PENGARUH BROKEN HOME DALAM KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh PASINI NIM: 11410052
JURUSAN TARBIYAH PROGRM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama
: Pasini
NIM
: 11410052
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga,
2012
Saya yang menyatakan,
Pasini NIM: 11410054
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:
Nama
: Pasini
NIM
: 11410052
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENGARUH BROKEN HOME DALAM KELUARGA TERHADAP
PRESTASI
BELAJAR
SISWA
DI
MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2011/ 2012
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga,
Pembimbing
iii
2012
iv
ABSTRAK Pasini, 2012. Pengaruh Broken Home dalam Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Pembimbing: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. Kata Kunci: Broken Home dalam Keluarga dan Prestasi Belajar Siswa. Penelitian ini merupakan pengaruh broken home dalam keluarga terhadap Prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Bagaimana kondisi keluarga broken home siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012?, (2) Bagaimana prestasi belajar siswa dari keluarga broken home di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012?, (3) Adakah pengaruh keluarga broken home terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012?. Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan yang dilaksanakan di MI Ma’arif Bandungan. Madarasah tersebut dijadikan sumber data untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh broken home dalam keluarga terhadap Prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang. Datanya diperoleh dengan cara angket, dan dokumentasi. Semua data dianalisis menggunakan analisis kuantitatif menggunakan rumus korelasi product moment. Kajian ini menunjukkan bahwa (1) broken home dalam keluarga di MI Ma’arif Bandungan dapat kategorikan sangat baik, artinya cukup banyak anak yang kondisi rumah tangganya tidak harmonis. (2) Prestasi belajar siswa di MI Ma’arif Bandungan dapat kategorikan sedang dikarenakan mean nilai sebesar 55,96 mencapai interval kategori sedang. (3) Hipotesis alternatif ha yang berbunyi “ada pengaruh negatif yang signifikan broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa MI Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/2012 ” yang diajukan adalah diterima. Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketiga interpretasi diatas adalah terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa MI Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/2012.
v
Motto )۶:(التحرم
سكُ ْم َو َا ْه ِل ْيكُ ْم نَا را َ ُ يا َ يُّ َها اَّل ِذي َْن ءا َمنُواق ُواْ اَ ْنف
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahrim: 6.)
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk :
Ayahhanda Darwanto dan Ibunda Suwarni yang telah membesarkanku dan selalu mendoakan serta mengusahakan keberhasilanku.
Suamiku Munasikin dan anakku Ij’alni chilma aghniya tersayang yang selalu memberikanku semangat menjalani hidup.. Bapak dan ibu dosen yang telah mengajari aku banyak ilmu.
Tak lupa sahabat-sahabatku senasib yang telah mewarnai jalanku dalam proses pembuatan skripsi ini.
Dan tak lupa almamater tercinta.
KATA PENGANTAR
vii
ميحرلا نمحرلا هللا
بسم
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Broken Home dalam Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012” yang secara akademis menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Pendidikan Islam. Dalam penulisan ini penulis sadar bahwa untuk menyelesaikanya tak lepas dari bantuan beberapa pihak. Sehubungan dengan hal itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat selesai. 3. Bapak Ulil Huda, S.Pd.I., selaku Kepala MI Ma’araif Bandungan dan para guru yang telah memberikan dorongan untuk menempuh pendidikan 4. Segenap dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama belajar di Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. 5. Semua yang senantiasa memberikan keceriaan dalam hidupku serta memberikan dorongan , sehingga skripsi ini terselesaikan. Sungguh kami tidak dapat memberikan balasan apapun, kecuali do’a semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat atas amal kebaikan yang telah diberikan.
viii
Akhirnya kami menyadari bahwa apa yang telah tersaji dalam penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan diperdalam lebih lanjut atau ada hal yang kurang sesuai, karena hanya sebatas inilah yang dapat penulis sampaikan, maka dengan segala bentuk kritik dan saran sangat kami harapkan, demi menindak lanjuti pada kajian-kajian yang lebih lanjut.
Salatiga,
2012
Penulis
Pasini
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...........................................................................................
ix
i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iii PENGESAHAN ................................................................................................... iv ABSTRAK ...........................................................................................................
v
MOTTO ............................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
3
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
D. Hipotesis ........................................................................................
4
E. Kegunaan Penelitian ......................................................................
5
F. Definisi Operasional ......................................................................
6
G. Metode Penelitian ..........................................................................
7
H. Sistematika Penulisan ................................................................... 12
BAB II : LANDASAN TEORI A. Keluarga Broken Home ................................................................ 14 1. Pengertian Keluarga ................................................................ 14 2. Kondisi-Kondisi Keluarga ...................................................... 16 3. Arti Keluarga bagi Anak ......................................................... 18 4. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak ................................... 20 5. Hak-Hak Anak ........................................................................ 21 6. Pengertian Broken Home ......................................................... 23 7. Mengatasi Konflik Keluarga (Rumah Tangga) ....................... 24 8. Pendidikan dalam Keluarga .................................................... 27 B. Prestasi Belajar .............................................................................. 30
x
1. Pengertian Prestasi Belajar....................................................... 30 2. Pengertian Belajar ................................................................... 32 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa .................. 32 4. Tujuan Belajar ......................................................................... 37 C. Pengaruh Broken Home dalam Keluarga Terhadap Prestasi Belajar Siswa.................................................................................. 38
BAB III : HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Umum MI Ma’arif Bandungan ...................................... 40 1. Tinjauan Historis ..................................................................... 40 2. Letak Geografis ....................................................................... 41 3. Struktur Organisasi ................................................................. 42 4. Keadaan Guru dan Siswa ........................................................ 43 5. Fasilitas ................................................................................... 45 B. Penyajian Data ............................................................................... 46
BAB IV : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Deskriptif ........................................................................ 49 B. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 56 C. Pembahasan ................................................................................... 59
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 62 B. Saran-saran .................................................................................... 63 C. Kata Akhir .................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL 1. Tabel 1 Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan ...................... 44
xi
2. Tabel 2 Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan ...................... 45 3. Tabel 3 Kondisi fisik Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan ................. 46 4. Tabel 4 Data Hasil Angket Keluarga Broken Home .................................... 47 5. Tabel 5 Data Hasil Prestasi Belajar Siswa ................................................... 48 6. Tabel 6 Daftar Nilai Broken Home Dalam Keluarga ................................... 51 7. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Broken home dalam Keluarga ....................... 52 8. Tabel 8 Kategori Tingkat Broken home dalam Keluarga ............................. 53 9. Tabel 9 Prestasi Belajar Siswa ..................................................................... 54 10. Tabel 10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa .................................. 55 11. Tabel 11 Interval Kategori Prestasi Belajar Siswa ....................................... 56 12. Tabel 12 Korelasi Product Moment .............................................................. 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Surat Ijin Penelitian
xii
2. Nota Pembimbing 3. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian 4. Hasil wawancara 5. Daftar Angket 6. Lembar konsultasi 7. Dokumentasi 8. Riwayat Hidup
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ketika seorang akan berkeluarga, yang terbayang di benaknya adalah terwujudnya keluarga sakinah, keluarga bahagia yang tentram, damai dan harmonis. Manusia yang ingin berkeluarga harus melalui perkawinan yang telah diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Menurut Undang-Undang Perkawinan Bab I Pasal 1 sebagai berikut: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, UU Perkawinan (1985:1). Sedang menurut Zul Fajri (2008:432), mengatakan bahwa perkawinan dalam adalah suatu ikatan suci antara dua hati dan paduan ruh dari pasangan insane dengan menjalin kehidupan baru sebagai suami atau istri. Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 1, yang berbunyi )۱ : (النساء Artinya : “Hai sekalian manusia, bertawakallah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertawakallah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
1
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah menjaga mengawasi kamu. (QS. An-Nisa’ : 1), Depag (1989:114).
dan
Telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 pasal 1 ayat 11 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, bahwa yang dimaksud dengan keluarga sejahtera adalah: “Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota, antara keluarga dan masyarakat”.
Selain sekolah dan masyarakat, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan. Karena lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Orang tua sekarang ini hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua terutama yang berdiam di kota besar dan atau ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anak. Sebaliknya orang tua siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan yang bermukim di pedesaan seperti yang terjadi di Bandungan, sebagian besar dari mereka banyak yang berpendidikan rendah dengan bekerja sebagai pekerja hotel, buruh tani, buruh pabrik dan buruh bangunan. Penghasilan sebagian besar dari mereka sangat minim yaitu rata-rata pendapatan perbulan sekitar Rp 500.000, sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat kurang. Hal itu
2
mengakibatkan keluarga mereka selalu ada pertengkaran (kurang harmonis) dan akhirnya anak-anak mereka kurang mendapat perhatian dan kasih sayang orang tua. Disamping itu Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan juga terletak di wilayah yang kondisi sosialnya kurang baik, hampir di setiap pinggir jalan berdiri hotel dan tempat karaoke. Hal itu membuat sebagian besar penduduk terlibat di dalamnya baik itu sebagai pekerja ataupun pengguna jasa tempat tersebut, akibatnya keluarga kurang terurus dan pendidikan anak terabaikan. Dari sebuah keluarga yang kurang harmonis maka seorang anak akan hidup dalam kondisi yang tidak nyaman. Mereka akan lebih banyak melamun tentang kondisi yang terjadi dalam rumahnya, merekapun akan semakin malas untuk belajar yang mengakibatkan prestasi belajar mereka rendah sehingga kurang berhasil dalam pembelajaran. Berdasarkan keadaan-keadaan tersebut di atas, maka tertarik untuk mengambil sebuah judul “Pengaruh Broken Home dalam Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Rumusan Masalah Berawal dari latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
3
1. Bagaimana kondisi keluarga broken home siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif
Bandungan
Kabupaten
Semarang
Tahun
Pelajaran
2011/2012? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa dari keluarga broken home di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 ? 3. Adakah pengaruh keluarga broken home terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kondisi keluarga broken home siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang
Tahun Pelajaran
2011/2012. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa dari keluarga broken home di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang
Tahun
Pelajaran 2011/2012. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh keluarga broken home terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. D. Hipotesis Hipotesis ini dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
4
yang terkumpul (Arikunto,2010:110). Sesuai judul yang diajukan, maka rumusan hipotesis yang dikemukakan adalah sebagai berikut: “ada pengaruh yang signifikan antara broken home dalam keluarga dengan prestasi belajar siswa, maka semakin tinggi tingkat permasalahan dalam rumah tangga akan semakin rendah prestasi belajar yang dicapai siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012”. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat teoritis 1) Mendapat wawasan baru tentang keluarga broken home dan prestasi belajar siswa. 2) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. b. Manfaat praktis 1) Bagi lembaga a) Sebagai landasan untuk meningkatkan mutu pendidikan. b) Memberi
kontribusi
bagi
lembaga
pendidikan
dalam
Pengembangan Pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 2). Bagi guru a) Meningkatkan
profesionalisme
pembelajaran.
5
guru
dalam
pengelolaan
b) Menambah pengetahuan guru tentang cara penanganan anak dari keluarga broken home. 3). Bagi Siswa a) meningkatkan semangat dalam belajar. b) Meningkatkan Pengetahuan dan pemahaman siswa untuk tidak terpengaruh dengan kondisi di rumah yang kurang mendukung. F. Definisi Operasional Untuk menghimbau jangan sampai terjadi salah penafsiran dalam memahami arti judul tersebut, maka diberikan batasan atau pengertian yang dapat memperjelas atas masing-masing istilah: 1. Pengaruh Keluarga Broken home Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan (Fajri, 2008:731). Keluarga merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa yang merupakan satuan mendasar dalam masyarakat (Zul fajri, 1985:75). Broken berasal dari kata break yang artinya keretakan, sedang home mempunyai arti rumah atau rumah tangga. Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak, (Shadily, 1996:81). 2. Prestasi belajar Prestasi menurut Kamus Sinonim Bahasa Indonesia adalah hasil belajar yang dicapai (Fajri, 2008:129). Sedang belajar adalah segala tingkah laku yang merupakan hasil dari pengalaman. Jadi yang dimaksud dengan
6
prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu yang mencakup seluruh aspek kepribadian, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Asri Budiningsih (2005:20) belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang, perubahan tingkah laku yang berkat pengalaman dan latihan. Sedang menurut Ngalim Purwanto, dikatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi, sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Untuk memberikan gambaran yang jelas maksud judul skripsi, maka perlu penulis jelaskan agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai judul tersebut, yaitu penulis hanya akan membahas dan mencari jawaban baik teoritis maupun praktis tentang ada tidaknya pengaruh broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
G. Metode Penelitian Pengertian metodologi penelitian skripsi adalah suatu cara yang ditempuh dalam mencari dan menggali data, mengolah dan membahasnya dalam rangka penyusunan skripsi. Agar dalam penelitian mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan tujuan penelitian, terlebih dahulu dikemukakan tentang populasi dan sampel sebagai landasan untuk menentukan metode penelitian.
7
1. Populasi dan Sampel a. Populasi Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Adapun populasi yang diambil adalah sejumlah siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 dari keluarga yang broken home mulai dari kelas II, III, IV dan V yang berjumlah 25 siswa. b. Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (1997:107), memberikan gambaran sebagai berikut: apabila populasinya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Dalam penelitian ini sample yang diambil yaitu sebanyak 25 anak dengan menggunakan tehnik sampling. 2. Variabel Penelitian Variabel adalah gejala-gejala yang bervariasi. Memahami variabel dan kemampuan menganalisa setiap variabel yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap penelitian. Dalam hal ini, diajukan variabel-variabel sebagai berikut: a. Variabel Bebas (pengaruh/ independent variable X) yaitu broken home dalam keluarga, sebagai indikatornya adalah: 1) Konflik suami istri
8
2) Konflik orang tua dengan anak 3) Konflik dengan mertua 4) Konflik dengan sesama anak b. Variabel terikat (terpengaruh/ dependent variable Y) yaitu prestasi belajar, adapun nilai dari variabel ini diambil dari nilai raport siswa 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan field research, yaitu penelitian yang dilakukan di lokasi (kancah) atau medan terjadinya gejala-gejala (Hadi, 1993:10). a. Metode Interview Metode ini dilakukan dengan cara komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek yang diteliti (Surachmad, 1975:165). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:270) dikatakan bahwa interview merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara atau tanya jawab, baik secara langsung atau tidak langsung. b. Metode Observasi Yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan cara mencatat obyek yang akan diteliti (Hadi, 1978:139). Dalam hal ini, akan mengobservasi siswa yang berkaitan dengan keluarga broken home dan prestasi belajar siswa.
9
c. Metode Angket Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang sikap broken home dalam keluarga siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. d. Metode Dokumentasi Yaitu metode yang dipergunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, leger, agenda dan sebagainya. 4. Analisa Data Analisa data merupakan usaha untuk membuat data yang terkumpul supaya sistematis. Dengan terkumpulnya data, maka segera dilaksanakan tugas mengolah atau menganalisa data untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam hal pengolahan data dari hasil penelitian, maka digunakan analisis sebagai berikut: a. Analisa Pendahuluan Dalam analisa data pendahuluan, digunakan klasifikasi data yang diperoleh dari angket distribusi frekuensi sederhana, untuk setiap varibel yang sebelumnya akan diubah dari data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: -
Jawaban alternatif a dengan nilai 3
10
-
Jawaban alternatif b dengan nilai 2
-
Jawaban alternatif c dengan nilai 1
b. Analisa Uji Hipotesa Analisa ini untuk mengadakan perhitungan lebih lanjut melalui tabel distribusi dari analisis pendahuluan yaitu dengan menggunakan rumus statistik product moment, sebagai berikut:
rxy
NXY (X )(Y ) [ NX 2 (X ) 2 ][NY 2 (Y ) 2 ]
Keterangan: rxy
: Koefesien antara x dan y
xy
: Koefesien nilai kasar x dan y
x2
: Nilai kasar x
y2
: Nilai kasar y
c. Analisa Lanjut Dalam analisa lanjut ini dipergunakan untuk penafsiran lanjut, dengan mencari korelasi antara broken home dalam keluarga dengan prestasi belajar dengan mencari df = N – nr, apabila diperoleh ro > rt baik dalam signifikansi 5% maupun 1%, maka hasil penelitian ini adalah signifikan. Berarti ada pengaruh broken home dalam keluarga dengan prestasi belajar siswa. Tetapi jika ro < rt baik dalam signifikansi 5% maupun 1%, maka hasil penelitian ini adalah non
11
signifikan, berarti tidak ada pengaruh broken home dalam keluarga dengan prestasi belajar siswa.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar urut-urutan sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bagian muka skripsi terdiri atas, halaman judul, halaman, halaman pernyataan keaslian, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman abstrak, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi dan halaman daftar tabel. Bagian isi terdiri atas: bab I pendahuluan memuat gambaran keseluruhan skripsi, yaitu terdiri atas, latar belakang alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, manfaat penelitian, definisi operasional, rumusan metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. bab II landasan teori tentang keluarga broken home yang meliputi pengertian keluarga, kondisi-kondisi keluarga, arti keluarga bagi anak, kewajiban orang tua terhadap anak, hak-hak anak, pengertian broken home mengatasi konflik dalam keluarga, pendidikan dalam keluarga serta membahas tentang prestasi belajar yang meliputi pengertian prestasi belajar, pengertian belajar,faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa, tujuan belajar, dan pengaruh broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa.
12
bab III laporan penelitian yang meliputi gambaran umum objek penelitian yang terdiri dari tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan siswa, fasilitas MI Ma’arif Bandungan. bab IV analisis data yang terdiri dari analisis deskriptif, analisis uji hipotesis, dan pembahasan. bab V penutup terdiri dari simpulan, saran-saran, dan kata akhir.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keluarga Broken Home 1. Pengertian Keluarga Pengertian keluarga dapat di tinjau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial, sebagaimana berikut: a. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. b. Keluarga dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang di ikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga berdasarkan dimensi hubungan sosial ini dinamakan keluarga psikologis dan keluarga pedagogis (Scohib, 1998:17). Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin, sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan
dalam
pengertian
pedagogis,
keluarga
adalah
“satu”
persekutuan hidup yang di jalin oleh kasih sayang antara pasangan dua
14
jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut David (1998:20) yang dikutip dari buku yang berjudul “Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri” karangan M. Shochib, mengkategorikan keluarga dalam pengertian sebagai keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga kacau dan keluarga simbiotis: a. Keluarga seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh keharmonisan hubungan (relasi) antara ayah dengan ibu, ayah dengan anak, serta ibu dengan anak. Dalam keluarga ini orang tua bertanggung jawab dan dapat di percaya. b. Keluarga kuasa lebih menekankan kekuasaan daripada relasi. Pada keluarga ini anak merasa seakan-akan ayah dan ibu mempunyai buku peraturan, ketetapan, ditambah daftar pekerjaan yang tidak pernah habis. c. Keluarga protektif lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu sama lain. Dalam keluarga ini ketidakcocokan sangat dihindari, karena lebih menyukai suasana kedamaian. d. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah) dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara kejam, karena kesenjangan hubungan antara
15
mereka dengan orang tua. Orang tua sering berperilaku kasar terhadap anak. Hampir sepanjang waktu mereka dimarahi atau ditekan. e. Keluarga simbiotis dicirikan oleh orientasi dan perhatian keluarga yang kuat, bahkan hampir seluruhnya terpusat pada anak-anak. Keluarga ini berlebihan dalam melakukan relasi. Orang tua banyak menghabiskan waktu untuk memikirkan dan memenuhi keinginan anak-anaknya. Dalam kesehariannya, dinamika keluarga ditandai oleh rutinitas kerja. Menurut WJS. Poerwadarminta (1984:471), keluarga adalah sebagai sanak keluarga, kaum kerabat. Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1985:75) berpendapat bahwa, keluarga adalah sebuah group yang terbentuk dari perhubungan laki-laki dan wanita. Perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan (mengasuh) anak-anak. Keluarga di sini merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum dewasa.
2. Kondisi-Kondisi Keluarga Banyak sekali kondisi-kondisi keluarga yang justru menjadi hazard (hancur) bagi setiap anggota keluarga yang dan tentunya beresiko bagi tergangunya mental bagi para anggotanya. Kondisi-kondisi keluarga yang dapat menjadi hazard (hancur) diantaranya adalah :
16
a. Perceraian dan Perpisahan Perceraian dan perpisahan karena berbagai sebab antara anak dengan orang menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak. Kesimpulan umum dapat di petik bahwa perceraian dan perpisahan dapat berakibat buruk bagi perkembangan kepribadian anak (Muldjono, 2001:122). b. Keluarga yang Tidak Fungsional Keluarga yang tidak berfungsi menunjuk pada keadaan keluarga tetap utuh (intake) terdiri dari kedua orang tua dari anak-anaknya. Mereka masih menetap dalam satu rumah. Jadi strukturnya tidak mengalami perubahan, hanya fungsional yang tidak berjalan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang utuh tetapi tidak fungsional lebih berakibat buruk pada anak. c. Perlakuan dan Pengasuhan Perlakuan orang tua kepada anak berkaitan dengan apa yang dilakukan orang tua atau anggota keluarga lain kepada anak. Apakah dibiarkan (meghlect) diperlakukan secara kasar (violence) atau dimanfaatkan secara salah (abuse), atau diperlakukan secara penuh toleransi dan menciptakan iklim yang sehat. Semuanya mempengaruhi perkembangan anak dan mungkin juga berpengaruh pada anggota keluarga secara keseluruhan. Tindakan keluarga yang membiarkan anak diperlukan secara kasar atau diperlakukan yang semestinya tidak perlu, akan mempengaruhi perkembangan mental anak.
17
Kondisi keluarga yang “sehat” dapat meningkatkan kesehatan mental anak dan anggota keluarga lainnya. Sebaliknya, kondisi keluarga yang tidak kondusif dapat berakibat gangguan mental bagi anak, diantaranya adalah gangguan tingkah laku, kecemasan, minder, sedih, takut, bimbang, sulit dan beberapa gangguan mental lainnya. 3. Arti Keluarga bagi Anak Keluarga mempunyai arti yang penting bagi anak, kehidupan keluarga tidak hanya berfungsi memberikan jaminan makan kepada anak, dengan demikian hanya meperhatikan perkembangan fisik anak, melainkan juga memegang fungsi lain yang penting bagi perkembangan mental anak, diantaranya adalah : a. Sosiologi Anak Anak bersosialisasi yaitu belajar dalam pergaulan, pertama-tama dilakukan dalam keluarga. Mengingat pentingnya peran keluarga bagi penyelesaian berbagai masalah yang dihadapi anak, maka keluarga perlu menyediakan waktu untuk berkumpul sambil minum dan makan bersama-sama
yang
disebut
family
table
talk,
(http://jeffy-
louis.blogspot.com/2011/02/artri-keluarga-bagi-anak.html) Jadi family table talk mempunyai peranan yang penting karena dia tidak hanya memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan keluhan-keluhannya juga memberikan bimbingan.
18
b. Tata Cara Kehidupan Keluarga Tata cara kehidupan keluarga akan memberikan suatu sikap serta perkembangan kepribadian anak yang tertentu pula. Kita akan meninjau tiga jenis tata cara kehidupan keluarga, yaitu : 1) Tata cara kehidupan keluarga yang demokratis Tata cara kehidupan keluarga yang demokratis itu membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Hal ini bukan berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya tanpa bimbingan dari keluarganya (orang tua). 2) Tata cara kehidupan keluarga yang membiarkan Keluarga yang sering membiarkan tindakan anak akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan sosial dan dapat dikatakan anak menarik diri dari kehidupan sosial. Hal ini anak mengalami banyak frustasi dan mempunyai kecenderungan untuk mudah membenci orang lain. 3) Tata cara kehidupan keluarga yang otoriter Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang otoriter ini biasanya akan bersifat tenang, tidak melawan, tidak agresif dan mempunyai tingkah laku yang baik. Anak akan selalu berusaha menyesuaikan pendiriannya dengan kehendak orang lain (yang berkuasa, orang tua).
19
Dengan demikian kreatifitas anak akan berkurang, daya fantasinya juga kurang. Hal ini mengurangi kemampuan anak untuk berfikir abstrak (Muldjono, 2001:201). Dari tiga jenis tata cara kehidupan di atas Baldwin mengatakan bahwa lingkungan keluarga yang demokratis merupakan tata cara yang terbaik untuk memberikan kemampuan penyesuaian diri. Namun demikian tata cara susunan keluarga ini kenyatannya tidak terbagi secara tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga, yaitu tata cara kehidupan keluarga yang demokratis, membiarkan dan tata cara kehidupan keluarga yang otoriter. 4. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak Mengenai kewajiban seorang ayah dan ibu terhadap anak sudah diatur dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi :
)۳۲۲:(البقرة.
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anak selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
20
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan, karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu, apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Al-Baqarah : 233), (Depag, 1989:57).
Kewajiban ayah terhadap anak, yaitu antara lain: a. Mencukupi kebutuhan ekonomi, baik pangan maupun sandang, perumahan dan kesehatan. b. Mendidik anak secara benar dan baik. c. Mengasuh anak-anak. d. Menentukan masa depan anak (Djaelani, 1995:208). 5. Hak-Hak Anak Menurut Abu Hadian (2003:47) Hak adalah sesuatu yang harus diterima. Seorang anak mempunyai hak dari orang tuanya, diantaranya sebagai berikut : a. Hak anak dalam nasab. Hak anak untuk ditetapkan atau diakui dalam susunan nasab bukanlah hak dia sendiri sebagai satu-satunya hak yang harus dimiliki. b. Hak mendapatkan makanan dan minuman yang dapat menumbuhkan daging dan menguatkan tulang, yakni hak untuk disusui.
21
c. Hak mendapatkan nama yang pantas hingga dia bisa dipanggil berbeda dengan orang lain. Syari’at Islam menganjurkan bahwa memberi nama kepada anak harus nama yang baik. d. Hak untuk ditebus dengan menyembelih kambing pada hari ketujuh dari kelahirannya, dalam ilmu fiqih disebut aqiqah. e. Hak untuk dihilangkan penyakitnya, seperti dikhitan, dicukur dan selalu dijaga kebersihannya. Syari’at Islam mengajak pada kebersihan, maka tidaklah aneh bila menghilangkan kotoran dan penyakit dari anak itu merupakan suatu kewajiban. f. Hak untuk diasuh, dirawat dalam arti dilindungi dan dijaga. Dalam hal ini lebih dikenal dengan sebutan hadhanah. Syariat Islam telah memberi perlindungan terhadap keluarga dan meresmikan jalan yang lurus agar kejernihan itu tetap langgeng dan berlanjutlah kelembutan dan kasih sayang, hingga anak-anak hidup dalam pemeliharaan ayah dan ibu dengan penghidupan yang mulia, jauh dari kekurangan dan ketidaklurusan. g. Hak untuk diberi nafkah hingga dewasa dan mampu mendapatkan rizki sendiri. h. Hak untuk mendapatkan pengajaran, pendidikan dan budi pekerti yang luhur. Hal ini merupakan fase sendiri dan penyempurna terhadap kesiapan anak untuk mengarungi samudera kehidupan.
22
6. Pengertian Broken Home Broken home berasal dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga (Hasan Shadily, 1996:81). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah tangga. Di antara krisis yang terjadi dalam rumah tangga adalah : a. Ketegangan hubungan atau konflik suami istri. b. Konflik orang tua dengan anak. c. Konflik dengan mertua. d. Konflik sesama anak. Ketegangan suami istri merupakan krisis yang amat mendasar dan harus segera mendapat penyelesaian, dan mengupayakan pencegahan sebelum terjadinya konflik. Keluarga retak atau broken home dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga kurang teratur dan selalu mendua. Dalam keluarga ini cenderung timbul konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak. Anak sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua. Keluarga kacau selalu tidak rukun. Orang tua sering berperilaku kasar terhadap relasi (anak). Orang tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak disayang. Hampir
23
sepanjang waktu mereka dimarahi atau ditekan. Anak-anak mendapatkan kesan bahwa mereka tidak diinginkan keluarga. Dinamika keluarga dalam hanyak hal sering menimbulkan kontradiksi, karena pada hakekatnya tidak ada keluarga. Rumah hanya sebagai terminal dan tempat berteduh oleh individu-individu. Adakalanya suami terlalu sibuk dengan berbagai urusan di luar rumah dan tidak mau memberikan empati (perhatian) terhadap kesibukan istri. Suami hanya ingin memberikan hak-hak istri berupa pemenuhan materi dan kebutuhan biologis. Namun lebih dari itu, istri memerlukan perhatian, kasih sayang dan kemesraan hubungan. Adakalanya istri menuntut, istri menjadi marah dan bersikap tidak hormat lagi kepada suami, yang kemudian memiliki sikap “permusuhan” secara diam-diam atau tertampakkan. Berbagai ketegangan dalam hidup suami istri, bisa jadi termasuk bagian dari bumbu kehidupan rumah tangga. Tetapi bila bumbu itu berlebihan, akan mengakibatkan masakan menjadi tidak enak atau bisa menjadi racun yang membunuh, artinya jika ketegangan itu berlebihan bisa mengakibatkan hancurnya sebuah keluarga. 7. Mengatasi Konflik Keluarga (Rumah Tangga) Untuk mencegah munculnya konflik yang berkepanjangan dan mengatasi berbagai ketegangan dalam kehidupan suami istri, ada berbagai upaya yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
24
a. Kembalikan seluruh masalah pada aturan Allah dan Rosul-Nya. Jika ada masalah, maka kembalinya kepada pihak yang memberi perintah dan tuntunan yaitu Allah SWT dan Rosul, sesuai dengan Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat 59 yang berbunyi: )۹۵: (النساء. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rosul (Sunnah-Nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa’ : 59). (Depag, 1989:128).
b. Mendahulukan menunaikan kewajiban daripada menuntut hak Islam telah menetapkan batas-batas hak serta kewajiban dengan adil dan bijaksana. Apabila suami telah memenuhi kewajiban terhadap istri dengan sebaik-baiknya, maka hak istri tertunaikan, dan demikian juga sebaliknya, maka suasana harmonis akan lebih mudah dibangun dalam kondisi seperti ini. c. Jangan mengabaikan masalah yang dianggap kecil Salah satu bagian kemesraan dalam keluarga, ia dibangun di atas verbalitas. Istri memerlukan ungkapan verbal atas kasih sayang dan perhatian suami terhadapnya.
25
Hal kecil lainnya adalah disanjung, ungkapan terima kasih dan maaf, maka saling memberi hadiah secara berkala, pada waktu-waktu tertentu, atau membawakan istri oleh-oleh saat suami datang dari berpergian jauh. d. Berduaan, mengasingkan diri dari rutinitas Suami istri bisa saling melakukan evaluasi berduaan terhadap rumah tangga selama ini tanpa diganggu keributan anak-anak. e. Jangan senantiasa berfikir hitam putih Dalam prinsip ini, tidak menjadi masalah bahwa seseorang yang tidak bersalah mendahului minta maaf, hendaklah berfikir secara positif. f. Berbohong, jika memang diperlukan untuk ishlah Pada dasarnya berbohong adalah perbuatan dosa dan terlarang, sikap dasar muslim adalah jujur, terpercaya dan tidak berdusta. Sekalipun berbohong antara suami dan istri diperbolehkan, tentu saja itu adalah sikap pengecualiannya. Bohong hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu, untuk melakukan ishlah (perbaikan) dan membuat suasana harmonis dalam rumah tangga, tetapi tidak untuk saling menipu, mendustai dan mengkhianati. g. Mendatangkan pihak ketiga yang dipercaya keduanya Apabila ketegangan tak terselesaikan dengan cara-cara persuasif, bahkan meningkat, maka bisa ditempuh cara menghadirkan sesorang
26
yang dipercaya oleh keduanya. Bisa jadi seorang ustadz yang dikenal kearifannya, atau seorang yang dipercaya bisa menyimpan rahasia. Suami istri mengadukan masalah dan perasaan hatinya masingmasing, untuk didengarkan dan diselesaikan oleh pihak ketiga tersebut. Dengan izin Allah, pihak ketiga akan memberikan saran, pandangan, ataupun alternatif pemecahan masalah (Takariawan, 1997:191). 8. Pendidikan dalam Keluarga Sesunguhnya pendidikan adalah masalah penting yang aktual sepanjang zaman. Karena pendidikan, orang menjadi maju, dengan bekal ilmu pengetahuan dan teknologi, orang mampu mengolah alam yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia. Islam mewajibkan setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu. Pendidikan dalam keluarga antara lain sebagai berikut: a. Keluarga Sebagai Wadah Utama Pendidikan Tentang pendidikan dalam keluarga khususnya keluarga muslim mestinya telah di mulai jauh sebelum anak itu diciptakan. Islam memberikan berbagai syarat dan ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik anak sampai umur tertentu yang disebut baligh berakal (Darajat, 1995:41). b. Pembentukan Kepribadian Anak Berbahagialah anak yang lahir dan dibesarkan oleh ibu yang saleh. Penyayang dan bijaksana. Karena pertumbuhan anak terjadi melalui seluruh pengalaman yang diterimanya dalam kandungan.
27
Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua. Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan ketrampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi kepentingan manusia. c. Pendidikan Agama dalam Keluarga Dalam Islam penyemaian rasa agama di mulai sejak pertemuan ibu dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang di mulai dengan do’a kepada Allah SWT. Selanjutnya memanjat do’a dan harapan kepada Allah agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang saleh. Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan jika terjadi sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya, tidak zakat, tidak puasa dan sebagainya (Daradjat, 1995:67). d. Pembentukan Sikap-Sikap Terpuji Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisah-pisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati dan akhlak adalah pantulan
28
iman itu pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak adalah bukti keimanan dalam perbuatan yang dilakukannya dengan kesadaran dan karena Allah semata. Kita harus menghayati, memahami dan menerapkan akhlakul mahmudah dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi para pendidik (orang tua) amat penting. Sebab penampilan, perkataan, akhlak dan apa saja yang terdapat padanya di lihat, di dengar dan diketahui oleh para anak didik, akan mereka serap dan tiru serta lebih jauh akan mempengaruhi pembentukan dan pembinaan akhlak mereka. Jika pengaruh yang terjadi adalah yang tidak baik, maka kerusakan yang terjadi hanya pada diri anak didik itu saja, tetapi mempengaruhi anak cucu dan keturunannya serta anak didiknya bila kelak ia menjadi pendidik. e. Pendidikan Anak Secara Umum Pendidikan anak secara umum di dalam keluarga terjadi secara alamiah, tanpa didasari oleh orang tua, namun pengaruh dan akibatnya amat besar. Terutama pada tahun pertama dari kehidupan anak atau pada masa balita (di bawah lima tahun). Pada umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait panca indranya yang belum bertumbuh pemikiran logis atau maknawi (abstrak) atau dapat kita katakan bahwa anak masih berfikir indrawi (Daradjat, 1995:71).
29
B. PRESTASI BELAJAR SISWA 1. Pengertian Prestasi Belajar Proses belajar anak merupakan suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi, proses belajar berarti caracara untuk atau langkah-langkah khusus yaitu perubahan tingkah laku yang ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu. Dalam teori Reber (1995:263), tahapan perubahan dapat kita pakai sebagai padan kata proses. Jadi proses dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Prestasi belajar secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut kamus bahasa Indonesia dijelaskan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan atau dikerjakan). Dengan demikian prestasi menunjukkan adanya tingkat keberhasilan akibat melakukan aktivitas. Sedangkan belajar menurut Oemar Hamalik (1990:51) adalah suatu bentuk pertumbuhan demi perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Jadi prestasi belajar merupakan indikator sebagai tingkat keberhasilan seorang siswa atau anak didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini relevan dengan apa yang diistilahkan oleh Buchori yang menyatakan bahwa prestasi belajar itu
30
merupakan hasil yang dicapai atau hasil yang sebenarnya dicapai (Buchori, 1983:178). Belajar merupakan interaksi dan proses adaptasi yang tak pernah selesai antara individu dan masyarakat. Perkembangan dan proses belajar seseorang tidak dapat terjadi tanpa kehadiran pengaruh lingkungan masyarakat. Proses kognitif ilmu pengetahuan dan keragaman pengalaman tidak hanya memiliki pengaruh terhadap penilaian diri (self apparaisal) dan pengembangan harga diri (self esteem), tapi juga mempengaruhi proses pencarian makna aspek-aspek diri dan pengembangan konsep diri (self concept) (Jamaluddin, 2002:50). Banyak contoh menunjukkan bahwa siswa yang mencari tujuantujuan sosial tertentu di sekolah meraih kesuksesan secara akademik. Wentzel mengemukakan bahwa siswa yang berprestasi dan kurang berprestasi dapat dibedakan atas dasar apakah mereka memiliki tujuan yang dicari atau tidak di dalam sekolah. Siswa yang berprestasi baik seringkali
mencari
tujuan-tujuan
yang
berorientasi
kognitif
dan
kemampuan kognitif. Sebaliknya, siswa yang berprestasi kurang baik seringkali mencari tujuan-tujuan berupa standar-standar sosial dan norma kelas yang menghambat perkembangan kemampuan intelektual dan kognitif mereka. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Siswa
31
Di samping kemampuan intelektual bawaan setiap individu dan latar belakang keluarga, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa adalah : a. Kepercayaan (trust) dan hubungan yang sehat (healthy relationship) dalam lingkungan sekolah. b. Sikap guru seperti menunjukkan perhatian, rasa hormat dan kasih sayang kepada siswa, mudah ditemui dan terlibat secara total dalam pembelajaran. c. Kesiapan dan kemampuan menyampaikan materi pelajaran merupakan aspek-aspek yang menentukan kesuksesan dan kegagalan siswa. d. Kepala Sekolah juga memberi pengaruh yang tidak langsung terhadap efektifitas sekolah dan keberhasilan siswa melalui visi, misi, tujuan, dan strategi yang dikembangkan dalam menjalankan roda aktivitas sekolah. e. Keadilan yang dirasakan siswa dan kepuasan yang mereka rasakan terhadap sekolah (Jamaluddin, 2002:13). 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak sekali halhal atau faktor-faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Untuk memudahkan pembicaraan dapat dilakukan klasifikasi sebagai berikut :
32
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan ini masih lagi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor-faktor non-sosial dan faktor-faktor sosial. b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, dan faktor ini dibagi lagi menjadi dua golongan yaitu faktor-faktor fisiologis, dan faktor-faktor psikologis. 1) Faktor-faktor non-sosial dalam belajar Kelompok faktor-faktor ini misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tepat (letak/gedung), alat-alat yang dipakai untuk belajar (Suryabrata, 2003:249). Faktor-faktor tersebut di atas harus diatur dengan baik, sehingga dapat membantu (menguntungkan) proses/perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syaratsyarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, bangunan juga harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam ilmu kesehatan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan didaktis, psikologis, dan pedagogis. 2) Faktor-faktor sosial dalam belajar Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik mausia itu ada (hadir) maupun
33
kehadirannya itu dapat disimpulkan (tidak langusng hadir). Kehadiran orang atau orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak sekali mengganggu belajar. Terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap (gaduh) atau seseorang/siswa sedang belajar di kamar, tiba-tiba ada satu atau dua orang hilir mudik ke luar masuk kamar belajar. Kecuali orang itu hadir tidak langsung seperti potret dapat merupakan representasi dari seseorang, suara nyanyian lewat radio atau tape recorder (Suryabrata, 2003:250). Faktor-faktor sosial seperti itu dikemukakan di atas pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestasi belajar. 3) Faktor-faktor fisiologis dalam belajar Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a) Keadaan Tonus jasmani pada umumnya Keadaan tonus jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadan jasmani yang lelah, lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. 1). Nutrisi harus cukup karena kekurangan keadaan makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk dan
34
lekas leleh. Terlebih-lebih bagi anak-anak yang masih sangat muda, pengaruh itu besar sekali. Hasil-hasil penyelidikan Danziger, et.al., yang dikutip oleh Ch. Buhler (Suryabrata, 2003:252). 2). Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar seperti pilek, influensa, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan
itu
kenyatanya
bisanya
diabaikan.
penyakit-penyakit
Akan
tetapi
dalam
semacam
itu
sangat
mengganggu aktivitas belajar (Suryabrata, 2003:252). b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindra Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca indranya yang berfungsi sebagai syarat dapatnya belajar dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indra itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu sebagai pendidik berkewajiban untuk menjaga dengan baik. 4) Faktor-faktor Psikologi dalam belajar Perlunya memberikan perhatian khusus kepada salah satu hal, yaitu hal yang mendorong aktivitas belajar, hal yang merupakan alasan dilakukan perbuatan belajar itu. Menurut Arden N. Frandsen sebagaimana dikutip oleh Sumadi Suryabrata dalam buku
35
“Psikologi Pendidikan” dijelaskan bahwa menjalankan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar dan motif-motif untuk belajar adalah sebagai berikut : a. Yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut : 1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia lebih luas. 2) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. 3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. 4) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi. 5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar (Suryabrata, 2003:253). b. Motif-motif untuk belajar itu adalah sebagai berikut: 1) Adanya kebutuhan fisik. 2) Adanya
kebutuhan
akan
rasa
aman,
bebas
kekhawatiran. 3) Adanya keutuhan akan kecintaan dan penerimaan.
36
dari
4) Adanya kebutuhan untuk mendapat keharmonisan dari masyarakat. 5) Sesuai
dengan
sifat
untuk
mengemukakan
atau
mengetengahkan diri (Suryabrata, 2003:70). Apa yang telah dikemukakan itu hanyalah sekedar penyebutan sejumlah kebutuhan-kebutuhan saja, yang dapat ditambah lagi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidaklah lepas satu dengan yang lain, tetapi sebagai suatu keseluruhan (kompleks) mendorong belajarnya anak. Selanjutnya
suatu
pendorong
yang
biasanya
besar
pengaruhnya dalam belajarnya anak-anak didik kita ialah cita-cita. 4. Tujuan Belajar Setiap individu atau anak yang belajar menuntut ilmu pada dasarnya harus mempunyai cita-cita yang diperjuangkan dengan baik dalam berbagai kegiatan belajar. Tujuan belajar di sekolah itu berhubungan dengan tujuan hidupnya. Belajar tanpa motif tertentu, maka belajarnya akan lemah dan tidak menentu sehingga semangat belajar akan mudah merasa padam dan tidak bersemangat lagi. Karena anak merasa tidak mempunyai suatu kebutuhan dan keinginan atau kepentingan yang harus diperjuangkan melalui belajar. Belajar menurut The Liang Gie (1980:9), seperti yang disalin dalam buku karangan Arijo, bahwa belajar berarti : a. Memperkuat kedudukan ekonomi dikemudian hari.
37
b. Menciptakan kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat. c. Menimbulkan kepuasan bagi diri sendiri karena bertambah ilmu. Dengan demikian setelah memahami batasan-batasan di atas dapat diketahui tujuan dari belajar itu sendiri adalah sebagai berikut : a. Belajar memperkuat kedudukan ekonomi dikemudian hari sebab dengan belajar sampai tercapai apa yang dicita-citakan berarti kita dapat mencapai kedudukan yang tinggi dan ekonomi terjamin. b. Dengan
belajar
sebenarnya
kita
telah
membuat
kesempatan
dikemudian hari, kesempatan menjadi seorang yang dipercaya oleh masyarakat. Sebab dengan keberhasilannya dalam belajar, maka semakin mantap ilmu yang dimilikinya dengan harapan dapat menjadi teladan seperti yang menjadi pedoman bagi setiap pemimpin, yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani. c. Dengan belajar, seorang akan memperoleh ilmu sesuai dengan yang dicita-citakan. Dengan ilmu yang memadai, maka kepuasan pribadi akan tercapai. Dan rasa paling bahagia seseorang adalah karena telah dapat mencapai ilmu yang optimal. C. Pengaruh Broken Home dalam Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa Keadaan keluarga setiap orang berbeda-beda, ada yang harmonis karena semua kebutuhan rumah tangga terpenuhi dengan sempurna serta suami istri merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki saat itu, namun tidak sedikit juga yang keadaan rumah tangganya penuh dengan konflik, selain dilatar belakangi
38
keadaan ekonomi kesetiaan suami istri serta sikap tidak mensyukuri dengan apa yang ada menjadi pemicu retaknya rumah tangga. Selain sekolah dan masyarakat, keluarga adalah lembaga pendidikan pertama yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pendidikan. Karena lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama-tama menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainnya. Orang tua sekarang ini hanya memberikan kebutuhan materi kepada anaknya, sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak lengkap. Hal ini dimungkinkan oleh kesibukan-kesibukan orang tua terutama yang berdiam di kota besar dan atau ketidaktahuan orang tua dalam mendidik anak. Sebaliknya orang tua yang bermukim di pedesaan mereka banyak yang berpendidikan rendah dengan bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik dan buruh bangunan. Penghasilan mereka sangat minim sekali, sehingga untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat kurang. Hal seperti itu mengakibatkan keluarga mereka selalu ada pertengkaran (kurang harmonis) dan akhirnya anak-anak mereka kurang mendapat perhatian dalam belajar, jika pendidikan anak terbengkalai bisa dipastikan prestasi belajar dari anak-anak tersebut akan rendah. Berbeda halnya jika anak tumbuh dalam kondisi keluarga yang harmonis semua kebutuhan akan pendidikan tercukupi dengan baik, orang tua selalu membimbing dalam belajar anak maka prestasi anakpun akan baik (Suryabrata, 2003:250)
39
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Tinjauan Historis Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Bandungan awalnya berdiri dari adanya Madrasah Diniyah (madin) yang proses pembelajaranya masih mendompleng di rumah milik Bapak Nur Cholis. pada tahun 1953 berdasarkan hasil musyawarah sejumlah tokoh masyarakat seperti H. Alwi, Bapak Kyai Maruh, Bapak H. Hasim dan Mbah Abdul jahid memutuskan agar lembaga tersebut ikut dalam kurikulum pemerintah dan mulai saat itulah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang berdiri. Setelah H. Alwi wafat, kepemimpinan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang dipegang oleh Bapak muhtarom sebagai ketua Yayasan dan Bapak Sulaeman sebagai Kepala Madrasah yang mulai memimpin tahun 1990 an , dalam selang waktu beberapa tahun Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan mendapat status Disamakan berdasarkan surat keputusan kantor Depag Kota Semarang nomor MK.01/sb/pp.03/3665/1995 tanggal 27 Mei 1995. Kemudian pada tangal 1 Februari 2007 terjadi pergantian kepemimpinan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten
40
Semarang, dari kepemimpinan Bapak Sulaeman diganti oleh Bapak Ulil Huda sampai sekarang. Tidak lama kemudian Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang memperoleh sertifikasi akreditasi B. pada tanggal 1 Juli 2011 sampai sekarang masih menyandang predikat akreditasi B.
2. Letak Geografi Letak geografi adalah daerah dimana sekolah tersebut berada secara jelas. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan merupakan salah satu sekolah yang terletak di kaki gunung Ungaran yang berketinggian 1.000 m diatas permukaan laut. Sekolah tersebut terletak 37 km dari pusat kota Semarang dan 17 Km dari Kota Ungaran. Sebagian besar daerahnya adalah daerah persawahan, tempat wisata dan perhotelan. Untuk lebih jelasnya sekolah tersebut berada di : a. Jalan
: Jl. Arjuna No. 48
b. Desa/ kelurahan
: Bandungan
c. Kecamatan
: Bandungan
d. Kota/ Kab
: Semarang
e. Propinsi
: Jawa Tengah
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 Mei 2012 Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang ditinjau dari segi
41
geografis sangat tepat dan terletak pada lingkungan yang kondusif, dimana transportasi lancar serta tidak terisolasi dari kota. Posisi lembaga pendidikan berbatasan dengan: a. Sebelah Utara
: berbatasan dengan rumah penduduk
b.
: berbatasan dengan jalan raya
Sebelah selatan
c. Sebelah timur
: berbatasan dengan lapangan
d.
: berbatasan dengan rumah penduduk
Sebelah barat
Penduduk sekitar sekolah ini merupakan masyarakat yang sudah maju dan mayoritas beragama Islam, dekat dengan pesantren, dan masjid. Selain itu, Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang dekat dengan jalur wisata yaitu wisata Bandungan dan Gedong songo. Situasi dan kondisinya cukup aman.
3. Struktur Organisasi Organisasi di pandang perlu sebagai alat pencapaian tujuan dan merupakan wadah penyelenggaraan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Struktur
yang
relative
permanent
tanpa
menutup
kemungkinan terjadinya reorganisasi apabila dipandang perlu, demi kecepatan laju usaha pencapaian tujuan atau usaha-usaha peningkatan, efisiensi dan efektifitas serta produktifitas. Organisasi sekolah meruapakan suatu kelaziman dalam lembaga pendidikan. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa seluruh komponen yang
42
ada didalam lingkungan sekolah harus dapat berjalan dengan terpadu, sehingga pencapaian tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang merupakan unit organisasi di bidang pendidikan formal, maka demi sebuah idealisme seperti tersebut diatas Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang ini bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, tujuan intruksional, kurikuler dan hal ini telah diatur dalam struktur organisasi sebagai berikut : 1. Ketua yayasan
: Drs. Muhtarom.
2. Kepala Sekolah
: Ulil Huda, S.Pd.I.
3. Komite sekolah
: Miyanto.
4. Bendahara
: Muyasiroh,S.Pd.I.
5. Sekretaris
: Mudmainah,S.Pd.I.
4. Keadaan Guru dan Siswa a. Keadaan guru Para pendidik yang mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang, semuanya berjumlah 9 guru dan dari 9 itu terdiri dari 2 PNS dan 7 sebagai guru tetap yayasan. Selengkapnya dapat dilihat pada rekapitulasi guru sebagai berikut :
43
Tabel 1 Data Guru Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/2012
No 1
Nama Ulil Huda,S.Pd.I
Tem/Tgl. Lahir
L/P
Pdkn
Jabatan
L
Demak, 14-9-1972
S.I
Kamad
P
Kab. Smg, 11-4-1979
S.1
G. Agama
Kab. Smg, 24-8-1980 Kab. Smg, 27-7-1979 Kab. Smg, 20-6-1979 Kab. Smg, 05-7-1983 Kab. Smg, 16-9-1981 Kab. Smg, 1-3-1986 Smg, 26-121981
S.1
GK.3
S.1
GK.4
S.1
GK.6
D.1I
GK.1
S.I
GK.5
SLTA
GK.2
SLTA
Mulok
NIP. 197209142006041003 2
Mudmainah,S.Pd.I NIP. 197904112006042016
3
Siti Qori'ah,S.Pd.I
P
4
Siti Khanifah,S.Fil I
P
5
Zuit Khomsiati,S.Th.I
P
6
Pasini,A.Ma
P
7
Muyassiroh,S.Pd.I
P
8
Muntoha
L
9
Imam Izudin
L
b. Keadaan siswa Keadaan siswa pada tahun pelajaran 2011/2012 telah mencapai 119 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2
44
Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012 Keadaan siswa NO
KL S L
P
J
1
1
10
7
17
2
II
13
9
22
3
III
14
9
23
4
IV
12
9
21
5
V
9
10
17
6
VI
11
5
16
69
50
119
JML
5. Fasilitas Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan tata usaha bahwa fasilitas yang dimiliki Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang sudah mencukupi kebutuhan dalam rangka menunjang tujuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dipaparkan fasilitas yang dimiliki oleh Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang. Luas Tanah dan beberapa fasilitas yang dimiliki : a. Untuk bangunan dan sekelilingnya berjumlah 720 m2 b. Setiap ruangan terdapat meja, kursi guru dan siswa serta telah dilengkapi dengan media peraga pelajaran
45
c. Peralatan kantor terdiri dari mesin ketik 1 buah, computer 1 buah, dan laptop 1 buah Adapun kondisi fisik Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3 Kondisi Fisik Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012 No 1
Jenis fisik
Jumlah
Volume
Gedung
8 lokal 400 M
2
Halaman
1 1050 M
3
Pagar Permanen
1 35 M
4
Sumber Air
1 1 Buah
5
Pohon Pelindung
4 4 Batang
6
Taman
- M
7
Kebun
- M
8
Daya Listrik
1 900 Watt
9
Sarana Komunikasi
1 1 Buah
B. Penyajian Data
46
Berdasarkan nilai hasil angket yang diberikan kepada 25 siswa pada variabel Keluarga broken home, datanya dapat disajikan sebagai berikut: 1. Data Hasil Jawaban Angket Pada Variabel Keluarga Broken Home Berikut ini adalah nilai hasil angket Keluarga Broken home. Tabel 4 Data Hasil Angket Keluarga Broken Home JAWABAN No
Resp.
1
NILAI Jumlah
A
B
C
3
2
1
1
13
1
1
39
2
1
42
2
2
13
2
0
39
4
0
43
3
3
11
3
1
33
6
1
40
4
4
11
3
1
33
6
1
40
5
5
12
3
0
36
6
0
42
6
6
13
2
0
39
4
0
43
7
7
11
3
1
33
6
1
40
8
8
12
3
0
36
6
0
42
9
9
13
2
0
39
4
0
43
10
10
12
3
0
36
6
0
42
11
11
11
3
1
33
6
1
40
12
12
11
3
1
33
6
1
40
13
13
12
3
0
36
6
0
42
14
14
13
2
0
39
4
0
43
15
15
14
1
0
42
2
0
44
16
16
11
3
1
33
6
1
40
17
17
13
2
0
39
4
0
43
18
18
15
0
0
45
0
0
45
47
19
19
12
3
0
36
6
0
42
20
20
13
2
0
39
4
0
43
21
21
12
3
0
36
6
0
42
22
22
11
3
1
33
6
1
40
23
23
13
2
0
39
4
0
43
24
24
11
3
1
33
6
1
40
25
25
9
4
2
27
8
2
37
2. Data Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan nilai raport Semester I prestasi belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 sebagai berikut:
Tabel 5 Data Hasil Prestasi Belajar Siswa No
Resp.
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
50 55 50 61 60 50 55 60 62 55 52 60 61
48
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
58 62 50 57 60 50 62 54 50 60 55 50
49
BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Deskriptif Dalam analisis ini akan dicaritahu pengaruh broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 berdasarkan jawaban angket yang telah disebarkan pada 25 siswa yang sebelumnya telah penulis wawancarai, adapun petikan hasil wawancara dengan sebagian siswa-siswi adalah sebagai berikut: Dalam hal ini dikatakan oleh Fadlan Adiyat, "orang tua saya setiap hari sibuk bekerja, mereka berangkat jam 7 pagi dan pulang jam 6 sore. Untuk belajar saya dibantu kakak saya yang saat ini duduk di bangku SLTA." Dalam hal ini juga dikatakan oleh Vembi, “ orang tua saya berpisah, dahulu sering terjadi pertengkaran mulut. Sebenarnya saya sangat mencintai mereka dan tidak ingin mereka berpisah, sejak itu baik belajar ataupun tidak, tidak ada yang memperhatikan." Dalam hal ini juga dikatakan oleh Ifan Miftakhul Alim, "orang tua saya bekerja sebagai petani, mereka jarang bertengkar dan selalu menemaniku saat belajar di rumah meski kadang mereka tidak tahu jawaban dari soal yang ada." Adapun berdasarkan jawaban angket yang telah disebarkan pada 25 siswa diperoleh data sebagai berikut :
50
a. Nilai Variabel X (broken home dalam keluarga). Dari hasil angket yang diperoleh nilai variabel untuk broken home dalam keluarga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6 Daftar Nilai Broken Home dalam Keluarga Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No
Nilai
No
Nilai
1
42
14
43
2
43
15
44
3
40
16
40
4
40
17
43
5
42
18
45
6
43
19
42
7
40
20
43
8
42
21
42
9
43
22
40
10
42
23
43
11
40
24
40
12
40
25
37
13
42
Adapun distribusi frekuensi tentang hasil jawaban angket adalah sebagai berikut:
51
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Broken Home dalam Keluarga Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012 No
Nilai
Frequency
Percent
FX
1
45
1
4
45
2
44
1
4
44
3
43
7
28
301
4
42
7
28
294
5
40
8
32
320
6
37
1
4
37
25
100%
1.041
Total
Untuk mencari mean pada tabel di atas, maka dilakukan langkah sebagai berikut: 1) Proses penghitungan mean (X) sebagai berikut: X =
fx N
1041
=
25
= 41,64
2) Untuk menafsiri tingkat broken home dalam keluarga, maka peneliti membuat interval dengan kategori sebagai berikut: R
=
( Nt – Nr) + 1 3
52
( 45 – 15) + 1 3
R
=
R
=
R
= 10,33
31 3
Untuk lebih jelasnya akan disajikan tabel dibawah ini yang memuat katagori interval kelas. Tabel 8 Kategori Tingkat Broken Home dalam Keluarga Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012 No
Interval
1
35 – 45
2 3
Katagori
Frekuensi
Prosentase
Tinggi
25
100
25 – 35
Sedang
-
-
15 – 25
Rendah
-
-
25
100%
Total
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa broken home dalam keluarga di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 dapat kategorikan tinggi dikarenakan mean nilai angket sebesar 41,64 mencapai interval kategori tinggi (35 – 45) sesuai dengan tabel di atas.
b). Nilai Variabel Y (Prestasi Belajar ). Resume nilai raport masing-masing anak adalah sebagai berikut: Tabel 9 Prestasi Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012
53
No
Resp.
Jumlah
1
1
50
2
2
55
3
3
50
4
4
61
5
5
60
6
6
50
7
7
55
8
8
60
9
9
62
10
10
55
11
11
52
12
12
60
13
13
61
14
14
58
15
15
62
16
16
50
17
17
57
18
18
60
19
19
50
20
20
62
21
21
54
22
22
50
23
23
60
24
24
55
25
25
50
54
Adapun distribusi frekuensi tentang prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut: Tabel 10 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai
Frequency
Percent
FY
50
7
28
350
52
1
4
52
54
1
4
54
55
4
16
220
57
1
4
57
58
1
4
58
60
5
20
300
61
2
8
122
62
3
12
186
25
100%
1399
Total
Untuk mencari mean pada tabel di atas, maka dilakukan langkah sebagai berikut:
1). Proses penghitungan mean (Y) sebagai berikut:
55
fY N
X =
1399 25
=
= 55,96 2). Untuk menafsiri tingkat prestasi belajar siswa, maka peneliti membuat interval dengan kategori sebagai berikut: R
=
( Nt – Nr) + 1 3
R
=
(100 – 4O) + 1 3
R
=
61 3
R
=
20,33
Untuk lebih jelasnya akan disajikan tabel dibawah ini yang memuat katagorikatagori yang kualitas pelaksanaan. Tabel 11 Interval Kategori Prestasi Belajar Siswa Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan Tahun Pelajaran 2011/ 2012 No
Interval
1
80 - 100
2 3
Katagori
Frekuensi
Prosentase
Tinggi
-
0
60 – 80
Sedang
5
20
40 – 60
rendah
20
80
25
100%
Total
56
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 dapat kategorikan rendah dikarenakan mean nilai sebesar 55,96 mencapai interval kategori rendah (40 - 60) sesuai dengan tabel di atas.
B. Pengujian Hipotesis Setelah diketahui nilai dan prosentase serta mean skor dari kedua variabel di atas, maka selanjutnya dalam analisis ini, nilai variabel X (broken home dalam keluarga) dan nilai variabel Y (prestasi belajar siswa) di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 akan diuji dengan menggunakan rumus korelasi product moment. rxy
NXY (X )(Y ) [ NX 2 (X ) 2 ][NY 2 (Y ) 2 ]
Tabel 12 Tabel Korelasi Product Moment No
X
Y
X2
Y2
XY
1
42
50
1764
2500
2100
2
43
55
1849
3025
2365
3
40
50
1600
2500
2000
57
4
40
61
1600
3721
2440
5
42
60
1764
3600
2520
6
43
50
1849
2500
2150
7
40
55
1600
3025
2200
8
42
60
1764
3600
2520
9
43
62
1849
3844
2666
10
42
55
1764
3025
2310
11
40
52
1600
2704
2080
12
40
60
1600
3600
2400
13
42
61
1764
3721
2562
14
43
58
1849
3364
2494
15
44
62
1936
3844
2728
16
40
50
1600
2500
2000
17
43
57
1849
3249
2451
18
45
60
2025
3600
2700
19
42
50
1764
2500
2100
20
43
62
1849
3844
2666
21
42
54
1764
2916
2268
22
40
50
1600
2500
2000
23
43
60
1849
3600
2580
24
40
55
1600
3025
2200
25
37 1041= X
50 1399= Y
1369 43421=
2500 78807=
1850 58350=
X
Y
XY
25= N
Diketahui : N=
25
X= 1041
Y = 1399
58
X2 = 43421
rxy
rxy
Y2 = 78807
XY = 58350
NXY (X )(Y ) [ NX 2 (X ) 2 ][NY 2 (Y ) 2 ] 25 x58350 - (1041) (1399) [25x43421 - 434212 ][25x78807 - 788072 ]
rxy
1458750 1456359 (1085525 1083681)(1970175 1957201)
rxy
2391 1844x12974
rxy
2391 4890,866
rxy = 0,4888 Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa koefesien broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 sebesar 0,4888 (rxy = 0,4888).
C. Pembahasan Selanjutnya untuk menguji apakah ada hubungan broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012, dari hasil yang telah ditemukan sebesar 0,4888 (rxy = 0,4888). Dengan memeriksa Tabel Nilai “r” product moment ternyata bahwa df sebesar 25, pada taraf signifikansi 5 % diperoleh r tabel = 0.355 dan taraf signifikan 1% diperoleh r tabel = 0.456.
59
Apabila hasilnya menunjukkan bahwa ro rt, berarti signifikan, yang berarti pula bahwa hipotesis yang penulis ajukan diterima, tetapi apabila sebaliknya, ro rt, berarti non signifikan, maka hipotesis ha yang penulis ajukan ditolak. Adapun untuk mengetahui apakah nilai rxy (ro) itu signifikan atau tidak maka diuji dengan taraf signifikasi 5 % dan 1 % yang operasionalnya adalah sebagai berikut:
Pada taraf signifikasi 5 % hasilnya adalah: ro
= 0,4888
rt 5%
= 0,355
ro > rt 0,05 ( Signifikan) Pada taraf signifikasi 1 % hasilnya adalah: ro = 0,4888 rt 1% = 0,456 ro > rt
( Signifikan) Dari pengujian di atas membuktikan bahwa setelah rxy (ro) diuji
baik pada taraf signifikansi 5 % atau 1 %, ro tetap menunjukkan hasil lebih besar dari rt. Dengan demikian hipotesis alternatif ha yang berbunyi “ Ada hubungan broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012” yang diajukan adalah diterima. Kesimpulan yang dapat ditarik dari ketiga interpretasi di atas adalah terdapat hubungan yang signifikan Variabel X dan Variabel Y yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di
60
Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
61
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Setelah diadakan penelitian lapangan dan menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pembahasan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Broken Home dalam Keluarga terhadap Prestasi Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Broken home dalam keluarga di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat kategorikan tinggi, artinya cukup banyak anak yang kondisi rumah tangganya tidak harmonis. 2. Prestasi belajar siswa dari keluarga broken home di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang tahun pelajaran 2011/2012 dapat kategorikan rendah. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara broken home dalam keluarga terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Bandungan kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Saran-Saran Setelah peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
62
1. Bagi Orang Tua a. Hendaknya orang tua memberikan pendidikan akhlak yang baik kepada anak sedini mungkin dimulai dari lingkungan keluarga. agar kelak menjadi anak yang shaleh, berbakti kepada orang tua dan agama. b. Orang tua hendaknya memperingatkan anak jika bersikap kurang baik, dan sebaliknya yaitu memberikan penghargaan jika anak mampu bersikap baik. 2. Bagi Siswa a. Untuk lebih meningkatkan kesadaran dalam berperilaku baik
di
sekolah maupun di rumah. b. Supaya lebih meningkatkan rasa hormat dan menghargai terhadap orang tua, guru dan sesama teman. 3. Bagi Sekolah a. Hendaknya sekolah, dalam hal ini guru mampu memberikan pelajaran baik dalam bentuk teori maupun praktek tentang cara berperilaku baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. b. Sekolah diharapkan mengajarkan kurikulum tentang cara bersikap baik teori maupun praktek. c. Sekolah hendaknya memberikan peringatan kepada anak yang tidak bersikap baik dan memberikan hadiah kepada anak yang bersikap baik.
63
C. Kata Akhir Dengan mengucap alhamdulillah wa syukrulillah, akhirnya penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis sadar bahwa apa yang telah penulis tuangkan dalam skripsi ini adalah jauh dari kesempurnaan yang ada sebab penulis sadar atas keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik serta saran yang konstruktif dari pembaca sekalian penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi
ini
dan
juga bagi
penulis
pribadi
guna
kesempurnaan tulisan-tulisan di masa mendatang. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini benmanfaat bagi kita semua, amien
64
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Pengantar Sosiologi. Solo: Ramadhani, 1985. Arijo. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1980. Arikunto,Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Jakarta: Ruhama, , 1995. _______ Perawatan Jiwa untuk Anak-Anak. Jakarta: Bulan Bintang, 1972. Djaelani,Abdul Qodir. Keluarga Sakinah. Surabaya: Bina Ilmu, 1995. Echols, John M. & Hasan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996. Hadi, Sutrisno. Methodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1978. http://jeffi-louis.blogspot.com/2011/02/artri-keluarga-bagi-anak.html. Hamalik, Oemar. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito, 1990. Muhammad al-Toumy al-Syaibany, Omar, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda Karya, 1991. Saridjo, Marwan. Bunga Rampai Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dep. Agama RI, 1999. Shafiyarrahman, Abu Hadian. Hak-Hak Anak dalam Syari’at Islam. Yogyakarta: al-Manar, 2003. Shochib, Moh. Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung : CV. Al-Fabeta, 2000.
65
Surachmad,Winarno. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Jammars, 1975. Suryabarta, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Takariawan, Cahyadi. Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami Tatanan dan Peranannya dalam Masyarakat. Solo: Intermedia, 1997. Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama, 1989. Zuhairini, et. al. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Zulfajri. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Difa Publisher, 2008.
66
HASIL WAWANCARA
Hari, Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012 Waktu
: Pukul 09.00
Lokasi
: MI Ma’arif Bandungan
Responden
: Siswa
1. Nama Responden : Vembi Dea leoni Kelas
:5
Hasil wawancara : Peneliti
: Selamat, Pagi!
Responden : Selamat pagi juga, Bu! Peneliti
: bolehkah aku tahu bagaimana kehidupan di rumah?
Responden : iya bu, boleh? Peneliti
: akhir-akhir ini prestasi belajarmu manurun apakah ada masalah di rumah?
Responden : ada bu, akhir-akhir ini bapak dan ibuku sering bertengkar di rumah. Kadang aku diajak ke rumah bapak secara paksa padahal rumahnya jauh bu, untuk mengganti buku saja aku tidak sempat, apalagi untuk belajar? Peneliti
: ya kamu yang sabar ya, berusaha tetap belajar bersama teman atau saudara, terima kasih ya!
Responden : iya bu, sama-sama. 2. Nama Responden : Ali Hidayat Kelas
:4
Hasil wawancara : Peneliti
: Selamat, Pagi!
Responden : Selamat pagi juga, Bu! Peneliti
: bolehkah aku tahu bagaimana kehidupan di rumah?
Responden : iya bu, boleh?
67
Peneliti
: akhir-akhir ini prestasi belajarmu manurun apakah ada masalah di rumah?
Responden : sebenarnya tidak ada masalah bu, hanya saja dulu ada orang tua yang mengajari sekarang tidak ada bu! Peneliti
: Kenapa!
Responden : sejak naik ke kelas 4 ayah dan ibuku pergi ke sumatra untuk bekerja, aku di rumah bersama nenek! Peneliti
: o, gitu ya. Biar prestasimu baik kamu tetap harus semangat belajar ya!
Responden : iya bu!
3. Nama Responden : Fadhlan Adiyat Kelas
:5
Hasil wawancara : Peneliti
: Selamat, Pagi!
Responden : Selamat pagi juga, Bu! Peneliti
: bolehkah aku tahu kenapa akhir-akhir ini prestasi belajarmu manurun apakah ada masalah di rumah?
Responden : iya bu! Responden : ada sedikit bu, sejak dua bulan lalu ayahku pergi meninggalkan keluarga bu, karena menikah lagi bu. Sejak saat itu jarang ada yang menyuruhku dan menemaniku belajar! Peneliti
: tidak apa-apa, pasti nanti Allah akan selalu membantu. Biar prestasimu baik kamu tetap harus semangat belajar ya! Responden : iya bu!
68