PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN STRATEGI PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SMP
ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Agustus 2014 Zervina Rubyn Devi Situmorang NIM I24100022
ABSTRAK ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG. Pengaruh Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP. Dibimbing oleh MELLY LATIFAH Prestasi akademik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor internal maupun faktor eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis: (1) karakteristik anak dan keluarga, dukungan sosial, konsep diri, strategi pengaturan diri dalam belajar, dan prestasi akademik siswa, (2) pengaruh dukungan sosial dan konsep diri terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar, (3) pengaruh karakteristik anak dan keluarga, dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa. Responden dalam penelitian ini berjumlah 150 siswa SMP di wilayah Bogor. Pemilihan lokasi menggunakan cluster random sampling. Hasil analisis Partial Least Square menunjukan bahwa konsep diri memiliki pengaruh terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar namun dukungan sosial tidak berpengaruh. Pendidikan orangtua berpengaruh negatif terhadap prestasi akademik secara signifikan. Dukungan sosial dan konsep diri ditemukan tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik. Sebaliknya, strategi pengaturan diri dalam belajar memiliki pengaruh positif terhadap prestasi akademik siswa. Kata kunci: dukungan sosial, konsep diri, prestasi akademik, strategi belajar.
ABSTRACT ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG. The Influence of Sosial Support, SelfConcept, and Self Regulated Learning Strategies toward Academic Achievement in Junior High School Student. Supervised by MELLY LATIFAH This study examined social support, self-concept, and self regulated learning strategies toward academic achievement. This study aimed to analyze: (1) child and family characteristic, sosial support, self-concept, self regulated learning strategies, and academic achievement, (2) the effect of sosial support and self-concept on self regulated learning strategies, (3) the effect of family characteristic, social support, self-concept, and self regulated learning (SRL) strategies toward student achievement. Data was collected from junior high school students in Bogor Region (n=150). Cluster random sampling was used in selection of those junior high schools. Data was collected via a questionnaire. Partial Least Square analysis showed that self-concept has a significant effect on SRL strategies but it was not significant on sosial support. Analysis of the data revealed that only parents’ education and SRL strategies were significant predictors in this model of students’ academic achievement. Keywords: self-concept, self regulated learning strategies, sosial support, student achievement.
PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN STRATEGI PENGATURAN DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK SISWA SMP
ZERVINA RUBYN DEVI SITUMORANG
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Nama NIM
: Pengaruh Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP : Zervina Rubyn Devi Situmorang : I24100022
Disetujui oleh
Ir. Melly Latifah, M.Si. Pembimbing
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc. Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Dukungan Sosial, Konsep Diri, dan Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar terhadap Prestasi Akademik Siswa SMP” berhasil diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing, membantu memberikan saran, dan kritik kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. 2. Ir. Retnaningsih, M.Si dan Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Alfiasari, SP. M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 4. Pihak Sekolah Menengah Pertama yang telah memperkenankan para siswa menjadi responden dalam penelitian ini. 5. Tri Susandari, Leni Novita, dan Nuraini Novianti selaku rekan sebimbingan dalam penelitian ini atas segala dukungan dan semangat selama penelitian ini berlangsung. 6. Bapak Robert Situmorang dan Ibu Druvadhy A.D Noor selaku orangtua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. 7. Adik dan saudara yang telah memberikan dukungan doa dan kasih sayang selama penulisan skripsi ini. 8. M. Mardi Dewantara, Hayuningtyas Triwahyuni, Anggie Pangestika, Yunita Tri Lestari, Bella A, Indah Kristie M, Mellisa Rachmawati, Eka Tasia Adhitri dan teman-teman IKK 47 atas dukungan semangat selama penulisan skripsi ini. 9. Seluruh pihak yang terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Zervina Rubyn Devi Situmorang
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 5 5
KERANGKA PEMIKIRAN
5
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional
8 8 8 8 9 10
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Anak dan Keluarga Dukungan Sosial Konsep Diri Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar Prestasi Akademik Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Dukungan Sosial, Konsep Diri, Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar, serta Prestasi Akademik Pengaruh antarvariabel yang Diteliti Pembahasan
11 11 11 12 12 13 14
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
20 20 20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
29
15 16 17
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga (n=150) 11 Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan orangtua (n=150) 11 Sebaran kategori dukungan sosial (n= 150) 12 Presentase dimensi dukungan sosial 12 Sebaran kategori konsep diri (n= 150) 13 Presentase dimensi strategi pengaturan diri dalam belajar 14 Sebaran anak berdasarkan kategori prestasi akademik (n=150) 14 Koefisien korelasi antara karakterstik keluarga dengan dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar 15 9 Koefisien korelasi antara dukungan sosial dan konsep diri dengan strategi 15 10 Koefisien korelasi antara dukungan sosial, konsep diri, strategi pengaturan diri dalam belajar dengan prestasi akademik siswa 15 11 Pengaruh antar variabel yang diteliti 16
DAFTAR GAMBAR 1 Pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik 7 2 Model akhir pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis butir pertanyaan dukungan sosial 2 Analisis butir pertanyaan strategi pengaturan diri dalam belajar 3 Nilai koefisien pengaruh langsung dan tidak langsung serta nilai signifikansi pengaruh antar variabel 4 Nilai AVE, Composite Reliability, dan R-Square variabel
24 24 27 28
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah masa seseorang mengalami perubahan yang drastis baik dari aspek fisiologis sampai dengan psikologis. Perubahan yang terjadi pada diri seorang remaja membuat masa ini dikenal sebagai masa badai atau masa yang penuh dengan tekanan (Eccles et al. 1993). Pada masa ini beberapa remaja mengalami masa-masa sulit untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena pada masa ini seseorang mengalami perkembangan pada beberapa aspek. Fase remaja awal adalah fase kritis untuk perkembangan diri mereka. Pada tahap ini perkembangan kognitif remaja sudah mencapai kemampuan untuk berfikir abstrak. Pada kenyataannya pada masa remaja awal, anak memiliki kesulitan untuk mengorganisir struktur dirinya sehingga konsep diri yang terbentuk belum konsisten (Gunarsa 1991). Selain itu, menurut tahapan perkembangan psikososial Erick Erickson perkembangan remaja berfokus pada informasi dan pembentukan identitas diri. Remaja pada tahap ini dituntut untuk berhasil memiliki identitas diri (Spano 2004). Identitas diri sangat diperlukan oleh remaja untuk mengatasi permasalahan perilaku yang banyak muncul pada masa-masa ini. Keterlibatan lingkungan di sekitar remaja baik dari orangtua, teman, dan lingkungan sekolah juga sangat penting dalam proses pembentukan identitas diri. Selain itu, atribut ataupun identitas diri seorang remaja merupakan hal yang penting untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang termasuk akademik. Seseorang yang memiliki kualitas yang baik dalam kegiatan belajar maka akan mencapai prestasi akademik yang baik pula. Motivasi dan keterlibatan siswa adalah dua hal yang dapat ditingkatkan untuk mencapai prestasi akademik yang optimal (Reeve 2012). Banyak bukti yang memperlihatkan bahwa pada masa transisi ini terjadi penuruan motivasi remaja dalam bidang akademik. Penurunan motivasi dan perilaku belajar dikarenakan lingkungan yang kurang memotivasi dan tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis remaja (Eccles et al. 1993). Permasalahan ini sering terjadi pada fase remaja awal atau awal seseorang memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP). Seharusnya prestasi akademik menjadi hal yang penting bagi seorang remaja. Hal tersebut dikarenakan pada saat itu seseorang mulai sadar bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk siap menghadapi kehidupan yang akan dijalani. Apabila mengaitkan remaja dengan prestasi akademik tidak dapat dilihat hanya dari tingkat intelektualitasnya saja. Sesuatu yang berkembang pada diri seorang remaja baik itu berkaitan dengan motivasi ataupun perkembangan diri seseorang dapat memengaruhi prestasi akademik seseorang (Reeve 2012). Prestasi akademik sendiri sangat erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran remaja di sekolah. Belajar merupakan salah satu aspek yang fundamental dalam pencapaian akademik seseorang. Salah satu indikator keberhasilan pembelajaran adalah prestasi akademik yang dicapai. Pencapaian akademik seseorang sering kali dikaitkan dengan bagaimana motivasi dan cara belajar seseorang. Pada masa remaja prestasi di sekolah merupakan sesuatu yang penting bagi mereka. Remaja akan mencari cara bagaimana mereka dapat berhasil baik pada bidang akademik maupun non akademik. Seseorang dapat dikatakan belajar apabila terdapat peningkatan
2 kualitas kemampuan pada orang tersebut. Prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor anak, keluarga, dan sekolah. Faktor yang termasuk dalam diri anak yang ditemukan memengaruhi prestasi akademik contohnya adalah self-efficacy, konsep diri, pengaturan diri, nilai intrinsik, dan kecemasan. Faktor keluarga yang ditemukan memengaruhi prestasi akademik anak adalah kondisi sosio ekonomi keluarga, dukungan orangtua, dan harapan orangtua. Selain faktor diri anak dan keluarga, prestasi akademik juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Hubungan antara guru dan murid serta lingkungan sekolah yang kondusif ditemukan memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik siswa (Bhatti & Qazi 2011). Kecenderungan penelitian beberapa tahun terakhir tentang remaja dan kegiatan belajar memperlihatkan bahwa remaja merupakan fase yang spesial dengan segala tugas perkembangan yang dimiliki. Kegiatan belajar menjadi menarik untuk diteliti dikarenakan banyaknya faktor yang dapat memengaruhi remaja dalam kegiatan pembelajaran (Santrock 2003). Kemampuan untuk mengatur diri merupakan salah satu hal yang dapat memengaruhi remaja dalam kegiatan pembelajaran. Seseorang yang mampu mengatur dirinya akan memiliki kondisi psikologis yang stabil. Kemampuan untuk mengatur diri akan membuat seseorang dapat mengelola tekanan dan tantangan yang harus dihadapi. Selain itu, seseorang yang memiliki kemampuan pengaturan diri akan memiliki panduan untuk berperilaku sehingga tercapai tujuan yang diinginkannya. Pada kegiatan belajar remaja memerlukan kemampuan pengaturan diri untuk mencapai tujuan belajarnya. Selain untuk mengatur strategi yang akan digunakan, pengaturan diri juga membantu seseorang untuk mengelola rasa cemas dan tekanan yang dialaminya (Hoyle 2010). Pengaturan diri dalam belajar merupakan salah satu aspek yang banyak ditemukan memiliki pengaruh pada prestasi akademik seseorang. Pengaturan diri dalam belajar sendiri dibagi menjadi dua hal yaitu strategi dan motivasi. Strategi belajar lebih berfokus kepada cara seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya. Strategi belajar sendiri dibagi kedalam sembilan dimensi. Strategi yang dapat dilakukan seseorang untuk meningkatkan prestai akademik di sekolah adalah elaborasi, organisasi, berpikir kritis, metacognitive self-regulation, manajemen waktu dan lingkungan belajar, effort regulation, peer learning, dan help seeking (Pintrich et al. 1991). Remaja yang memiliki kemampuan untuk menggunakan strategi meregulasi diri dalam belajar terbukti akan memiliki performa yang baik di sekolah, sehingga memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki kemampuan tersebut (Shapiro 2000). Kemampuan meregulasi diri merupakan suatu kemampuan yang terdiri atas berbagai macam aspek. Kemampuan seseorang untuk menentukan nilai yang mereka inginkan, pembagian waktu belajar, serta persiapan dalam mengahadapi ujian merupakan beberapa contoh dari regulasi diri seseorang. Selain itu, konsep diri merupakan salah satu konstruk yang juga diketahui memengaruhi pencapaian akademik siswa. Pada penelitian saat ini, konsep diri dikenalkan sebagai suatu konsep yang multidimensi. Konsep diri dibentuk oleh berbagai dimensi dalam diri seseorang. Konsep diri berfokus terhadap penilaian seseorang baik secara kognitif maupun afektif. Konsep diri sendiri dikatakan sebagai konstruksi dari komponen sikap dan kepercayaan seseorang yang akan mengarah kepada sebuah konsep yang tercipta di dalam diri seseorang. Konsep diri terdiri atas konsep diri akademik dan non akademik. Menurut Damrongpanit, Reungtragul, dan Pittayanon (2007) baik konsep diri akademik dan non akademik
3 akan berpengaruh terhadap prestasi akademik seseorang, namun konsep diri akademik lebih tepat dalam menggambarkan pengaruhnya terhadap proses belajar seseorang. Berbicara mengenai hal akademik, konsep diri akan berkaitan dengan pengetahuan dan persepsi seseorang mengenai situasi pencapaian akademik. Menurut hasil penelitian terdahulu, ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang positif dari konsep diri terhadap prestasi belajar siswa (Bong dan Skaalvik 2003; Susanto 2006; Rensi dan Sugiarti 2010). Faktor eksternal juga dapat memengaruhi seseorang dalam proses belajar yang dilaluinya serta pencapaian prestasi akademik dirinya. Salah satu faktor eksternal yang dapat memengaruhi prestasi belajar seseorang adalah dukungan sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitarnya baik dari sekolah maupun orangtua. Dukungan sosial yang diberikan akan meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengelola masalah-masalahnya setiap hari. Masa peralihan identik dengan kenakalan maupun menurunnya motivasi anak untuk belajar. Kualitas lingkungan di sekitar anak sangat membantu untuk mengatasi permasalahan penurunan motivasi belajar anak. Dukungan yang diberikan oleh orangtua, guru, dan teman akan membuat kebutuhan anak secara psikolgis terpenuhi. Seseorang yang merasa kebutuhan psikologisnya terpenuhi maka akan lebih mudah bagi mereka untuk mengatasi permasalahan termasuk permasalahan akademiknya (Eccles 1993; Reeve 2012). Oleh karena itu, sangat menarik untuk meneliti bagaimana faktor internal maupun eksternal seperti dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar memengaruhi prestasi akademik siswa SMP. Perumusan Masalah Keberhasilan seseorang dalam memperoleh prestasi akademik yang optimal dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor yang memengaruhi keberhasilan pembelajaran seseorang dapat berasal dari diri mereka sendiri serta lingkungan di luar mereka. Di Indonesia banyak sekali anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, namun tidak semua dari mereka memiliki prestasi akademik yang baik. Apabila dilihat dari kemampuan siswa Indonesia di tingkat dunia yang dilaporkan di dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS), rata-rata kemampuan membaca siswa Indonesia berada pada urutan 42 dari 49 negara. Hal di atas secara tidak langsung menunjukan bahwa ada faktor lain selain faktor lingkungan sekolah yang berpengaruh pada pencapaian akademik siswa di Indonesia. Anak yang memiliki intelegensi tinggi belum tentu memiliki pencapaian akademik yang optimal karena hal lain seperti kepribadian dan lingkungan rumah turut memengaruhi pencapaian akademik seseorang. Faktor eksternal dari siswa diduga memengaruhi prestasi akademiknya, salah satunya adalah dukungan sosial. Dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dan guru memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik seseorang (Rensi dan Sugiarti 2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh Rosenfeld et al. (2000) ditemukan hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan kemampuan anak memeroleh prestasi tinggi pada tingkatan SMP. Hasil penelitian yang ditemukan oleh Ferguson (2003) menyatakan bahwa konsep diri merupakan suatu konsep yang dipengaruhi hal-hal lain di luar diri individu seperti dukungan sosial dari guru.
4 Selain faktor eksternal, faktor di dalam diri seseorang turut serta memengaruhi prestasi akademik seseorang. Salah satu faktor internal yang memengaruhi prestasi akademik adalah strategi pengaturan diri dalam belajar. Strategi pengaturan diri dalam belajar merupakan salah satu faktor yang turut memengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi akademik yang optimal. Menurut Lilik, Djannah dan Wagimin (2010), terdapat perbedaan prestasi akademik antara seseorang yang memiliki strategi pengaturan diri dalam belajar yang tinggi dengan seseorang yang memiliki strategi pengaturan diri dalam belajar yang rendah. Penggunaan strategi dalam belajar merupakan bukti bahwa siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan seseorang secara aktif dalam kegiatan belajar dipengaruhi oleh motivasi. Pada masa remaja motivasi belajar mengalami penurunan maka akan sangat sulit bagi remaja untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Selain strategi pengaturan diri dalam belajar, konsep diri merupakan suatu konstruk yang diperkirakan memengaruhi pencapaian akademik siswa. Konsep diri merupakan sesuatu konsep yang multidimensi dalam memengaruhi prestasi akademik seseorang. Menurut Bhatti dan Qazi (2011), konsep diri memiliki hubungan positif dengan prestasi akademik seseorang. Konsep diri juga merupakan hasil referensi seseorang mengenai dirinya yang berasal dari lingkungan disekelilingnya. Pandangan guru atau teman terhadap keberhasilan akademik seseorang dikatakan dipengaruhi oleh bagaimana seseorang berinteraksi pada saat proses pembelajaran dengan lingkungan eksternalnya. Menurut Dermitzaki dan Efklides (2000), konsep diri tidak menjadi dasar seorang remaja untuk menilai kemampuannya tetapi lebih berfokus kepada performa akademik yang dimilikinya serta pandangan orang lain mengenai prestasi yang dia capai. Fase remaja awal atau pada remaja SMP terjadi penurunan konsep diri pada siswa. Penurunan tersebut diakibatkan oleh perubahan fisik dan psikologis yang disertai dengan kesulitan menghadapi transisi dari lingkungan sekolah sebelumnya ke lingkungan baru yang berbeda. Selain itu menurut Bacon (2011), pengaruh konsep diri terhadap prestasi akademik siswa akan dipengaruhi pula oleh latar belakang wilayah penelitian seperti daerah urban dan suburban, maupun negara maju dan berkembang. Oleh karena itu, untuk melihat prestasi akademik seseorang tidak dapat melihat dari faktor internal remaja itu saja. Permasalahan tentang kondisi akademik siswa di Indonesia terutama yang masih berusia remaja menjadi menarik untuk dilakukan. Selain itu, belum ada penelitian yang menganalisis pengaruh dari dukungan sosial, konsep diri dan strategi pengaturan diri dalam belajar secara bersamaan terhadap prestasi akademik siswa. Melihat pengaruh yang kuat dari masing-masing variabel ketika diteliti secara parsial, maka menarik untuk mengetahui apakah model penelitian ini dapat memprediksi prestasi akademik siswa secara lebih akurat. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan, yaitu: (1) bagaimana karakteristik keluarga turut memengaruhi dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar pada siswa SMP?; (2) bagaimana dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar dapat memengaruhi pencapaian akademik siswa SMP?; (3) seberapa berpengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa SMP apabila diteliti secara bersama-sama?
5 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Penelitian ini secara umum bertujuan untuk membuktikan pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa SMP di Wilayah Bogor. Tujuan khusus: 1. Mengidentifikasi karakteristik anak dan keluarga, dukungan sosial, konsep diri, strategi pengaturan diri dalam belajar, dan prestasi akademik siswa. 2. Menganalisis pengaruh dukungan sosial dan konsep diri terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar siswa SMP. 3. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa SMP. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan informasi tentang pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik anak. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi orangtua dalam melakukan praktek pengasuhan dan pengarahan dalam hal akademik. Bagi pemerintah hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikam landasan untuk membuat kebijakan. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu di bidang ilmu perkembangan anak dan keluarga.
KERANGKA PEMIKIRAN Menurut Self Determination Theory (SDT) motivasi siswa dalam hal akademik dipengaruhi oleh dua hal yaitu motivasi dan keterlibatan. Motivasi sendiri terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik (Niemic, Ryan dan Deci 2010). Konsep diri merupakan salah satu hal yang ditemukan memiliki hubungan timbal balik dengan prestasi akademik seseorang. Konsep diri dapat dijadikan motivasi bagi seseorang untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi. Begitu pula motivasi dari lingkungan eksternal remaja terbukti dapat meningkatkan motivasi dan juga mengurangi permasalahan akademik pada fase remaja awal. Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan guru akan memotivasi siswa untuk mendapatkan prestasi akademik yang baik pula. Di sisi lain, motivasi dapat berpengaruh terhadap prestasi akademik dikarenakan motivasi akan meningkatkan keterlibatan siswa di kelas. Keterlibatan siswa di kelas sangatlah beragam mulai dari keterlibatan perilaku, kognitif, emosi, dan agentic. Salah satu keterlibatan yang memengaruhi prestasi akademik seseorang adalah keterlibatan kognitif berupa penggunaan strategi dalam belajar (Reeve 2012). Prestasi akademik adalah tujuan akhir dari proses pembelajaran yang dilakukan seseorang. Pada proses mencapai prestasi akademik terdapat beragam faktor yang memengaruhinya. Pencapaian seseorang baik dalam akademik maupun
6 non akademik diduga berhubungan langsung dengan konsep diri yang positif. Konsep diri yang positif mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan yang positif pula. Menurut Marsh dan Hau (2003) dalam Yorke (2013), konsep diri akademik didefinisikan sebagai persepsi seseorang mengenai performa akademik yang dipengaruhi dan memengaruhi prestasi akademik seseorang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mclnerney et al. (2012), konsep diri akademik diketahui menjadi faktor penting untuk memprediksi pencapaian akademik seseorang. Menurut Matovu (2012), konsep diri seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin dan berbagai karakteristik internal responden. Hasil penelitian Ommundsen, Haugen dan Lund (2005) menunjukan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh langsung antara konsep diri dengan pencapaian akademik seseorang. Selain memengaruhi prestasi akademik secara langsung, hasil penelitian memperlihatkan bahwa konsep diri juga berpengaruh terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Selain konsep diri, strategi pengaturan diri pada saat belajar (self regulated learning strategies) merupakan proses yang diduga berpengaruh dalam membantu seseorang mengelola tindakan dan pikirannya untuk mencapai tujuan belajar. Optimalisasi kemampuan pengaturan diri tersebut diduga memiliki pengaruh dalam meningkatkan kualitas prestasi akademik siswa (Nani 2012). Menurut Merino dan Aucock (2014), dikatakan bahwa penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi akademik siswa Faktor yang memengaruhi pencapaian akademik seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh diri individu itu sendiri tapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternalnya. Faktor eksternal yang diduga memiliki pengaruh dalam pencapaian akademik anak adalah dukungan sosial. Dukungan sosial sendiri adalah persepsi seseorang atas bantuan yang diterima dari lingkungan sosialnya baik dari teman, keluarga, maupun seseorang yang spesial bagi individu. Persepsi seseorang atas dukungan yang diterimanya akan membantu anak meningkatkan motivasinya untuk mencapai prestasi akademik yang optimal. Dukungan sosial yang diberikan dapat dalam berbagai bentuk seperti dukungan emosi, informasi, sampai dengan dukungan materi. Menurut Zimet et al. (1988) dukungan sosial yang didapatkan seseorang akan memengaruhi perkembangan dan kondisi psikologis seseorang. Dukungan sosial dapat diterima seseorang dari keluarga, teman, maupun orang spesial lainnya. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan strategi pengaturan diri dalam belajar (Adicondro dan Purnamasari 2011). Menurut DeBerard, Glen dan Deana (2004), dukungan sosial dapat menjadi salah satu prediktor dari rendahnya prestasi akademik yang dimiliki seseorang. Apapun bentuk dukungan yang diberikan diduga memiliki pengaruh walaupun sedikit terhadap prestasi akademik anak (Malecki dan Demaray 2006). Selain itu karakteristik orangtua sendiri diduga memiliki pengaruh langsung terhadap terbentuknya konsep diri, kemampuan regulasi diri, serta dukungan sosial yang diberikan oleh orangtua terutama kondisi ekonomi orangtua. Kerangka pemikiran operasional pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik tersaji pada Gambar 1.
7
Karakteristik contoh Jenis kelamin Usia
Karakteristik Keluarga Usia orangtua Pendidikan orangtua Pendapatan orangtua
Faktor Eksternal Dukungan sosial
Faktor Internal Konsep diri
Faktor Internal Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
Prestasi Akademik
Gambar 1 Pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik
8
METODE Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian payung yang memiliki topik besar “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik” dan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN X Kota Bogor dan SMPN Y Kabupaten Bogor. Jumlah sekolah di kedua lokasi baik kota dan kabupaten masing-masing satu sekolah. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitan dilakukan secara cluster random sampling dengan menggunakan data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten dan Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan membagi SMP di wilayah Bogor menjadi SMP di kabupaten dan kota. Selanjutnya pada masing-masing cluster diambil satu sekolah secara acak sehingga terpilihlah SMPN X Kota Bogor dan SMPN Y Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai Maret hingga Mei 2014. Teknik Penarikan Contoh Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri di wilayah Bogor. Penarikan contoh didasarkan atas pertimbangan bahwa siswa kelas VIII telah memiliki pengalaman belajar di SMP lebih lama dibandingkan siswa kelas VII, namun tidak disibukan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas IX. Penarikan contoh dilakukan dengan cara memilih secara acak dua kelas yang ada dari seluruh kelas VIII pada lokasi penelitian terpilih. Seluruh siswa dari kelas yang terpilih sebanyak 153 orang dijadikan responden dalam penelitian ini. Setelah proses pengambilan data, jumlah siswa yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini sebanyak 150 orang. Pengurangan jumlah responden dikarenakan ketidakhadiran responden pada saat proses pengambilan data. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh anak setelah mendapat penjelasan dan panduan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik remaja (jenis kelamin dan usia), karakteristik keluarga (usia orangtua, lama pendidikan orangtua, pendapatan orangtua), dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar. Data sekunder terdiri atas prestasi akademik yang diperoleh dari pihak sekolah dalam bentuk nilai rapor siswa satu semester terakhir. Variabel konsep diri akademik dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen Academic Self Concept Questionnaire yang dikembangkan oleh Liu et al. (2005) dalam Yorke (2013). Variabel ini memiliki 18 pertanyaan yang terdiri dari dua dimensi yaitu kemampuan akademik dan usaha akademik. Pertanyaan dijawab dengan menggunakan skala Likert meliputi SS = Sangat Sesuai; S = Sesuai; TS = Tidak Sesuai; dan STS = Sangat Tidak Sesuai. Reliabilitas dari instrumen konsep diri akademik ini sebesar 0.751.
9 Variabel strategi pengaturan diri dalam belajar diukur menggunakan instrumen Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) yang dikembangkan oleh Pintrich et al. (1991). Intrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah dimensi strategi belajar siswa. Variabel strategi pengaturan diri dalam belajar terdiri atas 34 pertanyaan yang disusun berdasarkan sembilan strategi belajar yaitu: elaborasi, organisasi, berpikir kritis, metacognitive self-regulation, manajemen waktu dan lingkungan belajar, effort regulation, peer learning, dan help seeking. Pertanyaan tentang strategi pengaturan diri dalam belajar dijawab dengan menggunakan skala Likert meliputi SS = Sangat Sesuai; S = Sesuai; TS = Tidak Sesuai; dan STS = Sangat Tidak Sesuai. Reliabilitas dari kuesioner MSLQ adalah 0.910. Variabel dukungan sosial diukur dengan menggunakan instrumen Multidimensional Scale of Perceived Sosial Support (MSPSP) yang dikembangkan oleh Zimet et al. (1988). Instrumen ini digunakan untuk mengukur dukungan sosial pada remaja. MSPSP membagi dukungan sosial menjadi tiga kelompok faktor yang memberikan dukungan sosial yaitu keluarga, teman, dan orang lainnya. Variabel ini terdiri atas 12 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert meliputi SS = Sangat Sesuai; S = Sesuai; TS = Tidak Sesuai; dan STS = Sangat Tidak Sesuai. Reliabilitas dari instrumen dukungan sosial ini sebesar 0.753. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, scoring, dan cleaning data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel, SPSS for Windows, dan SmartPLS 2.0. Pengontrolan kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas instrumen dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar dengan metode Cronbach’s Alpha. Data karakteristik anak yang dikumpulkan terdiri atas usia dan jenis kelamin. Data karakteristik keluarga terdiri atas usia orangtua, lama pendidikan orangtua, dan pendapatan orangtua. Pendapatan orangtua akan dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang kemudian akan dikategorikan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS Kabupaten dan Kota Bogor (BPS 2011). Sistem skoring yang akan dilakukan untuk dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar menggunakan rumus: 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 (%) = Keterangan: Indeks Skor anak Skor minimal Skor maksimal
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑎𝑘 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑥 100 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙
= skor anak yang sudah di indeks = skor yang diperoleh anak berdasarkan pengukuran = skor minimal pada instrumen = skor maksimal pada instrumen
Pengategorian variabel dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar dibagi menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Pengategorian menggunakan indeks masing-masing variabel dengan menggunakan cut off point tinggi (>80%), sedang (60%-80%), dan rendah (<60%).
10 Analisis deskriptif yang dilakukan adalah nilai minimal, nilai maksimal, mean, standar deviasi, serta frekuensi. Analisis inferensia yang akan dilakukan adalah uji korelasi Spearman untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. Selain itu, uji Partial Least Square (PLS) dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Penggunaan PLS harus dimulai dengan evaluasi goodness of fit yang terdiri atas outer model (outer loading, Average Variance Extracted (AVE), dan composite reliability) dan inner model (Rsquare). Nilai outer loading (>0.5) digunakan untuk melihat validitas indikator dari variabel yang diteliti. Nilai AVE (>0.5) digunakan untuk melihat validitas suatu variabel, dan nilai composite reliability (>0.7) digunakan untuk melihat konsistensi variabel yang diteliti. Evaluasi goodness of fit atau nilai composite reliability merupakan analisis akhir yang merupakan syarat yang harus dilakukan sebelum melakukan pengolahan dengan menggunakan metode partial least square. Definisi Operasional Karakteristik Anak adalah ciri khas anak yang terdiri dari jenis kelamin dan usia. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin anak dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Usia adalah usia anak dalam satuan tahun pada saat penelitian berlangsung. Karakteristik Keluarga adalah ciri khas keluarga yang terdiri atas usia orangtua, pendidikan orangtua, serta pendapatan per kapita. Pendidikan Orangtua adalah lama pendidikan formal yang ditempuh baik ayah maupun ibu anak yang dihitung dalam satuan tahun. Pendapatan per Kapita adalah pendapatan per kapita per bulan atau pendapatan keluarga dibagi jumlah anggota keluarga yang diterima oleh orangtua ataupun anggota keluarga lain yang sudah bekerja. Besar Keluarga adalah jumlah anggota keluarga anak yang terdiri atas ayah, ibu, anak, serta anggota keluarga lainnya. Dukungan Sosial adalah persepsi anak tentang apa yang diberikan oleh orangtua, guru dan lingkungannya dalam membantu kegiatan akademik. Konsep Diri adalah persepsi anak mengenai kemampuan diri dalam hal akademik dan usaha anak dalam hal akademik. Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar adalah cara anak untuk melakukan strategi dalam kegiatan belajar.
11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Anak dan Keluarga Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di dua wilayah Bogor yaitu kabupaten dan kota. Penelitian ini mengambil contoh siswa kelas VIII SMP dengan jenis kelamin yang berbeda. Jumlah anak berjenis kelamin perempuan sekitar 59.3 persen dengan sisanya berjenis kelamin laki-laki. Selain itu, hasil penelitian menemukan bahwa rata-rata pendapatan per kapita per bulan orangtua anak berada pada kisaran Rp 869 632. Sebanyak 82 persen dari total anak pada penelitian ini berasal dari keluarga tidak miskin yang memiliki pendapatan per kapita per bulan di atas garis kemiskinan kota dan kabupaten bogor. Kategori kemiskinan kota diambil dari garis kemiskinan Kota Bogor tahun 2011 yaitu sebesar Rp 305 870. Kategori kemiskinan kabupaten diambil dari garis kemiskinan Kabupaten Bogor tahun 2011 yaitu sebesar Rp 235 682. Sebaran pendapatan orangtua disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga (n=150) Pendapatan keluarga (Rp/ kap/ bl) Miskin Tidak miskin Total Rata-rata ± std Min-maks
Sebaran Contoh n
%
27 123
18 82 150 869 632 ± 1 123 875 125 000 – 8 750 000
100
Keterangan: Batas garis kemiskinan kota Rp 305 870; batas garis kemiskinan kabupaten Rp 235 682
Pada karakteristik keluarga anak, terlihat bahwa rata-rata usia ayah anak berada pada kisaran 46 tahun. Berbeda dengan rata-rata usia ibu yang berada pada kisaran 42 tahun. Menurut Santrock (2007), rata-rata usia orangtua anak berada pada usia dewasa madya. Rata-rata lama pendidikan ayah adalah 12.62 tahun sedangkan rata-rata lama pendidikan ibu adalah 11.8 tahun. Hal tersebut menggambarkan bahwa rata-rata orangtua menempuh pendidikan sampai pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) (Tabel 2). Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan usia dan pendidikan orangtua (n=150) Variabel (tahun)
Rata-rata ± Std
Usia ayah Usia ibu Pendidikan ayah Pendidikan ibu
45.95 ± 6.24 41.85 ± 5.62 12.62 ± 2.96 11.81 ± 2.78
Min-maks 31 – 65 29 – 57 3 – 20 0 – 20
12 Dukungan Sosial Dukungan sosial adalah persepsi seseorang tentang dukungan yang ia terima baik dari keluarga, teman, dan orang lain yang memiliki pengaruh dalam kehidupannya. Dukungan sosial dalam hal akademik akan berhubungan dengan penyesuaian siswa di sekolah. Selain itu dukungan sosial juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga berdampak pada prestasi akademiknya di sekolah. Pada remaja dukungan sosial dari orangtua adalah hal yang terpenting dibandingkan dengan dukungan sosial dari teman dan guru (Vedder, Boekaerts dan Seegers 2005; Malecki dan Demaray 2006). Tabel 3 Sebaran kategori dukungan sosial (n= 150) Dukungan sosial
Variabel n Rendah (< 60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%)
43 74 33
Total Rata-rata ± std Min-maks
150
(%) 28.7 49.3 22.0 100 67.58 ± 13.71 36 – 97
Tabel di atas menunjukan bahwa skor minimal untuk variabel dukungan sosial yang diperoleh anak adalah 36 dan maksimalnya sebesar 97. Rata-rata skor dukungan sosialnya yaitu sebesar 67.58. Dalam penelitian ini hampir setengah dari total anak berada pada kategori dukungan sosial sedang (49.3%), sedangkan sisanya menyebar merata pada kategori tinggi dan rendah. Tabel 4 menunjukan bahwa presentase dukungan sosial yang paling besar dirasakan oleh anak adalah dukungan sosial dari teman. Bentuk dukungan yang paling banyak dirasakan oleh anak adalah teman selalu mencoba membantu dan selalu ada pada saat terkena masalah. Selain itu teman selalu menemani pada saat bahagia dan sedih, serta anak selalu dapat membicarakan permasalahan yang dihadapi kepada temannya. Bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga adalah bantuan dan dukungan emosional serta membantu dalam pengambilan keputusan. Tabel 4 Presentase anak dalam berbagai dimensi dukungan sosial Dimensi Dukungan Sosial
% 77.15 80.53 85.00
Guru Keluarga Teman
Konsep Diri Konsep diri adalah cara seseorang memandang dirinya baik kekuatan maupun kelemahannya sehingga ia mampu mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupannya. Dalam domain konsep diri terdapat sebuah konsep yang dinamakan konsep diri akademik (Damrongpanit 2009). Konsep diri akademik seseorang dapat positif maupun negatif. Individu yang memiliki rasa percaya diri dapat dikatakan
13 memiliki konsep diri yang positif. Individu yang memiliki konsep diri yang negatif atau rendah akan menampilkan pribadi yang tidak percaya diri dan tidak puas akan pencapaian dirinya sendiri (Bong dan Skaalvik 2003). Pada dimensi konsep diri skor minimal yang diperoleh anak sebesar 30 sedangkan skor maksimalnya sebesar 85. Rata-rata skor pencapaian konsep diri seluruh anak yaitu sebesar 55.36. Tabel 5 menunjukan bahwa lebih dari setengah anak (69.3%) memiliki konsep diri rendah. Hanya 2.7 persen dari total anak yang memiliki konsep diri tinggi. Tabel 5 Sebaran kategori konsep diri (n= 150) Variabel
Konsep diri n
(%)
Rendah (< 60%) Sedang (60%-80%) Tinggi (>80%)
104 42 4
69.3 28.0 2.7
Total Rata-rata ± std Min-maks
150
100 55.36 ± 11.99 30 – 85
Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar Self regulated learning terdiri atas dua dimensi yaitu dapat diklasifikasikan menjadi tiga komponen yaitu kognitif, motivasi, serta metakognitif. Ketiga komponen tersebut memiliki peran masing-masing dan berinteraksi untuk menguasai suatu kegiatan pembelajaran. Ketiga komponen di atas dipengaruhi oleh keyakinan seseorang tentang kemampuan dan keberhasilannya dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Apabila keyakinan seseorang akan kemampuan belajarnya tinggi, maka seseorang akan mengarahkan dirinya untuk tekun dan menggunakan strategi belajar tertentu untuk mengerjakan tugas-tugas (Zimmerman 2000). Strategi belajar terbukti berkorelasi dengan prestasi akademik anak di sekolah. Anak yang menggunakan strategi pengaturan diri dalam belajar maka akan memiliki prestasi yang cemerlang di sekolahnya (Zimmerman 1990). Strategi pengaturan diri dalam belajar sendiri memiliki sembilan dimensi. Dimensi pertama adalah rehearsal atau strategi dasar dalam bentuk latihan yang melibatkan kegiatan membaca dan menamai butir pembelajaran. Dimensi kedua adalah elaborasi atau strategi yang dapat membantu anak untuk mengingat dalam jangka waktu yang lama. Elaborasi dapat dilakukan salah satunya dengan cara mengaitkan informasi yang baru didapatkan dengan informasi yang sudah diketahui lalu disimpulkan kembali. Dimensi yang ketiga adalah organisasi atau memilih informasi yang dibutuhkan. Contohnya adalah mencari gagasan utama dari informasi yang didapatkan. Selanjutnya adalah dimensi berpikir kritis atau anak memecahkan masalah maupun membuat kesimpulan dari informasi yang telah dimiliki. Dimensi yang kelima adalah metakognisi dalam pengaturan diri. Dimensi ini adalah dimensi yang memerlukan tiga aspek yaitu perencanaa, monitoring, dan juga regulasi atau pengaturan. Hanya 53.5 persen anak yang menggunakan strategi ini. Kemampuan anak untuk mengatur waktu belajar dan juga lingkungan belajar adalah dimensi strategi belajar yang selanjutnya. Selanjutnya, strategi yang paling sering digunakan oleh anak adalah effort regulation. Hampir seluruh anak (82.1%)
14 menggunakan strategi effort regulation. Effort regulation merupakan kemampuan anak untuk mengontrol usaha pada saat menghadapi tugas yang sulit ataupun yang menarik. Selain itu, belajar dengan teman atau meminta bantuan apabila ada kesulitan dalam kegiatan belajar adalah strategi yang dapat digunakan oleh anak dalam belajar (Tabel 6). Tabel 6 Presentase anak dalam berbagai dimensi strategi pengaturan diri dalam belajar Dimensi Latihan (Rehearsal) Elaborasi (Elaboration) Organisasi (Organization) Berpikir Kritis (Critical Thinking) Metakognisi dalam Pengaturan Diri Manajemen Waktu/Lingkungan Belajar Effort Regulation Peer Learning Upaya Pencarian Bantuan
% 59.1 65.1 45.6 55.0 53.6 62.1 82.1 67.5 62.1
Prestasi Akademik Pembelajaran di sekolah adalah sebuah proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pada proses pembelajaran, siswa diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari (Van Rossum dan Hamer 2010). Perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran tidaklah mudah untuk diukur. Perubahan atau prestasi akademik seringkali dikaitkan dengan performa siswa dalam area pembelajaran yang diukur menggunakan tes terstruktur untuk mengetahui pencapaian akademik siswa (Cunningham 2012). Prestasi akademik seseorang dipengaruhi oleh banyak hal baik dari dalam diri individu itu sendiri maupun lingkungan eksternalnya. Prestasi akademik ditunjukan dengan pencapaian nilai hasil evaluasi belajar anak yang tertera dalam rapor. Prestasi akademik anak dikategorikan dalam 4 kategori yaitu sangat baik (3.50-4.00), baik (3.00-3.49), cukup (2.50-2.99), dan kurang (≤ 2.49) (Permendikbud No. 81A 2013). Nilai minimal anak berada pada angka 2.58 sedangkan nilai maksimalnya berada pada angka 3.44. Rata-rata nilai anak sebesar 3.15. Tabel di bawah menunjukkan bahwa hampir seluruh anak dalam penelitian ini (95.3%) memiliki prestasi akademik baik. Sisanya memiliki prestasi akademik cukup (4.7%). Tabel 7 Sebaran anak berdasarkan kategori prestasi akademik (n=150) Prestasi Akademik Kurang Cukup Baik Sangat Baik Rata-rata ± std Min-maks
Sebaran anak n 0 7 143 0
(%) 0 4.7 95.3 0 3.15 ± 0.11 2.58 – 3.44
15 Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Dukungan Sosial, Konsep Diri, Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar, serta Prestasi Akademik Hasil dari uji hubungan antara karakteristik keluarga dan variabel independen penelitian ini menunjukan beberapa hasil penting. Pada Tabel 8 terlihat bahwa tidak satupun karakteristik keluarga yang memiliki hubungan signifikan dengan dimensi dukungan sosial dan konsep diri. Sebaliknya, pada dimensi strategi pengaturan diri dalam belajar terlihat bahwa hanya pendidikan ayah (r=0.165; p<0.05) dan ibu (r=0.184; p<0.05) yang memiliki hubungan signifikan. Tabel 8 Koefisien korelasi antara karakterstik keluarga dengan dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar Variabel
Dukungan Sosial
Konsep Diri
Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
-0.118 -0.110 0.125 0.067 0.115
-0.032 -0.139 -0.078 -0.103 -0.018
-0.086 -0.130 0.165* 0.184* 0.101
Usia ayah (tahun) Usia ibu (tahun) Pendidikan ayah (tahun) Pendidikan ibu (tahun) Pendapatan per kapita (Rp/kap/bul) Keterangan: *= Korelasi signifikan pada p<0.05
Pada uji hubungan variabel independen penelitian ini terlihat hubungan yang signifikan antarvariabel. Tabel 9 memperlihatkan bahwa strategi pengaturan diri dalam belajar anak memiliki hubungan dengan dukungan sosial yang dirasakan anak (r=0.255: p<0.01) dan konsep diri anak (r=0.512; p<0.01). Tabel 9 Koefisien korelasi antara dukungan sosial dan konsep diri dengan strategi pengaturan diri dalam belajar Variabel Dukungan sosial Konsep diri
Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar 0.255** 0.512**
Keterangan: **=Korelasi signifikan pada p<0.01
Hasil uji hubungan antara variabel dukungan sosial, konsep diri, strategi pengaturan diri dalam belajar, dan prestasi akademik anak tercantum pada Tabel 10. Terlihat bahwa hanya strategi pengaturan diri dalam belajar yang memiliki hubungan signifikan terhadap prestasi akademik anak (r=0.228; p<0.01). Dua variabel lainnya yaitu dukungan sosial dan konsep diri terlihat tidak memiliki hubungan dengan prestasi akademik. Tabel 10 Koefisien korelasi antara dukungan sosial, konsep diri, strategi pengaturan diri dalam belajar dengan prestasi akademik siswa Variabel Dukungan sosial Konsep diri Strategi pengaturan diri dalam belajar
Prestasi akademik 0.088 0.099 0.228**
16 Keterangan: **=Korelasi signifikan pada p<0.01
Pengaruh antarvariabel yang Diteliti Faktor- faktor yang saling berpengaruh dalam penelitian ini dilihat dengan menggunakan analisis Partial Least Square (PLS). Analisis PLS dapat dilakukan apabila telah memenuhi syarat- syarat inner dan outer model. Setelah melakukan pengujian inner dan outer model maka diketahui bahwa seluruh indikator dalam penelitian ini valid dan reliabel untuk dilakukan analisis lanjutan. Model dalam penelitian ini dapat menjelaskan variabel prestasi akademik sebesar 11%, artinya variabel prestasi akademik dapat dijelaskan oleh pendidikan orangtua, dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar. Strategi pengaturan diri sendiri dapat dijelaskan oleh variabel pendidikan orangtua, dukungan sosial, dan konsep diri sebesar 33% (Lampiran 3). Tabel 11 Pengaruh antarvariabel yang diteliti Pengaruh antar variabel Pendidikan orangtua Dukungan sosial Konsep diri Strategi pengaturan diri dalam belajar
Dukungan Sosial
Konsep Diri
Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
Prestasi Akademik
0.104 -
-0.102 -
0.233* 0.101 0.508* -
-0.227* 0.065 -0.080 0.311*
-
Keterangan: *=pengaruh signifikan pada t>1.96
Tabel di atas menunjukkan bahwa lama pendidikan orangtua hanya memengaruhi strategi pengaturan diri dalam belajar serta prestasi akademik anak secara signifikan. Pendidikan orangtua ditemukan memiliki pengaruh positif secara langsung sebesar 0.233 terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar anak. Artinya semakin lama pendidikan orangtua maka strategi pengaturan diri dalam belajar yang digunakan anak semakin baik. Hasil pengaruh tidak langsung menunjukan bahwa pendidikan orangtua juga ditemukan memiliki pengaruh secara tidak langsung sebesar 0.041 terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Pengaruh tidak langsung pendidikan orangtua terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar melalui variabel mediator yaitu dukungan sosial dan konsep diri anak. Selanjutnya, karakteristik keluarga ditemukan memiliki pengaruh negatif secara langsung sebesar 0.227 terhadap prestasi akademik anak. Artinya semakin tinggi pendidikan orangtua maka prestasi akademik anak akan menurun. Orangtua yang berpendidikan rendah ditemukan memiliki anak yang memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi, namun pendidikan terendah orangtua pada penelitian ini berada pada kisaran SMA. Berdasarkan hal tersebut orangtua dianggap masih memiliki cukup pengetahuan untuk melakukan pengasuhan yang baik. Selain itu, karakteristik keluarga juga ditemukan memengaruhi prestasi akademik anak melalui variabel mediator yaitu dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar sebesar 0.074. Pengaruh tidak langsung lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3. Variabel strategi pengaturan diri dalam belajar sendiri ditemukan dipengaruhi sebesar 0.508 secara positif signifikan oleh konsep diri. Di sisi lain, dukungan sosial ditemukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap strategi pengaturan
17 diri dalam belajar anak. Selanjutnya, ditemukan bahwa diantara faktor-faktor yang diduga memengaruhi prestasi akademik anak hanya strategi pengaturan diri dalam belajar yang memiliki pengaruh signifikan terhadap prestasi akademik. Strategi pengaturan diri dalam belajar memengaruhi prestasi akademik sebesar 0.311. Dukungan sosial dan konsep diri ditemukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik anak. Di sisi lain, konsep diri yang ditemukan memiliki pengaruh tidak langsung terhadap prestasi akademik sebesar 0.159 melalui variabel strategi pengaturan diri dalam belajar sebagai mediator.
Dukungan Sosial 0.104
0.065 0.101
Karakteristik Keluarga
0.233*
Strategi Pengaturan Diri
0.508*
-0.102
0.311*
Prestasi Akademik
-0.080
Konsep Diri
-0.227*
Gambar 2 Model akhir pengaruh dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik Pembahasan Pada penelitian ini karakteristik keluarga hanya dapat digambarkan oleh pendidikan ayah dan ibu karena nilai outer loading yang didapatkan lebih dari 0.5. Hasil uji hubungan antara karakteristik keluarga dengan dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar ditemukan bahwa pendidikan orangtua berhubungan dengan strategi pengaturan diri dalam belajar. Selain itu, hasil uji PLS juga memperlihatkan bahwa pendidikan orangtua memiliki pengaruh positif signifikan terhadap penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar. Kemampuan anak dalam menggunakan strategi belajar yang baik erat kaitannya dengan lingkungan rumah yang membantu anak mengembangkan kemampuan belajarnya dengan lebih baik. Orangtua dengan pendidikan tinggi terbukti akan menyediakan lingkungan rumah yang dapat mendorong kemampuan anak untuk belajar. Berbeda dengan pengaruhnya terhadap prestasi akademik anak, pendidikan
18 orangtua ditemukan memiliki pengaruh negatif terhadap prestasi belajar anak. Hal tersebut dapat dijelaskan karena orangtua khususnya ibu yang lebih berpendidikan akan bekerja lebih banyak pada sektor publik, sehingga waktu yang mereka habiskan untuk berinteraksi dengan anak lebih sedikit (Ermisch & Pronzato 2010). Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Davis-Kean (2005) yang menemukan bahwa tingkat pendidikan orangtua memiliki pengaruh positif terhadap prestasi akademik anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa SMP. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata skor dukungan sosial anak berada dalam kategori sedang. Dengan kata lain, anak merasakan bahwa dukungan sosial yang diterima dari keluarga, teman, dan guru secara biasa saja. Selain itu dukungan sosial yang paling besar dirasakan oleh anak adalah dukungan sosial dari teman. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Mackinnon (2012) yang menemukan bahwa dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Berbeda dengan hasil penelitian Ahmed et al. (2010) yang membuktikan bahwa dukungan sosial yang dirasakan berpengaruh dalam meningkatkan prestasi akademik siswa. Pada penelitian ini hampir seluruh anak berasal dari keluarga yang tidak miskin. Menurut Malecki dan Demaray (2006) dukungan sosial hanya berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik apabila siswa berasal dari keluarga ekonomi rendah. Di sisi lain, dukungan yang paling penting dirasakan oleh remaja adalah dukungan sosial dari keluarga dibandingkan guru dan teman. Oleh karena itu, pada penelitian ini dukungan sosial ditemukan tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi akademik karena hampir seluruh anak berasal dari keluarga tidak miskin. Dukungan yang paling besar dirasakan oleh anak adalah dukungan sosial dari teman sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap prestasi akademik anak. Ditemukan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial dan prestasi akademik dapat disebabkan dukungan sosial dapat memengaruhi prestasi akademik melalui variabel mediator. Contoh variabel moderator dari dukungan sosial seperti strategi pengaturan diri dalam belajar, motivasi, serta kepercayaan akan kompetensi diri seseorang (Ahmed et al. 2010). Pada penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan strategi pengaturan diri dalam belajar. Adicondro dan Purnamasari (2011) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan strategi pengaturan diri dalam belajar. Pada hasil uji pengaruh penelitian ini terlihat bahwa dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Selain dukungan sosial, terdapat variabel lain yang diduga memengaruhi prestasi akademik siswa yaitu konsep diri. Pada penelitian ini rata-rata anak memiliki konsep diri yang rendah. Artinya anak dalam penelitian ini tidak memiliki persepsi yang baik mengenai kemampuan akademik dirinya. Oleh karena itu, dari hasil PLS terlihat tidak ada pengaruh yang signifikan antara konsep diri akademik anak dengan prestasi akademiknya. Selain itu, konsep diri akademik yang berlebihan akan membuat seseorang terlalu percaya diri sehingga berakibat pada tidak stabilnya performa akademik dan akhirnya berdampak pada prestasi akademik anak (Suk Yoon et al. 1996). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
19 Yahaya dan Ramli (2009) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara konsep diri dan prestasi akademik. Hal tersebut diduga karena konsep diri memengaruhi prestasi akademik melalui variabel mediator yaitu strategi pengaturan diri dalam belajar. Hasil uji PLS menunjukkan terdapat pengaruh yang positif antara konsep diri terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar. Hasil yang sama juga ditemukan bahwa konsep diri akademik seseorang merupakan prediktor utama dari strategi pengaturan diri dalam belajar yang digunakan oleh para anak. Apabila seseorang memiliki pengetahuan dan persepsi mengenai kemampuan diri mereka dalam mencapai sesuatu, maka mereka akan menggunakan strategi yang tepat untuk mencapai tujuannya (Ommundsen et al. 2005). Berdasarkan hasil uji faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik, ditemukan bahwa strategi pengaturan diri dalam belajar merupakan faktor yang paling berpengaruh positif terhadap prestasi akademik anak. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pintrich dan De Groot (1990), yang menemukan bahwa strategi pengaturan diri dalam belajar merupakan prediktor dari prestasi akademik anak secara umum. Anak yang memiliki kategori strategi pengaturan diri dalam belajar tinggi maka akan membawa seseorang mencapai prestasi akademik yang tinggi. Demikian pula anak yang memiliki kategori strategi pengaturan diri dalam belajar rendah maka akan menyebabkan seseorang memiliki prestasi yang tidak memuaskan (Valle et al. 2008). Pada penelitian ini strategi yang paling banyak digunakan oleh anak adalah effort regulation. Strategi ini merupakan strategi yang paling diperlukan untuk mencapai kesuksesan akademik. Penggunaan strategi effort regulation mencerminkan bahwa manajemen diri dan komitmen untuk mencapai tujuan pembelajaran dapat dikatakan baik. Hal tersebut dikarenakan pada saat seseorang mengalami kesulitan ia akan mengatur untuk menggunakan strategi pembelajaran lain dalam mencapai tujuan akademiknya (Pintrich et al. 1991). Pada penelitian ini strategi pengaturan diri dalam belajar sendiri merupakan variabel mediator dari konsep diri dan dipengaruhi oleh variabel lain salah satunya pendidikan orangtua. Pendidikan orangtua ditemukan memengaruhi strategi pengaturan diri dalam belajar secara positif atau dengan kata lain semakin tinggi pendidikan orangtua maka penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar pada anak semakin baik. Hal tersebut dikarenakan kemampuan strategi pengaturan diri dalam belajar yang baik berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk meregulasi dirinya. Kemampuan regulasi diri yang baik dihasilkan dari pengasuhan yang baik pula. Praktek pengasuhan orangtua yang buruk dan cenderung menghukum sangat dipengaruhi oleh pendidikan orangtua yang rendah. Maka seseorang yang berasal dari keluarga dengan orangtua berpendidikan tinggi akan memiliki kemampuan strategi pengaturan diri dalam belajar yang baik (Colman et al. 2006). Penelitian ini menemukan bahwa anak dari orangtua yang lama pendidikannya rendah memiliki prestasi akademik yang lebih baik dibandingan dengan anak yang lama pendidikan orangtuanya tinggi. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Kagitcibasi (2005) yang mengatakan keluarga yang memiliki kondisi sosial ekonomi termasuk pendidikan rendah akan menganut budaya heteronomy yang menyebabkan antar anggota memiliki ketergantungan pada aspek ekonomi, fisik, dan psikologis. Anak dalam keluarga ini diharapkan dapat bertanggung jawab pada kondisi keluarganya sehingga mereka dituntut untuk memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan kedua orangtuanya. Sebaliknya
20 orangtua yang berpendidikan tinggi akan mendukung perkembangan anak dengan melihat kegiatan belajar sebagai sebuah proses tanpa melihat hasil akhirnya saja.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dalam penelitian ini prestasi akademik seorang remaja diduga dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh karakteristik keluarga, dukungan sosial, konsep diri, dan strategi pengaturan diri dalam belajar. Lebih dari setengah anak berjenis kelamin perempuan dan berasal dari keluarga tidak miskin. Rata-rata lama pendidikan orangtua anak adalah 12 tahun atau setara dengan SMA. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persepsi anak terhadap dukungan yang diterimanya dalam kategori sedang. Hal berbeda ditemukan pada variabel konsep diri yang berada pada kategori rendah. Strategi pengaturan diri dalam belajar yang paling banyak digunakan adalah effort regulation. Prestasi akademik anak berada pada kategori baik. Pada penelitian ini ditemukan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap strategi pengaturan diri dalam belajar adalah pendidikan orangtua dan konsep diri. Model faktor-faktor yang diduga memengaruhi prestasi akademik dalam penelitian ini terbukti hanya mampu menjelaskan 11% pengaruhnya pada prestasi akademik. Sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Dari hasil uji Partial Least Square didapatkan bahwa pendidikan orangtua berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik siswa SMP. Selain itu strategi pengaturan diri dalam belajar menjadi faktor yang memengaruhi prestasi akademik siswa SMP. Variabel lainnya seperti dukungan sosial dan konsep diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik siswa SMP. Saran Melihat hasil penelitian yang menunjukan pengaruh yang positif dari strategi pengaturan diri dalam belajar terhadap prestasi akademik siswa SMP, maka disarankan kepada pihak keluarga dan sekolah untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan penggunaan strategi pengaturan diri dalam kegiatan belajar siswa. Peningkatan penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan setiap awal tahun pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan pelatihan penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar terbukti dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik (Sektnan et al. 2008). Selain itu, para siswa harus didorong untuk menumbuhkan konsep diri akademik yang positif dalam rangka meningkatkan penggunaan strategi pengaturan diri dalam belajar dan prestasi akademik di sekolah. Bagi para orangtua yang berpendidikan tinggi juga diharapkan untuk lebih memperhatikan prestasi akademik anak. Hal tersebut dikarenakan pada penelitian ini ditemukan bahwa semakin tinggi pendidikan orangtua maka prestasi akademik anak semakin rendah. Sebaliknya bagi para orangtua yang berpendidikan rendah diharapkan lebih memerhatikan kepada proses belajar anak bukan hanya kepada hasil akhirnya saja. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan test psikologis lainnya untuk mengukur prestasi akademik siswa.
21
DAFTAR PUSTAKA Adicondro N, Purnamasari A. 2011. Efikasi diri, dukungan sosial keluarga, dan strategi pengaturan diri dalam belajar pada siswa kelas VIII. Humanitas 8(1). Ahmed W, Minnaert A, Van der Werf G, Kuyper H. 2010. Preceived sosial support and early adolescents’ achievement: The mediational roles of motivational beliefs and emotions. Journal Youth Adolescence 39: 36-46. DOI 10.1007/s10964-008-9367-7 Akomolafe MJ et al. 2013. The role of academic self efficacy, academic motivation, and academic self concept in predicting secondary school students’s academic performance. Journal of Educational and Sosial Research 3 (2). Bacon. 2011. Academic self-concept and academic achievement of African American students transitioning from urban to rural schools [disertasi]. Rehabilitation and Counselor Education. Univ. of Iowa. Bhatti MT, Qazi W. 2011. Parental support, self-concept, motivational orientation, and teacher-student relationship, and academic competence: An exploratory analysis. Cypriot Journal of Educational Sciences 6 (4). Bong M, Skaalvik EM. 2003. Academic self-concept and self-efficacy: how different are they really?. Educational Psychology Review 15(1). [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2011. Garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat [internet]. [diacu 2014 Maret 3]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/. Colman B, Hary SA, Albert M, Raffaelli M, Crockett L. 2006. Earlypredictors of self-regulation in middle childhood. Infant and Child Development. Cunningham J. 2012. Student achievement.Washington DC: National Conference of State Legislatures. Damrongpanit S. 2009. The study of growth between academic self-concept, nonacademic self-concept, and academic achievement of ninth-grade students: a multiple group analysis. Research in Higher Education Journal Davis-Kean PE. 2005. The influence of parent education and family income on child achievement: The indirect role of parehntal expectations and the home environment. Journal of Family Psychology 19 (2) DeBerard MS, Glen IS & Deana CJ. 2004. Predictors of academic achievement and retention among college freshmen: A longitudinal study. College Student Journal 38(1) : 66-80 Dermitzaki I, Efklides A. 2000. Aspect of self-concept and their relationship to language performance and verbal reasoning ability. The American Journal of Psychology Eccles JS, Midgley C, Wigfield A, Buchanan CM, Reuman D, Flanagan C, Iver DM. 1993. The impact of stage-environment fit on young adolescents’ experiences in school and in families. American Psychologist 48 (2): 90-101 Ermisch J, Pronzato C. 2010. Causal effects of parents’ education on children’s education. Economic and Sosial Research Council. Ferguson RF. 2003. Teachers’ perceptions and expectations and the Black-White test score gap. Urban Education 48. Gunarsa SD. 1991. Psikologi praktis: anak, remaja, dan keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia
22 Hoyle RH. 2010. Personality and self-regulation. Di dalam: Hoyle RH, editor. Handbook of Personality and Self-Regulation. Oxford (GB): Blackwell Publishing. 1-16 Kagitcibasi C. 2005. Autonomy and relatedness in cultural context: Implications for self and family. Journal of Cross-Cultural Psychology 36 (4): 403-422 Lilik S, Djannah W, Wagimin. 2010. Tingkat Penguasaan Self-Regulated Learning Skills Ditinjau Dari Segi Prestasi Belajar dan Lama Studi Pada Mahasiswa FKIP UNS. Jurnal Pendidikan UNS Liu W, Wang CDJ, Parkins EJ. 2005. A longitudinal study of students' academic self‐concept in a streamed setting: The Singapore context. British Journal of Educational Psychology 74(4) Mackinnon SP. 2012. Percieved sosial support and academic achievement: Crosslagged panel and bivariate growth curve analyses. Journal Youth Adolescence 41: 474-485. DOI 10.1007/s10964-011-9691-1 Malecki CK, Demaray MK. 2006. Sosial support as a buffer in the relationship betwee socioeconomic status and academic performance. School Psychology Quarterly 21(4): 375-395 Matovu M. 2012. Academic self-concept and academic achievement among university students. International Online Journal of Educational Sciences 4(1). Mclnerney et al. 2012. Academic self-concept and learning strategies: Direction of effect on student academic achievement. Journal of Advanced Academics 23(3). Merino A, Aucock M. 2014. The role-modelling of self-regulated learning strategies and skills through enrichment tutorial. Teaching and Learning Forum. Nani KL. 2012. Konstruksi self-regulation skill dan help-seeking behavior dalam pembelajaran matematika. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika; 2012 Nov 10; Yogyakarta, ID Niemic CP, Ryan RM, Deci EL. 2010. Self-determination theory and the relation of autonomy to self-regulatory processes and personality development. Di dalam: Hoyle RH, editor. Handbook of Personality and Self-Regulation. Oxford (GB): Blackwell Publishing. Ommundsen Y, Haugen R, Lund T. 2005. Academic self-concept, implicit theories of ability and self-regulation strategies. Scandinavian Journal of Educational Research 49(5): 461-474. Pintrich PR, De Groot EV. 1990. Motivational and self regulated learning components of classroom academic preformance. Journal of Educational Psychology 82(1). Pintrich PR, Smith DA, Gracia T, McKeachie WJ. 1991. A manual for the use of Motivational Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Univ. of Michigan: National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching and Learning. Reeve J. 2012. A self-determination theory perspective on student engagement. Christenson et al, editor. Handbook of Research on Student Engagement. Berlin: Springer Science+Business Media Rensi, Sugiarti LR. 2010. Dukungan sosial, konsep diri, dan prestasi belajar siswa SMP Kristen YKSI Semarang. Jurnal Psikologi 3(2).
23 Rosenfeld et al. 2000. Sosial support networks and school outcomes: The centrality of the teacher. Child and Adolescent Sosial Work Journal 17. DOI 10.1023/A:1007535930268 Santrock JW. 2003. Adolescence ed.6. Kristiaji WC, Sumiharti Y, editor. Jakarta: Erlangga Santrock JW. 2007. Life-span Development. New York: McGraw-Hill Sektnan M, McClelland M, Acock A, Morrison FJ. 2008. Relations between early family risk, children’s behavioral regulation, and academic achievement. Early Childhood Research Quarterly 24: 464–479 Shapiro ES. 2000. School psychology from an instructional perspective: Solving big, not little problems. School Psychology Review. 29(4): 560-572. Spano S. 2004. Stage of adolescent development. ACT for Youth Update Center of Excellence Suk Yoon K, Eccles JS, Wigfield A. 1966. Self-cocept of ability, value, and academic achievement: A test of causal relations. Annual Meeting of the American Education Research Association. New York. Susanto. 2006. Mengembangkan kemampuan self regulation. Jurnal Pendidikan Penabur 7:64-71 Valle A et al. 2008. Self-regulated profiles and academic achievement. Psicothema 20(4) Van Rossum EJ, Hamer R. 2010. The meaning of learning and knowing. Netherlands: Sense Pub. Vedder S, Boekaerts M, Seegers G. 2005. Perceived sosial support and well being in school: The role of students’ ethnicity. Journal of Youth and Adolescence 34 (3) : 269-278. DOI: 10.1007/s10964-005-4313-4. Yahaya A, Ramli J. 2009. The relationship between self-concept and communication skills toward academic achievement among secondary school students in Johor Baru. International Journal of Psychological Studies 1(2). Yorke L. 2013. Validation of the academic self conceot questionnaire in the Vietnam School Survey. Young Lives School Survey Zimet GD, Dahlem NW, Zimet SG & Farley GK. 1988. The multidimensional scale of perceived sosial support. Journal of Personality Assessment 52: 30-41. Zimmerman BJ. 1990. Self-regulated learning and academic achievement: An overview. Educational Psychologist 25 (1): 3-17 Zimmerman BJ. 2000. Attaining self regulation: A social cognitive perspective. Handbook of self regulation. San Diego: Academic Press.
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Analisis butir pertanyaan dukungan sosial No. 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8.
9. 10. 11. 12.
Pertanyaan Pada saat saya membutuhkan guru saya, mereka selalu ada disekitar saya Pada saat saya bahagia ataupun sedih, guru saya selalu ada disekitar saya Keluarga saya selalu berusaha untuk membantu saya Saya mendapatkan bantuan dan dukungan emosional dari keluarga saya pada saat saya membutuhkannya Saya memiliki guru yang selalu membuat saya nyaman Teman saya selalu mencoba untuk membantu saya Saya mengetahui siapa teman saya yang selalu ada pada saat saya terkena masalah Saya dapat membicarakan permasalahan yang saya hadapi kepada keluarga saya Saya memiliki teman yang menemani saya pada saat bahagia dan sedih Saya memiliki guru yang sangat peduli terhadap perasaan saya Keluarga saya selalu membantu saya dalam mengambil keputusan Saya dapat membicarakan permasalahan yang saya hadapi dengan teman saya
STS (%) 1.3
TS (%) 18.0
S (%) 58.0
SS (%) 22.7
2.7
18.7
63.3
15.3
0
7.3
46.0
46.7
0.7
11.3
56.0
32.0
4.0
14.7
52.7
28.6
0
14.7
62.0
23.3
0
8.7
54.7
36.7
8.7
33.3
38.0
20.0
07
14.0
52.7
32.6
4.7
27.3
46.0
22.0
0.7
16.0
52.7
30.7
1.3
20.7
52.0
26.0
Keterangan: Guru: 1,2,5,10; Keluarga: 3,4,8,11; Teman: 6,7,9,12
Lampiran 2 Analisis butir pertanyaan strategi pengaturan diri dalam belajar Jawaban No Pernyataan STS TS S (%) (%) (%) 1 Saya membuat cacatan-catatan penting yang 4.7 30.7 55.3 dapat memudahkan saya untuk memahami materi pelajaran 2 Saya sering memikirkan/mengerjakan hal lain 7.3 46.7 43.3 ketika guru sedang menerangkan materi
SS (%) 9.3
2.7
25
No
3 4
5
6
7
8
9 10
11
12
13
14
15
16
Pernyataan
Jawaban STS TS S (%) (%) (%)
pelajaran di kelas* (contoh: mengobrol dengan teman, bermain handphone, dan lain-lain) Saya sering membantu teman saya belajar untuk 5.3 31.3 60.0 memahami materi pelajaran Saya memiliki tempat khusus untuk belajar, 8.7 25.3 49.3 seperti di perpustakaan, di taman, di kamar, atau tempat lainnya Ketika sedang membaca materi pelajaran, saya 1.3 21.3 59.4 selalu menAndai bagian yang penting untuk memudahkan saya dalam memahaminya Ketika saya bosan mengikuti pelajaran di kelas, 2.0 12.7 34.0 saya sering mencuri kesempatan untuk keluar kelas sebelum waktunya* Ketika saya belajar di kelas, saya sering 8.7 51.3 38 mengulang kembali materi pelajaran yang telah diajarkan Ketika saya mengalami kesulitan dalam belajar, 3.3 24.7 60.7 saya mencoba untuk menyelesaikannya sendiri tanpa bantuan orang lain* Saya tidak suka menunda-nunda waktu untuk 6.7 49.3 39.3 mengerjakan tugas Jika ada materi pelajaran yang sulit dimengerti, 5.3 24.7 55.3 saya mencoba mencari strategi lain untuk mempelajarinya seperti mencatat bagian-bagian yang penting, membaca kesimpulan, atau lainnya Untuk memahami materi pelajaran, saya perlu 2 28.7 57.3 membaca catatan yang saya buat dan membaca materi pelajaran berulang kali sampai saya memahaminya Saya suka mengajukan pertanyaan tentang 7.3 42.0 44.7 materi pelajaran yang belum saya mengerti di kelas Jika ada mata pelajaran yang tidak saya sukai, 2.0 10.0 70.0 saya tetap akan belajar untuk memperoleh hasil yang baik Saya suka membuat diagram atau tabel untuk 23.3 64.7 12.0 membantu saya mencatat bagian-bagian penting dari suatu materi pelajaran Ketika saya sedang belajar kelompok, saya 1.3 28.0 62.7 sering membahas materi pelajaran yang sulit dimengerti dengan teman Saya memiliki kesulitan untuk belajar sesuai 8 42 45.3 dengan jadwal yang telah dibuat*
SS (%)
3.3 16.7
18.0
51.3
2
11.3
4.7 14.7
12
6.0
18.0
0
7.3
4.7
26
No 17
18 19
20 21
22
23
24 25
26
27 28
29
Jawaban STS TS S (%) (%) (%) Ketika saya mempelajari materi pelajaran, saya 3.3 19.3 66.7 berusaha untuk mengumpulkan berbagai informasi terkait materi pelajaran tersebut, baik dari membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, atau dari sumber lainnya Saya biasa membaca terlebih dahulu materi 10 62.7 25.3 pelajaran sebelum diajarkan di kelas Kadang-kadang setelah belajar, saya membuat 14 63.3 22 pertanyaan yang memudahkan saya memahami materi pelajaran Saya bertanya kepada guru mengenai materi pel 4.7 43.3 47.3 ajaran yang belum saya mengerti Saya sering membuat kata kunci (contoh: 9.4 44.0 37.3 singakatan-singakatan) yang dapat membantu saya mengingat inti dari materi pelajaran Ketika ada materi pelajaran yang sulit untuk 6 21.3 60.0 dipahami, saya memutuskan untuk menyerah atau hanya mempelajari materi yang mudah saja* Pernyataan
Saya mencoba untuk menghubungkan 17.3 54.0 26.0 pengetahuan dari satu materi pelajaran ke materi pelajaran yang lain (contoh: menghubungkan pelajaran geografi dan pelajaran biologi untuk mengetahui lokasi penyebaran tumbuhan endemik di Indonesia) Saya membuat cacatan poin - poin penting dari 3.3 37.3 55.3 suatu materi pelajaran Saya mencoba memahami suatu materi pelajaran 10.7 45.3 35.3 dengan bereksperimen/mengembangkan ide-ide kreatif (contoh: membuktikan peristiwa mengapung, melayang dan tenggelam melaui eksperimen telur pada air garam) Saya mencoba mengerti materi pelajaran dikelas 1.3 10.0 75.3 dengan cara membaca materi pelajaran dan mendengarkan penjelasan guru Saya selalu menyempatkan waktu untuk belajar 7.3 53.3 34.7 setiap harinya Saya merasa memiliki ide lain setelah membaca 2.7 28.0 62.0 atau mendengarkan sebuah kesimpulan dari suatu materi pelajaran (membuat kesimpulan yang baru Saya selalu mencacat setiap materi pelajaran 6.7 43.3 42.7
SS (%) 10.7
2 0.7
4.7 9.3
12.7
2.7
4.0 8.7
13.4
4.7 7.3
7.3
27
No 30
31
32
Jawaban STS TS S (%) (%) (%) Saya selalu memiliki tujuan yang harus dicapai 0.7 6.0 77.3 dalam belajar (contoh: saya belajar agar bisa mengerjakan tugas dengan baik) Jika saya merasa tidak memahami catatan yang 6.7 28.7 55.3 saya buat di kelas, maka saya akan mencoba untuk memperbaiki catatan tersebut Saya jarang membaca ulang catatan atau materi 4.0 16.7 53.3 pelajaran sebelum ujian* Pernyataan
SS (%) 16.0
9.3
26.0
Keterangan: *= skor item pertanyaan di reverse; rehearsal= 7,20,27; Elaboration= 17,22,25; organization= 1,13,23; critical thinking= 11,24,26; metacognitive self-regulation= 2,5,10,17,18,19,29,30,31; time/study environmental management= 4,9,15,28,32; effort regulation= 6,12,21; peer learning= 3,14; help seeking: 8
Lampiran 3 Nilai koefisien pengaruh dan tidak langsung serta nilai signifikansi pengaruh antar variabel Nilai Koefisien Pengaruh Langsung
T – hitung
Nilai Koefisien Pengaruh Tidak Langsung
Nilai Koefisien Total Pengaruh
Thitung
Karakteristik keluarga Dukungan Sosial
0.104
1.4577
-
0.104
1.4577
Karakteristik keluarga Konsep Diri
-0.102
1.2560
-
-0.102
1.2560
Karakteristik keluarga Strategi Pengaturan Diri
0.233
3.6742
-0.041
0.191
2.6137
Karakteristik keluarga Prestasi Akademik
-0.227
2.7030
0.075
-0.152
1.5914
Dukungan Sosial Strategi Pengaturan Diri
0.101
1.3199
-
0.101
1.3199
KonsepDiri Pengaturan Diri
0.508
8.0476
-
0.508
8.0476
0.065
1.0731
0.031
0.096
1.4293
-0.080
0.7123
0.159
0.078
0.9416
0.311
2.6721
-
0.311
2.6721
Pengaruh antar variabel
Strategi
Dukungan Sosial Prestasi Akademik Konsep Diri Akademik
Prestasi
Strategi Pengaturan Diri Prestasi Akademik
28 Lampiran 4 Nilai AVE, Composite Reliability, dan R-Square variabel Variabel
AVE
Composite Reliability
R Square
Jenis Kelamin Pendidikan Orangtua Dukungan Sosial Konsep Diri Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar Prestasi Akademik
1.00 0.85 1.00 1.00 1.00 1.00
1.00 0.91 1.00 1.00 1.00 1.00
0.01 0.01 0.33 0.11
29
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 8 Juli 1993. Nama dari ayah penulis adalah Robert Situmorang dan ibu penulis bernama Druvadhy Anantha Devi Noor. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis merupakan lulusan dari SMP Negeri 4 Depok tahun 2007 dan SMA Negeri 104 Jakarta tahun 2010 dan mendaftar ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) selama dua periode yaitu Tahun 2011/2012 dan Tahun 2012/2013. Penulis juga pernah mengikuti kepanitian pada himpunan profesi HIMAIKO dan juga kepanitiaan BEM Fakultas Ekologi Manusia (BEM I)