PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH CERITA TERHADAP EMPATI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh: Lusia Wiwi Manalu NIM: 111124014
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang amat mengasihiku Amang dan Inang (P.Kennedi Manalu dan Julianna Barasa) Kedua saudaraku ( Putranto Manalu dan Christian Tulus Manalu), Teman baikku (Philipus Widyat Manto), sahabat-sahabat, adik-adik di SMP Maria Immaculata Yogyakarta serta semua orang yang selalu mendukung dalam penyusunan skripsi ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
“Jadilah ungkapan kemurahan kasih Tuhan, kemurahan di matamu, kemurahan di wajahmu dan kemurahan di senyummu.” Bunda Teresa dari Kalkuta
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK Skripsi ini berjudul PENGARUH CERITA TERHADAP EMPATI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA.Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan terhadap kondisi pendidikan di Indonesia. Kaum remaja terlibat seks bebas, aborsi, penggunaan narkoba, vandalisme, tawuran, kenakalan-kenakalan lain yang menunjukkan hilangnya sikap empati kepada sesama. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cerita yang digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) terhadap empati siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Ceritaadalah salah satu bentuk sastra yang dibaca maupun didengar dan mengandung nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Empati siswa adalahkemampuan siswa menggunakan sudut pandang orang lain dalam berpikir dan memahami masalah orang lain tanpa kehilangan kontrol dirinya sendiri.Penggunaan cerita dalam mata PAK memungkinkan terwujudnya kebebasan, cintakasih, keadilan, perdamaian, persaudaraan, dan persatuan di tengah hidup bersama serta pengembangan dimensi perasaan anak/remaja yang mengarah pada terciptanya empati yang semakin diasah akan semakin akurat. Hipotesis penelitian adalah Ha: ada pengaruh cerita dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) terhadap empati siswa. Ho: tidak ada pengaruh cerita dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) terhadap empati siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Jenis penelitian adalah kuantitatif regresi sederhana. Pengambilan sampel dari populasi menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen disebarkan kepada 75 responden sebanyak 63 butir. Uji validitas pada tingkat signifikansi 0,05 menunjukkan 29 soal tidak valid dan 34 soal valid. Hasil uji reliabilitas sebesar Cronbach Alpha sebesar 0,844 yang berarti baik. Teknis analisis data menggunakan model regresi linier sederhana dengan rumus Y= a + bX. Hasil uji regresi linear sederhana dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai R Square sebesar 0,144 (14,4%) yang berarti terdapat pengaruh positif dari cerita (x) terhadap empati siswa (y) dalam mata pelajaran PAK. Persamaan regresi diperoleh Y= 30,776 + 0,437 X. Artinya, setiap penambahan nilai cerita 1 poin, maka nilai empati siswa dalam mata pelajaran PAK bertambah 30,776 + 0,437 X. Hasil nilai signifikasi sebesar 0,001 (≤ 0,05) yang artinya bila nilai signifikansi ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil penelitian memberi gambaran bahwa semakin meningkat pemahaman akan cerita maka semakin meningkat sikap empati yang dilakukan siswa. Merujuk hasil penelitian ini, maka guru agama di sekolah-sekolah dapat menggunakan cerita yang memiliki nilai-nilai moral sebagai materi dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran PAK untuk membantu meningkatkan sikap empati siswa kepada sesama dan alam sekitar.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT This undergraduate thesis entitled THE EFFECT OF STORY TOWARDS STUDENTS’ EMPHATY INRELIGIOUS EDUCATION OF CATHOLISM (PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK) GRADEVIII MARIA IMMACULATA JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA. The writer choose this title is based on the condition of education in Indonesia. Teenagers involved in free sex, abortion, drug use, vandalism, riot, naughtiness which demonstrates the loss of empathy for others. The aims of this thesis is to determine the relationship between the stories used in subjects of Catholic Religious Education against empathy of students of class VIII Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. A story is one form of literature that is read or heard and contain moral values that can be applied in everyday life. Empathy student is the student's ability to use other people's point of thinking and understanding the problems of others without losing control of himself/herself. The use of stories in the eyes of Catholic Religious Education allows the realization of freedom, of love, justice, peace, brotherhood and unity in the midst of living together as well as the development dimension of the feelings of children / teenagers lead to the creation of empathy that is increasingly geared to be more accurate. The hypothesis of the study is Ha: there is influence of stories in the eyes of the Catholic Religious Education against the student empathy. Ho: there is no influence of a story in the eyes of the Catholic Religious Education against empathy class VIII Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. This research is quantitative simple regression. Sampling of the population using random cluster sampling technique.Instruments distributed to 75 respondents as many as 63 items.Thevalidity test at the 0.05 level indicates 29 about invalid and 34 valid questions.The results of reliability test of Cronbach Alpha is 0.844 which means good. The technique of data analysis is used a simple linear regression formula Y = a + bX. The result ofsimple regression linear with the significant value 5% and R Square is 0,144 (14,4%) which means there is a possitive effect from story (x) variabel towards students empathy (y) in Religious Education of Catholism (Pendidikan Agama Katolik). The equality of this regression is Y= 30,776 + 0,437 X. It means that one point gaining in the story, the student emphaty in Religious Education of Catholism (Pendidikan Agama Katolik) increase 30,776 + 0,437 X. The result of significancy is 0,001 (≤ 0,05) which means Ha is accepted and Ho is rejected. The results of the study illustrate that increased understanding of the story, then increasing empathy of the student. Referring to the results of this study, the teachers of religion in schools can use stories that have moral values as a material in the process of learning subjects PAK to help increasing students' empathy for others and environment.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Bapa Mahakasih yang telah menyertai perjalanan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH CERITA TERHADAP EMPATI SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA. Skripsi ini diajukan untuk memberikan sumbangan ide, pemikiran, dan inspirasi bagi siapa saja yang ingin memajukan dunia pendidikan di Indonesia khususnya bagi guru-guru agama Katolik. Selama menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis mengalami kesulitan yang cukup berarti namun memberikan banyak pelajaran bagi penulis sendiri. Selama penyusunan skripsi, penulis dibimbing, didampingi, didukung melalui doa dan perhatian yang merupakan tangan kasih Tuhan yang membuat penulis mampu bertahan menyelesaikan skripsi ini dengan setia. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada: 1. F.X. Dapiyanta, SFK.,M.Pd selaku dosen pembimbing akademik, dosen pembimbing utama, dosen pembimbing penelitian yang telah setia memberikan waktu dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penyusunan skripsi ini. 2. Dr. B. Agus Rukiyanto SJ selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari skripsi dan memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini. x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Yoseph Kristianto, SFK.,M.Pd selaku dosen penguji III sekaligus Sekretaris Panitia Penguji yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari skripsi dan memberi masukan dalam penyelesaian skripsi ini. 4. Drs. F.X Heryatno Wono Wulung, SJ.,M.Ed selaku Kaprodi prodi IPPAK yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini. 5. Para Dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang dengan tulus hati memberikan ilmu pengetahuan, perhatian dan cinta kasih selama penulis menjalani studi. 6. Staf dan karyawan Prodi IPPAK yang telah memberikan perhatian, doa dan dukungan bagi penulis selama penyusunan skripsi ini. 7. Sr.M.Lucy Hariwati, OSF.,S.Pd selaku Kepala SMP Maria Immaculata Yogyakarta, ibu Marini Sitepu S.Pd selaku guru mata pelajaran PAK yang telah membantu penulis dan memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SMP Maria Immaculata Yogyakarta. 8. Siswa-siswi kelas VIII SMP Maria Immaculata yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberikan jawaban. 9. Amang dan Inang yang senantiasa memberikan dukungan dalam bentuk materi, cinta kasih, doa, perhatian dan pengorbanan sehingga penulis dapat menjalani studi hingga selesai. 10. Bang Ucok, Adik Tulus, Philipus Widyat, Stella Angelina, Maria Yosifa, Mutiara Arlisyah, Virginia Dwi Cahya, Lidwina Santi, Marta Lawi, Antonius Berek, Margareta Danawati dan Emiliana Takndar serta semua sahabat yang
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .....................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...........................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
ABSTRACT ......................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................
xix
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E. F. G. H.
Latar Belakang .................................................................................... Identifikasi Masalah ............................................................................ Batasan Masalah.................................................................................. Rumusan Masalah ............................................................................... Tujuan Penulisan ................................................................................. Manfaat Penulisan ............................................................................... Metode Penulisan ................................................................................ Sistematika Penulisan .........................................................................
1 7 8 9 9 9 10 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah .......... 1. Hakikat PAK di Sekolah ............................................................... 2. Tujuan PAK .................................................................................. a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah ....................... b. Demi Kedewasaan Iman Kristiani .......................................... c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia ................................
13 13 14 15 17 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
B.
C.
D. E. F.
4. Materi PAK ................................................................................... 5. Cerita sebagai Pendekatan dan Materi PAK ................................. Cerita ................................................................................................... 1. Pengertian Cerita ........................................................................... 2. Unsur-unsur Cerita ........................................................................ a. Tema ........................................................................................ b. Tokoh/Penokohan ................................................................... c. Plot/Alur .................................................................................. d. Latar/Setting ............................................................................ e. Gaya Bahasa ............................................................................ f. Moral ....................................................................................... 3. Jenis-jenis Cerita Fiksi .................................................................. 4. Nilai-nilai dalam Cerita ................................................................. 5. Tujuan dan Manfaat Cerita............................................................ Empati ................................................................................................. 1. Pengertian Empati ......................................................................... 2. Komponen Empati ........................................................................ a. Komponen Kognitif ................................................................ b. Komponen Afektif .................................................................. c. Komponen Kognitif dan Afektif ............................................. d. Komponen Komunikatif.......................................................... 3. Proses Empati ................................................................................ 4. Perkembangan Empati .................................................................. 5. Akurasi Empati.............................................................................. 6. Meningkatkan Empati pada Anak-anak ........................................ Penelitian yang Relevan ...................................................................... Kerangka Pikir .................................................................................... Hipotesis..............................................................................................
19 21 22 23 23 23 25 26 26 27 27 28 30 31 32 32 35 36 37 37 38 39 41 44 46 48 48 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................... B. Desain Penelitian ................................................................................. C. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 1. Tempat Penelitian.......................................................................... 2. Waktu Penelitian ........................................................................... D. Populasi dan Sampel ........................................................................... E. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data .......................................... xiv
52 52 53 53 53 53 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel Penelitian ........................................................................ Definisi Konseptual ....................................................................... Definisi Operasional...................................................................... Teknik Pengumpulan Data ............................................................ Instrumen Penelitian...................................................................... Kisi-kisi Instrumen ........................................................................ Pengembangan Instrumen ............................................................. a. Uji Coba Terpakai ................................................................... b. Uji Validitas ............................................................................ c. Uji Reliabilitas ........................................................................ F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis .............................................. 1. Uji Persyaratan Analisis ................................................................ a. Uji Normalitas Data ................................................................ b. Uji Linearitas Regresi ............................................................. c. Uji Homoskedastisitas............................................................. 2. Analisis Deskriptif ........................................................................ a. Variabel Cerita ........................................................................ b. Variabel Empati Siswa ............................................................ 3. Uji Hipotesis .................................................................................
55 56 56 56 57 58 59 59 59 60 61 61 62 62 63 63 63 64 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ................................................................................... 1. Uji Persyaratan Analisis ................................................................ a. Uji Normalitas ......................................................................... b. Uji Linearitas ........................................................................... c. Uji Homoskedastisitas............................................................. 2. Deskripsi Data ............................................................................... a. Cerita ....................................................................................... b. Empati Siswa........................................................................... 3. Uji Hipotesis ................................................................................. B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................................. 1. Pembahasan Variabel Cerita Berdasarkan Data Keseluruhan ...... 2. Aspek Cerita yang dipahami Siswa............................................... 3. Aspek Memberi Inspirasi bagi Kehidupan .................................... 4. Pembahasan Variabel Empati Siswa Berdasarkan Data Keseluruhan................................................................................... 5. Aspek Mengetahui Latar Belakang dan Sudut Pandang xv
66 66 66 67 68 69 69 75 83 88 88 89 90 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Orang Lain .................................................................................... 92 6. Aspek Memahami Masalah Teman Melalui Sudut Pandang Mereka........................................................................................... 94 7. Aspek Menolong Teman Sesuai dengan yang Mereka Butuhkan ....................................................................................... 95 8. Uji Hipotesis Cerita terhadap Empati Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta ...................................................... 96 C. Refleksi Kateketis ............................................................................... 98 1. Aspek Kateketis Cerita .................................................................. 98 2. Aspek Kateketis Empati Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta .................................................................................... 101 D. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................... 104 B. Saran .................................................................................................... 106 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 108 LAMPIRAN .................................................................................................... 110 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ....................................................................
(1)
Lampiran 2: Data Hasil Penelitian ..................................................................
(2)
Lampiran 3: Hasil Analisis SPSS....................................................................
(5)
Lampiran 4: Instrumen Penelitian ...................................................................
(9)
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Responden penelitian ........................................................................
54
Tabel 2. Rumus perhitungan jumlah sampel ...................................................
54
Tabel 3. Skor alternatif jawaban variabel x dan y ...........................................
57
Tabel 4. Kisi-kisi instrumen variabel cerita ....................................................
58
Tabel 5. Kisi-kisi instrumen variabel empati siswa ........................................
58
Tabel 6. Reliabilitas keseluruhan ....................................................................
61
Tabel 7. Interval variabel cerita ......................................................................
64
Tabel 8. Interval variabel empati siswa...........................................................
64
Tabel 9. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test............................................
66
Tabel 10. Anova ..............................................................................................
67
Tabel 11. Rangkuman statistik deskriptif cerita ..............................................
69
Tabel 12. Frekuensi variabel cerita .................................................................
70
Tabel 13. Rangkuman statistik deskriptif cerita yang dipahami siswa ...........
71
Tabel 14. Frekuensi cerita yang dipahami siswa ............................................
72
Tabel 15. Rangkuman statistik deskriptif memberi inspirasi bagi kehidupan ........................................................................................
73
Tabel 16. Frekuensi memberi inspirasi bagi kehidupan..................................
74
Tabel 17. Rangkuman statistik deskriptif empati siswa ..................................
75
Tabel 18. Frekuensi empati siswa ...................................................................
76
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 19. Rangkuman statistik deskriptif mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain ..........................................................
77
Tabel 20. Frekuensi mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain .........................................................................................
78
Tabel 21. Rangkuman statistik deskriptif memahami masalah teman dari sudut pandang mereka .....................................................................
79
Tabel 22. Frekuensi memahami masalah teman dari sudut pandang mereka .............................................................................................
80
Tabel 23. Rangkuman statistik deskriptif menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan ....................................................................
81
Tabel 24. Frekuensi menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan ..........................................................................................
82
Tabel 25. Descriptive Statistiks .......................................................................
84
Tabel 26. Model Summaryb .............................................................................
84
Tabel 27. ANOVAb ..........................................................................................
86
Tabel 28. Coefficientsa ....................................................................................
86
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja DV
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II mengenai Wahyu Ilahi, 18 November 1965
GE
: Gravissimum Educationis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965
EN
: Evangelii Nuntiandi, Ensiklik dari Paus Paulus VI tentang Evangelisasi dan Penginjilan, tahun 1974
CT
: Catechesi Trandendae, Ensiklik dari Paus Yohanes Paulus II tentang Penyelenggaraan Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979
B. SingkatandalamPenelitian ANOVA : Analysis of Variance Ho
: Hipotesis nol
Ha
: Hipotesis alternatif
Std
: Standard
Dev
: Deviasi
Sig
: Signifikansi
SPSS
: Statistikal Product and Servise Solutions
C. Singkatan Lain PAK
: Pendidikan Agama Katolik
BPS
: Badan Pusat Statistik
IPS
: Ilmu Pengetahuan Sosial
PPL
: Program Pengalaman Lapangan
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah kegiatan terencana dengan tujuan mengembangkan potensi manusia agar berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan yang dilaksanakan dengan baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu
kehidupan
pribadi
dan
kehidupan
bersama
dalam
masyarakat.
Pengembangan sumber daya manusia diperoleh melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal. Proses pendidikan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Sekolah adalah salah satu lembaga formal yang menjadi sarana dalam mencapai tujuan pendidikan. Berikut adalah pendidikan menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yaitu: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut rumusan di atas, pendidikan merupakan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan secara terus-menerus agar mencapai tujuan itu sendiri. Melihat pentingnya pendidikan bagi masyarakat maka banyak pula pihak-pihak yang mendukung terlaksananya proses pendidikan yang optimal. Berdasarkan data BPS tahun 2013, rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
12 tahun mencapai 0,67 persen atau 182.773 anak; usia 13-15 tahun sebanyak 2,21 persen atau 209.976 anak; dan usia 16-18 tahun semakin tinggi hingga 3,14 persen atau 223, 676 anak. Data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak dan kaum remaja yang tidak dapat mengecap pendidikan di bangku sekolah dengan berbagai penyebab. Anak-anak dan kaum remaja yang tidak sekolah menghabiskan waktunya dengan menjadi pengamen jalanan, pengemis, dan pekerja serabutan bahkan aksi pencurian serta perampokan. Maraknya aksi tawuran menunjukkan sikap kaum remaja yang cenderung anarkis dan apatis. Seperti aksi pelajar yang terlibat tawuran di atas rel kereta api Stasiun Universitas Pancasila, Jakarta Selatan. Mereka tidak lagi membawa buku melainkan senjata untuk melukai pelajar sekolah lain, seperti gir yang diputar-putar untuk menyabet lawan mereka (Sumber: Megapolitan Kompas, Rabu, 10 Desember 2014 pukul 14:45 WIB. Salah satu aksi ini mewakili aksi-aksi tawuran yang menunjukkan betapa kaum remaja kehilangan rasa peduli dan empati terhadap orang lain, cenderung anarkis, apatis dan semaunya sendiri. Sebagian kaum remaja terlibat dalam seks bebas, aborsi, penggunaan obat-obat terlarang, vandalisme, tawuran serta kenakalan-kenakalan remaja lainnya. Melihat situasi demikian, maka menjadi kewajiban semua orang untuk mendukung proses pendidikan yang optimal karena pendidikan baik di sekolah maupun
keluarga
dan
masyarakat
berperan
dalam
pertumbuhan
dan
perkembangan karakter kaum remaja yang hidup berdampingan dengan orang lain. Melihat pentingnya pendidikan khususnya bagi kaum remaja, Gereja juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
turut andil dalam mendukung proses pendidikan. Paulus VI dalam Ensiklik tentang pewartaan Injil, Evangelii Nuntiandiart 43-45 mengungkapkan: Melalui pelajaran agama yang sistematis, akal budi dibina dengan ajaranajaran dasar, kenyataan yang terkandung di dalam kebenaran yang disampaikan oleh Allah kepada kita, agar dicamkan oleh ingatan dan diolah hati sedemikian sehingga merasuki kehidupan... juga dengan menggunakan media komunikasi sosial yang dapat menjangkau sejumlah besar, menyapa secara pribadi dan sekaligus mengundang komitmen yang sepenuhnya bersifat pribadi. Melalui rumusan tersebut, pelajaran agama memiliki poin yang penting dalam menyapa pribadi-pribadi agar semakin dekat dengan Allah sehinga nilainilai yang diperoleh dapat di dihayati dalam hidup sehari-hari. Pelajaran agama merupakan salah satu bagian dari pendidikan iman. Pendidikan iman adalah suatu usaha untuk membantu dan mempermudah perkembangan iman seseorang melalui benih-benih iman yang ditaburkan Allah ke dalam dirinya menuju kedewasaan iman. Iman adalah sebuah anugerah atau rahmat Allah kepada manusia. Ibarat benih yang ditaburkan Allah ke dalam diri manusia. Berikut diungkapkan dalam Dei Verbum art 5: Supaya orang dapat percaya seperti itu (yakni menghayati ketaatan iman), diperlukan rahmat Allah yang mendahului serta menolong, pun juga bantuan Roh Kudus, yang menggerakkan hati serta membalikkannya kepada Allah, membuka mata budi, dan menimbulkan pada semua orang rasa manis dalam menyetujui dan mempercayai kebenaran itu. Iman memang bukanlah sesuatu yang dapat dipaksakan karena iman merupakan rahmat dari Allah sendiri, namun iman dapat tumbuh subur pula berkat bantuan orang-orang di sekitar kita. Pelajaran agama diharapkan mampu untuk menyuburkan iman agar nampak dalam hidup sehari-hari sehingga Gereja sangat mendukung pendidikan iman yang terjadi di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Proses pelajaran agama yang menjadi salah satu bagian dari pendidikan iman hendaknya dipersiapkan dengan matang bila ingin mencapai hasil yang dicita-citakan. Bila kita menginginkan proses pembelajaran yang efektif maka kita juga harus memperhitungkan unsur-unsur seperti yang diungkapkan Martha Kaufeldt (2008:6) yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial, penyajian guru, materi pembelajaran, proses dan produk pembelajaran. Banyak cara yang dilakukan guru dan murid yang bekerja sama menciptakan proses pembelajaran yang menarik. Salah satunya pemanfaatan media cerita dalam proses pembelajaran. Pelajaran agama menjadi menarik bila dibubuhi dengan cerita-cerita yang di dalamnya mengandung nilai-nilai yang dapat menumbuhkan rasa empati pada pembaca. Manusia sejak kecil hingga dewasa hampir setiap saat mendengarkan cerita, baik dari keluarga, masyarakat, sekolah, maupun tempat kerja. Bahkan kebiasaan orang tua masa dulu sering kali menceritakan kisah-kisah dongeng kepada anaknya sebelum tidur. Melalui cerita, orang tua menanamkan nilai-nilai positif kepada anak dengan harapan dapat berdampak pada karakter anak, seperti sikap peduli, empati, jujur, berani, dan nilai-nilai lainnya. Kisah-kisah yang diceritakan oleh orang tua merupakan kisah turuntemurun dalam masyarakat, menarik untuk di dengarkan. Dari dulu hingga sekarang, banyak cerita rakyat yang tersebar di masyarakat dan kebanyakan berisi pesan-pesan moral kehidupan sehari-hari. Sebagian cerita tentu memiliki unsur-unsur negatif yang akan membawa dampak negatif bila tidak disampaikan dengan baik, namun itu dapat dihindari dengan mengolah cerita yang tepat bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
anak. Hal ini menunjukkan bahwa cerita memiliki peran penting dalam pendidikan dan penanaman moral. Dalam dunia pendidikan, lembaga sekolah juga memanfaatkan cerita dalam proses kegiatan belajar mengajar. Sejak di sekolah dasar, kita sering kali belajar dengan menggunakan cerita khususnya pada mata pelajaran tertentu, misalnya Bahasa Indonesia, IPS, Pendidikan Kewarganegaraan dan Agama. Moeslichatoen (2004:159) mengatakan guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak merupakan daya tarik yang bersifat universal. Dalam proses belajar mengajar, kegiatan mendengarkan cerita mendukung siswa untuk termotivasi dalam mengikuti pelajaran. Selain itu, siswa juga menemukan sendiri nilai-nilai baik yang dapat diteladani dan nilai-nilai buruk yang seharusnya ditinggalkan. Bila siswa terusmenerus mendengarkan cerita yang memiliki pesan-pesan yang baik, pesanpesan tersebut tertanam dalam diri siswa dan berpengaruh pada perkembangan dirinya bersama orang lain. Dari uraian di atas, kita melihat bahwa penggunaan cerita di sekolah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. SMP Maria Immaculata Yogyakarta adalah salah satu lembaga pendidikan Katolik yang menekankan pentingnya pelajaran agama dalam membantu orangtua terkait pendidikan iman di sekolah. SMP Maria Immaculata yang berada di bawah naungan Yayasan Marsudirini membangun lembaga pusat pengembangan kecerdasan untuk mewujudkan manusia cerdas yang bertakwa kepada Tuhan, mencintai sesama, Alam Ciptaan dan Bangsa. Visi ini diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pelajaran agama. SMP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Maria Immaculata menyediakan guru-guru agama Katolik yang kompeten, fasilitas belajar seperti ruang doa, sarana dan media belajar serta suasana belajar yang diatur sedemikian untuk menunjang dan mendukung perkembangan pribadi tiap siswa. Berdasarkan pengalaman penulis ketika mengajar pelajaran agama Katolik selama PPL PAK Pendidikan Menengah di SMP Maria Immaculata Yogyakarta,cerita dalam pelajaran agama dirasa membantu proses belajar khususnya dalam menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai moral. Penulis juga belajar dari guru agama yang ada di SMP Maria Immaculata yakni ibu Marini Sitepu dan bapak Gerardus yang seringkali menggunakan ilustrasi cerita dalam pelajaran agama. Melalui cerita, siswa merasa dilibatkan secara emosi dan tanpa bantuan orang lain dapat menangkap pesan dan nilai-nilai yang terdapat dalam cerita. Nilai-nilai inilah yang membangun dan menumbuhkan sikap empati siswa. Penulis merasa sungguh tertarik meneliti cerita dalam pelajaran agama. Melalui cerita, penulis ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Melalui pengalaman dan proses selama ini, cerita mampu membangun dan menumbuhkan empati siswa. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Dengan demikian judul skripsi yang diteliti oleh penulis adalah PENGARUH CERITA TERHADAP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
EMPATI SISWA DALAM MATAPELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
(PAK)
KELAS
VIII
SMP
MARIA
IMMACULATA
YOGYAKARTA.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka identifikasi masalah penulisan sebagai berikut: 1. Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi mutu kehidupan pribadi dan bersama dalam masyarakat. Hal ini berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia khususnya di lembaga formal sekolah yang menjadi bagian penentu mutu kehidupan namun kesadaran akan pentingnya pendidikan masih kurang. 2. Semakin tingginya angka putus sekolah pada usia 13- 18 tahun menunjukkan masih banyak remaja dan kaum muda yang tidak mengenyam bangku pendidikan. Hal ini sangat mempengaruhi pola pikir, perilaku dan pertumbuhan pribadi mereka. 3. Gambaran perilaku kaum muda yang semakin anarkis dan apatis serta kehilangan sikap empati seperti terlibat dalam kegiatan tawuran yang menggunakan senjata tajam untuk melukai orang lain, seks bebas, aborsi, penggunaan obat-obat terlarang, vandalisme serta kenakalan-kenakalan remaja lainnya. 4. Pelajaran agama merupakan aspek penting dalam mencapai tujuan dasar pendidikan menurut Gravissimum Educationis yakni memperkembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pribadi manusia dan memperjuangkan kesejahteraan umum namun tujuan ini belum tercapai dalam proses pelajaran agama selama ini. 5. Proses pembelajaran yang menarik harus dipersiapkan sebaik mungkin oleh guru dengan memperhitungkan unsur-unsur seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, penyajian guru, materi pembelajaran, proses dan produk pembelajaran namun masih banyak guru yang tidak mempersiapkan proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan begitu saja. 6. Kurangnya
perhatian
pendidik
tentang
peran
cerita
dalam
proses
pembelajaran padahal cerita adalah aspek penting bagi siswa menemukan pesan moral bagi kehidupan bersama orang lain, khususnya empati. 7. Penggunaan cerita dalam proses pelajaran agama di sekolah Katolik sudah lama terjadi namun belum dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik.
C. Batasan Masalah Melalui uraian permasalahan-permasalahan di atas, maka penulis memilih dua aspek yang akan diteliti yakni mengenai cerita dan empati siswa. Mengingat aspek mengenai cerita dan empati siswa merupakan aspek yang luas, maka penulis membatasi penulisannya pada ceritayang dipahami oleh siswa dan memberi inspirasi bagi kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan empati siswa dibatasi dengan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami orang lain melalui sudut pandang orang lain sehingga tidak kehilangan kontrol atas dirinya. Hal ini bertujuan agar penulis memiliki fokus dalam mengkaji dan mendalami dua aspek tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 Judul penulisan ini dibatasi pada “Pengaruh Cerita terhadap Empati Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta”. Penulisan ini akan melihat pengaruh atau efek yang ditimbulkan cerita terhadap empati siswa dalam matapelajaran PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Berapa besar pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam matapelajaran PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta?
E. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam matapelajaran PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta?
F. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan ini sebagai berikut: 1. Bagi perkembangan di bidang penelitian Memberikan data pasti mengenai keunggulan cerita dalam kegiatan belajar mengajar khususnya peran cerita terhadap empati siswa dalam matapelajaran PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Bagi sekolah Memberikan gambaran bagi sekolah-sekolah khususnya sekolah Katolik untuk meningkatkan, menerapkan maupun menggunakan cerita dalam mengajar siswa-siswanya. 3. Bagi SMP Maria Immaculata Memberikan sumbangan kepada para guru yang mengajar di SMP Maria Immaculata bahwa cerita menjadi media yang baik untuk menanamkan nilainilai moral khususnya empati. 4. Bagi Mahasiswa IPPAK Memberikan sumbangan bagi para mahasiswa IPPAK agar dapat mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh untuk menjadi pendidik dan pewarta Kabar Gembira Kerajaan Allah.
G. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode analisis kuantitatif regresional
berdasarkan
penelitian
lapangan
dengan
mengumpulkan,
memaparkan dan menganalisis data dari lapangan serta menarik kesimpulan. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran skala sikap dalam mata pelajaran PAK kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
H. Sistematika Penulisan Adapun gambaran umum mengenai hal-hal yang dibahas dalam penulisan ini, berikut penulisan menyampaikan gagasan-gagasan pokok sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1. BAB I berisi mengenai pendahuluan yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. 2. BAB II dibagi menjadi enam bagian. Bagian pertama membahas mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah yang meliputi hakikat PAK di sekolah, tujuan PAK, konteks PAK, materi PAK, dan cerita sebagai pendekatan materi PAK. Bagian kedua membahas cerita meliputi pengertian cerita, unsur-unsur cerita, jenis-jenis cerita, nilai-nilai dalam cerita, tujuan dan manfaat cerita. Bagian ketiga membahas empati meliputi pengertian empati, komponen empati, proses empati, perkembangan empati, akurasi empati dan mengembangkan empati pada anak-anak. Bagian keempat membahas penelitian yang relevan, selanjutnya kerangka pikir serta hipotesis. 3. BAB III berisi mengenai metodologi penelitian mengenai pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang meliputi jenis penelitian, desain, penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel. Teknik dan instrumen pengumpulan data meliputi variabel penelitian, definisi
konseptual
variabel,
definisi
operasional
variabel,
teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, kisi-kisi instrumen, pengembangan instrumen, deskripsi data, uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. 4. BAB IV berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi laporan hasil penelitian, uji hipotesis, pembahasan hasil penelitian, refleksi kateketis penelitian dan keterbatasan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
5. BAB V berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti berkaitan dengan pembahasan pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam matapelajaran PAK
kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah 1. Hakikat PAK di Sekolah Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh Gereja, sekolah, keluarga dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu naradidik agar semakin beriman (Heryatno, 2008:23). Mata pelajaran PAK di sekolah merupakan salah satu bentuk katekese yang mengantar siswa menghubungkan Kabar Gembira dengan kenyataan dunia dengan terang iman, Injil. Purwatma (dalam Komkat KWI, 2001:12) mengatakan pada dasarnya PAK adalah suatu pelajaran agama yang mengutamakan pengetahuan dan keterampilan dengan menggumuli/menginterpretasikan hidup dalam terang ajaran iman Katolik. Paus Paulus VI dalam Ensiklik tentang pewartaan Injil, Evangelii Nuntiandiartikel 43-45 mengungkapkan pula: Melalui pelajaran agama yang sistematis, akal budi dibina dengan ajaranajaran dasar, kenyataan yang terkandung di dalam kebenaran yang disampaikan oleh Allah kepada kita, agar dicamkan oleh ingatan dan diolah hati sedemikian sehingga merasuki kehidupan... juga dengan menggunakan media komunikasi sosial yang dapat menjangkau sejumlah besar, menyapa secara pribadi dan sekaligus mengundang komitmen yang sepenuhnya bersifat pribadi. PAK membantu peserta didik untuk menemukan kedalaman hidup mereka. Hati adalah pusat hidup, lambang cinta, kesabaran dan kemurahan. Melalui PAK, dimensi perasaan akan tersentuh dan membuat manusia merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
rindu kepadaNya dan peduli kepada sesamanya. PAK bukanlah semata-mata demi mengejar dan mengutamakan segi kognitif namun haruslah memberi ilham dan inspirasi kepada para peserta didik bagaimana untuk menghadapi kenyataan hidup di masa sekarang dan menjawab tantangan masa depan.
2. Tujuan PAK Menurut Setyakarjana yang merangkum hasil lokakarya di Malino (1997:34) tujuan PAK adalah agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari pandangan-pandangan
Kristiani
dan
dengan
demikian
mudah-mudahan
berkembang terus menjadi manusia paripurna (manusia beriman). Dapiyanta (2000:149) merumuskan tujuan PAK secara luas dan sempit. Secara luas arah PAK ialah memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan iman (internalisasi), memperkaya penghayatan iman serta memperkembangkan dialog antar iman (jika terdapat peserta yang beragama lain).Secara sempit, Dapiyanta (2000:150) merumuskan tujuan PAK adalah membantu anak menggulati hidupnya dari sudut pandang Kristen. Anak memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman. Tujuan PAK bersifat holistik, artinya sesuai dengan kepentingan hidup naradidik yang mencakup segi kognitif, afeksi, dan praksis. Selain itu bersifat konatif, artinya mendorong semua pihak yang terlibat supaya semakin setia dan konsisten mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal diatas, tujuan PAK dapat dikatakan adalah agar anak mampu menggumuli imannya melalui sudut pandang Kristiani sehingga anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
semakin beriman. Tujuan PAK meliputi seluruh aspek hidup anak, tidak hanya memperhatikan satu sisi saja misalnya segi kognitif saja, atau segi afeksi saja namun melibatkan keseluruhan aspek hidup anak agar anak semakin menjadi manusia yang beriman.
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah Terwujudnya Kerajaan Allah merupakan visi dasar atau arah utama seluruh proses PAK. Komisi Kateketik KWI (2001:14) berpendapat bahwa pewartaan yang berpusat pada kerajaan Allah membawa kita untuk memberi tekanan lebih pada kehadiran nilai-nilai kerajaan itu dalam hidup bersama, seraya memberi kesaksian di tengah-tengah masyarakat. Berikut merupakan pokok-pokok rumusan yang berorientasi dasar pada nilai-nilai kerajaan Allah yang diungkapkan oleh Komisi Kateketik KWI (2001:15) yakni: 1) Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus merupakan pemenuhan rencana keselamatan Allah yang disampaikan kepada manusia sejak awal mula. Pemahaman mengenai nilai-nilai kerajaan Allah membawa kita untuk mengenal siapa Allah dalam hidup kita. Inilah pengalaman yang menyatukan kita dengan semua manusia, pengalaman akan Allah yang mengundang kita untuk ikut serta dalam pembaruan dunia ini. 2) Dalam tradisi iman kristiani, kerajaan Allah itu hadir dalam diri Yesus, yang datang untuk “mewartakan kerajaan Allah” (Mrk1:16). Ini menunjukkan bahwa kita mengakui peran sentral Yesus dalam menghadirkan keselamatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Allah di dunia. Oleh karena itu, pemahaman mengenai Yesus dan hidup-Nya menjadi unsur yang penting. 3) Bagaimana nilai-nilai kerajaan Allah yang diwartakan Yesus itu menjadi hidup dalam Gereja. Gereja mempunyai macam-macam kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu umat semakin mengimani Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pewartaan, liturgi, pendalaman iman memiliki muara pada kesaksian seseorang.
Berikut Heryatno (2008:27) merangkum pernyataan Thomas H Groome berkaitan arah dasar pendidikan iman demi kerajaan Allah: 1) Kerajaan Allah merupakan simbol yang mengungkapkan tindakan Allah yang senantiasa hadir dan berkarya di tengah kehidupan manusia. Allah tidak pernah bosan dan berinisiatif mendatangkan kebaikan dan berkat bagi kehidupan manusia. Kerajaan Allah menggambarkan sifat Allah: penuh belas kasih, sabar, setia, menghendaki kedamaian, cinta kasih, kesatuan dan kebahagiaan, kepenuhan dan berakhirnya penderitaan manusia. 2) Memahami Kerajaan Allah dalam konteks masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. 3) Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan undangan Allah akan tanggapan manusia. Ia sudah terwujud dan di pihak lain belum mencapai kepenuhannya. 4) Kerajaan Allah menjadi Kabar Gembira terutama bagi orang-orang lemah, miskin dan menderita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
5) Anugerah sekaligus tanggung jawab untuk menjalin relasi dan mengambil bagian dengan-Nya dan sesama anak-anak Allah. 6) Karena Allah mengasihi semua, maka Allah menghendaki supaya manusia hidup saling mengasihi seperti Allah telah mengasihi mereka. Tolak ukur kasih ialah hidup Yesus sendiri yang mengasihi manusia sampai sehabishabisnya. 7) Allah memanggil manusia untuk bertobat. Pertobatan yang diusahakan bersifat integral, baik segi personal maupun sosial. 8) Kita dipanggil untuk menjadi saksi-saksi yang memperjuangkan pelayanan demi terwujudnya kerajaan Allah. 9) Kesadaran memberdayakan jemaat untuk terus mengarahkan hidupnya demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. 10) Terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah menjadi tolak ukur dari segala kegiatan pendidikan iman.
Kerajaan Allah adalah karya Allah untuk menyelamatkan hidup manusia yang mengundang manusia untuk menanggapinya. Maka, PAK menuntut prosespendidikan yang membentuk dan memberdayakan naradidik sebagai mitra Yesus dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di sekolah mereka.
b. DemiKedewasaan Iman Kristiani Menurut Thomas H. Groome, iman yang dewasa diartikan iman yang berkembang semakin matang dan bersifat holistik karena mencakup segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
pemikiran, hati, dan praksis. Iman kristiani mencakup tindakan menyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will). Heryatno (2008:31) mengatakan bahwa pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang diharapkan memperkembangkan secara seimbang dan integratif ketiga hal yang diungkapkan oleh Thomas H. Groome.
c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia Antara iman dan kebebasan terdapat kaitan yang sangat erat. Iman Kristiani hidup sebagai jawaban dari undangan untuk menjadi bagian anggota kerajaan Allah. Tujuan terdekat PAK adalah iman Katolik dan kebebasan manusia (Thomas H. Groome, 2010:121). Oleh karena itu, PAK di sekolah haruslah dapat mendorong dan membantu naradidik agar terus sampai kepada kebebasan sejati, kepada diri sendiri dan sesama demi terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah. Proses PAK di sekolah perlu dibebaskan dari segala unsur yang memaksa, dibebaskan dari segala bentuk indoktrinasi dan manipulasi. Sebaliknya, proses PAK sedemikian rupa diusahakan demi terwujudnya kebebasan utuh yakni kemampuan manusia untuk bertindak memenuhi kebutuhan dasar (bebas paksaan), memilih berdasarkan keyakinan dan kesadaran pilihannya (otonom), dan manusia bebas untuk menghayati keputusannya sendiri dengan segala risikonya (Heryatno, 2008:36).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Konteks PAK Dalam Gravissimum Educationis (GE) artikel 13, diungkapkan bahwa keluarga memiliki tugas utama mendidik dan membutuhkan bantuan dari masyarakat. Konteks PAK perlu dipahami melalui pendekatan yang bersifat kontekstual yang mengajak kita untuk memperhatikan empat lembaga yakni, keluarga, Gereja, masyarakat dan sekolah. Masing-masing lembaga memiliki kekhasan dan sumbangan yang tidak tergantikan. Keempat komunitas ini saling berhubungan dan mempengaruhi dalam mewujudkan tujuan PAK itu sendiri. Berhubungan dengan konteks hidup naradidik, Heryatno (2008:41) menyebutkan konteks hidup peserta didik meliputi kebutuhan dan minat mereka, kemampuan daya tangkap mereka, latar belakang, permasalahan hidup dan sebagainya. Berkaitan dengan ini, ada dua pendekatan yakni sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi merupakan proses kita menjadi diri kita sendiri sebagaimana adanya dengan jalan kita berinteraksi dengan orang-orang lain, dengan tatanan dan nilai hidup yang diikuti serta tingkah laku yang diharapkan oleh sekitar kita. Sedangkan edukasi merupakan proses dimana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan peserta didik agar kita bersama mengalami perkembangan hidup bahkan sampai mencapai kepenuhan.
4. Materi PAK Komisi Kateketik KWI (2001:32) memberi gagasan bahwa pendidikan di sekolah harus berisi suatu dialog mengenai kehidupan yang membuat siswa terangsang untuk mencari pengetahuan yang lebih banyak mengenai ajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
agamanya. Pada tingkat SD, sebaiknya diberi dongeng berupa orang-orang kudus dan orang-orang jahat yang kemudian diluruskan. Tingkat SLTP atau SMP mengkaitkan cerita dengan nilai-nilai tertentu seperti keadilan, kedamaian, kejujuran, sikap menerima perbedaan, dsb. Kitab suci dijadikan sebagai acuan utama.Berikut hasil lokakarya di Malino mengenai materi pokok dalam rangka PAK (Setyakarjana, 1997:72): 1) Pengalaman hidup Pengalaman hidup bertujuan membawa anak didik menuju ke arah kedewasaan penuh atau menjadi manusia paripurna lewat pergumulan pengalaman hidup. Pengalaman hidup dimunculkan dalam materi sehingga anak didik mampu mengolah, memahami dan akhirnya memiliki pengalaman hidup sebagai sesuatu yang sangat berharga. Dengan demikian, anak merasa Allah menyapa dia melalui pengalaman hidupnya seperti pengalaman gembira, sedih, bersama teman, dicintai ayah dan ibu, melihat pengalaman indah, dll. 2) Kitab Suci Pengalaman hidup di dalam PAK diolah dan digumuli bersama di dalam terang Kitab Suci. Di dalam Kitab Suci sebagai Sabda Tuhan termuat pengalaman dan kisah hidup Yesus sebagai utusan Allah (perwujudan Allah) yang menjadi panutan umat Kristiani. Oleh sebab itu, Kitab Suci dalam PAK menjadi amat penting. 3) Dogma Dogma merupakan kebenaran iman yang diungkapkan dalam rumus-rumus baku. Gereja membantu umatnya memahami Sabda Allah dengan merumuskan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dalam rumus-rumus yang baku. Melalui rumus yang baku, umat sungguh merasa terbantu untuk mengolah pengalaman hidupnya dalam terang iman. Dalam rangka PAK, dogma membantu anak membentuk diri manusia yang paripurna sebagaimana dikehendaki Allah lewat Yesus Kristus. 4) Liturgi Perjumpaan dengan Yesus Kristus yang menyelamatkan dan membawa kegembiraan perlu diungkapkan dan dirayakan. Ungkapan perayaan iman Kristiani ini disebut liturgi. Dalam PAK, anak juga diperkenalkan pada liturgi, sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang telah diterima dari Allah Bapa.
5. Cerita sebagai Pendekatan dan Materi PAK Dalam proses PAK, bahan dilihat sebagai sarana, bukan tujuan. Bahan dipilih sejauh membantu pergulatan hidup beriman (Dapiyanta, 2000:150). Bahan yang digunakan dalam PAK hendaknya bukanlah bahan mati, bahan tersebut diharapkan dapat bersaksi mengenai hidup beriman sehingga menjadi partner dialog tentang hidup beriman. Adapun ruang lingkup bahan tersebut ialah hidup murid, masyarakat dan tradisi Kristen. Menurut Dapiyanta (2000:163), bahan yang hidup dapat menjadi partner dialog yang sangat cocok jika bahan dikemas dalam bentuk narasi yang menampilkan nilai-nilai sehingga terjadi pergulatan pilihan nilai dalam diri tokoh beserta akibat-akibat pilihannya. Cerita mendemonstrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesama dan lingkungan. Bagaimana tokoh-tokoh itu saling berinteraksi untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, melakukan aktivitas keseharian bersama, mengahadapi kesulitan bersama, membantu mengatasi kesulitan orang lain, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:40). Cerita sebagai materi PAK dipandang sebagai pendekatan yang diolah bersama pengalaman hidup yang digumuli dalam kehidupan sehari-hari dan diolah bersama-sama dalam terang Injil sehingga menimbulkan kesadaran bahwa Allahmenyapa dirinya dalam hidup sehari-hari.Kesadaran hidup bermasyarakat pada diri anak akan semakin besar seiring perkembangan usia. Anak pada usia 10-12 tahun mempunyai citarasa keadilan dan peduli kepada orang lain yang lebih tinggi. Cerita yang “mengeksploitasi” kehidupan sosial secara baik akan mampu menjadikannya sebagai contoh bertingkah laku sosial. Demonstrasi kehidupan konkret yang diwujudkan oleh tokoh dalam cerita juga mengandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis religius karena keseluruhan aspek manusia ditampilkan. Aspek-aspek ini menjadi aspek penting dalam proses PAK di sekolah.
B. Cerita Edy Sembodo (2010:3) mengungkapkan bahwa sastra memiliki genre atau ragam. Secara besar, sastra dibagi menjadi prosa, puisi, dan drama. Prosa adalah karangan yang bersifat naratif yang memiliki unsur implisit dan eksplisit. Menurut perkembangannya, prosa dibagi menjadi dua yakni prosa lama dan prosa baru. Pada bab ini, cerita yang dimaksud oleh penulis adalah cerita yang sering disebut cerita pendek yang merupakan bagian dari prosa modern.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
1. Pengertian cerita Abdul Aziz Abdul Majid (2013:8) mengatakan bahwa cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar dan memiliki keindahan dan kenikmatan sendiri. Menurut EdySembodo (2010:13), cerita pendek (cerpen) yaitu cerita yang mengambil momen penting dalam lakuan tokoh yang biasanya membutuhkan lima sampai lima belas halaman. Cerita pendek atau yang sering disebut cerpen merupakan salah satu jenis fiksi yang paling banyak ditulis orang. Jika dibaca, jalannya peristiwa dalam cerpen lebih padat. Sementara itu, latar maupun kilas baliknya disinggung sambil lalu saja.
2. Unsur-unsur Cerita Nurgiyantoro (2005:221) menjelaskan bahwa cerita fiksi terdiri atas unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar teks fiksi bersangkutan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap bangun cerita yang dikisahkan, misalnya pandangan hidup penulis. Berikut Hardjana HP (2006:17) menguraikan unsur-unsur intrinsik cerita fiksi: a. Tema Tema yaitu pokok pikiran yang mendasari sebuah cerita. Adapula yang menyebut gagasan, ide dasar, atau pikiran utama yang melandasi sebuah cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tema dapat dibagi menjadi topik-topik atau persoalan yang lebih kecil yang secara eksplisit menunjukkan peristiwa yang terjadi. Contoh tema misalnya kebaikan mengalahkan kejahatan. Dr.Abdul Aziz Abdul Majid (2013:11) membagi tema sebagai berikut: 1) Tema peristiwa yang dibatasi oleh lingkungan Tema yang ditujukan bagi anak-anak berusia kira-kira 3-5 tahun, ceritacerita yang sesuai untuk usia ini adalah cerita yang tokoh-tokohnya dikarang dari binatang, tumbuhan, ibu, ayah dan anak-anak seusianya. Pemberian sifat-sifat gerakan, pembicaraan, dan warna yang dikenal akan menjadi daya tarik yang membangkitkan rasa ingin tahu anak. 2) Tema imajinasi bebas Ditujukan pada anak usia 5-8/9 tahun yang telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Anak mulai tahu bahwa anjing menggigit, lebah menyengat, kucing mencakar, api membakar, dan lain-lain. Maka anak-anak ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungan. 3) Tema petualangan dan kepahlawanan Ditujukan pada anak usia 8-18/19 tahun atau lebih. Pada fase ini, orang muda cenderung menyukai hal-hal yang imajiner-romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan sesungguhnya. Cerita yang disukai pada fase ini biasanya ceritacerita yang penuh bahaya, petualangan, keberanian, kekerasan, dan melibatkan kepolisian. 4) Tema percintaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Ditujukan pada anak usia 12-18 tahun lebih. Suatu masa peralihan menjadi gadis bagi anak-anak perempuan. Masa peralihan menuju masa yang penuh kebimbangan. Tema ini lekat dengan rasa sosial, patriotisme, konflik jiwa, pandangan filosofis tentang kehidupan. 5) Tema keteladanan Ditujukan pada anak usia 18-19 tahun dan sesudahnya. Pada tema ini, orang memasuki masa kematangan berpikir dan bermasyarakat. Biasanya, dasardasar sosial, moral, dan politik, baik yang salah maupun yang benar telah terbentuk dalam dirinya. Pada fase ini, mereka terpengaruh oleh kebutuhankebutuhan individunya, sehingga agak sulit membatasi cerita yang memiliki kecenderungan semacam ini.
b. Tokoh/ Penokohan Tokoh/penokohan adalah gambaran watak, kebiasaan dan sifat para tokoh dalam cerita. Pembaca sebuah cerita tentu ingin mengenali rupa, tampang, watak para tokoh cerita. Oleh karena itu, pengarang memberi gambaran atau pelukisan dari tokoh-tokoh dalam cerita. Sudjiman (dalam Edy Sembodo, 2010:5) mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami peristiwa atau lakuan dalam suatu cerita. Nurgiyantoro (2005:226) mengatakan bahwa dalam dunia anak-anak, tokoh lazimnya terdiri atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh yang menjadi sentral adalah tokoh protagonis dan biasanya menjadi lawan adalah tokoh antagonis. Tokoh protagonis dalam cerita biasanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
cenderung disukai oleh si pembaca, sedangkan tokoh antagonis biasanya dibenci karena karakternya yang terlihat jahat atau tidak baik.
c. Plot/ Alur Plot atau alur yaitu unsur struktur yang terwujud dalam jalinan peristiwa, yang memperlihatkan kepaduan (koherensi) yang diwujudkan oleh sebab akibat atau kausalitas. Di dalam cerita pendek, novelet maupun novel, plot atau alur sangat penting. Cerita pendek akan dapat menarik pembacanya kalau jalan cerita dan plotnya dibangun secara terpadu dan kuat. Hardjana HP (2006:21) juga menjelaskan bahwa suatu cerita fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan (beginning) melalui pertengahan (middle), menuju suatu akhir (ending). Suardi dalam Hardjana HP (2006:22) menguraikan pola tradisional yang sering diikuti oleh pengarang-pengarang antara lain berikut: 1) Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan) 2) Generating Circumstances (peristiwa mulai bertaut dan bergerak) 3) Rising Action (keadaan/ suasana mulai memuncak, tegang) 4) Climax (peristiwa mencapai puncak ketegangan) 5) Denoument ( peristiwa mereda, pengarang memberikan solusi pemecahan semua peristiwa).
d. Latar/ Setting Latar atau setting ialah waktu dan tempat terjadinya peristiwa di dalam sebuah cerita atau drama. Sebuah peristiwa atau kejadian tertentu tentu memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
tempat misalnya di kota, di desa, di zaman dahulu, dan sebagainya. Selain itu, peristiwa tersebut terjadi pada waktu tertentu, malam, siang, pagi atau tengah malam. Latar merupakan lingkungan yang melingkupi tokoh-tokoh yang ada pada cerita. Lingkungan tersebut dapat mempengaruhi perasaan tokoh dan begitu pula sebaliknya. Latar dapat berupa waktu, tempat suasana, dan perasaan yang dirasakan oleh tokohnya (Edy Sembodo, 2010:7).
e. Gaya Bahasa Gaya bahasa ialah cara yang khas dalam menggunakan bahasa untuk menyatakan pikiran dan perasaan baik dalam tulisan maupun lisan. Dalam dunia cerita, gaya memegang peranan yang penting. Abdul Aziz Abdul Majid (2013:22) mendefinisikan gaya bahasa sebagai susunan bahasa, baik denotatif maupun konotatif. Hardjana HP (2006:25) mengungkapkan bahwa anak-anak tidak terlalu tertarik dan mempermasalahkan gaya bahasa. Biasanya anak lebih tertarik pada isi cerita.
f. Moral Selain kelima unsur yang dijelaskan oleh Hardjana HP (2006), Nurgiyantoro (2005: 264) menambahkan moral sebagai salah unsur instrinsik. Moral, amanat, atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Kehadiran moral dalam cerita fiksi dapat dipandang sebagai semacam saran terhadap perilaku moral tertentu yang bersifat praktis, tetapi bukan resep atau petunjuk bertingkah laku. Ia dikatakan praktis lebih disebabkan ajaran moral itu disampaikan lewat sikap dan perilaku konkret sebagaiman ditampilkan oleh para tokoh cerita. Tokoh-tokoh tersebut dipandang sebagai model untuk menunjuk dan mendialogkan kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh penulis cerita.
3. Jenis-jenis Cerita Fiksi Hardjana HP (2006:32) mengelompokkan jenis cerita sebagai berikut: a) Fantasi atau karangan khayal Fantasi atau karangan khayal adalah adalah cerita dongeng, fabel, legenda dan mitos. Dalam cerita ini, semuanya benar-benar dongeng khayal dan tidak berdasar kenyataan. Selain itu, yang termasuk dalam jenis ini adalah cerita-cerita yang menghadirkan tokoh khayali seperti adanya tokoh dewa, peri, naga, garuda dan hal-hal yang bersifat supranatural serta penuh fantasi (Hasanuddin WS, 2015:7). Hal-hal supranatural biasanya terdapat dalam jenis cerita seperti adanya batu kemala hikmat, sapu ajaib, cincin atau cermin yang memiliki kekuatan gaib.
b) Realistic Fiction Fiksi atau cerita khayal tetapi mengandung unsur kenyataan, hampir mirip science fiction. Cerita jenis ini adalah cerita tentang tokoh yang memang pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
ada dan hidup sebagai tokoh atau pahlawan. Selain itu, yang termasuk jenis ini adalah kisah-kisah inspiratif mengenai seseorang yang berhubungan dengan sekolah, rumah, olahraga dan petualangan. Di dalam jenis ini, termasuk pula bahan bacaan biografi atau autobiografi. Cerita realistik bukan hanya perlu namun juga diminati pembaca, karena penggambaran di dalamnya mendekatkan mereka pada kehidupan nyata (Sarumpaet, 2010:28). Segala sesuatu yang terjadi dalam cerita realistik mungkin saja terjadi dalam kehidupan. Karena para tokoh, persoalan, latar yang ada di dalamnya, mengingatkan, menunjukkan dan merujuk pada sesuatu yang dapat dikenali pembaca.
c) Biografi atau riwayat hidup Banyak orang-orang terkenal yang dibuat menjadi cerita untuk diperkenalkan kepada anak-anak dengan bahasa sederhana dan isinya gamblang sebagaimana adanya, mudah dimengerti sebagai suri teladan. Biografi merujuk kita pada jenis karya sastra yang berbicara mengenai sejarah dan kehidupan seseorang (Sarumpaet, 2010: 31). Umumnya biografi untuk remaja disampaikan dalam bentuk fiksi, buku itu bersumber dari penelitian yang mendalam, namun beberapa fakta penting disampaikan secara dramatik.
d) Folk tales atau cerita rakyat Cerita-cerita rakyat yang dimiliki oleh suku-suku bangsa yang hidup dalam masyarakat misalnya cerita Joko Kendil, Panji Laras, Timun Emas, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
sebagainya.Cerita rakyat atau yang banyak dikenal sebagai kisah peri (walau tak selalu ditemukan peri di dalamnya) sangat mudah kita kenali (Sarumpaet, 2015:28). Misalnya gadis cantik yang jahat, bapak yang peragu, ibu tiri yang kejam, dll. Ada pula cerita rakyat dari Jawa Barat, Bunga Rampai Cerita Rakyat Nusantara yang menyukakan hati kita karena sifatnya yang kumulatif (memberikan jawaban dan kesimpulan).
e) Religius atau cerita-cerita agama Banyak cerita mengenai nabi, orang-orang suci, atau ajaran keagamaan yang digubah dalam bentuk cerita yang menarik, motivasinya untuk membentuk remaja berbudi luhur.Cerita-cerita religius biasanya menggambarkan sejarah, tokoh-tokoh serta apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut sehingga nilainilai yang ada di dalam tokoh dapat diteladani oleh remaja.
4. Nilai-nilai dalam Cerita Penelusuran persoalan tema cerita difokuskan pada persoalan yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan karakter berikut uraiannya menurut Prayitno (dalam Hasanuddin WS, 2015:18) antara lain: 1) Keimanan dan ketakwaan dengan indikator perilaku percaya pada Tuhan YME; mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan Tuhan; amanah. 2) Kejujuran dengan indikator perilaku: berkata apa adanya; berbuat atas dasar kebenaran; bertanggung jawab; memenuhi kewajiban dan menerima hak; lapang dada; dan memegang janji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
3) Kecerdasan dengan indikator perilaku: aktif/dinamis; terarah/berpikir logis; analitis/objektif; mampu mencari solusi; berpikir positif/maju/terbuka dan konsisten. 4) Ketangguhan dengan indikator perilaku teliti/sportif; sabar; disiplin; ulet/tidak mudah putus asa; bekerja keras; orientasi kualitas/mutu; berani menanggung resiko; menjaga keselamatan dan kesehatan diri. 5) Kepedulian
dengan
indikator
perilaku
patuh
pada
aturan/norma;
sopan/santun; demokratis; toleransi; suka membantu; damai/antikekerasan; pemaaf; menjaga kerahasiaan.
5. Tujuan dan Manfaat Cerita Sastra anak termasuk cerita, diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas (Nurgiyantoro, 2005:36). Moeslichatoen (2004:26) mengatakan bahwa cerita menjadi media yang baik dan efektif untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Berikut tujuan dan manfaat cerita: a. Penanaman
nilai-nilai
kejujuran,
keberanian,
kesetiaan,
keramahan,
ketulusan, dan sikap-sikap positif lainnya. b. Menambah nilai-nilai sosial, nilai-nilai moral dan keagamaan. c. Membangkitkan semangat dan memungkinkan pengembangan dimensi perasaan. Misalnya, anak akan merasa sedih bila tokoh cerita disakiti dan akan senang bila ada tokoh lain yang melindungi atau baik hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
d. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial dan keagamaan. e. Memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. f. Membangkitkan semangat dan memungkinkan pengembangan dimensi perasaan. Misalnya, anak akan merasa sedih bila tokoh cerita disakiti dan akan senang bila ada tokoh lain yang melindungi atau baik hati. a. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sosial dan keagamaan. b. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam c. Membantu mengembangkan fantasi anak, mengembangkan dimensi kognitif anak dan mengembangkan dimensi bahasa anak Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Majid (2013:5) dalam cerita terdapat unsur-unsur seperti ide, tujuan, imajinasi, bahasa dan gaya bahasa yang berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak.
C. Empati 1. Pengertian Empati Howe (2015:15) menggunakan istilah empathy sebagai penerjemahan bahasa Inggris dari kata Jerman Einfuhlung. Etimologinya berasal dari kata Yunani empatheia, yang artinya memasuki perasaan orang lain atau ikut merasakan keinginan atau kesedihan seseorang. C.A.J Teen (1990:5) menerangkan, empati adalah kemampuan untuk turut merasakan. Hal itu berarti mampu turut mengalami dan mengambil bagian alam batin orang lain, sehingga dapat memahami perasaan serta gagasan aktual pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
orang lain. Oleh sebab itu, perlu bahwa kadang-kadang kita mengambil jarak dari cara kita mengalami hidup sendiri dan dengan demikian kita mampu mendalami alam orang lain seolah-olah kita mendalami alam kita sendiri. Empati
dapat
juga
didefinisikan
sebagai
kemampuan
untuk
mengidentifikasi apa yang sedang dipikirkan atau dirasakan oleh orang lain dalam rangka untuk merespon pikiran dan perasaan mereka dengan sikap yang tepat. Taufik (2012: 41) mengatakan bahwa empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lan, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya. Dalam memahami orang lain, individu seolah-olah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami orang lain itu, tetapi tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri. Kalimat “tanpa kehilangan identitas dirinya sendiri” sangat penting karena mengandung pengertian meskipun individu menempatkan dirinya pada posisi orang lain, namun dia tetap melakukan kontrol diri atas situasi yang ada, tidak dibuat-buat, dan tidak hanyut dalam situasi orang itu. Berikut diungkapkan oleh C.A.J Teen (1994:6): Hendaknya kita tidak membandingkan perasaan-perasaan sesaat kita dengan perasaan orang lain dan selama kita berempati terhadap seseorang, kita tidak perlu menyetujui perasaannya. Hal itu membantu kita untuk dapat menampung sementara pratanda yang tidak jelas atau perasananperasaan yang sering kacau dari orang lain, sehingga kita dapat mencoba menjelaskannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Menurut
Howe,
definisi-definisi
yang
pasif
tentang
empati
memperlihatkan kesamaan psikologis kita, kerentanan kita dipengaruhi oleh perasaan-perasaan orang lain. Definisi-definisi yang lebih aktif menangkap kemanusiaan kita, usaha-usaha kita untuk memahami orang lain, kasih sayang kita, semangat kita untuk bertindak dan membantu ketika kita berpikir tentang dunia dan mulai melihatnya dari sudut pandang orang lain. Empati mencakup aspek-aspek
psikologis
yang
kompleks
dimana
pengamatan,
ingatan,
pengetahuan dan pemikiran dipadukan untuk menghasilkan pemahaman tentang pikiran dan perasaan orang lain. Empati adalah memahami pikiran orang lain tanpa pikiran mereka sama dengan pikiran kita. Bersikap empati berarti memahami, merasakan atau masuk ke dalam (em) perasaan (pathos) dari orang lain (Howe,2015:22). Empati terdiri dari tiga proses yakni: -
Kemampuan kognitif untuk melihat, memahami dan mendiskriminasikan keadaan-keadaan emosional orang lain;
-
keterampilan kognitif yang lebih matang untuk melihat hal-hal dari sudut pandang orang lain;
-
sebuah respon emosional terhadap keadaan emosional orang lain.
Empati bukan hanya mengetahui apa yang sedang dirasakan orang lain dan merasakan apa yang dialami orang lain, tetapi juga mengkomunikasikan dengan cara dan sikap yang baik, pengetahuan dan pemahaman kita tentang pengalaman emosional orang lain tersebut. Berikut menurut Howe (2015:28):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kualitas dan kedalaman empati yang dicapai bergantung pada ciri-ciri individual (jenis kelamin, kepribadian, temperamen, gaya berhubungan, mood); hubungan yang dia miliki dengan orang lain (keluarga, teman, kolega, orang asing) dan situasinya secara spesifik (pertemuan santai, terapi kunjungan ke rumah sakit, meminta tolong, keadaan bahaya dan sebagainya). Empati merupakan tanda kepedulian manusia terhadap orang lain, perekat yang memungkinkan terbentuknya kehidupan sosial. Menurut Covey (dalam Howe, 2015:31) empati merupakan minyak pelumas bagi roda-roda kehidupan sosial. Ketika kita berbagi, mencintai, bekerja sama dan memberi, saat itulah empati bekerja. Ketika empati tidak ada, keakraban hilang dan hubunganhubungan pun menjadi rusak. Kekerasan, pelecehan, diskriminasi dan keegoisan menjadi hal yang biasa ketika empati telah hilang. Melalui pendapat
di atas dapat kita ketahui bahwa masalah personal
maupun interpersonal dapat dipecahkan ketika ia dimasukkan ke dalam balsem penyembuh yang bernama empati.Pikiran yang empatik mendorong kerja sama, kolaborasi dan keberadaan; bahwa hubungan-hubungan yang berkualitas baik dapat menghasilkan kemampuan berempati dan kemampuan berempati menunjukkan kualitas kemanusiaan dari manusia.
2. Komponen-komponen Empati Empati terdiri atas dua komponen, kognitif dan afektif. Taufik (2012:43) mengatakan bahwa beberapa teoretikus menambahkan aspek komunikatif sebagai faktor ketiga. Komponen komunikatif sebagai jembatan yang menghubungkan komponen kognitif dan afektif. Berikut penjelasan mengenai ketiga komponen tersebut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
a. Komponen Kognitif Taufik (2012:44) menjelaskan komponen kognitif sebagai kemampuan untuk memperoleh kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dari memori dan kemampuan untuk memproses informasi semantik melalui pengalamanpengalaman. Taufik juga mengumpulkan definisi komponen kognitif empati berdasarkan pernyataan para ahli yakni kemampuan seseorang dalam menjelaskan suatu perilaku, kemampuan untuk mengingat jejak-jejak intelektual dan verbal tentang orang lain, dan kemampuan untuk membedakan atau menyelaraskan kondisi emosional dirinya dengan orang lain. Howe(2015:23) melihat empati yang terdiri dari tiga proses: kemampuan kognitif untuk melihat, memahami dan mendiskriminasikan keadaan-keadaan emosional orang lain; keterampilan kognitif yang lebih matang untuk melihat hal-hal dari sudut pandang orang lain; dan sebuah respons emosional terhadap keadaan emosional orang lain. “Empati kognitif didasarkan pada kemampuan melihat, membayangkan dan memikirkan sebuah proses reflektif yang lebih berbasis kognitif untuk memahami perspektif orang lain” (Howe, 2015: 24). Komponen kognitif merupakan komponen yang menimbulkan pemahaman terhadap perasaan orang lain, dimulai pada tahap melihat, membayangkandan memikirkan perasaan orang lain.Seseorang yang empatik memiliki keahlian-keahlian yang terkait dengan persoalan komunikasi, perspektif dan kepekaan dalam pemahaman sosioemosional orang lain. Secara garis besar, aspek kognitif empati meliputi aspek pemahaman atas kondisi orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b. Komponen Afektif Menurut Taufik(2012: 51), empati sebagai aspek afektif merujuk pada kemampuan menyelaraskan pengalaman emosional pada orang lain. Aspek ini empati ini terdiri atas simpati, sensitivitas, dan sharing penderitaan yang dialami orang lain seperti perasaaan dekat dengan kesulitan-kesulitan orang lain yang diimajinasikan seakan-akan dialami oleh diri sendiri. Komponen afektif atau emosional ini dekat dengan apa yang umumnya kita pahami sebagai respon empatik: saya merasakan kesusahan Anda, saya melihat dan memahami kesedihan Anda, tetapi jelas bahwa Andalah yang mengalami kesusahan dan kesedihan dan bukan saya, meskipun saya secara emosional terpengaruh oleh hendaya Anda (Howe, 2015:24).
c. Komponen Kognitif dan Afektif Brems (dalam Taufik, 2012:53) menguji respons-respons empati pada 122 siswa perguruan tinggi terhadap dua skala empati, yaitu skala mengukur berbagai macam hubungan interpersonal dan altruisme. Hasilnya menunjukkan empati terbagi ke dalam dua komponen kognitif dan afektif. Howe (2015:23) mengatakan bahwa sensasi-sensasi fisik dapat dirasakan sebagai perasaan subjektif, dan perasaan-perasaan subjektif dapat dipikirkan, baik perasaan subjektif kita sendiri maupun orang lain. Empati merupakan hasil dari pikiran maupun perasaaan. Ia terdiri dari respons-respons afektif dankognitif, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memahami mengapa orang lain tersebut mengatakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
d. Komponen Komunikatif Munculnya komponen ini didasarkan pada asumsi awal bahwa komponen kognitif dan komponen afektif akan tetap terpisah bila antara keduanya tidak terjalin komunikasi. Empati bukan hanya mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh orang lain dan merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, tetapi juga mengomunikasikan, dengan cara dan sikap yang baik, pengetahuan dan pemahaman kita tentang pengalaman emosional orang lain tersebut. (Howe, 2015: 25) Kita dapat mendefinisikan empati sebagai sebuah reaksi afektif terhadap emosi-emosi orang lain; aksi kognitif untuk mengadopsi orang perspektif orang lain; sebuah pemahaman berbasis kognitif tentang orang lain; dan komunikasi tentang pemahaman tersebut. Komponen empati komunikatif adalah ekspresi dari pikiran-pikiran empatik (intellectual empathy) dan perasaan-perasaan (empathic emotions) terhadap orang lain yang dapat diekspresikan melalui kata-kata dan perbuatan (Taufik, 2012:53). Komunikasi empatik terjadi tanpa kata maupun dengan kata, terjadi saat pandangan mata tertuju pada orang lain di sekitar kita. Selain itu, saat kita memperhatikan orang lain, mendengarkan dengan penuh, saling memandang, mengangguk tanda setuju, menepuk bahu, merangkul, dsb. Komponen komunikatif empatik dimaksudkan untuk mendapatkan gambara perasaan orang lain, maka hendaknya kita berusaha mengenali dan merefleksi, menerjemahkan perasaan orang sehingga orang itu sendiri mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mengenali dirinya sendiri. Refleksi mamupu mengatur sementara perasaan yang kacau, memberikan semangat, hingga ia merasa bahwa ia dimengerti.
3. Proses Empati Taufik (2012:54) menggolongkan proses empati ke dalam empat tahapan yakni antecedents, processes, interpersonal outcomes, dan intrapersonal outcomes. 1) Antecedents Antecedents adalah kondisi-kondisi yang mendahului sebelum terjadinya proses empati. Meliputi karakteristik pelaku empati, target empati atau situasi yang terjadi saat itu. Empati sangat dipengaruhi oleh kapasitas pribadi pelaku empati. Ada yang memiliki kapasitas berempati tinggi, adapula yang rendah. Kemampuan empati yang tinggi dipengaruhi oleh kapasitas intelektual untuk memahami apa yang terjadi pada orang lain. Selain itu dipengaruhi oleh riwayat pembelajaran individu sebelumnya termasuk sosialisasi terhadap nilai-nilai yang terkait dengan empati (Taufik, 2012:55). Respons terhadap orang lain, baik respons afektif maupun kognitif berasal dari beberapa konteks situasional. Terdapat dua kondisi yakni kekuatan situasi dan tingkat persamaan antara pelaku empati dan target empati. Kekuatan situasi mempengaruhi kita untuk berempati dan sejauhmana persamaan antara pelaku empati dengan target empati, semakin tinggi tingkat persamaannya, maka akansemakin besar peluang pelaku empati untuk berempati misalnya persamaan tempat tinggal, etnis, agama, bangsa dan sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
2) Processes Taufik (2012:56) membagi tiga jenis proses empati yakni non-cognitive processes, simple cognitive processes, dan advance cognitive processes. Proses pertama menyebabkan empati terjadi melalui proses-proses non kognitif, artinya tanpa memerlukan pemahaman terhadap situasi yang terjadi. Empati jenis ini hanya melibatkan proses emosi.Kedua, simple cognitive processes, pada jenis ini empati hanya membutuhkan sedikit proses kognitif. Misalnya saat kita menghadiri acara wisuda, maka kita akan menunjukkan sikap bahagia. Atau sebaliknya saat kita mengunjungi orang meninggal, maka kita menunjukkan perasaan duka cita. Empati yang muncul tidak membutuhkan proses yang mendalam, karena situasi-situasi tersebut mudah dipahami. Ketiga, advance cognitive processes yakni proses yang menuntut kita untuk mengerahkan kemampuan kognitif kita. Taufik (2012:56) menyebutnya dengan language mediated association, dimana munculnya empati merupakan akibat dari ucapan atau bahasa yang disampaikan oleh target empati. Sikap empatik yang ditunjukkan pada proses ini membutuhkan pemahaman yang tinggi terhadap situasi yang sedang terjadi.Proses empati yang paling tinggi adalah role taking atau perspective taking, yaitu mencoba memahami orang lain dari sudut pandang orang tersebut.
3) Intrapersonal Outcomes Intrapersonal outcomes terdiri atas dua macam yakni affective outcomes dan non affective outcomes. Affective outcomes terdiri atas reaksi-reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
emosional yang dialami pelaku empati dalam merespon pengalaman-pengalaman target. Affective outcomes dibagi ke dalam dua bentuk yakni parallel dan reactive outcomes.Affective outcomes atau emotion making yaitu keselarasan antara yang kita rasakan atau dialami oleh orang lain. Misalnya, kita melakukan protes ketika melihat target diperlakukan secara tidak adil. Reactive outcomes didefinisikan sebagai reaksi-reaksi afektif terhadap pengalaman-pengalaman orang lain yang berbeda (Taufik, 2012:57).
4) Interpersonal Outcomes Bila
intrapersonal
outcomes
berefek
pada
diri
pelaku
empati,
interpersonal outcomes berdampak kepada hubungan antara pelaku empati dan target empati. Salah satu bentuk dari interpersonal outcomes adalah munculnya helping behavior (perilaku menolong). Interpersonal outcomes tidak sekadar mendiskusikan apa yang dialami oleh orang lain, sebagaimana pada parallel dan reactive outcomes. Selain perilaku menolong, empati juga dihubungkan dengan perilaku agresif. Menurut Davis dalam Taufik (2012:59), empati berhubungan negatif dengan perilaku agresif. Semakin baik akurasi empati maka akan semakin kecil terjadinya perilaku agresif.
4. Perkembangan Empati Potensi-potensi empati yang telah dimiliki oleh individu sejak lahir bukan hanya sekedar bersifat alami yang keberadaannya tidak perlu dipupuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Keberadaannya harus terus dikembangkan melalui berbagai pengalaman yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari maupun melalui pembelajaran langsung yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Martin dan Clark menemukan tiga perbedaan tangisan: pada bayi usia 1 hari, pada usia 11 bulan dan pada anak-anak. Dari ketiga tangisan tersebut, ternyata tangisan bayi yang baru dilahirkan menangis lebih keras dibanding yang lain. Temuan ini memperkuat Dovidio, Piliavin, Schoeder dan Penner untuk menyimpulkan bahwa bayi umur 1-2 hari telah memiliki potensi-potensi untuk berempati. Potensi inilah yang harus terus digali oleh para orangtua dan guru agar nantinya dia menjadi pribadi yang berempati (Taufik, 2012:92). Ada sebagian orang yang menggunakan istilah lain dari empati, yaitu perspective-taking. Perspective taking didefinisikan oleh Mark H. Davis sebagai kecenderungan mengadopsi pandangan-pandangan psikologis orang lain. Kemampuan perspective-taking berkembang sepanjang waktu hingga mencapai usia dewasa. Taufik (2012:99) mengembangkan lima tahap model untuk mengembangkan perspective-taking yaitu konsep-konsep individual yang berhubungan dengan self, persahabatan (close friendship), kelompok pertemanan (peer group), dan hubungan anak dengan orangtua (parent child relations) serta hubungan sosial. Rumusan dari lima tahapan model perkembangan perspective-taking dengan menggunakan konsep pemahaman cerita mengenai Holly yang telah berjanji kepada ayahnya tidak memanjat pohon tapi ia ingin menolong Sean, kucingnya. Akankah ayahnya marah? Berikut jawabannya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
a. Undifferentiated perspective-taking (usia 3-6 tahun) Anak mengetahui bahwa antara dirinya dan orang lain memiliki perasaan dan pikiran yang berbeda, namun mereka masing sering bingung tentang keduanya. Mereka menduga bahwa Holly akan menyelamatkan kucing itu karena Holly tidak ingin kucing itu terluka, dan mereka percaya bahwa ayahnya tidak apa-apa meskipun tahu kalau Holly naik pohon lagi. Bahkan ayahnya akan bahagia, karena dia juga suka kucing. b. Social-informational perspective-taking(usia 5-9 tahun) Anak-anak sudah memahami perbedaan pandangan bisa saja terjadi karena orang-orang memiliki akses untuk informasi yang berbeda. Jawaban mereka, jika ayah Holly tahu Holly naik pohon untuk menyelamatkan kucing itu, maka ayahnya akan marah. Tetapi, kalau Holly menunjukkan kucing itu kepadanya, pendapat ayahnya mungkin berubah. Pada tahapan ini, seseorang sudah dapat memahami bahwa orang lain dapat memiliki perspektif berbeda, namun dia masih menganggap bahwa perspektif orang lain akan sesuai dengan dirinya. Anak-anak pada usia tahapan ini menganggap bahwa seseorang bisa memiliki perspektif yang berbeda apabila dia kekurang informasi tentang yang dilihatnya. c. Self-reflective perspective-taking (usia 7-12 tahun) Anak-anak dapat melangkah ke dalam diri orang lain dan dapat memandang pikiran, perasaan, serta perilaku mereka sendiri dari perspektif orang lain. Jawaban mereka, Holly tidak akan dihukum karena Holly berpikir dia tahu ayahnya akan mengerti mengapa dia naik pohon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Pada usia ini, empati mulai terealisasikan karena mereka sudah dapat memahami sekaligus merasakan kondisi orang lain dengan cara masuk dalam alam pikiran dan perasaan orang lain yang bersangkutan. Mereka meyakini bahwa larangan ayahnya dimaksudkan untuk menjaga Holly agar berhati-hati dan itu tidak berlaku dalam situasi-situasi darurat misalnya menyelamatkan kucing. d. Third-party perspective-taking (usia 10-15 tahun) Anak-anak dapat melangkah keluar situasi personal dan membayangkan bagaimana diri sendiri dan orang lain ketika dipandang dari pandangan pihak ketiga, pihak yang netral. Jawaban mereka adalah Holly berpikir bahwa menyelamatkan kucing penting, tetapi dia juga tahu bahwa ayahnya sudah melarang dia naik pohon lagi. Maka dia berpikir, ayahnya tidak akan menghukumnya bila mengetahui alasan mengapa dia naik pohon lagi. e. Societal perspective-taking(usia 14 tahun hingga dewasa) Individu-individu memahami bahwa perspective-taking pihak ketiga dapat dipengaruhi oleh satu atau lebih dari nilai-nilai sosial yang lebih besar. Jawaban mereka, Holly tidak akan dihukum karena nilai-nilai mulia penyelamatan telah menjustifikasi apa yang Holly lakukan.
5. Akurasi Empati Akurasi empati ialah sejauhmana ketepatan seseorang (perceiver) dalam memasuki pikiran-pikiran dan perasaan orang lain (yang biasanya disebut target). Menurut Taufik (2012:113) akurasi adalah sebuah aspek penting, “everyday
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45 mind reading”, empati yang tidak akurat terjadi pada orang-orang yang lemah dalam membaca pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan orang lain. Kondisi di atas disebut dengan social intelligence (kecerdasan sosial) rendah. Kondisi ini dapat menimbulkan hambatan dalam perkembangan, membatasi pergaulan, ancaman terhadap keharmonisan keluarga, membatasi kesuksesan dalam pekerjaan, melemahkan kualitas hubungan orangtua-anak, bahkan membuat orang-orang tertekan sehingga mereka termarginalisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Taufik (2012:114) anak-anak atau remaja secara jujur terlihat memiliki beberapa pemahaman bahwa situasi-situasi tertentu dihubungkan dengan reaksi-reaksi spesifik. Dalam penelitian tentang pemahaman anak-anak/ remaja, anak-anak/remaja lebih menyukai diberikan cerita-cerita pendek (kadang-kadang disertai gambar-gambar yang menampilkan situasi cerita) mengenai kisah-kisah protagonis dalam situasi-situasi yang dihubungkan dengan emosi-emosi spesifik. Penelitian lain pun melihat bahwa sebuah cerita bahagia yang dibacakan kepada anak-anak/ remaja dapat secara akurat dipahami oleh mereka sebagai situasi bahagia meskipun si pendongeng tidak menampilkan mimik bahagia. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan empati, yakni: a. Gender: Menurut Ickes, Gesn dan Graham, akurasi empati perempuan lebih baik daripada laki-laki tetapi hanya dalam kondisi-kondisi tertentu. b. Faktor Kognitif: Semakin tinggi tingkat kecerdasan verbalnya maka akan semakin tinggi akurasi empatinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
c. Faktor Sosial: Pengaruh-pengaruh sosial dapat meningkatkan intensitas hubungan dengan orang lain, intensitas hubungan yang lebih tinggi ini dapat menganggu keakuratan empati. d. Status Sosial Ekonomi: Menurut Taufik (2012: 121), orang-orang dengan status sosial ekonomi rendah lebih efektif dalam menerjemahkan emosiemosi yang sedang dirasakan oleh orang lain. e. Hubungan dekat (Close Relationship): Akurasi empati memiliki hubungan negatif dengan kekerasan, semakin akurat empati yang dimiliki individu akan semakin jauh dari aktivitas melakukan tindak kekerasan.
6. Meningkatkan Empati pada Anak-anak Masalah
yang
terjadi
pada
sebagian
besar
pendekatan
dalam
pengembangan dan pendidikan anak adalah penekanan yang diberikan pada aspek rasional dengan mengabaikan aspek emosional, pada aspek individual dan bukan pada aspek hubungannya (Howe, 2015:277). Menurut Howe (2015:228), empati merupakan penghalang terbesar bagi perkembangan kecenderungan pada kekerasan. Membantu empati anak-anak berkembang dapat dilakukan dengan cara mengajak anak untuk mengenali, memahami, dan mendiskusikan keadaankeadaan emosi diri sendiri dan orang lain.Mengasuh anak dengan tidak kaku dan otoritarian, namun mengajak anak berdiskusi juga akan mengembangkan empati atau pemahaman sosial. Howe (2015:281) memberikan resep untuk membangun anak-anak yang baik dalam perspektif moral mereka:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
a. Meningkatkan kontak dengan individu-individu lain. b. Berinteraksi dengan orang lain dalam keadaan-keadaan dimana kerjasama mengantar kepada manfaat bersama. c. Berikan cerita-cerita yang nyata maupun khayalan, yang memotivasi mereka untuk dapat memahami sudut pandang orang lain. Semakin banyak anak-anak membaca, semakin banyak mereka belajar tentang orang lain. Anak-anak yang orangtuanya rutin membacakan cerita cenderung menjadi psikolog yang terampil dan pelaku sosial yang terampil. d. Ceritakan pada anak-anak tentang kisah-kisah moral dari generasi-generasi terdahulu.
Howe (2015:286) menguraikan empat pendekatan untuk membantu anak mengembangkan kompetensi sosial dan penggunaan perspektif: a. Memberikan instruksi-instruksi bagi anak-anak/ remaja. Memberi contoh perilaku yang baik. Membacakan cerita-cerita atau memutarkan video-video untuk membantu mereka mengenali, memahami, dan merenungkan pikiranpikiran dan perasaan, keyakinan dan perilaku, keinginan dan hasil. b. Menyediakan
kesempatan
bagi
anak-anak/
remaja
untuk
mencoba
keterampilan-keterampilan sosial yang baru, bermain, bermain game, membuat dan menyusun benda-benda serta bermain drama. c. Umpan balik dan diskusi tentang perilaku manusia membantu anak-anak/ remaja berpikir apa yang terjadi dalam benak orang lain dan memahami kompleksitas interaksi sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
D. Penelitian yang Relevan Terkait dengan judul penulisan ini, penulis menemukan terdapat penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu mengenai, “Manfaat metode bercerita dalam pendampingan iman anak di Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul” pada tahun 2015.Penulisan yang diajukan untuk menempuh gelar sarjana ini dilakukan oleh Franciska Arindhika Wahyuningsih, mahasiswi program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma. Masalah yang melatarbelakangi penulisan ini adalah keprihatinan terhadap kegiatan PIA yang terkadang pesertanya bosan dikarenakan pendamping PIA yang kurang mengolah kegiatan secara menarik dan kreatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan bentuk deskriptif. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah peneliti memiliki maksud meneliti secara mendalam (Moleong, 2006:7).Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode bercerita memberikan manfaat dalam kegiatan PIA. Penulis juga mengusulkan program yakni penyegaran bagi para pendamping PIA, tujuannya agar pendamping semakin mampu membawa anakanak untuk menumbuhkan serta menghayati iman melalui kegiatan PIA.
E. Kerangka Pikir Menurut Setyakarjana yang merangkum hasil lokakarya di Malino (1997:34) tujuan PAK adalah agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari pandangan-pandangan
Kristiani
dan
dengan
demikian
mudah-mudahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
berkembang terus menjadi manusia paripurna (manusia beriman). Heryatno (2008:39) mengatakan bahwa PAK diharapkan dapat membantu para naradidik agar memiliki kesadaran kritis dan mempelopori terwujudnya kebebasan dan memperjuangkan cintakasih, keadilan, perdamaian, persaudaraan, dan persatuan di tengah-tengah hidup bersama. Proses PAK di sekolah tidak bisa terlepas dari usaha
mendidik
manusia
untuk
menegakkan
norma-norma
kehidupan
manusiayang kita wujudkan dalam hidup sehari-sehari. Kepedulian terhadap sesama dan alam sekitar menjadi salah satu perwujudan dari cita-cita PAK. Menurut Howe(2015:31) kemampuan untuk peduli terhadap orang lain merupakan potensi-potensi empati. Empati merupakan tanda kepedulian manusia terhadap orang lain, perekat yang memungkinkan terbentuknya kehidupan sosial. Potensi-potensi empati telah dimiliki manusia semenjak bayi dan potensi tersebut akan berkembang seiring pertambahan usia. Potensi-potensi empati pada anak berkembang melalui pendidikan oleh orangtua dan guru. Howe (2015:281) memberikan penawaran sebagai langkah untuk mengembangkan potensi empati pada anak/remaja, salah satunya melalui cerita. Memberi cerita-cerita yang nyata maupun khayalan akan memotivasi anak-anak/remaja untuk dapat memahami sudut pandang orang lain. Semakin banyak anak-anak/remaja membaca, semakin banyak mereka belajar tentang orang lain. Anak-anak/remaja yang orangtuanya rutin membacakan cerita cenderung menjadi psikolog yang terampil dan pelaku sosial yang terampil. Selain itu, Howe juga menyarankan guru untuk menceritakan pada anak-anak/remaja tentang kisah-kisah moral dari generasigenerasi terdahulu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Pendapat Bierman dan Erath diperkuat oleh Moeslichatoen yang mengungkapkan pentingnya cerita sebagai media untuk menyampaikan nilainilai dalam masyarakat. Adapun nilai-nilai yang didapat melalui cerita yakni penanaman nilai-nilai kejujuran, keberanian, kesetiaan, keramahan, ketulusan, dan sikap-sikap positif lainnya. Melalui cerita, remaja memperoleh informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Cerita juga dapat membangkitkan semangat dan memungkinkan pengembangan dimensi perasaan. Misalnya, anak-anak/remaja akan merasa sedih bila tokoh cerita disakiti dan akan senang bila ada tokoh lain yang melindungi atau baik hati.Di sini dapat disimpulkan cerita dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan salah satu media untuk mewujudkan cita-cita atau arah PAK di sekolah. Penggunaan cerita dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) memungkinkan terwujudnya kebebasan, cintakasih, keadilan, perdamaian, persaudaraan, dan persatuan di tengah-tengah hidup bersama serta pengembangan dimensi perasaan anak/remaja yang mengarah pada terciptanya empati yang semakin diasah akan semakin akurat. Dengan demikian cerita dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) dapat mempengaruhi empati. Kerangka pikir penulisan ini secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Variabel bebas X:
Variabel Terikat Y:
Cerita
Empati Siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
F. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji pada taraf signifikansi sebesar 5%. Jadi taraf kepercayaannya adalah 95%. 1. Hipotesis alternatif (Ha): Ada pengaruh cerita terhadap empati siswa kelas VIII dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMP Maria Immaculata Yogyakarta. 2. Hipotesis nihil (Ho): Tidak ada pengaruh cerita terhadap empati siswa kelas VIII dalam matapelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif regresional. Penelitian kuantitatif regresional adalah penelitian yang menggunakan angka dari pengolahan data, pengolahan data yang telah diperoleh dan penyajian data untuk menunjukkan pengaruh antara variabel x (cerita) terhadap variabel y (empati siswa).
B. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan tipe desain Ex Post Facto, yakni penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi (treatment) terhadap variabel bebas (independent). Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: X
Y
Keterangan: X
: Cerita
Y
: Empati Siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang beralamat di jalan Brigjen Katamso 4, Yogyakarta. SMP Maria Immaculata Yogyakarta di pilih sebagai tempat penelitian dikarenakan dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) telah menggunakan cerita-cerita seperti cerita pendek, cerita pengalaman, kisah orang kudus, cerita kitab suci dari kelas VII, VIII, dan kelas IX.
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada awal 8 Januari 2016. Penelitian ini menggunakan waktu yang telah disepakati antara sekolah dan peneliti untuk melaksanakan waktu penelitian.
D. Populasi dan Sampel Sangadji dan Sopiah (2010:185) mengatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.Responden penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang berjumlah 156 orang dengan rincian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 1. Responden penelitian Kelas
VIIIA
VIIIB
VIIIC
VIIID
VIIIE
VIIIF
Jumlah
Populasi
26
26
26
26
26
26
156
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti dan dapat mewakili populasi. Sampel dalam penelitian ini diperoleh secara cluster random. Cluster random sampling adalah teknik penarikan sampel berkelompok (Wiratna dan Poly, 2012: 15). Surakhmad (dalam Riduwan, 2004:65) mengatakan jika ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 100, maka sampel sekurang-kurangnya 15% dari responden. Rumus untuk menghitung persentase jumlah sampel sebagai berikut:
Tabel 2. Rumus perhitungan jumlah sampel S = 15% + (1000-n). (50%-15%) (1000-100)
Keterangan: S = persentase sampel yang akan digunakan n = jumlah responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 156 orang, maka sampel yang hendak diteliti sebanyak:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
S = 15% + (1000-156) . (50%-15%) (1000-100) S = 15% + 844 . 35% 900 S = 15% + 0,94 . 35% S = 15% + 32,82 % S = 47,82 %
Jumlah sampel sebanyak 47,82 % x 156 = 74,5992 dibulatkan menjadi 75 orang siswa-siswi kelas VIII. Siswa sejumlah 75 orang tersebut akan diberi skala sikap. Peneliti memperoleh 75 orang sebagai sampel dalam penelitian ini melalui undian kelompok yang terdiri dari enam kelas. Cara ini dilakukan sebagaimana kita mengadakan undian (Sutrisno Hadi, 2015: 103) dengan langkah-langkah membuat daftar yang berisi nama-nama kelas, memberi kode, menulis kode tersebut masing-masing pada lembar kertas kecil, gulung kertas baik-baik, masukkan gulungan ke dalam kaleng, mengocok kaleng dan mengambil gulungan dari dalam kaleng. E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel yang akan diukur ini meliputi variabel bebas yaitu “cerita” dan variabel terikat yaitu “empati siswa”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
2. Definisi Konseptual Definisi konseptual untuk cerita (X) adalah salah satu bentuk sastra yang dibaca maupun didengar dan mengandung nilai-nilai moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Definisi konseptual untuk empati siswa (Y) adalah kemampuan siswa menggunakan sudut pandang orang lain dalam berpikir dan memahami masalah orang lain tanpa kehilangan kontrol dirinya sendiri.
3. Definisi Operasional a. Cerita (Variabel X) Cerita yang dimaksud adalah cerita yang dipahami oleh siswadan memberi inspirasi bagi kehidupan mereka sehari-hari.
b. Empati Siswa (Variabel Y) Kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami orang lain melalui sudut pandang orang lain sehingga tidak kehilangan kontrol atas dirinya.
4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran skala sikap. Penyebaran skala sikap dilakukan secara cross sectional, memperoleh data pada saat yang sama. Instrumen didistribusikan kepada siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta sebagai sampel dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Skala sikap yang telah diisi oleh siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta dikembalikan pada saat itu juga. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai pengaruh cerita dan empati siswa di SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
5. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala sikap yakni skala simantict defferensial. Skala diferensial semantik (simantict defferensial scale) berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutup) misalnya baik – tidak baik dan responden diminta untuk menjawab atau memberikan penilaian terhadap suatu konsep atau obyek tertentu. Skala sikap ini bersifat tertutup, artinya jawaban untuk masingmasing pernyataan yang ada sudah disediakan pada kolom jawaban. Responden tinggal memilih salah satu alternatif yang sesuai dengan keadaannya.Instrumen skala diferensial semantik meliputi pernyataan tertulis mengenai cerita (X) dan empati siswa (Y). Adapun rincian pernyataan setiap variabel sebanyak 63 pertanyaan. Adapun karakteristik jawaban pada pernyataan variabel x dan y pada skala diferensial semantik adalah setuju – tidak setuju dan selalu – tidak pernah dengan bobot berjenjang 4,3,2 dan 1. Nilai maksimum yang diperoleh tiap satu item pernyataan adalah 4 dan nilai minimum adalalah 1. Berikut tabel skor alternatif jawaban variabel X dan Y: Tabel 3. Skor alternatif jawaban variabel x dan y Alternatif jawaban
Skor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58 Setuju – Tidak Setuju
4-1
Selalu – Tidak Pernah
4-1
6. Kisi-kisi Instrumen a. Kisi-kisi Instrumen Variabel Cerita Tabel 4. Kisi-kisi instrumen variabel cerita No 1
2
Subvariabel
Indikator
Item soal Cerita yang Menyebutkan berbagai macam 12 dipahami siswa cerita yang pernah dibaca, didengar maupun ditonton Menyebutkan jumlah cerita yang 2 diingat hingga saat ini Menjelaskan alur cerita dan 2 menangkap pesan cerita Memberi Cerita relevan dengan 4 inspirasi bagi permasalahan dalam hidup kehidupan sehari-hari Memberi petunjuk untuk 4 kehidupan sehari-hari Memberi motivasi untuk 3 melakukan perbuatan baik
No item 1-12
13-14 15-16 17-20
21-24 25-27
b. Kisi-kisi Instrumen Variabel Empati Siswa Tabel 5. Kisi-kisi instrumen variabel empati siswa No 1
Subvariabel
Indikator
Item Soal Mengetahui latar Mengenal situasi agama, 10 belakang dan ekonomi, suku, latar belakang sudut pandang teman-teman. orang lain Mengenal kebiasaan-kebiasaan 7 yang dilakukan oleh teman-
No Item 28-37
38-44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
2
3
Memahami masalah teman dari sudut pandang mereka
Menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan
teman Melihat masalah yang dialami teman menggunakan perspektif mereka Meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah yang dialami teman Tidak terburu-buru untuk menyelesaikan masalah teman Tidak menghakimi dan tidak memaksa menasihati teman Pertolongan yang saya berikan sesuai dengan kebutuhan teman saya Pertolongan yang saya berikan mengena bagi teman saya
5
45-49
3
50-52
2
53-54
3
55-57
3
58-60
3
61-63
7. Pengembangan Instrumen a. Uji Coba Terpakai Uji coba instrumen penelitian ini bersifat uji coba terpakai yang berarti peneliti hanya satu kali menyebarkan instrumen dan data yang diperoleh digunakan untuk penelitian. Butir instrumen yang telah diisi oleh responden diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang memiliki nilai validitas dan reliabilitas rendah tidak layak dipakai dalam analisa data. Instrumen yang memenuhi syarat dalam uji validitas dan reliabilitas akan digunakan dalam analisa data dan uji hipotesis.
b. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan variabel (Sujarweni dan Poly Endrayanto, 2012:177). Alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dalam penelitian ini, perhitungannya dibantu dengan program SPSS 16.0 for Windows. Melalui uji coba terpakai menggunakan validitas butir dengan taraf signifikansi 0,05 dengan N 75 orang, untuk menentukan kevalidan item dapat diketahui. Bila signifikansi kurang dari 0,05 maka item valid, namun bila siginifikansi lebih dari 0,05 maka item tidak valid. Hasil validitas pada variabel cerita dari 27 soal terdapat 16 soal yang valid sedangkan 11 soal tidak valid. Dari rentang hasil validitas 0,000 – 0,006 terdapat 11 soal tidak valid yakni nomor 1, 5, 7, 13, 14, 17, 18, 19, 20, 23, dan 27 dengan signifikansi 0,12 hingga 9,38. Sedangkan hasil pada variabel empati siswa dari 36 soal, terdapat 19 soal valid dan 17 tidak valid. Adapun soal yang tidak valid yakni nomor 28, 32, 36, 37, 38, 43, 45, 46, 48, 49, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 61 dan 62 dengan rentang hasil validitas 0,09 hingga 0,546. Dengan demikian, terdapat 34 dari 63 soal yang layak dianalisis lebih lanjut.
c. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena istrumen sudah dianggap baik. Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keajegan atau konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan akan tetap konsisten bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
pengukuran dilakukan kembali. Menurut Sekaran (dalam Duwi Priyatno, 2012:120) reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik.
Tabel 6. Reliabilitas keseluruhan Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.844
34
Dalam penelitian ini, uji coba reliabilitas menggunakan teknik dari Cronbach Aplha. Keterangan di atas menunjukkan bahwa 34 item instrumen variabel cerita dan variabel empati siswa telah memenuhi kriteria reliabilitas dan dapat disebut reliabel. Reliabilitas intrumen ini ditunjukkan dengan kolom Cronbach Alpha sebesar 0,844 yang berarti baik.
F. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Uji Persyaratan Analisis Setelah mendapatkan data dari responden lalu diuji validitas dan reliabilitasnya, langkah selanjutnya ialah melakukan uji persyaratan analisis. Adapun uji persyaratan analisis ini mencakup uji normalitas, uji linearitas regresi serta uji homoskedastisitas dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 16.0.Jenis data yang digunakan adalah data skala ordinat, yakni data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
perihal cerita dan empati siswa yang didasarkan pada urutan jenjang dari yang paling tinggi hingga paling rendah.
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas distribusi menjadi syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis, bertujuan untuk mengetahui apakah data dapat berdistribusi dengan normal. Normalitas data penting, karena data yang terdistribusi dengan normal dianggap data yang mewakili suatu populasi. Uji normalitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 16.0 yakni menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai signifikansi dari dua variabel tersebut, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal.
b. Linearitas Regresi Uji regresi linear adalah hubungan linier antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang digunakan untuk memprediksi atau meramalkan suatu nilai variabel dependen berdasarkan variabel independen (Priyatno, 2012:73).Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (cerita) dan variabel terikat (empati siswa) memiliki hubungan yang linier atau tidak. Dalam uji linearitas regresi ini, peneliti menggunakan SPSS for Windows versi 16.0 denganmenggunakan model regresi linier sederhana. Adapun kriteria uji linearitas ini, jika nilai signifikansi antara dua variabel kurang dari 0,005 maka antara dua variabel terdapat hubungan yang linier.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
c. Uji Homokedastisitas Homoskedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. Uji homoskedastisitas ini bertujuan untuk mengetahui keseimbangan varian diantara variabel bebas. Analisis uji homoskedastisitas ini menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Uji homoskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scaterplot. Apabila sebaran titik-titik yang menunjukkan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola menyebar maka homoskedastisitas terpenuhi. Sedangkan bila sebaran titik-titik membentuk suatu pola maka data bersifat heterokedastisitas.
2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan statistik data seperti rata-rata (mean), skor total (sum), standar deviasi, variance,rentang skor (range) serta mengukur distribusi data dengan skewness dan kurtosis (Duwi Priyanto, 2012:25). a. Variabel Cerita Deskripsi data untuk tiap butir pada aspek ditentukan dengan rumus berikut: Keterangan: Smak : Skor maksimal Smin : Skor minimal
Smak – Smin = 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
N: rentang skala tiap item instrumen Berdasarkan 16 soal dengan skala 1 – 4, skor maksimum yang diperoleh adalah 64, skor minimum 16, dengan rentang skala 4. Maka: 64 – 16 = 12 4 Tabel 7. Interval variabel cerita Kriteria
Interval
Sangat Setuju
53-64
Setuju
42-52
Kurang Setuju
29-41
Tidak Setuju
16-28
b. Variabel Empati Siswa Berdasarkan 18 soal dengan skala 1 – 4, skor maksimum yang 72, skor minimum 18, dengan rentang skala 4. Maka: 72 – 18 = 13,5 4
Tabel 8. Interval variabelempati siswa Kriteria
Interval
Selalu
58,6 – 72
Sering
45,1 – 58,5
Jarang
31,6 – 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tidak Pernah
18 – 31,5
3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 16.0. Teknik yang digunakan dalam uji hipotesis ini adalah analisis regresi sederhana dengan melihat deskripsi statistik, model summary, anova, dan koefisien lalu dibandingkan dengan taraf signifikansi 5% (0,05). Analisis regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel cerita (x) terhadap variabel empati siswa (y) dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Model persamaan regresi linear sederhana dengan rumus sebagai berikut: Y = a + bX Keterangan: Y
= subjek dalam variabel dependen yang diprediksi
a
= Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan)
b
= angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkata
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X
= Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu
Ketentuan penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila signifikansi ≤ nilai probabilitas (5%) maka Ha diterima Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila nilai signifikansi > nilai probabilitas (5%) maka Ha ditolak dan Ho diterima.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis mencakup uji normalitas, uji linearitas regresi serta uji homoskedastisitas dengan menggunakan aplikasi SPSS for Windows versi 16.0. Berikut uraian uji persyaratan analisis: a. Uji Normalitas Data Uji normalitas menjadi syarat pokok yang harus dipenuhi dalam analisis. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data dapat berdistribusi dengan normal. Normalitas data penting, karena data yang terdistribusi dengan normal dianggap data yang mewakili suatu populasi. Tabel 9. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ONE-SAMPLE KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST
N Normal Parametersa
Most
Cerita
Empati Siswa
75
75
Mean
49.5600 52.4133
Std. Deviation
5.55133 6.39065
Extreme Absolute
.113
.109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Differences
Positive
.051
.109
Negative
-.113
-.106
Kolmogorov-Smirnov Z
.980
.941
Asymp. Sig. (2-tailed)
.292
.339
a. Test distribution is Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas menurut teknik Kolmogorov-Smirnov pada SPSS for Windows 16.0 diketahui bahwa nilai signifikansi variabel cerita sebesar 0,980 dan nilai signifikansi variabel empati siswa sebesar 0,941. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (cerita) dan variabel terikat (empati siswa) memiliki hubungan yang linier atau tidak. Tabel 10. Anova ANOVA Table Sum Squares Empati Between (Combined) 1270.464
of
Mean Df
Square
F
Sig.
22
57.748
1.714 .057
1
434.689
12.904 .001
Siswa * Groups Linearity
434.689
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Cerita
Deviation from
835.776
21
39.799
Within Groups
1751.722
52
33.687
Total
3022.187
74
1.181 .305
Linearity
Melalui output di atas, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada linearitas sebesar 0,001. Karena signifikansi kurang 0,05 maka antara variabel Cerita dan Empati Siswa terdapat hubungan yang linear. c. Uji Homoskedastisitas Homoskedastisitas adalah kondisi ketika nilai residu pada tiap nilai prediksi bervariasi dan variasinya cenderung konstan atau tetap. Uji homoskedastisitas dapat dilihat melalui grafik scaterplot. Apabila sebaran titiktitik yang menunjukkan hubungan antara prediksi dan residu tidak membentuk pola menyebar maka homoskedastisitas terpenuhi. Sedangkan bila sebaran titiktitik membentuk suatu pola maka data bersifat heterokedastisitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Melalui grafik di atas, terlihat tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu x dan y, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residu dan nilai prediksi bervariasi serta cenderung konstan yang menunjukkan bahwa homoskedastisitas terpenuhi.
2. Deskripsi Data a. Cerita Tabel 11. Rangkuman statistik deskriptif cerita Statistics CERITA N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
16
Mean
49.5600
Median
50.0000
Mode
52.00
Std. Deviation
5.55133
Variance
30.817
Skewness
-.729
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.380
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
24.00
Minimum
35.00
Maximum
59.00
Sum 3717.00 Melalui tabel statistik, dapat dilihat N Valid 75 siswa dengan jumlah instrumen 16 butir, diketahui bahwa rata-rata cerita dengan harga mean 49,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
standar deviasi 5,6. Sedangkan range adalah 24 dengan skor minimum 35 dan skor maksimum 59. Nilai tengah (median) adalah 50, nilai yang sering muncul (mode) 52 dan sum 3717. Berdasarkan analisis frekuensi, berikut klasifikasi variabel cerita, keterangan gambar di bawah menunjukkan bahwa sebanyak 58% siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta setuju pernah membaca, mendengar maupun menonton cerita dan menilai bahwa cerita berkesan. Hal ini ditunjukkan dengan data, dari 75 siswa, 23 siswa (31%) sangat setuju, 44 siswa (58%) setuju dan 8 siswa kurang setuju.
Tabel12. Frekuensi variabel cerita Kriteria Sangat Setuju Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju Jumlah
Interval 53-64 42-52 29-41 16-28
Jumlah 23 44 8 0 75 orang
Diagram 1. Frekuensi variabel cerita Kurang Setuju 29-41 11%
Setuju 42-52 58%
Tidak Setuju 16-28 0%
Sangat Setuju 5364 31%
Presentase 31% 58% 11% 0% 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1) Deskripsi Statistik Aspek Cerita yang dipahami Siswa Tabel 13. Rangkuman statistik deskriptif cerita yang dipahami siswa Statistics Cerita yang dipahami siswa N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
11
Mean
33.6133
Median
34.0000
Mode
37.00
Std. Deviation
4.36786
Variance
19.078
Skewness
-.442
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.185
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
20.00
Minimum
23.00
Maximum
43.00
Sum
2521.00
Salah satu aspek dari variabel cerita adalah cerita yang dipahami siswa. Melalui tabel statistik, diketahui bahwa N valid 75 orang dengan jumlah instrumen 11 buah. Jumlah mean 33,6133, median 34, mode 37, standar deviasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4,36786, varian 19,078, range 20, skor minimum 23, skor maksimum 43 dan sum 2521. Tabel di bawah ini memaparkan aspek variabel cerita berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dalam aspek, berikut uraiannya: Tabel 14. Frekuensi cerita yang dipahami siswa Kriteria
Interval
Jumlah
Presentase
Tabel 14. Hasil Persentase“Cerita Yang Dipahami Siswa” Sangat Setuju 35,76 – 44 27 36% Setuju
27,6 – 35,75
40
53%
Kurang Setuju
19,26 – 27,5
8
11%
Tidak Setuju
11 – 19,25
0
0%
75 orang
100%
Jumlah
Diagram 2. Frekuensi cerita yang dipahami siswa Kurang Setuju Tidak Setuju 19,26 – 27,5 11 – 19,25 11% 0%
Diagram 2. Hasil Persentase“Cerita Yang Dipahami Siswa” Sangat Setuju 35,76 – 44 36%
Setuju 27,6 – 35,75 53%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta setuju dengan aspek “telah memahami cerita”. Dari 75 orang, terdapat 27 orang (36%) sangat setuju, 40 orang setuju (53%) dan 8 orang (11%) kurang setuju. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan bahwa siswa telah memahami cerita dengan baik. 2) Deskripsi Statistik Memberi Inspirasi bagi Kehidupan Tabel 15. Rangkumanstatistik deskriptif memberi inspirasi bagi kehidupan Statistics MemberiSPSS inspirasi bagi kehidupan Tabel 15. Hasil Statistik “Memberi Inspirasi bagi Kehidupan” N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
5
Mean
15.9467
Median
16.0000
Mode
15.00a
Std. Deviation
2.27735
Variance
5.186
Skewness
.082
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
-.087
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
10.00
Minimum
10.00
Maximum
20.00
Sum
1196.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Salah satu aspek dari variabel cerita adalah memberi inspirasi bagi kehidupan. Melalui tabel statistik, diketahui bahwa N valid 75 orang dengan jumlah instrumen 5 buah. Jumlah mean 15,9467, median 16, mode 12, standar deviasi 2,27735, varian 5,186, range 10, skor minimum 10, skor maksimum 20 dan sum 1196. Tabel di bawah ini memaparkan aspek variabel cerita berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dalam aspek, berikut uraiannya: Tabel 16. Frekuensi memberi inspirasi bagi kehidupan Kriteria
Interval
Jumlah
Presentase
Tabel 16. Hasil Persentase “Memberi Sangat Setuju 16,26 – 20 25 Inspirasi bagi Kehidupan” 33% Setuju
12,6 – 16,25
44
59%
Kurang Setuju
8,76 – 12,5
6
8%
Tidak Setuju
5 – 8,75
0
0%
75 orang
100%
Jumlah
Diagram 3. Frekuensi memberi inspirasi bagi kehidupan Kurang Setuju Tidak Setuju Diagram 3. Hasil Persentase “Memberi Inspirasi bagi 8,76 – 12,5 5 – 8,75 Kehidupan” 8%
0%
Sangat Setuju 16,26 - 20 33%
Setuju 12,6 – 16,25 59%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel di atas menunjukkan siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menyetujui aspek “cerita memberi inspirasi bagi kehidupan”. Dari 75 orang, terdapat 25 orang (33%) sangat setuju, 44 orang (59%) setuju dan 6 orang (8%) kurang setuju. Data tersebut menunjukkan bahwa cerita yang selama itu telah dibaca, didengar dan ditonton oleh siswa memberi inspirasi bagi kehidupan siswa. b. Empati Siswa Tabel 17. Rangkumanstatistik deskriptifempati siswa Statistics EMPATI SISWA Tabel 17. Hasil Statistik SPSS “Empati Siswa” N
Valid
75
Missing
0
∑ Intrumen
18
Mean
52.4133
Median
52.0000
Mode
51.00a
Std. Deviation
6.39065
Variance
40.840
Skewness
.036
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.791
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
35.00
Minimum
34.00
Maximum
69.00
Sum
3931.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Melalui tabel statistik, dapat dilihat bahwa N valid 75 siswa dengan jumlah instrumen 18 buah diketahui rata-rata skor empati siswa 52,4133, median 52, mode 51, standar deviasi 6,39065, varian 40,840, range 53, skor minimum 34, skor maksimum 69 dan sum 3931. Berdasarkan analisis frekuensi, berikut klasifikasi variabel empati siswa. Keterangan tabel menunjukkan bahwa siswa sering melakukan tindakan empati (72%). Hal ini ditunjukkan melalui data berikut, dari 75 orang, 10 orang (13%) mengatakan selalu, 54 orang (72%) sering dan 11 orang (15%) mengatakan jarang. Melalui data tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata sering melakukan tindakan empati dengan baik. Tabel 18. Frekuensiempati siswa
Kriteria Selalu Sering Jarang Tidak Pernah Jumlah
Interval Jumlah Presentase 58,618. – 72 10 “Empati Siswa”13% Tabel Hasil Persentase 45,1 – 58,5 54 72% 31,6 – 45 11 15 % 18 – 31,5 0 0% 75 orang 100% Diagram 4. Frekuensiempati siswa
Jarang 31,6 Tidak Pernah Selalu 58,6 – – 45 18 – 31,5 72 15% 0% 13% Diagram 4. Hasil Persentase “Empati Siswa”
Sering 45,1 – 58,5 72%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
1) Deskripsi Aspek Mengetahui Latar Belakang dan Sudut Pandang Orang Lain Tabel 19. Rangkuman statistik deskriptif mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain Statistics Tabel 19. Hasil Statistik SPSS Mengetahui latar belakang sudut orang lain” “Mengetahui latar belakang dan sudutdan pandang pandang orang lain N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
11
Mean
32.2667
Median
32.0000
Mode
32.00
Std. Deviation
4.82206
Variance
23.252
Skewness
.209
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.224
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
23.00
Minimum
21.00
Maximum
44.00
Salah satu aspek dari variabel empati siswa adalah mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain. Melalui tabel statistik, diketahui bahwa N valid 75 orang dengan jumlah instrumen 11 buah. Jumlah mean 32,2667,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
median 32, mode 32, standar deviasi 4,82206, varian 23,252, range 23, skor minimum 21 dan skor maksimum 44. Tabel di bawah ini memaparkan aspek variabel empati siswa berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dalam aspek, berikut uraiannya:
Tabel 20. Frekuensi mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain Kriteria
Interval
Jumlah
Presentase
Selalu – 44 “Mengetahui 17 23% Tabel 20. Hasil35,76 Persentase latar belakang dan sudut pandang orang Sering 27,6 – 35,75 47 lain” 62% Jarang
19,26 – 27,5
11
15%
Tidak Pernah
11 – 19, 25
0
0%
75 orang
100%
Jumlah
Diagram 5. Frekuensi mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain
Mengetahui
Jarang 19,26 Tidak Pernah Selalu 35,76 – 19, 25 Diagram 5.11Hasil Persentase “ 44 – 27,5 0% sudut pandang orang lain” latar15% belakang dan 23%
Sering 27,6 – 35,75 62%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta mengetahui latar belakang dan sudut pandang teman-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
teman di sekitar mereka dengan baik. Hal ini ditunjukkan melalui data yakni dari 75 siswa, 17 siswa (23%) berpendapat selalu, 47 (62%) berpendapat sering dan 11orang (15%) berpendapat jarang. 2) Deskripsi Aspek Memahami Masalah Teman dari Sudut Pandang Mereka Tabel 21. Rangkuman statistik deskriptif memahami masalah teman dari sudut pandang mereka Statistics Tabel 21. Hasil Statistik SPSS “Memahami masalah teman dari sudut Memahamipandang masalahmereka” teman dari sudut pandang mereka N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
5
Mean
13.8933
Median
14.0000
Mode
15.00
Std. Deviation
1.75971
Variance
3.097
Skewness
-.491
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.213
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
8.00
Minimum
9.00
Maximum
17.00
Sum
1042.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Salah satu aspek dari variabel empati siswa adalah memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka. Melalui tabel statistik, diketahui bahwa N valid 75 orang dengan jumlah instrumen 5 buah. Jumlah mean 13,8933, median14, mode 15, standar deviasi 1,75971, varian 3,097, range 8,
skor
minimum 9, skor maksimum 17 dan sum 1042. Tabel di bawah ini memaparkan aspek variabel empati siswa berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dalam aspek, berikut uraiannya: Tabel 22. Frekuensi memahami masalah teman dari sudut pandang mereka Kriteria Interval Jumlah Presentase Tabel 22. Hasil Persentase “Memahami masalah teman dari sudut Selalu 16,26 – 20 pandang5mereka” 6% Sering
12,26 – 16,25
56
75%
Jarang
8,76 – 12,25
14
19%
Tidak Pernah
5 – 8,75
0
0%
75 orang
100%
Jumlah
Diagram 6. Frekuensi memahami masalah teman dari sudut pandang mereka
Jarang 8,76 – 12,25 19%
Tidak Pernah 5 – 8,75 Selalu 16,26 – 20 0% 6%
Diagram 6. Hasil Persentase “Memahami masalah teman dari sudut pandang mereka”
Sering 12,26 – 16,25 75%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Melalui tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menjawab skala sikap dengan jumlah 75 orang dengan bermacam-macam jawaban. Terdapat 5 orang (6%) menjawab selalu, 56 orang (75%) menjawab sering, dan 14 orang (19%) menjawab jarang. Melalui keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta telah memahami masalah teman dari sudut pandang teman-teman mereka. Sehingga dapat dikatakan pula, bahwa mereka telah memiliki telah sering melakukan tindakan empati.
3) Deskripsi Aspek Menolong Teman Sesuai dengan yang Mereka Butuhkan Tabel 23. Rangkuman statistik deskriptif menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan Statistics Tabel 23. Hasil statistik“Menolong teman sesuai dengan yang mereka Menolong teman sesuai dengan yang butuhkan” mereka butuhkan N
Valid
75
Missing
0
∑ Instrumen
2
Mean
6.2533
Median
6.0000
Mode
6.00
Std. Deviation
1.00126
Variance
1.003
Skewness
-.202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Std. Error of Skewness
.277
Kurtosis
.621
Std. Error of Kurtosis
.548
Range
5.00
Minimum
3.00
Maximum
8.00
Sum
469.00
Salah satu aspek dari variabel empati siswa adalah menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan. Melalui tabel statistik, diketahui bahwa N valid 75 orang dengan jumlah instrumen 2 buah. Jumlah mean 6,2533, median 6, mode 6, standar deviasi 1,00126, varian 1,003, range5, skor minimum 3, skor maksimum 8 dan sum 469. Tabel di bawah ini memaparkan aspek variabel empati siswa berdasarkan kriteria
yang
sudah
ditentukan
dalam
aspek,
berikut
uraiannya:
Tabel 24. Frekuensi menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan
Tabel 24. Hasil persentase teman sesuai dengan yang mereka Kriteria Interval “MenolongJumlah Presentase butuhkan” Selalu 6,6 – 8 27 36% Sering
5,1 – 6,5
34
46%
Jarang
3,6 – 5
13
17%
Tidak Pernah
2 – 3,5
1
1%
Jumlah
75 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83 Diagram 7. Frekuensi menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan
Jarang 3,6 - 5 17%
Tidak Pernah 2 – 3,5 1%
Selalu 6,6 – 8 36%
Sering 5,1 – 6,5 46%
Melalui tabel di atas, diketahui bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menjawab skala sikap dengan jumlah 75 orang dengan bermacam-macam jawaban. Terdapat 27 orang (36%) menjawab selalu, 34 orang (46%) menjawab sering, 13 orang (17%) menjawab jarang dan 1 (1%) orang menjawab tidak pernah. Melalui keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta telah memiliki sikap empati yang cukup baik, ini terbukti dari data yang mengatakan bahwa siswa kelas VIII ini merasa bahwa pertolongan yang mereka berikan kepada temanteman mereka selama ini sudah tepat.
3. Uji Hipotesis Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel cerita (x) sebagai variabel bebas dan variabel empati siswa (y) sebagai variabel terikat. Rumus analisis regresi adalah: Y = a + bX
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Keterangan: Y
= subjek dalam variabel dependen yang diprediksi
a
= Harga Y ketika harga X=0 (harga konstan)
b
= angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkata
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X
= Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Pengujian signifikansi pada tingkat signifikansi 0,05 untuk menguji
hipotesis. Berikut uraian langkah pengujian hipotesis: Tabel 25. Descriptive Statistics Std. Mean
Deviation
N
Empati Siswa
52.4133
6.39065
75
Cerita
49.5600
5.55133
75
Melalui tabel deskriptif statistik di atas, diketahui bahwa mean variabel empati siswa sebesar 52,4133 dan standar deviasi 6,39065. Selain itu, diketahui mean variabel cerita 49,5600 dan standar deviasi 5,55133 dengan jumlah responden 75 (N). Tabel 26.Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
1
.379a
.144
.132
5.95359
a. Predictors: (Constant), Cerita b. Dependent Variable: Empati Siswa Model summary di atas menunjukkan seberapa besar kuat variabel bebas (cerita) dapat mempengaruhi variabel terikat (empati siswa). Hal ini dapat diketahui dengan melihat standar error of the estimate< nilai standar deviasi variabel terikat, maka variabel bebas dirasa baik untuk dijadikan prediktor. Diketahui bahwa standar error of the estimate sebesar 5,95359 dan standar deviasi variabel terikat (empati siswa) sebesar 6,39065 yang menunjukkan bahwa standar error of the estimate < standar deviasi sehingga variabel bebas dirasa baik untuk dijadikan sebagai prediktor untuk variabel terikat (empati siswa). Melalui tabel di atas, diketahui pula R yang menjelaskan korelasi antara dua variabel yakni variabel dependen dan independen. R menunjukkan seberapa baik variabel bebas memprediksikan hasil. Adapun kisaran nilai R 0-1, semakin nilai R mendekati angka 1 maka semakin kuat variabel cerita memprediksikan variabel empati siswa. Nilai R pada tabel sebesar 0,379 yang berarti variabel cerita kuat dalam memprediksikan variabel empati siswa.Nilai R Square pada tabel model summary yang apabila diubah ke bentuk persen artinya persentase sumbangan pengaruh variabel cerita terhadap variabel empati siswa. Pada tabel, R Square tertulis 0,144 yang diubah dalam bentuk persen menjadi 14,4 %, artinya persentase sumbangan pengaruh variabel cerita terhadap empati siswa sebesar 14,4 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 27.ANOVAb Sum of Model 1
Squares Regression
Df
Mean Square
434.689
1
434.689
Residual
2587.498
73
35.445
Total
3022.187
74
F 12.264
Sig. .001a
a. Predictors: (Constant), Cerita b. Dependent Variable: Empati Siswa
Tabel Anova di atas menjelaskan tentang hasil uji F (uji koefisien regresi secara bersama-sama) yang digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika nilai F hitung > F tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari nilai probabilitasnya (0,05) maka Ho ditolak. Melalui tabel Anova, kita ketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,005. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara cerita terhadap empati siswa.
Tabel 28. Coefficientsa 95% Confidence Interval for B
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model
Std. Error
B
1 (Constant) 30.77 6
6.217
Beta
Sig .
T
4.95 .00 0
0
Lower Bound 18.386
Upper Bound 43.166
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Cerita
.437
.125
.379
3.50 .00 2
1
.188
.685
a. Dependent Variable: Empati Siswa
Standardized coefficients menunjukkan nilai koefisien yang telah a. Dependent Variable: Empati Siswa terstandarisasi. Nilai koefisien Beta semakin mendekati 0 maka hubungan antara variabel cerita dengan variabel empati siswa semakin lemah. Dari tabel, diketahui bahwa nilai koefisien Beta sebesar 0,379 yang berarti bahwa hubungan antara variabel cerita dengan variabel empati siswa tidak kuat dan tidak lemah. Signifikansi adalah besar probabilitas atau besarnya peluang untuk memperoleh
kesalahan
dalam
mengambil
keputusan.
Jika
pengujian
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 artinya peluang melakukan kesalahan maksimal sebesar 0,05. Diketahui nilai signifikansi pada tabel < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel cerita terhadap variabel empati siswa. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus regresi Y = a + bX; Y= 30,776 + 0,437X dan
melihat signifikansi pada tabel koefisien. Ketentuan
penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila signifikansi ≤ nilai probabilitas (5%) maka Ha diterima Ho ditolak. Begitu pula sebaliknya, bila nilai signifikansi > nilai probabilitas (5%) maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dari tabel koefisien, di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi adalah 0,001. Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak, maka kesimpulannya adalah ada pengaruh yang signifikan dari cerita terhadap empati siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pembahasan Variabel Cerita Berdasarkan Data Keseluruhan Hasil deskripsi data yang diperoleh melalui jawaban responden menunjukkan secara keseluruhan sebagian besar responden setuju terhadap cerita. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan tiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal. Variabel cerita memiliki dua aspek yakni cerita yang dipahami siswa dan memberi inspirasi bagi kehidupan. Dari data keseluruhan N 75 diperoleh nilai rata-rata (mean) 48,56 dengan responden sebanyak 44 orang (58%) menjawab setuju. Selain itu, 23 (31%)
responden menjawab sangat setuju, 8 (11%)
responden menjawab kurang setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa responden setuju terhadap variabel cerita. Abdul Aziz Abdul Majid (2013:8) mengatakan bahwa cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar dan memiliki keindahan dan kenikmatan sendiri. Dalam cerita terdapat unsur intrinsik dan eksintrik. Adapun unsur intrinsik seperti tema, penokohan, alur, setting, gaya bahasa dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam cerita. Cerita merupakan karya sastra yang telah kita dapatkan sejak kecil, baik yang kita dengarkan melalui orang tua dan guru, kita baca sendiri maupun kita tonton di televisi. Di dalam cerita, selalu ada tokoh-tokoh yang memiliki kesan tersendiri bagi kita dan memberi inspirasi bagi kehidupan kita, yang terkadang memotivasi kita untuk melakukan hal-hal serupa yang dilakukan tokoh dalam cerita. Di SMP Maria Immaculata Yogyakarta khususnya kelas VIII, rata-rata siswa telah membaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
cerita, mengingatnya dan merasa bahwa cerita tersebut memberi inspirasi bagi kehidupan mereka.
2. Aspek Cerita yang dipahami Siswa Dalam aspek cerita yang dipahami siswa, indikator yang diukur adalah menyebutkan berbagai macam cerita yang pernah dibaca, didengar, maupun ditonton. Kedua, menyebutkan jumlah cerita yang diingat hingga saat ini. Terakhir, menjelaskan alur cerita dan menangkap pesan cerita tersebut. Berdasarkan deskripsi statistik dengan N 75 diketahui nilai rata-rata (mean) 33,62 % dengan responden sebanyak 40 orang (53%) yang menjawab setuju. Sebagian lain, sebanyak 27 orang (36%) menjawab sangat setuju, dan 8 orang (11%) menjawab kurang setuju. Tidak satupun dari responden menjawab tidak setuju. Data ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta setuju bahwa telah memenuhi indikator-indikator aspek cerita yang dipahami siswa. Hardjana HP (2006:25) mengatakan dalam cerita terdapat gaya bahasa, namun anak-anak tidak terlalu memperhatikan hal tersebut, anak-anak lebih tertarik terhadap isi cerita. Membaca cerita maupun mendengarkan cerita dirasa menyenangkan bagi sebagian besar orang. Melalui data yang ditunjukkan dengan jumlah responden 40 orang menjawab setuju, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata pernah membaca berbagai macam cerita, masih mengingat cerita dan dapat menjelaskan isi cerita. Hal ini berarti bahwa siswa memahami cerita yang mereka baca, mereka dengar dan tonton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Aspek Memberi Inspirasi bagi Kehidupan Variabel cerita dengan aspek memberi inspirasi kehidupan memiliki indikator-indikator yang diukur yakni cerita yang relevan dengan permasalahan hidup sehari-hari, memberi petunjuk untuk kehidupan sehari-hari dan memberi motivasi untuk melakukan perbuatan baik. Hasil data analisis dengan N 75 menunjukkan nilai rata-rata (mean) 15,95 dengan jumlah 44 orang (59%) menjawab setuju. Sebanyak 25 responden (33%) menjawab sangat setuju, 6 responden (8%) menjawab tidak setuju dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak setuju. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata setuju terhadap aspek cerita yang memberi inspirasi kehidupan. Menurut Nurgiyantoro (2005:36), cerita termasuk sastra anak yang diyakini memberi kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju kedewasaan sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas. Moeslichatoen(2004:26) juga mengatakan bahwa cerita menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat seperti nilai kejujuran, nilai-nilai sosial dan moral. Cerita-cerita yang pernah siswa baca, dengar maupun tonton sebagian besar relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka, juga memberi petunjuk dalam kehidupan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Nurgiyantoro dan Moeslichatoen, cerita memiliki peran yang penting untuk perkembangan pribadi anak dan penyampaian nilai-nilai yang memotivasi anak untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat. Hal ini pula yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
ditunjukkan oleh siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata melalui data di atas. Siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata setuju terhadap aspek cerita memberi inspirasi bagi kehidupan.
4. Pembahasan Variabel Empati Siswa Berdasarkan Data Keseluruhan Hasil deskripsi data yang diperoleh melalui jawaban responden secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab sering terhadap empati siswa. Hal tersebut dilihat dari nilai rata-rata pada nilai keseluruhan dan tiap aspek yang diukur mendekati skor maksimal. Variabel empati siswa memiliki tiga aspek yakni mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain, memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka, dan menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan. Dari data keseluruhan N 75 diperoleh nilai rata-rata (mean) 52,41 dengan responden sebanyak 54 orang (72%) menjawab sering. Selain itu, 10 orang responden (13%) menjawab selalu, 11 orang responden (15%) menjawab jarang dan tidak ada satupun responden yang menjawab tidak pernah. Hal ini menunjukkan bahwa responden sering melakukan tindakan empati meliputi tiga aspek yang telah dijelaskan di atas. C.A.J Teen Boom (1990:5) menerangkan, empati adalah kemampuan untuk turut merasakan. Hal itu berarti mampu turut mengalami dan mengambil bagian alam batin orang lain, sehingga dapat memahami perasaan serta gagasan aktual pada orang lain. Sedangkan menurut Taufik (2012: 41), empati merupakan suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dirasakan orang lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh orang yang bersangkutan (observer, perceiver) terhadap kondisi yang sedang dialami orang lan, tanpa yang bersangkutan kehilangan kontrol dirinya. Ungkapan-ungkapan para ahli tersebut menunjukkan bahwa tindakan empati merupakan aktivitas memahami apa yang dialami dan dirasakan orang lain melalui sudut pandang mereka. Dalam memahami orang lain, kita tidak dapat menggunakan kacamata diri kita sendiri, tetapi mengenakan kacamata orang lain. Ungkapan “mengenakan sepatu orang lain” yang penulis peroleh melalui Dapiyanta memiliki bahwa kita tidak dapat memahami orang lain bila kita tidak menggunakan sudut pandang mereka dalam memandang masalah yang sedang orang lain alami. Empati mengandaikan kita telah mengenal latar belakang, sudut pandang orang lain sebelum kita memberi pertolongan. Empati tidak selalu berujung pada pertolongan yang berarti pertolongan langsung misalnya meminjamkan uang atau memberikan makanan, karena empati berarti memberikan pertolongan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh mereka. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata telah melakukan tindakan empati dengan tepat, sesuai dengan jawaban yang diberikan yakni sering.
5. Aspek Mengetahui Latar Belakang dan Sudut Pandang Orang Lain Variabel empati siswa dengan aspek mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain memiliki beberapa indikator yang diukur yakni mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
situasi agama, ekonomi, suku latar belakang teman-teman. Kedua, mengenal kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh teman-teman. Hasil data analisis dengan N 75 menunjukkan nilai rata-rata (mean) sebesar 32,26 dengan responden sebanyak 47 orang (62%) menjawab sering. Sebagian lain responden sebanyak 17 orang (23%) menjawab selalu dan 11 orang (15%) menjawab jarang. Tidak ada satupun dari responden yang menjawab tidak pernah. Data ini menyimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata telah mengetahui latar belakang dan sudut pandang temanteman mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Taufik (2012:40) dalam memahami orang lain, individu seolah-seolah masuk dalam diri orang lain sehingga bisa merasakan dan mengalami sebagaimana yang dirasakan dan dialami oleh orang lain tanpa kehilangan kontrol diri. Ini menjadi penting karena tidak membanding-bandingkan perasaan sesaat kita dengan perasaan orang lain selama kita berempati terhadap seseorang. Demikian pula berlaku bagi siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta bahwa mengetahui latar belakang dan sudut pandang teman menjadi hal mendasar sebelum berempati kepada orang lain. Dalam lingkup kelas, kita dapat berempati kepada teman yang mengalami masalah setelah kita mengenal dengan baik latar belakang dan sudut pandang mereka. Berdasarkan hasil data di atas, disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta telah mengetahui latar belakang dan sudut pandang teman-teman mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
6. Aspek Memahami Masalah Teman Melalui Sudut Pandang Mereka Aspek memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka merupakan bagian variabel empati siswa yang memiliki indikator yakni melihat masalah yang dialami teman menggunakan perspektif mereka, meluangkan waktu untuk mendengarkan masalah yang dialami teman, tidak terburu-buru menyelesaikan masalah teman serta tidak menghakimi teman dan memaksa menasihati teman. Hasil dari analisis deskrispi data statistik dan frekuensi, diketahui dari N 75 nilai rata-rata (mean) sebesar 13,89 dengan responden sebanyak 56 orang (75%) menjawab sering. Sebagian lain responden sebanyak 14 orang (19%) menjawab jarang dan 5 orang (6%) menjawab selalu dan tidak terdapat satupun responden yang menjawab tidak pernah. Data menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata menggunakan sudut pandang temannya dalam memahami masalah yang sedang dihadapi temannya tersebut. Data tersebut menjelaskan bahwa selama ini, siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata melihat masalah teman menggunakan perspektif mereka. Siswa kelas VIII ini juga mendengarkan masalah yang dialami oleh teman-temannya serta tidak terburuburu untuk memberi pertolongan. David Howe (2015:28) mengatakan kualitas dan kedalaman empati yang dicapai bergantung pada ciri-ciri individual (jenis kelamin, kepribadian, temperamen, gaya berhubungan, mood); hubungan yang dia miliki dengan orang lain (keluarga, teman, kolega, orang asing) dan situasinya secara spesifik (pertemuan santai, terapi kunjungan ke rumah sakit, meminta tolong, keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
bahaya dan sebagainya). Selain itu, empati bukan hanya mengetahui apa yang sedang dirasakan orang lain dan merasakan apa yang dialami orang lain, tetapi juga mengkomunikasikan dengan cara dan sikap yang baik, pengetahuan dan pemahaman kita tentang pengalaman emosional orang lain tersebut. Jadi dalam berempati, terdapat proses dimana selain mendengarkan teman kita, kita juga diminta untuk mengkomunikasikan dengan sikap baik. Demikian teori di atas memiliki hubungan terhadap hasil data yang diperoleh melalui jawaban responden yakni siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta selama ini telah memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka.
7. Aspek Menolong Teman Sesuai dengan yang Mereka Butuhkan Variabel empati siswa dengan aspek menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan memiliki indikator yang diukur yakni pertolongan yang saya berikan sesuai dengan kebutuhan teman saya dan pertolongan yang saya berikan mengena bagi teman saya. Melalui analisis data deskripsi statistik dan frekuensi
dengan N 75
ditemukan nilai rata-rata (mean) sebesar 6,25 dengan jumlah 34 responden (46%) menjawab sering. Responden lainnya sebanyak 27 orang (36%) menjawab selalu, 13 orang (17%) menjawab jarang dan 1 orang (1%) menjawab tidak pernah. Data ini menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata menjawab sering dalam aspek menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Agar dapat memberikan bantuan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dengan teman, kita membutuhkan yang disebut dengan akurasi empati. Akurasi empati adalah sejauhmana ketepatan seseorang dalam memasuki pikiran-pikiran dan perasaan orang lain. Menurut Taufik(2012:113) akurasi adalah aspek penting “everyday mind reading”. Biasanya empati yang tidak akurat terjadi pada orang-orang yang lemah dalam membaca pikiran dan perasaan orang lain. Akurasi mengandaikan hubungan yang dekat antar orang lain, semakin dekat dan semakin mengenal maka semakin tinggi akurasi empatinya. Melalui data di atas, terlihat bahwa paling banyak responden yang menjawab sering yakni 34 orang (36%) dengan mean 6,25 menunjukkan bahwa siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata sudah memberikan pertolongan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan teman-temannya. Hubungan yang dekat antar siswa dan semakin mengenal latar belakang masing-masing memiliki hubungan dengan ketepatan memberikan pertolongan.
8. Uji Hipotesis Cerita terhadap Empati Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta Melalui pengujian hipotesis diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0,001 ( < dari 0,005) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Ketentuan penerimaan atau penolakan dengan ketentuan bila signifikansi ≤ nilai probabilitas (5%) maka Ha diterima Ho ditolak. Pada tabel Model Summary diketahui bahwa nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
R Square sebesar 0,144 yang diubah ke dalam bentuk persen menjadi 14,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh cerita terhadap empati siswa sebesar 14,4% sedangkan 85,6 % dipengaruhi oleh variabel lain selain cerita. Melalui tabel model summary, diketahui pula R yang menjelaskan korelasi antara dua variabel yakni variabel empati siswa dan cerita. R menunjukkan seberapa baik variabel bebas (cerita) memprediksikan hasil. Adapun kisaran nilai R 0-1, semakin nilai R mendekati angka 1 maka semakin kuat variabel cerita memprediksikan variabel empati siswa. Nilai R pada tabel sebesar 0,379 yang berarti variabel cerita kuat dalam memprediksikan variabel empati siswa. Melalui tabel Anova, diketahui signifikansi pengaruh cerita terhadap empati siswa sebesar 0,001 (lebih kecil dari nilai probabilitasnya, 0,05) yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara cerita terhadap empati siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, peneliti memperoleh mengenai pengaruh, besarnya pengaruh dan kuat tidaknya variabel cerita memprediksi variabel empati siswa. Data yang diperoleh dari responden, siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa
memahami
cerita-cerita yang telah dibaca, didengar, ditonton maupun cerita yang menginspirasi mereka yang ternyata memiliki pengaruh terhadap sikap empati siswa. Meskipun besarnya pengaruh adalah 14,4% dan sisanya dipengaruhi variabel lain, cerita memberikan pengaruh pada sikap empati. Dengan demikian, maka hipotesis nihil (Ho) dalam kajian pustaka bab II ditolak yakni tidak ada hubungan antara cerita dengan empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
studi dokumen dan penelitian, telah diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara cerita dengan empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
C. Refleksi Kateketis 1. Aspek Kateketis Cerita Semua orang Katolik mengenal apa yang disebut dengan perumpamaan dan siapa yang dekat dengan perumpamaan tersebut. Yesus semasa hidupnya mewartakan Kerajaan Allah dengan perumpamaan (Mat 13:34-35). Ada banyak sekali perumpamaan-perumpamaan yang digunakan Yesus saat mengajar orang banyak antara lain, perumpamaan tentang seorang penabur, perumpamaan tentang benih yang tumbuh, perumpamaan tentang lalang di antara gandum, perumpamaan tentang pukat dan perumpamaan tentang harta yang terpendam. Perumpamaan adalah penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa imajinatif, kiasan, simbolis atau perbandingan. Yesus mengajar dengan perumpaan dengan tujuan agar orang-orang yang mendengar akan lebih mudah menangkap dan memahami isi dan gagasan yang hendak disampaikan melalui perumpamaan tersebut. Dalam mengajar orang banyak, Yesus menyesuaikan perumpamaan
sesuai
dengan
situasi
dan
kondisi
para
pendengarnya.
Perumpamaan-perumpamaan yang digunakan Yesus biasanya diambill dari halhal yang ada di dalam kehidupan sehari-hari sehingga orang lebih mudah memahami ajaran Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Dalam proses belajar mengajar PAK di kelas, guru juga menggunakan cerita-cerita. Ada banyak jenis cerita yang digunakan, misalnya cerita pendek, dongeng, cerita rakyat, cerita fiksi, cerita orang kudus, cerita kitab suci dan lainlainnya. Dalam setiap cerita terdapat nilai-nilai yang dapat diambil oleh tiap-tiap orang yang mendengarnya. Tidak semua cerita berisi pesan yang positif, tetapi guru tentunya memilih cerita-cerita yang berisi pesan positif yang dapat dipetik dan ditiru oleh siswa. Seperti halnya Yesus, seorang guru agama mengajar siswanya dengan maksud agar cita-cita dari tujuan Pendidikan Agama Katolik (PAK) dapat tercapai. Guru mengajak siswa untuk menemukan nilai-nilai positif seperti Yesus yang mengajar dengan perumpamaan untuk menjelaskan misteri Kerajaan Allah. Dapiyanta (2004:149) menjelaskan bahwa tujuan PAK memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan iman, memperkaya penghayatan iman. Dalam jangka panjang, untuk membantu anak menggulati hidup melalui sudut pandang Kristen. Tercapainya tujuan ini tentu tidak lepas dari kerjasama seluruh pihak, keluarga, sekolah, masyarakat dan Gereja. Dalam lingkup sekolah, para guru agama tentu menjadi tonggak bagi kesuksesan PAK di sekolah. Proses PAK di sekolah menjadi tanggung jawab bagi guru agama. Guru agama berusaha sebaik mungkin menjadikan mata pelajaran PAK sebagai proses dialog mengenai kehidupan yang membuat anak menjadi terangsang mencari pengetahuan mengenai ajaran agamanya. Guru menjadi jembatan bagi anak untuk semakin mencintai Kristus dan mengikuti semangat Kristus melalui materi-materi yang diajarkan oleh guru dalam proses PAK di sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Materi dalam mata pelajaran PAK di sekolah meliputi pengalaman hidup, kitab suci, dogma dan liturgi. Dalam proses PAK, cerita seringkali disuguhkan sebagai materi yang merangsang anak untuk dapat lebih mudah memahami topik atau tema pelajaran agama yang disajikan oleh guru. Ada banyak cerita, misalnya cerita pendek, fabel, cerita rakyat, cerita orang kudus, cerita kitab suci, cerita tentang nabi-nasi, cerita pengalaman, film dan masih banyak cerita yang lainnya. Guru menyajikan materi cerita sebagai sarana yang hidup, yang menjadi partner dialog yang dapat memberi kesaksian mengenai hidup beriman. Melalui cerita-cerita, anak-anak menemukan nilai-nilai yang dapat mereka terapkan dalam hidup sehari-hari. Dalam cerita, nilai-nilai ditampilkan sehingga terjadi pergulatan nilai dalam diri tokoh beserta akibat-akibatnya. Maka secara tidak langsung, anak akan menentukan pilihan nilai-nilai mana yang akan mereka pilih bagi kehidupan mereka masing-masing. Peran seorang guru menjadi penting, karena dalam proses PAK di kelas, anak tidak menerima nilai secara mentahmentah namun gurulah yang membantu anak menemukan nilai-nilai. Nilai-nilai yang diperoleh dalam proses PAK inilah yang dihidupi dan menjadi kesaksian bagi anak-anak sebagai anak-anak Allah. Meneladani hidup Yesus, kita sebagai guru agama dapat menggunakan cerita-cerita dalam mata pelajaran PAK untuk mengajarkan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah dilambangkan dengan suasana kegembiraan, penuh sukacita, semua orang saling mengasihi, persaudaraan dan nilai-nilai baik lainnya. Tidak hanya Yesus, kitapun dapat menggunakan cerita-cerita yang berkaitan dengan hidup sehari-hari tersebut untuk menggambarkan betapa baiknya Allah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kerajaan Allah yang akan terwujud bila kita melakukan pesan-pesan dari cerita tersebut.
2. Aspek Kateketis Empati Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) Kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta Dalam Injil Lukas 7:11-17 diceritakan bahwa Yesus membangkitkan anak seorang janda di Nain yang telah mati lalu bangkit lagi. Tindakan yang dilakukan Yesus ini menunjukkan bahwa diriNya tidak hanya mewartakan Kerajaan Allah melalui kata-kata atau hanya sekedar perkataan tetapi juga dibuktikan melalui kesaksian hidupNya. Disini terlihat bahwa terdapat kesatuan antara Sabda dan karya Yesus. Sebagaimana Yesus, kita sebagai pengikut Yesus pun tentu diminta untuk menjadi seperti Yesus yang tidak hanya berkata-kata tetapi juga mau mewujudkannya dalam kehidupan nyata. Dalam proses belajar mengajar PAK di kelas, guru tidak hanya menceritakan hal-hal baik saja, tetapi guru juga bercerita secara langsung melalui kesaksian hidup. Ada banyak tindakan-tindakan yang dilakukan Yesus yang menunjukkan betapa Yesus memiliki sikap empati yang tinggi terhadap orang-orang. Kehadiran Yesus adalah untuk mencintai semua umat manusia tanpa pandang bulu, tidak mengucilkan yang jahat dan berdosa namun sungguh terbuka dan dekat kepada semua orang. Yesus tidak membuat sekat-sekat kelas manusia. Kita ingat sikap empati yang ditunjukkan Yesus kepada perempuan berdosa yang membawa minyak dan mencium kaki Yesus. Kisah Zakeus si pemungut cukai dan Yesus yang datang ke rumahnya untuk makan bersama. Atau kisah mukjizat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
pertama Yesus dalam perkawinan di Kana, dimana saat itu pemilik pesta kehabisan anggur sedangkan pesta sedang berlangsung dan Yesus langsung menolong mereka. Semua hal yang dilakukan Yesus semasa hidupnya adalah sikap cinta kasih, sikap empati yang tidak semua orang dapat lakukan. Kesaksian hidup Yesus secara tidak langsung mengajak kita juga untuk turut serta berlaku demikian. Saat kita berlaku empati kepada orang lain, kitapun dapat membantu mereka sesuai dengan yang mereka butuhkan. Sebagai seorang guru agama, menjadi pertanyaan bagi kita, apakah selama ini kita telah berlaku demikian kepada orang lain. Atau, apakah kita telah mengajari anak didik kita mengenai sikap empati. Sikap empati membutuhkan proses yang bermula dari pengenalan dan pemahaman yang baik terhadap latar belakang dan sudut pandang temanteman kita. Seperti halnya Yesus, Ia terbuka kepada semua orang, mendekati semua orang agar semakin dekat dengan mereka.Saat kita telah mengenal orang lain, maka kita akan mengetahui alasan-alasan di balik sikap mereka. Kita pun dapat memberi pertolongan sesuai dengan yang mereka butuhkan. Bila Yesus yang Anak Allah mencintai manusia dan mampu menunjukkan sikap empatinya kepada orang-orang tanpa pandang bulu. Maka kita pun mampu berempati kepada saudara-saudara di sekitar kita.
D. Keterbatasan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengalami beberapa kesulitan, tantangan dan keterbatasan sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
1. Penulis menggunakan tipe desain Ex Post Facto sehingga variabel lain tidak dapat dikontrol. Data yang dijawab responden diasumsikan sudah sesuai keadaan sehingga data dapat diukur dengan baik. Peneliti kurang mengetahui pasti responden menjawab dengan baik atau tidak, karena jika tidak sesuai dengan realitas maka kebenaran data tidak dapat diukur dengan baik. 2. Peneliti
menyadari
bahwa
terdapat
instrumen
yang
tidak
mengungkapkan secara jelas maksud dari aspek variabel penelitian.
dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan pendahuluan pada bab satu mengenai pemaparan latar belakang masalah, kajian pustaka pada bab dua mengenai cerita dan empati siswa, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Cerita meliputi dua aspek yakni cerita yang dipahami siswa dan memberi inspirasi bagi kehidupan. Hasil analisis statistik cerita diketahui nilai rata-rata (mean) 48,56 dengan jumlah persentase 58% (44 responden) masuk kategori setuju. Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju bahwa cerita dipahami oleh siswa dan memberi inspirasi bagi kehidupan mereka. Sedangkan minat pada empati siswa diketahui nilai rata-rata (mean) 52,41 dengan responden sebanyak 54 orang (72%) menjawab sering. Hal ini menunjukkan bahwa responden setuju terhadap aspek dalam variabel cerita yakni mengetahui latar belakang dan sudut pandang orang lain, memahami masalah teman melalui sudut pandang mereka, dan menolong teman sesuai dengan yang mereka butuhkan. Data ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh cerita terhadap empati siswa. Hasil analisis regresi data dengan rumus Y = a + bX dengan hasil 30,776 + 0,437X menunjukkan adanya hubungan antara cerita dan empati siswa sebesar 14,4% yang ditunjukkan dengan nilai R Square pada tabel Model Summary. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti memperoleh gambaran mengenai besarnya pengaruh dan kuat tidaknya variabel cerita memprediksi variabel empati siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Data yang diperoleh melalui penelitian tanggal 8 Januari 2016 dari responden, siswa kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta menunjukkan bahwa siswa
memahami cerita-cerita yang telah dibaca, didengar, ditonton
maupun cerita yang menginspirasi mereka, dan hal tersebut memiliki pengaruh terhadap sikap empati siswa Empati siswa merupakan kemampuan siswa untuk mengidentifikasi dan memahami permasalahan yang dialami orang lain melalui sudut pandang orang lain sehingga tidak kehilangan kontrol atas dirinya. Oleh karena itu, sebagai guru khususnya guru agama di sekolah, agar dapat meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) dengan cerita-cerita yang menarik dan menginspirasi siswa agar dapat dicontoh oleh mereka. Cerita sebagai materi dalam mata pelajaran PAK yang disajikan dengan baik dapat menjadi media untuk menumbuhkan dan meningkatkan empati siswa. Empati timbul melalui pendekatan dengan cerita-cerita yang nyata maupun khayalan, yang memotivasi mereka untuk dapat memahami sudut pandang orang lain. Semakin banyak anak-anak membaca cerita, semakin banyak mereka belajar tentang orang lain. Selain itu, empati dapat timbul dengan memberikan instruksi-instruksi bagi anak-anak. Memberi contoh perilaku yang baik, membacakan cerita-cerita atau memutarkan video-video untuk membantu mereka mengenali, memahami, dan merenungkan pikiran-pikiran dan perasaan, keyakinan dan perilaku, keinginan dan hasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis melihat hal-hal yang perlu diperhatikan oleh para pendidik, orang tua dan sekolah. Oleh karena itu, penulis memberikan usulan sebagai upaya meningkatkan proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) khususnya mengenai materi PAK agar dapat membantu siswa untuk menumbuhkan dan meningkatkan sikap empati sebagai wujud anak-anak Allah yang mengasihi orang lain. 1. Bagi pihak sekolah agar senantiasa meningkatkan efektivitas maupun kualitas kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) melalui penyediaan materi cerita-cerita yang baik, seperti cerita-cerita pengalaman hidup, cerita kitab suci, cerita pendek dan cerita orang kudus misalnya dalam bentuk buku dan kaset VCD sebagai sumber belajar bagi siswa agar dapat membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK). 2. Bagi peserta didik, diharapkan antar peserta didik mampu mengenal latar belakang teman-teman mereka meliputi suku, keluarga, bahasa, keunikan, kelebihan dan kekurangan dari sesama. Dalam proses kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) khususnya dalam menggunakan cerita, peserta mau diajak berefleksi dan menemukan makna cerita. Sikap empati tumbuh karena kita mengenal orang lain maka mengikuti kegiatan seperti sharing bersama, drama musikal, retret bersama dan bakti sosial dapat membantu peserta didik dalam meningkatkan empati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Bagi
Program
Studi
IPPAK
Universitas
Sanata
Dharma
hendaknya
mempersiapkan calon pendidik iman yang memiliki tidak hanya berintegritas namun memiliki kemampuan yang berguna bagi kreativitas kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) yakni kemampuan bercerita. Hendaknya sebagai calon guru dan pewarta, mahasiswa diberi pelatihan bercerita yang berguna bagi pelayanan. Guru yang kreatif dan mampu bercerita dengan baik membuat peserta didik tertarik mengikuti mata pelajaran PAK dan tercapainya tujuan PAK itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Abdul Majid. (2013). Mendidik Dengan Cerita. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya Offset Adisusanto, F.X., Heryatno. W.W., & F.X. Dapiyanta. (2000). Katekese pada Milenium III: quo vadis?. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Burhan Nurgiyantoro. (2005). Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Covey, Sean. (2001). Kebiasaan Remaja Yang Sangat Efektif. Jakarta Barat: Bina Rupa Aksara Driyarkara. (1980). Driyarkara tentang Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Duwi Priyatno. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset Edy Sembodo. (2010). Contekan Pintar Sastra Indonesia untuk SMP dan SMA. Jakarta Selatan: Penerbit Hikmah Groome, Thomas H. (2010). Christian Religious Education (Pendidikan Agama Kristen). Jakarta: Gunung Mulia Hardjana, H.P. (2006). Cara Mudah Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta: Penerbit PT.Grasindo Hartono. (2013). SPSS 16.0 Analisis Data dan Statistika: Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hasanuddin, W.S. (2015). Sastra Anak: Kajian Tema, Amanat dan TeknikPenyampaian Cerita Anak Terbitan Surat Kabar. Bandung: CV.Angkasa Heryatno, W.W. (2008). Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Yogyakarta:IPPAK USD Howe, David. (2015). Empati: Makna dan Pentingnya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak (Jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga Kaufeldt Martha. (2008). Wahai Para Guru, Ubahlah Cara Mengajarmu!. Jakarta: PT. Indeks Kemdikbud. (2014). Buku Guru: Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud Komisi Kateketik KWI. (2001). Menuju Kurikulum Baru PAK di Sekolah. Jakarta: Sekretariat Komisi Kateketik KWI Indonesia Linda. (1997). Mengajarkan Nilai-Nilai Kepada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mamang Sangadji dan Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian – Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset Moeslichatoen R. (2014). Metode Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Paus Yohanes Paulus II. (1979). ). Ajaran dan Pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik. Jakarta: Grasindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Sarumpaet. (2010). Pedoman Penelitian Sastra Anak (Edisi Revisi). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Setyakarjana, J.S. (1997). “Kateketik Pendidikan Dasar”. Manuskrip. Yogyakarta: Pusat Kateketik Sutrisno Hadi. (2015). Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset Taufik. (2012). Empati: Pendekatan Psikologi Sosial. Jakarta: RajaGrafindo Persada Thahar, H.E. (2014). Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Percetakan Angkasa Wiratna Sujarweni dan Endrayanto. (2012). Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 3: Hasil Analisis SPSS
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.844
34
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Cerita
Empati Siswa
75
75
Mean
49.5600
52.4133
Std. Deviation
5.55133
6.39065
Absolute
.113
.109
Positive
.051
.109
Negative
-.113
-.106
Kolmogorov-Smirnov Z
.980
.941
Asymp. Sig. (2-tailed)
.292
.339
N Normal Parametersa
Most Extreme Differences
a. Test distribution is Normal.
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANOVA Table Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
22
57.748
1.714
.057
1
434.689
12.904 .001
835.776
21
39.799
1.181
Within Groups
1751.722
52
33.687
Total
3022.187
74
Empati Between (Combined) 1270.464 Siswa * Groups Linearity 434.689 Cerita Deviation from Linearity
(6)
.305
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Descriptive Statistics Std. Mean
Deviation
N
6.39065
75
5.55133
75
Empati Siswa 52.4133 Cerita
49.5600
Model Summaryb Adjusted R
Std. Error of
Model
R
R Square
Square
the Estimate
1
.379a
.144
.132
5.95359
a. Predictors: (Constant), Cerita b. Dependent Variable: Empati Siswa
ANOVAb Sum of Model 1
Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Regression
434.689
1
434.689
12.264
.001a
Residual
2587.498
73
35.445
Total
3022.187
74
a. Predictors: (Constant), Cerita
(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Descriptive Statistics Std. Mean Empati Siswa 52.4133
Deviation
N
6.39065
75
b. Dependent Variable: Empati Siswa
Coefficientsa 95% Confidence Unstandardized Standardized Coefficients
Interval
Coefficients
for B
Std. Model
B
Error
Beta
Lower
Upper
Sig.
Bound
Bound
4.950 .000
18.386
43.166
3.502 .001
.188
.685
T
1 (Constan 30.77 6.217 t)
6
Cerita
.437
.125
.379
a. Dependent Variable: Empati Siswa
(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 4: Instrumen Penelitian No: INSTRUMEN PENELITIAN “PENGARUH CERITA TERHADAP EMPATI DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) KELAS VIII SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA Nama
: ...........................................................
Kelas/ No. Absen
: ......../........
Jenis Kelamin
: Perempuan/ Laki-laki
Petunjuk Pengerjaan : 1. Pilih satu jawaban yang tersedia di dalam kolom yang sesuai dengan perasaan dan keadaan yang Anda alami dengan memberikan tanda centang ( √ ) pada setiap pernyataan di bawah ini: Contoh: No Pernyataan 1 Saya mengikuti pelajaran agama yang diberikan dengan baik.
SS
S
KS
TS
√
a. Variabel Cerita SS= Sangat setuju No
S=Setuju
KS=Kurang setuju
Pernyataan
TS=Tidak setuju SS
1
Saya pernah membaca cerita pendek (cerpen)
2
Saya pernah membaca cerita rakyat
3
Saya pernah membaca novel
4
Saya pernah membaca cerita fabel
5
Saya pernah membaca dongeng
6
Saya pernah membaca biografi seseorang
(9)
S
KS
TS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Saya mengingat cerita-cerita yang pernah saya baca
8
Saya mengingat cerita-cerita yang saya dengar
9
Saya mengingat cerita-cerita yang tonton
10
Saya dapat menjelaskan gambaran cerita yang saya baca
11
Saya dapat menyebutkan cerita-cerita yang saya tonton bila diminta
12
Saya dapat mengulang isi cerita tersebut
13
Cerita yang telah saya baca hingga saat ini berjumlah lebih dari 20 cerita
14
Saya mengingat semua jumlah cerita yang telah saya baca
15
Saya dapat menjelaskan alur cerita yang saya baca
16
Saya dapat menangkap isi dan pesan cerita yang saya baca
17
Cerita-cerita yang saya baca seringkali mirip dengan kehidupan sehari-hari
18
Cerita-cerita yang saya baca berbeda dengan kejadian yang terjadi sehari-hari
19
Masalah-masalah yang sering muncul dalam cerita hampir sama dengan cerita kehidupan sehari-hari
20
Cerita yang saya baca mengesan bagi saya
21
Cerita yang saya baca memberi petunjuk bagi saya dalam menghadapi kondisi tertentu
22
Saya merasa terbantu dalam menghadapi masalah melalui cerita-cerita yang saya baca
23
Cerita-cerita yang saya baca tidak memiliki pengaruh bagi kehidupan saya
24
Cerita-cerita yang saya baca menjadi pedoman saya dalam menyelesaikan suatu masalah
(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Cerita yang saya baca memotivasi saya untuk melakukan hal-hal baik
26
Timbul keinginan untuk melakukan perbuatan baik setelah membaca cerita-cerita tertentu
27
Saya tidak terpengaruh oleh pesan-pesan dalam cerita yang saya baca
b. Variabel Empati Siswa dalam Mata Pelajaran PAK S=Selalu No 28 29
30
31 32
SR=Sering
J=Jarang
TP=Tidak Pernah
Pernyataan
S
Saya mengenal keluarga teman teman saya Saya dapat menyebutkan darimana teman-teman saya berasal Saya dapat menjelaskan kebiasaan-kebiasaan yang dimiliki teman teman saya Saya mengenal pekerjaan orangtua teman-teman saya Saya mengenal teman teman saya sebatas lingkup sekolah saja
33
Saya mengenal agama dan suku teman teman saya
34
Saya mengenal situasi ekonomi teman-teman saya
35
Saya dapat menjelaskan mengenai diri teman teman saya bila diminta
36
Saya tidak dapat menjelaskan latar belakang, ekonomi, suku dan agama teman saya
37
Bagi saya, mengenal teman sekelas di lingkungan sekolah saja sudah cukup
38
Saya kurang mengenal kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh teman-teman saya
39
Saya mengerti bahwa kebiasaan yang dilakukan
(11)
SR
J
TP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teman saya dipengaruhi oleh latar belakang mereka 40
Saya
memahami
kebiasaan-kebiasaan
yang
dilakukan oleh teman-teman saya karena saya mengetahui latar belakang mereka 41
Saya bisa memaklumi perilaku teman saya yang sedang mendapat masalah
42
Saya dapat memaklumi jika seseorang mendapat masalah dalam kondisi tertentu (misalnya masalah belajar atau kehilangan keluarga)
43
Saya kurang dapat memahami teman saya karena kurang mengenal latar belakang mereka
44
Sikap maklum muncul karena saya mengenal latar belakang teman-teman saya
45
Saya sering mengomentari kebiasaan teman yang menurut kebiasaan saya, tidak baik.
46
Saya
membandingkan
masalah
yang sedang
dihadapi teman dengan masalah saya 47
Sebelum
menanggapi
masalah
teman,
saya
mengenal lebih dahulu latar belakang teman saya 48
Saya
menjadikan
pengalaman
saya
sebagai
pedoman dalam melihat masalah yang dihadapi teman 49
Saya mengesampingkan pengalaman atau perasaan saya saat melihat masalah yang sedang dihadapi teman
50
Saya mendengarkan dengan tulus saat teman menceritakan masalah yang mereka hadapi
51
Saya mendengarkan kata perkata masalah yang diceritakan teman saya
52
Saya
mendengarkan
teman
(12)
saya
dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memperhatikan bahasa tubuh, perasaan dan makna di balik kata-katanya 53
Saya tidak terburu-buru untuk membantu saat mengetahui teman memiliki masalah
54
Biasanya saya berpikir terlebih dahulu mengenai apa yang seharusnya saya lakukan untuk teman saya
55
Saya tidak menghakimi teman saya ketika melihat ada sesuatu hal yang tidak beres pada dirinya
56
Saya tidak langsung memberi nasihat bila teman saya menceritakan masalah yang dialaminya
57
Biasanya saya memberikan nasihat-nasihat kepada teman saya untuk menyelesaikan masalahnya
58
Selama ini, pertolongan yang saya berikan kepada teman saya sesuai dengan yang mereka butuhkan
59
Berguna atau tidaknya pertolongan yang saya berikan adalah nomer sekian, yang penting saya sudah menolong teman saya
60
Saya mengkomunikasikan hal-hal yang membantu teman saya untuk mengatasi masalahnya
61
Saya membantu teman saya sesuai dengan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan kemampuan saya
62
Teman-teman saya menanggapi positif bentukbentuk pertolongan yang saya berikan
63
Teman saya merasa terbantu dalam menghadapi masalah dengan pertolongan yang saya berikan Selamat mengerjakan, Tuhan memberkati.
(13)