ozkan dan Ozkan (2004) terhadap perusahaan di Inggris dengan fokus pada pentingnya keberadaan kepemilikan manajerial selain unsur-unsur tatakelola perusahaan lainnya seperti struktur dewan komisaris dan pemegang saham pengendali pada perusahaan menemukan bukti bahwa kepemilikan manajerial
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
cash
holding.
Penelitian
ini
mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan, cash flows, aset lancar, Leverage, dan Bank Debt merupakan faktor-faktor penting penentu Cash Holding. Penelitian yang dilakukan oleh Tsung –Han et al. (2010) terkait dengan Cash Holding dan Corporate Governance terhadap perusahaan yang dikontrol oleh keluarga di Taiwan menjelaskan bahwa level cash holding dipengaruhi oleh pemisahan control right dan cash flow right. Dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa perusahaan yang dikontrol oleh keluarga cenderung memegang kas dalam level yang lebih tinggi ketika pemisahan antara control right dan cash flow right lebih besar. Dalam Ozkan dan Ozkan (2004) disebutkan bahwa Kim et al. (1998) juga melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan cash holding. Penelitian di Indonesia terkait dengan cash holding diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Niati (2012) yang meneliti tentang pengaruh Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial dan Cash Holding dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa indeks CG memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap kesejahteraan pemegang saham. Namun tidak ditemukan pengaruh yang signifikan untuk variabel kepemilikan manajerial dan variabel kepemilikan kas (cash holding) terhadap kesejahteraan pemegang saham. Penelitian
lainnya yang masih
terkait dengan cash holding adalah penelitian yang dilakukan oleh Khairani (2012) tentang pengaruh Board Governance dan Cash Holding terhadap nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2010). Dari 1
Asset substitution : Melakukan substitusi aset dari aset yang bersifat low risk kepada aset yang bersifat high risk. Hal ini menyebabkan peningkatan risiko yang diterima oleh debtholder karena kemungkinan gagal bayar menjadi tinggi, namun tidak disertai dengan penambahan kompensasi.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
penelitian ini didapatkan hasil bahwa Ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen dan kepemilikan saham orang dalam memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan komite audit dan kepemilikan kas (cash holding) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti melakukan penelitian ini dengan tujuan untuk membuktikan secara empiris apakah terdapat pengaruh Institusional Ownership, Family Ownership, Board Size dan Board Structure terhadap kebijakan Cash Holding perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012. Tinjauan Teoritis 1.
Kepemilikan Keluarga (Family Ownership)
Sama halnya dengan perusahaan-perusahaan di Asia pada umumnya, perusahaan di Indonesia memiliki karakteristik kepemilikan saham yang didominasi oleh keluarga (Claessens et al., 1999). Dominasi saham keluarga dalam sebuah perusahaan tentu saja akan memberikan efek khusus bagi aktivitas tatakelola perusahaan. Jika dalam Agency Theory yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 menyatakan bahwa manajemen sebagai Agent yang difasilitasi oleh informasi asimetri pada dasarnya akan memaksimalkan kepentingan pribadi dalam bertindak, maka dalam perusahaan yang kepemilikannya di dominasi dan dikontrol oleh keluarga, manajemen akan kehilangan kesempatan untuk memaksimalkan kepentingan pribadi akibat adanya campur tangan pemegang saham pengendali (dalam hal ini pemegang saham keluarga) dalam melakukan pengelolaan aktivitas dan kebijakan perusahaan; yang diantaranya adalah kebijakan kepemilikan kas (Cash Holding). H1 : Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap cash holding. 2.
Kepemilikan Institusi (Institusional Ownership)
Selain campur tangan pemegang saham keluarga, aktivitas tatakelola perusahaan diIndonesia (maupun di negara-negara lainnya) juga sangat dipengaruhi oleh faktor lainnya yaitu pemegang saham institusional. Pemegang saham institusional dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi penegakan tatakelola perusahaan khususnya dalam bidang pengawasan. Pemegang saham institusional dengan proporsi kepemilikan signifikan memiliki tanggung jawab untuk menggunakan hak suaranya untuk melakukan evaluasi dan penegakan tatakelola perusahaan yang benar agar terbebas dari konflik kepentingan yang melibatkan
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
orang dalam perusahaan seperti manajemen dan pemegang saham pengendali lainnya. Namun demikian, pemegang saham institusional tidak dapat dipastikan sepenuhnya dapat memberikan dampak positif terhadap penegakan tatakelola perusahaan yang baik. Time horizon investasi menjadi salah satu faktor penentunya. Demirag dan Tylecote (1992) dalam Solomon (2007) menyatakan bahwa pemegang saham institusional yang memiliki orientasi jangka pendek akan cenderung mendorong manajer untuk berinvestasi pada proyek dan investasi yang menyediakan keuntungan dalam jangka pendek yang mungkin saja akan menghalangi pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang karena gagal untuk menginvestasikan aset yang seharusnya dinvestasikan dalam jangka panjang . H2 : Kepemilikan institusi berpengaruh negatif terhadap cash holding 3.
Ukuran Dewan Komisaris (Board Size)
Dalam membuat keputusan-keputusan besar perusahaan, dewan komisaris menjadi salah satu unsur penting yang terlibat dalam proses pembuatannya. Dewan komisaris menjadi pihak yang berperan dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada para dewan direksi dan manajer perusahaan dalam melakukan pengelolaan terhadap perusahaan. Dalam Juwitasari (2008) dikemukakan bahwa jumlah anggota dewan komisaris yang banyak akan membutuhkan proses yang panjang dalam pembuatan keputusan. Hal ini didukung oleh Kuan et al. (2010) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris yang kecil cenderung lebih dinamis dan efisien sehingga akan menyebabkan pengawasan dan pengelolaan cash holding oleh self interested manajer jauh lebih maksimal. H3 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepemilikan kas (cash holding). 4.
Struktur Dewan Komisaris (Board Structure)
Untuk mengatasi konflik kepentingan antara pihak-pihak diatas baik manajemen, pemegang saham keluarga, pemegang saham institusional , pemegang saham minoritas dan para stakeholders lainnya, maka sangat dibutuhkan keberadaan dewan komisaris yang bertugas untuk menjalankan fungsi pengawasan dengan baik terhadap perusahaan. Namun demikian fenomena Dewan komisaris yang pasif atau terlalu mengintervensi menjadi masalah tersendiri bagi penerapan tatakelola perusahaan yang baik. Dalam hal ini, proporsi dewan komisaris independen menjadi sangat penting mengingat anggota dewan komisaris lainnya merupakan orang-orang yang berasal dari pemegang saham pengendali. Secara konsep, dewan komisaris independen adalah pihak yang netral dan profesional dibidangnya yang dipilih dalam
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
pengelolaan perusahaan (Surya dan Yustiavandana, 2006). Keberadaan mereka diharapkan dapat menjadi penetral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh dewan direksi. H4 : Struktur dewan komisaris (board structure) berpengaruh negatif terhadap kepemilikan kas (cash holding). Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap kepemilikan kas (cash holding) perusahaan. Dalam penelitian ini unsur corporate governance yang digunakan adalah kepemilikan institusional (INS) , kepemilikan keluarga (FAM) , struktur dewan komisaris (BOI) dan ukuran dewan komisaris (BOS) dengan merujuk pada model penelitian yang digunakan oleh Ozkan dan Ozkan (2004). Berbeda dengan penelitian mereka, penelitian ini tidak menggunakan dividen dan likuditas sebagai variabel independen namun dengan menambahkan variabel independen berupa Ukuran Dewan Komisaris (BOS) dan Struktur Dewan Komisaris (BOI). Sedangkan variabel kontrol untuk penelitian ini terdiri dari Bank Relationship (BRL), Ukuran Perusahaan (SIZ), Leverage (LEV), Return on assets (ROA) dan Cash Flow (CF). Model penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut: CHOit
= ! + !" INSit + !" FAMit + !" BOIit + !4BOSit + !" !"#it + !" SIZit + !" LEVit + !" ROAit + !" CFit + ! it
Variabel Dependen : CHO (Cash Holding) : diukur dengan menggunakan Logaritma natural total kas dan setara kas pada satu periode. Pengukuran ini mengacu pada pengukuran yang digunakan Isshaq (2009) dalam Niati (2012). Variabel Independen : INS (Institutional Ownership): Diukur dengan nilai persentase kepemilikan oleh investor institusional yang terdiri dari Bank, Perusahaan Reksa Dana, Perusahaan Dana Pensiun dan Perusahaan Asuransi. Penelitian ini menggunakan definisi investor institusional yang dipakai pada penelitian Ozkan dan Ozkan (2004).
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
FAM (Family Ownership) : Diukur dengan nilai persentase kepemilikan individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (diatas 5%) yang bukan merupakan perusahaan publik, negara, maupun institusi keuangan. Penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan dalam La Porta et al. (1998) dalam Arifin (2003) dalam Rebecca (2012). BOI ( Board Independence) : Diukur dengan menggunakan rasio jumlah dewan komisaris independen terhadap dewan komisaris secara keseluruhan. Ukuran ini mengacu pada pengukuran struktur dewan komisaris yang digunakan oleh Tsung Han et al. (2010). BOS (Board Size) : Diukur dengan menggunakan adalah jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan. Ukuran ini mengacu pada penelitian yang di lakukan oleh Tsung Han et al. (2010). Variabel Kontrol: BRL (Bank Relationship) : Diukur dengan menggunakan rasio utang bank terhadap total liabilitas perusahaan pada tahun t. Pengukuran ini sebelumnya digunakan oleh Ozkan dan Ozkan (2004). SIZ (Firm Size) : Diukur dengan menggunakan Logaritma Natural Total Penjualan perusahaan dalam satu periode. LEV (Leverage) : Diukur dengan menggunakan Debt to equity ratio. Pengukuran ini sebelumnya digunakan oleh Rebecca (2012). ROA (Return on Assets) : Diukur dengan menggunakan (Net Income + Interest expense after tax)/ total Assets. Pengukuran ini sebelumnnya digunakan oleh Rebecca (2012). CF (Cash Flow) : Pengukuran cash flow diukur dengan cara yang sama berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Islam (2012) yaitu CF = Operating Income / (Total aset – kas & setara kas). Populasi dari penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan sebelumnya agar diperoleh sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel yang
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan manufaktur sesuai dengan kategori yang dikembangkan oleh BEI yang tercantum dalam IDX Fact Book dan tidak mengalami delisting selama tahun 2010-2012. 2. Laporan keuangan tersedia secara lengkap selama tahun 2010-2012. 3. Perusahaan tidak memiliki nilai ekuitas negatif. 4. Data-data perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini tersedia. Sampel penelitian yang dipilih berasal dari satu industri dengan maksud untuk menghindari perbedaan karakteristik sehingga terdapat keseragaman data. Selain itu industri manufaktur dipilih karena jumlah perusahaan dalam industri ini paling banyak dibandingkan dengan perusahaan pada jenis industri lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil Penelitian Berikut ini adalah rincian pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian: Tabel 1 : Seleksi Sampel No 1 2 3 4
Keterangan Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010. Laporan tahunan 2012 yang tidak ditemukan pada saat pengumpulan data. Laporan tahunan perusahaan tahun 2010- 2012 yang tidak menyajikan data-data yang dibutuhkan secara lengkap. Jumlah perusahaan dengan nilai ekuitas negatif. Jumlah akhir sampel penelitian.
Jumlah 129 (22) (20) (25) 62
Jumlah sampel penelitian tiap tahunnya adalah berimbang yaitu 62 perusahaan untuk tahun 2010-2012 sehingga total observasi dalam penelitian ini adalah 186.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
Tabel 2. Statistik Deskriptif Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max CHO* 186 521.429 1.076.308 1.015 5.792.275 INS 186 0.163 0.246 0 0.81 FAM 186 0.539 0.292 0 0.98 BOI 186 0.402 0.135 0.2 0.8 BOS 186 4.612 1.797 2 9.98 BRL 186 0.283 0.236 0 0.8 SIZ* 186 5.852.829 9.406.987 80.789 39.324.241 LEV 186 1.088 0.885 0 3.85 ROA 186 0.102 0.122 -0.08 0.55 CF 186 0.156 0.159 0.09 0.7 Keterangan : CHO = Cash holding, diukur ; INS = Kepemilikan institusional; FAM = Kepemiikan keluarga; BOI : Struktur Dewan Komisaris; BOS = Ukuran Dewan Komisaris; BRL = Utang Bank; SIZ = Ukuran perusahaan; LEV = Leverage (Debt to equity ratio); ROA = Kinerja Perusahaan (Return on Assets); CF = Cash Flow. *) : Dalam Jutaan rupiah
Tabel 2 diatas menyajikan statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitian. Berdasarkan tabel 2 di atas, di ketahui bahwa rata-rata CHO (Cash Holding) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 521.429 juta rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki kas dan setara kas yang berada pada nilai 521.429 juta rupiah dengan range terendah pada angka 1.015 juta rupiah dan nilai tertinggi pada angka 5.792.275. Standar deviasi menunjuk pada angka
1.076.308 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 1.076.308 juta
rupiah. Rata-rata INS (Kepemilikan Institusional) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0.163. Kepemilikan Institusional dinyatakan persentase. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki Kepemilikan Institusional sebesar 16,30% dengan jumlah terendah pada angka 0% dan tertinggi pada jumlah 81%. Standar deviasi menunjuk pada angka 0.246 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.246. Rata-rata FAM (Kepemilikan Keluarga) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0,539. Kepemilikan keluarga dinyatakan persentase. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki Kepemilikan keluarga sebesar 53.9% dengan jumlah terendah pada angka 0% dan tertinggi pada jumlah
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
98%. Standar deviasi menunjuk pada angka 0.539 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.539. Rata-rata BOI (Struktur Dewan Komisaris) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0,402. Struktur Dewan Komisaris dinyatakan dalam rasio, yaitu jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris. Berdasarkan peraturan pasar modal, jumlah dewan komisaris independen yang diwajibkan adalah sebesar 30%, jika nilai rata-rata struktur dewan komisaris adalah 0.402 , hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata telah mematuhi peraturan yang ditetapkan. Rasio terendah 0,2 dan yang tertinggi adalah 0.8. Standar deviasi menunjuk pada angka 0.135 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.135 . Rata-rata BOS (Ukuran Dewan Komisaris) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 4.612. Ukuran Dewan Komisaris dinyatakan dalam jumlah. Jika nilai rata-rata ukuran dewan komisaris adalah 4.612 , hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki 4 orang dewan komisaris dalam jajarannya. Jumlah terendah adalah 2 dan yang tertinggi adalah 9.98 . Standar deviasi menunjuk pada angka 1.797 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 1.797 . Rata-rata BRL (Utang Bank) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0.283 . Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata utang bank pada perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah 28.3% dari jumlah utang keseluruhan . Rasio utang bank terendah adalah 0% dan yang tertinggi adalah 80%. Hal ini memiliki mengindikasikan bahwa pada tingkat terendah, perusahaan manufaktur sampel tidak melakukan pinjaman sama sekali kepada bank, sedangkan persentase pinjaman bank tertinggi adalah 80% dari bank. Standar deviasi menunjuk pada angka 0.236 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.236 . Perusahaan yang memiliki tingkat BRL sebesar 0% disebabkan karena pada periode tertentu ada perusahaan yang baru saja melunasi hutang kepada bank sehingga saldo utang bank perusahaan menjadi 0 dan ada juga perusahaan yang lebih memilih untuk meminjam uang kepada pihak ketiga maupun kepada institusi dan perusahaan lain yang masih memiliki hubungan berelasi dengan perusahaan. Ditemukan bahwa rata-rata SIZ (Ukuran Perusahaan) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah
5.852.829
(dalam jutaan) rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini rata-rata memiliki nilai penjualan
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
yang berada pada nilai 5.852.829 juta rupiah dengan range terendah pada angka 80.789 (dalam jutaan) rupiah dan tertinggi pada angka 39.324.241 (dalam jutaan) rupiah Standar deviasi menunjuk pada angka 9.406.987 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 9.406.987 (dalam jutaan) rupiah. Rata-rata Leverage (Debt to equity ratio) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 1,088. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata utang perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah 108% dari ekuitas. Rasio utang terendah adalah 0 dan yang tertinggi adalah 3,85. Hal ini memiliki mengindikasikan bahwa pada tingkat terendah, perusahaan manufaktur sampel memiliki DER sebesar 0, sedangkan DER tertinggi adalah 3.85 . Standar deviasi menunjuk pada angka 0.885 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.885. Rata-rata ROA (Return on assets) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0.102. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata imbal hasil dari aset perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel adalah 10,2%. Rasio ROA terendah adalah -0.08 dan yang tertinggi adalah 0.55 . Hal ini mengindikasikan bahwa pada tingkat terendah, perusahaan manufaktur sampel mengalami kerugian dengan tingkat pengembalian -8%, sedangkan Imbal hasil atas asset tertinggi adalah 55%. Standar deviasi menunjuk pada angka 0.122 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.122. Rata-rata CF (Cash flow) yang dimiliki oleh perusahaan sampel adalah 0.156 . Hal ini mengindkasikan bahwa persentase kas yang mengalir pada entitas untuk periode t yang terkait dengan kegiatan operasional, pendanaan dan investasi adalah sebesar 15.6 %. Cash flow terendah adalah 0,09 dan yang tertinggi adalah 0.7 . Standar deviasi menunjuk pada angka 0.159 artinya sebaran data dari nilai rata-rata adalah sebesar 0.159 . Pembahasan Pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis panel. Hasil pengujian dengan menggunakan Chow Test, Hausman Test dan Lagrange Multplier Test menunjukkan bahwa metode pengujian panel yang paling tepat atas data penelitian ini dengan menggunakan Random Effects. Uji multikolinearitas menunjukkan adanya nilai VIF yang besar pada variabel SIZ, BOS dan BOI. Untuk itu dilakukan metode centering untuk mengatasi masalah multikolinearitas
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
tersebut. Dan pengujian selanjutnya dilakukan dengan meggunakan data yang telah di centering. Berkut ini adalah tabel hasil regresi : Tabel 3 . Pengujian Hipotesis CHO INS FAM BOI BOS BRL SIZ LEV ROA CF
Coef. -0.421 -0.679 -0.867 0.150 -0.276 0.971 -0.237 -1.680 2.940
Std. Err. 0.500 0.407 0.760 0.059 0.387 0.073 0.099 1.030 0.830
t -0.840 -1.670 -1.140 2.550 -0.710 13.300 -2.400 -1.620 3.520
P>t [95% Conf. Interval] 0.401 -1.400 0.566 0.097 -1.480 0.124 0.255 -2.360 0.632 0.012 0.034 0.266 0.476 -1.030 0.487 0.000 0.827 1.110 0.017 -0.432 -0.043 0.106 -3.740 0.363 0.001 1.290 4.580 Number of obs 186 F( 9, 155) 51.02 Prob > F 0,0000 R-squared 0.7229 Adj R-squared 0.7087 Root MSE 1.1206 Keterangan : CHO = Cash holding(Logaritma natural dari kas dan setara kas dalam milyar rupiah) ; INST = Kepemilikan institusional; FAMI = Kepemiikan keluarga; BOI : Struktur Dewan Komisaris; BOS = Ukuran Dewan Komisaris; BRL = Utang Bank; SIZ = Ukuran perusahaan (Logaritma natural Penjualan dalam milyar rupiah); LEV = Leverage (Debt to equity ratio); ROA = Kinerja Perusahaan (Return on Assets); CF = Cash Flow.
Dapat dilihat bahwa nilai Prob (F-statistic) adalah 0,000. Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi model lebih rendah dari ! = 5%, yang berarti tolak H0 . Dengan kata lain, variabel-variabel independen dalam model penelitian ini secara keseluruhan berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Oleh karena itu, model penelitian ini dapat diterima secara statistik. Nilai adjusted R2 untuk model penelitian ini adalah 0.7229. Hasil ini menunjukkan bahwa 72,29% variasi pada variabel dependen yaitu cash holding (CHO) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu INS, FAM, BOI, BOS, BRL, SIZ, LEV dan ROA. Dengan demikian 27,71% variasi pada cash holding (CHO) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dapat di identifikasi dalam model ini. a. Kepemilikan Institusional (INS) Pada bagian Tinjauan teoritis diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Kepemilikan institusi berpengaruh negatif terhadap cash holding.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
Hipotesis ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap cash holding. Hasil pengujian di tabel diatas menunjukkan tingkat signifikansi variabel kepemilikan institusi adalah 0,401 dengan nilai koefisien sebesar -0.421. Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan institusional berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap cash holding. Dengan demikian, hasil pengujian diatas tidak membuktikan hipotesis yang diajukan. Menurut Ashbaugh et al. (2004), besar kecilnya proporsi kepemilikan institusional dalam struktur saham perusahaan tidak selalu mempengaruhi tindakan investor tersebut terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan kebutuhan biaya yang cukup besar bagi investor tersebut dalam melakukan tindakan pengawasan terhadap perusahaan. Selain itu, jangka waktu investasi menjadi hal yang patut untuk dipertimbangkan, karena tidak semua kepemilikan institusional berinvestasi pada jangka waktu yang panjang, sehingga hal tersebut mempengaruhi cara mereka dalam memonitor perusahaan. b. Kepemilikan Keluarga (FAM) Dalam Tinjauan teoritis diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : Kepemilikan keluarga berpengaruh positif terhadap cash holding Hipotesis ini menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh positif terhadap cash holding. Hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi variabel kepemilikan institusi adalah 0.097 dengan nilai koefisien sebesar -0.679 . Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan keluarga berpengaruh negatif
signifikan terhadap cash
holding. Dengan demikian, hasil pengujian diatas tidak membuktikan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan terhadap cash holding ini didukung oleh Stein (1989) dan Leach (2007) yang berpendapat bahwa perusahaan dengan kepemilikan keluarga biasanya melakukan keputusan investasi yang lebih baik karena umumnya mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik tentang perusahaan dan lingkungannya. Hal ini juga dapat dikarenakan adanya sense of belonging terhadap perusahaan yang lebih tinggi, sehingga penerapan GCG jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan yang tersebar.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
c. Ukuran Dewan Komisaris (BOS) Dalam Tinjauan teoritis, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kepemilikan kas (cash holding). Hipotesis ini menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris yang diukur dengan jumlah anggota komisaris di jajaran dewan komisaris, memiliki pengaruh positif terhadap cash holding. Hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi variabel ukuran dewan komisaris adalah 0.012 dengan nilai koefisien sebesar 0.150 . Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap cash holding. Dengan demikian, hasil pengujian diatas membuktikan hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Juwitasari (2008) yang mengemukakan bahwa semakin banyak anggota komisaris dalam suatu jajaran dewan komisaris, maka akan semakin panjang pula waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu keputusan dan suatu kesepakatan. Anggota dewan komisaris yang terlalu besar akan memunculkan freerider dan ketidakefektifan dalam fungsi pengawasan dalam perusahaan terutama hal yang menyangkut dengan masalah konflik kepentingan. Adanya konflik kepentingan dan kurangnya pengawasan memunculkan peluang bagi manajemen untuk tidak memaksimalkan pengelolaan aset yaitu salah satunya yang terkait dengan cash holding. d. Struktur Dewan Komisaris (BOI) Dalam Tinjauan teoritis, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H4 : Struktur dewan komisaris (board structure) berpengaruh negatif terhadap kepemilikan kas (cash holding). Hipotesis ini menyatakan bahwa struktur dewan komisaris yang diukur dengan rasio jumlah anggota komisaris komisaris independen terhadap jumlah anggota dewan komisaris secara keseluruhan. Hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi variabel struktur dewan komisaris adalah 0.255 dengan nilai koefisien sebesar -0.867. Hal ini menunjukkan bahwa rasio dewan komisaris independen terhadap anggota dewan
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
komisaris secara keseluruhan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap cash holding. Dengan demikian, hasil pengujian diatas tidak dapat membuktikan hipotesis yang diajukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tsung Han (2010), mereka menemukan bukti bahwa struktur dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap cash holding terutama pada perusahaan keluarga. Dewan komisaris yang independen akan mengurangi agency problem, baik antara principal dengan agent maupun antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Dewan komisaris independen berperan sebagai perwakilan pihak-pihak yang memiliki keterbatasan informasi terhadap perusahaan. e. Variabel kontrol Variabel kontrol pertama dalam penelitian ini adalah Bank Relationship. Bank Relationship yang diukur berdasarkan rasio utang bank terhadap total utang perusahaan secara keseluruhan berpengaruh negatif terhadap cash holding. Hasil pengujian menunjukkan tingkat signifikansi variabel bank relationship adalah 0.476 dengan nilai koefisien
sebesar
-0.276. Hal ini menunjukkan bahwa bank relationship yang
diproksikan dengan
rasio utang bank terhadap total utang perusahaan berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap cash holding. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Diamond, 1984; Boyd dan Prescott, 1986; Berlin dan Loeys, 1988 dalam Ozkan dan Ozkan (2004) menyatakan bahwa comparative advantage yang dimiliki oleh bank dalam memonitor aktivitas perusahaan serta dalam mengumpulkan dan memproses informasi dapat mengurangi masalah yang terkait dengan konflik kepentingan dan asimetri informasi. Dengan comparative advantage-nya, bank sebagai pemberi pinjaman dapat memperoleh akses informasi yang tidak tersedia di publik. Oleh karena itu, kesediaan bank untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan dapat dianggap sebagai sinyal positif informasi dalam perusahaan. Dengan banyaknya bank debt dalam capital structure perusahaan, maka diperkirakan bahwa perusahaan akan memiliki kemudahan dalam mengakses dana dari pihak eksternal selain bank. Oleh karena itu perusahaan akan memegang kas dalam jumlah yang lebih sedikit.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
Variabel kontrol kedua dalam penelitian ini adalah Ukuran perusahaan (SIZ) yang diproksikan dengan logaritma natural penjualan dalam jutaan rupiah. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap variabel dependen cash holding yaitu dengan tingkat signifikansi 0,000 dan koefisien sebesar 0.971. Perusahaan dengan ukuran penjualan yang besar membutuhkan nilai kas dan setara kas yang besar pula setara dengan kebutuhan perusahaan tersebut akan kas dan setara kas dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Variabel Kontrol ketiga adalah Leverage (LEV) yang diproksikan dengan Debt to equity ratio. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi adalah 0,0017 dengan koefisien -0.237. Variabel Leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel dependen yaitu cash holding. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh John (1993), Baskin (1987), Fazzari et al. (1996) dan Ozkan dan Ozkan (2004). Leverage yang tinggi menggambarkan kemampuan perusahaan untuk membuat perjanjian utang maupun menerbitkan surat utang. Leverage dapat menjadi substitusi bagi perusahaan dalam memegang kas lebih banyak terutama untuk keperluan operasional dan spekulasi, karena mereka memiliki kemudahan dalam mendapatkan pinjaman. Variabel kontrol keempat adalah Return on Asset (ROA) yang merupakan proksi dari kinerja perusahaan. Hasil Pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas ROA adalah 0,106 dengan koefisien -1.680. Variabel ROA berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap variabel dependen yaitu cash holding. Perusahaan dengan kinerja yang baik merupakan gambaran baiknya penerapan tata kelola perusahaan dan terbebasnya perusahaan dari konflik kepentingan yang melibatkan pihakpihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, keberadaan self interested manajer yang lebih suka memanfaatkan sumberdaya perusahaan untuk kepentingan pribadi akan sangat kecil. Variabel kontrol kelima yang digunakan dalam penelitian ini adalah cash flow. Nilai probabilitas dari hasil penelitian menunjukkan angka 0.001 dengan koefisien 2.940. Hal ini menunjukkan bahwa cash flow berpengaruh signifikan positif terhadap cash holding. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ozkan dan Ozkan (2004) yang menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat cash flow yang tinggi akan memegang kas dengan jumlah yang lebih besar. Perusahaan dengan cash flow yang tinggi memegang kas dalam jumlah yang lebih besar untuk membiayai kegiatan operasionalnya
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
yang besar serta menghindari hilangnya kesempatan berinvestasi menguntungkan yang datang sewaktu-waktu.
Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh unsur corporate governance yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, struktur dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris terhadap cash holding. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-2012. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kepemilikan institusional tidak terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap cash holding. Besar kecilnya proporsi kepemilikan institusional dalam struktur saham perusahaan tidak selalu mempengaruhi tindakan investor tersebut terhadap perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan kebutuhan biaya yang cukup besar
bagi
investor tersebut dalam melakukan tindakan pengawasan terhadap perusahaan. Periode investasi juga menjadi hal yang cukup penting untuk dipertimbangkan, karena time horizon investasi yang pendek akan berpotensi mempengaruhi perilaku investor institusional dalam melakukan kegiatan pengawasannya. 2.
Kepemilikan keluarga terbukti memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap cash holding. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan kepemilikan keluarga biasanya dapat melakukan keputusan investasi yang lebih baik. Umumnya perusahaan keluarga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik tentang perusahaan dan lingkungannya sehingga penerapan corporate governance pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga sebagai mayoritas memperbaiki sistem pengawasan dan pengendalian pada perusahaan tersebut. Hal ini juga dapat dikarenakan adanya sense of belonging terhadap perusahaan yang lebih tinggi, sehingga penerapan GCG jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan dengan kepemilikan yang tersebar.
3.
Struktur Dewan komisaris terbukti berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap cash holding. Struktur dewan komisaris yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen terhadap dewan komisaris secara keseluruhan. Dewan komisaris yang independen akan mengurangi agency problem,
baik antara principal dengan agent
maupun antara pemegang saham mayoritas dan minoritas. Dewan komisaris independen
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
berperan sebagai perwakilan pihak-pihak yang memiliki keterbatasan informasi terhadap perusahaan. 4.
Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan positif terhadap cash holding. Semakin banyak anggota komisaris dalam suatu jajaran dewan komisaris maka akan dapat menyebabkan nilai cash holding semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris, efektifitas mereka semakin menurun.
Keterbatasan dan Saran Berikut adalah beberapa keterbatasan dalam penelitian ini: 1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini belum mencakup seluruh perusahaan dan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) serta terdapat banyak ketidaklengkapan data perusahaan yang dibutuhkan. Oleh karena itu, generalisasi kesimpulan dalam hasil penelitian ini perlu dilakukan dengan hati-hati. 2. Periode penelitian yang digunakan hanya meliputi 3 tahun, yaitu tahun 2010-2012 3. Unsur-unsur corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini hanya terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan keluarga, ukuran dewan komisaris serta struktur dewan komisaris, sehingga belum mencerminkan keseluruhan praktek corporate governance yang diterapkan oleh perusahaan. Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Penelitian berikutnya dapat menambah sampel penelitian dengan memasukkan industriindustri lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sehinga penelitian dapat lebih representatif. 2. Penelitian berikutnya dapat menambah periode penelitian dengan menggunakan waktu tahun yang lebih panjang sehingga total observasi yang diperoleh lebih banyak. 3. Melakukan scoring dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian praktek Good Corporate Governance (GCG) yang ditetapkan oleh IICG sehingga dapat menguji sejauh mana pengaruh dari setiap kriteria tersebut terhadap cash holding perusahaan. 4. Menggunakan proksi lain yang lebih tepat untuk mengukur cash holding, misalnya dengan menggunakan rasio kas dan setara kas terhadap total aset.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013
Daftar Referensi Claessens, Stijn., & Fan, Joseph.P.H. (2003). Corporate Governance in Asia : A Survey. Working Paper for International Review of Finance, University of Amsterdam. Damodaran, Aswath. (2005). Dealing with cash, Cross Holdings and Other Non-Operating Assets : Approaches and Implications. Working Paper, Stern School of Business. Islam, Sohani. (2012). Manufacturing firms cash holding determinants : Evidence from Bangladesh. International Journal of Business and Management vol.7 No.6, 172-184. Jensen, M.C. (1986). Agency cost of free cash flow , corporate governance and takeovers. Am Econ Rev 1986;76, 323-331. Juwitasari, Ratih. (2008). Pengaruh Independensi Dewan Komisaris Terhadap Penerapan Corporate Governance. Thesis FEUI. Kairani, Ira. (2012). pengaruh Board Governance dan Cash Holding terhadap nilai perusahaan (studi empiris pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2005-2010). Skripsi FISIP UI. Leach, Peter. (2007). Family Businesses:the essentials. London: Profile Books Ltd Mallin, christine. (2006). The Role of Institutional Investor. Runnal tex V1, 76-95. Niati, Fitri. (2012). Pengaruh Corporate Governance, Kepemilikan Manajerial dan Cash Holding dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Skripsi FEUI. Ozkan, Aydin., & Ozkan, Neslihan. (2003). Corporate cash holding : An empirical investigation of UK companies. Journal of Banking & Finance , 28 (2004), 2103-2134. Rebecca, Yulissa. (2012). Pengaruh corporate governance index, kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional terhadap biaya ekuitas dan biaya utang : studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Skripsi. FEUI. Said, Sudirman, et al., (2000). Membangun Dewan Komisaris yang efektif . The Indonesian institute for Corporate Governance. Shleifer, A., & Vishny, R. (1997). Large Shareholders and Corporate Control. Journal Finance 1997;56, 737783. Solomon, Jill. (2007). Corporate Governance and Accountability (Second Edition). England: John Wiley & Sons, Ltd Surya, Indra., & Yustiavandana, Ivan. (2006). Penerapan Good Corporate Governance : Mengesampingkan hak-hak istimewa demi kelangsungan usaha. Jakarta : Kencana Tsung-Han Kuan., Chu-Shiu.Li, & Shin-Herng Chu. (2010). Cash holdings and corporate governance in familycontrolled firms. Journal of Business Research, 64 (2011), 757-764.
Pengaruh Penerapan..., Effi Harnelly, FE UI, 2013