PENGARUH EMOTIOANAL EXPRESSIVITY PASANGAN SUAMI – ISTRI TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN
Oleh: AIN RAHMIATI 106070002209
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M i
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PENGARUH EMOTIONAL EXPRESSIVITY PASANGAN SUAMI-ISTRI TERHADAP KEPUASAN PERNIKAHAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.
Jakarta, 6 September 2010
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Pembantu Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Jahja Umar, Ph.D
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si
NIP. 130 885 522
NIP.19561223 198303 2001
Anggota :
Penguji I
Penguji II
vii
Dra. Fadhilah Suralaga, M. Si
Neneng Tati Sumiati, M. Si., Psi
NIP.19561223 198303 2001
NIP. 19730328 200003 2003
Pembimbing I
Pembimbing II
Neneng Tati Sumiati, M. Si., Psi
Yufi Adriani, M. Psi
NIP. 19730328 200003 2003
NIP. 19820918 200901 2006
vii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ain Rahmiati NIM
: 106070002209
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Emotional Expressivity Pasangan Suami-Istri Terhadap Kepuasan Pernikahan” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 6 September 2010 Ain Rahmiati NIM : 106070002209
[email protected]
vii
Motto “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentaram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum: 21)
vii
ABSTRAK A) Fakultas Psikologi B) September 2010 C) Ain Rahmiati D) Pengaruh emotional expressivity pasangan suami-istri terhadap kepuasan pernikahan E) XIII + 79 Halaman ( belum termasuk lampiran) Ekspresi emosi berperan penting dalam interaksi interpersonal. Dalam hubungan interpersonal, kecenderungan untuk berekspresi secara emosional berdampak kepada kepuasan atau ketidakpuasan pasangan dalam pernikahan. Di satu sisi, pengungkapan emosi, seperti kasih sayang dan kelembutan membuat adanya rasa keintiman dan kepercayaan dalam hubungan. Di sisi lain, pengungkapan emosi negatif, seperti kemarahan, kebencian, frustasi, dapat membuat persepsi adanya permasalahan dan ketidakpuasan dalam hubungan pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity pasangan suami-istri terhadap kepuasan pernikahan. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling sebanyak 40 pasangan di daerah Tangerang Selatan. Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji regresi pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan istri dan kepuasan pernikahan suami. Sedangkan, emotional expressivity positif dan negatif suami serta emotional expressivity negatif istri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan suami maupun istri.
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran kepada pihak yang bersangkutan, khususnya pasangan suami-istri agar melatih pengungkapan emosi baik yang positif maupun negatif secara proporsional karena hal ini dapat memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan mereka. F) Bahan Bacaan: 9 buku + 1 artikel internet + 13 jurnal vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala limpahan keanugrehan dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. 2. Neneng Tati Sumiati, M.Si.,Psi danYufi Adriani, M.Psi yang telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas wawasan dan waktu yang telah diberikan. 3. Liany Luzfinda, M.Psi Pembimbing akademik 4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 5. Seluruh responden yang telah bersedia memberikan waktunya untuk memgisi angket. 6. Keluarga terindah dan terhebatku yang jauh disana. Emak dan bapak yang telah menjadi motivator dan inspirator terhebat yang kupunya serta doa-doa mu yang selalu diberikan. Adik-adikku Dede, Nita, Darul, dan Ai. Jadilah anak-anak yang selalu menjadi kebanggaan emak dan bapak, terimakasih juga atas doa kalian.
vii
7. Ibu, Bapak, Dima, Cimi, Mbak Wati, Ayah, Ibu, Kak Sapti, Bang Win, dan Bang Na’, kalian adalah keluarga kedua terindah yang kupunya. 8. Bundo Hanny, Rhi-rhi, Fira, dan Choi untuk persahabatan terindah yang diberikan. Desi, Ndes, dan Teti, teman-teman seperjuanganku dalam mengejar impian dan mendapatkan ilmu, juga Muti, Maihan dan Qori yang sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi. 9. Teman-teman Mentor Akademik, yang telah menyempatkan waktunya untuk melakukan brainstorming bersama penulis, serta terima kasih atas wawasan yang tidak ternilai tersebut. 10. Teman-teman angkatan 2006 khususnya kelas BBB (Bukan B Biasa) terimakasih atas kebersamaan dan pembelajaran selama ini. Khususnya Dwi dan Adiyo. 11. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya bu Mega. 12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Hanya asa dan doa yang penulis panjatkan semoga pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan yag berlipat ganda dari Allah SWT. Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.
Jakarta, September 2010 Penulis vii
DAFTAR ISI
Cover Pengesahan Oleh Panitia Ujian .............................................................................i Lembar Pengesahan Pembimbing .........................................................................ii Motto .....................................................................................................................iii Abstrak ..................................................................................................................iv Kata Pengantar ......................................................................................................v Pernyataan Bukan Plagiat .....................................................................................vii Daftar Isi .............................................................................................................viii Daftar Tabel ..........................................................................................................xi Daftar Bagan .......................................................................................................xiii BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................1 1.1
Latar Belakang ........................................................................1
1.2
Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .......................11
1.2.1 Pembatasan masalah ..............................................................11 12.2 Perumusan masalah................................................................12 1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................13
1.3.1
Tujuan penelitian..................................................................13
1.3.2
Manfaat penelitian................................................................14 1.3.2.1 Manfaat teoritis ......................................................14 1.3.2.2 Manfaat praktis ......................................................14
1.4 BAB II
Sistematika Penulisan .............................................................14
KAJIAN PUSTAKA........................................................................16 2.1 Kepuasan Pernikahan ................................................................16 2.1.1 Pengertian kepuasan pernikahan ............................................16 2.1.2 Dinamika kepuasan pernikahan ............................................17 2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan ......19 vii
2.1.4 Cara mengukur kepuasan pernikahan ....................................24 2.2 Emotional Expressivity .............................................................25 2.2.1 Definisi emotional expressivity ......................................25 2.2.2 Proses emotional expressivity .......................................27 2.2.3 Cara pengukuran emotional expressivity ......................28 2.3. Kerangka Berfikir ...................................................................30 2.4 BAB III
Hipotesis Penelitian.................................................................34
METODE PENELITIAN.................................................................36 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................36 3.2 Populasi dan Sampel.................................................................36 3.2.1 Populasi ...........................................................................36 3.2.2 Sampel ............................................................................36 3.3 Variabel penelitian....................................................................37 3.3.1 Identifikasi variabel ........................................................37 3.3.2 Definisi konseptual variabel ...........................................37 3.3.3 Definisi operasional variabel ..........................................38 3.4 Pengumpulan Data ....................................................................39 3.4.1 Teknik pengumpulan data................................................39 3.5 Uji Alat Ukur .............................................................................42 3.5.1 Uji validitas......................................................................42 3.5.2 Uji reliabilitas ..................................................................43 3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................43 3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur ............................................43 3.6.2 Persiapan pengambilan data ...........................................44 3.8.3 Pelaksanaan pengambilan data ........................................45 3.8 Analisis Data..............................................................................46
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN ..................................................48 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian.......................................48
4.2
Analisis Deskriptif ..................................................................51 4.2.1 Kategorisasi skor kepuasan pernikahan .........................53 4.2.2. Kategorisasi skor emotional expressivity......................54 vii
4.3 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................56 BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ......................................68 5.1
Kesimpulan .............................................................................68
5.2
Diskusi ....................................................................................70
5.3
Saran........................................................................................74 5.3.1
Saran Teoritis..............................................................74
5.3.2
Saran Praktis ...............................................................75
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................77 LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Peningkatan angka perceraian tahun 2005-2009 .................................................. 3 Tabel 1.2 Matrukulasi hasil penelitian terdahulu.................................................................. 9 Tabel 3.2 Penskoran emotional expressivity ......................................................................... 41 Tabel 3.3 Blue print Dyadic Adjusment Scale ...................................................................... 42 Tabel 3.4 Blue print Self-Expressiveness Family (SEFQ) .................................................... 43 Tabel 4.1 Jumlah subjek berdasarkan suku........................................................................... 48 Tabel 4.2 Pendidikan suami .................................................................................................. 49 Tabel 4.3 Pendidikan istri ..................................................................................................... 49 Tabel 4.4 Jumlah anak........................................................................................................... 49 Tabel 4.5 Lama Pernikahan................................................................................................... 50 Tabel 4.6 Tempat tinggal ...................................................................................................... 51 Tabel 4.7 Pendapatan ............................................................................................................ 51 Tabel 4.8 Analisi deskriptif emotional expressivity dan kepuasan pernikahan .................... 51 Tabel 4.9 Persebaran skor kepuasan pernikahan suami ........................................................ 53 Tabel 4.10 Persebaran skor kepuasan pernikahan istri ......................................................... 54 Tabel 4.11 Persebaran skor positive emotional expressivity suami ...................................... 54 Tabel 4.12 Persebaran skor positive emotional expressivity istri.......................................... 55 Tabel 4.13 Persebaran skor negative emotional expressivity suami ..................................... 55 Tabel 4.14 Persebaran skor negative emotional expressivity istri......................................... 56 Tabel 4.15 Uji Correlation.................................................................................................... 57 Tabel 4.16 Model summary................................................................................................... 57 Tabel 4.17 Proporsi varian oleh masing-masing independent variabel pada kepuasan suami ..................................................................................................................... 58 Tabel 4.18 Hasil analisis regresi ........................................................................................... 59 vii
Tabel 4.19 Model summary................................................................................................... 61 Tabel 4.20 Uji Correlation.................................................................................................... 62 Tabel 4.21 Proporsi varian oleh masing-masing independent variabel pada kepuasan pernikahan istri...................................................................................................... 64 Tabel 4.22 Hasil analisis regresi .......................................................................................... 64 Tabel 4.23 Model summary................................................................................................... 66 Tabel 4.24 Ringkasan hasil uji 10 hipotesis penelitian ......................................................... 67 Tabel 5.1 Hasil uji hipotesis penelitian ................................................................................. 69
vii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Pola Dinamika Kepuasan Pernikahan..................................................18 Bagan 2.2 Proses Emotional Expressivity.............................................................27 Bagan 2.3 Kerangka Berpikir................................................................................33
vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Manusia tercipta sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia saling membutuhkan satu sama lain dan salah satunya
manusia membutuhkan seseorang untuk meneruskan
keturunan. Meneruskan keturunan dapat ditempuh melalui proses pernikahan, yang kemudian terbentuklah sebuah keluarga. Santrock (2002) memaparkan bahwa ketika individu memasuki masa dewasa, ia akan melewati siklus kehidupan keluarga berupa penggabungan dua keluarga melalui pernikahan dan menjadi pasangan baru. Di kebanyakan masyarakat, lembaga pernikahan dianggap cara terbaik untuk memastikan anak dibesarkan secara baik-baik. Idealnya, pernikahan memberikan keintiman, komitmen, persahabatan, afeksi, pemuasan seksual, dan kesempatan untuk pertumbuhan emosional dan juga sebagai sumber identitas dan harga diri (Gardiner & Kosmitzky, 2005; Myers, 2002, dalam Papalia et al., 2009). Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral serta menjadi dambaan dan harapan hampir setiap orang yang berkeinginan untuk membentuk sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia dengan orang yang dicintainya. Menurut UU Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 Pasal 1 (UU perkawinan, 1974) pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
vii
istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa. Setiap orang yang memasuki kehidupan berkeluarga melalui pernikahan tentu menginginkan terciptanya keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin. Hal ini telah menjadi keinginan dan harapan mereka jauh sebelum dipertemukan dalam ikatan pernikahan yang sah. Penelitian yang dilakukan dari tahun 1950 – 1970 telah membuktikan bahwa seseorang yang menikah lebih bahagia daripada orang yang hidup sendiri. Penelitian pada 2000 orang dewasa menemukan bahwa laki-laki dan wanita segala umur yang menikah melaporkan lebih puas atau bahagia daripada yang masih sendiri, bercerai maupun yang duda atau janda (Paplia & Olds, 1994). Bahkan, orang yang menikah lebih sehat baik secara fisik maupun psikis dari pada orang yang bercerai, duda atau janda, dan yang tidak pernah menikah. Ini sangat berpengaruh baik bagi laki-laki maupun perempuan (Ross, et al., dalam Papalia & Olds,1994). Dalam faktanya, meskipun pernikahan membawa kebahagiaan tapi banyak juga orang yang mengakhiri pernikahannya dengan perceraian. Misalnya, pada tahun 2002 di Amerika serikat ada delapan dari setiap 1000 orang dewasa yang menikah, sementara empat dari setiap 1000 bercerai (Papalia & Olds, 1994). Faktanya, di Indonesia pun terjadi peningkatan angka perceraian dalam lima tahun terakhir ini. Lima tahun lalu, angka perceraian masih di bawah 100 tetapi kini mencapai lebih dari 200 ribu, untuk lebih jelasnya peningkatan angka perceraian dari tahun 2005 -2009 dapat dilihat pada tabel 1.1. Pada tahun 2009, perkara perceraian yang diputuskan oleh Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah
vii
mencapai 223.371 perkara. Bila dirata-ratakan dari tahun 2005-2009, maka tiap tahun terdapat 161.656 kasus perceraian. Jika diasumsikan, setahun terdapat 2 juta peristiwa perkawinan maka 8 % di antaranya berakhir dengan perceraian (Hermansyah, 2010). Tabel 1.1 Peningkatan angka perceraian 2005 - 2009
Meningkatnya angka perceraian di Indonesia beberapa tahun terakhir memang merupakan fakta yang tidak bisa dibantah. Meski demikian, jika ditinjau dari segi sejarah, angka perceraian di negara ini sesungguhnya bersifat fluktuatif. Hal itu dapat dibaca dari hasil penelitian Mark Cammack, guru besar dari Southwestern School of Law-Los Angeles, USA pada tahun 1950-an yang menemukan bahwa angka perceraian di Asia Tenggara, termasuk Indonesia tergolong yang paling tinggi di dunia. Pada dekade itu, dari 100 perkawinan 50 di antaranya berakhir dengan perceraian. Tetapi pada tahun 1970-an hingga 1990-an, tingkat perceraian di Indonesia dan negara-negara lain di Asia Tenggara menurun drastis sementara di belahan dunia lainnya justru meningkat. Angka perceraian di Indonesia meningkat kembali secara signifikan sejak tahun 2001 hingga 2009 (Hermansyah, 2010). vii
Perceraian tentunya tidak terjadi begitu saja, pasti ada faktor yang mendasarinya. Berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari Badan Pengadilan Agama Indonesia yang mengungkapkan bahwa faktor penyebab perceraian yang paling banyak adalah perselisihan yang terus menerus yang disebabkan oleh ketidakharmonisan dalam pernikahan. Pada tahun 2009, ada 72.274 kasus perceraian yang diputuskan oleh Pengadilan Tinggi Agama seluruh Indonesia dengan alasan tidak adanya keharmonisan lagi. Berdasarkan
data
tersebut,
peneliti
mengasumsikan
bahwa
ketidakharmonisan dalam pernikahan disebabkan oleh ketidakserasian atau ketidakcocokan pasangan. Perasaan tidak cocok ini sebenarnya merupakan sinyal bahwa adanya ketidakpuasan seseorang dengan hubungan yang ia bina bersama pasangannya. Veroff dan kawan-kawan (dalam Atwater, 1985) juga menyatakan bahwa peningkatan kecenderungan ketidakpuasan pernikahan pasangan berdampak pada perceraian. Banyak pasangan yang menghadapi kesulitan dan merasa tidak puas dengan perkawinannya. Fischer menyatakan bahwa perasaan tidak puas dalam suatu pernikahan merupakan awal kegagalan pernikahannya. Seseorang yang tidak puas dengan pernikahannya akan memilih perceraian sebagai titik akhir bila berbagai upaya tidak dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi pernikahan yang memburuk. Para ahli perkawinan seperti Fowers dan Kurdek, juga menyatakan salah satu konsekuensi dari pernikahan yang tidak puas adalah perceraian. Hal ini juga dipertegas oleh Donelly (dalam Litzinger & Gordon, 2005) bahwa
vii
kemungkinan besar perceraian terjadi karena rendahnya kepuasan pernikahan pasangan. Veroff dkk (dalam Atwater, 1985) juga mengungkapkan bahwa bagaimanapun kebahagiaan pasangan secara langsung tergantung pada kepuasan pasangan dalam aspek-aspek pernikahan. Misalnya, studi penting mengenai kesehatan mental orang Amerika menunjukan bahwa pasangan yang sangat puas dengan pernikahannya adalah mereka yang lebih menekankan pada aspek hubungan dari pernikahan mereka, sementara pasangan yang kurang bahagia lebih menyandarkan diri pada peran hubungan. Jadi, ketika seseorang puas dengan pernikahannya maka ia akan tetap bahagia meskipun ada beberapa hal yang membuat ia kecewa dengan keadaan sekitarnya. Bahkan, seseorang yang tidak puas dengan pernikahannya, ia akan cenderung mencari kepuasan yang lebih pada anak, pekerjaan atau sesuatu yang materiil. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kepuasan dalam pernikahan untuk menciptakan kebahagiaan secara keseluruhan dalam kehidupan rumah tangga. Pentingnya kepuasan pernikahan ini juga dipertegas oleh Lavenson dan kawankawan (dalam Lavenson dkk, 1994) dalam penelitiannya menunjukan bahwa kepuasan pernikahan bisa mempengaruhi kesehatan mental dan fisik. Dengan kata lain, pasangan dari pernikahan yang puas memiliki tingkat kesehatan mental dan fisik lebih baik dari pasangan yang merasa puas dengan pernikahannya. Begitu banyak faktor yang dihubungkan dengan kepuasan pernikahan, tergantung pada apa yang menjadi fokus peneliti dalam studinya. Beberapa peneliti
ada
yang
memfokuskan
pada
vii
karakteristik
individual
(seperti
kepribadiaan, atribusi, afek). Sementara peneliti yang lain menitikberatkan pada dinamika hubungan (seperti, komunikasi, kepuasan seksual, konflik) dan ada juga peneliti yang mempertimbangkan pada konteks yang lebih luas dari hubungan pernikahan (seperti peran anak). Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan penelitian pada dinamika hubungan, yaitu aspek komunikasi dalam pernikahan. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengidentifikasi bahwa komunikasi yang efektif sebagai komponen utama pada kepuasan pernikahan (dalam Litzinger & Gordon, 2005). Menurut Geiss & O’Leary, 1981; Halford, Hahlweg, & Dunne, 1990; Sher & Baucom, 1993; Smith, Vivian, & O’Leary, 1990 (dalam Raur & Volling, 2005), permasalahan pada komunikasi disebut sebagai sesuatu yang paling umum, bisa dikatakan sesuatu yang paling menganggu yang menjadi keluhan pasangan saat meminta terapi pernikahan. Konstruk dari komunikasi itu sendiri bertujuan agar adanya komunikasi dengan orang lain, dimana individu harus mampu mengekspresikan emosi-emosi dan pikiran-pikirannya. Secara keseluruhan, pola dan gaya pengungkapan emosi individu-individu ini cenderung berbeda yang dikenal sebagai emotional expressivity. Halberstadt dan kawan-kawan (1995) mendefinisikan emotional expressivity
sebagai pola atau gaya individu yang
menetap dalam memperlihatkan ekspresi verbal dan non verbal yang sering kali muncul tetapi tidak selalu tampak sebagai suatu hal yang berhubungan dengan emosi, misalnya ketika seseorang marah dengan temannya, tidak selalu ia memperlihatkan kemarahannya itu.
vii
Dalam melihat kepuasan pernikahan yang dihubungkan dengan emotional, peneliti menemukan bahwa emotional expressivity pasangan behubungan dengan kepuasan pernikahan mereka (Lavee & Ben-Ari, 2005; Cartensen et al., 1995; Halberstadt et al., 1995). Penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa ekspresi emosi memang berperan penting dalam interaksi interpersonal (Lavee & Ben-Ari, 2005; Cartensen et al., 1995; Halberstadt et al., 1995; Rauer & Volling, 2005). Dalam hubungan interpersonal, kecenderungan untuk berekspresi secara emosional berdampak kepada kepuasan atau ketidakpuasan pasangan dalam berhubungan. Di satu sisi, pengungkapan emosi, seperti kasih sayang dan kelembutan membuat adanya rasa keintiman dan kepercayaan dalam hubungan. Di sisi lain, pengungkapan emosi, seperti kemarahan, kebencian, frustasi, dapat membuat persepsi bahwa adanya permasalahan dan ketidakpuasan dalam hubungan. Emotional expressivity ini terbagi menjadi dua dimensi, yaitu ekspresi emosi positif, seperti bahagia dan cinta yang berbeda dengan ekspresi emosi negatif, seperti marah dan kesal (Cartensen et al.,1995; Kring & Gordon, 1998). Ternyata dua dimensi ini mempunyai peran yang berbeda dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan. Perbedaan inilah yang penting untuk dilihat dalam penelitian ini. Selain itu, banyak peneliti yang telah melaporkan bahwa ada perbedaan level emotional expressivity pada laki-laki dan perempuan. Perempuan biasanya lebih eskpresif pada banyak emosi yang berbeda, seperti bahagia, sedih, dan takut (Kring dan Gordon, 1998). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
vii
Cartensen dan kawan-kawan (1995) yang menemukan bahwa perempuan lebih ekspresif baik pada emosi positif maupun emosi negatif daripada laki-laki. Sebagaimana telah dijelaskan oleh Santrock (2002) bahwa istri secara konsisten lebih terbuka pada pasangan mereka daripada suami dan perempuan lebih cenderung mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan daripada pasangan mereka. Bagi sebagian besar laki-laki, mengendalikan kemarahan merupakan orientasi emosional yang umum. Keluhan umum yang disampaikan perempuan dalam suatu pernikahan adalah bahwa suami mereka tidak peduli pada kehidupan emosional mereka dan tidak mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka sendiri. Menurut Blumstein dan Schwartz (dalam Santrock, 2002), perempuan lebih sering mengeluh bahwa mereka harus membuat suami mereka mengatakan apa yang ia rasakan dan mendorong mereka untuk terbuka. Laki-laki seringkali menanggapi bahwa mereka terbuka atau mereka tidak mengerti apa yang diinginkan istri mereka dari dirinya. Laki-laki memprotes bahwa sebanyak apapun mereka berbicara, hal itu tidak cukup bagi istri mereka sementara perempuan mengatakan bahwa mereka menginginkan kehangatan lebih banyak seperti halnya juga keterbukaan dari suami mereka. Sebagai contoh, perempuan lebih sering daripada laki-laki dalam memberikan ciuman atau pelukan spontan kepada pasangan mereka jika sesuatu yang positif terjadi. Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh Halberstadt dkk (1995) menemukan bahwa ada perbedaan gender dalam mengekspresikan kepuasan pernikahan. Bagi istri yang merasa puas dengan pernikahannya, ia akan
vii
meningkatkan emotional expressivity yang positif daripada mengurangi emotional expressivity
negatifnya. Sebaliknya, suami yang merasa puas dengan
pernikahannya akan mengurangi emotional expressivity negatif mereka daripada meningkatkan emotional expressivity positifnya. Hal ini menununjukkan bahwa emotional expressivity
positif istri berhubungan dengan besarnya kepuasan
pernikahan istri. Sementara, emotional expressivity negatif suami berhubungan dengan kurangnya kepuasan suami. Berikut ini matrikulasi beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh emotional expressivity terhadap kepuasan pernikahan. Tabel 1.2 Matrikulasi Hasil Penelitian Terdahulu NO Nama 1.
Hasil Penelitian
Schaap et al., (dalam Ekspresi emosi negatif seperti marah, sedih, benci, dan Cartensen et al., 1998)
emosi
negatif
descriminator
lainnya
berperan
sebagai
best
antara pernikahan yang puas dan yang
tidak puas. 2.
Halberstadt et al., (1995)
Emotional expressivity positif istri berhubungan secara positif dengan kepuasan pernikahan istri, sementara emotional expressivity negatif suami berhubungan secara negatif dengan kepuasan pernikahan suami.
3.
Cartensen, Gottman, & Level positive emotional expressivity Lavenson (1995)
berhubungan
dengan kepuasan pernikahan pasangan. Pasangan yang puas menunjukkan emosi yang lebih positif, daripada
vii
pasangan yang tidak puas yang lebih menunjukkan emosi negatif, seperti marah dan sedih. 4.
Feeney, et al., 1998
Penelitian observasinya menunjukan bahwa pasangan
(dalam Raur & Volling, yang puas dengan pernikahannya berinteraksi lebih 2005)
positif dengan pasangannya dan lebih mengekspresikan kecocokan, perhatian , dan empati.
5.
Lavee & Ben-Ari (2004)
Kepuasan pernikahan istri secara positif dihubungkan dengan emotional expressivity istri dan suaminya. Sementara emotional expressivity suami maupun istri tidak
memberikan
pengaruh
terhadap
kepuasan
pernikahan suami. 6.
Rauer & Volling (2005)
Hanya Emotional expressivity positif suami yang berhubungan dengan cinta dan pemeliharaan dalam pernikahan
pada
suami.
Sementara
Emotional
expressivity positif istri tidak berhubungan dengan kualitas pernikahan pada istri. Penulis mengiterpretasikan penemuan ini bahwa emotional expressivity yang positif mungkin lebih relevan bagi hubungan interpersonal wanita, sedangkan emotional expressivity yang negatif mungkin lebih penting dalam menentukan kualitas hubungan interpersonal pria. Berdasarkan fenomena-fenomena yang telah dikemukakan dan penelitianpenelitan sebelumnya yang telah diselenggarakan, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti topik kepuasan pernikahan dalam kaitan dengan emotional vii
expressivity. Dengan demikian penelitian ini diberi judul “Pengaruh Emotional Expressivity Pasangan Suami-Istri terhadap Kepuasan Pernikahan”. 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. 2. 1 Pembatasan masalah Untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Emotional expressivity
adalah sebagai pola atau gaya individu yang
menetap dalam memperlihatkan ekspresi verbal dan non verbal yang seringkali muncul, tetapi tidak selalu tampak sebagai suatu hal yang berhubungan dengan emosi (Halberstadt dkk, 1995). Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat emotional expressivity yang positif dan negatif. 2. Kepuasan pernikahan adalah penilaian subjektif pasangan suami-istri mengenai kualitas pernikahan mereka (Bird & Melville, 1994). 3. Berbagai istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi kepuasan dalam pernikahan (marital satisfaction), seperti kebahagian pernikahan (marital happiness), kualitas pernikahan (marital quality), dan penyesuaian pernikahan (marital adjustment) (Bird & Melville, 1994). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan istilah “kepuasan pernikahan” (marital satisfaction). Beberapa literasi juga menggunakan istilah expressiveness emotional untuk mengenalkan emotional expressivity. Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan istilah emotional expressivity.
vii
4. Pasangan suami-istri yang akan berpartisipasi dalam penelitian ialah pasangan yang telah mempunyai anak dengan durasi pernikahan ≤ 15 tahun. 1. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif
suami terhadap kepuasan pernikahan suami? 2. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami terhadap kepuasan pernikahan suami? 3. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif istri terhadap kepuasan pernikahan suami? 4. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami? 5. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif
suami terhadap kepuasan pernikahan istri? 6. Apakah ada pengaruh yang signifikan
emotional expressivity
positif
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif
suami terhadap kepuasan pernikahan istri?
suami terhadap kepuasan pernikahan istri? 8. Apakah ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami terhadap kepuasan pernikahan istri?
vii
9. Apakah ada pengaruh yang siginifikan interaksi emotional expressivity istri dan suami terhadap kepuasan pernikahan suami? 10. Apakah ada pengaruh yang siginifikan interaksi emotional expressivity istri dan suami terhadap kepuasan pernikahan istri? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3. 1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity
negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan suami. 2.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity positif suami terhadap kepuasan pernikahan suami.
3.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity
negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan suami. 4.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami.
5.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity
negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. 6.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity
positif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. 7.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity
negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan istri. 8.
Untuk mengetahui pengaruh emotional expressivity terhadap kepuasan pernikahan istri.
vii
positif suami
9.
Untuk mengetahui pengaruh interaksi emotional expressivity istri dan suami terhadap kepuasan pernikahan suami.
10. Untuk mengetahui pengaruh interaksi emotional expressivity istri dan suami terhadap kepuasan pernikahan istri. 1. 3. 2 Manfaat penelitian 1.3.2.1 Manfaat teoritis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya pada ranah psikologi keluarga dan psikologi perkembangan. Dimana hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data tambahan bagi pengembangan studi tentang kepuasan pernikahan, khususnya pada kepuasan pernikahan yang dihubungkan dengan emotional expressivity. 1.3.2.2 menjadi
Manfaat praktis. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat informasi
tambahan
bagi
pasangan
suami-istri
bahwa
pengungkapan emosi baik emosi yang positif maupun emosi yang negatif berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan pasangan suami-istri. 1. 4 Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai isi dan materi yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulis mengemukakannya dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB 1. Pendahuluan, mengemukakan latar belaknag permasalahan-permasalahan penelitian, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaatnya, dan sistematika penulisan.
vii
BAB 2. Kajian Pustaka, berisi teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, yakni definisi kepuasan pernikahan, dinamika kepuasan pernikahan, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, definisi emotional expressivity, proses emotional expressivity, dan cara mengukur emotional expressivity. BAB 3. Metode Penelitian; pendekatan dan jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, dan analisis data. BAB 4. Analisis hasil penelitian, yaitu mengemukakan tentang gambaran umum subyek, analisis deskriptif, dan hasil uji hipotesis. BAB 5. Penutup, yaitu menyajikan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran teoritis dan praktis.
vii
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kepuasan Pernikahan 2.1.1 Definisi kepuasan pernikahan Menurut Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) kepuasan pernikahan adalah : “…how marital partners evaluate the quality of their marriage. It is a subjective description of whether a marital relationship is good, happy, or satisfying.” (Bird & Melville, 1994: 192)
Kepuasan
pernikahan
adalah
bagaimana
pasangan
yang
menikah
mengevaluasi kualitas pernikahan mereka. Pernikahan merupakan gambaran yang subyektif yang dirasakan oleh pasangan tersebut, apakah individu merasa baik, bahagia, ataupun puas dengan pernikahan yang dijalaninya. Bradbury dan kawan-kawan (2000) mendefinisikan kepuasan pernikahan ialah: “ …reflects an evaluation in which positive features are salient and negative features are relatively absent.” (Bradbury et al., 2000: 973)
Kepuasan pernikahan menggambarkan evaluasi yang mana ciri-ciri positif menonjol dan ciri-ciri negatif relatif tidak ada. Sebaliknya, ketidakpuasan
vii
pernikahan menggambarkan evaluasi yang mana ciri-ciri negatif menonjol dan ciri-ciri positif relatif tidak ada. Dari beberapa definisi diatas, kepuasan pernikahan dapat disimpulkan sebagai penilaian positif pasangan mengenai kualitas pernikahan yang telah mereka jalani bersama atau perasaan bahagia pasangan dengan pernikahan yang dijalani.
Menurut Atwater dan Duffy (2002), kesuksesan atau kepuasan
pernikahan dilihat dari aspek hubungan dalam pernikahan, termasuk kematangan, cinta, keintiman, dan kebersamaan. 2.1.2 Dinamika kepuasan pernikahan Sebuah analisis data dari dua survey dengan total responden 8.929 laki-laki dan perempuan pada pernikahan pertama, yang dilakukan pada tahun 1987 – 1988 (Orbuch et al., 1996 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) berupaya mengetahui berbagai pola kepuasan pernikahan. Para peneliti menemukan pola berbentuk U. Anderson, Russel, Schumm, 1983; Gilford. 1984; Gruber-Baldini, 1986 (dalam Papalia & Olds, 1994) menyatakan bahwa kepuasan pernikahan membentuk kurva U, dimana pada awal pernikahan kepuasan pernikahan mencapai titik tertinggi (pada masa bulan madu). Kemudian kepuasan pernikahan mengalami penurunan sehingga mencapai usia pertengahan – akhir kemudian meningkat kembali pada masa awal usia dewasa akhir. Pada masa pertengahan merupakan titik terendah pada kurva U dimana pasangan memiliki anak yang berusia remaja. Pada masa usia dewasa akhir, kepuasan pernikahan mengalami peningkatan kembali.
vii
Bagan 2.1 Pola Dinamika Kepuasan Pernikahan Tinggi
Rendah Awal Pernikahan
Kelahiran Anak
Anak Remaja
Anak Meninggalkan rumah
Pensiun Kerja
Para peneliti telah menemukan pola kepuasan pernikahan yang berbentuk U ini. Berdasarkan kurva U di atas dapat terlihat bahwa tingkat kepuasan pernikahan tertinggi berada di awal pernikahan dan terus menurun sampai pada anak remaja. Kepuasan akan mulai perlahan meningkat kembali ketika anak sudah dewasa dan mulai meninggalkan rumah (Kail & Canaugh, 2007). Menurut Orbuch dan kawan-kawan (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009) bahwa kurva berbentuk U ini secara umum mencapai bagian bawah pada awal usia paruh baya, ketika banyak pasangan memiliki anak yang remaja dan sangat terlibat dalam kariernya. Kepuasan biasanya mencapai puncak tertingginya ketika anak-anak dewasa karena banyak orang yang memasuki pensiun, dan akumulasi harta seumur hidup membantu meringankan kekhawatiran finansial. vii
Tetapi di sisi lain, berbagai perubahan ini bisa menghasilkan tekanan dan tantangan baru.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan Duvall dan Miller (1985) secara garis besar membagi faktor-faktor yang berkaitan dengan kepuasan pernikahan menjadi dua kategori yaitu background characteristics dan current characteristics. Untuk selanjutnya akan digunakan kata faktor sebelum pernikahan dan faktor selama pernikahan. Faktor sebelum pernikahan merupakan faktor-faktor masa lalu atau masa sebelum menikah, yaitu faktor yang telah ada sebelum pernikahan terjadi, yang nantinya akan mempengaruhi kepuasan pernikahan. Menurut Duvall dan Miller (1985), faktor sebelum pernikahan terdiri dari : 1. Kebahagian pernikahan orang tua. 2. Kebahagian pada masa anak-anak. 3. Pembentukan disiplin oleh orang tua 4. Pendidikan sex dari orang tua 5. Pendidikan (minimal pendidikan terakhir SMA) 6. Masa perkenalan sebelum pernikahan. Menurut Duvall dan Miller (1985) terdapat delapan faktor selama pernikahan yang mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu : 1. Afeksi, yaitu pengungkapan kasih sayang secara terbuka satu sama lain. 2. Kepercayaan, yaitu saling mempercayai satu sama lain. 3. Equaliatrium, yaitu tidak ada yang mendominasi dalam pernikahan.
vii
4. Komunikasi, yaitu komunikasi yang terbuka secara emosional, seksual, dan sosial diantara pasangan baik. 5. Seks, yaitu saling menikmati hubungan seksual. 6. Kehidupan sosial, yaitu ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di luar rumah. 7. Tempat tinggal yang relatif menetap. 8. Pendapatan (finansial) yang cukup. Sedangkan faktor selama pernikahan adalah faktor-faktor masa kini, yaitu faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tercapainya kepuasan pernikahan setelah terjadinya pernikahan. Kedua faktor tersebut merupakan faktor yang penting, tetapi karena faktor masa lalu tidak bisa diubah, dan masing-masing individu hanya bisa menerima kondisi pasangannya, maka yang akah dibahas adalah faktor masa kini saja. Davidoff (1991) mengungkapkan faktor penunjang kepuasan pernikahan, yaitu : 1. Status sosial ekonomi yang relatif tinggi. Dengan taraf sosial ekonomi yang relatif tinggi, orang ini tidak terlalu sering harus menghadapi frustasi. 2. Mempunyai orang tua yang bahagia, karena seseorang yang mempunyai orang tua yang bahagia berarti ia telah memperoleh guru yang baik. 3. Perkawinan yang tidak terlalu muda (pria berusia 22 tahun dan wanitanya berusia sedikit-dikitnya 19 tahun). Orang yang sudah dewasa biasanya tidak akan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan atas suatu
vii
permasalahan dan perkawinanan yang tidak terlalu muda itu biasanya diiringi keadaan sosial ekonomi yang sudah baik atau mapan. Menurut Marano ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan (dalam Atwater & Duffy, 2002), yaitu: 1. Kemampuan memecahkan masalah secara bersama-sama. 2. Bersenang-senang bersama dan saling berbagi pengalaman. 3. Kualitas komunikasi pasangan sebelum menikah untuk mengetahui bagaimana perbedaan dan masalah yang ada ditangani, khususnya pada masa awal pernikahan. 4. Affective affiramative – komunikasi dengan cinta, sikap menerima atau penerimaan tanpa syarat kepada pasangan. Berdasarkan berbagai faktor yang dikemukan beberapa ahli, maka peneliti akan menyimpulkan tiga faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pernikahan : 1. Faktor komunikasi Komunikasi merupakan hal yang penting dalam berhubungan dengan orang lain. Ditambahkan lagi oleh Duvall & Miller (1985), komunikasi yang berhubungan positif dengan kepuasan pernikahan adalah komunikasi yang terbuka dan bebas di antara pasangan dan di dalamnya harus ada pengertian, rasa cinta, suasana yang nyaman, simpati, loyalitas dan adanya rasa saling membutuhkan kebersamaan. Tanpa adanya hal tersebut akan menimbulkan kesepian. Navran (dalam Atwater, 1985) menemukan bahwa komunikasi yang baik dan sering, lebih banyak terdapat dalam kelompok yang bahagia dalam kehidupan pernikahannya. Komunikasi yang baik terjadi apabila pasangan mampu
vii
membicarakan
berbagai macam topik yang membentuk saling pengertian,
menunjukan sensitivitas serta melengkapi komunikasi verbal dengan komunikasi nonverbal yang tepat. Berkaitan dengan komunikasi non-verbal pasangan yang kurang bahagia sering salah paham atau menangkap pesan emosional yang disampaikan sebagai sesuatu yang negatif (Gottman & Potrfield dalam Atwater, 1985). Dalam penelitian ini, faktor yang akan dilihat oleh peneliti untuk memprediksi kepuasan pernikahan pasangan adalah komunikasi pasangan yang berkaitan dengan pola atau gaya pengungkapan emosi pasangan. Pola atau gaya pengungkapan emosi ini disebut emotional expressivity. Karena dalam gaya pengungkapan emosi ini akan ada dua pengungkapan emosi yang diperlihatkan individu, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Menurut Schaap dkk (dalam Cartenensen et.al., 1995) ekspresi emosi negatif seperti marah, sedih, benci, dan emosi negatif lainnya berperan sebagai best descriminator antara pernikahan yang puas dan yang tidak puas. 2. Kehidupan seksual Banyak ahli yang menyatakan bahwa kehidupan seksual berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Dentler dan Pineo (dalam Atwater, 1985) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat positif antara kepuasan atau kebahagiaan dalam pernikahan dengan kehidupan seksual pasangan, walaupun masih belum diperoleh penjelasan lebih lanjut mengenai kaitan antara keduanya. King
dan
Veroff
menyatakan
bahwa
vii
kebahagaiaan
pernikahan
sangat
diasosiasikan dengan kepuasan dalam berhubungan seksual baik pada laki-laki maupun perempuan (dalam Atwater & Duffy, 2002).
3. Faktor anak Penelitian menunjukkan bahwa alasan utama terjadinya penurunan kepuasan pernikahan pada banyak pasangan adalah kehadiran anak. Penurunan kepuasan pernikahan ini dirasakan oleh pasangan ini karena memiliki anak artinya adalah tekanan yang kuat untuk kembali pada pembagian peran secara tradisional baik untuk istri maupun suami (Cartensen et al., dalam Kail & Cavanaugh, 2007). Menjadi orang tua berarti berkurangnya waktu untuk mencurahkan perhatiannya pada pernikahan. Menjaga anak merupakan kerja keras yang membutuhkan energi yang juga digunakan untuk
menjalankan dan mempertahankan pernikahan
dengan baik ( Acock & Demo, 1994; Noller & Fizpatrick, 1993 dalam Kail & Cavanaugh, 2007). Tetapi ada juga ahli yang menyatakan bahwa menggunakan alasan kehadiran anak sebagai penyebab terjadinya penurunan kepuasan pernikahan merupakan alasan yang terlalu sederhana. Pada faktanya, pasangan yang tidak mempuanyai anak juga mengalami penurunan kepuasan pernikahan. Tampaknya, penurunan kepuasan pernikahan pada pasangan sepanjang waktu merupakan suatu fenomena perkembangan yang umum, meskipun pada pasangan yang memilih untuk tidak mempunyai anak (Clements & Markman dalam Kail & Cavanaugh, 2007). Sebagai tambahan, pasangan yang tidak mempunyai anak dikarenakan
vii
kemandulan mengalami stres yang dihubungkan dengan ketidakmampuan mereka memiliki anak serta mempunyai kepuasan pernikahan yang rendah.
2.1.4 Cara Mengukur Kepuasan Pernikahan Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) menjelaskan bahwa penelitian kepuasan pernikahan secara umum memberikan pertanyaan mengenai : a. Jumlah konflik pasangan. b. Tingkat kecocokan pasangan mengenai pentingnya sebuah keyakinan tertentu, pandangan-pandangan, dan nilai-nilai. c. Berapa sering pasangan melakukan sesuatu bersama-sama. d. Seberapa bahagia pasangan menilai pernikahan mereka. e. Berfikir untuk mempertahankan pernikahan. Salah satu skala yang paling sering digunakan untuk pengukuran kepuasan pernikahan adalah Dyadic Adjusment Scale (DAS) yang dibuat oleh Spanier (1976). Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) menjelaskan bahwa DAS dalam mendefinisikan kepuasan pernikahan mempunyai empat komponen : a. Consensus (mufakat) fokus pada persepsi pasangan tentang berapa banyak kecocokan atau kesesuaian yang mereka bagi bersama-sama mengenai 15 isu penting pernikahan, termasuk filsafat kehidupan dan pengasuhan anak. b. Cohesion (kepaduan) yang dimaksud adalah berapa sering pasangan bekerja bersama-sama dalam sebuah proyek atau mempunyai waktu yang lumayan untuk bersama-sama.
vii
c. Expression of affection (ungkapan kasih sayang) fokus pada apakah pasangan pernah berselesih mengenai sex atau memperlihatkan kasih sayang. d. Satisfaction (kepuasan) termasuk penilaian mengenai seberapa sering pasangan memiliki kecocokan yang kuat dalam pernikahan dan bagaimana tiap orang berkomitmen untuk menjaga ikatan pernikahan. 2.2 Emotional Expressivity 2.2.1 Definisi emotional expressivity Definisi emotional expressivity menurut Halberstadt dkk (1995) adalah : “An individual’s persistent pattern or style of exhibiting nonverbal and verbal expressions that often, but not always, appear to be emotion-related; this pattern or style is usually measured in terms of frequency of occurence” (Halberstadt et
al., 1995 : 93). Berdasarkan definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa emotional expressivity adalah pola atau gaya individu yang menetap dalam memperlihatkan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal yang sering, tetapi tidak selalu tampak sebagai suatu hal yang berhubungan dengan emosi. Pola atau gaya biasanya mengukur istilah “frekuensi kejadian”. Snyder (dalam Gross & John, 1998) mendifinisikan ekspresivitas emosional dengan menggunakan kata “emotional expressiveness” adalah : “Individual differences in the extent to which individuals can and do monitor their self-presentation, expressive behavior, and nonverbal affective display.”(Snyder, 1974).
vii
Emotional expressivity adalah perbedaan individu yang sudah ada dimana mereka
dapat
memonitor
self-presentation,
perilaku
ekspresif,
dan
memperlihatkan afeksi nonverbal. Tetapi ada sebuah konsep baru, dimana Kring, Smith & Neale (1994) lebih menekankan bahwa emotional expressivity sebagai perbedaan individu yang sudah ada dimana orang secara jelas memperlihatkan emosi mereka. Sedangkan menurut Gross & John (1997) emotional expressivity adalah : The behavioral (e.g., facial, postural) changes that typically accompany emotion, suc as smiling, frowning, crying, or storming out of the room.
Emotional expressivity adalah perubahan tingkah laku (misalnya wajah, suara, gesture, postur, dan gerakan tubuh) yang secara khas menyertai emosi seperti tersenyum, menangis, atau membuat gaduh. Jadi, dapat disimpulkan bahwa emotional expressivity ialah pola atau gaya individu yang menetap dalam memperlihatkan ekspresi baik secara verbal maupun non verbal dengan perubahan tingkah laku yang menyertainya, tetapi tidak selalu tampak sebagai suatu hal yang berhubungan dengan emosi. Emosi-emosi membantu orang merespon secara tepat (adaptif) terhadap peluang-peluang dan tantangan-tantangan lingkungan (Frijda, 1988; Levenson, 1994; Plutchik,1980; dalam Gross & John, 1997). Bagaimanapun emosi-emosi hanya membuat kita cenderung untuk bertindak dalam cara-cara tertentu; tidak mendorong kita untuk melakukan demikian. Ini berarti bahwa kita boleh menyangkal (menolak) ekspresi terhadap impuls emosional dan secara bebas mengekspresikan yang lain. Perbedaan
vii
individual yang mencolok dalam
ekspresivitas menunjukan bahwa setiap individu berbeda dalam kecenderungan merespon dan dalam mengekspresikan impuls-impuls sebagaimana yang mereka munculkan ( Diener, 1984; Ekman & Davidson, 1994; Salovey, Mayer, & Rosenhan, 1991; Snyder, 1987; dalam Gross & John, 1997). 2.2.2 Proses emotional expressivity Bagan 2.2 Proses Emotional Expressivity
Berdasarkan model ini, emosi terjadi bila input eksternal atau internal diproses sedemikian rupa sehingga program emosi diaktifkan, misalnya kesedihan atau kesenangan. Ketika diaktifkan, program emosi tersebut menghasilkan kecenderungan respon (termasuk perubahan fisiologis, perasaan-perasaan subjektif, dan impuls-impuls perilaku) yang mempersiapkan organisme untuk merespon secara adaptif terhadap tantangan dan kesempatan lingkungan (Gross & John, 1997). Perbedaan-perbedaan individual dalam mengekspresikan emosi mungkin muncul di beberapa langkah dalam proses generative-emosi. Pertama, setiap orang vii
dalam kesehariannya memiliki pengalaman yang beragam, sehingga memberikan masukan yang sangat berbeda bagi program emosi mereka. Kedua, masukan yang berbeda ini dapat dikurangi atau diperbesar dengan cara yang mereka nilai sendiri. Ketiga, penelitian tentang temperamen menunjukkan bahwa terdapat perbedaanperbedaan individual yang penting, baik dalam aktivasi program emosi maupun dalam kecenderungan respon emosional yang dihasilkan (Goldsmith, 1993; Kagan & Snidman, 1991; dalam Gross & John, 1997 ). Pada akhirnya, terdapat perbedaan-perbedaan individual yang penting dalam pengaturan “output filter” yaitu, perbedaan-perbedaan dalam kecenderungan respon emosional yang dapat dilihat melalui perilaku. 2.2.3 Cara pengukuran emotional expressivity Gross & John (1997) telah mengembangkan alat ukur baru untuk mengukur emotional expressivity
yang dinamakan dengan Berkeley Expressivity
Questionnaire (BEQ). BEQ terdiri dari 16 pertanyaan. Menurut Gross & John (1998) emotional expressivitu lebih baik dikonseptualisasikan sebagai sesuatu yang undimensional atau multiaspek. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gross & John (1998) menemukan ada tiga aspek utama emotional expressivity, yaitu : a. Postive expressivity King & Emmons (dalam Gross & John, 1997) menjelaskan bahwa ekspresivitas positif adalah : “…which represents the degree to which positive emotional response tendencies are expressed behaviorally.” (King & Emmons, 1990)
vii
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa positive expressivity menggambarkan
derajat
kecenderungan
respon
emosi
positif
yang
diekspresikan melalui perilaku. Menurut Gross & John (1998), ekspresi emosi yang positif mencakup happiness (bahagia), joy (gembira), amusement (senang), enthusiasm (antusiasme), energy (semangat). b. Negative expressivity King & Emmons (dalam Gross & John, 1997) mendefinisikan ekspresivitas negatif adalah : “…which represents the degree to which positive emotional response tendencies are expressed behaviorally.”(King & Emmons, 1990)
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa negative expressivity menggambarkan
derajat
kecenderungan
respon
emosi
negatif
yang
diekspresikan melalui perilaku. Menurut Gross & John (1998), ekspresi emosi yang negatif seperti, anger (marah), disappointment (kecewa), fear (takut), upset (bingung), pity (kasihan), disgust (muak). c. Impulse strength (kekuatan impuls) Gross & John (1998) menjelaskan kekuatan impuls sebagai : “the experience of strong emotions that push for expression and are difficult for the individual to suppress”.
Dapat diambil kesimpulan bahwa kekuatan impuls merupakan sebuah pengalaman emosi yang kuat, dimana melalui pengalaman tersebut, individu akan terdorong untuk mengekspresikan emosi atau perasaan serta sangat sulit bagi individu untuk menyembunyikan atau menahan emosinya.
vii
Menurut Gross & John (1998) aspek-aspek ini secara berbeda memprediksikan kriteria pengukuran seperti emotion-expressive behavior yang diukur di laboratorium, dengan positive expressivity
hanya memprediksikan
perilaku bahagia bukan perilaku sedih dan sebaliknya negative expressivity juga memprediksikan perilaku sedih bukan perilaku bahagia. Halberstadt dan kawan-kawan (1995) juga telah mengembangkan alat ukur baru untuk mengukur emotional expressivity yang dinamakan dengan Selfexpressiveness Questionnaire (SEFQ). SEFQ ini terdiri dari dua aspek, yaitu : a. Positive emotional expressivity Menurut Halberstadt (dalam Halberstadt et al., 1995) positive expressivity berkaitan dengan pengungkapan emosi positif seperti, memberi pujian, memperlihatkan kekaguman, mengucapkan terimakasih ketika mendapatkan pertolongan. b. Negative emotional expressivity Negative expressivity berkaitan dengan pengungkapan emosi negatif seperti, marah, permusuhan, kesal, memperlihatkan kesedihan, dan menangis. Peneliti menggunakan SEFQ untuk mengukur emotional expressivity pasangan suami-istri, karena alat ukur ini hanya terdiri dari dua dimensi yang sesuai dengan tujuan penelitian dari emotional expressivity, yaitu emotional expressivity dan negative emotional expressivity. 2.3 Kerangka Berfikir
vii
positive
Kepuasan pernikahan adalah bagaimana pasangan yang menikah mengevaluasi kualitas pernikahan mereka. Pernikahan merupakan gambaran yang subyektif yang dirasakan oleh pasangan tersebut, apakah mereka merasa baik, bahagia, ataupun puas dengan pernikahan yang dijalaninya. Ketika pasangan meresa bahwa pernikahannya tidak bahagia berarti pasangan tidak mendapatkan kepuasan dalam pernikahan mereka. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan pasangan suami-istri. Salah satunya adalah komunikasi yang efektif dan positif antara pasangan yang mempunyai hubungan langsung dengan kepuasan pernikahan. Konstruk dari komunikasi itu sendiri bertujuan agar adanya komunikasi dengan orang lain, dimana individu harus mampu mengekspresikan emosi-emosi dan pikiran-pikirannya. Secara keseluruhan pola dan gaya pengungkapan emosi individu-individu cenderung berbeda yang dikenal sebagai emotional expressivity. Halberstadt dkk (1995) mendefinisikan emotional expressivity sebagai pola atau gaya individiu yang menetap dalam memperlihatkan ekspresi verbal dan non verbal yang sering, tetapi tidak selalu tampak sebagai penghubung emosi. Dalam pengungkapan emosi ini ada yang positif dan ada yang negatif yang dikenal dengan positive emotional expressivity dan negative emotional expressivity. Menurut Halberstadt positive expressivity berkaitan dengan pengungkapan kekaguman,
emosi
positif
mengucapkan
seperti,
terimakasih
memberi ketika
pujian,
memperlihatkan
mendapatkan
pertolongan,
mengungkapkan kasih sayang mendalam. Sedangkan negative expressivity
vii
berkaitan dengan pengungkapan emosi negatif seperti, marah, permusuhan, kesal, memperlihatkan kesedihan, dan menangis. Seorang istri yang sering menampilkan atau mengekspresikan emosi yang positif, seperti memberikan pelukan kepada pasangannya, mengungkapkan kasih sayang merupakan gejala adanya kepuasan dalam pernikahannya. Tetapi hal ini juga bisa diartikan bahwa istri merasa puas dengan pernikahannya sehingga ia sering mengekspresikan emosi-emosi yang positif. Sebaliknya, suami yang sering mengungkapkan kemarahan, kesal, dan permusuhan, hal ini juga merupakan gejala rendahnya kepuasan pernikahan. Suami yang sering menampilkan ekspresi emosi negatif ini juga bisa diartikan sebagai tanda atau sinyal bahwa suami tidak puas dengan pernikahannya. Sebagaimana penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa level yang tinggi dari emotional expressivity positif pasangan berhubungan dengan besarnya kepuasan pernikahan. Penelitian observasi yang dilakukan oleh Feeeney dan kawan-kawan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa pasangan yang puas dengan pernikahannya berinteraksi lebih positif dengan pasangannya dan lebih mengekspresikan kecocokan, perhatian , dan empati. Beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa ada hubungan emotional expressivity negatif dengan rendahnya level kepuasan pernikahan. Misalnya, hasil penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Gill dkk pada tahun 1999 (dalam Rauer & Volling, 2005) menunjukkan bahwa pola komunikasi yang aversif secara umum dapat memprediksikan berkurangnya kepuasan pernikahan sepanjang waktu. Hal ini juga sesuai dengan apa yang ditemukan oleh Roberts dan Krokoff
vii
(dalam Rauer & Volling, 2005) bahwa pasangan yang tidak bahagia atau puas secara siginifikan memperlihatkan lebih banyak afek yang negatif daripada pasangan yang bahagia. Penelitian
yang dilakukan oleh Halberstadt dkk (1995)
menemukan
bahwa pengungkapan emosi positif dan negatif pada suami-istri secara berbeda memprediksikan kepuasan pernikahan. Pada istri, emotional expressivity positif berhubungan secara positif dengan kepuasan pernikahan, tetapi tidak berhubungan secara positif pada suami. Sebaliknya, bagi suami, level emotional expressivity negatif berhubungan secara negatif dengan kepuasan pernikahan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan gender dalam mengekspresikan kepuasan pernikahan. Diduga istri yang merasa puas dengan pernikahannya, akan meningkatkan emotional expressivity yang positif daripada mengurangi emotional expressivity
negatifnya. Sebaliknya, suami yang merasa puas dengan
pernikahannya akan mengurangi emotional expressivity negatif mereka daripada meningkatkan emotional expressivity
positifnya. Kerangka berpikir ini
selanjutnya dapat dilihat pada bagan berikut : Bagan 2.3 Kerangka Berpikir EE Positif Suami
Kepuasan Pernikahan Suami
EE Negatif
EE Positif Istri
EE Negatif
vii
Kepuasan Pernikahan Istri
Emotional Expressivity (EE)
2.4 Hipotesis Penelitian H1
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan suami. H01
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan suami. H2
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami
terhadap kepuasan pernikahan suami. H02
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami
terhadap kepuasan pernikahan suami. H3
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan suami. H03
:
Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan suami. H4
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri
terhadap kepuasan pernikahan suami. H04
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri
terhadap kepuasan pernikahan suami. vii
H5
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. H05
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. H6
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
positif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. H06
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri
terhadap kepuasan pernikahan istri. H7
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan istri. H07
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif suami
terhadap kepuasan pernikahan istri. H8
: Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity
positif suami
terhadap kepuasan pernikahan istri. H08
: Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami
terhadap kepuasan pernikahan istri. H9
: Ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity istri dan
suami terhadap kepuasan pernikahan suami. H09
: Tidak ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity istri
dan suami terhadap kepuasan pernikahan suami. H10
: Ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity istri dan
suami terhadap kepuasan pernikahan istri.
vii
H010
: Tidak ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity istri
dan suami terhadap kepuasan pernikahan istri.
vii
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri dari tujuh subbab. Subbab tersebut adalah pendekatan dan jenis penelitian, konseptual dan operasional variabel, populasi dan sampel, pengumpulan data, prosedur penelitian, analisis data. 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, di mana data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diubah dalam bentuk angka dan dianalisis menggunakan analisis statistik. Jenis penelitian dalam studi ini adalah korelasional yang bersifat prediktif karena tujuan dalam penelitian ini adalah melihat pengaruh emotional expressivity suami dan istri
terhadap kepuasan
pernikahan kemudian memprediksikan berapa kontribusi dari masing-masing independet variabel terhadap dependent variabel. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasangan suami-istri yang tinggal di Tangerang Selatan. 3.3.2 Sampel
vii
Dalam penelitian ini, jumlah sampel penelitian sebanyak 40 pasangan. Dalam pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling berdasarkan kriteria yang ditentukan. Teknik ini tergolong dalam non-probability sampling yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka karakteristik subjek penelitian ini, yaitu : a. Pasangan yang telah menikah selama ≤ 15 tahun dan tidak pernah bercerai. b. Umur pasangan antara 20 – 40 tahun (berada pada masa dewasa awal). c. Pasangan yang telah mempunyai anak. 3.3 Variabel Penelitian 3.3.1 Identifikasi variabel Pada penelitian ini yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah kepuasan pernikahan. Sedangkan variabel bebasnya (independent variable) yaitu emotional expressivity yang terdiri dari dua dimensi yaitu, positif dan negatif. 3.3.2 Definisi konseptual variabel Berikut ini penjelasan dari masing-masing variabel : 1. Kepuasan Pernikahan Fizpatrick (dalam Bird & Melville, 1994) mendefinisikan kepuasan pernikahan ialah penilaian positif pasangan mengenai kualitas pernikahan yang telah mereka jalani bersama atau perasaan bahagia pasangan dengan pernikahan yang dijalani.
vii
2. Emotional Expressivity Emotional expressivity adalah pola atau gaya individu yang menetap dalam memperlihatkan ekspresi, baik secara verbal maupun non verbal yang sering, tetapi tidak selalu tampak sebagai suatu hal yang berhubungan dengan emosi (Halberstadt et al., 1995). Dalam penelitian ini ada dua dimensi IV (independent variable) yang merupakan aspek dari emotional expressivity suami dan istri, yaitu : a. Positive emotional expressivity Menurut Halberstadt (1986) positive expressivity berkaitan dengan pengungkapan emosi positif seperti, memberi pujian, memperlihatkan kekaguman, mengucapkan terimakasih ketika mendapatkan pertolongan. b. Negative emotional expressivity Negative expressivity berkaitan dengan pengungkapan emosi negatif seperti, marah, permusuhan, kesal, memperlihatkan kesedihan, dan menangis. 3.3.3 Definisi operasional variabel 1. Kepuasan Pernikahan Kepuasan pernikahan diperoleh dari skor jawaban subjek terhadap skala kepuasan pernikahan yang disusun oleh Spanier (1976). Skala ini terdiri dari empat aspek, yaitu consensus (mufakat) , cohesion (kepaduan), expression of affection (ungkapan kasih sayang) dan satisfaction (kepuasan). Jika, skor jawaban subjek tinggi maka menunjukkan kepuasan pernikahan yang tinggi.
vii
2. Emotional Expressivity Emotional expressivity diperoleh dari skor jawaban subjek dengan mengisi Self Expressiveness Famili Questionniare (SEFQ) yang dikembangkan oleh Halberstadt dkk (1995). Kuesioner ini terdiri dari dua dimensi (subscale), yaitu positif dan negatif. 3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Teknik pengumpulan data Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan tiga alat ukur, yaitu: a. Isian biodata subjek Angket ini berisi pertanyaan mengenai biodata partisipan, seperti jenis kelamin, suku, usia subjek saat menikah, pendidikan, jumlah anak, dan penghasilan perbulan subjek. b. Dyadic Adjument Scale (DAS) Untuk mengukur kepuasan pernikahan, peneliti mengadaptasi Dyadic Adjument Scale (DAS) yang terdiri dari 32 item. Skala ini pertama kali dibuat oleh Graham B. Spanier pada tahun 1976 yang diuji cobakan kepada 218 orang yang menikah dan 90 orang yang telah bercerai. DAS mempunyai nilai koefesien alfa cronbach 0,96. Skala ini terdiri dari 4 aspek, yaitu : dyadic consensus, dyadic satisfaction, dyadic cohesion, affectional expression (Spanier,1976) Cara penilaian item-item di atas berbeda-beda. Ada item yang diberi nilai 0-5, 0-4, maupun 0-1. Hal ini disebabkan karena banyaknya pilihan jawaban yang diberikan berbeda-beda. Cara penilaian dyadic adjustment scale ini sebagai berikut:
vii
1) Untuk item 1-15, diberi nilai 5 bila subjek menjawab “selalu sepakat” dan nilai 0 bila subjek menjawab “tidak pernah sepakat” 2) Untuk item 16, 17, 20, 21, dan 22 diberi nilai 0 bila subjek selalu melakukan hal-hal yang ditanyakan dan nilai 3 bila subjek tidak pernah melakukan hal-hal yang ditanyakan. 3) Item nomor 18, 19 diberi nilai 3 bila subjek selalu melakukan hal-hal yang ditanyakan dan nilai 0 bila subjek tidak pernah melakukan hal-hal yang ditanyakan. 4) Item 23 dan 24 diberi nilai 4 bila subjek setiap hari melakukan hal-hal yang ditanyakan dan nilai 0 bila subjek tidak pernah melakukan yang ditanyakan. 5) Item nomor 25, 26, 27, dan 28 diberi nilai 0 bila subjek tidak pernah melakukan hal-hal yang ditanyakan dan nilai 4 bila lebih sering melakukan hal-hal yang ditanyakan. 6) Item 29 dan 30 diberi nilai 0 jika subjek menjawab “tidak” dan nilai 1 jika subjek menjawab “ya”. 7) Item 31, diberi nilai 0 bila subjek menjawab sangat tidak bahagia dan nilai 6 bila subjek menjawab sempurna. 8) Item 32, diberi nilai 0 jika subjek menjawab perkawinan saya tidak akan pernah berhasil dan tidak akan ada lagi yang dapat saya pertahankan untuk meneruskan perkawinan ini. Nilai 4 jika subjek menjawab menjawab “saya ingin sekali perkawinan saya berhasil dan saya akan melakukan semua yang saya bisa untuk mewujudkan hal itu”.
vii
c. Self-Expressiveness Family Questionnaire (SEFQ) Peneliti mengadaptasai Self-Expressiveness Family Questionnaire (SEFQ) yang dikembangkan oleh Halberstadt pada tahun 1983, kemudian diuji cobakan lagi oleh Halberstadt dkk pada tahun 1995 untuk mengukur emotional expressivity dalam konteks keluarga. Skala ini terdiri dari dua dimensi (subscale), yaitu positif dan negatif. Untuk menguji alat ukur ini, Halberstadt dkk (1995) melakukan empat kali studi pada sampel yang bervariasi, yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Pada studi pertama, uji Cronbach Alpha menghasilkan internal consistency seperti yang diharapkan, nilainya adalah 0.94 untuk positive subscale, 0.92 untuk negative subscale dan 0.93 untuk skala totalnya.
Studi kedua, uji
Cronbach Alpha menghasilkan internal consistency dengan nilai 0.91 untuk positive subscale, 0.89 untuk negative subscale dan 0.87 untuk skala totalnya. Untuk menjawab kuesioner di atas menggunakan 6 point skala Likert dengan rentangan dari “selalu” (6) sampai dengan “tidak pernah” (1). Subjek diminta untuk menilai frekuensi dalam mengekspresikan diri mereka baik dengan kata-kata ataupun tindakan selama berada pada situasi-situasi yang ditanyakan dalam kuesioner. Berikut ini cara penskoran SEFQ pada tabel 3.2.
Kategori
Tabel 3.2 Penskoran Emotional Expressivity Selalu Sering Agak Kadang- Jarang vii
Tidak
sering Emotional Expressivity
6
5
kadang
4
pernah
3
2
1
3.5 Uji Alat Ukur Data yang diperoleh dari pelaksanaan uji coba kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan program SPSS 11.5 untuk mengetahui reliabilitas dan validitas pada masing masing alat ukur. Pengukuran uji validitas ini menggunakan rumus Pearson product moment dan pengukuran reliabilitas menggunakan teknik Cronbach Alpha. Suatu penelitian yang reliabel, hasil yang diperoleh akan tetap sama apabila diukur pada waktu yang berbeda. Suatu konstruk variabel dikatakan reliabel bila memiliki nilai Cronbach alpha mendekati satu. 3.5.1 Uji validitas Suatu item dikatakan valid bila korelasi Pearsonnya didapatkan ≥ 0,3. Berdasarkan uji validitas yang dilakukan ditemukan dari 32 item pada Dyadic Adjusment Scale (DAS)
yang diujicoba terdapat 29 item yang valid. Sedangkan untuk Self-
Exprssiveness Family Questionnaire (SEFQ) berdasarkan uji validitas yang dilakukan dari 40 item terdapat 32 item yang valid. Berikut ini, hasil dari uji validitas terhadap dua alat ukur :
No 1
Tabel 3.3 Blue Print Dyadic Adjusment Scale (DAS) Aspek Item Jumlah 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 13 11, 12, 13, 14, 15 Dyadic Consensus 18, 19, 23, 31, *32
2
Dyadic Satisfaction
16, 17, 20, 21, 22
3
Dyadic Cohesion
*24, 25, 26, 27, *28 vii
10 5
4.
Affectional Expression
4, 6, 29, 30
Jumlah
4 32
*= item yang tidak valid Tabel 3.4 Blue Print Self-Exprssiveness Family Questionnaire (SEFQ) No
Aspek
No Item
Jumlah
1, 2, *3, *6, 13, 16, 1
*17, 18, 21, 22, 23, Positive Expressivity
*26, 28, 30, *31, 33,
20
35, 38, 39, 40. 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 2
Negative Expressivity
14, 15, 19, 20, *24, 25, 27, 29, 32, *34, *36,
20
*37. Jumlah
40
*= item yang tidak valid 3.5.2 Uji reliabilitas Berdasarkan uji reliabilitas dan uji validitas melalui SPSS 11.5 didapatkan nilai koefisien cronbach alpha pada Dyadic Adjusment Scale (DAS) sebesar 0,906. Dengan begitu alat ukur ini dapat dikatakan reliabel untuk mengukur kepuasan pernikahan. Sedangkan uji reliabilitas untuk Self-expressiveness Questionaire (SEFQ) melalui SPSS 11.5 diperoleh nilai koefisien cronbach alpha sebesar 0,883. Artinya alat ukur ini juga reliabel untuk mengukur emotional expressivity. 3.6 Prosedur Penelitian 3.6.1 Persiapan uji coba alat ukur
vii
Uji coba alat ukur dilakukan dari tanggal 8 – 13 Agustus 2010 dengan responden suami–istri di Ciputat yang memiliki karakteristik yang telah ditentukan. Langkah-langkah dalam mempersiapkan alat ukur untuk diuji coba, yaitu: a. Menterjemahkan item-item dua alat ukur, yaitu Dyadic Adjusment Scale (DAS) dan Self-expressiveness Questionaire (SEFQ)
dari
bahasa aslinya, bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. b. Meminta expert jugdement, yaitu dua orang dosenyang dianggap ahli untuk menilai ketepatan dan kebenaran terjemahan dua alat ukur ini dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. c. Menyusun alat ukur yang akan disebarkan kepada responden penelitian. Penyusunan terdiri dari pengaturan tampilan huruf dan halaman kuesioner dan skala, penulisan pengantar dan petunjuk pengisian, serta pengelompokkan alat ukur menjadi tiga bagian (bagian data diri subjek, Dyadic Adjusment Scale, dan Self-expressiveness Questionnaire. d. Membuat target 30 atau 40 responden penelitian, yaitu suami dan istri. e. Memperbanyak jumlah skala untuk uji coba dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti, pulpen, amplop, dan souvenir. 3.6.2 Persiapan pengambilan data Ada beberapa persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum pengambilan data, yaitu : a. Mengatur tampilan skala dengan membuang item-tem yang tidak valid.
vii
b. Membuat target 40 atau 50 pasangan, f. Memperbanyak jumlah alat ukur untuk pengambilan data dan mempersiapkan peralatan yang akan digunakan seperti, pulpen, amplop, dan souvenir. 3.6.4 Pelaksanaan pengambilan data Pelaksanaan pengambilan data dilakukan pada tanggal 17 – 9 Agustus. Ada beberapa hal yang dilakukan penelitian pada tahap ini, yaitu : a. Calon responden didapat dengan cara mendatangi mereka ke rumah atau ke tempat kerja mereka. b. Peneliti biasanya hanya dapat menemui salah satu dari mereka (istri/suami) untuk memberikan kuesioner sehingga kuesioner ini tidak langsung diambil oleh peneliti karena harus diisi oleh pasangannya juga. Kuesioner akan diambil pada hari yang telah disepakati oleh peneliti dan subjek. c. Untuk mengetahui apakah calon responden termasuk ke dalam karakteristik sampel penelitian, mereka ditanya terlebih dahulu mengenai informasi yang terkait dengan dirinya, seperti berapa lama pernikahannya dan responden mempunyai anak atau tidak. d. Jika calon responden termasuk ke dalam karakteristik sampel penelitian, mereka dimintai kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang telah disiapkan. c. Mengulangi langkah yang sama pada nomor 1 dan 2 hingga tercapai target jumlah responden penelitian.
vii
d. Data tidak bisa digunakan, jika salah satu dari pasangan yang menikah ini tidak mengisi kuesioner secara lengkap. 3.8 Analisis Data Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan positive emotional expressivity dan negative emotional expressivity terhadap kepuasan pernikahan, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis regresi berganda (Pedhazur, 1982). Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bpXp + e dimana : Y
: Dependent variable (DV) yang dalam hal ini adalah ingatan kesaksian
X1, X2, ......, Xp
: Independent variable (IV) yang jumlahnya p
p
: Jumlah independent variable (IV)
a
: Intercept / konstan
b1, b2, ......, bp
: Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e
: Residu / sisa (IV yang tidak termasuk dalam persamaan)
Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu : 1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependent variable (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variable (IV).
vii
2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan. 3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
vii
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab berikut ini akan membahas mengenai presentasi dan analisis data meliputi gambaran umum responden, kategorisasi, deskriptif statistik, dan hasil uji hipotesis, 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 40 pasangan suami-istri. Pada Tabel 4.1 berikut ini digambarkan banyaknya subjek penelitian berdasarkan suku. Tabel 4.1 Jumlah Subjek berdasarkan Suku Subjek Suku Frekuensi Persentase Jawa 19 47,5% Suami Betawi 7 17,5% Sunda 6 15% Minang 3 7,5% Melayu 4 10% Batak 1 2,5% Jumlah 40 100% Jawa 21 52,5% Istri Betawi 11 27,5% Sunda 3 7,5% Minang 2 5/% Melayu 2 5% Batak 1 2,5% Jumlah 40 100% Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa sebagian dari subjek penelitian didominasi oleh suku Jawa baik pada istri maupun pada suami. Pada suami sebanyak 47,5% sedangkan pada istri sebanyak 52,5% dari jumlah keselurahan subjek penelitian. Sebagian besarnya lagi dari mereka berasal dari suku yang
vii
beraneka ragam, yaitu suku Betawi, Sunda, Minang, Melayu dan hanya 1 orang subjek yang berasal dari suku Batak baik pada suami maupun pada istri. Tabel di bawah ini menggambarkan subjek penelitian berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 4.2 Pendidikan suami Suami Valid
S2 S1 Diplo ma SMA SMP Total
Tabel 4.3 Pendidikan istri
Frequency 1 14
Percent 2.5 35.0
5
12.5
19 1 40
47.5 2.5 100.0
Valid
S1 Diplo ma SMA SMP SD Total
Frequency 13
Percent 32.5
9
22.5
16 1 1 40
40.0 2.5 2.5 100.0
Jika dilihat 2 tabel di atas, 95% subjek penelitian telah menyelesaikan tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA) baik pada suami maupun pada istri. Bahkan, pada suami sebanyak 50% dari mereka melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu kuliah dan 35% telah menyelesaikan program Strata 1 (S1).
Sedangkan pada istri sebanyak 55% juga melanjutkan
pendidikannya ke jenjang kuliah dan sebanyak 32% telah menyelesaikan program S1. Berikut ini pada tabel 4.4 akan digambarkan jumlah anak subjek penelitian Tabel 4.4 Jumlah anak
Valid
1.00
Frequency 16
Percent 40.0
Valid Percent 40.0
Cumulative Percent 40.0
2.00
18
45.0
45.0
85.0 100.0
3.00
6
15.0
15.0
Total
40
100.0
100.0
vii
Berdasarkan penjabaran tabel 4.4, sebagian kecil subjek penelitian mempuyai 1 anak dan hampir semua subjek penelitian mempunyai anak lebih dari 1 tetapi tidak lebih dari 3 anak. Gambaran subjek penelitian berdasarkan lamanya pernikahan meraka akan dijelaskan pada tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Lama pernikahan Tahun 1–5
Frequency 12
Percent 30
20
50
6 – 10 11 – 15 Total
8
20
40
100.0
Berdasarkan gambaran tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa 50% subjek penelitian telah menikah lebih dari 5 tahun dan 30% lagi baru menikah ≤ 5 tahun. Dari 40 pasangan suami-istri ini hanya 8 pasangan yang telah menikah ≥10 tahun. Selanjutnya peneliti akan menggambarkan subjek penelitian berdasarkan tempat tinggal mereka pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Tempat tinggal Frequency Valid
rumah sendiri kontrakan rumah orang tua Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
27
67.5
67.5
67.5
7
17.5
17.5
85.0
6
15.0
5.0
100.0
40
100.0
100.0
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, sebagian besar dari pasangan suami-istri telah memiliki rumah sendiri. Hanya 32,5% dari mereka yang belum mempunyai rumah sendiri. vii
Terakhir peneliti akan menggambarkan subjek penelitian berdasarkan penghasilan pada tabel 4.7 di bawa ini : Tabel 4.7 Pendapatan Frequency Valid
kurang dari 1 Juta 1-5 Juta 5-10 Jurta Lebih dari 10 juta Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
7.5
7.5
7.5
33
82.5
82.5
90.0
2
5.0
5.0
95.0
2
5.0
5.0
100.0
40
100.0
100.0
Tabel di atas menggambarkan bahwa pendapatan subjek pada umumnya sebesar 1 – 5 juta. 4.2 Analisis Deskriptif Berikut ini akan di uraikan pada tabel 4.8 analisis deskriptif emotional expressivity dan kepuasan pernikahan pada suami dan istri. Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Pengukuran
Suami (n = 40) M 104.30
Emotional expressivity 61.97 Positive emotional expressivity 42.32 Negative emotional expressivity Kepuasan 96.32 pernikahan **p <0.05
Istri (n= 40)
SD 18.14
Rentangan 75 – 143
M 114.87
SD 19.45
Rentangan 72 – 155
11.67
42 – 85
67.40
11.74
37 – 88
9.92
24 – 68
47.48
9.99
28 – 71
13.71
54 - 118
95.45
13.46
53 – 115
vii
Sebagaimana tabel di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Untuk
nilai rata-rata kepuasan pernikahan suami (96,32) lebih tinggi
daripada kepuasan pernikahan istri (95,45). Meskipun ini menunjukkan bahwa suami lebih puas dalam pernikahannya daripada istri , tapi selisih ratarata sangat kecil hanya 0,07 maka perlu dilakukan uji t untuk melihat apakah perbedaan ini signifikan. Namun jika dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji t didapat nilai t sebesar 0,609 dan angka signifikannya (0,546) lebih besar dari alpha (0,05). Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara suami dan istri dalam kepuasan pernikahan. 2. Pada istri emotional expressivity (EE) sebesar 114,87 sedangkan emotional expressivity suami sebesar 104,30. Dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara mean pada kedua EE tersebut. Namun untuk melihat perbedaan tersebut signifikan atau tidak maka peneliti melakukan uji t. Nilai t pada variabel EE adalah
-3,192 dan angka signifikannya 0,000 atau lebih kecil dari 0,05
sehingga terdapat perbedaan yang signifikan EE pada suami dan istri. Hal ini juga terlihat, ada perbedaan mean antara EE positif suami dan EE positif istri dengan nilai rata-rata 61,97 dan 67,40. Untuk menguji apakah variabel ini berbeda secara signifikan, maka perlu dilakukan uji t. Pada uji t diperoleh nilai sebesar -2,789 dengan angka signifikansinya 0,004 < 0,05 artinya juga ada perbedaan yang signifikan EE positif antara istri dan suami. Pada EE negatif juga diperoleh nilai t pada variabel ini sebesar -3.600 dengan angka signifikansinya 0.000 lebih kecil dari 0,05. Secara keseluruhan, maka dapat
vii
disimpulkan bahwa perempuan lebih ekspresif baik pada emosi positif maupun pada emosi negatif dibandingkan dengan laki-laki. 3. Sebagaimana tabel 4.8 yang menunjukkan bahwa skor istri lebih tinggi pada dua dimensi emotional expressivity dengan rendahnya dan tidak signifikannya hubungan antara pasangan. Berbeda dengan kepuasan pernikahan suami dan istri yang berhubungan secara signifikan (r =0,609) tapi tidak ada perbedaan yang signifikan. Penemuan ini mendukung dugaan bahwa emotional expressivity merupakan atribut individual sementara kepuasan pernikahan cenderung untuk berbagi dengan pasangan (Lavee & Ari, 2004). 4.2.1 Kategorisasi skor kepuasan pernikahan Untuk mengetahui skor kepuasan pernikahan yang diperoleh responden tersebut tinggi atau rendah, maka disajikan norma skor skala kepuasan pernikahan setelah diketahui nilai mean dan SD pada tabel 4.8 di atas. Berikut ini persebaran skor kepuasan pernikahan pada suami dan istri : Tabel 4.9 Persebaran Skor Kepuasan Pernikahan Suami
Kategori Tinggi
Rumus
Rentangan
Jumlah
Raw Score
Subjek
X > M + 1SD
> 110,03
Persen
5
12,5%
Sedang
M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD
82,61 – 110,03
28
70%
Rendah
X < M – 1SD
< 82,61
7
17,5%
∑
40
100%
Berdasarkan gambaran tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar suami memiliki tingkat kepuasan pernikahan yang sedang.
vii
Tabel 4.10 Persebaran Skor Kepuasan Pernikahan Istri
Kategori
Rentangan Raw Score
Jumlah Subjek
Persen
Tinggi
> 108,91
7
17,5%
Sedang
81,99 – 108,91
26
65%
Rendah
< 81,99
7
17,5%
∑
40
100%
Dari persebaran skor di atas dapat diketahui bahwa dari 40 orang istri, 26 orang diantaranya (65%) memiliki skor kepuasan pernikahan yang masuk dalam kategori sedang dan 7 orang (17,5%) masuk dalam kategori memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi dan rendah. 4.2.2 Kategorisasi skor emotioanal expressivity Berikut ini akan digambarkan pada tabel persebaran skor emotional expressivity positif pada suami dan istri setelah nilai mean dan SD diketahui pada tabel 4.8 di atas. Tabel 4.11 Persebaran Skor Positive Emotional Expressivity Suami
Kategori Tinggi
Rumus X > M + 1SD
Rentangan
Jumlah
Raw Score
Subjek
Persen
< 73,64
9
22,5%
Sedang
M – 1SD ≤ X≤ M + 1SD
50,30 – 73,64
25
62,55
Rendah
X < M – 1SD
< 50,39
6
15%
∑
40
100%
vii
Tabel 4.11 di atas menggambarkan bahwa 25 orang suami (62,5%) memiliki skor emostional expressivity positif yang sedang dan hanya 9 orang (22,5%) masuk dalam kategori memiliki emotional expressivity positif yang tinggi. Sebagaimana juga pada istri pada tabel 4.12 di bawah ini, sebagian dari mereka memiliki tingkat emotional expressivity positif yang sedang dan hanya 9 orang istri (22,5%) berada pada skor emotional expressivity positif yang tinggi. Tabel 4.12 Persebaran Skor Positive Emotional Expressivity Istri
Kategori Tinggi
Rentangan Raw Score
Jumlah Subjek
Persen
9
22,5%
>79,14
Sedang
55,66 – 79,14
23
57,5%
Rendah
< 55,66
8
20%
∑
40
100%
Selanjutnya akan di uraikan melalui tabel perseberan skor emotional expressivity negatif pada suami dan istri : Tabel 4.13 Persebaran Skor Negative Emotional Expressivity Suami
Kategori Tinggi
Rentangan Raw Score >52,24
Jumlah Subjek
Persen
5
12,5%
Sedang
32,40 – 52,24
30
75%
Rendah
< 32,40
5
12,5%
∑
40
100%
vii
Tabel 4.14 Persebaran Skor Negative Emotional Expressivity Istri
Kategori
Rentangan Raw Score
Jumlah Subjek
Persen
Tinggi
>57,47
7
17,5%
Sedang
37,49 – 57,47
26
65%
Rendah
< 37,49
7
17,5%
∑
40
100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar pada suami memiliki skor emotional expressivity negatif yang sedang dan hanya 5 % yang masuk dalam kategori tinggi dan rendah. Sedangkan pada istri sebanyak 26 orang (65%) berada pada skor emotional expressivity negatif yang sedang dan 7 orang (17,5%) mempunyai tingkat emotional expressivity negatif yang tinggi dan rendah. 4.3 Hasil Uji Hipotesis Dalam uji hipotesis ini, peneliti melakuakan dua tahap analisis, yang pertama melakukan analisis pengaruh dari masing-masing varibel terhadap kepuasan pernikahan suami dan tahap kedua analisis pengaruh dari varibel-variabel tersebut yang berkenaan dengan kepuasan pernikahan istri. 4.3.1 Emotional expressivity suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan suami Pada analisis tahap pertama, peneliti melakukan analisis pengaruh emotional expressivity (EE) suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan suami. Sebelum melakukan uji regresi, peneliti melakukan uji korelasi terlebih dahulu untuk
vii
menentukan IV mana yang pertama kali dimasukkan dalam uji regresi linear dengan menggunakan SPSS 11.5. Berikut ini tabel hasil uji korelasi : Tabel 4.15 Uji Correlations Kepuasan Pernikahan Suami Pearson Correlation
Kepuasan Pernikahan Suami
Ekspresi Emosi Positif Suami
Ekspresi Emosi Negatif Suami
Ekspresi Emosi Positif Istri
Ekspresi Emosi Negatif Istri
1.000
Ekspresi Emosi Positif Suami
.207
1.000
Ekspresi Emosi Negatif Suami
-.165
.408
1.000
Ekspresi Emosi Positif Istri
.436
.448
.312
1.000
Ekspresi Emosi Negatif Istri
.096
.445
.587
.601
1.000
Berdasarkan perhitungan di atas menunjukan bahwa varibel emotional expressivity (EE) positif istri memiliki korelasi yang paling tinggi terhadap kepuasan pernikahan suami sebesar 0,436 artinya varibel ini akan dimasukkan pertama dalam uji regresi linear. Berikut ini tabel dari hasil uji regresi pengaruh EE positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami : Tabel 4.16 Model summary Model
1
R
.436(a)
R Square
.190
Adjusted R Square
.169
Std. Error of the Estimate
12.49938
Change Statistics R Square Change .190
F Change 8.922
df1 1
df2 38
Sig. F Change .005
a Predictors: (Constant), Ekspresi Emosi Positif Istri
Dari perhitungan dengan menggunakan SPSS 11.5 ini menunjukkan bahwa didapat R square (R2) 0,190. Hal ini berarti 19 % dari bervariasinya kepuasan pernikahan suami berkenaan dengan emotional expressivity positif istri. vii
Selajutnya peneliti memasukkan variabel EE positif suami karena nilai korelasinya dengan kepuasan suami merupakan nilai tertinggi kedua. Dari perhitungan SPSS 11.5, pengaruh EE positif suami dan EE positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami
diperoleh R2 sebesar 0,190, karena tidak ada
penambahan nilai R2 pada interaksi keduanya artinya tidak ada kontribusi dari EE positif suami terhadap kepuasan pernikahannya. Peneliti menambahkan lagi variabel emotional expressivity negatif suami. Dengan menggunakan perangkat lunak yang sama didapat hasil R2 sebesar 0,305 artinya 30,5% dari kepuasan pernikahan suami dapat diprediksi oleh emotional expressivity positif istri, EE positif suami dan EE negatif suami. Sehingga emotional expressivity negatif suami memberikan tambahan varian sebesar 30,5% - 19% = 11,5%. Kemudian peneliti memasukkan lagi emotional expressivity negatif istri dengan menggunakan perangkat yang sama juga didapat hasil R2 sebesar 0,308 artinya 30,8% dari kepuasan pernikahan suami dapat dipengaruhi oleh emotional expressivity positif istri, EE positif suami, EE negatif suami dan EE negatif istri. Dapat diambil kesimpulan bahwa EE negatif istri memberikan tambahan varian sebesar 0,3%. Berikut gambaran R square dan tingkat signifikasinya dijelaskan pada tabel 4.17 : Tabel 4.17 Proporsi varian oleh masing-masing independen variabel pada kepuasan suami IV X1 X12
R2 0,190 0,190
R2 change 0,190 0,000
Fhitung 8,992 0
vii
F table 1,69 1,69
Signifikansi Sangat Signifikan Tidak Signifikan
X123 X1234 Total
0,305 0,308
0,115 0,003 0,308
1,559 0,026
1,69 1,69
Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Keterangan
:
X1
: Ekspresi emosi positif istri
X12
: Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami
X123
: Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami, ekspresi
emosi negatif suami : Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami, ekspresi
X1234
emosi negatif suami, ekspresi emosi negatif istri.
Signifikansi sumbangan tiap varibel pada tabel 4.17 diperoleh dari Fhitung dibandingkan dengan Ftabel. Untuk memperoleh Fhitung, digunakan rumus sebagai berikut:
r2 /k (1-r2)/(n-k-1)
F=
Jika Fhitung > Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel-variabel tersebut terhadap kepuasan pernikahan Kemudian peneliti melihat koefisien regresi masing-masing variabel dari output SPSS 11.5, seperti tabel 4.18 di bawah ini: Tabel 4.18 Tabel hasil analisis regresi Coefficients
Model 1
(Constant) Ekspresi Emosi Positif Suami Ekspresi Emosi Negatif Suami Ekspresi Emosi Positif Istri Ekspresi Emosi Negatif Istri
Unstandardized Coefficients B Std. Error 69.515 13.117
a
Standardized Coefficients Beta
t 5.300
Sig. .000
.173
.196
.148
.887
.381
-.467
.247
-.338
-1.893
.067
.214
.529
2.887
.007
.285
-.088
-.426
.673
.617 -.121
vii
a. Dependent Variable: Kepuasan Pernikahan Suami
Selanjutnya berdasarkan hasil output maka dapat dilihat kontribusi masing-masing independen variabel terhadap kepuasan pernikahan suami. Dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Emotional expressivity (EE) positif suami dengan kepuasan pernikahan suami diperoleh nilai R2 sebesar 0,000, yang berarti bahwa EE positif suami memiiki kontribusi yang sangat kecil dalam mempengaruhi kepuasan pernikahannya. Selain itu untuk koefisien regresi diperoleh nilai sebesar 0,173, yang berarti bahwa EE positif suami secara positif mempengaruhi kepuasan pernikahan suami, dengan kriteria tidak signifikan. 2. Emotional expressivity (EE) positif istri dengan kepuasan pernikahan suami diperoleh nilai R2 sebesar 0,190, yang berarti bahwa EE positif istri memiliki kontribusi sebesar 19% dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan suami. Sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,617, maka EE positif istri secara positif mempengaruhi kepuasan pernikahan suami, dengan kriteria signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi EE positif istri maka kepuasan pernikahan suami akan meningkat juga. 3. Emotional expressivity (EE) negatif suami dengan kepuasan pernikahan suami diperoleh nilai R2 sebesar 0,115, dengan kata lain 11,5% kepuasan pernikahan suami berkaitan dengan EE negatif suami. Adapun koefisien regresinya sebesar -0,467, yang berarti bahwa EE negatif suami memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan pernikahannya tetapi tidak signifikan. 4. Emotional expressivity (EE) negatif istri dengan kepuasan pernikahan suami didapatkan nilai R2 sebesar 0.003, berarti EE negatif istri memberikan
vii
sumbangan yang kecil juga hanya sebesar 0,3% mempengaruhi kepuasan pernikahan suami. Sedangkan koefesien regresinya sebesar -0,121, artinya EE negatif istri memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan pernikahan suami dengan kriteria tidak signifikan. 5. Sedangkan interaksi emotional expressivity (EE) suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan suami dihitung dengan menggunakan SPSS 11.5, berikut ini tabelnya : Tabel 4.19 Model summary Model
1
R
R Square
Adjusted R Square
.308
.555(a)
.229
Std. Error of the Estimate
12.03735
Change Statistics R Square Change .308
F Change 3.898
df1 4
df2 35
**signifikan pada level 5% Dari tabel di atas dapat dilihat nilai F 0,01 siginifikan pada taraf 1% sehingga bisa disimpulkan bahwa interaksi EE positif suami, EE negatif suami, EE positif istri dan EE negatif istri berpengaruh secara signifikan
terhadap
kepuasan pernikahan suami. Dengan R2 sebesar 0,308 artinya interaksi dari 4 empat variabel tersebut memberikan sumbangsih terhadap kepuasan pernikahan suami sebesar 30,8%. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki kontribusi paling besar dan paling signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan suami adalah emotional expressivity positif istri dan yang kedua adalah emotional expressivity negatif suami memberikan kontribusi yang besar juga tetapi tidak signifikan.
vii
Sig. F Change .010**
Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y’ = 69.515 + 0,617X1* + 0,173X2 – 0,467X3 – 0,121X4 Keterangan : X1 X2 X3 X4
: : : :
Emotional expressivity positif istri Emotional expressivity positif suami Emotional expressivity negatif suami Emotional expressivity negatif istri
**Signifikan pada level 5% 4.3.2 Emotional expressivity suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan istri Selanjutnya peneliti menguji hipotesis yang berkenaan dengan kepuasan pernikahan istri. Sama seperti di atas sebelum melakukan uji regresi, peneliti melakukan uji korelasi dengan menggunakan SPSS 11.5. Berikut ini hasil uji korelasi. Tabel 4.20 Uji Correlations Ekspresi Emosi Positif Istri
Kepuasan Pernikahan Istri Pearson Correlation
Kepuasan Pernikahan Istri Ekspresi Emosi Positif Istri
Ekspresi Emosi Positif Suami
Ekspresi Emosi Negatif Suami
Ekspresi Emosi Negatif Istri
1.000 .487
1.000
Ekspresi Emosi Positif Suami
.225
.448
1.000
Ekspresi Emosi Negatif Suami
-.047
.312
.408
1.000
.587
Ekspresi Emosi Negatif Istri
.083
.601
.445
.587
1.000
vii
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa variabel yang pertama kali dimasukkan dalam uji regresi adalah variabel yang memiliki nilai korelasi paling tinggi dengan kepuasan pernikahan istri. Jika dilihat pada tabel 4.18, nilai tertinggi adalah varibel emotional expressivity (EE) positif istri sebesar 0,487, kedua adalah EE positif suami kemudian EE negatif istri dan terakhir adalah EE negatif suami. Dari hasil uji korelasi di atas maka pertama kali yang akan dianalsis adalah kontribusi dari pengaruh EE positif istri terhadap kepuasan pernikahan istri. Dengan menggunakan SPSS 11.5 diperoleh R2 dari kontribusi emotional expressivity (EE) positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami sebesar 0,237. Hal ini berari bahwa 23,7% dari bervariasinya kepuasan pernikahan istri berkenaan dengan EE positif istri. Kemudian peneliti memasukkan EE positif istri dan EE positif suami dengan hasil R2 sebesar 0,237 artinya kepuasan pernikahan istri tidak mendapatkan kontribusi dari EE positif suami karena tidak penambahan nilai R2, masih dengan nilai R2 yang sama dengan sebelumnya. Peneliti memasukkan lagi varibel emotional expressivity negatif istri. Dengan menggunakan perangkat lunak yang sama diperoleh hasil R2 sebesar 0,312 berarti 31,2% dari kepuasan pernikahan istri dapat diprediksi oleh EE positif istri, EE positif suami, dan EE negatif istri. Sehingga EE negatif istri memberikan kontribusi sebesar 31,2% - 23,7% = 7,5%. Peneliti menambahkan emotional expressivity negatif suami dengan menggunakan perangkat yang sama dengan sebelumnya. R2 diperoleh sebesar 0,322 artinya 32,2% dari kepuasan pernikahan istri dipengaruhi oleh emotional
vii
expressivity positif istri, EE positif suami, EE negatif istri, dan EE negatif suami. Sehingga EE negatif suami hanya memberikan tambahan varian sebesar 32,2% 31,2 1% = 1% terhadap kepuasan pernikahan istri. Berikut gambaran R2 dan tingkat signifikasinya dijelaskan pada tabel 4.21: Tabel 4.21 Proporsi varian oleh masing-masing independen variabel pada kepuasan istri R2 0,237 0,237 0,312 0,322
R2 change 0,237 0 0,075 0,01 0,322
IV X1 X12 X123 X1234 Total Keterangan
Fhitung 11,811 0 0,973 0,088
F table 1,69 1,69 1,69 1,69
Signifikansi Sangat Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
:
X1
: Ekspresi emosi positif istri
X12
: Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami
X123
: Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami, ekspresi
emosi negatif istri X1234
: Ekspresi emosi positif istri, ekspresi emosi positif suami, ekspresi
emosi negatif istri, ekspresi emosi negatif suami. Kemudian peneliti melihat koefisien regresi masing-masing variabel dari output SPSS 11.5, seperti tabel 4.22 di bawah ini: Tabel 4.22 Tabel hasil analisis regresi Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model 1
t (Constant) Ekspresi Emosi Positif Istri Ekspresi Emosi Positif Suami
B 62.868
Std. Error 12.752
.739
.208
.131
.190
vii
Sig.
Beta 4.930
.000
.644
3.553
.001
.114
.689
.496
Ekspresi Emosi Negatif Istri Ekspresi Emosi Negatif Suami
-.374
.277
-.278
-1.350
.186
-.178
.240
-.131
-.743
.463
Selanjutnya berdasarkan hasil output maka dapat dilihat kontribusi masing-masing independen variabel terhadap kepuasan pernikahan istri. Dengan penjabaran sebagai berikut: 1. Emotional expressivity (EE) positif suami dengan kepuasan pernikahan istri diperoleh nilai R2 sebesar 0,000, yang berarti bahwa (EE) positif suami memiiki kontribusi yang sangat kecil dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan istri. Selain itu untuk koefisien regresi diperoleh nilai sebesar 0,131, yang berarti bahwa (EE) positif suami secara positif mempengaruhi kepuasan pernikahan istri, dengan kriteria tidak signifikan. 2. Emotional expressivity (EE) positif istri dengan kepuasan pernikahan istri diperoleh nilai R2 sebesar 0,237, yang berarti bahwa EE positif istri memiliki kontribusi sebesar 23,7% dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan istri. Sedangkan koefisien regresinya sebesar 0,739, maka EE positif istri secara positif mempengaruhi kepuasan pernikahan istri, dengan kriteria signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi EE positif istri maka kepuasan pernikahan istri tinggi juga. 3. Emotional expressivity (EE) negatif istri dengan kepuasan pernikahan istri diperoleh nilai R2 sebesar 0,075, dengan kata lain 7,5% kepuasan pernikahan istri berkaitan dengan EE negatif istri. Adapun koefisien regresinya sebesar -0,374, yang berarti bahwa EE negatif istri memiliki
vii
pengaruh yang negatif terhadap kepuasan pernikahannya tetapi tidak signifikan. 4. Emotional expressivity (EE) negatif suami dengan kepuasan pernikahan istri didapatkan nilai R2 sebesar 0.01, berarti EE negatif suami memberikan kontribusi hanya sebesar 1% dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan istri. Sedangkan koefesien regresinya sebesar -0,178, artinya EE negatif suami memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan pernikahan istri dengan kriteria tidak signifikan. 5. Sedangkan interaksi emotional expressivity (EE) suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan istri dihitung dengan menggunakan SPSS 11.5, berikut ini tabelnya: Tabel 4.23 Model Summary
Model 1
R R Square .568a .322
Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square df1 df2 Sig. F Change R Square the Estimate Change F Change .245 11.70241 .322 4.160 4 35 .007
a. Predictors: (Constant), Ekspresi Emosi Negatif Istri, Ekspresi Emosi Positif Suami, Ekspresi Emosi Negatif Suami Emosi Positif Istri
Dari tabel di atas dapat dilihat nilai F 0,07 artinya siginifikan pada taraf 1% sehingga bisa disimpulkan bahwa interaksi EE positif suami, EE negatif suami, EE positif istri dan EE negatif istri berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan istri. Dengan R2 sebesar 0,32 artinya interaksi dari empat variabel tersebut memberikan kontribusi terhadap kepuasan pernikahan suami sebesar 32,2%. vii
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa variabel yang memiliki kontribusi paling besar dan paling signifikan dalam mempengaruhi kepuasan pernikahan istri adalah emotional expressivity positif istri . Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y’ = 62.868 + 0,719X1* + 0,131X2 – 0,374X3 – 0,178X4 Keterangan : X1
: Emotional expressivity positif istri
X2
: Emotional expressivity positif suami
X3
: Emotional expressivity negatif istri
X4
: Emotional expressivity negatif suami
*Signifikan pada level 5% Di bawah ini merupakan tabel ringkasan dalam menjawab 10 hipotesis penelitian : Tabel 4.24 Kesimpulan Uji Hipotesis Prediktor Kepuasan Pernikahan Kepuasan Pernikahan Suami Istri Kontribusi Kesimpulan Kontribusi Kesimpulan Tidak 0% Tidak Emotional expressivity 0% positif suami signifikan signifikan (terima H0) (terima H0) Emotional expressivity 19% positif istri Emotional expressivity -11,5% negatif suami Emotional expressivity -0,3% negatif istri Interaksi emotional 30,8% expressivity suami dan istri
Signifikan (tolak H0) Tidak signifikan (terima H0) Tidak signifikan (terima H0) Signifikan (tolak H0)
(-) Berpengaruh secara negatif
vii
23,7% -1%
-7,5%
32,2%
Signifikan (tolak H0) Tidak signifikan (terima H0) Tidak signifikan (terima H0) Signifikan (tolak H0)
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini memaparkan tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang penelitian serta saran praktis dan saran teoritis untuk penelitian selanjutnya. 5.1. Kesimpulan Hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi menyatakan bahwa: 1. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif suami terhadap kepuasan pernikahan suami. 2. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami terhadap kepuasan pernikahan suami. 3. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif istri terhadap kepuasan pernikahan suami. 4. Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami. 5. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif istri terhadap kepuasan pernikahan istri. 6. Ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan istri. 7. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity negatif suami terhadap kepuasan pernikahan istri. 8. Tidak ada pengaruh yang signifikan emotional expressivity positif suami terhadap kepuasan pernikahan istri.
vii
9. Ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan suami. 10. Ada pengaruh yang signifikan interaksi emotional expressivity suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan istri. Tabel 5.1 dibawah ini merupakan ringkasan kontribusi dan signifikansinya emotional expressivity suami dan istri terhadap kepuasan pernikahan. Tabel 5.1 Hasil uji hiptesis penelitian Kepuasan pernikahan Kepuasan pernikahan
Prediktor
suami
istri
Kontribusi Kesimpulan Kontribusi Kesimpulan 0%
Emotional expressivity
Tidak
positif
0%
signifikan
Tidak signifikan
suami Emotional expressivity
19%
Signifikan
23,7%
Signifikan
-11,5%
Tidak
-1%
Tidak
positif
istri Emotional expressivity negatif
signifikan
signifikan
suami -0,3%
Emotional
Tidak
expressivity negatif
-7,5%
signifikan
Tidak signifikan
istri Interaksi emotional 30,8% expressivity
Signifikan
suami
dan istri (-) Berpengaruh secara negatif
vii
32,2%
Signifikan
5.2 Diskusi Hasil penelitian ini menemukan bahwa kontribusi yang paling besar dari bervariasinya kepuasan pernikahan suami diperoleh dari emotional expressivity positif istri, bahkan kontribusi ini berpengaruh secara signifikan dengan kepuasan pernikahan suami. Penemuan ini bertentangan dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Lavee & Ari (2004) yang menemukan bahwa kepuasan pernikahan suami tidak berhubungan dengan emotional expressivity positif istri.
Tapi,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Halberstadt dkk (1995) menunjukan bahwa istri yang merasa puas dengan pernikahannya maka ia akan meningkatkan emotional expressivity positifnya, misalnya ia sering memberikan pelukan spontan, mengekspresikan betapa bahagianya ia sehingga hal ini juga berdampak atau memberikan peran terhadap peningkatan kepuasan pernikahan suami. Dalam penelitian ini juga peneliti menemukan bahwa ada hubungan positif kepuasan pernikahan istri dengan kepuasan pernikahan suami. Jadi, peneliti menyimpulkan ketika kepuasan pernikahan istri meningkat maka ia akan meningkatkan frekuensi pengungkapan emosi positifnya kepada pasangannya sehingga level kepuasan pernikahan suami akan tinggi juga. Berpengaruhnya emotional expressivity positif istri terhadap kepuasan pernikahan suami juga berpengaruh secara positif terhadap kepuasan pernikahan istri. Artinya frekuensi pengungkapan emosi positif istri yang sering seperti, mengungkapkan kasih sayang yang dalam, menceritakan kepada anggota keluarga betapa bahagianya ia dapat memprediksikan tingginya kepuasan pernikahan istri. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah di lakukan oleh Halberstadt
vii
dkk (1995) bahwa emotional expressivity positif istri berhubungan dengan kepuasan pernikahannya. Berdasarkan hasil penelitiannya, istri yang merasa puas dengan pernikahannya maka ia akan meningkatkan emotional expressivity positifnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sekarang, bahwa emotional expressivity positif istri memberikan kontribusi yang paling banyak dalam memprediksikan kepuasan pernikahannya. Sebagaimana hasil penelitian ini yang juga menemukan bahwa emotional expressivity negatif istri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pernikahan suami dan hanya memberikan kontribusi 0,3 %, karena sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa istri yang merasa puas, ia akan meningkatkan emotional expressivity positifnya bukan menurunkan emotional expressivity negatifnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh suami ketika ia puas dengan pernikahannya. Dalam penelitian ini juga telah menemukan bahwa pengungkapan emosi positif suami tidak berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan suami maupun istri bahkan emotional expressivity positif suami ini tidak memberikan kontribusi, karena berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Halberstadt dkk (1998) bahwa suami yang merasa puas dengan pernikahannya, ia tidak meningkatkan emotional expressivity positifnya melainkan ia akan menurunkan frekuensi emotional expressivity negatifnya sehingga bisa disimpulkan bahwa frekuensi pengungkapan emosi negatif suami rendah merupakan prediktor
terhadap
tingginya level kepuasan pernkahannya. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa emotional expressivity negatif suami memberikan kontribusi
vii
kedua terbanyak sebesar 11,5% dalam mengurangi varian kepuasan pernikahan suami. Studi ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara suami dan istri dalam pengungkapan emosi dimana istri lebih ekspresif baik emosi positif maupun negatif. Sebagaimana Banyak peneliti juga yang telah melaporkan bahwa ada perbedaan level emotional expressivity pada laki-laki dan perempuan. Perempuan biasanya lebih eskpresif pada banyak emosi yang berbeda, seperti bahagia, sedih, dan takut (Kring & Gordon, 1998). Hal ini didukung oleh
penelitian yang
dilakukan Gross & John (1998) yang menemukan bahwa perempuan lebih ekspresif baik pada emosi positif maupun emosi negatif daripada laki-laki. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Santrock (2002) bahwa istri secara konsisten lebih terbuka pada pasangan mereka daripada suami dan perempuan lebih cenderung mengekspresikan kelembutan, ketakutan, dan kesedihan
daripada
pasangan
mereka.
Bagi
sebagian
besar
laki-laki,
mengendalikan kemarahan merupakan orientasi emosional yang umum. Keluhan umum yang disampaikan perempuan dalam suatu pernikahan adalah bahwa suami mereka
tidak
peduli
pada
kehidupan
emosional
mereka
dan
tidak
mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka sendiri. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai hasil penelitian ini bahwa emotional expressivity negatif suami tidak berpengaruh secara signifikan baik dalam kepuasan pernikahan suami maupun pada istri. Hal ini menjadi kebingungan sendiri bagi peneliti. Peneliti memperkirakan, mungkin hal ini terjadi karena terlalu luasanya DAS yang digunakan untuk mengukur kepuasan
vii
pernikahan. Menurut Eddy dkk (dalam Whisman et al., 2004) yang menganggap DAS sebagai pengukuran yang multidimensi dimana ada empat aspek yang dilihat sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, salahsatunya adalah aspek kepuasan. Untuk menghindari terlalu luasanya pengukuran, maka hanya menggunakan 10 item subskala Satisfaction (kepuasan) dari DAS untuk mengukur kepuasan pernikahan (Hjomboe & Butcher dalam Whisman et al., 2004). Termasuk di dalamnya, item yang mengukur frekuensi pertengkaran, pembicaraan mengenai perpisahan, dan interaksi yang positif. Akhirnya peneliti mengeluarkan sembilan item ini untuk melihat level kepuasan pernikahan suami dan istri. Berdasarkan uji regresi yang dilakukan, ada beberapa perbedaan hasil dengan menggunakan item DAS seluruhnya. Berikut ini hasil uji regresi berdasarkan sembilan item dari DAS : Kepuasan Pernikahan Kepuasan Pernikahan
Prediktor
Suami
Istri
Kontribusi Kesimpulan Kontribusi Kesimpulan Emotional expressivity
4,8%
Tidak signifikan
1,6%
Tidak signifikan
24%
Signifikan
18,4%
Signifikan
-14,3%
Signifikan
-19%
Signifikan
positif
suami Emotional expressivity
positif
istri Emotional expressivity negatif suami
vii
-4,8%
Emotional expressivity negatif
Tidak signifikan
-0%
Tidak signifikan
Signifikan
39%
Signifikan
istri Interaksi emotional 47,9% expressivity
suami
dan istri (-) Berpengaruh secara negatif
Berdasarkan tabel di atas, sangat terlihat jelas bahwa emotional expressivity
negatif suami memberikan kontribusi besar dalam kepuasan
pernikahan dan signifikan. 5.3 Saran Melalui analisis seluruh proses dan isi dari laporan, peneliti merasa masih banyak kekurangan yang harus dilengkapi agar penelitian ini menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa saran yang dapat diberikan peneliti untuk selanjutnya dapat digunakan bagi yang akan menggunakan topik atau pendekatan yang sama, antara lain: 5.3.1 Saran Teoritis 1. Penulis menyadari sekali dalam penelitian ini masih banyak kekurangan terutama dalam proses penelitian, karena peneliti tidak memberi batasan emotional expressivity yang sebaiknya hanya dalam konteks keluarga bukan secara umum, maka bagi peneliti selajutnya yang berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama, disarankan untuk membatasi emotional expressivity dalam konteks keluarga.
vii
2. Jika ada yang ingin melakukan penelitian yang sama, penulis menyarankan agar menggunakan alat ukur kepuasan pernikahan yang tidak multidimensi untuk menghindari terlalu luasnya aspek kepuasan pernikahan diukur. 3. Jika ada yang ingin melanjutkan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan agar: a. Sebaiknya jumlah partisipan lebih diperbanyak dan bervariatif, misalnya budaya yang bervariatif atau hanya meneliti satu budaya karena dikhawatirkan ada bias budaya dalam emotional expressivity. b. Membandingkan kepuasan pernikahan antara middle age couple (lama pernikahan ≥ 15 tahun) dan older age couple (≥35 tahun). c. Faktor-faktor demografis pasangan juga dilihat pengaruhnya terhadap kepuasan pernikahan. 4. Mempersiapkan
hal-hal
yang
dibutuhkan
dalam
penelitian
dengan
semaksimal mungkin, baik materi, teori, waktu, dan instrumen yang digunakan. 5.3.2 Saran praktis 1. Kepada lembaga atau pihak yang berkaitan dengan penelitian ini seperti konselor pernikahan, khusus suami dan istri agar adanya pelatihan dengan tema “Mengekspresikan emosi secara terbuka dan efektif” sehingga skill komunikasi mereka semakin baik karena hal ini akan berdampak kepada kepuasan pernikahan. Khususnya pada suami yang kurang mampu mengekspresikan perasaannya secara terbuka.
vii
2. Sebagai
informasi
tambahan
bagi
pasangan
suami-istri
bahwa
pengungkapan emosi baik yang positif maupun negatif mempengaruhi kepuasan pernikahan. Sehingga perlu adanya peningkatan emotional expressivity yang positif dan pengurangan dalam mengungkapkan emosi yang negatif.
vii
DAFTAR PUSTAKA Atwater, Eastwood. (1985). Psychology of Adjusment. (2nd ed.). New Jersey : Prantice-Hall, Inc. Bird, G., & Melville, K. (1994). Families and Intimate Relationship . United States of America : McGraw-Hill, Inc. Bradbury, T.N., Fincham, F.D., & Beach, S.R.H. (2000). Research on the nature and determinants of marital satisfaction : A decade in review. Journal of Marriage and Family, 62, 964 – 980 Carstensen, L. L., Gottman, J. M., & Levenson, R. W. (1995). Emotional behavior in long-term marriage. Psychology and Aging, 10, 140–149. Duvall,E. M., & Miller, B.Cn .(1985). Marriage and Family Development. (6th ed.). New York: Harper & Row Publishers, 139 –142. Duffy, Karen. G., & Atwater, Eastwood. (2002). Psychology for Living : Adjusment, growth, and behavior today (7nd ed.). New Jersey : Practice Hall Upper Saddle River.
vii
Gross, J.J., & John, O.P. (1997). Revealing feelings : Facets of emotional expressivity in self-report, peer ratings, and behavior. Journal of Personality and Social Psychology, 72, 435 – 448. Gross, J.J., & John, O.P. (1998). Mapping the domain of expressivity : Multimethod evidence for a hierarchical model. Journal of Personality and Social Psychology, 74, 170 – 191. Halberstadt, A.G., Cassidy, J., Stifer, C.A., Parke, R.D., Fox, N.A. (1995). Selfexpressiveness within the family Context : Psychometric support for a new measure. Psychological Assemen, 7, 93–103. Hermansyah. (2010). Melonjaknya angka perceraian jadi sorotan lagi. Dimabil tanggal 29 Juni 2010 dari www.badilag.net Kring, A. M., Smith, D. A., & Neale, J. M. (1994). Individual differences in dispositional expressiveness: Development and validation of the Emotional Expressivity Scale. Journal of Personality and Social Psychology, 66, 934 – 939. Kring, A. M., & Gordon, A. H. (1998). Sex differences in emotion: Expression, experience, and physiology. Journal of Personality and Social Psychology, 74, 686–703. Lavee, Yoav., & Ben-Ari, Adital. (2004). Emotional expressiveness and neuriticism: Do they predict marital quality. Journal of Family Psychology, 18, 620 – 627. Lavenson, R.W., Carstensen, L.L., & Gottman, J.M. (1994). The influence of age and gender on affect, physiology, and their interrelations: A study of longterm marriages. Journal of Personality and Social Psychology, 67, 56–68. vii
Litzinger, S., & Gordon, K.C. (2005). Exploring relationships among communication, sexual satisfaction, and marital satisfaction. Journal of Sex and Marital Theraphy, 31, 409 – 424. Davidoff, Linda L. (1991). Psikologi suatu pengantar. (Edisi ke-2). Jakarta : Erlangga Papalia, D.E., & Olds, S.W. (1994). Human development. (6th ed.). New York : McGraw-Hill, Inc. Papalia, D.E., Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2009). Human development. (10th ed.). New York : McGraw-Hill, Inc Pedhazur, E.J. (1982). Mulitiple regression in behavioral research. (2nd ed.). New York : CBS College Publishing Rauer, Amy J., & Volling, Brenda. L. (2005). The role of husband’s and wife’s emotional expressivity in the marital relationship. Sex Roles, 52, 577–587. Santrock, John W. (2002).:Life-span development: Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga. Spanier, G.B. (1976). Measuring dyadic adjusment : New scale for assesing the quality of marriage and similar dyads. Journal of Marriage and Family, 38, 15 – 28 Whisman, M.A., Uebelacker, L.A., & Weinstock, L.M. (2004). Psychopatology and marital satisfaction : The importance of evaluating both partners. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 72, 830–838.
vii
LAMPIRAN C
vii
SEFQ (Self-Expressiveness in the Family Questionnaire) Skala Emotional Expressivity
vii
No Statement 1.
Showing forgiveness to one who broke a favorite possession.
2.
Thanking family members for something they have done.
3.
Exclaiming over a beautiful day.
4.
Showing contempt for another’s actions.
5.
Expressing dissatisfaction with someone else’s behavior.
6.
Praising someone for good work.
7.
Expressing anger at someone else’s carelessness.
8.
Sulking over unfair treatment by a family troubles.
9.
Blaming one another for family troubles.
10
Crying after an unpleasant disagreement.
11. Putting down other people’s interests. 12. Showing dislike for someone. 13. Seeking approval for an action. 14. Expressing embarrassment over a stupid mistake. 15. Going to pieces when tension builds up. 16. Expressing exhilaration after an unexpected triumph. 17. Expressing excitement over one’s future plans. 18. Demonstrating admiration. 19. Expressing sorrow when a pet dies. 20. Expressing dissappointement over something that didn’t work out. 21. Telling someone how nice they look. 22. Expressing sympathy for someone’s troubles. 23. Expressing deep affection or love for someone. 24. Quarreling with a family member. 25. Crying when a loved one goes away. 26. Spontaneously hugging a family member. 27. Expressing momentary anger over a trivial irritation. 28. Expressing concern for the success of other family members. 29. Apologizing for being late. vii
30. Offering to do somebody a favor. 31. Snuggling up to a family member. 32. Showing how upset you are after a bad day. 33. Trying to cheer up someone who is sad. 34. Telling a family member how hurt you are. 35. Telling family members how happy you are. 36. Threatening someone. 37. Criticizing someone for being late. 38. Expressing gratitude for a favor. 39. Surprising someone with a little gift or favor. 40. Saying “I’m sorry” when one realizes one was wrong.
vii
PENGANTAR
Bismillahirrahamanirrahiim. Assalamu`alaikum Wr..Wb.. Kepada responden yang saya hormati, Saya selaku mahasiswi Fakultas Psikologi UIN akan mengadakan suatu penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai gambaran pernikahan pasangan suami-istri. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk turut serta membantu dalam memberikan data mengenai hal tersebut di atas. Kerjasama yang kami harapkan adalah kesediaan bapak/ibu untuk mengisi serangkaian item pernyataan. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data. Atas segala kerjasama serta bantuan bapak/ibu, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu`alaikum Wr..Wb..
Jakarta, Agustus 2010
Ain Rahmiati Peneliti vii
IDENTITAS Jenis kelamin Suku Usia saat ini Usia saat menikah Pendidikan terakhir Lama pernikahan Tempat tinggal
: : : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : a. rumah sendiri c. kontrakan d. _______________________________ Jumlah anak : __________________________________ Pendapatan per bulan saat ini: a. Kurang dari 1 juta b. 1 Juta – 5 Juta c. 5 – 10 Juta d. Lebih dari 10 Juta PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti 2. Beri tanda checklist (√) pada kolom di sebelah kanan pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan bapak / ibu Contoh : No Pernyataan Selalu Sering Kadang kadang 1. Seberapa sering Anda dan pasangan Anda √ bertengkar? 3. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. 4. Semua jawaban adalah baik 5. Penting diingat untuk memperhatikan jawaban pertama yang muncul di benak Anda. 6. Sangat penting untuk menjawab secara jujur dan yang menggambarkan diri Anda. vii
Tidak pernah
7.
NO
Sebelum bapak / ibu menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada nomor yang terlewatkan untuk
Pernyataan
Selalu sepakat
Hampir selalu sepakat
Kadangkadang tidak sepakat
Sering tidak sepakat
Hampir Tidak selalu pernah tidak sepakat sepakat
diisi.
SKALA 1 A. Umumnya pasangan suami-istri mempunyai perbedaan pendapat dalam hubungan mereka. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, untuk menandakan seberapa jauh kesepakatan dan tidak kesepakatan Anda dengan pasangan Anda pada hal-hal berikut ini dalam hubungan Anda sehari-hari. vii
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Menangani masalah keuangan. Masalah rekreasi. Masalah agama. Menunjukkan perasaan. Teman-teman. Hubungan seksual. Tingkah laku yang dianggap tepat/sopan. Pandangan hidup. Cara berhubungan dengan mertua. Prinsip, keyakinan, dan tujuan yang dianggap penting. Jumlah waktu yang dihabiskan bersama. Membuat keputusan penting. Tugas-tugas rumah tangga. Melakukan aktifitas dan minat di waktu luang. Penentuan karir. B. Berikut ini Anda diminta untuk menyatakan seberapa sering keadaan tersebut muncul dalam pernikahan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. No Pernyataan Selalu Sering Kadang kadang 16 Seberapa sering Anda berdiskusi atau memikirkan mengenai perceraian, perpisahan atau mengakhiri pernikahan Anda? 17 Seberapa sering Anda atau pasangan Anda meninggalkan rumah setelah bertengkar? 18 Secara umum, seberapa sering Anda berpikir bahwa segala sesuatu antara Anda dan pasangan Anda berjalan dengan lancar? 19 Apakah Anda mempercayai pasangan Anda? 20 Apakah anda pernah merasa menyesal terhadap pernikahan Anda? 21 Seberapa sering Anda dan pasangan Anda bertengkar? 22 Seberapa sering Anda dan pasangan Anda membuat vii
Tidak pernah
pasangan Anda jengkel atau sebaliknya? C. Seberapa sering Anda melakukan hal berikut dengan pasangan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda. No
Pernyataan
23
Apakah Anda menunjukkan kasih sayang anda secara fisik terhadap pasangan Anda (seperti, membelai, mencium, merangkul dan sebagainya)?
Setiap hari
Hampir setiap hari
Kadang kadang
Jarang
Tidak pernah
D. Menurut Anda, seberapa sering hal ini terjadi antara Anda dan pasangan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda. No
Pernyataan
24 25 26
Saling bertukar pikiran. Tertawa bersama. Berdiskusi dengan tenang.
Tidak pernah
1 kali 1 atau 2 1 atau 2 Lebih dalam 1 kali kali dalam sering bulan dalam 1 seminggu bulan
E. Di bawah ini ada beberapa hal yang kerap kali menimbulkan perbedaan pendapat diantara Anda dan pasangan Anda. Tunjukkanlah bila pernyataan-pernyataan dibawah ini menyebabkan perbedaan pendapat atau menyebabkan masalah dalan pernikahan Anda berdua selama beberapa minggu terakhir ini (pilih “ya” atau “tidak”) pada jawaban sesuai dengan keadaan Anda. vii
No 27 28
Pernyataan Terlalu lelah untuk melakukan hubungan seksual Tidak mengekspresikan rasa cinta
Ya
Tidak
29. Setelah mempertimbangkan segala hal dalam pernikahan Anda, pilihlah satu kotak yang menurut Anda mewakili derajat kebahagiaan dalam pernikahan Anda, dengan memberi tanda checklist (√).
Sangat tidak bahagia
Agak tidak bahagia
Sedikit tidak bahagia
Bahagia
Sangat bahagia
Luar biasa bahagia
sempurna
SKALA 2 Untuk menjawab skala di bawah ini. Coba Anda pikirkan seberapa sering Anda mengekspresikan diri selama berada pada situasi-situasi berikut ini. Beberapa pernyataan bisa jadi susah untuk Anda nilai. Bagaimanapun, semua pernyataan ini vii
penting untuk dijawab. Penting diingat untuk memperhatikan jawaban pertama yang muncul di benak Anda. Jawablah secara jujur yang menggambarkan diri Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. No
Pernyataan
1.
Memaafkan orang yang merusak barang favorit (kesayangan) Anda. Berterima kasih kepada anggota keluarga untuk sesuatu yang telah mereka lakukan. Menunjukan rasa jijik terhadap perilaku orang lain. Mengungkapkan ketidakpuasan terhadap perilaku orang lain. Mengungkapkan kemarahan pada kecerobohan orang lain. Merajuk atas perlakuan yang tidak adil yang disebabkan karena adanya masalah keluarga. Menyalahkan orang lain terhadap permasalahan keluarga yang terjadi. Menangis setelah mengalami perselisihan. Mengabaikan kepentingan orang lain. Menunjukkan kebencian kepada orang lain. Mencari dukungan untuk melakukan suatu hal. Menunjukkan rasa malu karena telah melakukan suatu kesalahan yang bodoh. Merasa hancur saat mendapat banyak tekanan. Bergembira ketika mendapatkan keberhasilan yang tak terduga.
2.
3. 4. 5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12.
13. 14.
No
Pernyataan
vii
Selalu
Sering Agak sering
Kadang kadang
Jarang Tidak pernah
Selalu
Sering Agak sering
Kadang kadang
Jarang Tidak pernah
15. Mengekspresikan ketertarikan terhadap masa depan orang lain. 16. Memperlihatkan kekaguman. 17. Mengekspresikan kesedihan ketika hewan peliharaan mati. 18. Mengungkapkan kekecewaan terhadap sesuatu yang tidak berjalan dengan lancar. 19. Memberi tahu seseorang betapa baiknya penampilan mereka. 20. Mengungkapkan rasa simpati atas permasalahan orang lain. 21. Mengungkapkan kasih sayang atau cinta yang dalam kepada seseorang. 22. Menangis ketika ditinggal oleh orang yang dicintai. 23. Mengungkapkan kemarahan terhadap hal-hal remeh. 24. Memberikan perhatian untuk kesuksesan anggota keluarga. 25. Meminta maaf karena terlambat melakukan sesuatu. 26. Meminta bantuan kepada orang lain 27. Mengekspresikan betapa kecewanya Anda setelah mengalami hari yang buruk. 28. Selalu mencoba menghibur orang yang sedih. 29. Menceritakan kepada anggota keluarga betapa bahagianya Anda. 30. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pertolongan. 31. Memberikan kejutan dengan memberi hadiah atau bantuan kecil. 32. Meminta maaf ketika sadar melakukan kesalahan terhadap orang lain.
vii
PENGANTAR
Bismillahirrahamanirrahiim. Assalamu`alaikum Wr..Wb.. Kepada responden yang saya hormati, Saya selaku mahasiswi Fakultas Psikologi UIN akan mengadakan suatu penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai gambaran pernikahan pasangan suami-istri. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kesediaan bapak/ibu untuk turut serta membantu dalam memberikan data mengenai hal tersebut di atas. Kerjasama yang kami harapkan adalah kesediaan bapak/ibu untuk mengisi serangkaian item pernyataan. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar salah. Adapun informasi atau data yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian dan akan dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data. Atas segala kerjasama serta bantuan bapak/ibu, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu`alaikum Wr..Wb..
Jakarta, Agustus 2010
Ain Rahmiati Peneliti
vii
IDENTITAS : : : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : a. rumah sendiri c. kontrakan d. _______________________________ Jumlah anak : __________________________________ Pendapatan per bulan saat ini: e. Kurang dari 1 juta f. 1 Juta – 5 Juta g. 5 – 10 Juta h. Lebih dari 10 Juta Jenis kelamin Suku Usia saat ini Usia saat menikah Pendidikan terakhir Lama pernikahan Tempat tinggal
PETUNJUK PENGISIAN 8. Bacalah dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti 9. Beri tanda checklist (√) pada kolom di sebelah kanan pada setiap pernyataan yang paling sesuai dengan keadaan bapak / ibu Contoh : No Pernyataan Selalu Sering Kadang kadang 1. Seberapa sering Anda dan pasangan Anda √ bertengkar? 10. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. 11. Semua jawaban adalah baik 12. Penting diingat untuk memperhatikan jawaban pertama yang muncul di benak Anda. 13. Sangat penting untuk menjawab secara jujur dan yang menggambarkan diri Anda.
vii
Tidak pernah
14.
NO
Sebelum bapak / ibu menyerahkan lembaran ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada nomor yang terlewatkan untuk
Pernyataan
Selalu sepakat
Hampir selalu sepakat
Kadangkadang tidak sepakat
Sering tidak sepakat
Hampir Tidak selalu pernah tidak sepakat sepakat
diisi.
SKALA 1 F. Umumnya pasangan suami-istri mempunyai perbedaan pendapat dalam hubungan mereka. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda, untuk menandakan seberapa jauh kesepakatan dan tidak kesepakatan Anda dengan pasangan Anda pada hal-hal berikut ini dalam hubungan Anda sehari-hari. vii
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Menangani masalah keuangan. Masalah rekreasi. Masalah agama. Menunjukkan perasaan. Teman-teman. Hubungan seksual. Tingkah laku yang dianggap tepat/sopan. Pandangan hidup. Cara berhubungan dengan mertua. Prinsip, keyakinan, dan tujuan yang dianggap penting. Jumlah waktu yang dihabiskan bersama. Membuat keputusan penting. Tugas-tugas rumah tangga. Melakukan aktifitas dan minat di waktu luang. Penentuan karir. G. Berikut ini Anda diminta untuk menyatakan seberapa sering keadaan tersebut muncul dalam pernikahan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda. No Pernyataan Selalu Sering Kadang kadang 16 Seberapa sering Anda berdiskusi atau memikirkan mengenai perceraian, perpisahan atau mengakhiri pernikahan Anda? 17 Seberapa sering Anda atau pasangan Anda meninggalkan rumah setelah bertengkar? 18 Secara umum, seberapa sering Anda berpikir bahwa segala sesuatu antara Anda dan pasangan Anda berjalan dengan lancar? 19 Apakah Anda mempercayai pasangan Anda? 20 Apakah anda pernah merasa menyesal terhadap pernikahan Anda? 21 Seberapa sering Anda dan pasangan Anda bertengkar? 22 Seberapa sering Anda dan pasangan Anda membuat vii
Tidak pernah
pasangan Anda jengkel atau sebaliknya? H. Seberapa sering Anda melakukan hal berikut dengan pasangan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda. No
Pernyataan
23
Apakah Anda menunjukkan kasih sayang anda secara fisik terhadap pasangan Anda (seperti, membelai, mencium, merangkul dan sebagainya)? Apakah Anda dan pasangan
24
Setiap hari
Hampir setiap hari
Kadang kadang
Jarang
Tidak pernah
Anda melakukan kegiatan di rumah bersama?
I. Menurut Anda, seberapa sering hal ini terjadi antara Anda dan pasangan Anda. Berikanlah tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan Anda. No
Pernyataan
25 26 27 28
Saling bertukar pikiran. Tertawa bersama. Berdiskusi dengan tenang. Bekerja sama untuk satau hal
Tidak pernah
1 kali 1 atau 2 1 atau 2 Lebih dalam 1 kali kali dalam sering bulan dalam 1 seminggu bulan
J. Di bawah ini ada beberapa hal yang kerap kali menimbulkan perbedaan pendapat diantara Anda dan pasangan Anda. Tunjukkanlah bila pernyataan-pernyataan dibawah ini menyebabkan perbedaan pendapat atau menyebabkan masalah dalan pernikahan Anda berdua selama beberapa vii
minggu terakhir ini (pilih “ya” atau “tidak”) pada jawaban sesuai dengan keadaan Anda. No 29 30
Pernyataan Terlalu lelah untuk melakukan hubungan seksual Tidak mengekspresikan rasa cinta
Ya
Tidak
31. Setelah mempertimbangkan segala hal dalam pernikahan Anda, pilihlah satu kotak yang menurut Anda mewakili derajat kebahagiaan dalam pernikahan Anda, dengan memberi tanda checklist (√).
Sangat tidak bahagia
Agak tidak bahagia
Sedikit tidak bahagia
Bahagia
Sangat bahagia
Luar biasa bahagia
sempurna
32. Berikanlah tanda check list (√) pada salah satu pernyataan berikut yang menurut Anda paling menggambarkan masa depan pernikahan Anda dan pasangan Anda. Saya ingin sekali pernikahan saya berhasil, dan saya akan melakukan semua yang bisa mewujudkan hal itu. Saya ingin sekali pernikahan saya berhasil, dan saya akan melaksanakan bagian atau kewajiban saya untuk mewujudkan hal itu. Akan sangat baik kalau pernikahan saya berhasil, namun saya tidak dapat melakukan lebih dari yang telah saya lakukan sekarang untuk membuatnya berhasil. Saya ingin sekali pernikahan saya berhasil, tetapi saya menolak untuk melakukan lebih dari yang telah saya lakukan sekarang untuk mewujudkan hal ini.
vii
Pernikahan saya tidak pernah berhasil, dan tidak ada lagi yang dapat saya perbuat untuk mewujudkannya. SKALA 2 Untuk menjawab skala di bawah ini. Coba Anda pikirkan seberapa sering Anda mengekspresikan diri selama berada pada situasi-situasi berikut ini. Beberapa pernyataan bisa jadi susah untuk Anda nilai. Bagaimanapun, semua pernyataan ini penting untuk dijawab. Penting diingat untuk memperhatikan jawaban pertama yang muncul di benak Anda. Jawablah secara jujur yang menggambarkan diri Anda. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. No
Pernyataan
1.
Memaafkan orang yang merusak barang favorit (kesayangan) Anda. Berterima kasih kepada anggota keluarga untuk sesuatu yang telah mereka lakukan. Memuji/berseru atas hari yang indah. Menunjukkan rasa jijik terhadap perilaku orang lain. Mengungkapkan ketidakpuasan terhadap perilaku orang lain. Memuji seseorang atas pekerjaannya. Mengungkapkan kemarahan pada kecerobohan orang lain. Merajuk atas perlakuan yang tidak adil yang disebabkan karena adanya masalah keluarga. Menyalahkan orang lain terhadap permasalahan keluarga yang terjadi. Menangis setelah mengalami perselisihan. Mengabaikan kepentingan orang lain. Menunjukkan kebencian kepada orang lain. Mencari dukungan untuk
2.
3 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10. 11. 12. 13.
Selalu
vii
Sering Agak sering
Kadang kadang
Jarang Tidak pernah
melakukan suatu hal. 14. Menunjukkan rasa malu karena telah melakukan suatu kesalahan yang bodoh. No Pernyataan
Selalu
15. Merasa hancur saat mendapat banyak tekanan. 16. Bergembira ketika mendapatkan keberhasilan yang tak terduga. 17. Mengekspresikan ketertarikan terhadap masa depan orang lain. 18. Memperlihatkan kekaguman. 19. Mengekspresikan kesedihan ketika hewan peliharaan mati. 20. Mengungkapkan kekecewaan terhadap sesuatu yang tidak berjalan dengan lancar. 21. Memberi tahu seseorang betapa baiknya penampilan mereka. 22. Mengungkapkan rasa simpati atas permasalahan orang lain. 23. Mengungkapkan kasih sayang atau cinta yang dalam kepada seseorang. 24. Bertengkar dengan anggota keluarga. 25. Menangis ketika ditinggal oleh orang yang dicintai. 26. Memeluk anggota keluarga secara spontan. 27. Mengungkapkan kemarahan terhadap hal-hal remeh. 28. Memberikan perhatian untuk kesuksesan anggota keluarga. 29. Meminta maaf karena terlambat melakukan sesuatu. 30. Meminta bantuan kepada orang lain 31. Menghornati atau menghargai anggota keluarga lain. 32. Mengekspresikan betapa vii
Sering Agak sering
Kadang kadang
Jarang Tidak pernah
kecewanya Anda setelah mengalami hari yang buruk. 33. Selalu mencoba menghibur orang yang sedih. No Pernyataan
Selalu
34. Menceritakan kepada anggota keluarga betapa tersakitinya Anda. 35. Menceritakan kepada anggota keluarga betapa bahagianya Anda. 36. Memberi ancaman kepada seseorang. 37. Mengkritik orang karena keterlambatannya dalam melakukan sesuatu. 38. Mengucapkan terima kasih ketika mendapat pertolongan. 39. Memberikan kejutan dengan memberi hadiah atau bantuan kecil. 40. Meminta maaf ketika sadar melakukan kesalahan terhadap orang lain.
vii
Sering Agak sering
Kadang kadang
Jarang Tidak pernah
vii