Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
Pengaruh Bagan Terhadap Keberadaan Hiu Paus (Rhincodon typus) Di Perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) Provinsi Papua Effect of Lift Net on Piracy of Whale Shark (Rhincodon typus) in Kwatisore Waters, Cenderawasih Bay National Park (CTNP) Papua Province Sampari S. Suruan1*, Mohammad M. Kamal2, Rahmat Kurnia2, dan Roni Bawole3 1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, 2 Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor 3 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Papua. *
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di perairan Kwatisore, Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), Provinsi Papua. Pengamatan lapangan dilakukan selama 4 bulan, mulai September sampai Desember 2016. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi kemunculan hiu paus disekitar bagan dan mengetahui pengaruh bagan terhadap perubahan pola makan hiu paus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi langsung yang dibagi ke dalam 2 waktu pengamatan yaitu pengamatan secara langsung oleh peneliti antara pukul 06.00-17.59 WIT dan pengamatan secara tidak langsung oleh nelayan bagan antara pukul 18.00-05.59 WIT. Data akan di analisis menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hiu paus hampir muncul pada semua bagan. Hal ini dikarenakan bagan merupakan tempat mencari makan dan bermain untuk ikan ini. Pengaruh kemunculan hiu paus dikarenakan faktor hasil tangkapan ikan teri yang merupakan makanan hiu paus selain plankton. Kemunculan hiu paus lebih tinggi saat pengamatan tidak langsung, dibandingkan dengan pengamatan langsung yaitu 67% : 33%. Ikan ini terlihat muncul juga pada pukul 20.00-22.00 WIT dan paling sering muncul pada pukul 04.00-06.00 WIT. Hiu paus lebih sering makan secara vertikal di permukaan perairan, dibandingkan secara dinamis di kolom perairan dengan mengejar segerombolan plankton atau teri. Pengelolaan hiu paus perlu dilakukan, karena ikan ini sudah masuk kategori teramcam punah. Kata kunci: R. typus, Bagan, Kwatisore, Papua Abstract The research was conducted in the waters of Kwatisore, Cenderawasih Bay National Park (CTNP) Papua Province. Field observations were conducted for 4 months, from September to December 2016. The objective of study was to identify the occurrence of whale sharks around the lift net and determine the effect of lift net on changes in whale sharks diet. Data was collected by direct observation method which was divided into 2 observation time which was observation directly by the researcher between 06.00-17.59 WIT and observation indirectly by fisherman lift net between 18.00-05.59 WIT. The data will be analyzed using descriptive method. The results show that whale sharks almost appear on all lift net. This is because the lift net is a place to find food and playing for this fish. The influence of whale sharks is due to the catchment factor of whitebait, which is a whale shark food other than plankton. The occurrence of whale sharks was higher during indirect observation, compared with direct observation of 67%: 33%. This fish is seen appearing also at 20.00-20.00 WIT and most often appeared at 04.00.06-00 WIT. Whale sharks often feed vertically on the surface of waters, compared dynamically in the water column by chasing a swarm of plankton or anchovies. Management of whale sharks needs to be done, because these fish are already categorized as extinct. Keywords: Whale shark, Lift net, Kwatisore, Papua
69 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
PENDAHULUAN
laut adalah Kabupaten Nabire. Kabupaten
Latar Belakang
Nabire terdapat beberapa perairan yang sering
Bagan merupakan salah satu alat
digunakan
sebagai
lokasi
tangkap yang terdapat di Indonesia dan
penangkapan ikan. Lokasi yang merupakan
mulai diperkenalkan di Indonesia sejak
sasaran utama daerah penangkapan adalah
tahun 1950-an dan sudah mengalami banyak
Perairan Kwatisore. Perairan ini termasuk
perubahan, mulai dari bagan tancap, bagan
dalam kawasan Taman Nasional Teluk
rakit sampai pada bagan perahu (Unar 1978).
Cenderawasih,
Bagan apung termasuk dalam alat tangkap
berbagai sumberdaya hayati laut, mulai dari
yang
dan
ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang
dioperasikan pada malam hari dengan
sampai pada keanekaragaman spesies ikan.
menggunakan cahaya lampu untuk menarik
Selain ikan, perairan ini juga terdapat
ikan. Cahaya lampu merupakan suatu bentuk
berbagai macam jenis mamalia seperti
alat bantu secara optik yang digunakan untuk
Dugong, Lumba-lumba, Paus dan Penyu.
menarik
ikan.
Diduga bahwa perairan Kwatisore memiliki
Sejak waktu lama metode ini telah diketahui
karakteristik habitat yang cocok untuk
secara efektif di perairan air tawar maupun
perkembangbiakan
di laut, untuk menangkap ikan secara
berbagai jenis ikan dan mamalia laut. Hal
individu
bergerombol.
yang megejutkan adalah salah satu ikan hiu
Kegunaan cahaya lampu dalam metode
terbesar di dunia yaitu hiu paus (Rhincodon
penangkapan ikan adalah untuk menarik
typus) atau biasa dikenal dengan sebutan
ikan, serta mengkonsentrasikan dan menjaga
Whale shark juga menjadikan perairan
agar ikan tetap terkonsentrasi dan mudah
Kwatisore sebagai tempat mencari makan
ditangkap (Notanubun dan Patty 2010).
dan bertumbuh sepanjang tahun.
menggunakan
dan
jaring
angkat
mengkonsentrasikan
maupun
secara
dikarenakan
dan
memiliki
pertumbuhan
Alat tangkap bagan perahu sendiri
Ikan hiu paus (Rhincodon typus, Smith
hampir tesebar luas diseluruh Indonesia.
1828) hingga saat ini masih dianggap
Salah satu Kabupaten di Provinsi Papua
sebagai world’s species (spesies dunia) yang
yang juga menggunakan alat tangkap bagan
mendiami
perahu sebagai mata pencaharian utama di
kebanyakan hidup di daerah beriklim hangat 70
Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
perairan
laut
tropis
dan
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
(Compagno 1984; Wolfson 1986; Taylor
bertepatan
dengan
1994; Colman 1997). Namun demikian
bagan terakhir, dimana hiu paus akan lebih
vertebrata akuatik terbesar di dunia ini dapat
tertarik
ditemukan di perairan temperate misalnya di
terkonsentrasi. Adapun dugaan lain bahwa
Selandia Baru yang muncul pada saat iklim
tingginya frekuensi kemunculan hiu paus
sedang hangat (Wolfson 1986; Paulin et al.
pada pagi sampai siang hari dikarenakan
1989;
karena
pengangkatan
bau
amis
ikan
jaring
yang
Colman
1997).
ketersediaan makanan yang cukup. Sehingga
terkait
dengan
penelitian lanjut perlu dilakukan untuk
peningkatan produktivitas primer perairan,
membuktikan keterkaitan antara keberadaan
pertumbuhan
bagan
terhadap
invertebrata dan hewan bentik, serta faktor-
Tujuan
dari
faktor lingkungan termasuk suhu, pola arus,
mengidentifikasi
kondisi cuaca dan angin merupakan faktor
disekitar bagan yang akan dihubungkan
utama penentu keberadaan hiu paus di suatu
dengan waktu pengamatan dan pengaruh
wilayah (Compagno 1984; Kamal et al.
bagan terhadap perubahan pola makan hiu
2016).
paus secara alami.
Stevens
Pergerakan
1994;
hiu
paus
plankton,
Wilayah
migrasi
pemijahan
hiu
paus
di
kemunculan penelitian
hiu ini
kemunculan
hiu
paus. adalah paus
Indonesia sampai saat ini adalah perairan Sabang, Probolinggo, Situbondo, Bali, Nusa
METODE PENELITIAN
Tenggara, Alor, Flores, Sulawesi Utara,
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 4
Maluku dan Papua.
bulan, yaitu pada Bulan September sampai
Hiu paus yang terdapat di perairan Kwatisore, Papua lebih sering muncul
Desember
disekitar bagan. Keterkaitan antara hiu paus
perairan Kwatisore Taman Nasional Teluk
dan bagan sangat erat. Menurut Suruan et al.
Cenderawasih (TNTC) Kabupaten Nabire
(2015) menyatakan frekuensi kemunculan
Provinsi
tertinggi hiu paus disekitar bagan terjadi
koordinat 03014’53.84” E dan 134056’26” S.
pada pukul 06.00-12.00 WIT. Tania et al.
Metode Pengambilan Data
(2013) menyatakan hiu paus paling banyak
2016. Lokasi penelitian di
Papua
Metode
teramati pada pukul 06.00-08.59 WIT yang
yang
yang
terletak
digunakan
dalam
dalam
penelitian ini yaitu metode observasi dan 71
Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
wawancara. Dimana tujuan dari observasi
dibantu oleh tenaga pemantau hiu paus
adalah melihat secara langsung objek yang
(TPHP), sedangkan pengamatan secara tidak
diteliti di lapangan yaitu kemunculan hiu
langsung dilakukan oleh setiap nelayan
paus disekitar bagan dan pengaruh bagan
bagan dengan mencatat setiap kemunculan
terhadap
paus,
hiu paus pada sebuah sheet data yang telah
sedangkan wawancara adalah metode yang
diberikan dari segi kemuncul berdasarkan
digunakan untuk menambah kelengkapan
waktu, yaitu dimulai dari pukul 18.00-05.59
data yang diperoleh dari nelayan bagan.
WIT. Ada pun Wawancara yang dilakukan
luka
pada
tubuh
hiu
terhadap
setiap
nelayan
bagan
untuk
Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian Di Perairan Kwatisore. Tanda kotak merah dan titik menunjukkan titik ditemukannya hiu paus disekitar Bagan.
mengetahui tren kemunculan hiu paus pada
Prosedur Pengumpulan Data Pemantauan hiu paus dilakukan secara
saat tidak terlihat
visual sensus yaitu setiap hari senin sampai jumat
pada
dilakukan
setiap
secara
bagan. langsung
Analisis Data
Pengamatan dan
Hasil
observasi
lapangan
akan
tidak
dianalisis secara deskriptif yaitu data akan
langsung, dimana pengamatan langsung
ditabulasi dan ditampilkan dalam bentuk
dimulai dari pukul 06.00-18.00 WIT dan
gambar dengan bantuan Microsoft Exel 2007 72
Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
Pemantauan dilakukan pada setiap
sebagai software yang digunakan untuk
bagan,
menganalisis data.
dikarenakan
bagan
merupakan
wadah yang dijadikan oleh hiu paus di HASIL DAN PEMBAHASAN
perairan Kwatisore untuk mencari makan
Frekuensi Pemantauan Pada Bagan
dan bermain. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan
Bagan yang beroperasi di perairan
di
lapangan
bagan
juga
Kwatisore (TNTC) berjumlah 25 unit
beroperasi tepat pada zona tradisional yang
bagan. Pemantauan hanya dilakukan pada
merupakan tempat bermainnya hiu paus
24 unit bagan yang beroperasi di perairan
dengan kondisi substrat pasir berlumpur dan
Kwatisore dengan frekuensi pemantauan
beberapa lokasi terdapat ekosistem terumbu
134 kali. Setiap bagan beroperasi hampir
karang, dengan kedalam saat surut 25-35 m,
setiap hari. Namun, ada beberapa bagan
sedangkan saat pasang 50-65 m. Taylor dan
yang
tergantung
Pearce (1999), mengatakan agregasi telur
keberadaan bulan yaitu bulan gelap dan
dan zooplankton tersebar secara luas oleh
bulan terang. Dimana bagan lebih banyak
arus di sepanjang daerah karang. Distribusi
beroperasi disaat bulan gelap dibandingkan
hiu paus teramati dengan baik di daerah
dengan bulan terang. Berdasarkan hasil
pesisir di mana agregasinya adalah untuk
wawancara dengan nelayan bagan, hal ini
mencari makan makan (Heyman et al. 2001,
dikarenakan pada bulan gelap ikan lebih
Wilson et al. 2001, de la Parra Venegas et
terfokus pada cahaya lampu bagan (fototaxis
al. 2011, Rowat et al. 2011). Namun, ini
positif), sehingga hasil tangkapan akan lebih
adalah studi secara spasial untuk mengukur
banyak dibandingkan dengan melakukan
daerah kesesuaian tertinggi dan potensi
pengoperasian pada bulan terang yang
biotik serta abiotik yang terkait dengan
hanya mendapatkan hasil tangkapan sedikit.
distribusi regional.
Cahaya
Kemunculan Hiu Paus Di Bagan
sering
bulan
beroperasi
sangat
mempengarui
distribusi ikan pelagis untuk menyebar di perairan. sehingga ikan tidak terfokus pada cahaya bagan karena pengruh cahaya bulan.
73 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
Gambar 2 Frekuensi Pemantauan Pada Setiap Bagan. Hiu paus yang terdapat di perairan Kwatisore,
hampir
paus hampir ditemukan pada seluruh bagan
sepanjang tahun. Kemunculan hiu paus
yang berada di perairan Kwatisore. Namun,
sangat
keberadaan bagan.
kemunculan hiu paus sangat berbeda disetiap
Dimana bagan merupakan salah satu wadah
bagan. Pengaruh kemunculan hiu paus
yang dijadikan oleh ikan ini untuk bermain
dikarenakan faktor hasil tangkapan ikan teri.
dan
sendiri
Hiu paus lebih sering muncul pada bagan
merupakan alat tangkap yang digunakan
yang memiliki hasil tangkapan ikan teri lebih
untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil
banyak, dibandingkan dengan bagan lainnya
seperti ikan teri yang merupakan target
yang hanya mendapatkan hasil tangkapan
utama hasil tangkapan. Ikan teri merupakan
sedikit. Diperkirakan bahwa pergerakan hiu
ikan yang dijadikan sebagai makanan utama
paus
bagi hiu paus di perairan Kwatisore dan
produktivitas
masih
ukuran
perubahan perilaku makan yaitu dengan
makannya selain plankton. Hal ini membuat,
melihat segerombolan plankton atau ikan teri
hiu paus sering muncul disekitar bagan
(Wilson et al. 2001). Namun, ada juga hiu
untuk mencari makan setiap saat. Terlihat
paus yang sering ditemukan pada beberapa
erat
kemunculannya
jelas pada Gambar 2 bahwa kemunculan hiu
dengan
mencari
masuk
makan.
dalam
Bagan
kategori
bertepatan
74 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
lokal,
dengan sehingga
peristiwa terjadi
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
bagan yang tidak mendapat hasil tangkapan
lapisan
plankton
tersebut
adalah
krill
saat melakukan penangkapan.
latiforns P. (Taylor 2007). Sehingga, dapat dikatakan bahwa hiu paus bukan hanya
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nelayan bagan, hiu paus terkadang
sekedar
hanya bermain atau melintas dan tidak
pergerakan makan secara horizontal di
melakukan
kolom perairan pada kedalaman tertentu.
aktivitas
makan.
Hasil
ini
melintas,
namun
melakukan
dibuktikan dengan tingkah laku makan hiu
Compagno
(1984)
menyatakan
bahwa
paus di perairan Kwatisore lebih dominan
mekanisme
makan
hiu
dengan
secara vertikal disekitar bagan, dibandingkan
menghisap dan menyaring (filter feeder)
dengan pola makan hiu paus secara dinamis
lebih
di kolom perairan. Namun, pada penelitian
menyaring secara dinamis pada setiap
lain melaporkan bahwa, pada tanggal 23
kisaran makanan yang ingin di makan.
fleksibel
dari
paus
pada
mekanisme
Gambar 3 Frekuensi Kemunculan Hiu Paus Di Bagan
April 1992, pukul 20.30 h lapisan plankton
Kemunculan
diamati pada kedalaman 8 sampai 10 m yang
Waktu Pengamatan
Hiu
Paus
berdasarkan
terdeteksi oleh echo sounder yang di pasang
Pengamatan kemunculan hiu paus
pada kedalaman 25 m dari permukaan
berdasarkan waktu dilakukan atas 2 tipe
perairan.
untuk
pengamatan, yaitu pengamatan langsung
memotret lapisan plankton dan ternyata
yang dimulai dari pukul 06.00-18.59 WIT
Tiga
penyelam
turun
75 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
oleh peneliti dan pengamatan tidak langsung
juga sering terlihat muncul pada pukul
yang dimulai pukul 19.00-05.59 WIT oleh
20.00-22.00 WIT dan paling sering muncul
nelayan bagan.
pada pukul 04.00-06.00 WIT, dimana saat
Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemunculan hiu paus setiap
mereka melakukan pengangkatan jaring.
waktunya. Berdasarkan hasil presentase
Pendapat di atas membuktikan bahwa,
pengamatan langsung dan tidak langsung,
hiu paus bukan hanya terlihat saat pagi
kemunculan hiu paus lebih tinggi saat
sampai sore hari saja. Tetapi hiu paus juga
pengamatan tidak langsung, dibandingkan
mencari makan pada malam hari ketika
dengan pengamatan langsung, yaitu 67% :
hadirnya zooplankton dan ikan-ikan kecil
33%. Tania et al. (2013) mengatakan bahwa
disekitar bagan. Taylor (2007), mengatakan
hiu paus paling banyak teramati pada pukul
perilaku makan aktif hiu paus adalah pada
06.00-08.59 WIT, yang bertepatan dengan
waktu senja dan di malam hari, tetapi
pengangkatan jaring bagan terakhir sehingga
terkadang terlihat pada siang hari ketika
hiu paus akan lebih tertarik karena bau amis
kawanan krill dalam jumlah yang besar
ikan yang terkonsentrasi. Wawancara juga
muncul ke permukaan. Pengamatan yang
dilakukan terhadap beberapa nelayan bagan
dilaporkan di sini adalah hiu paus di
dan mereka mengatakan bahwa hiu paus
Ningaloo
yang
makan
di
permukaan
Gambar 4 Presentase Kemunculan Hiu Paus berdasarkan Waktu Pengamatan
76 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
perairan selama senja dan malam hari ketika
sebenarnya pola makan utama hiu paus ada
terjadi migrasi vertikal plankton. Kejadian
secara
ini menarik hiu paus muncul ke permukaan.
Pendugaan pola makan hiu paus berubah
Hasil ini dilaporkan berdasarkan survey
secara vertikal dikarenakan ikan teri yang
akustik dan tag data yang dikumpulkan di
merupakan salah satu makanan hiu paus
Ningaloo (Gunn et al. 1999).
sering di tangkap oleh nelayan bagan.
dinamis
Pengaruh
di
keberadaan
kolom
bagan
perairan.
terhadap
kemunculan hiu paus sangatlah erat. Hal ini
Pola Makan Hiu Paus Disekitar Bagan Pengamatan pola makan hiu paus
secara tidak langsung merubah pola makan
disekitar bagan sangat bervariasi. Hiu paus
hiu paus secara dinamis
yang sering
di perairan Kwatisore memiliki pola makan
dilakukan saat berenang sambil membuka
Gambar 5 Pola Makan Hiu Paus secara Vertikal
secara vertikal (Gambar 5) dibandingkan
mulut
secara dinamis di kolom perairan. Namun,
plankton atau ikan teri. Hiu paus sangat
untuk
77 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
menyaring
segorombolan
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
bergantung terhadap makanan utamanya
scuba diving, dan termasuk wisata yang
yaitu plankton yang sering berada tepat di
memanfaatkan ikan hiu paus sebagai obyek
bawah permukaan perairan dan atau di
utama. Wisata ini memberikan kesempatan
permukaan perairan. Hiu paus menghabiskan
untuk manusia dan hiu paus bertemu secara
sebagian besar waktunya di siang hari/jam
langsung. Beberapa perairan dunia seperti
dan berenang tepat di permukaan atau tepat
Ningaloo Reef di Australia Barat, Kepulauan
di bawah permukaan perairan yang kaya
Galapagos, pulau-pulau di Laut Andaman
akan
makan.
pantai barat Thailand dan Laut Cortez serta
dalam
Baja California di Pasifik timur (Wilson et
menanggapi arus upwelling yang membawa
al. 2005), merupakan lokasi-lokasi di mana
air yang kaya akan nutrisi dan banyak
hiu paus menjadi objek wisata komersial.
menghasilkan
berlimpah
Kegiatan ini yang secara langsung dapat
(Merino 1997; Pérez et al. 1999; Zavala-
berinteraksi dan menyentuh ikan tersebut.
Hidalgo et al. 2006; Cardenas-Palomo
Menurut
2007). Pada pengamatan lain, hiu paus
dikhawatirkan mengganggu kenyamanan hiu
diamati secara vertikal di dalam air sambil
paus, baik dari segi tingkah laku maupun
menghisap makanan yaitu segerombolan
ekologinya. Berdasarkan fakta-fakta di atas,
ikan teri (Engraulis australis) di Whale
maka
Island, Bay of Plenty (Duffy 2002).
(IUCN) memasukkan ikan bertulang rawan
plankton
Agregasi
ini
untuk
mencari
tampaknya
plankton
terjadi
yang
Colman
the
World
(1997)
keadaan
Conservation
ini
Union
ini ke dalam daftar merah (Red List) IUCN, Rekomendasi Pengelolaan Bagan
dan memberikan status konservasi EN
Pengelolaan merupakan aspek kunci
(endangered,
genting
atau
terancam).
dalam menjaga suatu sumberdaya agar tetap
Beberapa negara seperti India, Maladewa,
ada dan berkelanjutan. Untuk hiu paus,
Australia,
pengelolaan
penting,
Serikat, dan Honduras telah melakukan
karena ancaman bagi ikan ini sangat besar.
berbagai upaya perlindungan hiu paus
Ancaman
lainnya
semakin
(Fowler and Cavanagh 2001; Chen and
tumbuhnya
pariwisata
kelautan
Phipps 2002). Indonesia sendiri melalui
berbasis alam baik rekreasi, snorkling dan
KepMen KP No. 18 Tahun 2013, telah
merupakan
aspek
adalah sektor
78 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Filipina,
Malaysia,
Amerika
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
2. Pengelolaan jumlah bagan nelayan yang
melakukan perlindungan penuh terhadap hiu Teluk
merupakan tempat dimana hiu paus sering
Cenderawasih (TNTC) Papua, melalui Surat
mencari makan. Karena semakin banyak
Keputusan Kepala Balai Besar Taman
bagan, akan berdampak pada hilangnya
Nasional
sifat alami ikan ini (mengubah pola makan
paus.
Di
SK.218
Taman
Teluk
Nasional
Cenderwasih
Nomor:
/BBTNTC-1/Um/2013
mengenai
hiu paus secara alami). 3. Perlu review atau revisi zonasi terutama
Standar Operasional Prosedur Wisata Hiu Teluk
untuk ‘zona pemanfaatan tradisional’ yang
Cenderawasih. Hal ini merupakan petunjuk
merupakan tempat hiu paus biasa muncul
operasional teknis baku untuk berinteraksi
atau terlihat. Hal ini dilakukan dalam
dengan hiu paus di TNTC baik bagi
meningkatkan frekuensi kemunculan hiu
pengunjung,
paus di perairan Kwatisore.
Paus
di
Taman
Nasional
operator
wisata
dan
4. Adanya studi lanjut dengan melibatkan
kapal/perahu (Balai Besar Taman Nasional
perguruan tinggi/otoritas ilmiah lainnya,
Teluk Cenderawasih 2009) bukti
mengenai hubungan antara hasil tangkapan
perlindungan di atas dan hasil penelitian ini,
ikan teri dan frekuensi kemunculan hiu
maka dapat ditarik beberapa rekomendasi
paus.
Berdasarkan
beberapa
yang perlu dilakukan dalam melakukan
5. Pengoperasian bagan harus sesuai dengan
suatu upaya pengelolaan bagan terhadap
surat ijin usaha penangkapan (SIUP) yang
keberadaan hiu paus di Perairan Kwatisore,
dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Ilmu
TNTC
Kelautan Kab. Nabire, Papua, Indonesia
Provinsi
Papua.
Rekomendasi
tersebut adalah sebagai berikut; 1. Diperlukan pengkajian secara time series
KESIMPULAN DAN SARAN
dalam menentukan komposisi dan sebaran
Kesimpulan
hiu paus di perairan Kwatisore, serta
1. Hampir kemunculan hiu paus terjadi di
frekuensi kemunculannya setiap waktu di
semua bagan yang beroperasi di perairan
sekitar bagan.
Kwatisore.
2. Waktu kemunculan hiu paus disekitar bagan lebih dominan saat pengangkatan 79 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
jaring terakhir bagan, yaitu pada pukul
Saran
04.00-06.00 WIT. Dimana hiu paus tertarik
Hiu
dengan bau hamis ikan disekitar bagan.
pemanfaatan tradisional/sekitar bagan, dan
paus
banyak
ditemukan
di
zona
3. Ketersediaan bagan di perairan Kwatisore
telah meningkatkan potensi wisata bahari.
mempengaruhi perubahan pola makan hiu
Diperlukan strategi, aturan dan pengelolaan
paus secara alami.
yang tepat untuk kegiatan ekowisata berbasis masyarakat, agar kegiatan bagan maupun wisata tidak berdampak terhadap populasi, sebaran maupun tingkah laku hiu paus.
DAFTAR PUSTAKA shark species known to date. Parts 1 and 2.FAO Fisheries Synopsis 125. Rome, FAO. de la Parra Venegas R, Hueter R, González Cano J, Tyminski J and others. 2011. An unprecedented aggregation of whale sharks, Rhincodon typus, in Mexican coastal waters of the Caribbean Sea. PLoS ONE 6:e18994 Duffy CAJ. 2002. Distribution, seasonality, lengths, and feeding behaviour of whale sharks (Rhincodon typus) observed in New Zealand waters. N.Z. J. Mar. Freshw. Res. 36, 565– 570. Fowler S, Cavanagh R. 2001. CITES update. Shark News 13: 9. (IUCN Shark Specialist Group.). Gunn JS, Stevens JD, Davis TLO, Norman BM. 1999. Observations on the shortterm movements and behaviour of whale sharks (Rhincodon typus) at Ningaloo Reef Western Australia. Mar. Biol. 135, 553–559. Heyman WD, Graham RT, Kjerfve B, Johannes RE. 2001. Whale sharks
Balai
Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih [BBTNTC]. 2009. Buku Data dan Analisa dalam Rangka Zonasi Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Balai Besar Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Manokwari : BBTNTC Cárdenas-Palomo N, Herrera-Silveira J, Reyes O. 2010. Spatial and temporal distribution of physicochemical features in the habitat of whale shark Rhincodon typus (Orectolobiformes: Rhincodontidae) in the North of Mexican Caribbean. Rev Biol Trop 58: 399–412. Chen VY, Phipps MJ. 2002. Management and Trade of Whale Sharks in Taiwan. A TRAFFIC East Asia Report:1-35. Colman JG. 1997. A review of the biology and ecology of the whale shark. J. Fish Biol. 51, 1219–1234 Compagno LJV. 1984. FAO species catalogue 4. Sharks of the world: an annotated andillustrated catalogue of 80
Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 6 No.2, Juni 2017
Tania C, Sumolang K, Wijonarno A. 2013. Pengamatan Insidental di Taman Nasional Teluk Cenderawasih. Laporan Pengamatan. Wasior. vi+16 hal. Taylor JG, Pearce AF. 1999. Ningaloo Reef currents: implications for coral spawn dispersal, zooplankton and whale shark abundance. J. R. Soc. West. Aust. 82, 57–65. Taylor JG. 1994. Whale Sharks, the giants of Ningaloo Reef. Angus & Robertson, Sydney, 176 pp. Taylor JG. 2007. Ram filter-feeding and nocturnal feeding of whale sharks (Rhincodontypus) at Ningaloo Reef, Western Australia. Fish. Res. 84, 65– 70. Wilson SG, Taylor JG, Pearce AF. 2001. The seasonal aggregation of whale sharks at Ningaloo Reef, Western Australia: currents, migrations and the El Nino/Southern Oscillation. Environ. Biol. Fish. 61, 1–11. Wolfson FH. 1986. Occurrences of the whale shark Rhincodon typus Smith. In: Uyeno, T., Arai, R., Taniuchi, T., Matsuura, K. (Eds.), Indo-Pacific Fish Biology: Proceedings of the Second International Conference on Indo-Pacific Fishes. Ichthyological Society of Japan, Tokyo, pp. 208– 226. Zavala-Hidalgo J, Martínez B, Gallegos A, Morey SL, O’Brien JJ. 2006. Seasonal upwelling on the western and southern shelves of the Gulf of México, Ocean Dynam. doi:/10.1007/s10236-006-0072-3
Rhincodon typus aggregate to feed on fish spawn in Belize. Mar. Ecol. Prog. Ser. 215, 275–282. Merino L ed. 1997. El manejo forestal comunitario en México y sus perspectivas de sustentabilidad. México, D.F.: Universidad Nacional Autónoma de México. Notanubun J, Patty W. 2010. Perbedaan Penggunaan Intensitas Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Bagan Apung Di Perairan Selat Rosenberg Kabupaten Maluku Tenggara Kepulauan Kei. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Vol. VI-3, Desember 2010 Paulin C, Stewart A, Roberts C, McMillan, P. 1989.New Zealand fish: a complete guide. National Museum of New Zealand Miscellaneous Series No. 19. Wellington, GP Books. Perez-Martin J, et al. 1999. Phenotypic switching in Candida albicans is controlled by a SIR2 gene. EMBO J 18(9):2580-92 Rowat D, Brooks K, March A, McCarten C and others. 2011. Long-term membership of whale sharks (Rhincodon typus) in coastal aggregations in Seychelles and Djibouti. Mar Freshw Res 62:621−627 Smith A. 1828. Description of new, or imperfectly known objects of the animal kingdom, found in the south of Africa. S. Afr. Commercial Advertiser 145, 2. Stevens JD. 1994. Whale sharks at Ningaloo Reef, northern Western Australia. Chondros 5, 1–3. .
81 Diterima/Received: 1 Maret 2017 Diterima/Accepted: 12 Juni 2017