ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2014-2015) (Skripsi)
Oleh : Elshintha Agnestasia Kendy
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT ANALISYS FRAUD DIAMOND IN DETECTING FINANCIAL STATEMENT FRAUD (EMPHIRICAL STUDY IN MANUFACTURING COMPANIES THAT HAS BEEN LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE IN 2014-2015) By ELSHINTHA AGNESTASIA KENDY
This Research caused by many kinds of phenomenons, like financial statement fraud that happen in some companies that have been done by CEO and company’s manager, like Enron company’s case, financial statement manipulation, earning management and etc. This Research analyzes the influencing of variabels from fraud diamond that has been developed by Wolfe and Hermanson (2004), that pressure element with financial stability variabel and financial targets variabel, opportunity element with using effectivity of monitoring variabel, capability element with capability and, rationalization element with variabel external auditor changing variabel toward financial statement fraud that are measured by discretionary accrual. Research sampel is used 90 manufacturing companies that already listed in Indonesian Stock Exchange in 2014-2015. The type of data that is used is secondary data, that is company annual report that already used as research sampel. Data testing instrument uses PASW Statistics 18 software that consist of descriptive statistic analyzes, classical assumption test, determination coefficient, simultaneous significant test, and hypothesis test. The results showed that financial stability variable, financial target variable effectivity of monitoring variabel, capability variable and external auditor changing variabel provides evidence of significant positive effect on the financial statements fraud. The result of research is expected can be a reference for the next research and can be useful for auditors and the other financial information users to detect the financial statement fraud. Keyword: Fraud Diamond, financial stability, financial targets, effectivity of monitoring, capability, external auditor changing, financial statement fraud. ii
ABSTRAK ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2014-2015) Oleh ELSHINTHA AGNESTASIA KENDY Penelitian ini dilatarbelakangi oleh berbagai fenomena, seperti kecurangan laporan keuangan yang terjadi dibeberapa perusahaan yang dilakukan oleh CEO dan manajer perusahaan, seperti kasus perusahaan Enron, manipulasi data keuangan, manajemen laba dan sebagainya. Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel-variabel dari fraud diamond yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004), yaitu elemen tekanan (pressure) dengan variabel stabilitas keuangan dan target keuangan, elemen kesempatan (opportunity) dengan variabel efektivitas pengawasan, elemen kemampuan (capability) dengan variabel kemampuan, elemen rasionalisasi (rationalization) dengan variabel pergantian auditor eksternal terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) yang diukur dengan discretionary accrual. Sampel penelitian yang digunakan adalah 90 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2015. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan tahunan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian. Alat uji data menggunakan software PASW Statistics 18 meliputi analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji koefisien determinasi, uji signifikan simultan, dan uji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel stabilitas keuangan, variabel target keuangan, variabel efektivitas pengawasan, variabel kemampuan, dan variabel pergantian auditor eksternal memberikan bukti adanya pengaruh positif signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya serta berguna bagi auditor dan pengguna informasi keuangan lainnya dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Kata kunci: Fraud Diamond, stabilitas keuangan, target keuangan, efektivitas pengawasan, kemampuan, pergantian auditor eksternal, kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud).
iii
ANALISIS FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2014-2015)
Oleh
ELSHINTHA AGNESTASIA KENDY
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 11 Juni 1995 sebagai putri pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Agus Solihin dan Mardiawati
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Al-Hukamah, Bandar Lampung tahun 2001. Kemudian pendidikan dasar di SD Negeri 3 Palapa, Bandar Lampung hingga tahun 2007. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 17 Bandar Lampung tahun 2010, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun 2013.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama menjadi mahasiswi, penulis terdaftar sebagai anggota aktif Himakta (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) dan KSPM (Kelompok Studi Pasar Modal) FEB Unila. Selain itu, penulis juga menjadi pengurus UKMF EBEC (Economic and Business Entrepreneur Club) FEB Unila sebagai Kepala Biro Hubungan Masyarakat periode 2015-2016. Kemudian penulis menjadi salah satu penerima Beasiswa Bank Indonesia pada tahun 2016-2017.
viii
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama dengan kesusahan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama dengan kesusahan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah : 5-6)
“Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik.” (QS.Al-Maarij : 5)
“Ikuti sesuai keinginan hati-mu. Lakukan sesuatu yang bisa merubah kehidupan-mu.” (Elshintha Agnestasia Kendy)
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini kepada: Allah SWT yang telah menuntunku kejalan yang benar. Kedua orang tuaku yang telah memberikan seluruh kasih sayangnya kepadaku. Ayahku Agus Solihin yang tidak pernah berhenti memelukku ketika aku terjatuh. Ibuku Mardiawati yang selalu menjadi sumber kekuatanku dan selalu memotivasi untuk terus berusaha, doa yang tak pernah henti dan segala pengorbanan yang diberikan kepadaku. Adikku Fatwa Dewi Banowaty dan seluruh keluarga besarku tersayang untuk semangat, doa, dan nasihat yang tiada hentinya. Seluruh sahabat dan teman-temanku. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
x
SANWACANA
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2015)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
xi
4. Ibu Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing Utama atas waktu, bimbingan, saran, nasihat, dan pengalaman yang telah diberikan selama proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.S.Ak., Akt. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas waktu, bimbingan, saran, dan nasihat yang telah diberikan dengan penuh kesabaran selama proses penyelesaian skripsi ini. 6. Ibu Dr. Lindrianasari, S.E., M.Si., C.A., Akt. selaku Dosen Penguji Utama yang telah memberikan masukan, nasihat, saran-saran yang membangun serta diskusi yang bermanfaat mengenai pengetahuan untuk penyempurnaan skripsi ini. 7. Ibu Ade Widiyanti, S.E., M.S.Ak., Akt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan proses belajar. 8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan, serta pembelajaran selama penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung. 9. Seluruh karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, Mbak Tina, Pak Sobari, Mpok Nurul Aini, Mas Veri, Mas Yana, Mas Yogi, Mas Leman, Mas Ruli, Mbak Diah, Mbak Atun, atas bantuan dan pelayanannya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Lampung. 10. Kedua orang tuaku, Ayah tersayang Agus Solihin yang telah memberikan kasih sayangnya dan menjadikanku wanita yang kuat. Ibuku terhebat Mardiawai yang selalu menjadi kekuatanku untuk terus bangkit, yang telah memberikan dukungan, semangat, mencurahkan kasih sayangnya, doa yang tak pernah henti, xii
dan segala perjuangan untuk setiap langkahku. Terimakasih Ayah dan Ibu atas semua yang telah kalian berikan kepadaku selama ini. 11. Adikku tersayang, Fatwa Dewi Banowaty (Sepeng) yang selalu memberikan doa, semangat, tangisan, dan candaan disetiap hariku. 12. Datuk dan Nenek terimakasih atas doa yang telah diberikan selama ini. 13. Tante, om, sepupu-sepupu dan keluarga besar, terimakasih atas dukungan, doa, semangat dan keceriaan yang telah diberikan. 14. The best partner, Jonathan Raharjo yang walaupun ngeselin tapi terimakasih telah memberikan kasih sayangnya, nasihat, motivasi, dan selalu sabar mendampingiku selama ini. 15. Terspesial untuk Maksuku Rahma (Uwok) yang selalu menemaniku setiap harinya karna kita sedang sama-sama berjuang mendapatkan gelar sarjana. 16. SAWANGAN yang sampe saat ini masi betah menjomblo Ayi (lanang), Bilkum, dan Dwi 17. Sabahat-sahabat terbaikku Reza, Iput, Dwi yang selalu punya banyak cerita dari awal les GO sampai sekarang sama-sama berjuang untuk dapat gelar sarjana. Jangan tinggalin aku sendirian ya sisters. 18. Ciggarets dimulai dari semester 2 yang awalnya cuma beranggotakan 8 orang dan sekarang sudah mencapai 17 orang Ade, Ardi, Arum, Bobby, Dayu, Dimas, Egi, Fabio, Tirta, Ruchi, Adit, Randa, Rifka, Serli, Vandea, dan Yuda, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan kalian selama masa perkuliahan ini yang walaupun ujung tidak menyenangkan hahaaa.
xiii
19. Keluarga KKN Desa Adiwarna Lova, Itta, Nita, Alfat, Kak Qun, dan Kak Pik, terimakasih atas pengalaman hidup selama 2 bulan dan dukungan yang telah diberikan. 20. Wanita super, Keke, Ayi, Faizah, Anis, Haryati, Inun, Putri, terimakasih sist! Semoga kita semua sukses, amin. 21. Pengurus UKMF EBEC periode 2015-2016, Ardyatama, Boy, Keke, Lina, Adit, Sendy, Dhini, Fajar, Nuris, Farhan, Serli, Umi, Aang, Ayi, Vickry, Sekbiroku Sayid, dan Sisca, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, dan motivasi selama ini. 22. Kak Trida, Kak Esti, Kak Shau, Kak Elvi, dan Kak Agung yang tidak pernah lelah menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan oleh penulis. 23. Rekan-rekan Akuntansi 2013, Melati, Gusti, Ayu, Nadia, Uli, Monik, Vega, Terri, Fillo, dan teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Semoga kita semua sukses, amin. 24. Seluruh teman, kerabat, dan pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini. Atas bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan terimakasih, semoga mendapat balasan dari Allah SWT. Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Bandar Lampung, 27 Maret 2017 Penulis,
Elshintha Agnestasia Kendy xiv
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL..................................................................... ABSTRACT...................................................................................... ABSTRAK........................................................................................ HALAMAN JUDUL........................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN........................................................ HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... LEMBAR PERNYATAAN............................................................. RIWAYAT HIDUP.......................................................................... MOTTO............................................................................................ PERSEMBAHAN............................................................................ SANWACANA................................................................................. DAFTAR ISI.................................................................................... DAFTAR TABEL............................................................................ DAFTAR GAMBAR........................................................................ DAFTAR LAMPIRAN....................................................................
I.
II.
i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xv xviii xix xx
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................. 1.2 Perumusan Masalah......................................................... 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................ 1.3.1 Tujuan Penelitian................................................... 1.3.2 Manfaat Penelitian.................................................
1 8 9 9 9
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori................................................................. 2.1.1 Teori Keagenan........................................................ 2.1.2 Kecurangan............................................................... 2.1.2.1 Definisi Kecurangan................................... 2.1.2.2 Topologi Kecurangan................................... 2.1.2.3 Gejala Adanya Kecurangan......................... 2.1.2.4 Faktor Pemicu Kecurangan.......................... 2.1.3 Fraud Triangle......................................................... 2.1.3.1 Definisi Fraud Triangle.............................. 2.1.3.2 Elemen Fraud Triangle..............................
11 11 13 13 15 17 18 20 20 20
xv
2.1.4 Fraud Diamond........................................................ 2.1.4.1 Kapabilitas Merupakan Unsur ke Empat... 2.1.5 Manajemen Laba...................................................... 2.1.6 Kecurangan Laporan Keuangan............................... 2.1.6.1 Definisi Kecurangan Laporan Keuangan..... 2.1.6.2 Bentuk-bentuk Kecurangan Lap Keuangan. 2.2 Penelitian Terdahulu........................................................ 2.3 Model Penelitian.............................................................. 2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian................................ 2.4.1 Target Keuangan Sebagai variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan............................... 2.4.2 Stabilitas Keuangan Sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan............................... 2.4.3 Efektivitas Pengawasan Sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan........... 2.4.4 Kemampuan Sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan............................... 2.4.5 Pergantian Auditor Eksternal Sebagai Variabel untuk Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan........... III.
METODELOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Data Variabel...... 3.1.1 Variabel Dependen................................................... 3.1.2 Variabel Independen................................................ 3.1.2.1 Target Keuangan.......................................... 3.1.2.2 Stabilitas Keuangan..................................... 3.1.2.3 Efektivitas Pengawasan............................... 3.1.2.4 Kemampuan................................................. 3.1.2.5 Pergantian Auditor Eksternal....................... 3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel....... 3.3 Jenis dan Sumber Data..................................................... 3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................. 3.5 Metode Analisis Data....................................................... 3.5.1 Statistik Deskriptif.................................................... 3.5.2 Uji Asumsi Klasik.................................................... 3.5.2.1 Uji Normalitas.............................................. 3.5.2.2 Uji Multikolonieritas.................................... 3.5.2.3 Uji Autokorelasi........................................... 3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas................................. 3.5.3 Pengujian Goodnes of Fit......................................... 3.5.3.1 Koefisien Determinasi (R2).......................... 3.5.3.2 Uji Signifikasi Model..................................
xvi
23 24 24 27 27 29 31 33 34 34 34 35 36 37
38 38 40 40 41 42 42 43 44 45 45 46 46 46 47 47 48 48 48 48 49
3.6 Uji Hipotesis.................................................................... IV.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian............................................... 4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian............................ 4.3 Hasil Pengujian Asumsi Klasik........................................ 4.3.1 Hasil Uji Normalitas................................................. 4.3.2 Hasil Uji Multikolonieritas....................................... 4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi.............................................. 4.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas.................................... 4.4 Hasil Pengujian Goodnes of Fit....................................... 4.4.1 Hasil Koefisien Determinasi (R2)............................. 4.4.2 Hasil Uji Signifikasi Model..................................... 4.5 Hasil Uji Hipotesis........................................................... 4.5.1 Uji Hipotesis Pengaruh Target Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan.............................. 4.5.2 Uji Hipotesis Pengaruh Stabilitas Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan............................... 4.5.3 Uji Hipotesis Pengaruh Efektivitas Pengawasan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan................ 4.5.4 Uji Hipotesis Pengaruh Kemampuan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan............................... 4.5.5 Uji Hipotesis Pengaruh Pergantian Auditor Eksternal terhadap Kecurangan Laporan Keuangan................ SIMPULAN 5.1 Simpulan.......................................................................... 5.2 Keterbatasan Penelitian.................................................... 5.3 Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xvii
49
51 52 55 55 56 57 58 59 59 60 61 64 64 66 67 68
69 70 71
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Definisi Kecurangan.....................................................................
14
2.2 Penelitian Terdahulu.....................................................................
31
4.1 Prosedur Pemilihan Sampel..........................................................
51
4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif.........................................................
52
4.3 Hasil Uji Normalitas.....................................................................
56
4.4 Hasil Uji Multikolonieritas...........................................................
57
4.5 Hasil Uji Autokorelasi..................................................................
58
4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi...................................................
60
4.7 Hasil Uji Signifikasi Model…......................................................
61
4.8 Hasil Uji Hipotesis........................................................................
62
xviii
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Fraud Triangle.....................................................................
20
2.2 Fraud Diamond....................................................................
24
2.3 Model Penelitian...................................................................
33
4.1 Hasil Uji Normalitas............................................................
55
4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas..............................................
59
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian
Lampiran 2
Daftar Hasil Penelitian Tahun 2014
Lampiran 3
Daftar Hasil Penelitian Tahun 2015
Lampiran 4
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 5
Hasil Uji Normalitas
Lampiran 6
Hasil Uji Multikolonieritas
Lampiran 7
Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 9
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Lampiran 10
Hasil Uji Signifikasi Model (Uji Statistik F)
Lampiran 11
Hasil Uji Hipotesis
xx
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menjadi suatu instrumen penting dalam operasional suatu perusahaan. Kondisi perusahaan secara finansial dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas operasional suatu perusahaan dengan pihak tertentu yang membutuhkan data atau aktivitas keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga dapat menyajikan posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah diperoleh oleh suatu perusahaan. Hal-hal sedemikian telah menjadi suatu dorongan bagi perusahaan untuk menyajikan laporan keuangannya dengan sebaik mungkin. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan berfungsi maksimal apabila disajikan sesuai dengan unsur-unsur kualitatifnya, antara lain : mudah dipahami, andal, dapat dibandingkan (comparable), dan relevan. Laporan keuangan disajikan kepada
2
para pemegang kepentingan (stakeholder) yaitu: pihak manajemen, karyawan, investor (holder), kreditor, supplier, pelanggan, maupun pemerintah. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan, pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam hal pengambilan keputusan ekonomi laporan keuangan dipengaruhi banyak faktor, antara lain : keadaan perekonomian, politik dan prospek industri. Dengan lebih detail Rezaee (2005) mendefinisikan kecurangan pelaporan keuangan sebagai berikut: ”Kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan para pengguna laporan keuangan, terutama investor dan kreditor, dengan menyajikan dan merekayasa nilai material dari laporan keuangan. Manipulasi keuntungan (earning manipulation) disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor”. Fraud kini diilustrasikan seperti ulat yang menggerogoti daun tanaman, hingga akhirnya tanaman tersebut layu dan mati. Fraud tidak hanya merusak rantai kepercayaan antara manajemen dan investor namun juga menciderai nilai-nilai dari akuntansi itu sendiri. Tahun 2002 dunia dihebohkan dengan terkuaknya skandal yang melibatkan ENRON, suatu perusahaan yang bergerak di bidang energi dengan kantor akuntan publik ternama yakni KAP Arthur Andersen. Manajemen ENRON memanipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan perusahaan sebesar USD 600,000,000 pada saat perusahaan mengalami kerugian. Hal tersebut dilakukan manajemen semata-mata agar tidak kehilangan investor. Hal tersebut malah menjadi bumerang bagi ENRON. Utang
3
perusahaan semakin banyak dan akhirnya perusahaan pun bangkrut (Tuanakotta, 2007). Banyak contoh perusahaan disamping ENRON dan WorldCom yang melakukan manipulasi terhadap laporan keuangannya yang berakibat pada informasi yang tidak valid yang diterima investor seperti Tyco yang melakukan markup laba. Di Indonesia sendiri terdapat beberapa skandal akuntansi yang cukup merusak rantai kepercayaan antara investor dan manajemen. Contohnya pada perusahaan manufaktur adalah PT KIMIA FARMA yang bergerak di bidang farmasi dan sudah menjadi perusahaan publik sejak 2001 di BEJ (Bursa Efek Jakarta) dan BES (Bursa Efek Surabaya). Manajemen PT KIMIA FARMA menggelembungkan laba bersih pada laporan keuangan senilai Rp 36.000.000.000, (seharusnya Rp 99.600.000.000,- ditulis Rp 132.000.000.000,-). Hal tersebut sangat merugikan Investor dan juga BAPPEPAM. Harga saham turun dengan drastis ketika kesalahan tersebut terungkap kepada publik. (Tuanakotta, 2010). Fraud sebenarnya tidak hanya terjadi di perusahaan BUMN dan perusahaan manufaktur saja. Perusahaan perbankan contohnya kasus yang menimpa Lippo Bank pada tahun 1997 yang melaporkan perusahaan dalam keadaan rugi dengan asset yang lebih kecil dari nilai asset yang sebenarnya (Tuanakotta, 2010). Kasus terbaru yang sempat menjadi bahasan bagi praktik akuntansi khususnya akuntansi perbankan adalah kasus yang terjadi di Citybank yang dilakukan oleh mantan Relationship Manager Malinda Dee yang didakwa melakukan tindak pidana penggelapan dana nasabah dan pencucian uang. Akibat perbuatannya Malinda Dee divonis 8 tahun penjara dan denda Rp 10.000.000.000, (finance.detik.com:
4
Diakses tanggal 13 Mei 2013). Contoh fraud yang hingga kini belum tuntas adalah fraud yang terjadi di Bank Century yang kini sudah mulai menyeret nama nama besar di Negara Indonesia. Perusahaan yang go-public merupakan perusahaan yang memiliki kemungkinan terjadinya fraud yang tinggi dibandingkan perusahaan yang belum listing di bursa efek. Banyak hal yang melatar belakangi manajemen melakukan fraud antara lain dapat terjadi dikarenakan conflict of interest yang terjadi antara manajemen sebagai agen dengan investor sebagai principal yang seringkali menguntungkan satu pihak sehingga mengakibatkan terjadinya Financial Statement Fraud. Perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja guna meningkatkan nilai perusahaan di bursa efek (pressure). Jika perusahaan tidak mampu menaikkan nilai perusahaan di bursa efek, maka perusahaan itu akan terancam pailit (rationalization). Sebagian besar perusahaan belum tentu dapat memenuhi tuntutan pasar untuk memiliki kinerja yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Kalaupun perusahaan mengalami peningkatan dimungkinkan persentasenya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. Untuk itulah, perusahaan seringkali melakukan earning management dengan berbagai cara guna merebut hati para investor. Earnings management sebagai salah satu cara dalam melakukan Financial Statement Fraud dilakukan perusahaan agar perusahaan tersebut kelihatan lebih baik dibandingkan dengan para pesaingnya sehingga para investor yang kurang berhati-hati (inattentive investor) akan menjadi korban dari kecurangan tersebut (seperti kasus Enron.Corp dan Bank Century).
5
Kecurangan laporan keuangan merupakan suatu masalah yang sangat signifikan karena dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, peran profesi auditor (Fraud examiner and Forensic auditor) harus lebih diefektifkan agar fraud dapat diidentifikasi sedini mungkin sebelum berkembang menjadi skandal, seperti kasus ENRON dan WorldCom (Skousen dkk., 2008). Di sisi lain, auditor bukanlah penjamin (guarantor), dan tidak bertanggungjawab untuk mendeteksi semua fraud, tetapi penemuan tentang adanya salah saji material (materiality misstatement) pada laporan keuangan adalah tujuan utama dari audit (SAS 99). Penelitian terkait analisis fraud diamond masih tergolong jarang dilakukan di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan kesulitan pengukuran variabel-variabel kualitatif yang ada di lapangan. Namun kini beberapa variabel kualitatif tersebut sudah dapat dikuantifikasi. Financial Statement Fraud dapat dilakukan dengan berbagai cara (Spathis, 2002). Salah satu proksi yang bisa digunakan untuk mengukur Financial Statement Fraud adalah earning management. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rezaee (2002) bahwa Financial Statement Fraud berkaitan erat dengan tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen. Financial Statement Fraud yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi sebuah skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen dkk., 2009). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeteksi Financial Statement Fraud menggunakan analisis fraud diamond oleh Wolfe dan Hermanson (2009) dengan acuan penelitian yang dilakukan oleh Skousen dkk. (2009) serta penelitian yang dilakukan oleh Lou dan Wang (2009). Penelitian oleh Skousen dkk. (2009) berhasil mengembangkan model prediksi Financial
6
Statement Fraud yang mengalami peningkatan substansial dibandingkan model prediksi fraud lainnya mencakup variabel dalam SAS 99. Menurut SAS no. 99, terdapat empat jenis Pressure yang mungkin mengakibatkan kecurangan pada laporan keuangan. Jenis Pressure tersebut adalah financial stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets. SAS no. 99 mengklasifikasikan Opportunity yang mungkin terjadi pada kecurangan laporan keuangan menjadi tiga kategori. Jenis peluang tersebut termasuk nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational structure. Rationalization dan Capability adalah bagian dari fraud diamond yang paling sulit diukur. Penelitian menunjukkan bahwa kejadian kegagalan audit dan litigasi meningkat dengan cepat setelah adanya pergantian auditor (Stice, 1991; St Pierre & Anderson, 1984; Loebbecke dkk., 1989) maka pergantian auditor (ΔCPA) disertakan sebagai proksi untuk rasionalisasi (Skousen dkk., 2009). Dalam penelitian Prasastie (2015) dijelaskan bahwa kecurangan (fraud) kerap terjadi dalam kehidupan manusia. Kecurangan dapat terjadi dimana-mana, tidak terkecuali pada pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang. Kecurangan cenderung akan dilakukan seseorang apabila dilatarbelakangi oleh berbagai hal yang bisa memperlancar tujuannya dan memberikan keuntungan baginya. Hall (2011) dalam penelitian Tugas (2012) mendefinisikan penipuan atau fraud sebagai sesuatu yang menunjukkan representasi palsu mengenai fakta meterial yang dibuat oleh suatu pihak ke pihak lain dengan maksud untuk menipu dan mendorong pihak lain untuk membenarkan, dengan mengandalkan fakta yang merugikan pihak lain. Telah banyak penelitian yang dilakukan terkait dengan kecurangan laporan keuangan. Pada penelitian sebelumnya, banyak perusahaan yang dijadikan sampel
7
dalam penelitian terkait kecurangan, seperti perusahaan LQ-45 dan lain-lain. Prasastie (2015) melakukan penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan dengan perspektif fraud diamond dengan menggunakan sampel, yaitu perusahaan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2013. Pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan terhadap laporan keuangan perusahaan, dengan sample dan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perbedaan dengan penelitian Prasastie (2015) terletak pada sampel dan variabel penelitian yang digunakan. Pada penelitian Prasastie (2015) menggunakan empat variabel independen dan sampel perusahaan LQ-45 dengan waktu pengamatan lima tahun, sedangkan pada penelitian ini menggunakan lima variabel independen dan sampel perusahaan manufaktur dalam waktu pengamatan dua tahun. Variabel-variabel dari fraud diamond ini tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Proksi yang dapat digunakan untuk penelitian ini antara lain Tekanan (pressure) yang diproksikan dengan, target keuangan dan strategi keuangan; Peluang (opportunity) yang diproksikan dengan efektivitas pengawasan; Kapabilitas (capability) yang diproksikan dengan kemampuan dan Rasionalisasi (rationalization) yang diproksikan dengan pergantian auditor eksternal. Keempat faktor tersebut menjadi pemicu terjadinya peningkatan fraud, terutama pada beberapa tahun terakhir. Keinginan perusahaan agar operasional perusahaan terjamin kesinambungannya menyebabkan perusahaan terkadang mengambil jalan pintas yaitu fraud.
8
Dari uraian diatas, maka untuk lebih jelas dan memahami konsep fraud diamond dan kecurangan (fraud) dalam akuntansi, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Tahun 2014-2015)”. Dari penelitian ini, akan mendeteksi seseorang cenderung melakukan kecurangan (fraud) akuntansi dalam pelaporan keuangan.
1.2 Perumusan Masalah Perusahaan yang baik dan sehat tentunya akan menunjukkan kinerja keuangan perusaaan yang baik yang tercermin dalam angka-angka tertentu pada laporan keuangan. Kondisi perusahaan yang tidak sehat terkadang tidak menghalangi manajemen untuk melakukan kecurangan yaitu memanipulasi laporan keuangan yang semata-mata dilakukan supaya tidak kehilangan investor. Berdasarkan uraian masalah diatas dilakukan analisis fraud diamond untuk mendeteksi terjadinya Financial Statement Fraud yang diproksikan dengan Earning Managemen. Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan adalah: 1. Apakah variabel target keuangan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 2. Apakah variabel stabilitas keuangan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 3. Apakah variabel efektivitas pengawasan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
9
4. Apakah variabel kemampuan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan? 5. Apakah variabel pergantian auditor eksternal berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang empiris mengenai adanya hubungan antara: 1. Variabel target keuangan berpengaruh positif terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan. 2. Variabel stabilitas keuangan berpengaruh positif terhadap terjadinya kecuragan laporan keuangan. 3. Variabel efektivitas pengawasan berpengaruh positif terhadap terjadinya kecuragan laporan keuangan. 4. Variabel kemampuan berpengaruh positif terhadap terjadinya kecurangan laporan keuangan. 5. Variabel pergantian auditor eksternal berpengaruh positif terhadap terjadinya kecuragan laporan keuangan. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan atas dasar kegunaan dan manfaatnya. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis terhadap unsur-unsur dan variabel dalam fraud diamond dan pengaruhnya terhadap kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih bagi penggunanya. Adapun manfaat penelitian ini antara lain:
10
1. Dapat memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent dalam agency theory terkait tanggung jawabnya dalam melindungi kepentingan principal dalam hal ini investor. Manajemen akan lebih mengetahui dampak dari Financial Statement Fraud bagi investor atau calon investor perusahaan mereka. Disamping itu, kemungkinan terjadinya pailit akan lebih besar di perusahaan yang melakukan Financial Statement Fraud. 2. Dapat menjelaskan konsep dan unsur-unsur fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud). 3. Dapat memberi informasi kepada masyarakat bahwa fenomena fraud sedang marak terjadi di lingkungan perusahaan dan mengenai tahapan dan cara dalam mendeteksi dan mencegahnya sedini mungkin. 4. Dapat dijadikan suatu referensi untuk perbaikan penelitian di masa yang akan datang atau untuk menambah wawasan.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan Teori keagenan (agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen dalam suatu kontrak kerjasama yang disebut nexus of contract. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak atau diberi wewenang oleh pemegang saham (investor) untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak manajemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang saham. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang principal memerintah orang lain sebagai agent untuk melakukan jasa atas nama principal serta memberikan wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang baik bagi principal. Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya tertarik kepada peningkatan kinerja keuangan perusahaan berupa tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi mereka. Sedangkan para agent diasumsikan akan menerima sebuah apresiasi dari principal berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Jadi kedua
12
belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai keuangan perusahaan, maka dapat diyakini bahwa agent akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan principal. Perbedaan kepentingan ini menyebabkan conflict of interest diantara kedua pihak. Oleh karena conflict of interest inilah maka perusahaan sebagai agen menghadapi berbagai tekanan (Pressure) untuk menemukan cara agar kinerja perusahaan selalu meningkat dengan harapan bahwa dengan peningkatan kinerja maka principal akan memberikan suatu bentuk apresiasi (Rationalization). Gerbang menuju fraud akan semakin terbuka apabila manajemen memiliki akses yang luas (Capability) serta kesempatan dan peluang untuk menaikkan laba (Opportunity). Semakin tinggi tingkat pengembalian investasi (berupa dividen) yang diperoleh oleh principal maka semakin tinggi juga kompensasi yang diberikan kepada agen. Menurut Bathala dkk, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi konflik kepentingan, yaitu: a) meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih (earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan saham oleh institusi (institutional holdings). Oleh karena motivasi yang cenderung disalahartikan itulah maka perusahaan sebagai agen seringkali bersifat oportunistik. Ketika perusahaan mengetahui bahwa kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan rencana maka perusahaan akan berusaha untuk mencari cara agar perusahaan yang sebenarnya “kurang sehat” dapat menjadi “sehat”. Tidak adanya kontrol yang efektif dari pihak principal akan memungkinkan perusahaan untuk melakukan tindakan ilegal dengan membohongi investor melalui serangkaian tindakan penipuan melalui creative
13
accounting, misalnya adanya piutang yang tidak mungkin tertagih yang seharusnya dihapuskan tetapi tidak dihapus (lapping), pengakuan penjualan yang tidak semestinya (penjualan fiktif) yang pada akhirnya berdampak pada besarnya nilai aktiva dalam neraca. Selain itu, income smoothing juga dapat dilakukan dengan membagi keuntungan ke periode lain sehingga perusahaan seolah-olah memperoleh keuntungan, padahal kenyataannya merugi atau laba turun. 2.1.2 Kecurangan 2.1.2.1 Definisi Kecurangan Kecurangan adalah suatu kata yang jarang diketahui masyarakat. Namun, tanpa disadari di Indonesia, hampir setiap hari berita di media massa (cetak dan elektronik) memuat berbagai berita tentang fraud. Fraud adalah suatu hal yang sering terjadi bukan hanya di kehidupan sehari-hari, pemerintahan bahkan di perusahaan publik. Sepintas fraud merupakan suatu jenis penyimpangan yang terkesan sederhana namun fraud menyimpan bentuk yang lebih kompleks dari bentuk yang sudah kita kenal selama ini. Masyarakat awam cenderung mengartikan bahwa fraud adalah korupsi. Padahal sebenarnya, fraud itu memiliki banyak tipe termasuk salah satunya korupsi. Memang kasus yang sering terdengar saat ini serta menjadi “buah bibir“ masyarakat adalah korupsi terutama yang melibatkan para petinggi negara ini. Berikut ini disajikan definisi fraud pada Tabel 2.1 :
14
Tabel 2.1 Definisi Kecurangan Arens dan Lobbecke (1997)
Kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat
dan Soselisa dan Mukhlasin
dalam suatu keadaan dimana si pelaku
(2008)
mengetahui bahwa hal itu merupakan suatu kepalsuan dan dilakukan dengan maksud untuk melakukan kecurangan.
Statement of Auditing
Tindakan yang disengaja untuk
Standards
menghasilkan salah saji materian dalam
No. 99
laporan keuangan yang merupakan subjek audit.
Encyclopedia Britannica
Dalam hukum, fraud didefinisikan sebagai
(dalam Intal dan Do, 2002)
penyajian fakta yang keliru dengan tujuan merampas kepemilikan yang berharga dari seseorang.
Sumber : Berbagai literatur pendukung penelitian Fraud biasanya terjadi pada korporasi yang besar, baik pemerintah maupun swasta sehingga kerugian bila terjadi fraud sangat besar jumlahnya. Seperti yang terjadi pada kasus ENRON, kerugian karena fraud yang ditimbulkan ENRON tidak hanya kerugian material karena hangusnya “uang” yang diinvestasikan para investor termasuk karyawan yang menyimpan tabungan hari tuanya dalam bentuk saham di perusahaan dengan harapan memperoleh pengembalian yang berlipat di masa tuanya, tetapi juga kerugian akibat nyawa yang melayang akibat stress karena ketidakmampuan untuk menerima kenyataan bahwa perusahaan yang
15
hampir setiap hari selalu menyampaikan “kabar gembira” di bursa kini mengakui kebangkrutannya dengan hutang yang “menggunung”. Pelaku fraud pada kasus ENRON adalah direksi perusahaan dan akuntan Arthur Andersen. Sebagai hukumannya, KAP Arthur Andersen sebagai KAP big five pada masa itu ditutup sehingga big five berubah menjadi big four. Menurut Albrecht dkk. (2011), “Fraud merupakan hal yang bersifat umum dan memiliki banyak makna, yang terjadi karena kecerdikan manusia dan ditujukan untuk satu pihak untuk memperoleh keuntungan lebih dengan penyajian yang salah. Tidak ada aturan khusus yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengartikan fraud yang terdiri dari kejutan, penipuan, kelicikan dan cara yang tidak wajar yang digunakan sebagai cara untuk menipu orang lain. Satu-satunya cara untuk menjelaskannya adalah bahwa fraud hal yang merusak moral manusia”. 2.1.2.2 Topologi Kecurangan Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System, The ACFE (Association of certified Fraud Examiner, 2000) membagi fraud kedalam tiga (3) tipologi tindakan, yaitu: 1. Penggelapan Aset Penyimpangan ini meliputi penyalahgunaan atau pencurian asset/harta perusahaan. Asset missapropriation merupakan fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat dihitung. 2. Pernyataan yang Salah Hal ini dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan (financial engineering) untuk memperoleh keuntungan dari berbagai pihak, Penggelapan aktiva perusahaan juga dapat menyebabkan laporan keuangan perusahaan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif (window dressing).
16
3. Korupsi Korupsi merupakan fraud paling sulit dideteksi karena korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi sudah melibatkan pihak lain (kolusi). Kerjasama yang dimaksud dapat berupa penyalahgunaan wewenang, penyuapan, penerimaan hadiah yang ilegal dan pemerasan secara ekonomis. Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud, yaitu cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan karena perkembangan teknologi yang pesat dari waktu ke waktu. Menurut Albrecht dkk. (2011), fraud berdasarkan pihak yang melakukannya, yaitu: 1. Pelanggaran Karyawan Employee embezzlement merupakan fraud yang sering ditemukan. Karyawan (employee) mengecoh pimpinannya dengan tujuan untuk mengambil (mencuri) asset perusahaan. 2. Kecurangan Penjualan Vendor fraud merupakan kecurangan yang biasanya melibatkan karyawan yang terlibat secara langsung dalam proses pembelian bahan baku (perusahaan manufaktur) dan transaksi lainnya yang berhubungan dengan pemasok (vendor).
17
3. Kecurangan Pelanggan Customer fraud merupakan jenis fraud dimana pelanggan melakukan penipuan dengan tidak membayar barang yang telah dibeli maupun menipu perusahaan dengan mengatakan bahwa perusahaan memberikan barang yang tidak sesuai dengan pesanannya. 4. Kecurangan Manajemen Management fraud seringkali dikaitkan dengan Financial Statement Fraud. Fraud ini dibedakan dengan jenis fraud lainnya karena sifat dari pelaku dan metode operasinya. Metode yang sering dilakukan adalah management fraud dilakukan dengan melibatkan top management dalam melakukan manipulasi laporan keuangan. 5. Kecurangan Investigasi dan Kecurangan Konsumen Lainnya Fraud ini erat kaitannya dengan management fraud. Pada kasus ini, penipuan dilakukan agar investor tertarik terhadap peluang investasi yang seolah-olah bernilai tinggi padahal yang terjadi malah sebaliknya. Investor yang lalai akan sangat dirugikan oleh fraud ini. 6. Jenis Kecurangan Lain Other types of mencakup bentuk fraud lainnya yang berpotensi menyebabkan kerugian bagi pihak lain. 2.1.2.3 Gejala Adanya Kecurangan Adapun gejala awal dari terjadinya fraud adalah sebagai berikut: 1. Gejala Kecurangan pada Manajemen Gejala pada manajemen yang dapat dijadikan gambaran adanya kecurangan, misalnya: ada ketidakcocokan diantara manajemen puncak
18
dalam menentukan kebijakan perusahaan, menurunnya motivasi kerja karyawan karena adanya ketidakpercayaan terhadap manajemen, tingkat komplain yang tinggi dari konsumen, pemasok, atau badan otoritas terhadap perusahaan, terjadi kekurangan kas dengan tidak terstruktur karena adanya pengeluaran yang tidak dicatat atau tidak memiliki bukti, terjadi penurunan performance perusahaan, terjadinya peningkatan utang dan piutang yang tidak wajar, terjadi kelebihan/kekurangan jumlah persediaan yang tidak wajar. 2. Gejala Kecurangan pada Karyawan Pada tingkat karyawan, gejala yang muncul dapat berupa pengeluaran financial tanpa dokumen pendukung, sering terjadi pencatatan yang salah/tidak akurat, bukti transaksi (dokumen sumber) seringkali tidak dapat diperlihatkan dengan alasan hilang, jumlah persediaan yang dibeli seringkali tidak sesuai kuantitas dan kualitasnya, harga persediaan yang terlalu tinggi dari yang sebelumnya, terjadi penyesuaian dalam pembukuan perusahaan tanpa ada otorisasi dari manajemen. 2.1.2.4 Faktor Pemicu Kecurangan Menurut Oversights Systems Report on Corporate Fraud (2007), alasan utama terjadinya fraud adalah: a. Adanya tekanan untuk memenuhi kebutuhan, b. Untuk memperoleh keuntungan, c. Tidak menganggap bahwa apa yang dilakukannya adalah fraud, Namun, setelah melalui kajian mendalam faktor pemicu tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat yang sering disebut teori GONE, yaitu:
19
a. Keserakahan (greed) b. Kesempatan (opportunity) c. Kebutuhan (need) d. Pengungkapan (exposure) Faktor keserakahan dan kebutuhan merupakan faktor intern (individu) yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan, sedangkan faktor kesempatan dan pengungkapan merupakan faktor generik (umum) yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban dari perbuatan kecurangan tersebut. 1. Faktor Genetik Perlu dipahami bahwa kesempatan untuk melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Risiko terjadinya kecurangan bergantung pada kedudukan pelaku dengan objek kecurangan. Secara umum, manajemen perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan fraud daripada karyawan. 2. Faktor Individu Faktor individu merupakan faktor yang melekat dalam diri seseorang. Faktor ini terdiri dari kebutuhan dan keserakahan. Kebutuhan yang muncul dalam diri setiap manusia, terutama yang sifatnya mendesak terkadang membuat manusia rela menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sedangkan keserakahan membuat manusia untuk memperoleh lebih dari apa yang sudah didapatkannya dengan cara ilegal.
20
2.1.3 Fraud Triangle 2.1.3.1 Definisi Fraud Triangle Faktor individu merupakan faktor yang melekat dalam diri seseorang. Faktor ini terdiri dari kebutuhan dan keserakahan. Kebutuhan yang muncul dalam diri setiap manusia, terutama yang sifatnya mendesak terkadang membuat manusia rela menghalalkan segala cara untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, sedangkan keserakahan membuat manusia untuk memperoleh lebih dari apa yang sudah didapatkannya dengan cara ilegal. Ada tiga elemen fraud triangle, antara lain: Pressure (tekanan), Opportunity (kesempatan), dan Rationalization (rasionalisasi). Berikut ini fraud triangle divisualisasikan dalam Gambar 2.1: Gambar 2.1 Fraud Triangel Tekanan (Pressure)
Peluang (Opportunity)
Rasionalisasi (Rationalization)
Sisi pertama dari segitiga tersebut disebut Pressure yang merupakan perceived non shareable financial need. Sisi keduanya disebut perceived Opportunity. Sisi ketiga disebut Rationalization. 2.1.3.2 Element Fraud Triangel Fraud triangle terdiri dari tiga elemen, yaitu: Pressure, Opportunity, dan Rationalization. Pada bagian ini akan dijelaskan bagian-bagian penting dari setiap elemen mendasar dari fraud triangle tersebut.
21
Pressure Menurut Albrecht dkk. (2011), Pressure dapat dikategorikan kedalam tiga kelompok, yaitu: 1. Tekanan Finansial Hampir 95% fraud dilakukan karean adanya tekanan dari segi finansial. Tekanan finansial yang sering diselesaikan dengan mencuri (fraud) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: a. Keserakahan b. Standar hidup yang terlalu tinggi c. Banyaknya tagihan dan utang d. Kredit yang hampir jatuh tempo e. Kebutuhan hidup yang tidak terduga 2. Tekanan akan Kebiasaan Buruk Vices Pressures disebabkan oleh dorongan untuk memenuhi kebiasaan yang buruk, misalnya berhubungan dengan: judi, obat-obat terlarang, alkohol, dan barang-barang mahal yang sifatnya negatif. Sebagai contoh, seseorang yang suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang akan terdorong untuk melakukan apapun untuk memperoleh barang yang mereka inginkan. 3. Tekanan yang Berhubungan dengan Pekerjaan Tidak adanya kepuasan kerja yang diperoleh karyawan, misalnya: kurangnya perhatian dari manajemen, adanya ketidakadilan, dan sebagainya, dapat membuat karyawan harus melakukan fraud untuk memperoleh “imbalan” atas kerja kerasnya.
22
Opportunity Fraud dapat dilakukan apabila terdapat peluang untuk melakukannya. Peluang itu dapat diambil apabila fraud yang dilakukannya berisiko kecil untuk diketahui dan dideteksi. Menurut Albrecht dkk. (2011) ada enam faktor yang dapat meningkatkan peluang bagi individu untuk melakukan fraud, antara lain: 1. Kurangnya kontrol untuk mencegah dan atau mendeteksi fraud 2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja 3. Kegagalan untuk mendisiplinkan para pelaku fraud 4. Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi 5. Ketidakpedulian dan ketidakmampuan untuk mengantisipasi fraud 6. Kurangnya jejak audit (audit trail) Rationalization Hampir semua fraud dilatarbelakangi oleh rationalization. Rasionalisasi membuat seseorang yang awalnya tidak ingin melakukan fraud pada akhirnya melakukannya. Rasionalisasi merupakan suatu alasan yang bersifat pribadi (karena ada faktor lain) dapat membenarkan perbuatan walaupun perbuatan itu sebenarnya salah. Albrecht dkk. (2011) mengemukakan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika melakukan fraud antara lain: 1. Aset itu sebenarnya milik saya 2. Saya akan meminjam dan membayarnya kembali 3. Tidak ada pihak yang dirugikan 4. Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak 5. Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan ini selesai
23
6. Saya rela mengorbankan repurasi dan integritas saya asal hal itu dapat meningkatkan standar hidup saya 2.1.4 Fraud Diamond Shelton (2014) menjelaskan bahwa awalnya dianggap ada tiga faktor berbeda yang memberikan kontribusi seseorang dalam memutuskan untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud). Ketiga faktor tersebut termasuk dalam segitiga kecurangan (fraud triangle). Tiga faktor yang berbeda adalah tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi. Menurut Shelton (2014), faktor-faktor tersebut pertama kali didefinisikan oleh kriminolog Donald Cressey. Sihombing (2014) dalam penelitian Prasastie (2015) dijelaskan bahwa fraud diamond merupakan sebuah pandangan dan konsep baru tentang fenomena kecurangan yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Teori fraud diamond merupakan bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953). Jika dalam fraud triangle terdapat tiga elemen, maka dalam fraud diamond ditambah satu elemen yang signifikan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yaitu kapabilitas atau capability. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004), banyak studi menunjukkan penipuan atau fraud lebih mungkin terjadi ketika seseorang memiliki insentif (tekanan) untuk melakukan kecurangan, kontrol yang lemah atau pengawasan memberikan kesempatan bagi orang untuk melakukan kecurangan, dan orang tersebut dapat merasionalisasi perilaku kecurangan (sikap). Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan bahwa segitiga kecurangan dapat ditingkatkan untuk meningkatkan baik pencegahan kecurangan dan deteksi dengan mempertimbangkan elemen ke empat. Menurut Wolfe dan Hermanson (2004),
24
selain menangani insentif, kesempatan, dan rasionalisasi, juga mempertimbangkan kemampuan individu. Gambar 2.2 Fraud Diamond Tekanan (Pressure)
Rasionalisasi (Rationalization)
Peluang (Opportunity)
Kapabilitas (Capability)
Fraud Diamond Theory oleh Wolfe dan Hermanson (2004) 2.1.4.1 Kapabilitas Merupakan Unsur ke Empat dalam Kecurangan Wolfe dan Hermannson berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu dengan cara menambahkan elemen keempat yakni Capability. Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa: “Banyak fraud yang umumnya bernominal besar tidak mungkin terjadi apabila tidak ada orang tertentu dengan kapabilitas khusus yang ada dalam perusahaan. Opportunity membuka peluang atau pintu masuk bagi fraud dan Pressure dan Rationalization yang mendorong seseorang untuk melakukan fraud. Namun menurut Wolfe dan Hermanson (2004), orang yang melakukan fraud tersebut harus memiliki kapabilitas untuk menyadari pintu yang terbuka sebagai peluang emas dan untuk memanfaatkanya bukan hanya sekali namun berkali-kali”. 2.1.5 Manajemen Laba Scott (2003:369) mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu. Menurut Sugiri (1998) yang dikutip oleh
25
Widyaningdyah (2001), definisi earning management dibagi dalam dua definisi, yaitu: a. Definisi Sempit Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi. Earning management dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings. b. Definisi Luas Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Konsep earning management menurut Salno dan Baridwan (2000:19) menggunakan pendekatan teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik earning management dipengaruhi oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Konflik kepentingan semakin meningkat terutama karena principal tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (principal). Dalam hubungan keagenan, principal tidak memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agent. Agent mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah
26
yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi (information asymmetric) yang dimiliki oleh principal dan agent. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang salah kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning management (Widyaningdyah, 2001). Menurut Scott (2003:383) berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah: 1. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan terjadi pada perputaran jabatan atau reorganisasi pada perusahaan, misalnya : pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. 2. Minimisasi Pendapatan Minimisasi pendapatan terjadi pada stress period atau reorganisasi pada perusahaan, misalnya : pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. 3. Maksimalisasi Pendapatan Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus
27
yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. 4. Pemerataan Pendapatan Hal ini dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sayangnya, akrual yang ditujukan untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan. 2.1.6 Kecurangan Laporan Keuangan 2.1.6.1 Definisi Kecurangan Laporan Keuangan Menurut Sihombing (2014) dalam Prasastie (2015) penelitiannya menjelaskan bahwa kecurangan laporan keuangan merupakan kesengajaan ataupun kelalaian dalam pelaporan laporan keuangan dimana laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Kelalaian atau kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pihak yang berkepentingan. Menurut Wells (2011), Financial Statement Fraud mencakup beberapa modus, antara lain:
28
1. Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis. 2. Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan. 3. Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis. 4. Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan (Rezaee, 2002) Dalam Statement on Auditing Standards (SAS) No.99 (AU 316), yang berjudul Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, yang diterbitkan oleh Auditing Standard Board (ASB) dibawah naungan American Institute of Public Accountant (AICPA) pada November 2002, terdapat dua jenis salah saji yang relevan dengan audit laporan keuangan dan pertimbangan auditor terhadap fraud. 1. Salah saji yang berasal dari pelaporan keuangan yang salah yang disebut dengan salah saji yang disengaja atau penghapusan terhadap nilai material atau pengungkapan yang didesain untuk mengecoh pengguna laporan keuangan. 2. Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan asset yang disebut juga pencurian atau penggelapan.
29
2.1.6.2 Bentuk-bentuk Kecurangan Laporan Keuangan Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commissions dalam Tuanakotta (2010) melakukan kajian terhadap Financial Statement Fraud dan mengembangkan suatu taksonomi yang mungkin dapat terjadi pada semua bisnis. COSO mengidentifikasi modus fraud pada beberapa area, antara lain: a. Mengakui pendapatan yang tidak semestinya b. Melebihsajikan aset (selain piutang usaha yang berhubungan dengan kecurangan terhadap pengakuan pendapatan) c. Beban/liabilitas yang kurang saji d. Penyalahgunaan aset e. Pengungkapan yang tidak semestinya f. Teknik lain yang mungkin dilakukan Dari berbagai kemungkinan terjadinya Financial Statement Fraud, lebih saji dalam melaporkan pendapatan adalah yang paling sering terjadi. a. Kelebihan Pendapatan 1. Penjualan Fiktif Metode ini dilakukan dengan melaporkan penjualan yang sebenarnya tidak terjadi namun dibuat ada. Hal ini dilakukan dengan membuat pospos seperti: entitas bertujuan khusus (special purpose entity) fiktif sebagai penjual serta memalsukan dokumen pendukungnya. 2. Pengakuan Pendapatan Sebelum Waktunya Karyawan perusahaan sudah mencatat pendapatan ketika pembeli masih melakukan pesanan, bukan ketika barang sudah dikirim.
30
3. Pengakuan Kondisi Penjualan Karyawan mencatat penjualan dari transaksi yang belum seluruhnya dicatat karena perusahaan masih memiliki kewajiban kontijensi. 4. Penyalahgunaan Potongan Penjualan Untuk meningkatkan pendapatan periode berjalan, maka karyawan mungkin memindahkan pendapatan periode yang lain ke periode sekarang. 5. Salah Saji Ketika kontrak sedang berlangsung karyawan dapat meningkatkan persentase penyelesaian dari kontrak tersebut sehingga pendapatan meningkat. b. Kelebihan Penjualan 1. Persediaan Fraud yang biasa dilakukan terhadap inventory adalah lebih saji pada persediaan akhir. Apabila lebih saji ini terdeteksi, pelaku fraud mingkin dapat beralasan bahwa itu adalah karena kesalahan perhitungan. 2. Piutang Dagang Terjadi overstatement pada piutang usaha karena understatement pada penyisihan piutang tak tertagih atau penipuan pada saldo akhir piutang usaha. 3. Aset Tetap Asset tetap tidak disusutkan walau sebenarnya sudah mengalami penyusutan sehingga asset tetap menjadi lebih saji.
31
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai kecurangan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Prasastie (2015) melakukan penelitian mengenai kecurangan yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond. Penelitian tersebut menggunakan data skunder, yaitu perusahaan LQ-45 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan listing pada tahun 2009-2013. Variabel dependen dalam penelitian Prasastie (2015) adalah Kecurangan Laporan Keuangan. Sedangkan variabel independennya adalah elemen-elemen dalam fraud diamond yaitu stabilitas keuangan, efektifitas pengawasan, pergantian auditor eksternal, dan kemampuan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan oleh rasio perubahan total aset, efektivitas pengawasan yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan, pergantian auditor eksternal diproksikan dengan direksi (CEO) tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, kemampuan yang diproksikan dengan pergantian direksi (CEO) tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1
Nama Peneliti (Tahun) Agung Prasastie (2015)
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond : Studi Empiris pada Perusahaan LQ-45
Variabel stabilitas keuangan dan pergantian auditor eksternal berpengaruh terhadap kecurangan dalam laporan keuangan.
32
yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013 Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial Statemen Fraud
2
Kennedy Samuel Sihombing (2014)
3
Ivona Hanum Analisis Faktor-Faktor Nurfhyasa (2014) yang Mempengaruhi Fraudulent Financial Statement dengan Perspektif Fraud Triangel Petra Zulia Pengaruh Normalitas Aranta (2013) Aparat dan Asimetri Kecenderungan Kecurangan Akuntansi
4
Variabel Financial Stability, external pressure, nature of industry, dan retionalization berpengaruh terhadap Financial statement farud. Variabel Financial Stability berpengaruh terhadap Fraudulent Financial Statement
Moralitas aparat berpengaruh signifikan negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi. Sedangkan, asimetri informasi berpengaruh signifikan positif terhadap kecurangan akuntansi. 5 Anik Fatun Faktor-Faktor yang Penegakan peraturan Najahningrum Mempengaruhi keefektifan pengendalian (2013) Kecenderungan internal, keadilan Kecurangan (Fraud) : distributif, keadilan Persepsi Pegawai Dinas prosedural,dan komitmen Provinsi DIY organisasi berpengaruh negatif pada kecenderungan kecurangan. Sedangkan asimetri informasi berpengaruh positif pada kecenderungan kecurangan. Sumber : berbagai jurnal dan literatur yang dipublikasikan
33
2.3 Model Penelitian Model penelitian dirancang untuk dapat lebih memahami mengenai konsep penelitian dan arah dari hubungan kualitas dari variabel independen dan dependen. Model penelitian dalam penelitian ini menunjukkan gambaran tentang bagaimana variabel financial target, financial stability, ineffective monitoring, change in auditor, capability memengaruhi variabel dependen yaitu kecurangan laporan keuangan. Dari uraian diatas, maka model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3 Model Penelitian Pressure (+) 1. Target Keuangan (X1) 2. Stabilitas Keuangan (X2)
Opportunity (+) 3. Efektivitas Pengawasan (X3)
Capability (+) 4. Kemampuan (X4)
Rationalization (+) 5. Pergantian Auditor Eksternal(X5)
Kecurangan Laporan Keuangan (Y)
34
2.4 Pengembangan Hipotesis Penelitian 2.4.1 Target keuangan sebagai variabel untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang besar (diukur dengan profitabilitas atau ROA) lebih mungkin melakukan manajemen laba dari pada perusahaan yang memiliki laba yang kecil. Akan tetapi, hasil penelitian dari Skousen dkk, (2009) tidak menguatkan bukti bahwa ROA berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud. Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Target keuangan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan 2.4.2 Stabilitas keuangan sebagai variabel untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan Perusahaan berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen dkk., 2009). Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel Financial Stability. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin banyak. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen dkk. (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset suatu perusahaan maka probabilitas dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan
35
perusahaan tersebut semakin tinggi. Pada penelitian Hanum (2014), menunjukkan bahwa stabilitas keuangan yang diproksikan dengan perubahan total aset (ACHANGE) berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : Stabilitas keuangan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan 2.4.3 Efektivitas pengawasan sebagai variabel untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan Penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Dechow dkk. (1996) Dunn (2004) yang meneliti hubungan antara komposisi dewan komisaris dengan kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal (Skousen dkk. 2009). Hasil penelitian dari Skousen dkk. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa rasio dewan komisaris independen berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H3 : Efektivitas pengawasan berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan
36
2.4.4 Kemampuan sebagai variabel untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu melakukan fraud di lingkungan perusahaan. Ada banyak komponen dari Capability antara lain: Position/Function, Brains, Confidence/Ego, Coercion Skills, Effective Lying dan Immunity to Stress. Namun dalam penelitian ini akan digunakan Perubahan Direksi sebagai Proksi dari capability. Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of interest. Wolfe dan Hermanson (2004) meneliti tentang capability sebagai salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya fraud menyimpulkan bahwa perubahan direksi dapat mengindikasikan terjadinya fraud. Perubahaan direksi bisa menjadi suatu upaya perusahaan untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan susunan direksi ataupun perekrutan direksi yang baru yang dianggap lebih berkompeten dari direksi sebelumnya. Sementara disisi lain, pergantian direksi bisa jadi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal tidak maksimal. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H4 : Kemampuan dapat berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan
37
2.4.5 Pergantian auditor eksternal sebagai variabel untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan Rationalization merupakan suatu faktor kualitatif yang tidak dapat dipisahakan dari terjadinya fraud. Summers dan Sweeney (1998) berpendapat bahwa perubahan auditor tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Financial Statement Fraud. Argumen Summers dan Sweeney tidak didukung oleh SAS No 99 atau Albrecht (2002), yang menyarankan perubahan auditor dikaitkan dengan Financial Statement Fraud. Penggantian Kantor akuntan publik dapat menjadi salah satu proksi dari Rationalization (Skousen dkk. 2009). Perubahan atau pergantian kantor akuntan publik yang dilakukan perusahaan dapat mengakibatkan masa transisi dan stress period melanda perusahaan. Adanya pergantian akuntan publik pada pada dua tahun periode dapat menjadi indikasi terjadinya fraud. Dalam penelitian Prasastie (2015) pergantian auditor eksternal yang diukur dengan variabel dummy tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan dalam penelitian Hanum (2014), Kurniawati (2012) menjelaskan bahwa hubungan antara manajer dan auditor yang menunjukkan rasionalisasi manajemen. Hasil dari penelitian Kurniawati (2012) menyatakan bahwa dengan adanya pengunduran diri atau pergantian auditor, maka akan berpengaruh terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H5 : Pergantian auditor eksternal berpengaruh positif untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan
38
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Data Variabel Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variable independen yang merupakan komponen Fraud diamond dengan Financial Statement Fraud. Penelitian ini menggunakan angka-angka sebagai indikator variabel penelitian untuk menjawab permasalahan penelitian, sehingga penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai pendekatan untuk menganalisis permasalahan penelitian. Metode kuantitatif adalah ilmu yang berkaitan dengan metode pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk mendapatkan informasi guna penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan (Tuban, 1976). Penelitian ini menganalisis 6 (enam) variabel yang terdiri 1 (satu) variabel dependen dan 5 (lima) variabel independen. Definisi dan operasional masing-masing variabel akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah kecurangan laporan keuangan yang diproksikan dengan manajemen laba (earnings management).
39
Manajemen laba (DACC) dapat diukur melalui discretionary accrual yang dihitung dengan cara menyelisihkan total accruals (TACC) dan nondiscretionary accruals (NDACC). Discretionary accruals (DACC) merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam menghitung DACC, digunakan Modified Jones Model. Alasan penggunaan model ini karena Modified Jones Model dapat mendeteksi manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya sejalan dengan hasil penelitian Dechow dkk. (1995) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007). Selain itu telah banyak penelitian terkait dengan manajemen laba menggunakan model modifikasi Jones. Model ini menggunakan total accrual (TACC) yang diklasifikasikan menjadi komponen discretionary accrual (DACC) dan nondiscretionary accrual (NDACC), yang dirumuskan sebagai berikut: TACCit = NDACCit + DACCit Dimana: TACCit NDACCit DACCit
= Total accrual perusahaan i pada periode t = Nilai nondiscretionary accrual perusahaan i pada periode t = Nilai discretionary accruals perusahaan i pada periode t
Langkah pertama dengan menghtung nilai TACC, yaitu: TACCit = Laba Bersih – Arus Kas Operasi Selanjutnya, menghitung estimasi discretionaty accrual dengan menggunakan model Jones (1991) yang diestimasi dengan persamaan regresi sebagai berikut: TACCit/Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2[(ΔREVit)/Ait-1] + α3(PPEit/Ait-1) + εit
Dimana: Ait-1 ΔREVit PPEit
= Total aset perusahaan i pada periode t-1 = Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t = Gross property, plant, and equipmen perusahaan i pada periode t
40
εit
= Error
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accual (NDACC) digunakan rumus Jones (1991) yang dimodifikasi Dechow dkk. (1995), yaitu: NDACCit = α1(1/Ait-1) + α2[(ΔREVit-ΔRECit)/Ait-1] + α3(PPEit/Ait-1) Dimana: ΔRECit α1, α2, α3
= Perubahan piutang bersih perusahaan i pada periode t = Nilai koefisien yang diperoleh dari hasil regresi
selanjutnya,discretionary accrual (DACC) dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: DACCit = TACCit – NDACCit Dimana: DACCit TACCit NDACCit
= Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t = Total akrual perusahaan i pada tahun t = Nondiscretionary accrual perusahaan i pada tahun t
3.1.2 Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: financial targets yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA), Financial Stability yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset (ACHANGE), ineffective monitoring yang diproksikan dengan rasio komisaris independen (BDOUT), Capability yang diproksikan dengan Perubahan Direksi (DCHANGE), Change in Auditor yang diproksikan dengan Pergantian Akuntan Publik (ΔCPA). 3.1.2.1 Target Keuangan (Financial Targets) Dalam menjalankan aktivitasnya, perusahaan seringkali mematok besaran tingkat laba yang harus diperoleh atas usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba tersebut, kondisi inilah yang dinamakan financial targets. Salah satu pengukuran
41
untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan adalah ROA. Perbandingan laba tehadap jumlah aktiva (ROA) adalah ukuran kinerja operasional yang banyak digunakan untuk menunjukkan seberapa efisien aktiva telah bekerja (Skousen dkk, 2009). ROA (Return on Asset) sering digunakan dalam menilai kinerja manajer dan dalam menentukan bonus, kenaikan upah, dan lain-lain. Oleh karena itu, ROA dijadikan sebagai proksi untuk variabel financial targets dalam penelitian ini. Return on Asset (ROA) merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan atau pengukuran kinerja perusahaan. ROA dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Net income before extraordinary items (t-1) ROA = Total Asset t 3.1.2.2 Stabilitas Keuangan (Financial Stability) Financial Stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total asset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi asset lancar dan aset tidak lancar. Financial Stability diproksikan dengan ACHANGE yang merupakan rasio perubahan aset selama dua tahun (Skousen dkk, 2009). ACHANGE dihitung dengan rumus:
42
(Total Aset t – Total Aset (t-1)) ACHANGE = Total Aset t-1 3.1.2.3 Efektivitas Pengawasan (Effectivity Monitoring) Effectivity monitoring adalah suatu keadaan perusahaan dimana tidak terdapat internal control yang baik. Hal tersebut dapat terjadi di karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya (SAS No.99). Oleh sebab itu, penelitian ini memproksikan effectivity monitoring pada rasio jumlah dewan komisaris independen (BDOUT), yang dihitung dengan rumus: Jumlah Dewan Komisaris Independen BDOUT = Jumlah Total Dewan Komisaris 3.1.2.4 Kemampuan (Capability) Kecurangan akan cederung terjadi dan meningkat pada saat akhir masa jabatan seorang CEO atau pada saat akan dilakukannya pergantian CEO perusahaan yang baru. CEO akan berusaha meningkatkan kinerjanya untuk menghindari pergantian CEO oleh pemilik perusahaan dengan cara meningkatkan laba, apabila penilaian kinerja berdasarkan laba (Fransiska, 2007). Seorang CEO akan memanipulasi laba yang diperoleh perusahaan untuk mendapatkan atau memaksimalkan bonus atas kinerjanya. CEO yang dinilai baik oleh pemilik perusahaan akan diberikan bonus (reward), sedangkan CEO yang kinerjanya kurang baik akan diganti oleh pemilik perusahaan. Selain itu, Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya.
43
Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya. Capability yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan Capability dengan pergantian direksi perusahaan (DCHANGE) yang diukur dengan variabel dummy dimana apabila terdapat perubahan Direksi perusahaan selama periode 2014-2015 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan direksi perusahaan selama periode 2014-2015 maka diberi kode 0. 3.1.2.5 Pergantian Auditor Eksternal (Change in Auditor) SAS No. 99 menyatakan bahwa pengaruh adanya pergantian ataupun perubahan auditor eksternal dalam perusahaan dapat menjadi indikasi terjadinya kecurangan. Hal ini diperkuat oleh skandal perusahaan ENRON Amerika Serikat yang membuktikan bahwa auditor gagal dalam mendeteksi adanya manipulasi laba yang dilakukan ENRON. Change in auditor pada suatu perusahaan dapat dinilai sebagai suatu upaya untuk menghilangkan jejak fraud (fraud trail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan yang terdapat dalam perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini memproksikan Rationalization dengan pergantian kantor akuntan publik (ΔCPA) yang diukur dengan variabel dummy dimana apabila
44
terdapat perubahan Kantor Akuntan Publik selama periode 2014- 2015 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan kantor akuntan publik selama periode 2014-2015 maka diberi kode 0. 3.2 Populsi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode 2014-2015. Pertimbangan untuk memilih populasi perusahaan manufaktur adalah dikarenakan perusahaan dalam satu jenis industri yaitu manufaktur cenderung memiliki karakteristik akrual yang hampir sama (Halim et al., 2005). Selain itu, data laporan keuangan perusahaan manufaktur lebih reliable dalam penyajian akun-akun laporan keuangan, seperti aset, cash flow, penjualan, dan lain-lain. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur yang sudah go public atau terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2015. 2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan dalam website perusahaan atau website BEI selama periode 2014-2015 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 3. Data mengenai data-data yang berkaitan dengan variabel penelitian tersedia dengan lengkap (data secara keseluruhan tersedia pada publikasi selama periode 2014-2015).
45
4. Perusahaan yang tidak delisting dari BEI selama periode pengamatan (2014-2015). 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi, berupa data variabel bebas (Luciana dan Sulistyowati, 2007). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data laporan keuangan tahunan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id, website perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2014-2015. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencatat dan mempelajari dokumen–dokumen atau arsip–arsip yang relevan dengan masalah yang diteliti. Metode dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data sekunder dari www.idx.co.id, website perusahaan dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD) tahun 2014-2015. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non random. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi penelitian yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian yang sudah ditentukan.
46
3.5 Metode Analisis Data Metode analisis ini digunakan untuk mendapatkan hasil yang pasti dalam mengolah data sehingga dapat dipertangungjawabkan. Adapun, metode analisis data yang digunakan adalah metode regresi linier berganda yang akan dijelaskan di bawah ini. 3.5.1 Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berhubungan dengan metode pengelompokkan, peringkasan, dan penyajian data dalam cara yang lebih informatif (Santosa, 2005). Data-data tersebut harus diringkas dengan baik dan teratur sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis deskriptif ditujukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dari variabel dependen berupa financial statement fraud, serta variabel independen berupa komponen dari fraud diamond yakni, pressure, opportunity, rationalization dan capability. Data statistik dapat disajikan dengan menggunakan tabel statistic descriptive yang memaparkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation). Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai disperse rata-rata dari sampel. Maksimum dan minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum dari sampel. Semuanya diperlukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian. 3.5.2 Uji Asumsi Klasik Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model pada penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik. Pengujian asumsi
47
klasik diperlukan untuk mendeteksi ada/tidaknya penyimpangan asumsi klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan. Pengujian ini terdiri atas uji normalitas, multikolonieritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Seperti yang diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika data berdistribusi normal, maka titik-titik akan menyebar disekitar garis diagonal. Penelitian ini juga menggunakan pengujian data dengan analisis statistik menggunakan kolmogorov-smirnov. Jika nilai uji kolmogorov-smirnov > n 0,05 berarti data terdistribusi normal. Jika nilai uji kolmogorov-smirnov < 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. 3.5.2.2 Uji Multikolonieritas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dalam model regresi adalah sebagai berikut: 1. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10, maka terjadi multikolonieritas 2. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolonieritas
48
5.3.2.3 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2013). Dalam penelitian ini mendeteksi autokorelasi dengan uji Run test. Pada metode ini, jika tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Jika nilai tes signifikannya > 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. 5.3.2.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2013). Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah dimana terdapat kesamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pangamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Namun jika berbeda, maka disebut heteroskedatisitas. Cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas dengan cara melihatgrafik plot, yang memberikan gambaran pola titik menyebar yang menandakan tidak ada heteroskedastisitas. 3.5.3 Pengujian Goodness of Fit 3.5.3.1 Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
49
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). 3.5.3.2 Uji Signifikasi Model (Uji Statistik F) Pada dasarnya uji ini menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Jika nilai F menunjukkan signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Atau dengan kata lain, variabel independen secara bersama-sama memengaruhi variabel dependen. 3.6 Uji Hipotesis Pada tahapan akhir, akan dilakukan pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat hasil dari uji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan model regresi sebagai berikut: DACCit = β0 + β1ROA + β2ACHANGE + β3BDOUT + β4DCHANGE + β5AUDCHANGE + ε Dimana: β0 β1,2,3,4,5 DACCit ROA ACHANG BDOUT DCHANGE AUDCHANGE ε
= Koefisien regresi konstan = Koefisien regresi masing-masing proksi = Discretionary accrual perusahaan i pada tahun t = Rasio pengukuran nilai kinerja manajer = Rasio perubahan total aset = Rasio dewan komisaris independen = Perubahan direksi = Perubahan auditor = Eror
Kriteria penerimaan hipotesis dalam penelitian ini adalah apabila hasil dari uji regresi menunjukkan tingkat signifikansi < 0,05 atau thitung > ttabel, maka hipotesis
50
diterima. Tetapi, jika hasil regresi ini menunjukkan tingkat signifikansi > 0,05 atau thitung < ttabel, maka hipotesis ditolak.
69
BAB V SIMPULAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 90 perusahaan manufaktur periode 2014- 2015 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Target Keuangan (Financial Targets) yang diproksikan dengan ROA yang merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam analisis laporan keuangan terbukti berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan pada rasio return on assets (ROA) dapat menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan, dikarenakan kenaikan tersebut diiringi dengan peningkatan mutu operasional, sehingga menjadi tekanan bagi pihak manajemen perusahaan ketika ingin meningkatkan profitabilitas perusahaan. 2. Stabilitas Keuangan (Financial Stability) yang diproksikan dengan rasio perubahan total aset terbukti berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan rasio perubahan total aset dapat menjadi tekanan bagi CEO dan manajer untuk melakukan kecurangan laporan keuangan sebelum dipublikasikan, karena perusahaan cenderung memanipulasi stabilitas keuangan untuk menarik para investor agar berinvestasi kepada perusahaan tersebut.
70
3. Efektivitas Pengawasan (Effectivity of Monitoring) yang diproksikan dengan rasio dewan komisaris independen terbukti berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini dapat menunjukan walaupun terjadi peningkatan atau penurunan jumlah dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan, akan mempengaruhi pelaku kecurangan dalam melakukan manipulasi pada laporan keuangan perusahaan. 4. Kemampuan (Capability) yang diproksikan dengan pergantian direksi (CEO) diukur dengan variabel dummy terbukti berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pergantian direksi memberikan indikasi adanya tindak kecurangan dalam perusahaan. 5. Pergantian Auditor Eksternal (Change in Auditor) yang diukur dengan variabel dummy terbukti berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menunjukan bahwa pergantian auditor yang dilakukan perusahaan dapat menjadi rasionalisasi yang digunakan oleh para pelaku kecurangan untuk melakukan tindak kecurangan pada laporan keuangannya. 5.2 Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: 1. Variabel kemampuan (capability) dalam penelitian ini menggunakan proksi pergantian direksi (CEO), karna belum dapat menemukan proksi yang lebih spesifik dari capability.
71
2. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan sehingga memberikan hasil yang kurang akurat untuk membuktikan adanya kecurangan dalam perusahaan. 3. Populasi dari penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan terbatas hanya dua tahun masa pengamatan. 5.3 Saran Dari kesimpulan dan keterbatasan dalam penelitian ini, maka saran yang diberikan kepada penelitian selanjutnya adalah: 1. Bagi peneliti Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan populasi yang lebih banyak dan juga masa tahun pengamatan yang lebih panjang agar hasil penelitian menjadi lebih maksimal. 2. Penelitian selanjutnya terkait Financial Statement Fraud dapat menggunakan metode kualitatif dalam metodologi penelitian atau dengan mengkombinasikan metode kualitatif dengan metode kuantitatif. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan pengukuran yang lain disamping discretionary accrual untuk Financial Statement Fraud agar dapat memberi alternatif serta perbandingan untuk meningkatkan kualitas penelitian-penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Albrecht, W. Steve., Albrecht, Conan. C., Albrecht, Chad. O., Zimbelman, Mark. F. International Student Edition. 3th Edition. Fraud Examination. American Institute of Certified Public Accountants. 2002. Statement on Auditing Standards. Diakses dari http://www.aicpa.org/research/standards/auditattest/downloadabledocum ents/au-00316.pdf pada Tanggal 30 Oktober 2014. Andayani, Tutut Dwi. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Independen terhadap Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Journal. Universitas Diponegoro. Anisya, Mafiana dkk. 2016. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Journal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Astuti, Dewi Saptantinah P. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Manajemen Laba di Seputar Right Issue. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Bisnis. Vol. 2. Dechow, P.M., Sloan, R.G., Sweeney, A. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review. Volume 70. Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21, Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Hendra, Vincentius., Yohannes Santana, dan Lisia Gandhatama. 2014. The Fraud Triangle. Diakses dari https://www.academia.edu/6634188/FRAUD_TRIANGLE pada Tanggal 27 Agustus 2014. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada. Jones, J. J. 1991. Earnings Management During Import Relief Investigations. Journal of Accounting Research 29 (2): 193‐228.
Kurniawati, Ema. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangel. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Koroy, Tri Ramaraya. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan Oleh Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10, No. 01. Surabaya. Lestari, Yona Octiani. 2010. Fenomena Earnings Management sebagai Sebuah Kecurangan. Malang. Lou, Yung-I dan Ming-Long Wang. 2009. Fraud Risk Factor of the Fraud Triangle Assesing The Likelihood of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics Research – February, 2009. Volume 7, Number 2. Molida, Resti. 2011. Analisis Financial Stability, Personal Financial Need dan Ineffective Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud Triangle. Journal. Universitas Diponegoro. Semarang. Nabila, Atia Rahma. 2013. Deteksi Kecurangan Laporan Keuangan Dalam Perspektif Fraud Triangle. Journal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang. Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Journal. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Nursani, Rahmalia dan Gugus Irianto. 2014. Perilaku Kecurangan Akademik Mahasiswa: Dimensi Fraud Diamond. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Malang. Norbarani, Listiana. 2012. Pendeteksian Laporan Keuangan dengan Analisis Fraud Triangle yang Diadopsi dalam SAS No. 99. Journal. Universitas Diponegoro. Semarang. Pardosi, Rica W. 2015. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia dengan Menggunakan Fraud Score Model. Journal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung. Bandarlampung. Panji, Dhimas. 2014. Pengertian Fraud dan Piracy. Diakses dari http://www.balinter.net/news_411_pengertian_Fraud.html pada Tanggal 27 Agustus 2014.
Prasastie, Agung. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan dengan Perspektif Fraud Diamond: Studi Empiris Pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2013. Journal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung. Pinkasovitch, Arthur. 2014. Detecting Financial Statement Fraud. Diakses dari http://www.investopedia.com/articles/financial-theory/11/detectingfinancial- fraud.asp pada Tanggal 02 Oktober 2014. Rachmawati, Kurnia Kusuma. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor dalam Perspektif Fraud Triangle terhadap Fraudulent Financial Reporting. Journal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang. Rahmanti, Martantya M. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan Peluang. Journal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang. Rezaee, Z. 2002. Financial Statement Fraud: Prevention and Detection. New York: John Wiley & Sons, Inc. Rini, Viva Yustitia. 2012. Analisis Prediksi Potensi Risiko Fraudulent Financial Statement Melalui Fraud Score Model. Journal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang. Sihombing, Kennedy Samuel. 2014. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud. Journal. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Scott, William R., 1997, Financial Accounting Theory, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Shelton, Austin M. 2014. Analysis of Capabilities Attributed to The Fraud Diamond. Undergraduate Honors Theses. Paper 213. Sholihah, Dwi Westi. 2014. Pengaruh Financial Stability, External Pressure, Personal Financial Need, dan Financial Target dalam Konsep Fraud Triangle Menurut SAS N0. 99 yang Diproksikan dengan Rsio Keuangan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan. Journal. Fakultas Ekonomi, Universitas Widyatama, Bandung. Skousen, C. J., K. R. Smith, and C. J. Wright. 2009. Detecting and Predecting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99. Corporate Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis, Vol. 13, h. 53-81. Sri Ayu, N G, 2012. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian Fraud Assets Missappropriation (Studi Kasus pada PT. Kereta Api Indonesia). Journal. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Sukirman & Maylia, Pramono S. 2012. Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle ( Studi Kasus Perusahaan Publik di Indonesia). Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume 9/No. 2 Mei 2013:199-225. Universitas Negeri Semarang. Sukrisnadi, Dedy. 2010. Pemakaian Ukuran F-Score dalam Kasus-Kasus Salah Saji Laporan Keuangan di Pasar Modal Indonesia. Journal. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif. Salemba Empat. Jakarta. Wolfe, David T., and Dana R. Hermanson. 2004. The Fraud Diamond: Considering The Four Element of Fraud. CPA Journal. 74.12: 38-42. 2004. The Fraud Diamond: Considering The Four Elements of Fraud. The New York State Society of CPAs. Warsidi dan Bambang Agus Pramuka. 2009, Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa yang Akan Datang”, Artikel di internet, Jurnal Akuntansi Manajemen dan Ekonomi, Vol 2:1, Http://Warssidi –akuntan.tripod.com/skripsi/skripsi.htm, akses 02 Mei 2009. Yusnita, Theodora. 2010. “Corporate Governance, Environmental Performance dan Environmental Disclosure di Indonesia”. Skripsi Akuntansi Universitas Sebelas Maret. Diakses tanggal 20 Februari 2012. Zahra, S.A., dan S. R. Das (2005), Innovation Strategy and Financial Performance in manufacturing companies: An empirical Study. Production and Operations Management 2 (I) (WiSnter) : 15-37.