Flavonoid
Syzygium polyanthum
Klasifikasi Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Family
: Myrtaceae
Genus
: Syzygium
Species
: Syzygium polyanthum
Nama Daerah
: Gowok (Sunda) , manting (Jawa) , Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura) Meselangan (Sumatera) , ubar serai (Melayu)
Sebaran
: Salam tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma, Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa
1
Flavonoid
Pemerian Merupakan pohon berukuran sedang, bertajuk rimbun tinggi mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm, bertajuk rimbun, berakar tunggang. Batang Berkayu, batang bulat, permukaan licin, pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya jorong – lonjong, jorong sempit atau lanset, sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum Urat daun intramarginal nampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 28 cm, muncul di bawah daun atau terkadang pada ketiak. Bunga kecilkecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, lk. 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan Bunganya termasuk bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap sampai ungu kehitaman, rasanya agak sepat. bermahkota keping kelopak. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000
2
Flavonoid
mm/tahun pada jenis latosol kehitaman. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.[2] Simplisia Pemanenen salam dilakukan dengan pemetikan daun yang sudah berwarna hijau tua. Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun diperoleh dari rantingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ±27 °C dengan pembalikan intensif selama tiga hari.[1] Penggunaan Tradisional Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan lengkuas. Kayu salam berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang
tergolong ke dalam kayu
kelat (nama
perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Buah salam dapat dikonsumsi. Secara empiris kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut.
3
Flavonoid
Ekstraksi Ekstrak dibuat deng dengan n cara digesti. Satu bagian serbuk kering daun salam dimasukkan ke dalam alat digesti menggunakan 10 bagian air selama ama satu jam dihitung sejak suhu mencapai 400C, kmudian disaring. Ampas disari kembali selama 30 menit dengan 5 bagian air sebanyak
dua
kali.
Ekstrak
diuapkan
dan
dikeringkan
dengan
menggunakan penangas air. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat. endemen: tidak kurang dari 5,8% Rendemen: Pemerian ekstrak •
Bentuk
: kental
•
Warna
: Hijau kehitaman
•
Bau
: Khas
•
Rasa
: Agak pahit dan kelat
Kandungan kimia saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang terdiri rdiri dari sesquiterpen, lakton, fenol (Sudarsono et al., 2002), dan Flavonoid dengan komponen utama fluoretin dan kuer kuersetin setin.
OH
Fluoretin OH
OH
OH
4
O
Flavonoid
Indikasi Antioksidan,
antiinflamasi,
antidiabetes,
antidiare,
antihipertensi,
hipoglikemik Efek Farmakologi (yang terdapat di jurnal)
•
Terapi Hipertensi [3] Pada
penelitian ini
digunakan
5 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibuat hipertensi dengan diit tinggi natrium klorida. Kelompok 1 sampai 4 diberi infus daun salam masing-masing dengan dosis 0,03 g/200 g bb., 0,06 g/200 g bb., 0,12 g/200 g bb., dan 0,24 g/200 g bb. sedangkan kelompok 5 diberi verapamil dosis 0,09 mg/200 g bb. Sebagai pembanding. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara langsung pada arteri karotis dengan menggunakan manometer air raksa yang dihubungkan dengan kymograf. Pemberian sediaan uji dilakukan melalui vena jugularis. Pengamatan dilakukan scbelum pemberian (0 menit), segera setelah pemberian (<1 menit), pada menit ke lima dan ke sepuluh setelah pemberian sediaan uji. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metode anova 2 arah dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Tukey. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian infus daun salam dapat menurunkan tekanan darah arteri rata-rata tikus putih jantan galur Wistar yang dibuat hipertensi. Efek infus daun salam yang bermakna ditunjukkan oleh dosis 0,06 g/ 200 g bb. dan dosis 0,12 g/200 g bb.
•
Efek hipogllikemis[6] Uji aktivitas hipoglikemik ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam
(Syzygium Polyanthum (wight) Walp) pada kelinci jantan yang dibebani
5
Flavonoid
dengan glukosa menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Kandungan yang teridentifikasi dengan metoda kromatografi lapis tipis dalam ekstrak tersebut adalah golongan flavonoid. Tanda-tanda stimulasi terhadap saraf parasimpatik tidak terlihat setelah perlakuan dengan estrak etanolik daun Syzygium Polyanthum (wight) Walp tersebut.
•
Antidiabetes [6] Telah diuji aktivitas antidiabetes ekstrak air daun salam {Syzygium
polyanthum (Wight) Walp., Myrtaceae] dan fraksinya pada mencit putih jantan galur ddY. Pada mencit normal, fraksi ekstrak air yang tidak larut dalam etanol dosis 0,7 g/kg bobot badan menunjukkan aktivitas yang paling kuat setelah tiga jam pemberian oral, yaitu dengan menurunkan konsentrasi rata-rata glukosa darah sampai 59,6 mg/dl dari konsentrasi awal sebesar 109,4 mg/di (turun 45,5%). Konsentrasi pada waktu ini berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kontrol (p < 0,05), dan lebih baik daripada tolbutamid yang menurunkan konsentrasi rata-rata glukosa darah dari 110,7 mg/dl menjadi 74,2 mg/dl (turun 33%). Pada waktu yang sama dan setelah pemberian dosis yang sama, ekstrak air awal menunjukkan penurunan konsentrasi rata-rata glukosa darah dari 95,6 menjadi 93,1 mg/dl (turun 2,6%), fraksi n-heksana menurunkan konsentrasi glukosa dari 122,4 menjadi 118,4 mg/dl (turun 3,6%), sedangkan fraksi etil asetat menaikkan konsentrasi glukosa dari 93 menjadi 95,2 mg/dl (naik 2,3%), dan fraksi air sisa menaikkan konsentrasi glukosa dari 77,8 menjadi 100 mg/dl (naik 22,2%). Pada mencit diabetes aloksan, fraksi ekstrak air yang tidak larut dalam etanol menunjukkan toleransi glukosa yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Pada kelompok hewan yang sama fraksi ini (0,7 g/kg bobot badan) juga menurunkan konsentrasi glukosa darah (15,07%), tapi kurang kuat
6
Flavonoid
dibandingkan dengan insulin (97,59%). Fraksi ini juga dapat menekan kenaikan konsentrasi glukosa darah oleh adrenalin (naik dari 130,76 menjadi 135,48 mg/dl), yang berbeda secara bermakna dengan kontrol (naik dari 142,23 menjadi 288,2 mg/dl). Dari pengujian in vitro fraksi ini diduga dapat meningkatkan transpor glukosa ke jantung.
•
Menurunkan Kadar LDL Kolesterol[4] Serangkaian penelitian dengan desain Pre and Post Randomized
Controlled Group Design terhadap tikus galur wistar jantan yang dibuat hiperlipidemia. Sampel terdiri dari 28 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol, yang hanya diberi pakan standar dan 3 kelompok perlakuan yang diberi tambahan diet ekstrak Eugenia
polyantha peroral dengan dosis 0,18 gr/hari untuk kelompok perlakuan I, 0,36 gr/hari untuk kelompok perlakuan II, dan 0,72 gr/hari untuk kelompok perlakuan III selama 15 hari. Analisis kadar LDL kolesterol serum menggunakan metode Precipitation of LDL, VLDL and chylomicron. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Kruskall-Wallis. Hasilnya adalah pemberian ekstrak Eugenia polyantha pada kelompok perlakuan menyebabkan penurunan kadar LDL kolesterol yang bermakna (p<0,05) pada semua dosis dibanding kontrol. Dosis 0,72gr/hari dapat menurunkan kadar LDL kolesterol paling tinggi dibanding dengan kelompok lainnya (0,18gr dan 0,36gr/hari).
•
Meningkatkan Kadar HDL Kolesterol[5] Serangkaian penelitian dengan desain Pre and Post Randomized
Controlled Group Design terhadap tikus jantan galur wistar yang dibuat hiperlipidemia. Sampel terdiri dari 28 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol, yang hanya diberi pakan standar serta aquadest dan 3 kelompok perlakuan yang diberi diet tambahan
7
Flavonoid
berupa ekstrak Eugenia polyantha dari 0,18 gr daun salam segar/hari untuk kelompok perlakuan I, 0,36 gr daun salam segar/hari untuk kelompok perlakuan II, dan 0,72 gr daun salam segar/hari untuk kelompok perlakuan III. Diet ini diberikan selama 15 hari. Analisis kadar HDL kolesterol serum menggunakan metode Precipitation of LDL, VLDL
and chylomicrons. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji statistik Wilcoxon untuk analisis data dalam satu kelompok dan Kruskal-Wallis untuk analisis data antar kelompok yang berbeda. Seluruh analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.00 for Windows. Perbedaan dinyatakan signifikan bila p<0,05. Hasilnya adalah pemberian ekstrak Eugenia polyantha dari 0,18 gr daun salam segar, 0,36 gr daun salam segar, dan 0,72 gr daun salam segar/hari selama 15 hari dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia secara bermakna. Semakin tinggi dosis ekstrak Eugenia polyantha yang diberikan semakin tinggi peningkatan kadar HDL kolesterol serum tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia.
• Anti-Proliferative Empat tanaman yang dilaporkan memiliki efek anti oksidan yaitu Vitex
pinnata (pucuk leban), Barringtonia racemosa (pucuk putat), Oroxylum indicum (pucuk beko) and Syzygium polyanthum (pucuk serai kayu) diperiksa mengenai efek anti kanker. Hasil menunjukkan bahwa nilai IC50 V. pinnata adalah 17,38 mg / ml, E. Polyanthum adalah 5,50 mg / ml dan B. racemosa adalah 3,47 mg / ml. Nilai-nilai ini dianggap kepunahan karena kurang dari 20 mg / ml, yang merupakan indikator dari agen antiproliferasi yang baik. Sementara itu, O. indicum tidak menunjukkan nilai
8
Flavonoid
IC50. Jadi, O. indicum bukan merupakan ekstrak yang ampuh sebagai agen anti-proliferasi. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah V. pinnata, S. polyanthum dan B. racemosa memiliki potensi yang baik untuk menjadi agen antiproliferasi. Secara keseluruhan, ketiga tanaman ini menjanjikan sebagai obat anti-kanker alami.
Produk
Produk Daun Salam di pasaran
9