Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
PENGARUH KONSENTRASI PERENDAMAN SARI DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP DAYA AWET DAGING AYAM PETELUR AFKIR THE EFFECT OF SUBMERSION IN DIFFERENT CONCENTRATION OF BAY LEAF (Syzygium polyanthum) TO THE CULLED LAYER MEAT SHELF LIFE Dewinda Septianty*, Denny Suryanto Sutardjo**, Roostita L Balia** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian mengenai “Pengaruh Konsentrasi Perendaman Sari Daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Daya Awet Daging Ayam Petelur Afkir” telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Produk Peternakan, Universitas Padjajaran, Jatinangor, Sumedang, pada tanggal 8 sampai 19 April 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman daun salam terhadap daya awet daging ayam petelur afkir. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat tiga jenis perlakuan perendaman daun salam dengan konsentrasi sebesar 10%, 15% dan 20% dengan 6 ulangan. Perbedaan antar ulangan dianalisis dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukan bahwa awal kebusukan berpengaruh nyata (P < 0,05) sedangkan pH dan total bakteri tidak berpengaruh nyata. Konsentrasi 20% sari daun salam merupakan konsentrasi terbaik untuk menghasilkan daya awet daging ayam petelur afkir, dengan nilai pH 5,26, awal kebusukan 1130 menit dan total bakteri 87,41x 106 cfu/g. kata kunci : pengawetan, daun salam, daging ayam petelur afkir
ABSTRACT A research “The Effect of Sumbmerssion in Different Concentration of Bay Leaf (Syzygium polyanthum) to the Culled Layer Meat Shelf Life” was conducted at laboratory Pengolahan Produk Peternakan, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang, from 8th to 19th April 2016. The purpose of this study was to find out the effect of submersion in different concentration of bay leaf to the culled layer meat shelf life. This research has been carried out experimentally using a completed randomized design. There are three types of treatments in submersion of extract bay leaf at 10%, 15% and 20% with 6 replications. The difference between treatments was analyzed by Duncan's multiple range test. The results showed that the beginning of rottenness was significant (P < 0,05) while pH and total bacterial were not significant. The concentration of 20 % bay leaf extract is the best concentration to produce a culled layer meat’s shelf life, with the pH value 5,26, the beginning of rottenness 1130 minute and total bacteria 87,41 x 106 cfu/g. Keywords: shelf life, bay leaf, culled layer meat
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 1
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty PENDAHULUAN Daging ayam banyak diminati oleh masyarakat karena memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Pemanfaatan ayam petelur afkir sebagai pengganti ayam potong adalah salah satu cara untuk pemenuhan permintaan terhadap daging unggas, selain dapat dimanfaatkan telurnya, ayam petelur juga dapat dimanfaatkan daagingnya setelah produksi telur menurun. Namun kandungan nutrisi yang tinggi seperti kandungan protein 25,40% dan lemak 1,30% (Mountney dan Parkhurst, 1995) menyebabkan perkembangan bakteri pembusuk seperti Pseudomonas, Acinetobacter, Moraxella, Alcaligenes, Streptococcus, Leuconostoc, Bacillus, Micrococcus dan beberapa spesies Lactobacillus (Denny et al. 2009) menjadi tinggi sehingga daging ayam petelur afkir mudah busuk dan daya simpan yang masih aman untuk dikonsumsi menjadi tidak lama. Daya simpan pada daging ayam petelur afkir dapat dipertahankan melalui perlakuan pemberian bahan pengawet. Pengawetan bertujuan untuk mengamankan daging dari kerusakan atau pembusukan oleh mikroorganisme dan untuk memperpanjang masa simpannya (Soeparno, 2009). Proses pengawetan dapat dilakukan dengan prinsip penghambatan kerusakan oleh bakteri. Saat ini, pengawet makanan yang lebih banyak digunakan adalah pengawet sintesis. Pengawet sintesis tersebut dapat menggangu kesehatan manusia, oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan bahan pengawet alami yang terjangkau dan mudah diterapkan. Salah satu bahan pengawet alami yang dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mempertahankan kualitas serta daya simpan daging ayam petelur afkir adalah daun salam (Syzygium polyanthum). Alasan penggunaan daun salam sebagai pengawet alami pada daging ayam di dasari oleh pemanfaatannya yang sudah lazim pada bidang pengobatan tradisional serta di bidang pangan, yakni sebagai rempah-rempah penyedap masakan, dimana daun salam mengandung minyak atsiri yang dapat mengurangi bau amis pada daging. Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam meliputi flavonoid, saponin, triterpen, tanin, polifenol, alkaloid, dan minyak asiri (Lajuck, 2012). Daun salam dapat di gunakan sebagai pengawet karena karena mampu menghambat aktivitas mikroba. Komponen zat aktif pada daun salam yaitu minyak atsiri,
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 2
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
tanin, flavonoid dapat bersifat bakterisidal, bakteriostatik, fungisidal, fungistatik, dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri) (Suharti et al. 2008). Flavonoid pada daun salam mampu membuat permeabilitas dinding sel bakteri menjadi lemah sehingga membran tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Flavonoid juga menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom, sehingga menimbulkan efek toksik terhadap sel bakteri (Sumono dan Wulan, 2009). Minyak atsiri dari beberapa jenis tumbuhan bersifat aktif biologis sebagai antibakteri dan anti jamur sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan pengawet pada makanan dan sebagai antibiotik alami (Pino et al. 2004). Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri, dimana terjadi proses denaturasi protein yang menyebabkan perubahan struktur protein dan terjadi proses koagulasi.
Protein yang mengalami proses denaturasi akan
kehilangan aktifitas fisiologi dan dinding sel akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga akan terjadi kerusakan (Sumono dan Wulan, 2009). Kandungan zat aktif pada daun salam diharapkan dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan membuat daging ayam petelur afkir menjadi awet. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konsentrasi sari daun salam sebagai pengawet daging ayam petelur afkir terhadap pH, awal kebusukan dan total bakteri, serta mengetahui konsentrasi sari daun salam yang paling efektif terhadap nilai pH, waktu terbentuknya awal kebusukan dan total bakteri pada daging ayam petelur afkir.
BAHAN DAN METODE 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan penelitian yaitu daging ayam petelur afkir berumur ± 2 tahun yang didapat dari peternakan rakyat yang berokasi di Jatinangor, Sumedang Jawa Barat sebanyak 3 ekor dan daun salam kering sebanyak 300 gram yang di beli di “Babah Kuya” Jl Pasar Baru Selatan No.33 Bandung.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 3
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
2. Metode (1) Pembuatan Sari Daun Salam Proses pembuatan sari daun salam menggunakan menggunakan metode Cornelia et al. (2005). (2) Perendaman Daging Daging ayam bagian dada direndam dengan sari daun salam pada konsentrasi 10%, 15%, dan 20% selama 30 menit menggunakan metode Afrianti, dkk., (2013). (3) Nilai pH Penentuan nilai pH dilakukan dengan menggunakan metode Denny dan Trioso (2009) dimana perbandingan sampel dan aqudest adalah 1:10. (4) Awal Kebusukan Penentuan awal kebusukan daging domba dilakukan dengan metode Denny dan Trioso, (2009) yaitu memasukan sampel daging ke cawan petri lalu tutup dengan kertas saring dan tetesi Pb asetat. (5) Total Bakteri Pengujian total bakteri pada daging menggunakan metode Denny dan Trioso, (2009) yaitu dengan Total Plate Count (TPC), Total Plate Count (TPC) adalah jumlah mikroba aerob per milliliter sampel yang ditentukan melalui metode standar. Menghitung jumlah mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri berkisar 25-250 koloni dengan cara : Koloni per gram (CFU) = Jumlah koloni per cawan x (6) Analisis Statistik Penelitian ini telah dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga jenis perlakuan sari kulit buah naga merah yaitu sebesar 10%, 15% dan 20% dengan 6 ulangan sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Semua data yang diperoleh dianalisis menggunakan Uji Sidik Ragam dan perbedaan antar perlakuan dianalisis dengan Uji Duncan.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 4
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Daun Salam Sebagai Perendam Daging Ayam Petelur Afkir Terhadap Nilai pH Rata-rata pengaruh berbagai konsentrasi larutan sari daun salam sebagai perendam daging ayam petelur afkir terhadap pH daging ayam petelur afkir disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-Rata Nilai pH Daging Ayam Petelur Afkir Pada Berbagai Perlakuan. Perlakuan
Ulangan P1
P2
1 5,25 5,27 2 5,24 5,24 3 5,29 5,25 4 5,22 5,29 5 5,37 5,29 6 5,35 5,30 Jumlah 31,72, 31,64, Rata-rata 5,29 5,27 Keterangan: P1 : Perendaman daun salam konsentrasi 10% P2 : Perendaman daun salam konsentrasi 15% P3 : Perendaman daun salam konsentrasi 20%
P3 5,20 5,18 5,3 5,29 5,29 5,27 31,53, 5,26
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata pH daging ayam petelur afkir yang di rendam pada berbagai konsentrasi sari daun salam antara 5,26-5,29. Hasil tersebut dilakukan Uji Sidik Ragam dan menunjukkan konsentrasi daun salam memberikan hasil relatif sama terhadap pH daging ayam petelur afkir. Alasan yang dapat di kemukakan dalam penelitian ini karena pH larutan daun salam pada konsentrasi 10%, 15% dan 20% yaitu 4,80, 5.28 dan 5,70, tidak jauh berbeda dengan nilai pH pada daging ayam petelur afkir sebelum di rendam daun salam yaitu 5,41, dimana Mutiasari et al. (2015) menyatakan hal yang sama yaitu nilai pH daging ayam dalam keadaan rigomortis antara 5,00-5,60. Tidak terjadi perubahan nyata pada nilai pH daging, namun demikian nilai pH daging ayam petelur afkir dengan perendaman sari daun salam masih di katakan bagus, dimana nilai pH daging ayam petelur afkir setelah di rendam daun salam berkisar 5,26-5,29, dimana nilai pH tersebut kurang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroba, hal ini sejalan dengan Lawrie (1979) dalam Soeparno (2009) yang menyatakan bahwa nilai pH daging 5,2 atau lebih rendah Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 5
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
maka pertumbuhan mikroba berkurang sedangkan jika nilai pH ultimat tinggi maka pertumbuhan mikroba meningkat. Hal tersebut di perkuat dengan pernyataan Aberle et al. (2001) yang berperdapat bahwa daging dalam keadaan normal memiliki pH ultimat 5,3-5,7 yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Nilai pH 7 merupakan kondisi optimal untuk pertumbuhan mikroba. Pengaruh Daun Salam Sebagai Perendam Daging Ayam Petelur Afkir Terhadap Awal Kebusukan Rata-rata pengaruh berbagai konsentrasi larutan sari daun salam sebagai perendam daging ayam petelur afkir terhadap awal kebusukan daging ayam petelur afkir disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata waktu Awal Kebusukan Daging Ayam Petelur Afkir Pada Berbagai Perlakuan. Ulangan 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata-rata
P1 565……… 542……… 525……… 510……… 640……… 542……… 3324……… 554………
Perlakuan P2 ……….menit………... 900……… 823……… 900……… 870……… 818……… 823……… 5134……… 856………
P3 1133........ 1150……. 1150……. 1133……. 1105……. 1105……. 6776……. 1130…….
Tabel 2 menunjukkan waktu awal kebusukan yang paling lama terjadi pada daging ayam petelur afkir pada konsentrasi 20% (P3) dengan waktu rata-rata 1130 menit dan di ikuti dengan konsentrasi 15% (P2) dengan waktu rata-rata 856 menit dan yang paling cepat terjadinya awal kebusukan ada pada konsentrasi 10% (P1) dengan waktu rata-rata 554 menit, satu sama lain menunjukkan berbeda nyata. Sari daun salam memberikan pengaruh terhadap awal kebusukan daging ayam petelur afkir, maka di lanjutkan dengan Uji Duncan. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi larutan sari daun salam memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap waktu awal kebusukan daging ayam petelur afkir.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 6
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty Tabel 3. Uji Duncan Pengaruh Perlakuan terhadap Awal Kebusukan Daging Ayam Petelur Afkir. Perlakuan P1 P2 P3
Rata-rata
Signifikansi 0,05
.......Menit....... 554……………. 856……………. 1130…………….
a b c
Keterangan: Huruf kecil yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata. Awal kebusukan pada daging ayam petelur afkir dapat di hambat oleh senyawa fenolik yang terkandung dalam daun salam yang mampu menekan laju keruskan daging dengan cara menghambat pembelahan sel atau merusak membran sel sehingga memperpanjang terjadinya awal kebusukan pada daging, hal ini sesuai dengan pendapat Siswandono dan Soekardjo (2000) dalam flavonoid pada daun salam mempunyai senyawa genestein yang berfungsi menghambat pembelahan sel. Sedangkan, senyawa minyak atsiri mengandung eugenol yang merusak dinding sel bakteri dan menembus ke dalam sel sehingga sel mengalami kerusakan (Maryati et al. 2007). Penelitian Ratna et al. (2011) menyatakan bahwan di butuhkan 2% kandungan minyak atsiri sebagai konsentrasi bunuh minimal untuk bakteri sedangkan daun salam hanya mengandung 0,05% minyak atsiri, sehingga minyak atsiri pada daun salam belum mampu membunuh bakteri.
Sedangkan kandungan tanin pada daun salam sebesar 7,62% sudah
mampu menghambat bakteri, hal ini di tunjukan pada penelitian Sukardi et al. (2007) yang menyebutkan kandungan tanin 7,82% yang di ekstrak dengan air selama 17 menit sudah mampu menghambat bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Kandungan tanin mampu menghambat pertumbuhan bakteri hal ini sesuai pendapat Hendradjatin (2009) dalam Kusumaningrum et al. (2013) yang menyatakan tanin merupakan growth inhibitor sehingga banyak mikroorganisme yang dapat dihamba pertumbuhannya oleh tanin. Pengaruh Daun Salam Sebagai Perendam Daging Ayam Petelur Afkir Terhadap Total Bakteri Rata-rata pengaruh berbagai konsentrasi larutan sari daun salam sebagai perendam daging ayam petelur afkir terhadap total bakteri daging ayam petelur afkir disajikan pada Tabel 4. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 7
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty Tabel 4. Rata-rata Total Bakteri Daging Ayam Petelur Afkir Pada Berbagai Perlakuan. Ulangan 1 2 3 4 5 6 Jumlah Rata-rata
Konsentrasi Sari Daun Salam P1 P2 P3 6 …………………….( x 10 CFU/g)…………………… 73,30……... 131,65…….. 103,55…….. 85,35……... 90,65…….. 106,40…….. 148,30……... 97,30…….. 65,05…….. 99,05……... 119,10…….. 101,60…….. 120,65 …….. 111,75…….. 109,45…….. 104,95 …….. 74,40…….. 38,40…….. 632 ….…. 625…….. 524…….. 105,267 ….…. 104,142…….. 87,41……..
Tabel 4 menunjukkan rata-rata total bakteri yang terkecil ada pada konsentrasi 20% (P3) dengan jumlah toal bakteri 87,41x 106 cfu/g lalu konsentrasi 15% (P2) dengan total bakteri 104,142x 106 cfu/g dan total bakteri tertinggi terdapat dikonsentrasi 10% (P1) dengan total 105,267 x 106 cfu/g. Selanjutnya untuk mengetahui sampai sejauhmana total bakteri daging ayam petelur afkir dipengaruhi oleh konsentrasi sari daun salam di lakukan analisis statistika dengan Uji Sidik Ragam, menunjukkan bahwa perendaman sari daun salam tidak memiliki perbedaan yang nyata terhadap total bakteri daging ayam petelur afkir. Tidak adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan bisa di sebabkan karena beberapa faktor di antaranya pemotongan karkas tidak steril, terjadi kontaminasi dari lingkungan atau kontaminasi dari pekerja saat pengujian total bakteri. Selama proses penelitian daging bisa tercemar melalui pakaian dan rambut yang kurang bersih sehingga daging tercemar mikroorganisme, hal ini seusai dengan pendapat Sopandi dan Wardah (2014) sumber kontaminasi dari manusia bisa berasal dari tangan dan pakaian yang tidak bersih serta rambut dapat menjadi sumber kontaminasi utama pada bahan pangan. Udara bisa di jadikan salah satu faktor yang menyebabkan kontaminasi, jumlah mikroorganisme dari udara di pengaruhi oleh tingkat kelembaban, ukuran dan jumlah partakel debu, suhu dan kecepatan udara. Mukono (2010) menyatakan mikroorganisme di udara bersifat sementara dan beragam. Keberadaan mikroorganisme di udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kelembaban udara, ukuran dan konsentrasi partikel debu, temperatur, aliran udara, serta jenis mikroorganisme. Semakin lembab maka kemungkinan semakin Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 8
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
banyak kandungan mikroba di udara karena partikel air dapat memindahkan sel-sel yang berada di permukan. Simpulan 1.
Penggunaan daun salam (Syzygium polyanthum) sebagai perendam daging ayam petelur afkir memberikan pengaruh terhadap awal kebusukan tetapi tidak berpengaruh terhadap pH dan total bakteri.
2.
Penggunaan kosentrasi 20% sari daun salam menghasilkan daya awet terbaik pada daging ayam petelur afkir dengan pH 5,26, awal kebusukan 1130 menit dan total bakteri 87,41 x 106 cfu/g.
Saran Perlu diteliti lebih lanjut komposisi kimia, fisik dan uji akseptabilitas tentang penggunaan konsentrasi sari daun salam sebagai pengawet daging ayam petelur afkir. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing Prof. Drh. Roostita L Balia, Ph.D dan Ir. Denny Suryanto Sutardjo, MS., yang telah memberikan bimbingan selama penulisan jurnal ini serta kepada Prof. Dr. Ir. Kusmayadi Suradi, M.S., selaku Kepala Laboratorium Pengolahan Produk Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah memberikan izin menggunakan Laboratorium selama masa penelitian. Daftar Pustaka Aberle, E. D., Forrest, J. C., Gerrard. D. E., Mills, E. W., Hedrick. H. B., Judge, M. D. dan Merkel. R. A. 2001. Principles of Meat Science. 4th ed. Kendall/Hunt Publishing Company. Lowa.160. Afrianti.M., Bambang.D., B.D. Setiani. 2013. Total Bakteri, pH, dan Kadar Air Daging Ayam Broiler Setelah Direndam Dengan Ekstrak Daun Senduduk Selama Masa Simpan. Jurnal Pangan dan Gizi Vol. 04 No. 07: 51-53 Cornelia. M., C. C. Nurwitri dan Manissjah. 2005. Peranan Ekstrak Kasar Daun Salam (Syzygium plyanthum (Wight) Walp) Dalam Menghambat Pertumbuhan Total Mikroba dan Escherichia coli pada Daging Ayam Segar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. Vol. 3 No.2.44-45. Denny. W. Lukman dan Trioso. P. 2009. Analisis Penuntun Praktikum Higiene Pangan Asal Hewan, Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor. 10, 43, 46. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 9
Pengaruh Perendaman Sari Daun Salam…………………………………Dewinda Septianty
Denny, W. L., Minarwati. S., Agatha. W. S., Trioso. P., Hadri. L dan R. Roso. S. 2009. Higine Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor. 165. Kusumaningrum. A., P. Widiyaningrum., I. Mubarok. 2013. Penurunan Total Bakteri Daging Ayam Dengan Perlakuan Perendaman Infusa Daun Salam (Syzygium Polyanthum). Journal of Biology and Biology Education 36 (1): 14-19. Lajuck, Pranasista. 2012. Ekstrak Daun Salam (Eugenia Poliantha) Lebih Efektif Menurunkan Kadar Kolesterol Total dan LDL Dibandingkan Statin Pada Penderita Dislipidemia. Tesis. Universitas Undayana. Denpasar. Maryati, Ratna S. F., dan Triastuti R. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococus aureus dan Escherichia coli Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. 8 (1) : 30-38 Mountney, G. J dan C. R. Parkhurst. 1995. Poultry Products Technology. 3rd.The Haworth Press, Inc. NewYork. Mukono. 2010. Pengaruh Kualitas Udara Dalam Ruangan Ber-Ac Terhadap Gangguan Kesehatan. Availeble at http://mukono.blog.unair.ac.id/2010/02/11/pengaruhkualitas-udara-dalam-ruangan-ber-ac-terhadap-gangguan-kesehatan/ (di akses 10 Juni 2016, jam 00:45) Mutiasari. S. D., Djalan, Rosyadi dan Imam. T. 2015. Kualitas Fisik Daging Ayam Mati Kemarin “Tiren” dan Daging Ayam Sehat Strain Cobb 500 Ditinjau dari pH, Tekstur, WHC (Water Holding capacity), Dan Warna Daging. Jurnal-Jurnal Ilmu Peternakan. Vol 2.7. Pino, J.A., Garcia, J. dan Martinez, M.A.. 2004. Solvent Extraction and supercritical Carbon Dioxid of Lippia alba Mill)., N.E.Brown Leaf, J.Essent. Oil Res., 9(3), 341-343. Ratna. Y, Peni. I dan Septi S. R. 2011. Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix) Terhadap Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli. Pharmacon, Vol. 12, No. 2. 52. Siswandono dan Soekardjo, B. 2000. Kimia Medisinal. Edisi 2. Airlangga University Press. Surabaya. 291,303. Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gadjah Mada. Press. Yogyakarta. Hlm 1, 199-312 Sopandi, Tatang dan Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan – Teori dan praktik. Andi Offset. Yogyakarta. 53, 98. Suharti .S., Banowati .A., Hermana .W., dan Wiryawan .K.G. 2008. Komposisi dan Kandungan Kolesterol Karkas Ayam Broiler Diare yang Diberi Tepung Daun Salam (Syzygium polyanthum Wight) dalam Ransum. Jurnal Peternakan. 31(2):138-145. Sukardi, A. R. Mulyarto Dan W. Safera. 2007. Optimasi Waktu Ekstraksi Terhadap Kandungan Tanin Pada Bubuk Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidii Folium) Serta Biaya Produksinya. Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 8 No.2. 93. Sumono, A dan Wulan A. 2009. Kemampuan Air Rebus Daun Salam (Eugenia polyantha w) Dalam Menurunkan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus sp. Majalah Farmasi Indonesia. 20 (3), 112-117. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran | 10