efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomiefektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi 76
Juni 2013
Vol. 4, No. 1, Juni 2013, 76 - 87
ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN MAKRO EKONOMI TERHADAP ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN PROPERTY & REAL ESTATE DI BURSA EFEK INDONESIA Sherly Yolin dan Nurfauziah Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
[email protected] ABSTRACT This study aims to investigate the influence of fundamental factors include Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) and includes macroeconomic Interest Rates, Inflation abnormal return on the Company property & real Estate 2007-2011 period either simultaneously or partially. Analysis of the data in this study using descriptive statistical analysis and multiple regression analysis, with the classic assumption test beforehand which includes tests of normality, autocorrelation, multicollinearity and heterocedastity. Test hypotheses in this study using T Test and Test F. Based on the results of research conducted, it can be concluded that the partial or individual fundamental variables Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Interest Rates and Inflation effect on the abnormal return. Results of research conducted simultaneously or simultaneously all the independent variables Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), Interest Rates and Inflation does not affect the abnormal return Property & real estate firm period of 2007-2011. Keywords: Earning Per Share (EPS), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), SBI interest rate, inflation and abnormal return. PENDAHULUAN Pada dasarnya pasar modal merupakan instrumen yang menyediakan fasilitas dan sarana untuk memindahkan dana dari pihak kelebihan pada pihak yang memerlukan dana. Di dalam tahapan menjadi sarana dan fasilitas masyarakat, pasar modal menyediakan informasi yang dapat diakses oleh investor ataupun calon investor. Dengan informasi yang akurat dan benar akan menunjukkan pasar modal tersebut berada dalam keadaan yang efisien. Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang
tersedia (Hartono, 2008). Dengan ketersediaan informasi, investor dapat mengetahui perusahaan mana yang akan memiliki prospek yang baik dan dapat menghasilkan keuntungan yang tinggi sesuai dengan resiko yang akan ditanggungnya. Salah satu informasi yang dapat membantu investor dalam pengambilan keputusan adalah dengan memperhatikan fundamental perusahaan dari laporan keuangan, makro ekonomi dan perkembangan harga sahamnya. Perkembangan harga saham suatu perusahaan akan mencerminkan nilai saham dan tingkat keuntungan yang akan didapatkan oleh pemegang saham. Apabila harga saham perusahaan tersebut
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
meningkat, hal ini menunjukkan adanya peningkatan tingkat permintaan. Perubahan harga saham ditentukan oleh kekuatan tingkat permintaan dan penawaran suatu saham di pasar modal. Namun, permintaan dan penawaran suatu saham dipengaruhi oleh nilai saham perusahaan yang mencerminkan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan perusahaan semakin baik atau meningkat maka akan menjadi daya tarik bagi investor untuk membeli saham, sehingga berdampak pada perubahan harga saham yang cenderung naik. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai saham tidak baik atau turun akan berdampak pada perubahan harga saham yang menurun. Ada beberapa cara untuk mengevaluasi harga saham yaitu dengan analisis teknikal dan analisis fundamental. Menurut Husnan, (2009) analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Sedangkan analisis fundamental memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor faktor fundamental yang diperkirakan mempengaruhi harga saham (Husnan, 2009: 307). Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dapat digunakan rasio-rasio keuangan. Namun menurut Harjito (2009) naik turunya harga saham dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor ekternal sebagian disebabkan oleh sentimen investor sedangkan faktor internal disebabkan kondisi fundamental perusahaan. Kondisi eksternal atau makro ekonomi dapat menjadi bahan pertimbangan investor sebelum mengambil keputusan berinvestasi untuk mengetahui apakah perekonomian sedang berkembang atau turun. Berkaca dari pengalaman krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun
77
1998, banyak perusahaan tutup dan jumlah pengangguran bertambah. Menurut Tormidi penyebab krisis ekonomi ini bukanlah fundametal Indonesia yang lemah, tetapi lebih karena utang swasta luar negeri yang telah mencapai jumlah besar, sehingga nilai tukar rupiah merosot. Selain itu krisis global pada tahun 2008, yang bermula pada kredit macet perumahan dan tumbangnya perusahaan besar Amerika berdampak pada nilai tukar rupiah yang merosot dan anjloknya IHSG sejak Januari 2008 hingga Oktober 2008. Hal ini menyebabkan sepinya bursa efek Indonesia karena perkonomian lesu. Sebelum membeli saham investor biasanya menganalisis secara top-down mulai dari kondisi makro ekonomi hingga kondisi perusahaan. Dari hasil uji empiris yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) menunjukkan variabel EPS, ROA, DPR, DER dan Inflasi berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur periode 2004-2007 dan variabel ini dijadikan bahan pertimbangan sebagai dasar penunjang keputusan investasi. Dari hasil uji ini dapat diketahui bahwa fundamental dan makro berpengaruhi pada perusahaan manufaktur. Namun, penelitian tersebut hanya menggunakan satu variabel makro saja. Berdasarkan pemaparan di atas, maka perlu untuk dilakukan penelitian yang berkaitan dengan analisis fundamental, makro ekonomi dan harga saham Perusahaan Property dan Real Estate. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh fundamental dan makro ekonomi terhadap abnormal return pada perusahaan property dan real estate. Pemilihan perusahaan Property dan Real Estate dikarenakan sektor ini memiliki nilai investasi jangka panjang yang dijadikan kebutuhan pokok manusia selain kebutuhan pangan dan sandang. Kebutuhan properti akan terus bertambah seiring pesatnya pertumbuhan perkotaan
78
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
hingga ke daerah-daerah. Walaupun faktor faktor fundamental sangat luas cakupanya baik fundamental internal perusahaan maupun fundamental makro di luar kendali perusahaan, variabel yang digunakan dalam peneliti ini hanya meliputi variabel ROA, ROE, DER, EPS, Inflasi dan Tingkat suku bunga periode 2008-2010. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Lukas (2011), investasi bisa disamakan dengan menanam pohon buah, yang harus mencari tanah yang subur, benih yang baik juga kesabaran dan ketekunan. Buah ini harganya akan melebihi harga benih yang ditanam. Inilah prinsip dasar investasi: memperoleh keuntungan dengan resiko terkendali. Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stock). Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, maka saham ini disebut dengan saham biasa atau common stock. Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mengeluarkan kelas lainnya yang disebut dengan saham preferen (Hartono, 2008: 107). Saham preferen merupakan saham gabungan antara obligasi dan saham biasa dan memiliki hak terlebih dahulu untuk menerima deviden dibandingkan pemegang saham biasa termasuk saat terjadi likuidasi. Pada saham biasa berhak mendapatkan laba dari keuntungan perusahaan namun tidak semua karena keuntungan tersebut akan ditanamkan kembali pada perusahaan. Keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham berasal dari pembayaran deviden dan kenaikan harga saham. Sedangkan saham preferen merupakan saham yang akan diterima deviden dalam jumlah tetap (Husnan, 2009). Perusahaan yang terdaftar dalam bursa efek telah menjadi perusahaan publik, sehingga
Juni 2013
laporan keuangan yang diterbitkan pada media atau iklan di BEI dapat digunakan investor untuk menganalisis kinerja perusahaan dengan menggunakan analisis internal atau analisis fundamental, faktor eksternal perusahaan dan perkembangan harga saham. Investor biasanya akan menganalisis kinerja perusahaan melalui fundamental atau laporan keuangan sebelum memutuskan untuk membeli saham. Selain itu, investor akan memperhatikan perkembangan makro ekonomi untuk mengetahui apakah dalam kondisi yang baik untuk berinvestasi. Diikuti perkembangan harga saham yang mencerminkan nilai perusahaan. Menurut Husnan (2009), analisis harga saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik suatu saham dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saham tersebut saat ini. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharapkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut: 1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. 2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) dan karennya harus dijual. 3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Menurut Kosim (2006) harga saham di bursa ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu kekuatan permintaan dan penawaran suatu saham tersebut di pasar modal. Meningkatnya minat investor untuk memiliki surat berharga dipengaruhi oleh kualitas atau nilai saham di pasar modal. Tinggi rendahnya nilai saham di pasar modal di mata investor
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
mencerminkan pada kinerja keuangan perusahaan yang dievaluasi atas dasar efektivitas keputusan investasi, ketetapan kebijaksanaan deviden. Semakin baik atau meningkatnya kinerja keuangan suatu perusahaan maka akan berakibat semakin banyak investor yang ingin membeli saham perusahaan tersebut, akibatnya harga saham perusahaan tersebut cenderung naik, demikian juga sebaliknya apabila kinerja perusahaan jelek maka akan semakin banyak orang yang ingin menjual saham yang dimiliki. Hal ini akan berakibat semakin serunya harga saham tersebut di pasar modal. 1. Return Saham Salah satu alasan dalam mengamati perkembangan harga saham yaitu besarnya return saham yang diberikan. Return saham menjadi indikator investor dalam berinvestasi, karena return saham yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan atas perubahan harga saham hari ini dibandingkan harga saham kemarin. Menurut Tandelilin (2001) tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor resiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas investasi yang dilakukannya. Namun menurut Hartono (2008) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return realisasi merupaka return yang telah terjadi, yang dihitung menggunakan data historis. Return ekpektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh di masa yang akan datang yang sifatnya belum terjadi.
79
Keterangan: Ri = Return Saham Pt = Harga Saham emiten periode t Pt-1 = Harga Saham emiten periode t –1
E (Ri) = Rm Rm
= (IHSG t – IHSG t-1)/IHSG t-1
Keterangan:
E(Ri) Rm IHSG t IHSG t-1
= Return Ekspektasi = Return pasar = IHSG periode t = IHSG periode t-1
2. Abnormal Return Menurut Hartono (2008) abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected return). Abnormal return bisa terjadi dikarenakan adanya kejadian seperti stock split, pembagian deviden, suspend dan lainnya. Rumus yang digunakan untuk mencari return realisasi ARi yaitu: ARi
= Ri – E(Ri)
Keterangan: ARi = Abnormal Return Saham Ri = Return Saham Realisasi = Return Saham Ekspektasi E(Ri)
3. Analisis Fundamental Terdapat dua pendekatan dasar dalam analisis dan pemilihan saham yang memberikan keuntungan di masa yang akan datang, yaitu analisis fundamental dan analisis tekhnikal. Analisis fundamental didasarkan bahwa surat berharga mempunyai nilai intrinsik, atau nilai sebenarnya yang diperkirakan oleh investor. Nilai intrinsik merupakan variabel mendasar yang dimiliki perusahaan yang mencerminkan
80
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
return yang diharapkan dan resiko yang menyertainya. Analisis fundamental digunakan untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis ini dengan mengestimasi nilai faktor faktor fundamental yang memperngaruhi harga saham di masa yang akan datang, menerapkan hubungan variabel variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga harga saham (Husnan, 2009:315). Analisis Fundamental merupakan salah satu tahap dalam menganalisa profitabilitas perusahaan. Dalam tahap ini investor mempelajari laporan keuangan perusahaan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, mengidentifikasi perkembangan dan tren perusahaan. Adapun analisis faktor faktor fundamental menggunakan rasio – rasio yang meliputi: a. Earning per share (EPS) EPS merupakan indikator yang secara ringkas menyajikan kinerja perusahaan yang dilihat dari laba. Laba per lembar saham atau EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba keuntungan yang diperoleh investor per lembar sahamnya. Menurut Djazuli, banyak studi empiris yang mendukung pernyataan bahwa terdapat pengaruh faktor faktor fundamental, utamanya pengaruh EPS dan tingkat suku bunga terhadap harga saham. Seperti, Olsen (1996: 37-41) mengemukakan bahwa informasi tentang laba perusahaan sangat diperlukan dalam melakukan penilaian terhadap harga saham. Cates (1998: 59-62) juga menyebutkan bahwa laporan keuangan seperti laba perusahaan harus dipakai sebagai sumber informasi utama bilamana hendak melakukan analisis yang akurat terhadap harga saham. Jenning et al., (1997: 24-32) mengemukakan bahwa EPS berpengaruh terhadap variasi harga saham.
Juni 2013
b. Debt to Equity Ratio (DER) Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total stakeholder yang dimiliki perusahaan. c. Return On Asset (ROA) ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA atau ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after tax. d. Return on Equity (ROE) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan yang dinyatakan dalam persentase. Menurut Wardjono (2010), ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri. Rasio yang tinggi dapat digunakan sebagai dasar seorang investor atau calon investor untuk menanamkan pada perusahaan. Dengan ROE perusahaan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Dzajuli, semakin tinggi ROE yang dicapai perusahaan, maka perusahaan semakin tinggi memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Hal ini akan diperhatikan oleh calon pemegang saham dalam memutuskan pembelian harga saham. 4. Analisis Kondisi Ekonomi Analisis kondisi ekonomi merupakan bagian dari analisis saham yang berdasarkan analisis teknikal. Analisis teknikal adalah analisis saham berdasarkan pada informasi dari luar perusahaan, umumnya mempertimbangkan kondisi negara seperti kondisi ekonomi, politik, dan finansial suatu negara (Subalno: 2009). Analisis kondisi ekonomi merupakan analisis terhadap faktor-faktor eksternal dan bersifat makro berupa peristiwa-
Juni 2013
Sherly Yolin dan Nurfauziah
peristiwa yang terjadi di luar perusahaan dan mempengaruhi semua perusahaan, sehingga tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Analisis kondisi ekonomi adalah langkah awal yang penting sebelum melakukan investasi. Pergerakan arah ekonomi mempengaruhi pergerakan pasar modal yang berguna bagi pengembangan keputusan para investor. Kondisi ekonomi yang stabil merupakan kabar baik bagi para investor, sehingga berpengaruh secara positif terhadap pasar modal. Demikian juga sebaliknya, jika kondisi ekonomi tidak stabil atau labil, maka investor akan berhati-hati dalam melakukan investasi (Husnan, 2009 dan Subalno, 2009). Secara teori, banyak terdapat indikator untuk mengukur variabel ekonomi, namun demikian dari sekian banyak indikator yang lazim digunakan untuk memprediksi fluktuasi saham adalah variabel yang secara langsung dikendalikan melalui kebijakan moneter. Adapun analisis ekonomi meliputi:
faktor
kondisi
a. Tingkat Suku Bunga Tingkat suku bunga atau interest rate merupakan rasio pengembalian atas sejumlah investasi sebagai bentuk imbalan yang diberikan pada investor (Husnan, 2009). Besarnya tingkat suku bunga bervariasi sesuai kemampuan debitur dalam memberikan tingkat pengembalian pada kreditur. Tingkat suku bunga tersebut dapat menjadi salah satu pedoman investor dalam pengambilan keputusan investasi pada pasar modal. Sebagai wahana alternatif investasi, pasar modal menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu. Dengan membandingkan faktor keuntungan dan resiko pada pasar modal dengan faktor tingkat suku bunga yang ditawarkan sektor keuangan, investor dapat memutuskan bentuk investasi yang mampu menghasilkan keuntungan
81
optimal. Tingkat suku bunga sektor keuangan yang lazim digunakan sebagai panduan investor disebut juga tingkat suku bunga bebas resiko, yaitu meliputi tingkat suku bunga bank sentral dan tingkat suku bunga deposito. Di Indonesia tingkat suku bunga bank sentral diproxykan pada tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (Husnan, 2009). b. Inflasi Kebijakan pengendalian nilai inflasi selalu menjadi sasaran pemerintah karena nilai inflasi dapat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang lambat, pengangguran serta merosotnya daya beli termasuk dalam pembelian saham. Dari rasio di atas akan menjadi alternatif awal bagi investor untuk menilai kinerja perusahaan tersebut. Dengan penggunaan rasio rasio tersebut apakah akan mempengaruhi harga saham yang ada di BEI. Berdasarkan kajian dan temuan empiris di atas maka diajukan hipotesis berikut: H1: Diduga variabel EPS berpengaruh terhadap abnormal return H2: Diduga variabel ROA berpengaruh terhadap abnormal return H3: Diduga variabel ROE berpengaruh terhadap abnormal return H4: Diduga variabel DER berpengaruh terhadap abnormal return H5:Diduga variabel Tingkat Suku Bunga (SBI) berpengaruh terhadap abnormal return H6: Diduga variabel inflasi berpengaruh terhadap abnormal return H7: Diduga secara bersama atau serempak seluruh variabel mempengaruhi abnormal return METODE PENELITIAN 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah perusahaan yang telah go public dan tercatat di bursa efek Indonesia.
82
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
2. Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah perusahaan Property dan Real Estate yang telah go public dan tercatat di bursa efek Indonesia. Teknik sampel yang digunakan yaitu puposive sampling, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan. Adapun kriteria yang dibutuhkan peneliti yaitu: a. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2008. b. Telah menerbitkan laporan keuangan tahunan selama 2008-2010 dan telah diaudit independen. c. Closing price akhir Desember 2007 memasuki harga di atas Rp 500. Perusahaan yang memenuhi kriteria dan sebagai sampel penelitian adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
PT. Sentul City Tbk. (BKSL) PT. Ciputra development Tbk. (CTRA) PT. Intiland Development Tbk. (DILD) PT. Duta Pertiwi Tbk. (DUTI) PT. Bakrieland Development Tbk. (ELTY) PT. Jakarta Int l Hotel & Property dev. Tbk. (JIHD) PT. Jaya Real Property Tbk. (JRPT) PT. Lippo Cikarang Tbk. (LPCK) PT. Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) PT. Summarecon Agung Tbk. (SMRA)
Data dan Sumber data Data penelitian berjenis data sekunder yang terdiri dari data laporan keuangan perusahaan yang diunduh dari website idx.co.id. Data inflasi dan suku bunga didapat dari website bank Indonesia. Untuk data histori harga saham diambil dari ICMD (2008-2010) dan juga diunduh melalui website finance.yahoo. com dan duniainvestasi.com
Juni 2013
Variabel Independen: 1) EPS merupakan ukuran kemampuan menghasilkan laba per lembarnya dengan menggunakan rumus:
2) ROA untuk mengetahui laba bersih perusahaan dengan menggunakan rumus:
3) ROE untuk melihat laba yang dibayarkan kepada pembagian dividen dengan menggunakan rumus:
4) DER yang menunjukkan seberapa banyak operasional perusahaan dibiayai oleh hutang dengan menggunakan rumus:
3.
4. Definisi Operasional Penelitian
Variabel
a. Variabel dependen Variabel dependen penelitian ini adalah harga saham yang diambil dari harga penutupan atau closing price dari saham masing masing perusahaan setiap bulan.
5) Inflasi digunakan sesuai data yang diambil dari bank Indonesia setiap bulannya. 6) Tingkat suku bunga diambil melalui tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia selama periode pengamatan dari tahun 2008-2010. 5. Analisis Data Data dianalisis dengan regresi berganda yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel dependen dan variabel independen. Persamaannya adalah sebagai berikut: Harga Saham = 0 + 1 EPS + 2 ROA +3 ROE + 4 DER + 5 SB + 6 INF + ei
Juni 2013
0 1 - 5 EPS ROA ROE DER SB INF ei
83
Sherly Yolin dan Nurfauziah
= Konstanta = Koefisien Regresi = Earning pershare = Return On Asset = Return On Equity = Debt To Equity Ratio = Suku Bunga = Inflasi = Variabel Pengganggu
6. Pengujian Hipotesis Selanjutnya hipotesis diuji dengan menggunakan alat uji F dan uji T. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Proses pengujian ini akan dibuat dalam garis persamaan regresi yang meliputi variabel dependen yaitu Abnormal Return dan variabel independen yaitu Earning Per Share, Return On Asset, Return On Equity, Debt to Equity Ratio, Inflasi dan Suku Bunga (SBI Rate). Dari pengolahan data didapatkan hasil model regresi yaitu: Abnormal Return= -0.590 + 0.000 EPS + 0.001 ROA + 0.006 ROE + 0.015 DER – 4.453 SB + 10.954 INF 1. Uji Hipotesis 1: Dari hasil analisis pada tabel uji T, tingkat signifikansi rasio EPS sebesar 0,855 yang berarti 0,855 > 0,05 (P value > α ). Hasil T hitung sebesar – 0,184 dan T tabel sebesar 2,01669 sehingga dapat dinyatakan Thitung – 0,814 < Ttabel 2,01669, maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa secara parsial atau individu variabel Earning
Per Share tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H1 tidak terdukung. Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin tinggi EPS suatu saham akan semakin tinggi minat investor untuk berinvestasi sehingga dapat berpengaruh terhadap abnormal return saham. Informasi laba tidak dibutuhkan dalam melakukan penilaian harga saham dan juga tidak diperlukan bagi investor untuk menghasilkan informasi yang akurat, sebelum memutuskan berinvestasi pada perusahaan Property & Real Estate. Hasil ini senada dengan penelitian Siti (2011) yang menyatakan EPS tidak berpengaruh terhadap harga saham property & real estate. 2. Uji Hipotesis 2: Hasil analisis pada pada rasio ROA menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,973 > 0,05 (P value > α ). Hasil Thitung sebesar 0,034 dan Ttabel 2,01669 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan secara parsial atau individu variabel Return On Asset tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H2 tidak terdukung. Hal ini tidak membuktikan bahwa rasio ini akan menjadi dasar investor untuk memastikan kinerja perusahaan dalam keadaan baik dan dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama. Besar kecilnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba menggunakan assetnya tidak dijadikan acuan bagi investor untuk
Tabel 1. Hasil Analisis Regresi
Model 1 (Constant) EPS ROA ROE DER SB INF a. Dependent Variable: AR
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -.590 .437 .000 .001 -.048 .001 .030 .010 .006 .013 .166 .015 .044 .051 -4.453 2.426 -.406 10.954 6.566 .399
T -1.352 -.184 .034 .492 .332 -1.836 1.668
Sig. .184 .855 .973 .626 .741 .073 .103
Collinearity Statistics Tolerance VIF .317 .255 .187 .909 .437 .374
3.156 3.918 5.348 1.100 2.290 2.672
84
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
berinvestasi pada perusahaan Property & Real estate sehingga tidak mempengaruhi abnormal return saham. 3. Uji Hipotesis 3: Hasil analisis pada rasio ROE sebesar 0,626 yang berarti 0,626 > 0,05 (P value > α ). Hasil dari Thitung sebesar 0,492 dan Ttabel sebesar 2,01669 maka Ho diterima dan Ha ditolak dan dapat dinyatakan bahwa secara parsial atau individu variabel Return On Equity tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H3 tidak terdukung Hal ini tidak membuktikan bahwa rasio ROE yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan akan menjadi dasar daya tarik bagi investor untuk berinvestasi. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan modal sendiri tidak membuat investor memiliki ekspektasi yang besar terhadap harga saham sehingga tidak memberi pengaruh terhadap abnormal return. 4. Uji Hipotesis 4: Hasil analisis pada rasio DER sebesar 0,741 yang berarti 0,741 > 0,05 (P value > α ). Hasil Thitung sebesar 0,332 dan Ttabel sebesar 2,01669 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa secara parsial atau individu variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H4 tidak terdukung. Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin besar DER suatu saham akan mengurangi minat investor untuk berinvestasi dikarenakan tingginya resiko yang akan ditanggung. Investor tidak berfokus seberapa besar tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan sehingga ekspektasi yang terjadi tidak tinggi. Hal inilah yang menyebabkan tidak adanya pengaruh antara rasio DER dengan abnormal return perusahaan Property & Real Estaste.
Juni 2013
5. Uji Hipotesis 5: Hasil analisis pada rasio Suku Bunga SBI sebesar 0,073 yang berarti 0,073 > 0,05 (P value < α ) maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa secara parsial atau individu variabel Suku Bunga SBI tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H5 tidak terdukung. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat Suku Bunga SBI tidak dapat mempengaruhi daya tarik investor untuk memindahkan sarana berinvestasi ke deposito atau sejenisnya karena dianggap cenderung saham tetap lebih tepat. Hal ini tidak memberi pengaruh terhadap abnormal return suatu saham perusahaan Property & Real Estate. Hasil penelitian ini seiring dengan hasil penelitian Rahmat (2004) yang menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga (SBI) tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian saham Property. 6. Uji Hipotesis 6: Hasil analisis pada rasio Inflasi sebesar 0,103 dibulatkan menjadi 0,100 yang berarti 0,100 > 0,05 (P value > α) maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa secara parsial atau individu variabel Inflasi tidak berpengaruh pada abnormal return perusahaan Property & Real estate. Dengan demikian H6 tidak terdukung. Hal ini tidak membuktikan bahwa semakin tinggi inflasi akan mempengaruhi daya tarik investor untuk tetap berinvestasi pada perusahaan sektor Property & Real Estate. Hasil ini didukung oleh penelitian Meta (2006), yang menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap return saham Property. 7. Uji Hipotesis 7: (Uji F) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung = 0,632 sedangkan Ftabel = 1,92 dengan asumsi α = 10% , df 1 = 6, df 2 = 43 maka didapatkan nilai Fhitung < Ftabel (0,632 < 1,92). Bila dilakukan
Juni 2013
85
Sherly Yolin dan Nurfauziah
Tabel 2. Hasil Uji F ANOVAb Model 1
Regression
Sum of Squares .352
Df 6
Mean Square .059 .093
Residual
3.996
43
Total
4.349
49
F .632
Sig. .704a
a. Predictors: (Constant), INF, DER, ROA, SB, EPS, ROE b. Dependent Variable: AR
dengan cara yang lebih sederhana yaitu dengan memperhatikan p-value (sig.) tingkat signifikansi F sebesar 0,701 > 0,1 maka Ho diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa secara serempak seluruh variabel independen EPS (Earning Pershare), ROA (Return On Assets), ROE (Return on Equity), DER (Debt to Equity ratio), Inflasi dan Tingkat Suku bunga secara bersama-sama tidak berpengaruh pada abnormal return sebagai variabel dependen. Dengan demikian H7 tidak terdukung. KESIMPULAN Nilai EPS tidak mempengaruhi abnormal return saham, dikarenakan rasio ini tidak dijadikan dasar bagi investor untuk mengambil keputusan berinvestasi pada perusahaan Property & Real Estate periode 2007-2011. Pengaruh variabel ROA (Return On Asset) terhadap Abnormal return menandakan hal yang sama dengan rasio sebelumnya. Hasil ini menujukan bahwa variabel ROA tidak dijadikan variabel penting bagi investor dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi saham di perusahaan Property & Real Estate periode 20072011. Pengaruh variabel ROE (Return On Equity) terhadap Abnormal return tidak memberikan pengaruh terhadap Abnormal Return. Sehingga hasil ini menandakan investor juga tidak menggunakan
variabel ROE sebagai acuan dan dasar dalam mempertimbangkan keputusan berinvestasi saham di perusahaan Property & Real Estate periode 20072011. Pengaruh variabel DER (Debt to Equity Ratio) terhadap Abnormal Return secara parsial tidak memberikan pengaruh. Hasil ini menandakan bahwa besar atau kecil rasio DER tidak dijadikan cerminan bagi investor. Besarnya resiko yang akan diterima tidak mempengaruhi abormal return saham Property & Real Estate sehingga variabel ini tidak menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan investasi. Pengaruh variabel Suku Bunga terhadap Abnormal Return saham Property & Real Estate secara parsial tidak memberikan pengaruh. Hasil ini menunjukkan bahwa investor tidak mempertimbangkan besarnya suku bunga untuk memutuskan berinvestasi pada saham perusahaan Property & Real Estate. Hal ini bisa dimungkinkan bahwa semakin besarnya tingkat suku bunga (SBI) tidak menjamin mengalihkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya ke sarana lainya. Pengaruh variabel Inflasi terhadap Abnormal Return saham Property & Real Estate secara parsial tidak memberikan pengaruh, sehingga hasil ini tidak menunjukkan bahwa investor juga mempertimbangkan besarnya inflasi untuk memutuskan berinvestasi pada saham perusahaan Property & Real Estate.
86
efektif Jurnal Bisnis dan Ekonomi
Pengujian secara serempak menggunakan uji F, menunjukkan variabel independen yang meliputi Earning per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Debt to Equity Rasio (DER), Suku bunga SBI dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel dependen abnormal return. Dengan demikian investor tidak mempertimbangkan keseluruhan variabel fundamental dan makro ekonomi sebagai dasar keputusan berinvestasi pada perusahaan Property & Real Estate periode 2007-2011. DAFTAR PUSTAKA Algifari, (1997), Analisis regresi teori kasus dan solusi, Edisi pertama, Yogyakarta: BPFE UGM. Deliarnov, (1995), Pengantar Ekonomi Makro, Jakarta: UI Press. Djazuli, Abid, (2006), Pengaruh EPS, ROI, dan ROE terhadap perubahan harga saham pada perusahaan sektor manufacturing pada bursa efek Jakarta (BEJ), Fordema, 6 (1): 51-62. Fahmi, Irfan, (2011), Analisis Kinerja Keuangan, Bandung: Alfabeta Ghozalli, Imam, (2001), Aplikasi analisis Multivariate dengan program SPSS, Semarang: Badan penerbit UNDIP. Gujarati, Damodar, (1999), Ekonometrika Dasar, Second Edition, McGraw-Hill, Jakarta: Erlangga. Harjito, D. Agus, (2009), Keuangan Perilaku Menganalisis Keputusan Investor, Edisi
Pertama, Ekonisia. Hartono,
Juni 2013
Yogyakarta:
Jogiyanto, (2008), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi kelima, Yogyakarta: BPFE.
Husnan, Suad, (2009), Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi ketiga, Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Kosim, Belliwaty, (2006), Pengaruh kinerja keuangan terhadap perubahan hargsa saham pada perusahaan perbankan dibursa efek Indonesia, Foderna. Vol. 6 nomor 1 (Juni), 27-40. Kurniawan, Delly, (2008), Analisis pengaruh fundamental dan Makro Ekonomi t e r h a d a p harga saham perusahaan periode 2004-2007, skripsi Sarjana (tidak dipublikasikan),Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII. Lukas, Setia, (2011), Who wants to be a smiling Investor, Jakarta: PT Gramedia. Meta, Rayun Sekar, (2006), Perbedaan pengaruh inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah/US Dollar terhadap retun saham (studi kasus pada saham Property dan manufaktur yang terdaftar di bursa efek jakarta 20002005), Skripsi Sarjana, Jawa Tengah : Fakultas Ekonomi UNDIP Munawir, S., (2002), Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta:UPPAMP YKPN.
Juni 2013
Nopirin,
(1992), Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE
Rahmat, Agus, (2004), Pengaruh variabel makro terhadap kinerja saham properti: Penelitian dibursa efek Jakarta periode 19982003, Tesis Ilmu Manajemen, Jakarta: Program Pascasarjana UI.
Tandelilin,
Eduardus, (1998), Portofolio Diversification and Determinants od stock Return: Philippine and Indonesian Perspectives. Disertasi (Unpublished).
Wardjono,
(2010), Analisis faktor faktor yang mempengaruhi price to book value dan implikasinya pada return saham, Dinamika keuangan dan perbankan, 2 (1): 83-96.
Samsul, Mohamad, (2006), Pasar modal & Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga Siegel, Jeremy J., (1991), Does It pay .stock investors to Forecast the bussiness Cycle? Journal of portofolio Management, 18 (1). Siti, Aisyah, (2011), Pengaruh faktorfaktor fundamental terhadap harga saham perusahaan properti dan real estate yang listing dibursa efek Indonesia tahun 2006-2009, Jawa Timur: Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”. Sunariyah,
87
Sherly Yolin dan Nurfauziah
(2006), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.
Tarmidi, L. Tedi, (1999), Krisis moneter di indonesia: Sebab, dampak, peran IMF & s a r a n , Buletin Ekonomi moneter & perbankan. Tandelilin, Eduardus, (2001) Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi p e r t a m a , Yogyakarta: BPFE.
Wira,
Desmond, (2011), Analisis fundamental saham, Jakarta: Exceed.
Yeni,
(2010), Pengaruh ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan multifinance & perbankan dibursa efek Indonesia, skripsi, Medan: Fakultas Ekonomi USU.
Sumber: BAPEPAM-LK (http://www. bapepam.go.id/old/old/profil/ struktur/index.htm) Sumber Laporan Akhir tahun 2010 : (http:// www.suarakarya-online.com) Laporan Akhir tahun Nilai Transaksi BEI, 25 Desember 2010 Sumber Laporan Keuangan: (http://idx. co.id) Sumber Inflasi: (http://bps.go.id) Sumber Suku Bunga: (http://bi.go.id) Sumber Histori Harga Saham: (http:// finance.yahoo.com)