PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, EARNINGS PER SHARE (EPS), DAN DIVIDEND PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009)
DRAFT SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat sidang skripsi Guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Galih Prasetyo 054010022
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2011
PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, EARNINGS PER SHARE (EPS), DAN DIVIDEND PER SHARE (DPS) TERHADAP HARGA SAHAM (Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009)
DRAFT SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Sidang Skripsi Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan
Bandung, Januari 2011 Mengetahui,
Pembimbing
(Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE., MSIE)
Dekan Fakultas Ekonomi
Ketua Program Studi
Universitas Pasundan
(Dr. H. R. Abdul Maqin, SE.,MP.)
(Dr. Jaja Suteja SE, Msi)
ABSTRAK Penelitian ini berjudul “Pengaruh Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS) dan harga saham, serta untuk mengetahui besarnya pengaruh Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) secara parsial maupun secara simultan terhadap harga saham. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif, Metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, analisis korelasi parsial, dan analisis determinasi. Menguji hipotesis simultan melalui Uji F dan hipotesis parsial melalui uji t. Data Penelitian ini merupakan data tahunan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil dari analisis penelitian berdasarkan regresi linier berganda diperoleh persamaan regresi yaitu Y = 1.731 -208,149 X1 + 5,884 X2 + 2,589X3 Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS) dan Dividend Per Share (DPS) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008 sebesar 75,17% dan sisanya 24,83% dipengaruhi oleh faktor lain. Secara parsial Financial Leverage tidak berpengaruh, Earnings Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham dengan koefisien determinasinya sebesar 54,4%, sedangkan Dividend Per Share (DPS) berpengaruh terhadap harga saham dengan koefisien determinasinya sebesar 20,7%. Kata Kunci : -Financial Leverage - Earnings Per Share (EPS) - Dividend Per Share (DPS) - Harga saham
KATA PENGANTAR ﻢﻳﺣﺮﻟﺍﻦﻣﺣﺮﻠﺍﷲﺍﻢﺴﺑ
Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya, maka penulis dapat menyelesaikan draft skripsi ini dengan judul : “Pengaruh Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Terhadap Harga Saham (Studi pada perusahaan manufaktur terdaftar di BEI tahun 2006-2009)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Pasundan Bandung. Penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tak langsung dalam menyelesaikan usulan penelitian ini, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis pertama-tama ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Hj. Ellen Rusliati, SE., MSIE. selaku dosen pembimbing yang dengan tulus meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Kepada semua pihak yang dengan ikhlas telah membantu penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini, tanpa mengurangi rasa hormat, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. H. Didi Turmudzi, MSi., selaku Rektor Universitas Pasundan Bandung. 2. Dr. R. Abdul Maqin. SE., MP., selaku Dekan Universitas Pasundan Bandung. 3. Dr. Jaja Suteja SE., MSi. selaku Ketua Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan Bandung. 4. H. Hendra Subagdja SE.,MM., selaku dosen wali.
5. Seluruh staff pengajar Jurusan Manajemen yang telah mentransformasikan ilmunya dengan baik kepada penulis. 6. Seluruh Staff Tata Usaha Jurusan Manajemen dan Fakultas Ekonomi yang membantu penulis dalam menjalankan studi akademik. 7. Kedua orang tua yang telah membesarkan, mendidik dan memberi curahan kasih sayang dan doa yang tiada hentinya. 8. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis serta telah membantu penulis dalam menyelesaikan Usulan penelitian ini. 9. Sahabat dan teman-teman seluruh angkatan 2005, terimakasih atas dukungan dan motivasinya. 10. Sahabat-sahabat rumah yang selalu memberi semangat pada penulis. 11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuan dan dukungan semangat kepada penulis. Penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, kekurangan-kekurangan yang terdapat didalamnya adalah semata-mata karena
keterbatasan penulis
dalam kemampuan dan
pengetahuan. Saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat, sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandung, Januari 2011 Penulis
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN MOTTO ABSTRAK......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .....................................................................
1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah......................................
9
1.2.1. Identifikasi Masalah ...................................................
9
1.2.2. Rumusan Masalah ......................................................
10
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................
10
1.4. Kegunaan Penelitian ............................................................
11
KAJIAN
PUSTAKA,
KERANGKA
PEMIKIRAN
DAN
HIPOTESIS 2.1
Kajian Pustaka ....................................................................
12
2.1.1 Financial Leverage ...................................................
12
2.1.2 Earnings Per Share ...................................................
15
2.1.2.1 Penilaian Laba Per Lembar Saham (EPS) .....
18
2.1.3 Dividen ......................................................................
18
2.1.3.1 Kebijakan Dividen ........................................
22
2.1.3.1.1
BAB III
Faktor-faktor
yang
Mepengaruhi
Kebijakan Dividen .............................
22
2.3.1.1.2
Jenis jenis Kebijakan Dividen ...........
24
2.3.1.1.3
Ukuran Dividen Per Saham ...............
26
2.1.4 Harga Saham .............................................................
27
2.2
Kerangka Pemikiran ...........................................................
29
2.3
Hipotesis .............................................................................
36
METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ................................................................
37
3.2. Definisi Variabel Dan Operasionalisasi Variabel ................
37
3.2.1. Definisi Variabel ........................................................
37
3.2.2. Operasionalisasi Variabel...........................................
39
3.3. Populasi Dan Sampel ..........................................................
40
3.3.1. Teknik Sampling .......................................................
40
3.4. Teknik Pengumpulan Data .................................................
42
3.5. Metode Analisis Yang Digunakan ......................................
43
3.5.1 Uji Asumsi Klasik .....................................................
43
3.5.2 Korelasi Berganda .....................................................
44
3.5.4 Analisis Koefisien Korelasi .......................................
45
3.5.5 Analisis Determinasi ..................................................
46
3.6. Rancangan Pengujian Hipotesis .........................................
47
3.6.1 Hipotesis Simultan .....................................................
47
3.6.2 Hipotesis Parsial ........................................................
48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian ....................................................................
50
4.1.1 Kondisi Financial Leverage ......................................
50
4.1.2 Kondisi Earnings Per Share ......................................
53
4.1.3 Kondisi Dividend Per Share ......................................
57
4.1.4 Kondisi Harga Saham ................................................
60
4.1.5 Analisis Data ..............................................................
63
4.1.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ..............................
63
4.1.5.2 Pengujian Analisis Korelasi Ganda ...............
66
4.1.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda .................
67
4.1.5.4 Analisis Determinasi .....................................
69
4.1.6 Pengujian Hipotesis ...................................................
71
4.2 Pembahasan Penelitian ..........................................................
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................
81
5.2 Saran .......................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Halaman 2.1. Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Ini Dengan Penelitian Sebelumnya 34 3.1. Operasionalisasi Variabel .......................................................................
39
3.2. Perusahaan Manufaktur Yang Memenuhi Kriteria.................................
41
3.3. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi .............
46
4.1. Financial Leverage ..................................................................................
50
4.2. Earnings Per Share ..................................................................................
54
4.3. Dividend Per Share ..................................................................................
57
4.4. Harga Saham ............................................................................................
60
4.5. Hasil Pengujian Multikolinieritas ............................................................
64
4.6. Hasil Pengujian Autokorelasi ..................................................................
66
4.7. Korelasi Ganda .........................................................................................
67
4.8. Persamaan Regresi financial leverage, earnings per share, dan dividend per share terhadap harga saham ..............................................................
68
4.9. Hasi Pengujian Autokorelasi ....................................................................
69
4.11. Hasil Pengujian Statistik Uji F ...............................................................
73
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1. Paradigma penelitian ................................................................................. 35 4.1 Perkembangan financial leverage perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ......................................................................................................... 52 4.2 Perkembangan EPS perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ........ 55 4.3 Perkembangan DPS perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ....... 59 4.4. Perkembangan Harga Saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ......................................................................................................... 62 4.5. Diagram Pencar Zresid dan Sresid ....................................................... 65
BAB I PENDAHULUAN
1.1 `
Latar Belakang Penelitian Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling
banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dan dana yang dibutuhkan investor untuk melakukan investasi tidak begitu besar jika dibandingkan dengan obligasi. Tujuan perusahaan melakukan investasi saham adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara memaksimalkan nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan mencerminkan harga saham tersebut. Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Perusahaan dengan prestasi baik, akan mengakibatkan sahamnya banyak diminati investor. Prestasi yang baik yang dapat dilihat dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Saham-saham yang disukai investor yaitu saham-saham dengan fundamental perusahaan yang baik, banyak diperdagangkan, dan harganya naik. Dampak krisis keuangan global yang riil dan sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing, maka IHSG anjlok uang rupiah hasil
penjualannya dibelikan dollar, yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun, harga saham pada berbagai jenis perusahaan
juga mengalami penurunan, harga saham perusahaan
manufaktur pun mengalami penurunan yang signifikan karena hal tersebut, namun sayang bahwa kenyataan yang kasat mata ini tidak mau diakui oleh pemerintah, sehingga pemerintah memilih membatasi Bursa Efek dalam ruang geraknya dengan cara mengekang Bursa Efek demikian rupa, sehingga praktis fungsi Bursa Efek ditiadakan. (Kwik Kian Gie, 2008)
Harga saham perusahaan manufaktur berfluktuasi setiap tahunnya, pada tahun 2006-2007 harga saham perusahaan manufaktur mengalami kenaikan tetapi pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan (Dalam Lampiran 1). Ketidakstabilan harga saham sangat menyulitkan investor dalam melakukan investasi, oleh karena itu investor tidak sembarangan dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya, terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi, diantaranya kondisi perusahaan yang tercermin melalui kinerja perusahaan tersebut termasuk juga kondisi industri sejenis, fluktuasi, kurs, volume transaksi, kondisi bursa, kondisi ekonomi, sosial, politik dan stabilitas nasional suatu negara. Berdasarkan informasi tersebut, salah satu hal paling mendasar sebelum investor meginvestasikan modalnya adalah menilai kinerja perusahaan melalui laporan keuangan. Kinerja keuangan selama ini dianggap sebagai faktor terpenting dalam penentuan harga saham perusahaan, hal ini karena kinerja keuangan perusahaan merupakan faktor yang paling objektif dan cukup jelas untuk menggambarkan harga saham yang sesuai di suatu perusahaan. Harga saham perusahaan akan tergantung juga pada arus kas yang dibayarkan pada pemegang saham, kapan arus kas terjadi
dan tingkat risikonya. Tingkat dan seberapa besar risiko arus kas akan dipengaruhi oleh lingkungan keuangan dan juga oleh keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen yang dibuat oleh manajer keuangan. Nilai suatu perusahaan merupakan suatu prestasi dilihat dari kinerja keuangannya.
Financial
leverage
menggambarkan
bagaimana
perusahaan
membiayai aktivitasnya (Weston dan Brigham, 2001). Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan akan menghasilkan keuntungan dan dapat berdampak pada kerugian yang tidak lain adalah merupakan risiko dari penggunaan hutang. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar, di lain pihak hutang merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kemampuan menghasilkan laba, selain itu beban bunga yang harus dibayar tersebut merupakan beban yang dapat digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan. EPS merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham. EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat demikian pula sebaiknya. EPS meningkat menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan mendorong harga saham naik, dan hal ini sejalan dengan pendapat Samuels (1991) bahwa ketika laba
meningkat maka harga saham cenderung naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham juga ikut menurun (Mulyono, 2000). Seorang investor yang akan menginvestasikan dananya pada suatu perusahaan tertentu hendaknya melakukan analisis kinerja dari perusahaan yang bersangkutan. Kinerja keuangan perusahaan perlu untuk dianalisis terlebih dahulu agar investor tidak salah dalam memilih saham dan terjebak dengan saham yang kondisi keuangannya buruk. Informasi yang merupakan sinyal penting untuk menilai prospek perusahaan yaitu laba dan dividen. Perusahaan dengan dividen yang lebih besar dan lebih stabil dari perusahaan sejenis tentunya akan lebih diminati oleh para investor, sehingga permintaan saham perusahaan akan meningkat, dengan sendirinya akan menaikan harga saham. Dividen per saham yang tinggi diyakini akan dapat meningkatkan harga saham perusahaan. Data financial leverage 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006-2009 : Tabel 1.1 Data Financial Leverage (FL) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006 – 2009 Tahun
Financial Leverage 20 Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen
2006-2007
Pada tahun 2006-2007 terdapat 13 perusahaan yang mengalami peningkatan financial leverage, sedangkan 7 perusahaan lainnya mengalami
penurunan financial leverage 2007-2008
Pada tahun 2007-2008 terdapat 6 perusahaan yang mengalami peningkatan financial leverage, sedangkan terdapat 14 perusahaan lainnya mengalami penurunan financial leverage
2008-2009
Pada tahun 2008-2009 terdapat 5 perusahaan yang mengalami peningkatan financial leverage, sedangkan terdapat 15 perusahaan lainnya mengalami penurunan
Data dividend per share (DPS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1.2 Data Dividend Per Share (DPS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006 – 2009 Tahun
Dividend Per Share 20 Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen
2006-2007
Pada tahun 2006-2007 terdapat 14 perusahaan yang mengalami peningkatan dividend per share, sedangkan 2 perusahaan lainnya
mengalami
penurunan dividend per share, dan terdapat 4 perusahaan yang membagikan dividen secara konstan.
2007-2008
Pada tahun 2007-2008 terdapat 1 perusahaan yang mengalami peningkatan dividend per share, sedangkan 1 perusahaan lainnya mengalami penurunan dividen per share, dan terdapat 18 perusahaan yang membagikan dividen secara konstan.
2008-2009
Pada tahun 2008-2009 terdapat 1 perusahaan yang mengalami peningkatan dividend per share, sedangkan 1 perusahaan lainnya mengalami penurunan dividen per share, dan terdapat 18 perusahaan yang membagikan dividen secara konstan.
Data earnings per share (DPS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Data Earnings Per Share (EPS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006 – 2009 Tahun
Earning Per Share 20 Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen
2006-2007
Pada tahun 2006-2007 terdapat 18 perusahaan yang mengalami peningkatan earnings per share, sedangkan 2 perusahaan lainnya mengalami
penurunan earnings per share. 2007-2008
Pada tahun 2007-2008 terdapat 17 perusahaan yang mengalami peningkatan earnings per share, sedangkan 3 perusahaan lainnya mengalami penurunanearnings per share.
2008-2009
Pada tahun 2008-2009 terdapat 14
perusahaan
yang mengalami peningkatan earnings per share, sedangkan 6 perusahaan lainnya mengalami penurunan dividen per share.
Data harga saham (HS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1.4 Data Harga Saham (HS) 20 perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen pada tahun 2006 – 2009 Tahun
Harga Saham 20 Perusahaan Manufaktur yang Membagikan Dividen
2006-2007
Pada tahun 2006-2007 terdapat 16 perusahaan yang mengalami peningkatan harga saham, sedangkan 2 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham, dan terdapat 2 perusahaan yang tidak mengalami perubahan harga saham.
2007-2008
Pada tahun 2007-2008 terdapat 6 perusahaan yang
mengalami peningkatan harga saham, sedangkan 13 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham, sedangkan
1
perusahaan
yang
tidak
mengalami
perubahan harga saham. 2008-2009
Pada tahun 2008-2009 terdapat 16
perusahaan yang
mengalami peningkatan harga saham, sedangkan 4 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham.
Berdasarkan uraian tersebut terjadi suatu fenomena dimana : 1. Financial Leverage mengalami penurunan, hal ini menyebabkan harga saham terjadi peningkatan (lampiran 3 dan 2). 2. DPS mengalami peningkatan tetap, hal ini menyebabkan harga saham mengalami peningkatan (lampiran 4 dan 2). 3. EPS mengalami peningkatan, hal ini menyebabkan harga saham mengalami peningkatan (lampiran 5 dan 2). Perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur adalah perusahaan yang membuat atau menghasilkan barang dengan melakukan suatu proses mengubah bahan mentah menjadi barang siap untuk digunakan, dan dipakai atau dikonsumsi oleh manusia. Barang yang dihasilkan tersebut bermacam-macam jenisnya ada berupa makanan, minuman, dan rokok. Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang diambil dalam penyusunan skripsi ini adalah “PENGARUH FINANCIAL LEVERAGE, EARNINGS PER SHARE, DAN DIVIDEND PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI MANUFAKTUR DI BEI PERIODE TAHUN 2006-2008.”
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas Financial Leverage menjadi salah satu peranan penting dalam operasional perusahaan, bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Hutang (yang menimbulkan financial leverage) digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi, berinvestasi, dan dapat mengembangkan usahanya. Laba Per Lembar Saham (EPS) atau pendapatan per lembar saham menunjukkantingkat keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa. Semakin besar EPS menunjukkan semakin baik kondisi operasi perusahaan. Sehingga para pemegang saham biasa akan semakin tertarik dengan semakin tinggi EPS. EPS dapat diukur dengan rumus laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham. Pembayaran Dividen dapat memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham, oleh karena itu perusahaan harus memiliki financial leverage dan tingkat earnings per share yang menguntungkan, serta memiliki tingkat pembayaran dividend per share yang konstan guna mewujudkan harga saham yang baik bagi perusahaan.
1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah penelitian ini
adalah: 1. Bagaimana Finacial Leverage pada perusahaan manufaktur di BEI 2009
2006-
2. Bagaimana Earnings Per Share (EPS) pada perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009 3. Bagaimana Dividend Per Share (DPS) pada perusahaan manufaktur 20062009 4. Bagaimana Harga Saham pada perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009 5. Seberapa besar pengaruh Finacial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur di BEI baik secara parsial ataupun simultan 2006-2009.
1.4
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui : 1. Seberapa besar Finacial Leverage pada perusahaan manufaktur di BEI 20062009 2. Seberapa besar Earnings Per Share pada perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009 3. Seberapa besar Dividend Per Share pada perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009 4. Seberapa besar Harga Saham pada perusahaan manufaktur di BEI 2006-2009 5. Seberapa besar pengaruh Finacial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham pada perusahaan manufaktur di BEI baik secara parsial ataupun simultan 2006-2009.
1.4
Kegunaan Penelitian Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi: 1. Kegunaan Teoritis (Keilmuan) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, serta memperluas pandangan tentang manajemen keuangan, teori financial leverage, earnings per share (EPS), dividend per share (DPS), dan harga saham. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai financial leverage, earnings per share (EPS), dividend per share (DPS), dan harga saham. b. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para investor dalam memutuskan untuk berinvestasi. c. Pihak-pihak lain Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi atau perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
2.1.1
Financial Leverage Weston dan Brigham (2001:79) menyatakan the higher use of fixed-income
securities (in this case debt) will have higher financial leverage, on the contrary the lower the use of fixed-income securities, the financial leverage will also be lower. Artinya, semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap (dalam hal ini adalah hutang) maka financial leverage juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap maka financial leverage juga akan semakin rendah. Hutang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi, berinvestasi, dan dapat mengembangkan usahanya. J.Fred Weston dan Thomas (2002:19) menyatakan financial leverage is the way how companies finance their activities. Artinya financial leverage adalah cara bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Konsep financial leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang (debt=D) terhadap total aktiva (total asset=TA). Total Aktiva (TA adalah total nilai buku dari aktiva menurut catatan akuntansi. Financial Leverage tampak dengan rumus :
Financial Leverage berpengaruh terhadap harga saham. Gibson (2009:425) menyatakan financial leverage is the process of funding to develop business with a
particular interest costs, financial leverage can be said to succeed if the firm earns more revenue from interest charges for the use of loan funds, said to be successful if companies get less revenue from interest charges for the use of loan funds. Artinya, financial leverage adalah proses pendanaan untuk mengembangkan usaha dengan biaya bunga tertentu, financial leverage dapat dikatakan sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan lebih dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut, dikatakan tidak sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan kurang dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut. J.Fred Weston dan Thomas (2002) dalam penelitian Madichah (2005:48) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi financial leverage, yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat pertumbuhan penjualan Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai sejauh mana laba per saham dari suatu perusahaan yang dapat ditingkatkan oleh leverage. Jika penjualan dan laba meningkat, pembiayaan dengan hutang dengan beban tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham. 2. Stabilitas Arus Kas Bila stabilitas penjualan dan laba lebih besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada perusahaan akan mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang menjual dan labanya menurun. 3. Karakteristik Industri Kemampuan untuk membayar hutang tergantung pada profitabilitas dan juga volume penjualan. Dengan demikian stabilitas laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. 4. Struktur aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembiayaan melalui beberapa cara. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang, terutama jika permintaan akan produk cukup meyakinkan, akan banyak menggunakan hutang hipotek jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang tidak begitu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. 5. Sikap Manajemen Sikap manajemen yang paling berpengaruh dalam memilih cara pembiayaan adalah sikapnya terhadap pengendalian dan resiko. Perusahaan besar yang sahamnya dimiliki oleh banyak orang akan memilih penambahan penjualan saham biasa karena penjualan ini tidak akan banyak mempengaruhi pengendalian perusahaan. Sebaliknya, pemilik perusahaan kecil mungkin lebih sering menghindari penerbitan saham biasa dalam usahanya untuk tetap mengendalikan perusahaan sepenuhnya karena mereka biasanya sangat yakin terhadap prospek perusahaan mereka dan karena mereka dapat melihat laba besar yang akan mereka peroleh.
6. Sikap pemberi pinjaman Manajemen ingin menggunakan leverage melampaui batas normal untuk bidang industrinya, pemberi pinjaman mungkin tidak tersedia untuk memberi tambahan pinjaman. Pemberi pinjaman berpendapat bahwa hutang yang terlalu besar akan mengurangi posisi kredit dari peminjaman dan penilaian kredibilitas yang dibuat sebelumnya.
Suad Husnan (2000:225) menerjemahkan financial leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan sumber dana yang menimbulkan beban tetap. Perusahaan menggunakan hutang, maka perusahaan harus membayar bunga. Analisis financial leverage memusatkan perhatian pada perubahan laba setelah pajak sebagai akibat perubahan laba operasi.
2.1.2
EPS (Laba Per Lembar Saham) Pemain saham atau investor perlu memiliki sejumlah informasi yang
berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang dimaksud dikeluarkan oleh emiten dalam bentuk prospektus yang berisikan informasi akuntansi maupun non-akuntansi. Berdasarkan teori-teori dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, variabel keuangan dalam prospektus tersebut juga digunakan oleh investor dalam pembuatan keputusan investasi, para investor dalam berinvestasi biasanya memperhitungkan mengenai seberapa besar keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu perusahaan dalam kaitannya dengan investasi yang ditanamkan, oleh karena itu para investor perlu memperhatikan Laba Per Lembar Saham (EPS) dalam suatu perusahaan, karena Laba Per Lembar Saham (EPS) merupakan salah satu variabel keuangan dalam prospektus yang menggambarkan kinerja perusahaan.
Investor
akan lebih menekankan pada kemampuan menghasilkan laba dan efisiensi operasinya, demikian juga halnya dengan para calon pemegang saham yang
menekan modalnya dalam bentuk saham biasanya akan lebih tertarik dengan profitabilitas (Retno Miliasih:2000). Pengertian laba per lembar saham (EPS) menurut Larson, et.all. (2001:579) menyatakan Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock. Artinya laba per lembar saham bisa disebut juga pendapatan bersih per lembar saham yaitu jumlah pendapatan yang didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa yang disetorkan perusahaan. Besley dan Brigham (2000:83) mengemukakan Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the income statement. Artinya laba per lembar saham disebut garis bawah, yang menyimpulkan semua bagian-bagian dari laporan keuangan. Berdasarkan kedua definisi di atas laba per lembar saham (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba per lembar saham (Triyono dan Jogiyanto (2004:24). Dengan kata lain bila perusahaan ingin meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya, maka harus memusatkan perhatiannya pada Laba Per Lembar Saham (EPS), sehingga jika EPS suatu perusahaan tidak memenuhi harapan para pemegang sahamnya, maka keadaan ini akan berdampak pada harga saham yang rendah. Penjelasan di atas dapat diketahui bahwa hubungan antara laba per lembar saham dengan harga saham sangat erat.
Banyak teori dan studi empiris yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh faktor-faktor fundamental, utamanya pengaruh EPS terhadap harga saham. Cates (2004:94) menyebutkan bahwa laporan keuangan seperti laba permintaan harus dipakai sebagai sumber informasi utama bila hendak melakukan analisis yang akurat terhadap harga saham. Sawidji Widioatmojo (2004:97) mengemukakan, laba per lembar saham atau EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
Penjelasan di atas menunjukkan cara perhitungan earnings per share (EPS).
2.1.2.1 Penilaian Laba Per Lembar Saham (EPS) Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan, karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba. Niswonger dkk (2000:14) menyatakan absolute amount of net income is difficult to be used to evaluate the profitability of the company if the total shareholder capital changed much. Artinya, jumlah absolut laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar saham (EPS).
2..1.3 Dividen Investasi dalam bentuk saham akan memberikan dua jenis keuntungan kepada investornya, yaitu keuntungan berupa dividen dan capital gain. Pengertian dividen menurut Watson dan Head (2004:178) menyatakan
a dividend is a cash payment made on a
quarterly or semi annual basis by company to its shareholders, it is a distribution of after tax profit. Artinya, dividen adalah pembayaran tunai yang dilakukan setiap tiga bulan atau setengah tahun sekali kepada para pemegang saham yang merupakan distribusi dari keuntungan sesudah pajak. Dividen per saham merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, seperti yang dikemukakan oleh Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:391), jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen akan menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin bisa berdampak buruk terhadap harga saham. Penurunan dividen akan menurunkan nilai pasar saham dan kondisi yang sebaliknya kenaikan dividen akan meningkatkan nilai pasar saham. Berdasarkan definisi dividen di atas, dividen dapat diartikan sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas keuntungan yang diperoleh, dan besarnya tergantung kebijakan
masing-masing perusahaan, sehingga
memerlukan
pertimbangan yang lebih serius dari manajemen perusahaan. Keputusan akan besarnya dividen diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividen per saham dapat dijadikan perusahaan sebagai indikator di dalam menilai kinerja perusahaan, dividen yang baik terdapat pada kinerja perusahaan yang baik pula, poisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang nantinya dapat terihat melalui harga saham yang tinggi. Horne dan Wachowichz (2005:317) menerjemahkan the objective of a company must be create value its shareholders. Value is represented by the market price of
a company’s and common stock, which in turn is a function of the firm”s investment financing and dividend decision. Artinya, sasaran perusahaan harus meningkatkan nilai kekayaan para pemegang sahamnya. Nilai tersebut dapat terlihat melalui harga pasar saham perusahaan, yang merupakan fungsi pembelanjaan investasi dan keputusan dividen perusahaan. Dari penilitian sebelumnya bahwa dividen per saham signifikan memengaruhi harga saham. Jenis-jenis dividen diperoleh dari berbagai referensi antara lain Van Horne dan Wachowich (2001:72), Brigham dan Gapenski (2000:35), Bambang Riyanto (2000:95) adalah : 1. Cash Dividend
Adalah dividen yang dibayarkan secara tunai. Pada umumnya cash dividen ini lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai oleh perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain. 2. Stock Dividend Adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dan bukan dalam bentuk kas. Pembayarannya didasarkan kepada adanya laba atau keuntungan yang tersedia. Adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham beredar akan meningkat, namun pembayaran dividen ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan sebab dibayarkan oleh perusahaan dan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan. Dengan kata lain pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah jumlah modal perusahaan, tetapi akan mengubah struktur modal perusahaan yang bersangkutan.
3. Property Dividend
Adalah dividen yang dibayar dalam bentuk barang (aktiva selain kas) yang dibagikan tersebut haruslah merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian yang homogen serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. jadi dalam hal ini mungkin saja terjadi pembayaran dividen dalam bentuk barang-barang yang dihasilkan atau
diperdagangkan
oleh
perusahaan
yang
bersangkutan.
Dalam
pembayaran dividen ini para pemegang saham tidak dapat dipaksakan untuk menerimanya senagai dividen oleh karena itu perusahaan dapat menjualnya terlebih dahulu. 4. Script Dividend Yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar dalam jumlah tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam script tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada scrip. Alasan dibayarkan dividen ini adalah perseroan telah berhasil memperoleh laba, tapi tidak punya cukup uang untuk membayar dividen tunai sedangkan rapat pemegang saham menginginkan dividen dibayarkan pada periode tersebut. 5. Liquidating dividend Adalah dividen yang dibagikan berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Terdapat beberapa jenis dividen yang dapat dibayarkan kepada pemegang saham, hal tersebut tergantung kepada kondisi dan kemampuan perusahaan yang bersangkutan.
2.1.3.1 Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi atau untuk membagikannya kepada pemegang saham. Dividen merupakan faktor yang menarik bagi invesrtor, pemegang saham dan perusahaannya, karena hal itu menunjukkan besarnya pendapatan yang diterima oleh pemegang saham. Bambang Riyanto (2001:265) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai berikut : “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan penbagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagao deviden atau untuk digunakan do dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus di tahan di dalam perusahaan”.
Pengertian kebijakan dividen menurut Weston dan Brigham (2001:667) menyatakan bahwa dividend policy involves the decision to pay earning or to retain and reinvestment them in the firm. Artinya, kebijakan dividen adalah keputusan untuk membayarkan laba sebagai dividen atau ditahan dan diinvestasikan kembali dalm perusahaan. 2.1.3.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Sutrisno (2003:304) menerjemahkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen dapat disebutkan antara lain sebagai berikut :
1. Posisi solvabilitas perusahaan Apabila
perusahaan
dalam
kondisi
insolvensi
atau
solvabilitasnya
kurang
menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. 2. Posisi likuiditas perusahaan Cash dividend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena itu bila perusahaan membayarkan dividen berarti harus bias menyediakan uang kas yang cukup banyak dan hal ini akan menurunkan tingkat likuiditas perusahaan. 3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. 4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bias dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin dana perluasan yang dilakukan. 5. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. 6. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar disbanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil.
7. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tersebut harus dipahami secara benar oleh investor agar dividen yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. 2.1.3.1.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:390) mengemukakan tiga jenis kebijakan dividen, yaitu : 1. Kebijakan dividen rasio pembayaran konstan. Kebijakan dividen yang didasarkan dengan persentase tertentu dari pendapatan. Masalah dengan kebijakan ini adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham. 2. Kebijakan dividen teratur. Kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan rupiah yang tetap dalam setiap periode. Seringkali kebijakan dividen teratur digunakan dengan memakai target rasio pembayaran dividen. Target rasio pembayaran dividen adalah kebijakan dimana perusahaan mencoba membayar dividen dalam persentase tertentu seperti dividen yang dinyatakan dalam rupiah serta disesuaikan terhadap target pembayaran yang membuktikan terjadinya peningkatan hasil.
3. Kebijakan dividen rendah teratur dan ditambah ekstra. Kebijakan dividen rendah teratur dan di tambah ekstra adalah kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen rendah yang teratur, ditambah dengan dividen ekstra jika ada jaminan pendapatan. Pendapatan lebih tinggi dari biasanya pada periode tertentu, perusahaan boleh membayar tambahan dividen, yang disebut dividen ekstra. Kebijakan dividen rendah teratur yang dibayar setiap periode, dapat memberi investor pendapatan stabil yang dibutuhkan untuk membangun kepercayaan pada perusahaan dan dividen ekstra diberikan sebagai pembagian hasil pada periode yang baik. Dividen ekstra tidak boleh diberikan teratur karena menjadi tidak berarti. Penggunaan target rasio pembayaran dividen dalam bentuk tingkat dividen yang teratur lebih dianjurkan. 2.1.3.2.1 Ukuran Dividen Per Saham Dividen merupakan tingkat keuntungan perusahaan untuk dibayarkan kepada pemegang saham. Menurut Tjiptono dan Hendy (2001:130), DPS dapat dicari dengan menggunakan rumus : DPS = DPR X EPS Dimana : DPS
= Dividend Per Share
DPR
= Dividend Payout Ratio
EPS
= Earning Per Saham Berdasarkan rumus di atas maka dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara
Dividend Per Share (DPS), Dividend Payout Ratio (DPR), Earning Per Share (EPS).
2.1.4 Harga Saham Dianata Eka Putra (2005:191) menyatakan saham adalah bukti kepemilikan atau tanda penyetoran seseorang atau badan atas suatu badan usaha tertentu. H.M Jogiyanto (2000:8) mengemukakan pengertian harga saham adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham akan terbentuk dari adanya transaksi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga saham merupakan hasil dari interaksi performance perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Harga saham dapat dibedakan menjadi harga saham perdana dan harga saham di pasar sekunder. Perbedaan dari kedua harga saham tersebut adalah harga saham perdana memiliki harga saham yang tetap dan telah ditetapkan sebelumnya dan ditawarkan pertama kali kepada masyarakat. Harga saham pada pasar sekunder tidak memiliki harga statis melainkan dapat berfluktuasi mengikuti situasi pasar yang berlaku. Perusahaan penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan tinggi, dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pembagian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Sunariyah (2003:46) mengatakan nilai saham terbagi atas :
1.
Nilai Par atau Nilai Nominal (Par Value Face atau Value). Nilai yang tercantum dalam sertifikat saham itu yang digunakan untuk menunjukkan nilai nominal, yaitu nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham.
2.
Nilai Buku (Book Value) Menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan per lembar saham atau menunjukan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholders equity) diperusahaan, demikian nilai buku perusahaan diperoleh dengan mengurangi total asset perusahaan terhadap hutang dan saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah yang beredar.
3.
Nilai Intrinsik atau Nilai Riil (fair value atau reasonable value) Harga yang ditetapkan untuk sebuah saham biasa, jika faktor-faktor utama seperti utang dan modal daripada nilai perusahaan dipertimbangkan atau nilai intrinsik adalah harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir “t” dari saham hari ini sebagaimana dilihat investor tertentu pada waktu melakukan analisis. Suad Husnan mengemukakan (2001:2008) bahwa penilaian harga saham merupakan
suatu mekanisme bentuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (yang diamati) menjadi perkiraaan tentang harga saham. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharpkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1.
Apabila NI > harga pasar saat ini, harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karena itu seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2.
Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) dan karena itu seharusnya dijual.
3.
Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Model penilaian merupakan suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel
ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel-variabel ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, dan variabilitas harga. Rumus menghitung harga saham menurut Dahlan Siamat (2004:279), adalah sebagai berikut :
Dua penilaian harga saham di atas masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pendekatan mana yang akan digunakan dalam penelitian.
2.2
Kerangka Pemikiran Sumber dana dari luar pada umumnya dalam bentuk hutang, apabila jumlah hutang
terlalu besar maka hal ini akan menjadi beban bagi perusahaan yang bersangkutan, sehingga perlu dicari struktur modal yang terbaik. Struktur modal dikatakan baik apabila struktur modal tersebut dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham perusahaan yang bersangkutan. Struktur modal perusahaan merupakan bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (2001:78) menyatakan measures that can indicate the extent to which fixed-income securities used in corporate capital structure is called financial leverage (financial leverage). Artinya
ukuran yang dapat menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas
berpenghasilan tetap digunakan dalam struktur modal perusahaan dinamakan financial
leverage (leverage keuangan). Semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap (dalam hal ini adalah hutang) maka financial leverage juga semakin tinggi, begitu juga sebaliknya semakin rendah penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap maka financial leverage juga akan semakin rendah. Seperti disebutkan diatas bahwa hutang (yang menimbulkan financial leverage) digunakan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi, berinvestasi, dan dapat mengembangkan usahanya. Analisis dan memilih saham dapat dilakukan melalui dua pendekatan dasar, yaitu analisi fundamental dan analisis teknikal (Jogoyanto, 2003). Analisis fundamental sebagai salah satu pendekatan yang mempelajari antara harga saham dengan kondisi perusahaan, analisis fundamental didalamnya menganalisis faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perusahaan untuk memprediksi perkembangan perusahaan di amsa yang akan datang. Kondisi keuangan suatu perusahaan merupakan faktor yang penting untuk berinvestasi dalam saham, jika penjualan dan investasi (Bambang Riyanto, 2001:331). Perusahaan yang mampu menghasilkan laba lebih besar dari perusahaan sejenis akan diminati oleh investor.
Financial Leverage berpengaruh terhadap harga saham, financial leverage adalah proses pendanaan untuk mengembangkan usaha dengan biaya bunga tertentu, financial leverage dapat dikatakan sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan lebih dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut, dikatakan tidak sukses jika perusahaan memperoleh pendapatan kurang dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut. Hutang menyebabkan beban yang bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar, dilain pihak hutang merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kemampuan menghasilkan laba, selain itu
beban bunga yang harus dibayar tersebut merupakan beban yang dapat digunakan sebagai elemen pengurang pajak penghasilan. Laba per lembar saham (EPS) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham perusahaan. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba per lembar saham. Selain meihat dari struktur modal investor juga perlu melihat laba per lembar saham (EPS), yang merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham. EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat demikian pula sebaiknya. Investor juga perlu melihat kineja keuangan suatu perusahaan, yang tidak salah dalam memilih saham atau tidak terjebak dengan saham yang kondisi emitennya buruk, dengan demikian keuntungan yang diharapkan dapat tercapai dan risiko kerugian dapat diperkecil, dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan diasumsikan bahwa investor merupakan makhluk rasional sehingga dalam melakukan investasi, investor selalu mempelajari hubungan harga saham yang ditawarkan dengan kondisi kinerja keuangan emiten, melalui laporan keuangan dapat melakukan suatu analisis yang disebut analisis kebijakan dividen, didalam kebijakan dividen, rasio-rasio yang ada meliputi rasio laba ditahan dan dividen pay out ratio, dimana laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau equity investor.
Dividen per saham (DPS) merupakan salah satu faktor yang menarik bagi investor, karena menunjukkan besarnya pendapatan diterima oleh pemegang saham. Dividen per saham yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain sejenis akan lebih diminati oleh investor, karena akan memperoleh kepastian dari modal yang ditanamkan, yakni hasil berupa dividen. Dividen per saham merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen akan menjadi rendah atau tidak ada, karena dividen merupakan indikator kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin bisa berdampak buruk terhadap harga saham. Penurunan dividen akan menurunkan nilai pasar saham dan kondisi yang sebaliknya kenaikan dividen akan meningkatkan nilai pasar saham. Dividen per saham dapat dijadikan perusahaan sebagai indikator di dalam menilai kinerja perusahaan, dividen yang baik terdapat pada kinerja perusahaan yang baik pula, posisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang nantinya dapat terihat melalui harga saham yang tinggi. Sasaran perusahaan harus meningkatkan nilai kekayaan para pemegang sahamnya. Nilai tersebut dapat terlihat melalui harga pasar saham perusahaan, yang merupakan fungsi pembelanjaan investasi dan keputusan dividen perusahaan. Informasi laba perlembar saham ini sangat berguna bagi pihak manajemen ataupun pihak lain, seperti investor dan calon investor. Informasi laba perlembar saham dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk menentukan besarnya pembagian deviden. Sedangkan bagi pihak investor dan calon invenstor informasi laba perlembar saham di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan meramalkan prestasi perusahaan di masa depan. Faktor yang dapat mempengaruhi harga saham menurut madichah (2005:82) adalah financial leverage, earnins per share, (EPS), dividen per share (DPS). Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan mencapai prestasi yang
baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi yang baik yang dicapai perusahan dapat dilihat di dalam laporan keuangan yang di publikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham. Penulis menarik kesimpulan, bahwa harga saham di pengaruhi oleh struktur modal, Laba Per Lembar saham (EPS), dan dividen per saham. Tabel 2.1 menjelaskan perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan sebelumnya Tabel 2.1 Perbedaan Dan Persamaan Penelitian ini dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian Sekarang
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Sebelumnya Galih Prasetyo 1. Yunita (2007) Judul: Pengaruh Financial Leverage, Earnings Per Share (EPS), dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham
2. Elvira Zeyn (2007)
3. Edi Subiyantoro dan Fransisca Andreani (2006)
Sama-sama meneliti Pada penelitian ini pengaruh dividen Per ditambah dua saham terhadap variabel lagi yaitu harga saham financial leverage dan Earnings Per Share (EPS).
Salah satu variabel pada penelitian ini dan sebelumnya menggunakan Dividen Per Saham
Pada Penelitian ini variabel yang lainnnya menggunakan financial leverage dan Harga Saham, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan variabel dividend Payout Ratio
Penelitian ini tidak Sama-sama meneliti menggunakan faktor-faktor yg variabel return on mempengaruhi harga equity, book value
saham diantaranya terdapat Earnings Per Share, dan Dividen Per Saham
4. Madichah (2005)
equity per share, return saham, return bebas resiko, resiko pasar, dan return pasar.
Meneliti faktor- Penelitian dilakukan faktor yg pada harga saham mempengaruhi harga blue chip. saham diantaranya terdapat financial leverage, Earnings Per Share, dan Dividen Per Saham
Paradigma penelitian yang menjelaskan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap harga saham, dapat digambarkan sebagai berikut :
Madichah (2005:82)
Financial Leverage
Laba Per Lembar Saham Dividen Per Saham
Gibson (2006:425)
Mulyono (2000:155)
Ridwan S & Inge (2003:391)
Gambar 2. Paradigma Penelitian
Harga Saham
2.3
Hipotesis Berdasarkan beberapa kajian teoritis yang telah dikemukakan, berikut ini diajukan
hipotesis sebagai berikut : Hipotesisi Minor : 1. Terdapat pengaruh financial leverage terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. 2. Terdapat pengaruh earnings per share (EPS) terhadap harga saham pada perusahaan manuktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. 3. Terdapat pengaruh dividend per share (DPS) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009. Hipotesis Mayor : Terdapat pengaruh financial leverage, earnings per share (EPS), dan dividend per share (DPS) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Penulis menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif. Metode deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain, dengan demikian melalui penelitian deskriptif dapat diperoleh besarnya financial leverage, earnings per share (EPS), dividend per share (DPS), dan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2008. Metode verifikatif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, atau metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis, dengan menggunakan penelitian verifikatif dapat mengetahui pengaruh atau bentuk hubungan kausal financial leverage, earning per share (EPS), dividen per saham, terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2006-2009.
3.2
Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel
3.2.1
Definisi Variabel Penelitian ini digunakan dua variabel, yaitu variabel independen (bebas)
yang terdiri dari, financial leverage, earnings per share (EPS), dividen per saham (DPS), sedangkan variabel dependen (terikat) hanya satu, yaitu Harga Saham.
1. Variabel Independen (Bebas) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel Independen dalam penelitian ini adalah a. Financial Leverage Proses pendanaan untuk mengembangkan usaha dengan biaya bunga tertentu b. Earning Per ShareEarning per share Merupakan ukuran yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba per saham. c. Dividen Per Saham Besarnya Dividen Per Saham merupakan bagian kewajiban bersih setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang beredar. d. Variabel Dependen (Terikat) Variabel dependen sering disebut variabel terikat, merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini variabel dependennya adalah harga saham (Y). Indikator harga saham yang digunakan oleh penulis adalah harga saham penutupan (closing price) 31 december 2009.
3.2.2
Operasionalisasi Variabel Tabel 3.1 akan menjelaskan tentang operasional variabel. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Ukuran
Skala
%
Rasio
Rp
Rasio
Rp
Rasio
Financial Total hutang dibagi Leverage total asset (x1)
(J.Fred Weston dan Thomas, 2002:19)
FL: (J.Fred Weston dan Thomas, 2002:19)
Earnings Per Share (x2)
Laba bersih sesudah pajak dibagi jumlah saham yang beredar (Sawidji Widiatmojo, 2004:97)
(Sawidji Widioatmojo, 2004:97)
DPS (x3)
Besarnya dividen payout ratio dikalikan earning per share dari setiap periode laporan keuangan. (Tjiptono dan Hendy, 2001:130)
DPS = DPR X EPS (Tjiptono dan Hendy, 2001:130)
Harga Saham (Y)
3.3
Harga saham adalah nilai pasar yang merupakan harga dari saham di pasar bursa pada saat tertentu. (Jogiyanto, 2008: 8)
Ditunjukkan pada harga saham penutupan (closing price), (ICMD dan Indonesia stock exchange).
Rp
Rasio
Populasi dan Sampel Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang termasuk
di Bursa Efek Indonesia (BEI) berturut-turut tahun
2006-2009, horizon waktu penelitian yaitu selama tiga tahun, dan metode pengambilan sampel yang digunakan nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdapat 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006 sampai 2009 (dalam lampiran). Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen sebanyak 20 perusahaan. Daftar perusahaan manufaktur dari tahun 2006-2009 tidak mengalami perubahan, hanya saja pada tahun 2008 terdapat 2 perusahaan manufaktur yang mengganti nama yaitu perusahaan GT Kabel Indonesia Tbk (Formely Kabelmetal Indonesia) menganti namanya menjadi KMI Wire an Cable, dan perusahaan TD Resources Tbk (Formely Okansa Persada) mengganti namanya menjadi AncoramIndonesia.
3.3.2
Teknik Sampling Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Beberapa perusahaan yang termasuk perusahaan manufaktur di BEI, penulis akan meneliti perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian.
Kriteria yang digunakan penulis dalam penelitian ini antara lain : 1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang menyediakan laporan keuangan dari tahun 2006-2009. 2. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data serta konsisten dalam mengeluarkan dividen secara periodik yang terdaftar di Indonesia Stock Exchange 2006-2009. Berikut ini daftar perusahaan manufaktur yang termasuk kriteria dan akan menjadi sampel dalam penelitian ini : Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur Yang Memenuhi Kriteria
No. Nama Perusahaan (PT. Tbk.) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Fast Food Indonesia Mayora Indah
Multi Bintang indonesia Gudang Garam Sepatu Bata Colorpak Indonesia Lautan Luas Trias Sentosa Lionmesh Prima Lion metal Works Sumi Indo Kabel Suspreme Cable Manufacturing & Commerce Astra Graphia Metrodata Electronics Goodyear Indonesia
16. 17. 18. 19. 20.
Indo Kordsa Tunas Ridean United Tractor Merck Unilever Indonesia
Sumber : Indonesia Capital Market Directory (2006-2009)
Perusahaan di atas merupakan perusahaan manufaktur yang mengeluarkan dividen 2006-2009 3.4
Teknik Pengumpulan Data Penulis dalam penelitian ini akan mengumpulkan data dengan menggunakan dua
teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penulis akan secara langsung mengunjungi objek penelitian dan mengambil data dari Bursa Efek Indonesia, Pojok Bursa, maupun melalui situs resminya yaitu www.idx.co.id. Dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan, yang berupa data keuangan dan data lainnya yang diperkirakan akan dibutuhkan dalam penelitian ini. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang dapat mendukung penganalisaan data primer yang akan diperoleh selama penelitian lapangan, yang dilakukan dengan cara membaca literatur-literatur yang umumnya berhubungan dengan objek penelitian seperti buku-buku teks, catatan kuliah, hasil penelitian sejenis dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan tema ini.
3.5
Metode Analisis Yang Digunakan
3.5.1
Uji Asumsi Klasik
Menurut
Damodar Gujarati yang diterjemahkan oleh Sumarno Zain
(2006:157-201) ada tiga penyimpangan asumsi klasik yang cepat terjadi dalam penggunaan
model
regresi
linier
berganda,
yaitu
multikoliniearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi tidak bersifat BLUE (Best Linier Unblased Estimation), karenanya perlu dideteksi terlebih dahulu kemungkinan terjadinya penyimpangan tersebut dengan menggunakan : 1) Uji Multikolinieritas Menurut
Pengujian
terhadap
Multikolinieritas
dilakukan
untuk
mengetahui apakah antara variabel bebas itu saling berkorelasi. Ada hubungan linear di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi, jika hal ini terjadi maka sangat sulit untuk menentukan variabel bebas mana
yang mempengaruhi variabel
terikat.
Copper
(2000:331)
menrjemahkan angka korelasi untuk Multikolinieritas adalah sampai sebesar 0,80. Jadi meskipun semua variabel saling berkolinieritas, kalau nilai masih jauh di bawah 0,80 maka Multikolinieritas tidak dianggap sebagai masalah analisis tetap dilakukan. 2) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah variasi residual tidak sama untuk semua pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi yang lain.
3) Autokorelasi
Uji Autokorelasi dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross sectional). Hal ini mempunyai arti bahwa suatu tahun tertentu dipengaruhi oleh tahun berikutnya, untuk menguji ada tidaknya Autokorelasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan Watson statistik, yaitu dengan melihat koefisien korelasi Durbin Watson. Autokorelasi terjadi jika nilai Durbin Watson (DW) memiliki nilai lebih dari 2,92.
3.5.2
Korelasi Berganda
Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan statistik yang dikenal dengan nama koefisien korelasi (R). Dalam penelitian ini koefisien korelasi yang digunakan adalah koefisien korelasi berganda. Analisis korelasi dirumuskan sebagai berikut :
3.5.3
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Persamaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Y = a + b1 X1 + b2X2+ b3X3
Dimana : Y = harga a = konstanta b1 = Koefisien regresi DPS b2 = Koefisien regresi Struktur Modal b3 = Koefisien regresi EPS X1 = Financial Leverage X2 = EPS X3 = DPS e = error atau faktor gangguan lain yang mempengaruhi Y Output atau hasil dari analisis regresi melalui program SPSS 16.0 for Windows tersebut akan digunakan dalam pengujian hipotesis.
3.5.4
Analisis Koefisien Korelasi Cornelius Trihendradi (2004:173) menyebutkan bahwa uji korelasi digunakan untuk
mencari besarnya hubungan dan arah hubungan variabel yang satu dengan variabel lainnya. Koefisien yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koefisien korelasi parsial. koefisien korelasi parsial merupakan derajat korelasi antara variabel Y dengan sebagian variabel-variabel bebas apabila sebagian variabel lain dianggap tetap, misalnya menentukan korelasi antara Y dengan X1 dengan menganggap X2 tetap, antara Y dengan X2 dengan menganggap X1 tetap.
1) Koefisien korelasi parsial antara X1 dengan Y (pengaruh antara financial leverage dengan harga saham, apabila EPS tetap).
2) Koefisien korelasi parsial antara X2 dengan Y (pengaruh antara EPS dengan harga saham, apabila DPS tetap). 3.) Koefisien korelasi parsial antara X3 dengan Y (pengaruh antara DPS dengan harga saham, apabila DPS dan financial leverage tetap.)
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Tingkat Hubungan Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
(Sugiyono, 2009:250)
Hasil perhitungan korelasi dapat negatif atau positif maka koefisien dibatasi antara -1 sampai 1. Bila nilai koefisien korelasi positif berarti kedua variabel saling berhubungan. Sedangkan apabila koefisien korelasi negatif berarti kedua variabel tersebut saling berhubungan terbalik.
3.5.5
Analisis Determinasi Analisis determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Kd = R2 X 100%
Dimana : Kd
=
Koefisian Determinasi
r
=
Koefisien Korelasi
3.6
Rancangan Pengujian Hipotesis
3.6.1
Pengujian Hipotesis Simultan Hipotesis secara simultan digunakan uji F. Pengujian ini digunakan untuk
mengukur pengaruh financial leverage, EPS, DPS sebagai variabel independen bersama-sama mempengaruhi harga saham sebagai variabel dependen. Rumus :
(Sugiyono, 2009:257)
Diamana : R = Korelasi ganda k = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel Hipotesis : Ho : b1 ,b2, b3 = 0
Financial Leverage, EPS, dan DPS tidak berpengaruh terhadap harga saham
Ha : b1 ,b2, b3 ≠ 0
Financial Leverage, EPS, dan DPS berpengaruh terhadap harga saham
Kriteria uji : Jika Fhitung > F tabel
Ha diterima
Jika Fhitung < F tabel
Ha ditolak
3.6.2 Pengujian Hipotesis Parsial Untuk menguji hipotesis secara parsial, digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
(Sugiyono, 2009:260)
Dimana : rp = Korelasi parsial yang ditemukan n = Jumlah sampel t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel Hipotesis : a. Ho : b1 = 0
Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham
Ha : b1 ≠ 0 b. Ho : b2 = 0 Ha : b2 ≠ 0 c. Ho : b3 = 0 Ha : b3 ≠ 0
Financial Leverage berpengaruh terhadap harga saham EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham EPS berpengaruh terhadap harga saham DPS tidak berpengaruh terhadap harga saham DPS berpengaruh terhadap harga saham
Kriteria uji : Jika thitung > ttabel
Ha diterima
Jika thitung < ttabel
Ha ditolak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Kondisi Financial Leverage J.Fred Weston dan Thomas (2002:19) menyatakan financial leverage adalah cara
bagaimana perusahaan membiayai aktivitasnya. Semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap maka financial leverage juga semakin tinggi. Financial Leverage dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Hasil perhitungan Financial Leverage pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Financial Leverage Tahun 2006-2009 Nama Perusahaan No.
Financial Leverage 2006
2007
2008
2009
1
ASGR
0,9761
0,4971
0,6024
0,5388
2
BATA
0,2998
0,3746
0,3204
0,3281
3
BRAM
0,3318
0,2974
0,2871
0,2154
4
CLPI
0,5128
0,5632
0,6508
0,4884
5
FAST
0,4040
0,4005
0,3851
0,3953
6
GDYR
0,3817
0,4833
0,7098
0,6194
7
GGRM
0,3938
0,4091
0,3553
0,3419
8
IKBI
0,3676
0,2533
0,2031
0,0938
9
LION
0,2020
0,2140
0,2052
0,1751
10
LMSH
0,4612
0,5361
0,3886
0,3939
11
LTLS
0,6736
0,6765
0,7269
0,6554
12
MERK
0,1667
0,1535
0,1273
0,1662
13
MLBI
0,6748
0,6819
0,6343
0,6758
14
MTDL
0,6139
0,7050
0,6743
0,6687
15
MYOR
0,3627
0,4151
0,5634
0,5226
16
SCCO
0,5310
0,7253
0,6806
0,6201
17
TRST
0,5172
0,5413
0,5195
0,4448
18
TURI
0,7642
0,7440
0,7141
0,3773
19
UNTR
0,5874
0,5550
0,5097
0,4231
20
UNVR
0,4862
0,4949
0,5224
0,4800
Rata-rata
0,4854
0,4861
0,4890
0,4312
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai financial leverage pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 20062009, pada tahun 2006 ke 2007 terdapat 13 perusahaan yang mengalami kenaikan financial leverage, sedangkan 7 perusahaan lainnya mengalami penurunan. Pada tahun 2007 ke tahun 2008 terdapat 6 perusahaan yang mengalami kenaikan financial leverage, sedangkan 14 perusahaan lainnya mengalami penurunan. Pada tahun 2008
ke tahun 2009 terdapat 5 perusahaan yang mengalami kenaikan, sedangkan 15 perusahaan lainnya mengalami penurunan. Penggunaan hutang untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan akan kemampuan menghasilkan laba dan menimbulkan beban bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar. Nilai rata-rata financial leverage dari tahun ke tahun cenderung naik, pada tahun 2006-2008 financial leverage terlihat mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,4854 pada tahun 2006, sebesar 0,4861 pada tahun 2007, dan 0,4890 pada tahun 2008. Pada tahun 2009 financial keverage mengalami penurunan sebesar 0,4312. Nilai rata-rata financial leverage bisa dilihat pada trend berikut ini. Financial Leverage 0.5 0.49 0.48
0.4854
0.4861
0.489
0.47 0.46 0.45 0.44 0.4312
0.43 0.42 0.41 0.4 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.1 Perkembangan Financial Leverage Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, financial leverage menunjukkan trend yang menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008 Financial Leverage sempat meningkat. Pada tahun 2009 financial leverage mengalami penurunan, karena kinerja keuangan mulai membaik. Perusahaan yang mengalami financial leverage tertinggi pada tahun 2006 adalah PT. Astra Graphia Tbk, yaitu sebesar 0,9761, tahun 2007 adalah PT. Tunas Ridean Tbk, yaitu sebesar 0,7440, tahun 2008 PT. Lautan Luas Tbk, yaitu sebesar 0,7269, dan tahun 2009 PT. Multi Bintang Indonesia, yaitu sebesar 0,6758. Kondisi ini menunjukkan tingginya rasio perbandingan seluruh hutang dengan seluruh aktiva perusahaan tersebut akan menjadi penghambat bagi para investor dalam membeli saham perusahaan tersebut di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang mengalami financial leverage terkecil tahun 2006 diperoleh PT. Merck Tbk, yaitu sebesar 0,1667, tahun 2007 financial leverage terkecil di alami oleh PT. Merck Tbk yaitu sebesar 0,1535, tahun 2008 tahun 2008 adalah PT. Lautan Luas Tbk, yaitu sebesar 0,7269, tahun 2009 adalah PT. Multi Bintang Indonesia, yaitu sebesar 0,6758. Kondisi ini menunjukkan rendahnya rasio perbandingan hutang dengan seluruh aktiva perusahaan tersebut, dengan kata lain investor akan lebih menyukai membeli perusahaanperusahaan yang memiliki financial leverage
rendah dibandingkan perusahaan yang
memiliki financial leverage tinggi (Madichah 2005:76).
Peusahaan yang mengalami financial leverage tertinggi pada tahun 20062009 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata financial leverage pada tahun 2006-2009, kondisi ini menunjukkan perusahaan masih memperoleh pendapatan kurang dari beban bunga untuk penggunaan dana pinjaman tersebut,
semakin tinggi penggunaan sekuritas berpenghasilan tetap (dalam hal ini adalah hutang) maka financial leverage juga semakin tinggi.
4.1.2
Kondisi Earnings Per Share (EPS) Pengertian laba per lembar saham (EPS) menurut Larson, et.all. (2001:579)
adalah jumlah pendapatan yang didapat dari tiap-tiap lembar saham biasa yang disetorkan perusahaan. Sawidji Widioatmojo (2004:97) mengemukakan, laba per lembar saham atau EPS dapat dirumuskan sebagai berikut :
Hasil perhitungan Earnings Per Share pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Earnings Per Share (Rp) Tahun 2006-2009 EPS No
Nama Perusahaan
1
ASGR
41
53
46
47
2
BATA
1551
2660
12120
3984
3
BRAM
65
98
234
145
4
CLPI
25
32
56
112
2006
2007
2008
2009
5
FAST
154
230
281
414
6
GDYR
619
1034
20
3079
7
GGRM
525
751
977
1715
8
IKBI
145
253
319
101
9
LION
397
486
727
445
10
LMSH
278
619
962
352
11
LTLS
69
131
260
105
12
MERK
3864
3995
4402
6810
13
MLBI
3495
4008
10554
15432
14
MTDL
16
34
40
5
15
MYOR
128
191
263
465
16
SCCO
251
262
52
100
17
TRST
9
6
-3
56
18
TURI
16
136
176
224
19
UNTR
330
528
807
1188
20
UNVR
226
257
316
398
Rata-Rata
610
788
1631
1759
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa nilai EPS pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 cenderung naik. Pada tahun 2006 ke tahun 2007 terdapat 18 perusahaan yang mengalami kenaikan EPS, sedangkan 2 perusahaan lainnya mengalami penurunan EPS. Pada tahun 2007 ke tahun 2008 terdapat 17 perusahaan yang mengalami kenaikan EPS, sedangkan 3 perusahaan lainnya mengalami penurunan EPS. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 terdapat 14 perusahaan yang mengalami kenaikan EPS, sedangkan 6 perusahaan lainnya mengalami penurunan EPS.
Nilai rata-rata EPS pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan, pada tahun 2006 nilai rata-rata EPS sebesar Rp 610,19575, tahun 2007 sebesar
Rp
788,3259, tahun 2008 sbesar Rp 1.630,5434, dan tahun 2009 sebesar Rp 1.759. Nilai rata-rata EPS di atas dapat dilihat pada trend berikut. Earnings Per Share 2000 1759
1630.5343
1500 1000 500
610.19575
788.3259
0 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.2 Perkembangan EPS Perusahaan Manufaktur yanf terdaftar di BEI Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, earnings per share menunjukkan trend yang meningkat. Kondisi ini menunjukkan, laba bersih setelah pajak perusahaan tiap tahunnya terus meningkat. Pada tahun 2006 EPS terbesar diperoleh PT. Merck Tbk, sebesar
Rp
3.864,3838, tahun 2007 EPS terbesar diperoleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar Rp 4.008,353, tahun 2008 EPS terbesar diperoleh PT. Sepatu Bata Tbk, sebesar Rp 12.120,2052, tahun 2009 EPS terbesar diperoleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar Rp 1.5432. Nilai ini berarti perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih bail kepada para pemegang saham. Perusahaan yang mengalami EPS terkecil dari tahun 2006-2008 diperoleh PT. Trias Sentosa, sebesar Rp 9,2387 pada tahun 2006, kemudian turun menjadi Rp
6,3202 pada tahun 2007, tahun 2008 mengalami penurunan kembali menjadi Rp 2,8535 (kondisi ini menunjukkan perisahaan tersebut telah mengalami kerugian), tahun 2009 diperoleh PT. Metrodata Electronics Tbk, sebesar Rp 5. Nilai ini berarti perusahaan kurang mampu meningkatkan kesejateraan yang lebih baik kepada para pemegang saham. Perusahaan yang memiliki EPS tertinggi pada tahun 2006-2009 lebih besar, jika dibandingkan dengan nilai rata-rata EPS pada tahun 2006-2009. Kondisi ini menunjukkan, laba bersih setelah pajak perusahaan tiap tahunnya terus meningkat.
4.1.3
Kondisi Dividend Per Share (DPS) Dividen adalah pembayaran tunai yang dilakukan setiap tiga bulan atau setengah
tahun sekali kepada para pemegang saham yang merupakan distribusi dari keuntungan sesudah pajak. Tjiptono dan Hendy (2001:130) mengemukakan, dividen per saham dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DPS = DPR X EPS Dimana : DPS
= Dividend Per Share
DPR
= Dividend Payout Ratio
EPS
= Earning Per Saham
DPSMayora Indah Tahun 2006 = 0,29 X 122 = Rp 35
Hasil perhitungan Financial Leverage pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2009 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3 Dividend Per Share (Rp) Tahun 2006-2009
No
Nama Perusahan
DPS 2006
2007
2008
2009
1 ASGR
40
32
8
8
2 BATA
435
6.361
816
816
3 BRAM
12
63
125
125
4 CLPI
5
10
20
20
5 FAST
20
45
57
57
6 GDYR
85
88
60
60
7 GGRM
250
250
350
350
8 IKBI
35
100
125
125
9 LION
100
125
135
135
10 LMSH
30
50
60
60
11 LTLS
8
28
57
57
12 MERK
2.000
2.300
5.350
5.350
13 MLBI
2.640
3.600
15.000
15.000
14 MTDL
3
3
1
1
15 MYOR
35
40
50
50
16 SCCO
70
30
30
30
17 TRST
5
5
10
10
18 TURI
5
55
168
168
19 UNTR
85
150
220
220
20 UNVR
125
167
220
220
299
675
1.143
1.143
Rata-rata
Berdasarkan data pada Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai DPS pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 cenderung naik. Pada tahun 2006 ke tahun 2007 yaitu terdapat 15 perusahaan yang mengalami kenaikan pemnbayaran DPS, 3 perusahaan yang membayarkan secara konstan, dan sisanya 2 perusahaan lainnya yang mengalami penurunan pembayaran DPS. Pada tahun 2007-2008 terdapat 15 perusahaan yang mengalami kenaikan pembayaran DPS, dan sisanya 5 perusahaan yang mengalami penurunan pembayaran DPS. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 terdapat 20 perusahaan yang melakukan pembayaran DPS secara konstan. Nilai rata-rata DPS pada tahun 2006-2009 mengalami peningkatan, pada tahun 2006 sebesar Rp 299, tahun 2007 sebesar Rp 675, tahun 2008 sebesar Rp 1.143, dan tahun 2009 sebesar Rp 1.143. Nilai rata-rata tersebut dapat dilihat pada trend beikut. Dividen Per Share 1400 1200
1143.1
1143.1
1000 800 675.1
600 400 299.4 200 0 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.3 Perkembangan DPS Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas, dividend per share menunjukkan trend meningkat. Kondisi ini menunjukkan, besarnya pendapatan diterima oleh pemegang saham. DPS yang tinggi akan lebih diminati oleh para investor, karena akan memperoleh kepastian dari modal yang ditanamkan, yaitu hasil berupa dividen. Perusahaan yang membayarkan DPS terbesar tahun 2006 adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, sebesar Rp 2.640, tahun 2007 adalah PT. Sepatu Bata Tbk, sebesar Rp 6.361, kemudian pada tahun 2008-2009 PT. Muti Bintang Indonesia Tbk sebesar Rp 1.500. Perusahaan yang membayarkan DPS terendah terbesar tahun 2006-2009 adalah PT. Metrodata Electronics, sebesar Rp 3 untuk tahun 2006-2009, dan untuk tahun 2008-2009 sebesar Rp 1.
Perusahaan yang membayarkan DPS terbesar pada tahun 2006-2009 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata DPS pada tahun 2006-2009, kondisi ini menunjukkan perusahaan tersebut telah mampu mendistribusikan laba kepada para pemegang saham dengan baik.
4.1.4
Kondisi Harga Saham (HS) H.M Jogiyanto (2000:8) mengemukakan pengertian harga saham adalah
harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga Saham dilihat dari closing price tanggal 31 Desember.
Tabel 4.4 Harga Saham (Rp) Tahun 2006-2009 Harga Saham No
Nama Perusahaan
2006
2007
2008
2009
1
ASGR
305
590
200
315
2
BATA
1.4000
23.000
20.500
36.000
3
BRAM
1.900
1.900
1.800
1.450
4
CLPI
980
1.520
1.650
1.670
5
FAST
1.820
2.450
3.100
5.200
6
GDYR
6.600
13.000
5.000
9.600
7
GGRM
10.200
8.500
4.250
21.550
8
IKBI
820
1.150
500
1.620
9
LION
2.200
2.100
3.075
2.100
10
LMSH
1.700
2.100
3.600
2.400
11
LTLS
405
440
530
750
12
MERK
40.000
52.500
35.500
80.000
13
MLBI
55.000
55.000
49.500
177.000
14
MTDL
80
184
71
87
15
MYOR
1.620
1.750
1.140
4.500
16
SCCO
1.330
1.450
1.450
1.310
17
TRST
145
174
165
220
18
TURI
710
1.240
750
1.740
19
UNTR
6.550
10.900
4.400
15.500
20
UNVR
5.600
6.750
7.800
11.050
Rata-Rata
7.598
9.335
7.249
18.703
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 di atas diketahui bahwa harga saham pada 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2009, pada tahun 2006 ke tahun 2007 terdapat 16 perusahaan yang mengalami peningkatan harga saham, sedangkan 2 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham, dan terdapat 2 perusahaan yang harga sahamnya tetap. Pada tahun 2007
ke tahun 2008 terdapat 6 perusahaan yang
mengalami peningkatan harga saham, sedangkan 13 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham, dan terdapat 1 perusahaan yang harga sahamnya tetap. Pada tahun 2008 ke tahun 2009 terdapat 16 perusahaan yang mengalami penurunan harga saham, sedangkan 4 perusahaan lainnya mengalami penurunan harga saham. Nilai rata-rata Harga Saham pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp 7.598 untuk tahun 2006, dan sebesar Rp 9.335 untuk tahun 2007. Pada tahun 2008 harga saham mengalami penuruna menjadi Rp 7.249, dan tahun 2009 harga saham mengalami peningkatan kembali menjadi sebesar Rp. 18.703. nilai rata-rata tersebut dapat dilihat pada trend berikut. Harga Saham 20000 18703
18000 16000 14000 12000 10000 8000
9335 7598
7249
6000 4000 2000 0 2006
2007
2008
2009
Gambar 4.4 Perkembangan Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI
Berdasarkan Gambar 4.3 di atas, harga saham menunjukkan trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan dan pada tahun 2009 harga saham mengalami peningkatan yang sangat drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat. Harga saham yang terus meningkat merupakan peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi investor. Perusahaan yang mempunyai harga saham terbesar adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk berturut-turut dari tahun 2006-2009, yaitu sebesar Rp 55.000 untuk tahun 2006 dan tahun 2007, Rp 49.500 untuk tahun 2008, dan Rp 177.000 untuk tahun 2009.
Perusahaan yang mempunyai harga saham terendah adalah PT Metrodata Electronics Tbk berturut-turut dari tahun 2006-2009, yaitu sebesar Rp 80 untuk tahun 2006, Rp 184 untuk tahun 2007, Rp 71 untuk tahun 2008, dan Rp 87 untuk tahun 2009. Perusahaan yang mempunyai harga saham terbesar pada tahun 2006-2009 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-rata harga saham pada tahun 2006-2009, kondisi ini menunjukkan perusahaan tersebut memiliki kineja keuangan yang cukup baik, sehingga perusahaan tersebut dapat dikatakan telah mencapai prestasi yang baik. 4.1.5
Analisis Data
4.1.5.1 Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik merupakan syarat utama untuk menilai apakah persamaan regresi yang digunakan sudah memenuhi syarat BLUE (best liniear unbiased estimates). Pengujian asumsi klasik ini meliputi tiga hal yaitu pengujian terhadap masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1. Pengujian Multikolinieritas Pengujian multikolinearitas menunjukkan apakah ada korelasi diantara variabel independen. Pengujian adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance inflation factors berada di atas 0,10 atau nilai VIF masing-masing variabel independen berada di bawah 10. Hasil perhitungan dengan program SPSS 16.0 for Windowsi sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinieritas Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Financial Leverage
,969
1,032
Earnings Per Share
,372
2,686
Dividend Per Share
,375
2,669
a. Dependent Variable: Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa variabel Financial Leverage, Earnings Per Share dan Dividend Per Share semuanya tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai tolerance berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. 2. Pengujian Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan
jika
berbeda
disebut
heteroskedastisitas,
Pengujian
heteroskedstisitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan scatterplot model yaitu melalui diagram pencar antara nilai yang diprediksi (ZPRED) dan studentized residual (SRESID), seperti pada gambar berikut ini: Gambar 4.5 Diagram Pencar ZPRED dan SRESID
Berdasarkan diagram pencar di atas, maka dapat dilihat bahwa penyebaran residual bersifat homogen. Hal tersebut dapat dilihat dari plot yang tidak menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
3. Pengujian Autokorelasi Hasil dari pengujian autokorelasi pada peneitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square ,867a
Adjusted R Square
,752
,742
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
12.369,0118871
1,581
a. Predictors: (Constant), Financial Leverage, Dividend Per Share, Earnings Per Share b. Dependent Variable: Harga Saham
Nilai Durbin Watson (DW) digunakan sebagai prosedur formal untuk menguji keberadaan autokorelasi. Menurut Damodar Gujarati yang diterjemahkan oleh Sumarno Zain (2006:157-201) autokorelasi terjadi jika nilai Durbin Watson (DW) memiliki nilai lebih dari 2,92, dan kurang dari 1,08. Penelitian ini memiliki nilai Durbin Watson (DW) 1,581 (tabel 4.6), sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. 4.1.5.2 Pengujian Analisis Korelasi Ganda Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara variabel X dan Y atau kontribusi X terhadap Y. Moh. Nazir (2003:450) mendefinisikan korelasi sebagai derajat hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel lainnya. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows, maka dapat diketahui sebagai berikut ini :
Tabel 4.7 Korelasi Ganda Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
1
,867a
,752
,742
a. Predictors: (Constant), FL, Earnings per share, Dividend Per Share b. Dependent Variable: Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, maka didapat hasil perhitungan koefisien korelasi sebesar 0,867. Berarti terdapat hubungan sangat kuat antara financial keverage, earnings Per Share, dividend per share dengan Harga Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20062009. Angka 0,867 itu sendiri mempunyai sifat searah (positif) antara variabel X dan Y, dapat diartikan bahwa jika terjadi kenaikan (penurunan) financial leverage, earnings per share dan dividend per share maka akan diikuti oleh kenaikan (penurunan) Harga Saham. 4.1.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi merupakan analisis untuk mempelajari pengaruh yang ditimbulkan variabel independen terhadap variabel dependen. Cornelius Trihendradi (2004:184) menyebutkan bahwa uji regresi digunakan untuk meramalkan suatu variabel (variabel dependen) berdasarkan suatu variabel atau beberapa variabel lain (variabel independen) dalam suatu persamaan linier.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS 16.0 for Windows maka tabelnya adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Persamaan Regresi Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1731.573
4045.443
FL
-208.140
7778.652
EPS
5.884
DPS
2.589
Beta
Correlations
T
Sig.
Zero-order
Partial
Collinearity Statistics
Part
Tolerance
VIF
.428
.670
-.002
-.027
.979
-.048
-.003
-.002
.969
1.032
.861
.640
6.835
.000
.851
.617
.390
.372
2.686
.897
.269
2.887
.005
.771
.314
.165
.375
2.669
a. Dependent Variable: Harga Saham
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas menunjukkan persamaan regresinya adalah sebagai berikut : Y = 1.731 -208,149 X1 + 5,884 X2 + 2,589X3 Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta 1.731,473 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel financial leverage, earnings per share, dan dividend per share maka harga saham adalah sebesar 1.731,573 dengan syarat variabel lain dianggap konstan. b. Koefisien
regresi
X1
sebesar
-208,149
menyatakan
bahwa
setiap
peningkatan financial leverage sebesar 1% maka akan menyebabkan penurunan harga saham sebesar 208,149, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. c. Koefisien regresi X2 sebesar 5,884 menyatakan bahwa setiap peningkatan earnings per share sebesar 1 rupiah maka akan menyebabkan peningkatan harga saham sebesar 5,884 rupiah, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. d. Koefisien regresi X3 sebesar 2,589 menyatakan bahwa setiap peningkatan dividend per share sebesar 1 rupiah maka akan menyebabkan peningkatan harga saham sebesar 2,589 rupiah, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. 4.1.5.4 Analisis Determinasi Analisis determinasi digunakan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Koefisien determinasi dihitung dengan mengkuadratkan koefisien korelasi yang telah ditemukan, dan selanjutnya dikalikan dengan 100%. Hasil pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows, hasilnya :
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Summaryb
Model 1
R
R Square ,867a
Adjusted R Square
,752
,742
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
12.369,0118871
1,581
a. Predictors: (Constant), Financial Leverage, Dividend Per Share, Earnings Per Share b. Dependent Variable: Harga Saham
Tabel di atas, menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 75,17%, berdasarkan perhitungan tersebut : KD = (0,867)2 x 100% = 75,17%
Angka tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh financial leverage, earnings per share, dan dividend per share terhadap harga saham sebesar 75,17% dan sisanya 24,83% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, misalnya : struktur modal, ROA, ROE, dan yang lainnya. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen (X1, X2, X3) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y) secara individu, dapat dihitung dengan rumus : a. Untuk financial leverage (X1) KD parsial = Zero order X1 x Beta X1 KD parsial = -0,048 x -0,002 = 0,000096 atau 0,01% b. Untuk earnings per share (X2) KD parsial = Zero order X2 x Beta X2
KD parsial = 0,851 x 0,640 = 0,54464 atau 54,4% c. Untuk Dividend Per Share (X3) KD parsial = Zero order X3x Beta X3 KD parsial = 0,771 x 0,269 = 0,21 atau 20,7% Berdasarkan perhitungan KD parsial, diketahui bahwa variabel Earnings Per Share (X2) lebih besar pengaruhnya terhadap harga saham (Y), dari pada Dividend Per Share (X2), dan Financial Leverage (X1).
4.1.6
Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh antara Financial Leverage, Earning Per Share (EPS), dan Dividend Per Share (DPS) terhadap harga saham baik secara parsial maupun secara simultan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009.
Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Pengujian hipotesis secara parsial, untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai pengaruh terhadap Y, maka perlu menguji variabel X1 (financial leverage), X2 (EPS), dan X3 (DPS) secara parsial, dalam hal ini digunakan statistik uji t, lalu kemudian melihat tingkat signifikansi dengan taraf pengujian hipotesis secara parsial, yaitu:
kesalahan <5 %, adapun ketentuan untuk
Jika thitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika thitung ≥ ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima Langkah untuk melakukan uji t adalah menentukan t hitung dan t tabel (ttabel (dk=80-3± 2,000), hasil perhitungan dengan program SPSS 16.0 for Windows uji regresi
1=76,α=5%)
parsial adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 menunjukkan nilai t hitung untuk Financial Leverage -0,27, nilai t hitung untuk Earnings Per Share 6,835 dan nilai t hitung untuk Dividend Per Share 2,887. Nilai t hitung di atas dapat dicari dengan rumus :
Dimana : r
= Korelasi parsial yang ditentukan
n
= Jumlah sampel
t
= t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel
k
= Jumlah variabel independen
Financial Leverage (X1) = thitung ≥ ttabel (±0,27 < ±2,000) ini berarti Ho diterima, artinya bahwa financial leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Earnings Per Share (X2) = thitung ≥ ttabel (±6,385 ≥ ±2,000) ini berarti Ho ditolak, artinya bahwa Earnings Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Dividend Per Share (X3) = thitung ≥ ttabel (±2,887 ≥ ±2,000) ini berarti Ho ditolak, artinya bahwa Dividend Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. 2. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Menguji hipotesis secara simultan digunakan uji F. Uji F bertujuan untuk mengukur kebenaran apakah Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share sebagai variabel independen bersama-sama mempengaruhi harga saham. Adapun ketentuan untuk pengujian hipotesis secara simultan, yaitu : Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak Jika Fhitung≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima Tingkat signifikasi yang diharapkan adalah sebesar 5% dengan derajat kebebasan (n-k-1) diperoleh (Ftabel (k=3, dk=80-3-1=76,α=5%) ± 2,72), hasil perhitungan dengan program SPSS 17.0 for Windows uji regresi simultan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Statistik Uji F
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
35297325126.837
3
1.177E10
Residual
11627426584.713
76
152992455.062
Total
46924751711.550
79
F
76.904
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), DPS, FL, EPS b. Dependent Variable: Harga Saham
Tabel 4.11 di atas, menunjukan bahwa nilai F hitung 76,904, Nilai F dihitung dengan rumus :
(Ating Somantri Sambas, 2006:251)
Berdasarkan tabel dan perhitungan di atas diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 76,904 artinya Fhitung ≥ Ftabel (76,904 ≥ 2,70), ini menjelaskan berarti Ho ditolak, artinya bahwa Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.
4.2
Pembahasan Penelitian Berdasarkan pengolahan data secara deskriptif mengenai Financial Leverage,
Earnings Per Share, Dividend Per Share, dan Harga Saham, didapat hasil sebagai berikut :
1. Rata-rata financial leverage perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006 ke 2008 mengalami kenaikan, kemudian tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan. Financial Leverage yang tinggi mengakibatkan para investor enggan membeli saham perusahaan tersebut, karena tingginya rasio seluruh hutang dengan seluruh aktiva perusahaan, sebaliknya financial leverage yang rendah akan lebih disukai para investor untuk membeli sahamsaham perusahaan tersebut. Financial leverage menunjukkan trend yang menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008 Financial Leverage sempat meningkat. Pada tahun 2009 financial leverage mengalami penurunan, karena kinerja keuangan mulai membaik
2. Rata-rata Earnings Per Share perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006 ke 2009 mengalami peningkatan. Nilai earnings per share yang tinggi, menunjukkan perusahaan mampu memperoleh laba bagi para pemegang saham. Hal ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan mendorong harga saham naik.
3. Rata-rata Dividend Per Share perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006 ke 2008 mengalami peningkatan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009 konstan. Nilai Dividend Per Share yang besar akan menarik para calon investor karena menggambarkan prospek kekayaan yang akan diterima pemegang saham, sebaliknya Dividend Per Share yang kecil kurang menarik bagi calon investor karena prospek kekayaan yang akan diterima kecil. 4. Rata-rata Harga Saham perusahaan yang dijadikan sampel pada tahun 2006 ke 2007 mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 ke 2008 rata-rata Harga Saham mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2008 ke 2009 rata-rata Harga Saham mengalami peningkatan. Harga saham menunjukkan trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan dan pada tahun 2009 harga saham mengalami peningkatan yang sangat drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat. Harga saham yang terus meningkat merupakan peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi investor. Pengujian variabel Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share semuanya tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai tolerance berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Mutikolinearitas dimaksudkan untuk menguji adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Pengujian Heteroskedastisitas menggunakan scatterplot model yaitu melalui diagram pencar. Hasil yang diperoleh adalah bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Pengujian Autokorelasi dengan Durbin-
Watson menunjukkan nilai sebesar 1,581. Menurut Algifari (2000) apabila nilai Durbin Watson berada pada 1,08 – 1,66 maka disimpukan tidak terdapat gejala autokorelai dalam penelitian ini. Pengujian analisis korelasi ganda diperoleh koefisien sebesar 0,867. Hasil perhitungan ini mempunyai arti bahwa terdapat hubungan sangat kuat antara Financial Leverage, Earnings Per Share, Dividend Per Share dengan Harga Saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2009. Koefisien determinasi diperoleh sebesar 75,17 %, dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share terhadap harga saham sebesar 75,17 % dan sisanya 24,83 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini, misalnya struktur modal, ROA, ROE, dan faktor lainnya. Besarnya pengaruh secara parsial yang memberikan kontribusi terbesar terhadap harga saham yaitu Earnings Per Share 54,4%, selanjutnya secara berturutturut Dividend Per Share sebesar 20,7%, dan Financial Leverage 0,01%. Pengaruh EPS sangat besar terhadap harga saham, menunjukkan para investor cenderung lebih mempercayai pertumbuhan EPS dari suatu perusahaan yang menawarkan saham dibandingkan dengan DPS dan FL, sebab mereka meyakini bahwa EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Kepercayaan para investor terhadap saham yang ditawarkan menyebabkan terjadinnya peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan tersebut dan dapat mendorong naiknya harga saham. EPS merupakan
rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham, maka EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat dan demikian pula sebaliknya. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows diperoleh nilai uji F sebesar 76,904 dengan sig-F sebesar 0,000 (lihat Tabel 4.12). Hasil yang didapat adalah nilai sig-F tersebut lebih kecil dari derajat signifikansi 5% (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen (Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share ) secara bersamasama (simultan) berpengaruh terhadap variabel dependen (harga saham). Pengujian secara parsial bertujuan untuk melihat apakah masing-masing variabel independen (Financial Leverage, Earnings Per Share, dan Dividend Per Share) berpengaruh terhadap harga saham. Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham. Finacial Leverage ditunjukkan dengan nilai sig-t (0,979) yang lebih kecil dari α = 5%, Earnings Per Share ditunjukkan dengan nilai sig-t (0,000) yang lebih kecil dari α = 5% dan Dividend Per Share ditunjukkan dengan nilai sig-t (0,005) yang lebih kecil dari α = 5%. Berdasarkan hasil penelitian ini Earnings Per Share dan Dividend Per Share terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut : 1. Financial Leverage Financial Leverage tidak berpengaruh terhadap harga saham. Investor cenderung tidak terlalu memperhatikan financial leverage dalam melakukan investasi. Hal
ini dapat dilihat dari ternd financial leverage yang menurun. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Madichah (2005). 2. Earnings Per Share (EPS) Variabel Earnings Per Share
berpengaruh terhadap harga saham. EPS
merupakan hasil bagi antara laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dengan jumlah rata–rata saham yang beredar. Laba per lembar saham menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba untuk tiap lembar sahamnya. EPS merupakan salah satu alat ukur tingkat profitabilitas. Menurut Husnan (2001: 317), tingkat profitabilitas akan mempengaruhi tingkat harga saham. Hal tersebut dikarenakan apabila perusahaan mampu meningkatkan laba untuk tiap lembar sahamnya, maka investor menganggap bahwa perusahaan mampu memberikan dividen per lembar saham yang besar pula. Hal ini akan menambah tingkat kepercayaan investor terhadap emiten. Kepercayaan investor terhadap emiten akan selalu dibarengi dengan permintaan akan saham emiten. Permintaan saham emiten yang meningkat, mengakibatkan harga saham juga akan meningkat. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mohammad Abdul Azis (2005) 3. Dividend Per Share (DPS) Variabel Dividend Per Share berpengaruh terhadap harga saham. Pasar memberikan reaksi positif pada informasi dividen sehari setelah tangga pengumuman dividen. Pembayaran dividen memiliki kandungan informasi sehingga pasar akan bereaksi dengan ditandai adanya perubahan harga saham. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh R. Andi Sularso (2003).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis diperoleh kesimpulan
sebagai berikut : 1. Financial Leverage menunjukkan trend yang menurun, meskipun dari tahun 2006 sampai 2008 Financial Leverage sempat meningkat. Pada tahun 2009 financial leverage mengalami penurunan, karena kinerja keuangan mulai membaik.
2. Earnings per share menunjukkan trend yang meningkat. Kondisi ini menunjukkan, laba bersih setelah pajak perusahaan tiap tahunnya
terus
meningkat. 3. Dividend per share menunjukkan trend meningkat. Kondisi ini menunjukkan, besarnya pendapatan diterima oleh pemegang saham. DPS yang tinggi akan lebih diminati oleh para investor, karena akan memperoleh kepastian dari modal yang ditanamkan, yaitu hasil berupa dividen. 4. Harga saham menunjukkan trend yang meningkat, walaupun pada tahun 2008 sempat mengalami penurunan dan pada tahun 2009 harga saham mengalami peningkatan yang sangat drastis. Hal ini terjadi karena pada tahun 2009 kinerja keuangan mulai membaik, sehingga kepercayaan investor meningkat. Harga saham yang terus meningkat merupakan peluang untuk menghasilkan capital gain, sehingga perkembangan harga saham tersebut menjadi objek menarik bagi investor.
5. Besarnya kontribusi Financial Leverage terhadap Harga Saham secara parsial adalah 0,01%. Besarnya kontribusi Earnings Per Share terhadap Harga Saham secara parsial adalah 54,4%. Besarnya kontribusi Dividend Per Share terhadap Harga Saham secara parsial adalah 20,7%. Besarnya kontribusi Financial Leverage, Earnings Per Share dan Dividend Per Share terhadap Harga Saham secara simultan adalah 72,6% dan sisanya 24,83% dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya struktur modal, ROA, ROE.
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dapat menyarankan hal-hal
sebagai berikut : 1. Sebaiknya perusahaan dapat meningkatkan kinerja produksi perusahaan dan meningkatkan sistem Managerial perusahaan, sehingga EPS menjadi lebih baik, dan kepercayaan investor meningkat untuk menginvestasikan dananya di perusahaan. 2. Sebaiknya perusahaan dapat meningkatkan lagi kemakmuran investor, dengan cara memberikan pendapatan yang tinggi terhadap investor, maka dapat memberikan reaksi yang positif dari investor untuk melakukan investasi yang dapat mengakibatkan meningkatnya harga saham. 3. Bagi penelitian sejenis sebaiknya penelitian tidak hanya dilakukan pada perusahaan manufaktur tetapi pada perusahaan lainnya, misalnya perusahaan perhotelan, kontruksi, Bank, dan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, (2000), Analisis Regresi, teori Kasus dan Solusi, BPFE, Yogyakarta. Bambang Riyanto, (2001), Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi 4, Cetakan ketujuh, BPFE, Yogyakarta. Besley Scott. And Brigham, Eugene F., (2008), Essential of Managerial Finance, 14th Edition, Cengage Learning. Brigham, Eugene F. and Gapenski L. C., (2001), Intermediate Financial Management, 5 th Edition, The Drysden Press, New York. Cates, D.C, (2004), Turning Share Holder Value Into Stock Price, ABA Banking Journal, USA. Cornelius Trihendradi, (2004), Memecahkan Kasus Statistik : Deskriptif, Parametrik, dan Non parametrik dengan SPSS 12, ANDI, Yogyakarta. Gallagher, Timothy J & Andrew Joseph D, (2003), Financial Management Priciple and Pracite, International Edition, Prentice hall. Gibson, Charles H, (2009), Financial Reporting And Analysis, 11th Edition, Natorp Boulevard, USA. Horne Van James C. and Wachowicz jr John M, (2005), Fundamentals of Financial Management, Twelfth Edition, Prentice Hall, England. Jogiyanto H. M, (2008), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE, yogyakarta. Larson Ken, (2001), Hart’s E&P, Jilid 74, Hart Publications, Michigan. Madichah, (2005), Pengaruh Earning Per Share (EPS), Dividend Per Share (DPS), Financial Leverage Terhadap Harga Saham, UNS, Semarang. Mohammad Abdul Azis, (2005), Pengaruh Earnings Per Share (EPS), dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Harga Saham, UNS, Semarang Martono dan Agus Harjito, (2007), Manajemen Keuangan, Ekonisia, Yogyakarta. Moh. Nazir, (2003), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. Nachrowi D dan Hardius Usman, Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, FE UI, Jakarta.
Cooper R. Donal. and Emory, C. William, 2000, Metode Penelitian Bisnis, Alih Bahasa: Ellen G. Sitompul dan Imam Nurmawan, Penerbit Erlangga, Jakarta. Retno Miliasih, (2000), Pengaruh Stock Split Terhadap Earnings, UGM, Yogyakarta. Ridwan S. dan Inge Barlian, (2003), Manajemen Keuangan 2, Edisi keempat, Literata Lintas Media Jendela Ilmu Dunia, Jakarta. Sawidji Widioatmojo, (2004), Cara Sehat Investasi di Pasar Modal, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Sofyan Safri Harahap, (2004), Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, PT Raja Grafindo Persada., Jakarta. Suad Husnan, (2000), Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta. Suad Husnan, (2005), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi keempat, UPPAMP YKPN , Yogyakarta. Sugeng Mulyono, (2001), Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga Terhadap Harga Saham, Jurnal Ekonomi dan Manajemen Vol.1 Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sunariyah, (2003), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edoso ketiga, UPPAMP YKPN, Yogyakarta. Susan Irawati, (2006), Manajemen Keuangan, Media Pustaka, Bogor. Tjiptono Darmadi, Hendy, Fakhrudin M., (2001), Pasar Modal di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Watson Denzil and Head Antony, (2004), Coorporate Finance Principles and Practice, 3 th Edition, Prentice Hall, England. Weston, J.F and Brigham, Eugene F., (2001), Basics of Finance Management, 8th, American Finance Association, University Michigan. Weston, J.F and Copeland, Thomas E., (2002), Managerial Finance, 9th Edition, Pennsylvania State University. Situs internet www.idx.co.id
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Galih Prasetyo
Tempat/Tanggal Lahir
: Bandung, 04 Juni 1987
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Cikajang 6 No.11 Antapani Bandung
No. Telp.
: 085724198401
Nama Ayah
: Tono Supartono
Nama Ibu
: Ipong Sumiati Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
:
1. SD Terang II Bandung
1993 – 1999.
2. SLTP BPI I Bandung
1999 – 2002.
3. SMA BPI I Bandung
2002 – 2005.
4. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pasundan Bandung 20052010.