PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL OBLIGASI PERUSAHAAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh MAJU HUTAJULU 057019018/IM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL OBLIGASI PERUSAHAAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
MAJU HUTAJULU 057019018/IM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Judul Tesis
:
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: : :
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL OBLIGASI PERUSAHAAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA Maju Hutajulu 057019018 Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Muslich Lufti, Drs., MBA) Ketua
(Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac) Anggota
Ketua Program Studi
Direktur
(Dr. Hj. Rismayani, SE, MS)
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Tanggal Lulus: 1 Maret 2008
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Telah diuji pada Tanggal 1 Maret 2008
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua Anggota
: Dr. Muslich Lufti, Drs., MBA : Drs. M. Lian Dalimunthe, M.Ec, Ac Dr. Hj. Rismayani, SE, MS Dr. Isfenti Sadalia, ME Drs. Syahyunan, M.Si
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: “PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP
IMBAL
HASIL
OBLIGASI
PERUSAHAAN
TERBUKA
DI BURSA EFEK INDONESIA”” Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Maret 2008 Yang membuat pernyataan,
Maju Hutajulu
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
ABSTRAK
Untuk menunjang aktivitas operasi dalam jangka panjang, perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar baik untuk pembiayaan modal kerja maupun permodalan untuk investasi atau ekspansi. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi melalui melalui IPO (Initial Public Offering) Saham maupun Obligasi. Pada tahuntahun terakhir, jumlah perusahaan yang melakukan IPO mengalami peningkatan yang signifikan, baik dari jumlah dan ragam perusahaan (swasta dan BUMN), maupun jumlah nominal dana yang diperoleh. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi imbal hasil obligasi. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasiorasio finansial; current ratio, debt to equity ratio, ruturn on investment, return on equity, dan rasio nilai tukar dan inflasi. Dalam pengambilan sampel penelitian, metode yang digunakan adalah purposive sampling method. Dari populasi emiten penerbit obligasi sebanyak sembilan puluh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, diambil sebanyak lima puluh perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dan memiliki laporan keuangan lengkap dari tahun 2003 sampai dengan 2005, dan obligasi emiten aktif diperdagangkan di lantai bursa. Pengujian hipotetis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolonieritas, heterokedastisitas, autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak, faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terdiri dari current ratio, debt to equity ratio, ruturn on investment, return on equity, nilai tukar dan inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial faktor fundamental perusahaan berpengaruh secara signifikan dalam penelitian ini adalah DER, sedangkan faktor fundamental ekonomi yang berpengaruh pada imbal hasil obligasi adalah nilai tukar pada besaran alpha 0,05%. Namun pada tingkat alpha 0,10% faktor inflasi termasuk faktor yang berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi.
Kata Kunci: Faktor fundamental ekonomi dan perusahaan, imbal hasil obligasi
i MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
ABSTRACT
To support the firm’s operation in the short and long run, the firm needs fund to finance its working capital and its investment such expansion. The fund can be fullfilled by selling its own stock by Initial Public Offering (IPO) or by issued bond. In the last and present years, the company that issued bonds rise significantly (private or state company) in amount of company or the amount of the fund. The purpose of this research is to find out whats factors of the fundamental economic and company that influence the return of bond. The fundamental factors used in this research are financial ratios, such as; current ratio, debt to equity ratio, return on investment, return on equity, and the ratios of exchange rate, and inflation. The sampling method used in is purposed sampling method. From ninety companies, that listed at Indonesia Stock Exchange, only fifety company were selected which fit to sample criteria that published financial report since 2003 up to 2005, and the bonds of company are traded at the stock exchange. Hyphotesis testing was done by multiple regression analysis and prior to the classic assumption test including normality, multicolonierity, heterocedasticity, autocorrelation. The result of this research showed that simultaneously, the fundamental economic and company consisting current ratio, debt to equity ratio, return on investment, return on equity, exchange rate, and inflation, influenced significantly the return of bond. By partially, the company factors influenced significantly DER while others economic fundamental factor influenced the return of bond is exchange rate at the alpha 0,05. But at the alpha 0,10 inflation factor influenced the return of bond. Keywords: The fundamental of economic and company; the return of bonds
ii MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan anugerahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi dan Perusahaan atas Imbal Hasil Obligasi Perusahaan Terbuka pada Bursa Efek Indonesia”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) dalam Program Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
2.
Dr. Hj. Rismayani, SE., MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah mengarahkan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan berlangsung.
3.
Dr. Muslich Lufti, Drs., MBA Ketua Drs. M. Lian Dalimunthe, MEc, AC Anggota, selaku komisi pembimbing, yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran-saran sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
4.
Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Drs. Syahyunan, M.Si selaku komisi pembanding, yang telah banyak memberikan masukan-masukan untuk perbaikan tesis ini.
iii MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
5.
Seluruh
dosen-dosen
pengajar
yang
telah
memberikan
ilmu
dan
pengalamannya selama perkuliahan, yang sangat bermanfaat dalam penulisan tesis ini. 6.
Seluruh Staff administrasi dan teman-teman angkatan IX yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan hingga selesai.
7.
Ayah dan Ibu mertua (Ompu Shinta Doli (+) dan Boru), Istri tercinta Yuliana Monalisa br. Aritonang, anakku tersayang Clinton Banua Betlehem Hutajulu, kakak-kakak tercinta, pimpinan dan teman kerja yang telah memberikan dorongan semangat, perhatian, waktu dan yang telah memanjatkan doa-nya kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar kepada penulis diberikan kekuatan serta kesehatan di saat menjalani masa perkuliahan sampai pada akhir penyelesaian penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan, demi kesempunaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap agar tesis ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat umum, pemerhati, akademisi sebagai bahan pengajaran, penelitian akademis, khususnya bagi investor dalam melakukan kegiatan investasi dalam
iv MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
obligasi, serta peneliti-peneliti selanjutnya yang menaruh minat meneliti pada bidang yang sama.
Medan, Penulis,
Maret 2008
Maju Hutajulu
v MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
RIWAYAT HIDUP
Maju Hutajulu, dilahirkan di Sidikalang pada tanggal 1 Mei 1963 dari pasangan bapak Pipin Hutajulu (alm) dan Hermian Naipospos (alm), sebagai anak ke sembilan dari sembilan bersaudara. Riwayat pendidikan dari jenjang pendidikan SD HKBP Sidikalang (lulus tahun 1975), SMP HKBP Sidikalang (lulus tahun 1979), SMA PSKD I Jakarta (lulus tahun 1982), Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama) – Fakultas Ekonomi – Jurusan Manajemen (lulus tahun 1988). Menikah pada tanggal 12 September 1992 dengan Yuliana Monalisa Br. Aritonang anak dari B. Aritonang (alm) dan S. br Sihombing, dan telah dikaruniai seorang putra Clinton Banua Betlehem Hutajulu, lahir tanggal 19 Desember 1993 di Jakarta. Pekerjaan sekarang adalah sebagai Pegawai dari Dana Pensiun Bank Mandiri Satu sejak tahun 1990 sampai sekarang.
vi MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK …………………………………………..………………………...
i
ABSTRACT ………………………………………..………………………….
ii
KATA PENGANTAR …………………………..…………………………….
iii
RIWAYAT HIDUP ……………………………..…………………………….
vi
DAFTAR ISI ……………………………………..……………………...........
vii
DAFTAR TABEL ………………………………..……………………...........
ix
DAFTAR GAMBAR …………………..……………………………………...
x
DAFTAR LAMPIRAN………………..………………………………………
xi
BAB I
PENDAHULUAN ……...………………………………………..
1
1.1
Latar Belakang…………………………………..………………..
1
1.2
Perumusan Masalah ………………………………………...........
8
1.3
Tujuan Penelitian ……….………………………………………..
8
1.4
Manfaat Penelitian ……………………………………………….
9
1.5
Kerangka Berpikir .. ……………………………………………...
10
1.6
Hipotesis ………………………………………............................
16
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..
17
2.1
Penelitian Terdahulu ……………………………..........................
17
2.2
Pengertian Obligasi ………………………………………………
21
2.3
Imbal Hasil Obligasi ……………………………………………..
31
BAB II
vii MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
2.4
Faktor Fundamental Ekonomi ……………………………………
32
2.5
Faktor Fundamental Perusahaan …………………………............
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN .................................................
50
3.1
Tempat dan Pelaksanaan Penelitian ………..…………….............
50
3.2
Metode Penelitian …………...……..…………..………...............
50
3.3
Populasi dan Sampel ……….…..………....…………..………….
50
3.4
Jenis dan Sumber Data ………………………………..………….
54
3.5
Tehnik Pengumpulan Data …………………………..…………...
54
3.6
Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ………….............
54
3.7
Model Analisis Data …………….……………………………….
60
3.8
Pengujian Asumsi Klasik ………………….……………………..
61
3.9
Pengujian Hipotetis …………………….………………………...
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………..
68
4.1
Gambaran Umum Pasar Modal Indonesia ….………….………...
68
4.2
Hasil Uji Asumsi Klasik …………………….…………………...
79
4.3
Hasil Uji Hipotesis …………………………...……..……............
87
4.4
Pembahasan ……………………………..………….…………….
88
P E N U T U P …………………..………………………………
102
5.1
Kesimpulan …………………………….………….……………..
102
5.2
Saran ……………………………………………………………..
103
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
105
BAB V
viii MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
1.1.
Perdagangan Obligasi Korporasi Melalui OTC Bursa Efek Surabaya (BES) ……….………………………………………...
3
Emisi Obligasi Korporasi Berdasarkan Pernyataan Efektif Bursa Efek Surabaya (BES) ……….…………………………….
4
1.3.
Indikator Ekonomi ………………………………………………
11
2.1.
Penelitian Terdahulu …………………………………………….
20
3.1.
Daftar Emiten Sampel Penelitian ………………………………..
52
3.2.
Definisi Operasional Variabel …………………………………..
55
4.1.
Daftar Perusahaan Sampel (yang Masuk Kriteria Sampel) ..........
72
4.2.
Data Rasio Keuangan ……………………………………...........
73
4.3.
Deskripsi Data Penelitian ……………………………………….
75
4.4.
Hasil Uji Asumsi Klasik (Variabel Bebas Berkorelasi) ………...
79
4.5.
Hasil Uji Multikolonieritas (Variabel Bebas Tidak Berkorelasi) .
81
4.6.
Hasil Uji Normalitas ……………………………….……………
84
4.7.
Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………….
86
4.8.
Hasil Uji Autokorelasi ……………………………….………….
87
4.9.
Hasil Uji Hipotesis ………………………………………………
87
4.10.
Hasil Uji F ……………………………………………………….
89
4.11.
Hasil Uji t ……………………………………………………….
90
1.2.
ix MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul
1.1
Kerangka Pemikiran …………………………………………….
16
4.1
Grafik Histogram ……………………………………………….
82
4.2
Grafik Normal Plot ……………………………………..............
83
4.3
Scatterplot Heteroskedastisitas …………………………………
85
x MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul
Halaman
1
Data Penelitian ……………………………………………….
107
2
Hasil Output Regresi Berganda ……………………………….
134
3
Simbol dan Definisi Pemeringkatan Obligasi PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) ………………………………..
138
xi MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Di tahun 2005 Bursa Efek Indonesia, Surabaya (BES) mengukir tonggak sejarah baru, di mana BEI Surabaya dapat mewujudkan perannya sebagai penyedia sarana perdagangan surat utang, dengan meluncurkan sistem baru untuk perdagangan
1 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
2
obligasi melalui bursa yang diberi nama Fixed Income Trading System (FITS) pada tanggal 16 Juni 2005, bertepatan dengan hari ulang tahun BES ke-16. Sistem ini juga mengakomodasi perdagangan obligasi dapat dilakukan secara ritel bagi investor individu. Sepanjang tahun 2005 BES meluncurkan program-program pemasaran secara intensif yang ditujukan untuk memperluas basis investor obligasi ke pasar ritel. Bekerjasama dengan Dana Pensiun, Asosiasi, Anggota Bursa, Akademisi dan pihakpihak terkait lainnya, BES mengadakan berbagai aktifitas untuk mempromosikan produk-produk BES khususnya obligasi, derivatif dan saham. Pasar Surat Utang, dengan perhitungan jumlah hari bursa di tahun 2004 dan 2005, masing-masing sebanyak 243 hari dan 241 hari. Bursa Efek Surabaya (BES), dalam usianya yang ketujuh belas 17 tahun, telah menjadi sebuah bursa yang mengelola penerbitan Surat Berharga Hutang – Obligasi oleh Pemerintah Republik Indonesia, sampai dengan tanggal 31 Agustus 2006, jumlah perusahaan yang telah melakukan emisi obligasi adalah sebanyak 160 emiten Perusahaan dengan jumlah kapitalisasi sebesar Rp. 62.99 trilliun. Jumlah ini adalah total perusahaan swasta maupun perusahaan milik negara (BUMN). Jumlah emiten yang memperoleh pernyataan efektif melakukan penawaran umum Obligasi sampai dengan tahun 2005 seperti dalam Tabel 1.1, adalah sebanyak 159 emiten (78 emiten diantaranya melakukan emisi saham) dengan total nilai
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
3
Rp. 62,955 triliun (termasuk Obligasi Konversi, Obligasi Syariah dan Sekuritas Kredit yang telah jatuh tempo). Tabel 1. 1. Perdagangan Obligasi Korporasi Melalui Over the Counter (OTC) Bursa Efek Surabaya (BES) Periode
Jumlah Emiten
Obligasi Tercatat (Rp Milyar)
Volume (Rp Milyar)
Frekuensi (X)
Hari Bursa
Volume Rata-rata Transaksi per hari (Rp. Milyar)
2000
91
18.885,24
8.511,78
2.400
241
35,32
2001
94
18.830,91
1.115,12
403
246
4,53
2002
100
21.520,58
6.091,73
2.077
245
24,86
2003
136
45.599,03
14,244,00
2.796
242
58,86
2004
152
58.791,35
17.347,31
4.987
241
71,98
2005
159
62.955,94
27.098,38
5.723
243
111,52
Sumber: Data Diolah dari Statistik Pasar Modal – Riset – Biro Bapepam Periode: 7 – 11 Agustus 2006 Sehubungan dengan adanya Obligasi yang di restrukturisasi dan Obligasi yang dalam realisasi penawaran umum terjual sebagian saja. Obligasi yang beredar (outstanding) sebanyak 14.351 obligasi senilai Rp. 62,955 triliun, seperti terlihat dalam Tabel 1.2.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
4
Tabel 1. 2. Emisi Obligasi Korporasi Berdasarkan Pernyataan Efektif Bursa Efek Surabaya (BES) Periode
Emisi Obligasi
Realisasi Emisi
Nilai Emisi
Outstanding Nilai
Nilai Emisi Volume 1.009.186
(Rp.Milyar)
2000
(Rp. Milyar) Volume 1.014.445 28.787,433
2001
1.067.695
31.662,433
2002
1.181.095
2003
(Rp. Milyar)
27.379,975
Volume 178.679
1.050.482
29.614,255
219.975
14.307,763
37.812,433
1.154.782
35.237,244
318.275
19.630,751
7.877.420
63.835,526
7.693.356
60.921,506
6.829.849
44.925,013
2004
13.740.146
83.005,349
12.982.310
78.796,692
12.118.803
62.800,199
2005
16.171.146
91.255.349
15.413.310
87.046.692
14.351.716
62.955,941
12.073,483
Sumber: Data Diolah dari Statistik Pasar Modal - Riset-Biro Bapepam Periode : 7 11 Agustus 2006 Dari Tabel 1.2 tersebut diatas dapat dilihat terdapat lonjakan yang sangat signifikan sejak 2002 sebesar Rp. 37.812,- miliar, tahun 2003 sebesar Rp. 63.835,miliar, tahun 2004 sebesar Rp. 83.005,- miliar sampai dengan tahun 2005 sebesar Rp. 91.255,- miliar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam periode tersebut penerbitan obligasi menjadi trend bagi emiten untuk mendapat dana segar untuk pembiayaan investasi jangka panjang, modal kerja, penambahan modal perusahaan, atau untuk pelunasan hutang perusahaan. Tingginya minat perusahaan baik perusahaan swasta maupun BUMN melakukan emisi saham dan obligasi di Bursa Efek Surabaya (BES) dari tahun ke tahun disebabkan antara lain: (Samuel Sekuritas, 2002)
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
5
1. Semakin tingginya kepercayaan dunia usaha untuk melakukan investasi pada surat surat berharga yang diterbitkan oleh emiten. 2. Kecenderungan setiap adanya emisi obligasi korporat terjadi kelebihan permintaan investor sehingga perusahaan harus kembali menerbitkan obligasi berseri, misalnya Obligasi-Seri-I, Obligasi-Seri-II, dan seterusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan obligasi dari investor sangat tinggi. 3. Tingkat imbal hasil (return) yang diberikan oleh emiten atas surat-surat berharga yang diterbitkan sangat kompetitif dibanding dengan instrumen investasi dengan imbal hasil tetap lainnya seperti deposito. 4. Efisiensi dan transparansi manajemen Bursa Efek Surabaya (BES) dan lembaga pendukungnya dalam mengelola bursa setiap penerbitan surat-surat berharga. 5. Kecenderungan semakin menurunnya tingkat bunga deposito, baik oleh Bank Swasta maupun Bank Pemerintah. Tingkat bunga deposito per tahun sebesar antara 7% s/d 9%, dibandingkan dengan imbal hasil obligasi sebesar 11% s/d 13%, mengakibatkan individu maupun perusahaan mengalihkan investasi mereka dari deposito kepada obligasi. 6. Terbitnya Undang-undang Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) No. 24/2004 yaitu undang-undang yang mengatur tentang batas maksimum penjaminan deposito sebesar Rp. 100,- juta, baik pada bank pemerintah maupun swasta. 7. Adanya
kebijakan
pemerintah
untuk
memberikan
kesempatan
kepada
Pemerintah Daerah (Pemda) untuk menerbitkan Surat Berharga Obligasi dalam
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
6
bentuk Manucipal Bond untuk membiayai proyek-proyek yang strategis dan memberikan manfaat secara sosial dan ekonomis bagi masyarakat setempat. Berdasarkan kondisi di atas, maka setiap penerbitan obligasi yang dilakukan oleh emiten, terdapat indikasi bahwa permintaan pasar melebihi penawaran. Hal ini oleh para pelaku pasar modal dipandang sangat positif dan berdampak pada semakin tingginya minat emiten-emiten baru untuk melakukan emisi obligasi di pasar modal (Bisnis Indonesia, 2007). Tingginya permintaan pasar pada setiap penawaran obligasi (over-subcribed) mengakibatkan investor individu (individual investor) maupun investor institusi dan perusahaan (Institutional and corporate investor) selalu menunggu emiten baru baik swasta maupun BUMN. Hal ini lebih jelas terlihat apabila emiten telah memiliki reputasi nasional maupun internasional, dan termasuk emiten perusahaan milik negara atau BUMN. Hal lain yang menjadikan obligasi sebagai alternatif investasi (Cahaya, 2004), diantaranya: 1. Terbitnya Obligasi Penjaminan berbentuk Surat Utang Negara (SUN). SUN ini diterbitkan Negara cq Departemen Keuangan RI yang penggunaannya untuk menutup kewajiban pemerintah atas Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) selama krisis moneter. 2. Terbitnya Obligasi Rekapitalisasi. Obligasi ini ditujukan untuk permodalan ke bank-bank pemerintah dan swasta yang sahamnya diambil-alih oleh pemerintah.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
7
Obligasi ini terdiri dari Obligasi berbunga mengambang, obligasi berbunga tetap dan obligasi lindung nilai (Hedged Bond). 3. Terbitnya obligasi Bergaransi (Guaranteed Bond), yaitu obligasi yang dijamin oleh pihak ketiga (Guarantor), selain emiten dan pemodal. Jaminan berupa janji untuk melunasi kewajiban emiten kepada pemegang obligasi kalau emiten mengalami wanprestasi. Tanggung jawab bias terbatas kepada pokok atau bunga obligasi. 4. Terbitnya Obligasi Beragunan (Secured Bond), yaitu sebuah obligasi yang dijamin dengan seluruh harta kekayaan penerbit baik barang bergerak maupun tidak bergerak Darmadji dan Fakhruddin (2001), menyatakan bahwa perusahaan yang berencana melakukan emisi obligasi dilandasi oleh beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Dapat memperoleh dana relatif lebih besar dan diterima sekaligus (tanpa penjadwalan atau termin-per-termin). 2. Biaya relatif murah. 3. Proses relatif lebih mudah. 4. Dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya peningkatan professionalisme. 5. Emiten akan lebih dikenal masyarakat, dan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
8
6. Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, diantaranya adanya faktor yang mendorong terjadinya kelebihan permintaan, kesempatan berinvestasi secara ritel maupun individu, peluang emiten menerbitkan obligasi dengan memberikan tingkat imbal hasil obligasi (imbal hasil dengan tingkat bunga tetap atau tingkat bunga mengambang) yang kompetitif dengan instrumen investasi lain, adanya dinamika ekonomi makro yang mempengaruhi siklus bisnis seperti inflasi, nilai tukar, dan faktor suku bunga. Atas fenomena tersebut, penulis mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini menjadi sebagai berikut: “Apakah faktor fundamental ekonomi (Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi) dan perusahaan (Rasio Lancar, Rasio Leverage (Debt to Equtiy ratio), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI)) secara serempak berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi?”
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan fundamental perusahaan terhadap imbal hasil obligasi. Dengan demikian sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental ekonomi (Tingkat Suku Bunga,
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
9
Nilai Tukar Rupiah, Inflasi) dan fundamental perusahaan (Rasio Lancar, Rasio Leverage (Debt to Equtiy ratio), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI)) secara serempak terhadap imbal hasil obligasi di Bursa Efek Indonesia”.
1.4.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Untuk menambah wawasan dan pandangan kepada peneliti, tentang faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang mempengaruhi imbal hasil obligasi dan variabel yang mempengaruhinya. 2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada mengenai pengaruh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap imbal hasil obligasi. 3. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya termasuk akademisi, khususnya di Sekolah Pascasarjana Program Universitas Sumatera Utara yang tertarik mendalami bidang investasi, untuk mendapatkan penemuan-penemuan baru yang berguna bagi kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan. 4. Sebagai pedoman bagi para investor khususnya dan masyarakat umumnya, dalam memberikan informasi yang lebih lengkap, dan jelas mengenai pengaruh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap imbal hasil obligasi di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat mempertimbangkan pengambilan keputusan yang akurat dalam menginvestasikan dananya di pasar modal.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
10
1.5.
Kerangka Berpikir Perekonomian makro merupakan lingkungan di mana seluruh perusahaan
beroperasi. Faktor perekonomian makro menentukan kinerja dalam pencapaian laba perusahaan yang tercermin dari kenaikan harga saham dan surat berharga lainnya di pasar uang dan modal. Harga saham akan berkorelasi positif atas pencapaian laba dalam memberikan dividen kepada pemegang saham, atau bunga kupon atas obligasi. Kondisi perekonomian makro di mana kebijakan-kebijakan makro ekonomi diputuskan oleh pemerintah, secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Misalnya dalam kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral, akan berdampak pada pergerakan harga-harga saham atau harga instrumen surat berharga keuangan lainnya, seperti obligasi. Namun secara keseluruhan, perekonomian makro harus dilihat sebagai indikator-indikator utama oleh kalangan perusahaan atau investor sebagai pendukung atau petunjuk dalam melakukan perencanaan kegiatankegiatan usaha. Beberapa variabel dalam perekonomian makro (Bodie, Kane dan Markus, 2006), diantaranya: Produk Domestik Bruto, Kesempatan Kerja, Inflasi (inflation), Tingkat Bunga (interest rate), Defisit Anggaran (budget deficit), Sentimen Pasar, Nilai Tukar (exchange rate). Dalam Tabel 1.3, berikut indikator-indikator ekonomi makro yang mempengaruhi perekonomian makro secara keseluruhan dan menjadi perhatian investor dalam mempertimbangkan investasinya adalah sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
11
Tabel 1.3. Indikator Ekonomi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
12 13 14
15 16
17
Indikator PDB Harga Konstan Thn 2000 ( Triliun) Pertumbuhan PDB (%) Inflasi (%) Neraca Transaksi Berjalan (US$ Billion) Total Ekspor (US$ Billion) Ekspor Nonmigas (US$ Billion) Total Impor (US$ Billion) Impor Nonmigas (US$ Billion) Neraca Perdagangan (US$ Billion) Uang Primer (Rp Triliun) Uang Beredar (Rp Triliun) a. Arti Sempit (M1) b. Arti Luas (M2) Dana Pihak Ketiga Perbankan (Rp Triliun) Kredit Perbankan (Rp Triliun) Suku Bunga (persen per tahun) a. SBI 1 Bulan b. Deposito 1 Bulan c. Kredit Modal Kerja d. Kredit Investasi Rupiah/US$ (Kurs Tengah Bank Indonesia) Persetujuan Investasi - Domestik (Rp Triliun) - Asing (US$ Billion) Nilai Kapitalisasi Pasar BEJ (Rp Triliun)
2003
2004
2005
1,579.6 4.88 5.06 4.0 55.6 43.1 29.5 22.6 26.1 136.5
1,660.6 5.13 6.4 2.9 69.7 54.1 46.2 34.6 23.5 199.7
1.313.4 5.34 17.11 0.37 77.29 59.90 52.69 36.61 24.60 384.4
207.6 911.2 866.3 411.7
253.8 1,033.5 965.1 553.6
276.7 1168.3 1097.7 679.5
8.31 7.7 15.8 16.3
7.43 6.4 13.4 14.1
12.75 11.46 15.92 16.60
8,420 16.0 6.2 742.5 411.7
9,270 36.8 10.3 1,000.2 679.9
9,830 45.73 11.69 1,226.7 758.4
Sumber: Data Diolah dari BPS, BI, dan BEJ, 2007 Salah satu indikator ekonomi makro yang berpengaruh dalam perekonomian adalah Laju Inflasi. Secara keseluruhan laju inflasi pada tahun 2005 mencapai 17,1 persen. Pelonjakan akan angka inflasi ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi dua kali selama tahun 2005, yang memicu kenaikan harga berbagai barang dan jasa sampai berulang-ulang
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
12
kali. Inflasi yang terjadi banyak di luar perkiraan banyak kalangan ini jauh di atas angka inflasi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2005. Dilihat dari kelompok pengeluaran penyebab inflasi tahun 2005, inflasi pada kelompok transportasi dan komunikasi. Kelompok ini mencatat inflasi yang sangat tinggi pada bulan Maret dan Oktober 2005 bersamaan dengan kenaikan harga BBM dalam negeri. Sementara itu kelompok pengeluaran yang paling rendah tingkat inflasinya selama tahun 2005 adalah kelompok kesehatan. Selanjutnya indikator ekonomi makro lain yang memiliki pengaruh dalam perekonomian adalah Kurs Rupiah. Meskipun kurs rupiah dapat distabilkan menjelang akhir tahun 2005, namun tahun 2005 tetap dapat dikatakan sebagai tahun memprihatinkan bagi perekonomian Indonesia. Berbagai persoalan ekonomi muncul, tidak saja disebabkan kenaikan harga minyak internasional. Terus naiknya suku bunga The Fed, kesemuanya ini tidak saja berdampak pada terganggunya stabilitas perekonomian secara keseluruhan, tetapi juga berpengaruh iklim investasi. Perkembangan Pasar Uang dan Pasar Modal. Setelah terus melemah dan sempat terpuruk ke level Rp. 10.876 pada 29 Agustus 2005, kurs tengah rupiah kembali menguat, terutama sejak adanya reshufle tim ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu. Kurs tengah rupiah yang pada akhir Desember 2005 menguat ke level Rp. 9.830 per dollar AS merupakan penguatan. Terus menguatnya rupiah, tidak saja menunjukkan
mulai
membaiknya
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perekonomian nasional. Adanya rencana penerbitan obligasi global oleh perusahaan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
13
BUMN, dan masuknya investasi portofolio pasar modal sangat mendukung perbaikan nilai rupiah. Sementara itu kinerja Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang sepanjang tahun 2005 merupakan terbaik ketiga setelah indeks utama bursa Korea dan Jepang, sampai menjelang akhir Januari lalu masih terus membaik. Selain itu, akibat kenaikan harga BBM dan lonjakan inflasi yang menurunkan daya beli masyarakat, tahun 2005 ditandai dengan peningkatan jumlah pengangguran terbuka dan melonjaknya angka kemiskinan. Meskipun demikian, penguatan rupiah yang berlangsung dewasa ini masih sangat rentan terhadap berbagai gejolak. Kebijakan pemerintah yang kontroversial, seperti kenaikan tarif dasar listrik yang berlebihan, akan sangat berpotensi melemahkan kembali nilai rupiah. Volatilitas rupiah hanya dapat dikurangi jika pemerintah bijaksana dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut hajat hidup orang banyak dan segera memperbaiki iklim investasi. Kondisi masyarakat dan dunia usaha yang belum pulih dari kejutan kenaikan harga BBM dalam negeri hendaknya dipertimbangkan benar, agar kestabilan moneter dapat dijaga dan kredibilitas penerintah tidak semakin memburuk. Indikator ekonomi lain adalah tingkat suku bunga. Suku bunga yang terjadi sejak pertengahan tahun 2005 mengalami perlambatan di tahun 2005. Bank Indonesia selaku otoritas moneter pada tahun 2005 melakukan perlambatan tersebut setelah melihat adanya kecenderung penguatan kurs rupiah. Posisi kurs rupiah yang cenderung menguat menjadi insentif bagi BI untuk tidak
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
14
menyesuaikan BI rate dengan kenaikan suku bunga The Fed Sementara itu, adanya kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan oleh para pelaku pasar, tidak menyebabkan terjadinya gejolak yang berlebihan pada pasar uang dan pasar modal. Faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi suku bunga dalam perekonomian adalah: (Bodie, Kane dan Marcus, 2006) 1. Suplai dana dari para penabung, terutama dari sektor rumah tangga. 2. Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan persediaan (aset riil atau pembentukan modal). 3. Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral. Faktor fundamental perusahaan yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menganalisis imbal hasil obligasi. Faktor fundamental perusahaan adalah sekumpulan faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi imbal hasil obligasi dan harga obligasi. Rasio keuangan merupakan alat-alat analis keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan memiliki cakupan dimensi yang sangat luas baik menyangkut kegiatan investasi, operasi maupun pendanaan. Karena itu kinerja perusahaan didefinisikan sebagai “hasil keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen” (Tulasi, 2005).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
15
Kinerja keuangan penting karena: 1) kinerja keuangan merupakan salah satu indikator utama yang mendeskripsikan secara jelas kondisi kehidupan perusahaan (kesuksesan ataupun kegagalan) dan operasional perusahaan, 2) adanya keeratan hubungan antara kinerja keuangan dengan aspek-aspek strategis lain seperti kinerja manajemen dan ekspektasi stakeholders (investor, kreditur, masyarakat dan pemerintah), dan 3) pada batas marginal kinerja keuangan perusahaan bisa memberikan petunjuk riil dari serangkaian interaksi antar manusia, gagasan, kegiatan, dan aspek organisasi lainnya dalam upaya mencapai misi dan visi tujuan dan sasaran perusahaan (Tulasi, 2005). Analisis faktor fundamental ekonomi dan perusahaan merupakan faktorfaktor yang mempengaruhi imbal hasil obligasi baik secara parsial maupun secara serempak, dan berdasarkan penjelasan-penjelasan teori obligasi, faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan kerangka pemikiran dalam model penelitian sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
16
Faktor Fundamental Ekonomi: -Tingkat Suku Bunga, -Nilai Tukar Rupiah, -Inflasi, Faktor Fundamental Perusahaan:
Imbal Hasil Obligasi
-Rasio Lancar (CR), -Debt Equity Ratio (DER), -Return on Equity (ROE), -Return on Investment (ROI)
Sumber: Diadopsi dari: Aristanto, 2003 dan Tandelilin, 1997 Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran
1.6.
Hipotesis Sehubungan dengan kerangka pemikiran pada Gambar 1.1. maka penulis
dalam penelitian ini merumuskan hipotesis sebagai pijakan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut: “Faktor fundamental ekonomi (Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi) dan faktor fundamental perusahaan (Rasio Lancar, Rasio Leverage (Debt to Equtiy ratio = DER), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE)) secara serempak mempunyai pengaruh terhadap imbal hasil obligasi”.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap imbal hasil surat berharga telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Dalam penelitian tersebut peneliti lebih banyak menganalisis pengaruh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan terhadap imbal hasil saham. Beberapa penelitian terdahulu menjelaskan pengaruh-pengaruh dari faktor fundamental ekonomi dan perusahaan, yang mempengaruhi harga dan imbal hasil saham dan obligasi sebagai berikut: 1. Tandelilin (1997), yang meneliti tentang faktor ekonomi makro yang mempunyai hubungan dengan risiko sistematis menyimpulkan bahwa dari sekian banyak variabel ekonomi hanya variabel indikator pertumbuhan ekonomi yang berpengaruh terhadap risiko sistematis sedangkan variabel indikator tingkat suku bunga dan inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap risiko sistematis. 2. Levi (2001), mengenai tulisannya mengenai obligasi dan diversifikasi portofolio internasional menyebutkan bahwa bahwa kontribusi kurs terhadap resiko obligasi jauh lebih besar daripada terhadap saham. Harga saham berubah mengikuti laju inflasi, maka laju inflasi yang lebih tinggi di suatu negara akan meningkatkan harga saham pada waktu yang sama karena inflasi menyebabkan depresiasi mata uang negara tersebut. Inflasi meningkatkan harga, termasuk
17 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
18
harga aset tetapi menyebabkan terjadinya depresiasi. Dalam situasi tersebut, pengaruh inflasi dalam harga aset mata uang diimbangi dengan depresiasi saat harga aset diukur dalam Dolar AS. Sedangkan dalam kasus obligasi, situasi yang berlawanan dapat terjadi. Depresiasi mata uang rupiah dapat mendorong pemerintah untuk meningkatkan tingkat bunga dalam usaha untuk mendongkrak nilai mata uang, praktek ini disebut “learning against the wind”. Tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan harga obligasi dalam mata uang lokal, sehingga depresiasi mata uang diikuti dengan penurunan nilai obligasi dalam mata uang lokal. Berbeda dengan kasus saham, nilai aset mata uang lokal dan pergerakan kurs saling menguatkan yang meningkatkan variasi nilai obligasi dalam Dolar AS. Terjadinya korelasi positif antara nilai aset mata uang lokal dan kurs menambah volatilitas. Dimasukkannya obligasi dan saham dalam portofolio diversifikasi international memberikan peluang untuk mengurangi resiko pengembalian yang diberikan sebagai lawan portofolio stock-only. Terdapat manfaat dari kepemilikan obligasi sekalipun resiko nilai tukar pada obligasi relatif tinggi. 3. Lena dan Atahau (2003) dalam tulisannya pengukuran durasi obligasi untuk mengetahui sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga di Indonesia dengan mengambil sampel obligasi yang diperdagangkan di pasar modal Indonesia dengan teknik non probability sampling. Hasil uji beda mean sample dependent menunjukkan t-test > t-tabel maka Ha diterima karena ada perbedaan yang signifikan antara perkiraan harga dengan harga yang sebenarnya
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
19
berarti
pengukuran
durasi
obligasi
tidak
dapat
dipergunakan
untuk
memperkirakan perubahan harga obligasi akibat perubahan tingkat suku bunga di Indonesia. 4. Eko Aristanto (2003), faktor fundamental perusahaan seperti pertumbuhan aktiva, leverage, likuiditas, pertumbuhan laba, dan faktor fundamental ekonomi yang meliputi pertumbuhan ekonomi, tingkat bunga, dan nilai tukar rupiah menyimpulkan bahwa dari sekian banyak variabel indikator fundamental perusahaan dan fundamental ekonomi hanya likuiditas yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko sistematis. 5. Andry (2005) dalam tulisannya mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi dengan pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengujian hipotetis menggunakan regresi logistik. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan tentang faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi peringkat obligasi pada perusahaanperusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa growth/pertumbuhan perusahaan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Pengujian menunjukkan bahwa size/ukuran perusahaan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi ditolak. Peneliti menduga bahwa penolakan terhadap hipotesis disebabkan oleh ukuran perusahaan yang diproyeksikan dengan total aset tidak dapat ditentukan peringkat obligasi perusahaan karena karena pada umumnya untuk melihat peringkat obligasi yang dilihat dari segi kewajiban/hutang perusahaan, selain itu peringkat obligasi terkait dengan kemampuan perusahaan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
20
melunasi kewajiban/hutang. Jadi berapapun besarnya total aset suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi peringkat obligasi. Sinking fund juga akan mempengaruhi prediksi obligasi. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki sinking fund akan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. Hasil pengujian yang menyatakan bahwa secure/jaminan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi ditolak. Sebagian dari ringkasan penelitian terdahulu seperti terlihat dalam Tabel 2.1. berikut: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu No 1.
2.
3.
Nama Peneliti Tandelilin (1997)
Judul Penelitian Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio (Bursa Efek Jakarta (BEJ)). Levi (2001) Pengaruh obligasi dan diversifikasi portfolio internasional pada Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Lena dan Pengukuran atau (2003) durasi obligasi untuk mengetahui sensitifitas harga
Hasil Model Penelitian Penelitian Variabel indikator pertumbuhan Regresi ekonomi berpengaruh terhadap risiko Berganda. sistematis, sedangkan variabel indikator tingkat suku bunga dan inflasi tidak berpengaruh.
1.
2.
3.
Kontribusi kurs terhadap risiko Regresi obligasi lebih besar daripada Berganda terhadap saham. Inflasi Menyebabkan depresiasi mata uang dan meningkatnya harga-harga. Tingkat bunga yang lebih tinggi menurunkan harga obligasi. Obligasi dan saham dalam portfolio internasional mengurangi risiko tingkat pengembalian.
Pengukuran durasi obligasi tidak Regresi dapat dipergunakan untuk berganda. memperkirakan perubahan harga oligasi akibat perubahan tingkat suku bunga.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
21
No
Nama Peneliti
4
Eko Aristanto (3003)
5
Andry (2005)
2.2.
Judul Penelitian obligasi terhadap perubahan tingkat bunga (Bursa Efek Surabaya (BES)) Pengaruh faktor fundamental perusahaan dan ekonomi terhadap risiko sistematis (Bursa Efek Jakarta (BEJ)) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi (Bursa Efek Surabaya (BES))
Hasil Penelitian
Model Penelitian
Variabel faktor fundamental ekonomi Regresi dan perusahaan, hanya likuiditas yang berganda mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko sistematis.
Regresi Hasil penelitian: logistik 1. Growth/pertumbuhan mempengaruhi prediksi peringkat obligasi. 2. Size/ukuran perusahaan berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 3. Sinking fund berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. 4. Jaminan tidak mempengaruhi peringkat obligasi.
Pengertian Obligasi 2.2.1. Pengertian Obligasi (Bond) Menurut (Bodie, Kane dan Marcus, 2006), Obligasi merupakan sekuritas
yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang; jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
22
peminjam. Dengan demikian Obligasi adalah surat berharga yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi, disamping saham dan sertifikat deposito, dan properti. Obligasi dilihat dari perusahaan yang menerbitkan adalah termasuk sumber pembiayaan investasi jangka panjang (5 s/d 10 tahun), dengan demikian merupakan hutang jangka panjang. Ditinjau dari sudut pendapatan investor, obligasi merupakan investasi dengan pendapatan tetap (fixed income) yang lazim disebut kupon (coupon). Selain pendapatan tetap, obligasi juga memberikan keuntungan modal (capital gain). Ditinjau dari sudut risiko, obligasi dikelompokkan sebagai investasi dengan risiko rendah dibanding dengan saham. Namun dari sudut likuiditas obligasi kurang likuid dibanding dengan saham dan deposito. Obligasi adalah salah satu alternatif investasi di pasar modal dan terutama ditujukan kepada investor jangka panjang. Ada empat ketentuan yang menjadi daya tarik utama obligasi, yaitu: (Capital Market Society of Indonesia, 1997) 1. Obligasi membayar serangkaian bunga dalam jumlah tertentu secara reguler (teratur). Karena itu obligasi disebut sekuritas pendapatan tetap (fixedincome securities). 2. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut seutuhnya dan tepat waktu. Sehingga obligasi terlihat kurang berisiko dibandingkan investasi yang tergantung pada naik turunnya pasar (misalnya saham).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
23
3. Obligasi memiliki jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal. Pembayaran suku bunga obligasi juga sudah ditetapkan ketika obligasi diemisi. 4. Tingkat bunga obligasi kompetitif yaitu bahwa tingkat bunga dapat dibandingkan dengan apa yang bisa didapatkan investor di tempat lain. Sebagai hasilnya, tingkat obligasi baru biasanya sama dengan suku bunga perbankan saat ini. Sertifikat obligasi yaitu merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi (emiten) dari pemodal. Jika diperhatikan karakteristik hutang jangka panjang yang dalam hal ini adalah obligasi, maka menurut Brigham (1995) menyatakan bahwa karakteristik obligasi adalah: a. Aspek risiko, hutang dipandang lebih menguntungkan dibanding saham. b. Aspek laba, para pemegang obligasi memiliki pengembalian tetap (kupon). c. Aspek kendali, pemegang obligasi tidak memiliki hak suara, jika sampai obligasi dinyatakan tak dapat dibayar, pemegang obligasi dapat mengambil alih kendali penerbit (emiten).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
24
2.2.2. Jenis-jenis Risiko Obligasi Tak ada satu investasi pun yang tidak memiliki risiko. Hanya saja, tingkatan risiko setiap instrumen investasi tentunya berbeda. ‘High Risk, High Return’ tentu bukan istilah yang asing lagi dalam berinvestasi. Semakin tinggi hasil investasi yang diharapkan, risiko yang harus ditanggung juga tidak ringan. Fabozzy (2000), menguraikan jenis-jenis risiko yang terikat dalam instrument investasi surat berharga obligasi sebagai berikut: 1. Market risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan adanya inflasi, sehingga menyebabkan meningkatnya suku bunga yang pada akhirnya menurunkan harga obligasi termasuk dalam risiko pasar adalah adanya permintaan dan penawaran atas obligasi. 2. Reinvestment risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan perubahan yield terhadap re-investasi, atas cash flow yang diterima oleh pemilik obligasi. Adapun risiko ini hanya akan diderita oleh pemegang obligasi yang berkupon. 3. Credit risk, yaitu; tingkat risiko yang disebabkan penerbit obligasi tidak dapat membayar kembali hutang pokok dan bunga terhadap obligasi yang diterbitkan (default risk). Dalam hal ini perusahaan penerbit bisa saja mengalami kesulitan keuangan dan mereka tidak menepati janjinya untuk membayar kupon atau bunga obligasi setiap tahun atau pokok dari investasi (nilai pari). Bila hal ini terjadi maka perusahaan penerbit gagal memenuhi janjinya dan Anda sebagai investor dirugikan. Dalam hal ini Anda dapat melihat peringkat dari obligasi dari
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
25
perusahaan yang menerbitkan. Pemeringkatan ini dilakukan oleh sebuah perusahaan independen. 4. Likuidity risk, yaitu risiko yang disebabkan tidak aktifnya pasar sekunder obligasi, sehingga untuk pemegang obligasi yang membutuhkan likuiditas sulit untuk menjual obligasinya dengan segera, ataupun kalau ada mau membeli harganya sangat rendah, sehingga tidak memenuhi imbal hasil (return) seperti yang diharapkan. Ada kemungkinan obligasi yang dimiliki investor tidak dapat dijual segera karena obligasi tersebut tidak menarik buat investor lainnya sehingga jika tiba-tiba investor/perusahaan membutuhkan dana dalam jangka pendek maka tidak dapat dilakukan dengan segera atau bila tetap ingin menjual harus bersedia menjual dengan harga yang jauh lebih rendah dari nilai sebenarnya. 5. Volatility risk, yaitu tingkat risiko yang disebabkan oleh berfluktuasinya suku bunga di pasar, sehingga harga dari obligasi bisa berubah-rubah (volatile), yang dapat menyebabkan adanya capital gain atau capital lost. 6. Inflational risk (risiko inflasi), yaitu disebabkan oleh inflasi yang menurunkan purchasing power (daya beli) kupon yang diterima investor. Obligasi dengan suku bunga mengambang mempunyai risiko inflasi yang rendah. Risiko inflasi (daya beli) sangat dipengaruhi oleh inflasi suatu negara. Jika inflasi rendah, return atas obligasi akan menjadi baik. Tapi jika terjadi sebaliknya, return atas obligasi bisa menjadi habis bahkan negatif karena harus menyerap inflasi yang tinggi. Hal ini tentunya akan menurunkan daya beli.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
26
7. Event risk, yaitu kemampuan penerbit obligasi untuk membayar kupon dan pokok dipengaruhi oleh bencana alam, take over, merger, restructuring, dan krisis ekonomi. 8. Exchange rate risk, yaitu obligasi yang diterbitkan dengan mata uang sesuai dengan tempat penerbitan obligasi, dalam kondisi rupiah melemah terhadap US$ Dollar, pemilik obligasi USD memperoleh keuntungan, sedangkan obligasi dalam mata uang rupiah mengalami kerugian sebagai konsekuensi risiko mata uang asing. Exchange rate risk perlu dipertimbangkan sejalan dengan dikeluarkan atau dicatatnya obligasi dengan mata uang non-rupiah di pasar modal. Nilai kupon atau arus kas yang Anda terima akan sangat berpengaruh dengan perubahan nilai tukar rupiah. Misalkan obligasi yang Anda beli dalam satuan dolar AS, maka kupon yang Anda terima berupa dolar AS. Bila semakin menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka nilai nominal rupiah yang akan Anda terima menjadi lebih sedikit demikian juga sebaliknya. Nilai tukar mata uang rupiah terhadap beberapa mata uang asing yang belum stabil menjadikan risiko ini harus diperhatikan dengan baik, agar tidak merugikan investor.
2.2.3. Bentuk-bentuk Obligasi Obligasi dikenal memiliki jenis-jenis antara lain: (Weston, Brigham, 1990) 1. Obligasi Hipotik, yaitu pinjaman jangka panjang dengan jaminan harta tak bergerak (property). Jika suatu perusahaan menerbitkan obligasi hipotik
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
27
berarti perusahaan tersebut telah menjaminkan aktiva perusahaan sebagai jaminan. Jaminan ini merupakan syarat mutlak dalam perjanjian hutang jangka menengah dan jangka panjang (menengah = 5 tahun dan jangka panjang > 5 tahun). 2. Debenture, yaitu Obligasi tanpa jaminan, merupakan obligasi jangka panjang yang tidak dijamin dengan harta tak bergerak tertentu. Indenture, yaitu merupakan dokumen yang mengatur hubungan jangka panjang antara kreditor dengan debitor. Pengikatan kontrak jangka panjang antara penerbit obligasi dengan investor (pembeli obligasi) diatur dengan alasan untuk menghindari terjadi sesuatu (misal kebangkrutan) dalam jangka panjang dari perusahaan penerbit obligasi. Secara garis besar, rincian kontrak obligasi memuat antara lain: (Weston, Brigham, 1990) a. Bentuk obligasi dan instrumennya. b. Uraian lengkap mengenai harta yang dijaminkan. c. Jumlah emisi obligasi. d. Klausul-klausul perlindungan atas pembeli obligasi. e. Rasio-rasio kewajiban perusahaan terhadap kreditor lainnya, dan f. Pengaturan penebusan kembali obligasi.
2.2.4. Penawaran Obligasi Melalui Pasar Perdana Penawaran obligasi melalui pasar perdana adalah salah satu cara penawaran obligasi kepada masyarakat baik investor individu maupun investor lembaga. Secara
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
28
lengkap penawaran obligasi melalui media yang lazim disebut Prospektus: Pihakpihak yang berperan dalam penerbitan obligasi diantaranya (Analisa Obligasi untuk Membiayai Pembangunan Daerah (Municipal Bond) Kasus Pemda Propinsi Jawa Barat (Bachrul, download, 16 Juni 2007). 1. Penanam Modal (Investor): Di negara maju, penanam modal atau pembeli obligasi umumnya adalah masyarakat atau perseorangan. Di Indonesia kondisi ini belum mengarah ke sana. Saat ini masih relatif sulit untuk mengharapkan perseorangan secara langsung membeli obligasi. Di Indonesia umumnya obligasi dibeli oleh lembaga-lembaga semacam dana pensiun atau perusahaan asuransi yang memiliki “supply of fund” yang sangat besar. 2. Penjamin Pelaksana Emisi (Underwriter): Perusahaan penjamin pelaksanaan emisi obligai berfungsi selain sebagai pelaksana penjualan obligasi, bila perlu membeli seluruh atau sebagian obligasi yang diterbitkan apabila penjaminan pelaksanaan emisi mempunyai persyaratan “full commitment”. Dewasa ini sudah terdapat sejumlah besar perusahaan penjamin pelaksana emisi khususnya di DKI Jakarta yang telah melakukan sejumlah transaksi penjaminan penerbitan obligasi dan saham. 3. Lembaga Penilai (Rating Agency): Lembaga ini berfungsi sebagai penilai kemampuan membayar kembali baik calon penerbit obligasi, maupun lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan penerbitan obligasi tersebut. Pada saat ini di Indonesia terdapat satu-satunya lembaga penilai yaitu PT. Pefindo
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
29
(PT. Pemeringkat Efek Indonesia). Bila diperlukan, lembaga penilai dari luar negeri juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan suatu penilaian. 4. Wali Amanat (Trustee)/Paying Agent: Wali amanat adalah badan/lembaga yang diberi kepercayaan untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi, yang juga sering berfungsi sebagai agen pembayaran. Biasanya yang bertindak sebagai wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah bank, dalam hal ini beberapa bank sudah melakukannya, sebagai contoh dapat disebutkan BDN, BTN dan beberapa bank swasta. 5. Penasehat Hukum Obligasi (Bond Counsel): Dalam pelaksanaan penerbitan obligasi, penasehat hukum obligasi diperlukan baik untuk kepentingan penerbit atau emiten dalam hubungannya dengan pihak-pihak terkait, seperti dengan penjamin pelaksana emisi, maupun pihak penanam modal. Penasehat hukum obligasi berfungsi sebagai penasehat hukum, pelindung hukum, dan penengah jika kemudian timbul permasalahan hukum. Seperti halnya perusahaan penjamin pelaksana emisi, di Indonesia dewasa ini sudah banyak berdiri perusahaan penasehat hukum obligasi yang beroperasi. Khususnya untuk di Jakarta, beberapa diantaranya menggunakan tenaga profesional dari luar negeri. 6. Penjamin Obligasi (Guarantor) Adalah pihak yang bersedia membayarkan kewajiban penerbit obligasi jika penerbit obligasi lalai atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Penjamin emisi juga berfungsi sebagai “credit enhancer”, yaitu untuk menurunkan biaya bunga obligasi. Dalam penerbitan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
30
obligasi, terutama apabila hasil “rating” (pemeringkatan) dari “Rating Agency” kurang menguntungkan yang disebabkan “performance” keuangan si calon emiten kurang baik, maka jaminan suatu bank yang mempunyai “rating” bagus sangat diperlukan. 7. Penasehat Keuangan (Financial Consultant): Jika diperlukan, BUMD atau Pemda yang akan menerbitkan obligasi atau saham dapat meminta nasehat keuangan kepada lembaga yang khusus bekerja untuk itu. Lembaga ini sudah cukup banyak berdiri di DKI Jakarta. 8. Pembina (Supervisor/overseas): Pembina dan pengawas pasar modal adalah Bapepam (Badan Pembina dan Pengawas Pasar Modal). Sesuai fungsinya sebagai pembina dan pengawas pasar modal. Bapepam telah semakin maju dalam upaya melindungi penanam modal dan menjaga ketertiban pihakpihak yang menjadi pemain di pasar modal. 9. Bursa di Indonesia, bursa atau pasar modal baru terdapat di Jakarta (Bursa Efek Jakarta-BEJ) dan Surabaya (Bursa Efek Surabaya-BES). Penjualan obligasi melalui bursa dikenal dengan istilah “public offering” atau penawaran secara terbuka kepada umum. Namun, penjualan saham/obligasi dapat juga dilakukan di luar bursa, dikenal dengan istilah “private placement”.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
31
2.3.
Imbal Hasil Obligasi Dalam penilaian obligasi, imbal hasil yang diharapkan investor adalah terdiri
dari Kupon Obligasi dan Capital Gain. Seorang investor mempertimbangkan membeli obligasi dengan mengharapkan sebagai berikut (Fabozzy, 2000): 1.
Periodic coupon interest payment made by the issuer. Kupon Obligasi, merupakan imbal hasil obligasi saat ini yang dihitung berdasarkan kupon obligasi sampai jatuh tempo. Imbal hasil hingga jatuh tempo (Yield to maturity), didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari dari pembayaran obligasi sama dengan harganya. Tingkat bunga ini merupakan ukuran atas tingkat imbal hasil yang didapat dari sebuah obligasi jika dibeli saat ini dan dipegang hingga jatuh tempo.
2.
Any capital gain (or capital loss – negative dollar return) when the bond matures, is called, or is sold. Capital Gain, yaitu merupakan selisih positif harga pembelian dan penjualan obligasi atau pemegang obligasi mendapat discount pada saat pembelian obligasi, dengan catatan obligasi tersebut dipegang sampai dengan jatuh tempo, mengingat harga pada saat jatuh tempo harga obligasi akan ditebus sebesar nilai nominalnya.
3.
Interest income generated from reinvestment of the periodic cash flow. Reinvestasi dari Kupon, yaitu adanya kesempatan bagi investor penerima kupon untuk meng-investasikan kembali kupon obligasi pada surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito bank. Kesempatan re-investasi tersebut merupakan penghasilan yang dapat diakumulasi sepanjang usia obligasi.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
32
2.4.
Faktor Fundamental Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi. Perekonomian makro merupakan lingkungan dimana
seluruh perusahaan baik swasta maupun BUMN beroperasi. Faktor perekonomian makro dalam menentukan kinerja operasi dalam pencapaian laba perusahaan termasuk kinerja investasinya dapat dilihat dari kenaikan harga saham (atau surat berharga lainnya di pasar uang dan modal) di bursa saham. Harga saham akan berkorelasi positif terhadap pencapaian perusahaan dalam pencapaian laba dalam hal ini kemampuan perusahaan memberikan dividen kepada pemegang saham, atau surat berharga lainnya seperti obligasi, misalnya, tercermin dalam kelancaran membayar bunga obligasi. Kondisi perekonomian makro di mana kebijakankebijakan makro ekonomi diputuskan oleh pemerintah, secara langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan, Hal ini terlihat misalnya dalam kebijakan suku bunga oleh Bank Sentral, akan berdampak pada pergerakan harga-harga saham atau harga instrumen surat berharga keuangan lainnya, seperti obligasi. Namun secara keseluruhan, perekonomian makro harus dilihat sebagai indikator-indikator utama oleh kalangan perusahaan atau investor sebagai pendukung dalam melakukan perencanaan kegiatan-kegiatan usaha. Beberapa variabel dalam perekonomian makro adalah sebagai berikut: (Bodie, Kane dan Marcus, 2006) 1. Produk Domestik Bruto – PDB, (gross domestic product – GDP) – adalah ukuran produksi total barang dan jasa di dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukkan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang melimpah bagi perusahaan untuk meningkatkan penjualan. Ukuran
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
33
output perekonomian lain yang popular adalah produksi industri (industrial production). Statistik ini menyediakan ukuran dari aktivitas ekonomi yang lebih berfokus pada sisi manufaktur suatu perekonomian. 2. Pekerjaan. Tingkat pengangguran (unemployment rate) adalah persentase dari angkatan kerja (baik yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan) tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Tingkat pengangguran mengukur sampai sejauh mana perekonomian beroperasi beroperasi pada kapasitas penuhnya. Tingkat pengangguran adalah faktor yang hanya terkait dengan pekerja, tetapi gambaran lanjutan
tentang
kekuatan
ekonomi
dapat
dikumpulkan
dari
tingkat
pengangguran faktor produksi lain. Analis juga memperhitungkan tingkat penggunaan kapasitas (capacity utilization rate) pabrik, yang merupakan rasio output actual dari pabrik terhadap output potensialnya. 3. Inflasi (inflation) adalah tingkat kenaikan harga barang-barang secara umum. Inflasi yang tinggi sering dikaitkan dengan perekonomian “terlalu panas” (overheated), yaitu perekonomian di mana permintaan atas barang dan jasa melampaui kapasitas produksinya, yang akan mendorong kenaikan harga. Sebagian besar pemerintah menginginkan perjalanan yang baik di dalam kebijakan ekonominya. Mereka berharap dapat mendorong perekonomian yang cukup kuat untuk berproduksi mendekati kapasitas penuhnya, tetapi tidak sampai mendekati tekanan inflasioner. Apa yang dipandang sebagai pertukaran antara inflasi dan pengangguran merupakan inti dari kebijakan ekonomi makro.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
34
4. Tingkat bunga (Interest rate) yang tinggi mengurangi nilai sekarang dari arus kas masa depan, sehingga mengurangi daya tarik peluang investasi. Untuk alasan ini, tingkat bunga riil menjadi penentu kunci dari pengeluaran investasi bisnis. Permintaan untuk perumahan serta barang-barang konsumsi berdaya pakai lama yang mahal seperti mobil, yang sering dibiayai melalui pinjaman, juga sangat sensitif terhadap tingkat bunga karena menentukan besarnya pembayaran bunga. Tingkat Suku Bunga dalam penilaian harga dan imbal hasil obligasi terdapat hubungan terbalik yang diakibatkan oleh pengaruh faktor suku bunga. Suku bunga dalam sistem perekonomian terbuka dapat mengalami naik dan turun dan sangat fluktuatif. Obligasi sebagai sekuritas dengan pendapatan tetap secara langsung harganya dipengaruhi oleh suku bunga. Investor dapat mengalami kerugian dan keuntungan apabila suku bunga mengalami kenaikan dan penurunan, meskipun pokok dan bunga obligasi dijamin pembayarannya sampai jatuh tempo. Sensitivitas perubahan suku bunga dalam penilaian obligasi, di mana investor maupun emiten sama-sama memberikan perhatian, mengingat pengaruhnya atas kemungkinan pengambilan keputusan bagi investor untuk menjual apabila suku bunga naik, dan emiten untuk menarik apabila suku bunga turun, dan kebijakan lainnya dalam pengelolaan obligasi. Dalam hubungannya dengan tingkat bunga, terdapat dalil-dalil sesuai dengan pengamatan sebagai berikut (Bodie, Kane dan Marcus, 2006);
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
35
a. Harga dan tingkat imbal hasil obligasi berhubungan terbalik: jika tingkat imbal hasil meningkat, harga obligasi turun; jika tingkat imbal hasil turun, harga obligasi meningkat. b. Kenaikan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo obligasi menghasilkan perubahan harga yang lebih kecil dibandingkan penurunan tingkat imbal hasil dengan besaran yang sama. c. Harga obligsi jangka panjang cenderung lebih sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibandingkan harga obligasi jangka pendek. d. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasil meningkat pada tingkat yang semakin berkurang ketika jangka waktu bertambah. Dengan kata lain, risiko tingkat bunga lebih rendah secara proporsional dibandingkan dengan jangka waktu. e. Risiko tingkat bunga berhubungan terbalik dengan tingkat bunga kupon obligasi. Harga dari obligasi berbunga tinggi lebih tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dibanding obligasi berbunga rendah. f. Sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat imbal hasilnya berhubungan terbalik dengan tingkat imbal hasil hingga jatuh tempo di waktu obligasi tersebut dijual. 5. Defisit Angaran. Defisit anggaran (budget deficit) pemerintah federal adalah selisih antara pengeluaran dengan penerimaan pemerintah. Setiap kekurangan anggaran akan ditutupi dengan pinjaman pemerintah. Pinjaman pemerintah
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
36
dalam jumlah besar akan mendorong tingkat bunga karena permintaan kredit di dalam perekonomian. 6. Sentimen Pasar. Sikap optimis atau pesimis konsumen dan produsen yang berkaitan dengan perekonomian merupakan penentu dari kinerja perekonomian. Jika konsumen yakin dengan tingkat pendapatan mereka di masa depan, misalnya, mereka akan lebih bersedia untuk membeli barang-barang mahal. Demikian pula dengan pebisnis yang akan meningkatkan produksi dan persediaan jika mereka mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi atas produk mereka. Dengan cara ini, keyakinan akan mempengaruhi berapa banyak konsumsi dan investasi yang akan dilakukan dan memengaruhi permintaan agregat atas barang dan jasa. 7. Nilai Tukar Rupiah. Ketika perusahaan akan melakukan investasi atau meminjam dari pasar keuangan internasional, salah satu pertimbangan adalah pasar nilai tukar internasional untuk memperoleh mata uang yang dibutuhkan. Karenanya kegiatan investasi dan peminjaman internasional membutuhkan pasar nilai tukar internasional. Dengan demikian, pasar nilai tukar internasional memfasilitasi
perdagangan
dan
transaksi
internasional.
Perusahaan
membutuhkan pasar nilai tukar internasional untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung dalam suatu negara. Perusahaan mengandalkan pasar nilai tukar internasional untuk menukarkan mata uang asal dengan mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli produk impor atau melakukan investasi langsung. Sebuah perusahaan dalam melakukan transaksi internasional
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
37
sangat berkepentingan dengan pergerakan nilai mata uang yang dikenal dengan Kurs Mata Uang. Pergerakan kurs mata uang sangat berpengaruh terhadap jumlah kas masuk dan keluar yang diterima dari kegiatan perdagangan (ekspor dan impor). Perdagangan internasional, transaksi keuangan internasional dan arus modal masuk dan keluar dari suatu negara sangat dipengaruhi oleh tingkat kurs dari mata uang negara yang bersangkutan terhadap mata uang tujuan aktivitas ekonomi. Kebijakan pemerintah (khususnya kebijakan moneter oleh Bank Sentral) dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang sekaligus kondisi ekonomi dan pasar keuangan (pasar uang dan pasar modal). Dalam sistem perekonomian terbuka, dimana interaksi dari berbagai variabel ekonomi khususnya variabel makroekonomi saling mempengaruhi, dengan demikian kinerja sebuah perusahaan akan terpengaruh baik oleh kondisi makroekonomi maupun oleh kebijakan atas variabelnya, seperti; kebijakan nilai tukar mata uang. Dalam perekonomian, terdapat beberapa sistem nilai tukar yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi secara langsung perekonomian, yaitu: (Madura, 2006) 1. Sistem Tetap (Fixed Rate): Dalam sebuah sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar mata uang dibuat konstran ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. Pada kondisi tertentu bila diperlukan pemerintah akan melakukan pemotongan nilai
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
38
mata uangnya (devalue) terhadap mata uang negara lain. Pada kondisi lain, pemerintah dapat mengembalikan nilai mata uang (revalue) atau meningkatkan nilai mata uangnya terhadap mata uang lain. Tindakan Bank Sentral dalam melakukan pemotongan nilai mata uangnya bisa disebut sebagai devaluasi (devaluation). Istilah devaluasi biasanya digunakan dalam konteks yang berbeda dengan istilah depresiasi. Devaluasi mengacu pada penyesuaian kebawah (downward) dari mata uang yang dilakukan oleh bank Sentral. Sedangkan tindakan penyesuaian keatas (upward) biasa disebut sebagai revaluasi (revaluation). Keuntungan sistem nilai tukar tetap adalah perusahaan dapat melakukan kegiatan bisnis tanpa khawatir terhadap perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Dengan demikian perusahaan dapat melakukan proyeksi bisnis ke masa yang akan datang. Sementara kerugiannya adalah risiko pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak, dan membuat kondisi perekonomian sebuah negara menjadi sangat tergantung dari kondisi ekonomi dari negara lain. 2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating exchange rate system), yaitu nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh, pada sistem mengambang bebas memperolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. Keuntungan sistem mengambang bebas adalah kondisi ekonomi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
39
suatu negara akan lebih terlindung dari dari kondisi ekonomi di negara lain. Sementara kerugiannya adalah bila suatu negara mengalami inflasi yang tinggi maka nilai mata uangnya akan menurun, demikian juga apabila inflasi rendah maka kecenderungan meningkatnya nilai mata uangnya akan menguat. Dari konsisi tersebut dapat dilihat bahwa berbagai permasalahan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pergerakan nilai tukar mata uang dalam sistem mengambang bebas. Dalam sistem seperti ini, perusahaan yang berhubungan dengan ekspor impor harus mengalokasikan sumber daya yang cukup untuk mengukur dan mengelola risiko-risiko akibat fluktuasi nilai tukar 3. Sistem mengambang terkendali (Managed floated). Sistem nilai tukar yang ada pada saat ini sebagian besar mata uang berada diantara sistem tetap dan mengambang bebas. Fluktuasi nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari kehari dan tidak ada batasan resmi. Hal ini sama dengan sistem tetap, dalam pemerintah sewaktu-waktu dapat melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. Sistem inilah yang disebut sistem mengambang terkendali (managed float). Kelemahan sistem ini adalah bahwa pemerintah dapat melakukan manipulasi terhadap nilai tukar untuk menguntungkan negaranya dan merugikan negara lain. 4. Sistem Nilai Tukar Terikat (Pegged exchange rate) yaitu dimana mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tertentu.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
40
2.5. Faktor Fundamental Perusahaan Dalam penilaian obligasi terdapat faktor-faktor yang menjadi pertimbangan investor dalam menilai keamanan investasi dalam obligasi. Meskipun secara teori obligasi dijamin memberikan arus pendapatan tetap, namun masih terdapat unsur risiko yang harus diperhatikan sepanjang usia obligasi. Risiko gagal membayar sering disebut risiko kredit (credit risk). Risiko gagal bayar baik bunga obligasi berjalan maupun nominal pada saat obligasi jatuh tempo merupakan bagian utama dari penilaian obligasi. Untuk mengetahui tingkat risiko suatu obligasi, dilakukan oleh suatu lembaga peringkat rating obligasi, dan salah satu lembaga tersebut adalah Moody’s Investor Services (Bodie, Kane dan Marcus, 2006). Lembaga tersebut memberikan informasi keuangan perusahaan-perusahaan lengkap dengan peringkat kualitas obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan besar maupun pemerintah daerah. Untuk mengkompensasi kemungkinan gagal bayar obligasi, baik kupon maupun pokok, perusahaan harus menawarkan premi gagal bayar (default premium), (Bodie, Kane dan Marcus, 2006) Premi gagal bayar adalah selisih antara imbal hasil yang dijanjikan dari obligasi perusahaan dan imbal hasil dari obligasi pemerintah yang serupa. Jika perusahaan tetap beroperasi dan membayarkan seluruh arus kas yang dijanjikan kepada investor, maka investor akan memperoleh imbal hasil hingga jatuh tempo yang lebih besar dibandingkan obligasi pemerintah. Tetapi jika perusahaan mengalami kebangkrutan, obligasi perusahaan tersebut sudah pasti memberikan imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
41
obligasi pemerintah. Pola premi gagal bayar yang ditawarkan oleh obligasi berisiko disebut sebagai struktur risiko tingkat bunga (risk structure of interest rates). Semakin besar risiko gagal bayar, semakin besar pula risiko gagal bayarnya. Perusahaan pemeringkat obligasi menggunakan basis pemeringkatan dari analisis trend dan tingkat rasio keuangan perusahaan penerbit. Rasio-rasio penting yang digunakan dalam menilai adalah: (Bodie, Kane dan Marcus, 2006) 1. Rasio cakupan (Coverage ratio) – Rasio dari laba perusahaan terhadap biaya tetap. Sebagai contoh, rasio kelipatan pembayaran bunga (times-interest earned) rasio dari laba sebelum pembayaran bunga dan pajak atas kewajiban bunga. Rasio penutupan beban tetap (fixed-charge-coverage) termasuk pembayaran sewa guna usaha dan dana pelunasan (sinking-fund) dengan kewajiban bunga untuk kemudian untuk diikut sertakan dengan rasio dari pendapatan atas seluruh kewajiban kas tetap. Rasio cakupan yang rendah atau jatuh menandakan kemungkinan adanya kesulitan arus kas. 2. Rasio pengungkit (Leverage ratio) – Rasio penggunaan utang. Rasio pengungkit yang terlalu tinggi menunjukkan utang yang berlebihan, dan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak akan mampu menciptakan laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya. 3. Rasio likuiditas (Liquidity ratio) – Dua jenis rasio likuiditas yang umum adalah rasio lancar (aktiva lancar/kewajiban jangka pendek) dan rasio cepat (aktiva lancar tanpa persediaan/kewajiban jangka pendek). Rasio-rasio ini menghitung
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
42
kemampuan perusahaan dalam membayar tagihan-tagihan dengan asset-asetnya yang likuid. 4. Rasio profitabilitas (profitability ratio) – Ukuran tingkat imbal hasil aset atau modal. Rasio profitabilitas merupakan indikator atas kesehatan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Imbal hasil atas aktiva (laba sebelum pajak dan bunga dibagi dengan jumlah aktiva) adalah ukuran yang paling popular. Perusahaan dengan tingkat imbal hasil aset yang tinggi seharusnya lebih mampu menghasilkan uang di pasar modal karena mereka menawarkan imbal hasil yang lebih baik kepada calon investornya. 5. Rasio arus kas terhadap utang (cash-flow-to-debt-ratio) – Ini adalah rasio dari jumlah arus kas terhadap utang. Dari penjelasan di atas, faktor fundamental perusahaan adalah sekumpulan faktor internal perusahaan yang dapat mempengaruhi imbal hasil obligasi dan harga obligasi. Dalam kerangka pemikiran terdapat variabel fundamental perusahaan yang berpengaruh yaitu: Rasio Pertumbuhan, Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Return on Investment (ROI), (Riyanto, 1982) menjelaskan rasio-rasio tersebut keuangan sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas, yaitu untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, atau untuk menganalisa posisi keuangan jangka pendek dan modal kerja. Adapun indikator dari rasio likuiditas adalah; Quick Assets/Current Liabilities, yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi utang jangka pendek. Current Assets/Total Assets, yaitu untuk
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
43
membandingkan jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan jumlah aktiva. Perusahaan dikatakan likuid apabila jumlah aktiva lebih besar dari jumlah aktiva lancar. -Current Assets/Current Liabilities, yaitu; untuk membandingkan antara jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan jumlah utang lancar. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendek yang telah jatuh tempo. Rasio Likuiditas dirumuskan sebagai berikut: Aset Lancar Current Rasio = --------------Hutang lancer 2. Rasio Leverage, yaitu untuk mengukur sampai seberapa jauh total aktiva (aktiva jangka pendek + aktiva jangka panjang) dibiayai dengan utang jangka panjang. Rasio Leverage adalah jumlah utang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Selanjutnya indikator rasio leverage adalah sebagai berikut: Total Debt/Total Asset, yaitu untuk membandingkan antara total hutang dengan total harta yang ada dalam perusahaan. Perusahaan disebut solvable jika total harta lebih besar dari total hutang. Total Debt/Total Equity, yaitu membandingkan total utang dengan total modal yang ada dalam perusahaan. Perusahaan disebut solvable apabila jumlah modal lebih besar dari total utang Long Term Debt/Total Assets, yaitu; membandingkan total utang jangka panjang dengan total harta yang ada dalam perusahaan. Perusahaan disebut solvable apabila jumlah harta lebih besar dibandingkan dengan jumlah utang jangka panjang. Long Term Debt/Total Equity, yaitu membandingkan total utang jangka panjang dengan modal yang ada dalam perusahaan. Perusahaan disebut solvable apabila total equity lebih
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
44
besar dari total utang jangka panjang. Debt to equity rasio dirumuskan sebagai berikut: Total Utang Debt Equity Ratio = ---------------Total Equity
3. Return on Equity (ROE), yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan dengan modal sendiri. Selanjutnya indikator dari rasio profitability adalah Return on Equity (ROE) yaitu; perbandingan antara laba bersih (setelah pajak) dengan total equity. ROE dirumuskan sebagai berikut:
Return on Equity (ROE)
Net Income After Tax = ---------------------------Total Equity
4. Return on Investment (ROI). Yaitu: sejauhmana kemampuan total asset perusahaan
memberikan
tingkat
imbal
hasil.
ROI
diukur
dengan
membandingkan antara net income dengan total asset. Return on asset (ROI) dirumuskan sebagai berikut: Net Income After Tax Return on Aset (ROI) = --------------------------Total Aset
Pengertian obligasi (Bodie, Kane, dan Marcus, 2006), merupakan sekuritas yang diterbitkan sehubungan dengan perjanjian pinjaman. Pihak peminjam menerbitkan (menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang, jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
45
peminjam. Dengan demikian obligasi adalah surat berharga yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (emiten). Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi, di samping saham dan sertifikat deposito, dan properti. Obligasi dilihat dari perusahaan yang menerbitkan adalah termasuk sumber pembiayaan investasi jangka panjang (dengan jangka waktu 1 s/d 5-tahun, 5 s/d 10-tahun, dan 10 s/d 15-tahun), dengan demikian merupakan hutang jangka panjang. Ditinjau dari sudut pendapatan investor, obligasi merupakan investasi dengan pendapatan tetap (fixed income) yang lazim disebut kupon (coupon). Selain pendapatan tetap, obligasi juga memberikan capital gain. Ditinjau dari sudut risiko, obligasi dikelompokkan sebagai investasi dengan risiko rendah dibanding dengan saham. Namun dari sudut likuiditas obligasi kurang likuid dibanding dengan saham dan deposito. Obligasi adalah salah satu alternatif investasi di pasar modal dan terutama ditujukan kepada investor jangka panjang. Ada empat ketentuan yang menjadi daya tarik utama obligasi yaitu: 1. Obligasi membayar serangkaian bunga dalam jumlah tertentu secara reguler (teratur). Karena itu obligasi disebut sekuritas-pendapatan-tetap (fixed-incomesecurities). 2. Emiten akan membayar kembali pinjaman tersebut seutuhnya dan tepat waktu. Sehingga obligasi terlihat kurang berisiko dibandingkan investasi yang tergantung pada naik turunnya pasar (saham).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
46
3. Obligasi memiliki jatuh tempo yang telah ditentukan ketika obligasi habis masanya dan pinjaman harus dibayar penuh pada nilai nominal. Pembayaran suku bunga obligasi juga sudah ditetapkan ketika obligasi diemisi. 4. Tingkat bunga obligasi kompetitif yaitu bahwa tingkat bunga dapat dibandingkan dengan apa yang bisa didapatkan investor di tempat lain. Sebagai hasilnya, tingkat obligasi baru biasanya sama dengan suku bunga perbankan saat ini. Sertifikat obligasi yaitu merupakan surat pengakuan hutang atas pinjaman yang diterima oleh perusahaan penerbit obligasi (emiten) dari pemodal. 5. Dana Cadangan Pelunasan Hutang (Sinking Fund) Pembayaran dana cadangan pelunasan hutang biasanya dihubungkan dengan laba perusahaan tahun berjalan, dan biasanya dalam jumlah tetap. Jika perusahaan gagal dalam memenuhi kewajiban tersebut, maka potensi untuk gagal dalam menebus obligasi pada saat jatuh tempo kemungkinannya besar, dan akibatnya perusahaan dapat dianggap pailit. Dengan demikian dana cadangan pelunasan hutang yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terganggunya arus pendapatan perusahaan. Dalam proses penarikan obligasi, perusahaan dapat mengupayakan agar penebusan dilaksanakan dengan biaya serendah mungkin. Bila suku bunga naik (nilai obligasi turun) maka perusahaan dapat membeli dipasar modal. Akan tetapi bila suku bunga turun (nilai obligasi naik) perusahaan dapat memilih opsi tarik kembali. Persyaratan opsi tarik dari dana cadangan (sinking fund) pelunasan hutang dapat merugikan investor.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
47
6. Imbal Hasil Obligasi Dalam penilaian obligasi, imbal hasil yang diharapkan investor adalah terdiri dari Kupon Obligasi dan Capital Gain. Seorang investor mempertimbangkan membeli obligasi dengan mengharapkan sebagai berikut: a. Kupon Obligasi (Coupon), merupakan imbal hasil obligasi saat ini yang dihitung berdasarkan kupon obligasi sampai jatuh tempo. Imbal hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity), didefinisikan sebagai tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran obligasi sama dengan harganya. Tingkat bunga ini merupakan ukuran atas tingkat imbal hasil yang didapat dari sebuh obligasi jika dibeli saat ini dan dipegang hingga jatuh tempo. b. Capital Gain, yaitu merupakan selisih positif harga pembelian dan penjualan obligasi atau pemegang obligasi mendapat discount pada saat pembelian obligasi, dengan catatan obligasi tersebut dipegang sampai dengan jatuh tempo, mengingat harga pada saat jatuh tempo harga obligasi akan ditebus sebesar nilai nominalnya. c. Re-investasi (re-investment) dari Kupon, yaitu adanya kesempatan bagi investor penerima kupon untuk meng-investasikan kembali kupon obligasi pada surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito bank. Kesempatan reinvestasi tersebut merupakan penghasilan yang dapat diakumulasi sepanjang usia obligasi. 7. Dalam penilaian obligasi, telah dijelaskan berbagai konsep imbal hasil obligasi. Hal yang paling mendasar adalah bagaimana penilaian harga obligasi dilakukan.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
48
Penilaian Investasi Obligasi (Bond Valuation) dengan suku bunga tetap (fixed rate bond), arus kas/pendapatan yang diharapkan adalah: -Pembayaran bunga tetap (kupon) secara tahunan, semesteran, kuartalan, atau triwulanan. -Pokok obligasi (principal) pada saat obligasi jatuh tempo. -Capital loss/capital gain pada saat obligasi dijual. Berapa Nilai Sekarang (present value) dari arus kas (kupon) dan berapa nilai sekarang (present value) dari pokok obligasi pada saat jatuh tempo adalah tema sentral dari Penilaian Obligasi. Dalam penilaian obligasi, risiko atas tidak terbayarnya bunga (kupon) dan pokok obligasi dalam jangka waktu panjang merupakan risiko kegagalan yang harus ditanggung oleh investor. Risiko setiap obligasi tidak selalu sama. Tinggi rendahnya risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok obligasi sangat menentukan tingkat kapitalisasi (diskonto). Semakin kecil tingkat risiko tak terbayarnya kupon dan pokok obligasi semakin kecil tingkat diskontonya (misalnya Obligasi Pemerintah, Obligasi BUMN), dan semakin besar tingkat risiko tak terbayarnya kupon dan pokok obligasi semakin besar tingkat diskontonya, misal; perusahaan swasta atau perusahaan yang baru berjalan. Obligasi termasuk aktiva perusahaan (investasi) perusahaan yang menghasilkan arus pendapatan tetap dalam bentuk kupon. Nilai/harga obligasi ditentukan oleh besarnya arus pendapatan yang dapat dihasilkan. Obligasi memiliki dua jenis imbal hasil yaitu: a. Imbal hasil saat ini (current yield), yaitu menunjukkan pendapatan kas obligasi sebagai bagian dari harga obligasi dan mengabaikan semua
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
49
keuntungan maupun kerugian dari penurunan harga obligasi. Sementara tingkat imbal hasil obligasi saat ini adalah pembayaran bunga obligasi dibagi dengan harga obligasi. Misal Obligasi dengan kupon 8% dengan jangka waktu 30 tahun dijual seharga Rp. 1.276,76 maka imbal hasil obligasi saat ini adalah Rp. 80/Rp.1.276,76 = 0,0627 atau 6,09% (Bodie, Kane, dan Markus, 2006). b. Imbal hasil sampai jatuh tempo (yield to maturity), yaitu tingkat imbal hasil internal dari investasi obligasi. Imbal hasil hingga jatuh tempo dapat diterjemahkan sebagai tingkat imbal hasil majemuk sepanjang umum obligasi
dengan
asumsi
bahwa
seluruh
pembayaran
bunga
dapat
diinvestasikan kembali pada imbal hasil tersebut. Tingkat bunga yang menjadikan nilai sekarang dari pembayaran kupon obligasi sama dengan harganya.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilakukan di
Bursa Efek Surabaya (BES) yang beralamat
di Surabaya, Gedung Medan Pemuda lantai 5, Jl. Pemuda 27-31, Surabaya. Penelitian ini dilakukan selama 7 bulan, yaitu sejak bulan Februari 2007 sampai dengan September 2007.
3.2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada bentuk penelitian kausal asimetris, yakni penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Sifat penelitian ini adalah deskriptif eksplanatory.
3.3. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan terbuka yang menerbitkan obligasi di Bursa Efek Surabaya (BES) sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 yang menerbitkan obligasi tunggal maupun berseri, dan menerbitkan laporan keuangan pada tahun buku per 31 Desember dan tidak
50 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
51
termasuk perusahaan yang di de-listing. Dalam proses pengambilan sampel dipergunakan metode purposive sampling, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan yang menerbitkan obligasi dan masih aktif diperdagangkan dalam pasar sekunder. Dengan kata lain, obligasi tersebut belum jatuh tempo sampai dengan tahun 2005. 2. Menerbitkan dan menyampaikan laporan keuangan secara lengkap dan berkala dari tahun 2003, 2004, dan 2005. 3. Tidak dimasukkan ke dalam daftar de-listing dan dihentikan perdagangannya (suspend) oleh Bapepam. 4. Memiliki rating obligasi sebagaimana yang ditentukan oleh Bursa Efek Surabaya. 5. Perusahaan berturut-turut sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 menghasilkan laba positif (tidak mengalami kerugian) Berdasarkan kriteria diatas, maka terdapat 50 perusahaan yang menjadi sampel penelitian dan memenuhi persyaratan seperti dalam tabel di bawah ini:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
52
Tabel 3.1. Daftar Emiten Sampel Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Perusahaan Adhi Karya Alfa Apexindo Pratama Duta Arpeni Pratama Ocean Line Astra Graphia Bahtera Adimina Samudra Bank BNI Bank Buana Indonesia Bank DKI Bank JATIM Bank Mayapada Bank Nagari Bank NISP Bank Panin Beta Inti Multifinance Branta Mulia Charoen Pokphand Indonesia CMNP Duta Pertiwi Federal International Finance HM Sampoerna Indo Jasa Pratama Indofood Sukses Makmur Indosat Indosiar Jasa Marga Jawa Pos Kalbe Farma Lautan Luas Lontar Papyrus Maspion Matahari Putra Prima Oto Multiartha Panin Sekuritas Pindo Deli Pupuk Kaltim Putra Sumber Utama Timber RCTI Sona Topas Tourism Industry Summarecon Agung Surya Citra Televisi Swadharma Indotama Finance Telkom Tjiwi Kimia Trimegah Securiities Tunas Baru Lampung Tunas Financindo Sarana Waskita Karya WIKA WOM Finance
Ket ADHI ALFA APEX APOL ASGR BASS BBNI BBIA BDKI BJTM MAYA BSBR NISP PNBN BETA BRAM CPIN CMNP DUTI FIFA HMSP IJPA INDF ISAT IDSR JMPD JPOS KLBF LTLS LPPI MASP MPPA OTMA PANS PIDL PPKT PSUT RCTI SONA SMRA SCTV SIFC TLKM TKIM TRIM TBLA TUFI WSKT WIKA WOMF
Kode
Listing Date
CONS 10-Mar-2000 RETL 8-Sep-99 ENGY 8-Oct-02 TRANS 2-Oct-99 COMP 27-Jan-00 FISH 5-Mar-93 BANK 10-Apr-99 BANK 14-Jul-01 BANK 17-Mar-01 BANK 11-Apr-99 BANK 25-Aug-02 BANK 22-Feb-98 BANK 12-Sep-98 BANK 18-Mar-99 FNAN 17-Aug-00 AUTO 19-Jan-01 FEED 2-Apr-99 TOLL 20-Jun-86 PROP 10-Apr-99 FNAN 15-Sep-01 TOBA 17-Feb-94 FNAN 6-Feb-00 FOOD 10-Mar-99 TELC 6-Feb-98 ADVR 8-Aug-99 TOLL 27-Sep-92 ADVR 10-Mar-00 PHRM 28-Mar-05 WHOL 24-Mar-99 PULP 1-Oct-01 HOSE 8-Apr-99 RTIL 25-Sep-97 FNAN 1-Oct-02 FNAN 18-Sep-99 PULP 30-Jul-01 FERT 6-Mar-97 WOOD 13-Feb-99 ADVR 23-Jan-00 HOTL 28-Mar-01 PROP 8-Apr-99 ADVR 25-Mar-99 FNAN 3-Apr-99 TELC 16-Jul-97 CHEM 30-Jul-01 FNAN 13-Jul-01 FOOD 24-Mar-01 FNAN 8-Apr-03 CONS 19-Feb-00 CONS 11-Oct-98 FNAN 11-Feb-00
Maturity Date 10-Jan-2007 16-Jul-08 8-Apr-10 2-Oct-08 27-Oct-08 5-Jun-10 10-Jul-11 14-Jul-14 17-Jun-09 11-Jul-08 25-Feb-15 22-Nov-07 12-Mar-13 18-Jun-13 17-Feb-09 19-Apr-09 2-Jul-08 31-Dec-07 10-Jul-08 15-Sep-07 17-Nov-07 6-Nov-08 10-Jun-08 6-Nov-07 8-Aug-08 27-Mar-08 10-Dec-08 28-Jun-09 24-Jun-08 1-Oct-14 8-Jul-08 25-Sep-07 1-Oct-07 18-Sep-08 1-Oct-14 6-Jun-07 13-May-08 23-Oct-08 28-Jun-09 8-Jul-08 25-Jun-08 3-Jul-08 16-Jul-07 1-Oct-14 13-Jul-09 24-Jun-09 8-Jul-07 19-Nov-08 11-Apr-08 11-Nov-07
Duration
Rating
6 Thn 9 Bln 8 Thn 9 Bln 7 Thn 6 Bln 9 Thn 0 Bln 8 Thn 8 Bln 17 Thn 3 Bln 12 Thn 3 Bln 13 Thn 0 Bln 8 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 12 Thn 6 Bln 9 Thn 8 Bln 14 Thn 6 Bln 14 Thn 3 Bln 8 Thn 6 Bln 8 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 21 Thn 6 Bln 9 Thn 3 Bln 6 Thn 0 Bln 13 Thn 8 Bln 8 Thn 8 Bln 9 Thn 3 Bln 9 Thn 8 Bln 9 Thn 0 Bln 15 Thn 6 Bln 8 Thn 8 Bln 4 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 13 Thn 0 Bln 9 Thn 3 Bln 10 Thn 0 Bln 5 Thn 0 Bln 9 Thn 0 Bln 13 Thn 2 Bln 10 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 8 Thn 8 Bln 8 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 9 Thn 3 Bln 10 Thn 0 Bln 13 Thn 2 Bln 8 Thn 0 Bln 8 Thn 3 Bln 4 Thn 3 Bln 8 Thn 8 Bln 9 Thn 6 Bln 7 Thn 8 Bln
idBBB+ idAidA idAidABidA idA idBBB idAAidBBB idA idABBB+ idAidBBB A idBBBidA+ idAA+ BBB+ idAA+ idAA+ idBBB idA+ idA idAAidAidD idAidA idA+ A idD idA+ idBB+ idAA+ idBBB+ idAidBBBidAAA idBBBidAidBBB idAidBBB+ idBBB+ idA-
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
53
Untuk mengetahui kualitas obligasi yang diterbitkan oleh emiten, investor dapat mendapatkan tersebut melalui informasi peringkat obligasi (bond rating). Rating atau peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang kondisi atau keadaan emiten obligasi sehubungan dengan emisi obligasi. Investor dapat mengetahui tingkat resiko default emiten yaitu peluang emiten obligasi akan mengalami kondisi gagal bayar (default) atas pokok dan bunga yang menjadi kewajibannya. Peringkat obligasi merupakan petunjuk bagi investor sebelum membeli obligasi. Investor menggunakan jasa credit rating agency yang secara khusus memberikan penilaian terhadap obligasi yang beredar untuk mendapatkan informasi mengenai peringkat obligasi. Di Indonesia terdapat lembaga pemeringkat sekuritas seperti PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Pemeringkatan surat utang tersebut didasarkan atas beberapa hal (Andry, 2005): 1. Kemungkinan pelunasan pembayaran yaitu kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan perjanjian. 2. Struktur, karakteristik serta bebrbagai ketentuan yang diatur dalam surat utang. 3. Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat utang tersebut
bila
terjadi
pembubaran/likuidasi
serta
hukum
lainnya
yang
mempengaruhi hak kreditur. Simbol-simbol dan definisi rating dari Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia selengkapnya terdapat dalam Lampiran 3.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
54
3.4. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data runtun waktu (time series) selama kurun waktu 2003 s/d 2005. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Imbal Hasil Obligasi (dalam bentuk persentase), tingkat bunga (persen), nilai tukar (rupiah), inflasi (persen). Jenis data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berasal dari publikasi Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang telah dipublikasikan dalam situs resminya (http://www.bes.co.id). Data yang digunakan merupakan gabungan data antar perusahaan (cross section) dan data antar waktu (time series), yang disebut dengan pooling data
3.5. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Surabaya, Bank Indonesia, Departemen Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal, serta dokumen berupa buletin yang dikeluarkan oleh Bursa Efek Surabaya.
3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: a. Variabel terikat (Y)
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
55
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah imbal hasil obligasi perusahaan. b. Variabel bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang terdiri dari: Tingkat suku bunga, Nilai tukar, Inflasi, Rasio lancar (CR), Debt to equity ratio (DER), Return on Equity (ROE), Return on Investment (ROI). Tabel 3.3. Definisi Operasional Variabel Variabel Tak bebas (Y) Bebas (X)
Indikator Imbal Hasil Obligasi Tingkat Suku Bunga Nilai Tukar Inflasi Rasio Lancar Debt to Equity Ratio (DER) Return on Equity (ROE) Return on Investment (ROI)
Rasio Pengukuran Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio
3.6.2. Definisi Operasional Variabel Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah diidentifikasikan, maka definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: 1. Imbal Hasil Obligasi (Y) Imbal hasil obligasi merupakan tingkat bunga kupon yang diberikan oleh perusahaan pada saat emiten melakukan emisi obligasi pada pasar perdana,
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
56
sebagaimana yang dilaporkan dalam prospektus emisi obligasi dan dilaporkan kepada otoritas Bursa Efek Surabaya. 2. Faktor Fundamental (X1) yang terdiri dari faktor fundamental ekonomi dan faktor fundamental perusahaan terdiri dari: a. Tingkat suku bunga, X1, yaitu tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu 1 bulan. Dalam penelitian ini, tingkat suku bunga adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat menilai faktor tingkat suku bunga dalam proses komputasi statistik, maka tingkat suku bunga dinilai dengan mengalikan terhadap total utang. Hal ini dilakukan mengingat apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan, maka akan mengakibatkan biaya utang yang meningkat. Hal ini akan membuat kewajiban emiten dalam membayar kewajibannya (pokok dan bunga) menjadi semakin besar, dan dapat menyulitkan emiten. Tingkat suku bunga mempengaruhi imbal hasil obligasi, mengingat apabila terjadi kenaikan suku bunga maka akan menurunkan nilai obligasi dan sebaliknya apabila terjadi penurunan suku bunga akan menaikkan imbal hasil obligasi. Agar variabel tingkat suku bunga dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka tingkat suku bunga diproksikan dengan total utang. Mengingat setiap pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka dilakukan penarikan logaritma 10. b. Nilai tukar, X2 yaitu nilai tukar mata uang mata rupiah terhadap mata uang asing yaitu dolar Amerika. Dalam penelitian ini, nilai tukar rupiah terhadap
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
57
US Dolar adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat menilai faktor nilai tukar dalam proses komputasi statistik, maka nilai tukar rupiah dinilai dengan mengalikan terhadap total aktiva. Sebagian besar bisnis mengharuskan pertukaran satu mata uang dengan mata uang lain untuk melakukan pembayaran. Karena kurs mata uang berfluktuasi sepanjang waktu, maka arus kas keluar yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran juga berubah, misalnya pembayaran untuk barang impor dan pembayaran bunga pinjaman dalam mata uang asing. Untuk keperluan ekspor misalnya, fluktuasi kurs berpengaruh permintaan atas produk perusahaan di luar negeri. Pada saat mata uang negara asal meningkat maka produk yang menggunakan mata uang tersebut menjadi mahal di negara asing, sehingga menyebabkan penurunan permintaan dan berakibat pada penurunan arus kas masuk. Pengaruh dari nilai tukar terhadap daya beli adalah apabila nilai tukar menguat maka mengakibatkan daya beli meningkat, sebaliknya apabila nilai tukar melemah maka daya beli semakin berkurang. Akibat pengaruh nilai tukar terhadap daya beli produk tersebut akan berpengaruh kepada nilai aset perusahaan, termasuk ekspor barang hasil produksi, arus kas masuk dan keluar, nilai mesin-mesin dan peralatan untuk keperluan produksi. Pengaruh nilai tukar berpengaruh langsung terhadap perubahan nilai sekuritas dan imbal hasilnya. Menguatnya atau melemahnya nilai tukar akan berpengaruh terhadap minat investor berinvestasi. Agar variabel nilai tukar dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka nilai tukar diproksikan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
58
dengan total aktiva. Mengingat setiap pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka dilakukan penarikan logaritma 10. c. Inflasi, X3 yaitu tingkat inflasi sesuai laporan Bank Indonesia. Dalam penelitian ini Inflasi adalah sama bagi semua perusahaan. Maka untuk dapat menilai faktor inflasi dalam dalam proses komputasi statistik, maka inflasi dinilai dengan mengalikan terhadap total sales. Hal ini dilakukan mengingat apabila inflasi mengalami kenaikan, maka harga-harga produk cenderung mengalami kenaikan, sehingga mengakibatkan penjualan menurun dan tingkat pendapatan menurun. Akibat lain dari inflasi menyebabkan harga produk yang di ekspor menjadi lebih mahal dan tidak kompetitif. Menurunnya tingkat permintaan barang akan mengakibatkan pendapatan perusahaan yang semakin berkurang dalam hal ini arus kas masuk dan akan mengurangi kemampuan emiten untuk membayar biaya operasi perusahaan khususnya biaya-biaya tetap perusahaan, seperti bunga dan pokok obligasi atau hutang kredit bank yang menjadi kewajibannya. Agar variabel inflasi dapat digunakan dalam menilai imbal hasil obligasi, maka inflasi diproksikan dengan total penjualan. Mengingat setiap pengukuran hasil proksi tersebut sangat besar dengan hasil rasio lain yang diperoleh, maka dilakukan penarikan logaritma 10. Selengkapnya perhitungan Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar dan Inflasi yang telah diproksi terlihat seperti dalam Tabel Lampiran.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
59
d. Rasio likuiditas X4 adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, atau untuk menganalisa posisi keuangan jangka pendek dan modal kerja untuk membayar utang-utang jangka pendek yang telah jatuh tempo. e. Debt to equity ratio (DER) X5 adalah untuk mengukur sampai seberapa jauh total aktiva (aktiva jangka pendek + aktiva jangka panjang) dibiayai dengan utang jangka panjang. Rasio Leverage adalah jumlah utang jangka panjang dibagi dengan total aktiva. Perusahaan disebut solvable jika total harta lebih besar dari total panjang dengan modal yang ada dalam perusahaan. Pertimbangan memasukkan variabel DER dalam analisis adalah mengingat obligasi merupakan hutang jangka panjang yang tujuannya lebih fleksibel daripada hutang kredit bank. Obligasi selain ditujukan untuk pembiayaan proyek, dapat juga digunakan untuk tujuan penambahan modal dan pembayaran hutang yang jatuh tempo, atau kombinasi dari tujuan investasi peningkatan modal atau pelunasan hutang kredit bank. Alokasi dana dari emisi obligasi secara jelas dapat dilihat dari prospektus obligasi dari emiten. Dengan pertimbangan, apabila emisi obligasi dengan tujuan untuk melunasi hutang kredit bank, maka rasio utang terhadap modal dapat dikurangi. Demikian juga apabila emisi obligasi adalah untuk tujuan penambahan modal, maka rasio hutang terhadap modal dapat dikurangi. Namun apabila emisi obligasi adalah untuk tujuan investasi, meskipun rasio utang terhadap modal meningkat, hal itu tidak mengurangi investor untuk membeli obligasi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
60
karena rasio utang terhadap modal dapat diukur apakah masih wajar atau tidak. Untuk emiten yang baru pertama kali emisi obligasi dengan jumlah kredit bank yang terbatas maka rasio utang terhadap modal adalah kecil dan resiko utang emiten dapat diprediksi oleh investor melalui rating perusahaan tersebut. Sehubungan dengan tingkat resiko, investor juga apakah emiten merupakan perusahaan swasta atau BUMN. Hal ini terkait dengan jaminan yang diberikan, misalnya BUMN yang dijamin oleh Pemerintah, seperti obligasi PLN, Telkom, dll. f. Return on Equity (ROE) X6 mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan yang bersumber dari modal sendiri. Semakin tinggi ROE berarti menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan modal sendiri dengan efisien. g. Return on Investment (ROI) X7, menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi tingkat ROI menunjukkan bahwa perusahaan semakin optimal menggunakan seluruh asset perusahaan.
3.7. Model Analisis Data Untuk menguji Hipotesis digunakan alat regressi linear berganda yang diestimasi dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Model ini mempunyai sifat yang dapat diunggulkan karena secara teknis sangat akurat, mudah
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
61
menginterpretasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi linear dan unbiased terbaik (Gujarati, 1999). Bentuk model yang digunakan adalah: Y = a + B1X1 + B2X2 + B3 X3 + B4 X4 + B5X5 + B6X6 + B7X7 Di mana: Y = Imbal Hasil Obligasi a = Konstanta X1 = Tingkat suku bunga X2 = Nilai Tukar X3 = Inflasi
X4 X5 X6 X7
= = = =
Current Ratio DER ROE ROI
Analisis data dilakukan dengan bantuan pengolahan data program software Statistical Package for Social Science (SPSS), versi 12, dengan menggunakan tingkat kepercayaan (confidence interval) sebesar 95% dan dengan tingkat toleransi kesalahan (alpha) 5%.
3.8.
Pengujian Asumsi Klasik 3.8.1. Uji Normalitas Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov, di mana jika angka signifikansi yang ditunjukkan dalam tabel lebih kecil dari alpha 5% maka dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya, jika angka signifikansi di dalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka data sudah memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
62
3.8.2. Uji Multikolinieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada ditemukan korelasi di antara variabel bebas (independent variable). Jika terjadi korelasi maka terdapat problem multikolonieritas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Gejala ini dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai Tolerance rendah sama dengan Nilai VIF tinggi (VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff atau batas yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance <,10 atau sama dengan nilai VF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95 (Ghozali, 2005: 92)
3.8.3. Uji Autokorelasi Uji ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa tidak ada auto korelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbance yang masuk ke dalam fungsi regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas 0 sampai dengan 4, dan juga memiliki batas bawah d1 dan juga batas atas du. Pedoman pengambilan keputusan untuk nilai d menurut Ghozali (2005) adalah sebagai berikut: 1. Apabila d < d1 atau d > (4-d1) berarti terdapat autokorelasi.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
63
2. Apabila d terletak antara du dan (4–du ) berarti tidak terdapat autokorelasi. 3. Apabila nilai d terletak antara d1 dan du (d1 < d < du) atau antara (4 – du) dan (4 – d1) maka uji Durbin Watson tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (No Decision). Pada nilai ini tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau tidak terdapat autokorelasi.
3.8.4. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dimaksudkan untuk melihat setiap variabel yang dibatasi oleh nilai tertentu dari variabel bebas konstan, atau sama untuk seluruh observasi. Kondisi heteroskedasitas terjadi apabila nilai varian (σ2) dari variabel tidak bebas meningkat sebagai akibat meningkatnya varian variabel bebas, maka varian variabel bebas adalah tidak sama. Apabila terjadi heteroskedastisitas maka penaksir koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk menditeksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan Uji Glejser. Model yang digunakan: Ln u 12 = Ln u 2 2 + β Ln X + v i Pada uji ini nilai u2 diregresikan atau diestimasi berdasarkan nilai absolutnya terhadap variabel bebas. Pengambilan keputusannya dengan melihat signifikansi variabel dependen, apabila variabel dependen signifikan mempengaruhi variabel independen berarti terdapat heteroskedasitas.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
64
Sebelum uji regresi dilakukan, terlebih dulu harus dilakukan uji keberartian masing-masing koefisien regresi, apakah regresi itu linear atau tidak. Jika tidak linear, maka pengujian bisa dilakukan dengan model lainnya. Untuk mempermudah melihat apakah model ini linear atau bentuk lainnya, dapat dibantu dengan melalui diagram pencar (scatter plot). Secara kasat mata akan tampak kecenderungan hubungan linear antara nilai-nilai statistik tersebut. Selain itu, dalam aplikasi SPSS, dikenal adanya istilah “koefisien korelasi” (r). Harga koefisien korelasi digunakan untuk pengecekan awal apakah benar ada kecenderungan hubungan yang erat antara variabel bebas dan terikat, dan bagaimana bentuk kecenderungan hubungan tersebut. Jika hasil r sama dengan nol, atau mendekati nol, mungkin bentuk kecenderungan hubungan tidak linear. Selanjutnya uji kesesuaian (test goodness of fit) dilakukan berdasarkan 2
perhitungan nilai koefisien determinasi (R ), untuk pengujian signifikansi pada masing-masing hubungan dalam regresi akan dilakukan melalui uji t (T-test). Kita dapat menarik kesimpulan akan harga regresi tersebut melalui perbandingan nilai thitung dengan ttabel pada taraf signifikasi tertentu. Untuk pengujian terhadap Multiple Regression dapat digunakan uji F (F-test). Prosedur analisis tersebut secara umum adalah sebagai berikut: 1. Penilaian terhadap koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel tak bebas (dependent variable).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
65
2. Uji-F (over-all test) dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara bersama-sama (serempak). 3. Uji-T (partial test) dimaksudkan untuk mengetahui signifikasi statistik koefisien regresi secara parsial.
3.9.
Pengujian Hipotetis 3.9.1. Uji Serempak (Uji F) Uji signifikansi serempak atau Uji F ini dimaksudkan untuk melihat
kemampuan menyeluruh dari variabel bebas untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel terikat Y. Uji F juga dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi yang sama dengan nol. Hipotetis yang akan diuji ditulis sebagai berikut: Ho : B1, B2, B3, B4, B5, B6, B7
=
0 (Faktor fundamental yang terdiri dari Tingkat
Suku Bunga, Inflasi Nilai Tukar, CR, DER, , ROI, ROE, secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Ha : Minimal satu B1 ≠ 0, I = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (Faktor fundamental yang terdiri dari Tingkat Suku Bunga, Inflasi Nilai Tukar, CR, DER, ROI, ROE, secara serempak atau simultan memiliki pengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel, dengan ketentuan jika nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, atau signifikansi Fhitung lebih kecil dari alpha 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) dalam model mempengaruhi variabel terikat
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
66
(dependent variable). Demikian pula sebaliknya apabila Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa variabel bebas dalam model secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel terikat.
3.9.2. Uji Partial (Uji t) Uji signifikansi partial atau uji t adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat. Pada regresi berganda Y = a + B1X1 + B2X2 + B3 X3 + B4 X4 + B5X5 + B6X6 + B7X7 , mungkin secara bersamasama atau global pengaruh semua variabel dari B1 sampai B7 nyata. Namun demikian belum tentu secara individu atau partial seluruh variabel B1 sampai B7 berpengaruh nyata terhadap variabel terikatnya. Hipotetis yang akan diuji ditulis sebagai berikut: Ho : B1 = 0, (Faktor fundamental yang terdiri dari Tingkat Suku Bunga, Inflasi Nilai Tukar, CR, DER, ROI, ROE, secara partial tidak tidak memiliki pengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Ha
: Minimal satu B1 ≠ 0, (Faktor fundamental yang terdiri dari Tingkat Suku Bunga, Inflasi Nilai Tukar, CR, DER, ROI, ROE, secara partial memiliki pengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Untuk mengetahui apakah suatu variabel bebas secara partial berpengaruh
nyata atau tidak digunakan uji t atau t-student, dengan ketentuan jika thitung lebih besar dari ttabel atau signifikansi thitung lebih keci dari alpha 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (independent variable) dalam
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
67
model secara partial mempengaruhi variabel terikat. (dependent variable). Dengan demikian pula sebaliknya apabila thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya bahwa secara partial variabel bebas dalam model tidak mempengaruhi variabel terikat.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pasar Modal Indonesia 4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Surabaya (BES) PT Bursa Efek Surabaya (BES) (sejak tanggal 1 Desember 2007 merger dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) Indonesia Stock Exchange) didirikan berdasarkan akta Notaris Kartini Mulyadi, S.H., No. 73 tanggal 30 Maret 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan surat izin usaha yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan No. 654/KMK.010/1989. Kantor Perusahaan berlokasi di Jakarta, Plaza Bapindo Menara Mandiri lantai 20 & 23, dan di Surabaya, Gedung Medan Pemuda lantai 5, Jl. Pemuda 27-31. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, Perusahaan didirikan dengan tujuan antara lain melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan Pasar Modal sebagai alternatif sumber pembiayaan untuk mendukung dunia usaha dalam rangka pembangunan nasional, memberikan kesempatan yang lebih luas kepada masyarakat untuk ikut memiliki berbagai macam Efek dan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha untuk memperoleh dana dengan cara menawarkan Efek kepada masyarakat melalui Pasar Modal, serta menyelenggarakan perdagangan Efek yang teratur, wajar dan efisien. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES bergabung dengan Bursa
68 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
69
Paralel Indonesia. Saat ini, sistem perdagangan BES dilakukan secara remote trading untuk transaksi instrumen Efek seperti obligasi, derivatif, dan saham. PT Bursa Efek Surabaya (BES), atau dalam Bahasa Inggris disebut Surabaya Stock Exchange (SSX) adalah bursa saham di Surabaya, Indonesia. BES merupakan bursa efek swasta pertama di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1989 berdasarkan SK Menteri Keuangan Nomor 645/KMK.010/1989, oleh Menteri Keuangan waktu itu JB Sumarlin. Pendirian BES dimaksudkan untuk mendukung perkembangan ekonomi wilayah Indonesia bagian timur, dengan mengembangkan industri pasar modal di Surabaya dan Jawa Timur. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ. Produk BES meliputi saham, obligasi (baik swasta maupun pemerintah), serta reksadana (LQ45 futures, Dow Futures, dan Japan Futures). Sedangkan layanan BES antara lain: 1.
FATS (Futures Automated Trading System), yakni sistem perdagangan jarak jauh untuk Pasar Reksadana.
2.
OTC-FIS (Over The Counter - Fixed Income Service), yakni instrumen perdagangan untuk fixed income.
3.
SSX-Net (Surabaya Stock Exchange Net), adalah sistem informasi berbasis internet BES untuk mendukung transparansi pasar modal.
4.
IGSYC (Indonesian Government Securities Yield Curve), adalah indikator berbasis analisis statistik untuk memprediksi kejadian ekonomi masa depan.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
70
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaan serta obligasi pemerintah. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham. Permintaan dan penawaran dalam pasar-pasar saham didukung faktor-faktor yang, seperti halnya dalam setiap pasar bebas, mempengaruhi harga saham. Sebuah bursa saham sering kali menjadi komponen terpenting dari sebuah pasar saham. Tidak ada keharusan untuk menerbitkan saham melalui bursa saham itu sendiri dan saham juga tidak mesti diperdagangkan di bursa tersebut: hal semacam ini dinamakan "off exchange". Penawaran pertama dari saham kepada investor dinamakan pasar perdana atau pasar primer dan perdagangan selanjutnya disebut pasar kedua (sekunder). Pasar modal menjadi alternatif pendanaan dalam mengembangkan perusahaan di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar dibanding dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada publik atau initial public offering (IPO) di pasar primer yang selanjutnya diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
71
wahana investasi juga merupakan upaya diversifikasi. Setiap investor dapat memilih berbagai investasi yang ada, di mana setiap jenis investasi memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal tingkat pengembalian (return) dan risiko.
4.1.2. Data Penelitian Data keuangan dalam penelitian ini adalah berdasarkan Laporan Keuangan emiten perusahaan, baik laporan neraca dan laporan rugi laba, yang telah diterbitkan oleh perusahaan emiten dan disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia dan dapat diakses oleh publik. Selanjutnya data penelitian ini disajikan dalam bentuk rasio baik untuk variabel faktor fundamental ekonomi maupun variabel faktor fundamental perusahaan, sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
72
Tabel 4.1. Daftar Perusahaan Sampel (yang Masuk Kriteria Sampel) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Perusahaan
Thn 2003
Thn 2004
Thn 2005
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Adhi Karya Alfa Apexindo Pratama Duta Arpeni Pratama Ocean Line Astra Graphia Bahtera Adimina Samudra Bank BNI Bank Buana Indonesia Bank DKI Bank JATIM Bank Mayapada Bank Nagari Bank NISP Bank Panin Beta Inti Multifinance Branta Mulia Charoen Pokphand Indonesia CMNP Duta Pertiwi Federal International Finance HM Sampoerna Indo Jasa Pratama Indofood Sukses Makmur Indosat Indosiar Jasa Marga Jawa Pos Kalbe Farma Lautan Luas Lontar Papyrus Maspion Matahari Putra Prima Oto Multiartha Panin Sekuritas Pindo Deli Pupuk Kaltim Putra Sumber Utama Timber RCTI Sona Topas Tourism Industry Summarecon Agung Surya Citra Televisi Swadharma Indotama Finance Telkom Tjiwi Kimia Trimegah Securiities Tunas Baru Lampung Tunas Financindo Sarana Waskita Karya WIKA WOM Finance
Keterangan : √ = Laporan Keuangan Lengkap
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
73
Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Perusahaan
Adhi Karya Alfa Apexindo Pratama Duta Arpeni Pratama Ocean Line Astra Graphia Bahtera Adimina Samudra Bank BNI Bank Buana Indonesia Bank DKI Bank JATIM Bank Mayapada Bank Nagari Bank NISP Bank Panin Beta Inti Multifinance Branta Mulia Charoen Pokphand Indonesia CMNP Duta Pertiwi Federal International Finance HM Sampoerna Indo Jasa Pratama Indofood Sukses Makmur Indosat Indosiar Jasa Marga Jawa Pos Kalbe Farma Lautan Luas Lontar Papyrus Maspion Matahari Putra Prima Oto Multiartha Panin Sekuritas Pindo Deli Pupuk Kaltim Putra Sumber Utama Timber RCTI Sona Topas Tourism Industry Summarecon Agung Surya Citra Televisi Swadharma Indotama Finance Telkom Tjiwi Kimia Trimegah Securiities Tunas Baru Lampung Tunas Financindo Sarana Waskita Karya WIKA WOM Finance
Rata rata Current Ratio (CR)
1.5058 1.4702 2.3858 1.2895 3.3552 0.4530 1.1530 1.2042 1.3807 1.1279 1.1371 7.5003 1.1566 1.2437 80.3504 2.6371 440.4183 1.2864 1.3610 9.4720 2.6266 3.6721 1.6162 1.6504 4.5805 0.4427 1.1427 2.8393 1.6937 0.4041 2.6226 1.3102 2.2473 3.3039 0.7869 1.4874 0.6745 2.7137 1.1910 1.5232 2.5614 4.8132 0.7916 2.0095 3.0265 1.2109 2.4456 1.6066 1.3799 5.0755
Rata rata Debt to Equity Ratio (DER)
1.4624 0.4952 0.8691 0.9313 0.4864 20.6701 0.6192 0.3937 2.4021 0.4873 0.6112 0.5734 0.3333 0.3015 3.7564 0.6521 0.7603 0.4043 0.3390 4.9692 0.4872 2.2438 1.4895 0.8381 0.8019 2.7132 1.2584 0.4435 0.8079 0.8708 0.6640 0.4536 1.2279 0.9587 34.6340 1.0011 2.3629 1.5747 1.2598 0.5038 1.0567 4.2886 1.0147 1.3922 0.3732 0.9935 2.8802 0.9660 1.1995 1.1373
Rata rata Return on Investment (ROI)
Rata rata Return on Equity (ROE)
0.2082 0.7280 2.0735 1.2009 1.6320 9.3644 0.7139 0.4741 3.3165 0.5497 0.6950 4.3009 0.3855 0.3749 301.8295 1.7196 334.8284 0.5201 0.4614 47.0680 1.2798 8.2392 2.4074 1.3832 3.6733 1.2010 1.4380 1.2592 1.3684 0.3519 1.7413 0.5943 2.7594 3.1676 27.2550 1.4890 1.5936 4.2731 1.5004 0.7674 2.7067 20.6418 0.8032 2.7977 1.1296 1.2031 7.0438 1.5520 1.6551 5.7721
0.2082 0.0232 0.0233 0.1039 0.1013 59.2949 0.1488 0.1852 0.2051 0.2860 0.0569 0.2654 0.2741 0.1417 0.2107 0.1071 0.1340 0.1167 0.0447 0.4186 0.3915 0.1453 0.0890 0.2475 0.1630 0.1452 0.2025 0.3211 0.0796 0.1284 0.0882 0.0800 0.1804 0.1963 2.5232 0.0962 0.4656 0.2984 0.0623 0.2139 0.2577 0.1971 0.3532 0.1865 0.1809 0.0323 0.2303 0.1761 0.2033 0.2918
Sumber: Data diolah (2007).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
74
Tabel 4.2. Data Rasio Keuangan (Lanjutan)
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Perusahaan
Adhi Karya Alfa Apexindo Pratama Duta Arpeni Pratama Ocean Line Astra Graphia Bahtera Adimina Samudra Bank BNI Bank Buana Indonesia Bank DKI Bank JATIM Bank Mayapada Bank Nagari Bank NISP Bank Panin Beta Inti Multifinance Branta Mulia Charoen Pokphand Indonesia CMNP Duta Pertiwi Federal International Finance HM Sampoerna Indo Jasa Pratama Indofood Sukses Makmur Indosat Indosiar Jasa Marga Jawa Pos Kalbe Farma Lautan Luas Lontar Papyrus Maspion Matahari Putra Prima Oto Multiartha Panin Sekuritas Pindo Deli Pupuk Kaltim Putra Sumber Utama Timber RCTI Sona Topas Tourism Industry Summarecon Agung Surya Citra Televisi Swadharma Indotama Finance Telkom Tjiwi Kimia Trimegah Securiities Tunas Baru Lampung Tunas Financindo Sarana Waskita Karya WIKA WOM Finance
Log Tingkat Log Inflasi Log Nilai Suku Bunga (I) Tukar (NT) (TSB)
10.2227 9.8128 10.3942 10.2234 9.7393 9.6314 12.1044 11.1625 10.8112 10.9130 10.3908 10.4644 11.2131 11.3898 8.9317 10.1812 10.3741 10.1555 10.5965 10.7991 11.0130 8.9128 11.1459 11.4398 10.1674 10.8606 10.0323 10.4897 10.1151 10.8862 10.5441 10.5676 10.4110 9.5195 11.3098 10.7416 9.8931 10.2152 9.5488 10.1659 10.0331 9.9173 11.7123 11.2495 9.7476 10.0825 10.1551 10.0426 10.1381 10.0201
5.0121 4.3311 4.4916 4.5582 4.0859 4.1402 7.0428 6.0872 5.6930 5.8691 5.3164 5.2388 6.1580 6.2984 3.0964 4.4769 4.8021 4.2471 5.2348 4.7505 5.5252 3.4813 5.5950 5.6314 4.3072 4.9724 4.3952 4.9549 4.7198 5.5724 4.7811 5.0509 5.0787 4.0229 5.9532 4.9952 4.588 4.6481 4.0244 4.7605 4.4223 4.2607 6.0614 5.7686 4.2768 4.4591 4.8071 4.8258 4.9006 4.3939
Imbal Hasil Obligasi (IHO)
5.4062 5.5121 4.9238 4.8061 4.7617 4.0092 5.9182 4.8977 4.8760 5.0342 4.0485 4.6190 5.1958 5.3545 3.3061 5.1523 5.6676 4.5831 4.9789 5.2990 6.2574 3.3793 6.2385 5.9824 4.9749 5.1920 4.8949 5.5871 5.2118 5.3876 5.2601 5.7472 4.7424 3.7320 5.8800 5.5813 4.8379 5.0646 4.3367 4.7855 4.9516 4.4041 6.5140 5.8968 4.2769 4.9968 4.5510 5.2868 5.2440 4.6938
Sumber: Data diolah (2007).
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
0.1388 0.1375 0.1225 0.1425 0.1350 0.1600 0.1331 0.1200 0.1100 0.1280 0.1175 0.1235 0.1280 0.1225 0.1600 0.1275 0.1425 0.1159 0.1450 0.1355 0.1356 0.1250 0.1150 0.1379 0.1010 0.1453 0.1800 0.1788 0.1380 0.1475 0.1713 0.1216 0.1394 0.1825 0.1368 0.1446 0.1513 0.1322 0.0878 0.1475 0.1475 0.1150 0.1700 0.1338 0.1283 0.1325 0.1266 0.1588 0.2735 0.1421
75
4.1.3
Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif menunjukkan nilai tertinggi (maximum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel yang diteliti, baik faktor fundamental ekonomi maupun fundamental perusahaan. Hasil analisa deskriptif dapat dilihat seperti dalam Tabel 4.3. berikut: Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian Descriptive Statistics
CR DER ROI ROE NTU INFLASI IHO Valid N (listwise)
N Minimum 50 ,40 50 ,30 50 ,35 48 ,01 50 8,91 50 3,31 50 ,09 48
Maximum 440,42 34,63 334,83 59,29 12,10 6,51 ,27
Mean 12,5068 2,2683 16,5497 1,4529 10,4118 5,0448 ,1399
Std. Deviation 62,75525 5,51477 62,80652 8,53372 ,65439 ,68113 ,02731
Berdasarkan Tabel 4.3. maka dapat disimpulkan bahwa, rata-rata rasio Current Ratio (CR) adalah 12,5068%, rasio terendah adalah sebesar 0,40% dan tertinggi adalah sebesar 440,42%, dengan standar deviasi sebesar 62,75525%. Keseluruhan current ratio ini mencerminkan bahwa dalam operasional perusahaan cukup aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Namun dalam analisis current rasio ini harus dilihat lebih jauh, mengingat unsur persediaan menjadi faktor kritis apakah perusahaan memiliki kas yang cukup dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo, khususnya pembayaran bunga obligasi. Investor melihat bahwa unsur
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
76
ketersediaan kas dan kelancaran pembayaran hutang-hutang menjadi pertimbangan pada perusahaan emiten obligasi. Selanjutnya rata-rata rasio Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebesar 2,2683%, rasio terendah adalah sebesar 0,30% dan tertinggi adalah sebesar 34,63%, dengan standar deviasi sebesar 5,51477%. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa hutang perusahaan melebihi modal sendiri. Hal ini dapat mencerminkan bahwa investor dapat merasa tidak aman dalam investasi obligasi yang diterbitkan emiten. Namun hal ini harus dilihat lebih jauh mengingat jumlah obligasi yang diterbitkan emiten dapat melampaui jumlah modal sendiri. Namun secara umum emiten obligasi memiliki rasio DER yang aman. DER yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan mengambil kebijaksanaan investasi baik untuk investasi ekspansi maupun untuk proyek-proyek baru dengan sumber dana hutang khususnya jangka panjang. Hal ini dapat dilihat dari penerbitan obligasi perusahaan. Secara umum DER merupakan rasio hutang dengan modal sendiri, dengan demikian modal merupakan jaminan atas hutang apabila perusahaan likuidasi. Namun modal sendiri tidak selalu menjadi jaminan atas penerbitan obligasi, faktor lainnya seperti jaminan pemerintah menjadi jaminan khusus terhadap emiten obligasi khususnya emiten BUMN. Selanjutnya, rata-rata rasio Ruturn on Investment (ROI) sebesar 16,5497%, rasio terendah adalah sebesar 0,35% dan tertinggi adalah sebesar 334,83%, dengan standar deviasi sebesar 62,80652%. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan tingkat ROI dari emiten obligasi sangat menjanjikan, mengingat tingkat ROI yang tertinggi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
77
dapat mencapai sebesar 334,83%, dan hal ini dapat menjadi jaminan investor bahwa bunga obligasi menjanjikan tingkat ROI yang wajar bagi investor. Selain tingkat ROI, obligasi merupakan investasi yang kurang berisiko dibandingkan dengan saham. Kualitas aktiva perusahaan menjadi penilaian dalam menghitung tingkat ROI perusahaan. Selanjutnya, rata-rata rasio Return on Equity (ROE) sebesar 1,4529%, rasio terendah adalah sebesar 0,01% dan tertinggi adalah sebesar 59,29%, dengan standar deviasi sebesar 8,53372%. Hal ini mencerminkan bahwa secara keseluruhan tingkat return atau pengembalian modal para pemegang saham cukup baik, dan hal ini menjadi salah satu faktor bahwa para pemegang saham diperkirakan mendapat deviden setiap tahunnya. Dengan tingkat ROE yang cukup, maka para pemegang saham dapat diyakinkan untuk menanamkan keuntungan bersih hak pemegang saham untuk diinvestasikan kembali dan tidak untuk dibagikan. Selanjutnya rata-rata rasio Nilai Tukar Rupiah (NTU) sebesar 10,4118%, rasio terendah adalah sebesar 8,91%, dan tertinggi adalah sebesar 12,10%, dengan standar deviasi sebesar 0,65439%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar sangat cukup stabil, mengingat jarak antara rata-rata, tertinggi dan terendah tidak berbeda jauh. Hal ini didukung oleh fakta bahwa pemerintah sangat menjaga kestabilan nilai tukar dalam menjaga tingkat kepercayaan masyarakat atas nilai tukar rupiah. Kestabilan nilai tukar sangat berpengaruh atas obligasi khususnya obligasi dengan dalam mata uang asing yang diterbitkan dan diperdagangkan di bursa luar negeri. Emiten yang menerbitkan obligasi dalam mata uang asing biasanya adalah BUMN.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
78
Selanjutnya, rata-rata rasio Inflasi (I) adalah sebesar 5,0448%. rasio terendah adalah sebesar 3,31% dan tertinggi adalah sebesar 6,51%, dengan standar deviasi sebesar 0,68113%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah melalui instrument moneter menjaga tingkat inflasi yang stabil dengan memanfaatkan perekonomian yang mulai bertumbuh seiring dengan tingkat investasi yang semakin baik. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor untuk merangsang investor dalam berinvestasi pada obligasi, serta merangsang emiten-emiten baru menerbitkan obligasi. Selanjutnya, rata-rata rasio Imbal Hasil Obligasi (IHO) perusahaan sampel adalah sebesar 0,1399%, rasio terendah adalah sebesar 0,09% dan tertinggi adalah sebesar 0,27%, dengan standar deviasi sebesar 0,02731%. Hal ini menunjukkan bahwa obligasi dapat menjadi alternatif investasi selain deposito. Dengan tingkat rata-rata imbal hasil sebesar 13,99% diatas tingkat bunga deposito dengan rata-rata sebesar 9%, maka berinvestasi dalam obligasi menjadi investasi yang cukup menarik. Kecenderungan imbal hasil obligasi yang tidak berfluktuasi juga menjadi daya tarik karena dengan demikian investor menjadi lebih aman.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
79
4.2.
Hasil Uji Asumsi Klasik Tabel 4.4. Hasil Uji Asumsi Klasik (Variabel Bebas Berkorelasi) Coefficient a
Model 1
Colinearity Statistics Tolerance VIF (Constant) DER NT SKB Inflasi CR ROI ROE
.284 .055 .070 .297 .236 .159 .534
3,524 18.129 14.377 3.369 4.233 6.294 1.871
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Hasil uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolonieritas terjadi apabila (1) nilai tolerance (Tolerance < 0,10) dan (2) variance factor inflation (VIF > 10). Berdasarkan pada Tabel 4.4, menunjukkan bahwa VIF untuk variabel Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga lebih besar dari 10 sedangkan secara keseluruhan nilai tolerance seluruh variabel lebih besar dari 1,10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini saling berkorelasi, sehingga model mengandung multikolonieritas. Untuk menghindari atau menghilangkan unsur multikolonieritas antar variabel Nilai Tukar dan Tingkat Suku Bunga, maka salah satu variabel harus
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
80
dihilangkan. Dalam kerangka pemikiran variabel faktor fundamental ekonomi dipakai dalam penelitian adalah Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi. Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, terdapat autokorelasi antara variabel variabel Nilai Tukar dan Suku Bunga. Untuk menghindari terjadinya autokorelasi maka dilakukan pemilihan variabel untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini, variabel yang dihilangkan adalah variabel suku bunga, dengan pertimbangan sebagai berikut: (Bodie, Kane da Markus, 2006) 1. Inflasi merupakan indikator terhadap tingkat suku bunga, dan merupakan pendorong besar kecilnya tingkat suku bunga, yang berarti, semakin tinggi inflasi mengakibatkan tingkat bunga yang lebih tinggi, karena tingkat bunga di pasar merupakan tingkat bunga riil ditambah dengan premi inflasi. 2. Tinggi rendahnya suku bunga mengakibatkan tingkat imbal hasil obligasi. Semakin tinggi tingkat bunga mengakibatkan imbal hasil obligasi rendah dan sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga akan mengakibatkan imbal hasil obligasi semakin tinggi. Atas dasar petimbangan pertimbangan tersebut maka untuk menghindari multkolonieritas tersebut maka faktor Suku Bunga dipilih untuk dihilangkan. Selanjutnya setelah menghilangkan salah satu variabel tersebut dilakukan kembali uji multikolonearitas untuk penelitian selanjutnya. Hasil pengujian multikolonieritas setelah faktor suku bunga dihilangkan maka hasil uji multikolonieritas terlihat pada Tabel 4.5. sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
81
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolonieritas (Variabel Bebas Tidak Berkorelasi) Coefficient a
Model 1
Colinearity Statistics Tolerance VIF
(Constant) DER NT Inflasi CR ROI ROE a. Dependent Variabel : IHO
.292 .344 .353 .243 .191 .561
3.423 2.906 2.829 4.121 5.238 1.784
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (inter-independent variable). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Multikolonieritas dapat terjadi apabila: (1) nilai tolerance (Tolerance < 0,10) dan (2) variance inflation factor (VIF > 10). Berdasarkan Tabel 4.5. terlihat bahhwa nilai VIF untuk variabel DER, NT, INFLASI, CR, ROI, ROE lebih kecil dari 10. Sedangkan nilai tolerance nya lebih besar dari 0,10. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling berkorelasi, atau tidak ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas, sehingga model tidak mengandung multikolonieritas.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
82
4.2.1. Hasil Uji Normalitas Hasil uji normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan analisis grafik dan uji statistic Kolmogorov-Smirnov. Tampilan grafik histogram yang terlihat pada Gambar 4.1. di bawah ini memberikan ilustrasi pola distribusi yang normal karena menyebar secara merata baik ke kiri maupun ke kanan
Histogram
Dependent Variable: IHO
20
Frequency
15
10
5
Mean = 1.58E-14 Std. Dev. = 0.934 N = 48
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Gambar 4.1 Grafik Histogram Pada Gambar 4.2. di bawah ini grafik normal plot terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa model regressi memenuhi asumsi normalitas grafik.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
83
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Variable: IHO Expected CumDependent Prob 1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 4.2. Grafik Normal Plot Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Selain menggunakan analisis grafik, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan melihat angka signifikan dari Kolmogorov-Smirnov test, yaitu dengan cara melakukan uji Kolmogorov-Smirnov pada data residual. Dan hasil uji normalitas terlihat pada Tabel 4.6. sebagai berikut: Dari tabel hasil uji normalitas tersebut di bawah ini terlihat bahwa semua variabel berdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari signifikansi KolmogorovSmirnov test sebesar 0,600 yaitu lebih besar dari 0,05.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
84
Tabel 4.6. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N a,b Normal Parameters Mean Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Unstandardiz ed Residual 48 .0000000 .62764412 .111 .079 -.111 .766 .600
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
4.2.2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Pendeteksian masalah heteroskedastisitas dalam model regrssi dilakukan dengan menggunakan gfrafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependent variabel). Jika pada grafik terdapat pola tertentu yang teratur, maka dalam model tersebut mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dan apabila tidak terdapat pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
85
Regression Standardized Predicted Scatterplot
Dependent Variable: IHO 4
2
Value 0
-2
-4 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
Gambar 4.3. Scatterplot Heteroskedastisitas Dalam Gambar 4.3. scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 (nul) pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi nilai Imbal Hasil Obligasi berdasarkan masukan variabel bebas (independent variable). Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting. Semakin sedikit jumlah pengamatan semakin sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Oleh karena itu, diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasilnya.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
86
Tabel 4.7. Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant) DER NT
B -.282
Std. Error 1.245
-.006
.020
Standardized Coefficients Beta -.079
t -.227
Sig. .822
-.276
.784
.092
.160
.151
.576
.568
inflasi
-.053
.152
-.090
-.347
.730
CR
-.062
.147
-.132
-.422
.675
ROI
.071
.105
.239
.677
.502
ROE
-.039
.066
-.124
-.600
.552
a. Dependent Variable: absut
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua koefisien parameter beta untuk variabel bebas tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regressi tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatterplots.
4.2.3. Hasil Uji Autokorelasi Salah satu pengujian yang dilakukan untuk pendeteksian masalah autokorelasi adalah dengan pengujian Durbin-Watson atau uji d. Nilai d memiliki batas -2 sampai dengan 2, dari Tabel 4.7. diperoleh nilai hitung Durbin-Watson sebesar 1943. Ini menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada masingmasing variabel karena nilai Durbin-Watson terletak antara -2 sampai 2
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
87
Tabel 4.8. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model
1
R
.733
R. Square a
.537
Adusted R. Square . 470
Std. Error of the Estimate
Durbin Watson
.67200
1.943
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO
Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
4.3. Hasil Uji Hipotesis Sebelum melakukan uji hipotetis, pertama sekali dilakukan uji determinasi untuk mengukur sejauh mana kemampuan model, yaitu variasi variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikatnya. Nilai koefisien determinasi R2 dapat dilihat dalam Tabel 4.9. sebagai berikut; Tabel 4.9. Hasil Uji Hipotesis Model Summary b
Model 1
R .733
R. Square a
.537
Adusted R. Square .470
Std. Error of the Estimate .67200
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI, b. Dependent Variable: IHO Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Nilai R2 yang dihasilkan adalah sebesar 0,537 atau 53,7% yaitu, menunjukkan kemampuan variabel faktor fundamental perusahaan dan fundamental
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
88
ekonomi dalam menjelaskan variasi yang terjadi pada imbal hasil obligasi sebesar 53,7%, sedangkan sisanya sebesar 46,3% dijelaskan oleh faktor lainnya yang tidak dimasukkan dalam model. Nilai R2 yang kecil dapat diartikan bahwa kemampuan variabel bebas dan variabel terikat sangat terbatas.
4.4. Pembahasan 4.4.1. Uji Serempak (Uji F) Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan uji F dengan kriteria: jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, sedangkan jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak Ha diterima, atau jika tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka Ho ditolak Ha diterima. Berdasarkan Dari Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai Fhitung = 7,940 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel, pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah sebesar 2,0167. Oleh karena pada kedua perhitungan yaitu Fhitung > Ftabel , dan tingkat signifikansinya (0,000) < 0,05, maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa faktor fundamental perusahaan dan ekonomi secara serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Secara keseluruhan, dalam uji serempak, faktor-faktor fundamental ekonomi dan perusahaan dapat digunakan oleh investor obligasi sebagai pertimbangan dalam melakukan kegiatan investasi.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
89
Tabel 4.10. Hasil Uji F ANOVA
Model 1 Regression
Sum of Squares 12.513
df 6
b
Mean Square 3.585
F 7.940
Sig .000
a
Residual 18.515 41 .452 Total 40.028 47 a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah)
4.4.2. Uji Parsial (Uji t) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah imbal hasil obligasi benarbenar dipengaruhi secara parsial (individu) oleh faktor variabel bebas. Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan Uji t dimana jika thitung lebih besar dari ttabel atau signifikasi thitung lebih kecil dari α 5% maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak dan Ha diterima.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
90
Tabel 4.11. Hasil Uji t Coefficients
Model 1
(Constant) DER NT inflasi CR ROI ROE
a
Unstandardized Standardized Coefficient Coefficients B Std. Error Beta 17.930 1.962 -.068 032 -.414 .574 .252 .413 .452 .239 .337 -.270 .232 -.251 .233 .165 .344 -.037 .104 -.051
t 9.141 2.109 2.282 1.888 -1.163 1.414 -.359
Sig .000 .041 .028 .066 .252 .165 .721
a. Dependent Variable: IHO Sumber: Hasil Penelitian, 2007 (data diolah) Dari Tabel 4.11. di atas dapat diketahui nilai koefisien masing-masing variabel dan konstanta adalah sebagai berikut: Konstanta sebesar 17,930, variabel DER sebesar -0,068, variabel CR sebesar -0,270, variabel ROI sebesar 0,233, variabel ROE sebesar -0,037, variabel Nilai Tukar sebesar 0,574, variabel Inflasi sebesar 0,452. Maka model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut: Y= 17,930 - 0,068X1 - 0,270X2 + 0,233X3 -0,037X4 + 0,574X5 + 0,452X6 Di mana: Y = Imbal Hasil Obligasi X1 = Debt to Equity ratio (DER) X2 = Current Rasio (CR), X3 = Ruturn on Investment (ROI), X4 = Return on Equity (ROE). X5 = Nilai Tukar, X6 = Inflasi,
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
91
Dari persamaan regresi linear berganda diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Konstanta sebesar 17,930% menyatakan bahwa jika variabel DER, CR, ROI, ROE, NT, dan I tidak dijadikan pertimbangan keputusan investasi, maka hasil imbal hasil obligasi yang didapat adalah sebesar 17,930%. 2. Koefisien regresi DER sebesar -0,068%, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% DER akan berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi sebesar -0,068%. 3. Koefisien regresi CR sebesar -0,270% menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% CR akan berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi sebesar -0,270%. 4.
Koefisien regresi ROI sebesar 0,233% menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% ROI akan berdampak pada peningkatan imbal hasil obligasi sebesar 0,233%.
5. Koefisien regresi ROE sebesar -0,037% menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% ROE akan berdampak pada penurunan imbal hasil obligasi sebesar -0,037%. 6. Koefisien regresi Nilai Tukar sebesar 0,574%, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% Nilai Tukar akan berdampak pada peningkatan imbal hasil obligasi sebesar 0,574%. 7. Koefisien regresi Inflasi sebesar 0,452%, menyatakan bahwa setiap peningkatan 1% inflasi akan berdampak pada peningkatan imbal hasil obligasi sebesar 0,452%. Berdasarkan hasil regresi yang terdapat pada Tabel 4.11, yang merupakan uji parsial dapat dijelaskan sebagai berikut:
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
92
1. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien -0,068%, dengan nilai signifikansi 0,041%, yang lebih kecil dari 0,05%, hal ini bermakna bahwa setiap penambahan 1 unit DER akan berpengaruh pada penurunan imbal hasil obligasi sebesar 0,068%. Dengan demikian, besaran DER dapat digunakan untuk mengukur besaran imbal hasil obligasi dalam penelitian ini. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat DER maka jumlah total hutang selain hutang obligasi akan bertambah, maka jumlah bunga yang akan dibayar oleh emiten selain untuk obligasi akan bertambah tinggi. Misalnya bunga kredit ke bank. Hal ini mengakibatkan investor akan menyadari bahwa risiko emiten bertambah tinggi khususnya dalam mengantisipasi pembayaran hutang pokok pinjaman obligasi yang jatuh tempo. Sifat penting dari hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang menjadi pertimbangan investor dalam berinvestasi. Hal ini terkait dengan kebijakan perusahaan dalam pengelolaan hutang. Secara teori (Brigham, dan Houston, 1999) menyatakan bahwa hutang jangka pendek digunakan untuk membiayai operasional jangka pendek, sementara hutang jangka panjang digunakan sebagai pembiayaan investasi jangka panjang. Hal lain yang menjadi alasan bagi investor adalah bahwa investor tidak memegang obligasi sampai jatuh tempo, sehingga obligasi dapat dijual sebelum jatuh tempo dengan tujuan untuk mendapatkan capital gain. Sehingga, dengan naiknya DER mendorong investor menjual obligasi pada saat harga tinggi guna mengantisipasi peningkatan DER yang berpeluang menurunkan derajat efisiensi perusahaan.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
93
Banyaknya investor yang menjual obligasi akan berakibat semakin turunnya harga obligasi, hal ini sejalan dengan hukum permintaan dan penawaran, semakin banyak jumlah yang ditawarkan dengan pembeli yang sedikit mengakibatkan penurunan harga, sebaliknya semakin sedikit barang ditawarkan dengan jumlah pembeli yang banyak mengakibatkan harga meningkat, dengan kondisi ini maka imbal hasil obligasi mengalami penurunan dengan semakin banyak investor yang melepas obligasi. Hal ini sejalan dengan teori Modigliani dan Miller, yang menjelaskan, bahwa dalam perekonomian normal atau booming, besarnya hutang tidak mempengaruhi laba bersih perusahaan. Namun mengingat kondisi perekonomian Indonesia yang mengalami goncangan sebagai akibat naiknya harga minyak bumi, mengakibatkan perekonomian mengalami kenaikan inflasi. Dengan demikian dalam penelitian ini mendukung teori bahwa nilai perusahaan yang tercermin dalam harga pasar obligasi dan saham akan mengalami kenaikan (Weston, Brigham, 1985). Namun demikian, adanya fleksibilitas penggunaan dana hasil emisi, seperti untuk investasi, penambahan modal
kerja,
(pencadangan
penambahan pelunasan
modal
sinking
perusahaan fund),
dan
pelunasan
mengakibatkan
investor
hutang dapat
mempertimbangkan alternatif dalam investasi, termasuk melakukan pengawasan atas alokasi hasil emisi. Bahwa DER yang tinggi akan meningkatkan tingkat resiko perusahaan dan rating perusahaan akan terkoreksi, dan investor akan mempertimbangkan apakah membeli obligasi atau tidak.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
94
2. Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien -0,270%, dengan nilai signifikansi 0,252% yang lebih besar dari 0,05%, yang berarti bahwa CR secara partial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa CR yang besar tidak dapat digunakan sebagai jaminan pembayaran bunga obligasi tanpa lebih dahulu melihat unsur current ratio-nya. Apabila dalam unsur CR terdapat unsur inventori dan piutang dagang yang besar, berarti perusahaan mengalami keterlambatan dalam pengumpulan tagihan (collection period) dan penjualan, sehingga tidak berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Namun apabila dalam unsur CR terdapat uang kas tunai yang cukup besar maka akan berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi. Setiap perusahaan berbeda perlakuannya atas elemen persediaan, perusahaan properti (dengan persediaan tanah dan properti/real estate yang belum terjual) dengan perusahaan industri manufaktur (persediaan barang dagangan) dapat berbeda tingkat likuiditasnya. Tingkat perputaran persediaan yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan menghasilkan penjualan rendah yang mengakibatkan tingkat pendapatan rendah, sebaliknya, tingkat perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan tingkat pendapatan yang tinggi. Dengan demikian hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa semakin besar CR (dengan uang tunai yang besar), maka perusahaan semakin lancar dalam melunasi kewajibannya jangka pendeknya. Investor dapat melihat unsur ketersediaan uang tunai yang cukup menjadi jaminan pembayaran bunga
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
95
obligasi termasuk penebusan pokoknya secara berkala (sinking fund). Hal lain dengan adanya uang tunai yang besar adalah perusahaan dapat membeli (menebus) kembali obligasi yang diterbitkan sebagai akibat adanya penurunan harga obligasi di pasar, dengan demikian perusahaan dapat mengurangi kewajiban membayar bunga dan kewajiban nominal obligasi. Hal ini sejalan dengan teori bahwa dalam penilaian kinerja perusahaan unsur ketersediaan uang tunai yang cukup dapat menjadi daya tarik dalam membeli obligasi termasuk jaminan pembayaran bunganya. Penelitian sebelumnya (Aristanto, 2003) bahwa likuiditas mempunyai pengaruh signifikan terhadap risiko sistimatis. Apabila tujuan emiten adalah untuk melunasi pinjaman yang jatuh tempo, maka sinking fund berpengaruh terhadap peringkat emiten. Hal ini mendukung penelitian terdahulu (Andry, 2005) bahwa Sinking fund berpengaruh terhadap prediksi peringkat obligasi. Dengan membaiknya peringkat emiten, maka tingkat kepercayaan investor semakin meningkat. 3. Pengaruh Return on Investment (ROI) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien -0,233%, dengan nilai signifikansi 0,165%, yang lebih besar dari 0,05%, yang berarti bahwa ROI secara partial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Hal ini menjelaskan bahwa setiap investor tidak selalu melihat besaran ROI perusahaan dalam mempertimbangkan investasinya. Terdapat faktor lain yang menjadi pertimbangan investor seperti jaminan obligasi, jenis emiten (BUMN atau Swasta). Meskipun faktor ROI selalu mendasari setiap keputusan investasi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
96
dan tingkat investasi tersebut secara relatif dapat dibandingkan dengan tingkat ROI dari investasi instrumen lainnya seperti deposito, saham. Meskipun investor selalu berusaha memaksimalkan return dari investasinya dengan mengukur tingkat ROI instrumen investasi. Hal lain yang menjadi pertimbangan investor adalah bahwa ROI dilihat sebagai hasil setelah seluruh kewajiban perusahaan (termasuk pembayaran bunga obligasi) telah dilunasi. Jadi, investor melihat hasil laporan rugi laba dari sisi sebelum earning before interest and tax (EBIT), sementara pemegang saham melihat dari sisi Earning Aftaer Tax (EAT). Atau dengan kata lain bahwa perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerjanya bagi para pemegang saham setelah terlebih dahulu melunasi total kewajiban hutang pokok dan bunga tahun berjalan (termasuk pokok dan kewajiban bunga obligasi). Dengan demikian dapat dinyatakan dalam penelitian ini bahwa ROI perusahaan tidak dapat digunakan untuk mengukur pengaruh besaran ROI perusahaan terhadap imbal hasil obligasi. 4. Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien sebesar -0,037%, dengan nilai signifikansi 0,721%, lebih besar dari 0,05%, yang berarti bahwa ROE secara partial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Hal ini menjelaskan bahwa dalam jumlah modal sendiri perusahaan menjadi jaminan bahwa investor akan tertarik dalam berinvestasi dalam obligasi emiten. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah kinerja emiten secara riil setiap tahunnya. Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah faktor karakteristik/jenis
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
97
emiten swasta dan BUMN dapat menjadi jaminan lain bagi investor. Perusahaan BUMN dapat menerbitkan obligasi melampaui jumlah modal sendiri, namun karena dukungan pemerintah sehingga investor dapat merasa yakin bahwa imbal hasil investasinya akan maksimal dan aman. Dalam prakteknya perusahaan BUMN yang menerbitkan obligasi tidak selalu mengharuskan agar terjadi peningkatan jumlah modal sendiri, untuk mencapai rasion kecukupan misalnya setiap Rp. 1,- hutang dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 1,-. Dengan demikian dapat dinyatakan dalam penelitian ini bahwa ROE perusahaan tidak dapat digunakan untuk mengukur pengaruh besaran ROE perusahaan terhadap imbal hasil obligasi. 5. Pengaruh Nilai Tukar (NI) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien sebesar 0,574%, dengan nilai signifikansi 0,028%, berarti lebih kecil 0,05%, yang berarti menunjukkan bahwa variabel Nilai Tukar secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap imbal hasil obligasi mengingat Nilai tukar adalah cerminan dari kekuatan daya beli dari mata uang suatu negara. Dalam hubungannya dengan kinerja perusahaan, apabila terjadi pelemahan terhadap mata uang lokal maka barang-barang impor akan semakin mahal dan mengakibatkan kenaikan harga jual dan akan menurunkan daya beli masyarakat. Dalam hubungannya dengan pinjaman atau penerbitan obligasi dalam mata uang asing, maka setiap penurunan kurs mata uang lokal akan mengakibatkan kenaikan dalam jumlah pembayaran bunga hutang dan pokoknya. Hal ini sejalan dengan teori nilai tukar
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
98
mata uang yang berlaku secara international. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa besaran Nilai Tukar mata uang dapat digunakan untuk mengukur pengaruh besaran Nilai Tukar terhadap imbal hasil obligasi. Sebagai salah satu faktor fundamental ekonomi, pergerakan nilai tukar termasuk paling sulit untuk dikendalikan oleh pengambil kebijakan makro ekonomi. Hal ini akibat interaksi dari dari berbagai mata uang uang lokal dengan mata uang asing yang diperdagangkan atau akibat transasaksi dengan luar negeri. Situasi politik dan ekonomi suatu negara tujuan ekspor (tujuan penjualan barang) dan impor (mendatangkan bahan baku produksi) dapat membuat pergerakan nilai tukar menjadi tidak stabil. Pergerakan nilai tukar mata uang menjadi sangat sensitif bagi perusahaan Multi National Corporation (MNC), yang beroperasi dalam bidang perdagangan ataupun jasa (termasuk jasa keuangan), termasuk perusahaan Indonesia yang berorientasi ekspor seperti produk CPO, Minyak Bumi, Hasil Pertanian, Batubara, dll. Nilai Tukar secara nyata telah mempengaruhi
investor
dalam mengambil
keputusan
(Madura,
2006),
diantaranya dalam keputusan untuk lindung nilai (hedging decision), keputusan pembiayaan jangka pendek, keputusan investasi jangka pendek, keputusan investasi modal, penilaian laba, keputusan pendanaan jangka panjang (misalnya dengan menerbitkan obligasi dalam US$ Dolar Amerika). Kemampuan atau kesuksesan suatu pemerintah untuk mengendalikan kestabilan nilai tukar akan berdampak positif terhadap minat investor untuk berinvestasi di pasar modal termasuk dalam hal ini adanya kestabilan dalam tingkat pengembalian hasilnya.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
99
Apabila tekanan nilai tukar sangat kuat, maka pemerintah akan melakukan tindakan devaluasi mata uang terhadap mata uang asing (misalnya terhadap mata dolar Amerika). Kebijakan seperti ini akan mengoncangkan perekonomian dan mengakibatkan jumlah hutang perusahaan dapat bertambah, dan menyulitkan perusahaan dalam pengembaliannya (ini menjadi dasar pemicu krisis moneter yang melanda Indonesia tahun 1999). Nilai tukar juga ditentukan oleh jumlah cadangan devisa dalam negeri dalam jumlah yang cukup sesuai permintaan mata uang asing untuk keperluan transaksi ekspor impor. Hal ini mendukung teori bahwa investor akan mencari instrumen investasi di pasar modal pada sekuritas yang nilai tukarnya stabil. (Madura, 2006). Hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian terdahulu (Levi, 2001) yang menyimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh terhadap peningkatan harga-harga, dan kontribusi kurs terhadap risiko obligasi lebih besar daripada saham. 6. Pengaruh Inflasi (I) terhadap imbal hasil obligasi. Secara parsial sebagaimana dijelaskan oleh besaran nilai koefisien sebesar 0,452%, dengan nilai signifikansi 0,066%, berarti lebih besar 0,05%, yang berarti bahwa Inflasi secara partial tidak berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi, pada tingkat alpha 5%, tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat alpha 10%. Hal ini dapat dilihat apabila investor melakukan investasi dalam jangka pendek, mengingat tujuannya adalah melakukan transaksi (jual beli) obligasi untuk mendapatkan capital gain. Namun apabila investor melakukan investasi dalam jangka panjang (seperti dalam investasi obligasi jangka panjang s/d 10 tahun) maka faktor inflasi
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
100
menjadi bahan pertimbangan utama. Hal ini berlaku sebagai akibat bahwa inflasi menurunkan daya beli uang, dengan demikian Investor akan menyesuaikan portofolio investasinya apabila inflasi cenderung naik dan investor akan melepas investasi yang sensitif terhadap setiap kenaikan inflasi. Inflasi dapat mempengaruhi imbal hasil obligasi, terutama dari emiten yang sifat perusahaannya dalam produksi barang-barang konsumsi. Sebagai akibat kenaikan harga jual barang akan berdampak terhadap penjualan perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan turunnya pendapatan perusahaan yang dibutuhkan untuk menutupi biaya-biaya operasional khususnya biaya-biaya tetap (fixed cost) termasuk untuk pembayaran kewajiban bunga obligasi atau bunga pinjaman kredit lainnya. Investor melihat perusahaan yang sangat rentan terhadap inflasi (seperti industri konstruksi perumahan, gedung perkantoran, apartemen dan perhotelan) dapat mengakibatkan tingkat risiko perusahaan naik, dan sebagai akibatnya investor melepas obligasi dari emiten obligasi ke pasar untuk menghindari penurunan harga. Sebagai akibat penjualan obligasi tersebut ke pasar, mengakibatkan harga obligasi turun. Demikian juga juga dalam perdagangan internasional, tekanan inflasi dapat menurunkan tingkat ekpor barang, sebagai akibat tidak kompetitifnya harga barang yang di ekspor ke luar negeri. Sebagai akibatnya produk luar negeri relatif lebih murah dibanding harga produk lokal. Pengaruh inflasi terhadap harga-harga komoditas yang berdampak pada penurunan harga surat berharga didukung teori paritas daya beli (purchase power parity), yang menggambarkan hubungan antara inflasi dengan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
101
nilai tukar. (Madura, 2006). Hasil penelitian ini mendukung dengan penelitian terdahulu (Levi, 2001) yang menyimpulkan bahwa inflasi menyebabkan terdepresiasinya mata uang dan meningkatkan harga-harga. Mengingat sifat hubungan positif antara inflasi dengan tingkat suku bunga, maka pada saat inflasi naik, maka suku bunga cenderung mengikuti. Sebagai akibatnya, maka investor akan mengalihkan dananya pada investasi yang menjanjikan return yang lebih tinggi, dan menjual intrumen investasi dalam portofolio perusahaan. Tekanan menjual ini akan menurunkan harga surat berharga tersebut termasuk imbal hasilnya.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
BAB V PENUTUP
5.1.
Kesimpulan Berdasarkan pembahasan terhadap penelitian, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut: Secara serempak faktor fundamental ekonomi dan perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap imbal hasil obligasi. Hal ini menunjukkan bahwa imbal hasil obligasi sangat sensitif terhadap fundamental perusahaan seperti; Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE), maupun fundamental ekonomi seperti Nilai Tukar dan Inflasi. Secara partial faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang berpengaruh secara signifikan adalah DER (Debt to Equity Ratio), Nilai Tukar dan Inflasi. Sementara faktor seperti; Inflasi (pada tingkat alpha 5% tidak berpengaruh, tetapi pada tingkat alpha 10% berpengaruh secara signifikan), Current Ratio (CR), Return on Investment (ROI), Return on Equity (ROE) masing-masing secara partial tidak berpengaruh terhadap imbal hasil obligasi.
102 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
103
5.2.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, dapat diberikan saran
sebagai berikut: 1.
Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi yang menjanjikan dimasa datang selain saham dan deposito. Pertumbuhan jumlah emiten dari tahun ke tahun merupakan indikator bahwa penerbitan obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan potensial perusahaan (baik dalam nominal rupiah maupun dalam mata uang asing. Imbal hasil obligasi baik secara parsial maupun serempak dipengaruhi oleh faktor fundamental ekonomi dan perusahaan, sehingga faktor-faktor tersebut dapat dipertimbangkan sebagai faktor untuk melakukan investasi pada obligasi dan penilaian imbal hasilnya. Dengan hasil penelitian disertai dengan keterbatasan jumlah faktor fundamental ekonomi dan perusahaan yang digunakan sebagai variabel penelitian, maka untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih optimal dan lebih akurat diharapkan penelitian lanjutan menggunakan lebih banyak variabel faktor fundamental ekonomi dan perusahaan, seperti; Produk Domestik Bruto, Tingkat Kesempatan Kerja, Defisit Anggaran, Quick Ratio, Cash ratio, Working Capital ratio, Gross profit margin ratio, dan rasio-rasio lainnya masih terbuka untuk disertakan sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan variabelvariabel yang lebih beragam, perusahaan emiten obligasi dapat menggunakan informasi tersebut untuk menentukan waktu yang tepat dalam menerbitkan
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
104
obligasi dengan jumlah nominal yang wajar serta dengan tingkat imbal hasil yang kompetitif sehingga menarik bagi investor untuk membeli. 2.
Kepada
para
peneliti
selanjutnya
diharapkan
mempertimbangkan
menggunakan sampel dari industri sejenis dengan jumlah sampel yang lebih besar agar dapat menghasilkan variasi penelitian dan diharapkan memberikan hasil yang lebih baik. Data sampel perusahaan dalam penelitian ini adalah dari berbagai jenis industri. Mengingat data sampel perusahaan yang beragam, maka hasil dari deskriptif statistik di atas dapat ditelaah lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih mendalam dan lebih akurat. Untuk itu diharapkan agar peneliti lanjutan menggunakan data perusahaan dalam bidang usaha yang sama seperti property, industri pertambangan, jasa perbankan, dan lain-lain untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat. Hal ini mengingat setiap faktor fundamental ekonomi dan perusahaan memiliki tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap jenis industri atau perusahaan.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
DAFTAR PUSTAKA
Aristanto, Eko. 2003. Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Perusahaan dan Faktor Fundamental Ekonomi Terhadap Risiko Sistimatis Sektor Perbankan yang Go Public di BEJ. Penelitian. Annual Report Bursa Efek Surabaya (BES) Tahun 2005. Bursa Efek Surabaya (www.bes.co.id). Bursa Efek Jakarta (www.jes.co.id). Bodie Zvi, Kane Alex dan Marcus Alan J. 2006. Investments. 6th Edition. Mc Graw Hill – International Edition. New York. Brigham, Eugene F, Houston, Joel F. 1999. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga. Jakarta. Capital Market Society of Indonesia. 1997. Cash Flow Ratio Analysis sebagai Mettode Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan, Manajemen Usahawan No. 10, Tahun XXXV Oktober 2005. Damodar Gujarati, Sumarno Zain. 1999. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2001. Pendekatan Modal di Indonesia Tanya Jawab. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Frank, Fabozzy. 2000. Bond Markets, Analysis and Strategies. Prentice Hall International, Inc. 4thNew Jersey - Edition. Jaka E. Cahaya. (2004). Langkah Taktis Berinvestasi di Obligasi. Penerbit PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Lena, Jacky Kale dan Atahau, Apriani, 2003, Pengukuran Durasi Obligasi untuk Mengetahui Sensitivitas Harga Obligasi terhadap Perubahan Tingkat Suku Bunga di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume IX. No. 1 Maret 2003.
105 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
106
Levi, Maurice D. 2001. Keuangan Internasional. Penerbit Andi. Yogyakarta. Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internacional. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Proquest. 28 Juli 2007. Perpustakaan USU. Medan. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portafolio. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Weston, J Fred and Brigham, Eugene F. 1985. Manajemen Keuangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Lampiran II. Hasil Output Regresi Linear Berganda (Memakai Alat Bantu SPSS 13.0)
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered ROE, NT, CR, DER, a inflasi, ROI
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: IHO
Model Summaryb Model 1
R .733a
R Square .537
Adjusted R Square .470
Std. Error of the Estimate .67200
DurbinWatson 1.943
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO
ANOVAb Sum of Model Squares 1 Regression 21.513 Residual 18.515 Total 40.028
df 6 41 47
Mean Square 3.585 .452
F 7.940
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO
110 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
111
Coefficientsa
Model 1 (Constant) DER NT inflasi CR ROI ROE
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 17.930 1.962 -.068 .032 -.414 .574 .252 .413 .452 .239 .337 -.270 .232 -.251 .233 .165 .344 -.037 .104 -.051
t 9.141 -2.109 2.282 1.888 -1.163 1.414 -.359
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .041 .292 3.423 .028 .344 2.906 .066 .353 2.829 .252 .243 4.121 .165 .191 5.238 .721 .561 1.784
a. Dependent Variable: IHO
a Collinearity Diagnostics
Condition Mode Dimensio Eigenvalue Index Constant) DER 1 1 4.548 1.000 .00 .00 2 1.347 1.837 .00 .07 3 .900 2.248 .00 .09 4 .129 5.943 .00 .11 5 .068 8.152 .00 .72 6 .007 24.929 .13 .00 7 .001 72.712 .87 .00
Variance Proportions NT inflasi CR .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .07 .00 .00 .06 .00 .00 .84 .01 .51 .01 .99 .49 .01
ROI .00 .04 .02 .06 .85 .02 .00
a.Dependent Variable: IHO
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
ROE .01 .02 .00 .92 .02 .00 .03
112
Histogram
Dependent Variable: IHO
20
Frequency
15
10
5
Mean = 1.58E-14 Std. Dev. = 0.934 N = 48
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IHO 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
113
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b
Unstandardiz ed Residual 48 .0000000 .62764412 .111 .079 -.111 .766 .600
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Scatterplot
Dependent Variable: IHO
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
142
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
114
a Coefficients
Model 1 (Constant) DER NT inflasi CR ROI ROE
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -.282 1.245 -.006 .020 -.079 .092 .160 .151 -.053 .152 -.090 -.062 .147 -.132 .071 .105 .239 -.039 .066 -.124
t -.227 -.276 .576 -.347 -.422 .677 -.600
Sig. .822 .784 .568 .730 .675 .502 .552
a. Dependent Variable: absut
Lampiran III : Simbol dan Definisi Pemeringkatan Obligasi PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) Simbol
Arti
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
115
idAAA idAA
idA
idBBB
idBB
idB
idCCC idC idD
Obligor dengan peringkat idAAA mempunyai kesanggupan sangat bagus (superior) untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain. Obligor dengan peringkat idAA tidak jauh berbeda dengan obligor berperingkat terbaik dan mempunyai kemampuan sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain. Obligor dengan peringkat idA menunjukkan bahwa obligor tersebut mempunyai kesanggupan kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain; tetapi obligor tersebut lebih rentan terhadap perubahan negatif dalam kondisi dan lingkungan ekonomi daripada obligor dengan peringkat lebih baik. Obligor dengan peringkat idBBB mempunyai kapasitas memadai untuk memenuhi komitmen finasial jangka panjangnya relatif bila dibandingkan dengan obligor Indonesia lain. Tetapi, perubahan kondisi ekonomi yang lebih berkemungkinan mengarahkan obligor memiliki kapasitas lebih lemah dalam memenuhi komitmen finansialnya. Obligor dengan peringkat idBB mempunyai kapasitas agak lemah dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjangnya relatif bila dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Obligor menghadapi ketidakpastian atau keterpaparan pada perubahan negatif pada kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang dapat membuat kemampuan obligor memenuhi komitmen finansialnya menjadi tidak memadai. Obligor dengan peringkat idB mempunyai kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjangnya relatif dibandingkan dengan obligor lain. Memburuknya kondisi ekonomi, bisnis dan finansial obligor mungkin akan merusakkan kapasitas atau kesanggupan obligor memenuhi komitmen finansialnya. Obligor dengan peringkat idCCC saat ini sangat rapuh dan tergantung pada kondisi finansial dan bisnis yang bagus untuk dapat memenuhi komitmen finansialnya Obligor dengan peringkat idC saat ini diragukan memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi komitmen finansialnya Obligor dengan peringkat finansialnya
idD
saat ini sudah wanprestasi atas kewajiban
Catatan: Peringkat dari idAA ke idB dapat dimodifikasikan dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatifnya dalam kategori pemeringkatan.
Sumber : Jaka E. Cahaya, (2004), Langkah Taktis Berinvestasi Di Obligasi. Penerbit PT Elex Media Komputindo. 143
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Lampiran 1. Data Penelitian Tabel No.
Uraian
Hal
Tabel : 1
Tanggal Pencatatan Obligasi di BES ………………………………….... 108
Tabel : 2
Aktiva Lancar (Rp. 000.000) ....................................…………………… 109
Tabel : 3
Aktiva Tetap (Rp. 000.000) ....................................…………………….. 110
Tabel : 4
Total Aktiva (Rp. 000.000) ........................................…………………... 111
Tabel : 5
Hutang Lancar (Rp. 000.000) …………………………………………... 112
Tabel : 6
Hutang Tidak Lancar (Rp. 000.000) ……………………………………. 113
Tabel : 7
Total Kewajiban (Rp. 000.000) ………………………………………… 114
Tabel : 8
Ekuitas (Rp. 000.000) …………………………………………………... 115
Tabel : 9
Sales (Rp. 000.000) ……………………………………………………... 116
Tabel : 10
Laba Bersih (Rp. 000.000) ……………………………………………… 117
Tabel : 11
Rasio Keuangan dan Fundamental Ekonomi 2003 ……………………..
118
Tabel : 12
Rasio Keuangan dan Fundamental Ekonomi 2004 …………………….
119
Tabel : 13
Rasio Keuangan dan Fundamental Ekonomi 2005 …………………….
120
Tabel : 14
Nominal, Coupon Rate %, Total Coupon ………………………………
121
Tabel : 15
Current Ratio (Dalam %-Tase) …………………………………….…… 122
Tabel : 16
Debt to Equity Ratio (Dalam %-Tase) ………………………………….. 123
Tabel : 17
Return on Investment (ROI) (Dalam %-Tase) ………………………….. 124
Tabel : 18
Return on Equity (ROE) (Dalam %-Tase) ………………………….…... 125
Tabel : 19
Tingkat Suku Bunga (Dalam %-Tase) ........................................……….. 126
Tabel : 20
Inflasi (Dalam %-Tase) .................................................………………… 127
Tabel : 21
Nilai Tukar (Dalam Rp.-) ........................................……………………. 128
Tabel : 22
Log Nilai Tukar ………………………………………………………… 129
Tabel : 23
Log Suku Bunga (dalam Rasio) ...………………………………………. 130
Tabel : 24
Log Inflasi (dalam Rasio) ………………………………………………. 131
Tabel : 25
Rasio : CR, DER, ROI, ROE (dalam Rasio) ...…………………………. 132
Tabel : 26
Log NT, TSB, I dan IHO (dalam Rasio) ..……………………………… 133
107 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
121
Tabel 14. Nominal, Coupon Rate, Total Coupon
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Nominal Bond Nominal Value 186.500 125.000 375.000 171.000 150.000 75.000 500.050 300.000 700.000 280.000 45.500 95.500 227.503 1.300.000 52.000 275.000 500.000 82.108 400.000 178.571 800.000 24.000 1.101.250 606.250 696.207 700.000 200.000 300.000 150.000 450.000 308.000 300.000 250.000 100.000 86.494 187.833 100.000 385.000 76.000 165.000 425.000 196.000 1.000.000 86.571 41.350 300.000 160.000 46.250 150.000 210.714
(%) Current Coupon rate 13,88% 13,75% 12,25% 14,25% 13,50% 16,00% 13,31% 12,00% 11,00% 12,80% 11,75% 12,35% 12,80% 12,25% 16,00% 12,75% 14,25% 11,59% 14,50% 13,55% 13,56% 12,50% 11,50% 13,79% 10,10% 14,53% 18,00% 17,88% 13,80% 14,75% 17,13% 12,16% 13,94% 18,25% 13,68% 14,46% 15,13% 13,22% 8,78% 14,75% 14,75% 11,50% 17,00% 13,38% 12,83% 13,25% 12,66% 15,88% 27,35% 14,21%
(Rp) Current Annual Coupon Rate
25.877 17.188 45.938 24.368 20.250 12.000 66.569 36.000 77.000 35.840 5.346 11.794 29.120 159.250 8.320 35.063 71.250 9.519 58.000 24.196 108.500 3.000 126.644 83.606 70.317 101.719 36.000 53.625 20.700 66.375 52.745 36.475 34.844 18.250 11.828 27.158 15.125 50.897 6.673 24.338 62.688 22.540 170.000 11.579 5.303 39.750 20.248 7.342 41.025 29.952
Coupon Number
16 15 9 15 14 28 16 11 12 16 9 18 17 16 13 12 16 41 16 11 26 14 16 18 15 29 14 4 16 11 16 19 9 15 11 20 16 14 12 16 16 16 19 11 11 12 8 14 17 14
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Total Coupon (Rp. 000.000) 414.030 257.813 413.438 365.513 283.500 336.000 1.065.107 396.000 924.000 573.440 48.116 212.297 495.045 2.548.000 108.160 420.750 1.140.000 390.297 928.000 266.161 2.821.000 42.000 2.026.300 1.504.902 1.054.754 2.949.844 504.000 214.500 331.200 730.125 843.920 693.025 313.594 273.750 130.108 543.151 242.000 712.558 80.074 389.400 1.003.000 360.640 3.230.000 127.368 58.335 477.000 161.984 102.791 697.425 419.321
122
Tabel 15. Current Ratio (Dalam %-Tase)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Current Ratio - 2003
155,75% 169,17% 189,96% 124,78% 197,82% 89,42% 110,78% 113,89% 142,23% 114,30% 117,60% 116,70% 109,77% 128,90% 23070,67% 235,17% 196,10% 66,20% 166,92% 608,61% 407,69% 644,12% 190,88% 217,74% 547,60% 61,94% 158,19% 156,80% 247,84% 32,65% 191,50% 113,71% 262,23% 297,81% 21,09% 127,21% 91,61% 208,50% 93,54% 152,57% 242,60% 488,62% 82,41% 27,47% 255,68% 100,21% 243,99% 200,11% 139,94% 266,54%
Current Ratio 2004 161,82% 133,41% 180,63% 145,03% 475,70% 40,95% 112,35% 119,46% 158,40% 113,26% 114,57% 2013,21% 126,67% 128,33% 508,20% 270,07% 118,32% 21,77% 132,58% 764,11% 209,67% 247,48% 147,00% 138,78% 532,44% 38,11% 94,91% 300,98% 137,78% 44,65% 180,78% 150,58% 205,80% 383,95% 103,34% 146,68% 71,12% 271,15% 146,93% 159,00% 296,59% 586,82% 78,82% 271,33% 402,58% 157,95% 319,55% 154,91% 146,28% 285,65%
Current Ratio - 2005
134,18% 138,47% 345,15% 117,03% 333,03% 5,55% 122,75% 127,91% 113,57% 110,82% 108,97% 120,17% 110,53% 115,87% 526,25% 285,88% 131811,08% 297,93% 108,79% 1468,89% 170,60% 210,02% 146,99% 138,58% 294,11% 32,75% 89,71% 394,00% 122,49% 43,94% 414,49% 128,78% 206,17% 309,43% 111,66% 172,32% 39,61% 334,44% 116,84% 145,38% 229,21% 368,52% 76,26% 304,06% 249,67% 105,11% 170,13% 126,97% 127,74% 970,46%
Rata-rata Current Ratio 150,58% 147,02% 238,58% 128,95% 335,52% 45,30% 115,30% 120,42% 138,07% 112,79% 113,71% 750,03% 115,66% 124,37% 8035,04% 263,71% 44041,83% 128,64% 136,10% 947,20% 262,66% 367,21% 161,62% 165,04% 458,05% 44,27% 114,27% 283,93% 169,37% 40,41% 262,26% 131,02% 224,73% 330,39% 78,69% 148,74% 67,45% 271,37% 119,10% 152,32% 256,14% 481,32% 79,16% 200,95% 302,65% 121,09% 244,56% 160,66% 137,99% 507,55%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
123
Tabel 16. Debt to Equity Ratio (Dalam %-Tase)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Rata-rata Debt to Debt to Debt to Equity Equity Ratio - Debt to Equity Equity Ratio Ratio - 2004 Ratio 2005 2003 155,61% 49,11% 91,18% 108,62% 47,56% 44,35% 72,16% 20,62% 291,32% 63,55% 68,55% 72,50% 45,65% 33,62% 456,93% 78,05% 108,80% 74,65% 30,39% 264,82% 43,19% 265,45% 168,25% 86,76% 79,60% 199,49% 213,16% 31,80% 123,11% 191,59% 86,68% 26,91% 107,36% 94,70% 9632,06% 106,21% 231,29% 159,17% 97,62% 70,25% 99,01% 381,96% 104,32% 0,00% 0,43% 65,56% 267,45% 117,98% 115,52% 147,10%
156,66% 50,84% 91,81% 80,52% 48,91% 6105,15% 52,82% 54,24% 352,72% 52,42% 59,91% 56,60% 45,65% 27,68% 367,15% 71,92% 119,13% 15,15% 29,42% 227,55% 53,97% 223,84% 147,78% 74,80% 69,52% 293,58% 94,55% 61,91% 64,61% 35,79% 69,09% 48,16% 102,48% 79,08% 419,40% 104,57% 344,82% 179,66% 141,48% 49,51% 98,83% 338,58% 118,25% 212,35% 99,79% 114,77% 349,98% 94,17% 126,79% 65,60%
126,46% 48,59% 77,74% 90,26% 49,46% 51,54% 60,77% 43,26% 76,59% 30,22% 54,89% 42,92% 8,70% 29,13% 302,85% 45,65% 0,14% 31,50% 41,90% 998,39% 49,01% 183,84% 130,82% 89,87% 91,47% 320,89% 69,81% 39,35% 54,66% 33,86% 43,42% 61,00% 158,52% 113,83% 338,73% 89,54% 132,74% 133,57% 138,83% 31,39% 119,18% 566,04% 81,83% 205,32% 11,76% 117,73% 246,63% 77,65% 117,53% 128,48%
146,24% 49,52% 86,91% 93,13% 48,64% 2067,01% 61,92% 39,37% 240,21% 48,73% 61,12% 57,34% 33,33% 30,15% 375,64% 65,21% 76,03% 40,43% 33,90% 496,92% 48,72% 224,38% 148,95% 83,81% 80,19% 271,32% 125,84% 44,35% 80,79% 87,08% 66,40% 45,36% 122,79% 95,87% 3463,40% 100,11% 236,29% 157,47% 125,98% 50,38% 105,67% 428,86% 101,47% 139,22% 37,32% 99,35% 288,02% 96,60% 119,95% 113,73%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
124
Tabel 17. Return on Investment (ROI) (Dalam %)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Return on Investment (ROI) - 2003 3,29% 1,12% 2,01% 2,50% 3,04% 1,51% 0,62% 2,22% 1,49% 2,63% 0,18% 2,86% 1,15% 2,21% 4,12% 4,79% 0,87% 10,23% 2,69% 10,50% 13,80% 2,15% 3,94% 23,34% 6,67% 4,16% 6,40% 13,19% 0,62% 4,33% 1,95% 3,37% 5,05% 6,29% 6,47% 3,28% 1,89% 8,35% 3,07% 8,55% 9,85% 4,33% 12,11% 9,59% 8,72% 2,30% 4,68% 4,19% 4,25% 8,77%
Return on Investment (ROI) - 2004 3,81% 0,68% 1,03% 5,20% 6,54% 9,45% 2,26% 2,41% 2,38% 2,60% 1,30% 3,00% 1,63% 3,66% 3,82% 2,48% 7,53% 5,34% 1,27% 12,31% 17,23% 3,08% 2,47% 5,86% 7,63% 3,13% 6,33% 12,34% 3,64% 10,41% 2,05% 3,07% 4,85% 8,17% 13,52% 2,62% 6,33% 9,12% 1,96% 9,94% 9,12% 4,78% 11,77% 1,30% 7,37% 1,22% 4,78% 4,60% 4,97% 12,29%
Return on Investment (ROI) - 2005 3,23% 1,38% 0,12% 5,27% 6,95% 0,97% 0,96% 2,05% 1,15% 2,20% 0,54% 2,79% 4,22% 1,37% 3,64% 6,99% 1,57% 4,35% 1,32% 2,86% 19,97% 3,49% 0,84% 4,74% 9,02% 3,16% 8,60% 13,51% 3,26% 0,99% 2,54% 4,86% 3,87% 6,57% 3,16% 6,06% 10,32% 8,14% 1,01% 8,11% 9,56% 0,89% 12,86% 0,86% 11,20% 0,43% 1,43% 3,01% 3,26% 9,85%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Rata-rata Return on Investment (ROI) 3,44% 1,06% 1,05% 4,32% 5,51% 3,98% 1,28% 2,23% 1,67% 2,48% 0,67% 2,88% 2,33% 2,41% 3,86% 4,75% 3,32% 6,64% 1,76% 8,55% 17,00% 2,91% 2,42% 11,31% 7,78% 3,48% 7,11% 13,01% 2,51% 5,25% 2,18% 3,77% 4,59% 7,01% 7,72% 3,99% 6,18% 8,53% 2,01% 8,87% 9,51% 3,33% 12,25% 3,92% 9,10% 1,31% 3,63% 3,93% 4,16% 10,30%
125
Tabel 18. Return on Equity (ROE) (Dalam %)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Rata-rata Return on Return on Return on Return on Equity (ROE) Equity Equity (ROE) Equity (ROE) - 2004 - 2003 2005 (ROE) 20,13% 2,36% 4,43% 6,56% 6,44% 2,62% 8,27% 18,88% 18,56% 30,82% 1,50% 31,20% 16,52% 11,59% 23,02% 11,64% 2,63% 20,54% 6,00% 45,63% 24,39% 9,20% 14,74% 50,52% 13,62% 14,54% 25,35% 38,95% 1,91% 12,63% 8,52% 6,60% 16,61% 18,40% 646,37% 8,20% 11,01% 31,30% 8,98% 23,40% 25,66% 26,07% 35,16% 48,50% 14,13% 5,26% 27,57% 15,15% 17,58% 34,02%
21,33% 1,58% 2,33% 11,92% 11,28% 17783,70% 24,48% 20,75% 28,16% 29,56% 10,47% 26,72% 27,20% 19,40% 22,14% 5,97% 31,09% 7,66% 3,56% 46,26% 40,99% 16,17% 9,09% 12,39% 14,58% 13,50% 15,88% 30,54% 11,39% 23,63% 8,53% 6,63% 18,53% 19,76% 92,48% 6,45% 58,66% 33,25% 6,29% 22,69% 22,47% 25,08% 36,49% 4,57% 19,51% 3,22% 29,86% 20,20% 22,66% 26,69%
21,01% 3,01% 0,23% 12,70% 12,66% 2,14% 11,89% 15,94% 14,83% 25,41% 5,10% 21,70% 38,52% 11,54% 18,05% 14,54% 6,48% 6,81% 3,86% 33,69% 52,08% 18,22% 2,88% 11,34% 20,70% 15,52% 19,52% 26,84% 10,56% 2,28% 9,41% 10,77% 18,97% 20,73% 18,09% 14,22% 69,99% 24,96% 3,42% 18,06% 29,18% 7,99% 34,32% 2,90% 20,63% 1,21% 11,67% 17,50% 20,76% 26,83%
20,82% 2,32% 2,33% 10,39% 10,13% 5929,49% 14,88% 18,52% 20,51% 28,60% 5,69% 26,54% 27,41% 14,17% 21,07% 10,71% 13,40% 11,67% 4,47% 41,86% 39,15% 14,53% 8,90% 24,75% 16,30% 14,52% 20,25% 32,11% 7,96% 12,84% 8,82% 8,00% 18,04% 19,63% 252,32% 9,62% 46,56% 29,84% 6,23% 21,39% 25,77% 19,71% 35,32% 18,65% 18,09% 3,23% 23,03% 17,61% 20,33% 29,18%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
126
Tabel 19. Tingkat Suku Bunga (Dalam %)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Tingkat Suku Tingkat Suku Tingkat Suku Bunga - 2003 Bunga - 2004 Bunga - 2005
Rata-rata Tingkat Suku Bunga
8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31% 8,31%
9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50% 9,50%
7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43% 7,43%
12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75% 12,75%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
127
Tabel 20. Inflasi (Dalam %)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Inflasi - 2003 Inflasi - 2004 Inflasi - 2005
Rata-rata Inflasi
5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06% 5,06%
9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52% 9,52%
6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40% 6,40%
17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11% 17,11%
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
128
Tabel 21. Nilai Tukar (Dalam Rp.-)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Nilai Nilai Tukar Nilai Tukar Tukar - 2003 2004 2005 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420 8.420
9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270 9.270
9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830 9.830
Rata-rata Nilai Tukar 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
129
Tabel 22. Log Nilai Tukar
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Rata-rata Total Aktiva
1.820.603 708.444 2.701.840 1.823.248 598.161 466.561 138.647.334 15.848.307 7.058.394 8.922.556 2.680.623 3.175.736 17.805.777 26.745.501 93.157 1.654.383 2.579.541 1.559.390 4.305.394 6.863.876 11.231.888 89.175 15.254.649 30.007.292 1.602.913 7.907.653 1.174.373 3.366.218 1.420.851 8.387.892 3.816.058 4.028.202 2.808.692 360.534 22.246.860 6.012.372 852.171 1.789.265 385.717 1.597.132 1.176.338 901.079 56.211.162 19.363.317 609.582 1.318.270 1.558.021 1.202.445 1.498.123 1.141.734
Rata-rata (Rata-rata Total Log Nilai Nilai Aktiva) x (Rata-rata Tukar Nilai Tukar) Tukar 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173 9.173
16.700.999.255 6.498.791.185 24.784.876.692 16.725.261.195 5.487.130.239 4.279.923.646 1.271.858.213.618 145.381.805.938 64.749.003.225 81.849.580.373 24.590.248.928 29.132.088.472 163.338.326.524 245.345.398.898 854.560.444 15.176.204.760 23.662.992.498 14.304.804.762 39.494.816.977 62.964.619.932 103.033.849.529 818.028.525 139.935.977.376 275.266.895.004 14.704.059.068 72.539.533.181 10.772.912.833 30.879.436.487 13.033.939.840 76.944.931.268 35.005.974.986 36.952.036.622 25.765.072.099 3.307.302.579 204.077.860.519 55.153.495.354 7.817.252.204 16.413.520.583 3.538.314.185 14.651.024.238 10.790.939.504 8.265.899.360 515.643.723.022 177.626.161.106 5.591.900.978 12.092.933.882 14.292.245.973 11.030.431.016 13.742.785.493 10.473.503.404
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
10,2227 9,8128 10,3942 10,2234 9,7393 9,6314 12,1044 11,1625 10,8112 10,9130 10,3908 10,4644 11,2131 11,3898 8,9317 10,1812 10,3741 10,1555 10,5965 10,7991 11,0130 8,9128 11,1459 11,4398 10,1674 10,8606 10,0323 10,4897 10,1151 10,8862 10,5441 10,5676 10,4110 9,5195 11,3098 10,7416 9,8931 10,2152 9,5488 10,1659 10,0331 9,9173 11,7123 11,2495 9,7476 10,0825 10,1551 10,0426 10,1381 10,0201
130
Tabel 23. Log Suku Bunga (dalam Rasio)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Tingkat Rata-rata Total Suku Hutang Bunga 1.082.733 225.706 326.596 380.760 128.330 145.437 116.202.012 12.872.302 5.193.681 7.789.577 2.182.118 1.824.648 15.149.018 20.931.937 13.146 315.706 667.558 186.012 1.808.157 592.831 3.528.896 31.895 4.143.722 4.506.284 213.613 988.107 261.576 949.142 552.410 3.934.285 636.064 1.183.908 1.262.336 111.007 9.454.027 1.041.308 407.585 468.287 111.378 606.707 278.416 191.943 12.130.287 6.180.918 199.163 303.084 675.302 705.069 837.642 260.805
0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950 0,0950
(Rata-rata Total Log Suku Hutang) x Bunga (Tingkat Suku Bunga) 102.824 21.435 31.016 36.160 12.187 13.812 11.035.318 1.222.440 493.227 739.750 207.228 173.281 1.438.652 1.987.836 1.248 29.982 63.396 17.665 171.715 56.299 335.127 3.029 393.515 427.947 20.286 93.837 24.841 90.137 52.461 373.626 60.405 112.432 119.880 10.542 897.817 98.890 38.707 44.472 10.577 57.617 26.440 18.228 1.151.973 586.981 18.914 28.783 64.131 66.958 79.548 24.768
5,0121 4,3311 4,4916 4,5582 4,0859 4,1402 7,0428 6,0872 5,6930 5,8691 5,3164 5,2388 6,1580 6,2984 3,0964 4,4769 4,8021 4,2471 5,2348 4,7505 5,5252 3,4813 5,5950 5,6314 4,3072 4,9724 4,3952 4,9549 4,7198 5,5724 4,7811 5,0509 5,0787 4,0229 5,9532 4,9952 4,5878 4,6481 4,0244 4,7605 4,4223 4,2607 6,0614 5,7686 4,2768 4,4591 4,8071 4,8258 4,9006 4,3939
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
131
Tabel 24. Log Inflasi (dalam Rasio)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Rata-rata Sales
Ratarata Inflasi
2.675.505 3.414.722 881.048 671.882 606.633 107.263 8.698.264 829.673 789.162 1.136.165 117.412 436.716 1.648.046 2.375.203 21.249 1.491.019 4.884.618 402.036 1.000.244 2.090.509 18.993.952 25.151 18.184.868 10.084.055 991.108 1.633.882 824.422 4.057.748 1.710.186 2.563.532 1.911.155 5.866.909 580.293 56.653 7.964.906 4.004.188 722.993 1.218.527 227.968 640.810 939.376 266.259 34.290.291 8.278.810 198.666 1.042.407 373.434 2.032.554 1.841.645 518.762
0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952 0,0952
(Rata-rata Sales) x Log Inflasi (Rata-rata Inflasi) 254.797 325.195 83.905 63.986 57.772 10.215 828.365 79.013 75.155 108.201 11.181 41.590 156.949 226.199 2.024 141.995 465.178 38.287 95.257 199.086 1.808.857 2.395 1.731.806 960.338 94.387 155.600 78.512 386.433 162.867 244.134 182.006 558.725 55.263 5.395 758.525 381.332 68.853 116.044 21.710 61.026 89.460 25.357 3.265.579 788.419 18.920 99.272 35.563 193.567 175.386 49.403
5,4062 5,5121 4,9238 4,8061 4,7617 4,0092 5,9182 4,8977 4,8760 5,0342 4,0485 4,6190 5,1958 5,3545 3,3061 5,1523 5,6676 4,5831 4,9789 5,2990 6,2574 3,3793 6,2385 5,9824 4,9749 5,1920 4,8949 5,5871 5,2118 5,3876 5,2601 5,7472 4,7424 3,7320 5,8800 5,5813 4,8379 5,0646 4,3367 4,7855 4,9516 4,4041 6,5140 5,8968 4,2769 4,9968 4,5510 5,2868 5,2440 4,6938
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
132
Tabel 25. Rasio CR, DER, ROI, ROE (dalam Rasio)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Rata rata Rata rata Rata rata Rata rata Return on Return on Debt to Current Equity Ratio Investment Equity Ratio (CR) (ROE) (ROI) (DER) 1,5058 1,4702 2,3858 1,2895 3,3552 0,4530 1,1530 1,2042 1,3807 1,1279 1,1371 7,5003 1,1566 1,2437 80,3504 2,6371 440,4183 1,2864 1,3610 9,4720 2,6266 3,6721 1,6162 1,6504 4,5805 0,4427 1,1427 2,8393 1,6937 0,4041 2,6226 1,3102 2,2473 3,3039 0,7869 1,4874 0,6745 2,7137 1,1910 1,5232 2,5614 4,8132 0,7916 2,0095 3,0265 1,2109 2,4456 1,6066 1,3799 5,0755
1,4624 0,4952 0,8691 0,9313 0,4864 20,6701 0,6192 0,3937 2,4021 0,4873 0,6112 0,5734 0,3333 0,3015 3,7564 0,6521 0,7603 0,4043 0,3390 4,9692 0,4872 2,2438 1,4895 0,8381 0,8019 2,7132 1,2584 0,4435 0,8079 0,8708 0,6640 0,4536 1,2279 0,9587 34,6340 1,0011 2,3629 1,5747 1,2598 0,5038 1,0567 4,2886 1,0147 1,3922 0,3732 0,9935 2,8802 0,9660 1,1995 1,1373
0,2082 0,7280 2,0735 1,2009 1,6320 9,3644 0,7139 0,4741 3,3165 0,5497 0,6950 4,3009 0,3855 0,3749 301,8295 1,7196 334,8284 0,5201 0,4614 47,0680 1,2798 8,2392 2,4074 1,3832 3,6733 1,2010 1,4380 1,2592 1,3684 0,3519 1,7413 0,5943 2,7594 3,1676 27,2550 1,4890 1,5936 4,2731 1,5004 0,7674 2,7067 20,6418 0,8032 2,7977 1,1296 1,2031 7,0438 1,5520 1,6551 5,7721
0,2082 0,0232 0,0233 0,1039 0,1013 59,2949 0,1488 0,1852 0,2051 0,2860 0,0569 0,2654 0,2741 0,1417 0,2107 0,1071 0,1340 0,1167 0,0447 0,4186 0,3915 0,1453 0,0890 0,2475 0,1630 0,1452 0,2025 0,3211 0,0796 0,1284 0,0882 0,0800 0,1804 0,1963 2,5232 0,0962 0,4656 0,2984 0,0623 0,2139 0,2577 0,1971 0,3532 0,1865 0,1809 0,0323 0,2303 0,1761 0,2033 0,2918
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
133
Tabel 26. Log NT, TSB, I dan IHO (dalam Rasio)
No
Nama Perusahaan
1 Adhi Karya 2 Alfa 3 Apexindo Pratama Duta 4 Arpeni Pratama Ocean Line 5 Astra Graphia 6 Bahtera Adimina Samudra 7 Bank BNI 8 Bank Buana Indonesia 9 Bank DKI 10 Bank JATIM 11 Bank Mayapada 12 Bank Nagari 13 Bank NISP 14 Bank Panin 15 Beta Inti Multifinance 16 Branta Mulia 17 Charoen Pokphand Indonesia 18 CMNP 19 Duta Pertiwi 20 Federal International Finance 21 HM Sampoerna 22 Indo Jasa Pratama 23 Indofood Sukses Makmur 24 Indosat 25 Indosiar 26 Jasa Marga 27 Jawa Pos 28 Kalbe Farma 29 Lautan Luas 30 Lontar Papyrus 31 Maspion 32 Matahari Putra Prima 33 Oto Multiartha 34 Panin Sekuritas 35 Pindo Deli 36 Pupuk Kaltim 37 Putra Sumber Utama Timber 38 RCTI 39 Sona Topas Tourism Industry 40 Summarecon Agung 41 Surya Citra Televisi 42 Swadharma Indotama Finance 43 Telkom 44 Tjiwi Kimia 45 Trimegah Securiities 46 Tunas Baru Lampung 47 Tunas Financindo Sarana 48 Waskita Karya 49 WIKA 50 WOM Finance Keterangan:
Log Nilai Tukar (NT) 10,2227 9,8128 10,3942 10,2234 9,7393 9,6314 12,1044 11,1625 10,8112 10,9130 10,3908 10,4644 11,2131 11,3898 8,9317 10,1812 10,3741 10,1555 10,5965 10,7991 11,0130 8,9128 11,1459 11,4398 10,1674 10,8606 10,0323 10,4897 10,1151 10,8862 10,5441 10,5676 10,4110 9,5195 11,3098 10,7416 9,8931 10,2152 9,5488 10,1659 10,0331 9,9173 11,7123 11,2495 9,7476 10,0825 10,1551 10,0426 10,1381 10,0201
Log Tingkat Suku Bunga (TSB) 5,0121 4,3311 4,4916 4,5582 4,0859 4,1402 7,0428 6,0872 5,6930 5,8691 5,3164 5,2388 6,1580 6,2984 3,0964 4,4769 4,8021 4,2471 5,2348 4,7505 5,5252 3,4813 5,5950 5,6314 4,3072 4,9724 4,3952 4,9549 4,7198 5,5724 4,7811 5,0509 5,0787 4,0229 5,9532 4,9952 4,588 4,6481 4,0244 4,7605 4,4223 4,2607 6,0614 5,7686 4,2768 4,4591 4,8071 4,8258 4,9006 4,3939
Log Inflasi (I)
Imbal Hasil Obligasi (IHO)
5,4062 5,5121 4,9238 4,8061 4,7617 4,0092 5,9182 4,8977 4,8760 5,0342 4,0485 4,6190 5,1958 5,3545 3,3061 5,1523 5,6676 4,5831 4,9789 5,2990 6,2574 3,3793 6,2385 5,9824 4,9749 5,1920 4,8949 5,5871 5,2118 5,3876 5,2601 5,7472 4,7424 3,7320 5,8800 5,5813 4,8379 5,0646 4,3367 4,7855 4,9516 4,4041 6,5140 5,8968 4,2769 4,9968 4,5510 5,2868 5,2440 4,6938
0,1388 0,1375 0,1225 0,1425 0,1350 0,1600 0,1331 0,1200 0,1100 0,1280 0,1175 0,1235 0,1280 0,1225 0,1600 0,1275 0,1425 0,1159 0,1450 0,1355 0,1356 0,1250 0,1150 0,1379 0,1010 0,1453 0,1800 0,1788 0,1380 0,1475 0,1713 0,1216 0,1394 0,1825 0,1368 0,1446 0,1513 0,1322 0,0878 0,1475 0,1475 0,1150 0,1700 0,1338 0,1283 0,1325 0,1266 0,1588 0,2735 0,1421
Sumber Penelitian Data Diolah (2007) MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Lampiran 2. Hasil Output Regresi Linear Berganda (Memakai Alat Bantu SPSS 13.0)
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered ROE, NT, CR, DER, a inflasi, ROI
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: IHO
Model Summaryb Model 1
R .733a
R Square .537
Adjusted R Square .470
Std. Error of the Estimate .67200
DurbinWatson 1.943
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO
ANOVAb Sum of Model Squares 1 Regression 21.513 Residual 18.515 Total 40.028
df 6 41 47
Mean Square 3.585 .452
F 7.940
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), ROE, NT, CR, DER, inflasi, ROI b. Dependent Variable: IHO
134 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
135
Coefficientsa
Model 1 (Constant) DER NT inflasi CR ROI ROE
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 17.930 1.962 -.068 .032 -.414 .574 .252 .413 .452 .239 .337 -.270 .232 -.251 .233 .165 .344 -.037 .104 -.051
Collinearity Statistics Sig. Tolerance VIF .000 .041 .292 3.423 .028 .344 2.906 .066 .353 2.829 .252 .243 4.121 .165 .191 5.238 .721 .561 1.784
t 9.141 -2.109 2.282 1.888 -1.163 1.414 -.359
a. Dependent Variable: IHO
a Collinearity Diagnostics
Condition Mode Dimensio Eigenvalue Index Constant) DER 1 1 4.548 1.000 .00 .00 2 1.347 1.837 .00 .07 3 .900 2.248 .00 .09 4 .129 5.943 .00 .11 5 .068 8.152 .00 .72 6 .007 24.929 .13 .00 7 .001 72.712 .87 .00
Variance Proportions NT inflasi CR .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .07 .00 .00 .06 .00 .00 .84 .01 .51 .01 .99 .49 .01
ROI .00 .04 .02 .06 .85 .02 .00
a.Dependent Variable: IHO
Histogram
Dependent Variable: IHO
20
Frequency
15
10
5
Mean = 1.58E-14 Std. Dev. = 0.934 N = 48
0 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Residual
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
ROE .01 .02 .00 .92 .02 .00 .03
136
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: IHO 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual 48 .0000000 .62764412 .111 .079 -.111 .766 .600
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
137
Scatterplot
Dependent Variable: IHO
Regression Standardized Predicted Value
4
2
0
-2
-4 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Studentized Residual
a Coefficients
Model 1 (Constant) DER NT inflasi CR ROI ROE
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -.282 1.245 -.006 .020 -.079 .092 .160 .151 -.053 .152 -.090 -.062 .147 -.132 .071 .105 .239 -.039 .066 -.124
t -.227 -.276 .576 -.347 -.422 .677 -.600
Sig. .822 .784 .568 .730 .675 .502 .552
a. Dependent Variable: absut
MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.
Lampiran 3. Simbol dan Definisi Pemeringkatan Obligasi PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) Simbol idAAA idAA
idA
idBBB
idBB
idB
idCCC idC idD
Arti Obligor dengan peringkat idAAA mempunyai kesanggupan sangat bagus (superior) untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain. Obligor dengan peringkat idAA tidak jauh berbeda dengan obligor berperingkat terbaik dan mempunyai kemampuan sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain. Obligor dengan peringkat idA menunjukkan bahwa obligor tersebut mempunyai kesanggupan kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang relatif dibandingkan komitmen obligor Indonesia lain; tetapi obligor tersebut lebih rentan terhadap perubahan negatif dalam kondisi dan lingkungan ekonomi daripada obligor dengan peringkat lebih baik. Obligor dengan peringkat idBBB mempunyai kapasitas memadai untuk memenuhi komitmen finasial jangka panjangnya relatif bila dibandingkan dengan obligor Indonesia lain. Tetapi, perubahan kondisi ekonomi yang lebih berkemungkinan mengarahkan obligor memiliki kapasitas lebih lemah dalam memenuhi komitmen finansialnya. Obligor dengan peringkat idBB mempunyai kapasitas agak lemah dalam memenuhi komitmen finansial jangka panjangnya relatif bila dibanding dengan obligor Indonesia lainnya. Obligor menghadapi ketidakpastian atau keterpaparan pada perubahan negatif pada kondisi ekonomi, finansial dan bisnis yang dapat membuat kemampuan obligor memenuhi komitmen finansialnya menjadi tidak memadai. Obligor dengan peringkat idB mempunyai kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjangnya relatif dibandingkan dengan obligor lain. Memburuknya kondisi ekonomi, bisnis dan finansial obligor mungkin akan merusakkan kapasitas atau kesanggupan obligor memenuhi komitmen finansialnya. Obligor dengan peringkat idCCC saat ini sangat rapuh dan tergantung pada kondisi finansial dan bisnis yang bagus untuk dapat memenuhi komitmen finansialnya Obligor dengan peringkat idC saat ini diragukan memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi komitmen finansialnya Obligor dengan peringkat finansialnya
idD
saat ini sudah wanprestasi atas kewajiban
Catatan: Peringkat dari idAA ke idB dapat dimodifikasikan dengan penambahan tanda plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatifnya dalam kategori pemeringkatan. Sumber : Jaka E. Cahaya, (2004), Langkah Taktis Berinvestasi Di Obligasi. Penerbit PT Elex Media Komputindo.
138 MAJU HUTAJULU : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL EKONOMI DAN PERUSAHAAN TERHADAP IMBAL HASIL BURSA EFEK INDONESIA, 2008.