1'ElIIKANAN BAGAN PERAHU DAN 1'ENGEMBANGANNYA DI PERAIRAN TELUK BIMA
P12'31UM STUD1 IJEMANFAATANSUMBEPaAYA PERIKANAN FAKULTAS I ~ U K A N A NDAN rLMu KELAUTAN INSTITUT 1'ERTANIAN BOGOR 2008
FATfiUL BAIIRI. Perikanan Bagan Perahu dan Pengembanganuya di Perairan l'elulc Bim;~.Dibimbing oleh DINIAII PP1 13in1a merupakan satu-satunya tempat pendaratan ikan yang aktif di Telulc Binla dan pada tahun 2005 menghasilkan tangkapan mencapai 1.022,4 ton. Alat tangkap ymg dominan untuk menangkap ikan pelagis kecil di Perairan Teluk Billla adalah bagan perahu. sedangkan ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap . adalah iican teri. Ada ciua indram bagan perahu yang beroperasl. a1 . i-erairari Teiuic Binla yaitu bagan perahu petromak daii bhgan perahu listrik. Pcnelitian ini bertujuan inengllitiu~gangka potensi lestari ikan teri di Perairan Teluk Bima, n~engliilunganglta lceuntungan dari pengusahaan bagan perahu di Perairan Teluk Bima, serta menghitung jumlah unit periangkapan bagan perahu yang optimal diitembangltan berdasarkan angka potensi lestari dan aspek teknik I<esponden yang diwawancarai ditentukan secara purposif berjumlah 10 orang nelayan bagan perahu listrik dan 3 orang nelayan bagan perahu petromak. Aspek yang diteliti meliputi aspek teknis, bio-teknis dan aspek finansial, untuk ~nengetahuiprospelt pengembangan perikanan bagan perahu yang beroperasi di Perairan Teluk Bima. Secara teknik bagan perahu petrolnak dan bagan perahu listrik sedikit berbeda. Produktivitas bagan perahu listrik sebesar 29.250 kglunit lebih tinggi dibancling produktivitas bagan perahu petromak sebesar 1.412 kglunit. Nilai hasil tangltapan n~altsimumlestari ikan teri di Perairan Teluk Bima diperoleh sebesar 83.090 kgltahun dengan eflo~tlestari (foptimzin) sebesar 13.377 tripltahun. I
I'EIUICANAN BAGAN PERAHU DAN 1'ENGlCMBANGANNYA DI PERAIRAN TELUK BIMA
Sltripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh: Fathul Bahri C542102021
PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN l?AICULYAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
I'EIWATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
dengan ini saya inenyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
?%RIFCkNA?J '!SAGA?: ? PERAIRAN TELUIC BIMA
?
?EP?\!SE?~BANGA?!NYA D I
adalah benar n~erupaltanhasil karya saya sendiri dan belwn pernah diajukan dalam bentuk apapun ltepada perguruan tinggi manapun. Adapun sumber data dan informasi yailg berasal aiau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitlian dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
Fathul Bahri C54102021
Judul penditian
:
Perikanan Bagan Perahu dan Pengembangannya di Perairan Teluk Bima
Nsina niahasiswa
:
Fathul Bahri
NRP
:
C54102021
Disetujui : Komisi Pembiinbing, Pembimbing
Mengetahui
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDW Penulis dilahirkan di Bima, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 14 September 1984. Penulis lnerupakan anak kedua dari empat bersaudara putra Bapak Darwis dan Ibu Julaiha. Pada tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Raba dan melanjutkan studi di Program .Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan ilma Kelactaii, Instikt ?ertaniii,n Bogor melaltu jalur Undangan Seleksi Masuk P B (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pemah
menjadi anggota Departemen Minat, Bakat dan Keprofesian pada Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sunberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 20032004, dan pemah menjadi anggota Departemen Kewirausahaan pada himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2004-2005. Penulis juga aktif dalam organisasi Kelompok Pelaut (KOPEL) sebagai anggota Fishing Reseurclz Development periode 2005-2006, dan aiiggota Hutnan Research Development periode 2005-2006. Dalam menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian untuk penyusunan
skripsi
berjudul
"Perikanan
Bagan
Perahu
dan
Pengembangannya si Teluk Bima". Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Pemanfaatan Suinberdzya
-',.
n e,lhanafi
Fakultas Perikanan dan Illnu Kelautan Jnstitut Pertaniari Eogur pada
tasggal22 .L\gustus 2008.
PRAKATA Sluipsi ini berusaha menggambarkan tentang perikanan bagan peraliu yatig beroperasi di Perairan Teluk Bima. Hal-ha1 yang ditelaah adalah angks potensi lestari, keuntwgan yang didapat oleh pengusaha, serta jumlah unit penangkapan bagan perah11yang optimal untuk dikembangkan. Pada lcesenlpatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1) Ir. Diniah, h4.Si., sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahannya selama pemyusunan skripsi ini. 2) D r . . Muhammad Imron, M S . , wakil komisi peildidikan Departemen Penlanljatan S~umberdayaPerikanan. 3) Ir. Moch. Prihatna Sobari, MS dan Dr. Mustaiudin, ST. selaku penguji tamu atas arahan dan inasukannya. 4) Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota dan Kabupaten Bima atas segala
kemudahan yang telah diberikan. 5) Nelayan bagan perahu di Perairan Teluk Bima.
6) Keclua orang tualu, kaltak dan adikku tercinta atas dorongan dan do'anya. 7) C I . ~ laboratoriunl II~ TLI. 8) Teman-temiun PSP 39 atas semua dukungail dan bantuannya. 9) Semua piilak yang telal~nlenlbantu dalam penyusunan skripsi ini. l'cnulis inenyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempuma, sehingga penulis mengharapakan kritik dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanhat bagi semua pihak yang membutulkannya.
Bogor, Agustus 2008 Penulis
DAFTAR IS1
DAFTAK GAMBAR...................................................................................... 1.PENDAI.IULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 .I . L-. ".. ....s 1ujwan r e n c l l ~ ~ d ................................................................................ n 2 .. 1.3. Manfaat Penelit~an.............................................................................. 2
,.
2.TINJAUAN PUS'TAKA
. .
2.1. Deskrips1 Alat Tangkap ..................................................................... 2.2. Metode Pengoperasian Bagan ............................................................ 2.3. Lrunpu Sebagai Aktraktor .................................................................. 2.4. Daerah Penangkapan Ikan .................................................................. 2.5. 5lasil Tangkapan Bagan ...................................................................... 2.6. Slunberclaya Ikan Pelagis Kecil .......................................................... 2.7. Aspek-aspek Yang Berpengamh Dalam Pengembangan Perikanan . 2.7.1 Aspel
3 4 5 8 8 8 9 9 10 12
3.MKJ'ODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 3.2. Ahit .................................................................................................... .. "2.2. Metode Penel~t~an ............................................................................... 3.4. bletodz Pengumpulan Data ................................................................. 3.5. hletode Analisis Data ......................................................................... 3.5.1 Analisis Teltnik ......................................................................... 3.5.2 Analisis bio-teknik .................................................................... .. 3.5.3 hnallsls finansia: ....................................................................... 7 .
14 14 14 15 15 16 18 20
4. I<EAUAAN UPIUM LOKASI PENELITIAN
..
4.1 1Coiidls1unmm Wilayah ....................................................................... 21 4.1.1 Wilayah dan kependudukan .................................................. 21 4.1.2 Potensi perikanan dan kelautan .................................................. 21 4.2 ICeadaail Umum Perikanan Tangkap di Teluk Bima .......................... 22 4.2.1 Usalia pasca panen ...................................................................... 25 26 4.2.2 Kendala atall permasalahan ......................................................... 4.2.3 Peluang pengembangan perikanan tangkap ................................27 4.3 Potensi sumerdaya iltan dan daerahfishi~ggrounddi Perairan Bima . 28
5.IlASIL DAN PEMBAHASAN 5 .i Asgel
6 . IW. SIRIIPULAN DAN SARAN
30 30 35 35 36 37 38 41 42 45
DAFTAR TABEL halaman 1. Sebaran lumminasi cahiiya dan alat tangkap yang digunakan ............. 6 2. Potensi dan peiuang investasi perikanan tangkap di Kab. Biina rahun 2004 ............................................................................................22 3 . Jumlah alat tangkap bagan perahu di Kota Bima tahun 2000-2005 .... 23
4. Jumlah nelaym di Kota Bima tahun 2001-2005 .................................. 24 5. Rumah iangga perikanan (RTP) usaha perikanan tangkap di Kota Bima tahun 2001-2005 ........................................................... 26
6. Potensi sumberdaya ikan dan fislzing ground di perairan Bima ......... 29 7. Perbandingan aspek teknik bagan perahu listrik dengan bagan perahu petromak ..................................................................................
30
8. Produksi ikan teri di PPI Bima tahun 2001-2005 ................................ 36
9. Perkembangan produktivitas unit bagan perahu tahu 2001-2005 ......... 36 10. Perkembangan produktivitas nelayan baga perahu tahun 20012005................... . ............................................................................... 37 11. Tingkat pemanfaatan ikan ten di Teluk Bima tahun 2001-2005 ......... 41 12. Analisis finansial terhadap usah unit penangkapan bagan perahu ....... 43
DAFTAR GAMBAR halaman 1. Rancang bangun bagen pprahu petromak ............................................ 31 2. Rancang bangun bagan perahu listrik ............................................... 32
3. Perkembangan produksi ikan teri ..........................................................38
4 . Perkembangan effort penangkapan ikan teri ....................................... 38 5 Perkembangan CPUE penangkapan ikan teri .....................................
39
6 . Hubungan CPUE dan effori ................................................................ 40 .. 7. Hubungan antara hasil lestari ikan teri dengan upaya penangkapan .... 41 8. Alur pemasaran hasil tangkapan bagan perahu di Teluk Bima .............. 44
1 PENDAHULUAN 1.1 Latnr belalcang
Kabupaten Bima lnerupakan salah 'satu kabupaten yang berada di ujung timur wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Luas wilayah Kabupaten Bima mencapai 4.546,9 km2 dengan panjang garis pantai 146 krn (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima, 2004). Kegiatan perikanan di Kabupaten Bima didominasi oleh perikanan tangkap. Teluk Bilna merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan tangkap dari empa? teluk yang ada di Kabupaten Bima. PPI Bima merupakan satu-satunya tempat pendaratan iltan yang aktif di Teluk Bima dan pada tahun 2005 menghasilkan tangkapan mencapai 1.022,4 ton. Alat tangkap yang beroperasi di Teluk Bima biasanya menangkap ikan pelagis kecil. Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima pada tahun 2005, produltsi ikan pelagis kecil di Teluk Bima mencapai 3 16,9 ton. Ikan pelagis kecil yang di tangkap diantwanya layang, teri, kembung, lemuru dan ikan selar. Alat tangkap yaug menghasilkan tangkapan terbesar di Teluk Bima adalah bagan perahu, nlencapai
544,25 ton atau sebesar 53.23 % dari total hasil
tangkapan. Alat tangkap bagan perahu yang beroperasi di Teluk Bilna berjumlah 58 unit dengan ~nelibatkan2 - 4 nelayan per unit. Hasil tangkapan bagan perahu di Teluk Binla didominasi oleh teri sebanyak 81,9 (25,8 %) ton dengan nilai ekonolnis yang c ~ ~ k tinggi u p (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima 2005). Uraian di atas men~injukkanbahwa alat tangkap bagan perahu melniliki penganih yang sangat besar terhadap perkembangan perikanan tangkap di Teluk Binla. Kondisi tersebut secara lchusus akan belpengaruh terhadap hasil tangkapan u t a i ~ ~ a yberupa a ikan pelagis kecil terutanla ikan teri.
Penangkapan ikan teri
yang terus inenerus akan berpengaruh terhadap keadaan stok sumberdaya ikannya, sehingga ~untuk nlencapai keberlanjutan sumberdaya ikan tersebut diperlukan pengelolaan untult tetap lestari. Salah satu cara pengelolaan sumberdaya ikan agar tetap lestwi adalah m.engetahui terlebih dahulu potensi lestaii ikan teri di Teluk Bima, selanjutnya menentukan aah pengenlbangan untuk mencapai pemanfaztan sumberdaya ikan teri yang optimal. Berdasarkan llasil perhitungan angka potensi yang diperoleh,
selanjutnya dapat ditentukan berapa jumlall bagan perahu yang optimal di kembangltan. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji perikanan bagan perahu dan pengembangannya di Teluk Bima. 1.2 Tujua~i
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menghitung angka potensi lestari ikan teri di PerairanTeluk Bima
2) ;v!engl~itung angka keuntungan dari pengusahaan bagan perah di Perairei
Telult Bima
3) Menghitung jumlah
unit penangkapan bagan perahu
yang optimal
dilienlbangkan berdasarkan angka potensi lestari dan aspek teknik 1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi instansi terkait lthususnya Departenlen Kelautan dan Perikanan Kota Bima dalarn pengelolaan periltanan bagan perahu di Teluk Bima.
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Deskripsi alat tangkap bagan perahu Bagan termasuk dalam kelompok jaring angkat. Jaring angkat atau lift net
adalah suatu alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan cara menurunkan dan mengangltat jaringnya secara vertikal.
Dalam pengoperasian bagan perahu
digunakan cahaya lampu sebagai alat pengumpul ikaq. Secara urnum alat tangkap bagan terdiri atas sejunllah bzmbc yang dirangkai sedelr~iiciaiirupa, nunah tunggu yang juga terbuat dari bambu, penggulung jaring, lampu petromaks, jaring dan serok atau scoop net (Subani dan Barus 1989). Bagan dapat digolongkan dalam tiga jenis; yaitu bagan tancap, bagan apung dan bagan perahu. Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan b m b u berbentuk persegi empat yang ditancapkan sehingga berdiri kokoh di atas perairan dan di tengah bangunan di pasang jaring. Dengan kata lain alat tangkap ini sifatnya inrnobile. Hal ini dikarenakan alat tangkap tersebut ditancapkan ke dasar perairan, yang berarti kedalaman laut tempat beroperasinya alat ini menjadi terbatas yaitu pada perairan dangkal. I'ada dasarnya alat tangkap ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari rangltaian banlbu. jaring yang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Pada keempat sisinya terdapat bambu-ba~nbu yang menyilang dan melintang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bangunan bagan. Diatas bangunan bagan terdapat rumall bagan yang berfungsi sebagai teinpat istirallat, pelindung lampu dari hujan dan sebagai tempat untuk mengintai ikan. Diatas bangunan bagan terdapat roller yang terbuat deri bambu yang bcr!ilngsi untuk nlengangkat jaring (Mallawa dan Sudirnlan 2004). Bagan
apung
(I@
lift net) adalah jaring
angkat
yang dalam
pengoperasiannya dapat dipindah-pindahkan ke lokasi yang diperkirakan banyak ikan~~ya. Sq~ertihalnya bagan tancap, pada bagan apung juga terdapat anjanganjang. Pada bagian bawah kanan dan kin bangunan bagan ditempatkan alat apung dengan bahan bisa terbuat dari rakit barnbu atau drum (Subani dan Barus
1989).
Dibandingltan dengan bagan apung laimya, bagan perahu lebih ri~lgan sehingga memudahkan dalam pemindahan ke tempat-tempat yang dikehendaki. Bagan perahu (boat lij? net) bisa menggunakan satu perahu (one boat lift net) atau dua perahu (two boat lift net).
Pada bagian depan dan belakang perahu
dihubungkan dengan dua batang banlbu, sehingga berbentuk bujur sangkar, berfi~ngsisebagai tempat menggantungkan jaring bagan (Subani dan Barus,1989). Umumnya ukuran bagan perahu bervariasi, tetapi di Sulawesi Selatan unlumnya menggunakan jaring dengan panjang total 45 m dan lebar 45 m, berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring 0,5 em. Untuk melnperniudah mengangkat jaring maka pada bagian sisi depan bagan di pasang roller yang terbuat dari kayu yang panjangnya 2 - 3 m (Mallawa dan Sudirman
2004). Menurut Subani (1970), pada prinsipnya bagan terdiri atas jaring yang berbentuk ellipat persegi dengan ukuran 7,5 x 7,5 m, serta anjang-anjang atau rumah bagan yang dibuat dari b a m h dengan ukuran 8,5 x 8,5 m di bagian bawah dan di 8 x 8 111 bagian atas. Pada anjang-anjang inilah jaring yang berbentuk tikar, lanlpu dan gulu~lgan atau roller berada.
Anjang-anjang ini bersama jaring
merupaltan kesatuan yang kemudian disebut "bagan". 2.2 P1c:odc Pengoperasian Bngan
Pcl~angkapanilcan nienggunakan bagan hanya dilakukan pada malam hari, teratrinra poda bulan-bulan gelap, bukan pada saat bulan pumama, kanna bayan menggi~nnkaniampu sebagai aktraktor unh~kmengulnpuikan ikan (Subani 1970j. Pengoperasian alat tangitap bagan di~nulaipada saat hari sudah gelap atau pada saat nlatailari sudah terbeiiam. Pengoperasian bagan dimulai dengan pemirunan jaring pads lcedalanlan yang diinginkan. Tahap selanjutnya adalah menyalakan lampu sebagai aktrakttor supaya ikan berkumpul di ba~vahsinar lalnpu atau sekitar bagan. Manakala ltawanan ikan telah banyak terkumpul kemudian dilakukan pengangkatan jaring. Jaring diangkat sampai berada di atas permukaan air dan hasil tangkapan diambil menggunakan serok (Subani 1972). I'ada
waktu operasi penangkapan ikan dilakukan, jaring diturunkan
menggunakan penggulung ke perairan hingga kedalaman tertentu. Setelah ikan
terkunlpiil di bawah lampu, kemudian dilakukan penangkapan ikan mengg~nakan jaring yang telah tersedia (Ayodhyoa 1981). Kemudian dengan inenggunakan serok atau scoop net hasii tangkapan dikumpulkan dan dipindahkan ke dalam keranjang ikan (Basltoro et nl. 1998). 2.3 Lanipu Sebagai Aktralctor
Aplikasi penggunaan cahaya listrik untuk penangkapan ikan di Jepang telah d
dimulai sejak tahun 1952. Pada masa kini penangkapan ikan menggunakan
bantuan cahaya telah berkembang dengan baik, baik kuaiitas maupun kuantitasnya.
Masalah
yang paling
penting
dalam penangkapan
menggunakan bantuan cahaya adalah penggunaan cahaya
ikan
yang efektif serta
penentuan f i s h i n g ground yang tepat. Oleh karena itu, operasi penangkapan ikan menggunakan bantuan cahaya harus memperhitungkan kondisi fisik dan biologi yang tepat, serta metode penangkapannya. Dengan demikian permasalahan yang akan muncul dalam kegiatan ini dapat dipertimbangkan sebagai berikut (Nomura dan Yamazaki 1977): 1) Bagaimana cara mendapatkan intensitas cahaya yang cukup di dalam air, sehingga ikan dapat berkumpul dengan efektif ; 2) Cara mengatur intensitas cahaya bergantung pada kondisifishing ground, jenis ikaii serta tingkat pe~tumbuhanikan ;
3) Teknik pencahayaan, dalam ha1 mengatur intensitas cahaya, panjang geiombang dan pengginlanan cahaya yang tepat dengan menggunakan alat penniigl;apaii iltan yang tepat ;
4) Tingkall iaku iitan teri~adapcahaya. Pada i!mumnya iltan akan lebih aktif dan menunjukkan sifat fototaksis yang ~ n a l t s i ~ n udan ~ l ~ positif sebelum tengah malam.
Dengan mengetahui sifat
fototalcsis ini, kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan sebelum ten gal^ ~nalam atau sesudah tengah lnala~nakan lebih efektif (Gunarso 1985). Jenis ikan yang tertarik oleh cahaya anatara lain adalah sarden (Snrdinella sp), teri (Stoleplzorils sp), makarel, cum-cumi (Loligo sp) dan ikan terbang (Cypseltaus sp). Selain tertarik oleh cahaya, iltan tersebut memiliki kebiasaan memakan plankton yang beracla disekeliling cahaya (Nomura dan Yamazaki 1977).
Gunarso (1985) inengatakan bahwa dengan aktraktor cahaya, ikan diharapkan akan bergerak ke arah bagan dan kemudian berkumpul. Sumber cahaya yang digunaltan pada perikanan bagan biasanya cahaya lampu petromak. Ada juga bagan yang menggunakan lanlpu listrik sebagai atraktor untuk mengunlpulkan ikan. Lampu listrik tersebut dinyalakan di atas maupun di bawah permukaan laut dengan menggunakan lampu listrik kedap air. Penggunaan cahaya di bawah air dapat menjadikan pemikatan ikan lebih efektif pada saat bulan terang dimana ikan umunxlya menyebar. Lampu listrik yang digunakan untuk operasi penangkapan ikan adalah lampu yang terbuat dari kaca anti getar, anti air dan anti goncangan. Kawat pijamya dibuat khusus untulc tahan menyala selanla 200 jam dengan intensitas cahaya yang besar. Voltase yang biasa digunakan adalah sebesar 6 , 8, 12,24, 100,200 dan 220 volt, sedangkan intensitas cahayanya adalah 20 W, 30 W, 1 KW dan 2 KW (Nomura dan Yamazaki 1977). Pada operasi penangkapan ikan di malanl hari, sebagian besar nelayan mengg~~nakan lampu untuk membuat ikan berkumpul yang digunakan di atas inaupun cli bawah pernlultaan air. Luminasi cahaya lampu ditunjukkan pada Tabel 1 dengan jenis alat tangkap yang digunakan (Nomura dan Yamazaki 1977). Tabei 1 Seb:~ranluminasi cahaya dan alat tangimp yang digunaltan Intensitas cahaya sebuah Kekuatan cahaya dari .Irnis alat tangkap lampu (watt) unit penangkapan (watt) No 100 - 8000 100 - 8000 100 -500 100 - 2000 100 - 1000 100 - 10000 I I.1 . ! /ai;;j>~rci rzetflsishii~g _ 100 - 1000 100 - 4000 I4 I LIP 17et 500 - 1000 5?;ur?srick held dip 5000 - 30000 r-r--
1
,
I?-- /
/
Srrrzd larzce stick held
/ dip net
1
500 - 1000
100 - 300
Su~llbcr:Nomur;~dnn Ynniaznki 1977
Ada dua jenis lampu petromak yang digunakan dalam perikanan bagan, yaitu petromak dengan tabung gelas terletak di bawah diui petromak dengan tabung gelas terletak di atas. Tempat bahan bakar jenis pertama, terletak di bagian
I
atas atau terpisah dari lampu dan dihubungkan dengan pipa kecil. Sinar yang dipancarkan sepenulmya menyorot ke bawah. Lanlpu petromak jenis kedua yaitu petromak dengan tabung gelas di atas, niempunyai tempat bahan bakar yang terletak di bagian bawah, sehingga sinar lampu tidek sepenuhnya menyorot kebawah. Lampu jenis ini berkekuatan antara 200 - 400 lilin atau sekitar 200 400 watt, nanlun ulnulnnya sekitat 200 lilin (Subani 1972) Subani dan Barus (1989)
menyatakan bahwa keberhasilan operasi
penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya selain ditentukan oleh juniah lampu dan besarnya intensitas cahaya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) I<ecerahan
Jika ltecerahiul rendah berarti banyak partikel-partikel dalam air. Hal ini menyebabka~lsebagian besar bias cahaya akan diserap habis oleh partikel atau zat tersebut, altibatnya daya tembus cahaya ke dalam air akan berkurang, sehingga daya tarilt ikan terhadap cahaya berkurang pula. 2) Gelombang, angin dan atus Kedudukan lampu dan efek yang ditimbulkan sangat bergantung pada adanya gelombang, angin dan arus. Dalam keadaan normal atau suatu perairan dalam keadaan tenang, rnalta daya tembus cahaya ke dalam air diasumsikan berlangsung lurus. Adanya pengaruh gerakan ombak dan arus menyebabkan bias cahaya dari lampu menjadi berubah-ubah dan tidak beraturan, akibatnya akan inel~i~~~bulltan sinat yang menakutkan ikan.
3) Sinar bulm l'ada saat bulan pumama operasi penangkapan ikan kurang efektif, karena cahaya nienyebar secara merata, sedangkan untuk penangkapan ikan dengan lamp~idiperlultan lteadaon yang relatif gelap agar cahaya lampu terbias se~npurnadi dalan~air. 4) Penlangsa Pe~nangsaatau - predator dapat menyerang pada setiap saat ikan berkumpul di se!titar sunlber cahaya, altibatnya dapat membubarkan kawanan ikan.
2.4
Dziefiilt Pensngkapan Xkan Pada umumnya daerah pengoperasian alat tangkap bagan adalah perairan
yang su'our, selalu tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh adanya gelombang besar, angin kencang dan arus yang kuat. Perairan yang dimaksud umurnnya terdapat di perairan teluk (Subani 1970). Sasnlita (1997) menyatakan bahwa daerah operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan umumnya di perairan dekat pulau dan teluk, serta di perairan yang tenang. Nelayan tidak melakukan usslla penangkapan ikan di perairan dengan arus yang kuat. 2.5
llasil l'angbapan Bagan 1-Iasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti
tembang ( C l ~ p e ~sp), l teri (Stolephorus sp), japuh (Dusstrn?ieria sp), selar (C1zcrr~1~1.x sp), pepetelt (Leiognnthzrs sp), kerot-kerot (Therapon sp), cumi-cumi (~oligo.sp), sotong (Sepin sp), layur (Trichiurus sp) dan kembung (Rastrelliger sp) (Subani 1972). Monint.ja Dl< dan S Martasuganda (1989) mengungkapkan bahwa hasil tangkapan bagan pada umumnya adalah ikan teri (Stolephorus sp), tembang (Clu[?err sp), pepetek (Leiognathus sp), kenlbung (Rnstrelliger sp), layur (Trichiz~rlls sp), selar (C:i~i.fiix sp), ienggiri (Scon~bero~norussp), japuh ( D L I S S I ~ I I ~sp). ; ~ ~cullli-c~~mi .~CI (Loligo sp) dan sotong (Sepin sp). 2.6 S~mberd:ly:l iltan pelngis kecil
S~~~llbel-ti~iya iitan meskipun mempunyai s i h t dapat pulih kembali tetapi mudail iilengaiami itcmunduran aitibat adanya gangguan-gangguan lingkungan, tern~asukkegintan penangkapan ikan yang berlebihan. Berdasarkan ha1 tersebut, malta perlindungan sumberdaya ikan terhadap upaya penangkapan yang berlebillan harus dilaltsanakan secara seksama dan dengan selalu nlengikuti perkeillbangan tingkat eksploitasi dari ssumberdaya ikan tersebut (Rifai 1983 di C~CLIL ~ I ~ L I I Siagiai~ IZ 2002).
Ikan pelagis kecil illenlpunyai karakteristik tertentu dalarn penyebarannya. Pada siang ix~ri, ikan akan bergerombol pada kisaran kedalaman tertentu,
sedangltan pada inalain hari cenderung menyebar secara merata pada kolom perairan yang lehih dekat ke permukaan. Hal-ha1 yang menyebabkan ikan membenrulc geronlbolan antara lain (Gunarso 1985) : 1) Sebagai perlindungan diri dari pemangsa atau predator
2) Mencari dan ~uenanglcapmangsa 3) Penlijahan 4) Bertahan pada niusiln dingin
5 ) Ruaya dan pergeraltan
6 ) Pengaruh dari faktor lingkungan 2.7 Aspel<-Aspelc Yeng Berpengaruh dalam Pengembangan Perikanan Aspelc telalik
2.7.1
ICeberhasilan peiiaiigkapan ikan tidak hanya ditentukan oleh kelimpahan dan kesecliaan iltan, namuii dipengaruhi oleh aplikasi teknologi penangkapan yang meliputi kapal, alat dan nietode penangkapan. Pendekatan te-knologi sangat penting liarella walaupun kelinlpahan cukup besar namun kapal dan alat tangkap yang kuraiig sempuma secara teknik tidak akan menghasilkan tangkapan per upaya (C'PUE) yang tinggi. Oleh karena itu pendekatan teknologi penangkapan sebaiknya diltembangkan dalam upaya peningkatan CPUE secara keselurul~an (Nas~~tiol~, 1993). Dalam melak~~kan usaha penangkapan ikan di laut, disamping adanya alat penanglcap ikan diperiultan juga kapal. Jenis kapal yang digunakan berupa perahu tanpa nloLor. p e r a l ~bermoror ~~ 111aupunkapal motor. Jenis dan ukuran kapal yang digunalcan clist.sualka!i (ie!?gn jenis alat tangltap dan jarak jangkauan d a e r d ~ peca~l~knpoi: yang ditiijti (Rifai 1983 di acit dalam Siagian 2002) . Untuk iiiencapai daerah penangkapan ikan yang jauh dari pantai meme~.lul;an lta1,al periltanail yang cukup besar dan alat tangkap yang cukup efeklii: I
2.7.2
Aspek bio-teknik Tujuan utama pengkajian aspek biologi dari sumberdaya ikan adalah untuk
inenduga stak sumberdaya ikan yang , terdapat di laut, sehingga kegiatan pemenfaatan tidak melebihi kapasitas maksimum lestari. Kapasitas maksimum lestari adalah kondisi pemanfaatan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya ikau.
Keseimbangan stok ikan akan terganggu apabila penangkapan ikan
inelainpa~~i batas (Effendi, 1997). Sumberdaya ikan meskipun mempunyai sifat pulih kembali tetapi mudah inengalami kemunduran akibat adanya gangguan-gangguan lingkungan termasuk kegiatail penangkapan yang berlebihan. Berdasarkan ha1 tersebut, maka perlindungan sumberdaya ilcan terhadap upaya penangkapan yang berlebihan harus dilaksanalcan secara seksama dan dengan selalu mengikuti perkembangan tingkat eksploitasi dari sumberdaya ikan tersebut (Rifai 1983). ltifi~i(1983) menyatakan bahwa wilayah penangkapan ikan mempunyai potensi tertentu yang dibatasi oleh tingkat kesuburan daereh tersebut. Apabila produksi dari daerah penangkapan ikan melampaui angka MSY, berarti bahwa perairan tersebut sudah over Jishing, sehingga memerlukan waktu yang cukup laina untuk lte~nbalipada kondisi semula. Agar ha1 tersebut tidak terjadi, perlu mengadaka1 pembatasan berupa peraturan-peratura penangkapan, baik yang bersifat u ~ n u ninaupun ~ yang kinusus L I I I L U ~s~littu ~ daerah
penangkapan ikan. Pada umumnya setiap peraturan tersebut
berdasarkan pada teori berikut (Rifai 1983 cli ncu dillan2 Hidayat 2004) : 1) Uiperlukan sejuinlah ikan dewasa uiltuk persediaan induk 2 ) Perlu sekali melindungi ikan selaina inusim pemijahan
3) Stnl~!aanak ikan harus harus dilindungi untuk tumbuh menjadi ikan dewase Dalain usaha penangkapan ikan, analisis biologi berkaitan dengan stok ikan. Untult mempermudah pendugaan stok ikan digunakan suatu model yang dikenal dengan nmodel suiylus produksi. Model surplus produksi berkaitan den,Dan suatu stok secara keseluruhan, upaya total dan hasil tangkapan total (Sparre dan Veilenla, 1999). Sparre dan Venema (1999) menyatakan, tujuar. penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan upaya optimum, yaitu suatu upaya yang dapat
nlenghasilkac suatu tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang, biasa disebut hasil tangkapan rnaksimuin lestari (~llaximunz sustainable yield).
Model surplus produksi
merupalcan salah satu mode! yang digunakan dalam pengkajian stok ikan, yaitu menggi~nalcan data llasil tangkapan dan upaya penangkapan (Aziz 1989 diacu clnla~nFetriani 2001). Menurut Schaefer (1957), diacu dalanz Purwanto (1989), menyatakan, laju pertumbuhan alani stok ikan yang tidak di eksploitasi dapat dinyatakan dengan
Din~anaI. adalah laju pertumbuhan alami (intrinsik) Peroleha11 hasil tangkapan (c) dari suatu kegiatan penangkapan ikan bergant~ungpada ulturan ltelinlpahan stok (x), tingkat upaya penangkapan (e) dan koefisien daya tangkap (q). Hal ini dapat dinyatakan dalanl persamaan : c = 9.e.x......................................................... (2)
lceyiatan penangltapan nlenyebabkan terjadinya pengurangan biomassa yang pada akhimya aka11 nlerangsang populasi itu sensdiri untuk meningkatkan pertumbuhan, szavival atau rekruitmen. Selanjutnya peiiinghtan periumbuhan dalam populasi itu aka11 n~enghasilkansurplus. Dengan demikian perubahan stok ika~lyang dieksploitasi per satuan waktu dapat dinyarakan dengan persalilaan : cls/tlt =f(Y)
-c
............................................... (3)
Bila ki~antitasbiomassa yang diambil meiaui kegiatan perikanan adalah sama clenyan surplus yang dihasilkan maka kondisi perairan tersebut berada da!am keadaan seimbang atau equilibrium (Aziz Y A 1989). Pada saat populasi dalam keadaon seimbang maka f@)
=c
d m dddt
dari persanlaan (4) maka diperoleh
=
0, sehingga :
Berdasarkan persamaan (5) dapat dijelaskan bahwa peningkatan upaya penangkapan nomial (e) atau peningkatan jumlat~teknologi penangkapan ikan (q! pada tingkat upaya tangkap nominal tertentu akan menyebabkan menyusutnya stok iltan (x). Dengan mensubtit~~sikanpersamaan (2) ke persamaan (5), maka akan diperolel~persan~aanyang menggambarkan hngsi produksi perikanan laut dalam jangka panjang. Fungsi ini menghubungkan antara tingkat upaya penangkapan (e) noillinal dan total hasil tangkapan jangka panjang (c) dengan persamaan berikut :
2.7.3
Ai~:~lisis 1111finsi:11 Untuk mengetahui Icelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui
analisis linansial. Analisis finansial adalah suatu analisis terhadap biaya dan manfaat di dalarn suatu usaha yang dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanamkan modalnya atau yang berkepentingan langsung pacla suaiu kegiatan usaha (Kadariah et al. 1999). Analisis finansial dilakukan nlelalui analisis usaha, analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas. i\ilalisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, analisis iillbangan penerimaan dan biaya (reventre - cost ratio), payback period (PP) dan b~.etrk even/ pub21 (BEP). Analisis kriteria investasi meliputi net present value
(NIIJ/). net benejt cost - ratio ()Vet B/C) dan interne1 rate of return (ZRR) (Kadarial~er 01. 1999). l<:lclariah el (11. (1999) menyatakan bahwa dalanl menganalisis proyek banyal; inenerapltan peranlalan, sehingga perhitungan-perhitungan biaya dan manfaat luengandung banyak ketidakpastian, sehingga perlu dilakukan analisis sensitivitt~s. Tujuan analisis sensitivitas adalah untuk nielihat apa yang texjadi dengan hasil analisis kegiatan usaha, jika terjadi kesalahan atau perubahan dalam
dasar-dasar perhitungal biaya atau pendapatan. Analisis sensitivitas dapat membantu nlengarahlcan orang pada variabel-variabel yang penting untuk memperbailci perlciraan-perkiraan dan memperkecil ketidakpastian.
3 METODOLOGI 3.1
Waldu dan Loltasi Penelitian Penelitian dilakukan selama satu tahun, dimulai dari persiapan yaitu studi
literatur, pe~nbuatan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian lapang dan pengambilan data, pengolahan data, serta penyusunan hasil penelitian dalam bentuk slripsi. Penelitian lapangan dilaksanakan pada Bulan Juli 2006 sampai dengan Bulan Agustus 2006 di Perairan Teluk Bima, Zabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lampiran 1). 3.2 B:~l~;lndan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) Unit penangkapan bagan yang beroperasi di Perairan Teluk Bima ; 2) Data sheet berupa tabel data prinler dan data sekunder yang diambil ; 3) ICamera, L I I I : ~ mendokumentasikan ~ seluruh kegiatan penelitian lapang yang dilakultan ;
4) Kuesioner, berupa pertanyaan-pertanyaan ringkas sebagai salah satu sarana untuk inelakukan wawancara secara langsung kepada responden.
3.3
Melode l'cneliti:~n Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan jenis studi
Itasus. yaitu ine~~ygambarkan atau menguraikan sifat dari suatu keadaan atau kondisi yang ada pada loltasi penelitian di waktu pengalllatau yang dilanjutkan d e n ~ a nmenganalisis keadaan atau permasalallan yang ditemui. Untzk itu dalam penelitial~ini dilakultan survei yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang terbatas cIa1.i sejumlah kasus pang besar (Nazir 1988).
3.4
Metode l'engumpulan Data Data yang dilcu~npulkanadalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui observasi langsung ke lapangan dan wawancara terhadap sepduh (10) neiayan pemilik berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Penentuan responden dilakukan secara purposif, yaitu nelayan yang memiliki
bagan perahu dan dapat berkomunikasi dua arah. Data sekunder dikumpulkan dari hasil-hasil petlelitian sebelumnya, laporan lembaga pemerintah dan instansi terkait yaitu Perpustakaan Departemen Peinanfaatan Sumberdaya Perikanan Falcultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima, serta Badan Pusat Statistik di Kabupaten Bima. Data primer yang dikunipulkan meliputi : 1) Konstr~lltsibagan perahu yang digunakan 2) Metode pengoperasian bagan perahu 3) Fishing groz~nd
4) Ko~nposisihasil tangkapan bagan perahu
5) Jun~lahbagan perahu yang beroperasi sepanjang musim Data sekunder yang dikumpulkan meliputi : 1) Letak geografis dan topografi Perairan Teluk Bima 2) Daerah clan nlusim penangkapan bagan perahu 3) Keadaan u c ~ u musaha perikanan tangkap 4) Juml:th unit penangkapan bagan perahuperiode 2001-2005
5) Perkeiilbangail total produksi bagan perahu periode 2001 -2005 3.5
Metode Analisis Data
3.5.1 ~ l x l ~ l i steknis is
Pungiia.jian aspek teknik diperlultan untuk melihat efektifitas unit penanzl
P~oduksibagan perahu pado tahun X (kg) ~ ~ n i t b a ~ c ~ n ~padatahun e r a h u X (unit)
Produktivitas nelayan bagan perahu =
Produksi (kg) ~ e l a ~(orang) an
Pengolaha11 data dan informasi t e n t a g hasil tangkapan dan upaya hasil tangkapan bagan perahu dari tahun ke ta11~1n yang telah terkumpul dapat n~engg~~nakan a~ialisis catch per unit effort (CPUE) atau banyaknya hasil tangl
Analisis biologi dilakulcan untuk menduga stok atau potensi sumberdaya ikan, serta untuk mengetahui tingkat upaya penangkapan optimum. Metode yang digunakan clalanl analisis bio-teknik adalah metode surplus produksi. Metode surplus produksi adalah metode yang digunakan untuk menghitung potensi lestari maksinlun~atau 171at-inlzin7sustainable yield (MSY) dan upaya optimum dengan cara menganalisis hubungan upaya penangkapan ( E ) dengan hasil tangkap per uapaya p~'na11gkapan (cntchper unit effort - CPUE). I'er~umbuhan populasi ilcan pada periode tertentu ditentukan oleh ukuran populasi anal, daya dukung lingkungan atau carrying capacity (k) d m laju pertun~buhanintrinsik (r). Schaefer (1954) diaczr dalarn Fauzi (2004) menyatakan f ~ ~ n gtersebut si dala~nsuatu persamaall : ~I,~/lli = j(x) -
r-s (1-s/k)).
......( 1)
l<e!erangun : ds/cli = Inju pertumbuhan biomas ikan (todtahun)
,/(:XI i.
-
= fungsi pe~tumbuhanbiomas ikan = kdu l~ertumb~~han intrinsik (todtahun)
kelimpahan biomas ikan (todtahun) k = daya dukung lingkungan (carrying capacity) (todtahun) Apabila sumberdaya ikan tersebut mengalami eksploitasi n~elalui
r
= ukuran
penangkapan, malca akan terjadi pengurangan ke!impahan populasi ikan. D e n g a demikian, persamaan (1) nmnjadi dX/dt =f(x) - h.. ............................(2)
dan hasil tangkapan dapat dinyatakan dalani persamaan 7I =q.s.E ...................................... (3)
Keterangan : h = hasil tangkapan (tonltahun) q = koefisien kemampuan tangkap jcatchhability) E = tingkat upaya penangkapan (tripltahun)
Dalam kondisi keseimbangan, besarnya perdbahm laju pertumbuhan populasi sama dengan no1 (dr/dt ds/dt =f@) - h
= O),
sehingga :
=0
............................................ ( 5 )
17 =f(s)
Uengan nlenggabungkan persamaan (1) dan (4), maka diperoleh persamaan :
r E = r.s (1 - ,xk) E = r(1- x/k) = r - r/k.x
s
= k-kkE
....................................... (6)
Uzngan illensubtitusilcan persamaan (6) ke persamaan (4), maka hubungan antara hasil tangkapan dan efloort nya dapat ditulis : h = k. E - (k/l;).E' .................................. (7)
secara sederhana dapat ditulis : 11
=a.E-b.E' .................................... (8)
IliE = 0 - b.E dimana
tidak lain adalah CPUE, sehingga untuk nlencari besaran nilai a dan b
dapat diiakultan dengan cara nlenggunakan analisis kuadrat terkecil antara CPUE terl~adapejJ0ol.t nya. Berdasarltan persamaan (8), hasil tangkapan maksimum (~MSY) akan dapat djcapai pads saat perubahan CPUE sanla dengan no1 (dWdE= 0), sehingga : dh/~lE
=0
a-2b.E
=
a
0
=2b.E
E ~ s r = a/2b. ............................... (9)
Dari persalnaan (8) dan persarnaan (9), diperoleh hasil tangkapan maksimum adalal~ ~,IKY
=a
(d2b) - b (d2b)'
=
(ci2/2b)- b (a2/4b7
=
(n2/2b)- (n2/4b)
-
- a2/4b..................................... (10) 3.5.3 An:~lisisfinansial
Menunlt Kadariah et al. (1999),untuk nlengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian dengan analisis finansial. Analisis finansial yang dilakukan lneliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan peneri~naandan biaya (revenue-cost rutio), p~ybackperiod(PP), break event point (BEP). 1) Analisis pendapat:~nusaha
Analisis pendapatan usaha pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah ltegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan (Djanlin, 1984). Rumus yang digunakan untuk menyliitung pendapatan usaha adalah
n=TR-TC n
=ke~~~~ti~ngan TI<= total pcneriinaan (totr~lrevenue)
'TC' =total biaya (tor01 cost)
Dengall kriierin : a
-
3ii;;i Ti< >
-- malta kegiaian usaha tersebut mengalan~ikeuntungan I L:
sehingga ~lsahatersebut dapat dilanjutkan Jiiia TI{ < TC, maka usaha tersebut mengalami kearugian sehingga usaha tersebut tidak layak ~intukdilanjutkan
* .lika TI< = TC, malta usaha tersebut tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan ltata lain usaha tersebut berada dalam titik inlpas
2) Analisis imbztngan penerimaan dan biaya (reve~zrie- cost ratio)
Allalisis revenue
-
cost ratio dimaksudkan u n t ~ kmelihat seberapa jauh
setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Djarnin Z 1984). Rumus yang digunakan adalah
&ig&ii :triteria :
jiita nilai R/C > 1, nlaka usaha tersebut mengalami keuntungan, maka usaha tersebut layak untuk dilanjutkan jilta nilai R/C < 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian, maka usaha tersebut tidal
=
1, ~ n a k ausaha berada pada titik impas, dengan kata lain
usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian
Pciybnck period (PP) dimaksudkan untuk menghitung perkiraan waktu pengembalian modal atau investasi yang ditanamkan, Paybackperiod (PP) dapat dihitul~gtlengan r u ~ ~ (Edris ~ u s M 1983) :
4) lIre[//iC I : S I I / I J O ~(1lEl') /I~ GL?
dig~lnaka~luntuk mengetahui sanlpai batas mana usaha yang
diltikiikaii bisa il~emperolelikeuntungan. Pada titik impas ini keuntungan usaha
sama deiisaii no1 dimana total penerimaan sama dengan total biaya. Analisis BEP dapat diketahui ~~lenggunal
BEP (Rp) =
BEI' (Kg)
IT
.
Biaylya tetap B ~ L ~vnriubel YU
Biuyn tetap x Produksi Hc~silpenjzralan - Biayavariabel
3.5.4
Pelu:~ngpengembangan unit bagan perahu Berdasarkan hasil perhitungna teknis da bioteknis selanjutnya dilakukan
perhitungan jumlah unit bagan perahu yang optimal dikembangkan. Perhitungan tersebut dilaltukan demngan menggunakan rumus : Cumit bagan perahu yang dapat dikembanagkan (unit)
-
efort optimal x u n i t bagan perahu aktual z e f f o r t aktual
4 KEADAAN UMUM LOKASI I'ENELITIAN 4.1 Kondisi Umurn Wilayall 4.1.1 Wi1ay:th d m lcependudultan
Kabupaten Bima sebagai bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat berada di ujung timur Wilayah Propinsi tersebut dengan batas wilayah berikut: Sebelah Utara
: Laut Flores
Sebelah Selatan
:' Samudera Indonesia
Sebelah Barat
: Kabupaten Dompu
Sebelah Timur
: Selat Sape
Luas wilayah Bima mencapai 4.546,9 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2004 adalah 606.848 jiwa. Jilmlah masyarakat nelayan sebesar 149.184 orang. Secara geografis Kota Bima terletak antara 118" 44' - 119" 22' BT 08" 8'- 08" 57' LS dan dengan ketinggian 13 m di atas permukaan laut (Dinas Perikanaii Dan Kelautan Kabupaten Bima 2002). i sungai terpanjang mencapai Kabupaten Bima memiliki 11 s u ~ g a dengan 95 km yaitu sungai Busu. Sebagian besar wilayah Kota Bima berbukit dengan puncak tertinygi yaitu gunung Tanlbora. Sepanjang pesisir umumnya dataran yang cocok untuk ~ n a h apertambakan dan penangkapan nener. Perairan laut di wilayah Kota Bima termasuk perairan laut dalam, dasar perairan umumnya berkarang dan berpasir. Selat Sape merupakan penghubung antara h u t Flores dan Sanludera Indonesia. Perairan Selat Sape merupakan perairan yang cukup potensial untuk daerah penangkapan dan budidaya ikan. Kota Bima beriklim tropis sama dengan daerah Indonesia lainnya. Musim hujan jahih ailtar6 Bulan Noveiiiber d ~April i tali~~ii berihitnya. sedangkan nlusim kemarau anram Bulan Mei salnpai dengan Oktober. Curah hujan setiap tahun berkisar antara 1000-2000 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 87 hari per tal~un. 4.1.2 Potensi periltanan dan ltelautan
Wilayah Kota Bima terbagi atas 160 desa dalam 14 kecamatan, 52 desa diantaranya merupakan wilayah potensial usaha perikanan, baik perikanan
tangkap, budiclaya laut dan budidaya tambak. Lebih kurang 8 desa iainnya merupakan usaha perilcanan air tawar (budiciaya kolam). Desa-desa yang berhadapan langsung dengan Laut Flores rnemiliki wilayah laut meliputi coastal zone hingga open ocean dengan kedalaman sekitar 700 In. Di desa pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Sape, sebagian besar wilayah lautnya merupakan coastal zone dengan kedalarnan 0-100 m. Desa pantai yang berada dalaln kawasan teluk, wilayah lautnya mempunyai kedalarnan 0-50 m (Laporan Tal~unan2004 Dinas Perikanan Dar Kelautan Kabupaten Bima).
Tabel 2. l'otensi dan peluang investasi perikanan tangkap di Kabupaten Uirna tsliun 2004. So I
1,okasi I'crair:~~~
Jcnis 1li;ls
Potcllsi (Ton)
1'er;lir;tn Sxpe dai~ Kerapu sckilarsyn IKaknp Tuna Lobster Teri Lnynng Cumi-cumi
(I'ernirn!a Satondn d;s sekilnniyn)
16.1 16.1 124 4.9 152.2 600 73.5 173 14.9 9.9
Kahp Tonqkol CUCUI ltri Tongkol Knkn?
Tunn Ikan Tcrhang Cacut - - .- .- -- Cumi-euoii T II 'Teri To~igkol ." I utla . Tuna
I
Sudah diannfaatkan (Tan) 4.3 4 33 1.3 88 248 I 46 2.6 2.6
Potcnsi yang befum dimanfaatakan (Ton) 11.8 12.1 91 3.6 64.2 352 72.5 127 12.3 7.3
37.7 4 201 124 6.6 65 13 7.3 330 8.5 140 192 13.75 8.25 1 1 178 36 1075
102.2 11.2 547 337.7 18.1 176.1 35.8 19.9 270.2 7.1 115.2 158 11.25 6.75 13122 21564 12636 59.517
139.9 15.2 748 461.7 24.7 241.1 48.8 27.2 600.2 15.6 255.2 350 25 15 24300 21600 23400 73.501
13.984
Sumber: Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Bima Laporan Tahunan 2004a
4.2 I<e;ld;~:uillii~uniPeriltanan- Tangltap di Telulc Birna
Akctivitas perikanan tangkap di wilayah Perairan Teluk Bima diantaranya adalah bagan tancap, payang, purse seine dan bagan perahu. Alat tangkap doininan, khususnya di Perairan Teluk Bima bagian selatan, adalah bagan tancap yang berjumlal~52 unit dengan ukuran berkisar 64 m2 - 100 m2 dan tersebar
antara area Panda dan Bajo. Bagan tancap ini dioperasikan pada wakk; malam hari, dimulai pada pultul 18.00-06.00 WITA dan beroperasi sela~na25 hari dalarn satu bulan~~ya. Jellis ikan yang te~tangkap.olehbagan tancap adalah ikrn karonga atau pepetek (Leiognathus sp), teri (Stolephorus sp), ikan kertas, sarden (Sartiinella sp), layang dan nener dengan hasil tangkapan terbanyak atau musim puncak tejatli pada lnusirn penghujan. Alat tangkap yang beroperasi di Teluk Bima terdiri atas pukat cinch, gill net, j > i / ~ . ~seine, d bagan peral~u,bagan tancap, pancing tonda dan pancing rawai. Alat tangkap yang mendominasi adalah bagan perahu sebanyak 58 unit pada tahun 2005. I'e~.kelnbanganbagan perahu dari tahun 2001 sarnpai dengan tahun 2005 dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Jui11la11akit tangltap bagan perahu di Kota Bima tahun 2000-2005
- -- .-
Sumber: Dinas Periknnan Dan Kelautan Kota B i ~ n a2005
ivleii~irwdata statisrik perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima dari iahun 2001 sampai tahun 2005 (Tabel 3), jumlah alat tangkap bagan perahu cende~uns mengalami penurunan. Jumlah tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebanyak 82 wit, sedangltan jumlah terendahnya terjadi pada tahun 2005 sebanyak 58 ~lnit. Penurunan jumlah tersebut disebabkan oleh adanya alih tek~~ologi sulnber pencahayaan yang sebelumnya menggunakan lampu petromak ine~ljaditenaga listrik. Alih teknologi tersebut menyebabkan semakin sedikitnya hasil tangltapan bagan perahu-yang masih menggunakan lampu petromak, karena Icalah kekuatan pencahayaannya dibandingkan dengan bagan perahu lampu listrik. Selain itu, senlakin besarnya modal yang diperlukan untuk mernbangun dan menyoperasikan bagan perahu listrik dibanding bagan perahu lampu petromak. Dua ha1 tersebut menyebabkan sebagian nelayan bagan perahu petromak yang
tidak memililti modal ~ u ~ t ualih l t teknologi memilih untuk berhenti melakukan penangkapan ikan menggunakan bagan perahu. Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap di Teluk Bima rata-rata berasal dari desa-desa yang ada di sepanjang pesisir teluk tersebut. Nelayan yang ada merupaltan nelayan penuh, karena pekerjaan sebagai nelayan adalah perkerjaan utania dan tidak bekerja di tempat lain. Perkembangan jumlah nelayan relatif stabil. Lebih jelasnya mengenai perkembangan jumlah nelayan dari tahun
2001-2005 seperti tercantum dalam Tabel 4. Tabel..-4. J-u-l.~-~ l i~ielayan ~ll di Kota Bima tahun 2001-2005 Tahun No I<ecamat;ui I<elurahan 2001 2002 2003 2004
I I 1
Asaltota -- --
2
12asanae Barat
Jumli111
__
I
275 41 23 105 35 88 605
275 41 23 105 34 86 564
274 40 22 104 35 85 560
275 41 23 103 35 86 563
2005 275 41 23 105 35 88 605
I . _ _ I _ I I I I _ I
Sumbe).: Dillas I'erikal~an Dan Kelautan Kota Bilna 2005
Pcrkcmbangan jumlali nelayan di Kota Bima yang terjadi lima tahun terakhir relatif stabil. Jumlali nelayan dari tahun ke tal~untidak
mengalami
pellurunan secara drastis. Iceberadaan nelayan di Teluk Bima didominasi oleh penduduk l
p1n.x seinc. di DLISLIIIBajo; Bagan perahu beroperasi di sebelah utara Pulau Ka11:bing salllpai 1te ~liulutteluk walaupun sewaktu-waktu beroperasi di sebeiah selatan Pulau ICalnbing (Dinas Perikanan Dan Kelautan NTB 2003). Peta daerah penangltapan ilta di Perairan Telulc Bima dapat dilihat pada Lampiran 2. Perkembangan produksi di Kota Bima dari tahun 2001 sanlpai tahun 2005 relatif stabil. Produlcsi tertinggi terjadi pada tahun 2004 mencapai 1042,5 ton dan
'
terendah terjadi pada tahun 2002 mencapai 1016 ton. Produksi pada tahun 2005 mencapai 1022,4 ton. Jenis ikan yang lebih tinggi v o l ~ m eproduksinya tahun 2005 adalah jenis ikan pelagis seperti tongkol Atrxis sp (104 ton = 32,s %), teri
-
Sto1ephor.u.~sp (81,9 ton =: 25,8 %), kembung Rastrelliger sp (77,5 ton = 24,4 %),
lenluru Swdinellct sp (59,5 ton
18,7 %). Produksi per jenis ikan dari tahun 2001
ssuilpai ta11un 2005 dapat dilihat pada Lampiran 7. Pelabuhan Bima merupakan pusat kegiatan pengurnpulan dan pemasaran hasil tanykapail ikaii para nelayan dari desa-desa sekitar Teluk Bima Sari, Bajo. Nggembe, Panda, Songgela, Wadu nibolo, Kolo dan Bonto, Desa Sangiang Kecali~at~~n Wera, Desa Kore Kecarnatan Sanggar, Pelabuhan Rompo Desa Waworacla drui l'elabuhan Sape. Dari Pelabuhan Bima selanjutnya dipasarkan ke sebagian darrah cli Binia, Mataram, Denpasar dan Surabaya. Jenis ikan yang dipasarkall ke luar ltota merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti teri dan cumi-cumi. 4.2.1 Usillla p:~scapanen
A l c t i ~ i t ~pengolahan ~s hasil perikanan di Teluk Bima saat ini merupakan kegiatan industri pengolahaii pindang yang terdapat di Dusun Sarita. Kegiatan yang teluh dilaltukail oleh masyarakat ialall kegiatan pengeringan ikan dan pengolalian bandeng. lacla umuliinya kegiatan tersebut diiakukan ole11 rumah tansya-r~~mali taiqga nelayan yang masih sederhana dan padat karya. Aktivir~spengolahall hasil peri~alranyang dikembangkan warga di pesisir Telul; Oiin:~pada umumnya berupa pengolahan ikan asin dan pengasapan. Jenis olallan tzrsebut termasuk ltepada pengolahan yang sederhana dan bersifat tradisional. Ha1 i:li terltait dengan jenis ikan yang didaratkan dan daerah pemasarannya yang hanya di
pasar loltal, yaitu pasar Binla dan sekitarnya.
Jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) di Kota %ma seperti tercantum dalani Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah pengolah tertinggi terdapat ~n dari Kecainatan Rasanac Barat sebanyak 70 pengolah dan di K e ! ~ : . a ~Tanjung Kelurahan Kolo clari Kecamatan Asakota sebanyak 181 pengolah. Di Kelurahan Tanjung terclal~atPI'] Binla dan pasar Bima yang merupakan pasar terbesar di
ICota Billla, sehingga pengolzh lebih mudah mendapatkan bahan baku ikan dan penlasaran hasil olalian. Kelurahan Kolo merupakan daerah pemukiman nelayan dan relaiif deltat ke ,$.~hingground, sehingga nelayan lebih suka mendaratkan ikannya di ltelurahan ini. Tabel 5. Kumah l'angga Perikanan (RTP) usaha perikanan tangkap Kota Binla laflun 2005
7
? -
- I<ecnniatan bsanae ~ a r a t
I
Junr1:lb 2LG-al
I
--
Kelurahan Sanlbinae Paruga Tanjung
dumleh R T P 20 60 70 150 19 40
Melayu Jatiwangi Kolo
-
181 240 390
rmlali 11 total
ICTP
Dinas Peril
4.2.2 1Ce11delaalau Permasalehan
ICendala atau permasalahan yang sering terjadi antara lain:
1) Banyaknya nlasyarakat yang masih menggunakan bahan peledak dan potas dalani 1x11penangltapan ikan terutama pada karang dan ikan di perairan pantai yang ada terumbu karangnya 2) Adanya persaingan antar nelayan di perairan atau daerah penangkapan ikan
yang terbatns, sementara jumlah unit penaiigkapal~ ikan yaiig beroperasi diilalami~yanxtkin ineningkat
3) Para nelayan, ithususnya nelayan kecil, mengalami kesulitan mempe:~!eh bantuan 11iodal dari lembaga-lembaga yang seharusnya menyediakan pinjaman.
Hal
ini
menyebabkan
terhanlbatnya
kelancaran
operasi
pe~ia~~gkapan ikan. Kelangkaan garam dan es juga menjadi persoalan yang pelik bagi para nelayan pada umumnya
4) Ekosistem yang ada di kawasan penangkapan mengalami kerusakan yang signifikan
5) Keberadaan PPI dan TPI yang kurang berfungsi menyebabkan nelayan
langsung menjual Ice tengkulak dan menyebabkan harga ikan tidak stabil. PPI yang be1.rungsi hanya PPI di Sape Selain masalall di atas yang berhubungan dengan kelestarian sumberdaya ilcan, masalah lain yang terjadi di sekitar Teluk Bima yaitu mengenai pemukiman nelayan. ICondisi lingkungan penlukiman nelayan di pesisir Teluk Bima secara unluln terdapat lceterbatasan air bersih dan pembuangan limbah manusia. Kondisi tersebut ditambah dengan topografi pesisir Bima yang merupakan wilayah pegunungan dan memiliki keterjalan yang relatif tinggi, sehingga mempengaruhi keamanarl liilgl
2) Ada I'P1 yang tidak berfungsi karena faktor manajemen, fasilitas yang tidak lengkap sehingga lteberadaan PPI dirasa masih kurang manfaatnya bagi nelayan. Icondisi tersebut berpengaruh pada proses pemasaran hasil taiigkq~~ii. Ma1 ini juga diperparah ole11 masih adanya sistem tengkulak yang m 2 r ~ 1 y i ~nelayan. 1n
3) Fasiliras pclabuhan yang perlu ditingkatkan antara lain jumlah dermaga, luas Ii~laillpclabulian, luas tempat bongkar muat barang, pengadaan air bersih, es clan garam.
4.2.3 l'eluang pengembangan perikanan tangltap
Berdasarkan potensi dan peluang investasi di Tabel
-
pengembanpan
1, maka
periltanan tangkap di Teluk Bima masih dapat untuk
dikembangkan berdasarkan jumlah sisa potensi sumberdaya ikan yang belum ter~nzcfaatlcan. Selain itu menunlt Laporan Dinzs Pxikanan d m Kelautan Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2003 ada beberapa ha1 yang mendukung perikal~antai~glcapTeluk Bima nlasih dapat dikembangkan, yaitu :
1) Perairan k u ~ t Bima menyimpan kekayaan sumberdaya hayati berupa
keanekaragaman ikan seperti iltan kerapu, kakap merah, beronang dan berbagai jenis ikan bias. 2) Perairan Bima menlililti akses langsung dengan Laut Flores di sebelah utara
dan Samudera Hindia di sebelah seiatan. Luasnya ekosistem pesisir dan laut terutan~a pada jenis ekosiste~n mangrove dan terumbu karang yang menyimpan s~~nlberdaya ikan dengan tingkat keanekaragaman dan nilai eltoilonlls yang tinggi.
3) Prospek yang masih besar untuk perikanan demersal di wilayah pesisir Bima, karena pacla saat ini nelayan masih berorientasi menangkap jenis-jenis ikan pelagis
4.3 Potcnsi Sumberdaya Ikan dan Fishirzg growzd di Perairan Kabupaten Binla Perairan Bima masih nlenyinlpan banyak kekayaan sumberdaya hayati laut yang terltaildung di dalamnya. Potensi tersebut belum optimal dimanfaatkan oleh nelayan yang ada di sekitar perairan tersebut. Hal ini disebabkan nelayan yang ada inasih beroperasi di seltitar di Teluk Bima. Kondisi tersebut selain karena belum memadoiiiya teknoloyi penangkapan ikan yang digunakan, ada juga kesulitan men:!apa~lta~; modal untult menjalarian usaha operasi penangkapan ikan bagi nelaya~ltradisionnl. Tii~gk;~! penlanfhatan sumberdaya ikan diantaranya dipengaruhi oleh faktor zkses (ja:.ai<) cl:in potensi di fishirlg rercatat
tii
gr~iil7ditu.
Unit penangkapan ikan yang
i
sebagian yi111gmencapai Laut Flores, sehingga faktor akses sangat baik karena jarak yang dekat dari,/ishing bcrse. Data potensi suinberdaya ikan di Teluk Bima (Tabel 5) nlenunjukkan masih terdapat peluang pemanfaatan untuk jenis ikan demersal yany mel~capai 44 ton dan ikan - pelagis mencapai 8 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya iltan pelagis di Teluk Binia lebih tinggi dibandingkan dengall ikan demersalnya, karena nelayan di Teluk Bima lebih berorientasi menangltap ikan pelagis.
Ke~nudahanalcses lte Laut Flores dapat dijadikan alternatif bagi nelayan di Teluk Bilna ~i~ltulc meilingkatkan produktivitasnya, ha1 ini perlu dilakukan untuk mengura~~gi tekanan pelnanfaatan sunlberdaya ikan di Perairan Teluk Bima. Jun~lahsumberdaya iltan di Laut Flores yang belum termanfaztka? relatif tinggi, yaitu inei~capaiI 1.907 ton untuk jenis ikan pelagis dan 9.433 ton untuk jenis ikan demersal. 130tensi sunlberdaya ik.m yang dapat dijadikan dasar pengelnbangan usaha perikanan tangkap bagi nelayan Teluk Binla sepel-ti tercantum dalam Tabel
6 Tabel 6 . I'otensi Sunlberdaya Ilcan dan Fisl~irrg grouncl Di Perairan I
Bimn
i
:allall
Dan I<elaotan Icabupaten Bima Tahun 2004b
5 HASIL DAN PEMBAaASAN 5.1 Aspek teknik
5.1.1 Rancang bangun bagan perahu
Alat tangkap bagan perahu yang dioperasikan di Perairan Teluk Bima terdiri dari bagan perahu petromak (Gambar 1) dan bagan perahu listrik (Gambar 2). Pada saat ini yang lebih banyak dioperasikan adalah bagan perahu listrik. Hal ini disebabkan bagan perahu lismk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih b a q a k . Secara teknik yang menyebabkan besamya hasi! tangkapan bagar, pe~ahli listrik yaitu tingkat pencahayaan yang lebih tinggi. Tingkat pencahayaan yang lebih tinggi mempengamhi jarak jangkauan cahaya yang lebih luas dan kuat. Jangkauan cahaya yang lebih luas dan kuat akan meningkatkan peluang ikan untuk berkumpul dan jumlah trip dalam sebulan menjadi lebih banyak. Secara teknik unit penangkapan bagan perahu listrik dan bagan perahu petromak yang beroperasi di Perairan Teluk Bima tidak jauh berbeda bentuk dan ukurannya. Perbedaan utarna dari kedua jenis bagan perahu adalah pada sumber pencahayaan yang digunakan. Pada bagan perahu listrik menggunakan larnpu pijar 200 watt sebagai sumber pencahayaannya dengan jumlah lampu sebanyak 25 buah lampu. Pada bagan perahu petromak, sumber pencahayaan yang digunakan adalah lampu petromak sebanyak 5-7 buah lampu petromak. Perbandingan aspek teknik Sagan perahu listiik clan bagan perahu petromak dapat dilihar pada Tabei 7
I
1
I
Tabel 7. Perbacdi:tgan aspek teknis bagan perahu fis;i.ik dan Sagan perahu petmnek Kriteria Bagan perahu listrik Bagan perahu petro~nak No 1 1 Ukuran perahu L. B. D (m) I 11,5m x 2,3m lx,?in !1 . 5 1 ~x 2,3mx1,2m 1
1 1
/
!
-.
!
2.
-
1i Cikuran anjang-anjeng pxl (m)
121n x 13111
12m x 13m
3.
/
Ukuran jaring pxlxt (m)
12m x 13m x 5m
12m x 1 3 m x 5n1
4.
Jumlah nelayan
3-5 orang
3-5 orang
5 -.
Surnber pencahayaan
25 lampu TL
7 lampu petroaak
6.
Jumlah HTitrip jkgj
7.
Jumlah tripitahun
8.
I
-
390
160
300
264
-
Mesin
Mesin induk 23 Pk * Mesin induk 23 Pk * Mesin listrik 16 Pk
1 I
Keterangan: 1. kapal 2. Nang kemudi 3. tiang penyangga 4. anjang-anjang 5. roller 6. kawat penyangga 7. lampu petromak 8. tempat waring 9. katir 10. tali roller 1I . tempat monitoring 12. tempat mengambil HT 13. dapur 14. mesin utama
Gambar i Rancang bangun began perahu petroaak a) tampak atas, b) tampak samping, c) tampak depan
Keterangan: 1. kapal 2. ruang kemudi 3. tiang penyangga 4. anjang-anjang 5. roller 6. kaviat penyangga 7.lampu TL 8. tempat waring 9. katir 10. tali roller 11. tempat monitoring 12. ternpat mengambil HT 13. dapur 14. mesin utama 15. mesin lampu
Gambar 2 Rancang bangun bagan perahu listrik a) tampak atas, b) tampak samping, c) tampak depan
Bagan perahu yang dioperasikan di Perairan Teluk Bima terdiri atas dua bagian anjanganjang, jaring dan perahu. Bagian sayap berfungsi untuk membentangkan jaring, umumnya terbuat .dari kayu dan biasanya dari kayu jati (Tectona grandis). Bagian anjang-anjang ini memiliki panjang 12m dan lebar 13m. Secara fisik bagan perahu yang beroperasi di Perairan Teluk Bima adalah bagan perahu petromak yang dialihkan menjadi bagan perahu listrik. Jaring yang digunakan terbuat dari bahanployamid monofilament (PA) dan benvama hitam dengan mesh size 0,3-0,5cm, biasa disebut -.vanfig. Jaring dengan ukuran panjang, lebar dan dalam 12m x 13m x 5m. Pada saat proses setting, pada jaring dipasangi 5 buah pemberat batu. Pemberat diposisikan di setiap sudut dan bagtan tengah jaring. Pemasangan pemberat
bertujuan supaya jaring dapat
terbentang sempuma pada saat berada di dalarn air. Pemberat hanya dipakai pada saat mengoperasikan alat tangkap. Bagan perahu menggunakan kapal bemkuran panjang, lebar dan dalam 12m
x 1,Sm x 0,5m. Bagan perahu memiliki dua buah mesin dengan fungsi yang berbeda. Mesin pertama disebut mesin induk, berfungsi untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing base menujufishing ground atau sebaliknya. Mesin induk bertipe inboard engine yang berkekuatan 20 PK dan dipasang di dalam ruang mesin. Mesin kedua sebagai mesin pembangkit tenaga listrik untuk menghasilkan cahaya. Mesin pembangkit tenaga listrik berkekuatan 16 PK dan terletak di buritan. Lampu digunakan sebagai atraktor dan penerang, bejumlah 25 buah. Lampti yang digunakan sebagai atrakor berjumlah 14 buah, terletak pada sisi kin dan kanan kapal. Lampu yang digmakan sebagai penerangan berj~mlahS buah, sedangkan 3 buah lampu iagi digunakan sebagai cadangan. Lampu penerang digunakan pada saat perjalanan menujufishing grozmd dan setting. Semua lampu yang digunakan memiliki kekuatan yang sama, yaitu masing-masing 200 watt. Anjang-anjang atau rumah bagan pada bagan perahu terletak pada bagian tengzh kapal. Rc~nahbagan berbentuk persegi panjang dengan bagian at2p benipa pelataran. Pada bagian haluan kapal terdapat alat penggulung (roller) yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring pada saat operasi penangkapan ikan berlangsung.
Untuk memperkuat anjang-anjang atau rumah bagan biasanya digunakan kawat baja dengan diameter 0,5 cm yang tertumpu pada tiang penyangga (Gambar 3). Pada bagian tengah bangunan bagan ini.rerdapat rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, mesin utama, bahan bakar serta peralatan laut lainnya. Agar bangunan kapal tidak terbawa arus pada saat operasi yang memungkinkan posisi atau lokasi penangkapan alat tangkap bagan menetap maka digunakan jangkar yang terbuat dari besi. Nelayan ialah orang yang mzta pencahariannya melak~kanpenangkapan ikan (Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan). Menumt Direktorat Jenderal Perikanan (2000), nelayan di kelompokkan menjadi : 1) Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh '~vaktukerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan 2) Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan 3) Nelayan sambilan tambahan adalah fielayan yang sebagian kecil waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan Nelayan pada alat tangkap bagan perahu rata-rata berjumlah 3-5 orang, umumnya masih dalam satu kerabat. Peran nelayan bagan perahu yaitu juru inudi, juru rnasak danfislzing nzaster. Sistem bagi hasil yang digunakan adalah 50% bagi pemiiik dan 50% bagi ABK. 5.1.2 Metode peogoperssian
Persiapan operasi penangkapan ikan dilakukan sebelum ~nenujufishing grozcltd, zntzra lei11rnen~persiapkanperbekalan berupa makanan dan bshaii bsksr.
Kegiatan operasi penangkapan ikan dilakukan pada sore ha:i,
muhi p u k l !S.CS
WITA dan berakhir pada pukul 05.30 WITA. Waktu tempuh kefishing groutzd berkisar antara 20-30 menit perjalanan kalaufishing ground nya di dalam teluk, atau diperlukan waktu 2-3 jain perjalanan kefishing grozirzd yang berada di luar teluk. Sefibanya difishing ground, jangkar segera diturunkan supaya kapai rid* terbawa arus, kemudian dilakukan persiapan setting jaring dan n~enyalakanmesin lampu.
Pengoperasian bagan perahu dimulai setelah jaring terpasang dengan sempuma dan lampu mulai dinyalakan. Lampu pada bagan perahu memiliki fungsi untuk menarik ikan agar berkumpul di lokasi penangkapan. Nelayan bagan perahu biasanya dalam semalam hanya melakukan dua kali setting dan hauling, kecuali pada saat musim puncak biasanya bisa melakukan 5-7
kali setting. Pada saat musim biasa lama perendaman jaring biasanya 5-7 jam. Setelah ikan berkumpul di bawah lampu, waring secara perlahan-lahan dinaikkan dan seiring dengan mematikan lampu saiu per satu sehingga yang menyala hanya tertinggal satu lampu. Ini dilakukan dengan tujuan supaya ikan berkumpul pada satu titik dan memudahkan nelayan untuk mengambil hasil tangkapannya. Penarikan waring dilakukan oleh seorang nelayan dengan perlahan menggunakan alat bantu roller. Roller berfungsi untuk memudahkan pada saat pengangkatan
waring.
Saat waring
sudah lnendekati permukaan,
lalu
pengangkatan waring dipercepat agar ikan yang sudah ada dalam bingkai jaring tidak meloloskan din. Ini merupakan salah satu faktor keberhasilan operasi penangkapan ikan dengan alat tangkap bagan perahu. 5.1.3 Produksi Ikan Teri
Tujuan pengelolaan yang berorientasi pada aspek biologi adalah untuk mencapai pemanfaatan smberdaye i k ~ ndenngan menghasi1kzn ;umlah tangkapan yang maksimum secara berke!anjutan unkk waktu yang tidak terbatas. Salah saki cara untuk mencapai tujuan biclogi adalah dengan mengaplikasikan metode penentuan
sus~uiizubii.yield (MSY) sebagai saiah satu kvnsep umLun
nl~~ii;i~i,7;
Bano a nriwipny? Y-.~ d e l a h.;??-k. .
.
~r,en.gE,asi!!ca:. ;==!ah =akjixuin hasil tangkapan
bagi kegiltzc p e r ~ k a n ~tzcgkap. c Uniuk zspek biclogi d:,!arn
pengelolaaii
sumberdaya ikan teri adalah ketersediaan ikan teri itu sendiri. Jika sumberdaya ikan teri lnasih tersedia, maka kegiatan penangkapannya dengan bagan perahu masih bisa dilaksanakan. Dalam ha1 ini terlebih dahulu harus diketahui hasil tangkaptin clan iiilgkai upaya penangkapan serta fungsi prcduksi lestari ikan ted itu sendiri. Hasil tangkapan ten yang didaratkan di PPI Bima oleh alat tangkap bagan perahu mengalami fluktuasi setiap tahunnya (Tabel 8). Rata-rata hasil tangkapan
ikan teri selama periode 2001-2005 sebesar 80.880 kg. Hasil tangkapan ikan teri tertinggi tejadi pada tahun 2005 yaitd sebesar 81.900 kg, sedangkan terkecil tejadi pada tahun 2003 dan 2004 yaitu sebesar 80.000 kg. Tabel 8. Produksi ikan teri di PPI Bima tahun 2001-2005 Tahun
Produksi (kg)
Perkembangan (%)
-
2001
81.500
2002
ni.000
2003
80.000
-1.22457
2004
80.000
0
2005
81.900
2.375
-0.6~35
5.1.4 Produktivitas bagan perabu dan nelayan Produktivitas bagan perahu dapat ditinjau berdasarkan unit penangkapan dan nelayan. Produktivitas berdasarkan unit penangkapan ikan merupakan jumlah hasil tangkapan yang dihasilkan oleh setiap unit bagan perahu dalam satu tahun. Produktivitas berdasarkan nelayan merupakan jumlah hasil tangkapan yang dapat dihasilkan oleh setiap nelayan dalam satu tahun. Perkembangan produktivitas unit bagan perahu dari tahun 2001-2005 seperti tercantum dalam Tabel 9 Tabel 9 menunjukkan perkembangan produktivitas bagan perahu selama periode 2001-2005 berfluktuasi. Produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2005 jraiiu 1.412,07 k g hai ini terjadi karena produksi ikan teri naik sedangkan jumiah bagan menurun. Produkiiviras terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu 975,6! kg, kondisi tersebut kaiena peningkataii juiillah unit bagan tidak diimbangi dengan penin~katanproduksi i!:an teri. Rata-rata produkqivitas ikan teri dari tahun 20022GOj yaitu i.urr ~ g . "--
.
Tabel 9. Perkembangan produktivitas unit bagan perahu tahun 2001-2005. U ' S " "
20n1 2002 2003 2004 2005 Rata-rata
< " .L ,
Produksi bagan Produktivitas (kdunit) (kg) 77 1.05s,44 81.500 57 ' 81.000 ' 1.051,95 1.000,OO 80.000 80 975,61 80.000 82 1.412,07 81.900 58 1.099,61
1
Tabel 10 menunjukkan bahwa perkembangan produktivitas nelayan bagan perahu berfluktuasi. Produktivitas terendah terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 134,71 kg sedangkan yang tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu 143,62 kg.
Produktivitas nelayan rat&-rata daxi tahun 2001-2005 mencapai 139,73 kg, ha1 ini menunjukkan setiap nelayan dalam satu tahun rata-rata mendapatkan hasil tangkapan ikan ten mencapai 139,73 kg. Perkembangan produktivitas tersebut lebih terpengaruh karena perkembangan jumlah nelayan. Seinakin tinggi prociuktivitas dari satu uiiit bagan perahu maka akan memberikan keuntungan yang lebih layak untuk nelayan. Tabel 10. Perkembangan produktivitas nelayan bagan perahu tahun 20012005. I
Tahun
1
2001 2002 2003 2004
Jumlah Produksi bagan nelayan (kg) (orang) 605 81.500 81,000 564 ' 80.000 560 80.000 563
Poduktivitas nelayan (kglorang) 134,71 143,62 142,86 142,lO
5.1.5 Musim penangkapan ikan teri
Nelayan bagan perahu yang berada di Teluk Bima tidak ~nengeiialmusim penangkapan ikan. Alat tangkap bagan perahu dioperasikan sepanjang tahun dengan daerah penangkapan yang tidak jauh dari daerah Teluk. Musim puncak penangkapan ikan biasanya iejadi pada saat musim penghujan dan musim barat. Musim barat berlangsung antara Januari-Februari. Hasil tangkapan bagan perahu didominasi oleh cumi (Loligo sp) dengan wilayah operasi penangkapan sampai ke luar dari teluk. Musim hujan berlangsung antara Bulan NovemberFebruari. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis kecil seperti, teri
(Sfolephorus sp), pepetek (Leiogncfhuz sp), selar (Charanx spj, kembung (Rasfrelljger sp). Pada musim penghujan biasanya nelayan hanya melakukan operasi penangkapan ikan di dalam teluk.
Penangkapan ikan teri hanya dilakukan selama tiga bulan dalam satu tahun. Musim ikan teri yang terjadi di Teluk Bima terjadi pada Bulan Januari, April dan Agustus. 5.1.6 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan Produksi ikan ten berfluktuasi selama periode 2001-2005. Volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2005 mencapai 81.900 kg, sedangkan terendah sebesar 80.000 kg terjadi pada tahun 2003 dan 2004 (Gambar 3).
Gambar 3. Perkembangan produksi ikan teri tahun 2001-2005 Upaya penangkapan (effort) yang dilakukan untuk menangkap ikan ten pada periode tahun 2001-2005 juga berfluktuasi. Dalarn Gambar 4 tampak upaya penangkapan terendah terjadi pa& tahun 2005 sebesar 1:.600 trip, sedangkan upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar 16.406 trip.
Gambar 4. Perkembangan zffort penangkapan ikan teri 2001-2005 Adanya hubungan antara produksi dengan effort yaitii apabila terjadi peningkatan efSort sampai batas tertentu, maka tidak akan menyebabkan naiknya
produksi dan bahkan mengalaini p e n m a n . Hal ini terkait ada batasnya prod~ksi sumberdaya ikan yang ada di suatu vilayah Produktivitas unit penangkapan bagan perahu dapat diceminkan dengan mengetahui besamya nilai CPUE. Besamya nilai CPUE dapat dipengaruhi oleh effort
yang dicurahkan untuk penangkapan dan hasil tangkapan. Hasil tangkapan
per upaya penangkapan teri di Teluk Bima selama periode 2001 - 2005 cenderung befluktuasi. Hal ini disebabkan oleh fluktuatifnya effort dan produksi ikan ten selama periode tersebut. Hasil perhitungan CPUE selama periode 2001-2005 ditunjukkan dalam Gambar 5, tampak berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat. CPUE tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 7,06 kg per trip dan terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 4,87 kg per trip. Penurunan CPUE dari 5,29 kg per trip pada tahun 2001 menjadi 4,87 kg per trip pada tahun 2004 terjadi karena produksi ikan teri menurun sedangkan effort mengalami peningkatan. Selanjutnya peningkatan CPUE yang cukup tajam dari 4,87 kg per trip pada tahun 2004 lnenjadi 7,06 pada tahun 2005 terjadi karena adanya peningkatan produksi dan penunman tajam dari effort. Pandangan umum pelaku perikanan tangkap termasuk nelayan bahwa dengan meningkatkan upaya penangkapan atau effort setinggi-tingginya untuk usaha penangkapan ikan, ma!a
a k ~ n~ernberikanhasil tangkapan yang semakin
tinggi pula. Pandangan ini tidak mutlak salah, namun ha1 ini akan mendorong para pelaku perikanan termasuk nelayan untuk meningkctkaii upaya pefiangkapan atan <[fo,-l guna mendapatkan hasil yang semakin meningkat. Hal ini yang ekhirnpa akan menyebzbkzr. inefisiensi
Gambar 5. Perkembangan CPUE penangkapan ikan teri 2001-2005
Hubungan antara CPUE dengan effort selama periode 2001 - 2005 memperlihatkan kecenderungan yang menurun (Gambar 6). Nilai CPUE dengan upaya penangkapan perlu diketahui korelasinya, sehingga dapat diketahui kecenderungan produktivitas alat tangkap bagan perahu yang dicerminkan oleh grafik CPUE. Pada Gambar 8 korelasi antara CPUE dengan eforr menunjukkan hubungan yang negatif, ini menggambarkan bahwa semakin tinggi effort maka nilai CPUE semakin rendah. Hubungan CPUE dengan effort pada perikanan ten di Teluk Bima yaitu CPUE ditunjukkan oieh persamaan 12,4225-0,00046e, artinya bahwa setiap penambahan effort sebesar satuan e, maka akan menurunkan
CPUE sebesar 0.00046 kali satuan e.
y
6
2 I 0
-
-0.0005~ + 12.4
R'
- 0.9983
i
!
0
2000
4000
6000
8000
10000 12000 14000 16000 18000
Upnyn Penangkapun (hip per t r h u n )
Gambar 6. Hubungan CPUE dan effort 5.2 Aspek bio-teknik
Huubungan antara upaya penangkapan bagan perahu dan hasil tangkapan ikan teri di Teluk Biina dalam grafik berbentuk parabola (jmngsi ktmdrarik), artinya seriap penzm5zhzz tizgk2t u p c y ~ penangkapan i/f~ maka akan meningkaikan hasil tangkapan (c) sampai mencapai titik naksimum, kemudian akan terjadi penurunan hasil tangkapan untuk intensitas pengusahaan sumberdaya. Peningkatan effol? memang akan meningkatkan hasil tangkapan, namun peningkatan effort secara terus-menerus akan menyebabkan penurunan hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan maksimum lestari ikan teri di Teluk Bima bcrdasarkan perhitungan dengan model surplus produksi Schaefer, yaitu hasil tangkapan lestari (hmsy) sebesar 83.090,12 kg per tahun dan effort optimum sebesar 13.377 trip per
tahun. Hubungan kuadratik antara upaya penangkapan ikan ten menggunakan bagan perahu dengan hasil tangkapan ikan ten di Perairan TAuk Bima dapat dilihat pada Gambar 6.
j
I
Upaya penangkipan (trip)
Gambar 7. Hubungan antara hasii tangkapan dengan upaya penangkapan ikan teri Berdasarkan nilai MSY tersebut, diperoleh tingkat pemanfaatan su~nberdayaikan teri di Perairan Teluk Bima selama periode 2001 - 2005 bclum menga!arni o~~erjsh!ng. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antaia hasil tangkapzn aktua! tiap tahun densan jumlah tangkapan pada kondisi it~u.ksitnut?~ sus.tainabie yield (iLfSI7, yaitu belum melebihi 100%. Tingkat pernanfaztan s~!xherdzy~ it.:
?wi se!ema pericde 2001-2005 dapat dilihat ,:pa& Tzbd 1 1.
Tabel 11 Tingkat pemanfaatan ikan teri di Perairan Teluk Bima tahun 20012005 Tahun 200 1 2002 2003 2004 2005
Produksi (kg) 81.500 8 1.OOO 80.000 ' 80.000 81.900
Effort (Trip) 15.400 15.400 15.800 16.400 11.600
Tingliat remanfaatan (%) --
-.
P8,OS 97,48 96,28 96,28 98,57
5.3 Aspek Finansial
Tujuan ekonomi dari perikanan tangkap adalah memaksimumkan keuntungan bersih dari suatu kegiatan penangkapan ikan dengan cara memaksimumkan perbedaan antara nilai jual ikan yang didaratkan dengan biaya yang dikeluarkan atau diperlukan untuk kegiatan penangkapan. Analisis keuntungan usaha diperlukan untuk mengetahui keuntungan ekonomi pada unit penangkapan bagan perahu motor. Hasil yang diperoleh dari perhitungan nilai ekonomis dapat dijadikan 1andasa.n bagi para pelaku perikanan tangkap untuk menentukan langkah pengusahaan selanjutnya. Nilai keuntungan usaha dapat diperoleh dengan mengurangi penerimaan total yang didapat dengan biaya total yang hams dikeluarkan. Bila operasi penangkapan ikan berhasil dengan kata lain menghasilkan keuntungan, maka dilakukan bagi hasil setelah penerimaan yang diperoleh dikurangi biaya operasional dan perbekalan yang dikeluarkan dalam satu kali trip. Pembagian hasil pada unit penangkapan bagah perahu motor listrik di Bilna adalah keuntungan yang diperoleh dibagi dua, yaitu 50% untuk peinilik kapal dan 50% untuk ABK. Pembagian upah atau gaji tersebut dilakukan setiap selesai dilakukan trip penangkapan, setelah hasil tangkapan dilelang dan uang telah diterima pengurus atau pemilik kapal. Besamya bagian yang diterilna o!eh
penilik tapa!
dikarenakan pemilik kapal merupakan satu-satunya pihak yang :nenanggur,g biaya bila terjadi kerusakan pada jaring atzu mesin dan tetap memberi ?;-,a!: pada nelayan nleskipun pada suatu trip penangkapan mengalaini kerugiaii. Biayz investasi yang dikeluarkan -t.&
usaha
,.-;+ U..AL
yYIIaIIeI~UvUII ------I7---I UCLSUII .-,---
perahu motor lis!rik rata-rata rebesar Rp 30.000.000,00.
%aya xerse'cct
diperlukan untuk membeli alat tangkap bagan perahu sebesar Rp 22.250.000,OO atau 74,16% dari investasi yang dikeluarkan. Mesin utaina 23 PK sebesar Rp 4.000.000,00 (13,33%), mesin pelnbangkit listrik 16 PK sebesar Rp 3.500.000,OO (11,66 %); seita 25 'siji ta~npuTL 200 watt sebesar Rp 250.OG0,OG (0,83 Wj. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk bagan peralru motor petromak lebih kecil dibandingkan dengan bagan perahu motor listrik, karena bagan perahu motor petromak hanya menggunakan satu mesin
yang berfungsi sebagai mesin
penggerak. Biaya investazi yang dikeluarkan rata-rata sebesar Rp 27.300.000,OO. Biaya tersebut digunakan untuk membeli alat tangkap bagan perahu sebesar Rp 22.250.000,OO (81,50 %). Mesin penggerak 23 PK sebesar Rp 4.000.000,00 (14,65 %) dan lampu petromak sebanyak tujuh unit sebesar Rp 1.050.000,00 (0,83 %)
Tabel 12. Analisis finansial terhadap usaha unit penangkapan bagan perahu
Berdasarkan analisis finansial terhadap usaha penangkapan perikanan bagan perahu motor listrik (Tabel 12) diperoleh keuntungan usaha penangkapan selatna satu tahun diperoleh sebesar Rp 46.22.000,00 dan upah untuk mK sebesar Rp17.362.500,OO per tahun. Keuntungan usaha yang Aidapst dari nsaha bagan perahu motor petromak se!ama satu tahun sebesar Rp !3.585.500,00 sedangkan
ABK mendapaikan keuntungan sebesar Rp 5.966.000,OO per tahun (Tabel 12). Berdasarkan %be!
12, dikciak~ipcyhock pi-iod bagan perahu motor
petroniak lebih kecil daripada bagan perahu motor listrik. Bagan perahu inotor petromak memiliki payback period sebesar 2,01 dengan kata lain pengembalian modal dapat dicapai dalam waktu 14 bulan. Sementara bagan perahu motor listrik memilikipaybackpe~iodsebesar 0,65 dengan kata lain pengembalian modal dapat dicapai dalam jSngks waktu 8 bulan. Nilai ROI menunjukkan besarnya hasil yang didapatkan dari satu rupiah yang diinvestasikan. Pada bagan perahu motor listrik memiliki nilai ROI yang lebih besar dibanding bagan perahu motor petromak. Bagan perahu motor listrik
memiliki nilai ROI sebezar 1,54 sedangkan pada bagan perahu motor petromak memiliki nilai ROI sebesar 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa bagan perahu motor lampu listrik memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan bagan perahu motor petromak. Lebih lengkap tentang analisis finansial terhadap usaha unit penangkapan bagan perahu dapat dilihat pada Tabel 12. Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pasar terdiri dari sem.ua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang sama yang mun&in. bezsedia dsn ir;ainpL: melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan itu (Kotler,
1997). Aktivitas pemasaran yang dilakukan nelayan bagan perahu di Teluk Bima terpusat di PPI Bima. Sebagian besar nelayan melelang hasil tangkapannya di PPI tersebut, setelah itu hasil lelang didistribusikan di pasar lokal daerah maupun luar daerah Kota Bima. Di pihak lain ada pembeli yang langsung membeli hasil tangkapan langsung kepada nelayan di tengah laut, yaitu sebelum hasil tangkapan itu didaratkan. Pembeli seperti ini disebut Pulele. Pulele biasanya lnelakukan aktivitasnya pada saat musim tangkapan puncak. Pulele membeli hasil tangkapan jauh lebih murah dalam jumlah yang banyak. Hasil tangkapan teri yang dibeli oleh pulele sebagian besar tidak didaratkan di PPI Bima, karena pulele memiliki
jaringan pemasarar? sendiri. Kondisi tersebut menyebabkan pencatatan data hasil tangkapan yang kurang ahrat, sehingga untuk menduga potensi perikanan khususoya teri pada daerah Teluk Bima nengalami hambatan. Lebih jelas tentang pemasaran hasil tangkapan bagan perahu dapat dilihat pada Gambar 8. Nelayan
1 I
I
Surabaya)
............................................................................................................... Gambar 8. Alur pemasaran hasil tangkapan bagan perahu di Teluk Bima
5.4 Rencana pengelolaan dan pengembangan
Sebagai salah satu sumberdaya ikan yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pendapatan nelayan di Teluk Bima; maka diperlukan pengelolaan yang efisien dalam ha1 penangkapan ikan ten. Dalam ha1 ini Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima dapat membuat peraturan dan memberikan penjelasan kepada para pelaku perikanan khususnya nelayan setempat mengenai upaya penangkapan (effort) yang lestari. Secara teknik alat tangkap bagan perahn listrik dan bagan perahu petromak tidak jauh berbeda hanya yang membedakan adalah pada sumber pencahayaan. Sunber pencahayaan pada bagan listrik memiliki intensitas cahaya yang lebih tinggi dibanding bagan petromak, sehingga berpengamh terhadap jumlah hasil tangkapan. Hasil analisis CPUE menunjukkan bahwa upaya penangkapan teri yang dilakukan oleh nelayan pada tahun 2005 di bawah kondisi muximum sustuinable yield.'~erdasarkanhasil perhtungan teoritis tentang effort optimum (13.377 trip) dan membandingkannya dengan effort aktual(11.600 trip), maka dapat diketahui bahwa jumlah unit bagan perahu yang dapat beroperasi di Perairan Teluk Bima masih dapat ditingkatkan. Jumlah optimum bagan perahu yang boleh beroperasi di Perairan Teluk Bima adalah sebanyak 66 unit. Berdasarkan jumlah unit bagan perahu yang eda, maka dapat ditambahkan maksimum 8 unit untuk beroperasi di Perairan Teluk Bi:r,a. Berdzsarkan analisis usaha dapat dilihat bahwa usaha unit penangkapan ikan menggunakan bagan perahu memberikan keuntungan bagi pelak~tperikanan, khzsuz~yznn!zjlnn. HZ! ini dapat dilihat dari nilai keuntxngan yang diteriliia o k h nelaya:: bernilai positif serta nilai R C > I . Kuntungan yang diperoleh bagan listrik lebih besar dibandingkan dengan bagan petromak walaupun biaya investasi yang dikeluarkan tidak jauh berbeda. Nelayan dapat mengembalikan jumlah investasi yang dipakai (Paybuck Periode) selama 8 bulan untuk bagan listrik dan 24 bulail untuk bagan petromak. Bagan perahu motor listrik memiliki nilai ROi sebesar 1,54 sedangkan pada bagan perahu inotor petromak memiliki nilai ROI sebesar 0,49. Berdasarkan nilai kriteria analisis usaha sebaiknya nelayan menggunakan bagan perahu motor listrik.
-
Hasil analisis MSY dan analisis finansial menunjukkan bahwa usaha unit penangkapan ikan dengan menggunakan bagan perahu masih dapat dilanjutkan. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan teri di teluk bima telah mencapai 98,56%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada peluang pengembangan bagi upaya penangkapannya walaupun sangat kecil. Pengembangan usaha unit penangkapan bagan perahu harus dipertimbangkan dengan teliti karena grafik hubungan antara
CPUE dan efo~.tmenunjukkan garis trend yang menurun. Garis trend menurun merupakan indikator bagi pemanfaatan sumberdaya ikan teri yang berlebih. Sehingga kegiatan usaha penangkapan dengan bagan perahu perlu pengaturan dan pengelolaan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Bima dalaln menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri.
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
1) Hhsil tangkapan lestari sebesar 83.090,1177 kg lebih besar daripada hasil tangkapan aktual sebesar 81.900 kg. Tingkat upaya penangkapan optimum sebesar 13.377 trip lebih besar daripada tingkat upaya penangkapan aktual sebesar 11.600 trip.
2) Bagan perahu motor petromak memiliki keuntungan yang lebih kecil dibandingkan dengan bagan perahu motor listrik. Keuntungan usaha bagan perahu motor listrik selama satu tahun diperoleh sebesar Rp46.225.000,00, sedangkan bagan perahu motor petiomak sebesar Rp13.585.500,OO per tahun. 3) Bagan perahu yang boleh beroperasi di Perairan Teluk Bima sebanyak 66
unit atau masih dapat ditambahkan sebanyak 8 unit 6.2 Saran
1) Kepada pihak dinas untuk memperketat izin baru alat tangkap bagan perahu yang beroperasi di Teluk Bima, karena ada keterbatasan dalam penabambahan unit penangkapan bagan perahu
2) Kepzda ne!ayan sebaiknya menggunakzn bagzn perah:: mot=; !is:ii!:, karena meiniliki keuntungan yang lebih besar dibandingkzn dcngan Sapan perahu motor petromak
DAFTAR PUSTAKA Ayodliyoa AU. 1'181. Metode Penangkapm Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. 91 hal. Aziz YA. 1989. Pendugaan Stok Populasi Ikan. Bahan Pengajaran (tidak dipublikasika~l). Bogor : Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. 89 hal. Dikzrrip tIcrri Fetriani H. 2001. Analisis Bioekonomi Model GordonSchaefer Untuk Pengusahaan Sumberdaya Ikan Layang di Perairan Utara Jawa. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Program Studi Sosial Ekono~niPeriakanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 81 hal. Baskoro SM, J Haluan and T Arimoto. 1998. Behavior of Hairtail Trichiurus spp. In the Ill~uninatedZone During Capture Process of Floated Bambooplatfonn Liftnet. Proceedings AGRI-BIOCHE. ISSN 1343-9073. Tokyo. P:ClS-C23. Clark C'CV. 1985. Bioecononlic Modelling and Fisheries Management. TorontoCanada : John Wiley and Sons. p 291 Dinas Periltanan dan Kelautan Kabupaten Bima. 2002. Buku Tal~unanStatistik Perikanan 2001. Binla : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. 20 hal. 2004a. Buku Tahunan Statistik Perikanan 2004. Bima : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat. 5 hal. 2004b. Laporan Tahun Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Bima. Bima : Dinas Periltanan dan Kelautan Kabupaten Bima. 4 hal. Dinas Periltanan dan Kelautan Kota Bima. 2005. Buku Tahunan Statistik I'eriItana1l2005. Bima : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. 10 hal. Dinas Periltanan dan Kelatitan Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2003. Rencana Tata Iluang Pesisir Laui dan Pula~l-pulauKecil Kabupaten Bima 2003-2013. Bima : Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram. Direktorat Jencleral Perikanan. 2000. Statistik Perikanan Indonesia 1998. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan Djanlin 2. 1984. Pereilcanaan dan Analisa Proyek. Jakarta : Lembaga Penelitian Fakultas EIconomi Universitas Indonesia. 167 hal. Edris M. 1953. I'enu~ltlm Studi Kelayakan Proyek. Baildung : Sinar Baru. 172 ha1
Effendi M. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusantara. 112 ha1 Fauzi A. 2004. Ekonoini Sumberdaya Alan1 dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustalta Utama. 259 ha1 Fetriani H. 2001. Analisis Bioekonomi Model Gordon-Schaefer Untuk Pengusahaan Sumberdaya lkan Layang di Perairan Utara Jawa. [Skripsi] Bogor :Program Studi Sosial Ekonon~i (tidak dipublikasikan). Perikanan, Fak~~ltas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sl llal. Gordon I-IS. 1954. The Economic Theory of Common Property Resource : The Fishery. J. polit. Econ 62. p 124-142. Dikutip dari Fauzi A. 2004. Elconoini Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustalca Utarna. 259 ha1 Graham M. 1935. Modem Theory of Exploiting a Fishery and Aplication to North Sea Trawling. J. Cons. CIEM, lO(3) : (264-274). Di dalarn Sparre P. dail S C Venema. 1999. Introd~tksiPengkajian Stok &an Tropis. Buku I. tin1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penterjemah. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Berdasarkan ICerjasmna dengall Organisasi Pangan dan Prtanian Perserikatan BangsaBangsa). 438 hal. Terjemahan dari : Introduction to Tropical Fish Stock Assesement. Part 1, Manual Hidayat.
2004. Kajian Penangkapan Purse Seine dan Kemungkinan Pengembangannya di Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). !3ogor. Progranl Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Pzrikan~mdan Ilrn~lICelautan, Institut Pertanian Bogor. 10 ha1
Gun3rso 1.V. 1985. Tingltah Laltu Ikan dalam Hubungannya dengal Alat 'Tangkap: Metode dan Taktik Penangkapan. Diktat (Tidak Dip~lblikasikan).Bogor. Jurusan Pe~nanfaatanSumberdaya Perikanan. F a l ~ ~ l tPcrikaiiziii. as Iiistitut Bogor. 149 ha]. Jennings S. tiail JM. Lock. 1996. Population and Ecosystem of Reef Fishing. Reef Fisheries diedit oleh Nicholas V. C. Pol~mindan Callum M. Robert. London: Chapman & Hill ICadariah, L Karlina dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Lelnbaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 181 ha1 Kotler P. 1997. Manaje~nenPenlasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, @an Kontrol. Jakarta :PT Prenhallindo. Hal 1 i-12
Mallawa A da11 Sudir~nan.2004. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta. Rineka Cipta. 68-71 ha1 Monintja DR. dail S. Martasuganda. 1989. Teknologi Penangkapan Ikan. Diktat IC~iliah(tidak dipublikasikan). Bogor: Institut Pertanian Bogor. 121 hal. Monintja Dl<. 1990. Study on the Development Prospect of Fish Agregating Device for Tuna Fisheries in Pelabuhan Ratu. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Bogor : Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Nasution C 6an W~tdianto. 1993. Pendekatan Teknologi Uniuk Peningkatan Produksi Suatu Studi Kasus Perikanan Pelagik Besar di Palabuhan Ratu, Jawa Barat. Prosiding Simposiuln Perikanan I Buku I1 Jakarta.: Pusat Penelitia~~ dan Pengembangan Perikanan. Hal 645-646 Nazir M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. 63-65 ha1 Nurani TW. SH Wisudo dan MP Sobari. 1997. Studi Perbandingan Kajian Teknologi Usaha Penangkapan Longline Untuk Fresh dan Frozen Tuna. [Laporan Penelitian]. Bogor. Penlafaatan Sumberdaya Perikanan. Falcultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. 53 ha1 Nomura M. ant1 T. Yamazalti. 1977. Fishing Technique I. Tokyo : Japan International Cooperation Agency. 206 p. Purwanto. 1988. Bioelconomi Penangkapan Ikan : Model Statistik. Oseana 13 (2) : llal63-72 Purwanto. 1989. Bioelcono~niPenangkapan Iltan : Model Dinamik. Oseana 14 (3) : ha1 93-100 liifai. 19S3. Biologi Perikanan 2 Untuk Sekoiah Menengah Teknologi Pertanian. Juriisan Teknologi Penangkapan Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan I>aslu. Dan Menengah. Jakarta. 128 hal. Dikztfip dari Hidayat. 2004. ICajian I'enangkapan Purse Seine dan Kemungkinan Pengembangannya di lndramayu. [Sltripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi l'e~nanfaatan Sumberdaya Perilanan, Fakultas Perikanan dan iimu ICelautiul, Institut Pertanian Bogor. 10 ha1 Saad S. 2003. Politilc I-Iukum Perikanan Indonesia. Jakarta. Lembaga Sentra Pemberdayaan Masyarakat. 199 ha1 Saslnita S. 1997. Studi b en tang Bagan Motor dan ICemungkinan Pengel~lbangannya di Desa Mekarsari Kecamatan Pulo Merak Kabupaten Serang. [Skipsi] (tidak dipublikasikan). Bogor: Piagram Studi Pemanfaatan Surnberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelauta~Institut Pertanian Bogor. 63 hal.
Schaefer MU. 1954. Some Consideration of Population Dynamics and Relation to The Management of Marine Fisheries. Journal Fisheries Resources Boord Canada, 14, p 669-681. Didalam Fauzi A. 2004. Ekonomi SulSzrdaya Alan1 dan Lingkungan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utaina. 259 ha1 Siagian SF. 2002. Analisis Hasil Tangkapan Kerang Menggunakan Penggeruk D ~ v d g eGear dan Kemungkinan Bentuk Pengembangan Produksi Hasil Tangkapnnnya Di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. [Skripsi] (tidak dipubliltasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikan,, Fekl?!tas' Perike~~z? dan Ilmu Ke!aiutan, Institilt. Pertmian Bogor. 14-16 ha1 Sparre P dan SC Venema. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Buku I. tin1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penterjemah. Jaltarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (Berdasarkan Kejasaqa dengan Organisasi Pangan dan Prtanian Perserikatan Bangsa-Bangsa). 438 hal. Terjemahan dari : Introduction to Tropical Fish Stock Assesement. Part 1, Manual Subani W. 1970. Penaglcapan Ikan Dengan Bagan. Tanpa Lembaga. Jakarta. 18 hal. Subani W. 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia. Jilid I. Jakarta : Lelnbaga Penelitial Perikanan Laut. 259 hal. Subani W. 1986. Telaah Penggunaan Rumpon dan Payaos dalam Perikanan Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 35. Jakarta : Balai Pznelitian Perilcanan Laut. Badan Pe~elitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Hal : 35-45. Subani
W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Periltanan Laut. No. 50. Jakarta : Balai l'e~lelitian Periltanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Perlanian. Departenlen Fertanian.
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Lokasi pe-
-
N
Sllmbsr: -Pol. RBI BAK0S"RTANI.L -survai Lapang
Oirurun OlOh Fnlhul Bnhn CS*10202,
La1111)irnn2 Peta daelali pcnangltal)an ikno di perairan Telulc Bima -. .----
Pets Daerah Penang kapan lkarl
Kelorangan
0 A @
C]
0
DP1 Vurseseine DPI Bagan T a n c a p Nanra Daerah DPI Bagan Perahu Lavl Dar:tt
lndeks p e l a
Surnber: Peta RBI EIAK3SURTANAL 2007
Dcrurun Oleh Fathul Bahri C54102021
L a n ~ p i r a n3. Analisis TJsaha Unit Penangkapan Bagan Perahu Lampu Listrik di 13iina. Investasi : Bagan per all^^ Mesin Utama 23 Pk Mesin Listrik I6 Pk L a m p 2% Vv'ati x 25 x @ 10.000 Total
22.250.000 4.000.000 3.500.000 25G.GGO + 30.300.000
Penerimaan Hasil tanglcapan lkan Teri: Musiln Puncak 25 Trip x 900 kg x @Rp 3.300 Mii~iiilSedang 25 Trip x 210 kg x @Rp 6.600 Musi~nl'aceklik 25 Trip x 60 kg x @Rp 6.600 Total
74.250.000 34.650.000 9.900.000 + 118.800.000
Biaya Prod~~ksi : Biaya Tetap Perawatan Kapal Perawatan Alat Tangkap Perawatan Mesin Uta~na Perawatan Mesin Listrilc Penyusutan Bagan I'erahu Penyusutan Mesin Uta~na Penyllsutan Mesin Listrik Total Biaya Tid:lk Tetap Solar 25 Lt s 75 Trip x @ Rp 5.000 Konsumsi 75 Trip s Rp 70.000 1Jpali Anl: Total Total Uiaya Ket~nt~ingan Payback Periode (PI') Return Of liivestlneiit R/C Bagi Hasil @ABK (;orang)
Lampiran 4. Analisis Usaha Unit Penangkapan Bagan Perahu Petromak di Birna. Investasi : Bagan Perah11 Mesin Uta~na23 Pk Larnpu 7 x @ 150.000 Totai
22.250.000 4.000.000 1.050.000 + 27.300.Oirir
Penerimaan I-lasil tangkapan lkan Teri: Musin1 p~~ncaI< 22 Trip x 360 kg x @Rp 3.300 Musirn setlang 22 Trip x 90 kg x @Rp 6.600 Musim paceltlilt 22 trip s 30 kg x @Rp 6.600 Total
26.136.000 13.068.000 4.356.000 + 43.560.000
Biaya Produltsi : Biaya Tetap Perawatan Kapal Perawatan Alat Tanglcap Perawatan Mesin Uta~na Penyusntan Bagan Perahu Penyusutan Mesin Uta~na Total
1.200.000 400.000 1.200.000 I. 1 12.500 400.000 + 4.312.500
Biaya Tid:~kT e ~ a p Solar 5 Lt x 66 Trip x @ Rp 4.300 Konsurnsi 6G Trip s Rp 70.000 Spiritus 3 x 2 LtIBulan s @ 7.500 Kaos Lampu 3 Bulan x I LusinIBulan x @10.000 Minyak Tnnah 20 Lt s Rp 1.250 x 264 Upah ABIi Tohl
1.419.000 4.620.000 45.000 30.000 1.650.000 !7.898.C$$ + 25.662.0C0
Total Biaya
29.974.500
Keun~ungan Payback Periode (PP) Retun Of investment RlC Bagi Hasil @AUK (3 orang)
Lampiran 5. Contoh Perhitungan C:PUE 1. PerhitL~~ngan CPUE
CPUE =
produksi efforl
',
L
Data regresi antara upaya penangkapan, CPIE, nilai intersep (a) dan slope (b) ikrui teri di Teluk Bima
2.
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics 0,997226589 Multiple R R Square 0,99446087 Adjusted R Square 0,692614494 Standard Error 0,073997935 Obse~at~ons 5 ANOVA -
-
Rearession Residual
Intercept
X Variable 1
tli --
SS 1 2.94921634 3 0,016427083
MS 2.94921634 0,005475694
Standard Enur t Stat Coefficients 12,42252319 0,297943436 41,69423344
F 538.601
P-value 3E-05
Significance F 0.000175257
Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% 11,4743342 13,3707122 11,4743342 13,37071218
-
-0,000464312 2,00068E-05 23,20778634 0,00018 0,000527983 0,00040064 0,000527983 0,000400642
3. Perhitungan cmsy dan eoptilnum cmsy
UL
=-
4b
eopti~llum
U
=-
26
= (12,42252319) I = 13,377,3335 trip a = 12.422523 19 b = -0.0004643 12 cmsy = S3.090,1177 kg eoptimum = 13377,3335 trip
(2 x -0,000464312)
Lampirsn 6.Data regresi antara upaya penangl~apan,CPUE, nilai intersep (:I) dan slope (b) iltan teri di Telulc Bima l'ahun
Produlsi(catch)/Kg .
2001 2002 2003 2004 2005
81500 81000 80000 80000 81900
Trip
15400 15400 15200 16400 11600 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Bima 2005
-
cpue
0,005292208 0,00525974 0,005263158 0,004878049 0,007060345-
Lampiran 7. Prodlrksi per jenis ilan di Perairan TelukBima Tahun 20012005