PENGARUH DETERMINASI DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK REMAJA TUNA NETRA SLB-A PEMBINA JAKARTA Selvie
[email protected] Dosen Pembimbing : Cornelia Istiani Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21) 535 0660 Fax. (62-21) 535 0644
ABSTRAK Remaja tuna netra mempunyai kesempatan untuk bersekolah dan meraih prestasi akademik. Banyak faktor yang dapat berpengaruh pada prestasi akademik yang mereka dapatkan, baik faktor eksternal maupun internal. Ryan, Connell, dan Plant (dalam Jones, Arrastia, & Newbil, 2009) mengatakan bahwa determinasi diri telah diidentifikasi oleh peneliti sebagai komponen penting dari perencanaan transisi yang efektif bagi siswa penyandang cacat salah satunya dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. Dari hasil penggunaan metode regresi linier sederhana terdapat pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta dengan nilai signifikansi 0,00 dan koefisien determinasi sebesar 0,48 atau 48%. Hal ini menunjukkan bahwa determinasi diri mempengaruhi prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta sebesar 48% sedangkan 52% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain. Kata Kunci: Remaja Tuna Netra, Determinasi Diri, Prestasi akademik
ABSTRACT Blind adolescent have the opportunity to go to school and earn academic achievement. Many factors can affect academic achievement they get, both external and internal factors. Ryan, Connell, and Plant (in Jones, Arrastia, & Newbil, 2009) said that self-determination has been identified by researchers as an important component of an effective transition planning for students with disabilities one of them in education. Based on the foregoing, the present study aimed to influence self determination on blind adolescent academic achievement SLB Pembina Jakarta. From the results of the use of simple linear regression methods were influenced by self determination on blind adolescent academic achievement SLB A Pembina Jakarta with significant value of 0.00 and a coefficient of determination of 0.48 or 48%. This suggests that self determination affect blind adolescent academic achievement SLB A Pembina Jakarta of 48% whereas 52% is influenced by other factors. Keywords: Blinds Adolescent, Self Determination, Achievement Learning.
PENDAHULUAN Disability (kekhususan) merupakan konsekuensi fungsional dari kerusakan bagian tubuh, atau kondisi yang menggambarkan adanya disfungsi atau berkurangnya suatu fungsi secara objektif dapat diukur/
dilihat. Selain itu disability juga dapat diartikan sebagai ketidakmampuan dalam melakukan suatu aktifitas dan berkurangnya kapasitas dalam melakukan kegiatan dalam cara tertentu (Mangunsong, 2009). Kekhususan ini dapat menghasilkan perilaku-perilaku yang berbeda. Berdasarkan keunikan dari setiap kekhususan, maka karakteristik psikologis dan pendekatannya juga berbeda-beda. Salah satu kekhususan dan keunikan ada pada penyandang tuna netra. Tuna netra adalah hal yang dapat dilihat dengan jelas oleh semua orang, hal ini membuat penyandang tuna netra biasanya mengundang simpati banyak orang, yang mungkin simpati itu di sesalkan oleh tuna netra itu sendiri, seperti contoh negara memberikan kemudahan-kemudahan tertentu kepada mereka. Misalnya memberikan potongan khusus pajak terhadap pendapatan dan kekayaan mereka (Semium, 2006). Dilihat sudut pandang pendidikan dan rehabilitasi, siswa tuna netra adalah mereka yang penglihatannya terganggu sehingga menghalangi dirinya untuk berfungsi dalam pendidikan dan aktifitas rehabilitatif tanpa menggunakan alat khusus, material khusus, latihan khusus dan atau bantuan lain (Mangunsong, 2009). Batasan mengenai tuna netra menurut Cartwright dan Cartwright, (1984 dalam Mangunsong, 2009) meliputi batasan personal dimana penyandang tuna netra sering dianggap sebagai orang yang tidak berdaya dan takut untuk berdekatan dengan orang lain sehingga mengakibatkan mereka kurang nyaman untuk bergaul dengan orang lain. Kemudian batasan sosiologis Scott, (1984 dalam Mangusong, 2009) mengatakan bahwa suatu batasan yang didasarkan pada pandangan sosiologis yaitu ketidakmampuan dari penyandang tuna netra merupakan peran sosial yang dipelajari, sedangkan batasan yang digunakan untuk tujuan pendidikan meliputi 2 pandangan. Menurut Kauffman dan Hallahan, (2006 dalam Mangunsong, 2009) 2 kelompok gangguan penglihatan yaitu siswa yang tergolong ganguan akademis (educationally blind), mencakup siswa yang tidak bisa menggunakan penglihatannya lagi untuk tujuan belajar huruf awas/cetak, dan juga siswa yang melihat sebagian/kurang awas (the partially sighted/low vision), mencakup siswa yang penglihatannya masih cukup, diantara 20/70-20/200, atau mereka yang mempunyai ketajaman normal tapi medan pandangannya kurang dari 20 derajat. Penyandang tuna netra mempunyai hak dan kesempatan yang sama terutama bagi mereka yang berusia sekolah. Mereka berhak mendapatkan pendidikan yang sama seperti yang tertulis dalam UUD pasal 31 yang menyatakan bahwa “setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan”. Hal ini menunjukkan bahwa mereka penyandang tuna netra berhak mendapatkan pendidikan sama seperti yang lainnya. Tetapi dalam kenyataannya masih sedikit sekolah-sekolah umum yang mau menerima siswa-siswi tuna netra. Sehingga pendidikan terpadu saat ini diarahkan menuju Pendidikan Inklusi sebagai wadah yang ideal yang diharapkan dapat mengakomodasikan pendidikan bagi semua anak terutama anak-anak yang memiliki kebutuhan pendidikan khusus, yang selama ini masih belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan layaknya anak-anak lain. Prestasi akademik yang dicapai oleh remaja tuna netra berkaitan dengan berbagai faktor, salah satu faktor tersebut adalah faktor determinasi diri yang bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Wehmeyer, (1992 dalam Thoma & Getzel, 2005) mendefinisikan determinasi diri sebagai penyebab utama di dalam kehidupan seseorang untuk bebas membuat pilihan dan keputusan tentang kualitas hidup seseorang, bebas dari pengaruh yang tidak semestinya atau gangguan. Sebelum determinasi diri terbentuk terdapat kebutuhan dasar yang harus terpenuhi oleh mereka yang pada akhirnya dapat membuat mereka mempunyai determinasi diri, yaitu kebebasan individu dalam melakukan sesuatu, hubungannya atau relasinya dengan sesama dan bergantung dengan yang lain, kemampuan individu untuk menunjukan apa yang dia bisa (Deci dan Ryan, 2002). Hal ini menjadi pertanyaan mengenai pembentukan faktor determinasi pada remaja tuna netra, yang mungkin kesulitan dalam memenuhi tiga faktor determinasi diri tersebut. Hasil wawancara yang sudah dilakukan terhadap dua remaja tuna netra yang memiliki prestasi yang baik, membuktikan bahwa mereka mempunyai determinasi diri saat belajar sehingga berpengaruh terhadap prestasi akademik mereka. Mereka mempunyai determinasi diri, dan belajar bukanlah suatu keterpaksaan atau hal yang wajib bagi mereka, melainkan mereka melakukannya karena memang mereka mau mengerjakannya dan ada tujuan yang ingin dicapai, dan juga mereka mengatakan bahwa setiap yang mereka lakukan adalah pilihan bebas mereka sendiri. Mengenai keterbatasan yang dimiliki oleh remaja tuna netra untuk memenuhi basic needs dari determinasi diri juga bukan menjadi halangan karena mereka akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan berusaha mencapai tujuan yang ingin mereka dapatkan.
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas maka determinasi diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini diperkuat dalam penelitian Thoma & Getzel (2005) yang membuktikan bahwa korelasi antara keberhasilan pasca sekolah menengah dengan determinasi diri adalah salah satu keterampilan yang penting, terutama mengingat bahwa peneliti lain telah dikaitkan pendidikan pasca sekolah dengan pekerjaan untuk individu yang cacat. Hasil penelitian di atas, menyebutkan bahwa determinasi diri merupakan salah satu kunci penting untuk keberhasilan mereka di perguruan tinggi. Masing-masing dari mereka ditemukan terdapat banyak keterampilan yang merupakan salah satu komponen dari kunci determinasi diri, sebagaimana yang digariskan oleh Wehmeyer, (1992 dalam Thoma dan Getzel, 2005) termasuk kemampuan memecahkan masalah, belajar tentang diri sendiri (dan kecacatan seseorang), penetapan tujuan, dan managemen diri. Kekurangan dalam fungsi penglihatan bukanlah sesuatu yang harus dijadikan penghambat, kekurangan tidak harus menjadi suatu beban yang harus selalu di pikirkan, tetapi jadikanlah kekurangan sebagai dasar pondasi untuk kita bisa meraih kesuksesan, remaja penyandang tuna netra masih mempunyai masa depan yang cerah, mereka mempunyai hak yang sama untuk belajar seperti anak-anak normal pada umumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di U.S anak-anak penyandang disability yang mempunyai determinasi diri dapat meraih keberhasilan, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra di SLB A Pembina Jakarta.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Subyek pada penelitian ini, karakteristik yang harus dimiliki subyek penelitian ini, yakni remaja tuna netra yang berada dalam jenjang pendidikan SMP dan SMA yang bersekolah di SLB A Pembina Jakarta. Pengambilan sample pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh dimana semua populasi digunakan sebagai sampel yang dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh ini dilakukan karena populasinya kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah remaja tuna netra yang bersekolah di SLB-A Pembina Jakarta, sehingga penelitian ini menggunakan keseluruhan populasi yang berjumlah 20 orang.
Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Metode kuantitatif yang digunakan adalah metode kuantitatif regresi sederhana yaitu untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yakni determinasi diri terhadap prestasi akademik
Alat Ukur Penelitian Menurut Sugiyono (2009) dikenal 3 jenis Instrumen penelitian yaitu kuesioner, observasi dan wawancara. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah mengunakan kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup dipergunakan untuk mendapatkan data tentang variabel – variabel yang akan diteliti. Dalam kuesioner tertutup penelitian mengunakan skala likert. Alat ukur determinasi diri yang digunakan dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang dibuat sendiri oleh peneliti. Tujuan dari alat ukur ini adalah untuk mengetahui apakah responden mempunyai determinasi diri atau tidak. Alat ukur ini merupakan pengolongan determinasi diri dalam organismic integration theory. Skala dalam penelitian disusun berdasarkan aspek yang diungkapkan oleh Deci dan Ryan
(2002) yaitu aspek pengaturan eksternal dan pengaturan introjeksi (tidak ada determinasi diri) dan pengaturan identifikasi dan pengaturan integrasi (determinasi diri).
Alat Ukur Determinasi diri Ketika mencapai sesuatu, saya sering merasa itu tidak benarbenar saya yang melakukannya (-) (10) Saya tidak akan belajar kalau tidak diperintahkan terlebih dahulu (-) (13) Terkadang dalam memilih suatu hal, itu bukan saya yang memilih untuk melakukannya (-) (18) Eksternal Sering kali dalam melakukan sesuatu itu bukan hal-hal yang saya pilih (-) (35) Kalau bukan takut akan hukuman, saya tidak akan mengerjakan tugas (-) (37) Saya tidak akan mengerjakan tugas kalau tidak mendapatkan hadiah (-) (38) Saya tidak akan belajar setiap hari (-) (6) Sering kali saya tidak sadar terhadap pilihan yang saya ambil (-) (7) Kalau bukan karena orang tua saya tidak akan mengerjakan tugas (-) (8) Sekuat apapun saya berusaha, saya tidak akan menjadi yang terbaik (-) (20) Saya kurang berminat dalam belajar (-) (21) Introjeksi
Saya merasa bersalah jika tidak mengerjakan tugas karena itu wajib untuk dikerjakan (-) (25) Saya kurang dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain (-)( 26) Saya melakukan apa yang harus dilakukan, tetapi saya tidak merasa seperti itu benar-benar pilihan yang tepat (-) (29) Saya tidak suka melakukan tugas karena ada perasaan wajib dan terpaksa di dalam diri (-) (30) Dalam melakukan sesuatu sering kali itu bukan pilihan saya () (31)
Selain tidak ada tujuan, saya juga tidak tahu untuk apa saya belajar (-) (32) Saya tidak akan belajar kalau tidak ada ujian (-) (33) Saya tidak mempunyai tujuan dalam setiap pilihan (-) (41) Belajar bukan hal yang penting buat diri saya sendiri, tetapi buat orang tua saya juga (+) (3) Belajar itu merupakan hal yang penting buat saya (+) (4) Saya berusaha untuk menjadi yang terbaik (+) (5) saya akan belajar setiap melakukannya (+) (14)
hari,
karena
saya
senang
Saya belajar atas kemauan diri sendiri dan saya bebas memilihnya (+) (16) Saya senang mengerjakan tugas kapan pun itu (+) (17) Saya mengerjakan tugas untuk menyenangkan diri sendiri dan juga orang lain (+) (22) Indentifikasi
Saya mempunyai niat yang besar untuk belajar setiap saat (+) (27) Dalam mengerjakan tugas itu keputusan yang saya ambil sendiri (+) (28) Saya mengerjakan tugas karena itu pilihan saya (+) (34)
Saya memiliki tujuan atas setiap pilihan (+) (39) Dalam belajar saya selalu memiliki tujuan yang ingin dicapai (+) (9) Saya bebas memilih untuk melakukan apa yang harus dilakukan dengan sendiri (+) (11) Saya memilih hal-hal yang menarik untuk dilakukan (+) (12)
Integrasi
Ketika mencapai sesuatu, saya selalu merasa ini saya yang melakukannya (+) (15) Saya mempunyai minat yang kuat dalam belajar (+) (19) Saya melakukan apa yang harus dilakukan (+) (23) Saya merasa cukup bebas untuk melakukan apa pun yang saya pilih (+) (24)
Dalam melakukan apapun, saya bebas untuk memutuskan dan melakukannya (+) (36) Saya mengerjakan tugas karena saya mempunyai tujuan yang ingin saya capai (+) (40) Saya membuat pilihan dan memilih hal-hal untuk dilakukan dengan sendir (+) (1) Saya sadar terhadap setiap pilihan yang diambil (+) (2)
Saya memiliki hubungan yang baik dengan orang lain (+) (42)
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur (Noor, 2012:130). Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi, apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsinya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan dilakukan pengukuran tersebut (Nugroho, 2003). Dalam penelitian ini, menggunakan dua jenis validitas, yakni face validity dan validitas isi (content validity). Validitas isi ini menyangkut tingkatan dimana butir skala yang mencermin domain konsep yang sedang diteliti (Noor, 2011:133). Validitas isi ini dilakukan dengan menggunakan pertimbangan dari expert jugdement (professional), yakni dosen pembimbing. Selain itu, peneliti juga menggunakan face validity, dimana merupakan format penampilan tes yang mampu memberikan kesan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Noor, 2011). Uji face validity diberikan kepada lima orang yang merupakan teman-teman dari Universitas Bina Nusantara terlebih dahulu, kemudian didapatkan hasil yang cukup baik dari instrument atau alat ukur tersebut hanya beberapa item saja yang masih kurang dimengerti sehingga dilakukan revisi per item untuk membuat bahasa lebih dimengerti. Menurut Gumilar (2007: 20), “kriteria pengujian tes validitas”: jika koefisien Corrected Item-Total Correlation (validitas) melebihi 0,3 (Sugiyono, 2006). Alat ukur determinasi diri dikatakan valid apabila hasil corrected item-total correlation menunjukkan angka lebih dari 0,30. Apabila sebuah item menunjukkan nilai corrected item-total correlation diatas 0,30 menunjukkan bahwa item ini valid. Dari hasil analisis data yang didapat menunjukkan bahwa untuk butir item 3, 6, 7, 8, 10, 13, 17, 20, 21, 22, 25, 29, 30, 32, 33, 37, 38, 41 memiliki nilai corrected item-total correlation kurang dari 0,30 maka ini bermakna bahwa butir item tersebut tidak valid. Dari hasil perhitungan alat ukur determinasi ini diperoleh corrected item-total correlation yang menunjukkan ada beberapa item yang negatif dan dan sisanya menunjukkan nilai koefisien validitas item dibawah 0,30 sehingga dapat dikatakan bahwa item-item tersebut tidak valid. Butir item yang tidak valid ini dibuang (drop out). Nilai validitas item berkisar antara 0,3040,838 dengan jumlah item sebanyak 24 item. Setelah diputuskan item-item yang tidak valid untuk dibuang, maka tersisa 24 item yang valid. Pada penelitian ini, karena instrumen yang digunakan untuk alat ukur merupakan skala pengukuran sikap likert (memiliki lima pilihan jawaban yakni “sangat setuju”, “setuju”, “netral”, ”tidak setuju” atau “sangat tidak setuju”) maka uji reliabilitas dilakukan berdasarkan perhitungan melalui IBM SPSS statistik 20 dengan rumus Kuder-Richardson 20 (K-R 20) (Sarwono, 2011). Dalam program SPSS, perhitungan K-R 20 dinyatakan dalam model Alpha Cronbach untuk mengitung reliabel alat ukur.
Setelah item-item yang tidak valid digugurkan, nilai reliabilitas untuk alat determinasi diri sebesar 0,927 untuk 24 item.
Prosedur Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari teori terkait dengan topik untuk kemudian disusun menjadi item-item. Item tersebut lalu diuji oleh expert judgment. Setelah item dianggap telah sesuai dengan dimensi yang akan diukur, lalu item tersebut diuji kembali dengan melakukan face validity untuk melihat format penampilan tes yang mampu memberikan kesan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Barulah setelah itu kuesioner di bagikan kepada subyek sesuai dengan kriteria subyek yang telah dibuat oleh peneliti. Peneliti mencari subyek yang sesuai dengan karakteristik subyek yang telah di tentukan sebelumnya untuk mengisi kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Pengisian kuesioner tidak dibutuhkannya ruangan khusus untuk mengisi karena peneliti langsung turun ke lapangan dan membacakan secara langsung satu per satu kepada subyek. Penyebaran kuesioner akan dilakukan di salah satu sekolah luar biasa di daerah Jakarta Selatan yakni SLB A Pembina Jakarta. Field study dilakukan 2x dengan jarak waktu satu minggu, dengan menggunakan alat ukur yang peneliti buat sendiri. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan penghitungan komputerisasi program SPSS 20 karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan menu-menu dekriptif dan kotal-kotak dialog sederhana, sehingga mudah cara pengadministrasiannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, peneliti melakukan uji asumsi, yaitu uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit karena data yang digunakan berskala interval. Data dapat dikatakan berditribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Sarwono, 2011). Tabel 4.6. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Determinasi diri N Mean Std. Deviation Absolute Most Extreme Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Normal Parametersa,b
Asymp. Sig. (2-tailed)
Prestasi akademik
20
20
85.1500 16.17430 ,194 ,110 -,194 1,868
71.0000 4.29198 ,121 ,21 -,108 1,539
,439
,993
Sumber data: Hasil Uji SPSS Berdasarkan hasil uji SPSS 20 pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk determinasi diri sebesar 0,439 yang lebih besar dari 0,05 maka data determinasi diri berdistribusi normal. Sedangkan untuk prestasi akademik nilai signifikansi 0,993 yang menunjukkan lebih besar dari 0,05 dengan kata lain data untuk prestasi akademik juga berdistribusi normal.
Setelah melakukan uji normalitas, dan ditemukan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi normal untuk kedua variabel. Maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan teknik regresi linier sederhana dengan perumusan hipotesa, sebagai berikut:
Model
R
1
.713a
Tabel 4.8 Model Summaryb R Square Adjusted Square .508
R Std. Error of the Estimate
.481
3.09330
a. Predictors: (Constant), determinasidiri b. Dependent Variable: prestasibelajar Persamaan regresinya adalah: Y = a + b X dengan R = 0,713 (sig = 0,00), maka persamaan regresi Prestasi belajar = a+b determinasi diri diterima dan menunjukkan bahwa ada pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik. Koefisien determinasi (R2 = 0,48). Varian milik bersamanya 48%, artinya determinasi diri mampu menjelaskan variasi prestasi akademik sebesar 48%. Koefisien regresi (β) sebesar 0,713, Koefisien yang berkorelasi 0,713 dan positif sehingga jika jika determinasi diri diberikan intervensi 0, 713 maka prestasi akademik naik 0,713.
Model
Tabel 4.9 Coefficientsa Unstandardized Coefficients B 54.897
(constant) Determinasi diri
Std. Error 3.799
.189
.044
Standardized Coefficients Beta
.0.44
t
sig
14.449
.000
4.310
.000
Analisis pengujian koefisien korelasi
sederhana (uji t) untuk mengetahui apakah determinasi diri berpengaruh terhadap prestasi akademik. Hipotesis yang telah dirumuskan adalah: H0: Tidak ada pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. H1: Ada pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05. Nilai ini diperoleh dengan melihat tabel t signifikan 0,05. thitung sebesar 4.310. Dengan signifikan 0,00 Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. Maka H0 ditolak, artinya determinasi diri berpengaruh pada prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta.
SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh determinasi diri dengan prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. Sehingga hipotesa nol yang menyatakan tidak ada pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta ditolak dan hipotesa alternatif yang menyatakan ada pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta diterima. Pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja SLB A Pembina Jakarta sebesar 48%, dan 52% dipengaruhi oleh faktorfaktor lain.
Diskusi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah determinasi diri mempengaruhi prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. Berdasarkan data penelitian yang dianalisis maka dilakukan diskusi tentang hasil penelitian sebagai berikut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, bahwa memang terdapat terdapat Pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB-A Pembina Jakarta. Dari hasil analisis dengan menggunakan regresi sederhana diperoleh harga koefisien korelasi (r) sebesar 0,713 dan harga koefisen determinasi (r2) sebesar 0.48, Setelah dilakukan uji t diperoleh thitung sebesar 4.310 dengan taraf signifikansi 0,00. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta. Besarnya sumbangan determinasi diri terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta 48%. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Thoma, A.C., & Getzel, E.E. (2005) yang melakukan penelitian di U.S. Department of Education, dengan partisipan yang merupakan penyandang disability, disebutkan bahwa determinasi diri merupakan salah satu keterampilan yang penting, terutama dalam hal yang dikaitkan dengan pendidikan pasca sekolah dengan pekerjaan untuk individu yang cacat. Salah satu yang merupakan keberhasilan bagi anak-anak yang bersekolah yaitu mempunyai prestasi akademik yang baik, dimana mereka bisa mencapai nilai yang sudah ditentukan dari sekolahnya dengan menerima hasil akhir selama mereka belajar satu semester. Seperti yang dinyatakan Sobur (2006) prestasi akademik merupakan perubahan dalam hal kecakapan tingkah laku, ataupun kemampuan yang dapat bertambah selama beberapa waktu dan tidak disebabkan proses pertumbuhan, tetapi adanya situasi belajar. Maka dalam penelitian ini, determinasi diri merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik. Hasil ini sesuai dengan pendapat dari Jones, Arrastia & Newbil. (2009). Para peneliti menemukan bahwa motivasi intrinsik memfasilitasi belajar dan prestasi. Hasil studi ini juga menemukan bahwa determinasi diri telah diidentifikasi sebagai salah satu komponen penting dari perencanaan transisi yang efektif bagi siswa penyandang cacat, dan telah menunjukkan bahwa kemampuan komponen inti determinasi diri berhubungan dengan peningkatan kualitas hidup untuk orang dewasa penyandang cacat, terutama dalam hal peningkatan hidup masyarakat, dan juga pendidikan. Hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa determinasi diri berpengaruh cukup besar yaitu 48% terhadap prestasi akademik remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta, sedangkan 52% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh peneliti yang lebih mempengaruhi prestasi akademik. Jika dilihat dari perolehan data, remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta memiliki tingkat determinasi diri pada kategori sedang. Terlihat dari persentase data determinasi diri sebesar 50% atau sebanyak 10 siswa berada pada kategori sedang dan sebesar 25% atau sebanyak 5 siswa berada pada kategori tinggi. Hal ini menandakan bahwa mayoritas kemampuan determinasi diri remaja tuna nera SLB A Pembina Jakarta berada pada kategori sedang yang dapat diartikan bahwa remaja tuna netra sudah cukup mampu mengembangkan kemampuan determinasi dirinya. Remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta yang termasuk dalam tingkat determinasi diri kategori rendah sebanyak 5 siswa atau sebesar 25% dan diartikan bahwa masih terdapat remaja tuna netra yang memiliki hambatan dalam memenuhi indikator determinasi diri. Salah satu faktor determinasi diri pada remaja tuna netra SLB A Pembina Jakarta adalah faktor internal yaitu cacat tubuh.
Remaja tuna netra memiliki keterbatasan untuk mengembangkan determinasi dirinya sehingga dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik mereka. Faktor lainnya seperti peranan keluarga, peranan sekolah, peranan lingkungan dan peranan media massa (Slameto, 2003). Seperti yang dikatakan oleh Slameto (2003) bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi akademik yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor internal tersebut seperti kesehatan dan cacat tubuh, faktor psikologis seperti perhatian, kematangan, kecakapan, sikap, kebiasaan, minat, bakat, motivasi, disiplin, intelegensi serta faktor eksternal seperti dukungan orang tua dan status sosial ekonomi.
Saran Saran Bagi Penelitian Selanjutnya Pada penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan sehingga dibutuhkannya saran bagi penelitian selanjutnya, antara lain: 1. Keterbatasan sampel. Penelitian ini mempunyai keterbatasan sampel untuk siswa-siswi tuna netra yang bersekolah dengan menggunakan raport akademik, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya untuk menambah jumlah sampel dalam penelitian. 2. Dapat dilakukan penelitian longitudinal atau secara berkelanjutan untuk melihat pengaruh yang lebih signifikan dalam prestasi akademik. 3. Penelitian ini memberikan informasi bahwa determinasi diri terhadap prestasi akademik sebesar 48%. Hal ini memperlihatkan bahwa prestasi akademik remaja tuna netra dapat ditingkatkan melalui peningkatan atau pembentukan determinasi diri yang utama dan 52% predictor berasal dari faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini seperti faktor internal yaitu intelegensi, minat, bakat, motivasi, dan faktor eksternal yaitu keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Saran Bagi orang Tua Saran bagi orang tua agar lebih memantau prestasi akademik anak-anak mereka, agar mengarahkan anak-anak untuk lebih bisa mengembangkan determinasi diri, karena determinasi sangat penting untuk mereka dalam mencapai kemandirian anak dan penting bagi prestasi belajar mereka. Saran Bagi Remaja tuna netra Dengan mengetahui determinasi diri dapat memberikan dampak positif terhadap prestasi akademik, diharapkan remaja tuna netra memiliki keinginan untuk mengembangkan determinasi diri dalam proses belajar.
REFERENSI Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Ed.6). Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik (BPS). (2008). Sensus penduduk. Diperoleh pada tanggal 17 September2012, diunduh dari http://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?tid=279&wid=0. Bordens, K. S., & Abbott, B. B. (2008). Research Design and Methods (7th ed.). New York: McGraw-Hill Interbational Edition. Daito, A. (2011). Pencarian ilmu melalui ontology, epistomologi. (ed 1). Jakarta: Penerbit Mitra Wancana Media. Deci, E.L., & Ryan, R.M.(2002). Handbook of Self-Determination Research. USA: University of Rochester Press Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Keempat: Universitas Diponegoro. Gravetter, F.J., & Wallnau, L.B. (2009). Statistic for the behavioral sciences. USA: Wadsworth. Guilford, J.P. (1978). Fundamental Statistics In Psychology And Education, Tokyo: McGraw-HillKogakusha, Ltd. Gulo, W. (2011). Metodologi penelitian. Jakarta: Grasindo. Gumilar, I. (2007). Metode riset untuk bisnis dan managemen. Bandung: Universitas Widyatama. Hapsari, S. (2005). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta: PT Grasindo. Jones, B.D., Arrastia, S.L., & Newbill, P.B. (2009). Motivating foreign language students using selfdetermination theory. 3(2): 171-189.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Nasution, S. (2011). Metode Research: Penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nisfiannoor, M. (2009). Pendekatan statistika modern untuk ilmu sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian: Skripsi, tesis, disertasi, & karya ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nugroho, S. (2003). Hubungan antara citra diri terhadap perilaku konsumtif pada mahasiswa falkultas ekonomi Universitas Islam Indonesia. (Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Islam Indonesia Ormord, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan (6 th ed.). Erlangga. Prastisto, A. (2004). Cara mudah mengatasi statistik dan rancangan percobaan dengan spss 1. Jakarta: PT Elex media Komputindo. Priyatno, Dwi. (2011). Buku Saku SPSS Analisa statistika data lebih cepat, efisien, dan akurat. Jakarta : PT.BUKU SERU Prof. DR. Sugiono. (2007). Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta. Santoso. S. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media komputindo Santrock, J. W. (2008). Educational Psychology (3rd ed.). New York: McGraw Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Schunk, D.H., Pintrich, P.R., & Meece, J.L. (2002). Motivasi dalam pendidikan. Jakarta: PT. INDEKS. Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius Sheldon, K. M. (1995). Creativity and self-determination in personality. Creativity Research Journal, 8, 6172. Sheldon, K. M., Ryan, R. M., & Reis, H. (1996). What makes for a good day? Competence and autonomy in the day and in the person. Personality and Social Psychology Bulletin, 22, 1270-1279. Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Hill. Jakarta : RINEKA CIPTA Sobur, A. (2006). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. (2006). Metode Penelitian bisnis (9th ed.). Bandung: Alfabeta Sugiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Bandung: Alfabet Taniredja, T., & Mustafidah, H. (2011). Penelitian kuantitatif (sebuah pengantar). Bandung: Alfabeta. Thoma, A.C., & Getzel, E.E. (2005). Self Determination is what it’s all about: what post secondary students with disability tell us are important considerations for success, 40 (3), 234-242. VandenBos, G.R. (2008). American Psychological Association: Washington, DC. WHO/SEARO, Strategic Plan for Vision 2020: The Right to Sight, 2000. Woolbolk, A. (2007). Educational psychology. Pearson Prentice Hall: Boston. Yeungnam University, Gyeongsan-si, Gyeongsangbuk-d. (2008). Second Language Orientation and SelfDetermination Theory. A Structural Analysis of the Factors Affecting Second Language Achievement. 27(2).
RIWAYAT HIDUP Selvie lahir di kota Jakarta pada 9 agustus 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Binus University dalam bidang psikologi pada tahun 2013.