PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PONDOK PESANTREN MADRASAH ALIYAH AL-UTRUJIYYAH KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG Oleh: Andi Thahir Babay Hidriyanti Abstrak Pendidikan merupakan sesuatu yang memiliki tujuan yang sangat penting untuk diperoleh yaitu untuk membentuk orang yang mempunyai sikap atau attitude sosial yang baik, yang mampu bekerja sama dengan lingkungannya, mampu mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri atau golongan. Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, siswa sebagai subyek pendidikan dapat diarahkan kepada suatu pendidikan baik formal dan informal, yang pada intinya adalah unntuk memberikan bimbingan kepada para siswa sehingga pada akhirnya dapat memberikan peningkatan pada prestasi belajar siswa tersebut. Bimbingan secara khusus dapat dilakukan dalam berbagai aspek, baik dalam hal menulis, menghafal, memotivasi siswa, maupun bimbingan belajar dalam hal membaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendepenelitiankan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner dan wawancara sebagai metode utama dalam pengumpulan data. Sedangkan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 24 orang berasal dari para siswa kelas X dan XI MA Al-Uutrujiyyah. Pada proses analisis data, penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana dengan bimbingan belajar sebagai variabel independen dan prestasi belajar sebagai variabel dependen. Hasil dari penelitian ini adalah bimbingan belajar memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Hal tersebut terbukti dengan adanya hasil pengujian dari analisis Uji T, dimana pada analisis tersebut nilai thitung > ttabel yaitu sebesar 7,295 > 2,074. Hal ini menjelaskan bahwa dalam hipotesis yang diterima pada uji T adalah Ha. Dimana arti dari Ha adalah bimbingan belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di MA AlUtrujiyyah. Keyword: Bimbingan Belajar, Prestasi Belajar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
2
Pendidikan merupakan sesuatu yang memiliki tujuan yang sangat penting untuk diperoleh. Dalam skala nasional, tujuan dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Artinya bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk orang yang mempunyai sikap atau attitude sosial yang baik, yang mampu bekerja sama dengan lingkungannya, mampu mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri atau golongan.2 Sedangkan fungsi diadakannya pendidikan dalam pandangan dalam Islam tidaklah jauh berbeda dengan yang ada pada tujuan pendidikan nasional di atas, dimana pendidikan tidak hanya untuk pembentukan akal atau pengembangan kompetensi para siswa saja, melainkan berfungsi juga kepada setiap bagian jiwa sehingga setiap bagian jiwa itu menjadi mampu melaksanakan tugasnya sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.3 Kompetensi yang diharapkan haruslah menjadi suatu pegangan bagi penyelenggara pendidikan atau dengan kata lain kegiatan pendidikan harus dijalankan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi tinggi.4 Salah satu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut adalah dengan meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga pengajar karena guru merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah.5 Dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, siswa sebagai subyek pendidikan dapat diarahkan kepada suatu pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan suatu jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan 1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 2 Pasal 3. 2 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling, Andi Offset, Yogyakarta, 2010, hlm. 122. 3 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Rapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Pedoman Ilmu Jaya, Yogyakarta, 2003, hlm. 45. 4 Chomsin S. Widodo dan Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008, hlm. 6. 5 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0351_033346_chapter1.pdf, diakses pada tanggal 15 November 2012 pukul 9.57 WIB
3
pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal. Dalam arti tidak dilaksanakan secara struktur dan berjenjang seperti bimbingan-bimbingan belajar, kursus, dan lain sebagainya.6 Akan tetapi, dalam sebuah pendidikan dan pengajaran selalu terdapat suatu permasalahan yang berhubungan dengan proses belajar itu sendiri. Perkembangan belajar siswa yang tidak selalu berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan adalah problema dalam pendidikan. Adakalanya mereka menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan, seperti prestasi belajar yang rendah, kurang atau tidak adanya motivasi belajar, lambatnya dalam belajar, berkebiasaan kurang baik dalam belajar, sikap yang kurang baik terhadap pelajaran, guru ataupun terhadap madrasah.7 Selain adanya permasalahan dalam belajar, dalam proses pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan segala sesuatu yang berasal dari dalam diri individu yang mempengaruhi individu dalam proses pencapaian prestasi belajar di madrasah seperti: motivasi, minat, bakat dan intelegensi. Sedangkan faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar individu baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi individu dalam mencapai prestasi belajar di madrasah diantaranya meliputi lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat. Dimana kedua faktor tersebut haruslah berjalan berdampingan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, jika yang diharapkan adalah suatu prestasi yang memuaskan. Dalam menjalani proses belajar siswa memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain. Disadari maupun tidak dalam kenyataannya para guru di dalam semua pengajaran yang diberikan secara efektif tersirat beberapa bentuk bimbingan yang membantu seorang murid untuk mengatasi kesulitannya dalam berhitung, menunjukkan kepada murid cara-cara memperbaiki penyelesaian dan membaca kembali tugas pelajarannya, menasihati murid agar berlaku hormat dan ramah kepada orang lain adalah merupakan kegiatan atau perbuatan bimbingan. Salah satu bentuk bimbingan tersebut adalah bimbingan belajar.
6
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1 (10) 7 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Op. Cit, hlm. 30.
4
Menurut Moh. Surya bimbingan memiliki arti sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan madrasah, keluarga, masyarakat, dan kehidupannya. Bimbingan ini merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan-tujuannya.8 Pada umumnya bimbingan yang sering dilakukan oleh sekolah-sekolah dapat berbentuk tiga macam, yaitu bimbingan pribadi dan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir. Bimbingan pribadi dan sosial diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa memecahkan masalah yang terkait dengan masalah pribadi dan sosial.9 Sedangan bimbingan belajar merupakan bimbingan yang dilakukkan setiap hari di sekolah atau dalam kegiatan belajar mengajar baik pada saat ja pelajaran maupun diluar jam pelajaran. Bimbingan dalam belajar secara khusus dapat dilakukan dalam berbagai aspek, baik dari bimbingan belajar dalam hal menulis, menghafal, memotivasi siswa, maupun bimbingan belajar dalam hal membaca. Walaupun bimbingan belajar terdapat banyak halnya, tetapi pada dasarnya bimbingan belajar tetap selalu memiliki peranan penting yang sama dalam aspek belajar siswa baik secara formal maupun informal sehingga akan dapat mendorong anak dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dapat dicapai siswa saat dilakukan evaluasi. Menurut W.S. Winkel prestasi adalah bukti hasil belajar yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar.10 Akan tetapi, suatu permasalahan muncul pada saat ini di saat sekolah merupakan hal yang wajib untuk dilakukan dan semakin berkembangnya dunia pendidikan seperti dari perkembangan teknologi dan fasilitas pendidikan justru semakin banyak siswa-siswa yang tidak memiliki motivasi untuk belajar dan menerima bimbingan-bimbingan dari para pengajar-pengajarnya. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya siswa yang suka membolos, datang terlambat, tidak 8 Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta, Grasindo, 2007, hlm.174. 9 Sri Hapsari, Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Grasindo, 2005, hlm. 36. 10 Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo, 1991, hlm. 36.
5
mengerjakan pekerjaan rumah, dan menunjukkan sikap yang kurang wajar. Sehingga dengan hal-hal tersebut berdampak pada prestasi belajar siswa sendiri. Hal tersebut merupakan tugas para pengajar untuk bekerja lebih ekstra, agar dapat memberikan perubahan kepada para anak didiknya menjadi lebih giat untuk belajar yang salah satunya adalah melalui bimbingan untuk belajar baik dilakukan di madrasah formal maupun informal dan bimbingan orang tua di rumah. Beranjak dari pemikiran tersebut dan berdasarkan hasil wawancara pada saat kegiatan pra-survei dilapangan, prestasi belajar yang terdapat pada Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah secara umum dapat dikatakan masih minim prestasi, baik prestasi dalam bidang non-akademik maupun dalam akademik khususnya dari sisi prestasi belajarnya. Hal tersebut terbukti dengan prestasi belajar yang menurun dan nilai-nilai yang diperoleh siswa hanya setara dengan standar kurikulum pelajaran saja. Penurunan dari prestasi belajar tersebut disebakan karena banyaknya siswa yang memainkan handphone dan facebook pada jam-jam pelajaran, serta keluar-masuk kelas dengan alasan ke toilet. Penurunan yang terdapat pada MA Al-Utrujiyyah tersebut dapat terlihat dari nilai para siswa kelas XII pada mata pelajaran al-Qur’an-Hadits, aqidah akhlak, dan fiqh. Dari data yang di dapat ternyata ada 10 siswa yang nilai fiqhnya di bawah nilai KKM (kriteria kelulusan minimum) yang dengan skor 70. Sedangkan berdasarkan nilai aqidah akhlak, terdapat 21 siswa yang nilainya di bawah KKM, dan 38 siswa pada mata pelajaran al-Qur’an dan hadits yang juga nilainya dibawah standar KKM. Adapun alasan peneliti untuk melakukan penelitian dengan tema tersebut adalah karena terdapatnya banyak permasalahan didalam prestasi belajar siswa yang pada akhir-akhir ini yang disebabkan oleh berbagai macam faktor dan memberikan wawasan kepada para siswa untuk agar lebih memahami akan pentingnya belajar, meningkatkan prestasi belajarnya, dan pengaruh yang diberikan melalui bimbingan belajar dalam keterampilan membaca terhadap prestasi belajarnya.
B. Rumusan Masalah
6
Adakah pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar siswa pada Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah Kota Karang Bandar Lampung? BAB II LANDASAN TEORI
C. Bimbingan Belajar 1. Pengertian Bimbingan Belajar Secara harfiah, istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris yaitu ”guidence’’. Guidence dapat diartikan sebagai bimbingan, bantuan, pimpinan, arahan, pedoman, petunjuk. Guidence sendiri berasal dari kata “(to) guide” yang berarti menuntun, mempedomi, menjadi petunjuk jalan, mengemudikan. Adapun pembahasan dalam buku ini kata guidance dipergunakan untuk pengertian bimbingan atau bantuan.11 Secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu atau kelompok yang dilakukan secara berkesinambungan supaya inividu atau kelompok tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupannya.12 Menurut Muhammad Surya bimbingan adalah: “Suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang di bimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam mencapai tingkat perkembangan
yang
optimal
dan
penyesuaian
diri
dengan
lingkungannya.”13 Sedangkan menurut pandangan para pakar psikologi, pengertian bimbingan adalah sebagai berikut:
11
Abu Ahmadi, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 1. 12 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program: Bimbingn Belajar dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002, hlm. 19. 13 Ibid, hlm. 20.
7
a. Menurut Crow dan Crow, Guidence dapat diartikan sebagai bagian yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita, yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai, kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolong dalam mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri. b. Menurut Stoops, bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam
membantu
perkembangan
individu
untuk
mencapai
kemampuannya secara maksimal dalam mengarahkan manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun masyarakat. c. Menurut Jear dalam Book of Education bimbingan adalah suatu proses yang membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan
dan
mengembangkan
kemampuannya
agar
memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. 14 Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari pendidikan, dan
program
ini
ditunjukan
untuk
membantu
mengoptimalkan
perkembngan siswa. Menurut Tolbert, bimbingan adalah suatu program atau kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan dalam membantu siswa agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan rencana
serta
melakukan
penyesuaian
diri
dalam
semua
aspek
kehidupannya sehari-hari.15 Dalam ruang lingkup pendidikan di sekolah, bimbingan
tidak lagi
diperuntukkan kepada siapa saja, melainkan lebih dibatasi dengan batasan lingkup sekolah. Fokus pada bimbingan di lingkungan adalah peserta didik dalam sekolah (siswa) yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang relativ matang (guru atau konselor), dengan harapan siswa dapat berkembang maksimal mencapai dewasa dan matang, sehingga dia lebih berdaya guna bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 27:
14 15
Abu Ahmadi, dan Ahmad Rohani, Op. Cit, hlm. 2-3. Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 1.
8
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”16 Bimbingan belajar dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah merupakan usaha yang dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun keluarga atau kemasyarakatan.17 Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan yang memungkinkan para peserta didik secara memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. 2. Fungsi dan Tujuan Bimbingan Belajar Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan masnusia, berbagai layanan diciptakan dan diselenggarakan. Dimana layanan yang diadakan itu memberikan manfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif terhadap perkembangan yang menjadi fokus dalam bidang layanan tersebut. Suatu layanan dikatakan memiliki fungsi positif jika terdapat kegunaan, manfaat, atau keuntungan yang diberikan. Suatu layanan dapat dikatakan tidak berfungsi jika tidak memperlihatkan kegunaan ataupun tidak memberikan fungsi atau keuntungan tertentu. Secara umum terdapat empat fungsi yang akan diperoleh dari adanya pelaksanaan layanan bimbingan belajar, diantaranya adalah: a. Fungsi pemahaman 16 17
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit, hlm. 19.
9
fungsi yang diperoleh dalam hal ini artinya adalah pemahaman yang dihasilkan oleh layanan bimbingan atas permasalahan orang lain. b. Fungsi pencegahan Pencegahan merupakan suatu upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan itu benar-benar terjadi. Dalam hal ini lingkungan merupakan fokus utama yang harus dipahami, karena lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Misalnya, sarana belajar yang kurang memadai, hubungan guru-murid yang kurang serasi, sarana belajar yang kurang memadai, semuanya akan menimbulkan kesulitan dan kerugian bagi siswa dalam mengembangkan diri secara optimal di sekolah. c. Fungsi pengentasan Fungsi
pengentasan
adalah
fungsi
yang
dilakukan
untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh seseorang baik siswa, karyawan, maupun yang lainnya. d. Fungsi pemeliharaan Fungsi pemeliharaan adalah memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri individu, baik yang merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai sebelumnya. Seperti intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewa, minat yang menonjol untuk hal-hal yang psitif dan produktif, sikap dan kebiasaan yang telah terbina dalam bertindak dan bertingkah laku, cita-cita yang tinggi dan realistik, dan berbagai aspek positif lainnya dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara.18 Akan tetapi secara khusus hanya terdapat tiga fungsi dengan adanya layanan bimbingan belajar, yaitu: a. Fungsi pemahaman individu Bimbingan akan membantu para siswa di dalam pemahaman individu, baik dirinya sendiri maupun pemahaman pada individu orang lain. Dalam membantu siswa memahami dirinya, pertama18
Prayitno dan Erman Amti, Op. Cit, hlm.197.
10
tama konselor haruslah berusaha untuk dapat memahami kondisi, kemampuan, dan sifat-sifat siswa itu sendiri. b. Fungsi pencegahan dan pengembangan Siswa memiliki sejumlah potensi dan sifat-sifat yang dapat berkembang ke arah yang positif ataupun negatif. c. Fungsi membantu penyesuaian diri Agar perkembangan individu lancar dan dapat menikmati kesejahteraan hidup maka siswa harus dapat menyesuaikan diri, mencari keserasian atau keharmonisan dengan segala tuntutan dan kondisi baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.19 Selain adanya fungsi yang diperoleh bagi para peserta bimbingan, terdapat pula beberapa tujuan dari diadakannya program bimbingan belajar. Dimana Attia Mahmud Hana menjelaskan bahwa secara umum tujuan bimbingan belajar dapat diartikan sebagai suatu proses teknis yang teratur, yang bertujuan untuk menolong individu dalam memilih penyelesaian yang cocok teradap kesukaran yang dihadapinya, serta agar siswa mampu mengahadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar baik secara berkelompok maupun mandiri.20 3. Faktor yang Mempengaruhi Bimbingan Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) Aspek fisiologis yakni kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apabila
19 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses: Proses Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2007, hlm. 237-238. 20 Attia Mahmud Hana, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, hlm. 53.
11
disertai pusing kepala berat misalnya, maka dapat menurunkan kualitas
ranah
cipta
(kognitif)
sehingga
materi
yang
dipelajarinya tidak berbekas. Untuk dapat mempertahankan jasmani agar tetap bugar, maka siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting karena kesalahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri. 2) Aspek Psikologis yang meliputi: a) Inteligensi siswa yang pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. b) Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. c) Bakat siswa secara umum adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi secara global bakat itu mirip dengan
inteligensi,
karena
itu
seorang
anak
yang
berinteligensi sangat cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. d) Minat siswa secara sederhana adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
12
sesuatu. Minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. e) Motivasi siswa ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam hal ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Ada dua aspek, yaitu: 1) Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa disekolah. Para guru yang selalu menunjukkan
sikap
dan
perilaku
yang
simpatik
dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Yang termasuk lingkungan sosial
siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi dan meminjam alatalat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya. Lingkungan sosial yang paling banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Lingkungan nonsosial yang termasuk dalam faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
13
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.21 D. Konsep Keterampilan Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca adalah satu keterampilan dalam ilmu bahasa Indonesia. Dengan membaca, siswa akan lebih mudah dalam mencerna dan memperoleh informasi. Melalui kegiatan membaca, siswa dapat memahami pesan dan makna dari suatu bacaan, di samping itu dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah secara lebih optimal. Secara harfiah membaca berasal dari kata baca yang artinya melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), selain itu baca atau membaca juga diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yg tertulis, mengucapkan, meramalkan dan menduga. 22 Dengan membaca seseorang dapat memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis. Menurut Tarigan hakekat dalam membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, karena dalam membaca tidak hanya melafalkan tulisan-tulisan, melainkan menobatkan aktivitas visual dan berpikir. Membaca sebagai proses visual, karena membaca adalah aktivitas menterjemahkan symbol-simbol bunyi (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Membaca sebagai proses berfikir, karena dalam membaca melibatkan
21
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm. 144-
22
KBBI, Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Jakarta, 2008, hlm. 175.
145.
14
aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi dan pemahaman kreatif.23 Menurut Farida Rahim terdapat tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar dari proses membaca yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat kemudian mengasosiasikannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Decoding adalah proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata. Penekanan membaca pada tahap recording dan decoding merupakan proses perseptual yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang sering disebut dengan istilah membaca permulaan sedangkan meaning lebih ditekankan di kelas tinggi Sekolah Dasar.24 Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses untuk mencerna, memahami, dan mendapatkan informasi menterjemahkan simbol-simbol bunyi (huruf) kedalam
kata-kata
lisan
sehingga
memperoleh
pemahaman
atau
pengetahuan atas sesuatu yang dibaca tersebut. 2. Tujuan pada Keterampilan Membaca Kegiatan membaca yang dilakukan oleh seseorang tentu memiliki tujuan tertentu. Namun pada dasarnya membaca memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum membaca adalah untuk mencari dan mendapatkan informasi dari sumber yang dibaca. Sedangkan secara khusus Tarigan mengemukakan bahwa membaca memiliki beberapa tujuan lain, yaitu:25 a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh para penemu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian atau fakta (reading for details or facts).
23
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Angkasa, Bandung, 2008, hlm.2. 24 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm.1. 25 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit, hlm. 7.
15
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal tersebut merupakan topik yang baik atau menarik. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for mains ideas). c. Membaca untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan (reading for sequence or organization). d. Membaca untuk mengetahui serta menemukan mengapa para tokoh merasakan.
Membaca
seperti
ini
disebut
membaca
untuk
menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inferensi). e. Membaca untuk mengetahui dan menemukan apa-apa yang tidak bisa atau tidak wajar mengenai seorang tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk mengelompokkan (reading for classify). f. Membaca untuk mencari atau menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu. Membaca seperti ini disebut membaca untuk menilai (reading tu evaluate). g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah. Membaca seperti ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading for compare or contrasts).
3. Teknik yang Diperlukan untuk Menumbuhkan Kemahiran Membaca Mahir dalam membaca merupakan hal yang dapat dilakukan oleh semua orang. Dalam upaya untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca siswa, sebaiknya
pembelajaran keterampilan membaca harus
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan bagi siswa, dan yang lebih menentukan lagi adalah terciptanya interaksi guru dan siswa yang bersifat ”personal dan santun” sehingga tercipta susana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan antara guru dan siswa. Ada beberapa hal yang harus dikuasai bila ingin memiliki kemahiran dalam membaca. Brown menyebutkannya kedalam beberapa hal penting, yaitu: a. mampu membedakan pola-pola tulisan dan ejaan bahasa b. mampu menerima bagian-bagian bahasa dalam memori jangka pendek
16
c. kecepatan
memproses tulisan yang dibaca untuk mencocokkan
dengan tujuan d. mengenali inti kata dan menginterpretasi pola susunan kata untuk menemukan makna teks yang dibaca e. mengenali kelompok gramatikal kata, sistem, pola, tata cara dan bentuk elepsisi yang digunakan f. mengenali bahwa bentuk tertentu dapat diekspresikan dalam bentuk gramatikal yang berbeda g. mengenali alat-alat kohesif yang digunakan dan perannya dalam menandai hubungan antar klausa h. mengenali bentuk retorika wacana dan signifikansinya untuk interpretasi i. mengenali
fungsi komunikatif teks tulisan menurut bentuk dan
maksudnya, j. menduga link dan hubungan antarperistiwa dan ide, mengambil keputusan sebab akibat, dan menditeksi setiap hubungan sebagai main
ide,
ide
pendukung,
informasi
baru,
pemberian
informasi,generalisasi dan contoh, membedakan makna literal dan makna di balik teks k. menditeksi
referensi
khusus
secara
kultural
dan
menginterpretasinya dalam suatu konteks yang sesuai dengan kultur skemata l. mengembangkan dan menggunakan strategi membaca, mendeteksi pemarkah
wacana,
menebak
makna
kata
dari
kontek,dan
mengaktifkan skemata untuk menginterprtasi teks.26
Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa mahir yang dimaksud merupakan cara membaca yang dapat dilakukan dengan cepat dan efektif tanpa mengabaikan pemahaman dari yang dibaca. Membaca cepat 26
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved =0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpengabdian%2Fdrast-nurbaya-msi-mhum%2Ftreaning-treanir.doc&ei=MpepUYICY_zrQem_oAw&usg=AFQjCNErs2tffpyFcApLS87dJusBCSgeHA&sig2=n0b9qejUA7Agn406xmMHg&bvm=bv.47244034,d.bmk, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.41 WIB
17
merupakan aktivitas yang melibatkan kerja otak dan gerak mata. Oleh sebab itu, kemampuan membaca cepat setiap orang berbeda. Hal itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan melakukan gerak mata dan mengoptimalkan kerja otak secara efektif. Meskipun demikian, kemampuan membaca cepat dapat dikuasai siapa pun yang mau belajar dan berlatih intensif. Membaca cepat adalah membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Biasanya kecepatan itu dikaitkan dengan tujuan membaca, keperluan, dan bahan bacaan. Artinya, seorang pembaca yang baik tidak menerapkan kecepatan membacanya secara konstan di berbagai keadaan. Membaca cepat bukan berarti asal membaca cepat saja, sehingga setelah selesai membaca tidak ada yang diingat dan dipahami. Dua hal pokok yang harus diperhatikan ketika membaca cepat adalah tingkat kecepatan dan persentase pemahaman bacaan yang tinggi.27 Kecepatan dan keefektifan membaca adalah dua hal yang saling berkitan. Menurut Ahmadslamet Harjasujana kecepatan dan keefektifan membaca ialah kecepatan yang dicapai oleh pembaca berdasarkan rumus banyak jumlah kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan. Satuan yang digunakan untuk mengukur kecepatan membaca adalah WPM (word per minute) atau KPM (kata per menit). Adapun rumus untuk menghitung kecepatan dalam membaca adalah: KPM atau WPM = jumlah kata yang dibaca : waktu yang dibutuhkan (dalam menit) Hasil dalam perhitungan membaca tersebut dapat dibagi pula ke dalam beberapa kelompok, yaitu:28 Lambat
= 100 – 150 KPM
Rata-rata
= 150 – 300 KPM
Cepat
= 300 – 500 KPM
Sangat cepat = 500 – 1000 KPM Super cepat 27
= diatas 1000 KPM 29
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0605660_chapter1.pdf, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.59 WIB. 28 Ibid.
18
Sedangkan untuk menghitung pemahaman dari isi bacaaan (Pi) secara keseluruhan dengan cara menghitung prosentase skor jawaban yang benar atas skor jawaban ideal dari pertanyaan tes pemahaman bacaan. Prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut: PI = Skor jawaban yang benar X
100%
Skor jawaban ideal Sebagai contoh adalah Si A mampu menjawab 8 pertanyaan dari 10 pertanyaan yang diajukan dan memperoleh skor 80,skor maksimal 100. Dengan data tersebut, kecepatan membaca A dapat dihitung seperti berikut: PI = 80 / 100 x 100% = 80% Berdasarkan contoh tersebut, dapat diketahui bahwa si A memiliki tingkat pemahaman 80% dari seluruh yang telah dibacanya. 30 E. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut Winkel prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa prestasi adalah suatu hasil usaha yang diperoleh seseorang atas usaha yang dilakukan 31. Dalam bahasa Inggris sendiri sebenarnya ada sebuah kata atau istilah lain yang lebih menggambarkan “prestasi” dalam pengertian Indonesia atau sebagimana digunakan dalam bahsa Indinesia yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata itu berasal dari dari kata “to achieve” yang berarti
29 http://books.google.co.id/books?id=hzyQgaJCHAYC&pg=PA102&dq=rumus+menghitu ng+kecepatan+membaca&hl=id&sa=X&ei=cppUZX5EuL9igKN9oCIDw&redir_esc=y#v=onepage&q=rumus%20menghitung%20kecepatan%20 membaca&f=false, Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik dan Kreatif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, hlm. 102 30 http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved =0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpengabdian%2Fdrast-nurbaya-msi-mhum%2Ftreaning-treanir.doc&ei=MpepUYICY_zrQem_oAw&usg=AFQjCNErs2tffpyFcApLS87dJusBCSgeHA&sig2=n0b9qejUA7Agn406xmMHg&bvm=bv.47244034,d.bmk, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.41 WIB 31 James I. Winkel, Pengajaran Berhasil, Penerjemah Simanjuntak, UI Pers, Jakarta, 1982, hlm 82.
19
“mencapai”, kita lebih sering menerjemahkanya menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai.32 Berprestasi adalah suatu dorongan yang ada pada setiap manusia untuk mencapai hasil kegiatannya atau hasil kerjanya secara maksimal. Secara naluri setiap orang mempunyai kebutuhan untuk mengerjakan atau melakukan kegiatannya lebih baik dari sebelumnya, dan bila mungkin untuk lebih baik dari orang lain. Namun dalam realitanya, untuk berprestasi atau mencapai hasil kegiatannya lebih baik dari sebelumnya atau lebih baik dari orang lain itu tidak mudah, banyak kendalanya, justru kendala yang dihadapi dalam mencapai prestasi inilah yang mendorongnya untuk berusaha mengatasinya serta memelihara semangat kerja yang tinggi dan bersaing mengungguli orang lain. Oleh sebab itu maka motif berprestasi adalah sebagai pendorong untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran “keunggulan” dibanding dengan standar ataupun orang lain.33 Hasil belajar adalah prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Belajar didefinisikan sebagai akuisisi atau perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal disekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang konkrit, dan diikuti oleh para siswa sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis. Dalam hal ini pengertian prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioprasionalkan
32
Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006. hlm 15. Diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 01:31 WIB http://books.google.co.id/books?id=zw1PaLYsGvAC&pg=PA16&dq=pengertian++prestasi&hl=en &sa=X&ei=cHhaUduAI8KOrgfcy4GoBA&ved=0CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=pengertian%20 %20prestasi&f=false 33 Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 116
20
dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya.34 Menurut Bloom, prestasi akademik atau prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.35 Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dijelaskan diatas, prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh berupa pengetahuan, keterampilan, nilai (values) dan sikap yang menetap sehingga mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar, sehingga dapat dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang diajarkan dan dipelajarinya. 2. Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, mengungkapkan hasil belajar idealnya meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Hasil yang diperoleh melalui proses belajar ini dinyatakan dengan nilai-nilai (scores), dimana dengan nilai-nilai tersebut dapat dilihat apakah prestasi akademik siswa tersebut tinggi atau rendah. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa maupun yang berdimensi karsa. BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 34
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Inteligensi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006,
hlm. 164 35
Reni Akbar H,Sihadi, Akaselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelekstual. PT Rasindo, Jakarta, Hlm. 6 diakses pada 2 April 2013, pukul 12:46 http://books.google.co.id/books?id=bUaKi6MfRpkC&pg=PA68&dq=prestasi+akademik&hl=en&s a=X&ei=5W1aUesHsWlrQfP1oCQAw&ved=0CDMQ6AEwAQ#v=onepage&q=prestasi%20akad emik&f=false
21
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan penelitian secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang penyajian data di dalamnya didominasi dalam bentuk angka.36 Peneliti menggunakan pendekatan penelitian tersebut karena metode tersebut lebih mudah untuk diketahui maupun dibandingkan satu dengan lainnya. B. Definisi Operasional Penelitian Adapun definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari variabel yang sebagai berikut: Tabel 2 Definisi Operasional No
Variabel
1
Bimbingan belajar membaca
Definisi
Indikator
Menurut Farida Rahim terdapat
- memperoleh perincian atau
tiga istilah yang sering digunakan
fakta fakta mengenai hal-
untuk
hal yang telah terjadi
memberikan
komponen
Skala
dasar dari proses membaca yaitu
- untuk memperoleh ide
recording, decoding, dan meaning.
- mengetahui
Recording merujuk pada kata-kata dan
kalimat
kemudian
mengasosiasikannya dengan bunyibunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Decoding adalah
proses
penerjemahan
rangkaian grafis ke dalam katakata.
urutan
Alat Ukur
atau
susunan - dapat
menyimpulkan
sesuatu yang terjadi - dapat
Skala Ordinal
Kuesioner
mengelompokkan
suatu hal yang ada - dapat menilai suatu hal - membandingkan
atau
mempertentangkan
fakta
yang ada 2
Prestasi belajar
Menurut Winkel prestasi adalah
Tercapainya
bukti keberhasilan usaha yang
minimal KKM untuk setiap
ketuntasan
dapat dicapai
mata pelajaran 70
Skala Nominal
Raport Siswa Tahun Ajar 2012-2013
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah para siswa Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah Tahun Ajaran 2012/2013 semester genap. 36
hlm. 97.
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 2011,
22
Sedangkan jumlah para siswa yang terdapat pada Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah tersebut adalah 120 orang siswa. 2. Sampel Untuk besar sampel yang digunakan peneliti akan menggunakan teknik yang dikemukakan oleh Arikunto, yang apabila besar subjeknya melebihi dari 100 orang dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%.37 Oleh karena populasi yang terdapat pada penelitian ini adalah 120 siswa maka besar sampel yang akan digunakan adalah sebesar 20% dari jumlah keseluruhan populasi yaitu 24 siswa. Adapun sampel yang akan dimasukkan dalam penelitian ini adalah berasal dari para siswa kelas X dan kelas XI Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah.
Tabel 3 Jumlah Sampel Penelitian Kelas
Populasi
X
40 siswa
12 siswa
XI
40 siswa
12 siswa
XII
40 siswa
-
Jumlah
120 siswa
Sampel
24 siswa (120x20%)
Sumber: Wawancara Kepada Wali Kelas XII IPS
D. Metode Pengumpulan Data Metode ini digunakan bertujuan untuk mengambil data dari sebuah survei atau laporan. Kuesioner ini berupa pertanyaan miltiple choice (pilihan ganda) yang terdiri dari tiga atau dua alternatif jawaban. Adapaun skala pengukuran yang dugunakan adalah skala likert. Skala ini digunakan untuk mengukur opini atau persepsi responden berdasarkan tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan. Skala yang dikembangkan oleh Rensis Likert ini biasanya memiliki lima atau tujuh kategori peringkat dari sangat tidak setuju hingga sangat setuju atau dari positif hingga negatif.38 Untuk itu skor yang dapat diberikan atas kategori peringkat-peringkatnya adalah:
37
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hlm. 107. Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Adminstrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, Gaya Media, Yogyakarta, 2007, hlm. 63. 38
23
Sangat setuju (SS)
:5
Setuju (S)
:4
Ragu-ragu (RG)
:3
Tidak setuju (TS)
:2
Sangat tidak setuju (STS) : 1 Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden.39 Pewawancara akan menggunakan
daftar
pertanyaan
yang
sudah
dirumuskan
dengan
jelas
pertanyaannya. Sedangkan dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang mengenai hal-hal atau variabel yang berkenaan dengan catatan, transkrip, buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, atau lainnya yang berhubungan dengan materi penelitian. Dalam hal ini dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa hasil raport para siswa pada tahun ajar 2012-2013. Sedangkan dalam pengujiannya, skala yang digunakan adalah menggunakan skala nominal, yaitu data hasil penggolongan atau kategorisasi yang sifatnya setara dan tidak dapat dilakukan perhitungan aritmatika. Akan yang diberikan hanya sebagai simbol saja dan tidak tertentu.40 Adapun simbol angka yang diberikan pada
menunjukkan tingkat
kelompok hasil raport tersebut adalah: Kurang dari 70
=1
70 < 80
=2
80 sampai 100
=3
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Sebelum melakukan analisis regresi, untuk mendapatkan nilai yang baik, maka peneliti melakukan uji coba validitas, realibilitas, dan normalitas. 1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas
39
Ibid, hlm. 86. Duwi Priyatno, Paham Analisa Statistik Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta, 2010, hlm. 7. 40
24
Menggunakan pengujian bivariate pearson (produk momen pearson).41 Adapun rumus untuk menghitung validitas adalah:42.
Keterangan: R : koefisien validitas item yang dicari X : skor responden untuk setiap item : jumlah skor dalam distribusi X : jumlah skor dalam distribusi Y : jumlah kuadrat masing-masing skor X : jumlah kuadrat masing-masing skor Y N : jumlah responden Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien pada taraf signifikansi 0,05. Artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total atau instrumen dinyatakan valid bila rhitung ≥ rtabel. Dalam penelitian ini rtabel diperoleh dari nilai signifikansi yang sebesar 0,05 dan N = 24, sehingga nilai pada rtabel adalah 0,404. Maka bila hasil uji nilai instrumen lebih besar dari rtabel maka instrumen yang diujikan dapat dinyatakan valid. b. Uji Reliabilitas Dalam penelitian ini pengujian reabilitas akan dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach Alpha pada program SPSS. Untuk pengujian ini peneliti juga akan menggunakan batasan nilai sebesar 0,7. Jika nilai pada hasil reliabilitas kurang dari 0,7 maka hasil tersebut dikatakan tidak baik. 2. Uji Normalitas dan Homogenitas a. Uji Normalitas
41
Duwi Priyatno, Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta, 2010, hlm. 90. 42 Moh. Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 65.
25
Metode normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik kolmogorov-smirnov atau dikenal dengan uji K-S dan data dinyatakan berdistribusi normal jika data mengikuti bentuk distribusi normal.43 Untuk melihat data berdistribusi secara normal atau tidak dapat dilihat pada grafik Normal Q-Q Plot pada SPSS versi 18. b. Uji Homoginitas Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis independent samples T Test dan one way ANOVA. Asumsi yang mendasasi dalam analisis varian (ANOVA) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria pengujian, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data yang digunakan adalah sama.44 Akan tetapi dalam penelitian ini, untuk melihat data berdistribusi secara normal atau tidak peneliti hanya dilihat pada grafik Normal Q-Q Plot 3. Teknik Analisis Regresi Sederhana a. Analisis Regresi Sederhana Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini adalah regresi sederhana. Regresi sederhana merupakan model regresi yang hanya memiliki satu variabel independen dan satu variabel dependen.45 Persamaan dalam regresi berganda adalah: Y = a + bX Keterangan: Y = prestasi belajar siswa X = bimbingan belajar a = nilai konstanta b = koefisien regresi b. Uji T (Parsial) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
43
Ibid. Ibid, hlm. 76. 45 Ibid, hlm. 187. 44
26
variabel dependen.46 Tingkat signifikansi yang akan digunakan adalah 0,05 dengan kriteria pengujian H0 akan diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel dan H0 akan ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Adapun hipotesis untuk melakukan uji statistik tersebut adalah sebagai berikut: Ho: bimbingan belajar secara parsial berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa Ha: bimbingan belajar tidak berpengaruh secara parsial terhadap variabel prestasi belajar siswa
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Gambaran Distribusi Jawaban Responden a. Variabel Bimbingan Belajar Distribusi jawaban respoden berdasarkan variabel bimbingan belajar dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 6 Distribusi Jawaban Respoden Berdasarkan Variabel Bimbingan Belajar membaca No
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 X.7 X.8 X.9 X.10
SS F % 5 21 3 12 4 1 14 58 4 16 8 2 4 1 0 0 8 2 8 2
S F 18 12 16 9 11 20 20 17 14 12
% 75 50 67 37 46 83 83 71 58 50
RR F % 4 1 9 37 6 25 0 0 8 33 8 2 12 3 4 16 6 25 7 29
TS F % 0 0 0 0 4 1 4 1 4 1 0 0 0 0 3 12 8 2 3 12
STS F % 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total F % 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100 24 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, sebagian besar responden memilih jawaban setuju atas pertanyaan-pertanyaan dari variabel bimbingan 46
Duwi Priyatno, Op. Cit, hlm. 68.
27
belajar. Hal ini menjelaskan bahwa siswa di MA Al-Utrujiyyah secara keseluruhan setuju terhadap manfaat-manfaat yang ditimbulkan dari pengadaan bimbingan belajar di sekolahnya. Walupun demikian terdapat pula beberapa siswa yang memilih jawaban ragu-ragu atau tidak setuju. berdasarkan hal tersebut mereka berpendapat bahwa mereka belum merasakan secara signifikan manfaat yang ditimbulkan dari pengadaan layanan bimbingan belajar tersebut. b. Variabel Prestasi Belajar Pada variabel tersebut, penilaian dilihat pada hasil raport yang dihasilkan siswa. Untuk mengetahui secara lebih jelas hasil yang didapatkan oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 7 Hasil Raport Siswa (responden) Kelas X dan XI Tahun Ajar 20122013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Nama Andi Pratama Arofah Asliyah Asrori Dede Taufik Dwi Maretha Hanifah Jamian Jumriyah M. Rizki Nasrudin Nurhasanah Aan Sapri Afki Hidayat Ahmad Dawami Aida Apriliani Dina Siska Julia Wulandari Martono Wibowo Rahmat Taufik Sahyuni Ariansyah Silfi
Nilai 75 70 70 65 75 70 75 70 70 65 75 80 75 75 70 65 65 70 70 80 75 65
Kelas
XI IPS
X IPS
28
23 24
Silvia fenika Sari Sri Yanti
65 65
2. Pengujian Data a. Uji Validitas dan Reabilitas 1) Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur ketepatan suatu item dalam kuesioner atau skala yang ingin diukur. Validitas item ditunjukkan dengan adanya dukungan terhadap skor total. Dalam penentuan valid atau tidaknya item yang digunakan, kegiatan yang harus dilakukan adalah membandingkan r hitung dengan r tabel, dimana taraf signifikansi yang digunakan adalah 0.05 dengan N=24. Untuk mengetaui tingkat validitas tersebut, maka akan dilakukan
terlebih
dahulu
perhitungan
statistik
dengan
menggunakan program SPSS. Adapun hasil output perhitungan uji validitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 8 Uji Validitas Variabel X dan Y Item Pertanyaan rhitung Item1.1 0,554 Item1.2 0,738 Item1.3 0,640 Item1.4 0,604 Item1.5 0,734 Item1.6 0,448 Item1.7 0,441 Item1.8 0,753 Item1.9 0,673 Item1.10 0,780 Sumber: data primer tahun 2013 Berdasarkan tabel
4.5
rtabel 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404 0,404
diatas,
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
secara keseluruhan item
pertanyaan pada variabel X dan Y dapat dinyatakan valid karena seluruh item pertanyaan memiliki nilai yang lebih besar dari hasil r tabel sebesar 0.404. 2) Reliabilitas
29
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukurannya diulang. Dalam hal ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, dengan kriteria bahwa tingkat alpha hitung lebih besar dari koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,70 maka data yang diujikan memiliki tingkat reliabilitas yang baik. Adapun perhitungan tingkat alpha dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18. Adapun hasil dari perhitungannya dapat terlihat pada hasil output SPSS di bawah ini. Tabel 9 Hasil Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,832 10
Sumber: data primer tahun 2013 Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada output Reliability Statistics. Dimana hasil yang diperoleh dari nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.832 dan karena hasil tersebut lebih dari nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,70 maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur dalam penelitian tersebut reliabel. Tahap selanjutnya dalam penelitian ini adalah melakukan uji normalitas dan homogenitas serta analisis regresi sederhana. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan melakukan menggunakan teknik statistik kolmogorov-smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal jika data mengikuti bentuk distribusi normal pada grafik Normal Q-Q Plot. Grafik tersebut dapat terlihat pada gambar hasil uji normalitas dibawah berikut ini. Gambar 3 Hasil Uji Normalitas
30
Sumber: data primer tahun 2013 Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah normal. 2) Uji Homogenitas Uji homegenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak. Asumsi yang mendasari dalam analisis tersebut varian dari populasi adalah sama. Sebagai kriteria dalam pengujian tersebut adalah jika nilai signifikansi lebih dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari beberapa data yang digunakan adalah sama, dan jika nilai signifikansi kurang dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari beberapa data yang digunakan adalah tidak homogen. Untuk lebih jelas mengenai pengujian tersebut dapat dengan melihat tabel berikut ini. Tabel 10 Hasil Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Bimbingan Belajar Levene Statistic df1 df2 Sig. ,620 2 21 ,547
Sumber: data primer tahun 2013 Dari tabel Test of Homogenity of Variances, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,547 lebih besar dari 0.05. Hal ini
31
memberikan arti bahwa data dari bimbingan belajar memiliki varian yang sama atau homogen. c. Teknik Analisis Regresi Sederhana 1) Analisis Regresi Sederhana Analisis
regresi
linier
berganda
digunakan
untuk
menggambarkan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan dependen. Regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Model
1
(Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -3,098 ,616
Bimbingan Belajar ,125 a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
,016
,862
t -5,025
Sig. ,000
7,973
,000
Sumber: data primer tahun 2013 Berdasarkan tabel 4.8 diatas, terdapat dua hal yang dapat dijelaskan mengenai hubungan antara bimbingan belajar (X) terhadap prestasi belajar (Y), yaitu sebagai berikut: a) Konstanta sebesar -3,098, artinya adalah jika bimbingan belajar (X) nilainya adalah 0 atau tidak diadakan, maka prestasi belajar (Y) nilainya adalah -3,098. b) Koefisien regresi variabel bimbingan belajar (X) sebesar 0.125, artinya adalah jika bimbingan belajar mengalami peningkatan sebesar 1% maka prestasi belajar pada siswa (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 12,5%. Koefisien bernilai positif berarti terjadi hubungan positif antara bimbingan belajar dan prestasi belajar siswa. Semakin meningkat bimbingan belajar maka akan semakin meningkat prestasi belajar. Berdasarkan hasil data yang diperoleh tersebut pula, maka dapat diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = a + bX
32
Y = -3,098 + 0.125X 2) Uji T (Parsial atau individual) Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi pada bimbingan belajar secara parsial atau secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Hasil dalam pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.20 berikut ini. Tabel 12 Hasil Uji T Model
1
(Constant)
Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -3,098 ,616
Bimbingan Belajar ,125 a. Dependent Variable: Prestasi Belajar
,016
,862
t -5,025
Sig. ,000
7,973
,000
Sumber: data primer tahun 2013 Sebelum menyimpulkan hipotesis yang diterima, terlebih dahulu menentukan ttabel dengan taraf signifikansi 5% : 2 = 2.5% (uji 2 sisi) dan derajat kebebasan (df) n – k – 1 atau 24 – 1 – 1 = 22. Dengan pengujian dua sisi tersebut hasil yang diperoleh untuk ttabel sebesar 2,074. Sedangkan untuk thitung pada variabel bimbingan belajar (X) adalah sebesar 7,973. Berdasarkan hasil tersebut maka thitung pada variabel bimbingan belajar lebih besar dari ttabel (2,074) sehingga dapat disimpulkan bahwa bimbingan belajar secara parsial berpengaruh terhadap prestasi belajar.
BAB V PENUTUP
Simpulan Setelah melakukan pembahasan terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian, maka pada bab penutup tersebut peneliti akan memberikan kesimpulan dan saran agar selanjutnya Pondok Pesantren MA Al-Utrujiyyah menjadi lebih baik dalam hal meningkatkan prestasi belajar kepada para siswanya. Adapun kesimpulan yang didapat adalah berdasarkan data yang telah di analisis oleh peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bimbingan belajar
33
yang diteliti pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap peningkatan prestasi belajar pada siswa. Hal tersebut terbukti dengan adanya hasil pengujian dari analisis Uji T, dimana pada analisis tersebut nilai thitung > ttabel sebesar 7,973 > 2,074. Hal ini menjelaskan bahwa dalam hipotesis yang diterima pada uji T adalah Ha. Dimana arti dari Ha adalah bimbingan belajar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa di MA Al-Utrujiyyah. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu, dan Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling, Rineka Cipta, Jakarta, 1991. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1990. Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006. Hana, Attia Mahmud, Bimbingan Pendidikan dan Pekerjaan, Bulan Bintang, Jakarta, 1978. Hapsari, Sri, Bimbingan dan Konseling, Grasindo, Jakarta, 2005. Hasan, Iqbal, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Bumi Aksara, jakarta, 2008. Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, Rapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Pedoman Ilmu Jaya, Yogyakarta, 2003. Hikmawati, Fenti, Bimbingan Konseling, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010. KBBI, Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Jakarta, 2008. Kuncoro, Mudrajad, Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta, 2003. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipt, Jakarta, 2004. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. Notoatmodjo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, 2009. Priyatno, Duwi, Paham Analisis Statistik Data Dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta, 2010.
34
Purwanto, Erwan Agus, dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif: Untuk Adminstrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, Gaya Media, Yogyakarta, 2007. Rahim, Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Bumi Aksara, Jakarta, 2005. Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian: Untuk Ekonomi dan Bisnis, Edisi Revisi, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2008. Subagyo, Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Rineka Cipta, Jakarta, 2011. Sudarmanto, Gunawan, Analisis Regresi Linier Ganda Dengan SPSS, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005. Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologis Proses: Proses Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2007. Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alvabeta, Bandung, 2009. Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program: Bimbingn Belajar dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998. Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009. Tarigan, Henry Guntur, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Angkasa, Bandung, 2008. Tika, Moh. Pabundu, Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Walgito, Bimo, Bimbingan dan Konseling, Andi Offset, Yogyakarta, 2010 Widodo, Chomsin S, Jasmadi, Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008. Winkel, Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1991.
35
Winkel, James I, Pengajaran Berhasil, Alih Bahasa Simanjuntak, UI Pers, Jakarta, 1982.
Sumber Internet Reni Akbar H,Sihadi, Akaselerasi A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelekstual. PT Rasindo, Jakarta, Hlm. 6 diakses pada 2 April 2013, pukul 12:46 http://books.google.co.id/books?id=bUaKi6MfRpkC&pg=PA68&dq=prest asi+akademik&hl=en&sa=X&ei=5W1aUesHsWlrQfP1oCQAw&ved=0CD MQ6AEwAQ#v=onepage&q=prestasi%20akademik&f=false http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0351_033346_chapter1.pdf, pada tanggal 15 November 2012 pukul 9.57 WIB.
diakses
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja &ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2F files%2Fpengabdian%2Fdra-st-nurbaya-msi-mhum%2Ftreaningtreanir.doc&ei=MpepUYICY_zrQem_oAw&usg=AFQjCNErs2tffpyFcApLS87dJusBCSgeHA&sig 2=n0-b9qejUA7Agn406xmMHg&bvm=bv.47244034,d.bmk, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.41 WIB. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0151_0605660_chapter1.pdf, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.59 WIB. http://books.google.co.id/books?id=hzyQgaJCHAYC&pg=PA102&dq=rumus+me nghitung+kecepatan+membaca&hl=id&sa=X&ei=cppUZX5EuL9igKN9oCIDw&redir_esc=y#v=onepage&q=rumus%20mengh itung%20kecepatan%20membaca&f=false, Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berpikir Holistik dan Kreatif, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja &ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2F files%2Fpengabdian%2Fdra-st-nurbaya-msi-mhum%2Ftreaningtreanir.doc&ei=MpepUYICY_zrQem_oAw&usg=AFQjCNErs2tffpyFcApLS87dJusBCSgeHA&sig 2=n0-b9qejUA7Agn406xmMHg&bvm=bv.47244034,d.bmk, Diakses pada tanggal 1 Juni 2013 Pukul 13.41 WIB. Achmad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2006. hlm 15. Diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 01:31 WIB http://books.google.co.id/books?id=zw1PaLYsGvAC&pg=PA16&dq=peng
36
ertian++prestasi&hl=en&sa=X&ei=cHhaUduAI8KOrgfcy4GoBA&ved=0 CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=pengertian%20%20prestasi&f=false. www.stikku.ac.id/wp.../Proposal-PKMP-Beti.docx, di akases pada 18 maret 2013, pukul 12.03 WIB.