PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET (ROA), BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO), INFLASI, DAN KURS TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PADA BANK UMUM
Di susun oleh : AULIA RACHMAN NIM : 109081000044
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H/2013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Aulia Rachman
2. Tempat Tanggal Lahir
: Jambi, 27April 1992
3. Alamat
: Jl. Ceger Raya GG. Mushollah Rt 03/03 No. 34, Tangerang Selatan, Banten.
II.
III.
4. Telepon
: 087782376943
5. E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN 1. SDN 02 pagi Bintaro
Tahun 2007-2003
2. SMPN 177 Bintaro
Tahun 2003-2006
3. SMAN 47 Bendi
Tahun 2006-2009
4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009-2013
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: Faisal R.A
2. Ibu
: Maryani
3. Alamat
: Jl. Ceger Raya GG. Mushollah Rt 03/03 No. 34, Tangerang Selatan, Banten.
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI 1. (2009-2013) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat 2. (2011-2013) Ketua bidang Humas Karang Taruna Muda Bersatu Pondok Karya 3. (2012) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
v
ABSTRACT
Loan disbursement and collection of funds is making a bank to be strong to make economy of a country stronger. This study aimed to analyze the effect of the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), operating expenses to operating income (ROA), inflation, and the exchange rate against the loan to deposit ratio (LDR) of conventional banks in Indonesia. The sample used in this study using conventional commercial banks in Indonesia. Data obtained on the basis of monthly data contained in the Indonesian banking statistics from 2007 to 2011. The method used to analyze the relationship between the dependent and independent variables is multiple regression using SPSS 20. The results showed that the CAR and ROA significant effect on LDR, while ROA, inflation and exchange rates had no significant effect on LDR. Adjusted R Square value of 0.870 indicates that LDR can be explained by the independent variables of the study was 85.8 percent, while the remaining 13.2 percent is explained by variables of third party funds and others. Keywords: Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return On Assets, operating expenses to operating income, inflation, and exchange rate
vi
ABSTRAK
Penyaluran kredit dan penghimpunan dana adalah membuat suatu bank menjadi kuat untuk menjadikan perekonomian suatu negara menguat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), inflasi, dan kurs terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum konvensional di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bank umum konvesional di Indonesia. Data diperoleh berdasarkan data bulanan yang terdapat di statistik perbankan Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011. Metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen adalah regresi berganda menggunakan aplikasi SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan dengan tingkat signifikansi α 0,05 bahwa CAR dengan nilai signifkansi 0,000 berarti lebih kecil dari α dan ROA dengan nilai signifikansi 0,003 berarti lebih kecil, maka CAR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap LDR, sedangkan BOPO dengan nilai signifikansi 0,944, Inflasi 0,070 dan Kurs 0,233 yang berarti lebih besar dari α, maka BOPO, Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,870 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen penelitian sebesar 85,8 persen, sedangkan sisanya 13,2 persen dijelaskan oleh variabel dana pihak ketiga dan lain-lain. Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return On Asset, Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Inflasi, dan Kurs
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hifayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada: 1. Kedua orang tua, ayahanda Faisal R.A dan Ibunda Maryani, serta adik dan saudara saya Nanda, Hadi, Zahra, Ridho, dan saudara saya Bambang Irawan, Indriani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada hentinya. 2. Teman baik Astriani Lesmaya yang telah memberikan bantuan dan semangat tiada hentinya. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Ahmad Dumiyati Bashori. Dr, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini, bimbingan serta arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. 7. Ibu Amalia, SE, MSM selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah bersedia memberikan solusi dan saran dalam penulisan skripsi.
viii
8. Segenap Dosen dan Kayawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 9. Seluruh teman-teman Manajemen B/2009 yang selalu berbagi ceria dan tawa semasa perkuliahan. 10. Seluruh teman-teman perbankan 2009 yang selalu berbagi ilmu dan saling membantu satu dengan yang lain. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan.
Jakarta, September 2013 Penulis
(Aulia Rachman)
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .....................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................
v
ABSTRACT .............................................................................................
vi
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ...........................................................................
viii
DAFTAR ISI ...........................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian …………………………...
1
B. Rumusan Masalah….………………....……………… 16 C. Tujuan Penelitian…..........................………………… 16 D. Manfaat Penelitian …........................………………… 17 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori …..………………………………….
19
1. Likuiditas…....…………………….......................
19
2. Loan to Deposit Ratio…….……………………...
20
3. Capital Adequacy Ratio………………………….
22
4. Return On Asset………………………………….
23
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional...……………………………….........
24
6. Inflasi ………..…………………………………..
25
7. Kurs.............................…………………………..
27
B. Pengaruh Antar Variabel……….……………….......... 31
x
C. Penelitian Terdahulu ………………………………… 35 D. Kerangka Pemikiran ……………………………….… 37 E. Hipotesis ……………………………………………… 39 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………. 40 B. Metode Penentuan Sampel …………………………… 40 C. Metode Pengumpulan Data …………………………... 41 D. Metode Analisis Data ………………………………... 42 1. Statistik Deskriptif ……………………………….. 42 2. Uji Asumsi Klasik …………….……………….… 42 a) Uji Normalitas ……….………………………. 42 b) Uji Multikolinieritas …………………………
43
c) Uji Autokorelasi ……………………………... 44 d) Uji Heterokedaktis …………………………… 45 3. Analisis Linier Berganda ………………………… 46 4. Pengujian Hipotesis ……………………………… 47 a) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) …… 47 b) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ………. 49 c) Koefisien Determinasi (R²) …………..………. 50 E. Operasional Variabel Penelitian ……………………… 52 BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………. 56 B. Analisis dan Pembahasan ……………………………. 57 1. Statistik Deskriptif …..........……………………… 57 2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………… 68 a) Hasil Uji Normalitas ………………………… 68 b) Hasil Uji Multikolinieritas …………………..
71
c) Hasil Uji Autokorelasi ………………………. 72 d) Hasil Uji Heterokedaktis ………………..…… 73 3. Hasil Uji Hipotesis ………………………………. 75
xi
a) Hasil Uji Statistik F ………………………….. 75 b) Hasil Uji Statistik t ……………………...…… 76 4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) ….......….…. 83 BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan …………….……………………………. 85 B. Implikasi …............……………………………...….. 85 C. Saran …........................……………………………… 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 91
xii
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian terdahulu...................................................................
35
4.1
Data Loan to Deposit Ratio (LDR)............................................
58
4.2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR).........................................
60
4.3
Data Return On Asset (ROA).....................................................
62
4.4
Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 64
4.5
Data Inflasi................................................................................
66
4.6
Data Kurs...................................................................................
67
4.7
Hasil Kolmogorov Smirnov .....................................................
71
4.8
Hasil Uji Multikolinieritas........................................................
72
4.9
Hasil Uji Autokorelasi .............................................................
73
4.10
Hasil Uji Glejser ......................................................................
75
4.11
Hasil Uji Statistik F .................................................................
76
4.12
Hasil Uji Statistik t ..................................................................
77
4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi ...............................................
84
xiii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
1.1
Grafik Perkembangan LDR..........................................................
5
1.2
Grafik Perkembangan CAR.........................................................
7
1.3
Grafik Perkembangan ROA.........................................................
9
1.4
Grafik Perkembangan BOPO.......................................................
11
1.5
Grafik Perkembangan Inflasi........................................................
12
1.6
Grafik Perkembangan Kurs..........................................................
13
2.1
Kerangka Pemikiran .....................................................................
38
4.1
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia .............................
57
4.2
Hasil Uji Normalitas Histogram ...................................................
69
4.3
Hasil Uji Normalitas P-Plot ..........................................................
70
4.4
Hasil Uji Scatterplot ......................................................................
74
xiv
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Keterangan
Halaman
1
Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum periode 2007-2011.... 92
2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum periode 2007-2011. 92
3
Data Return on Asset (ROA) Periode 2007-2011 ................................. 93
4
Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional periode 20072011..........................................................................................................93
5
Data Inflasi Periode 2007-2011 ...............................................................94
6
Data Kurs periode 2007-2011...................................................................94
7
Statistik Deskriptif....................................................................................95
8
Uji Asumsi Klasik ....................................................................................95
9
Uji Hipotesis ........................................................................................... 98
10
Tabel F .................................................................................................. .100
11
Tabel t .................................................................................................... 101
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menurut Kasmir (2003:5) fungsi utama perbankan adalah menghimpun dana (uang) dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit (pinjaman) guna untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Kegiatan bank dalam penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar adalah dalam bentuk kredit. Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif yang terbesar dalam memberikan pendapatan dibanding aktiva produktif lainnya. Menurut Martono (2010:45) Manajemen likuiditas merupakan suatu proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi semua kewajiban bank yang segera harus dibayar sesuai jatuh temponya. Pengendalian likuiditas bank dilaksanakan setiap hari berupa jaminan agar semua alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh bank seperti uang kas dan saldo giro pada BI dapat dimanfaatkan guna memenuhi tagihan dari nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat misalnya dana simpanan giro, para deposan dan pinjaman dari bank lain yang jatuh tempo. Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat likuiditas yang baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang 1
bersangkutan. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga sangat tipis, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan karena para pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya ke bank lain (Arditya, 2010:1). Kegiatan usaha yang lazim dilakukan oleh bank umum dalam menanamkan dana mereka adalah pemberian kredit, investasi surat berharga, mendanai transaksi perdagangan internasional, penempatan dana pada bank lain, dan penyertaan modal saham. Semua kegiatan menanamkan dana tersebut diatas tidak terlepas dari resiko tidak terbayarnya kembali, baik sebagian maupun seluruhnya. Di sebagian besar negara di dunia ini, dari seluruh dana bank yang ditanamkan pada keempat jenis usaha tersebut di atas, kredit merupakan bagian terbesar dari harta operasional dan harta bank secara keseluruhan. Jumlah dana bank di berbagai negara yang ditanamkan dalam kredit, berkisar sekitar 50 sampai 75% dari seluruh harta yang mereka miliki (Siswanto sutojo,2008:1). Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Risiko bank merupakan kombinasi dari tingkat kemungkinan sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut pada bank. Dampak yang muncul ialah dampak yang menguntungkan atau mengancam sebuah kesuksesan. Risiko tingkat bunga merupakan risiko yang 2
dapat merugikan dan menguntungkan. risiko kredit dan risiko operasional juga dapat dikategorikan sebagai risiko dua arah. Sedangkan Risiko Likuiditas merupakan risiko dengan satu arah ke bawah atau disebut dengan risiko yang merugikan (Tampubolon, 2004: 21). Risiko yang terberat yang kerap menjadi awal dari terjadinya likuidasi ialah risiko likuiditas (Ali, 2004: 246). Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah memorak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan Veithzal Andria 2007:10). Setelah mengalami penurunan yang cukup signifikan selama periode 2009 hingga kuartal pertama 2010 akibat krisis keuangan global, pertumbuhan kredit kembali meningkat. Pada akhir 2011 pertumbuhan kredit secara nominal dan riil masing-masing tercatat sebesar 24,7% dan 20,1%, melampaui pertumbuhan di 2010 yang sebesar 23,3% dan 15,3%. Hingga Maret 2012, pertumbuhan kredit 3
nominal adalah 25% sementara pertumbuhan kredit riil adalah 20%. Pangsa kredit terhadap PDB pada akhir 2011 juga tercatat sebesar 30%, meningkat cukup signifikan dibandingkan posisi 2010 yang sebesar 27%. Kredit perbankan diperkirakan akan terus tumbuh di tengah penurunan suku bunga BI rate (Buletin ekonomi moneter dan perbankan, 2012). Fungsi intermediasi Bank Umum semakin membaik yang ditunjukkan oleh meningkatnya penyaluran kredit dan penghimpunan DPK pada tahun 2011. Kredit perbankan tumbuh 24,59% menjadi Rp2.200,09 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 22,80%. Membaiknya kondisi perekonomian mendorong meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat dan penawaran kredit dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut masih memiliki ruang yang cukup untuk terus ditingkatkan lagi di masa depan. Hal ini tercermin dari LDR tahun 2011 yang masih berada pada kisaran 79,00% dan angka undisbursed loans yang bersifat committed dan uncommitted masingmasing sebesar Rp263,26 Triliun dan Rp422,48 Triliun. Disamping itu, kontribusi penyaluran kredit perbankan yang baru mencapai 30% terhadap PDB relatif kecil dibandingkan dengan negara ASEAN lain walaupun secara nominal menunjukan tren yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Bank Indonesia, 2011). Nilai LDR masing-masing bank umum dari tahun 2007-2011 mengalami perubahan setiap periodenya. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).
4
Grafik 1.1 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (dalam persen)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah) Berdasarkan grafik diatas menunjukkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada seluruh bank umum periode 2007-2011 yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahun. Kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank umum konvensional. Nilai paling kecil adalah 62,37% pada tahun 2007 dan LDR mengalami peningkatan dengan nilai paling besar adalah 74,75% pada tahun 2011 dengan data ini dapat dilihat kenaikan LDR yang cukup besar dari tahun 2007 sampai 2011 dengan kenaikan dan penurunan yang terjadi dari tahun ke tahunnya. Kenaikan pada 2008 sangat besar di karenakan kredit sangat berkembang pesat dengan banyaknya peminjaman untuk pembangunan rumah atau kpr yang disebabkan penurunan GWM sehingga likuiditas bank sangat memadai. Sedangkan penurunan pada tahun 2009 disebabkan oleh dampak krisis global 5
menjadikan naiknya harga barang dan menurunnya tingkat atau gairah konsumsi masyarakat. Kenaikan pada 2010 terjadi di karenakan nilai valas turun dan kredit meningkat dilihat dari kondusifnya situasi ekonomi makro yang ditunjukkan oleh nilai kurs dan inflasi yang stabil disertai upaya untuk mencapai target pada akhir tahun 2010 pasca krisis ekonomi global membuat perbankan di Indonesia meningkatkan penyaluran kreditnya. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan disebabkan nilai tukar, inflasi bergerak stabil dan perkembangan kredit modal kerja yang meningkat atau gairah usaha masyarakat mulai meningkat pada tahun ini serta daya beli masyarakat yang mulai meningkat dengan nilai valas yang cukup stabil ditopang dengan naiknya dana pihak ketiga sehingga permodalan bank cukup kuat untuk likuiditasnya. Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dilakukan dengan melihat rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Juga digunakannya variabel makro Inflasi dan Kurs. Karena variabel tersebut digunakan oleh bank Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank sebagai lembaga intermediasi serta ketahanannya kondisi makro ekonomi yang terjadi pada tahun penelitian. Perkembangan CAR pada tahun 2007 sampai 2011 mengalami fluktuatif yang dipengaruhi beberapa faktor adapun grafik perkembangan CAR dapat dilihat dari grafik 1.2. 6
Grafik 1.2 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) (dalam persen)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Berdasarkan grafik 1.2 CAR pada tahun 2008 mengalami penurunan karena terjadinya krisis keuangan global pada 2008 yang berimbas pada perbankan Indonesia dan berdampak sampai saat ini. Rasio CAR berfluktuatif sepanjang 2007-2011 terhadap LDR yang hampir selalu berfluktuatif sepanjang 2007 hingga 2011 dengan nilai 19,3 pada tahun 2007 dan 16,05 pada tahun 2011, dengan melihat data pada grafik dapat dilihat bahwa CAR mengalami penurunan yang cukup besar dikarenakan banyak terjadinya krisis pada tahun tersebut. seperti yang kita ketahui apabila rasio kecukupan modal ini meningkat, mengindikasikan bahwa suatu bank dengan modal yang besar dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.
7
CAR perbankan turun dari 17,18% pada Desember 2010 menjadi 16,05% pada akhir 2011, namun masih jauh di atas ketentuan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penurunan CAR tersebut disebabkan oleh meningkatnya Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang cukup besar akibat ekspansi kredit perbankan dan penerapan perhitungan risiko operasional. Profitabilitas perbankan yang cukup tinggi membantu meningkatkan modal perbankan sebesar 25,51% menjadi Rp412,19 Triliun. Permodalan tersebut didominasi oleh permodalan dengan kualitas baik tercermin dari pangsa tier 1 capital (modal inti) yang mencapai sekitar 89,56% dari total modal perbankan. Dukungan permodalan yang cukup dapat menjadi buffer bagi perbankan dalam menghadapi risiko-risiko yang mungkin terjadi kedepan. Membaiknya kinerja perbankan selama tahun 2011 mendorong peningkatan pencapaian laba. Selama tahun 2011, perbankan mencatatkan laba bersih sebesar Rp75,02 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang hanya mencapai Rp57,31 Triliun (Bank Indonesia, 2011). Return on Assets (ROA) adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan.
8
Grafik 1.3 Perkembangan Return on Assets (ROA) (dalam persen)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah) Perkembangan ROA berfluktuatif dari tahun 2007 sampai 2011 dikarenakan kondisi perekonomian yang selalu berubah dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 terjadinya krisis ekonomi global juga berdampak pada negara Indonesia dapat dilihat dari menurunnya ROA pada tahun 2008, masalah krisis ekonomi global sangat kompleks berdampak pada perbankan Indonesia, pada tahun 2009 sampai 2011 ROA semakin membaik seiring dengan pulihnya perekonomian Indonesia diringi dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang sudah kembali pada perbankan Indonesia, dengan tingkat suku bunga yang relatif membuat masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan dengan bank seperti berinvestasi atau kredit. Laba bank umum pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp228 miliar, sedangkan pada bulan yang sama tahun lalu sempat mencapai Rp301,4 miliar. Kenaikan laba justru terjadi dikelompok bank syariah dan bank perkreditan 9
rakyat. Pada periode yang sama, pencapaian laba perbankan syariah mencapai Rp34,57 miliar sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp26,77 miliar. Di sisi lain, kelompok bank perkreditan rakyat pada triwulan II 2009 membukukan laba sebesar Rp10,06 miliar, sedang pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp7,76 miliar. Perkembangan return on asset (ROA) juga mengalami tekanan. ROA adalah indikator yang mengukur kemampuan asset untuk menghasilkan laba. ROA bank umum mengalami penurunan dari 1,29% pada triwulan II 2008 menjadi 1,98% pada triwulan II 2009. Kondisi ROA perbankan syariah jauh lebih baik. Pada posisi yang sama ROA perbankan syariah mencapai 5,73%, sedangkan pada triwulan yang sama tahun lalu tercatat sebesar 6,25% (Bank Indonesia, 2009). Laba bersih bank umum pada Januari 2012 mencapai Rp 9,05 triliun, naik 60% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 5,65 triliun. Peningkatan laba yang cukup signifikan ini ditopang kenaikan pendapatan operasional seiring pesatnya laju pertumbuhan kredit. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia Januari 2012, pendapatan operasional bank umum mencapai Rp 42,17 triliun, naik 30,07% dibanding Januari 2011 sebesar Rp 32,29 triliun. Sementara itu, pendapatan nonoperasional perbankan meningkat 2,68%
menjadi Rp 22,21
triliun. Namun, beban operasional bank umum juga meningkat menjadi Rp 54,27 triliun
atau
naik
43,04%
dari
sebelumnya
Rp
37,94
triliun
(www.suarapembaruan.com).
10
Grafik 1.4 Perkembangan BOPO (dalam persen)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah) Biaya operasional adalah halangan bank dalam mencapai keuntungan besar, kenaikan besar BOPO pada tahun 2008 disebabkan pada berdampaknya krisis ekonomi global yang membuat biaya operasional melonjak tinggi, dan pendapatan operasionalnya berkurang sehingga keuntungan bank tidak maksimal. apabila biaya operasional bank meningkat, maka akan mengurangi kemampuan bank dalam mendapatkan pendapatannya, namun yang terjadi banyak biaya operasional yang tinggi dan tidak terduga ini mengalami peningkatan di tahun 2007 dan 2011 dengan nilai 84,05 pada tahun 2007 dan 85,42 pada tahun 2011 dengan data yang tersaji dapat dilihat bahwa BOPO mengalami kenaikan besar dan pada saat 2011 kembali mengalami penurunan yang cukup besar juga, dan pada saat yang sama, LDR justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sampai 2011 perekonomian Indonesia mulai berkembang, dengan pendapatan
11
bank juga bertambah diikuti dengan kredit yang juga mengalami perkembangan sehingga pendapatan operasional bank juga naik. Grafik 1.5 Perkembangan Inflasi (dalam persen)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah) Perubahan tingkat inflasi di Indonesia selama periode penelitian 20082012 bahwa inflasi terjadi cukup tinggi melebihi target yang ditetapkan pemerintah tahun 2008. Ini disebabkan karena bergejolaknya ekonomi dunia yang berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain itu, meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang otomatis meningkatkan biaya pokok
12
produksi perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi yang sangat besar. Grafik 1.6 Perkembangan Kurs (dalam rupiah)
Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah) Dilihat grafik 1.6 dapat dilihat kurs mengalami perkembangan yang fluktuatif, pada tahun 2008 kurs rupiah melamah sampai 10.950 rupiah dikarenakan krisis ekonomi global yang berdampak pada melemah nya nilai rupiah yang terjadi di Indonesia sehingga barang-barang melonjak naik, terutama barang-barang import, nilai rupiah melemah sangat terasa bagi Indonesia karena Indonesia sering melakukan import yang dimana harga barang sangat dipengaruhi oleh kurs dollar. Seiring penguatan fundamental oleh pemerintah dan bank Indonesia, perekonomian Indonesia mulai berangsur membaik, Dapat dilihat pada tahun 2009 sampai 2011 perekonomian berkembang baik, rupiah menguat tercatat pada tahun 2010 sebesar 8.991 rupiah dikarenakan menguatnya perekonomian Indonesia. 13
Dilihat dari penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap LDR yang diteliti oleh Billy Arma pratama (2010) dan Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012). Pada penelitian Billy Arma pratama (2010) dengan sampel bank umum, penelitiannya mengenai pengaruh CAR terhadap LDR menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap LDR, sedangkan pada penelitian Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012) CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR. Dari hasil penelitian tentang CAR telah terjadi hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian yang dilakukan oleh Billy Armapratama (2010) dengan Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012). Dilihat dari penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian mengenai pengaruh antara Return On Asset (ROA) terhadap LDR yang diteliti oleh Anjum Iqbal (2012), Arditya Prayudi (2011). Penelitian Anjum Iqbal (2012), Arditya Prayudi (2011) menghasilkan Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap LDR. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) diteliti oleh Arditya prayudi (2011) dengan hasil penelitian bahwa BOPO tidak berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Inflasi diteliti oleh Maharani Lestari & Sugiharto (2007). Dalam penelitian Maharani Lestari & Sugiharto (2007) menghasilkan bahwa inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap LDR pada bank devisa dan bank non devisa. Sedangkan pada penelitian Haas R & Lelyveld (2003) inflasi berpengaruh negatif signifikan 14
terhadap pertumbuhan kredit bank nasional di wilayah eropa tengah dan eropa timur. Nilai tukar yang diteliti Maharani Lestari dan Sugiharto (2007) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap LDR pada bank devisa dan bank non devisa. Penulis ingin meneliti seberapa besar pengaruh dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) yang menjadi tolak ukur likuiditas suatu bank. Sangat penting bagi para nasabah maupun investor untuk mengetahui kinerja likuiditas suatu bank karena bank dilihat sehat atau tidak nya bisa dilihat dari tingkat kemampuan likuiditas nya atau memberikan kreditnya dan seberapa tingkat kepercayaan nasabah dalam berinvestasi pada suatu bank sehingga para nasabah maupun investor dapat mengambil keputusan baik dalam berinvestasi. Dilihat dari internal bank juga dinilai sangat penting, karena menjadi tolak ukur seberapa kinerja suatu bank dan menjadi masukan terhadap kinerja maupun pemahamannya. Berdasarkan pada fenomena, data dan keragaman argumentasi (research gap) hasil penelitian yang ada mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan perbankan terhadap LDR. Maka dalam hal ini penulis sangat terdorong untuk mengangkat permasalahan mengenai “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi pada Bank umum periode 2008-2012)”. 15
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara simultan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia? 2. Bagaimana variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara parsial terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara simultan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia. 2. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara parsial terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia. 16
D. Manfaat Penelitian 1. Peneliti Menerapkan keilmuan akademik yang telah di dapatkan dalam perkuliahan kedalam penelitian dan menambah ilmu pengetahuan mengenai ekonomi yang terjadi khususnya perbankan. 2. Akademis Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio perbankan di Indonesia sehingga dapat memberikan wawasan atau pengetahuan yang lebih mendalam dan berguna untuk pengembangan penelitian mengenai faktor faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio. 3. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan khususnya dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana sehingga bank dapat mengambil keputusan yang efektif dalam meningkatkan profitabilitas dan likuiditas bank. 4. Investor Memberikan gambaran mengenai likuiditas bank untuk tingkat kepercayaan menanamkan modal atau membuat akun di bank sehingga investor lebih mendapatkan keputusan yang tepat dalam berinvestasi.
17
5. Pembaca Manfaat dari penelitian ini akan dapat dijadikan bahan untuk menambah pengetahuan maupun perbandingan untuk membuat penelitian selanjutnya dalam topik yang berkaitan sehingga penelitian selanjutnya bisa lebih baik lagi.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Likuiditas Menurut Kasmir (2004:130) Rasio Likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Pengelolaan likuditas bank dilakukan setiap hari dengan cara melakukan pengendalian terhadap semua alat likuid yang dikuasai bank (yaitu uang tunai/kas, dan saldo giro di bank sentral). Alat-alat likuid tersebut dapat digunakan secara tiba-tiba jika ada tagihan dari nasabah. Tagihan yang merupakan kewajiban bagi bank tersebut antara lain berupa simpanan nasabah serta pemberian kredit dan pinjaman ke lembaga keuangan yang jatuh tempo (Ade dan Edia,2006:138). Secara umum pengelolaan keuangan perusahaan akan menghadapi tiga masalah yang penting yaitu likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas. Untuk menjaga posisi likuiditas agar tetap likuid, perusahaan harus mengelola likuiditasnya dengan cara yang benar. Likuiditas bagi bank 19
merupakan masalah yang sangat penting karena berkaitan degan kepercayaan masyarakat, nasabah, dan pemerintah (Hasibuan, 2002:25). Menurut (Taswan, 2006:96) Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus segera dibayar. Kewajiban tersebut sering diartikan sebagai hutang. Pengertian ini berlaku pada perusahaan non bank yang memandang riil saja yang tercermin di sisi pasiva pada neraca. Berbeda dengan bank, bahwa likuiditas dipandang dari dua sisi pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit yang wajar. 2. Loan to Deposit Ratio Menurut Kasmir (2008:290), besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sedangkan menurut Riyadi (2006:165) LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun 20
oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh bank Indonesia adalah sebesar 110%. Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima,
tidak
termasuk
pinjaman
subordinasi.
Rasio
ini
menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum adalah sekitar 90-100, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas aman LDR suatu bank adalah 110%. LDR dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank (Simorangkir,2004:147). Dengan pernyataan di atas maka rasio ini dirumuskan sebagai berikut :
Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepasa nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin 21
tinggi
rasio
tersebut
memberikan
indikasi
semakin
rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkankarena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar (Dendawijaya, 2003:118). 3. Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank have to make decisions about the amount of capital they need to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to pay its depositors and other creditors and so goes out of business. Second, the amount of capital affects returns for the owner (equity holders) of the bank. And third, a minimum amount of bank capital (bank capital requirements)is required by regulatory authorities. (Mishkin, 2006:213) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah presentase modal sendiri dibandingkan dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Bank Indonesia menetapkan CAR minimal 8% dan secara gradual meningkat menjadi 12%, Apabila CAR minimal tidak tercapai, bank tersebut dinilai akan sulit mengatasi kesulitan keuangannnya. Karena modal sendiri akan habis untuk menutupi kerugian yang terjadi, dan tidak akan dapat menutupi kewajiban ke masyarakat. Untuk itu, bank indonesia akan segera melakukan tindakan pada perbankan nasional yang tidak dapat memenuhi CAR minimal ( Arthesa dan Handiman, 2006:62).
22
Angka CAR akan semakin tinggi bila tingkat pertambahan modal disetor lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva. Karena modal disetor selain mencerminkan komitmen pemegang saham, juga berguna sebagai sumber dana operasional perbankan, maka modal disetor yang semakin besar akan meningkatkan kemampuan bank untuk menutupi dana-dana yang dibutuhkan, khususnya dana untuk menutup penarikan tunai dari nasabah dan menyalurkan kredit. Semakain tinggi angka CAR menunujukkan bank tersebut semakin likuid. (Manurung dan Rahardja, 2004:211) Modal suatu bank pada dasarnya dinilai berdasarkan pemenuhan bank yang bersangkutan terhadap Ketentuan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM). Pemenuhan kebutuhan tersebut dihitung dari rasio modal terhadap ATMR. KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat” dengan nilai kredit sebesar 81, dan untuk setiap kenaikan sebesar 0,1% dari pemenuhan sebesar 8% ditambah 1 sampai dengan 100. Sementara itu, untuk pemenuhan KPMM sebesar 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65. Dan untuk kenaikan sebesar 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi satu dengan minimum 0. (Veithzal Rivai dkk, 2007:120) 4.
Return On Assets (ROA) Mishkin (2007:232) dalam bukunya menyatakan bahwa, because owners of a bank must know whether their bank is being 23
managed well, they need good measures of bank profitability. A basic measure of bank profitability is return on assets (ROA). Sedangkan menurut Riyadi (2006:156) Return On Assets (ROA) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan perbandingan antara laba dengan total aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Rumus dari Return On Asset (ROA) adalah : ROA =
Laba Sebelum Pajak X 100 % Total Asset
Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum pajak” dapat dibaca pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan “total aset” dapat dilihat pada neraca. Perhitungan kredit dilakukan sebagai berikut (Lukman Dendawijaya 2003:105): a)
Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
b) Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100%. 5.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai pelantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya
24
bunga
dan
hasil bunga.
Rasio
ini dirumus sebagai berikut
(Dendawijaya, 2003:121): :
Semakin rendah tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank terebut, karena lebih efesien dalam menggunakan sumber daya yang ada diperusahaan. Jika angka rasio BOPO menunjukan angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa kinerja bank tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat rendah. Tetapi jika rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi (Slamet Riyadi, 2006:159). 6. Inflasi Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang terus menerus dan cepat (Frederic Mishkin, 2008:342). Adapun Efek Buruk Inflasi menurut Sadono Sukirno,2011: 338. a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi perkembangan
yang
tinggi
ekonomi.
tingkatnya
Biaya
yang
akan terus
menggalakkan menerus
naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan
25
tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan terwujud. b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat Disamping menimbulkan efek buruk keatas kegiatan ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat. c. Inflasi Akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang-Orang yang Berpendapatan Tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun. d. Inflasi Akan Mengurangi Nilai Kekayaan yang Berbentuk Uang Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku. e. Memperburuk Pembagian Kekayaan Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual atau pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi 26
menyebabkan
pembagian
pendapatan
diantara
golongan
berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata. Menurut (Irham dan Yovi,2010:166) ada beberapa faktor yang bisa menimbulkan inflasi, yaitu : a. Structural inflation (inflasi struktural) yaitu suatu keadaan yang ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang, tetapi karena pergeseran struktur ekonomi, yaitu pergerakan faktor-faktor produksi dari sektor non industri ke sektor industri. b. Cost push inflation inflasi yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan yang menaikkan harga barang dagangannya karena implikasi dari kenaikan biaya internal seperti kenaikan upah buruh, suku bunga atau juga karena mengharapkan memperoleh laba yang tinggi. c. Demand full inflation yaitu inflasi yang timbul karena didorong oleh biaya. Inflasi lainnya seperti karena faktor kenaikan pendapatan masyarakat atau juga disebabkan oleh ketakutan akan terjadinya kenaikan
harga
yang
terus
menerus
sehingga
masyarakat
memborongnya, inflasi yang timbul karena dorongan permintaan. 7. Kurs Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). 27
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar Menurut Jeff Madura (2006:128) adalah sebagai berikut: a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Keseimbangan nilai tukar akan berubah seiring dengan perubahan atas permintaan dan peawaran valuta asing yang bersangkutan. 1) Tingkat Inflasi Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan
dan
penawaran
valuta,
dengan
demikian
mempengaruhi nilai tukar. Naiknya harga-harga secara umum pada suatu negara dibanding dengan negara lainnya akan menyebabkan naiknya permintaan barang-barang dari negara lainnya dan permintaan atas mata uang tersebut. Dengan naiknya permintaan valuta asing tersebut akan menaikkan harga mata uang negara tersebut dibandingkan mata uang negara sendiri, akibatnya terjadilah depresiasi nilai mata uang negara tersebut. 2) Tingkat Suku Bunga Perubahan pada suku bunga relative mempengaruhi investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi permintaan dan penawaran mata uang. Jadi, naiknya tingkat suku bunga di suatu negara dibandingkan negara lainnya, maka akan menyebabkan naiknya permintaan atas mata uang negara yang 28
bersangkutan. Dengan demikian harga mata uang negara tersebut akan menguat dibandingkan dengan mata uang negara lainnya. 3) Tingkat Pendapatan Apabila tingkat pendapatan suatu negara meningkat karena adanya tambahan kemampuan untuk memasok, maka nilai mata uang negara tersebut akan meningkat. Dan sebaliknya, apabila tingkat pendapatan suatu negara meningkat karena permintaan dari dalam negeri, maka nilai mata uang tersebut akan menurun. 4) Peraturan Pemerintah Peraturan pemerintah yang mempengaruhi keseimbangan nilai tukar mata uang dengan cara sebagai berikut: a) Penentuan batas-batas nilai tukar b) Penentuan batas-batas perdagangan luar negeri c) Intervensi dalam pasar valuta asing d) Perubahan-perubahan variabel makro seperti: inflasi, tingkat suku bunga, dan lain-lain. 5) Pengharapan atau Ekspektasi Faktor-faktor lain yang mempengaruhi nilai tukar adalah ekspektasi akan nilai tukar dimasa depan. Pasar valuta asing bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Sebagai contoh, berita akan melonjaknya inflasi Indonesia, akan menyebabkan pedagang valuta asing akan menjual Rupiah 29
untuk mengantisipasi turunnya nilai Rupiah di masa datang. Respon tersebut akan benar-benar membuat nilai tukar Rupiah mengalami penurunan. Menurut Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerapkali berbeda di antara satu masa dengan masa yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cara di dalam menentukan kurs valuta asing, yaitu: a. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebas Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri. Dalam permintaan mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu negara, semakin sedikit permintaan ke atas mata uang tersebut. Semakin rendah harga mata uang suatu negara, semakin banyak permintaan ke atas mata uang tersebut. Sedangkan dalam penawaran mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu negara, semakin banyak penawaran mata uang tersebut. Semakin
30
rendah harga mata uang suatu negara, semakin sedikit penawaran mata uang tersebut. b. Ditentukan oleh pemerintah Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk ke atas perekonomian. Kurs pertukaran yang ditetapkan oleh pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang ditentukan oleh pasar bebas. Sejauh mana perbedaan tersebut, dan apakah ia lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditetapkan oleh pasar bebas, adalah bergantung kepada kebijakan dan keputusan pemerintah mengenai kurs yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan pemerintah dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.
B. Pengaruh Antar Variabel 1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap LDR Menurut (Martono, 2010:84) hal yang utama pada rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Bisa disimpulkan bahwa CAR merupakan tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasirasional bank.
31
Tingkat kecukupan suatu bank atas permodalan sangat penting dalam menyalurkan kredit yang diberikan kepada masyarakat. Apabila
tingkat
kecukupan
modal
bank
memadai,
maka
masyarakat akan tertarik untuk mengambil kredit dan berinvestasi pada bank maka pihak bank memiliki dana cadangan jika sewaktu-waktu terjadi masalah kredit macet. Pemberian kredit bank pada masyarakat diwakili dengan rasio LDR. Bank yang memiliki kecukupan modal yang tinggi maka
akan
meningkatkan
kepercayaan
dari
masyarakat
dalam
menyalurkan kredit, sehingga apabila CAR meningkat maka akan meningkatkan LDR. Sesuai dengan penelitian Prayudi (2011) bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap LDR. Semakin baik CAR akan semakin baik kredit yang disalurkan. 2.
Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap LDR ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan (Riyadi, 2006:156). ROA menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan bank sehingga diperkirakan bahwa ROA dan pertumbuhan kredit saling memiliki keterkaitan. Dalam penelitian Hersugondo dan Handy (2012) meneliti bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap LDR, di dukung juga oleh teori bahwa dalam kegiatan usaha bank yang mendorong perekonomian, rasio ROA yang 32
tinggi menunjukkan bahwa bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan bunga (Muliaman Haddad dkk, 2004:22). 3. Pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap LDR Rasio BOPO ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, semakin baik kondisi bank tersebut (Martono, 2010:85). Semakin kecil BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang besangkutan dapat disimpulkan semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Dengan masalah yang besar bank tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk berinvestasi dan pengajuan kredit. Ada penelitian yang mengindikasikan bahwa BOPO berdampak buruk kepada bank yang dilakukan oleh Prayudi (2011) BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. 4. Pengaruh Inflasi terhadap LDR Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan politik suatu negara (Irham dan Yovi, 2010:165).
33
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Sugiarto (2007) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap LDR. Dapat disimpulkan karena faktor inflasi mencerminkan stabilitas ekonomi, jika tingkat inflasi meningkat, dan harga barang meningkat diiringi rupiah merosot, maka masyarakat cenderung mengurangi saving/investasi dan juga mengurangi intensitas kredit dari masyarakat. Maka aset perbankan secara riil akan menurun, sehingga akan mempengaruhi kemampuan operasi perbankan dalam penyaluran kredit. 5. Pengaruh Kurs terhadap LDR Nilai tukar atau kurs didefinisikan sebagai nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2006:397). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar mempengaruhi pendapatan masyarakat yang menurun serta membuat para nasabah cenderung lebih banyak menempatkan dana dalam bentuk surat berharga daripada dalam bentuk simpanan seperti giro, tabungan, dan deposito berjangka. Dan juga mempengaruhi harga-harga barang import karena Indonesia masih banyak bergantung pada barang import dari luar negri, harga barang import naik atau turunnya sangat bergantung kepada kurs dollar yang ada.
34
Perkembangan tersebut menyebabkan intermediasi berjalan kurang optimal karena penurunan dana pihak ketiga (DPK) membuat bank menghadapi penurunan aset serta penurunan Loan to Deposit Ratio (LDR) diatas normal. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR). Hal ini disebabkan nilai tukar yang melemah berdampak pada penurunan simpanan masyarakat pada bank. Penurunan simpanan masyarakat pada bank dapat menyebabkan rendahnya tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR). Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Lestari dan Sugiharto (2007) Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dolar berpengaruh negatif tidak signifkan terhadap rasio likuiditas bank yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR).
C. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai LDR memiliki penelitian terdahulu yang beragam, banyaknya keberagaman menjadi suatu teori bisa berubah dan tetap sesuai dengan hubungan kenyataan. Adapun penelitian tedahulu yang relevan dan menjadi landasan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Nama (Tahun)
Judul
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1
Anjum Iqbal
Liquidity Risk Management : A Comparative Study between
Dependen: LDR
Dari hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi ROA sebesar 0,024 dan CAR sebesar
(2012)
Independen:
35
Lanjutan tabel 2.1
2
Fitri Riski Amriani (2012)
conventional and Islamic Banks of Pakistan
Bank Size, NPL, ROE, ROA, CAR
0,012 , Dengan ROA dan CAR demikian berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR.
Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap LDR
Dependen: LDR Independen: CAR, NPL, BOPO dan NIM
Penelitian Amriani menyatakan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap LDR, dan variabel BOPO berpengaruh tidak signifikan terhadap LDR
3
Hersugondo dan Handy Setyo Tomtomo (2012)
Pengaruh CAR, NPL, DPK dan ROA terhadap LDR perbankan Indonesia
Dependen: LDR Independen : CAR,NPL, DPK, dan ROA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap LDR perbankan di Indonesia
4
Arditya Prayudi (2011)
Pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM
Dependen: LDR
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel BOPO tidak signifikan terhadap LDR, dan variabel ROA signifikan terhadap LDR
Independen: CAR, NPL, BOPO, NIM 5
6
7
Muhammad Farhan Akhtar (2011)
Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan
Billy Arma Pratama, ST (2010)
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit bank umum
Haas dan Lelyveld, 2006
Foreign Bank and Credit Stability in Central and Eastern Europe
Dependen: Liqiuditas Independen: size NWC, ROE, CAR, ROA Dependen: LDR Independen: DPK,CAR, NPL, Suku Bunga SBI Dependen: pertumbuhan kredit
Hasil penelitian Ini Menyatakan Bahwa CAR dan ROA berpengaruh terhadap LDR
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR
Hasil penelitian menyatakan bahwa Inflasi bank asing di Eropa Tengah dan di 36
Lanjutan tabel 2.1 Independen: GDP, Inflasi, Suku Bunga Pinjaman
Eropa Timur berpengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan kredit
Sumber: Kumpulan penelitian terdahulu
D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Berdasarkan model penelitian di atas, maka dapat dikembangkan kerangka pikir sebagai berikut :
37
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Indonesia
Variabel Independen: 1. 2. 3. 4. 5.
Variabel Dependen:
CAR ROA BOPO Inflasi Kurs
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Model Uji Regresi Berganda Uji Asumsi Klasik: 1. 2. 3. 4.
Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji heterokodaktis
Uji Regresi Berganda
Uji F Secara Simultan
Uji t
Koefisien Determinasi
Interpretasi Kesimpulan
38
E. Hipotesis 1.
Hipotesis Secara simultan Ho
: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.
Ha
: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.
2.
Hipotesis secara Parsial Ho
: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.
Ha
: Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara simultan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia .
39
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam ruang lingkup penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh variabel bebas (independent variabel) yaitu terdiri dari CAR (X1), ROA (X2), BOPO (X3), Inflasi (X4), Kurs (X5) terhadap variabel terikat (dependent variabel) dalam penelitian ini adalah LDR (Y) pada Bank Umum Konvensional di Indonesia, data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari hasil publikasi Bank Indonesia mulai dari bulan Januari tahun 2007 sampai dengan bulan Desember 2011 (60 bulan), serta kebijakankebijakan lain dalam media harian, jurnal ilmiah, atau internet. Pengumpulan data dilakukan, baik melalui observasi terhadap dokumen atau laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi, kemudian dilakukan pencatatan terhadap data yang dibutuhkan.
B. Metode Penentuan Sampel Dalam menentukan jenis sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu metode penarikan sampel probabilitas yang dilakukan dengan kriteria tertentu (Abdul Hamid, 2010:16). Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh bank umum konvesional yang memiliki aset terbesar dan data keuangan yang lengkap. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data time series atau data 40
runtut waktu yang tersedia di Statistik Perbankan Indonesia (SPI) maka populasi yang diambil adalah bank Indonesia, dengan sampel data bulanan periode Januari 2007 hingga Desember 2011 (60 bulan), dimana diambil rata-rata (gabungan) laporan kelompok bank umum konvesional yang berjumlah 121 bank yang tersedia di Statistik Perbankan Indonesia (SPI).
C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan cara: 1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh berbagai data dari literatur, jurnaljurnal yang dipublikasikan, laporan penelitian sebelumnya, serta berbagai sumber
lainnya
yang
dianggap
mempunyai
hubungan
dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. 2. Data sekunder, yaitu merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Pada penelitian ini menggunakan data time series bulanan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia periode 2007-2011. Data-data tersebut diperoleh dari: a. Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasi Bank Indonesia. b. Data Inflasi yang dipublikasi Bank Indonesia. c. Data Kurs yang di publikasikan Bank Indonesia.
41
D. Metode Analisis Data Penelitian ini mengunakan metode analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah kecenderungan satu variabel, variabel tidak bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan. Analisis regresi berganda digunakan untuk menaksir dan atau meramalkan besarnya nilai ratarata hitung atau nilai rata-rata variabel tidak bebas atas dasar nilai tetap variabel yang menjelasan diketahui (Damodar Gujarati, 2003:27). 1.
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Imam Ghozali, 2012: 19).
2.
Pengujian Asumsi Klasik Menurut Imam Ghozali (2012:103) pengujian asumsi klasik atas data penelitian, dilakukan dengan menggunakan empat model pengujian yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan 42
menggunakan analisis grafik dan uji statistik (Imam Ghozali, 2012:160). 1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 2) Analisis Statistik Uji statistik yang dapat digunakan untuk mengukur normalitas data yaitu salah satunya dengan menggunakan uji statistic non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S). untuk mendeteksi data berdistribusi normal, probabilitas signifikansi data haruslah diatas tingkat kepercayaan ≥ 0,05 atau 5%. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis: Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka 43
variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah
variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi (Imam Ghozali, 2012: 105). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari: 1) Nilai tolerance 2) Variance Inflation Factor (VIF) Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi ( karena VIF= 1/ Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas adalah apabila nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan VIF ≥ 10. Jika nilai VIF terbukti bernilai ≤ 10 maka tidak terjadi
kolonieritas
dalam
variabel
regresi
tersebut
(Imam
Ghozali,2012:106). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam modal regresilinear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi 44
yang baik adalah regresi bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui tidak terjadinya Autokorelasi dilakukan pengujian dengan Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila nilai signifikansi kurang dari signifikansi 0,05 yang berarti hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar nilai residual (Imam Ghazali,2012:120). H0 : residual (res_1) random (acak) HA: residual (res_1) tidak random d. Uji heterokedaktisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik 45
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi -Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Imam Ghozali, 2012:139). Dasar analisisnya adalah sebagai berikut: 1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk meyakinkan tidak adanya masalah heteroskedaktisitas dalam penelitian maka peneliti juga menguji dengan uji glejser, uji ini dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel bebas yang signifikan atau signifikansi lebih besar dari alpha (Sig > α) terhadap nilai mutlak residualnya maka dalam model terdapat masalah heteroskedaktisitas (suliyanto,2011:98). 3. Analisis Regresi Linear Berganda Setelah melalui uji asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas, serta data telah terdistribusi normal, maka data yang sudah dikumpulkan tersebut dianalisa dengan menggunakan metode regresi linear berganda. Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen untuk memprediksi nilai 46
rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien regresi untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Dalam analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan independen (Imam Ghozali, 2012:95). 4. Pengujian Hipotesis Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari nilai koefisien determinan (R²), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana H0 diterima (Imam Ghozali, 2012: 97). a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau : H0 : b1, b2 ,……,bk = 0 Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas
yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen.
Hipotesis 47
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1, b2 ,……, bk ≠ 0 Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2012: 98). Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Quick look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Untuk menyimpulkan model masuk dalam kategori cocok atau tidak, maka harus membandingkan nilai F hitung dengan F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n-k), dimana k adalah jumlah variabel dan n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel). Untuk menghitung besarnya nilai F hitung digunakan formula berikut (Suliyanto, 2011:61):
F
R² / (k -1) X100% = 1- R² /(n - k) 48
Keterangan : F = Nilai F Hitung R² = Koefisien determinasi k
= Jumlah variabel
n
= Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Imam Ghazali (2012:98) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau: Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap
variabel dependen.
Hipotesis
alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: (Imam Ghazali 2012:98) 1. Quick look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dalam kata lain kita menerima hopotesis alternatif, 49
yang menyatakan suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel independen. 2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Dalam tabel distribusi t terdapat istilah satu ujung dan dua ujung. Penggunaan tabel satu ujung atau dua ujung tergantung pada hipotesis yang diajukan. Jika belum menunjukkan arah, misalnya terdapat pengaruh (tidak menunjukkan positif atau negatif) maka menggunakan dua ujung. Derajat bebasnya adalah df α/2, n-k, dimana n adalah jumlah pengamatan (ukuran sampel) dan k adalah jumlah variabel. Untuk menghitung besarnya nilai t hitung digunakan rumus berikut (Suliyanto, 2011:62) :
ti =
bj Sbj
Keterangan : t
= Nilai t hitung
bj
= Koefisien regresi
sbj
= Kesalahan buku koefisien regresi
5. Koefisien Determinasi (R²) Menurut Imam Ghozali (2012:97) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan 50
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel dependen dalam dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen R² pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R² pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam penelitian ini digunakan Adjusted R² karena nilai variabel bebasyang diukur terdiri dari nilai rasio absolut dan nilai perbandingan. Kegunaan Adjusted R² adalah: 1. Sebagai ukuran ketepatan garis regresi yang diterapkan suatu kelompok data hasil survey. Semakin besar nilai Adjusted R² maka akan semakin tepat suatu garis regresi dan sebaliknya. 2. Untuk mengukur besarnya proporsi atau prosentase dari jumlah variasi dari variabel dependen, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel dependen terhadap variabel independen.
51
E. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Dalam penelitian ini ada dua definisi variabel, variabel independen dan variabel dependen. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Variabel bebas (independen) a) Capital Adequacy Ratio (X1) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan bank yang digunakan untuk menganalisis bagaimana tingkat modal bank tersebut. Capital Adequacy Ratio (CAR) di definisikan dengan rumus sebagai berikut :
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) yang digunakan adalah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode 2007 sampai dengan 2011. Data yang diambil dalam bentuk rasio atau persentase. b) Return On Asset (X2) Return On Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas bank yang digunakan untuk menganalisis bagaimana tingkat keuntungan bersih bank. Return On Asset (CAR) di definisikan dengan rumus 52
sebagai berikut : ROA =
Laba Sebelum Pajak X 100 % Total Asset
Data Return On Asset (ROA) yang digunakan adalah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode 2007 sampai dengan 2011. Data yang diambil dalam bentuk rasio atau persentase. c) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (X3) Rasio
BOPO
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
pengeluaran dan pendapatan dari suatu bank, rasio ini mengukur seberapa efisien bank tersebut dalam kinerjanya. Rasio ini di definisikan dengan rumus sebagai berikut:
Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang digunakan adalah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode 2007 sampai dengan 2011. Data yang diambil dalam bentuk rasio atau persentase. d) Inflasi (X4) Inflasi diartikan kenaikan harga umum barang/komoditas dan jasa dalam periode waktu tertentu. Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data inflasi yang dipublikasikan oleh bank Indonesia diambil dari www.bi.go.id data yang diambil dalam bentuk persentase, dan diambil dalam periode 2007 sampai dengan 2011. 53
e) Kurs (X5) Kurs Rupiah adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Data kurs diambil dari www.bi.go.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai kurs tengah selama periode amatan antara tahun 2007-2011. Pengukuran dinyatakan dalam satuan rupiah. Dengan Pengukuran sebagai berikut : Kurs Tengah = Kurs Jual + Kurs Beli 2 2.
Variabel Terikat (Dependen) Variabel terikat
atau
merupakan variable
yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena adanya variable bebas (independen). Dalam Penelitian ini yang merupakan variabel terikatnya adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). a. Loan to Deposit Ratio (LDR) (Y) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio likuiditas bank yang digunakan untuk menganalisis seberapa besar tingkat dana pihak ketiga dengan tingkat kredit yang diberikan oleh bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) di definisikan dengan rumus sebagai berikut :
54
Data Loan to Deposit Ratio (LDR) yang digunakan adalah dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) periode 2007 sampai dengan 2011. Data yang diambil dalam bentuk rasio atau persentase.
55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Pengertian bank umum menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank) (Bank Indonesia,2011). Bank umum mempunyai beragam kegiatan. Adapun kegiatan-kegiatan bank umum yang utama antara lain: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan tabungan; b) Memberikan kredit; c) Menerbitkan surat pengakuan utang; d) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu sendiri; e) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau dengan pihak ketiga; f) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; dan
56
g) Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. Gambar 4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia
Bank Umum (120)
Bank Pemerintah (4)
Bank Swasta (116)
Bank Pemerintah Unit Usaha Syariah (1)
Bank Pembangunan Daerah(26)
Bank Umum Swasta (79)
BPD Unit Usaha Syariah (14)
Bank Umum Swasta Syariah (11)
BPD Umum Swasta Unit Usaha Syariah (8)
(sumber: Bank Indonesia) B. Analisis dan Pembahasan 1. Statistik Deskriptif Deskripsi dalam penelitian ini meliputi 6 variabel, yakni, Capital Adequecy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi, Kurs dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dilihat sebagai berikut:
57
Tabel 4.1 Data Loan to Deposit Ratio (LDR) (dalam persentase) Bulan Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 58,98 59,78 60,62 60,32 60,66 61,88 61,42 63,59 64,33 65,53 66,28 62,37
2008 67,06 67,89 70,66 71,65 72,80 73,89 76,00 79,02 77,72 77,48 77,60 74,58
Tahun 2009 73,76 73,50 73,08 72,86 73,19 73,20 74,07 74,07 73,55 73,90 73,67 72,88
2010 72,13 73,97 73,46 74,70 75,71 75,31 76,39 78,01 77,06 76,73 76,78 75,21
2011 75,48 77,11 76,83 78,40 78,45 79,67 79,79 82,21 81,36 81,03 81,00 78,77
(sumber: Bank Indonesia) Berdasarkan tabel diatas menunjukkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada seluruh bank umum periode 2007-2011 yang mengalami kenaikan dan penurunan setiap tahun. Kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank umum konvensional. Nilai 72,88% pada tahun 2009 dan LDR mengalami peningkatan dengan nilai paling besar adalah 78,77% pada tahun 2011 dengan data ini dapat dilihat kenaikan LDR yang cukup besar dari tahun 2007 sampai 2011 dengan kenaikan dan penurunan yang terjadi dari tahun ke tahunnya. Penurunan pada 2009 di karenakan dampak krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, membuat harga-harga melonjak tinggi dan inflasi juga tinggi pada tahun terjadi nya krisis ekonomi global. Nilai mata
58
uang asing juga ikut melonjak tinggi, sehingga tingkat kepercayaan masyarakat kurang pada tahun 2008, sehingga kredit dan penghimpunan dan juga mengalami penurunan. Gairah konsumsi masyarakat berkurang, tidak seperti tahun sebelumnya yang maraknya kredit rumah atau kpr. Kenaikan pada 2010 terjadi di karenakan nilai valas turun dan kredit meningkat dilihat dari kondusifnya situasi ekonomi makro yang ditunjukkan oleh nilai kurs dan inflasi yang stabil disertai upaya untuk mencapai target pada akhir tahun 2010 pasca krisis ekonomi global membuat perbankan di Indonesia meningkatkan penyaluran kreditnya. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan disebabkan nilai tukar, inflasi bergerak stabil dan perkembangan kredit modal kerja yang meningkat atau gairah usaha masyarakat mulai meningkat pada tahun ini serta daya beli masyarakat yang mulai meningkat dengan nilai valas yang cukup stabil ditopang dengan naiknya dana pihak ketiga sehingga permodalan bank cukup kuat untuk likuiditasnya. Pada tahun 2012 kredit sangat
berkembang pesat
dengan banyaknya
peminjaman untuk
pembangunan rumah atau kpr yang disebabkan penurunan GWM sehingga likuiditas bank sangat memadai. Berikut dapat dilihat data Capital Adequacy Ratio (CAR) pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui Statistik Perbankan Indonesia sebagai berikut:
59
Tabel 4.2 Data Capital Adequacy Ratio (CAR) (dalam persentase) Bulan Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 23,00 23,02 22,11 22,05 21,89 21,15 20,85 20,57 21,27 20,11 20,33 19,30
2008 21,60 21,00 20,52 19,39 18,26 17,58 17,44 17,10 17,26 16,70 16,77 16,76
Tahun 2009 17,82 18,04 18,03 17,83 17,52 18,17 17,34 17,12 17,76 17,51 17,08 17,42
2010 18,66 19,21 19,27 19,18 18,90 18,06 18,29 18,29 16,52 16,99 16,90 17,18
2011 17,38 18,07 17,57 17,76 17,41 17,00 17,24 17,29 16,63 17,15 16,61 16,05
(sumber: Bank Indonesia) Rasio CAR berfluktuatif sepanjang 2007-2011 terhadap LDR yang hampir selalu berfluktuatif sepanjang 2007 hingga 2011 dengan nilai 19,30 pada tahun 2008 dan 16,05 pada tahun 2011, dengan melihat data pada grafik dapat dilihat bahwa CAR mengalami penurunan yang cukup besar dikarenakan banyak terjadinya krisis pada tahun tersebut. seperti yang kita ketahui apabila rasio kecukupan modal ini meningkat, mengindikasikan bahwa suatu bank dengan modal yang besar dapat menyalurkan kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan meningkatkan LDR itu sendiri.
60
CAR perbankan turun dari 17,18% pada Desember 2010 menjadi 16,05% pada akhir 2011, namun masih jauh di atas ketentuan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8%. Penurunan CAR tersebut disebabkan oleh meningkatnya Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang cukup besar akibat ekspansi kredit perbankan dan penerapan perhitungan risiko operasional. Profitabilitas perbankan yang cukup tinggi membantu meningkatkan modal perbankan sebesar 25,51% menjadi Rp412,19 Triliun. Permodalan dengan kualitas baik tercermin dari pangsa tier 1 capital (modal inti) yang mencapai sekitar 89,56% dari total modal perbankan. Membaiknya kinerja perbankan selama tahun 2011 mendorong peningkatan pencapaian laba. Selama tahun 2011, laba bersih sebesar Rp75,02 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang hanya mencapai Rp57,31 Triliun (Bank Indonesia, 2011). Berikut dapat dilihat data Return On Asset (ROA) pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui Statistik Perbankan Indonesia sebagai berikut:
61
Tabel 4.3 Data Return On Asset (ROA) (dalam persentase) Bulan Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 3,34 3,03 2,96 2,92 2,98 2,93 2,89 2,87 2,84 2,83 2,78 2,78
2008 3,16 2,93 2,72 2,56 2,62 2,53 2,68 2,71 2,64 2,68 2,60 2,33
Tahun 2009 2,69 2,60 2,76 2,71 2,70 2,70 2,69 2,67 2,63 2,65 2,61 2,60
2010 3,12 2,91 3,08 3,02 2,98 3,00 2,97 2,94 2,91 2,94 2,93 2,86
2011 2,97 2,86 3,07 3,01 2,97 3,07 3,00 2,98 3,12 3,11 3,07 3,03
(sumber: Bank Indonesia) Return on Assets (ROA) adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank
yang
mendorong
perekonomian,
rasio
ROA
yang
tinggi
menunjukkan bank telah menyalurkan kredit dan memperoleh pendapatan. Perkembangan ROA berfluktuatif dari tahun 2007 sampai 2011 dikarenakan kondisi perekonomian yang selalu berubah dari tahun ke tahun, pada tahun 2008 terjadinya krisis ekonomi global juga berdampak pada negara Indonesia dapat dilihat dari menurunnya ROA pada tahun 2008, masalah krisis ekonomi global sangat kompleks berdampak pada perbankan Indonesia, pada tahun 2009 sampai 2011 ROA semakin
62
membaik seiring dengan pulihnya perekonomian Indonesia diringi dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang sudah kembali pada perbankan Indonesia, dengan tingkat suku bunga yang relatif membuat masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan dengan bank seperti berinvestasi atau kredit. Laba bank umum pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp228 miliar, sedangkan pada bulan yang sama tahun lalu sempat mencapai Rp301,4 miliar. Kenaikan laba justru terjadi dikelompok bank syariah dan bank perkreditan rakyat. Pada periode yang sama, pencapaian laba perbankan syariah mencapai Rp34,57 miliar sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp26,77 miliar. Di sisi lain, kelompok bank perkreditan rakyat pada triwulan II 2009 membukukan laba sebesar Rp10,06 miliar, sedang pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp7,76 miliar. Perkembangan return on asset (ROA) juga mengalami tekanan. ROA adalah indikator yang mengukur kemampuan asset untuk menghasilkan laba. ROA bank umum mengalami penurunan dari 1,29% pada triwulan II 2008 menjadi 1,98% pada triwulan II 2009. Kondisi ROA perbankan syariah jauh lebih baik. Pada posisi yang sama ROA perbankan syariah mencapai 5,73%, sedangkan pada triwulan yang sama tahun lalu tercatat sebesar 6,25% (Bank Indonesia, 2009). Laba bersih bank umum pada Januari 2012 mencapai Rp 9,05 triliun, naik 60% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 5,65 triliun. Peningkatan laba yang cukup signifikan ini ditopang kenaikan 63
pendapatan operasional seiring pesatnya laju pertumbuhan kredit. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia
Januari 2012, pendapatan
operasional bank umum mencapai Rp 42,17 triliun, naik 30,07% dibanding Januari 2011 sebesar Rp 32,29 triliun. Sementara itu, pendapatan nonoperasional perbankan meningkat 2,68%
menjadi Rp
22,21 triliun. Namun, beban operasional bank umum juga meningkat menjadi Rp 54,27 triliun atau naik 43,04% dari sebelumnya Rp 37,94 triliun (www.suarapembaruan.com). Berikut dapat dilihat data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia melalui Statistik Perbankan Indonesia sebagai berikut: Tabel 4.4 Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) (dalam persentase) Bulan Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 102,53 91,93 88,07 86,61 83,86 83,60 83,10 83,21 83,59 83,19 83,86 84,05
2008 87,90 85,56 85,19 86,37 85,51 85,30 83,61 83,42 83,72 85,41 86,82 88,59
Tahun 2009 101,00 96,54 90,68 89,16 87,81 87,77 87,35 87,35 87,41 86,68 86,55 86,63
2010 97,36 92,77 89,44 90,01 90,02 90,47 85,63 85,36 86,26 85,93 85,54 86,14
2011 118,24 86,07 85,00 84,46 84,33 85,92 87,43 89,34 87,14 86,44 85,97 85,42
(sumber: Bank Indonesia)
64
Biaya operasional adalah halangan bank dalam mencapai keuntungan besar, kenaikan besar BOPO pada tahun 2008 disebabkan pada berdampaknya krisis ekonomi global yang membuat biaya operasional melonjak tinggi, dan pendapatan operasionalnya berkurang sehingga keuntungan bank tidak maksimal. apabila biaya operasional bank meningkat, maka akan mengurangi kemampuan bank dalam mendapatkan pendapatannya, namun yang terjadi banyak biaya operasional yang tinggi dan tidak terduga ini mengalami penurunan di tahun 2008 dan 2011 dengan nilai 88,59 pada tahun 2008 dan 85,42 pada tahun 2011 dengan data yang tersaji dapat dilihat bahwa BOPO mengalami kenaikan besar dan pada saat 2012 kembali mengalami penurunan yang cukup besar juga, dan pada saat yang sama, LDR justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 sampai 2011 perekonomian Indonesia mulai berkembang, dengan pendapatan bank juga bertambah diikuti dengan kredit yang juga mengalami perkembangan sehingga pendapatan operasional bank juga naik. Dan pada titik terendahnya adalah pada tahun 2012 yang sangat kecil dibandingkan tahun sebelumnya, pada tahun ini perbankan Indonesia sudah mampu berbenah dari krisis yang dialami tahun 2008 disusul juga perekonomian di Indonesia yang berangsur normal. Berikut dapat dilihat data Inflasi pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia sebagai berikut:
65
Tabel 4.5 Data Inflasi (dalam persentase) Bulan 2007 6,26 6,30 6,52 6,29 6,01 5,77 6,06 6,51 6,95 6,88 6,71 6,59
Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2008 7,36 7,40 8,17 8,96 10,38 11,03 11,90 11,85 12,14 11,77 11,68 11,06
Tahun 2009 9,17 8,60 7,92 7,31 6,04 3,65 2,71 2,75 2,83 2,57 2,41 2,78
2010 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96
2011 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,61 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79
(sumber: Bank Indonesia) Perubahan tingkat inflasi di Indonesia selama periode penelitian 2007-2011 bahwa inflasi terjadi cukup tinggi melebihi target yang ditetapkan pemerintah tahun 2008. Ini disebabkan karena bergejolaknya ekonomi dunia yang berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain
itu,
meningkatnya
harga
komoditas
pangan
dunia
(kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2008 yang otomatis meningkatkan biaya pokok produksi
66
perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi yang sangat besar. Pada tahun akhir 2009 sampai 2011 Inflasi di Indonesia dapat ditekan laju nya, membuat kondisi perekonomian baik dan kondusif, banyaknya juga Investor asing yang berinvestasi di Indonesia. Berikut dapat dilihat data Kurs pada tahun 2007 sampai dengan 2011 yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia sebagai berikut: Tabel 4.6 Data Kurs (dalam Ribuan) Bulan Januari Februari Maret Aprill Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2007 9066 9067 9163 9097 8844 8983 9067 8844 8983 9067 9366 9309
2008 9406 9181 9184 9208 9290 9295 9163 9149 9340 10048 11711 11324
Tahun 2009 11167 11852 11849 11025 10392 10206 10111 9977 9900 9482 9469 9457
2010 9275 9348 9173 9027 9183 9148 9049 8971 8975 8927 8938 9022
2011 9037 8912 8761 8651 8555 8564 8533 8532 8765 8895 9015 9088
(sumber: Bank Indonesia) Dari tabel diatas dapat dilihat kurs mengalami perkembangan yang fluktuatif, pada tahun 2008 kurs rupiah melamah sampai 11.324 rupiah dikarenakan krisis ekonomi global yang berdampak pada melemah nya nilai rupiah yang terjadi di Indonesia sehingga barang-barang melonjak naik, terutama barang-barang import, nilai rupiah melemah sangat terasa bagi Indonesia karena Indonesia sering melakukan import yang dimana
67
harga barang sangat dipengaruhi oleh kurs dollar. Seiring penguatan fundamental oleh pemerintah dan bank Indonesia, perekonomian Indonesia mulai berangsur membaik, Dapat dilihat pada tahun 2009 sampai 2011 perekonomian berkembang baik, rupiah menguat tercatat pada tahun 2012 sebesar 9.645 rupiah dikarenakan menguatnya perekonomian Indonesia. 2. Hasil Uji Asumsi Klasik a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Imam Ghozali, 2012:160). Model Regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian apakah distribusi data normal, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Cara yang paling
sederhana
adalah
dengan
melihat
histogram
yang
membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal sebagaimana Gambar 4.2 berikut:
68
Gambar 4.2 Hasil Uji Histogram
(Sumber : Data diolah dengan SPSS 20) Dengan melihat tampilan grafik histogram, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal karena tidak ada yang kemiringan ke kiri atau ke kanan. Namun jika hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Maka diuji lagi dengan menggunakan metode normalitas lainnya adalah dengan melihat Normal Probability Plot, dimana pada grafik normal plot terlihat
titik-titik
menyebar
disekitar
garis
diagonal
serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. (Imam Ghozali, 2012:160) Sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.3 berikut:
69
Gambar 4.3 Hasil Uji Normal P-P plot
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) Berdasarkan grafik histogram dan grafik normal plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Untuk menentukan data dengan uji Kolmogorov-Smirnov, nilai signifikansi harus diatas 5% (Imam Ghazali, 2002:164) sebagaimana ditampilkan pada tabel 4.7 berikut:
70
Tabel 4.7 Hasil Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
60 a,b
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
0E-7 2.23285784
Absolute
.050
Positive
.040
Negative
-.050
Kolmogorov-Smirnov Z
.391
Asymp. Sig. (2-tailed)
.998
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
(Sumber : Data diolah dengan SPSS 20) Berdasarkan gambar uji Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat probabilitas signifikansi data sebesar 0,998 atau 99,8%. Hal ini menunjukan bahwa angka signifikansi diatas 0,05 atau 5% dengan demikian maka Ho diterima dan Ha ditolak atau data berdistribusi normal. b. Hasil Uji Multikolinieritas Dalam mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinieritas antar variabel independen pada model persamaan pertama digunakan nilai tolarance dan lawan nya adalah variance inflation factor (VIF) dengan nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2012:105). Berdasarkan atas hasil yang ditunjukkan dalam
71
output SPSS maka besarnya tolerance dan VIF dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinieritas a
Coefficients Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
CAR
.888
1.126
ROA
.464
2.153
BOPO
.796
1.257
INFLASI
.804
1.243
KURS
.519
1.928
a. Dependent Variable: LDR
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) Besar tabel 4.8 menunjukkan bahwa keempat variabel independen tidak terjadi multikolonearitas karena Tolerance < 0,10 dan VIF < 10. Sehingga hal ini dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh antar variabel independen. Dengan demikian lima variabel independen (CAR, ROA, BOPO, Inflasi, Kurs) dapat digunakan untuk memprediksi LDR. c. Hasil Uji Autokorelasi. Untuk
mendeteksi
Autokorelasi
bahwa
tidak
terjadi
Autokorelasi positif maka dilakukan uji Run Test. Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak (sistematis).
72
H0: residual (res_1) random (acak) HA: residual (res_1) tidak random Uji Run test dapat dilihat dari tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual a
Test Value
.01332
Cases < Test Value
30
Cases >= Test Value
30
Total Cases
60
Number of Runs
29
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-.521 .602
a. Median
(Sumber : Data diolah dengan SPSS 20) Hasil output SPSS menunjukkan bahwa Nilai test adalah 0,01332 dengan probabilitas 0,602 tidak signifikan pada 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. d. Hasil Uji Heterokedaktisitas Dalam menentukan heterokedastisitas juga dapat menggunakan grafik scatterplot, titik-titik yang terbentuk harus menyebar secara acak, tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, bila kondisi ini terpenuhi maka tidak terjadi heterokedastisitas dan model regresi layak digunakan. Hasil uji heterokedastisitas dengan
73
menggunakan grafik scatterplot ditunjukan pada gambar 4.4 berikut ini: Gambar 4.4 Hasil Uji Scatterplot
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) Untuk
meyakinkan
tidak
terjadinya
masalah
heteroskedaktisitas, maka diuji dengan uji glejser, karena melihat dari gambar masih belum pasti karena gambar banyak persepsi dalam penglihatan. Dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut:
74
Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
35.583
29.050
CAR
.146
.105
ROA
-.171
T
Sig.
Beta 1.225
.226
.189
1.384
.172
1.355
-.024
-.126
.900
.013
.036
.053
.371
.712
-.025
.077
-.047
-.329
.743
-8.103
6.093
-.238
-1.330
.189
1 BOPO INFLASI KURS
a. Dependent Variable: ABRES
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa semua variabel bebas lebih besar dari dari alpha 5%, maka dapat disimpulkan penelitian ini tidak terjadi masalah dari heteroskedaktisitas. 3. Hasil Uji Hipotesis a. Hasil Uji Statistik F Berdasarkan output SPSS nampak bahwa pengaruh secara bersama-sama lima variabel independen pada persamaan pertama CAR, ROA, BOPO, Inflasi dan Kurs terhadap LDR pada Bank Umum seperti ditunjukan pada tabel 4.11 sebagai berikut:
75
Tabel 4.11 Hasil Uji Statistik F a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
Df
Mean Square
1969.911
5
393.982
294.154
54
5.447
2264.065
59
F 72.326
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: LDR b. Predictors: (Constant), KURS, CAR, BOPO, INFLASI, ROA
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 72,326 yang lebih besar dari F tabel dengan perhitungan df: α, (k-1), (n-k), atau df: 0,05, (6-1), (60-6) dari ketentuan tersebut diperoleh F tabel sebesar 2,39 dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 5%, maka terdapat pengaruh antara variabel CAR, ROA, BOPO, Inflasi, Kurs secara simultan. b. Hasil Uji Statistik t Sementara itu secara parsial pengaruh dari lima variabel independen tersebut terhadap LDR ditunjukan pada tabel 4.12 sebagai berikut:
76
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
Beta 3.443
.001
-.984
-18.898
.000
2.301
.227
3.151
.003
.004
.061
.004
.071
.944
.243
.131
.101
1.848
.070
-12.468
10.348
-.082
-1.205
.233
169.870
49.338
CAR
-3.383
.179
ROA
7.250
BOPO INFLASI
1
KURS
a. Dependent Variable: LDR
(Sumber: Data diolah dengan SPSS 20) 1) Uji t terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) Dari hasil perhitungan yang didapat variabel capital adequacy ratio (CAR) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai signifikan lebih kecil dari α (0,000< 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar (-18,898) yang lebih kecil dari t tabel dengan perhitungan df: α, (n-k) atau 0,05, (60-5) dari ketentuan tersebut maka diperoleh t tabel sebesar (-2,004). Sehingga dapat dilihat dari t hitung < t tabel
(-18,163 < -2,004). Maka Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel CAR berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sesuai dengan penelitian Billy Pratama (2010) bahwa CAR menurunkan LDR. Dari perhitungan maka hasil ini menolak teori bahwa CAR positif terhadap LDR. Karena banyaknya kredit yang keluar maka banyak juga resiko kredit macet, sehingga modal bank berkurang dan kredit bank juga akan turun. 77
2) Uji t terhadap Return On Asset (ROA) Dari hasil perhitungan yang didapat variabel Return On Asset (ROA) secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai signifikan lebih kecil dari α (0,003< 0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar (3,151) yang lebih besar dari t tabel dengan perhitungan df: α, (n-k) atau 0,05, (60-5) dari ketentuan tersebut maka diperoleh t tabel sebesar (2,004). Sehingga dapat dilihat dari t hitung < t tabel (3,151 < 2,004). Maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sesuai dengan penelitian Arditya Prayudi (2011) bahwa ROA berpengaruh menaikkan terhadap LDR. Dilihat dari interpretasi ada pandangan bahwa semakin tinggi nilai ROA maka semakin besar pula pendapatan bersih yang diterima oleh bank. 3) Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Dari hasil perhitungan yang didapat variabel biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai signifikan lebih besar dari α (0,944<0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar (0,071) yang lebih kecil dari t tabel dengan perhitungan df: α, (n-k) atau 0,05, (60-5) dari ketentuan tersebut maka diperoleh t tabel sebesar (2,004). Maka H0 diterima Ha ditolak yaitu variabel BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel biaya operasional
terhadap
pendapatan
operasional
(BOPO)
tidak 78
berpengaruh signifikan terhadap loan deposit ratio (LDR). Sesuai dengan penelitian Fitri Riski Amriani (2012) bahwa BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran,
dan lain-lain).
Pendapatan operasional merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya (Lukman Dendawijaya, 2009:140). Semakin rendah BOPO maka semakin baik kinerja dari bank dengan tingkat efisiensi yang baik. 4) Inflasi Dari hasil perhitungan yang didapat variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai signifikan lebih besar dari α (0,070<0,05). Sedangkan nilai t hitung sebesar (1,848) yang lebih kecil dari t tabel dengan perhitungan df: α, (n-k) atau 0,05, (60-5) dari ketentuan tersebut maka diperoleh t tabel sebesar (2,004). Maka dapat disimpulkan H0 diterima dan Ha ditolak yaitu variabel Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap loan deposit ratio (LDR). Sesuai dengan penelitian Maharani dan Toto (2007) bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap LDR. Inflasi tidak berpengaruh signifikan karena perubahan inflasi tidak
79
memberikan pengaruh terhadap penyaluran kredit, dilihat dari terus meningkatnya LDR dalam kurung waktu penelitian ini. 5) Kurs Dari hasil perhitungan uji sercara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar (-1,205) yang lebih besar dari t tabel dengan perhitungan df: α, (n-k) atau 0,05, (60-5) dari ketentuan tersebut maka diperoleh t tabel sebesar (-2,004) dan nilai signifikansi lebih besar dari 5% dengan nilai 0,233. Maka dapat di simpulkan H0 diterima dan Ha ditolak. Sesuai penelitian Maharani dan Toto (2007) bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Perubahan nilai mata uang tidak signifikan terhadap kredit karena semakin besar nilai mata uang, maka semakin besar kebutuhan yang akan di penuhi. Maka uang semakin banyak beredar. Dari tabel 4.7 maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: LDR= 169,870 - 3,383 X1 + 7,250 X2 Dimana: Y
= Loan to Deposit Ratio (LDR) ( dalam persentase )
X1
= Capital Adequacy Ratio (CAR) ( dalam persentase )
X2
= Return On Asset (ROA) ( dalam persentase ) Dari hasil persamaan regresi linier berganda dan uji hipotesis tersebut
diatas maka dapat di interpretasikan sebagai berikut:
80
1) Konstanta Y Apabila X1, X2, X3, X4, X5 bernilai 0, maka nilai Y adalah 16,9% maksudnya adalah jika Bank Umum konvensional (sampel yang diambil) dapat dikatakan dalam periode 2007-2011 jumlah Loan to Deposit Ratio (LDR) berjumlah sebesar 16,9%. 2) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Loan to deposit Ratio (LDR) Berdasarkan persamaan regresi di atas, Capital Adequacy Ratio (CAR) (X1) = -3,383 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% CAR (X1) akan menyebabkan menurunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) (Y) sebesar 3,38%. Sesuai dengan penelitian Billy Pratama (2010) bahwa CAR menurunkan LDR. Dilihat dari negatif nya CAR dalam penelitian ini berarti menolak teori bahwa modal semakin tinggi maka semakin tinggi pula likuiditasnya. Tapi dilihat dari kenyataan nya LDR yang tinggi menandakan bank banyak meminjamkan. Saat sebuah bank melakukan ekspansi kredit, perlu diperhatikan bahwa kredit tersebut memiliki risiko seperti kredit macet. Semakin besar kredit yang diberikan, risiko kredit yang dihadapi semakin besar pula, nilai ATMR juga akan mengalami kenaikan, maka nilai CAR bank akan turun (kecil). 3) Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Loan to deposit Ratio (LDR)
81
Berdasarkan persamaan regresi di atas, Return On Asset
(ROA)
(X2)=7,250 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% ROA (X2) akan menyebabkan menaiknya Loan to Deposit Ratio (LDR) (Y) sebesar 7,25%. Sesuai dengan penelitian Arditya Prayudi (2011) bahwa ROA berpengaruh menaikkan terhadap LDR. Dilihat dari interpretasi ada pandangan bahwa semakin tinggi nilai ROA maka semakin besar pula pendapatan bersih yang diterima oleh bank. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai ROA maka pendapatan bersih dari bunga kredit akan semakin kecil. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA termasuk faktor internal bank yang juga biasa digunakan untuk
mengukur
faktor
profitabilitas
perusahaan
perbankan.
Dendawijaya (2009:49) menyatakan bahwa kegiatan perkreditan yang dilakukan bank mencapai 70%-80% dari kegiatan usaha bank, hal tersebut membuktikan bahwa mayoritas kegiatan usaha bank adalah penyaluran kredit. Oleh karena itu, semakin tinggi ROA maka membuktikan bahwa semakin optimal penggunaan aktiva perusahaan untuk memperoleh pendapatan, yang berarti adanya ketersediaan dana saat ini dan di masa mendatang untuk kegiatan kredit oleh bank telah optimal dalam mendapatkan pendapatan atau keuntungan, sehingga adanya ketersediaan dana saat ini dan di masa mendatang (likuiditas tinggi). 82
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Nilai koefisien determinasi diambil berdasarkan nilai adjusted R² yang dipaparkan dalam tabel 4.13.
83
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) b
Model Summary Model
1
R
.933
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.870
.858
2.3339428
a. Predictors: (Constant), KURS, CAR, BOPO, INFLASI, ROA b. Dependent Variable: LDR
Sumber: (data diolah dengan SPSS 20) Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa nilai adjusted R² sebesar 0,858, hal ini berarti 85,8% variabel LDR dapat dijelaskan oleh variabel dari kelima variabel independen CAR, ROA, BOPO, Inflasi, dan Kurs. Sedangkan sisanya sebesar 13,2% dijelaskan oleh sebabsebab lain diluar model, misalnya dana pihak ketiga dan lain-lain.
84
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian secara parsial menunjukkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan terhadap LDR, sedangkan Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia. 2. Dari hasil penelitian menunjukkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) , Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, ada beberapa implikasi yang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya: 1. Bagi Akademisi Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
85
2. Bagi Perbankan Diharapkan dengan adanya penemuan dalam penelitian ini, pihak perbankan sebagai lembaga intermediasi dapat lebih meningkatkan kinerjanya dalam hal pemberian kredit untuk mendorong pembangunan ekonomi Indonesia. Terutama dalam hal kebijakan penghimpunan DPK, pengelolaan kredit bermasalah, meningkatkan perolehan laba, serta lebih waspada terhadap perubahan ekonomi makro. 3. Masyarakat Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai bank Umum Konvensional sehingga masyarakat dapat lebih selektif dalam hal pengajuan kredit dan menanamkan modal nya ke perbankan.
C. Saran Berikut ini peneliti menuliskan beberapa saran untuk para peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis dengan penelitian ini: 1. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah LDR pada bank umum sebagai variabel dependen dan variabel independen yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Biaya Opersional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs. Hendaknya penelitian berikutnya menggunakan variabel yang berbeda atau lebih beragam untuk mendapatkan hasil penelitian yang berbeda dan lebih relevan dengan kondisi pasar perbankan saat ini. 86
2. Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan metode SPSS 20. Lebih baik lagi apabila dalam penelitian berikutnya bisa menggunakan metode lain yang berbeda. 3. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah bank umum. Diharapkan pada penelitian berikutnya menggunakan seluruh kelompok bank atau membandingkan bank yang ada di Indonesia agar mendapat hasil yang lebih baik. 4. Dalam penelitian ini periode penelitiannya adalah 2008-2012. Penelitian berikutnya diharapkan lebih memperbaharui dan menambah periode penelitian agar hasil yang didapat lebih maksimal.
87
DAFTAR PUSTAKA Ali, Masyhud. “Asset Liability Management : Menyiasati Risiko Pasar dan Risiko Operasional dalam Perbankan “. Jakarta : PT Gramedia. 2004. Anjum, Iqbal, “Liquidity Risk Management : A Comparative Study between conventional and Islamic Banks of Pakistan”, Global Journal of Management and Bussines Research volume 12, ISSN 2249-4588 Issue 5 version 1.0 march,2012. Amrani, Fitri Riski, 2008, “Analisis pengaruh CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap LDR Pada Bank BUMN Persero Periode 2006-2010”, Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar. Arthesa, Ade dan Edia Handiman, “Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank”, Jakarta: PT.INDEKS Kelompok Gramedia,2006. Arma, Billy Pratama. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Di Indonesia Periode Tahun 2005-2009)”. jurnal Undip, 2010. Bank Indonesia, “Laporan Tahunan Bank Indonesia 2009”, Jakarta, 2009 Bank Indonesia, “Kajian stabilitas keuangan dan moneter 2009”, Jakarta, 2009. Bank Indonesia, “Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan 2009”, Jakarta, 2009. Boediono, “Ekonomi Moneter” Edisi ke Tiga, BFE, Yogyakarta, 2001. Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Ghalia Indonesia : Jakarta Fahmi, Irham. Dan Yovi Yulianti. “Pengantar Manajemen Perkreditan”. Alfabeta. Bandung. 2010. Farhan, Muhammad, “Liquidity Risk Management: A comparative study between Conventional and Islamic Banks of Pakistan”, Interdisciplinary Journal of Research in Business volume 1, Issue 5, January,2011. Fransisca dan Siregar, Hasan Sakti Drs..2008. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank Yang Go Public di Indonesia. USU Respository. Universitas Sumatra Utara : Medan. Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”, Edisi Keenam, Jakarta : Erlangga, 2003.
87
Ghozali, Imam. “ Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20”,1st edition, Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. Haas, R and Lelyveld, I. 2006. “Foreign Bank and Credit Stability in Central and Eastern Europe. A Panel Data Analysis”. Journal of Banking & Finance. Vol. 30, pp. 1927-1952. Hadad, Muliaman D, Wimboh Santoso, Dwityapoetra S Besar, Ita Rulina, Wini Purwanti, dan Ricky Satria. “Fungsi Intermediasi Bank Asing Dalam Mendorong Pemulihan Sektor Riil di Indonesia”. Research Paper. Biro Stabilitas Sistem Keuangan. 2004. Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010. Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 2 hal. 299-310. 2009. Hasanudin, Mohammad dan Prihatiningsih. “Analisis Pengaruh DPK, Tingkat Suku Bunga Kredit, NPL, dan Tingkat Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR di Jawa Tengah)”. TEKNIS Vol. 5 No. 1. 2010. Hasibuan, Malayu. “Dasar-Dasar Perbankan”. PT. Bumi Aksara : Jakarta, 2007. Hersugondo. Dan setyo Handy Tomtomo. 2012. “Pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM” Jurnal ekonomi dipublikasikan. Kasmir. 2007. Manajemen Perbankan. PT. RajaGrafindo Persada. Edisi 1: Jakarta. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2008. Kristijadi, E. dan Laksana, Krisna Bayu. 2006. “Pengaruh Pertumbuhan DPK, Pertumbuhan Simpanan dari Bank Lain, Tingkat Suku Bunga SBI dan CAR Terhadap Pertumbuhan Kredit Pada Bank-Bank Pemerintah”. Kompak. Vol. 13. Vol. 1, hal. 249-264. Madura, Jeff. “Keuangan Perusahaan Internasional’, Edisii Keenam, Jakarta : Erlangga, 2006. Maharani, Ika Lestari dan Sugiharto, Toto. 2007. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhinya”. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). Vol.2. A195-!201.
88
Manurung, Mandala dan Pratahama Rahardja. “Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia)”. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. Martono. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Ekonosia. Kampus FE UII. Yogyakarta. 2010. Mishkin, Frederic S. “Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan”,Salemba Empat. Jakarta. 2008. Mishkin, Frederic S. “ The Economics of Money, Banking, and Financial Markets”. Pearson Education Inc. New York. 2007. Nandadipa, Seandy. 2010. “Analisis Pengaruh CAR, NPL, Inflasi, Pertumbuhan DPK, dan Exchange Rate terhadap LDR”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang Prayudi, Arditya. 2011. “Pengaruh Capital Adequecy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA), Net Interest margin (NIM) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. Jurnal. Dipublikasikan. Riyadi, Selamet. “Banking Asset and Liability Management”. Fakultas Ekonomi Rival , Veithzal, dkk, “Bank And Financial Institution Management Conventional & Syariah System”, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007. Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Edisi Keempat. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 2004. Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Ekonomi Makro”, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006. Simorangkir,O.P. 2004. ”Pengantar Lembaga Keuangan Bank Dan Non Bank”. Bogor: Ghalia Indonesia. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan, Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2011. Sutojo, Siswanto. “Menangani kredit bermasalah konsep dan kasus (handling the problem loan)”. PT. Damar Mulia Pustaka. Jakarta. 2008. Taswan, “Manajemen Perbankan” UPP STIM YKPN, YOGYAKARTA 2010 www.bps.go.id www.bi.go.id 89
www.sciencedirect.com www.dahlanforum.wordpress.com www.suarapembaruan.com (diakses pada tanggal 29 agustus 2013)
90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
91
Lampiran 1 Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum periode 2007-2011 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 58,98 67,06 73,76 Februari 59,78 67,89 73,50 Maret 60,62 70,66 73,08 Aprill 60,32 71,65 72,86 Mei 60,66 72,80 73,19 Juni 61,88 73,89 73,20 Juli 61,42 76,00 74,07 Agustus 63,59 79,02 74,07 September 64,33 77,72 73,55 Oktober 65,53 77,48 73,90 November 66,28 77,60 73,67 Desember 62,37 74,58 72,88 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 72,13 73,97 73,46 74,70 75,71 75,31 76,39 78,01 77,06 76,73 76,78 75,21
2011 75,48 77,11 76,83 78,40 78,45 79,67 79,79 82,21 81,36 81,03 81,00 78,77
Lampiran 2 Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum Periode 20072011 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 23,00 21,60 17,82 Februari 23,02 21,00 18,04 Maret 22,11 20,52 18,03 Aprill 22,05 19,39 17,83 Mei 21,89 18,26 17,52 Juni 21,15 17,58 18,17 Juli 20,85 17,44 17,34 Agustus 20,57 17,10 17,12 September 21,27 17,26 17,76 Oktober 20,11 16,70 17,51 November 20,33 16,77 17,08 Desember 19,30 16,76 17,42 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 18,66 19,21 19,27 19,18 18,90 18,06 18,29 18,29 16,52 16,99 16,90 17,18
2011 17,38 18,07 17,57 17,76 17,41 17,00 17,24 17,29 16,63 17,15 16,61 16,05
92
Lampiran 3 Data Return On Asset (ROA) Bank Umum periode 2007-2011 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 3,34 3,16 2,69 Februari 3,03 2,93 2,60 Maret 2,96 2,72 2,76 Aprill 2,92 2,56 2,71 Mei 2,98 2,62 2,70 Juni 2,93 2,53 2,70 Juli 2,89 2,68 2,69 Agustus 2,87 2,71 2,67 September 2,84 2,64 2,63 Oktober 2,83 2,68 2,65 November 2,78 2,60 2,61 Desember 2,78 2,33 2,60 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 3,12 2,91 3,08 3,02 2,98 3,00 2,97 2,94 2,91 2,94 2,93 2,86
2011 2,97 2,86 3,07 3,01 2,97 3,07 3,00 2,98 3,12 3,11 3,07 3,03
Lampiran 4 Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Bank Umum Periode 2007-2011 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 102,53 87,90 101,00 Februari 91,93 85,56 96,54 Maret 88,07 85,19 90,68 Aprill 86,61 86,37 89,16 Mei 83,86 85,51 87,81 Juni 83,60 85,30 87,77 Juli 83,10 83,61 87,35 Agustus 83,21 83,42 87,35 September 83,59 83,72 87,41 Oktober 83,19 85,41 86,68 November 83,86 86,82 86,55 Desember 84,05 88,59 86,63 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 97,36 92,77 89,44 90,01 90,02 90,47 85,63 85,36 86,26 85,93 85,54 86,14
2011 118,24 86,07 85,00 84,46 84,33 85,92 87,43 89,34 87,14 86,44 85,97 85,42
93
Lampiran 5 Data Inflasi Periode 2007-2011 Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 6,26 7,36 9,17 Februari 6,30 7,40 8,60 Maret 6,52 8,17 7,92 Aprill 6,29 8,96 7,31 Mei 6,01 10,38 6,04 Juni 5,77 11,03 3,65 Juli 6,06 11,90 2,71 Agustus 6,51 11,85 2,75 September 6,95 12,14 2,83 Oktober 6,88 11,77 2,57 November 6,71 11,68 2,41 Desember 6,59 11,06 2,78 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 3,72 3,81 3,43 3,91 4,16 5,05 6,22 6,44 5,80 5,67 6,33 6,96
2011 7,02 6,84 6,65 6,16 5,98 5,54 4,61 4,79 4,61 4,42 4,15 3,79
Lampiran 6 Data Kurs periode 2007-2011 (Data dalam persen) Bulan
Tahun 2007 2008 2009 Januari 4,56 4,57 4,67 Februari 4,56 4,56 4,70 Maret 4,56 4,56 4,68 Aprill 4,56 4,57 4,64 Mei 4,54 4,57 4,62 Juni 4,56 4,56 4,62 Juli 4,56 4,56 4,60 Agustus 4,57 4,56 4,61 September 4,56 4,57 4,59 Oktober 4,56 4,65 4,58 November 4,57 4,70 4,58 Desember 4,58 4,65 4,57 (Sumber: Statistik perbankan Indonesia)
2010 4,57 4,57 4,56 4,55 4,56 4,56 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55 4,55
2011 4,56 4,54 4,54 4,53 4,53 4,53 4,52 4,53 4,54 4,54 4,56 4,56
94
Lampiran 7 Statistik deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
18,521333
Std. Deviation
60
ROA
60
2,3300
3,3400
2,854000
,1937603
BOPO
60
83,1000
118,2400
87,843667
5,6297488
INFLASI
60
2,4100
12,1400
6,422500
2,5766577
KURS
60
4,5244
4,7026
4,573899
,0407790
LDR
60
58,9800
82,2100
72,823333
6,1946731
(listwise)
23,0200
Mean
CAR
Valid N
16,0500
Maximum
1,8016974
60
Sumber: (data diolah)
Lampiran 8 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Sumber: (data diolah)
95
Sumber: (data diolah)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation
0E-7 2,23285784
Absolute
,050
Positive
,040
Negative
-,050
Kolmogorov-Smirnov Z
,391
Asymp. Sig. (2-tailed)
,998
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: (data diolah)
96
Uji Multikolinieritas a
Coefficients Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
CAR
,888
1,126
ROA
,464
2,153
BOPO
,796
1,257
INFLASI
,804
1,243
KURS
,519
1,928
a. Dependent Variable: LDR
Sumber: (data diolah)
Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Value
a
,01332
Cases < Test Value
30
Cases >= Test Value
30
Total Cases
60
Number of Runs
29
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-,521 ,602
a. Median
Sumber: (data diolah)
97
Uji Heterokodaktis
Sumber: (data diolah)
Lampiran 9 Uji Hipotesis Uji F a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Residual Total
Df
Mean Square
1969,911
5
393,982
294,154
54
5,447
2264,065
59
F 72,326
Sig. b
,000
a. Dependent Variable: LDR b. Predictors: (Constant), KURS, CAR, BOPO, INFLASI, ROA
Sumber: (data diolah)
98
Uji t a
Coefficients Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error
Beta 3,443
,001
-,984
-18,898
,000
2,301
,227
3,151
,003
,004
,061
,004
,071
,944
,243
,131
,101
1,848
,070
-12,468
10,348
-,082
-1,205
,233
169,870
49,338
CAR
-3,383
,179
ROA
7,250
BOPO INFLASI
1
KURS
a. Dependent Variable: LDR
Sumber: (data diolah)
Adjusted R² b
Model Summary Model
1
R
,933
R Square
a
,870
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate ,858
2,3339428
a. Predictors: (Constant), KURS, CAR, BOPO, INFLASI, ROA b. Dependent Variable: LDR
Sumber: (data diolah)
99
Lampiran 10 Tabel F
100
101
Lampiran 11 Tabel t d.f. 2-Tailled 1-Tailled
20% 10%
10% 5%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
3.078 1.886 1.638 1.533 1.476 1.440 1.415 1.397 1.383 1.372 1.363 1.356 1.350 1.345 1.341 1.337 1.333 1.330 1.328 1.325 1.323 1.321 1.319 1.318 1.316 1.315 1.314 1.313 1.311 1.310 1.309 1.309 1.308 1.307 1.306 1.306
6.314 2.920 2.353 2.132 2.015 1.943 1.895 1.860 1.833 1.812 1.796 1.782 1.771 1.761 1.753 1.746 1.740 1.734 1.729 1.725 1.721 1.717 1.714 1.711 1.708 1.706 1.703 1.701 1.699 1.697 1.696 1.694 1.692 1.691 1.690 1.688
TINGKAT SIGNIFIKANSI 5% 2% 1% 2.5% 1% 0.5% 12.706 4.303 3.182 2.776 2.571 2.447 2.365 2.306 2.262 2.228 2.201 2.179 2.160 2.145 2.131 2.120 2.110 2.101 2.093 2.086 2.080 2.074 2.069 2.064 2.060 2.056 2.052 2.048 2.045 2.042 2.040 2.037 2.035 2.032 2.030 2.028
31.821 6.965 4.541 3.747 3.365 3.143 2.998 2.896 2.821 2.764 2.718 2.681 2.650 2.624 2.602 2.583 2.567 2.552 2.539 2.528 2.518 2.508 2.500 2.492 2.485 2.479 2.473 2.467 2.462 2.457 2.453 2.449 2.445 2.441 2.438 2.434
63.657 9.925 5.841 4.604 4.032 3.707 3.499 3.355 3.250 3.169 3.106 3.055 3.012 2.977 2.947 2.921 2.898 2.878 2.861 2.845 2.831 2.819 2.807 2.797 2.787 2.779 2.771 2.763 2.756 2.750 2.744 2.738 2.733 2.728 2.724 2.719
0.2% 0.1%
0.1% 0.05%
318.309 22.327 10.215 7.173 5.893 5.208 4.785 4.501 4.297 4.144 4.025 3.930 3.852 3.787 3.733 3.686 3.646 3.610 3.579 3.552 3.527 3.505 3.485 3.467 3.450 3.435 3.421 3.408 3.396 3.385 3.375 3.365 3.356 3.348 3.340 3.333
636.619 31.599 12.924 8.610 6.869 5.959 5.408 5.041 4.781 4.587 4.437 4.318 4.221 4.140 4.073 4.015 3.965 3.922 3.883 3.850 3.819 3.792 3.768 3.745 3.725 3.707 3.690 3.674 3.659 3.646 3.633 3.622 3.611 3.601 3.591 3.582
102
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
1.305 1.304 1.304 1.303 1.303 1.302 1.302 1.301 1.301 1.300 1.300 1.299 1.299 1.299 1.298 1.298 1.298 1.297 1.297 1.297 1.297 1.296 1.296 1.296 1.296 1.295 1.295 1.295 1.295 1.295 1.294 1.294 1.294 1.294
1.687 1.686 1.685 1.684 1.683 1.682 1.681 1.680 1.679 1.679 1.678 1.677 1.677 1.676 1.675 1.675 1.674 1.674 1.673 1.673 1.672 1.672 1.671 1.671 1.670 1.670 1.669 1.669 1.669 1.668 1.668 1.668 1.667 1.667
2.026 2.024 2.023 2.021 2.020 2.018 2.017 2.015 2.014 2.013 2.012 2.011 2.010 2.009 2.008 2.007 2.006 2.005 2.004 2.003 2.002 2.002 2.001 2.000 2.000 1.999 1.998 1.998 1.997 1.997 1.996 1.995 1.995 1.994
2.431 2.429 2.426 2.423 2.421 2.418 2.416 2.414 2.412 2.410 2.408 2.407 2.405 2.403 2.402 2.400 2.399 2.397 2.396 2.395 2.394 2.392 2.391 2.390 2.389 2.388 2.387 2.386 2.385 2.384 2.383 2.382 2.382 2.381
2.715 2.712 2.708 2.704 2.701 2.698 2.695 2.692 2.690 2.687 2.685 2.682 2.680 2.678 2.676 2.674 2.672 2.670 2.668 2.667 2.665 2.663 2.662 2.660 2.659 2.657 2.656 2.655 2.654 2.652 2.651 2.650 2.649 2.648
3.326 3.319 3.313 3.307 3.301 3.296 3.291 3.286 3.281 3.277 3.273 3.269 3.265 3.261 3.258 3.255 3.251 3.248 3.245 3.242 3.239 3.237 3.234 3.232 3.229 3.227 3.225 3.223 3.220 3.218 3.216 3.214 3.213 3.211
3.574 3.566 3.558 3.551 3.544 3.538 3.532 3.526 3.520 3.515 3.510 3.505 3.500 3.496 3.492 3.488 3.484 3.480 3.476 3.473 3.470 3.466 3.463 3.460 3.457 3.454 3.452 3.449 3.447 3.444 3.442 3.439 3.437 3.435
(sumber : www.dahlanforum.wordpress.com)
103