PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) SEBAGAI REPELLENT TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti Ayu Selvi Lestari, Hajimi dan Susilawati Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail:
[email protected]
Abstrak: Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum) sebagai Repellent terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Jenis penelitian ini bersifat eksperimen semu. Sampel penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang diambil dari tempat penampungan air bersih dan dikembangbiakkan di laboratorium. Metode peneiitian dimuai dari pembuatan ekstrak Daun Salam, pembuatan berbagai variasi konsentrasi dosis, persiapan sampei uji dan perlakuan peneilitian. Analisis data secara univariat dan bivariat diiakukan dengan uji statistic Anova dan diianjutkan dengan uji LSD (Least Significance Different). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada pengaruh ekstrak Daun Salam sebagai repellent terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap antara variasi konsentrasi 35%, 40%, 45%, 50% dan 55%. Uji post-hoc dengan LSD diketahui pada konsentrasi 35% dengan 40% tidak berbeda secara signifikan p= 0.283 > 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan pengaruh jumlah nyamuk yang hinggap setelah diberi perlakuan ekstrak Daun Salam dengan berbagai variasi konsentrasi dosis. Efektivitas tertinggi konsentrasi ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti terdapat pada konsentrasi dosis 55% dengan rata-rata efektivitas 89,91%. Kata Kunci: Ekstrak Daun Salam, Repellent Abstract: The Effect of Salam Leaf Extract (Syzygium Polyanthum) as a Repellent Against The Number of Aedes Aegypti Mosquitoes. This research is quasiexperimental. Sample is Aedes aegypti taken from clean water reservoir and bred in the Iaboratorium. The research methods started from making Salam Leaf extract, manufacture of various concentrarions of the dose, the preparation of test samples and the study treatment. Data analysis was performed using univariat and bivariate statistical test Anovafollowes by LSD (Least Significance Different). Based on research results, obtained by value p= 0,000 which shows that there influence Salam Leaf extract (Syzygium polyanthum) as a repellent against the number of Aedes aegypti mosquitoes that landed between variations in the concentration of 35%, 40%, 45%, 50% and 55%. Test post-hoc LSD known at concentrations of 35% to 40% did not differ significantly p= 0,283 > 0,5. Conclusion from this study is that there are differences the number of mosquitoes that land after Salam Leaf extract treated with various concentrations of the dose. The highest effectiveness Leaf extract concentration Salam (Syzygium polyanthum) as the Aedes aegypti mosquito repellent contained in a dose concentration of 55% with an average of 89.91% effectiveness. Keywords: Salam Leaf Extract, Repellent
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di dunia, karena prevalensinya yang cenderung meningkat serta penyebarannya yang semakin luas. Diperkirakan
2,5 milyar penduduk atau sekitar 2/5 populasi penduduk dunia di negara tropis dan subtropis sangat beresiko terinfeksi DBD (WHO, 2012). Dimusim hujan, penyakit demam berdarah
280
Ayu, dkk, Pengaruh Ekstrak Daun Salam... 281
dengue kerap meningkat kejadiannya dan tidak jarang menelan korban jiwa (Satari, 2004). Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue penyebab DBD memerlukan bantuan nyamuk untuk berpindah ke tubuh manusia. Nyamuknya sendiri mempunyai ciri belang-belang hitam putih Aedes dan bukan oleh jenis nyamuk lainnya (Nadesul, 2004). Penyakit dari nyamuk ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian terutama pada anakanak, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah (Rezeki, 2005). Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di Asean dengan jumlah kasus 156.086 dan kematian 1.358 orang pada tahun 2010. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL Kemkes RI), melaporkan kasus DBD tahun 2011 di Indonesia menurun dengan jumlah kasus 49.486 dan jumlah kematian 403 orang (Kemkes RI, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, diketahui pada tahun 2014 menyatakan bahwa dari 14 Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, sebanyak 5 Kabupaten diantaranya berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu, Kabupaten Ketapang, Kubu Raya, Mempawah, Sintang dan Kabupaten Sekadau. Pada rentang Januari hingga Desember, dari seluruh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kalimantan Barat tercatat 68 orang meninggal akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) (Dinkes Prov.KalBar, 2014). Mengingat besarnya angka kasus penyakit akibat vektor nyamuk (vector born disease) tersebut, maka harus diperlukan suatu upaya pengendalian yang tepat sasaran. Pemberantasan vektor DBD dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : modifikasi lingkungan, manipulasi lingkungan, perubahan habitat atau perilaku manusia, pengendalian biologis dan pengendalian dengan bahan kimia (WHO, 2002). Salah satu cara untuk mengatasi penyakit demam berdarah yang sering digunakan masyarakat adalah dengan cara kimia seperti menggunakan insektisida sintetis. Penggunaan insektisida sintetis ini pada kurun waktu 40 tahun terakhir semakin meningkat baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini
disebabkan insektisida sintetis tersebut mudah digunakan, lebih efektif dan dari segi ekonomi lebih menguntungkan (Yoshida dalam Nursal, 2005). Indonesia memiliki flora yang sangat beragam, mengandung cukup banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan insektisida untuk pengendalian vektor penyakit (Amalia, 2015). Dewasa ini, penelitian tentang tumbuhan berpotensi sebagai insektisida nabati telah banyak dilaporkan. Manaf (2014), meneliti tentang uji efektivitas dari daun kacapiring yang mengandung minyak atsiri, linallol dan styrolyl dapat menjadi bahan aktif sebagai repellent elektrik cair terhadap nyamuk Aedes aegypti. Tanaman Salam merupakan jenis bumbu yang banyak digunakan dalam berbagai jenis masakan tradisional Indonesia, baik dalam bentuk segar maupun kering (Arintawati, 2000). Untuk mendapatkan daun Salam sangatlah mudah dan terjangkau dari segi ekonomis. Anggota family Myrtaceae ini memiliki sifat rasa kelat, wangi, astrigen dan memperbaiki sirkulasi (Hariana, 2006). Daun Salam (Syzygium polyanthum) mengandung beberapa komponen seperti minyak atsiri (sitral, eugenol), tannin dan flavonoid (Dalimartha, 2000). Berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan bahwa dari ekstrak daun Salam dengan variasi konsentrasi dosis 10% dapat menolak 4 ekor nyamuk dari 20 ekor nyamuk dengan persentase 20%, konsentrasi dosis 30% mendapatkan hasil dapat menolak 11 ekor nyamuk dengan persentase 55% dan konsentrasi dosis 50% dapat menolak 19 ekor nyamuk dari 20 ekor nyamuk yang di uji dengan persentase 95%. Dari variasi dosis tersebut dosis yang memiliki daya tolak tertinggi yaitu pada konsentrasi dosis 50% yang mampu menolak daya hinggap nyamuk sebanyak 19 ekor nyamuk dalam kandang uji. METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak daun Salam dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu 35%, 40%, 45%, 50%, 55%. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah nyamuk yang hinggap di tangan. Penelitian ini bersifat eksperimen semu (quasi experimen) yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan, tetapi tidak mungkin mengadakan control (memanipulasikan) semua variabel yang relevan (Notoatmodjo, 2005).
282 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.280 - 286
HASIL Ekstrak Daun Salam 35%
I
11
57,89
2
II
18
9
9
50
3
III
19
7
12
63,15
4
IV
17
9
8
47,05
5
V
15
8
7
46,66
17,6
8,2
9,4
52,95
Rata-rata
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, persentase perbedaan efektivitas repellent ekstrak Daun Salam tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga, yaitu 63,15% dan terendah terjadi pada pengulangan kelima, yaitu 46,66%. Ekstrak Daun Salam 40%
No
1
I
II 2 III 3 IV 4 V 5 Rata-rata
Jumlah Nyamuk yang Hinggap Ekstrak Daun Kontrol Salam 40% 17 7 19 18 19 17 18
8 6 8 9 7,6
Efektivitas (%)
Tabel 2. Distribusi Jumlah dan Rata-rata Nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada ekstrak daun salam 40% Selama 5 menit
Sumber : Data Primer 2016
V1 x N2 = V2 x N2
Efektivitas (%)
1
Jumlah Nyamuk yang Hinggap Ekstrak Daun Kontrol Salam 35 % 19 8
Perbedaan
No
Pengulangan
Tabel 1. Distribusi Jumlah dan Rata-rata Nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada ekstrak daun salam 35% Selama 5 menit
Perbedaan
5 x 5 x 20 ekor = 500 nyamuk Teknik dan instrumen pengumpulan data antara lain : Prosedur Penelitian : (a) Pembiakan nyamuk. (b) Pembuatan ekstrak Daun Salam (c) Pembuatan Ekstrak Daun Salam adalah dengan cara pengeringan, penghalusan, perendaman dan menggunakan alat vacuum rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak pekat. Ekstrak Daun Salam yang sudah jadi tersebut diencerkan menggunakan aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 35%, 40%, 45%, 50% dan 55%, dengan menggunakan rumus (Laboratorium MIPA Universitas Tanjung Pura, 2015):
Ket : V1 = Volume dari awal yang dibutuhkan N2 = Konsentrasi awal V2 = Volume yang diinginkan N1 = Konsentrasi yang diinginkan
Pengulangan
Populasi dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang sengaja dibiakkan. Satu kandang berisi 20 ekor nyamuk. Dan penelitian ini dilakukan pada siang hari yaitu pada jam 08.30 – 10.30 WIB. Penentuan banyaknya nyamuk adalah 20 ekor setiap kandangnya, nyamuk yang digunakan adalah nyamuk Aedes aegypti betina berdasarkan Modul Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang dikembangbiakkan dari jentik Aedes aegypti yang diambil dari tempat penampungan air bersih atau air hujan dan diberi berbagai perlakuan. Adapun besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus di bawah ini (Supranto J, 2005 dalam Rasid, 2014) : (t-1)(r-1) ≥ 15 Dimana: r = Jumlah pengulangan t = Jumlah perlakuan (t-1)(r-1) ≥ 15 (5-1)(r-1) ≥ 15 4(r-1) ≥ 15 4r-4 ≥ 15 4r = 15+4 = 19 r = 19/4 = 4,75 = 5 Dalam perhitungan rumus di atas yaitu dengan menggunakan 5 perlakuan, maka hasil r = 4,75 dibulatkan menjadi 5. Sampel nyamuk yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 20 ekor untuk setiap kandang. Pengujian ini dilakukan 5 kali pengulangan untuk mengetahui perilaku menghindar nyamuk dengan 5 variasi konsentrasi ekstrak Daun Salam. Jadi, jumlah total keseluruhan nyamuk yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
10
58,82
11 12 11 8 10,4
57,89 66,66 57,89 47,05 57,66
Ayu, dkk, Pengaruh Ekstrak Daun Salam... 283
I
Efektivitas (%)
19 18
3
15
83,33
4
IV
18
2
16
88,88
5
V
16
1
15
93,75
17,8
1,8
16
89,91
18
5
13
72,22
17
4
13
76,47
4
IV
19
6
13
68,42
5
V
19
5
14
73,68
18,2
5
13,2
72,60
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, persentase perbedaan efektivitas repellent ekstrak Daun Salam tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga, yaitu 76,47% dan terendah terjadi pada pengulangan keempat, yaitu 68,42%. Ekstrak Daun Salam 50% Tabel 4. Distribusi Jumlah dan Rata-rata Nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada ekstrak daun salam 50% Selama 5 menit
Rata-rata
Efektivitas (%)
15 15 17 13 12 14,4
78,94 83,33 89,47 81,25 80 82,60
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, persentase perbedaan efektivitas repellent ekstrak Daun
16
88,88
1
18
94,73
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel di atas, persentase perbedaan efektivitas repellent ekstrak Daun Salam tertinggi terjadi pada pengulangan kedua, yaitu 94,73% dan terendah terjadi pada pengulangan ketiga, yaitu 83,33%. Hasil Uji Perbedaan Jumlah Nyamuk yang Hinggap Di Tangan dengan Menggunakan Berbagai Variasi Konsentrasi Dosis Repellent Ekstrak Daun Salam Tabel 7. Hasil Uji Anova Jumlah nyamuk hinggap Sum of
Perbedaan
Pengulangan
II III
II
I 1 II 2 III 3 IV 4 V 5 Rata-rata
2 3
III
No
I
72,22
3
Jumlah Nyamuk yang Hinggap Ekstrak Daun Kontrol Salam 50% 19 4 18 3 19 2 16 3 15 3 17,4 3
1
13
2
Rata-rata
No
Efektivitas (%)
1
Jumlah Nyamuk yang Hinggap Ekstrak Daun Kontrol Salam 45% 18 5
Jumlah Nyamuk yang Hinggap Kontrol Ekstrak Daun Salam 55% 18 2
Perbedaan
No
Pengulangan
Tabel 3. Distribusi Jumlah dan Rata-rata Nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada ekstrak daun salam 45% Selama 5 menit
Tabel 5. Distribusi Jumlah dan Rata-rata Nyamuk Aedes aegypti yang hinggap pada ekstrak daun salam 55% Selama 5 menit Perbedaan
Ekstrak Daun Salam 45%
Salam tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga, yaitu 83,33% dan terendah terjadi pada pengulangan pertama, yaitu 78,94%. Ekstrak Daun Salam 55%
Pengulangan
Berdasarkan tabel di atas, persentase perbedaan efektivitas repellent ekstrak Daun Salam tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga, yaitu 66,66% dan terendah terjadi pada pengulangan kelima, yaitu 47,05%.
Squares Between
Mean
Df
155.840
Square 4
Sig.
38.960 52.6
Groups Within
F
.000
49 14.800
20
170.640
24
.740
Groups Total
Sumber : SPSS Uji Anova, 2016
Diperoleh nilai p=0,000 sehingga ada perbedaan antara konsentrasi dosis ekstrak Daun Salam sebagai repellent terhadap jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap.
284 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.280 - 286
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa konsentrasi repellent ekstrak Daun Salam yang tidak berbeda secara signifikan dengan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap yaitu terdapat pada konsentrasi 35% dengan 40%, sedangkan pada konsentrasi lainnya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. PEMBAHASAN Perbedaan jumlah nyamuk yang hinggap dengan variasi konsentrasi pengaruh ekstrak Daun Salam Berdasarkan hasil uji statistik, diperoleh nilai p=0,000 yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nyamuk yang hinggap di tangan dengan variasi konsentrasi ekstrak Daun Salam sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti. Pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.5, menunjukan bahwa nyamuk yang hinggap di tangan pada kondisi kontrol berbeda dengan semua variasi konsentrasi ekstrak Daun Salam yang diujikan. Hal ini menunjukan bahwa terdapat kecendrungan nyamuk untuk menghindar dan tidak hinggap pada tangan yang telah diberi ekstrak Daun Salam.Variasi konsentrasi dosis yang digunakan pada penelitian adalah sebesar 35%, 40%, 45%, 50% dan 55%. Tabel 4.9 hasil uji post-hoc LSD (Least Significance Different) menunjukan terdapat perbedaan masing-masing konsentrasi ekstrak Daun Salam 35%, 40%, 45%, 50% dan 55%. Terlihat bahwa konsentrasi repellent ekstrak Daun Salam yang tidak berbeda secara signifikan dengan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap yaitu terdapat pada konsentrasi 35% dengan 40%, sedangkan pada konsentrasi lainnya berbeda secara signifikan p ≤ 0,05. Berdasarkan hasil uji efektivitas didapati hasil konsentrasi ekstrak Daun Salam yang lebih efektif yaitu pada konsentrasi 55% dengan ratarata sebesar 16 nyamuk atau 89,91%. Tabel hasil pengamatan dari jumlah nyamuk yang hinggap, menunjukan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak Daun Salam yang diujikan, maka semakin sedikit jumlah nyamuk yang hinggap di tangan. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat peningkatan efektivitas daya tolak pada ekstrak Daun Salam terhadap nyamuk Aedes aegypti. Adanya perbedaan efektivitas konsentrasi dosis dapat diihat pada rata-rata jumlah nyamuk yang hinggap.
Diketahui, ekstrak daun Salam memiliki daya tolak terhadap nyamuk Aedes aegypti, namun terdapat perbedaan efektivitas yang nyata antara konsentrasi dosis yang ada. Ini membuktikan ekstrak daun Salam memiliki efektivitassebagai repellent nyamuk Aedes aegypti yang digunakan peneliti sebagai sampel. Konsentrasi perlakuan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang menolak. Pada penelitian ini, semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun Salam yang digunakan, maka semakin tinggi jumlah nyamuk Aedes aegypti yang menolak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2013), menyatakan bahwa semakin rendah konsentrasi air perasan serai wangi (Cymbopogon nardus) yang digunakan masih ada nyamuk Aedes aegypti yang menusuk, sebaliknya semakin tinggi konsentrasi air perasan serai wangi (Cymbopogon nardus) yang digunakan maka semakin tidak ada nyamuk Aedes aegypti yang menusuk. Proses penolakan terhadap nyamuk karena penggunaan repellent dapat diterangkan sebagai berikut : minyak atsiri yang disemprotkan merata di tangan pengguna akan meresap ke pori-pori kulit, lalu karena panas tubuh, minyak atsiri akan menguap ke udara. Bau ini akan terdeteksi oleh reseptor kimia (chemoreceptor) yang terdapat pada antena nyamuk dan diteruskan ke impuls saraf. Bau dari minyak atsiri ini tidak disukai nyamuk. Hal itulah yang kemudian diterjemahkan ke dalam otak nyamuk sehingga nyamuk akan mengekspresikan untuk menghindar dari sumber bau. Nyamuk memilih menghindar dan membatalkan arah dari lengan/bagian tubuh pengguna repellent, mencari sumber makanan di tempat lain. Oleh sebab itu pengguna repellent akan terhindar dari gigitan nyamuk. Semakin banyak kandungan bahan aktif minyak atsiri yang terdapat dalam suatu tanaman, maka semakin besar kemampuan minyak atsiri tersebut menolak nyamuk (Shinta, 2010). Senyawa yang mudah menguap adalah senyawa golongan terpenoid. Terpenoid merupakan senyawa yang diduga bersifat sebagai penolak nyamuk. Menurut Djatmiko (2011), bahwa terpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau karena mudah menguap. Zat yang terkandung dalam golongan terpenoid, yaitu seperti minyak atsiri, tannin, flavonoid, eugenol, sitral, polifenol dan lain-lain.
Ayu, dkk, Pengaruh Ekstrak Daun Salam... 285
Terpenoid dapat mempertahankan kestabilannya hingga temperature 100°C. Proses ekstraksi Daun Salam pada penelitian ini menggunakan suhu ± 40°C. Jadi, senyawa terpenoid pada ekstrak daun Salam diperkirakan tidak rusak dalam proses ekstraksi sehingga dapat berperan sebagai penolak nyamuk Aedes aegypti. Daun Salam mengandung minyak atsiri, tanin dan flavonoid (Dalimartha, 2000). Minyak atsiri yang terdapat pada Daun Salam menjadi petunjuk kuat, bahwa Daun Salam dapat berperan sebagai Repellent nyamuk. Semua zat yang terkandung di dalam minyak atsiri merupakan zat-zat yang berfungsi sebagai repellent (Maia et.al., 2001 dalam Rilianti, 2015). Selain itu, zat lain yang medukukung Daun Salam dapat berperan sebagai repellent nyamuk adalah tanin dan flavonoid. Senyawa tanin dapat menurunkan kemampuan serangga mencerna makananan dengan cara menurunkan aktivitas enzim pencernaan sedangkan flavonoid merupakan senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat bersifat menghambat makan serangga dan juga bersifat toksik (Dinata, 2008 dalam Haditomo, 2010). Efektivitas tertinggi Daun Salam
konsentrasi
ekstrak
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlihat adanya kecenderungan semakin tinggi konsentrasi ekstrak Daun Salam, maka semakin meningkat efektivitas daya tolak terhadap nyamuk Aedes. Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak Daun Salam yang paling efektif digunakan sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti adalah konsentrasi 55% dimana dengan rata-rata persentase efektivitas sebesar 89,91%. Merujuk pada Tabel 4.9 yaitu mengenai konsentrasi dosis yang signifikan, terlihat bahwa terdapat hasil yang tidak signifikan antara
variasi konsentrasi dosis 35% dengan konsentrasi dosis 40%. Adanya hasil yang tidak signifikan tersebut dapat terjadi karena rentang dosis yang terlalu dekat sehingga perbedaan daya tolak tidak berbeda secara signifikan. Penggunan repellent secara semprot merupakan salah satu upaya untuk mencegah gigitan nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit akibat nyamuk. Repellent lebih efektif digunakan dikarenakan dengan cara perlindungan secara individu, sehingga hasilnya akan lebih maksimal. Kelemahan dalam penelitian ini yaitu, pada konsentrasi 55% belum bisa menolak nyamuk sebanyak 100% dan pada penelitian ini tidak melakukan perbandingan dengan jenis ekstrak daun lainnya yang terbukti efektif menurunkan gigitan nyamuk seperti daun serai dan kulit buah jeruk. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Ada perbedaan jumlah nyamuk Aedes aegypti yang hinggap antara variasi konsentrasi pengaruh ekstrak Daun Salam 35%, 40%, 45%, 50% dan 55% dimana diperoleh nilai signifikan sebesar p=0,000≤ 0,05. Efektivitas tertinggi konsentrasi pengaruh ekstrak daun Salam (Syzygium polyanthum) sebagai repellent nyamuk Aedes aegypti terdapat pada konsentrasi dosis 55% dengan rata-rata efektivitas 89,91%. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan konsentrasi dosis di atas 55% agar didapat penolakan nyamuk sebesar 100%, serta membandingkan ekstrak Daun Salam dengan daun yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA Amalia, Rizqi, 2015. Daya Bunuh Air Perasan Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Terhadap Kematian Larva Aedes Aegypti. Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang. Arintawati, Muti, 2000. Identifikasi dan Karakterisasi Komponen Aroma Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight)
Walp. Tesis. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas IPB. Bogor. Dalimartha, Setiawan, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jiid 2. Trubus Agriwidya. Jakarta. Dinkes Provinsi KalBar, 2014. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak. Kementrian, Kesehatan, 2011. Informasi Umum Demam Berdarah Dengue. Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis Dit PPBB dan
286 Sanitarian, Volume 8 Nomor 3, Desember 2016, hlm.280 - 286
Diten PP dan PL Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Nadesul, H, 2007. Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah. Kompas. Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta Rasid, Al Ghazaly, 2014. Perbedaan Efektivitas Daya Tolak Repellent Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix D.C) dengan Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) terhadap Daya Hinggap Nyamuk Aedes aegypti Di Kota Pontianak. Skripsi. Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Rejeki, S, 2011, Bunga Kamboja Pengusir Nyamuk. John Wiley and Sons, inc. Journal. New York Satari, Hindra, 2004. Demam Berdarah. PuspaSwara. Jakarta. Supartha, I Wayan, 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse)(Diptera: Culicidae) dalam Makalah Pertemuan Ilmiah Dies Natalis 2008. Fakultas Udayana Fakultas Pertanian: Bali. WHO, 2012. Dengue and Severe Dengue. Fact sheet N117. WHO, 2002. Paduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.