PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENGELOLAAN RISIKO KREDIT BERMASALAH ( Survey pada BPR di Kota Tasikmalaya ) Oleh : Popi Siti Fajriah NPM : 103403017 Bidang Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) audit internal pada BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya (2) risiko kredit bermasalah pada BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya (3) pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah. Objek penelitian meliputi audit internal dan risiko kredit bermasalah. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan survey. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana dengan skala pengukuran interval. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 menunjukan bahwa (1) audit internal pada BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya sangat memadai (2) risiko kredit bermasalah pada BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya dikelola dengan baik (3) audit internal berpengaruh signifikan terhadap pengelolaan risiko kredit bermasalah.
Kata kunci : audit internal, risiko kredit bermasalah PENDAHULUAN Kredit merupakan kegiatan usaha yang banyak dilakukan oleh bank-bank. Tujuan pemberian kredit adalah untuk menanamkan dana mereka. Disamping itu juga kredit menjadi penyebab utama bank menghadapi masalah besar. Oleh karena itu tidak berlebihan apabila dikatakan stabilitas usaha bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka mengelola kredit. Keberadaan kredit merupakan pendapatan terbesar bagi bank dibandingkan dengan sumber pendapatan lain. Dengan diberikannya kredit kepada masyarakat bank juga akan mendapat pendapatan lain seperti provisi kredit dan pendapatan administrasi kredit. Oleh karena itu, pengelolaan kredit sangatlah penting
bagi industri perbankan. Disamping kredit memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendapatan bank, di sisi lain kredit juga rawan akan gagalnya pengembalian sebagian kredit yang diberikan dan menjadi kredit bermasalah sehinga mempengaruhi pendapatan bank. Hal tersebut biasa terjadi dalam bisnis perbankan dimana hampir mustahil bahwa semua kredit yang disalurkan akan 100% berjalan lancar sehingga sedikit atau banyak bank akan menghadapi kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan perbankan, dimana debitur mengingkari janji mereka untuk membayar bunga dan/ atau kredit induk yang telah jatuh tempo sehingga terjadi 1
keterlambatan pembayaran atau bahkan sama sekali tidak ada pembayaran. Semakin besar kredit yang diberikan semakin besar pula keuntungan yang akan di dapat oleh bank tetapi sekaligus resikonya semakin besar juga. Oleh karena itu kredit bermasalah adalah bagian dari kehidupan bisnis perbankan, maka subyek itu bukan barang baru bagi sebagian besar bankir.
disalurkan. Mereka bertindak sebagai intalasi pertama dalam organisasi bank yang bertugas menyaring permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur, baik debitur korporasi ataupun perorangan. Selanjutnya secara terus menerus mereka memonitor perkembangan mutu kredit yang telah diberikan, satu demi satu maupun secara keseluruhan.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu berbagai informasi tentang prestasi debitur memenuhi kewajibannya, termasuk pembayaran bunga dan kredit induk serta berbagai macam biaya yang bersangkutan dengan transaksi kredit datang dari bagian ini. Manajemen risiko sebagai suatu yang wajib dilaksanakan oleh perbankan karena menjadi alat yang efektif dalam menangkal kredit bermasalah. Manajemen risiko diterapkan dalam setiap aktivitas bank. Hampir semua kegiatan bank dikelola melalui identifikasi risiko, perhitungan risiko baik secara kualitatif maupun kuantitatif, pemantauan risiko, dan pengendalian risiko.
Faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah tidak hanya timbul dari faktor eksternal atau pun dari pihak nasabah, pihak bank pun ikut andil dalam menciptakan kredit bermasalah. Kebijakan kredit yang ekspansif, penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan, lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit serta lemahnya sistem informasi kredit merupakan faktor penyebab timbulnya kredit bermasalah yang datang dari pihak bank itu sendiri.
Namun kebenaran dan akurasi dalam menetapkan dan menghitung risiko, termasuk penggunaan modal dan sistem dalam menghitung risiko membutuhkan recek dan kaji ulang. Untuk meyakinkan kebenarannya, recek dan kaji ulang seyogyanya dilakukan oleh pihak independen dalam bank, sementara itu pihak yang dinilai sebagai pihak yang independen dalam bank, adalah audit internal.
Pada bank ukuran menengah dan besar biasanya membentuk bagian khusus yang disebut komite kredit, dengan tugas memberikan pendapat dan saran kepada dewan direksi dalam mengevaluasi kelayakan permintaan kredit yang mereka salurkan. Anggota komite kredit terdiri dari para pejabat bank yang bersangkutan dengan tugas evaluasi dan pengawasan kredit.
“ Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang indefenden dan objektif , yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai
Para pejabat bagian kredit memikul tanggung jawab yang besar dalam menjaga mutu kredit yang
2
tujuannya., melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance.
diperlukan keputusan.
untuk
pengambilan
Fungsi audit internal adalah melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
Tujuan dari audit intern adalah memberikan pelayanan kepada organisasi, dalam rangka membantu semua anggota organisasi tersebut. Bantuan yang diberikan sebagai tujuan akhir adalah agar semua anggota organisasi dapat melaksanakan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya secara efektif, atau lebih jauh lagi mencapai efektivitas optimal. Audit internal juga berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga hanya terbatas pada pemeriksaan catatan-catatan akuntansinya saja, pemahaman tentang permasalahan-permasalahan dan kebijakan manajemen sangatlah
Pihak manajemen sebagai pihak pengambil keputusan memerlukan bantuan auditor internal dalam menetukan kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada dalam organisasi bank berdasarkan analisis, penilaian serta sasaran-sasaran yang objektif serta independen. Salah satu yang paling penting dalam organisasi bank adalah sistem pengendalian intern kredit dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah. 1. Evaluasi pengelolaan risiko Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. 2. Evaluasi pengendalian Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisien, dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan. 3. Evaluasi Proses Governance Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses
TINJAUAN PUSTAKA Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang indefenden dan objektif , yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas pengelolaan risiko, pengendalian dan proses governance. (Konsorsium Organisasi profesi audit internal dalam buku standar audit internal, 2004 : 5 ). fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan resiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
3
governance dalam mencapai tujuan nya.
bermasalah. Setiap pimpinan bank, para eksekutif dan staf bank yang tugasnya berkaitan dengan perkreditan harus sadar bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk meminimalkan risiko munculnya kasus kredit bermasalah pada bank mereka masingmasing. Dengan perkataan lain, walaupun mereka mempunyai kewajiban untuk mengoptimalkan pendapatan bank dari kredit yang disalurkan, namun mereka juga harus dapat mengendalikan risiko penanaman dana dalam aktiva produktif tersebut. Hal itu dapat dilaksanakan dengan jalan menerapkan asas manajemen kredit sehat sebagai berikut :
Risiko didefinisikan sebagai Bentuk-bentuk peristiwa yang memiliki pengaruh terhadap kemampuam seseorang atau sebuah institusi untuk mencapai tujuannya “. (Robert Tampubolon, 2004 : 19 ) Istilah kredit dalam kehidupan sehari-hari sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.maksudnya pemberi kredit hanya percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan bagi kredit berati menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembalisesuai dengan jangka waktunya.
1. Menyusun kebijaksanaan pokok penyaluran kredit 2. Evaluasi kemampuan dan kesediaan calon debitur melunasi kredit 3. Meningkatkan mutu personalia bank 4. Pengawasan mutu kredit 5. Menangani kasus-kasus kredit bermasalah secara profesional 6. Menyusun dokumentasi dan administrasi kredit.
Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu di masa yang akan datang disertai dengan suatu kontra prestasi berupa bunga. Muhdarsyah Sinungan (2003 : 234)
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan survey. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Moh. Nazir, 2012 : 54) Metode survey yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-
Risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan ( counterparty ) dalam memenuhi kewajibannya. (Z. Dunil 2004 : 4 ) Dalam kredit bermasalah, debitur mengingkari janji mereka membayar bunga dan/atau kredit induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran”. ( Siswanto Sutejo, 2008 : 13 ) Upaya Meminimalkan Risiko Terjadinya Kredit Bermasalah. Menurut Siswanto Sutejo ( 2008 : 223 ) setiap bank harus berusaha mencegah terulangnya kembali kredit 4
gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau daerah. (Moh. Nazir, 2012 : 56).
guna mendukung data-data primer yang diperoleh selama penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku serta referensi-referensi lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.
OPERASIONAL VARIABEL 1. Variabel Independen : Audit Internal 2. Variabel Dependen : Risiko Kredit Bermasalah
Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan tujuan penelitianserta untuk diperolehnya informasi dengan tingkat reliabilitis dan validitas memadai.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan (field Research) , teknik ini dilakukan untuk memperoleh data primer, yang dilakukan melalui :
Populasi dan Sample Populasi Populasi adalah wilayah generalis yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. ( Sugiyono, 2012 : 80 ) Populasi sasaran ( target population) adalah seluruh Bank Perkreditan Rakyat Pemerintah Kota Tasikmalaya. Dimana Secara keseluruhan BPR milik Pemerintah Kota Tasikmalaya ada 11 BPR
a. Observasi non partisipan yaitu penulis mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti tanpa terlibat kerja. b. Wawancara Yaitu wawancara langsung dengan pimpinan yang terkait atau pihak-pihak yang bersangkutan terhadap masalah yang sedang diteliti. c. Angket / kuosioner Yaitu teknik pengumpulan data melalui penyebaran angket/kuosioner yang terdiri dari daftar pertanyaan yang disusun secara sistematik dan ditanyakan kepada responden untuk mendapatakan data yang berkaitan dengan studi pustaka mengenai pengaruh fungsi audit internal terhadap upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah 2. Studi Kepustakaan (library and internet study) Teknik ini memperoleh
Sample Mengingat metode ini menggunakan deskriptif analitis dengan pendekatan survey, maka untuk menentukan penelitian akan digunakan penarikan sample Nonprobability Sampling dengan jenis Purposive sampling dengan alasan keterbatasan pengumpulan data, dimana PT.BPR Nusamba dan PT BPR Banjar Arthasariguna yang berada di kota Tasikmalaya menolak untuk dijadikan subjek penelitian/responden. Maka dari itu penulis memilih 9 ( sembilan ) BPR yang akan dijadikan sampel. Pengujian Hipotesis Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
dilaksanakan untuk data-data sekunder
5
a.
Penetapan hipotesis operasional Ho : = 0 : Fungsi Audit Internal Tidak Berpengaruh Signifikan Terhadap Upaya Meminimalkan Risiko Kredit Bermasalah Ha :
c. Uji Signifikan Untuk mengetahui tingkat signifikan atas pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah, maka dilakukan pengujian parameter dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan pengaruh X tidak signifikan terhadap Y, sedangkan hipotesis alternatif merupakan hipotesis penelitian dari peneliti yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji.
≠ 0 : Fungsi Audit Internal Berpengaruh Signifikan Terhadap Upaya Meminimalkan Risiko Kredit Bermasalah
b. Penetapan tingkat signifikasi Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak (two side test) dengan alpha ( ) 0,05, dan tingkat kepercayaan (convidence level) 0,95. Hal ini sering digunakan dalam ilmu sosial yang menunjukan kedua variabel mempunyai korelasi yang cukup nyata.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian dengan pengukuran skala likert Variabel X ( Audit Internal ) Pertanyaaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah
1 5
2 4
3 5
Responden 4 5 6 4 5 5
5
4
5
4
5
5
5
5
4
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 46
5 5 4 4 5 5 4 4 3 4 53
5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 52
5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 59
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60
5 5 5 5 5 5 3 4 3 5 54
6 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 87
7 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 88
8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 89
9 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 5 4 84
7 5
8 5
9 5
Jumlah 43 42 43 42 41 41 42 42 38 41 36 41 492
Variabel Y ( Risiko Kredit Bermasalah ) Pertanyaaan 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 71
3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 90
Responden 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 72 75
7
Jumlah 43 42 41 42 43 42 41 41 39 41 40 41 43 41 41 42 42 41 746
Keterangan Responden : 1.PD BPR Artha Sukapura 2. PT. BPR Artha Jaya Mandiri 3. PT. BPR Siliwangi 4. PT. BPR Sahat Sentosa 5. PT. BPR Syariah Al. Wadiah 6. PT. BPR Syariah Al. Madinah 7. PD. BPR Artha Galunggung 8. PT. BPR Pola Dana 9. PT. BPR Karyajatnika Sadaya
Satuan pengawas internal mengevaluasi efektifitas pengendalian intern, secara menyeluruh dari proses jalannya kegiatan. Hal ini ditujukan untuk melihat atau mengevaluasi pelaksanaan pengendalian intern yang diterapkan perusahaan telah sesuai dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kemudian kelemahan dari pengendalian intern dilaporkan kepada manajemen yang menangani sesuai dengan porsinya, dan untuk kelemahan pengendalian intern yang material dilaporkan kepada Dewan Direksi dan Dewan Pengawas. 3) Evaluasi proses governance Satuan pengawas internal pada BPR di Kota Tasikmalaya mengevaluasi proses governance dengan cara mengkaji ulang fungsi-fungsi satuan kerja yang ditujukan untuk pelaksanaan good corporate governance, sehingga dari hasil kaji ulang tersebut dapat diketahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan satuan kerja dalam menunjang terlaksananya tata kelola yang baik.
Audit internal pada BPR di Kota Tasikmalaya. Setelah melakukan penelitian, maka audit internal pada BPR di Kota Tasikmalaya sangat memadai. Hal ini dapat terlihat dengan dibentuknya Satuan Pengawas Internal, dimana satuan pengawas internal merupakan suatu fungsi pemeriksaan yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji, mengevaluasi kegiatankegiatan organisasi yang dilaksanakan. 1) Evaluasi pengelolaan risiko Satuan pengawas internal pada BPR di Kota Tasikmalaya melakukan evaluasi pengelolaan risiko ditujukan untuk mengidentifikasi kemungkinan BPR di Kota Tasikmalaya gagal dalam mempertimbangkan suatu risiko, serta memberi suatu keyakinan pada manajemen bahwa pihak Bank sudah fokus pada risiko-risiko yang baru muncul yang belum dikelola dengan baik. 2) Evaluasi pengendalian
8
Dengan diadakannya suatu evaluasi terhadap segala kegiatan yang ada dalam organisasi, satuan pengawas internal pada BPR di Kota Tasikmalaya telah memberikan kontribusi ( manfaat ) bagi BPR di Kota Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
3)
Risiko Kredit Bermasalah Pada BPR di Kota Tasikmalaya. Setelah melakukan penelitian, maka risiko terjadinya kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya telah dikelola dengan baik, hal ini terlihat dengan terbentuknya bagian kredit yang memiliki fungsi khusus dalam menangani perkreditan dari awal proses pemberian kredit hingga pada pengawasan penyaluran kredit, serta dengan penerapan asas manajemen kredit yang sehat. 1) Menyusun Kebijakan Pokok Penyaluran Kredit Pihak mananjemen menyusun kebijakan pokok penyaluran kredit yang dinyatakan secara tertulis, jelas, sehingga mudah dimengerti, ringkas, teratur, padat dan memberikan peluang untuk ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan situasi dan kondsi bisnis. Dalam kebijakan pokok penyaluran kredit ini memuat beberapa hal yang menyangkut organisasi perkreditan, kebijaksanaan persetujuan kredit, batas jumlah pemberian kredit kepada debitur, serta kriteria tentang kredit beresiko tinggi. 2) Evaluasi Kemampuan dan Kesediaan Calon Debitur Melunasi Kredit Manajemen pada BPR di Kota Tasikmalaya mengevaluasi kemampuan dan kesediaan calon debitur melunasi kredit dengan jalan
4)
5)
6)
9
melihat prospek usaha dari calon debitur dengan tetap mempertimbangkan kondisi perkembangan ekonomi dan jaminan kredit. Meningkatkan Mutu Personalia Bank Dalam hal meningkatkan mutu personalia, BPR di Kota Tasikmalaya mengalokasikan cadangan dana khusus yang dimaksudkan untuk meningkatkan mutu personalia, misalnya dengan mengadakan training ataupun keikutsertaan pada lembaga lain diluar bank. Pengawasan Mutu Kredit Secara periodik bagian pengawas kredit menyampaikan laporan tentang mutu kredit yang disalurkan secara keseluruhan, dan melaporkan tentang jumlah tunggakan bunga dari para debitur bermasalah kepada direktur. Selain itu pula bagian pengawas kredit menyampaikan kepada debitur jika terjadi penyimpangan atau pelanggaran terhadap kebijakan pokok penyaluran kredit. Menangani Kasus-Kasus Kredit Bermasalah Secara Profesional Apabila kredit yang disalurkan telah menjadi kredit bermasalah maka pihak BPR di Kota Tasikmalaya mengupayakan penyelesaian kasus tersebut dengan jalan penjadwalan kembali pelunasan kredit, penataan kembali persyaratan kredit serta reorganisasi dan rekapitulasi pihak debitur. Namun apabila ditemukan unsur penipuan, maka pihak Bank menyelesaikannya melalui proses pengadilan. Menyusun Dokumentasi dan Administrasi Kredit Untuk mempermudah pelaksanaan pengawasan kredit, pihak BPR di Kota Tasikmalaya membina
dokumentasi dan administrasi kredit yang sehat. Selain untuk mempermudah melakukan pengawasan dokumentasi dan administrasi kredit kredit juga mengandung unsur pengendalian intern yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan penting dalam menjalankan tugas pemeriksaan atau audit. Dengan dilaksanakannya atau diterapkannya asas manajemen kredit yang sehat pada pelaksanaan perkreditan maka BPR di Kota Tasikmalaya telah melaksanakan upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah.
maka dilakukan pengujian hipotesis yang diajukan. Dalam pengujian hipotesis dilakukan serangkaian langkah-langkah uji statistik yaitu analisis regresi linier sederhana, analisis korelasi, dan analisis koefisie determinasi. Pengujian statistik tersebut diatas dilakukan untuk mengetahui penaksiran derajat korelasi audit internal terhadap risiko kredit bermasalah. Adapun pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS seri 16.0 dengan tujuan memperoleh hasil pengujian yang akurat. Berikut ini hasil pengolahan data skala interval berdasarkan kuesioner yang diperoleh dari 9 BPR di Kota Tasikmalaya.
Pengaruh Audit Internal Terhadap Risiko Kredit Bermasalah. Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data yang diperlukan,
Audit internal (X) dan Risiko Kredit Bermasalah (Y) BPR di Wilayah Kota Tasikmalaya Responden
Audit Internal (X) 60 48 60 46 53 52 59 60 54
PT. BPR Siliwangi PT. BPR Artha Sukapura PT. BPR Artha Jaya Mandiri PT. BPR Syariah Al. Wadiah PT. BPR Pola Dana PT. BPR Syariah Al. Madinah PT. BPR Sahat Sentosa PT. BPR Artha Galunggung PT. BPR Karyajatnika sadaya Untuk mengetahui taksiran besarnya pengaruh audit internal (variabel independen ) terhadap risiko kredit bermasalah ( variabel dependen ), maka digunakan alat analisis regresi linier sederhana sebagai berikut :
Risiko Kredit Bermasalah (Y) 90 71 90 72 75 87 88 89 84
Y = a+b(X) Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program spss seri 16.0 pada tabel coefficient diperoleh nilai : a = 11.480 b = 1.306
10
maka persamaan regresinya adalah Y = 11.480 + 1.306 (X) Berdasarkan persamaan regresi diatas maka dapat dikatakan bahwa apabila tidak dilakukan audit internal (X = 0) dan Y = 11.480 maka upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya masih dapat dilakukan dengan melakukan upaya lain misalnya : analisis kredit yang lebih teliti dan ketat, mengoptimalkan fungsi penagihan, serta efektifitas pengendalian intern. Apabila BPR di Kota Tasikmalaya telah meningkatkan evaluasi yang dilakukan oleh satuan pengawas internal dengan baik dan sesuai peraturan perbankan, maka upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah akan meningkat. Jadi semakin baik pelaksanaan evaluasi yang dilakukan satuan pengawas internal akan diikuti dengan peningkatan terhadap upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya.
maka besarnya pengaruh pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah adalah sebesar 79,1 %. Hal ini berarti risiko kredit bermasalah ditentukan atau dipengaruhi oleh audit internal sebesar 79,1% sisanya sebesar 20,9% dipengaruhi faktor lain seperti analisis kredit, fungsi penagihan dan pengendalian intern. Sedangkan untuk menguji pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah, maka dilakukan uji t. Hipotesis yang akan diajukan dalam hal ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yang diteliti yakni audit internal sebagai variabel independen dan risiko kredit bermasalah sebagai variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS seri 16.0 yang ada dalam tabel coefficient pada lampiran, diperoleh thitung sebesar 5.145. untuk melihat tingkat signifikan maka thitung ini dibandingkan dengan ttabel pada degree of freedom ( df ) n-2 = 7 dan α = 0,05 diperoleh nilai ttabel 2.365. ternyata thitung lebih besar dari ttabel ( 5.145>2,365 ). Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) di tolak atau hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan diterimanya Ha bahwa pada tingkat keyakinan 95% audit internal berpengaruh signifikan terhadap risiko kredit bermasalah. Hal ini berarti menunjukan bahwa audit internal membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko. ( Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal ). Dengan ditingkatkannya evaluasi pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance yang dilaksanakan oleh satuan pengawas internal pada BPR di Kota Tasikmalaya akan diikuti dengan peningkatan penerapan asas manajemen
Untuk mengetahui besarnya kekuatan korelasi antara audit internal dengan risiko kredit bermasalah dilakukan analisis korelasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS seri 16.0 yang terdapat dalam tabel correlations, diketahui nilai koefisien korelasi sebesar 0.889, dan angka tersebut menunjukan terjadi korelasi sangat kuat. Untuk mengetahui tingkat keeratan besarnya pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah maka rumus yang digunakan adalah : Kd = r2 x 100% Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS seri 16.0 yang terdapat dalam tabel summary diketahui bahwa nilai koefisien determinasi sebesar 0.791
11
kredit yang sehat sebagai upaya untuk meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah. Dimana penerapan asas manajemen kredit yang ditujukan sebagai upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh satuan pengawas internal. Begitu juga sebaliknya laporan mengenai hasil pemeriksaan satuan pengawas internal akan dijadikan sebagai saran dalam penyempurnaan upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya. Apabila pada BPR di Kota Tasikmalaya tidak memiliki satuan pengawas internal maka upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah dapat dipengaruhi oleh analisis kredit ataupun intensifikasi penagihan. Maka dari uraian diatas penelitian ini memperkuat teori yang diangkat oleh Z. Dunil dalam bukunya yang berjudul Bank auditing Risk Based Audit ( 2004 : 25 ) bahwa temuan SKAI menjadi umpan balik bagi manajemen dan SKMR untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan manajemen risiko melalui penilaian kesehatan bank dengan menerapkan asas manajemen kredit yang sehat.
tinggi. Dengan dilakukannya suatu evaluasi terhadap segala kegiatan yang ada dalam organisasi, satuan pengawas internal pada BPR di Kota Tasikmalaya telah memberikan kontribusi (manfaat) bagi BPR di Kota Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur, dan menyeluruh. 2. Upaya yang dilakukan pihak bank dalam meminimalkan risiko kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya telah dikelola dan dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan di bentuknya bagian kredit, adanya audit internal, diterapkannya asas manajemen kredit yang baik dan sehat, analisis kredit, serta dilaksanakannya penilaian kredit dengan metode analisis 5c pada pelaksanaan perkreditan. 3. Dari hasil perhitungan dan analisis, menunjukan bahwa pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya mempunyai pengaruh yang signifikan dengan tingkat hubungan yang sangat kuat. Sehingga faktor pemicu tercapainya upaya meminimalkan risiko terjadinya kredit bermasalah diantaranya dipengaruhi oleh adanya audit internal.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh audit internal terhadap risiko kredit bermasalah pada BPR di Kota Tasikmalaya maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan audit internal pada BPR di Kota Tasikmalaya sangat memadai dan diterapkan dengan baik. Hal ini dapat terlihat dengan dibentuknya satuan pengawas internal dan hasil rekapitulasi tanggapan responden mengenai audit internal pada klasifikasi yang
SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemajuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang berada di Kota Tasikmalaya maupun pada peneliti selanjutnya. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut. 1. Bagi BPR di Kota Tasikmalaya
12
Audit internal yang dilakukan oleh satuan pengawas internal pada umum nya sudah dilaksanakan oleh BPR di Kota Tasikmalaya, diharapkan BPR yang berada di Kota Tasikmalaya dapat mempertahankan serta lebih meningkatkan lagi pelaksanaan audit internal dan upaya meminimalkan risiko kredit bermasalah yang sudah dikelola dan dilaksanakan dengan baik. Akan tetapi bagi BPR yang belum memiliki satuan pengawas internal dalam melaksanakan kegiatannya dapat dilakukan dengan cara lebih ditingkatkan lagi analisis kredit yang lebih teliti dan ketat, mengoptimalkan fungsi penagihan,
serta ,meningkatkan efektifitas pengendalian intern. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi pihak lain yang akan melakukan penelitian yang sama, disarankan untuk mencari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi upaya meminimalkan risiko kredit bermasalah sehingga faktor tersebut dapat dijadikan variabel dalam penelitian selanjutnya yang kemudian dapat diperbandingkan dengan hasil penelitian penulis. Faktor tersebut misalnya : analisis kredit, intensifikasi penagihan, dan pengendalian intern yang efektif
Bramantyo Djohan Putro & Ronny Kountur. Laporan Penelitian Npl Bpr Pengertian Dan Penyebab Npl Juli 2007. ( http://www. Siaksoft netTanggal 28 April 2009
DAFTAR PUSTAKA Akmal. 2006. Pemeriksaan intern ( internal auditing ). Jakarta : Pt Indeks Kelompok Gramedia. Boynton William C, Kell, Water G, Johnson. Raymon N. 2003 Modern Auditing, Edisi Ketujuh. Jakarta : Salemba Empat
Ferry. N . Idrus dn Sugiarto. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta : Graha Ilmu Hasibuan Melayu. 2004. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Prenada Media
Aren, Alvin, Randal. J. Elder, Mark S Beasley. 2005, Auditing Dan Assurance Servicesan Integrated Approach, Nine Edition, By Person Education. Inc., Upper Saddle River, New Jearsey.
Hiro
Bank Indonesia, Laporan Publikasi BPR. Desember 2008. www. Bi.go.id. 28April2009 Boy
Tugiman. 2000. Profesional Audit Jakarta : Kanisius
Standar Internal.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat
Leon & Sonny Ericsson. Manajemen Aktiva Produktif. Jakarta : PT Gravindo
Kasmir. 2013. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Prenada Media
13
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. 2005. Standar Profesi Audit Internal. Jakarta
Informasi Lanjutan. Jakarta : Mitra Wacana Media Siswanto Sutejo. 2008. Menangani Kredit Bermasalah. Jakarta : PT Damar Mulia
Mohammad, Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Garlian Indonesia
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeth
Muhdarsyah, Sinungan. 2003 Strategi Managemen Bank. Jakarta : Prenada Media
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeth
Robert, Tampubolon. 2004. Risk Managemen. Jakarta, Pt Elex Media Komputindo
Z. Dunil. 2005. Bank Auditing Risk Based Audit. Jakarta : PT indeks
Sanyoto Gondodinyoto. 2007. Audit Sistem Informasi. Jakarta : Mitra Wacana Media
SE. BI No. 8/30/dpbpr. Tanggal 12 desember 2006. Tentang Rasio NonPerforming Loan.www.bi.go.id. 28 April 2009
Sanyoto Gondodinyoto & Hanny Handarty . 2007. Audit Sistem
14