Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
PENGARUH AKUNTABILITAS, PENGALAMAN, DAN DUE PROFESSIONAL CARE AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT Poppy Kusuma Wardhani
[email protected]
Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT This research is conducted in 15 of 46 public accountant offices in Surabaya with a purpose to examine whether the auditor’s accountability, experience and due professional care have an influence simultaneously, partial, and dominant to the auditing quality. This research is conducted by applying questionnaire survey method. The population in this research is all auditors who work in the public accountant office in Surabaya. The simple random sampling is applied in this research and the criteria are the auditor who has at least one year working experience. The determination of the sample amount is based on the Gerson statement who stated that by using 50 – 100 people or more the sample can possibly represent the existing population. The data analysis is conducted by using the multiple regressions model. The result of the research indicates that accountability, experience and due professional care have an influence to the auditing quality simultaneously and partially. This research also proofs that due professional care is the dominant factor which has an influence to the auditing quality with percentage as much as 42.7%. Keywords:
Accountability, Experience, Due Professional Care, Auditing Quality ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan pada 15 dari 46 Kantor Akuntan Publik di Surabaya dengan tujuan untuk menguji apakah akuntabilitas, pengalaman, dan due professional care auditor berpengaruh secara simultan, parsial, dan dominan terhadap kualitas audit. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah semua auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. Penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan kriteria auditor memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun. Penentuan jumlah sampel berpedoman pada pendapat Gerson yang menyatakan dengan menggunakan 50-100 orang atau lebih kemungkinan sampel dapat mewakili populasi yang ada. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh bahwa akuntabilitas, pengalaman, dan due professional care secara simultan dan secara parsial terhadap kualitas audit. Penelitian ini juga membuktikan bahwa due professional care merupakan faktor dominan yang berpengaruh pada kualitas audit, dengan persentase sebesar 42,7%. Kata kunci : akuntabilitas, pengalaman, due professional care, kualitas audit.
PENDAHULUAN Kantor Akuntan Publik bertanggung jawab pada audit atas laporan keuangan historis yang dipublikasikan dari semua perusahaan yang sahamnya diperdagangakan di bursa saham, mayoritas perusahaan besar lainnya, serta banyak perusahaan berskala kecil dan organisasi non komersial. (Arens et al., 2003:21). Dalam hal ini auditor ditunjuk untuk melakukan tugas tersebut. Auditor sebagai suatu profesi sangat berkepentingan dengan kualitas jasa yang diberikan agar jasa yang diberikan tersebut dapat diterima dan dipercaya oleh masyarakat (Suryono,2002). Agar hasil kerja auditor berkualitas auditor harus memenuhi persyaratan sehingga hasil kerja auditor dapat dipercaya dan diandalkan dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
2
pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Menurut Arens et al. (2003:22) tiga persyaratan menjadi akuntan publik bersertifikat yaitu : persyaratan pendidikan, persyaratan ujian akuntan, dan persyaratan pengalaman. Dengan pengalaman, auditor dapat melaksanakan tugas auditnya dengan baik dan menghasilkan hasil kerja yang berkualitas sehingga dapat dijadikan acuan pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Pengalaman dapat menggali kemampuan auditor dalam melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja yang berkualitas. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor, semakin baik pula kualitas hasil kerjanya. Menurut Prinsip kesatu dalam Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1998, “Dalam melaksanakan tugasnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. (Mulyadi,2009:54). Ini berarti bahwa auditor melaksanakan semua tugasnya dengan penuh pertimbangan dan sikap yang profesional di mana hal tersebut adalah suatu bentuk rasa tanggung jawab. Auditor diharapkan dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dengan rasa tanggung jawab melalui objektifitas, integritas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. Pada prinsip kedua poin enam tentang Kepentingan Publik juga menyatakan bahwa “Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan publik.” Ini berarti bahwa setiap auditor harus mengikuti standar profesi yang telah ditentukan di mana mengikuti standar profesi adalah bentuk rasa tanggung jawab auditor baik terhadap klien maupun publik. “Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk memenuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, Institut Akuntan Publik Indonesia telah menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik Profesi Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia yang mencakup kode etik profesi akuntan publik.” (SPAP,2011:110.3). Kualitas hasil kerja auditor tidak hanya dipengaruhi akuntabilitas dan pengalaman saja, ada Due Professional Care yang juga berpengaruh. Dalam SPAP (2011:230.1) berbunyi “Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan Kemahiran Profesionalnya dengan cermat dan seksama. Auditor dituntut untuk melaksanakan tugasnya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sikap skeptisme dijadikan landasan oleh auditor untuk mencapai kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sikap skeptisme berarti sikap keragu-raguan, ketidakpercayaan, kesangsian terhadap bukti audit yang diberikan klien. Tujuan skeptisme adalah untuk membuktikan bahwa bukti audit yang diberikan klien bebas dari kecurangan dan memang benar-benar obyektif, sehingga keyakinan yang memadai diperoleh atas bukti audit tersebut. Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama mengandung dua aspek yaitu skeptisme profesional dan keyakinan memadai. Pada Prinsip kelima Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa “Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.(Mulyadi,2009:58). Meningkatnya kebutuhan akan profesi akuntan publik sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagi lembaga hukum perusahaan di negara tersebut. Berbagai macam cara dilakukan perusahaan untuk mengembangkan diri. Penambahan modal dari kreditur, keptusan untuk berinvestasi, melakukan ekspansi dan lain sebagainya membuat profesi akuntan publik sebagai auditor semakin dibutuhkan. Salah satu manfaat profesi akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan pihak manajemen maupun pihak luar.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
3
Penilaian yang bebas dari salah saji sangat diharapkan untuk pengambilan keputusan. Keadaan ini membuat akuntan publik sebagai auditor independen dihadapkan pada situasi yang membingungkan. Satu sisi auditor hrus melakukan penilaian secara obyektif sesuai dengan standar profesi yang ditentukan, di sisi lain auditor juag harus bisa memenuhi tuntutan klien yang membayar atas jasanya sebagai auditor, sehingga hasil kerja auditor bisa diragukan kualitasnya. Maraknya skandal penipuan, kecurangan yang etjadi baik di dalam maupun di luar negeri seperti kasus Enron dan PT.KAI menyebabkan menurunnya kepercayaan publik akan fungsi auditor. Kredibiltas akuntan publik sebagai auditor dipertanyakan. Buruknya praktik-praktik akuntansi yang melibatkan auditor diindikasi sebagai penyebab tidak berkualitasnya hasil audit oleh auditor sehingga merugikan banyak pihak, baik pihak perusahaan maupun pihak luar. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pengertian Auditing Menurut Arens et al. (2003:15). Auditing adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen. Auditor mengumpulkan bukti-bukti yang diberikan klien, kemudian mengevaluasinya sesuai standar yang telah ditentukan dengan harapan klien mendapatkan bahwa bukti yang diberikan bebas dari salah saji sehingga dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.(Mulyadi,2009:9). Menurut ASOBAC (A Statement Basic Of Auditing Concepets) dalam (Halim,2001) yang mendefinisikan Auditing sebagai : “Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.” . Menurut Arens dan Loebbecke (1997:1) mendefinisikan auditing sebagai proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksudkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. Auditing bertujuan untuk menilai kewajaran atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Auditor memberikan kesimpulan atas kegiatan audit yang dilakukannya dan menginformasikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan. Kualitas hasil audit akan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak yang berkepentingan. Akuntabilitas Akuntabilitas atau dalam bahasa inggris accountability memiliki arti yaitu keadaan untuk dipertanggung-jawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggung-jawaban. Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggung-jawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. (Tetclock,1984) dalam (Mardisar dan Sari,2007). Tanggung jawab auditor terletak pada menemukan salah saji baik yang disebabkan karena kekeliruan atau
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
4
kecurangan dan memberikan pendapat atas bukti audit yang diberikan klien. Tidak hanya bertanggung jawab pada klien, tapi auditor juga memiliki tanggung jawab terhadap profesinya. Auditor harus mematuhi standar profesi yang ditetapkan agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Menurut SPAP (2011:110.3). auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan seprofesinya. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban mempertanggung-jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu media pertanggung-jawaban yang dilaksanakan secara periodik.(Stanbury,2003). Pengukuran akuntabilitas dapat dilihat dari motivasi, pengabdian pada profesi, dan kewajiban sosial.(Singgih dan Bawono,2010). Hubungan antara Akuntabilitas dengan Kualitas Audit Akuntabilitas adalah keadaan dimana seseorang mempertanggung-jawabkan segala tindakan yang dilakukan. Auditor bertanggung-jawab terhadap hasil penilaian bukti-bukti audit yang diberikan klien, sehingga hasil dari penilaian tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh klien. Jika auditor memiliki akuntabilitas yang tinggi, maka hasil penilaian akan berkualitas. Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik.(Mardiasmo,2002:121). Meisser dan Quilliem meneliti pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas hasil kerja auditor “Akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan”. (Meisser dan Quilliem dalam Mardisar dan Sari 2007:3). Berdasarkan teori dan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kognitif (penilaian kinerja) auditor pada kantor akuntan publik. Due Professional Care Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi utnuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.(SPAP,2011:130.4). Penggunaan kemahiran profesi dengan cermat dan seksama menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaannya tersebut. (SPAP,2011:230.1). Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.. Pengukuran Due Profesional Care dapat dilakukan melalui dua aspek yaitu skeptisme profesional dan keyakinan memadai.(SPAP,2011:230.1). Hubungan Due Professional Care dengan Kualitas Audit Due professional care adalah kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Auditor harus menggunakan due professional care dalam melaksanakan tugasnya. Due professional care mengandung dua aspek yaitu skeptisme profesional dan keyakinan memadai. Auditor dituntut untuk bersikap skeptis, di mana auditor harus mengevaluasi bukti audit dengan tujuan bukti yang diberikan memang benar objektif. Bukti audit yang objektif
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
5
memungkinkan untuk memperoleh keyakinan memadai, sehingga auditor dapat memberikan pendapat atas bukti audit tersebut. Bila auditor tidak dapat mempertahankan sikap skeptis, maka penilaian atas bukti audit tidak dapat dipercaya dan diragukan kredibilitasnya. Menurut Singgih dan Bawono (2010), Auditor harus tetap menjaga sikap skeptis profesionalnya selama proses pemeriksaan, karena ketika auditor sudah tidak mampu lagi mempertahankan sikap skeptis profesionalnya, maka laporan keuangan yang diaudit tidak dapat dipercaya lagi, dan memungkinkan adanya litigasi paska audit. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan Nearon (2005) dalam Mansur (2007) juga menyatakan hal serupa bahwa jika auditor gagal dalam menggunakan sikap skeptis atau penerapan sikap skeptis yang tidak sesuai dengan kondisi pada saat pemeriksaan, maka opini audit yang diterbitkannya tidak berdaya guna dan tidak memiliki kualitas audit yang baik. Oleh karena itu Due professional care dapat mempengaruhi kualitas audit. Pengalaman Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman pada dasarnya pengalaman memiliki arti segala sesuatu yang didapat atas kegiatan yang pernah dilakukan. Dalam bidang auditing, pengalaman kerja auditor dapat memberikan gambaran tentang kinerja auditor. Baik buruknya kinerja auditor mempengaruhi kualitas audit. Seperti yang dikemukakan Singgih dan Bawono (2010) bahwa Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi performance auditor. Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan bertambahnya pengalaman audit. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman auditor akan mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor, semakin baik pula kualitas auditnya. Pengalaman akan mengasah kemampuan auditor dalam melakukan pemeriksaan dan memperluas pengetahuan auditor dalam bidangnya, sehingga meningkatkan kualitas audit. Pengalaman dapat diukur dengan tiga indikator yaitu : lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.(Singgih dan Bawono,2010). Hubungan Pengalaman dengan Kualitas Audit Pengalaman dapat membantu seseorang dalam mengembangkan ilmunya. Auditor dapat mengembangkan kemampuan dan keahliannya melalui pengalaman kerja. Dengan banyaknya pengalaman kerja, auditor dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal sehingga menghasilkan kualitas audit yang berkualitas. Lamanya bekerja membuat pengalaman kerja semakin banyak, sehingga memperluas pengetahuannya yang dapat meningkatkan kualitas audit. Seperti yang dikemukakan oleh Herliansyah dan Ilyas (2006) dalam Singgih dan Bawono (2010) bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukan yang terbaik sehingga pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan keputusan. Sama halnya dengan lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan juga dapat memperbanyak pengalaman kerja. Banyaknya tugas yang dikerjakan auditor dapat melatih kemampuan auditor dalam menemukan kesalahan dan penyelesaian atas kesalahan tersebut. Dengan begitu auditor akan cermat dan teliti dalam melaksanakan tugasnya, serta dengan cepat memberikan solusi. Menurut SPAP (2011:210.1). Untuk memenuhi persyaratan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
6
sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor selalu dihadapkan dengan berbagai macam bentuk asersi pihak manajemen atas bukti audit. Auditor harus mampu membedakan mana yang benar dan tidak. Melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman, auditor akan menguasai bidangnya sehingga dapat memberikan pendapat atas bukti audit dengan benar dan tidak memihak. Kualitas Audit Kualitas Audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.(De Angelo,1981). Menurut Public sector mendefinisikan audit quality sebagai pemenuhan terhadap standar profesional dan terhadap syarat-syarat sesuai perjanjian yang harus dipertimbangkan. Sedangkan menurut Standart Pemeriksaan Keuangan Negara, kualitas hasil pemeriksaan adalah laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.(Mardisar dan Sari,2007). Agar auditor dapat mencapai kualitas audit sesuai dengan yang diharapkan, auditor harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar profesi yang telah ditentukan. Sedangkan menurut SPAP (2011:150.1). Dengan aturan atau standar yang telah ditetapkan, auditor dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Hasil audit yang berkualitas akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak manajemen. Ada tiga standar auditing yang telah ditetapkan yaitu : 1. Standar Umum. a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 2. Standar Pekerjaan Lapangan. a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. 3. Standar Pelaporan. a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
7
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi. Pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan pada standar yang telah digariskan. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Menurut Financial Reporting Council (2006:16) dalam Mansur (2007) Kualitas audit dapat diukur melalui : budaya dalam KAP; keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan manfaat laporan audit. Berdasarkan telaah pustaka, maka beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H1: Akuntabilitas, Pengalaman, dan Due professional Care auditor secara Simultan mempengaruhi Kualitas Audit. H2: Akuntabilitas, Pengalaman, dan Due Professional Care secara Parsial mempengaruhi Kualitas Audit. H3: Due Professional Care auditor merupakan faktor yang dominan yang mempengaruhi Kualitas Audit.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini meliputi staff auditor baik partner maupun senior pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya.. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah ). Jumlah sampel ditentukan sebesar 100 responden, dengan berpedoman pada pendapat Gerson (2002:62) yang menyatakan dengan menggunakan 50-100 orang (atau lebih) kemungkinan sampel dapat mewakili populasi yang ada. Sampel pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pengalaman kerja di KAP minimal satu tahun. Kriteria ini dipilih agar auditor yang dipilih menjadi responden, dengan pengalaman kerjanya dapat memberikan gambaran kualitas audit yang lebih baik. Jenis sampel adalah simple random sampling yaitu setiap elemen populasi mempunyai peluang yang diketahui dan peluang yang sama untuk dipilih.(Malhotra,1996). Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Akuntabilitas Akuntabilitas atau dalam bahasa inggris accountability memiliki arti yaitu keadaan untuk dipertanggung-jawabkan, keadaan dapat dimintai pertanggung-jawaban. Akuntabilitas sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggung-jawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. (Tetclock,1984) dalam (Mardisar dan Sari,2007). Pengukuran akuntabilitas dapat dilihat dari motivasi, pengabdian pada profesi, dan kewajiban sosial.(Singgih dan Bawono,2010).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
8
b. Due Professional Care Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi utnuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.(SPAP,2011:130.4). . Pengukuran Due Profesional Care dapat dilakukan melalui dua aspek yaitu skeptisme profesional dan keyakinan memadai.(SPAP,2011:230.1). c. Pengalaman Knoers dan Haditono (1999) dalam Asih (2006 : 12) mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Pengalaman dapat diukur dengan tiga indikator yaitu : lamanya bekerja, frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan, dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.(Singgih dan Bawono,2010). Variabel Dependen Kualitas Audit Kualitas Audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.(De Angelo,1981). Menurut Financial Reporting Council (2006:16) dalam Mansur (2007) Kualitas audit dapat diukur melalui : budaya dalam KAP; keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit; efektivitas proses audit; serta keandalan dan manfaat laporan audit. Teknik Analisis Data Model analisis menggunakan model regresi berganda dengan satu variabel terikat dengan tiga variabel bebas dirumuskan sebagai berikut : Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + ei Dimana : a. Kualitas Audit (Y) b. Akuntabilitas (X1) c. Pengalaman (X2) d. Due Professional Care (X3) e. Variabel Pengganggu (ei) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Jenis penelitian ini tergolong jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat analisis statistik parametrik untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yang akan dikumpulkan melalui kuesioner. Jumlah sampel ditentukan sebesar 100 responden, dengan berpedoman pada pendapat Gerson (2002:62) yang menyatakan dengan menggunakan 50-100 orang (atau lebih) kemungkinan sampel dapat mewakili populasi yang ada. Sampel pada penelitian ini adalah auditor yang memiliki pengalaman kerja di KAP minimal satu tahun.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
9
Statistik Deskripsi Variabel-Variabel Penelitian Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap suatu variabel yang akan diteliti, digunakan nilai maksimum dan minimum (Durianto, 2001 : 43). Skala penelitian ini mengunakan skala 1-5, maka nilai minimal dan maksimal dapat dikategorikan sebagai berikut : Nilai maksimum - Nilai minimum Jumlah kelas
= 5 1 = 0,8 5
Sehingga dapat diperoleh kriteria dari variabel yang disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut Tabel 1 Interval Rata-Rata Skor Interval Rata-Rata Skor 1 – 1,8 1,8 – 2,6 2,6 – 3,4 3,4 – 4,2 4,2 – 5
Kriteria Setiap Variabel Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
Sumber : Data, diolah Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan disajikan tanggapan responden mengenai variabel-variabel penelitian.
Tabel 2 Statistik Deskripsi Akuntabilitas No 1
Uraian Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya 2 Komitmen yang terbentuk dari dalam diri seseorang profesional, tanpa paksaan dari siapapun, dan secara sadar bertanggung jawab terhadap profesinya 3 Keinginan untuk melakukan pekerjaanya dengan sebaik-baiknya Rata-rata Akuntabilitas
Mean Score 4,540
Keterangan Sangat Setuju
4,400
Sangat Setuju
4,520
Sangat Setuju
4,487
Sangat Setuju
Sumber : data responden, diolah Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 diketahui bahwa untuk variabel akuntabilitas memiliki nilai rata-rata sebesar 4,487. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata jawaban responden sangat setuju dengan pertanyaan pada variabel akuntabilitas, dimana persepsi responden mengenai kewajiban mempertanggung-jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya melalui suatu media pertanggung-jawaban yang dilaksanakan secara periodik.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
10
Tabel 3 Statistik Deskripsi Pengalaman No 1 2
Uraian Lamanya bekerja Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan 3 Banyaknya pelatihan yang telah diikuti Rata-rata Pengalaman
Mean Score 4,510 4,680
Keterangan Sangat Setuju Sangat Setuju
4,760 4,650
Sangat Setuju Sangat Setuju
Sumber : data responden, diolah Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 3 diketahui bahwa untuk Variabel pengalaman memiliki nilai rata-rata sebesar 4,650. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata jawaban responden sangat setuju dengan pertanyaan pada variabel pengalaman, dimana persepsi responden mengenai proses pembelajaran dan penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi Tabel 4 Statistik Deskripsi Due Professional Care No 1
Uraian Sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dalam melaksanakan evaluasi secara kritis bukti audit
Mean Score 4,440
Keterangan Sangat Setuju
2
Bahwa bukti audit telah mencukupi dan sesuai untuk mendukung temuan dan kesimpulan auditor
4,770
Sangat Setuju
4,605
Sangat Setuju
Rata-rata Due Professional Care
Sumber : data responden, diolah Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 4 diketahui bahwa untuk Variabel Due Professional Care memiliki nilai rata-rata sebesar 4,605. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata jawaban responden sangat setuju dengan pertanyaan pada variabel Due Professional Care, dimana persepsi responden mengenai kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional mengharuskan setiap praktisi utnuk bersikap dan bertindak secara hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
11
Tabel 5 Statistik Deskripsi Kualitas Audit No 1
Uraian
Mean Score 4,610
Keterangan Sangat Setuju
2
Keahlian dan kualitas personal rekan dan staff audit
4,650
Sangat Setuju
3
Efektivitas proses audit
4,650
Sangat Setuju
4
Keandalan dan manfaat laporan audit
4,700
Sangat Setuju
4,653
Sangat Setuju
Budaya dalam KAP
Rata-rata Kualitas Audit
Sumber : data responden, diolah Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 5 diketahui bahwa untuk Variabel Kualitas Audit memiliki nilai rata-rata sebesar 4,653. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai rata-rata jawaban responden sangat setuju dengan pertanyaan pada variabel kualitas audit, dimana persepsi responden mengenai laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan dari ketentuan peraturan perundangundangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas. b. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan adanya pola-pola tertentu, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat heteroskedastisitas. maka penelitian ini tidak terdapat gejala heteroskedastisiitas pada penelitian ini, karena tingkat signifikansinya > 0,05 c. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa dari semua persamaan regresi bentuk ploting hampir, maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal. d. Uji Linearitas. diketahui bahwa nilai durbin Watson sebesar 1,801 terletak antara -2 dan 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa uji Linearitas sudah terpenuhi. Uji Instrumen 1. Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product moment. Hasil korelasi (r) Pearson digunakan untuk mendeteksi validitas dari masing-masing item pertanyaan. Sugiyono (2001 : 273). Menurut Ghozali (2009: 49) jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atu pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Namun jika ternyata r hitung lebih kecil dari r tabel berarti pertanyaan dalam kuisioner tidak valid. Berdasarkan perhitungan didapat nilai signifikan variabel akuntabilitas, pengalaman, due professional care dan kualitas audit lebih besar dari 0,195, sehingga dapat dinyatakan bahwa semua item untuk variabel akuntabilitas valid.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
12
2.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menurut Arikunto (2002:154) adalah suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Apabila variabel yang diteliti mempunyai cronbach’s alpha (α)>60%(0,60) maka variabel tersebut dikatakan reliable sebaliknya cronbach’s alpha (α)<60%(0,60) maka variabel tersebut dikatakan tidak reliable. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai reliabilitas untuk seluruh variabel lebih dari 0,6, artinya seluruh variabel adalah reliabel. (Ghozali, 2009:133). Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh variabel akuntabilitas, pengalaman, dan due professional care terhadap kualitas audit maka dilakukan analisis regresi linier berganda dengan bantuan Program SPSS 20.0 . Berdasarkan perhitungan diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = 6,505 + 0,429 X1 + 0,269X2 + 0,280X3 Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa Persamaan regresi linier berganda tersebut menunjukkan nilai bo (konstanta) sebesar 6,505 dan mempunyai nilai positif, apabila semua variabel bebas konstan atau nol, maka kualitas audit naik sebesar 6,505. Berdasarkan perhitungan didapat nilai koefisien korelasi (R) yaitu sebesar 0,799 menunjukkan bahwa keeratan antara akuntabilitas (X1), pengalaman (X2) dan due professional care (X3) dengan kualitas audit (Y) sebesar 0,799. Sedangkan nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yaitu sebesar 0,639 menunjukkan bahwa keeratan akuntabilitas (X1), pengalaman (X2) dan due professional care (X3) mampu menjelaskan kualitas audit (Y) sekitar 63,9%, sedangkan sisanya sebesar 36,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini. Pengujian Hipotesis 1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan atau pengaruh dari variabel bebas secara simultan atau keseluruhan terhadap variabel terikat digunakan uji F, berdasarkan Tabel 1 diketahui Fhitung = 20,058 dan nilai signifikan 0,000 (lebih kecil dari 0,05) berarti akuntabilitas (X1), pengalaman (X2) dan due professional care (X3) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Y). Koefisien Korelasi dan Determinasi Berganda Berdasarkan perhitungan didapat nilai koefisien korelasi (R) yaitu sebesar 0,799 menunjukkan bahwa keeratan antara akuntabilitas (X1), pengalaman (X2) dan due professional care (X3) dengan kualitas audit (Y) sebesar 0,799. Sedangkan nilai koefisien determinasi R2 (R Square) yaitu sebesar 0,639 menunjukkan bahwa keeratan akuntabilitas (X1), pengalaman (X2) dan due professional care (X3) mampu menjelaskan kualitas audit (Y) sekitar 63,9%, sedangkan sisanya sebesar 36,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
13
Pengujian Hipotesis 2 dan 3. Untuk mengetahui pengaruh signifikansi dari masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat digunakan analisis uji t, a. Pengaruh secara parsial akuntabilitas (X1) terhadap kualitas audit Berdasarkan perhitungan dapat diketahui tb1= 6,418 dengan nilai signifikan 0,000 (lebih kecil dari 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel akuntabilitas (X1) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas audit. b. Pengaruh secara parsial pengalaman (X2) terhadap kualitas audit Berdasarkan perhitungan dapat diketahui tb2= 3,271 dengan nilai signifikan 0,001 (lebih kecil dari 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel pengalaman (X2) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas audit c. Pengaruh secara parsial due professional care (X3) terhadap kualitas audit Berdasarkan perhitungan dapat diketahui tb3= 7,565 dengan nilai signifikan 0,000 (lebih kecil dari 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima berarti variabel due professional care (X3) berpengaruh signifikan terhadap variabel kualitas audit. Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi secara Parsial. Berdasarkan perhitungan didapat nilai koefisien korelasi (r) untuk variabel akuntabilitas sebesar 0,548 berarti keeratan hubungan antara akuntabilitas dengan kualitas audit adalah sebesar 0,548. Nilai koefisien determinasi parsial untuk variabel akuntabilias sebesar 0,300 berarti bahwa variabel akuntabilitas mampu menjelaskan variabel kualitas audit sebesar 30,0%. Nilai koefisien korelasi (r) untuk variabel pengalaman sebesar 0,318 berarti keeratan hubungan antara pengalaman dengan kualitas audit adalah sebesar 0,318. Nilai koefisien determinasi parsial untuk variabel pengalaman sebesar 0,100 berarti bahwa variabel pengalaman mampu menjelaskan variabel kualitas audit sebesar 10,0%. Nilai koefisien korelasi (r) untuk variabel Due Professional Care sebesar 0,653 berarti keeratan hubungan antara Due Professional Care dengan kualitas audit adalah sebesar 0,653. Nilai koefisien determinasi parsial untuk variabel Due Professional Care sebesar 0,427 berarti bahwa variabel Due Professional Care mampu menjelaskan variabel kualitas audit sebesar 42,7%. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui bahwa yang memiliki pengaruh dominan terhadap kualitas audit adalah due professional care, karena memiliki nilai koefisien determinasi parsial tertinggi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Akuntabilitas, pengalaman, dan due professional care auditor mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap kualitas audit baik secara simultan maupun parsial. Artinya hipotesis pertama dan kedua diterima. 2. Due professional care memiliki pengaruh yang dominan terhadap kualitas audit, karena berdasarkan hasil perhitungan variabel due professional care memiliki nilai koefisien determinasi parsial tertinggi sebesar 0,427. Artinya hipotesis ketiga diterima. 3. Akuntabilitas secara parsial mempengaruhi kualitas audit, hal ini menunjukkan keadaan dimana seseorang mempertanggung-jawabkan segala tindakan yang dilakukan. Auditor bertanggung-jawab terhadap hasil penilaian bukti-bukti audit yang diberikan klien
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
14
4. Pengalaman secara parsial mempengaruhi kualitas audit, Pengalaman dapat membantu seseorang dalam mengembangkan ilmunya. Auditor dapat mengembangkan kemampuan dan keahliannya melalui pengalaman kerja. 5. Due professional care auditor secara parsial mempengaruhi kualitas audit, hal ini berarti bahwa kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Auditor harus menggunakan due professional care dalam melaksanakan tugasnya. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan dapat diberikan beberapa rekomendasi yang berupa saran-saran sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan sebagai berikut : 1. Auditor harap melaksanakan semua tugasnya dengan penuh pertimbangan dan sikap yang profesional di mana hal tersebut adalah suatu bentuk rasa tanggung jawab. Sehingga dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dengan rasa tanggung jawab melalui objektifitas, integritas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani publik. 2. Auditor diharapkan dalam melaksanakan tugasnya dengan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Sikap skeptisme dijadikan landasan oleh auditor untuk mencapai kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. 3. Auditor harus melakukan penilaian secara obyektif sesuai dengan standar profesi yang ditentukan, di sisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan klien yang membayar atas jasanya sebagai auditor.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 1 (2013)
15
DAFTAR PUSTAKA Arens, Elder, dan Beasly. 2001. Auditing and Anssurance Services-An Integrated Approach. Ninth Edition. Pearson Education, Inc. New jersey, Terjemahan Tim Dejacarta. 2003. Auditing dan jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi Jilid 1 Edisi kesembilan. PT. INDEKS. Jakarta. Arens dan Loebbecke, J.K., Auditing and Anssurance Services-An Integrated Approach. Third Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey, Terjemahan Jusuf A.A. 2003. Auditing: Pendekatan Terpadu Buku 1 dan 2 Edisi ketiga. Salemba empat. Jakarta. Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi V revisi. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Asih, D.A.T. 2006. Pengaruh Pengalaman terhadap Peningkatan Keahlian Auditor dalam Bidang Auditing. Skripsi. Falkultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. De Angelo, L.E. 1981. Auditor Independence,“Low Balling”, And Disclosure Regulation. Journal Of Accounting And Economics 3(2). Agustus 113-127 Durianto, D., Sugiarto & T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Ghozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kelima. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Gerson. 2002. Buku Latihan Statistik. Edisi pertama. Salemba empat. Jakarta Halim, A. 2001. Auditing 1 ( Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan ). Edisi satu. cetakan pertama. Yogyakarta:AMP YKPN. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001. Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP).Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. --------------------------------------------. 2011. Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat. Jakarta. Malholtra. 1996. Marketing Research, an Applied Orientation. Second Edition. Prentice-Hall,Inc. Singapore. Mansur, T. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Ditinjau dari Persepsi Auditor atas Pelatihan dan Keahlian, Independensi dan Penggunaan Kemahiran Profesional. Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Gadjah Mada (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta. Mardisar, D dan R.N.Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi XMakassar. 26-28 Juli: 1-25 Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Messier dan Qilliam William C.1992. The Effect of Accountability on Judgement Develompment of Hypothesis for Auditing: Journal of Practice & Teory 11: 123 -138 Mulyadi. 2009. Auditing. Edisi 6 Buku Dua. Salemba Empat. Jakarta. Singgih,E.M., dan I.R.Bawono. 2010. Pengaruh Idependensi, Akuntabilitas,Pengalaman, dan Due Professional Care Auditor terhadap Kualitas Audit. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Maret: 1-24 Stanbury, W.T. 2003. Accountability to Citizens in the Westminster Model of Government: More Myth Than Reality. First Edition. Fraser Institute Digital Publication. Canada. Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan keenam. CV Alfabeta. Bandung. Suryono, B. (2002). Auditing (Pengauditan). Buku Satu Stiesia. Surabaya. ●●●