Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… Pengaruh Bahasa Pertama Terhadap Bahasa Kedua Dalam Kemampuan Berbicara Untuk Siswa Kelas IX Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U Kabupaten Aceh Besar
Sri Wahyuni1
Abstrak
Berbicara merupakan salah satu aspek dari empat aspek utama bahasa disamping membaca, menulis, dan mendengar. Tujuan pengajaran keterampilan berbicara kepada siswa sekolah menengah adalah untuk menerapkan secara langsung di sekolah bahasa yang dipelajarinya. Karena pelajaran berbicara tidak dapat dipisahkan dari percakapan, pengajaran berbicara bisa berarti mengajar siswa untuk bercakap dalam bahasa yang dimaksudkan. Hal ini penting untuk diketahui secara mendalam tentang proses belajar mengajar berbicara, karena banyak kasus siswa mengalami kesulitan untuk menguasai keterampilan berbicara setelah mengikuti perajaran. Tulisan ini mendeskripsikan tentang penelitian kasus yang terjadi di pesantren modern Al-Falah Abu Lam-U yang mewajibkan siswanya untuk berbicara dua bahasa asing (Arab dan Inggris) sesuai dengan jadwal mingguan yang sudah ditetapkan dalam percakapan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) mengapa bahasa pertama dapat mempengaruhi bahasa kedua siswa dalam berbicara, 2) faktor-faktor kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam berbicara, dan 3) adakah suatu cara agar siswa dapat meminimalisirkan pengaruh bahasa pertama ke bahasa kedua dalam berbicara. Teknik yang digunakan yaitu: obsevasi siswa, kuesionnaire, dan interview. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pesantren Al-falah Abu Lam-U, adapun sampelnya adalah siswa kelas X yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X 1 yang mulai mendapatkan pengajaran bahasa dari kelas VII dan X2 yang baru mendapatkan pengajaran ketika kelas X (kelas intensif). Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa pengaruh pengadopsian bahasa pertama ke bahasa kedua disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya: kurangnya penguasaan stuktur bahasa, kurangnya informasi tentang bahasa Inggris dan minimnya penguasan kosa kata. Sebagai tambahannya, bahasa Arab juga mengambil bagian dalam mempengaruhi bahasa Inggris siswa, karena kebanyakan siswa lebih dominan berbicara dalam bahasa Arab. Dari referensi tersebut menggambarkan bahwa, kemampuan siswa dalam berbicara bahasa kedua dapat dipengaruhi oleh bahasa pertama siswa.
Kata Kunci: Bahasa Pertama, Bahasa Kedua, Berbicara
1
Sri Wahyuni, Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Bina Bangsa Getsempena
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |52
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… ditargetkan
Pendahuluan Tujuan
pengajaran
keterampilan
agar
berinteraksi,
dapat
bertanya
dan
pertanyaan
menerapkan bahasa dalam berkomunikasi
bahasanya adalah bahasa Inggris sebagai
sehari-hari
di
tujuan utama dalam pengajaran bahasa. Hal ini
lingkungan mereka di luar sekolah. Dengan
dapat membantu siswa untuk menggunakan
berbicara siswa akan terbiasa dengan kalimat-
bahasa Inggris dalam berkomunikasi dengan
kalimat
dalam
baik dan benar. Tapi pada kenyataan, sering
berbicara. Keterampilan berbicara adalah salah
ditemukan bahwa siswa dapat menjawab
satu
dalam
pertanyaan tentang teks tetapi tidak dapat
pembelajaran bahasa asing dan telah diuraikan
menghasilkan kalimat yang baik ketika guru
di dalam silabus SMP dan SMA untuk mata
menanyakan alasan mereka mengapa mereka
pelajaran bahasa Inggris. Silabus bahasa
memilih menjawab suatu jawaban. Pengaruh
Inggris
Berbasis
hal ini bukan hanya karena mereka tidak tahu
Kompetensi 2004 menyebutkan bahwa tujuan
jawabannya atau mereka kekurangan kosa
pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di
kata, tapi sebagian besar karena mereka tidak
Indonesia adalah untuk memberikan siswa
tahu bagaimana mengatakannya dalam bahasa
dengan
Inggris
yang
dari
disekolah
mereka
empat
berdasarkan
gunakan
keterampilan
Kurikulum
kemampuan
mendengarkan,
bahkan
dasar
berbicara,
dalam
membaca
dan
keterampilan (Depdiknas, 2004:3) menulis. Pengajaran berbicara dapat berarti mengajarkan dalam
siswa
bahasa
berbicara
tidak
yang
untuk
berkomunikasi
ditargetkan,
dapat
dipisahkan
karena
secara
lisan,
menjawab
berbicara kepada siswa SMA adalah untuk
ketika
secara
berkomunikasi,
lisan.
karena
Faktor
lain
target
yang
menyebabkan sulitnya berbicara bahasa kedua adalah beban psikologis yang membentuk mereka merasa rendah diri dan malu, dan mereka tidak memiliki keberanian untuk datang
dengan
sebuah
ide
dlam
dari
mengungkapkannya secara lisan. Ini sumber
percakapan. Sehingga siswa akan terlibat
berasal dari kekakuan/ ketegangan sesuai
langsung dalam kegiatan berbicara, setiap kali
dengan persepsi individu dari kemampuan
mereka sedang melakukan percakapan. Hal ini
berbahasanya. Brown (2004:269) menyatakan
dapat diasumsikan bahwa berbicara adalah
bahwa salah satu kendala utama peserta didik
cara siswa dalam mengekspresikan ide-ide
yaang harus diatasi dalam belajar berbicara
mereka, menceritakan perasaan mereka, dan
adalah kecemasan yang dihasilkan atas risiko
mengkomunikasikan niat mereka, hal ini yang
dalam
menjadikan kemampuan berbicara menjadi
kemampuan yang rendah atau tidak bisa
suatu keterampilan yang tak terelakkan untuk
imengerti. Para siswa tidak akan pernah
dilatih atau diajarkan.
mengatakan "I am afraid to speak English
Sebagai guru bahasa Inggris selama
melontarkan
hal-hal
yang
salah,
because I am not able to say it correctly"
kegiatan berbicara berlangsung dikelas siswa dapat berkomunikasi dalam bahasa yang ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |53
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… Selain itu, fenomena ini tidak hanya
bahasa Indonesia, dan kemudian mereka hanya
disebabkan oleh faktor di atas, tetapi juga
menerjemahkan ke dalam " I not want meet
disebabkan oleh akuisisi bahasa kedua mereka.
she" dalam bahasa Inggris daripada berkata, "I
Ellis (1986:5) mengatakan bahwa akuisisi
do not want to meet her". Mereka hanya
bahasa kedua berlawanan dengan akuisisi
mengubah
bahasa pertama. Hal ini berarti studi tentang
mereka ke dalam bahasa Inggris. Sementara
bagaimana
bahasa
itu, kalimat tersebut tidak benar persis sesuai
tambahan setelah mereka memperoleh bahasa
dengan aturan tata bahasa aturan bahasa kedua
ibu mereka dari kecil. Akuisisi bahasa kedua
mereka (bahasa Inggris).
peserta
(SLA:Second digunakan
didik
belajar
Language
Selain itu, setiap pelajar bahasa kedua
(untutored)
untuk bahasa tertentu, mungkin tidak dapat
akuisisi dan kelas (tutored) akuisisi. SLA baru-
diterima bagi orang lain dan kadang-kadang,
baru
akan disalahpahami. Sebaliknya, tidak ada isu-
ini
umum
asli
harus menyadari bahwa aturan, yang diterima
baik
istilah
bahasa
yang
melibatkan
sebagai
Acquisition)
seluruh kata-kata
naturalistik
mengalihkan
perhatian
untuk
merangkul peserta didik dalam memperoleh
isu
kemampuan untuk berkomunikasi dan mulai
memahami peran bahasa asli mereka dalam
memeriksa bagaimana pelajar menggunakan
akuisisi bahasa kedua.
pengetahuan
atas
akan
muncul
jika
mereka
untuk
Penutur asli bahasa kedua sering
mengkomunikasikan ide-ide dan niat mereka
menggunakan bahasa kedua (bahasa Inggris)
dalam berbicara.
untuk berkomunikasi dengan orang asing.
Akuisisi
mereka
di
bahasa
kedua
(SLA)
Namun demikian, apakah kita menyadari atau
merupakan proses yang sangat kompleks. Oleh
tidak,
beberapa
karena itu, yang berniat untuk menguasai atau
mengganggu aturan bahasa asli mereka ke
berinteraksi dengan baik dalam bahasa kedua,
dalam akuisisi bahasa kedua. Selain itu,
ia harus tahu sistem baru, yang akan
kadang-kadang disebabkan oleh perbedaan
meningkatkan berbagai kesulitan karena aturan
tertentu
yang cukup berbeda dari sistem L1 (First
pengucapan, makna dan hakikat bahasa itu
Language) bahasa nya. Namun demikian,
sendiri. Nikelas mengatakan: "penyebab utama
mereka tidak hanya tidak mengerti aturan yang
dari masalah dan kesalahan dalam bahasa
tepat dalam bahasa target mereka (L2: Second
asing adalah gangguan yang berasal dari
Language), tetapi juga menbuat pendengar
bahasa asli para pelajar (Nikelas, 1988:301)."
seperti,
penutur
asli
penggunaan
cenderung
kata-kata,
bingung dan disalahpahami pada apa yang
Untuk sebagian besar, berdasarkan
mereka bicarakan. Di sisi lain, mereka sering
analisis kontrastif, bahwa bahasa pertama
menyiratkan aturan bahasa asli mereka dengan
pembelajar bahasa mempengaruhi akuisisi
akuisisi
bahasa kedua (L2), sehingga menimbulkan
bahasa
kedua. Misalnya,
dalam
kalimat yang kontras seperti "saya tidak mau
hambatan
berjumpa dengan dia (perempuan)" dalam
penguasaan bahasa baru. Menurut analisis
ISSN 2086 – 1397
yang
besar
untuk
suksesnya
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |54
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… kontrastif juga, di mana struktur dalam bahasa
sebelumnya
pertama yang berbeda dari penutur dalam
kebiasaan baru dalam proses belajar.
bahasa kedua, kesalahan yang mencerminkan
mencegah
Sesuai
atau
dengan
menghambat
penjelasan
diatas
struktur dalam bahasa pertama yang akan
tentang kasus yang terjadi dalam penelitian ini,
dihasilkan.
dikatakan
peneliti akan melakukan studi analisa kasus
karena pengaruh dari 'kebiasaan peserta didik
dengan tentng Pengaruh Akuisisi Bahasa Asli
menggunakan
(L1) terhadap Bahasa Kedua (L2) dalam
Kesalahan
tersebut
bahasa
pertama
pada
penggunaan bahasa kedua. Misalnya, di
Berbicara di Pesantren Modern Al-Falah.
Indonesia kata sifat biasanya ditempatkan
Tinjauan Pustaka
setelah kata benda, oleh karena itu, pelajar Indonesia
cenderung memakai
A. Pengertian Berbicara
bahasanya
Nunan (1999:14) menyatakan bahwa
dengan mengatakan "Anak laki-laki yang
berbicara adalah sebuah proses interaktif
rajin" dalam bahasa Indonesia, "the boy
membangun
makna
diligent" ketika mencoba untuk berkomunikasi
memproduksi,
menerima
dalam bahasa Inggris. Proses ini telah diberi
informasi secara lisan. Banyak bahasa kedua
label transfer negatif dalam literatur psikologis
atau pelajar bahasa asing, bahwa penguasaan
(Dulay, Burt & Krashen, 1982:97).
keterampilan berbicara dalam bahasa Inggris
Dengan cara yang sama, transfer positif
mengacu
Para
memproses
pelajar
sering
mengevaluasi keberhasilan mereka dalam
penggunaan struktur bahasa pertama dalam
belajar bahasa serta efektivitas kursus bahasa
dua bahasa yang sama, seperti halnya dalam
Inggris mereka di dasar berapa banyak mereka
ucapan-ucapan
Misalnya,
telah membaik kemampuan bahasa lisan
penggunaan kata keterangan dalam bahasa
mereka. Asumsi dasarnya adalah, dalam setiap
Indonesia biasanya sebelum kata sifat, karena
interaksi lisan adalah bahwa pembicara ingin
itu berbahasa Indonesia pelajar mengatakan
mengkomunikasikan ide-ide, perasaan, sikap
"sangat cantik" dalam bahasa Indonesia, dan
dan
mengatakan secara otomatis "very beautiful"
(1981:189)
dalam
berbicara
yang
secara
penting.
dan
melibatkan
pada
bahasa
otomatis
sangat
yang
benar.
Inggris
yang
harus
informasi
kepada
mengatakan dapat
pendengar. bahwa
mengekspresikan
River melalui emosi,
menghasilkan struktur yang benar dalam
berkomunikasi, niat, bereaksi terhadap orang-
bahasa Inggris.
orang dan situasi lain, dan pengaruh manusia
Tidak ada lagi keraguan, bahwa
lainnya. Dapat dikatakan bahwa berbicara
akuisisi bahasa kedua akan dipengaruhi oleh
dapat digunakan sebagai alat dalam kehidupan
gangguan bahasa pertama. Ellis (1986:22)
sehari-hari untuk memberikan suatu ungkapan
menyatakan: "Gangguan adalah hasil dari apa
secara lisan.
yang
disebut
inhibisi
proaktif.
Hal
ini
berkaitan dengan cara di mana pembelajaran
Hyme
Nunan
(1999:226)
mendefinisikan bahwa gagasan kompetensi komunikatif
ISSN 2086 – 1397
didalam
sebagai
alternatif
untuk
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |55
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… kompetensi linguistik yang berdasarkan teori
tiga fungsi berbicara menurut Brown dan Yule
Chomky. Kompetensi komunikatif tidak hanya
(1983:14), yaitu:
mencakup kompetensi linguistik, tetapi juga
1. Berbicara sebagai suatu interaksi
berbagai
sosiolinguistik
percakapan
Menurut Richards (2008:22), berbicara
keterampilan lainnya yang memungkinkan
sebagai suatu interaksi yang mengacu pada apa
pembicara untuk tahu bagaimana mengatakan
yang
apa kepada siapa dan kapan . Efisiensi
percakapan dan menjelaskan interaksi yang
komunikatif
pengajaran
menyajikan sebagai interaksi sosial antar
keterampilan berbicara. Pelajar harus mampu
sesama. Jika beberapa orang ingin bersikap
membuat
menggunakan
ramah dan membangun situasi yang nyaman
kemampuan mereka saat ini untuk sepenuhnya
saat berinteraksi dengan orang lain ketika
mencoba menghindari kebingungan dalam
mereka bertemu, mereka akan bertukar salam
pesan karena pengucapan yang ada, tata
dan bertegur sapa, terlibat dalam pembicaraan
bahasa, atau kosa kata, dan untuk mengamati
kecil, menceritakan pengalaman baru, dan
aturan-aturan sosial dan budaya yang berlaku
sebagainya.
di dalam komunikasi . Jadi, setiap sekolah dan
dilakukan
masyarakat, para
informal tergantung pada keadaan dan dimana
adalah
diri
dan
tujuan
mereka
siswa harus
berbicara,
terutama bahasa yang sedang mereka pelajari. Oleh
maksudkan
Pertukaran dengan
cara
dengan
tersebut
dapat
formal
maupun
situasinya. Oleh karena itu, hal ini lebih difokuskan pada pembicara dan bagaimana
keterampilan berbicara akan memungkinkan
mereka ingin menampilkan diri satu sama lain
siswa untuk mewujudkan kemajuan atau
dari pada pesan tersebut.
mereka
pengembangan
itu,
kita
pengajaran
kedewasaan
karena
biasanya
dalam berpikir
bahasa
lisan
dan
sebagai
2 . Berbicara sebagai suatu transaksi
keterampilan dalam masalah belajar saja,
Berbicara
sebagai
suatu
transaksi
seperti ucapkan English suara atau mampu
adalah situasi di mana fokusnya adalah pada
menghasilkan ucapan-ucapan tunggal atau
apa yang dikatakan atau dilakukan (Richards
frase. Hal ini dapat membantu siswa untuk
& Willy, 2003:24). Di sisi lain, ketika
berpikir kreatif dan melalui berbicara mereka
pembicara memberikan pesan kepada teman
bisa
bicara, dia dapat memahami dengan jelas dan
mengekspresikan
apa
yang
mereka
pikirkan.
mereka dapat berinteraksi secara sosial satu sama
2.2. Beberapa Fungsi dalam Berbicara
yang
lainnya.
Selain
itu,
Burns
(1998:102) membedakan antara dua jenis
Ada beberapa fungsi berbicara yang
bicara sebagai transaksi. Jenis yang terlibat
akan dibahas di bawah ini, dan masing-masing
dalam situasi pertama di mana fokusnya
kegiatan yaitu pidato yang berbeda dalam hal
adalah pada memberi dan menerima informasi
bentuk dan fungsi, itu juga memerlukan
yang mana para pesertanya terutama berfokus
perbedaan dalam pendekatan pengajaran. Ada
pada
ISSN 2086 – 1397
apa
yang
dikatakan
atau
dicapai
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |56
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… (misalnya,
meminta
seseorang
untuk
2.4.
Faktor yang mempengaruhi peserta
menjelaskan arah). Akurasi mungkin tidak
didik yang berbahasa asli terhadap
menjadi prioritas, asalkan informasi yang
bahasa Asing.
dikomunikasikan berhasil dipahami . Tipe
Menurut
Norrish
(1983:21),
ada
kedua adalah transaksi yang berfokus pada
beberapa faktor yang mempengaruhi peserta
memperoleh perlakuan khusus atau layanan,
didik dalam menerjemahkan bahasa pertama
seperti memesan makanan di restoran atau
kedalam bahasa asing, seperti yangakan
menginap di hotel.
dijelaskan dibawah ini: a. Perbedaan antara bahasa asli dan bahasa
3 . Berbicara sebagai Kinerja Berbicara sebagai kinerja mengacu
kedua.
kepada berbicara didepan umum. Tujuannya
b. Pengabaian/Kecerobohan.
itu, pembicaraan yang mengirimkan informasi
c. Interferensi bahasa pertama.
kepada penonton, misalnya pidato , presentasi
d. Kurangnya pengetahuan tentang struktur
kelas atau pengumuman publik. 2.3.
Faktor-Faktor
bahasa yang menjadi target.
Kesalahan
dalam
e. Bahasa yang di transfer.
Berbicara
f. Kurangnya kosakata
Dalam berbicara bahasa asing, ada
Metode Penelitian
beberapa
kesalahan
atau
derivasi
yang
Penelitian
ini
adalah
penelitian
membedaka dari menulis. Karena dalam
diskriptif yang condong ke kualitatif tetapi
berbicara, terutama berbicara dalam bahasa
juga bisa kuantitatif, menurut Cavaye (1996)
asing, siswa sering membuat kesalahan karena
dalam suatu penelitian studi kasus dapat
spontanitas mereka dan ini adalah sebagai hal
menggabungkan
utama dan sangat umum yang mempengaruhi
wawancara mendalam, sebuah studi kasus
pembicara
dapat melakukan analisis kualitatif terhadap
ucapannya.
dan
mereka
Kinerja
tidak
menyadari
percakapan
dua
metode
melalui
siswa
isu-isu spesifik yang kemudian dapat dijadikan
berperingkat pada 5 skala yang terpisah, setiap
variabel terukur dan selanjutnya dianalisis
skala dibagi menjadi enam kategori (Oller,
secara kuantitatif (Pendit, 2003: 256).
1979: 321-323). Adapun hal tersebut sebagai berikut:
Penelitian kualitatif ini dirancang untuk memperoleh informasi mengenai status arus
a. Aksen
fenomena (Ary, 2002). Akan mencoba untuk
b. Tata Bahasa
menjelaskan beberapa peristiwa penting yang
c. Kosa Kata
terjadi secara alami di dalam kelas. Penelitian
d. Kefasihan
ini
e. Pemahaman
kegiatan
dimaksudkan berbicara
untuk di
menggambarkan Modern
Islamic
Boarding School Al-Falah Aceh Besar. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen berikut: lembar observasi, mengajukan catatan, ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |57
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… pedoman
wawancara,
dan
kuesioner.
oleh
pewawancara
yang
membacakan
Instrumen yang digunakan untuk merekam
pertanyaan dan kemudian mencatat jawaban
beberapa peristiwa penting yang terjadi secara
yang berikan (Sulistyo-Basuki, 2006: 110).
alami ketika siswa berbicara.
Pertanyaan
yang
akan
diberikan
pada
populasi dalam penelitian ini adalah
kuesioner ini adalah pertanyaan menyangkut
semua siswa Pesantren Modern Al-Falah Abu
fakta dan pendapat responden, sedangkan
Lam-U. Sampel merupakan kelompok kecil
kuesioner yang digunakan pada penelitian ini
yang dipilih dari kelompok yang lebih besar
adalah kuesioner tertutup, dimana responden
(populasi) yang dipakai oleh peneliti untuk
diminta menjawab pertanyaan dan menjawab
menerapkannya
dengan
dalam
suatu
penelitian.
memilih
dari
sejumlah
jawaban
Penelitian ini merupakan studi kasus dan
alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah
mempertimbangkan populasi terbatas. Jadi
mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan
penulis mengambil dua kelas sebagai sampel,
mampu memberikan jangkauan jawaban.
karena ada hanya dua kelas dari kelas IX
Wawancara
adalah
menggunakan
daftar
Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U.
wawancara
Subyek penelitian ini adalah siswa tahun
pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya.
pertama kelas IX. Peneliti memilih kelas IX1
Pertanyaan yang sama diajukan kepada semua
dengan siswa yang mulai pendidikan dari kelas
responden, dalam kalimat dan urutan yang
VII sedangkan
IX
2
dengan siswa yang
seragam
dengan
terstruktur
(Sulistyo-Basuki,
2006:
110).
memulai pendidikan dari kelas IX1 dipesantren
Wawancara
Modern Al-Falah Abu Lam-U, yang terdiri
identifikasi faktor-faktor kebutuhan informasi
tiga puluh empat siswa, dua puluh tiga anak
proses pembelajaran siswa dalam kemampuan
laki-laki,
perempuan.
berbicara dipesantren mdern al-Falah Abu
Sementara kelas IX2 terdiri dari tiga puluh
Lam-U. Keuntungan metode ini adalah mampu
satu siswa, sebelas anak laki-laki dan dua
memperoleh jawaban yang berkualitas.
dan
sebelas
anak
puluh anak perempuan. Instrumen
yang
yang
dilakukan
meliputi
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan
untuk
digunakan adalah analisis deskriptif secara
mengumpulkan data dalam penelitian ini
analitik yaitu mengungkapkan suatu masalah
adalah observasi, kuessioner (angket) dan
dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga
interview.
hanya
Observasi
nonpartisipan
merupakan
penyingkapan
fakta
(Pengamatan tidak terkendali) pada metode ini
(Warsito, 1992: 10). Proses analisis data
peneliti hanya mengamati, mencatat apa yang
dimulai dengan menelaah seluruh data yang
terjadi. Metode ini banyak digunakan untuk
diperoleh baik melalui hasil kuesioner dan
mengkaji
bantuan wawancara, kemudian dideskripsikan
pola
perilaku
siswa
dalam
melakukan percakapan.
dengan cara menggunakan analisis persentase.
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur
Untuk menghitung persentase jawaban yang
yang diisi sendiri oleh responden atau diisi
diberikan responden, penulis menggunakan
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |58
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca…
rumus
seperti
yang
dikemukakan
0,00% = Tidak ada
Hartono dalam Azizi (2002: 37-38) adalah
0,01% - 24,99% = Sebagian kecil
sebagai berikut:
25% - 49,99% = Hampir setengah
Dimana:
50% = Setengahnya
P = Persentase
50,01% - 74,99% = Sebagian besar
F= Frekuensi
yang
sedang
dicari
75% - 99,99% = Pada umumnya
persentasenya (frekuensi jawaban)
100% = Seluruhnya
N = Jumlah responden Setelah dibuat persentase, selanjutnya
P = F/N x 100% Dalam penafsiran data digunakan metode
penafsiran
data
sebagaimana
di
kemukakan oleh Supardi dalam Prahatmaja (2004: 84). Penafsiran data menggunakan dua
data diinterpretasikan menggunakan analisis kuantitatif, deduktif
dengan dan
menggunakan
induktif
sesuai
metode dengan
kebutuhan. Berikut hasil presentase questionnaire
angka di belakang koma, sebagai berikut:
siswa dalam kesulitan belajar speaking mulai dari nomor 1 sampai dengan nomor 10.
Tabel.1 Nilai Questionnaire Siswa dari 1-10 Pertanyaan 1. Apakah Anda tertarik untuk belajar bahasa Inggris? 2. Apakah Anda menghadapi kesulitan dalam menguasai keterampilan berbicara? 3. Apakah Anda kurang percaya diri saat berbicara?
Jawaba n Iya Tidak Kadangkadang Sering Yes No Someti me Often
Yes No Someti me Often 4. Apakah Anda Yes merasa raguNo ragu berbahasa Someti Inggris? me Often
ISSN 2086 – 1397
Frekuen si 24 3% -
Persenta se 89% 0% 11% 0%
12 1 12 2
44,50% 3,70% 44,40% 7,40%
6 5 13 3
22,22% 18,51% 48,14% 11,11%
10 2 14 1
37% 7,4% 51,85% 3,70%
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |59
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… 5. Apakah Anda berbicara fasih dalam berbicara bahasa Inggris? 6. Apakah Anda merasa khawatir tentang membuat kesalahan ketika berbicara bahasa Inggris? 7. Apakah Anda merasa kurangnya motivasi untuk berbicara dalam bahasa Inggris? 8. Apakah Anda memiliki kesulitan untuk berbicara karena kurangnya kosa kata dan tata bahasa yang mengatur hukuman? 9. Apakah lingkungan latar belakang pengaruh pada penggunaan bahasa Inggris sebagai komunikasi kehidupan sehari-hari? 10. Apakah Anda berlatih berbicara dalam bahasa Inggris sebagai komunikasi kehidupan sehari-hari?
ISSN 2086 – 1397
Yes No Someti me Often
7 15 4
0% 25,92% 55,55% 14,81
Yes No Someti me Often
17 2 3 5
62,96% 7,40% 11,11% 18,51%
Yes No Someti me Often
11 16 10 -
40,74% 22,22% 37% 0%
Yes No Someti me Often
11 4 11 1
40,74% 14,81% 40,74% 3,70%
Yes No Someti me Often
11 10 3 3
40,74% 37% 11,11% 11,11%
7 17 3
0% 25,92% 62,96% 11,11%
Yes No Someti me Often
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |60
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… absent
Hasil dan Pembahasan
yesterday".
Segera
setelah
siswa
Peneliti mengumpulkan data tentang
melakukan kesalahan atau kesalahan di depan
dampak akuisisi bahasa pertama (L1) dari
guru, siswa yang kelas lebih tinggi dari mereka
akuisisi bahasa kedua (SLA) dalam berbicara
atau teman sekelas mereka, mereka akan
melalui observasi dan wawancara.
diingatkan atau diperbaiki langsung.
Berdasarkan pengamatan ke peserta,
Selain itu, wawancara dilakukan
ditemukan bahwa sebagian besar dari mereka
oleh peneliti untuk 14 siswa bahwa mereka
digunakan untuk berbicara bahasa Inggris
dipilih
dalam seminggu bahasa Inggris. Selain itu,
random sampling dan 7 siswa diwawancarai
tidak hanya dalam seminggu bahasa Inggris
dari
mereka berlatih bahasa Inggris, tetapi beberapa
wawancara, ditemukan bahwa dampak akuisisi
dari mereka juga menggunakan bahasa Inggris
bahasa pertama (L1) dari akuisisi bahasa
dalam seminggu Arab jika teman-teman atau
kedua (SLA) dalam berbicara yang diproduksi
guru mereka berbicara dalam bahasa Inggris.
oleh beberapa mahasiswa tahun pertama di
Sementara, semua siswa yang tinggal di
SMU Al-Falah disebabkan oleh beberapa
asrama dan mereka memiliki banyak kegiatan
faktor
di sekitar lingkungan pesantren, sehingga
menguasai
siswa harus berbicara dalam bahasa formal.
kurangnya informasi tentang bahasa Inggris
Ada bahasa Inggris bahwa siswa harus berlatih
(gaya bahasa, penggunaan kata-kata, dll), yang
bahasa Inggris dalam seminggu bahasa Inggris
tidak terbiasa berlatih pola yang benar dan
dan bahasa Arab bahwa siswa harus berlatih
dipengaruhi oleh kebiasaan Indonesia sebagai
Arab dalam seminggu Arab. eaking observasi
bahasa nasional atau Aceh sebagai bahasa
melalui dan wawancara.
bahasa ibu mereka. Hal itu terjadi karena
Selama
menggunakan
masing-masing
yang
kelas.
berbeda, kosakata
purposive
Berdasarkan
seperti atau
tata
kurangnya bahasa,
peneliti
mereka telah menguasai Indonesia dengan
menemukan bahwa dampak bahasa pertama
baik dan sementara bahasa Inggris bukan, atau
pada bahasa kedua yang dihasilkan oleh siswa
ketika mereka belajar kebiasaan baru yang
ketika mereka cenderung mengadopsi bahasa
lama akan gangguan yang baru. Selain itu,
ibu mereka dan digunakan struktur Indonesia
ketika peserta didik Aceh dimaksudkan untuk
ketika
Ini
belajar bahasa Inggris sebagai bahasa baru,
menyebabkan oleh beberapa siswa yang
otomatis proses pembelajaran bahasa Inggris
berbahasa Inggris tidak sadar dan tidak tahu
akan mengganggu Aceh.
berbicara
pengamatan,
dengan
bahasa
Inggris.
atau lupa pengetahuan tentang struktur bahasa
Peneliti juga mewawancarai siswa
Inggris. Seperti, mereka mengatakan " I am
untuk solusi untuk menghindari dampak
understanding what you are meaning" dalam
bahasa pertama yang akuisisi bahasa kedua.
bahasa Inggris bukannya mengatakan " I
Kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa
understand what you mean", " she absent
mereka
yesterday " bukannya mengatakan " she was
menyesuaikan dengan budaya dan perbedaan
ISSN 2086 – 1397
harus
membiasakan
untuk
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |61
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… antara
bahasa
Inggris
pemerintahan
Based on the data, that has been taken from
Indonesia karena keduanya berbeda. Mereka
students’ interview. The students faced some
juga
problems related to speaking while studying at
mengatakan
dan
bahwa
mereka
harus
menguasai banyak kosa kata dan tata bahasa.
the college. The English Department students
The section discuss the research finding
are have some difficulties in mastering
which has been introduced to previous section
speaking because they were lack of vocabulary
of this chapter, by maintaining the relevance
and lees knowledge of grammar. Vocabularies
with research question as presented in chapter
are important elements in language learning,
I, the research problem seek to describe the
when somebody wants to speak a language. He
students’ difficulties in mastering speaking
or she should know a number of vocabularies
skill. In this study research, the finding of the
to convey the meaning.
research can be proved from the students’
Grammar is an essential element, it is an
problem trough their difficulties in speaking
extremely important area in communication
from the questionnaire that have been given to
proficiency and it essentials as the rules of
the English students and supported by
wording to make meaningful utterances. In
interviewing the students who learned at
other word, students not able to speak English
second semester of English department. The
fluently
students has positive and negative answer, it
adequate vocabulary and lack of knowledge of
was know and chek whether the result of each
grammar. In addition, the students afraid of
instrument. So it could produce the validity of
making mistakes, the students were not brave
the data and could be clearly seen the
to speak because they felt afraid of making
accordance of researcher finding.
mistakes in speaking. In line with it, Brown
The
having
revealed that speaking of the English learning
learning to speak is anxiety that generated over
is difficult to be mastered, the students have
the risk of blurting thing out that are wrong,
some difficulties in speaking. Several factors
stupid
of the difficulties because the students lack of
statement, it could be understood that anxiety
vocabularies and less knowledge of grammar,
can make students reluctant to speak or feel
worried about making mistakes in speaking
difficult to speak because of feeling afraid in
and it make students feel hesitation and do not
making mistakes.
speak
the
without
(1996:225) state that one of the abstracted in
to
from
accurately
questionnaire
confident
data
and
fluently
in
English
language.
or
The
incomprehensible.
other
students
From
difficulties
this
in
speaking is because they were lack of self
The data gained from the interview with
confident to speak, it is caused by the less
English students indicated that she or he
opportunity to practice in daily activity. The
difficult to speak in English, their speaking
students did not have much chance to practice
was poor, although the teacher taught well to
English with their friends, family and have
make the students able ability in speaking.
motivation to speak in English, so the students
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |62
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… did not feel accustomed to speak. The situation
validitas data dan dapat dengan jelas melihat
led them to have lack of self confident to
sesuai temuan peneliti.
speak. The students’ constraints that were
Data dari kuesioner mengungkapkan
explained above are commonly experienced by
bahwa berbicara tentang belajar bahasa Inggris
other new students.
sulit untuk dikuasai, siswa memiliki beberapa
Based on all the data collected, the
kesulitan dalam berbicara. Beberapa faktor
factor influencing the students difficult in
kesulitan karena siswa kurang dari kosa kata
mastering speaking is because of two factors:
dan pengetahuan kurang dari tata bahasa,
linguistic factor and non linguistic factor of the
khawatir tentang membuat kesalahan dalam
students. Linguistic factors that become
berbicara dan itu membuat siswa merasa ragu-
students’ obstacles to speak in English. Based
ragu dan tidak percaya diri untuk berbicara
on the researchers’ personal experience it is
dengan fasih dalam bahasa Inggris.
likely that students find it difficult to express
Data diperoleh dari wawancara dengan
their ideas through speaking. Linguistic factors
siswa bahasa Inggris menunjukkan bahwa dia
such
of
atau dia sulit untuk berbicara dalam bahasa
understanding of grammatical pattern, and
Inggris, berbicara mereka miskin, meskipun
incorrect pronunciation that can become the
guru mengajar dengan baik untuk membuat
source of students’ obstacles and reluctance to
siswa mampu kemampuan dalam berbicara.
speak.
Berdasarkan data, yang telah diambil dari
as
lack
of
vocabulary,
lack
Bagian ini membahas hasil penelitian yang
telah
diperkenalkan
sebelumnya
dari
bab
ke ini,
wawancara siswa. Para siswa menghadapi
bagian
beberapa masalah yang berkaitan dengan
dengan
berbicara
sambil
belajar
di
kampus.
mempertahankan relevansi dengan pertanyaan
Departemen Bahasa Inggris siswa memiliki
penelitian yang disajikan dalam bab I, masalah
beberapa kesulitan dalam menguasai berbicara
penelitian berusaha untuk mendeskripsikan
karena mereka kekurangan kosa kata dan tata
kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
bahasa
berbicara. Dalam penelitian studi ini, temuan
merupakan
penelitian dapat dibuktikan dari masalah siswa
pembelajaran bahasa, ketika seseorang ingin
palung kesulitan mereka dalam berbicara dari
berbicara bahasa. Dia harus tahu beberapa
kuesioner yang telah diberikan kepada siswa
kosakata untuk menyampaikan makna.
bahasa
Inggris
dan
pengetahuan. elemen
Kosakata
penting
dalam
dengan
Tata bahasa merupakan elemen penting,
mewawancarai siswa yang belajar di semester
itu adalah daerah yang sangat penting dalam
kedua jurusan bahasa Inggris. Para siswa
kemampuan komunikasi dan Hal Penting
memiliki jawaban positif dan negatif, itu
sebagai aturan kata-kata untuk membuat
mengetahui dan chek apakah hasil dari setiap
ucapan-ucapan yang bermakna. Dengan kata
instrumen.
lain, siswa tidak mampu berbahasa Inggris
Sehingga
didukung
Lees
bisa
menghasilkan
dengan lancar dan akurat tanpa harus kosakata ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |63
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… yang memadai dan kurangnya pengetahuan
merasa sulit untuk mengekspresikan ide-ide
tentang tata bahasa. Selain itu, siswa takut
mereka melalui berbicara. Faktor linguistik
membuat
kesalahan,
seperti
berbicara
karena
siswa
tidak
berani
merasa
takut
pemahaman tentang pola tata bahasa, dan
melakukan kesalahan dalam berbicara. Sejalan
pengucapan yang salah yang dapat menjadi
dengan itu, Brown (1996: 225) menyatakan
sumber hambatan dan keengganan untuk
bahwa salah satu disarikan dalam belajar
berbicara siswa.
mereka
berbicara adalah kecemasan yang dihasilkan
kurangnya
kosakata,
kurangnya
Kesimpulan
atas risiko melontarkan hal bahwa salah,
Berdasarkan temuan di atas, peneliti
bodoh atau tidak bisa dimengerti. Dari
akan mentarik kesimpulan tentang dampak
pernyataan
bahwa
bahasa pertama terhadap akuisisi bahasa kedua
kecemasan dapat membuat siswa enggan
siswa tahun pertama di SMU Al-Falah,
berbicara atau merasa sulit untuk berbicara
kadang-kadang sebagian besar dari mereka
karena
menerjemahkan bahasa Indonesia sebagai
ini,
merasa
bisa
dipahami
takut
dalam
membuat
kesalahan.
bahasa pertama mereka ke dalam bahasa
Yang berbicara percaya
lain adalah
karena
dalam
Inggris sebagai bahasa kedua mereka karena
mereka
kurang
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah; pengaruh bahasa mereka sendiri (Indonesia)
disebabkan oleh kurang kesempatan untuk
atau bahasa ibu mereka (Aceh), yang tidak
berlatih dalam kegiatan sehari-hari. Para siswa
terbiasa dengan bahasa Inggris, Kurangnya
tidak memiliki banyak kesempatan untuk
penguasaan
berlatih bahasa Inggris dengan teman-teman
Kurangnya informasi tentang bahasa Inggris.
mereka, keluarga dan memiliki motivasi untuk
Dengan
berbicara dalam bahasa Inggris, sehingga
mempengaruhi perbedaan bahasa dan bahasa
siswa tidak merasa terbiasa untuk berbicara.
yang
Situasi
untuk
penguasaan tata bahasa dan kosa kata, adalah
untuk
faktor yang mempengaruhi peserta didik
berbicara. Kendala siswa yang dijelaskan di
dalam menerjemahkan bahasa pertama ke
atas sering dialami oleh siswa baru lainnya.
bahasa kedua.
ini
untuk
siswa
itu
memiliki
diri
kesulitan
berbicara,
menyebabkan
kurangnya
Berdasarkan dikumpulkan,
mereka
percaya
semua
faktor
yang
hal
diri
data
yang
mempengaruhi
kosakata
demikian,
menjdi
target
dan
tata
faktor-faktor
pertama,
bahasa,
di
atas
kurangnya
As the result of this research, the factors that
influenced
students’
difficulties
in
siswa sulit dalam menguasai berbicara adalah
speaking are: linguistic factor and non
karena dua faktor: faktor linguistik dan faktor
linguistic factor, the students do not trying to
non linguistik siswa. Faktor linguistik yang
speak in English in their daily activity and it
menjadi kendala siswa untuk berbicara dalam
also causes of their environment background
bahasa
of the students. However, the students have
Inggris.
Berdasarkan
pengalaman
pribadi peneliti kemungkinan bahwa siswa ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |64
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… minimal exposure to the target of language and
latar belakang lingkungan mereka dari para
lack interaction with native speaker.
siswa. Namun, para siswa memiliki eksposur
However, in learning to speak a foreign language requires more than knowing its
minimal untuk target bahasa dan kekurangan interaksi dengan penutur asli.
grammatical and semantic rule. The students
Namun, dalam belajar berbicara bahasa
must acquire the knowledge of how native
asing membutuhkan lebih dari mengetahui
speakers use the language in the context of
aturan tata bahasa dan semantik nya. Para
structured interpersonal exchange. It makes
siswa harus memperoleh pengetahuan tentang
students motivated in learning language and
bagaimana penutur asli menggunakan bahasa
the main factors which affect students’
dalam konteks pertukaran interpersonal yang
performance in speaking English fluently.
terstruktur. Itu membuat siswa termotivasi
They are scared about committing mistakes
dalam bahasa belajar dan faktor-faktor utama
while they speak. They cannot also express
yang mempengaruhi kinerja siswa dalam
themselves well or adequately because they
berbicara
lack adequate and appropriate vocabulary.
Mereka takut tentang melakukan kesalahan
Another factor that makes students to
bahasa
Inggris
dengan
lancar.
saat mereka berbicara. Mereka tidak bisa juga
hesitate to speak in English is that they are shy
mengekspresikan
diri
dengan
baik
atau
and nervous. They feel fearful to speak
memadai karena mereka tidak memiliki kosa
English in front of other people because they
kata yang memadai dan tepat.
lack confidence about their own competence in
Faktor lain yang membuat siswa untuk
English. So, it is important to help the learners
ragu-ragu untuk berbicara dalam bahasa
overcome their anxiety, nervousness and fear
Inggris adalah bahwa mereka malu dan gugup.
with encouraging words.
Mereka merasa takut untuk berbicara bahasa
Sebagai hasil dari penelitian ini, faktor-
Inggris di depan orang lain karena mereka
faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa
kurang
dalam berbicara adalah: faktor linguistik dan
mereka sendiri dalam bahasa Inggris. Jadi,
faktor non linguistik, siswa tidak mencoba
penting
untuk berbicara dalam bahasa Inggris dalam
mengatasi kecemasan mereka, gugup dan takut
kegiatan sehari-hari dan juga menyebabkan
dengan mendorong kata-kata.
ISSN 2086 – 1397
percaya
untuk
diri
tentang
membantu
kompetensi
peserta
didik
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |65
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… Daftar Pustaka
Aitchison, Jean. 1993. Linguistics, U.S.A.: NTC Publishing Group. Ary, D. 2002. Instruction to Research in Education. (3rd Edition). New York:Holt, Rinehart and Winston. Al-Kufaisi, Aidil. 1988. A Vocabulary Buildings Program is Necessary not a Luxury. English Teaching Forum XXVI Number. Baghdad: Al-Muntasyariah University. Brown, H. 1980. Princinple and Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs, N.J.:PrenticeHall. Brown, H. Douglas. 2004. Language Assassement, New York, Longman.uistics. Burns, Anne. 1998. Teaching Speaking. Annual Review of Applied Ling Depdiknas. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Bahasa Inggris Sekolah Menengah Atas dan MadrasahAliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum. Dulay, Heidi., Burt, Mariana., Krashen Stephen. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press. Ellis, Rod. 1986. Understanding Second Language Acquisition. Second Impression. Walton Street: Oxford University Press. Huda, Nuril. n.d. Language Learning and Teaching: Issues and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher. Margono, S. 2005. Metode Penelitian. Cetakan IV, Jakarta. Rineka Cipta. Mifflin, Houghton. n.d. The Heritage Illustrated Dictionary of the English Language. Volume II, Boston, Atlanta, Dallas, Geneva, Illinois, Hopewell, New Jersey, Palo, Alto. Nikelas, Syahwin. 1988. Pengantar Linguistik untuk Guru Bahasa. Jakarta: Depdikbud. Norrish, John. 1983. Language Lerners and Their Error. Hongkong: The Macmillan press Limited. Nunan, D. 1999. Second Language Teaching and Learning. University of Hongkong, Henle and Henle Publisher. Oller, Jr. John W. 1979. Language Test at School. Longman University of New Mexico, Albuquerque. Richards, Jack C. 2008. Teaching Listening and Speaking: From Theory to Practice. Cambridge University Press, USA. Richards, Jack C. and Willy A. Renandya. 2003. Methodology in Language Teaching. Cambridge University Press. Richard, Jack. Plat, John and Weber, Heidi. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. England: Longman Group Limited. Rivers, Wilga M. 1981. Teaching Foreign Language Skill. Chicago: The University Press.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |66
Sri Wahyuni, Peningkatan Kemampuan Membaca… Salasi, R. 2001. Statistika Dasar. Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Keguruan dan Ilomu Pendidikan. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala. Schuman, J. 1978. The Pidginization Process:A Model for second Language Acquisition. Rowley, Mass.: Newbury House. Simon and Schuster. 1972. Webster’s New Twentieth Century Dictionary of English Language Unabridged. Second Edition. Deluxe Color. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Surachmad, Winarno. 1990. Manajemen Penelitian. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Tarigan, Henry Guntur and Tarigan, Djago. n.d. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa Webster, Noah. 1980. Webster’s New Twentieth Century Dictionary of English Language Unabridged. Second Edition. The United State of America: William Collin Publisher, inc. Webster World University Dictionary. 1965. Illustrated Encyclopedic. Washington: Publisher Company Inc. W. Best, John. 1993. Research in Education. Simon and Schuster, USA.
ISSN 2086 – 1397
Volume VI Nomor 2. Juli – Desember 2015 |67