PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SALAM (Eugenia polyantha. Wight)
Oleh MUTIA HANDAYANI E 14201017
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN MUTIA HANDAYANI. Pengaruh Dosis Pupuk NPK dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight) di bawah bimbingan SUPRIYANTO Pencanangan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) oleh pemerintah meliputi berbagai wilayah dan daerah yang tanahnya mengalami degradasi. Akibat degradasi tersebut sering muncul tanah-tanah subsoil yang tidak subur. Tanah subsoil yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya lapisan topsoil oleh pergerakan air maupun penanaman terus menerus dan pemanenan sehingga tidak dapat menyediakan unsur hara secara cukup dan lengkap bagi pertumbuhan tanaman. Untuk melakukan penanaman di tanah yang kurang subur seperti subsoil maka sebaiknya dipilih tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak persyaratan tempat tumbuh. Salam (Eugenia polyantha. Wight) merupakan salah satu jenis tanaman yang bermanfaat ganda (Multi Purpose Tree Species) dan jenis tanaman seperti ini direkomendasikan untuk program GNRHL menurut SK Menteri Kehutanan tanggal 22 Juli 2004 No.P.02/Menhut-V/2004. Bibit Salam memiliki peluang untuk dikembangkan di lahan terdegradasi karena memiliki sifat yang cukup menguntungkan yaitu tidak memerlukan persyaratan tempat tumbuh yang tinggi. Oleh karena itu pengetahuan mengenai budidaya Salam untuk menghasilkan bibit yang bermutu sangat diperlukan, untuk menambah khasanah kekayaan pengetahuan Silvikultur dan membantu mengembangkan sektor kehutanan. Untuk dapat mempercepat pertumbuhan bibit di persemaian yang menggunakan subsoil maka dilakukan pengujian dosis pupuk NPK dan media tumbuh yang ditambah kompos pada berbagai komposisi. Dengan dibantu oleh pemupukan diharapkan tanaman Salam dapat tumbuh dengan baik sehingga kondisi tanah yang terdegradasi dapat diperbaiki dan produktivitas lahan pun kembali meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan semai Salam (Eugenia polyantha. Wight) terhadap pemberian pupuk NPK dalam berbagai dosis yang berbeda pada media campuran subsoil dengan kompos dalam berbagai kombinasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis pupuk NPK yang sesuai untuk pertumbuhan bibit Salam (Eugenia
polyantha. Wight) dan informasi mengenai kombinasi media tumbuh yang terbaik antara subsoil dan kompos, sehingga tanaman Salam dapat dibudidayakan secara baik. Benih Salam (Eugenia polyantha) yang akan digunakan dalam penelitian ini berasal dari benih pohon unggul Salam (Eugenia polyantha) pohon plus No. M 06 di CIFOR. Sebelum disemai, buah Salam terlebih dahulu diekstraksi untuk memisahkan antara biji dan daging buah, kemudian biji yang diperoleh ditanam di bak persemaian. Setelah bibit berusia 2 bulan dan mulai berkayu bibit disapih dan ditanam di polybag. Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 16-16-16 dengan konsentrasi sebesar 0 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm dan 120 ppm/L. Cara membuatnya adalah pupuk NPK ditimbang dengan timbangan analitik Ohauss sehingga diperoleh dosis yang diperlukan, yaitu 30 mg, 60 mg, 90 mg, dan 120 mg, kemudian masing-masing pupuk dilarutkan dalam air 1L. Sebelum pupuk diaplikasikan ke tanaman dilakukan uji coba pendahuluan. Aplikasi pupuk dilakukan 2 pekan sekali, pada sore hari setelah pengukuran untuk mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan jika dilakukan pada siang hari. Dosis siram pupuk per polybag adalah 50 ml. Parameter yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman dan dilakukan 2 pekan sekali dengan menggunakan kaliper serta penggaris, sedangkan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman pada sore hari, penyemprotan insektisida dan pencabutan gulma. Pemanenan tanaman dilakukan dengan cara merobek polybag kemudian memisahkan tanaman dengan tanah. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Pola Faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor konsentrasi pupuk NPK yang terdiri atas lima taraf, yaitu: 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4) dan 120 ppm (D5), sedangkan faktor yang kedua adalah faktor media tanam yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: media subsoil (M1), media subsoil campur kompos 10% (M2) dan media subsoil campur kompos 20% (M3). Berdasarkan hasil uji Duncan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pada perlakuan 90 ppm (D4) dan vigor semai. Pada berat
kering pucuk dan berat kering total dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) memberikan pengaruh paling nyata artinya bibit Salam tanpa penambahan pupuk NPK sudah dapat tumbuh dengan baik. Hal ini justru merupakan hasil yang positif karena sangat menguntungkan dalam penerapan di lapangan. Kemasaman media tanam juga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan bibit Salam. Jika tanah semakin masam, maka mobilitas unsur NPK semakin rendah padahal unsur ini sangat dibutuhkan,
sehingga suplai ke tanaman juga akan sulit dan menyebabkan
pertumbuhan tanaman akan terganggu. Berdasarkan hasil uji Duncan media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Salam. Dari 11 parameter yang diamati, terdapat 10 parameter yang memberikan respon positif terhadap perlakuan dan hanya 1 parameter yang memberikan respon negatif. Secara umum, media subsoil campur kompos 20 % (M3) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik. Semakin tinggi kadar kompos dalam media tanam, nilai pertumbuhan diameter juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil uji Duncan kombinasi perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 30 % (D1M3) memberikan hasil pertumbuhan bibit Salam yang terbaik. Dengan demikian, pemberian kompos (M3) sudah cukup membantu pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight). Berdasarkan penilaian mutu bibit dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah kompos yang diberikan semakin baik pula pertumbuhan bibitnya. Selain itu tanpa pupuk NPK bibit Salam dapat tumbuh dengan baik. Penambahan pupuk justru berefek negatif karena tanah yang digunakan adalah tanah subsoil yang bersifat masam dan ketersediaan unsur haranya terbatas karena sebagian besar berada dalam keadaan terikat, bukan tersedia, sehingga ketika ditambahkan pupuk NPK maka tingkat kemasaman tanah bertambah (Lampiran 24). Dalam kondisi demikian unsur hara makro menjadi terikat sehingga sulit untuk diserap tanaman. Disamping itu, ketika memupuk dengan pupuk anorganik (NPK) unsur hara yang terkandung didalamnya akan segera diserap oleh tanaman atau bibit sehingga ketika kekurangan harus ditambahkan kembali. Untuk itu dalam pembibitan Salam jika menggunakan tanah subsoil harus ditambahkan bahan organik seperti kompos sebanyak 20%.
PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SALAM (Eugenia polyantha. Wight)
Oleh : MUTIA HANDAYANI E 14201017
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi :
Pengaruh
Dosis
Pupuk
NPK
dan
Kompos
Terhadap
Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight) Nama
:
Mutia Handayani
NRP
:
E14201017
Menyetujui : Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Supriyanto NIP. 132 008 552
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal Kelulusan :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 31 May 1983 sebagai anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Djamaluddin A.BBA dan Djasni. Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 24 Banda Aceh dan meneruskan pendidikan ke SMP Negeri 2 Banda Aceh. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke tingkat SMU tepatnya di SMU Negeri 3 Banda Aceh. Di SMU penulis bergabung dengan redaksi majalah rohis sekolah INTIFADHAH dan kepengurusan OSIS SMU Negeri 3 sebagai wakil ketua seksi Budi Pekerti Luhur. Setelah lulus dari SMU penulis diterima di Departemen Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Semasa kuliah penulis aktif di DKM ’Ibaadurrahmaan dan menjabat sebagai ketua keputrian periode 2003-2004. Penulis melaksanakan P3H di Getas, Baturaden dan Cilacap serta melaksanakan Praktek Kerja Lapang di PT. Putra Duta Indah Wood, Kumpeh, Muaro Jambi, Jambi.
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tak lupa salawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Dosis Pupuk NPK Dan Kompos Terhadap Pertumbuhan Bibit Salam (Eugenia Polyantha. Wight)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap adanya saran dan masukan yang dapat memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, terutama dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya. Bogor, Januari 2009 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Berbagai bantuan dan dukungan telah penulis dapatkan dari berbagai pihak selama proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada : 1. Dr. Ir. Supriyanto, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, perhatian, nasihat dan bantuan serta telah begitu sabar membimbing penulis. 2. Ir. Jajang Suryana, M.Sc dan Dr. Drh. Erna Suzanna, M.Sc yang telah memberikan masukan dan saran. 3. Pak Khoeruddin dan pak Purnajaya di SEAMEO Biotrop, untuk segala bantuan teknis di lapangan. 4. Orang tua tercinta, Ayahanda Djamaluddin A.BBA dan Ibunda Djasni atas segala doa, kasih sayang dan dukungan yang sangat berarti. 5. Kak Yana, Kak Inda, Kak Ayi, Bang Ijal dan Dek Caca selaku saudara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis. 6. Mbak Asti, sahabat tempat berbagi dikala susah dan senang, yang telah membantu secara luar biasa baik ketika di lapangan maupun dalam masa penulisan. 7. WH crews, untuk segala kehangatan dan rasa kekeluargaannya, Yu’ UnQ, Teh Mair, Ai, Dian, Nissa, Biwie, Wulan, Euis, Nanda, Ibeth, Chichi, Tuti, Nielma, Tria. 8. Eva, Jeny, Dyah Ayu, Siti, Asri B, Asri M, Gita, Teh Ita, Liah, Yovie, Ikhsan, Barkah, Herdie, Mukti yang selalu bisa diandalkan. 9. FIKIR 38 yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung. Kalian hebat. 10. Delfy, sungguh, terimakasih banyak 11. Ave, Yani, Neny, Ely, Lina. Tinggal bersama kalian merupakan pengalaman yang menarik. 12. Mardiyah crews yang telah banyak membantu.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ...................................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xv
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1.2 Hipotesis.......................................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................
1 3 3 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Salam (Eugenia polyantha. Wight) ................................................. 2.1.1 Morfologi ......................................................................... 2.1.2 Penyebaran dan habitat ................................................... 2.1.3 Kegunaan ......................................................................... 2.1.4 Silvikultur ........................................................................ Media Tanam .................................................................................. 2.2.1 Subsoil.............................................................................. 2.2.2 Kompos ............................................................................ 2.3 Pupuk NPK ..................................................................................... 2.4 Hasil Penelitian Lainnya yang Terkait ...........................................
4 4 5 5 5 6 6 7 8 9
BAB III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 3.3 Metode Penelitian ........................................................................... 3.3.1 Penyemaian benih Salam (Eugenia polyantha) ............... 3.3.2 Penyapihan ....................................................................... 3.3.3 Persiapan pupuk NPK ...................................................... 3.3.4 Uji coba pupuk / pre eliminari.......................................... 3.3.5 Aplikasi pupuk ................................................................. 3.3.6 Pengukuran dan pemeliharaan ......................................... 3.3.7 Pemanenan ....................................................................... 3.4 Rancangan Penelitian dan Analisis Data …………………………
11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian…………………………………………………… 4.1.1 Persentase hidup bibit Salam …………………………. 4.1.2 Pertumbuhan tinggi bibit Salam ………………………. 4.1.3 Diameter bibit Salam........................................................ 4.1.4 Berat basah pucuk ............................................................ 4.1.5 Berat basah akar ...............................................................
15 15 16 18 20 22
4.1.6 Berat kering pucuk ........................................................... 4.1.7 Berat kering akar .............................................................. 4.1.8 Berat kering total……………………………………….. 4.1.9 Kadar air pucuk ................................................................ 4.1.10 Kadar air akar ................................................................... 4.1.11 Nisbah pucuk akar............................................................ 4.1.12 Vigor semai ...................................................................... 4.1.13 Penilaian mutu bibit keseluruhan ………………………. 4.2 Pembahasan………………………………………………………. 4.2.1 Pengaruh dosis pupuk NPK …………………………… 4.2.2 Pengaruh media tumbuh kompos .................................. 4.2.3 Pengaruh interaksi dosis pupuk dan media tanam ........ 4.2.4 Regresi ............................................................................. 4.2.5 Mutu bibit ........................................................................
23 27 30 34 36 39 41 44 47 47 49 51 52 53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 5.2 Saran ...............................................................................................
55 55
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
56
LAMPIRAN.....................................................................................................
58
DAFTAR TABEL Halaman 1. Persentase hidup semai Salam umur 9 bulan setelah tanam (BST) ………
15
2. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST ............................................
16
3. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST ............................................................................
16
4. Uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
17
5. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST.........................................
18
6. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST..............................................................................
18
7. Uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
19
8. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST ..............................................
21
9. Pengaruh dosis terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
21
10. Uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
21
11. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST...................................................
22
12. Uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
23
13. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST ..............................................
24
14. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST ............................................................................
24
15. Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
25
16. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST .............
26
17. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST ................................................
27
18. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar tanaman Salam umur 9 BST ......................................................................
28
19. Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering akar tanaman Salam umur 9 BST ...............................................................................................
29
20. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST ...............
30
21. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST ...............................................
31
22. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST ...........................................................................
31
23. Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
32
24. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST ...............
33
25. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST ..................................................
34
26. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST ...........................................................................
34
27. Uji Duncan pengaruh media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
35
28. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST ....................................................
36
29. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST ...........................................................................
37
30. Uji Duncan pengaruh media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
38
31. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST ...................
39
32. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST .............................................
40
33. Uji Duncan pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST ...............................................................................................
40
34. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST ....................
41
35. Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST .......................................................
42
36. Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST ...........................................................................
42
37. Rekapitulasi ANOVA ................................................................................
43
38. Pengaruh dosis pupuk NPK .......................................................................
44
39. Pengaruh media tanam …………………………………………………..
44
40. Pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media tanam .............................
45
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST ……………………………………………………………....
17
2. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST ...........................................................................
19
3. Pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
20
4. Pengaruh media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST ......
22
5. Pengaruh media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST .........
23
6. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST .............................................................................
25
7. Pengaruh media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST ...
26
8. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
28
9. Pengaruh media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST ........
29
10. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
32
11. Pengaruh media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST........
33
12. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
35
13. Pengaruh media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST ..........
36
14. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
37
15. Pengaruh media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST .............
38
16. Pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST ......
40
17. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST .................................................................................................
42
18. Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap tinggi bibit Salam ...........................
45
19. Pengaruh media terhadap tinggi bibit Salam ..............................................
46
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Oven, neraca Ohauss dan media tanam ………………………………….
58
2. Laju pertumbuhan tinggi bibit Salam selama 9 BST…………………….....
58
3. Tabel rata-rata tinggi per pengamatan .......................................................
59
4. Laju pertumbuhan diameter bibit Salam selama 9 BST................................
59
5. Rata-rata berat kering total (BKT) ..............................................................
59
6. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK .......................................................
60
7. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK .......................................................
60
8. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK .......................................................
60
9. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK .......................................................
60
10. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK ...............
60
11. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK………....
61
12. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh media..........................................................................
61
13. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh media.............................................................................
61
14. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh media..........................................................................
61
15. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh media .........................................................................
62
16. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh media .................................
62
17. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh media...............................
62
18. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ....................
62
19. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ....................
62
20. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ....................
63
21. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ....................
63
22. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ........
63
23. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media ........
64
24. Hasil Uji pH Tanah .....................................................................................
64
25. Komposisi komponen kimiawi pada kascing (data sekunder) ....................
64
26. Regresi pengaruh media terhadap pertumbuhan tinggi ..............................
65
27. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap diameter..............................
65
28. Regresi pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter ..........................
65
29. Regresi pengaruh media terhadap berat basah pucuk .................................
66
30. Regresi pengaruh media terhadap berat basah akar ....................................
66
31. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap berat kering pucuk ...............
66
32. Regresi pengaruh media terhadap berat kering pucuk ................................
67
33. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap berat kering akar……….......
67
34. Regresi pengaruh media terhadap berat kering akar ...................................
67
35. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap berat kering total……….......
68
36. Regresi pengaruh media terhadap berat kering total ..................................
68
37. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap kadar air pucuk……….........
68
38. Regresi pengaruh media terhadap kadar air pucuk …………………….....
69
39. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap kadar air akar…………........
69
40. Regresi pengaruh media terhadap kadar air akar ........................................
69
41. Regresi pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar .................................
70
42. Regresi pengaruh dosis pupuk npk terhadap vigor semai ..........................
70
43. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST ...................
70
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencanangan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GNRHL) oleh pemerintah meliputi berbagai wilayah dan daerah yang cukup luas. Daerah yang menjadi sasaran gerakan GNRHL adalah daerah yang tanahnya mengalami degradasi. Akibat degradasi tersebut sering muncul tanah-tanah subsoil yang tidak subur. Tanah subsoil yang terjadi sebagai akibat dari hilangnya lapisan topsoil oleh pergerakan air maupun penanaman terus menerus dan pemanenan tidak dapat menyediakan unsur hara secara cukup dan lengkap bagi pertumbuhan tanaman. Untuk melakukan penanaman di tanah yang kurang subur seperti subsoil dimana kondisi fisik tanahnya juga tidak terlalu mendukung tanaman untuk berkembang maka sebaiknya dipilih tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak syarat tempat tumbuh. Besarnya target luas penanaman berimplikasi pada besarnya jumlah bibit yang harus disediakan, namun tetap harus diingat bahwa besarnya kuantitas bibit yang harus disediakan jangan sampai mengabaikan segi kualitas bibit tersebut. GNRHL memerlukan bibit yang bermutu dengan kata lain memiliki genetik yang jelas, vigor yang bagus, dan bebas dari penyakit. Besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk pembelian bibit yang bermutu terkadang berakibat pada kurangnya dana untuk pemeliharaan, monitoring dan evaluasi. Oleh karena itu penting untuk dicari solusi bagaimana memperoleh bibit yang bermutu namun juga murah dari segi biaya. Salam (Eugenia polyantha. Wight) merupakan salah satu jenis tanaman yang bermanfaat ganda (Multi Purpose Tree Species) dan jenis tanaman seperti ini direkomendasikan untuk program GNRHL menurut SK Menteri Kehutanan tanggal 22 Juli 2004 No.P.02/Menhut-V/2004. Tanaman Salam memiliki peluang untuk dikembangkan di lahan yang lapisan permukaan tanahnya mengalami erosi karena memiliki sifat yang cukup menguntungkan yaitu tidak memerlukan syarat tempat tumbuh yang tinggi. Salam juga merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial untuk dikembangkan karena memiliki banyak manfaat. Walaupun secara kualitas kayu tanaman ini termasuk kelas II tetapi Salam
mempunyai banyak manfaat sebagai tanaman obat, misalnya untuk mengobati penyakit maag, diare, kencing manis dsb. Daunnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur. Oleh karena itu pengetahuan mengenai budidaya Salam untuk menghasilkan bibit yang bermutu sangat diperlukan, untuk menambah khasanah kekayaan pengetahuan Silvikultur dan membantu mengembangkan sektor kehutanan. Untuk itu dapat dilakukan pengujian dengan dosis pupuk NPK dan media tumbuh yang dikombinasikan antara subsoil sebagai analogi tanah terdegradasi dengan kompos. Dengan dibantu oleh pemupukan diharapkan tanaman Salam dapat tumbuh dengan baik sehingga kondisi tanah yang terdegradasi dapat diperbaiki dan produktivitas lahan pun kembali meningkat. Penggunaan subsoil sebagai media tumbuh mempunyai keuntungan karena dengan menggunakan subsoil maka tanah akan terpakai secara vertikal dibandingkan penggunaan tanah topsoil yang akan menghabiskan luas tanah secara horizontal. Jika penggunaan kompos kascing dan pupuk NPK dapat membantu memperbaiki kondisi fisik dan kimia dari tanah subsoil sehingga dapat membantu pertumbuhan tanaman maka hal ini akan sangat menguntungkan karena berarti tanah subsoil dapat produktif kembali dan kita tidak akan tergantung pada tanah topsoil semata. Penggunaan kompos kascing dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Tanah subsoil cenderung mempunyai struktur tanah lepung dimana porositas dan keremahan tanah sangat kurang. Hal ini menyebabkan tanah miskin akan oksigen dan persediaan air karena tidak terdapat rongga penyimpanan yang cukup. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Selain itu akar akan sulit untuk bersarang karena struktur tanah yang terlalu rapat dan liat. Kompos membantu tanah subsoil menjadi lebih remah sehingga tersedia cukup ruang untuk oksigen dan membantu tanah mengikat air serta memudahkan akar untuk berjangkar.
1.2. Hipotesis 1.
Pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight).
2.
Campuran kompos pada media subsoil dapat meningkatkan pertumbuhan bibit Salam.
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha. Wight) terhadap pemberian pupuk NPK dalam berbagai dosis yang berbeda pada media campuran subsoil dengan kompos dalam berbagai kombinasi. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis pupuk NPK yang sesuai untuk pertumbuhan bibit tanaman Salam (Eugenia polyantha. Wight) dan informasi mengenai kombinasi media yang terbaik antara subsoil dan kompos, sehingga tanaman Salam dapat dibudidayakan secara baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salam (Eugenia polyantha. Wight) Salam atau Eugenia polyantha mempunyai nama latin lain yaitu Syzygium polyanthum dan tanaman spesies ini mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Magnoliophytina
Kelas
: Magnoliate
Subkelas
: Rosidae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Eugenia
Nama Lokal : Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean), meselangan, ubar serai (Melayu), Salam (Indonesia, Sunda, Jawa, Madura) (IPTEKnet 2005). 2.1.1
Morfologi Pohon Salam (Eugenia polyantha) bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m,
berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm. Pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum (IPTEKnet 2005). Menurut Kristio (2007) tanaman Salam (Eugenia polyantha) termasuk dalam tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-tahun belum juga mati. Akarnya termasuk akar tunggang (radix primaria), berbentuk sebagai tombak (fusiformis) karena pangkalnya besar dan meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan atau biasa disebut akar tombak. Sifatnya adalah akar tunjang karena menunjang batang dari bagian bawah ke segala arah (Kristio 2007). Bunganya bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya
harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat (IPTEKnet 2005). 2.1.2
Penyebaran dan habitat Salam merupakan tanaman yang secara umum dapat ditemukan tumbuh
liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 mdpl (IPTEKnet 2005). Tanaman ini tumbuh secara liar di bagian barat Asia Tenggara (Burma hingga Malaysia) dan di bagian barat Indonesia (Katzer 2001). Salam juga dapat ditemukan di Suriname dan sama seperti di Indonesia pada umumnya, di sana Salam juga digunakan sebagai bumbu dapur (Tropilab Inc 2007). 2.1.3
Kegunaan Tanaman Salam memiliki banyak kegunaan, terutama di bidang
pengobatan, karena tanaman ini termasuk salah satu tanaman obat Indonesia. Penyakit yang dapat diobati oleh tanaman ini adalah diare, sakit maag (gastritis), kencing manis, mabuk akibat alkohol, penyakit kulit seperti kudis dan gatal-gatal. Selain itu tanaman Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya dapat dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu (IPTEKnet 2005) 2.1.4 Silvikultur Tanaman Salam biasa dikembangbiakkan dengan biji, cangkok atau stek. Benihnya bersifat rekalsitran sehingga tidak tahan lama, tidak bisa dikeringkan dengan baik dan tidak tahan terhadap temperatur yang rendah. Tanaman Salam sebaiknya ditanam di daerah yang mendapat sinar matahari secara penuh dan tidak mengalami musim salju. Walau demikian tanaman ini termasuk jenis tanaman yang tidak memerlukan banyak syarat tempat tumbuh yang sehingga mudah untuk ditanam.
2.2
Media Tanam
2.2.1
Subsoil Subsoil merupakan lapisan yang terletak tepat setelah horizon A,
merupakan horizon B yang utama (biasanya B2) dan sering dijumpai pada kedalaman 30-60 cm (Budiman 1998). Subsoil dapat juga diartikan sebagai bagian dari profil tanah dibawah permukaan tanah yang telah berubah dari karakter geologi aslinya. Sering disebut sebagai horizon B (Anonimus 2007). Selain itu menurut Heritage Community Foundation (2007) horizon B atau subsoil dapat terdiri dari pasir, lumpur, dan tanah liat tetapi sedikit mengandung humus atau bahan organik lainnya, jika ada. Menurut Gibson dan Batten (1970) lapisan permukaan dari tanah, atau horizon A, biasa disebut sebagai topsoil, lapisan berikutnya, horizon B, disebut subsoil. Gabungan horizon A dan B disebut sebagai tanah atau solum. Pada daerah yang beriklim basah erosi yang terjadi dapat memindahkan sebagian atau seluruh bagian tanah permukaan, atau horizon A, sebagai akibat dari kegiatan bercocok tanam atau pembukaan areal hutan. Horizon A kehilangan materi secara konstan karena pengaruh pergerakan air hujan yang menuju ke bawah atau ke luar, yang membawa bahan organik terlarut dan bahan mineral, termasuk materi halus yang tersuspensi. Dengan demikian horizon A mengalami eluviasi, atau miskin hara, karena kehilangan bahan-bahan mineral tersebut. Hal ini mengakibatkan horizon A miskin bahan organik dan substansi mineral serta memiliki tekstur yang kasar, karena kehilangan ini, horizon A mengalami erosi tanah. Horizon B merupakan tempat penyimpanan di tanah. Horizon B mengalami iluviasi karena sebagian besar materi halus yang terbawa turun dari horizon A tersimpan di sini. Proses pengayaan ini berjalan sangat lambat. Ini merupakan tahap akhir dalam pengembangan tanah dewasa. Beberapa jenis tanah tidak mencapai tahap ini dan oleh karena itu tidak menghasilkan horizon B. Di daerah yang beriklim basah, erosi yang terjadi dapat menghilangkan seluruh atau sebagian dari horizon A, demikian juga dengan kegiatan bercocok tanam yang terus menerus atau pembukaan areal hutan dapat menyebabkan horizon A terkikis.
2.2.2
Kompos Murbandono (1994) menyatakan bahwa kompos adalah bahan-bahan
organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami, sisa-sisa ranting dan dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air seni dan kotoran hewan dan lain-lain. Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut : •
Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman.
•
Menggemburkan tanah.
•
Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
•
Meningkatkan porositas, aerasi dan komposisi mikroorganisme tanah.
•
Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.
•
Memudahkan pertumbuhan akar tanaman.
•
Menyimpan air lebih lama.
•
Mencegah lapisan kering pada tanah.
•
Mencegah beberapa penyakit akar.
•
Menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan.
•
Meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia.
•
Menjadi salah satu alternatif pengganti (substitusi) pupuk kimia karena harganya lebih murah, berkualitas, dan akrab lingkungan.
•
Bisa menjadi pupuk masa depan karena pemakaiannya yang lebih hemat, sebagai contoh untuk tanaman pangan hanya memerlukan 0,5 kg tiap m2 untuk tiap musim.
•
Bersifat multilahan karena bisa digunakan di lahan pertanian, perkebunan, reklamasi lahan kritis, padang golf, dll.
Kompos cacing Kompos (pupuk) cacing atau kascing merupakan pupuk yang berasal dari kotoran cacing. Dari kotoran cacing alias vermics itulah, kita mengenal kata vermifikasi. Vermifikasi merupakan proses penguraian sampah-sampah organik yang dilakukan oleh cacing sehingga dihasilkan kotoran cacing (menjadi pupuk) (Murbandono 1994). Proses pembuatan kascing sama seperti pembuatan kompos
biasa, hanya saja ditambahkan benih cacing untuk mempercepat penguraian. Kompos hasil proses ini sering disebut vermi kompos. Kascing dapat menyuburkan tanaman karena kascing berbentuk partikelpartikel tanah berwarna kehitam-hitaman yang ukurannya lebih kecil dari partikel tanah biasa sehingga lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman. Kascing mengandung zat organik yang akan menyesuaikan perubahan kimia secara alami. Dalam kondisi lembab, maka bakteri yang hidup di daerah lembablah yang berkembang, sebaliknya jika ditaruh di daerah panas, maka bakteri yang hidup di daerah panaslah yang akan berkembang. Selain itu kascing juga mengandung berbagai unsur hara penting seperti auxin, sitokinin, giberelin, dan zat perangsang tumbuh untuk tanaman. Dan jika dilihat dari kandungan unsurnya, kascing jauh lebih baik daripada pupuk anorganik karena hampir seluruh unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersedia di dalamnya. 2.3
Pupuk NPK Menurut Lingga (1998) pupuk adalah zat yang berisi satu unsur atau lebih
yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis terisap oleh tanaman dari tanah. Jadi memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa manfaat pupuk secara umum adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun secara lebih terinci manfaat pupuk dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisika dan kimia tanah. Menurut Marsono dan Sigit (2002) manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisika tanah yaitu memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir juga dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk, terutama pupuk organik. Manfaat lain pemberian pupuk adalah mengurangi erosi pada permukaan tanah. Dalam hal ini pupuk berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat struktur tanah di bagian permukaan. Manfaat yang berkaitan dengan sifat kimia tanah menurut Marsono dan Sigit (2002) adalah menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman.
Murbandono (1994) menyatakan bahwa unsur hara yang diperlukan tanaman dapat dibagi tiga golongan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Ketiga golongan tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan potasium atau kalium (K). 2. Unsur hara sedang (sekunder) yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, seperti sulfur/belerang (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). 3. Unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), khlor (Cl), boron (B), mangan (Mn), dan molibdenum (Mo). Menurut Marsono dan Sigit (2002) selain menyediakan unsur hara, pemupukan juga membantu mencegah kehilangan unsur hara yang cepat hilang, seperti N, P, dan K yang mudah hilang oleh penguapan. Pupuk juga dapat memperbaiki keasaman tanah. Atas dasar kandungan unsur hara yang dikandungnya pupuk terdiri dari pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang mengandung satu jenis hara tanaman seperti N atau P atau K saja, sedangkan pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara tanaman, seperti gabungan antara N dan P, N dan K atau N dan P dan K (Sabiham et al, 1989). Pupuk NPK (Nitrogen-Phosphate-Kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-20-15. Tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit 2002). 2.4
Hasil penelitian lainnya yang terkait Hasil penelitian tentang pemupukan yang dilakukan oleh Hendrati, Siagian
dan Pudjiono pada tanaman Eucalyptus deglupta yang satu famili dengan tanaman Salam, dengan perlakuan jumlah mata tunas dan pemupukan dengan menggunakan NPK 0gr; 0,3gr; 0,6gr menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK
berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman, tetapi untuk pemberian dosis 0,3gr dan 0,6gr tidak beda nyata. Pemberian pupuk 0,6gr NPK memberikan berat kering terbesar dibandingkan dengan perlakuan lain.
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca SEAMEO Biotrop dari bulan Agustus 2006 sampai awal Maret 2007. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah bibit Salam dari benih, tanah subsoil, kompos kascing (bekas cacing) dan pupuk NPK. Sedangkan alat yang digunakan adalah kantong polybag, botol ukuran 1 L, gelas ukur 50 ml, kaliper, penggaris, alat tulis, neraca Ohauss, Oven, kertas aluminium, kantong plastik, kantong kertas, gunting stek, handsprayer, tipe-ex. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1
Penyemaian benih Salam (Eugenia polyantha) Tanaman Salam (Eugenia polyantha) yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari benih pohon unggul Salam (Eugenia polyantha) pohon plus No. M 06 di CIFOR. Sebelum disemai, buah Salam terlebih dahulu di ekstraksi untuk memisahkan antara biji dan daging buah. Cara ekstrasi yang digunakan adalah ekstraksi basah dengan cara buah dimasukkan ke dalam wadah yang cukup pipih dan lebar, kemudian air dituangkan ke dalam wadah sambil buah digosok dengan tangan secara perlahan sehingga daging buah terpisah dengan biji. Hal ini harus dilakukan secara hati-hati agar biji tidak pecah atau rusak. Setelah ekstraksi selesai, biji yang diperoleh ditanam di bak persemaian. 3.3.2 Penyapihan Setelah bibit berusia 2 bulan dan mulai berkayu bibit disapih dan ditanam di polybag. Tujuan menunggu bibit berkayu agar cukup kuat ketika berpindah tempat tumbuh sehingga resiko bibit mati dapat diperkecil.
3.3.3
Persiapan pupuk NPK Pupuk NPK yang digunakan adalah pupuk NPK 16-16-16 dengan
konsentrasi sebesar 0 ppm, 30 ppm, 60 ppm, 90 ppm dan 120 ppm. Cara membuatnya adalah pupuk NPK ditimbang dengan neraca Ohauss sehingga diperoleh ukuran yang diperlukan, yaitu 30 mg, 60 mg, 90 mg, dan 120 mg. Kemudian masing-masing pupuk dilarutkan dalam air 1L. 3.3.4
Uji coba pupuk / pre eliminari Sebelum pupuk diaplikasikan ke tanaman dilakukan uji coba pendahuluan.
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian tingkat konsentrasi pupuk NPK dengan tanaman. 3.3.5
Aplikasi pupuk Aplikasi pupuk dilakukan 2 pekan sekali, pada sore hari setelah
pengukuran untuk mencegah penguapan yang berlebihan dibandingkan jika dilakukan pada siang hari. Dosis siram pupuk per polybag adalah 50 ml. 3.3.6
Pengukuran dan pemeliharaan Parameter yang diukur adalah tinggi dan diameter tanaman. Pengukuran
dilakukan 2 pekan sekali dengan menggunakan kaliper. Diameter diukur pada batang yang terletak di atas permukaan tanah. Tinggi tanaman diukur dari batas permukaan tanah hingga pucuk. Tinggi dan diameter tidak diukur pada kotiledon karena pada tanaman Salam (Eugenia polyantha) letak kotiledon sangat dekat dengan leher akar sehingga kotiledon ikut terbenam di dalam tanah. Jika pengukuran tinggi dan diameter tetap dilakukan pada kotiledon dikhawatirkan akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman secara teratur pada sore hari, penyemprotan insektisida dan pencabutan gulma. 3.3.7 Pemanenan Pemanenan tanaman dilakukan dengan cara merobek polybag kemudian memisahkan tanaman dengan tanah. Hal ini dilakukan dengan hati-hati agar akar
tanaman tidak ikut tercabut ketika dipisahkan dengan tanah. Setelah itu bagian pucuk dan akar tanaman dipotong dengan menggunakan gunting stek lalu ditimbang untuk mendapatkan berat basah pucuk (BB pucuk) dan berat basah akar (BB akar). Kemudian bagian pucuk dan akar disimpan ke dalam kantong kertas untuk kemudian dioven selama 48 jam dengan suhu 70oC. Tanaman yang telah dioven ditimbang lagi untuk mendapatkan berat kering pucuk (BK pucuk) dan berat kering akar (BK akar). 3.4. Rancangan Penelitian dan Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Pola Faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor yang pertama adalah faktor konsentrasi pupuk NPK yang terdiri atas lima taraf, yaitu: D1= 0 ppm D2= 30 ppm D3= 60 ppm D4= 90 ppm D5= 120 ppm Faktor kedua adalah faktor media tanam yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: M1= Media subsoil M2= Media subsoil + kompos 10% M3= Media subsoil + kompos 20% Dengan demikan terdapat 15 kombinasi perlakuan yang selanjutnya dibuat 20 ulangan. Model persamaan umum rancangan penelitian ini adalah: Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk i = 1, 2, 3, 4, 5 Ket :
j = 1, 2, 3
k = 1, 2,...20
Yijk = Nilai pengamatan pada faktor D (dosis pupuk NPK) taraf kei, faktor M (media tanam) taraf ke-j dan ulangan ke-k µ = Rata-rata umum αi = Pengaruh faktor dosis pupuk NPK
βj = Pengaruh faktor media tumbuh (αβ)ij = Komponen interaksi dari faktor dosis pupuk NPK dan faktor media tanam εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal Parameter yang diamati meliputi: (a). Tinggi tanaman (T): diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman. Diukur setiap dua pekan sekali sebanyak 14 kali. (b). Diameter tanaman (D): diukur di batang yang tepat berada di permukaan tanah, di ukur di awal dan akhir pengamatan. (c). Berat basah pucuk (BBP) dan berat basah akar (BBA): ketika dipanen setiap tanaman dipisahkan menjadi dua bagian yaitu pucuk dan akar lalu ditimbang. (d). Berat kering pucuk (BKP) dan berat kering akar (BKA): setelah tanaman dipanen dan di oven pada suhu 70oC selama 48 jam, tanaman kemudian ditimbang untuk memperoleh BKP dan BKA. (e). Berat kering total (BKT): didapat dari penjumlahan antara BKP dengan BKA. (f). Nisbah pucuk akar (NPA): didapat dari perbandingan antara BKP dengan BKA. (g). Kadar air pucuk dan akar (KA): kandungan air yang diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. BB – BK KA =
x 100% BB
(h). Vigor semai: didapat dari perbandingan antara tinggi dan diameter batang pada akhir pengamatan. Tinggi akhir semai (cm) Vigor semai = Diameter akhir semai (cm)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Persentase hidup bibit Salam Persentase hidup bibit Salam tidak seluruhnya mencapai 100%. Pada perlakuan dosis pupuk NPK 90 ppm dengan media tanah subsoil (D4M1) dan perlakuan dosis pupuk NPK 120 ppm dengan media tanah subsoil (D5M1) masing-masing terdapat satu bibit yang mati pada pengamatan ke-6 dari 20 bibit yang ada per perlakuan sehingga persentase hidupnya menjadi 95%. Hal ini terjadi karena human error. Batang bibit yang masih kecil terjepit terlalu keras oleh caliper disaat pengukuran diameter pada pekan pertama pengamatan sehingga merusak kondisi batang, oleh karena itu pada pekan ke-6 pengamatan bibit ditemukan mati. Selama pengamatan dilakukan bibit Salam mengalami serangan hama (ulat pelekuk daun, semut merah, belalang, ulat daun) dan tindakan pemeliharaan yang dilakukan adalah menyemprot bibit dengan insektisida. Tabel 1 Persentase hidup bibit Salam umur 9 bulan setelah tanam (BST) Perlakuan D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
Persentase Hidup (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 95 100 100 95 100 100
Ket: D1M1 = Dosis pupuk 0 ppm dengan media tanah subsoil D1M2 = Dosis pupuk 0 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 10% D1M3 = Dosis pupuk 0 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 20% D2M1 = Dosis pupuk 30 ppm dengan media tanah subsoil D2M2 = Dosis pupuk 30 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 10% D2M3 = Dosis pupuk 30 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 20% D3M1 = Dosis pupuk 60 ppm dengan media tanah subsoil
D3M2 = Dosis pupuk 60 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 10% D3M3 = Dosis pupuk 60 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 20% D4M1 = Dosis pupuk 90 ppm dengan media tanah subsoil D4M2 = Dosis pupuk 90 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 10% D4M3 = Dosis pupuk 90 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 20% D5M1 = Dosis pupuk 120 ppm dengan media tanah subsoil D5M2 = Dosis pupuk 120 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 10% D5M3 = Dosis pupuk 120 ppm dengan media tanah subsoil + kompos 20%
4.1.2
Pertumbuhan tinggi bibit Salam Hasil sidik ragam (Tabel 2) menunjukkan bahwa media tanam
berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit, pada taraf uji F 0,01. Namun dosis pupuk NPK dan interaksi antara media dan dosis tidak berpengaruh nyata. Untuk mengetahui media yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 4). Tabel 2 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK 613,71748921 11935,72078640 226,66912142 26973,37005263 39749,47744966
KT F-Hit 153,42937230 1,61 5967,86039320 62,61** 28,33364018 0,30 95,31226167
Pr > F 0,1719 0,0001 0,9665
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Perlakuan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam, namun nilai tinggi per perlakuan dosis pupuk NPK dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm) *NS: Not Significant (tidak berbeda nyata)
Tinggi (cm) 37,92NS* 33,91 37,28 35,91 35,24
% Peningkatan 0 -10,57 -1,69 -5,30 -7,07
Tabel 4 menyajikan hasil uji Duncan yang menunjukkan bahwa media subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit yang terbaik sebesar 43,13 cm dibandingkan dua media tumbuh lainnya. Media subsoil campur kompos 10% (M2) menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit sebesar 37,15 cm dan media subsoil (M1) menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit yang terendah yaitu 27,72 cm. Tabel 4 Uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST Perlakuan
Tinggi (cm) 27,72 C** 37,15 B 43,13 A
M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
% Peningkatan 0 34,02 55,59
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Gambar 1 menunjukkan bahwa grafik pengaruh media terhadap petumbuhan tinggi bibit Salam meningkat dari media subsoil (M1) sampai ke media subsoil campur kompos 20% (M3) dimana media ini memberikan hasil pertumbuhan tinggi bibit Salam yang terbaik yaitu sebesar 43,13 cm.
Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tinggi
Tinggi (cm )
50 43.13
40 30
37.15 27.72
Tinggi Bibit Salam (cm)
20 10 0 M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
Media Tumbuh
Gambar 1 Pengaruh media tumbuh terhadap pertumbuhan tinggi bibit Salam umur 9 BST
4.1.3
Diameter bibit Salam Pengaruh perlakuan pupuk NPK dan media terhadap diameter ditunjukkan
oleh Tabel 5 berikut. Tabel 5 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK 0,11102163 2,51823812 0,03444483 2,04132395 4,70502852
KT 0,02775541 1,25911906 0,00430560 0,00721316
F-Hit 3,85** 174,56** 0,60
Pr > F 0,0046 0,0001 0,7802
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK dan perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam pada taraf uji F 0,01. Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 6, dan 7) Tabel 6 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Diameter (cm) 0,49 C** 0,50 C 0,50 BC 0,54 A 0,53 AB
% Peningkatan 0 2,04 2,04 10,2 8,16
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Hasil uji Duncan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 90 ppm (D4) menghasilkan rata-rata pertumbuhan diameter yang paling besar (0,54 cm) jika dibandingkan dengan dosis pupuk NPK lainnya. Empat perlakuan lainnya yang menghasilkan rata-rata diameter berturut-turut hingga yang terkecil adalah 120 ppm (D5), 60 ppm (D3), 30 ppm (D2) dan 0 ppm (D1). Pertambahan diameter bibit pada dosis 0 ppm (D1) tidak berbeda nyata
dengan 30 ppm (D2). Pertumbuhan bibit mengalami peningkatan bersamaan dengan meningkatnya dosis pupuk NPK yang diberikan dari 0 ppm (D1), 30 ppm (D2) dan 90 ppm (D3). Ketika dosis pupuk NPK ditingkatkan menjadi 120 ppm (D5) pertumbuhan bibit mengalami penurunan. Hal ini memperlihatkan bahwa bibit Salam mengalami titik jenuh pemupukan NPK pada dosis pupuk 90 ppm (D4), sedangkan dosis 120 ppm (D5) dapat dikatakan mulai bersifat toksik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 2.
Diam eter (cm )
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Diameter 0.55 0.54 0.53 0.52 0.51 0.5 0.49 0.48 0.47 0.46
0.54 0.53 0.5
Diameter Bibit Salam (cm)
0.5
0.49
D1 (0 ppm)
D2 (30 D3 (60 D4 (90 D5 (120 ppm) ppm) ppm) ppm) Dosis Pupuk NPK
Gambar 2 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST Tabel 7 menunjukkan bahwa media subsoil campur kompos 20% (M3) memberikan rata-rata pertumbuhan diameter bibit Salam yang paling tinggi yaitu sebesar 0,61 cm dan berbeda sangat nyata pada taraf 0,01. Tabel 7 Uji Duncan pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST Perlakuan M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
Diameter (cm) 0,38 C** 0,55 B 0,61 A
% Peningkatan 0 44,74 56,53
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Media lainnya yaitu media subsoil campur kompos 10% (M2) menghasilkan rata-rata pertumbuhan diameter bibit sebesar 0,55 cm dan media subsoil (M1) menghasilkan rata-rata pertumbuhan diameter bibit yang terendah yaitu 0,38 cm. Media subsoil campur kompos 20% (M3) meningkatkan pertumbuhan diameter bibit Salam sebesar 56,53% dari media subsoil (M1). Pada Gambar 3 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap pertumbuhan diameter.
Diam eter (cm )
Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Diameter 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0.55
0.61 Diameter Bibit Salam (cm)
0.38
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
Media Tumbuh
Gambar 3 Pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter bibit Salam umur 9 BST 4.1.4 Berat basah pucuk Pengukuran berat basah pucuk dilakukan pada akhir penelitian ketika bibit dipanen dan dipisahkan antara bagian pucuk dan akar. Tabel 8 menyajikan sidik ragam yang menunjukkan bahwa media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah pucuk bibit Salam pada taraf uji F 0,01, sedangkan dosis pupuk NPK dan interaksi antara dosis pupuk NPK dengan media tanam tidak berpengaruh nyata.
Tabel 8 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 703,87021277 175,96755319 49468,82264249 24734,41132124 1226,46256402 153,30782050 33609,73615789 118,76231858 85008,89157718
F-Hit 1,48 208,27** 1,29
Pr > F 0,2078 0,0001 0,2479
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai berat basah pucuk antara perlakuan 0 ppm (D1) dan perlakuan 120 ppm (D5) tidak terlalu jauh berbeda yaitu 31,94 g dan 31,84 g. Tabel 9 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Berat Basah Pucuk (g) 31,94 NS* 29,34 28,42 28,68 31,84
% Peningkatan 0 -8,14 -11,02 -10,2 -0,31
*NS: Not Significant (tidak berbeda nyata)
Uji Duncan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakuan subsoil campur kompos 20% (M3) meningkatkan berat basah pucuk bibit Salam sebesar 44,35 gram/bibit dan paling tinggi jika dibandingkan dengan dua media tanam lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik pada Gambar 4. Tabel 10 Uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
Berat Basah Pucuk (g) 13,01 C** 32,43 B 44,35 A
% Peningkatan 0 149,3 240,9
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 4 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap berat basah pucuk.
Berat Basah Pucuk (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Basah Pucuk 50 44.35
40 32.43
30 20 10
Berat Basah Pucuk Bibit Salam (g)
13.01
0 M1 (Sub soil)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%)
Media Tumbuh
Gambar 4 Pengaruh media terhadap berat basah pucuk bibit Salam umur 9 BST 4.1.5
Berat basah akar Pengukuran berat basah akar juga dilakukan pada akhir penelitian. Hasil
sidik ragam pada Tabel 11 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat basah akar pada taraf uji F 0,01, sedangkan interaksi antara dosis dengan media tidak berpengaruh nyata. Tabel 11 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 200,22544236 50,05636059 7966,83410627 3983,41705313 362,35363068 45,29420384 9939,31582237 35,12125732 18468,72900168
F-Hit 1,43 113,42** 1,29
Pr > F 0,2257 0,0001 0,2486
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Untuk memilih perlakuan media tumbuh yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 12). Uji Duncan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa media subsoil
campur kompos 20% (M3) menghasilkan berat basah akar terbesar yaitu 17,80 gram/bibit, sedangkan media subsoil (M1) menghasilkan berat basah akar terkecil yaitu sebesar 5,42 gram/bibit. Tabel 12 Uji Duncan pengaruh media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan
Berat Basah Akar (g)
M1 (Subsoil)
% Peningkatan
5,42 C**
0
M2 (Subsoil+Kompos 10%)
14,09 B
159,96
M3 (Subsoil+Kompos 20%)
17,80 A
228,41
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 4 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap berat basah akar.
Berat Basah Akar (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Basah Akar 20
17.8
15
14.09 Berat Basah Akar Bibit Salam (g)
10 5
5.42
0 M1 (Sub soil)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%) Media Tumbuh
Gambar 5 Pengaruh media terhadap berat basah akar bibit Salam umur 9 BST 4.1.6
Berat kering pucuk Berat kering pucuk diukur setelah pucuk dikeringkan dalam oven dengan
suhu 70o selama 48 jam. Berat kering pucuk diukur dengan menggunakan neraca Ohaus. Hasil sidik ragam pada Tabel 13 menunjukkan bahwa perlakuan dosis
pupuk NPK, media tanam serta interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering pucuk pada taraf uji F 0,01. Tabel 13 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 1033,48157908 258,37039477 13863,47682303 6931,73841152 1849,93817280 231,24227160 10248,09417711 36,21234692 26994,99075201
F-Hit 7,13** 191,42** 6,39**
Pr > F 0,0001 0,0001 0,0001
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Untuk mengetahui perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 14, 15, 16). Hasil uji Duncan pada Tabel 14 menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) menghasilkan berat kering pucuk tertinggi yaitu sebesar 18,34 gram/bibit, diikuti selanjutnya oleh dosis pupuk NPK 120 ppm (D5) yang mampu menghasilkan berat kering pucuk sebesar 16,28 gram/bibit, sedangkan dosis pupuk NPK 60 ppm (D3) menghasilkan berat kering pucuk terkecil yaitu 13,06 gram/bibit. Tabel 14 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Berat Kering Pucuk (g) 18,34 A** 14,17 BC 13,06 C 14,40 BC 16,28 AB
% Peningkatan 0 -22,74 -28,79 -21,48 -11,23
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada perlakuan 0 ppm (D1) bibit memiliki berat kering pucuk yang paling besar dibandingkan perlakuan lainnya. Pada perlakuan 30 ppm (D2) nilai berat kering pucuk berkurang dibandingkan 0 ppm (D1). Pada perlakuan 60 ppm (D3) nilai berat kering pucuk bibit semakin menurun dibandingkan pada perlakuan 30
ppm (D2), kemudian pada perlakuan 90 ppm (D4) nilai berat kering pucuk bibit naik kembali. Pada perlakuan 120 ppm (D5) nilai berat kering pucuk bibit naik lebih tinggi dari 90 ppm (D4). Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6
Berat Kering Pucuk (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Pucuk 20
18.34
15
14.17
13.06
14.4
16.28 Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g)
10 5 0 D1 (0 ppm)
D2 (30 D3 (60 D4 (90 D5 (120 ppm) ppm) ppm) ppm) Dosis Pupuk NPK
Gambar 6 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa kurva pengaruh perlakuan dosis pupuk terhadap pertumbuhan berat kering pucuk bibit berbentuk parabola terbalik dengan dosis pupuk NPK 60 ppm (D3) menjadi titik terendah sekaligus titik balik pergerakan kurva. Tabel 15 Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
Berat Kering Pucuk (g) 5,76 C** 18,01 B 21,79 A
% Peningkatan 0 212,68 278,30
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Hasil uji Duncan pada Tabel 15 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam subsoil campur kompos 20% (M3) mampu meningkatkan berat kering pucuk sebesar 21,79 gram/bibit, sedangkan perlakuan media tumbuh subsoil (M1) menghasilkan berat kering pucuk terkecil yaitu sebesar 5,76 gram/bibit.
Berat Kering Pucuk (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Pucuk 25 21.79
20
18.01
15
Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g)
10 5
5.76
0 M1 (Sub soil)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%)
Media Tumbuh
Gambar 7 Pengaruh media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Tabel 16 menunjukkan hasil uji Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering pucuk. Tabel 16 Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering pucuk bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media D1M3 D5M3 D2M3 D4M2 D5M2 D3M3 D1M2 D2M2 D4M3 D3M2 D1M1 D3M1 D5M1 D4M1 D2M1
Berat Kering Pucuk (g) 30,776 A** 21,936 B 20,809 BC 20,376 BC 20,307 BC 18,615 BC 17,779 BCD 17,250 CD 16,812 CD 14,333 D 6,455 E 6,242 E 6,084 E 5,570 E 4,456 E
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Interaksi antara dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 20% (D1M3) menghasilkan berat kering pucuk tertinggi yaitu sebesar 30,776 gram/bibit, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 30 ppm dengan
media tanam subsoil (D2M1) menghasilkan berat kering pucuk terkecil yaitu 4,456 gram/bibit. Hal-hal penting yang dapat diinterpretasikan dari Tabel 16 adalah: (a). Perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media subsoil campur kompos 20% (D1M3) memberikan hasil terbaik diikuti oleh perlakuan dosis pupuk NPK 120 ppm dengan media subsoil campur kompos 20% (D5M3). (b). Untuk perlakuan media, subsoil campur kompos 20% (M3) dan subsoil campur kompos 10% (M2) memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan media subsoil saja (M1). Media subsoil campur kompos 20% (M3) mendominasi dalam memberikan pengaruh yang paling baik. (c). Media subsoil (M1) memberikan pengaruh yang paling buruk terhadap pertumbuhan bibit Salam. Berapapun dosis pupuk NPK yang diberikan, jika dikombinasikan dengan media subsoil (M1) maka pertumbuhan bibit Salam tetap tidak terlalu bagus dibandingkan hasil dari kombinasi perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan media tanam lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit Salam dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk NPK. 4.1.7
Berat kering akar Pengaruh perlakuan pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar
ditunjukkan oleh Tabel 17 berikut. Tabel 17 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT F-Hit Pr > F 200,27209889 50,06802472 5,23 ** 0,0004 2063,21292018 1031,60646009 107,79 ** 0,0001 374,81468051 46,85183506 4,90 ** 0,0001 2708,35466553 9,57015783 5346,65436510
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil sidik ragam pada tabel 17 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering akar pada taraf uji F 0,01.
Tabel 18 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Berat Kering Akar (g) 7,24 A** 5,78 B 5,28 B 6,36 AB 7,41 A
% Peningkatan 0 -20,16 -27,03 -12,15 2,35
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Hasil uji Duncan pada Tabel 18 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 120 ppm (D5) menghasilkan rata-rata berat kering yang paling besar yaitu 7,41 gram/bibit dibandingkan dosis lainnya, sedangkan perlakuan dosis 60 ppm (D3) menghasilkan berat kering terkecil yaitu sebesar 5,28 gram/bibit.
Berat Kering Akar (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Akar 8
7.41
7.24
6
5.78
6.36 5.28
Berat Kering Akar Bibit Salam (g)
4 2 0 D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
Dosis Pupuk NPK
Gambar 8 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Gambar 8 menunjukkan bahwa kurva pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar juga berbentuk parabola terbalik seperti kurva pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk. Hasil uji Duncan pada Tabel 19 menunjukkan bahwa perlakuan media subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan rata-rata berat kering akar tertinggi yaitu sebesar 8,51 gram/bibit. Perlakuan media subsoil campur kompos
20% (M3) tidak berbeda nyata dengan perlakuan subsoil campur kompos 10% (M2), sedangkan perlakuan subsoil (M1) menghasilkan rata-rata berat kering akar paling rendah yaitu sebesar 2,66 gram/bibit. Tabel 19 Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan
Berat Kering Akar (g)
M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
2,66 B** 7,98 A 8,51 A
% Peningkatan 0 200 219,92
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 9 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap berat kering akar.
Berat Kering Akar (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Akar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
7.98
8.51 Berat Kering Akar Bibit Salam (g)
2.66
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
Media Tumbuh
Gambar 9 Pengaruh media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Tabel 20 menunjukkan hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar dimana nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01.
Tabel 20 Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering akar bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media D1M3 D5M2 D4M2 D5M3 D2M3 D2M2 D1M2 D3M3 D4M3 D3M2 D1M1 D4M1 D3M1 D5M1 D2M1
Berat Kering Akar (g) 11,6685 A** 10,1220 B 9,4655 BC 9,3540 BC 7,9730 CD 7,0340 D 6,9855 D 6,8775 D 6,6720 D 6,3175 D 3,0590 E 2,7563 E 2,6540 E 2,5126 E 2,3390 E
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Interaksi antara perlakuan dosis pupuk NPK dan media tanam menunjukkan bahwa interaksi dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 20% (D1M3) menghasilkan berat kering akar yang paling tinggi yaitu sebesar 11,6685 gram/bibit, sedangkan interaksi perlakuan dosis pupuk NPK 30 ppm dengan media tanam subsoil (D2M1) menghasilkan berat kering akar terkecil yaitu 2,3390 gram/bibit. 4.1.8
Berat kering total Berat kering total merupakan hasil penjumlahan dari berat kering pucuk
dengan berat kering akar bibit. Hasil sidik ragam pada Tabel 21 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering total pada taraf uji F 0,01.
Tabel 21 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 1993,69193149 498,42298287 25479,87660954 12739,93830477 3902,74660730 487,84332591 21141,39731874 74,70458417 52517,71246707
F-Hit 6,67** 170,54** 6,53**
Pr > F 0,0001 0,0001 0,0001
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Untuk mencari perlakuan yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 22, 23, 24). Uji Duncan pada tabel 22 menunjukkan bahwa perlakuan 0 ppm (D1) menghasilkan berat kering total paling tinggi yaitu sebesar 25,57 gram/bibit, diikuti oleh perlakuan 120 ppm (D5) yang menghasilkan berat kering total sebesar 23,69 gram /bibit, sedangkan perlakuan 90 ppm (D3) menghasilkan berat kering total paling rendah yaitu sebesar 18,35 gram/bibit. Tabel 22 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Berat Kering Total (g) 25,57 A** 19,95 C 18,35 C 21,42 BC 23,69 AB
% Peningkatan 0 -21,97 -28,24 -16,23 -7,35
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 10 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4) dan 120 ppm (D5) terhadap berat kering total bibit Salam.
Berat Kering Total (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Total 30 25 20 15 10 5 0
25.57 19.95
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
18.35
D3 (60 ppm)
21.42
23.69 Berat Kering Total Bibit Salam (g)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
Dosis Puuk NPK
Gambar 10 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Hasil uji Duncan pada Tabel 23 menunjukkan bahwa perlakuan subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan berat kering total paling tinggi yaitu sebesar 30,30 gram/bibit, sedangkan perlakuan subsoil (M1) menghasilkan berat kering total paling rendah yaitu sebesar 8,82 gram/bibit. Tabel 23 Uji Duncan pengaruh media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Perlakuan M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
Berat Kering Total (g) 8,82 C** 25,99 B 30,30 A
% Peningkatan 0 194,67 243,54
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Grafik Pada Gambar 11 menunjukkan dengan lebih jelas pengaruh perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap berat kering total.
Berat Kering Total (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Total 35 30 25 20 15 10 5 0
30.3 25.99 Berat Kering Total Bibit Salam (g) 8.82
M1 (Sub soil)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%) Media Tumbuh
Gambar 11 Pengaruh media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Interaksi antara perlakuan dosis pupuk NPK dan media tanam (Tabel 24) menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 20% (D1M3) menghasilkan berat kering total yang paling tinggi yaitu sebesar 42,446 gram/bibit, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 30 ppm dengan media tanam subsoil (D2M1) menghasilkan berat kering total terkecil yaitu 6,796 gram/bibit. Tabel 24 Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap berat kering total bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media Berat Kering Total (g) D1M3 42,446 A** D5M3 31,288 B D5M2 30,429 BC D4M2 29,840 BCD D2M3 28,782 BCDE D3M3 25,492 BCDEF D1M2 24,762 CDEF D2M2 24,283 EDF D4M3 23,483 EF D3M2 20,649 F D4M1 10,388 G D1M1 9,511 G D3M1 8,896 G D5M1 8,597 G D2M1 6,796 G Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
4.1.9
Kadar air pucuk Kadar air pucuk merupakan kandungan air yang diukur berdasarkan
hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Tabel 25 menunjukkan hasil sidik ragam dimana perlakuan dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air pucuk bibit Salam pada taraf uji F 0,01. Tabel 25 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 1788,83136055 447,20784014 5255,77478130 2627,88739065 12794,26096249 1599,28262031 19021,74510237 67,21464700 38860,61220671
F-Hit 6,65 ** 39,10 ** 23,79 **
Pr > F 0,0001 0,0001 0,0001
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil uji Duncan pada tabel 26 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 60 ppm (D3) menghasilkan rata-rata kadar air pucuk paling tinggi yaitu sebesar 53,48%, sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) menghasilkan kadar air pucuk yang paling rendah yaitu sebesar 45,92%. Tabel 26 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Kadar Air Pucuk (%) 45,92 C** 49,69 B 53,48 A 50,80 AB 49,32 B
% Peningkatan 0 8,21 16,46 10,63 7,4
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 12 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4) dan 120 ppm (D5) terhadap kadar air pucuk bibit Salam.
Kadar Air Pucuk (%)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Kadar Air Pucuk 56 54 52 50 48 46 44 42
53.48 50.8
49.69
49.32
45.92
D1 (0 ppm)
D2 (30 D3 (60 D4 (90 ppm) ppm) ppm)
Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%)
D5 (120 ppm)
Dosis Pupuk NPK
Gambar 12 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST Hasil uji Duncan pada tabel 27 menunjukkan bahwa perlakuan subsoil (M1) menghasilkan rata-rata kadar air pucuk yang lebih besar dibandingkan dua perlakuan lainnya yaitu sebesar 54,81%, sedangkan perlakuan subsoil campur kompos 10% (M2) menghasilkan rata-rata kadar air pucuk yang paling rendah yaitu sebesar 44,53%. Tabel 27 Uji Duncan pengaruh media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST Perlakuan M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
Kadar Air Pucuk (%)
% Peningkatan
54,81 A** 44,53 C 50,28 B
0 -18,75 -8,26
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Grafik Pada Gambar 13 menunjukkan dengan lebih jelas pengaruh perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap kadar air pucuk bibit Salam.
Kadar Air Pucuk (%)
Pengaruh Media terhadap Kadar Air Pucuk 60 50 40 30 20 10 0
54.81 44.53
50.28 Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%)
M1 (Sub soil)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%)
Media Tumbuh
Gambar 13 Pengaruh media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST 4.1.10 Kadar air akar Kadar air akar juga diukur berdasarkan hilangnya kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persen. Hasil sidik ragam pada Tabel 28 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air akar pada taraf uji F 0,01. Tabel 28 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK KT 2043,72752765 510,93188191 3063,21467971 1531,60733985 15959,03293279 1994,87911660 24354,50382395 86,05831740 45420,47896409
F-Hit 5,94 ** 17,80 ** 23,18 **
Pr > F 0,0001 0,0001 0,0001
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil uji Duncan pada tabel 29 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 60 ppm (D3) menghasilkan kadar air akar yang paling tinggi yaitu
sebesar 51,17%, sedangkan perlakuan 0 ppm (D1) menghasilkan kadar air akar paling rendah yaitu sebesar 44,24%. Tabel 29 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Kadar Air Akar (%) 44,24 B** 45,83 B 51,17 A 49,64 A 45,80 B
% Peningkatan 0 3,59 15,66 12,21 3,53
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Pada Gambar 14 dapat dilihat dengan lebih jelas perbandingan antara perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4) dan 120 ppm (D5) terhadap kadar air akar bibit Salam.
Kadar Air Akar(%)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Kadar Air Akar 52 50 48 46 44 42 40
51.17 49.64 45.83
45.8
44.24
D1 (0 ppm)
Kadar Air Akar Bibit Salam (%)
D2 (30 D3 (60 D4 (90 D5 (120 ppm) ppm) ppm) ppm) Dosis Pupuk NPK
Gambar 14 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Hasil uji Duncan pada tabel 30 menunjukkan bahwa perlakuan subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan kadar air akar yang paling tinggi yaitu sebesar 50,66%. Perlakuan subsoil campur kompos 20% (M3) tidak berbeda nyata
dengan perlakuan M1 subsoil. Sedangkan perlakuan subsoil campur kompos 10% (M2) menghasilkan kadar air akar paling rendah yaitu sebesar 48,34%. Tabel 30 Uji Duncan pengaruh media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan
Kadar Air Akar (%)
M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
% Peningkatan 0 -11 4,8
48,34 A** 43,02 B 50,66 A
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Grafik Pada Gambar 15 menunjukkan dengan lebih jelas pengaruh perlakuan media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) terhadap kadar air akar bibit Salam.
Kadar Air Akar (%)
Pengaruh Media terhadap Kadar Air Akar 52 50 48 46 44 42 40 38
50.66 48.34 43.02
M1 (Sub soil)
Kadar Air Akar Bibit Salam (%)
M2 (Sub M3 (Sub soil+Kompos soil+Kompos 10%) 20%)
Media Tumbuh
Gambar 15 Pengaruh media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Tabel 31 menunjukkan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media tanam terhadap kadar air akar bibit Salam Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01.
Tabel 31 Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air akar bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media D4M1 D4M3 D3M2 D3M3 D2M3 D5M3 D5M1 D1M1 D1M2 D2M2 D3M1 D2M1 D4M2 D1M3 D5M2
Kadar Air Akar (%) 57,502 A** 56,520 A 56,032 A 55,807 A 54,472 A 52,396 AB 51,724 AB 51,272 AB 47,354 BC 42,871 CD 41,669 CD 40,152 ED 35,295 EF 34,110 EF 33,570 F
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Interaksi antara dosis pupuk NPK dengan media tanam menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK 90 ppm dengan media tanam subsoil (D4M1) menghasilkan kadar air akar terbesar yaitu 57,502%, sedangkan dosis pupuk NPK 120 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 10% (D5M2) menghasilkan kadar air akar bibit Salam terkecil yaitu sebesar 33,570%. 4.1.11 Nisbah pucuk akar Nisbah pucuk akar diperoleh dari perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar. Hasil sidik ragam pada tabel 32 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam. Sedangkan perlakuan media tanam dan interaksi antara dosis pupuk NPK dengan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap nisbah pucuk akar pada taraf uji F 0,01.
Tabel 32 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK 4,75411354 15,17411484 12,16739678 164,39479632 196,49042148
KT 1,18852838 7,58705742 1,52092460 0,58090034
F-Hit 2,05 13,06 ** 2,62 **
Pr > F 0,0881 0,0001 0,0089
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil uji Duncan pada tabel 33 menunjukkan bahwa perlakuan subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan nisbah pucuk akar paling tinggi yaitu sebesar 2,81. Sedangkan perlakuan subsoil (M1) menghasilkan nisbah pucuk akar paling rendah yaitu sebesar 2,29. Tabel 33 Uji Duncan pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST Perlakuan
Nisbah Pucuk Akar
M1 (Subsoil) M2 (Subsoil+Kompos 10%) M3 (Subsoil+Kompos 20%)
2,29 B** 2,38 B 2,81 A
% Peningkatan 0 3,93 22,71
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Nisbah Pucuk Akar
Pengaruh Media terhadap Nisbah Pucuk Akar 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
2.81 2.29
2.38 Nisbah Pucuk Akar Bibit Salam
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
Media Tumbuh
Gambar 16 Pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST
Interaksi antara dosis pupuk NPK dengan media tanam pada Tabel 34 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK 30 ppm dengan media tanam subsoil campur kompos 20% (D2M3) dapat menghasilkan nisbah pucuk akar terbesar yaitu 2,9935. Sedangkan perlakuan dosis pupuk NPK 90 ppm dengan media tanam subsoil (D4M1) menghasilkan nisbah pucuk akar terkecil yaitu sebesar 2,0247. Tabel 34 Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap nisbah pucuk akar bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media D2M3 D3M3 D1M3 D5M1 D1M2 D4M3 D1M3 D2M2 D3M2 D5M3 D4M2 D1M1 D5M2 D2M1 D4M1
Nisbah Pucuk Akar (%) 2,9935 A** 2,9720 A 2,9695 A 2,6984 AB 2,6890 AB 2,6830 AB 2,5170 ABC 2,4740 ABC 2,4430 ABC 2,4075 BC 2,2095 BC 2,1605 BC 2,0755 C 2,0470 C 2,0247 C
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
4.1.12 Vigor semai Vigor semai diperoleh dari perbandingan antara tinggi dan diameter batang pada akhir pengamatan. Hasil sidik ragam pada Tabel 35 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk NPK berpengaruh sangat nyata terhadap vigor semai bibit Salam pada taraf uji F 0,01, sedangkan media tanam dan interaksi antara dosis pupuk NPK dengan media tanam tidak berpengaruh nyata.
Tabel 35 Sidik ragam pengaruh dosis pupuk NPK dan media terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST Sumber Keragaman Dosis Media Interaksi Galat Total
Db 4 2 8 283 297
JK 3111,39422160 138,95925853 834,84153550 62936,68896290 67021,88397853
KT 777,84855540 69,47962926 104,35519194 222,39112708
F-Hit Pr > F 3,50 ** 0,0083 0,31 0,7319 0,47 0,8774
Keterangan: ** : Perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,01
Hasil uji Duncan (Tabel 36) menunjukkan bahwa perlakuan 0 ppm (D1) menghasilkan nilai vigor semai yang paling tinggi yaitu sebesar 79,08. Sedangkan perlakuan 30 ppm (D2) menghasilkan nilai vigor semai yang paling rendah yaitu sebesar 70,43. Tabel 36 Uji Duncan pengaruh dosis pupuk NPK terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST Perlakuan D1 (0 ppm) D2 (30 ppm) D3 (60 ppm) D4 (90 ppm) D5 (120 ppm)
Vigor Semai 79,08 A** 70,43 C 78,23 AB 73,04 BC 74,61 ABC
% Peningkatan 0 -10,93 -1,07 -7,64 -5,65
Keterangan: ** : Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 0,01
Vigor Semai
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Vigor Semai 80 78 76 74 72 70 68 66
79.08
78.23 74.61 73.04
Vigor Semai
70.43
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 ppm)
D5 (120 ppm)
Dosis Pupuk NPK
Gambar 17 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap vigor semai bibit Salam umur 9 BST
Tabel 37 rekapitulasi ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan media (M) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap hampir seluruh parameter kecuali vigor semai. Tabel 37 Rekapitulasi ANOVA Perlakuan Parameter
D
M
DM
Tinggi
NS
**
NS
Diameter
**
**
NS
Berat Basah Pucuk
NS
**
NS
Berat Basah Akar
NS
**
NS
Berat Kering Pucuk
**
**
**
Berat Kering Akar
**
**
**
Berat Kering Total
**
**
**
Kadar Air pucuk
**
**
**
Kadar Air Akar
**
**
**
Nisbah Pucuk Akar
NS
**
**
Vigor Semai
**
NS
NS
Untuk parameter penting seperti berat kering pucuk, berat kering akar dan berat kering total yang menunjukkan biomassa bibit Salam, ketiga perlakuan yaitu dosis pupuk NPK, media tumbuh dan kombinasi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata. Perlakuan dosis pupuk NPK (D) memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tujuh parameter yang diamati, kecuali untuk parameter tinggi, berat basah pucuk, berat basah akar dan nisbah pucuk akar. Lampiran 25 menunjukkan komposisi komponen kimiawi pada kompos cacing yang merupakan data sekunder. Kompos cacing merupakan kompos yang digunakan pada media subsoil campur kompos 10% (M1) dan media subsoil campur kompos 20% (M3).
4.1.13 Penilaian mutu bibit keseluruhan Selain dengan uji Duncan kita juga dapat menggunakan cara penilaian mutu bibit untuk melihat mana diantara dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit Salam. Cara penilaian mutu bibit dapat dilihat pada lampiran 623. Berikut merupakan hasil rekapitulasi penilaian mutu bibit berdasarkan dosis pupuk NPK, media tanam dan interaksi antara keduanya. Tabel 38 Pengaruh dosis pupuk NPK Perlakuan D2 D3 D4 D5 D1
Tinggi 1 9 5 4 10
Diameter 2 2 10 8 1
BKT 3 1 5 8 10
Total 6 12 20 20 21
Tabel 38 menunjukkan bahwa dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) memberikan akumulasi nilai tertinggi dari tiga parameter kunci yang diambil untuk penilaian mutu bibit yaitu tinggi, diameter dan berat kering total. Diikuti oleh dosis pupuk NPK 120 ppm (D5) dan 90 ppm (D4) yang sama-sama memiliki nilai 20 dan terpaut satu angka dari nilai dosis pupuk NPK 0 ppm (D1), yaitu 21. Tabel 39 Pengaruh media tanam Perlakuan M1 M2 M3
Tinggi 1 7 10
Diameter 1 8 10
BKT 1 8 10
Total 3 23 30
Tabel 39 menunjukkan bahwa media subsoil campur kompos 20% (M2) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit Salam karena memberikan akumulasi nilai tertinggi yaitu 30.
Tabel 40 Pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media tanam Perlakuan D2M1 D1M1 D3M1 D5M1 D4M1 D3M2 D2M2 D1M2 D5M2 D4M2 D4M3 D2M3 D3M3 D5M3 D1M3
Tinggi 1 2 2 1 2 6 6 7 6 6 9 8 10 8 10
Diameter 1 1 2 3 3 7 7 7 8 10 10 10 9 10 10
BKT 1 1 1 1 2 4 5 6 7 7 5 7 6 7 10
Total 3 4 5 5 7 17 18 20 21 23 24 25 25 25 30
Tabel 40 menunjukkan bahwa kombinasi antara dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) dengan media subsoil campur kompos 20% (M3) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan bibit Salam karena memberikan akumulasi nilai tertinggi yaitu 30.
Gambar 18 Pengaruh dosis pupuk NPK terhadap tinggi bibit Salam Gambar 18 merupakan visualisasi dari pengaruh dosis pupuk NPK terhadap tinggi bibit Salam, dan Gambar 19 merupakan visualisasi dari pengaruh media terhadap tinggi bibit Salam.
Gambar 19 Pengaruh media terhadap tinggi bibit Salam
4.2
Pembahasan
4.2.1 Pengaruh dosis pupuk NPK Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara dalam tanah. Defisiensi unsur hara dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu. Jika tanah menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik, tanah tersebut pasti mempunyai persediaan yang cukup dari semua unsur-unsur yang penting (esensial) untuk tanaman atau unsur-unsur hara. Tidak hanya menyediakan unsur-unsur hara dalam bentuk-bentuk yang dikehendaki tanaman, tetapi juga menyediakannya dalam keadaan seimbang sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman. Jika setiap unsur-unsur ini kurang satu atau terdapat dalam imbangan yang tidak cukup, pertumbuhan secara normal tidak akan terjadi (Foth 1988). Oleh karena itu, pemupukan sangat diperlukan untuk membantu pertumbuhan tanaman, misalnya dengan menggunakan pupuk NPK. Nitrogen, fosfor dan kalium adalah tiga unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang tidak hanya mengandung dua unsur saja tapi tiga unsur sekaligus yang merupakan gabungan dari pupuk tunggal N, P dan K (Lingga 1998). Pupuk NPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk NPK dengan perbandingan 16:16:16. Peran utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Kecuali itu nitrogen juga berperan penting dalam hal pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis. Fungsi lain ialah membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan lainnya (Lingga 1998). Tanaman yang kekurangan unsur hara Nitrogen akan berwarna hijau, daun bawah menguning, mengering sampai berwarna coklat muda dan terlihat pula batangnya pendek dan lemah. Unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar benih dan tanaman muda. Lalu juga sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu. Membantu asimilasi dan pernafasan sekaligus mempercepat pembungaan, pemasakan biji, dan buah (Lingga 1998). Jika tanaman kekurangan fosfor maka tanaman akan berwarna hijau tua, sering memperlihatkan warna merah atau ungu, daun bawah kadang-kadang
berwarna kuning mengering sampai berwarna cokelat kehijauan atau hitam. Batang pendek kecil-kecil. Faedah utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Kalium juga sebagai sumber kekuatan bagi tanaman menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga 1998). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 11 parameter pertumbuhan yang diamati, terdapat 4 parameter dimana pemberian pupuk NPK dalam berbagai dosis tidak berpengaruh nyata, yaitu pada parameter tinggi, berat basah pucuk, berat basah akar dan nisbah pucuk akar (Tabel 37). Walaupun demikian dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter pada perlakuan D4 (90 ppm) dan vigor semai (Tabel 6 dan 35). Hal ini menunjukkan bahwa pupuk NPK lebih mempengaruhi pertumbuhan diameter bibit Salam dibandingkan terhadap pertumbuhan tingginya. Hal ini disebabkan adanya peran Nitrogen yang dapat merangsang pertumbuhan bibit secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Untuk berat kering akar, dosis pupuk NPK 120 ppm (D5) memberikan hasil pertumbuhan terbaik. Pada berat kering pucuk dan berat kering total dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) memberikan pengaruh paling nyata artinya tanaman Salam tanpa penambahan pupuk NPK sudah dapat tumbuh dengan baik. Hal ini justru merupakan hasil yang positif karena sangat menguntungkan dalam penerapan di lapangan. Kegiatan penanaman tanaman Salam dapat lebih ringan karena tidak memerlukan pupuk NPK, apalagi mengingat harga pupuk anorganik saat ini yang semakin tinggi. Secara teori, pemberian pupuk memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan bibit dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bibit yang tidak diberi perlakuan pupuk memberikan hasil yang lebih baik. Ada faktor-faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain pupuk anorganik. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh proses fisiologis yang terjadi di dalam tubuh tanaman tersebut, yaitu proses fotosintesis, respirasi, translokasi dan penyerapan air serta mineral (Daniel et al 1987). Proses-proses fisiologis di atas dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti media tanam, sinar matahari dan cuaca. Media tanam juga sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman dari segi ketersediaan hara, ketersediaan air, keremahan media yang mempengaruhi ketersediaan oksigen dan pergerakan serta penetrasi akar. Kemasaman media tanam juga berpengaruh besar. Jika tanah semakin asam, maka mobilitas unsur NPK semakin rendah padahal unsur ini sangat dibutuhkan. Karena mobilitas unsur NPK yang rendah maka otomatis suplai ke tanaman juga akan sulit sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu. Terutama unsur P. P sangat penting sebagai ion yang berperan dalam penangkapan energi dalam proses fotosintesis. Jika unsur P menurun maka suplai kation akan menurun yang mengakibatkan karbohidrat hasil fotosintesis juga akan menurun. 4.2.2
Pengaruh media tumbuh kompos Kompos
mempunyai
sifat
mudah
mengikat
air
dan
sekaligus
merembeskannya, gembur sehingga sangat bagus untuk memperbaiki keadaan tanah yang kurang bagus secara fisik maupun kimia (kandungan unsur hara tanah). Dengan adanya kompos, bibit memperoleh unsur hara yang dibutuhkan dengan lebih baik dibandingkan dengan hanya mengandalkan subsoil saja sebagai media tumbuh Perlakuan media tumbuh memberikan pengaruh nyata terhadap seluruh parameter pertumbuhan yang diamati kecuali vigor semai (Tabel 37). Dari 11 parameter yang diamati, menurut hasil uji lanjut Duncan media M3 (subsoil campur kompos 20%) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan bibit Salam. Semakin tinggi kadar kompos dalam media tanam, nilai pertumbuhan diameter juga semakin tinggi (Gambar 3). Media tanam dengan tambahan kompos memberikan pertumbuhan diameter bibit yang lebih baik karena kompos membantu tanah subsoil yang miskin hara menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit dengan lebih baik, memperbaiki struktur tanah subsoil yang padat sehingga lebih sarang dengan demikian akar bibit dapat tumbuh dengan lebih baik dan dapat melaksanakan fungsinya dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan bibit dengan lebih optimal. Menurut Siahaan (2007), analisis tanah yang dilakukan menunjukkan bahwa arang kompos dapat memperbaiki tekstur dan struktur tanah sehingga dapat memacu pertumbuhan akar, meningkatkan
perkembangan mikroorganisme tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air, dan menjaga kesuburan tanah. Selain itu, kelebihan pupuk organik dibanding pupuk lain adalah memudahkan penyerapan air hujan, memperbaiki kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tidak mudah kering, mengurangi erosi, memberikan media yang baik bagi akar tanaman, memperbaiki aerasi, meningkatkan pH, meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan kadar bahan organik, menyediakan hara mikro, dan memperbaiki struktur tanah
(Sudomo et
al 2007) Pada berat kering pucuk, perlakuan media subsoil campur kompos 20% (M3) memberikan pengaruh yang terbaik terhadap pertumbuhan pucuk bibit Salam, karena bagian dari tanaman Salam yang paling banyak digunakan adalah bagian daun atau pucuk, maka hal ini sangat menguntungkan. Akar menyerap bahan organik dan unsur hara yang diakomodasi oleh kompos untuk kemudian digunakan dalam proses pertumbuhan, sehingga menghasilkan bibit yang mempunyai pucuk yang lebih lebat jika dibandingkan dengan bibit yang tumbuh di media subsoil (M1) atau subsoil campur kompos 10% (M2). Dapat disimpulkan, semakin tinggi persentasi kompos maka berat kering pucuk yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dengan semakin tingginya berat kering pucuk, biomassa bibit yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini berarti bibit tersebut mempunyai pertumbuhan yang baik (batang dan daun). Pada Tabel 20, untuk berat kering akar dapat dilihat bahwa perlakuan D1M3 menempati posisi paling tinggi dari hasil uji Duncan dimana ketika perlakuan D1 0 ppm dipadukan dengan perlakuan media M3 (subsoil campur kompos 20%) yang mengandung kompos paling banyak dari dua perlakuan media lainnya yaitu M1 (subsoil) dan M2 (subsoil campur kompos 10%) menghasilkan berat kering akar tertinggi. Urutan tertinggi kedua dari hasil uji Duncan ditempati oleh kombinasi D5M2. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa ketika komposisi kompos berkurang menjadi M2 (subsoil campur kompos 10%) maka hasil berat kering akar yang diberikan masih tergolong bagus dengan syarat dosis pupuk NPK dinaikkan menjadi D5 120 ppm. Urutan ketiga dari hasil uji Duncan ditempati oleh perlakuan D4M2, kombinasi antara dosis D4 90 ppm yang lebih kecil dibandingkan dengan D5 120 ppm, dengan media M2 subsoil campur
kompos 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa media subsoil campur kompos 20 % (persentase kompos tertinggi) menghasilkan berat kering akar tertinggi. Dapat disimpulkan semakin tinggi persentase kompos, maka pertumbuhan bibit yang dihasilkan juga semakin baik. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya hasil berat kering pucuk dan berat kering akar yang dihasilkan untuk bibit dengan media subsoil dan kompos 20%. Kompos meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat (Wikipedia 2008). Pada hasil pengaruh media terhadap kadar air pucuk (Tabel 27), perlakuan subsoil (M1) memberikan hasil kadar air pucuk yang paling tinggi dibandingkan perlakuan media lainnya. Hal ini disebabkan karena media ini tidak mengandung kompos. Kompos mempunyai sifat dapat menghambat atau memperlambat proses pelepasan air. Perlakuan media tanam subsoil tanpa campuran kompos (M1) menghasilkan kadar air pucuk yang tinggi karena tidak terdapat kompos yang dapat memperlambat proses pelepasan air ke bibit, dengan demikian kandungan air pada pucuk bibit Salam tinggi. Hal ini tidak bagus karena jika kandungan air pada pucuk bibit tinggi, maka bibit akan cepat layu terutama ketika dipindahkan ke lapangan. 4.2.3
Pengaruh interaksi dosis pupuk dan media tanam Dari seluruh parameter yang diamati, parameter yang dijadikan acuan
akhir adalah berat kering total karena menunjukkan biomassa utama dari tanaman yang merupakan resultante atau hasil akhir dari proses ekofisiologis, melibatkan faktor lingkungan (ekologis) dan fisiologis. Biomassa yang sesungguhnya adalah ketika sudah terbebas dari air karena air adalah unsur proses. Pada Tabel 24 kombinasi antara perlakuan dosis yang paling tinggi 120 ppm dengan perlakuan media yang paling tinggi subsoil campur kompos 20% (D5M3) menempati urutan ke dua pada hasil uji Duncan setelah perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm dan media subsoil campur kompos 20% (D1M3). Walau demikian kenyataan ini menguntungkan karena berarti bibit Salam tidak membutuhkan dosis pupuk NPK yang terlalu tinggi untuk mencapai pertumbuhan yang bagus karena dengan kombinasi perlakuan D1M3 saja (dosis pupuk 0 ppm
dengan media subsoil campur kompos 20%) sudah dapat memberikan pertumbuhan yang bagus. Pada 5 kombinasi perlakuan terbawah pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa semuanya terdiri dari perlakuan M1 subsoil. Berapapun perlakuan dosis pupuk yang diberikan, mulai dari D1 0 ppm hingga D5 120 ppm, hasil berat kering total yang diberikan tetap tidak terlalu bagus dibandingkan kombinasi perlakuan lainnya. Hal ini berarti bahwa pengaruh penambahan pupuk anorganik tidak terlihat signifikan terhadap pertumbuhan bibit Salam. Berbeda halnya dengan media yang ditambahkan kompos. Media yang ditambahkan kompos baik 10% maupun 20% menempati bagian atas dari tabel. Hal ini menunjukkan bahwa kompos lebih mempengaruhi pertumbuhan bibit Salam. Tanah subsoil merupakan tanah yang unsur haranya terbatas karena sebagian besar berada dalam kondisi terikat dan mempunyai struktur tanah yang rapat sehingga akar tanaman tidak dapat tumbuh dengan optimal yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman juga terganggu. Penambahan kompos pada media subsoil selain menambah unsur hara juga membuat struktur tanah lebih sarang dan porositas tanah bertambah. Dengan demikian akar tanaman dapat bergerak dengan lebih leluasa menyerap unsur hara dan mempunyai ruang tumbuh yang lebih luas. Pengetahuan mengenai penanaman dengan menggunakan tanah subsoil sangat diperlukan karena Indonesia sebagai daerah yang beriklim basah banyak terdapat tanah subsoil yang merupakan suatu tantangan dalam penanaman. Penggunaan tanah subsoil juga dapat menjadi alternatif media untuk pembibitan. Dibantu dengan kompos maka tanah subsoil dapat menjadi media pembibitan yang baik. 4.2.4 Regresi Dari hasil regresi (Lampiran 26-42) dapat dilihat bahwa pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit Salam untuk parameter tinggi, diameter, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berat kering akar, berat kering total dan nisbah pucuk akar mempunyai nilai r lebih besar dari 0,8 dan mendekati 1 sehingga artinya pengaruh media terhadap pertumbuhan bibit sangat erat. Untuk
pengaruh dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan bibit Salam untuk parameter diameter mempunyai nilai r sebesar 0,8752, artinya pengaruh dosis pupuk NPK terhadap bibit sangat erat. Hasil regresi untuk parameter lainnya, nilai r yang diperoleh kurang dari 0,5 hal ini berarti hubungan dosis pupuk NPK dengan pertumbuhan bibit Salam kurang erat. 4.2.5 Mutu bibit 1. Dosis Pupuk NPK Berdasarkan penilaian mutu bibit pada pupuk dapat disimpulkan bahwa tanpa pupuk NPK bibit Salam dapat tumbuh dengan baik. Penambahan pupuk justru berefek negatif karena tanah yang digunakan adalah tanah subsoil yang bersifat masam dan ketersediaan unsur haranya terbatas karena sebagian besar berada dalam keadaan terikat, bukan tersedia, sehingga ketika ditambahkan pupuk NPK maka tingkat kemasaman tanah bertambah (Lampiran 24). Dalam kondisi demikian unsur hara makro menjadi terikat sehingga sulit untuk diserap tanaman. Disamping itu, ketika memupuk dengan pupuk anorganik (NPK) unsur hara yang terkandung didalamnya akan segera diserap oleh tanaman atau bibit sehingga ketika kekurangan harus ditambahkan kembali. Dalam konsep ini memupuk adalah menambahkan makanan dalam tanaman atau bibit, ketika tidak diberi tambahan pupuk maka tanaman akan kekurangan. Hasil penilaian mutu bibit sebagai akibat pemupukan dengan pupuk NPK pada dosis 0 ppm (D1), 30 ppm (D2), 60 ppm (D3), 90 ppm (D4), 120 ppm (D5) masing-masing memiliki nilai sebesar 21, 6, 12, 20, 20. 2. Pengaruh Media Tanam Pupuk kompos mengandung mikroba biodegradator yang menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk melepaskan ikatan unsur hara dari tidak tersedia menjadi tersedia. Proses ini melibatkan materi biologi (kompos dan mikroba) dan materi geologi (subsoil). Proses ini sering disebut proses biogeokimia. Dalam hal ini konsep pemberian media (bahan organik) ke dalam tanah lebih cenderung ditujukan untuk membangkitkan mikroba untuk berperan didalam
menyediakan unsur hara sedang kompos dapat juga digunakan sebagai makanan bagi perbanyakan mikroba dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Oleh karena itu aerasi media yang mengandung kompos lebih baik daripada subsoil murni. Hasil penilaian terhadap mutu bibit nampak bahwa semakin besar jumlah kompos yang diberikan semakin baik pula pertumbuhan bibitnya seperti yang ditunjukan oleh nilai mutu bibit pada media subsoil (M1), subsoil campur kompos 10% (M2) dan subsoil campur kompos 20% (M3) masing-masing memiliki nilai sebesar 3, 23, 30. Dengan demikian penambahan kompos ke dalam tanah subsoil sebanyak 10-20% merupakan cara memupuk tanah subsoil, bukan tanaman, agar penyediaan unsur hara dapat berlangsung terus menerus melalui proses biogeokimia. 3. Pengaruh Interaksi Dosis Pupuk NPK dan Media Tanam Dalam perlakuan kombinasi antara pupuk NPK dan bahan organik (kompos) diharapkan ada percepatan pertumbuhan awal yang dilakukan oleh pupuk NPK dan pertumbuhan berkelanjutan yang diberi oleh kompos. Namun dalam kenyataannya interaksi tersebut lebih didominasi oleh penambahan kompos (20%). Hal ini tercermin dari penilaian mutu bibit yaitu perlakuan terbaik pada kombinasi D1M3 yang diikuti oleh D5M3, D3M3, D2M3, D4M3 dengan nilai mutu bibit masing-masing sebesar 30, 25, 25, 25, 24. Dari hasil tersebut nampak bahwa dosis pupuk NPK sebesar 20% (M3) sangat menentukan pertumbuhan bibit Salam. Dari hasil penilaian mutu bibit tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk pembibitan Salam jika menggunakan tanah subsoil harus ditambahkan bahan organik seperti kompos sebanyak 20%.
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Penambahan pupuk NPK dalam media tumbuh menyebabkan pertumbuhan bibit Salam kurang baik jika menggunakan tanah subsoil. 2. Media berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit Salam. Dari 11 parameter yang diamati terdapat 10 parameter yang berpengaruh nyata dan hanya 1 parameter yang tidak berpengaruh nyata. Secara umum, media subsoil campur kompos 20% (M3) menghasilkan pertumbuhan bibit Salam yang terbaik. Secara umum penambahan pupuk organik (kompos) dapat meningkatkan pertumbuhan bibit Salam pada tanah subsoil. 3. Kombinasi perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm dengan media subsoil campur kompos 20% (D1M3) memberikan hasil pertumbuhan bibit Salam yang terbaik. Dengan demikian, pemberian kompos (M3) sudah cukup membantu pertumbuhan bibit Salam. 4. Penggunaan tanah subsoil untuk pembibitan Salam sebaiknya ditambahkan pupuk organik. 5. Mutu bibit Salam yang terbaik juga diperoleh pada perlakuan dosis pupuk NPK 0 ppm (D1) dan media subsoil campur kompos 20% (M3). 5.2. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian pertumbuhan bibit Salam pada beberapa jenis tanah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2007. Glossary. http://www.biosolids.state.va.us [11 September 2007] Budiman.1998.Glossary.http://www.usyd.edu.au [10 September 2007] Daniel TW, Helms JA dan Baker FS. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Marsono D, penerjemah; Soeseno OH, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Foth HD. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Purbayanti ED, Lukiwati DR dan Trimulatsih R, penerjemah; Hudoyo SAB, editor. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Gibson JS dan Batten JW. 1970. Soils, Their Nature, Classes, Distribution, Uses, and Care. University of Alabama Press. USA. Gunawan AW, Achmadi SS dan Arianti L. 2004. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. IPB Press. Bogor. Hendrati RL, Siagian T. dan Pudjiono S. 2004. Pemeliharaan Sambungan Eucalypus deglupta dengan Perlakuan Jumlah Mata Tunas dan Pemupukan. http://www.biotiforda.or.id [2 Agustus 2006] Heritage Community Foundation. 2007. Glossary. http://www.abheritage.ca [10 September 2007] Ignatieff V. dan Page, H.J. editor. 1986. Efficient Use Of Fertilizers. Food and Agriculture Organization of The United Nations IPTEKnet, Sentra Informasi IPTEK. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id [23 Juni 2007] Katzer
G. 2001. Indonesian Bay-Leaf http://www.uni-graz.at. [23 Juni 2007].
(Eugenia
polyantha
Wight.).
Kristio. 2007. Eugenia polyantha. http://toiusd.multiply.com [20 Agustus 2007] Lingga P. 1998. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Marsono dan Sigit P. 2002. Pupuk Akar, Jenis dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta. Murbandono LHS. 1994. Membuat Kompos. Ed rev. Penebar Swadaya. Jakarta. Sabiham S, Supardi G. dan Djokodudardjo S. 1989. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Siahaan H, Herdiana N, Teten RS, Sagala N. 2007. Peningkatan Pertumbuhan Bibit Kayu Bawang (Protium Javanicum Burm F.) Dengan Aplikasi Arang Kompos dan Naungan. http://www.dephut.go.id [30 Oktober 2008] Sudomo A, Hani A, Suhaendah E. 2007. Pertumbuhan Semai Gmelina Arborea Linn Dengan Pemberian Mikoriza, Pupuk Organik Diperkaya Dan Cuka Kayu The Growth Of Gmelina Arborea Linn Seedling By Using Michoriza, Enrichment Organic Fertilizer And Wood Vinegar. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Volume 1 No.2: abstrak. http://www.biotifor.or.id [30 Oktober 2008] Tropilab Inc, exporter and wholesaler of medicinal plants, herbs and tropical seeds. 2007. Eugenia polyantha Wight. http://www.tropilab.com [23 Juni 2007] Wikipedia. 2008. Kompos. http: //id.wikipedia.org [30 Oktober 2008]
Lampiran 1. Oven, neraca Ohauss dan media tanam
Lampiran 2. Laju pertumbuhan tinggi bibit Salam selama 9 BST Perlakuan D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
∆T (T14-T1) 29,2 38,7 45,9 25,6 36,3 39,9 29,0 36,9 46,0 28,0 37,7 42,0 27,3 36,2 41,9
Lampiran 3. Tabel rata-rata tinggi per pengamatan Perlakuan D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
T1 15,8 23,8 22,0 12,2 19,4 22,2 13,5 21,7 19,4 13,7 22,1 21,5 14,4 25,4 25,6
T2 17,6 27,8 25,7 14,4 23,1 26,7 14,9 24,7 22,8 15,6 25,2 25,1 16,2 28,9 28,6
T3 19,6 32,6 30,3 16,4 28,4 32,1 16,5 27,6 27,1 18,2 31,3 29,4 18,3 33,6 32,9
T4 21,9 36,7 34,9 18,2 31,8 35,3 18,5 31,2 30,2 20,0 35,1 33,5 20,5 37,7 37,4
T5 24,0 40,9 41,5 20,9 36,7 40,5 21,1 35,7 36,9 22,5 40,3 39,7 22,9 40,9 43,1
T6 26,2 43,5 45,8 23,3 39,4 43,6 23,0 38,9 41,7 25,0 43,3 43,5 25,8 44,1 47,7
T7 29,4 47,5 50,8 26,5 42,7 47,2 26,9 43,0 47,4 28,3 46,3 48,3 29,0 47,6 52,1
T8 31,8 50,8 54,7 28,5 45,3 50,7 28,7 45,8 50,2 30,4 49,7 51,3 33,4 49,8 55,3
T9 34,3 52,6 57,3 30,6 47,9 53,4 30,7 47,4 53,6 32,4 52,6 53,6 32,8 52,3 58,6
T10 37,1 55,7 61,3 32,8 50,6 56,7 34,0 50,3 57,3 35,5 54,2 56,8 35,3 55,9 61,7
Lampiran 4. Laju pertumbuhan diameter bibit Salam selama 9 BST Perlakuan D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
∆ d (d14-d1) 0,36 0,52 0,60 0,36 0,53 0,61 0,39 0,53 0,59 0,42 0,60 0,61 0,41 0,56 0,62
Lampiran 5. Rata-rata berat kering total (BKT) Perlakuan D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
Rata-rata BKT 9,51 24,76 42,44 6,79 24,28 28,78 8,90 20,65 25,49 8,32 29,84 23,48 8,60 30,43 31,29
T11 40,0 59,0 64,0 34,0 52,6 58,8 36,8 53,0 59,2 37,3 55,6 58,9 37,7 58,4 64,1
T12 41,6 60,5 65,1 34,7 53,7 59,2 38,5 55,1 60,7 38,5 56,8 59,8 38,8 58,9 64,8
T13 43,3 61,4 66,4 35,9 54,1 59,6 40,4 56,3 62,2 39,7 57,8 60,8 40,3 59,3 65,4
T14 45,0 62,4 67,9 37,8 55,6 62,0 42,5 58,6 65,4 41,7 59,8 63,5 41,7 61,5 67,5
Lampiran 6. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Nilai Bawah 33,91 34,311 34,712 35,113 35,514 35,915 36,316 36,717 37,118 37,519
Selang 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401 0,401
Nilai Atas 34,311 34,712 35,113 35,514 35,915 36,316 36,717 37,118 37,519 37,92
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 7. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Perlakuan D2 D5 D4 D3 D1
Tinggi 33,91 35,24 35,91 37,28 37,92
Nilai 1 4 5 9 10
Lampiran 8. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Nilai Bawah 0,49 0,495 0,5 0,505 0,51 0,515 0,52 0,525 0,53 0,535
Selang 0,004 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005
Nilai Atas 0,494 0,5 0,505 0,51 0,515 0,52 0,525 0,53 0,535 0,54
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 9. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Perlakuan D1 D2 D3 D5 D4
Diameter 0,49 0,5 0,5 0,53 0,54
Nilai 1 2 2 8 10
Lampiran 10. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Nilai Bawah 18,35 19,072 19,794 20,516
Selang 0,722 0,722 0,722 0,722
Nilai Atas 19,072 19,794 20,516 21,238
Nilai 1 2 3 4
21,238 21,96 22,682 23,404 24,126 24,848
0,722 0,722 0,722 0,722 0,722 0,722
21,96 22,682 23,404 24,126 24,848 25,57
5 6 7 8 9 10
Lampiran 11. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh dosis pupuk NPK Perlakuan D3 D2 D4 D5 D1
BKT 18,35 19,95 21,42 23,69 25,57
Nilai 1 3 5 8 10
Lampiran 12. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh media Nilai Bawah 27,72 29,261 30,802 32,343 33,884 35,425 36,966 38,507 40,048 41,589
Selang 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541 1,541
Nilai Atas 29,261 30,802 32,343 33,884 35,425 36,966 38,507 40,048 41,589 43,13
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 13. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh media Perlakuan M1 M2 M3
Tinggi 27,72 37,15 43,13
Nilai 1 7 10
Lampiran 14. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh media Nilai Bawah 0,38 0,403 0,426 0,449 0,472 0,495 0,518 0,541 0,564 0,587
Selang 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023 0,023
Nilai Atas 0,403 0,426 0,449 0,472 0,495 0,518 0,541 0,564 0,587 0,61
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 15. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh media Perlakuan M1 M2 M3
Diameter 0,38 0,55 0,61
Nilai 1 8 10
Lampiran 16. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh media Nilai Bawah
Selang
Nilai Atas
Nilai
8,82 10,968 13,116 15,264 17,412 19,56 21,708 23,856 26,004 28,152
2,148 2,148 2,148 2,148 2,148 2,148 2,148 2,148 2,148 2,148
10,968 13,116 15,264 17,412 19,56 21,708 23,856 26,004 28,152 30,3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 17. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh media Perlakuan M1 M2 M3
BKT 8,82 25,99 30,3
Nilai 1 8 10
Lampiran 18. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Nilai Bawah 25,6 27,6 29,7 31,7 33,7 35,8 37,8 39,9 41,9 43,9
Selang 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475 2,03475
Nilai Atas 27,6 29,7 31,7 33,7 35,8 37,8 39,9 41,9 43,9 46,0
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 19. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter tinggi berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Interaksi Pupuk dan Media D2M1 D5M1 D4M1 D3M1 D1M1 D5M2 D2M2 D3M2 D4M2 D1M2
Tinggi 25,6 27,3 28,0 29,0 29,2 36,2 36,3 36,9 37,7 38,7
Nilai 1 1 2 2 2 6 6 6 6 7
D2M3 D5M3 D4M3 D1M3 D3M3
39,9 41,9 42,0 45,9 46,0
8 8 9 10 10
Lampiran 20. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Nilai Bawah 0,36 0,39 0,41 0,44 0,46 0,49 0,52 0,54 0,57 0,60
Selang 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655 0,02655
Nilai Atas 0,39 0,41 0,44 0,46 0,49 0,52 0,54 0,57 0,60 0,62
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 21. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter diameter berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Interaksi Pupuk dan Media D1M1 D2M1 D3M1 D5M1 D4M1 D1M2 D3M2 D2M2 D5M2 D3M3 D4M2 D1M3 D2M3 D4M3 D5M3
Diameter 0,36 0,36 0,39 0,41 0,42 0,52 0,53 0,53 0,56 0,59 0,60 0,60 0,61 0,61 0,62
Nilai 1 1 2 3 3 7 7 7 8 9 10 10 10 10 10
Lampiran 22. Cara penilaian mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Nilai Bawah 6,796 10,361 13,926 17,491 21,056 24,621 28,186 31,751 35,316 38,881
Selang 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565 3,565
Nilai Atas 10,361 13,926 17,491 21,056 24,621 28,186 31,751 35,316 38,881 42,446
Nilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lampiran 23. Tabel nilai mutu bibit untuk parameter berat kering total (BKT) berdasarkan pengaruh interaksi dosis pupuk NPK dan media Interaksi Pupuk dan Media D2M1 D5M1 D3M1 D1M1 D4M1 D3M2 D4M3 D2M2 D1M2 D3M3 D2M3 D4M2 D5M2 D5M3 D1M3
Berat Kering Total (g) 6,796 8,597 8,896 9,511 10,388 20,649 23,483 24,283 24,762 25,492 28,782 29,84 30,429 31,288 42,446
Nilai 1 1 1 1 2 4 5 5 6 6 7 7 7 7 10
Lampiran 24. Hasil uji pH tanah pH (1:1) No,
Perlakuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
D1M1 D1M2 D1M3 D2M1 D2M2 D2M3 D3M1 D3M2 D3M3 D4M1 D4M2 D4M3 D5M1 D5M2 D5M3
H2O 5,3 5,0 5,1 4,7 5,0 5,2 4,7 4,9 5,0 4,5 4,7 4,7 4,6 4,8 4,8
KCL 4,5 4,2 4,8 4,4 4,7 5,0 4,3 4,4 4,8 4,2 4,6 4,4 4,4 4,5 4,5
Lampiran 25. Komposisi komponen kimiawi pada kascing (data sekunder) Komponen kimia Nitrogen (N) Fosfor (P) Kalium (K) Belerang (S) Magnesium (Mg) Besi (Fe) Sumber: Sri Nuryati konphalindo 2003
Komposisi dalam kascing (%) 1,1 - 4,0 0,3 - 3,5 0,2 - 2,1 0,24 - 0,63 0,3 - 0,6 0,4 - 1,6
Lampiran 26. Regresi pengaruh media terhadap pertumbuhan tinggi
Tinggi (cm)
Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Tinggi 50 40 30 20 10 0
43.13
37.15
Tinggi Bibit Salam (cm)
27.72 Linear (Tinggi Bibit Salam (cm)) M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 7.705x + 20.59 R2 = 0.9836
r = 0,9917
Media Tum buh
Lampiran 27. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap diameter Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Diameter
Diameter (cm)
0.56 0.54
0.54 0.52 0.5 0.48
0.49
0.5
0.53
0.5
Diameter Bibit Salam (cm) Linear (Diameter Bibit Salam (cm))
0.46 D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
y = 0.012x + 0.476 R2 = 0.766
r = 0,8752
Dosis Pupuk NPK
Lampiran 28. Regresi pengaruh media terhadap pertumbuhan diameter
Diameter (cm)
Pengaruh Media terhadap Pertumbuhan Diameter 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0.55
0.61
0.38
Diameter Bibit Salam (cm) Linear (Diameter Bibit Salam (cm))
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%) Media Tum buh
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 0.115x + 0.2833 R2 = 0.9292
r = 0,9639
Lampiran 29. Regresi pengaruh media terhadap berat basah pucuk Berat Basah Pucuk (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Basah Pucuk 50 40 30 20 10 0
44.35 32.43
Linear (Berat Basah Pucuk Bibit Salam (g))
13.01 M1 (Sub soil)
Berat Basah Pucuk Bibit Salam (g)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 15.67x - 1.41 R2 = 0.9813
r = 0,9906
Media Tum buh
Lampiran 30. Regresi pengaruh media terhadap berat basah akar Berat Basah Akar (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Basah Akar 20
17.8
15
14.09
10
Linear (Berat Basah Akar Bibit Salam (g))
5.42
5
Berat Basah Akar Bibit Salam (g)
0 M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
Media Tum buh
y = 6.19x + 0.0567 R2 = 0.9492
r = 0,9742
Lampiran 31. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering pucuk
Berat Kering Pucuk (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Pucuk 20
18.34
15
14.17
13.06
14.4
16.28
10
Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g) Linear (Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g))
5 0 D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
Dosis Pupuk NPK
y = -0.389x + 16.417 R2 = 0.0875
r = 0,2958
Lampiran 32. Regresi pengaruh media terhadap berat kering pucuk Berat Kering Pucuk (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Pucuk 25 20 15 10 5 0
21.79 18.01
Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g) Linear (Berat Kering Pucuk Bibit Salam (g))
5.76 M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 8.015x - 0.8433 R2 = 0.9149
r = 0,9565
Media Tum buh
Lampiran 33. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering akar
Berat Kering Akar (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Akar 8
7.41
7.24
6
5.78
6.36
Berat Kering Akar Bibit Salam (g)
5.28
4
Linear (Berat Kering Akar Bibit Salam (g))
2 0 D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
y = 0.092x + 6.138 R2 = 0.0252
Dosis Pupuk NPK
r = 0,1587
Lampiran 34. Regresi pengaruh media terhadap berat kering akar Berat Kering Akar (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Akar 10 8 6 4 2 0
7.98
8.51
Linear (Berat Kering Akar Bibit Salam (g))
2.66 M1 (Sub soil)
Berat Kering Akar Bibit Salam (g)
M2 (Sub soil+Kompos 10%) Media Tum buh
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 2.925x + 0.5333 R2 = 0.8173
r = 0,9094
Lampiran 35. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap berat kering total
Berat Kering Total (g)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Berat Kering Total 30 25 20 15 10 5 0
25.57 19.95
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
21.42
18.35
D3 (60 ppm)
23.69
Berat Kering Total Bibit Salam (g) Linear (Berat Kering Total Bibit Salam (g))
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
y = -0.229x + 22.483 R2 = 0.0158
r = 0,1256
Dosis Puuk NPK
Lampiran 36. Regresi pengaruh media terhadap berat kering total
Berat Kering Total (g)
Pengaruh Media terhadap Berat Kering Total 35 30 25 20 15 10 5 0
30.3
25.99
Linear (Berat Kering Total Bibit Salam (g))
8.82 M1 (Sub soil)
Berat Kering Total Bibit Salam (g)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 10.74x + 0.2233 R2 = 0.8933
r = 0,9451
Media Tum buh
Lampiran 37. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air pucuk
Kadar Air Pucuk (%)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Kadar Air Pucuk 56 54 52 50 48 46 44 42
53.48 50.8
49.69
49.32
45.92
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
Dosis Pupuk NPK
Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%) Linear (Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%))
r = 0,4579 y = 0.791x + 47.469 R2 = 0.2097
Lampiran 38. Regresi pengaruh media terhadap kadar air pucuk
Kadar Air Pucuk (%)
Pengaruh Media terhadap Kadar Air Pucuk 60 50 40 30 20 10 0
54.81
50.28
44.53
Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%) Linear (Kadar Air Pucuk Bibit Salam (%))
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = -2.265x + 54.403 R2 = 0.1933
r = 0,4396
Media Tum buh
Lampiran 39. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap kadar air akar
Kadar Air Akar (%)
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Kadar Air Akar 52 50 48 46 44 42 40
51.17 49.64 45.83
Kadar Air Akar Bibit Salam (%)
45.8
Linear (Kadar Air Akar Bibit Salam (%))
44.24
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 D5 (120 ppm) ppm)
y = 0.693x + 45.257 R2 = 0.1403
r = 0,3745
Dosis Pupuk NPK
Lampiran 40. Regresi pengaruh media terhadap kadar air akar
Kadar Air Akar (%)
Pengaruh Media terhadap Kadar Air Akar 52 50 48 46 44 42 40 38
50.66 48.34
Linear (Kadar Air Akar Bibit Salam (%))
43.02
M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%) Media Tum buh
Kadar Air Akar Bibit Salam (%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 1.16x + 45.02 R2 = 0.0877
r = 0,2961
Lampiran 41. Regresi pengaruh media terhadap nisbah pucuk akar
Nisbah Pucuk Akar
Pengaruh Media terhadap Nisbah Pucuk Akar 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Nisbah Pucuk Akar Bibit Salam
2.81
2.38
2.29
Linear (Nisbah Pucuk Akar Bibit Salam) M1 (Sub soil)
M2 (Sub soil+Kompos 10%)
M3 (Sub soil+Kompos 20%)
y = 0.26x + 1.9733 R2 = 0.8753
r = 0,9355
Media Tum buh
Lampiran 42. Regresi pengaruh dosis pupuk NPK terhadap vigor semai
Vigor Semai
Pengaruh Dosis Pupuk NPK terhadap Vigor Semai 80 78 76 74 72 70 68 66
79.08
78.23 73.04
74.61
70.43
D1 (0 ppm)
D2 (30 ppm)
D3 (60 ppm)
D4 (90 ppm)
Dosis Pupuk NPK
D5 (120 ppm)
Vigor Semai Linear (Vigor Semai)
y = -0.633x + 76.977 R2 = 0.0772
r = 0,2778
Lampiran 43. Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi antara dosis pupuk NPK dan media terhadap kadar air pucuk bibit Salam umur 9 BST Interaksi Pupuk dan Media D4M1 D4M3 D1M1 D2M3 D5M1 D3M3 D3M2 D3M1 D5M3 D2M1 D1M2 D2M2 D5M2 D4M2 D1M3
Kadar Air Pucuk (%) 58,249 A 57,76 AB 57,757 AB 56,585 ABC 55,993 ABCD 54,617 ABCDE 53,807 ABCDE 52,016 BCDE 51,539 CDE 50,275 DE 49,122 E 42,212 F 40,773 FG 36,76 G 30,878 H