BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Prestasi belajar PAI, di Madrasah Aliyah merupakan prestasi siswa baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorif pada mata pelajaran yang meliputi: Qur’an-hadits, Fiqih, Aqidah-Akhlak, SKI, serta Bahasa Arab, sehingga sesuai dengan standar kompetensi prestasi belajar siswa.1 Namun realitasnya bentuk materi pada mata pelajaran yang tersebut di atas, ternyata belum cukup untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi baik kognitif, afektif, psikomotorik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan standar kompetensi. Untuk mendapatkan prestasi belajar PAI yang lebih baik, maka diperlukan suatu pola bagi peserta didik, agar prestasi belajar mereka meningkat. Pengajian kitab kuning adalah salah satu bentuk materi yang mampu mengasah ilmu ketatabahasaan arab, membaca dan menulis huruf arab. Selain itu materi kitab kuning sangat komplek mulai dari Tauhid, Akhlak, Tarekh Islam, Fiqih Ushul Fiqih, Hadist, Tafsir Qur’an dan masih banyak lagi yang lain, yang sangat menunjang mata pelajaran PAI yaitu bahasa arab, aqidah-akhlak, fiqih, qur’an-hadist dan SKI.
1
Standar Kompetensi Madrasah Aliyah. (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004)3-73,143-164.
1
2
Metode pengajian kitab kuning adalah metode pengajaran klasik namun dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam, dengan metode sorogan seorang guru mendektekan terjemah dari kitab kuning yang di dalamnya memuat keterangan dan simbo-simbol nahwu dan shorof yang merupakan bagian dari ilmu ketatabahasaan arab.2 Dalam menerjemahkan kitab-kitab klasik ke dalam bahasa jawa, yang tidak hanya sekedar membicarakan bentuk (form) dengan melupakan isi (content) ajaran yang tertuang dalam kitab-kitab tersebut. para penerjemah harus menguasai tata bahasa arab, literatur dan cabang-cabang ilmu pengetahuan agama yang lain.3
Hal ini tentu positif untuk peningkatan
pemahaman bahasa arab. Lebih dari hal tersebut kandungan isi kitab kuning pun bermacam-macam. Yang umumnya menjelaskan suatu pokok persoalan yang bisa jadi hal tersebut berkenaan dengan Ilmu Aqidah-Akhlak, Fiqih, Qur’anHadist, SKI dan sebagainya.4 Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan prestasi PAI, MAN 2 Ponorogo sebagai sebuah lembaga pendidikan yang terletak di Jl. SoekarnoHatta No:138, Keniten, Kec. Kota, Kab. Ponorogo, telah mengadakan kegiatan pengajian kitab kuning. Kegiatan ini dipandang cukup efektif dan efesien dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan agama Islam. Kegiatan tersebut telah dijadikan sebagai salah satu kegiatan muatan lokal sekolah berupa 2
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat Alternatif Pendidikan Agama Diluar Sekolah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), 46 3 Zamakhsari Dhofir, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES,1982), 51 4 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 21/21-W/24-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
3
pengajian kitab kuning yang dilaksanakan di dua tingkat yaitu siswa kelas X dan kelas XI. Konsep tersebut telah dilaksanakan dengan tertib selama dua tahun yaitu pada kelas X dan kelas XI.5 Berangkat dari jalan pemikiran di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul : “POLA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI PENGAJIAN KITAB KUNING PADA KELAS XI TAHUN AJARAN 2006-2007 (Studi Kasus Di MAN 2 Ponorogo)” B. Fokus Penelitian Madrasah sebagai tempat untuk belajar mengajar khususnya PAI, seharusnya memiliki pola tertentu untuk lebih meningkatkan pemahaman PAI dengan ukuran prestasi belajar. Berdasarkan fenomena di atas, maka penelitian ini memfokuskan penelitiannya pada pola peningkatan prestasi belajar PAI melalui pengajian kitab kuning pada kelas XI tahun ajaran 2006-2007 study kasus di MAN 2 Ponorogo yang meliputi latar belakang, tujuan, bentuk dan implikasi pengajian kitab kuning. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
5
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 22/22-W/21-II/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
4
1. Bagaimanakah tujuan pengajian kitab kuning siswa di MAN 2 Ponorogo? 2. Bagaimanakah bentuk-bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo? 3. Bagaimana implikasi pengajian kitab kuning terhadap prestasi PAI pada kelas XI tahun ajaran 2006-2007 di MAN 2 Ponorogo? D. Tujuan Penelitian Dengan pertimbangan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tujuan pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo. 2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo. 3. Untuk mengetahui implikasi pengajian kitab kuning terhadap prestasi belajar PAI pada kelas XI tahun ajaran 2006-2007 di MAN 2 Ponorogo. E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Dari hasil penelitian ini akan menghasilkan konsep pengajian kitab kuning dan informasi implikasinya yang sangat berguna bagi pengembangan pendidikan Islam.
5
2. Secara Praktis Melalui penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan penyusunan kebijakan lebih lanjut bagi berbagai pihak serta institusi yang terkait dengan masalah ini, yaitu Kepala Madrasah, Guru, Siswa, Orangtua, wali Atau Masyarakat, dan Pemerintah. F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat field reserch (penelitian lapangan). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
deskriptif
yaitu,
berusaha
mengungkapkan
gambaran
fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilaksanakan dengan penjelasan yang mengarah pada deskripsi tentang latar belakang, format, dan peran pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo, sebagai suatu langkah kebijakan Madrasah untuk meningkatkan prestasi siswa. 2. Kehadiran Peneliti Seorang
peneliti
adalah
perencana,
sekaligus
pelaksana
pengumpulan data, penafsir data, serta menjadi pelopor penyusunan hasil penelitian. 6 Kehadiran peneliti dalam proses penelitian di obyek pernelitian, adalah wajib ain. Artinya peneliti wajib hadir sebagai pelaku utama dalam
6
Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian (Bandung, PT. Remaja Rosda karya, 1988.), 121.
6
proses penelitian tersebut yang tidak dapat diwakili atau diwakilkan. Kehadiran peneliti adalah syarat utama kebenaran penelitian. Selain tersebut kedudukan peneliti begitu fleksibel sesuai kebutuhan sesuai keberadaan saat peneliti berperan sebagai pengamat penuh, dan disaat yang lain, peneliti berperan ganda sebagai pengamat sekaligus partisipan yang disebut pengamat partisipan. 3. Lokasi Penelitian Obyek penelitian ini adalah di MAN 2 Ponorogo. Peneliti memilih di MAN 2 Ponorogo, karena MAN 2 Ponorogo sebagai salah satu madrasah yang termasuk eksis, unggul dan berkualitas, melihat dari sejarah bahwa madrasah ini adalah peralihan dari PGAN ke bentuk MAN yaitu MAN 2 Ponorogo. Karena topik yang dibahas dalam penelian ini mengenai pola peningkatan prestasi belajar PAI dengan pengajian kitab kuning, maka MAN 2 Ponorogo adalah pilihan yang paling cocok sebagai obyek penelitian, dimana di MAN 2 Ponorogo kegiatan pengajian kitab kuning telah berlangsung yang berawal dari kegiatan ekstra menjadi muatan lokal madrasah dan kegiatan tersebut sangat menunjang prestasi belajar PAI secara umum.
7
4. Sumber Data Sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan serta data tambahan berupa dokumen, literatur, dan lain-lain. Sumber data primer adalah Kepala Madrasah MAN 2 Ponorogo. Kasubbag Kurikulum, Guru pengajar pengajian kitab kuning sekaligus guru bidang studi PAI dan siswa-siswi MAN 2 Ponorogo. Sementara sumber data sekunder adalah berupa dokumen-dokumen, catatan, photo-photo, booklet, maupun transkrip penting yang relevan. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan pada penelitian kualitatif ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode wawancara Metode wawancara adalah alat pengumpulan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan.7 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data deskriptif tentang latar belakang, tujuan, bentuk dan implikasi pengajian kitab kuning terhadap prestasi belajar di MAN 2 Ponorogo. Informan adalah orang yang mempunyai informasi-informasi pokok yang memberikan keterangan kepada peneliti. Orang-orang 7
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 165.
8
yang akan menjadi informan tersebut adalah Bapak Faqih Edris selaku Kepala Madrasah MAN 2 Ponorogo. Bapak Ngubaini selaku sub bag kurikulum, Bapak Azhari, Bapak Supri, Bapak Muhammad Ali selaku guru pengajar pengajian kitab kuning sekaligus guru bidang studi PAI. Sedangkan responden adalah orang-orang yang menjadi obyek dari suatu kejadian. Orang-orang yang akan menjadi perponden tersebut adalah siswa-siswi MAN 2 Ponorogo yang telah atau sedang mengikuti pengajian kitab kuning. Data yang diperoleh adalah implikasi pengajian kitab kuning terhadap prestasi PAI siswa. b. Metode observasi Metode observasi adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. 8 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang aktifitas siswa di MAN 2 Ponorogo, yang disertai dengan pencatatan secara teratur terhadap obyek yang diamati. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen-
8
Fasli Jahal dan Dedi Supriyadi, Referensi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah (Jakarta: Adicita, 2001), 146.
9
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada.9 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak geografis Madrasah, keadaan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana. Data upaya peningkatan prestasi siswa yang dapat ditinjau dari program-program MAN 2 Ponorogo, Teknik ini penting digunakan, sebab bagi peneliti kualitatif, fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan interaksi dengan subyek melalui wawancara dan observasi pada latar dimana fenomena itu berlangsung. Disamping itu untuk melengkapi data, diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek).10 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan 9
Yatim Rianto, Metodologi Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar (Surabaya: SIC, 1996), 83. Team Penyusun Buku Pedoman Skripsi Jurusan Tarbiyah, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, 2007), 39 10
10
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. mengikuti konsep yang diberikan Miles & Huberman, mereka mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi Pertama, data reduction, Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting , membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksiakan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Kedua data display Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian. dan conclusion. Langkah Ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.11
11
Ibid, 41-42
11
7. Pengecekan Keabsahan Temuan A. Ketekunan Pengamatan Tujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan penelitian dengan terperinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang manonjol. B. Kecukupan Referensi Untuk meguatkan data yang diperoleh, peneliti mengambil referensi yang cukup, sehingga konsep-konsep dan teori-teori yang di ambil dari referesi tersebut dapat menopang hasil penelitian. C. Triangulasi Triangulasi adalah tehnik pengecekan keabsahan data/temuan yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data. ada 4 tehnik
triangulasi yaitu: triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi teori.12 Namun peneliti dalam hal ini peneliti hanya menggunakan Triangulasi Sumber sebab penelitian ini adalah penelitian individual.. Triangulasi Sumber Berarti membandingkan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berada dalam metode kualitatif dengan 12
Lexy J Moleong , Metodologi Penelitian (Bandung, PT. Remaja Rosda karya, 1988.), 178
12
jalan:
Membandingkan
data
pengamatan
dengan
data
hasil
wawancara, Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
seperti
rakyat
biasa,
orang
yang
berpendidikan
menengah/tinggi, orang biasa dan pemerintah, Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. G. Sistematika Pembahasan Sebagai rangkaian dalam isi skripsi dimana satu dengan yang lain saling berkaitan sebagai satu kesatuan yang utuh dan merupakan deskripsi sepintas yang mencerminkan urutan tiap bab, maka sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab Pertama yaitu
Pendahuluan yang berfungsi sebagai pola dasar
pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi yang terdiri dari delapan sub yang meliputi: latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoritik dan telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. Bab dua yaitu
landasan teori tentang peran kegiatan pengajian kitab
kuning yang fungsinya sebagai kerangka teori yang akan dipakai sebagai acuan untuk membahas konsep yang sesuai dengan hasil data yang diperoleh di lapangan yaitu data tentang kegiatan pengajian kitab kuning di Madrasah. Yaitu prestasi belajar PAI meliputi pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang
13
mempengaruhi prestasi belajar, prestasi belajar sebagai hasil penilaian, penilaian prestasi belajar anak didik, serta Pengertian, dasar dan tujuan PAI. selanjutnya. Pengajian kitab kuning meliputi pengertian kitab kuning, masuk dan berkembangnya kitab kuning, Sumber-sumber pokok kitab kuning dan metode-metode pengajian kitab kuning Bab Ketiga adalah hasil penelitian yang merupakan penyajian data umum yang berisi paparan sejarah berdirinya madrasah, letak geografis, struktur organisasi, keadaan guru dan staf madrasah, keadaan siswa, dan penyajian data khusus tentang penjelasan upaya Madrasah dalam proses peningkatan prestasi siswa, yaitu: latar belakang adanya kegiatan pengajian kitab kuning di Madrasah, bentuk kegiatan pengajian kitab kuning di Madrasah, tujuan
kegiatan pengajian kitab kuning di madrasah, implikasi
kegiatan
pengajian kitab kuning terhadap prestasi siswa di MAN 2 Ponorogo. Bab ke empat analisis tentang kegiatan pegajian kitab kuning MAN 2 Ponorogo baik dari segi latar belakang, bentuk, tujuan, dan implikasi dengan prestasi belajar siswa bidang studi PAI. Bab ke lima adalah penutup, bab ini merupakan bab terakhir penulisan skripsi yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran.
14
BAB II PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI DAN PENGAJIAN KITAB KUNING
A. PRESTASI BELAJAR 1. Pengertian Prestasi Belajar Sebagian besar orang beranggapan bahwa belajar adalah semata mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian akan merasa bangga ketika anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar yang terdapat diteks atau yang diperoleh dari yang diajarkan oleh guru.13 Lebih dari hal tersebut sebenarnya belajar dapat diperoleh melalui pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apapun. Sebab, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian yang bersangkutan.14 Pengertian secara umum dari belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu
13 14
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) , 64 Ibid, 65
14
15
diutarakan bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.15 Hampir setiap ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsiran tentang “belajar”. Beberapa perumusan akan makna belajar adalah sebagai berikut. Pertama belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini , belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. 16 Kedua, Sejalan dengan perumusan makna belajar di atas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yang menyatakan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dibandingkan pengertian Pertama di atas maka jelas tujuan belajar itu prinsipnya sama yaitu perubahan tingkahlaku , hanya berbeda cara atau usaha pencapainnya. Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar.17
15
Ibid, 68 Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar.(Jakarta.PT. Bumi Aksara. 2006) , 27-28 17 Ibid, 28 16
16
Belajar adalah suatu proses, dan belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi merupakan langkahlangkah atau prosedur yang di tempuh.18 Sementara itu dari proses belajar itu sendiri adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomorik yang terjadi pada diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.19 Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa proses terlebih dahulu yaitu informasi kemudian transformasi dan selanjutnya evaluasi. Informasi ialah ketika siswa yang sedang belajar memperoleh keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari, sementara transformasi adalah ketika siswa menerima informasi kemudian dianalisa, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada saatnya dapat dimanfaatkan menjadi hal-hal yang lebih luas, selanjutnya evaluasi adalah ketika seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformnasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi.20 Setelah kita membahas dan memahami apa itu belajar serta proses belajar maka samapailah kita pada apa yang dimaksud dari prestasi belajar. Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan 18
Ibid. 29 Muhibin Syah Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006). 109 20 Ibid. 110 19
17
yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai test atau angka nilai yang diberikan oleh guru.21 Sedangkan pendapat lain Prestasi belajar adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau sikap atau kecakapan atau ketrampilan yang dinyatakan sesuai hasil penilaian.22 2. Standar Prestasi Belajar “Standart” adalah suatu faham kuno di dalam dunia pendidikan. Standar adalah prestasi rata-rata, atau standart adalah syarat minimal untuk lulus. Istilah “standar” dapat diberi arti rasional yang dipandang dari dua aspek: 1. Standar erat hubungannya dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai sekolah sesuai dengan kurikulum. 2. Kemampuan suatu jenis sekolah untuk mencapai tujuan dapat diungkapkan dalam bentuk statistik deskriptif.23 Banyak pandidik memandang “standart” sebagai sesuatu yang mutlak. Sesuatu yang hampir-hampir “mistik”, yang harus dicapai murid supaya naik tingkat atau lulus. Setiap murid dinilai semata-mata dari
21
Tulus TUU. Peran Disiplin Pendidikan Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. (Jakarta : Gramedia. 2004), 75 22 Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru (Surabaya: Indonesia, 1994), 24 23 Husen Torsten. Masyarakat Belajar (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 1995) , 42-43
18
keberhasilannya melewati suatu batas minimal dari standar secara mutlak, dan tidak dengan menggunakan rangking skala prestasi.24 “Standar” juga dapar diartikan dengan istilah nisbi, yaitu: dengan membandingkan seseorang atau suatu kelompok berdasarkan distribusi prestasi suatu populasi tertentu. Sejauh pengertian ini mendapat tempat di dalam alam fikiran para pendidik, maka “standar” diperhitungkan atas dasar perbandingan nilai rata-rata. Umpamanya, dengan menggunakan standar itu kita dapat mengetahui bahwa rata-rata prestasi murid dari sekolah tertentu.25 Karena
sulit
membandingkan
bermacam-macam
sistem
pendidikan dan jenis sekolah oleh karena itu maka hal ini harus di selesaikan secara solutif yaitu dengan cara standar harus didasarkan pada tujuan yang ada. Dengan demikian tes yang dipakai untuk mengukur tujuan harus representatif. Sehingga tidak ada suatu sistem pendidikan atau jenis sekolah yang di anak emaskan atau di anak tirikan.26 Inti bahan pelajaran dan keterampilan biasanya lebih besar dari pada yang diharapkan dari berbagai cara bagaimana tujuan-tujuan di rumuskan dikurikulum berbagai jenis sekolah. Standar yang dicapai oleh suatu sistem sekolah tidak hanya berlaku bagi murid-murid yang berhasil, melainkan juga bagi mereka yang karena berbagai alasan, terpaksa putus 24
Ibid, 43 Ibid, 43-44 26 Ibid, 44 25
19
sekolah, atau harus mengulang tingkat sekolah. Sebab hal ini mengakibatkan biaya tinggi harus dikeluarkan demi kualitas lulusannya.27 Dari uraian tersebut standar prestasi belajar akan menjadi salah satu point penting untuk menjadi pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 3.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Sebelum membahas faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada baiknya kita membahas apa sajakah yang mempengaruhi belajar, sebab pada dasarnya prestasi belajar dapat diukur dengan adanya proses belajar itu sendiri, sehingga faktor yang mempengaruhi belajar adalah sama halnya faktor yang mempengaruhi hasil belajar atau prestasi belajar. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor ekternal, dan faktor pendekatan belajar.28 Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. faktor internal terdiri dari aspek fisiologis dan aspek psikologis, Fisiologis adalah kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
27 28
Ibid, 45 Muhibin Syah Psikologi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) ,144
20
sendi-sendinya yang juga mencakup kemampuan indera serta kondisi kesehatan.29 Sementara faktor psikologis terdiri dari segi intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa serta motivasi siswa. Intelegensi atau kecerdasaran juga sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. Siswa yang cerdas lebih punya peluang sukses, siswa yang integensi rendah cenderung sulit untuk berkembang, namun Kedua hal tersebut akan menjadi persoalan juga, ketika terjadi keadaan terlampau cerdas atau terlalu lemah intelegensinya. Kemudian sikap siswa, sikap siswa adalah kecenderungan respon yang relatif diberikan atas suatu tindakan, yaitu respon postif dan respon negatif, selanjutnya minat siswa, minat siswa merupakan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu, kemudian motivasi siswa, motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi sendiri ada dua yaitu internal dan eksternal, motivasi internal merupakan keadaan dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekternal merupakan hal atau keadaan yang datang dari luar siswa yang mendorong untuk melakukan kegitan belajar. Semisal pemberian penghargaan, pujian dan sanksi.
29
Ibid, 145-146.
21
Prestasi siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh peran dan setrategi guru dalam pembelajaran. Pertama, setrategi pendekatan pribadi terhadap siswa yang kurang menonjol dalam bidang-bidang tertentu. Kedua, setrategi guru melibatkan siswa dalam pembelajaran secara penuh dengan suasana gembira dan menyenangkan. Ketiga, setrategi guru membuat alat bantu dan menciptakan ruangan yang hidup. Ketiga faktor ini kurang lebih sama dengan faktor- faktor yang mempengaruhi belajar di atas.30 4. Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian Hasil dan bukti belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada individu, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur jasmaniah. Bahwa seorang yang sedang berpikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rophaniahnya tidak bisa dilihat.31 Tingkah laku manusia terdiri dri sejumlah aspek . hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah:
30
Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru (Surabaya : Indonesia, 1994), 78 31 Hamalik Oemar. Proses Belajar Mengajar.(Jakarta.PT. Bumi Aksara. 2006), 30
22
1. Pengetahuan
6. Emosional
2. Pengertian
7. Hubungan sosial
3. Kebiasaan
8. Jasmani
4. Keterampilan
9. Etis atau budi pekerti
5. Apresiasi
10. Sikap
Kalau seseorang telah melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu aspek tingkah laku tersebut.32 Sementara itu prestasi belajar adalah hasil penilaian tentang kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas belajar. ini berarti prestasi belajar tidak akan di ketahui tanpa penilaian atas hasil aktifitas belajar siswa. Penilaian terhadap pretasi belajar dilakukan dengan melaksanakan evaluasi belajar. Evaluasi adalah menilai sehingga hasil belajar dapat diperoleh. fungsi prestasi belajar sebagai hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah melakukan aktifitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai alat untuk memotifasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara individu maupun kelompok.33 Penilaian selalu memegang peranan penting dalam segala bentuk pengajaran yang efektif. Dengan penilaian di peroleh balikan atau feed back yang di pakai untuk memperbaiki dan merevisi bahan atau metode
32 33
Ibid, 30 Ibid,24
23
pengajaran.
Untuk
menyesuaikan
dengan
perkembangan
ilmu
pengetahuan penilaian berguna untuk mengetahui hingga manakah anak didik telah mencapai tujuan pelajaran yang telah di tentukan. Sebagai bahan laporan bagi orang tua siswatentang hasil belajar. Yang dapat berupa raport, piagam, sertifikat, ijazah dan sebagainya. Selain itu juga untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan kualitas pendididikan 34 B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Istilah “Pendidikan Islam” itu masih sering disamakan dengan istilah “Pendidikan Agama Islam“. Masih banyak orang menyangka pendidikan itu adalah pendidikan agama Islam. Walaupun sebenarnya berbeda, ini terjadi mungkin karena Islam adalah agama dan sering disebut “Agama Islam“. Jadi, menurut Ahmad Tafsir boleh saja “Pendidikan Islam “di sebut dengan “Pendidikan Agama Islam”.35 Keduanya istilah tersebut sering digunakan untuk maksud yang sama. Pembelajaran agama Islam di sekolah umum lebih tepat disebut “Pendidikan Agama Islam’. Namun sekali waktu di sebut “Pendidikan Islam” tanpa penjelasan konseptual. Begitu pula dimadrasah dan 34
Ibid,105 Ahmad Tafsir Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Mimbar Pustaka Media Transformasi pengetahuan, 2004), 1 35
24
pesantren istilah yang lebih tepat adalah pendidikan Islam, namun juga sering di sebut “Pendidikan Agama Islam”. Di sekolah Islam itupun terdapat pembelajaran yang disebut “Pendidikan Agama Islam”.36 Menurut Ahmad Tafsir untuk memahami pengertian ini lebih jelas, pendidikan Islam itu dapat dibandingkan dengan “Pendidikan Barat”. Jika pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan nilainilai Islam, maka pendidikan barat adalah pendidikan yang berdasarkan rasionalisme, yaitu pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan akajan-ajaran rasionalisme yaitu paham dalam filsafat yang mengatakan bahwa kebenaran itu diperoleh dan diukur dengan akal. dalam pemakaian sehari-hari
“Pendidikan
Rasionalis”
disederhanakan
menjadi
“Pendidikan” saja. Analog dengan ini maka nantinya istilah “Pendidikan Islam” juga akan menjadi “Pendidikan” saja.37 Pendidikan agama Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma dan nilai-nilai Islam.38 Pengertian serupa juga dapat kita katakan bahwa Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati 36 Abdul Munir Mulkhan, Nalar Spiritual Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yoga, 2002), 55 37 Ahmad Tafsir Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam Di Indonesia, (Bandung: Mimbar Pustaka Media Transformasi pengetahuan, 2004), 2 38 Achmad, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanis-Teosentris, (Semarang: Pustaka Pelajar, 2004), 23
25
hingga memahami, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengajarkan agama Islam dari sumber utamanya kitab suci AL-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga memahami, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengajarkan agama Islam dari sumber utamanya kitab suci AL-Qur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. 2. Dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Pendidikan Islam pada dasarnya memiliki dua tujuan yang jelas, yaitu bertujuan untuk membentuk manusia yang berakhlakul karimah dan Kedua, bertujuan untuk mengembangkan potensi sumberdaya manusia.39 Sementara itu pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia mempunyai dasar dan tujuan yang kuat. Adapun dasar dan tujuan tersebut adalah Pancasila pada sila Pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dengan sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, menurut dasar
39
Ibid, 64
26
kemanusiaan yang adil dan beradab. Dan sebagai dasar UUD 1945 dalam BAB XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a. Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa. b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama
masing-masingdan
beribadah
menurut
agamanya dan kupercayaanya. Pasal
29 UUD 1945 ini memberikan jaminan kepada warga
negara Republik Indonesia untuk memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama yang di peluknya bahkan mengadakan kegiatan yang dapat menunjang bagi pelaksanaan ibadat. Dangan demikian pendidikan Islam yang searah dengan bentuk ibadah yang di yakininya diizinkan dan dijamin oleh negara.40 Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut zakiyah darajat dalam bukunya ilmu pendidikan Islam mengungkapkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam itu ada empat:41 a. Tujuan Umum, adalah yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran maupun cara lain. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan kebiasaan, dan pandagan.
40 41
Dra. Hj. Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Pelajar, 1997), 38 Zakiyah Darajat. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara.1996), 30
27
b. Tujuan Akhir. Pendidikan itu berlangsung seumur hidup, maka tujuan akhir terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir pula. Tujuan akhir yang berbentuk insan kamil dengan pola taqwa dapat menyadari perubahan naik turun, bertanbah,dan berkurang. Tujuan akhir pendidikan agama Islam dapat di fahami dalam firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 102. Kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah menjadikan anak didik sebagai muslim yang sejati, yaitu yang benar-benar beriman dan berakhlakul karimah dalam hidup di dunia sampai akhir hayatnya. c. Tujuan Sementara.tujuan yang akan dicapai setelah anak didik di beri sejumlah pengalaman tertentu yang du rencanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal.42 d. Tujuan operasional. Tujuan praktis yang dicapai melalui sejumlah kegiatan tertentu. Satu untuk kegiatan pendidikan dengan bahanbahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam pendidikan formal tujuan pendidikan ini disebut juga tujuan intruksional umum dan tujuan interuksional khusus (TIU dan TIK), tujuan intruksional ini merupakan tujuan pengajaran pengajaran.43
42 43
Ibid, .31 Ibid, .22
yang
d
rencanakan
dalam
unit-unit
kagiatan
28
C. PENGAJIAN KITAB KUNING 1. Pengertian Kitab Kuning Sejenak ketika kita mendengar kitab kuning maka kita pun akan teringat dengan pesantren serta santri dan kyai. Wajar, sebab Ketiga kompenen inilah yang sejak awal telah menggunakan kitab kuning sebagai media belajar yang utama disamping Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sebab umumnya kitab kuning memuat ajaran-ajaran serta penjelasanpenjelasan dari Kedua sumber utama umat Islam tersebut (Al-Qur’an dan Al-Hadist). Yaitu pengajarnya adalah Kyai yang di ajar adalah santri sementara tempat belajarnya adalah pesantren atau pondok pesantren. Kitab kuning pada umumnya dipahami sebagai buku keagamaan berbahasa arab, yang dihasilkan yang berasal dari timur tengah. Kitab kuning mempunyai format tersendiri yang khas dan warna kertas kekuning-kuningan.44 Kitab kuning merupakan kitab-kitab keagamaan berbahasa arab, atau berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulamaulama masa lampau (As-Salaf) yang ditulis format khas pra-modern, sebelum abad ke-17-an M.45
44
Azumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Millenium Barat. (Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001), 111 45 Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam (Jakarta: Kalimah Ciputat Indah, 2001),36
29
2. Masuk Dan Berkembangnya Kitab Kuning Lingkungan pesantren di Jawa dan Madura pada abad 19 memang mendaftar adanya kitab-kitab yang ditulis para ulama’ timur tengah pada abad 9 dan seterusnya. Nama pangarang kitab kuning ini lengkap dengan judul kitab-kitabnya baru muncul di Indonesia ketika para murid Jawi yang belajar di Harramain kembali ketanah air, kususnya sejak abad ke 17 sampai masa dimana para pelajar Jawa mulai semakin banyak belajar di tanah suci. Menjelang abad 19, kebutuhan terhadap kitab kuning tersebut di penuhi dengan penyalinan secara manual. Inilah yang kemudian menghasilkan begitu banyak naskah-naskah kitab kuning yang kini tersimpan di berbagai musium baik di dalam maupun di luar negeri atau dipelihara individu-individu. Semakin banyak kitab kuning cetakan yang tersedia di timur tengah, memungkinkan bagi jamaah haji Indonesia yang jumlahnya terus meningkat itu untuk membawa kitab kuning ketika mereka pulang ke tanah air. Bisa dipastikan sebagian besar kitab kuning itu kemudian di gunakan di lingkungan pesantren dan lembaga-lembaga Islam lainya.46 3. Sumber-Sumber Pokok Kitab Kuning Titik esensi dan sumber pokok dari kitab kuning sebagai literatur keagamaan adalah wahyu Al-Qur’an. Esensi dan sumber pokok itu 46
Van Den Berg. Kitab Kuning Pesantren Dan Tarekat (Bandung: Mizan, 2001),112.
30
kemudian di lengkapi dengan sumber ke dua, yakni sunah atau hadist Rosulullah SAW. Pada pihak lain hadist sebagai sumber kitab kuning berada pada level ke dua, dari segi kemutlakannya, khususnya hadits shahih mutawatir. Akal dalam batas-batas tertentu memainkan peran yang tidak bisa dikesampingkan dalam menafsirkan, memperjelas, mengembangkan dan merinci apa yang diperoleh melalui wahyu dan hadist, tetapi diharapkan apa yang dihasilkan akal bukanlah sesuatu yang mutlak, ia tidak lebih dari pada hasil fikiran yang bisa benar dan bisa salah. Terlepas dari tingkatan bisa berbeda dari satu individu atau kelompok lainya. Secara esensial hampir seluruh kitab kuning yang ditulis para ‘ulama atau pemikir asli Indonesia selain berdasarkan dari tiga sumber tersebut, juga berpijak pada hasil-hasil pemikiran ‘ulama yang diakui otoritasnya secara eksplisit. menunjukan metode ilmiah yang menjadi salah satu aspek penting dalam pembahasan epistimologi itu sendiri.47 4. Metode-Metode Pengajian Kitab Kuning Sistem atau metode pendidikan kitab kuning di pesantren biasanya mengikuti sistem sorogan dan bandongan dalam menerjemahkan kitabkitab klasik ke dalam bahasa jawa, yang tidak hanya sekedar membicarakan bentuk (form) dengan melupakan isi (content) ajaran yang tertuang dalam kitab-kitab tersebut. para penerjemah harus menguasai tata 47 Ibid,115.
31
bahasa arab, literatur dan cabang-cabang ilmu pengetahuan agama yang lain. Metode pembelajaran kitab kuning yang digunakan meliputi; metode sorogan, bandongan/wetonan, musyawarah/mudzkaroh, hafalan dan lalaran.48 Berikut ini beberapa penjelasan metode pembelajaran kitab kuning yang di gunakan. a. Sorogan Sorogan adalah metode belajar individual dimana seorang murid/santri berhadapan langsung dengan kyai atau ustadmuda. Teknisnya, seorang santri membaca materi yang telah disampaikan oleh kyai. Selanjutnya, kyai atau ustadmuda membetulkan kesalahan yang dilakukan oleh santri tersebut. Metode ini merupakan bagian yang peling sulit dari semua metode pembelajaran, sebab metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan dan disiplin pribadi, baik dari murid/santri maupun dari kyai atau ustadz. Meskipun pembelajaran yang individual dan bersifat dua arah. Hanya saja , materi yang dibahas metode ini pada umumnya hanya berkisar pada aspek bacaannya saja, bukan pada aspek pemahaman. b. Bandongan/wetonan Bandongan/wetonan adalah metode pembelajaran kelompok (group methods) dan bersifat klasikal, dimana seluruh santri untuk 48
Zamakhsari Dhofir, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES,1982), 51
32
kelas- kelas tertentu mengikuti kyai membaca dan menjelaskan berbagai kitab. Jika di pandang dari sudut pengembangan intelektual, metode ini hanya bermanfaat bagi santri yang cerdas dan rajin. Bahkan Junus (Steenbrink, 1994:17) mengungkapkan bahwa metode ini hanya dapat mengeluarkan alim besar 1 orang dari 100 orang santri. Sisanya 99 orang hanya untuk menolong membeli minyak dengan harga murah. Ungkapan tersebut memang terlalu berlebihan dan sepihak, karena hasil yang diberikan oleh pesantren bukan dari aspek intelektualnya semata, tetapi yang lebih penting adalah pengaruh agamis yang di hasilkan dari lingkungan yang khas tersebut. c. Musyawarah/mudzakarah Musyawarah/mudzakarah adalah metode untuk mendiskusikan berbagai masalah yang ditemukan oleh para santri .metode ini digunakan untuk mengolah argumantasi para santri dalam menyikapi masalah yang dihadapi akan tetapi dalam praktiknya, materi yang di diskusikan terbatas pada kitab-kitab tertentu yang telah disepakati. Bahkan
tidak
jarang
materi
tersebut
hanya
berkisar
pada
mendiskusikan suatu kitab dari aspek bahasanya, bukan isinya. selain itu, pemilihan kitab yang akan didiskusikan juga di pengaruhi oleh kecenderungan pesantren tersebut. Pesantren yang menitik beratkan
33
pada penguasaan tata bahasa arab, maka kitab yang didiskusikan adalah kitab yang membahas tata bahasa arab, begitu pula seterusnya. d. Hafalan Hafalan adalah metode untuk menghafal berbagai kitab yang diwajibkan kepada para santri. Dalam praktiknya kegiatan hafalan merupakan kegiatan kolektif yang diawasi oleh kyai atau ustadz. Biasanya materi hafalan disesuaikan dengan kecenderungan pesantren tersebut dan minat kyai terhadap ilmu yang digelutinya. Dengan perkataan lain antara pesantren satu dengan pesantren lainya akan memiliki perbedaan produk hafalan. e. Lalaran. Lalaran adalah metode pengulangan materi yang dilakukan oleh seorang santri secara mandiri. Materi yang diulang merupakan materi yang telah dibahas dalam sorogan maupun bandongan. Pada dasarnya aspek yang diperkuat metode ini adalah aspek penguasaan materi,
bukan
pembelajaran
di
pengembangan atas
pemahaman.
merupakan
kekhususan
Kelima
metode
dalam
metode
pembelajaran kitab kuning Kelima metode di atas merupakan kekhususan dari model pendidikan salaf kitab kuning. Yang biasa dilaksanakan di pesantren oleh Kyai. Kelima metode tersebut juga mengindikasikan peranan Kyai sangat
34
dominan dalam kegiatan pembelajaran dan orientasi pesantren yang mendorong santrinya untuk menguasai materi secara utuh. 49 5. Materi Pengajian Kitab Kuning Dalam pendidikan pesantren pembelajaran bertujuan untuk mampu menjadi seorang muslim yang baik dan dapat menyebarkan ilmunya kepada masyarakat. Dengan demikian, kegiatan pembelajaraqn dipesantren tidak hanya dityujukan untuk mencetak pribadi muslim, tetapi sekaligus menjadi pribadi seorang alim/dai. Atas dasar tujuan tersebut, maka materi pembelajaran yang diberikan kepada santri bervariasi . sebagian materi diorientasikan untuk pembentukan kepribadi muslim, sebagian lagi diorientasikan kepada pembentukan pribadi seorang alim/dai. Secara umum, materi-materi bidang agama yang diajarkan dipesantren terdiri dari delapan klasifikasi yaitu Taukhīd, Fiqh, Usul alFiqh, Tafsīr, Hādith, Nahwu/ Saraf, dan Akhlāq. Kedelapan materi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: a. Taukhīd, yaitu ilmu yang mempelajari keesaan Allah Subhānahu wa ta'ala dalam sifat, dzat dan perbuatan-Nya. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Tijan al-Dararī, Aqida al-'Awwam, Kifāya Al-
49
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat Alternatif Pendidikan Agama Diluar Sekolah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005),46-48
35
'Awwam, Matan al-Sanusiya, al-Adyān, Kitab al-Sa'ada, Usul al-Din, Din al-Islām dan lan-lain. b. Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari hukum-hukum mengenai berbagai perbuatan, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain, Fath al-Wahhab, Minhaj al-Abidin, Minhaj al-Qawwim, Kifayat al-Akhyār, Fatkhu al-Qārib, Fatkhu alMu'in, Bidaya al-Mujtāhid, Mizan al-Qubrā dan lain-lain. c. Usul al-Fiqh, yaitu yang mempelajari metode istinbath hukum para ulama. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Al-Waraqa, Jam'u alJawāmi', Al-bayan, Ghaya al-Ushul dan lain-lain. d. Tafsīr, yaitu ilmu yang mempelajari teks-teks Al-Qur’an, baik dilihat dari sudut bahasa, makna, Ashāb al-Nuzūl dan yang lain. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Tafsir al-Jalalayn, Tafsir 'Ali al-Sabūni, Tafsir al-Mūnir, Tafsir Ibn al-Kathir, Tafsir al-Ibrīs, dūru Al-Tafsir, Tafsir al-Madrasi dan lain-lain. e. Hadits (Riwāya dan dirāya), yaitu ilmu yang mempelajari ucapan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Sahih al-Bukharī, Sahih al-Muslim, Bulūgh al-Marām, Riyād al-Salihīn dan lain-lain. f. Tasawuf, yaitu ilmu yang mempelajari cara-cara pendekatan diri kepada Allah SWT. Berdasarkan pengalaman para Nabi, shabat dan
36
para ulama. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Durra alNasihīn, 'Ihyā' 'ulum al-Dīn, Tanbih Al-Ghāfilīn dan lain-lain. g. Nahwu/ Saraf, yaitu ilmu yang mempelajari struktur bahasa Arab. Kitab yang dijadikan rujukan antara lain Mutammima, Ibn al-'Āqil, Kaylāni 'Izzy, Jurūmiyya, Al-Fiya dan lain-lain. h. Akhlāq, yaitu ilmu yang mempelajari baik dan buruk yang berkaitan dengan
perilaku seseorang dalam hidup sehari-hari. Kitab yang
dijadikan rujukan antara lain Ta'līm Al-Muta'alim, 'Uqud al-Lijjayn, Al-Tarbiyya wa'l-Tarbiya wa'l-Ta'lim dan lain-lain. Selain
materi dengan delapan klasifikasi di atas, di beberapa
pesantren juga memberikan materi yang berkaitan dengan Sira (sejarah) Rasulullah. Kitab yang dijadikan rujukannya adalah Tārikh Tashri' alIslāmī, Nūr al-Yāqin dan lain-lain.50
50
Ibid , 55-56
37
BAB III POLA PENIGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI PENGAJIAN KITAB KUNING PADA KELAS XI TAHUN AJARAN 2006-2007 di MAN 2 PONOROGO A. Gambaran Umum A. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Negeri 2 ponorogo Madrasah Aliyah Negeri II ponorogo mempunyai latar belakang sejarah. Sejak berdirinya MAN 2 Ponorogo bukan lah aliyah murni, namun merupakan madrasah aliyah alih fungsi dari PGAN Ponorogo. Dalam membantu program pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, maka para tokoh ulama tegalsari, kecamatan jetis yang dipelopori oleh K. Muchsinul Qomar, K. Sarjuni, K. Yasin dan K.Iskandar pada tahun 1966 mendirikan madrasah dengan nama PGA Swasta Ronggo Warsito. Pada tahun 1968 PGA Swasta Ronggo Warsito dinegerikan oleh departemen agama RI menjadi PGAN 4 tahun Jetis, dengan kepala sekolahnya Bpk. Zubairi Maskur (Alm). Berdasarkan keputusan menteri agama RI No. 240 tahun 1970 PGAN 4 tahun jetis ditingkatkan statusnya menjadi PGAN 6 tahun jetis Kabupaten Ponorogo. Namun seiring dengan tuntutan zaman serta adanya perubahan kurikulum secara nasional, maka PGAN 6 tahun Jetis Kabupaten Ponorogo beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo yang dituangkan
38
38
dalam Keputusan Menteri Agama RI no. 64 tahun 1990 dan no. 42 tahun 1992. Sejak berdirinya sampai sekarang Madrasah Aliyah Negeri 2 Ponorogo sudah dipimpin empat kepala sekolah yaitu: 1. Bapak. H. Z. Qoribun, BA (1991-1996) 2. Bapak. H. Muslim (1996-2000) 3. Bapak. H. Kasanun, SH (2000-2005) 4. Bapak. Imam Faqih Edris, SH..(2005-sekarang) Perjalanan kepemimpinan beliau-beliau telah membawa MAN 2 Ponorogo mengalami kemajuan, dan tidak terlepas dari dukungan dan partisipasi semua pihak, termasuk masyarakat Ponorogo. B. Letak Geografis Menurut catatan sejarah,MAN 2 Ponorogo mulai dari berdirinya hingga sekarang mengalami beberapa kali perpindahan. Adapun lokasi gedung MAN 2 ponorogo terletak disebelah utara kota + 1,5 km dari poros kota ponorogo, tepatnya di Jl. Soekarno Hatta No.381, dibangun di atas tanah seluas 9593m 2 . C. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi MAN 2 Ponorogo tahun 2007 adalah sebagai mana terlampir.51
51
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 03/D/16-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
39
D. Keadaan Guru MAN 2 Ponorogo Berdasarkan observasi yang dilakukan tentang keadaan guru di MAN 2 Ponorogo maka diperoleh daftar guru sebagaimana terlampir.52 E. Keadaan Siswa MAN 2 Ponorogo Keadaaan siswa-siswi MAN 2 Ponorogo pada tahun 2007 adalah sebagaimana terlampir.53 F. Sarana Dan Prasarana MAN 2 Ponorogo Untuk mendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, agar tujuan pendidikan tercapai sesuai yang di harapkan. Adapun sarana dan sarana adalah sebagaimana terlampir.54 G. Kitab yang di kaji Sebagaimana disebutkan bahwa di MAN 2 Ponorogo terdapat pengajian kitab kuning, adapun kitab-kitab yang dikaji adalah sebagai berikut terlampir.55
52
Lihat penelitian. 53 Lihat penelitian. 54 Lihat penelitian. 55 Lihat penelitian.
Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/16-V/2007 dalam lampiran laporan hasil Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/16-V/2007 dalam lampiran laporan hasil Transkrip Dokumentasi nomor : 04/D/16-V/2007 dalam lampiran laporan hasil Transkrip Dokumentasi nomor : 06/D/16-V/2007 dalam lampiran laporan hasil
40
B. Paparan Data Berdasarkan data yang ditemukan melalui proses penelitian : 1. Tujuan Kegiatan Pengajian Kitab Kuning di MAN 2 Ponorogo. Tujuan pengajian kitab kuning menurut Bapak Imam Azhari adalah untuk mempermudah mufrodat baik dari segi arti ataupun kedudukan kalimat 56
, sementara itu menurut Bapak Ngubaini tujuan pengajian kitab kuning
adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat, mendukung kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren, karena siswa banyak yang bermukim di pondok pesantren, selain itu untuk mengurangi kelangkaan orang yang tidak bisa membaca dan menulis dengan kitab kuning57. Sedangkan menurut Bapak Moh. Ali tujuan pengajian kitab kuning adalah untuk memperdalam pendidikan agama agar lebih mendalam pemahaman tentang agama. Sementara menurut Bapak Imam Faqih tujuan pengajian kitab Kuning adalah untuk menambah pengetahuan agama, karena kurikulum hanya memuat sedikit sekali pelajaran agama. Selanjutnya menurut Bapak Supriyadi tujuan pengajian kitab kuning adalah untuk menambah ilmu pengetahuan agama dalam arti iman dan taqwa kepada Allah SWT.58
56
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 57 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 02/2-W/10-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 58 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
41
2. Bentuk-bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo. Pengajian kuning menurut Bapak Imam Azhari adalah muatan lokal dan termasuk kegiatan ekstrakurikuler. sementara itu guru pengajar pengajian kitab kuning antaralain Bapak Imam Azhari, Bapak Moh. Ali, serta Bapak Supriyadi, sedangkan kriteria atau syarat dari seorang guru kitab kuning adalah mampu mengartikan mufrodad dari bahasa arab ke bahasa jawa dengan tulisan arab pegon. Kegiatan pengajian kitab kuning dilaksanakan dalam seminggu 2 jam untuk kelas X dan 1 jam untuk kelas XI, sedangkan materi pengajian kitab kuning diambil dari ayat-ayat maupun dari hadits Nabi, yaitu berupa ayat pendidikan tentang amal sholeh, syarat menuntut ilmu, keutamaan menuntut ilmu, dan lain sebagainya. Dan untuk kurikulumnya dibuat oleh madrasah sendiri atau lokal. Sistem evaluasi yang digunakan adalah dengan membaca dan menulis arab pegon, dan ditambah evaluasi umum atau UAS bersama pelajaran yang lain. Untuk metode yang digunakan adalah ceramah, driil, sorogan, experimen, wetonan, serta tanya jawab. Media yang digunakan dalam pengajian kitab kuning adalah kitab gundul atau kitab yang belum di maknai59. Sedangkan menurut Bapak Ali pengajian kitab kuning adalah termasuk dalam kategori muatan lokal sedang materi pengajian kitab kuning diambil dari beberapa kitab yang populer seperti: Hadīth bulūgh al-Marām,
59
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
42
Qur'an Al-karīm, Ta'līm al-Muta'alim, Ihyā' al-'Ulum al-Dīn serta Subul alSalām dan lain sebagainya. Penyusunan kitab dilakukan secaramanual yaitu disusun dan ditulis dengan tangan oleh guru kitab kuning, kemudian dicetak. Kurikulum
disesuaikan
pembahasannya
dengan
maupun
tingkatan
kurikulum
pelajaran
kemampuan
agama,
siswa-siswi.
penyampainya adalah dengan membacakan, wetonan,
baik
Metode
driil, sorogan,
ceramah, tanya jawab, serta penugasan. Untuk media yang digunakan sama dengan pelajaran lain namun ditambah alat-alat yang khusus untuk menulis makna gandul, seperti mangsi bak, polpen tutul, rumus dan singkatansingkatan makna gandul dan lain sebagainya. Sistem evaluasi pengajian kitab kuning adalah dengan praktek membaca makna gandul. menterjemahkan tugas dalam bentuk ulangan harian, menjawab pertanyaan yang diambil dari isi dan maksud pelajaran yang di ajarkan. Sedangkan kriteria guru kitab kuning adalah menguasai kitab salafi (kitab kuning) yang didalamnya terdapat ilmu alat/nahwu, shorof dan menguasai dasar-dasar makna gandul serta tulisan pegon, disamping itu, juga menguasai terjemahnya baik bahasa jawa maupun bahasa Indonesia. Pengajian kitab kuning ini dilaksanakan pada kelas X dan kelas XI, guru pengajian kitab kuning adalah Bapak Imam Azhari, Drs. M.Ali, dan Drs. Supriyadi..60
60
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 05/5-W/11-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
43
Sementara menurut Bapak Imam Faqih pengajian kitab Kuning termasuk kegiatan ekstrakulikuler namun masuk dalam muatan lokal, dan materi pengajian kitab kuning diambil dari kitab-kitab kuning, sedangkan metode penyampaiannya adalah dengan metode ala pesantren. Media khusus yang digunakan adalah sebuah kitab kuning, sedangan untuk sistem evaluasinya adalah dengan evaluasi lisan dan kemampuan membaca. Untuk kriteria guru pengajar haruslah guru yang berbasis pendidikan pesantren. Pengajian kiotab kuning dilaksanakan di madrasah, dan diberikan pada pagi hari bersama pelajaran lainnya. Para guru pengajar kitab kuning adalah guru MAN 2 Ponorogo sendiri.61 Bapak Supriyadi mengemukakan bahwa bentuk pengajian kitab kuning adalah ekstrakurikuler, sementara materi pengajian kitab kuning adalah dari : Hadīth bulūgh al-Marām, al-Qur'an Al-karīm, Ta'līm alMuta'alim, Ihyā' al-'Ulum al-Dīn serta Subul al-Salām. Kurikulum pengajian kitab kuning yang digunakan adalah lokal, sedangkan metode yang digunakan adalah Ceramah, tatap muka dengan bahasa jawa (bahasa daerah), dan media yang digunakan dalam pengajian kitab kuning ini berupa buku pegangan yaitu: Ayat-Ayat al-Qur'an, Hadīth, Ta'līm, Subul al-Salām dan sebagainya, sementara sistem evaluasinya adalah dengan cara siswa membaca sambil ditanya nahwu shorofnya, memberi arti dengan bahasa daerah (jowo-makna
61
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 08/8-W/14-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
44
gandol). Kriteria guru pengajar kitab kuning adalah dari lulusan pondok pesantren dan jurusan tarbiyah, serta yang sudah lama berpengalaman mengajar ilmu agama. Untuk pelaksanaan pengajian kitab kuning di berlakikan pada dikelas X dan kelas XI secara menyeluruh pada pagi hari. Sementara guru pengajar pengajian kitab kuning antar lain : Bapak Drs. M.Ali, Bapak Drs. Imam Azhari, dan Bapak Supri.62 3. Data prestasi belajar PAI di MAN 2 Ponorogo. Data prestasi belajar PAI yang diambil adalah dari kelas XI, sebab yang telah berproses dalam kegiatan kitab kuning adalah kelas XI. Tepatnya kelas XI tahun ajaran 2006-2007. yaitu prestasi belajar sejak dari kelas X hingga kelas XI sekarang. Data prestasi belajar PAI tersebut dapat dilihat sebagaimana yang terlampir .63 Dari 303 siswa kelas XI tahun ajaran 2006-2007 diambil 100 siswa sebagai sampel. hasil dari sampel terjadi penurunan prestasi dari kelas X semester 1 ke kelas X semester 2 yaitu dari rata-rata 73,705 menjadi 73,3325 namun karena proses pengajian kitab kuning baru dimulai dari kelas X semester 1 hingga kelas XI semester 2 maka hasil dari perhitungan tersebut dinilai belum valid. Sebab pada kelas X semester 2 ini masih dalam tahap proses pembelajaran menggunakan pengajian kitab kuning dan terjadi
62
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 63 Lihat Transkrip Dokumentasi nomor : 05/D/17-19V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
45
peningkatan prestasi dari kelas X semester 2 ke kelas XI semester 1 yaitu dari 73,3325 menjadi 75,55, sekaligus peningkatan dari prestasi dari kelas X semester 1 ke kelas XI semester 1 yaitu dari 73,705 menjadi 75,55. sehingga terbukti bahwa terjadi peningkatan prestasi siswa bidang studi PAI dengan melalui proses pengajian kitab kuning secara optimal.
46
BAB IV ANALISA TENTANG POLA PENIGKATAN PRESTASI BELAJAR PAI MELALUI PENGAJIAN KITAB KUNING PADA KELAS XI TAHUN AJARAN 2006-2007 (Studi Kasus di MAN 2 Ponorogo)
A. Analisa tentang tujuan kegiatan pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo Tujuan pengajian kitab kuning sebenarnya ada beberapa anatara lain adalah Untuk menambah pengetahuan ilmu agama agar lebih mendalam karena kurikulum hanya memuat sedikit sekali pelajaran agama.64 Sering bergantinya sistem pendidikan di Negeri kita ini pun juga mempengaruhi porsi pendidikan agama Islam dilaksanakan disekolah, sebab dengan berbagai alasan yang dipandang lebih penting pendidikan agama sering di marjinalkan. Sehingga sangat penting adanya suatu metode yang komperhensif, efektif dan efesien untuk mengatasi persoalan tersebut. Maka pengajian kitab kuing dipandang menjadi solusi yang paling tepat Tujuan selanjutnya adalah untuk memenuhi permintan masyarakat, didalam lingkungan masyarakat, utamanya masyarakat Nahdliyinyang cukup dominan pengajian kitab kuning memang mempunyai posisi tersendiri, sebagai sesuatu tolok ukur yang hanya bisa di ajarkan oleh orang yang berwawasan luas tentang
64
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007dalam lampiran laporan hasil penelitian
47
agama dengan alasan yang cukup ilmiah yaitu menguasai ketata bahasaan arab sebagai modal utama mempelajari ilmu Al-Qur’an dan Hadits disamping mampu menterjemahkan dalam bahasa jawa dengan baik. Sehingga seandai ada seseorang yang bisa membaca tulis kitab kuning dengan lancar hampir dapat dipastikan mereka berilmu agama yang luas. Tujuan pengajian kitab kuning adalah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren karena siswa banyak yang bermukim di pondok pesantren. Selain itu untuk mengurangi kelangkaan orang yang tidak bisa membaca dan menulis dengan kitab kuning65 tujuan ini menjadi sangat penting sebab kondisi masyarakat saat ini yang lebih memilih pendidikan formal umum sebagai tempat anaknya bersekolah menjadi persoalan tersendiri yang memprihatinkan, sebab pendidikan ala pesantren terbukti dalam sejarah lebih dapat mengarahkan anak didik bermoral dan barakhlakul karimah. Ruangnya pun mulai tergeser. Maka dari itu sangat tepat transfortmasi pendidikan ke madrasah untuk melaksanakan pengajian kitab kuning. B. Analisa tentang bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo Bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo, adalah ala pondok pesantren namun disempurnakan sesuai keadaan
yaitu dengan sedikit
penambahan metode-metode baru serta evaluasi yang baru. Pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo merupakan kegiatan ektrakurikuler namun masuk
65
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 02/2-W/10-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian
48
dalam kurikulum muatan lokal.66 Materi pengajian kitab kuning berasal dari cuplikan dan kumpulan ayat-ayat Al-qur’an serta hadits nabi, yaitu diambil dari Ta'lim al-Muta'alim, Ihya' al-Ulum al-Din, Riyād al-Salihīn, Jamī' al-Saghīr, Subul al-Salam, Bulugh al-Maram,, yang berisi ayat pendidikan tentang amal sholeh, syarat menuntut ilmu, keutamaan menuntut ilmu, dan lain sebagainya.67 Materi pengajian kitab kuning yang diambil dari kitab-kitab salaf, hadit, serta AlQur’an merupakan sebuah keharusan sebagai ciri yang menunjukkan bahwa muatan materi dalam pengajian kitab kuning ini benar-benar merujuk pada kitabkitab salaf (kitab kuning).68 Metode yang digunakan dalam pengajian kitab kuning ini adalah metode ala pesantren dan modifikasi metode baru, metode-metode baru tersebut antara lain adalah metode Ceramah, membacakan, experimen, driil, tanya jawab, serta penugasan.69
Sementara itu metode ala pesantren adalah dengan metode
Bandongan/Wetonan, sorogan, musyawarah/mudzakaroh, hafalan dan lalaran. Dimana dalam pengajian kitab kuing di MAN 2 Ponorogo ini Kedua metode tersebut secara bersamaan meskipun tidak dengan secara menyeluruh, metodemetode gabungan yang digunakan tersebut telah disesuaikan dengan kondisi belajar, baik dari keadaan siswa maupun perkembangan metode mengajar.
66
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 67 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 68 Van Den Berg. Kitab Kuning Pesantren Dan Tarekat (Bandung: Mizan, 2001),112. 69 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007, 03/3-W/10-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
49
Metode tersebut antara lain adalah wetonan dimana seorang guru mengajar sekelompok siswa dengan membaca serta menjelaskan bacaan dan isi kandungan kitab kuing, yang digabung dengan metode sorogan sebagai evaluasi harian yaitu dengan cara seorang siswa membacakan dan menjelaskan kitab kuning sementara guru membetulkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Selain tersebut metode tanya jawab kelas atau dalam ala pesantren disebut mudzakaroh pun juga digunakan, sebagai cara untuk lebih memaksimalkan proses pembelajaran, begitu juga penugasan, metode ini tetap di gunakan sebagai pekerjaan rumah siswa. Sementara metode hafalan dan metode lalaran tetap digunakan namun dalam porsi yang lebih sedikit, yaitu dengan mereview atasu mengulang materi pelajaran kemarin atas permintaan guru, meskipun bukan murni metode lalaran namun metode ini juga masih dipandang efektif, sedangkan metode hafalan pun juga sedikit porinya yaitu pada wilayah pengetahuan dasar baca tulis kitab kuning yang memang mempunyai rumus khusus. Sementara untuk medianya sebenarnya sama dengan pelajaran yang lain tetapi secara khusis terdiri atas kitab kuning susunan dari madrasah atau guru kitab kuning, peralatan tulis menulis ala salaf berupa pentutul atau pen hitec, bak mangsi, rumus singkatan-singkatan makna gandol/pegon.70 Metode-metode tersebut di atas sudah sesuai dengan metode pengajian kitab kuning ala pondok pesantren salaf seperti yang termaktub dalam bukunya Endin Mujahidin
70
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
50
“Pesantren Kilat Alternatif Pendidikan Agama Diluar Sekolah” yang memuat metode-metode pembelajaran kitab kuing ala salaf.71 Seorang guru kitab kuning haruslah menguasai dan paham ilmu alat nahwu dan shorof, mampu memaknai dari bahasa arab ke bahasa jawa dan bahasa Indonesia, atau lulusan dari pendidikan pondok pesantren salaf. Selain itu, guru kitab kuing adalah dari guru- MAN 2 Ponorogo sendiri.72 Sekarang pengajian kitab kuning dilaksanakan pada seluruh siswa kelas X dan kelas XI, selama 2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran pada siswa kelasX, dan 1 x 40 menit atau satu jam pelajaran pada kelas XI, pada pagi hari selama jam belajar madrasah, tidak seperti sebelunya yang masuk pada sore hari dan bergiliran perkelas X dan kelas XI. Sementara guru pengajar pengakian kitab kuning antara lain adalah Bapak Drs. M.Ali, Bapak Drs. Imam Azhari, dan Bapak Supri.73 C. Analisa tentang implikasi kegiatan pengajian kitab kuning terhadap peningkatan prestasi PAI pada kelas XI tahun ajaran 2006-2007 di MAN 2 Ponorogo. Implikasi pengajian kitab kuning terhadap peningkatan prestasi PAI pada kelas XI tahun ajaran 2006-2007 di MAN 2 Ponorogo adalah sangat bagus secara umum prestasi PAI meningkat
yaitu pada ranah koginif dapat kilat dengan
membandingkan nilai prestasi PAI kelasX semester 1 dan semester 2 dengan nilai 71
Endin Mujahidin, Pesantren Kilat Alternatif Pendidikan Agama Diluar Sekolah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005),46-48 72 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 73 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
51
prestasi PAI kelas XI semester 1, termasuk ranah afektif dan psikomoriknya. Namun, pada ranah afektif dan psikomotorik dapat dilihat dari aktivitas siswa sehari-hari. Implikasi pengajian kitab kuning bagi prestasi belajar PAI siswa MAN 2 Ponorogo secara umum adalah sebagai berikut: 1. Dengan
adanya pengajian kitab kuning sangat membantu proses belajar
mengajar, karena metode belajarnya yang ala pesantren (menggunakan ilmu nahwu dan shorof secara praktis) sehingga kemampuan baca, tulis, terjemah dari bahasa arab ke bahasa jawa dan bahasa Indonesia menjadi lebih baik, serta materi yang digunakan memang menunjang mata pelajaran PAI.74 2. Sangat bagus untuk membentuk karakter murid yang berakhlakul karimah .75 Namun yang secara khusus yaitu pada mata pelajaran Qur’an Hadits sangat terbantu, sebab di dalam mata pelajaran Qur’an Hadits juga membahas tentang mufrodat, kedudukan kalimat atau nahwu shorof, selain itu isi materi dari pengajian kitab kuning kadang sama, semisal materi keutamaan ilmu, cara menuntut ilmu.76
74
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 08/8W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007, 03/3-W/10-V/2007, 11/11-W/23-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 75 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 05/5-W/11-V/2007, 08/8-W/14-V/2007, 04/4W/11-V/2007, 09/09-W/15-V/2007, 14/14-W/23-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 76 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 01/1-W/09-V/2007, 04/4-W/11-V/2007, 13/13-W/23-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
52
Begitupula pada mata pelajaran Fiqih materi dari kitab kuning pun banyak menyinggung tentang materi fiqih antara lain hukum-hukum syara’ fiqih ubudiyah, fiqih zakat serta fiqih munakahat.77 Pada mata pelajaran Aqidah-Akhlak pengajian kitab kuning pun sangat membantu, sebab materinya banyak mengajarkan tentang etika dan akhlak yang baik, Taukhīd dan sebagainya.78 Walaupun secara umum materi pengajian kitab kuning sangat membantu materi PAI yaitu Qur’an-Hadits, Fiqih serta Aqidah-akhlak. Namun sebenarnya juga sangat membantu pada mata pelajaran bahasa arab dan SKI.79 Selain manfaat dari kitab kuning yang disebut di atas, pengajian kitab kuning juga mampu meningkatkan performa madrasah, terbukti dari adanya respon positif dari masyarakat dan secara akademisi juga dapat lebih memfungsikan guru-guru MAN 2 Ponorogo yang berpotensi dalam kitab kuning. Dan yang terpenting adalah dapat meningkatkan ilmu pengetahuan agama siswa, kecintaan dalam ilmu agama dan ketaatan dalam beragama, bahkan dengan
77
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 06/6-W/11-V/2007, 07/7-W/12-V/2007, 12/12-W/23-V/2007, 14/14-W/23-V/2007, 18/18-W/23-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 78 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 10/10-W/15-V/2007, 09/09-W/15-V/2007, 16/16-W/23-V/2007, 19/19-W/23-V/2007, 20/20-W/23-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian. 79 Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 07/7-W/12-V/2007, 03/3-W/10-V/2007, 01/1W/09-V/2007, 05/5-W/11-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
53
belajar kitab kuning dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menjadi da’i handal dan membumi terutama bagi masyrakat yang beraliran salafiyah.80
80
Lihat Transkrip Rekaman Wawancara nomor : 02/2-W/10-V/2007, 01/1-W/09-V/2007, 05/5W/11-V/2007, 08/8-W/14-V/2007, 10/10-W/15-V/2007 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Tujuan pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo adalah untuk menunjang pendidikan yang berbasis agama Islam karena dirasa kurang, serta untuk membentuk akhlakul karimah siswa. 2. Bentuk pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo adalah pelajaran ektrakurikuler
dengan
kurikulum
muatan
lokal,
dengan
metode
pembelajaran salaf yang dimodifikasi dengan model pendidikan sekarang. 3. Implikasi dari pengajian kitab kuning di MAN 2 Ponorogo terhadap prestasi PAI siswa di MAN 2 Ponorogo tahun ajaran 2006-2007 adalah sangat baik, terbukti dari peningkatan prestasi PAI siswa secara umum pada mata pelajaran Qur’an-Hadits, Aqidah-Akhlak dan fiqih. Serta perilaku siswa yang lebih mencerminkan sebagai manusia yang bertaqwa dan berakhlakul karimah, yang mengusai ilmu agama secara mendalam. B. Saran-saran Madrasah sebagai salah satu pusat yang mencetak generasi muda memang sudah seharus memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik terutama ilmu agama salaf, sebagai bukti bahwa kita menghormati leluhur serta menghormati hasil karyanya yang mulia sebagai sesuatu yang patut kita contoh dan lestarikan. Maka untuk itu kami mengharap
59
55
1. Agar penggunaan metode pembelajaran kitab kuning dapat digunakan semaksimal mungkin dengan memodikasi dengan model pembalajaran mutakhir. Sehingga kita dapat benar-benar dapat merasakan manfaatnya. 2. Melestarikan metode pembelajaran kitab salaf sebagai metode yang dapat membantu pada pendidikan akhlak pada instansi pendidikan yang lain pada zaman global sekarang ini.
56
DAFTAR PUSTAKA Abdul Hakim, Atang, Mubarrok Jaih. Metode Studi Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Achmad,
Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Semarang: Pustaka Pelajar, 2004.
Humanis-Teosentris,
Ari Kunto, Suharsimin. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta, 2000. Arief, Armai. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers,2002. Azumardi, Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Millenium Barat Jakarta: Penerbit Kalimah, 2001 Berg, Van Den. Kitab Kuning, Pesantren Dan Tarekat. Bandung: Mizan, 1999. Dept Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka .1989. Dhofir, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES,1982. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru Surabaya : Indonesia, 1994 Drajat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.1996 Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar.Jakarta.PT. Bumi Aksara. 2006. Husen, Torsten. Masyarakat Belajar Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 1995 Ihsan Hamdani, Ihsan Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta, CV.Pustaka Setia, 1998. J.Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian. Bandung, PT. Remaja Rosda karya, 1988. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Semarang: PT.Rineka Cipta, 2003.
57
Mochtar, Affandi, Membedah Diskursus Pendidikan Islam Jakarta: Kalimah Ciputat Indah, 2001 Mujahidin, Endin. Pesantren Kilat Alternatif Pendidikan Agama Diluar Sekolah Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005 Nata, Abuddin. Metode Studi Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: CV.Ciputat Pers. 2002.
Standar
Kompetensi Madrasah Aliyah. Jakarta: Kelembagaan Agama Islam, 2004.
Direktorat
Jenderal
Strauss, Anselm dan Juliet Corban. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003. Syaifuddin, Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1998. Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosda Karya .1997 Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta Rajawali Pers .1997 Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1995. Team Penyusun Buku Pedoman Skripsi Jurusan Tarbiyah. Buku pedoman Penulisan Skripsi Ponorogo: Jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo, 2007. TUU, Tulus. Peran Disiplin Pendidikan Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta : Gramedia. 2004 Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam Bandung: Pustaka Pelajar, 1997 Yatim, Rianto. Metodologi Pendidikan Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC, 1996. Zuhairini, Abdul Ghofir, Slamet As, Yusuf. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.