PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, NET INTEREST MARGIN, BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO YANG BERIMPLIKASI PADA PROFITABILITAS BANK MUTIARA
Oleh FITRIANNISA H24080103
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
RINGKASAN
FITRIANNISA. H24080103. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit) dan lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatannya perlu dipelihara. Menurut Peraturan Bank Indonesia (BI) No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS (Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivibility). Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi perkembangan dan proyeksi trend CAR, NPL, NIM, BOPO, ROA dan LDR Bank Mutiara, (2) Menganalisis pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada Bank Mutiara. Data penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari dalam perusahaan berupa laporan keuangan triwulan dari kuartal I tahun 2006 sampai kuartal III tahun 2011. Alat analisis yang digunakan adalah analisis trend dan analisis regresi komponen utama dengan software Minitab 14. Dengan hasil nilai CAR, NPL, NIM, BOPO, ROA dan LDR sepanjang tahun 2006 sampai kuartal III tahun 2011 fluktuatif, yaitu mengalami kenaikan dan penurunan. Puncak keparahan terjadi pada kuartal IV tahun 2008, di mana nilai dari rasio-rasio tersebut melesat jauh dari nilai rasio standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). Sedangkan, hasil proyeksi trend untuk tiga (3) periode mendatang memperlihatkan CAR menurun, NPL menurun, NIM menurun, BOPO menurun, ROA meningkat dan LDR meningkat. Selain itu, didapatkan koefisien determinasi (R Square) 0,944, berarti bahwa peubah CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR mampu memengaruhi ROA sebesar 94,4% dan sisanya (5,6%) dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian. Uji parsial pada α = 0,05 menunjukkan CAR dan NIM berpengaruh nyata dan positif terhadap ROA dengan koefisien masingmasing 0,4756 dan 0,1484. Sedangkan, NPL dengan koefisien 0,0948, BOPO dengan koefisien -0,0262 dan LDR dengan koefisien 0,0387 tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA.
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING LOAN, NET INTEREST MARGIN, BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO YANG BERIMPLIKASI PADA PROFITABILITAS BANK MUTIARA
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh FITRIANNISA H24080103
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi :
Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara
Nama
:
Fitriannisa
NIM
:
H24080103
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA) NIP. 195506261980031002
Mengetahui, Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP. 196101231986011002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 13 Januari 1991 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Aksa Nurdin dan Siti Faizah. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Cenderawasih III (1996-2002), Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 9 Jakarta (2002-2005) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 70 Jakarta (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. Pada masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi mahasiswa. Penulis tergabung sebagai Staff Direktorat Finance pada Himpunan Profesi Departemen Manajemen, yaitu Center of Management (COM@) pada tahun 2010. Pada tahun berikutnya, 2011, penulis diangkat menjadi Direktur Direktorat Finance Center of Management (COM@). Penulis juga dipercaya memegang beberapa jabatan Ketua Pelaksana dan Kepala Divisi pada beberapa acara himpunan profesi maupun acara dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEM IPB. Penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKMK) dan berhasil dibiayai oleh Dikti, serta mengikuti perlombaan Marketing di Universitas Atma Jaya Jakarta dan masuk menjadi lima (5) besar finalis pada tahun 2011. Penulis juga pernah mengikuti magang atau pelatihan kerja di bagian Marketing and Development PT. Pertamina Perkapalan Jakarta.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun skripsi yang berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara”. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Besar Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini disadari masih banyaknya kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan, maka penulis membutuhkan saran-saran yang bersifat membangun agar menjadi lebih baik. Akhir kata semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang membutuhkannya.
Bogor, April 2012
Penulis
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, kekuatan dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Loan to Deposit Ratio yang Berimplikasi pada Profitabilitas Bank Mutiara”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan berbagi pihak, maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, membimbing dan memberikan banyak pelajaran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Drs. Edward H. Siregar, MM, selaku dosen penguji yang telah memberi arahan dan masukan pada skripsi ini.
3.
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku Kepala Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
4.
Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis.
5.
Mama dan Papa tercinta yang telah memberikan doa, nasihat, semangat, dukungan, baik materiil maupun non materiil, serta kasih sayang yang tiada henti kepada penulis.
6.
Kedua kakakku tersayang, Fadhila Sophiana dan Fakhry Natsir Muhammad yang selalu memberi semangat kepada penulis.
7.
Bapak Eddy Wardoyo dan Bapak Hartono Karyatin dari Bank Mutiara yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data.
8.
Sahabat baik penulis sejak kecil Annisa Tiara Utami dan Gianszi Libraty Sugihartono yang selalu setia memberi dukungan dan semangatnya.
9.
Sahabat-sahabat “GNBH” tersayang Ocha, Risya, Regita, Amel, Dewi, Ida, tempat mencurahkan isi hati, terima kasih atas segala canda tawa dan keceriaan dalam menghilangkan segala kepenatan.
v
10. Teman-teman satu bimbingan Mega, Ifa, Puspa, Septi, Rina, David, Wahyu, Ruth dan Nayla atas segala dukungan dan semangatnya. 11. Keluarga besar Manajemen 45 yang hebat, terima kasih atas kebersamaan selama 3 tahun ini, semoga silaturahmi kita tetap terjaga. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP .........................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ..........................................................
v
DAFTAR TABEL ...........................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
x
DAFTAR PERSAMAAN................................................................
xi
LAMPIRAN ....................................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN ..................................................................
1
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................. 1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .............................................................. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ................................................
1 4 4 4
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
5
2.1. Pengertian dan Peran Bank ................................................ 2.2. Jenis-Jenis Bank................................................................. 2.3. Laporan Keuangan ............................................................. 2.4. Kesehatan Bank ................................................................. 2.6. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................
5 5 6 7 12
III. METODE PENELITIAN.......................................................
14
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................... 3.2. Pengumpulan Data ............................................................. 3.3. Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 3.3.1 Analisis Trend ......................................................... 3.3.2 Uji Asumsi Klasik ................................................... 3.3.3 Regresi Komponen Utama....................................... 3.3.4 Pengujian Hipotesis .................................................
14 15 15 16 16 18 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................
20
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ........................................... 4.1.1 Sejarah Perusahaan .................................................. 4.1.2 Strategi Transformasi Bank Mutiara ....................... 4.1.3 Visi dan Misi ........................................................... 4.2. Perkembangan dan Proyeksi Trend CAR .......................... 4.3. Perkembangan dan Proyeksi Trend NPL...........................
20 20 22 23 24 26
II.
IV.
vii
4.4. Perkembangan dan Proyeksi Trend NIM .......................... 4.5. Perkembangan dan Proyeksi Trend BOPO........................ 4.6. Perkembangan dan Proyeksi Trend ROA .......................... 4.7. Perkembangan dan Proyeksi Trend LDR .......................... 4.8. Uji Asumsi Klasik Regresi ................................................ 4.8.1 Uji Normalitas ......................................................... 4.8.2 Uji Multikolinearitas................................................ 4.8.3 Uji Heterokesdastisitas ............................................ 4.8.4 Uji Autokorelasi ...................................................... 4.9. Analsis Perhitungan ........................................................... 4.9.1 Uji F ......................................................................... 4.9.2 Uji t .......................................................................... 4.9.3 Analisis Pengaruh CAR terhadap ROA................... 4.9.4 Analisis Pengaruh NPL terhadap ROA ................... 4.9.5 Analisis Pengaruh NIM terhadap ROA ................... 4.9.6 Analisis Pengaruh BOPO terhadap ROA ................ 4.9.7 Analisis Pengaruh LDR terhadap ROA ................... 4.10. Implikasi Manajerial ........................................................
28 30 32 34 36 36 37 38 39 39 40 40 42 43 43 44 44 45
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
50
1. 2.
Kesimpulan ............................................................................... Saran .........................................................................................
50 50
DAFTAR PUSTAKA. ......................................................................
52
LAMPIRAN ......................................................................................
54
viii
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Halaman Daftar 10 bank terbesar di Indonesia tahun 2011 ...................... Laba Bank Mutiara sejak 2006 – 2011 ...................................... Penggolongan kolektibilitas ....................................................... Penetapan peringkat KPMM ...................................................... Proyeksi trend CAR ................................................................... Penetapan peringkat NPL........................................................... Proyeksi trend NPL.................................................................... Penetapan peringkat NIM .......................................................... Proyeksi trend NIM ................................................................... Penetapan peringkat BOPO ....................................................... Proyeksi trend BOPO ................................................................ Penetapan peringkat ROA.......................................................... Proyeksi trend ROA ................................................................... Penetapan peringkat LDR .......................................................... Proyeksi trend LDR ................................................................... Nilai VIF .................................................................................... Uji Heterokesdastisitas............................................................... ANOVA ..................................................................................... Uji-t...................... ......................................................................
ix
1 3 10 25 26 27 28 29 30 31 32 32 34 34 35 38 38 40 41
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Kerangka pemikiran penelitian .................................................. Grafik perkembangan dan proyeksi trend CAR ........................ Grafik perkembangan dan proyeksi trend NPL ......................... Grafik perkembangan dan proyeksi trend NIM ......................... Grafik perkembangan dan proyeksi trend BOPO....................... Grafik perkembangan dan proyeksi trend ROA ........................ Grafik perkembangan dan proyeksi trend LDR ......................... Normal P-P Plot nilai residual terstandarisasi ........................... Autokorelasi ...............................................................................
x
15 25 27 29 31 33 35 37 39
DAFTAR PERSAMAAN
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Rumus CAR ............................................................................... Rumus NPL Gross ..................................................................... Rumus NPL Netto ...................................................................... Rumus ROA ............................................................................... Rumus BOPO............................................................................. Rumus NIM ............................................................................... Rumus LDR ............................................................................... Rumus Angka Indeks ................................................................. Persamaan regresi ......................................................................
xi
8 9 9 11 11 11 12 16 41
LAMPIRAN
No. 1. 2. 3.
Halaman Perhitungan rasio keuangan tahun 2006-2011............................ Pengolahan data dengan Minitab 14 .......................................... Analisis trend .............................................................................
xii
55 56 61
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak yang memerlukan dana (deficit unit). Bank juga sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang dalam kegiatan
usahanya mengandalkan
kepercayaan
masyarakat,
sehingga
manajemen bank perlu memperhatikan tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu indikator utama yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank bersangkutan. Berdasarkan laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan bank di masa mendatang. Berikut ini adalah daftar 10 bank terbesar di Indonesia tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (Tabel 1). Tabel 1. Daftar 10 bank terbesar di Indonesia tahun 2011 Nama Bank
Jumlah aset (Rp Triliun)
PT Bank Mandiri Tbk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) PT Bank Central Asia Tbk (BCA) PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) PT Bank CIMB Niaga Tbk PT Bank Danamon Indonesia Tbk PT Pan Indonesia Bank Tbk (Panin) PT Bank Permata Tbk PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Sumber : Bank Indonesia, 2012
493,05
Persentase total aset perbankan (%) 13,5
456,382
12,49
380.927
10,43
289,458
7,92
164,247
4,5
127,128
3,48
118,991
3,26
101,54
2,78
91,335
2,5
89,277
2,44
2
Isu mengenai Bank Mutiara (dahulu Bank Century) telah menjadi topik paling hangat dibicarakan dan berita utama di berbagai media masa pada kurun waktu akhir tahun 2009, karena menyeret beberapa petinggi negara. Kesulitan likuiditas menjadi penyebab kasus Bank Century, yaitu tidak dapat membayar dana permintaan dari nasabah, maka terjadi rush, atau penarikan dana secara bersamaan oleh para nasabah. Sampai pada tanggal 20 November 2008, Bank Indonesia (BI) menyampaikan surat kepada Menteri Keuangan tentang Penetapan Status Bank Gagal pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut, kemudian Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Menteri Keuangan dan Dewan Gubernur BI, menetapkan Bank Century sebagai Bank Berdampak Sistemik, sehingga harus diselamatkan melalui suntikan dana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Rp 6,7 triliun rupiah. Pada tanggal 3 Oktober 2009, Bank Century resmi berganti nama menjadi Bank Mutiara, guna membangun persepsi positif di kalangan stakeholders, karena selama ini Bank Century dinilai buruk di matanya. Manajemen Bank Mutiara juga yakin bank ini akan berkembang, karena telah mengganti budaya kerja. Selain itu, langkah strategik yang dapat dilakukan Bank Mutiara untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan cara memperbaiki kinerja bank. Kinerja yang baik diharapkan mampu meraih kembali kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mutiara. Pada sisi lain kinerja bank dapat pula dijadikan sebagai tolok ukur kesehatan bank tersebut, serta mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Pada Tabel 1 disajikan perkembangan laba pada Bank Mutiara dari tahun 2006 sampai 2011 (triwulan III).
3
Tabel 2. Laba Bank Mutiara sejak 2006 – 2011 (dalam juta rupiah) Pos
2006
2007
2008
2009
2010
2011 (triwulanIII)
Pendapatan (beban) Bunga Pendapatan (beban) Operasional Selain Bunga Pendapatan (beban) Non Operasional Laba Bersih sebelum Pajak
294.383
373.989
(111.936)
83.455
141.174
141.264
98.558
96.070
(7.132.350)
98.455
222.659
144.142
(48.005)
(39.125)
(48.332)
147.835
(4.418)
82
50.552
56.945
(7.180.681)
246.289
218.241
285.488
Sumber : Laporan Keuangan Bank Mutiara,2011
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, terhitung posisi akhir bulan Desember 2004, Suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria Capital, Asset, Management, Earning, Liqudity dan Sensitivity (CAMELS). Dari sisi rasio keuangan, kesehatan bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio aset (asset quality), rasio laba (earning) dan rasio likuiditas (liquidity). Penelitian ini hendak mengkaji pengaruh dari tingkat kesehatan bank, yang direfleksikan dalam kriteria CAMELS terhadap profitabilitas pada Bank mutiara. Dalam penelitian ini, Capital diwakili dengan Capital Adequacy Ratio (CAR), Asset Quality yang diwakili dengan Non Performing Loan (NPL), Earning diwakili dengan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Net Interest Margin (NIM), dan Liqudity diwakili dengan Loan to Depasit Ratio (LDR). Management dan Sensitivibilty tidak digunakan sebagai peubah dalam penelitian ini, karena tidak terdapat rasio keuangan yang mewakili. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return On Asset (ROA). ROA penting bagi bank, karena ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Husnan, 1998). Oleh karena itu, indikator profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA. Semakin besar ROA, maka menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian
4
(return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya akan dinikmati oleh pemegang saham. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, perumusan masalahnya adalah : 1. Bagaimana perkembangan dan proyeksi trend CAR, NPL, NIM, BOPO, ROA dan LDR Bank Mutiara ? 2. Apakah terdapat pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada Bank Mutiara ? 1.3. Tujuan 1. Mengidentifikasi perkembangan dan proyeksi trend CAR, NPL, NIM, BOPO, ROA dan LDR Bank Mutiara 2. Menganalisis pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap ROA pada Bank Mutiara 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas pengaruh CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR terhadap terhadap profitabilitas Bank Mutiara. Indikator profitabilitas yang digunakan adalah ROA. Penelitian ini didasarkan pada laporan keuangan triwulan Bank Mutiara dari tahun 2006 – 2011 (triwulan III).
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat, serta memberikan jasa bank lainnya. Sedangkan, pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan di mana kegiatannya hanya menghimpun dana, atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan dana (Kasmir, 2008). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak (Bank Indonesia, 1998). Hasibuan (2007) berpendapat bahwa bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa, karena bank adalah : 1. Pengumpul dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan penyalur kredit ke masyarakat yang kekurangan dana 2. Tempat menabung efektif dan produktif bagi masyarakat 3. Pelaksana dan mempelancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis dan ekonomis. 4. Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan Letter of Credit (L/C) 5. Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi 2.2. Jenis-Jenis Bank Menurut Kasmir (2008), perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan, atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Kemudian
6
kepemilikan perusahaan dilihat dari segi kepemilikan saham yang ada dan akta pendiriannya. Dari menentukan harga, yaitu bank konvensional didasarkan bunga dan bank syariah didasarkan bagi hasil. Berdasarkan Undang-undang RI No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya a.
Bank Umum
b.
Bank Perkreditan Rakyat
2. Berdasarkan kepemilikannya a.
Bank milik Pemerintah
b.
Bank milik Pemerintah Daerah
c.
Bank milik Swasta Nasional
d.
Bank milik Koperasi
e.
Bank Asing/Campuran
3. Berdasarkan bentuk hukumnya a.
Bank berbentuk hukum Perusahaan Daerah
b.
Bank berbentuk hukum Perseroan (PERSERO)
c.
Bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT)
d.
Bank berbentuk hukum Koperasi
4. Berdasarkan kegiatan usahanya a.
Bank Devisa
b.
Bank Bukan Devisa
5. Berdasarkan sistem pembayaran jasa a.
Bank berdasarkan pembayaran bunga
b.
Bank berdasarkan pembayaran berupa pembagian hasil keuntungan (bank dengan prinsip syariah)
2.3. Laporan Keuangan Fahmi (2011) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Sebuah laporan keuangan umumnya terdiri
7
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik, maka manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaaan investasi dalam perusahaan dan hasilhasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts), kesepakatan-kesepakatan akuntansi (accounting conventions) dan pertimbangan-pertimbangan pribadi (personal judgement).
Pertimbangan,
atau
pendapat
pribadi
berkaitan
dengan
kompetensi dan integritas pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan, dengan kesepakatan akuntansi bersumber pada prinsip dan konsep akuntansi yang lazim diterima umum. Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts) menunjuk pada data yang berasal dari catatan akuntansi (Jumingan, 2008). Semakin baik mutu laporan keuangan yang disajikan maka akan semakin meyakinkan pihak eksternal dalam melihat kinerja keuangan perusahan tersebut. Lebih jauh keyakinan bahwa perusahaan diprediksikan akan mampu tumbuh dan memperoleh profitabilitas secara suistanable (berkelanjutan) untuk memuaskan pihak-pihak yang berhubungan dengan perusahaan (Fahmi, 2011) Menurut Prastowo dan Julianty (2005), pemakai laporan keuangan meliputi para investor dan calon investor, kreditor (pemberi pinjaman), pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan pemerintah, pemerintah dan lembaga lainnya, karyawan dan masyarakat, serta shareholders (para pemegang saham). Para pemakai laporan keuangan itu menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan informasi berbeda. 2.4. Kesehatan Bank Menilai kesehatan bank dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam peraturannya, BI mengatur kualifikasi sektor manajemen dan usaha setiap bank dengan tujuan mengendalikan kompleksitas usaha bank dan risiko yang dimilikinya, sehingga diharapkan terciptanya perbankan yang dapat mengakomodir kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik,
8
pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan BI sebagai otoritas pengawasan bank. Dalam perkembangannya, BI telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan tingkat kesehatan dan berfungsi sebagai alat pengukur atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai standar berlaku. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMELS. Dari sisi rasio keuangan, kesehatan bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio aset (asset quality), rasio laba (earning) dan rasio likuiditas (liquidity). Penilaian tingkat kesehatan bank sesuai rasio CAMELS dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Capital (Modal) Dalam menilai capital suatu bank dapat digunakan CAR dengan rumus:
CAR =
Modal
× 100%...............(1)
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali, 2004). CAR menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, yaitu semakin tinggi CAR, maka semakin baik kondisi sebuah bank. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit 8%. 2. Asset Penilaian mutu aset dimaksudkan untuk mengevaluasi kondisi asset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Aspek ini menunjukkan mutu aset sehubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank akibat
9
pemberian kredit dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda. Setiap penanaman dana bank dalam aktiva produktif dinilai mutunya dengan menentukan tingkat kolektibilitas yaitu apakah lancar, kurang lancar, diragukan atau macet. Pembedaan tingkat kolektibilitas tersebut diperlukan untuk mengetahui besarnya cadangan minimum penghapusan aktiva produktif yang harus disediakan oleh bank untuk menutup risiko kemungkinan kerugian terjadi (Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Rasio perbankan aset dapat diwakili dengan Non Peforming Loan (NPL). NPL adalah perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan dengan tingkat kolektibilitas tiga (3) sampai dengan lima (5) dibandingkan dengan total kredit yang diberikan oleh bank. Sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia, kredit bermasalah (NPL) dihitung dengan
menggunakan
NPL
Gross,
yaitu
NPL
yang
belum
memperhitungkan Perhitungan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Rumus NPL adalah sebagai berikut :
NPL Gross =
Kolektibilitas 3 s/d 5
× 100%............................(2)
Total Kredit yang Diberikan
NPL Netto = Kolektibilitas 3s/d5 − PPAP Kolektibilitas 3s/d5 × 100%.....(3) Total Kredit yang Diberikan Kolektibilitas adalah penggolongan tingkat kelancaran pembayaran kewajiban nasabah yang diukur berdasarkan jumlah hari tunggakan. Berdasarkan Surat Keputusan Direksi BI No 30/267/KEP/DIR, tanggal 27 Februari 1998 mengenai Mutu Aktiva Produktif dan Pembentukan Cadangan, ditetapkan dimuat pada Tabel 3.
lima (5) golongan kolektibilitas kredit seperti
10
Tabel 3. Penggolongan kolektibilitas No Jumlah Hari Tunggakan 1 0
Penggolongan Kolektibilitas Lancar
2
1 sampai dengan 90
Dalam Perhatian Khusus
3
91 sampai dengan 180
Kurang Lancar
4
181 sampai dengan 270
Diragukan
5
> 270
Macet
Sumber : Bank Indonesia, 1998 3. Management Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, penilaian terhadap faktor manajemen meliputi kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen risiko dan kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan/atau pihak lainnya. Kuncoro dan Suhardjono (2002) mengungkapkan bahwa manajemen yang dimaksud adalah kemampuan manajemen bank untuk mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko– risiko yang timbul melalui kebijakan-kebijakan dan strategi bisnisnya untuk mencapai target. Indikator manajemen dapat diartikan sebagai kemampuan manajemen perusahaan perbankan dalam mengendalikan operasinya ke dalam, maupun keluar, pengendalian operasi yang baik, memiliki sistem dan prosedur jelas yang didukung dengan adanya SDM yang handal, kepemimpinan manajemen profesional dan ketersediaan teknologi informasi (TI). 4. Earnings (Profitabilitas) Menurut Harmono (2011), profitabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba. Konsep profitabilitas dalam teori keuangan sering digunakan sebagai indikator kinerja fundamental perusahaan yang mewakili kinerja manajemen. Apabila kinerja manajemen perusahaan yang diukur menggunakan dimensi profitabilitas ini baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal. Rasio profitabilitas adalah :
11
a. ROA ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitas dan mengelola tingkat efisiensi usaha bank secara keseluruhan. Semakin besar nilai rasio ini menunjukkan tingkat rentabilitas usaha bank semakin baik atau sehat (Mahrinasari, 2003). Rumus ROA adalah :
ROA =
Laba Sebelum Pajak
× 100%.....................................(4)
Total aktiva
b. BOPO BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada dalam perusahaan. Bank Indonesia menetapkan tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berikisar antara 94% sampai dengan 96%. Rumus BOPO adalah
BOPO =
× 100%...................................(5)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
c. NIM NIM
merupakan
rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini, maka dapat meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Rumus NIM adalah : NIM =
Pendapatan Bunga Bersih Total Aktiva Produktif
× 100%..............................(6)
12
5. Liquidity Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Rasio untuk mengukur likuiditas adalah LDR. LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR
akan
menunjukkan
tingkat
kemampuan
bank
dalam
menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh BI adalah 100 %.
LDR =
Total Kredit yang Diberikan
× 100%..............................(7)
Total DPK
6. Sensitivity Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk) penilaian pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponenkomponen sebagai berikut: a. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga; b. modal atau cadangan yang dibentuk untuk menutupi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar; dan c. kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar 2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian Hastuti (2011), dengan judul Analisis Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional,
Non Performing Loan,
Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio terhadap Net Interest Margin (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Hasil penelitian
13
menujukkan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,113, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada BOPO, sementara peubah lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,113. Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap NIM dengan koefisien 0,014, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada NPL, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan menurun 0,014. Rasio CAR berpengaruh positif terhadap NIM dengan koefisien 0,021, hal ini berarti setiap perubahan sebesar satu satuan pada CAR, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan meningkat 0,021. LDR berpengaruh positif terhadap NIM dengan koefisien 0,044, hal ini berarti setiap perubahan satu satuan pada LDR, sementara peubah bebas lain diasumsikan tetap, maka NIM akan meningkat 0,014. Model ini memiliki koefisien determinasi (R2) 51,6% yang artinya keragaman dari NIM 51,6% dipengaruhi oleh BOPO, NPL, CAR dan NIM dan sisanya (48,4%) dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian. Penelitian Puspitasari (2008), dengan judul Analisis Pengaruh Non Performing Loan dan Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset dengan Bantuan Model program Simulasi Komputer (Studi Kasus : PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Dalam penelitiannya melaporkan bahwa terdapat pengaruh NPL terhadap ROA (-) 0,504, yang berarti terdapat hubungan berlawanan arah diantara dua peubah dengan tingkat korelasi cukup kuat dengan pengaruh 25,4% dan 74,6% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Kemudian, terdapat pengaruh CAR terhadap ROA (+) 0,891 yang berarti terdapat hubungan searah antara kedua peubah dengan tingkat korelasi sangat kuat dengan pengaruh 79,4% dan 20,6% lainnya dipengaruhi faktor lain yang tidak diteliti. Dari analisis pengaruh yang dihasilkan oleh NPL dan CAR secara bersama-sama terhadap ROA adalah (+) 0,893. Hal ini menunujukkan adanya hubungan yang searah dengan pengaruh sebesar 79,7% dan sisanya (20,3%) dipengaruhi oleh faktor di luar penelitian ini. Berdasarkan hasil perhitungan Statistical Package for Social Science (SPSS) 11.5, faktor NPL tidak berpengaruh nyata dalam mempengaruhi ROA dan faktor yang mendominasi penentuan nilai ROA adalah CAR.
14
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan besar dalam perekonomian masyarakat, sehingga mempunyai peranan penting dalam pengelolaaan dana yang beredar di masyarakat. Kegiatan yang dilakukan bank yang paling utama adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sehingga bank menjadi tempat bagi masyarakat untuk mendapatkan permodalan usaha. Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Bank yang sudah go public wajib menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan untuk umum. Metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah metode CAMELS, dimana pada penelitian ini dibatasi pada penilaian berikut : 1.
Faktor Capital (Permodalan)
2.
Faktor Asset (Mutu Asset)
3.
Faktor Earning (Profitabilitas)
4.
Faktor Liquidity (Likuiditas) Kasus Bank Mutiara menjadi sorotan media pada tahun 2009. Berawal
dari kegagalan bank tersebut dalam memenuhi prefund kliring (transaksi antar bank) di Bank Indonesia pada tanggal 13 November 2008. Terlebih lagi, Beberapa nasabah besar bank tersebut menarik dana yang disimpan di Bank Mutiara, sehingga Bank Mutiara mengalami kesulitan likuiditas. Hal itu berdampak pada rasio kesehatan bank. Rasio-rasio tersebut semakin jauh dari standar kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI selaku regulator. Oleh karena itu, penelitian ini bermaksud melihat pengaruh beberapa rasio tingkat kesehatan bank (CAMELS) terhadap profitabilitas Bank Mutiara yang direpresentasikan oleh ROA. Berikut Kerangka pemikiran penelitian ini dimuat pada Gambar 1.
15
CAR
NPL ROA
NIM BOPO LDR
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Pengumpulan Data Data yang digunakan berupa data sekunder yang dipublikasikan oleh Bank Mutiara dan
literatur-literatur terkait dengan Bank Mutiara. Data
sekunder tersebut berupa hasil perhitungan rasio keuangan Bank Mutiara dari laporan keuangan triwulan triwulan I tahun 2006 sampai triwulan III tahun 2011. Data penelitian disajikan dalam bentuk time series (antar waktu). 3.3. Pengolahan dan Analisis Data Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi komponen utama. Metode regresi merupakan analisis metode statistika inferensia yang berkaitan dengan analisis data untuk peramalan dan atau penarikan kesimpulan serta memberikan dasar terhadap analisis ragam. Sedangkan, analisis regresi komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Namun, sebelum dilakukan analisis regresi komponen utama, dilakukan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Sedangkan, untuk melihat kecenderungan penurunan, atau peningkatan masing-masing rasio, digunakan analisis trend. Data yang digunakan dalam menunjang penelitian ini adalah data time series CAR,
16
NPL, BOPO, NIM, ROA dan LDR triwulan. Pengolahan data menggunakan software Minitab 14. 3.3.1 Analisis Trend Analisis trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari Angka Indeks (Kasmir, 2008) adalah : Angka Indeks = Tahun Pembanding Tahun Dasar
x 100%..............................(8)
Pengolahan analisis trend menggunakan software Minitab 14. Pemilihan model pada analisis trend (Linear, Quadratic, Exponential Growth dan S-Curve) didasarkan pada nilai error MSD, MAD dan MAPE terkecil. Semakin kecil nilai pada MSD, MAD dan MAPE, memperlihatkan tingkat error yang semakin rendah (Santoso, 2009). 3.3.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum
melakukan
pengujian
hipotesis,
terlebih
dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik terhadap data penelitian yang meliputi
pengujian
normalitas
data,
multikolinieritas,
heteroskedasitisitas dan autokorelasi. a. Pengujian Normalitas Data Pengujian normalitas data dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, peubah
bebas dan terikat mempunyai
distribusi normal, atau tidak. Jika terjadi penyimpangan terhadap asumsi distribusi normalitas, maka masih tetap menghasilkan penduga koefisien regresi linear, tidak berbias dan terbaik. Penyimpangan
asumsi
normalitas
ini
akan
semakin
kecil
pengaruhnya, apabila jumlah contoh diperbesar. Salah satu penyelesaiannya adalah dengan cara mengubah bentuk nilai peubah yang semula yang nilainya absolut ditransformasikan menjadi bentuk lain (kuadratik, respirokal, dan lain sebagainya), sehingga distribusi menjadi normal.
17
Pengujian normalitas ini akan dilakukan dengan uji statistik non parametrik Kolmogorov–Smirnov (K–S). Untuk melihat apakah suatu data mempunyai distribusi normal, maka kriteria pengujiannya adalah : 1) Jika taraf nyata > 0,05, maka data berdistribusi normal 2) Jika taraf nyata < 0,05, maka data tidak mempunyai distribusi normal b. Pengujian Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara peubah bebas. Pengujian multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan Uji Collinearity Statistic. Dalam melakukan uji multikolinearitas harus diketahui terlebih dahulu Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Jika VIF > 10, maka artinya terdapat persoalan multikolinearitas di antara peubah bebas. 2) Jika VIF < 10, maka tidak terdapat persoalan multikolinearitas di antara peubah bebas. c. Pengujian Heteroskesdastisitas Uji ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan ragam dari sisa satu (1) pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokesdasitas, atau tidak terjadi heteroskedasitas. Deteksi dapat dilakukan dengan menggunakan uji metode grafis dan statistik. Metode grafis, yaitu melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Sedangkan, metode statistik dengan metode Glejser, metode Park, metode White, metode Rank Spearman dan metode Bresch-PaganGodfrey (BPG). Penelitian ini menggunakan metode Bresch-Pagan-Godfrey (BPG). Jika nilai-p pada tabel output uji BPG lebih besar dari alpha
18
(α=5%), maka model persamaan regresi yang terbentuk tidak terjadi gejala heterokesdastisitas, atau model dinyatakan homoskedastisitas. d. Pengujian Autokorelasi Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan mengetahui ada tidaknya korelasi antara peubah pengganggu (e t ) pada periode tertentu dengan peubah pengganggu periode sebelumnya (e t-1 ). Cara mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Model regresi linear berganda terbebas dari autokorelasi, jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah No Autocorelation, yaitu mendekati atau di sekitar angka dua (2). Penentuan letak tersebut dibantu dengan tabel dl dan du, dengan nilai k (jumlah peubah bebas). 3.3.3 Regresi Komponen Utama Analisis komponen utama pada dasarnya mentransformasi peubah-peubah bebas yang berkorelasi menjadi peubah-peubah baru yang orthogonal dan tidak berkorelasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan peubah-peubah yang diamati dengan mereduksi dimensinya. Hal ini dilakukan dengan menghilangkan korelasi di antara peubah melalui transformasi peubah asal ke peubah baru (komponen utama) yang tidak berkorelasi (Ulpah, 2006). Terdapat dua (2) peubah dalam penelitian ini, yaitu : 1.
Peubah bebas adalah peubah yang mempengaruhi peubah lain. Peubah bebas tersebut adalah :
2.
a.
X 1 : CAR
b.
X 2 : NPL
c.
X 3 : NIM
d.
X 4 : BOPO
e.
X 5 : LDR
Peubah terikat adalah peubah yang memberikan respon jika dihubungkan dengan peubah bebas. Peubah terikat dalam penelitian ini adalah ROA.
19
Model regresi linear berganda dengan satu peubah terikat (𝑌�) dan
lima (5) peubah bebas (X) adalah :
𝑌� = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 dimana : 𝑌�
: ROA
X 1 : CAR X 2 : NPL X 3 : NIM X 4 : BOPO X 5 : LDR a
: Konstanta
b
: Koefisien regresi
3.3.4 Pengujian Hipotesis Hipotesis merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari : Ho 1 : CAR tidak berpengaruh positif terhadap ROA Ha 1 : CAR berpengaruh positif terhadap ROA Ho 2 : NPL tidak berpengaruh negatif terhadap ROA Ha 2 : NPL berpengaruh negatif terhadap ROA Ho 3 : NIM tidak berpengaruh positif terhadap ROA Ha 3 : NIM berpengaruh positif terhadap ROA Ho 4 : BOPO tidak berpengaruh negatif terhadap ROA Ha 4 : BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA Ho 5 : LDR tidak berpengaruh positif terhadap ROA Ha 5 : LDR berpengaruh positif terhadap ROA
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pada awalnya, bank ini bernama PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) yang pertama kali didirikan pada Mei 1989 dan Mulai beroperasi sebagai Bank Umum pada tahun 1990, kemudian meningkatkan statusnya sebagai Bank Devisa pada tahun 1993. Bank secara resmi menjadi Bank Publik pada 25 Juni 1997 pada saat melakukan Penawaran Umum atau Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Dalam rangka memperkuat struktur permodalan, selanjutnya Bank telah melakukan Penawaran Umum Terbatas atau Rights Issue I, II, III, IV dan V pada Maret 1999, Juli 2000, Maret 2003, Juni 2003 dan Juni 2007. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 22 Oktober 2004, Bank memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk melakukan penggabungan usaha (merger), melalui peleburan PT Bank Danpac Tbk (Bank Danpac) dan PT Bank Pikko Tbk (Bank Pikko) untuk bergabung ke dalam Bank CIC, serta berubah nama menjadi PT Bank Century Tbk. Penggabungan usaha ini telah mendapat persetujuan Bank Indonesia melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 6/87/KEP.GBI/2004 tanggal 6 Desember 2004, yang kemudian Akta Perubahan Anggaran Dasar Bank memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Menteri No C-30117 HP.01.04. TH.2004 tanggal 14 Desember 2004. Selanjutnya Bank Indonesia juga telah memberikan persetujuan perubahan penggunaan izin usaha dari PT Bank CIC Internasional Tbk (Bank CIC) menjadi PT Bank Century Tbk (CenturyBank) melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004.
21
Pada tanggal 21 November 2008, terjadi pengambilalihan perseroan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) berdasarkan keputusan
Komite
Stabilitas
Sistem
Keuangan
(KSSK)
No.
04/KSSK.03/2008, sebagai salah satu langkah penyelamatan kesehatan ekonomi nasional dan juga Bank Mutiara, Tbk oleh pemerintah, karena Bank Century pada saat itu ditetapkan sebagai bank berstatus gagal oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) . Rebranding pada tanggal 3 Oktober 2009 dengan sebelumnya ditetapkan SK Gubernur BI melalui surat No. 11/47/KEP.GBI/2009 tertanggal 16 September 2009 merupakan awal manajemen dalam mengembangkan kembali Mutiara Bank. Pengembangan tersebut antara lain
pencanangan
filosofi
SPIRIT,
perubahan
visi-misi,
perubahan corporate culture, pencanangan business plan dan strategi baru Bank Mutiara. Filosofi SPIRIT adalah Service Excellent, professionalism,
Integrity,
Relationship,
Innovative
dan
Trust,
merupakan usaha Bank Mutiara dalam metamorfosa menjadikan SPIRIT
sebagai corporate
culture dengan
tujuan
fokus
pada
peningkatan layanan untuk nasabah. Sepanjang tahun 2009, manajemen telah mengimplementasikan tiga (3) fase rencana bisnis yaitu fase survival, fase built the foundation dan fase focusing business melalui 5 (lima) transformasi, yaitu perubahan citra, peningkatan kondisi keuangan, pengembangan bisnis, penajaman Good Corporate Governance (GCG) dan manajemen risiko, serta penyempurnaan organisasi dan infrastruktur pendukung. Pada 2010, kinerja Bank Mutiara kembali meraih beberapa pencapaian. Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada awal Januari 2010 sebesar Rp 5,95 triliun, mengalami pertumbuhan nyata, yakni pada posisi September 2010 menjadi Rp 7,750 triliun atau tumbuh 30,25%. Lebih dari itu, Bank Mutiara saat ini telah berhasil menjadi bank dengan “Peringkat Bagus” dalam Kategori Bank dengan kegiatan usaha terfokus pada segmen usaha tertentu dari InfoBank.
22
Pencapaian Bank Mutiara yang terkini adalah penempatan kantor karu Bank Mutiara di Gedung Barckley, Sudirman, kav 22-23 (Barckley’s House) Jakarta Selatan pada tanggal 22 November 2010. Selain itu, untuk terus memenuhi kebutuhan nasabah, Bank Mutiara juga meluncurkan Layanan Priority Banking. Layanan ini akan memberikan fasilitas khusus untuk para nasabah sebagai personal assistant. 4.1.2 Strategi Transformasi Bank Mutiara Perubahan nama Bank Century menjadi Bank Mutiara merupakan bagian
yang
tidak
terpisahkan
dari
transformasi
(perubahan
menyeluruh) yang dilakukan setelah pengambilalihan oleh pemerintah. Lima (5) Strategi Transformasi Bank Mutiara adalah : a.
Pengembangan Bisnis
b.
Perbaikan image Perusahaan
c.
Perbaikan Kondisi Keuangan
d.
Penyempurnaan Organisasi dan infrastruktur Pendukung
e.
Penajaman GCG dan Manajemen Risiko Berbagai strategi dan program telah disiapkan oleh manajemen
baru yang profesional dan terpercaya untu menjadikan Bank Mutiara sebagai Bank Fokus Terbaik Pilihan Masyarakat dan menjadi salah satu bank terkemuka di Indonesia, aman dan terpercaya, memiliki layanan istimewa, menghasilkan produk-produk bermutu, investasi yang berharga dengan performa terpercaya, bersih dan kuat layaknya sebuah mutiara. Fokus bisnis yang dilakukan Bank mutiara adalah : a.
Consumer 1) Menjadi bank pilihan dalam layanan pembiayaan segmen konsumtif dengan penawaran produk menarik dan kompetitif. 2) Sebagai mitra utama pilihan pembiayaan kredit konsumtif oleh perusahaan keuangan Indonesia
b.
Retail Funding 1) Menjadi bank pilihan dalam memenuhi layanan kebutuhan transaksi untuk “mass affluent”
23
2) Menjadi bank penyedia jasa layanan prima, khususnya pada kelompok nasabah utama bank. c.
Treasury & Corporate Funding 1) Menjadi bank penyedia kebutuhan produk treasury utama dan lengkap yang mendukung pengembangan bisnis nasabah utama bank. 2) Menjadi salah satu bank penyedia layanan transaksi bagi institusi pemerintah dan korporasi.
d.
Small & Medium Enterprise (SME) 1) Menjadi bank utama di segmen SME dengan fokus pada wilayah di mana cabang berada dan pusat bisnis. 2) Menjadi transaction bank untuk nasabah segmen SME dengan menyediakan beragam produk dan layanan.
4.1.3 Visi dan Misi Visi “Menjadi Bank Fokus Terbaik Pilihan Masyarakat” adalah sebuah tujuan untuk memperjelas arah pencapaian Bank Mutiara, yaitu fokus usaha pada segmen retail tanpa mengabaikan segmen lainnya dan mampu memberikan standar pelayanan bermutu. Dengan visi ini, Bank Mutiara berusaha menjadi bank yang dipilih oleh mayarakat, karena dapat menjadi tempat berinvestasi yang aman dan terpercaya bagi nasabah dan investor. Visi Bank Mutiara : a.
Bank Fokus : Bank yang kegiatan usahanya fokus pada segmen retail tanpa mengabaikan segmen lainnya.
b.
Terbaik : Bank yang mampu memberikan standar pelayanan bermutu. Bank juga mampu memberikan jasa perbankan yang menguntungkan.
c.
Pilihan Masyarakat : Bank yang dipilih oleh masyarakat karena dapat menjadi tempat menyimpan dana yang aman dan terpercaya bagi nasabah. Menjadi pilihan tempat kerja terbaik. rUntuk mewujudkan visi tersebut, Mutiara Bank menjalankan
misi “Memberikan yang Terbaik dengan Mengutamakan Pelayanan,
24
Kenyamanan dan Kepuasan Nasabah untuk Hasil Maksimal”. Dengan berbagai langkah untuk memberikan layanan perbankan yang melebihi pesaing dikelasnya dan menyediakan jasa pelayanan perbankan berbasis teknologi. Semua misi ini diimplementasikan lewat senyuman ramah dan hangat tiap karyawan Mutiara Bank dalam memberikan pelayanan cepat dan akurat, sehingga memberikan kesan tersendiri bagi nasabah, memberikan perasaan aman dalam bertransaksi dan menguntungkan bagi semua pihak. Misi Bank Mutiara : a.
Memberikan yang Terbaik : Mampu melampaui layanan perbankan yang melebihi pesaing di kelasnya. Mampu menyediakan jasa pelayanan perbankan berbasis teknologi.
b.
Dengan
Mengutamakan
Pelayanan
:
Mampu
memberikan
pelayanan ramah, cepat dan akurat. c.
Kenyamanan : Mampu memberikan fasilitas pendukung yang mengesankan bagi nasabah. Mampu memberikan perasaan aman dalam bertransaksi.
d.
Kepuasan Nasabah : Mampu memberikan pelayanan yang lebih dari yang diharapkan oleh nasabah.
e.
Hasil Optimal : Memberikan keuntungan bagi semua pihak.
4.2. Perkembangan dan Proyeksi Trend CAR Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio Kecukupan Penyediaan Modal Minimum (KPMM) adalah salah satu rasio keuangan bank yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR dapat diketahui melalui perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/20/Kep/DIR dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/2/BPPP masing-masing tanggal 29 Mei 2003, maka bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum CAR (8%). Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan
25
pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk KPMM seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Penetapan peringkat KPMM Rasio KPMM lebih tinggi sangat nyata dibandingkan Peringkat I dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Rasio KPMM lebih tinggi cukup nyata dibandingkan Peringkat II dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan Peringkat III dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% < KPMM < 9%). Peringkat IV Rasio KPMM di bawah ketentuan berlaku Rasio KPMM dibawah ketentuan berlaku dan Bank Peringkat V cenderung menjadi tidak solvable Sumber : Bank Indonesia, 2004 Semakin tinggi rasio CAR, semakin baik permodalan yang dimiliki oleh bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Berikut ini perkembangan dan proyeksi trend CAR Bank Mutiara, seperti dimuat pada Gambar 2.
Trend Analysis Plot for CAR (%) Linear Trend Model Yt = 10,9248 - 0,143370*t
20
Variable A ctual Fits Forecasts
10
A ccuracy Measures MA PE 38,419 MA D 6,006 MSD 131,561
CAR (%)
0 -10 -20 -30 -40 2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 2. Grafik perkembangan dan proyeksi trend CAR Berdasarkan grafik perkembangan CAR di atas, pada tahun 2006 sampai triwulan III tahun 2008, CAR Bank Mutiara berada di atas 8%. Namun, penurunan secara drastis terjadi pada triwulan IV tahun 2008 menjadi
26
-39,62%. Hal itu disebabkan oleh modal bank yang menyentuh angka negatif, yaitu -Rp1.450 milyar, sebagai akibat dari penarikan dana secara besarbesaran oleh para nasabah. Sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan restrukturisasi bank, pemerintah melalui LPS memberikan dana talangan (bailout) kepada Bank Mutiara. Perhitungan perkiraan biaya penanganan sebesar jumlah kekurangan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) yang ditetapkan oleh LPP dan dapat ditambah dengan junlah tertentu yang dipandang perlu oleh LPS. Sampai dengan 31 Des 2008, LPS telah melakukan penambahan modal Rp4.977 milyar. Hal tersebut berdampak pada CAR Bank Mutiara untuk periode selanjutnya. Pada triwulan I tahun 2009, CAR Bank Mutiara meningkat -8,13%. Namun, angka tersebut masih di bawah nilai minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Modal Bank Mutiara pada saat itu minus Rp305,90 milyar. Berangsur-angsur CAR Bank Mutiara mengalami perbaikan. Hal ini karena suntikan modal untuk ketiga kalinya dari LPS Rp1,55 triliyun. Sampai dengan triwulan III tahun 2011, CAR Bank Mutiara berada di atas 8%. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mutiara mampu menutupi penurunan aktiva yang terjadi sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko. Proyeksi trend CAR Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Proyeksi trend CAR Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
CAR (%) 7,48391 7,34054 7,19717
Kecenderungan pada proyeksi trend CAR pada tiga (3) periode ke depan adalah menurun, yaitu berada di bawah ketentuan yang berlaku (8%). Oleh karena itu, bank perlu menjaga modal dan mengawasi Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) agar nilai CAR tetap berada di atas 8%. 4.3. Perkembangan dan Proyeksi Trend NPL NPL adalah rasio jumlah kredit pada tingkat kolektibilitas tiga (3) sampai dengan lima (5) terhadap total kredit yang diberikan oleh bank. Sesuai
27
dengan ketetapan yang dibuat oleh Bank Indonesia, kredit bermasalah (NPL) dihitung dengan menggunakan NPL Gross, atau NPL yang belum mempertimbangkan Perhitungan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NPL seperti disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Penetapan peringkat NPL Peringkat I Perkembangan rasio sangat rendah. Peringkat II Perkembangan rasio rendah. Peringkat III Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5% sampai dengan 8%. Peringkat IV Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat V Perkembangan rasio tinggi. Sumber : Bank Indonesia, 2004 NPL merupakan indikator mutu aset suatu bank. Semakin tinggi rasionya akan menyebabkan semakin tinggi kredit macet yang dimiliki bank. Perkembangan dan proyeksi trend NPL Bank Mutiara dimuat pada Gambar 3. Trend Analysis Plot for NPL (%)
Quadratic Trend Model Yt = -9,93280 + 4,43272*t - 0,135446*t**2 50
Variable A ctual Fits Forecasts
40
A ccuracy Measures MA PE 150,353 MA D 9,838 MSD 124,938
NPL (%)
30 20 10 0
2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 3. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NPL Berdasarkan grafik perkembangan NPL, hanya sedikit nilai NPL yang berada di bawah 5%, yaitu triwulan III dan IV tahun 2007 dan triwulan I, II dan III tahun 2008. Sisanya nilai NPL berada di atas 5%. Hal tersebut
28
mengindikasikan bahwa jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara terbilang tinggi. Nilai NPL terendah adalah 2,87% yang terjadi pada triwulan III tahun 2008. Namun, NPL langsung melonjak tinggi pada triwulan IV tahun 2008 menjadi 35,17%. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya jumlah kredit bermasalah dari 150 milyar menjadi Rp 1.674 milyar. Nilai NPL tertinggi adalah 42,96% yang terjadi pada triwulan II tahun 2009, dengan jumlah kredit bermasalah pada saat itu mencapai Rp 1.873 milyar dan jumlah kredit yang diberikan Rp 4.362 milyar. Tingginya jumlah kredit bermasalah pada Bank Mutiara disebabkan oleh pihak bank yang cenderung menetapkan bunga pinjaman di atas bunga yang berlaku di pasar karena jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) dari deposito di Bank Mutiara lebih tinggi dibanding tabungan. Ini berarti suku bunga yang harus dibayar bank kepada nasabah menjadi tinggi. Hal itu membuat penetapan suku bunga kredit yang tinggi. Padahal, kreditor belum tentu sanggup untuk membayar pokok ditambah bunganya yang tinggi. Dengan demikian, jumlah default (gagal bayar) yang terjadi meningkat. Hal ini menjadikan NPL Bank Mutiara berada di atas level normal NPL perbankan pada umumnya. Proyeksi trend NPL Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Proyeksi trend NPL Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
NPL (%) 18,4358 16,2317 13,7567
Kecenderungan pada proyeksi trend NPL pada tiga (3) periode ke depan adalah menurun. Meskipun NPL memiliki kecenderungan menurun, nilai proyeksi trend NPL masih berada di atas 5%, maka bank tetap harus mengawasi aktivitas penyaluran kredit kepada kreditur untuk menurunkan nilai NPL. 4.4. Perkembangan dan Proyeksi Trend NIM Rasio NIM digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga
29
bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NIM seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Penetapan peringkat NIM Peringkat I Marjin bunga bersih sangat tinggi. Peringkat II Marjin bunga bersih tinggi. Peringkat III Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar antara 1,5% sampai dengan 2%. Peringkat IV Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat V Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. Sumber : Bank Indonesia, 2004 Semakin besar rasio NIM, maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NIM Bank Mutiara yang dimuat pada Gambar 4. Trend Analysis Plot for NIM (%) Linear Trend Model Yt = 3,45198 - 0,122846*t
5
Variable A ctual Fits Forecasts
4
A ccuracy Measures MA PE 78,1163 MA D 0,8803 MSD 1,2820
NIM (%)
3 2 1 0 -1 2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 4. Grafik perkembangan dan proyeksi trend NIM Nilai NIM Bank Mutiara pada tahun 2006 sampai triwulan III tahun 2008 berada di atas 1,5%. Artinya NIM Bank Mutiara pada periode tersebut, berada di atas standar cukup tinggi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Namun, memasuki triwulan IV tahun 2008, NIM mengalami penurunan
30
drastis dari 3,93% menjadi -0,85%. Hal ini disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih -134,24%, karena jumlah beban bunga lebih besar dari pendapatan bunga, sehingga pendapatan bunga bersih menjadi negatif, dan berdampak pada negatifnya NIM pada periode tersebut. Pada periode selanjutnya, NIM Bank Mutiara fluktuatif dan belum menyentuh titik 1,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Mutiara belum mampu mengelola aktiva produktifnya dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan baik seperti tahun-tahun sebelumnya. Proyeksi trend NIM Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Proyeksi trend NIM Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
NIM (%) 0,503676 0,380830 0,257984
Kecenderungan pada proyeksi trend NIM pada tiga (3) periode ke depan adalah menurun. Pada 2011 (triwulan IV), NIM berada di atas standar minimal yang ditetapkan BI (0,5%). Namun, NIM menurun pada dua (2) periode selanjutnya menjadi di bawah 0,5%. Oleh karena itu, bank harus mengantisipasi penurunan tersebut dengan meningkatkan pendapatan bunga bersih dan mengawasi nilai rata-rata aktiva produktif. 4.5. Perkembangan dan Proyeksi Trend BOPO Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), atau rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk BOPO seperti disajikan pada Tabel 10.
31
Tabel 10. Penetapan peringkat BOPO Peringkat I Tingkat efisiensi sangat baik. Peringkat II Tingkat efisiensi baik. Peringkat III Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94% sampai dengan 96%. Peringkat IV Tingkat efisiensi buruk. Peringkat V Tingkat efisiensi sangat buruk. Sumber : Bank Indonesia, 2004 Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Berikut ini perkembangan dan proyeksi trend BOPO Bank Mutiara yang dimuat pada Gambar 5. Trend Analysis Plot for BOPO (%) Growth Curve Model Yt = 105,446 * (0,994770**t)
Variable A ctual Fits Forecasts
1200
BOPO (%)
1000
A ccuracy Measures MA PE 15,9 MA D 59,0 MSD 55388,6
800 600 400 200 0 2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 5. Grafik perkembangan dan proyeksi trend BOPO Berdasarkan grafik di atas nilai BOPO terlihat stabil. Namun, pada triwulan IV tahun 2008 nilai BOPO melonjak tajam dari 91,85% menjadi 1226,28%. Pada triwulan IV tahun 2008, pendapatan operasi menurun drastis dibanding triwulan sebelumnya -86,75%. Hal itu terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan bunga bersih hingga menyentuh angka negatif, ditambah dengan beban operasional meningkat tajam 1924,90%. Setelah LPS menyuntikkan dana ke Bank Mutiara sebagai upaya penyelamatan, pendapatan operasi Bank Mutiara meningkat dan beban
32
operasi menurun drastis, sehingga BOPO Bank Mutiara mengalami perbaikan. BOPO pada triwulan I tahun 2009 menurun tajam menjadi 67,97%. Pada periode selanjutnya BOPO Bank Mutiara mulai stabil kembali, yaitu berada di bawah angka maksimum (96%), sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Proyeksi trend BOPO Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Proyeksi trend BOPO Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
BOPO (%) 92,9764 92,4901 92,0064
Kecenderungan pada proyeksi trend BOPO pada tiga (3) periode ke depan adalah menurun. Hal ini menunjukkan tingkat efisiensi semakin baik, karena BOPO berada di bawah standar maksimum BOPO (94%). Oleh karena itu, bank perlu melakukan pengawasan pada pengeluaran biaya operasional agar nilai BOPO berada di bawah standar maksimum sesuai ketetapan BI. 4.6. Perkembangan dan Proyeksi Trend ROA ROA merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum pajak yang berhasil diperoleh perusahaan terhadap total aset yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk ROA seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Penetapan peringkat ROA Peringkat I Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat II Perolehan laba tinggi. Peringkat III Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5% sampai dengan 1,25%. Peringkat IV Perolehan laba Bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif). Peringkat V Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif). Sumber : Bank Indonesia, 2004
33
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut. Berikut ini perkembangan dan proyeksi trend ROA Bank Mutiara yang dimuat pada Gambar 6. Trend Analysis Plot for ROA (%)
S-Curve Trend Model Yt = (10**2) / (59,5813 + 1612,97*(0,642308**t)) Variable Actual Fits Forecasts
0
ROA (%)
-10
Curv e Parameters Intercept 0,05979 Asy mptote 1,67838 Asy m. Rate 0,64231
-20 -30
Accuracy Measures MAPE 64,546 MAD 3,238 MSD 126,195
-40 -50 -60 2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 6. Grafik perkembangan dan proyeksi trend ROA Berdasarkan grafik di atas, nilai ROA tahun 2006 sampai triwulan III 2008 relatif stabil. Namun, penurunan drastis terjadi pada triwulan IV 2008. Penurunan tersebut terutama sangat dipengaruhi oleh penarikan dana masyarakat dalam jumlah besar pada akhir 2008 sebagai ekses dari pemberitaan negatif permasalahan yang dialami oleh bank, termasuk penetapan Bank Century sebagai bank berstatus gagal. Pada tahun selanjutnya, kinerja keuangan Bank Mutiara mengalami perbaikan. Hal itu merupakan akibat dari upaya pertolongan dari pemerintah berupa pengucuran dana dari LPS secara berangsur, maka ROA bank Mutiara mengalami peningkatan dari triwulan I sampai IV tahun 2009. Peningkatan ini menunjukkan perbaikan manajemen yang dilakukan oleh Bank Mutiara, sehingga Bank Mutiara dapat mengembalikan citra positif kepada masyarakat atas rebranding (pergantian nama) dari Bank Century menjadi Bank Mutiara pada 3 Oktober 2009, sehingga labanya menunjukkan peningkatan dibanding tahun 2008. Proyeksi trend ROA Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 13.
34
Tabel 13. Proyeksi trend ROA Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
ROA (%) 1,67666 1,67728 1,67767
Kecenderungan pada proyeksi trend ROA pada tiga (3) periode ke depan adalah meningkat. ROA berada di atas standar yang ditetapkan BI (1,25%). Oleh karena itu, untuk meningkatkan laba sesuai dengan proyeksi trend, peningkatan ROA tersebut harus tetap dijaga dengan mengawasi nilai pada rata-rata total aktiva yang diimbangi terhadap perolehan laba sebelum pajak Bank Mutiara. 4.7. Perkembangan dan Proyeksi Trend LDR Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah
rasio keuangan perusahaan
perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. Rasio ini merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan Dana Pihak Ketiga (DPK). Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito. LDR digunakan untuk menilai kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk LDR seperti disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Penetapan peringkat LDR Peringkat I 50%
100%
120%
Sumber : Bank Indonesia, 2004 Semakin tinggi LDR suatu bank, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam
35
kondisi bermasalah akan semakin besar. Berikut ini perkembangan dan proyeksi trend LDR Bank Mutiara yang dimuat pada Gambar 7. Trend Analysis Plot for LDR (%)
S-Curve Trend Model Yt = (10**3) / (12,6533 + 147,999*(0,703412**t)) Variable A ctual Fits Forecasts
90 80
LDR (%)
70
Curv e Parameters Intercept 6,2246 A sy mptote 79,0309 A sy m. Rate 0,7034
60 50
A ccuracy Measures MA PE 19,345 MA D 8,935 MSD 121,549
40 30 20 10 0 2006
2007
2008
2009 Tahun
2010
2011
Gambar 7. Grafik perkembangan dan proyeksi trend LDR Berdasarkan grafik di atas, LDR Bank Mutiara pada tahun 2006 sampai triwulan III tahun 2008 berada di bawah 50%. Dalam hal ini, LDR tersebut masuk dalam kategori cukup sehat. LDR terendah terjadi pada triwulan III tahun 2006, yaitu 21,1%. Artinya, bank hanya menyalurkan dana sebesar 21,1% dari seluruh dana yang dihimpun dan sisanya (78,9%) dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan. LDR mengalami peningkatan dari 47,59% pada triwulan III tahun 2008 menjadi 93,16% pada triwulan IV tahun 2008. Karena menurunnya dana pihak ketiga -53,30%. Penurunan itu dikarenakan banyak nasabah yang menarik dananya sebagai akibat dari pemberitaan negatif tentang Bank Century di media-media, baik cetak maupun elektronik. Proyeksi trend LDR Bank Mutiara untuk tiga (3) periode ke depan disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Proyeksi trend LDR Periode 2011 (triwulan IV) 2012 (triwulan I) 2012 (triwulan II)
LDR (%) 78,7490 78,8324 78,8912
36
Kecenderungan pada proyeksi trend LDR pada tiga (3) periode ke depan adalah meningkat. Peningkatan tersebut masih masuk dalam peringkat II (75%
37
Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80
-1,35158E-16 0,7873 23 0,132 >0.150
70 60 50 40 30 20 10 5
1
-2
-1
0 RESI1
1
2
Gambar 8. Normal P-P Plot nilai residual terstandarisasi Pada tampilan grafik normal plot, titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonalnya. Selain itu, pengujian ini diperkuat dengan perhitungan statistik bahwa Nilai-P(0.150) lebih besar dari α=5%, artinya residual menyebar normal. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas, sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian ini. 4.8.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji, apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi tinggi, atau sempurna di antara peubah bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinear. Untuk
mengetahui
apakah
model
tersebut
terdapat
multikolinearitas dapat dilakukan dengan mencari besarnya Variance
38
Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,10 maka model tersebut bebas multikolinearitas. Tabel 16. Nilai VIF Predictor
Coef
SE Coef
t
P
VIF
Constant
-0.6483
0.5868
-1.10
0.282
W1
3.6926
0.3323
11.11
0.000
1.0
W2
7.7220
0.5295
14.58
0.000
1.0
Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai VIF untuk komponen W1 dan W2 bernilai 1,0 atau kurang dari 10, maka masalah multikolinearitas
telah
teratasi
dengan
menggunakan
regresi
komponen utama. 4.8.3 Uji Heterokesdastisitas Adanya Heteroskedastisitas dalam pengolahan data pada penggunaan
model
Ordinary
Least
Square
(OLS)
dapat
mengakibatkan estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai ragam minimum dan perhitungan standar erorr tidak dapat dipercaya sehingga uji F dan uji t tidak memberikan hasil yang diharapkan. Oleh karena itu, pada pengujian dengan model OLS diusahakan data tidak mengandung masalah heteroskedastisitas. Tabel 17. Uji Heterokesdastisitas Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0,727242 1,559261 3,724210
Prob. F(2,20) Prob. Chi-Square(2) Prob. Chi-Square(2)
0,4956 0,4586 0,1553
Berdasarkan Tabel 17, terlihat bahwa nilai-p(0,1553) lebih besar dari α=5%, maka model penelitian ini memenuhi asumsi klasik bebas heterokesdastisitas atau model homokesdastisitas.
39
4.8.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series), atau ruang (cross-section). Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu regresi berarti ragam contoh tidak dapat menggambarkan ragam populasinya. Untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak, maka dilakukan uji Durbin-Watson (uji Dw) seperti Gambar 9.
Positif 0
dl 1,168
No Autocorelation du 1,543
1,880
2
Negatif 4-du 2,457
4-dl 2,832
4
Gambar 9. Autokorelasi Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson menunjukkan angka 1,880, batas bawah (dl) dan batas atas (du), dengan jumlah peubah bebas k = 2 (terdapat 2 komponen dalam model, W1 dan W2) dan jumlah sampel n = 23, maka dl = 1,168 dan du = 1,543. Berdasarkan uji di atas, terlihat bahwa nilai Durbin Watson 1,880 terletak di daerah no autocorelation, sehingga
dapat disimpulkan
bahwa model ini terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi. 4.9. Analisis Perhitungan Hasil dari perhitungan menggunakan Minitab 14 terhadap peubah bebas (CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR) dan peubah
terikat (ROA)
menunjukkan nilai koefisien determinasi atau R Square 0,944. Nilai R Square tersebut menunjukkan variasi ROA dapat dijelaskan oleh variasi CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR 94,4%, atau peubah CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR mampu memengaruhi ROA 94,4% dan sisanya (5,6%) dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian.
40
4.9.1 Uji F Uji simultan dengan menggunakan Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama peubah bebas terhadap peubah terikat. Hasil uji F pada output Minitab 14 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Apabila F hitung > F tabel, maka peubah bebas berpengaruh secara simultan terhadap peubah terikat. Sedangkan, Uji F dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value dibandingkan alpha yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05. Berikut ini Tabel ANOVA untuk uji F dimuat pada Tabel 18. Tabel 18. ANOVA Source
DF
Regression
2
Sum of Mean Squares Square 2662,1 1331,1
Residual Error
20
158,4
Total
22
2820,5
F
p
168,09
0,000
7,9
Nilai pada F tabel 3,493, sedangkan nilai F hitung 168,09, maka F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai p = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR secara simultan mampu menjelaskan perubahan pada ROA, atau model dinyatakan cocok atau fit. 4.9.2 Uji t Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu peubah bebas secara individual dalam menerangkan variasi peubah terikat (Kuncoro, 2003). Peubah dikatakan memiliki pengaruh nyata jika nilai │t-hitung│lebih besar dari 1,96. Hasil uji t dimuat pada Tabel 19.
41
Tabel 19. Uji t Simpangan Peubah Baku X1 0,074509 X2 0,061891 X3 0,045647 X4 0,086313 X5 0,05733
Koefisien 0,4756 0,0948 0,1484 -0,0262 0,0387
t-hitung 6,383366 1,532393 3,251663 -0,30371 0,675799
Keterangan nyata tidak nyata nyata tidak nyata tidak nyata
Berdasarkan perhitungan regresi komponen utama, didapatkan model regresi sebagai berikut : 𝑌� = -2,88483 + 0,4756 X 1 + 0,0948 X 2 + 0,1484 X 3 - 0,0262 X 4 + 0,0387X 5 ..............................................................(9) Analisa uji t untuk mengetahui pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat adalah : a.
Konstanta -2,88483, artinya jika CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR bernilai 0, maka nilai ROA adalah -2,88483.
b.
Peubah CAR memiliki nilai t-hitung 6,383366, yaitu lebih besar dari t tabel 1,96, artinya bahwa CAR berpengaruh nyata dan positif terhadap ROA. Nilai koefisien pada CAR adalah 0,4756, artinya jika CAR meningkat 1%, maka ROA akan meningkat 0,4756%, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
c.
Peubah NPL memiliki nilai t-hitung 1,532393, yaitu lebih kecil dari t tabel 1,96, artinya bahwa NPL tidak berpengaruh nyata terhadap ROA. Nilai koefisien pada NPL adalah 0,0948, artinya jika NPL meningkat 1%, maka ROA akan meningkat 0,0948%, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
d.
Peubah NIM memiliki nilai t-hitung 3,251663, yaitu lebih besar dari t tabel 1,96, artinya bahwa NIM berpengaruh nyata dan positif terhadap ROA. Nilai koefisien pada NIM adalah 0,1484, artinya jika NIM meningkat 1%, maka ROA akan meningkat 0,1484%, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
e.
Peubah BOPO memiliki nilai t-hitung -0,30371, yaitu lebih kecil dari t tabel 1,96, artinya bahwa BOPO tidak berpengaruh nyata
42
terhadap ROA. Nilai koefisien pada BOPO adalah 0,086313, artinya jika BOPO meningkat 1%, maka ROA akan meningkat 0,086313%, dengan asumsi peubah lainnya tetap. f.
Peubah LDR memiliki nilai t-hitung 0,675799, yaitu lebih kecil dari t tabel 1,96, artinya bahwa LDR tidak berpengaruh nyata terhadap ROA. Nilai koefisien pada LDR adalah 0,05733, artinya jika LDR meningkat 1%, maka ROA akan meningkat 0,05733%, dengan asumsi peubah lainnya tetap.
4.9.3 Analisis Pengaruh CAR terhadap ROA Dari hipotesis pertama menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif tehadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 6,383366 dan koefisien regresinya 0,4756. Hal ini menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh positif terhadap ROA secara nyata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar CAR, maka ROA yang diperoleh bank akan semakin besar. Semakin besar CAR, maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya, sehingga kinerja bank juga meningkat. Kecukupan
modal
bank
mencerminkan
modal
sendiri
perusahaan. Semakin besar kecukupan modal bank, yaitu dengan memanfaatkan secara optimal modal sendiri dapat meningkatkan tingkat profitabilitas perusahaan yang tercermin dalam ROA, karena dengan modal yang besar, manajemen bank dapat leluasa dalam menempatkan
dananya
ke
dalam
aktivitas
investasi
yang
menguntungkan dan berpotensi meningkatkan laba perusahaan.
Pengaruh CAR yang nyata terhadap ROA ini juga didukung oleh suntikan modal yang diberikan pemerintah kepada Bank Mutiara. Alasan pemerintah menyuntikkan dana tersebut pertama adalah untuk menaikkan nilai CAR. Perhitungan perkiraan biaya penanganan (bailout) yaitu sebesar jumlah kekurangan modal untuk membentuk nilai CAR agar sesuai dengan standar minimum BI (8%). Usaha tersebut berdampak pada ROA yang meningkat seiring dengan
43
peningkatan CAR. Dengan demikian Ha 1 yang menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA diterima, atau dengan kata lain tolak Ho 1. 4.9.4 Analisis Pengaruh NPL terhadap ROA Hipotesis kedua menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 1,532393 dan koefisien regresinya 0,0948. Hal ini menunjukkan bahwa NPL tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA, yaitu mengindikasikan bahwa resiko usaha bank yang tercermin dalam NPL tidak berpengaruh terhadap ROA, karena kerugian perusahaan akibat kredit macet ditopang modal yang dimiliki oleh perusahaan. Terkait dengan koefisien regresi yang bertanda positif, yakni berbeda dengan tanda di hipotesis kedua terjadi karena kenaikan NPL tidak mengakibatkan menurunnya ROA, sebab nilai Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bank Mutiara yang tinggi dapat menutupi kredit bermasalah. Laba perbankan masih dapat meningkat dengan NPL yang tinggi, karena sumber laba selain dari bunga, seperti fee based income relatif tinggi. Dengan demikian, Ha 2 yang menyatakan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif terhadap ROA ditolak, atau dengan kata lain terima Ho 2. 4.9.5 Analisis Pengaruh NIM terhadap ROA Hipotesis ketiga menyatakan bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 3,251663 dan koefisien regresinya 0,1484. Hal ini menunjukkan bahwa NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA secara nyata. Perubahan suku bunga dan mutu aktiva produktif pada perusahaan perbankan dapat menambah laba bagi perusahaan, sehingga semakin besar perubahan NIM Bank Mutiara, maka semakin besar profitabilitas yang dapat diperoleh Bank Mutiara, yang ditunjukkan oleh ROA.
Hal ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan bunga bersih, sehingga berpengaruh pada tingkat
44
pendapatan bank terhadap total asetnya. Meningkatnya pendapatan bunga bersih, yang merupakan selisih antara total biaya bunga dan total pendapatan bunga telah mengakibatkan bertambahnya laba sebelum pajak. Pendapatan bunga bersih
yang tinggi akan
mengakibatkan meningkatnya laba sebelum pajak, sehingga ROA bertambah.
Salah satu komponen pembentuk ROA adalah laba
sebelum pajak, maka, secara tidak langsung jika pendapatan bunga bersih meningkat maka laba yang dihasilkan bank juga meningkat, sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan bank tersebut. Dengan demikian, Ha 3 yang menyatakan bahwa NIM memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA diterima, atau dengan kata lain Ho 3 ditolak. 4.9.6 Analisis Pengaruh BOPO terhadap ROA Hipotesis keempat menyatakan bahwa BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung -0,30371 dan koefisien regresinya -0,0262. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh negatif dan nyata terhadap ROA. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tingkat efisiensi Bank Mutiara tidak memiliki dampak, atau pengaruh terhadap tingkat pendapatan, atau profitabilitas Bank Mutiara yang diwakili oleh ROA. Nilai negatif yang ditunjukkan BOPO menunjukkan bahwa semakin kecil BOPO, menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktifitas usahanya. BOPO yang kecil menunjukkan bahwa biaya operasional
bank
operasionalnya,
hal
sehingga
lebih tersebut
kecil dari
pendapatan
menunjukkan
bahwa
manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Dengan demikian, Ha 4 yang menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh yang negatif terhadap ROA ditolak, atau dengan kata lain terima Ho 4 . 4.9.7 Analisis Pengaruh LDR terhadap ROA Hipotesis kelima menyatakan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Dari hasil penelitian diperoleh nilai t-hitung 0,675799,
45
sedangkan koefisien regresinya 0,0387. Hal ini menunjukkan bahwa LDR tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA. Hasil penelitian ini
mengindikasikan
bahwa
kemampuan
manajemen
dalam
menyalurkan kredit dari pihak ketiga kepada pihak kreditur tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan, atau profitabilitas Bank Mutiara yang diwakili oleh ROA. Penyebab tidak ada pengaruh LDR terhadap ROA adalah karena pihak Bank Mutiara masih belum memaksimalkan penyaluran kredit dari DPK. Selain itu, jumlah kredit macet pada Bank Mutiara masih tinggi, sehingga kredit yang disalurkan tidak berpengaruh terhadap laba bank. Dengan demikian, Ha 5 yang menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA ditolak, atau dengan kata lain terima Ho 5 . 4.10. Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi komponen utama, maka terlihat bahwa nilai koefisien untuk masing-masing peubah yang memiliki pengaruh paling besar dan nyata terhadap ROA Bank Mutiara adalah CAR dengan nilai koefisien transformasi regresi 0,4756 dan NIM dengan nilai koefisien transformasi regresi 0,1484. Hal lainnya, terdapat peubah-peubah yang tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA, namun peubah-peubah tersebut tetap harus diperhatikan oleh pihak Bank Mutiara. Peubah-peubah tersebut meliputi NPL dengan
koefisien 0,4756, LDR
dengan koefisien 0,0387 dan BOPO dengan koefisien -0,0262. Hasil penelitian ini menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan, baik oleh pihak manajemen perusahaan (emiten) dalam pengelolaan perusahaan, dan oleh para investor dalam menentukan strategi investasinya agar usaha tersebut mendatangkan keuntungan. Implikasi manajerial dari hasil penelitian ini untuk masing-masing peubahnya adalah sebagai berikut : 1.
CAR memiliki pengaruh paling nyata terhadap ROA. Besarnya koefisien rasio CAR adalah 0,4756. Nilai koefisien ini menujukkan bahwa CAR memiliki pengaruh besar bagi ROA. Hal ini berarti tingkat kecukupan modal suatu bank merupakan faktor penting yang harus
46
dipenuhi. Bagi pihak emiten, merujuk pada penelitian ini, diharapkan selalu menjaga tingkat kecukupan modalnya, sehingga pada akhirnya dengan tercukupinya tingkat kecukupan modal, maka kinerja keuangan bank akan meningkat dan berdampak pada profitabilitas yang meningkat.
Salah
satu
caranya
dengan
meningkatkan
modal
perusahaan, yaitu meningkatkan penawaran saham ke publik dan mengundang investor strategik dan mitra strategik baru, baik lokal maupun asing untuk berinvestasi. Selain itu, emiten juga harus berhatihati dalam melakukan pengelolaan bank, agar tidak terjebak dalam pengambilan risiko tinggi (high risk) yang dapat membahayakan keadaan bank, seperti investasi di sektor yang tidak dikuasai oleh bank, pembelian surat berharga yang mempunyai rating rendah dan menyalurkan kredit kepada pihak-pihak terkait, sehingga risiko batas maksimum pemberian kredit (legal lending limit) menjadi lebih tinggi dari ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kemudian, bagi investor, rasio CAR dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menetukan strategi investasinya. Karena semakin besar CAR suatu bank, maka semakin tinggi ROA, yang berarti semakin tinggi kinerja keuangan bank tersebut. 2.
Peubah berikutnya yang memiliki pengaruh nyata terhadap ROA adalah NIM dengan koefisien 0,1484. Hal ini berarti NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA. Bagi pihak emiten, NIM menunjukkan berapa besar bunga bersih yang diperoleh bank tersebut, dimana bunga merupakan hasil dari kegiatan utama bank, yaitu sebagai pihak penyalur dana kepada pihak yang membutuhkan. Oleh karena itu, emiten harus memperhatikan penentuan suku bunga simpanan, baik giro, deposito dan tabungan yang mana bank harus selalu mengikuti dengan cermat, seperti tingkat inflasi, suku bunga luar negeri dan juga suku bunga bank pesaing, serta perkembangan ekonomi baik di dalam maupun luar negeri. Jika pihak emiten dapat menjaga agar rasio NIM berada pada posisi yang tinggi, laba yang diperoleh akan tinggi. Dengan tingginya laba yang diperoleh, maka kinerja keuangan Bank Mutiara akan
47
meningkat. Bagi pihak investor, rasio NIM dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan strategi investasi. Semakin tinggi rasio NIM, maka semakin tinggi pula kemampuan bank tersebut memperoleh pendapatan bunga bersih, sehingga banyak investor yang tertarik berinvestasi ke bank tersebut. 3.
Terdapat juga peubah yang tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA Bank Mutiara. Salah satunya NPL dengan koefisien 0,4756. Semakin tinggi NPL, maka semakin tinggi jumlah kredit bermasalah yang dialami oleh suatu bank. Bagi pihak emiten, perlu menjaga agar persentase NPL tidak membesar, atau maksimal sesuai ketentuan BI (5%). Jika lebih dari yang ditetapkan, akan meningkatkan biaya untuk menutupi jumlah kredit macet. Pihak emiten dapat melakukan usaha untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kredit macet dengan cara, emiten harus lebih giat dalam menghimpun dana tabungan masyarakat, karena kebanyakan beban bunga yang harus dibayar oleh emiten adalah bunga untuk deposito yang biayanya relatif tinggi. Hal itu membuat penetapan bunga kredit tinggi, sehingga berimplikasi pada banyaknya kredit macet. Selain itu, setiap pelepasan kredit/pinjaman, bank wajib memenuhi prosedur kredit yang telah ditetapkan, seperti pinjaman harus ditutupi dengan agunan yang memadai dan memenuhi syarat legalitas, serta marketable. Calon debitur harus dikenal oleh bank dan memiliki reputasi baik. Selain itu, sesuai penilaian bank, usaha yang dibiayai adalah usaha prospektif dan profitable, serta bank mengadakan monitoring terhadap pinjaman yang diberikan, sehingga dapat dihindari site streaming, atau penyalahgunaan kredit. Bank juga harus mempunyai sistem penyelamatan kredit yang memadai, sehingga apabila terjadi kredit bermasalah dapat segera diatasi. Bagi pihak investor, hendaknya melihat jejak rekaman NPL suatu bank. Jika, NPL bank tinggi, maka jumlah kredit macet pada bank tersebut juga tinggi.
4.
Dari hasil penelitian menunjukkan LDR tidak memberikan pengaruh nyata terhadap ROA dan mempunyai koefisien 0,0387, namun pihak emiten tetap harus menjaga nilai dari LDR, karena LDR merupakan
48
salah satu indikator kesehatan bank yang ditetapkan oleh BI. Emiten harus memperhatikan penyaluran kredit dari dana pihak ketiga kepada kreditur. Artinya, jumlah kredit yang disalurkan harus disesuaikan dengan jumlah dana pihak ketiga sesuai dengan standar BI. Hal ini untuk menjaga tingkat likuiditas emiten jika sewaktu-waktu terdapat penarikan dana dari nasabah. Bagi pihak investor, LDR dapat dijadikan acuan untuk menentukan strategi investasinya. Semakin likuid suatu bank, maka dapat disimpulkan penyaluran kredit yang dilakukannya berjalan dengan baik, maka investor akan tertarik untuk berinvestasi di bank tersebut, karena yakin investasi yang ditanamkan akan selalu menghasilkan keuntungan bagi dirinya. 5.
Peubah BOPO juga tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA Bank Mutiara. Bagi pihak emiten, pergerakan
BOPO haruslah menjadi
perhatian agar perusahaannya selalu berada pada tingkat efisiensi baik, agar sesuai dengan peraturan BI. Emiten harus dapat memperkecil besarnya BOPO, sehingga biaya operasional yang dikeluarkan bank bersangkutan akan semakin efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan validasi atas setiap biaya yang akan dikeluarkan, apakah memang perlu dikeluarkan, atau tidak, seperti penentuan besarnya biaya promosi dan menghindari denda yang dikenakan oleh institusi pemerintah (BI/Pajak) sebagai akibat dari ketidakpatuhan terhadap pemenuhan ketentuan yang telah ditetapkan. Di sektor pendapatan operasi, bank wajib meningkatkan fee based income seoptimal mungkin,
seperti
pengenaan
tarif
atas
biaya
transaksi
yang
menggunakan jasa bank (fee transfer, provisi kredit, komisi Bank Garansi, fee transaksi valuta asing dan biaya bank lainnya). Sedangkan, Bagi investor, BOPO dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi investasinya. Bank Mutiara harus senantiasa memperhatikan tingkat kesehatan bank dengan menjaga nilai rasio CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR berada di bawah standar yang ditetapkan BI (minimal peringkat III) untuk meningkatkan laba yang diwakili oleh ROA. Dengan laba yang tinggi, bank
49
akan mampu untuk melakukan ekspansi dan memberikan kepercayaan kepada investor yang akan menanamkan modalnya di bank.
50
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan a.
CAR, NPL, NIM, BOPO, ROA dan LDR sepanjang tahun 2006 sampai triwulan III tahun 2011 fluktuatif, yaitu mengalami kenaikan dan penurunan. Sedangkan, hasil proyeksi trend untuk tiga (3) periode mendatang memperlihatkan CAR menurun, NPL menurun, NIM menurun, BOPO menurun, ROA meningkat dan LDR meningkat.
b.
Nilai R square menunjukkan bahwa peubah CAR, NPL, NIM, BOPO dan LDR secara simultan mampu memengaruhi ROA 94,4% dan sisanya (5,6%) dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian. CAR dan NIM memiliki pengaruh nyata dan positif terhadap ROA dengan koefisien masing-masing 0,4756 dan 0,1484. Sedangkan, rasio yang tidak memiliki pengaruh nyata terhadap ROA adalah NPL yang memiliki koefisien 0,0948, LDR yang memiliki koefisien 0,0387, serta BOPO yang memiliki koefisien -0,0262.
2.
Saran a.
Bank Mutiara sebaiknya mengelola rasio CAR yang berpengaruh nyata dan positif terhadap profitabilitas bank. Untuk meningkatkan ROA, nilai CAR harus ditingkatkan dengan mengurangi risiko dari aktiva, atau menambah modal. Selain itu, Bank Mutiara harus menjaga kestabilan tingkat suku bunga untuk kredit, deposito, giro, dan tabungan untuk memperbaiki nilai NIM yang memiliki pengaruh nyata dan positif terhadap ROA.
b.
Bank Mutiara juga harus menjaga rasio LDR dengan memperhatikan penyaluran kredit dari dana pihak ketiga kepada pihak kreditur, serta meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam memberikan kredit untuk mengurangi jumlah kredit kurang lancar, diragukan dan kredit macet, sehingga berdampak pada rasio NPL agar berada pada posisi di bawah 5%. Bank Mutiara juga harus menjaga kestabilan rasio BOPO pada posisi ideal dengan memaksimalkan pendapatan dari seluruh kegiatan
51
operasional bank, tentunya dengan meminimalisasi biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan operasional agar menjadi efisen.
52
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 2004. Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional. PT. Gramedia, Jakarta Almilia, L.S dan Winny, H. 2005. Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Perioda 2001-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan pada STIE Perbanas Surabaya, Surabaya Bank Indonesia. 1998. Surat Keputusan Direksi BI No 30/267/KEP/DIR tanggal 27 Februari 1998 mengenai Mutu Aktiva Produktif dan Pembentukan Cadangan, Jakarta _____________. 1998. Undang-undang tentang Perbankan, Jakarta _____________. 2004a. Peraturan Bank indonesia No 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta _____________. 2004b. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Jakarta _____________. 2012. 10 Bank Terbesar di Indonesia tahun 2011, Jakarta Fahmi, I. 2011.Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta, Bandung Jumingan. 2008. Analisis laporan Keuangan. PT Bumi Aksara, Jakarta Harmono. 2011. Manajemen keuangan. PT. Bumi Aksara, Jakarta Hasibuan, M. S. P. 2007. Dasar-Dasar Perbankan. PT Bumi Aksara, Jakarta Husnan, S. 1998. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. AMP YKPN, Yogyakarta Hastuti, P. 2011. Analisis Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Loan (NPL), Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Net Interest Margin (NIM) (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta Kuncoro, M. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta __________ dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta Bank Mutiara, Laporan Keuangan Bank Mutiara tahun 2011, Jakarta
53
Mahrinasari. 2003. Pengelolaan Kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ekonomi dan Bisnis pada Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung, Bandar Lampung Prastowo, D dan Julianty. 2005. Analisis Laporan Keuangan. AMP YKPN, Yogyakarta Puspitasari, D.A. 2008. Analisis Pengaruh Non Performing Loan (NPL) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Asset (ROA) dengan Bantuan Model program Simulasi Komputer (Studi Kasus : PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.). Skripsi pada Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor Santoso, S. 2009. Business Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit Andi, Yogyakarta Ulpah, M. 2006. Makalah Analisis Regresi Terapan. Kumpulan Makalah Analisis Regresi Terapan pada Program Studi Statistika, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
54
LAMPIRAN
55
Lampiran 1. Perhitungan rasio keuangan tahun 2006-2011 (triwulan III)
Tahun 2006 Maret Juni September Desember 2007 Maret Juni September Desember 2008 Maret Juni September Desember 2009 Maret Juni September Desember 2010 Maret Juni September Desember 2011 Maret Juni September
Rasio (%) NPL Netto ROA
CAR
NPL Gross
NIM
BOPO
LDR
8,26 12,52 12,34 11,66
6,00 7,3 7,22 5,88
5,30 6,45 6,01 4,94
0,4 0,2 0,33 0,38
1,66 2,14 3,24 2,82
84,58 94 93,66 93,65
22,88 22 21,1 21,35
13,59 19,58 18,54 15,91
5,56 5,17 3,96 3,46
4,85 5,94 3,75 3,33
0,93 0,58 0,61 0,37
3,11 4,6 3,66 3,34
89,93 91,69 92,18 92,58
25,31 29,61 33,18 38,49
12,8 8,96 11,79 -39,62
3,33 3,13 2,87 35,17
3,16 2,94 2,71 10,42
0,36 0,62 0,46 -52,09
3,33 3,84 3,93 -0,85
95,66 92,71 91,85 1226,28
41,99 43,4 47,59 93,16
-8,13 12,19 10,43 12,31
34,93 42,96 41,76 37,59
10,4 7,3 6,81 9,53
4,89 4,19 4,67 3,84
1,07 0,25 0,65 0,76
67,97 91,6 89,74 92,66
87,64 83,98 85,05 81,66
11,92 12,81 11,79 11,16
34,68 32,21 31,46 22,05
5,77 5,03 4,91 4,84
1,08 1,45 1,13 2,39
1,12 1,24 1,33 1,21
91,72 87,44 90,26 81,65
81,74 81,79 72,9 70,86
11,27 9,93 9,69
24,11 10,44 8,07
4,8 3,5 4,26
1,45 3,59 3,26
0,65 1,04 1,35
89,03 76,46 78
71,55 82,74 87,92
56
Lampiran 2. Pengolahan Data dengan Minitab 14 a.
Correlations: CAR, NPLGROSS, NIM, BOPO, LDR, ROA CAR -0.366 0.086
NPLGROSS
0.554 0.006
-0.816 0.000
BOPO
-0.895 0.000
0.247 0.256
-0.421 0.046
LDR
-0.422 0.045
0.800 0.000
-0.798 0.000
0.273 0.208
ROA
0.865 0.000
-0.156 0.478
0.338 0.115
-0.992 0.000
NPLGROSS
NIM
NIM
BOPO
LDR
-0.177 0.420
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
b. Regression Analysis: ROA versus CAR, NPLGROSS, NIM, BOPO, LDR The regression equation is ROA = 4.69 - 0.0316 CAR + 0.0303 NPLGROSS - 0.048 NIM - 0.0501 BOPO + 0.0246 LDR
Predictor Constant CAR NPLGROSS NIM BOPO LDR
Coef 4.691 -0.03155 0.03029 -0.0475 -0.050104 0.02465
S = 0.895595
SE Coef 1.335 0.04110 0.02484 0.2824 0.001871 0.01318
R-Sq = 99.5%
T 3.51 -0.77 1.22 -0.17 -26.78 1.87
P 0.003 0.453 0.239 0.868 0.000 0.079
VIF
R-Sq(adj) = 99.4%
6.4 3.8 4.5 5.4 3.5
57
Lanjutan Lampiran 2 c.
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
Source CAR NPLGROSS NIM BOPO LDR
DF 1 1 1 1 1
DF 5 17 22
SS 2806.86 13.64 2820.49
MS 561.37 0.80
F 699.89
P 0.000
Seq SS 2108.33 83.88 8.19 603.65 2.81
Durbin-Watson statistic = 1.01303
d. Principal Component Analysis: Z1, Z2, Z3, Z4, Z5 Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue Proportion Cumulative
Variable Z1 Z2 Z3 Z4 Z5
3.2599 0.652 0.652
PC1 0.431 -0.456 0.503 -0.370 -0.464
1.2839 0.257 0.909
PC2 0.519 0.402 -0.213 -0.629 0.357
0.2071 0.041 0.950
PC3 -0.102 -0.522 0.294 -0.068 0.792
0.1616 0.032 0.983
PC4 -0.043 -0.585 -0.770 -0.219 -0.124
0.0875 0.017 1.000
PC5 -0.730 0.124 0.149 -0.644 -0.123
e. Regresi Komponen Utama 1) Regression Analysis: ROA versus W1, W2 The regression equation is ROA = - 0.648 + 3.69 W1 + 7.72 W2
Predictor Constant W1 W2
S = 2.81401
Coef -0.6483 3.6926 7.7220
SE Coef 0.5868 0.3323 0.5295
R-Sq = 94.4%
T -1.10 11.11 14.58
P 0.282 0.000 0.000
VIF 1.0 1.0
R-Sq(adj) = 93.8%
58
Lanjutan Lampiran 2 2) Analysis of Variance (UJI-F) Source Regression Residual Error Total
DF 2 20 22
SS 2662.1 158.4 2820.5
MS 1331.1 7.9
F 168.09
P 0.000
Durbin-Watson statistic = 1.88038 (nilai DW sangat dekat dengan 2 maka tidak ada autokorelasi)
3) Transformasi ke Z ROA = ROA = 0.464 0.357
- 0.648 + 3.69 W1 + 7.72 W2 - 0.648 + 3.69 (0.431 Z1 -0.456 Z2 + 0.503 Z3 -0.370 Z4 Z5) + 7.72 (0.519 Z1 + 0.402 Z2 -0.213 Z3 -0.629 Z4 + Z5 )
ROA = - 0.648 + 5.5971 Z1 + 1.0439 Z5
1.4208 Z2 +
0.2117 Z3 -6.2212
Z4 +
1.4208 Z2 +
0.2117 Z3 -6.2212
Z4 +
4) Transformasi dari Z ke X ROA = - 0.648 + 5.5971 Z1 + 1.0439 Z5
ROA = - 0.648 +
X3− X3 S3
X1− X1 S1 X4− X4 + S 4
5.5971
-6.2212
X2− X2 S2 X5− X5 S 5
+ 1.4208
1.0439
CAR − 9.204 + 1.4208 11.768 NIM − 1.978 NPLGROSS − 17.796 + 0.2117 1.426 14.981 BOPO − 138.057 LDR − 57.734 + 1.0439 26.943 237.319
ROA =
- 0.648 +
+ 0.2117
5.5971
ROA = -2.88483 + 0.4756 CAR 0.0262 BOPO + 0.0387 LDR
+
6.2212
0.0948 NPLGROSS + 0.1484 NIM
-
59
Lanjutan Lampiran 2 5) Uji-t rasio CAR NPLGROSS NIM BOPO LDR
simpangan baku 0.074509 0.061891 0.045647 0.086313 0.05733
koefisien
t-hitung
Keterangan
0.4756 0.0948 0.1484 -0.0262 0.0387
6.383366 1.532393 3.251663 -0.30371 0.675799
Nyata Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata Tidak Nyata
|t-hitung| > 1.96 maka tolak Ho artinya nyata 6) Uji Normalitas
Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-2
-1
0 RESI1
1
2
Nilai-p (0.150) > alpha 5%, artinya residual menyebar normal
-1.35158E-16 0.7873 23 0.132 >0.150
60
Lanjutan Lampiran 2 7) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.727242 1.559261
Prob. F(2,20) Prob. Chi-Square(2)
0.4956 0.4586
3.724210
Prob. Chi-Square(2)
0.1553
Nilai-p > alpha 5% maka homoskedastisitas
61
Lampiran 3. Analisis Trend CAR
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
38,419 6,006 131,561
43,806 6,542 124,520
Exponential Growth Error Error Error
S-Curve Error Error Error
NPL
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
119,669 10,251 153,190
150,353 9,838 124,938
Exponential Growth 82,190 10,457 199,186
S-Curve 65,155 11,732 261,273
NIM
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
78,1163 0,8803 1,2820
81,1727 0,8853 1,2749
Exponential Growth Error Error Error
S-Curve Error Error Error
BOPO
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
58,1 94,6 53862,7
72,7 104,9 50597,9
Exponential Growth 15,9 59,0 55388,6
S-Curve Error Error Error
ROA
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
275,634 4,473 121,801
313,498 4,897 116,112
Exponential Growth Error Error Error
S-Curve 64,546 3,238 126,195
62
LDR
MAPE MAD MSD
Linear
Quadratic
19,072 10,573 172,576
20,799 9,723 132,216
Exponential Growth 18,223 12,234 293,839
S-Curve 19,345 8,935 121,549
Pemilihan model pada masing-masing rasio didasarkan pada nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE), Mean Absolute Deviation (MAD) dan Mean Squared Deviation (MSD) terkecil dan terbanyak pada kelompok model yang dipilih.