PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN: Sub Sistem Perikanan Tangkap Wiadnya. DGR & D. Setyohadi Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Email :
[email protected];
[email protected]
A. Pokok Bahasan
: SubSistem Perikanan Tangkap
B. Deskripsi Pokok Bahasan : Pokok bahasan ini membahas pengertian perikanan tangkap beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dan kegiatan perikanan tangkap di laut dan di perairan umum. Skema pembagian jenis alat tangkap berdasarka katagori peruntukannya beserta ilustrasi gambar dan pembagian alat tangkap berdasarkan cara operasinya juga dibahas pada sesi ini.
C. Tujuan Instruksional Khusus: 1. 2. 3. 4.
D.
Peserta bisa menjelaskan (dengan kalimat sendiri) definisi dari perikanan tangkap; Peserta bisa menjelaskan satu persamaan dan dua perbedaan mendasar antara perikanan laut dan perikanan perairan umum; Peserta mampu membuat skema pembagian alat tangkap yang digunakan di laut dan di darat; Peserta bisa menjelaskan kategori alat tangkap yang efektif, selektif, ramah lingkungan dan tidak ramah lingkungan
Isi Bahasan
1. Pendahuluan Berdasarkan ketentuan kerja statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dibidang penangkapan dan budidaya binatang atau tanaman air. Penangkapan dinyatakan sebagai kegiatan pengambilan, penangkapan atau pengumpulan tanaman dan/atau binatang air yang hidup di laut atau perairan umum secara bebas. Sedangkan budidaya dinyatakan sebagai kegiatan memelihara binatang dan/atau tanaman air dengan menggunakan fasilitas buatan. Budidaya pada umumnya dilakukan pada perairan yang dikelilingi oleh galangan / tanggul. Sebagai konsekuensi dari definisi di atas, catatan statistik perikanan yang diterbitkan sejak tahun 1976 hanya melaporkan kegiatan dari industri primer (penangkapan dan budidaya). Industri ikutan seperti pasca panen, pengolahan dan perdagangan merupakan bidang di luar perikanan. Kegiatan non-ekonomi dibidang perikanan juga bukan merupakan interest dari sektor perikanan. Kegiatan seperti penangkapan ikan untuk konsumsi keluarga (subsisten), kegiatan penangkapan ikan untuk tujuan rekreasi, sport fishing dan penelitian tidak dicatat dalam statistik perikanan. Ada dua alasan utama untuk mengabaikan kegiatan tersebut. Pertama, catatan produksi dari kegiatan tersebut tidak bisa dilacak dengan kemampuan tenaga dan sistem pelaporan statistik ketika itu.
MODUL
6
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Hasil tangkapan nelayan untuk konsumsi keluarga (subsisten), tujuan rekreasi, sport fishing maupun hasil penelitian tidak akan pernah dilaporkan pada Tempat Pendaratan Ikan (TPI). Karena kesulitan untuk melacak data produksi dan pelaku, pemerintah mengabaikan kontribusi dari jenis perikanan tidak komersial tersebut. Alasan kedua, produksi dari berbagai kegiatan tersebut masih dianggap relatif rendah dibandingkan perikanan komersial untuk tujuan konsumsi. Dampak perikanan tidak ekonomis, dengan demikian, diasumsikan masih bisa diabaikan, baik kontribusinya terhadap produksi dan ekonomi secara keseluruhan maupun terhadap kerusakan habitat sumberdaya ikan. Bahkan kegiatan ekonomi produksi yang bukan untuk tujuan konsumsi juga diabaikan. Contoh yang cukup jelas, sebut saja penangkapan ikan karang untuk ikan Hias (Ornamental-fish fishery), penambangan terumbu karang untuk bahan bangunan dan konversi lahan bakau, habitat pendukung keberadaan sumberdaya ikan. Dari definisi di atas, perikanan bisa dikatakan sebagai usaha pengambilan atau pemanfaatan sumberdaya hayati perairan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Sebagai sumberdaya hayati, perikanan termasuk dalam kategori sumberdaya dapat pulih, a renewable resource. Artinya, setiap pengambilan sebagian sumberdaya untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, bagian sumberdaya yang tersisa akan melakukan pemulihan kembali. Pemulihan didefinisikan sebagai mengganti sejumlah yang diambil atau dimanfaatkan, melalui proses reproduksi dan pertumbuhan. Kemampuan pemulihan sumberdaya ikan sangat tergantung dari besarnya jumlah yang diambil atau besarnya sumberdaya ikan yang tersisa, sehingga kemampuan pemulihan dikatakan bersifat terbatas. Jika laju pemanfaatan melebihi kemampuan laju pemulihan oleh sumberdaya yang tersisa, pada akhirnya ikan tidak bisa kembali seperti semula. Oleh karena itu, laju pemanfaatan harus dibatasi sedemikian rupa, sampai pada batas dimana ikan yang tersisa mampu melakukan pemulihan sampai pada kondisi semula. Jika tidak, besar kemungkinan sumberdaya ikan akan terkuras dan akhirnya akan punah. Perikanan, dengan demikian, harus mengandung aspek “mengatur pemanfaatan / pengambilan sumberdaya hayati perairan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan menjaga sumberdaya agar tetap bisa dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya”. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal (1) ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 2004, perikanan dikatakan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Kata “pengelolaan” dalam definisi ini bisa dikatakan sebagai mengatur pemanfaatan atau pengambilan (manajemen atau pengelolaan sumberdaya alam ialah usaha pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang). Batasan yang baru, jika diterapkan secara konsekuen, lebih menjamin kelestarian sumberdaya ikan, atau dengan kata lain sumberdaya ikan tidak akan terkuras. Namun sayangnya, istilah bisnis perikanan bisa mengganggu kejelasan pengertian perikanan karena akan mengabaikan pemanfaatan yang bersifat tidak ekonomi. Secara tegas, perikanan sebaiknya didefinisikan sebagai usaha mengatur semua bentuk pemanfaatan atau pengambilan sumberdaya ikan untuk kesejahteraan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Aktifitas perikanan sangat beragam dan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya. Sebagai aktifitas primer, perikanan dibedakan kedalam aktifitas penangkapan (capture fisheries) dan budidaya (culture fisheries atau aquaculture). Berdasarkan tempatnya, perikanan tangkap dibedakan menjadi perikanan laut (marine capture fisheries) dan perikanan darat (inland fisheries). Dalam statistik, perikanan perairan umum digunakan untuk menjelaskan perikanan darat (inland fisheries). Perikanan Budidaya sering dibedakan berdasarkan kombinasi lokasi kegiatan dengan bentuk usaha budidaya. Di Indonesia, perikanan budidaya dibagi berdasarkan kategori: Budidaya Laut (Marine Culture), Budidaya Tambak (Brackish Water Culture), Kolam (Pond Culture), Karamba (Cage Culture), Mina Padi (Rice-Cum Fish Culture) dan Sawah Tambak. Perikanan laut ialah kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan di Laut. Perikanan perairan umum merupakan aktifitas penangkapan yang dilakukan di Perairan Tawar, seperti Danau, Waduk atau Sungai. Budidaya Laut ialah kegiatan budidaya yang dilakukan di Laut, seperti budidaya rumput laut atau pembesaran ikan Kerapu dengan menggunakan karamba jaring. Budidaya Tambak mengacu pada usaha budidaya yang dilakukan di Air Payau dengan luas kolam yang relatif besar dan masuk keluarnya air diusahakan melalui gravitasi. Budidaya kolam mengacu pada kegiatan yang dilakukan pada Perairan Tawar. Karamba ialah usaha budidaya yang dilakukan dalam kurungan non-kolam. Karamba yang dioperasikan di Sungai termasuk jenis Karamba Tancap, yang dibuat dari anyaman bambu. Operasi Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 2 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
karamba pada badan air yang dalam dan tenang, seperti Waduk atau Danau, disebut Karamba Apung yang dibuat dari jaring. Budidaya mina padi ialah pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama dengan penanaman padi di Sawah. Secara konvensional, pinggiran sawah selalu mempunyai galengan (caren) yang berukuran lebar sekitar 40 cm dan dalam 20 cm. Pada saat tanaman dikeringkan, air masih ada pada galengan. Kesempatan ini digunakan untuk membesarkan ikan (umumnya ikan mas) bersama pemeliharaan Padi. Sawah Tambak didefinisikan sebagai usaha penanaman padi bersama ikan yang dilakukan pada wilayah dataran rendah (pesisir) selama musim hujan, dengan memanfaatkan genangan air. Usaha sawah tambak sering menghadapi resiko tergenangi air secara berlebihan, terutama jika curah hujan terlalu tinggi untuk diantisipasi dalam pembuatan pematang. Di Jawa Timur, Kabupaten Lamongan ialah wilayah yang paling khas dengan kegiatan budidaya Sawah Tambak. Tabel 1
No
Deskripsi hasil pelaporan statistik perikanan Propinsi Jawa Timur per sub-sektor kegiatan, berdasarkan kerja statistik perikanan Indonesia (Sumber: Laporan statistik perikanan Jawa Timur, 2007).
Kegiatan
1
Penangkapan:
1.1
Perikanan laut
1.2
Perikanan perairan umum
2
Budidaya ikan:
2.1
Budidaya laut
2.2
RTP Nelayan/Petani
Produksi ikan
(orang)
(ton)
Nilai produksi (*Rp. 1.000.000)
207.745
382.875
2.619.872
36.582
11.689
72.595
2.738
13.012
55.883
Budidaya tambak
47.264
77.598
1.177.379
2.3
Budidaya kolam
86.039
35.711
323.097
2.4
Budidaya karamba
800
1.106
8.930
2.5
Budidaya minapadi
735
162.6
1.558
2.6
Budidaya sawah tambak
33.375
43.769
372.649
2 Perikanan Laut Semua bentuk pengambilan atau penangkapan ikan dari alam, sekecil apapun, dengan tujuan apapun, pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya stok ikan dan bisa menyebabkan terjadinya penangkapan berlebih (over-fishing). Pada konteks ini perikanan tangkap didefinisikan sebagai usaha untuk mengatur setiap pengambilan atau penangkapan sumberdaya ikan dari perairan, baik untuk tujuan ekonomi maupun non-ekonomi (subsisten). Perikanan laut (Marine capture fisheries) ialah usaha untuk mengatur setiap penangkapan atau pengambilan sumberdaya ikan yang dilakukan di laut, termasuk muara sungai, baik untuk tujuan ekonomi maupun non-ekonomis. Sedangkan semua penangkapan ikan yang dilakukan di Perairan Tawar (Inland Fisheries) disebut dengan istilah Perairan Umum. 3 Alat Tangkap 3.1 Definisi – Penangkapan Untuk keperluan statistik, perikanan didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya binatang dan atau tanaman air. Hal ini berarti bahwa penangkapan yang dilakukan dalam rangka penelitian, hobi, olahraga maupun yang dilakukan sepenuhnya untuk konsumsi keluarga tidak tercatat dalam statistik perikanan. Ketentuan ini sudah berlaku sejak awal tahun 1976 Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 3 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
sampai saat ini. Walaupun definisi perikanan sedikit berbeda berdasarkan ketentuan UU No. 45 tahun 2009 tentang perikanan, secara operasional statistik perikanan masih berdasarkan ketentuan yang lama. Kenyataannya, setiap kegiatan pengambilan benda hidup dari laut, dalam bentuk dan tujuan apapun, akan mempengaruhi keberadaan dan keberlanjutan sumberdaya. Memancing ikan dengan tujuan rekreasi dan hobi, seperti yang ditayangkan dalam acara tv “Mancing Mania” bisa menyebabkan berkurangnya sumberdaya ikan di laut. Oleh karena itu, penangkapan pada konteks ini didefinisikan sebagai setiap kegiatan menangkap atau mengumpulkan/ mengambil binatang dan/atau tanaman air yang hidup di laut yang tidak sedang dibudidayakan. 3.2 Jenis Alat Tangkap Alat tangkap ialah istilah yang digunakan sebagai terjemahan langsung dari Fishing Gear, yaitu peralatan yang secara langsung digunakan dalam operasi penangkapan ikan. Pada klasifikasi tingkat pertama, alat tangkap bisa dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, ialah: pancing, jaring, dan alat lain, selain dari kedua tipe tersebut. Berdasarkan kelengkapan konstruksi, pancing dibedakan menjadi: tanpa joran dan lengkap dengan joran (Gambar 4.1: garis putus-putus). Dengan cara yang sama, pancing juga dibedakan dalam kategori: kait dengan hook (barb) dan kait tanpa hook (barbless). Satu-satunya alat pancing dengan joran tapi tanpa hook disebut Huhate atau Pole & Line. Pancing yang mempunyai hook bisa dibedakan dalam tiga kategori, berdasarkan keaktifannya, ialah: pancing yang dalam operasinya bersifat pasif, semi-aktif dan aktif. Rawai (Long-Line) ialah pancing dengan hook yang operasinya pasif (pancing ini tidak dilengkapi joran). Pancing semi-aktif sering disebut Pancing Ulur atau Jigging. Sedangkan pancing yang dioperasikan secara aktif disebut Tonda atau Troll-Line. Pancing tonda dan ulur bisa dioperasikan tanpa atau dengan joran. Alat Jaring, berdasarkan konstruksi dan cara operasinya, bisa dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, ialah: jaring yang operasinya diangkat, jaring yang operasinya membentang (bidang), jaring yang operasinya melingkar dan membentuk mangkok, dan jaring yang mempunyai kantong (Gambar 4.1). Jaring Angkat umumnya disebut bagan atau Lift-Net. Berdasarkan tempat atau lokasi penangkapan, bagan bisa dibedakan menjadi 2 (dua) kategori, ialah: operasi permanen pada satu tempat, dan operasi secara dinamis (temporal). Kedalam kategori ini kita mengenal istilah Bagan Tancap (Fixed Lift-Net) dan Bagan Perahu/Rakit (Mobile Lift-Net). Jaring dengan operasi membentang (bidang) paling umum disebut jaring insang (gill net). Jaring Insang bisa dioperasikan hanyut mengikuti arus (Drift Gill Net), dioperasinya secara menetap (set gill net), maupun secara melingkar (encircling gill net). Trammel Net atau disebut Jaring Gondrong maupun jaring udang, ialah Gill Net yang terdiri dari 3 (tiga) bidang jaring secara bersama. Jaring lingkar lebih sering disebut pukat. Jika tali ris bawah (disebut tali kolor) bisa ditarik dan dikencangkan, jaring akan membentuk mangkok dan bagian bawah jaring tertutup. Tipe jaring seperti ini disebut Pukat Cincin atau Purse Seine. Tipe konstruksi Jaring Lingkar yang tidak dilengkapi dengan tali kolor, namun bisa membentuk mangkok disebut Lampara. Tipe jaring yang terkahir ialah alat jaring yang konstruksinya dilengkapi dengan kantong untuk mengumpulkan hasil tangkapan. Alat ini disebut Pukat Kantong. Dalam operasinya, Pukat Kantong dibedakan menjadi 2 (dua), ialah: operasi non-hela dan operasi dihela (dihela berarti perahu bergerak menarik jaring sampai waktu tertentu sebelum diangkat). Pukat kantong non-hela, termasuk diantaranya ialah: Pukat Pantai (Jaring Tarik) atau Beach Seine, Dogol, dan Payang. Alat tangkap kategori lain dibedakan dalam 5 (lima) kategori, ialah: Perangkap (Trap), Pencar (Cast Net), Sotok (Stow Net), Spear Gun (Ter) dan alat lain (others). Berdasarkan konstruksinya, perangkap dibedakan menjadi: permanen dan temporer. Bubu ialah jenis perangkap temporer, mudah dioperasikan dan bisa dipindahkan sesuai dengan daerah penangkapan. Jenis perangkap yang dibuat secara permanen diantaranya ialah: Sero (Guiding Barrier), Jermal dan Malalugis. Alat pencar sebenarnya terbuat dari jaring. Namun karena ukurannya kecil dan operasinya tidak memerlukan alat tambahan, dia dimasukkan dalam kategori alat lain. Sotok ialah sejenis Stwo Net yang juga terbuat dari jaring. Ukuran dan kemudahan operasi membuat dia disatukan dengan kategori alat lain. Spear Gun, ialah sejenis Ter atau Busur untuk menangkap ikan. Spear Gun dibedakan dalam kategori Ter, Tombak dan Panah/Bow. Terakhir ialah alat lain dari semua ketentuan tersebut di atas. Termasuk kedalam kategori ini ialah Alat Pengumpul Kerang, Linggis atau Ganco. Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 4 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Berdasarkan Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan dan penyajian Data Statistik perikanan Indonesia, alat tangkap dibedakan berdasarkan kategori: (1) Alat pengumpul; (2) Pancing; (3) Perangkap; (4) Jaring Angkat; (5) Muro Ami; (6) Jaring Insang; (7) Bagan Tancap; (8) Pukat Kantong; (9) Pukat Harimau; dan (10) Alat lain. Perlu kita ketahui bahwa jenis alat tangkap di Indonesia sangat beragam dengan berbagai modifikasinya. Namun demikian, setiap alat tersebut pada akhirnya bisa dimasukkan ke dalam salah satu kategori tersebut di atas dengan memperhatikan persamaan yang paling dekat.
Gambar 1 Klasifikasi alat tangkap (fishing gear) yang umum di Indonesia berdasarkan bahan, cara operasi dan penempatan alat (Sumber: disintesis dari FAO, 1999 dan Ketentuan Statistik Perikanan, 1975). 3.2.1 Alat Pengumpul Alat-alat seperti Ganco, Linggis, Alat Pengumpul Kerang dan Alat Pengumpul Rumput Laut termasuk ke dalam kategori Alat Pengumpul. Ganco ialah sejenis alat yang digunakan untuk membantu mengangkat ikan hasil tangkapan yang sudah berada di dekat perahu. Linggis ialah sejenis alat yang digunakan untuk mencongkel karang untuk mencari Gurita, Kerang atau binatang air lainnya. Semua alat-alat tersebut saat ini sudah sangat jarang digunakan oleh nelayan. Alat pengumpul termasuk jenis paling sederhana dan paling tua dari daftar alat tangkap perikanan. Linggis biasa digunakan oleh nelayan pada saat surut, untuk mencungkil karang dan mencari Kima, kerang atau Gurita – kegiatan ini sering disebut dengan istilah meting atau bameti. Karena eksploitasi dilakukan pada saat surut dan pada karang, alat dan operasi alat pengumpul ini bisa membahayakan kelestarian sumberdaya ikan. Selama operasi, penduduk tidak bisa dicegah akan menginjak Karang. Juga, pada saat operasi, nelayan akan merusak terumbu karang untuk menemukan sumberdaya yang akan diambil. Jadi, walaupun termasuk alat tradisional, Alat Pengumpul mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk merusak sumberdaya dan habitat ikan. Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 5 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Meti atau bameti ialah kegiatan mengumpulkan binatang laut yang paling mudah dilakukan, tidak memerlukan alat yang dirancang khusus dan tidak memerlukan bantuan perahu untuk pergi melaut. Kegiatan dilakukan di pantai pada saat air surut tinggi (selama 10 hari dalam satu bulan). Kegiatan ini sangat sulit untuk dilarang karena tidak tidak ada aturan yang secara khusus mengatur hal ini (kecuali di dalam Kawasan Konservasi Perairan). Usaha penangkapan ini juga tidak memerlukan ijin khusus dari pemerintah. Jika hal ini dibiarkan terus, habitat pantai akan segera mengalami degradasi dan sumberdaya kritis di pantai akan segera berkurang.
Gambar 2 Jenis alat Pengumpul – linggis sering digunakan untuk mencungkil karang pada saat air surut untuk mengumpulkan kima atau jenis kerang lainnya. Tombak tiga kait masih digunakan di wilayah Timur Indonesia untuk menangkap jenis ikan di pantai (Foto: Kofiau Raja Ampat – oleh Andreas Muljadi). 3.2.2 Pancing Pancing ialah terjemahan yang umum dipakai untuk istilah Hook and Line. Semua jenis pancing termasuk dalam kelompok ini – alat penangkapan ikan yang terdiri dari tali, mata pancing serta Joran (pada Huhate). Setiap mata pancing dipasang umpan, baik umpan asli maupun buatan untuk menarik perhatian ikan memakan Pancing. Mata Pancing (Hook) umumnya mempunyai kait yang diberi umpan untuk menarik ikan. Pancing Huhate tidak berkait, ditujukan untuk menangkap ikan yang bergerombol. Operasi Huhate memerlukan keahlian dari nelayan – ikan yang memakan umpan ditarik ke atas dan segera lepas, namun pada saat itu ikan sudah jatuh pada geladak perahu. Mata pancing tanpa kait ialah strategi untuk mendapatkan ikan yang banyak dalam waktu relatif singkat. Pancing termasuk jenis alat tangkap yang selektif – umumnya Pancing bisa memilih jenis dan ukuran ikan yang menjadi target penangkapan. Operasi pancing secara langsung tidak menjadi sebab kerusakan kolateral (collateral damage). Pancing juga tidak menimbulkan dampak hasil samping, by-catch. Kelebihan ini, secara langsung menjadi kelemahan, karena pancing bukan termasuk alat yang efektif, bisa menangkap hanya satu ikan dalam satu kali angkat, haul. Oleh karena itu, operasi pancing sering dianggap tidak ekonomis dan lebih banyak dilakukan oleh nelayan skala kecil, tradisional dan subsisten (untuk memenuhi kebutuhan protein keluarga). Jenis alat pancing yang diusahakan secara komersial ialah Rawai dan Huhate. Huhate dirancang untuk menangkap ikan-ikan bergerombol, seperti Tongkol dan Cakalang. Sedangkan Rawai ditujukan untuk menangkap ikan Tuna atau Cucut yang harganya relatif tinggi. a. Pancing Tangan/ Ulur Sederhana Jenis Pancing ini tersebar luas di Indonesia, bahkan hampir semua nelayan memiliki Pancing jenis ini, paling kurang satu perangkat. Pancing Tangan tidak menggunakan Joran, menggunakan satu mata pancing (hook) per alat ataupun ada yang dengan beberapa mata pancing per alat. Jenis pancing ini ada yang dioperasikan dari suatu tebing di pantai, dari bebatuan yang ada di pantai, dari perahu maupun kapal. Beberapa jenis pancing dari kelompok ini antara lain: pancing usep, Pancing Jegog, Pancing Mungsing, Pancing Gambur serta sejumlah penamaan lainnya. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 6 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
antara lain bambangan (kakap merah, snapper) ekor kuning (Caesio sp.), ikan kue (Caranx spp) dan sejenisnya. b. Pancing Berjoran (Hook & Line) Pancing Joran ialah pancing yang dioperasikan dengan menggunakan Joran, fishing rod. Joran berfungsi sebagai pemegang agar tangan tidak terluka oleh tali pancing ketika umpan dimakan oleh ikan. Jika ikan tangkapan cukup besar dan kuat, Joran dilengkapi dengan kerek. Kerek berfungsi untuk menarik dan/atau mengulur tali ketika ikan melakukan perlawanan. Saat ikan sudah lemah, tali kerek ditarik secara bertahap sampai ikan mendekati perahu. Pancing Joran dengan tali kerek lebih umum digunakan oleh nelayan rekreasi (recreational fishing) dan kegiatan olah raga hobi memancing (sport fishing). Hasil tangkapan Pancing Joran umumnya digunakan untuk konsumsi keluarga, walaupun kadang kala bisa dijual, jika hasil tangkapan terdiri dari ikan-ikan yang ekonomis. Saat ini di Indonesia sedang berkembang kegiatan olah raga memancing atau hobi memancing dengan menggunakan alat Pancing Joran. Kegiatan memancing dengan Pancing Joran ini juga cukup terkenal sebagai salah satu acara rutin pada beberapa media televisi di Indonesia. Namun demikian, alat tangkap Pancing Joran masih bisa dijumpai pada beberapa daerah pantai tertentu. c. Pancing Dengan Layang-Layang (Kite Line) Jenis Pancing yang satu ini cukup unik, karena pada pengoperasiannya menggunakan layanglayang. Pancing layang-layang cukup banyak dipakai oleh nelayan di Pulau Seribu (Jakarta), Banten, Sulawesi dan Maluku. Operasi penangkapan dilakukan agak ke tengah laut dengan menggunakan perahu kecil. Nelayan mengoperasikan alat ini sama seperti halnya orang bermain layang-layang. Layang-layang tersebut dinaikkan sedemikian rupa dan diusahakan agar ujung tali (yang berjerat dan berumpan) seperti bermain di atas air. Jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan umumnya berupa ikan Cendro (Julung-julung). Ikan target akan tertarik pada umpan yang digerakkan layang-layang dan menangkapnya, hingga suatu saat ikan tersebut akan masuk ke dalam jerat dan tertangkap. d. Pancing Rawai (Long Line) Rawai ialah salah satu jenis alat pancing yang umum dikenal oleh nelayan di Indonesia. Rawai terdiri dari tali utama, pada jarak tertentu dari tali utama dipasang tali cabang, setiap tali cabang dipasang mata pancing dan mata pancing selalu dipasangi dengan umpan asli (ikan). Setiap ujung tali utama selalu dilengkapi dengan pelampung utama yang terapung di atas permukaan air. Rawai Tuna ialah salah satu jenis Rawai Hanyut, dioperasikan dekat permukaan dan ditujukan untuk menangkap ikan Tuna. Rawai juga bisa dioperasikan pada dasar perairan, disebut Rawai Dasar atau Rawai Cucut. Tujuan utama penangkapan ialah ikan cucut, pari atau kakap merah yang berada di laut dalam. Konstruksi alat sama dengan Rawai Permukaan. Pada operasi, ujung tali utama ditambahkan pemberat sehingga semua pancing bisa mencapai dasar perairan. Rawai dasar banyak diperasikan oleh nelayan skala tradisional. Selain pancing, nelayan juga membawa alat lain seperti bubu. Ketika kedua alat ini dioperasikan secara bersama, jenis alat sering disebut Long-Line Pot (Rawai bersama Bubu). e. Pancing tonda Tonda atau Troll Line ialah jenis pancing yang operasinya dilakukan secara aktif. Namun sifat aktif ini terjadi secara berlawanan, dimana ikan dibuat mengejar pancing. Tonda terdiri dari tali yang diikatkan pada sisi-sisi perahu, mata pancing dan umpan buatan. Dalam operasinya, pancing ditarik oleh perahu melewati gerombolan ikan. Ikan target akan tertarik pada umpan yang bergerak dan memakan mata pancing yang umumnya mempunyai dua atau tiga kait. Target utama dari Pancing Tonda ialah ikan-ikan permukaan, terutama Tongkol atau Cakalang. Pancing Tonda sangat umum dipakai di wilayah Indonesia Bagian Timur, seperti Sulawesi, Maluku dan Papua. Kedo-Kedo ialah jenis perahu kecil asal Sulawesi Selatan yang dilengkapi dengan Pancing Tonda. Sedangkan Buru Cakalang adalah jenis Pancing Tonda asal Sulawesi Tenggara. Kedua jenis perahu ini sering berpindah tempat secara sementara (temporal) mencari gerombolan ikan permukaan. Sistem ini di Jawa dikenal dengan istilah andon. Ketika persediaan ikan di Sulawesi mulai menipis, Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 7 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
beberapa nelayan Kedo-kedo mulai pindah ke wilayah Jawa Selatan atau Flores. Tujuan utama penangkapan ialah Samudera Hindia.
Gambar. 3 Alat Pancing Rawai (kiri atas) dan Pancing Tanpa Joran, kanan dan kiri bawah (Foto: oleh Sonny – Nelayan Derawan, Kalimantan) 3.2.3 Perangkap Perangkap ialah jenis alat tangkap yang dipasang secara tetap, tidak aktif, namun bisa mengarahkan ikan sedemikian rupa agar masuk ke dalam perangkap dan tidak bisa keluar melalui jalan dia masuk sebelumnya. Jenis alat perangkap yang paling umum ditemukan di Indonesia ialah Sero dan Bubu. Alat tangkap Jermal atau Malalugis hampir tidak pernah dijumpai lagi. Biasanya Trap atau perangkap ini dibuat dari bahan-bahan alami seperti bambu, kayu atau juga bahan buatan lainnya seperti jaring. Perangkap umumnya dipasang menancap di dasar. Tujuan utama ialah untuk menangkap ikan-ikan dasar yang bermigrasi ke pantai pada saat pasang. Namun ada juga perangkap yang dioperasikan di permukaan, terutama untuk menangkap ikan terbang. a. Bubu Dasar Bubu ialah alat perangkap tipe dasar – di Indonesia, bahan dasar pembuatan bubu umumnya menggunakan bambu. Namun ada juga yang dibuat dari rotan (Rattan netting) atau anyaman kawat (wire netiting). Bentuk dari alat bubu sangat beragam, sesuai daerah dan jenis ikan yang menjadi target penangkapan. Pintu masuk ke dalam Bubu, bisa dibuat di atas, namun yang lebih sering ialah dari bagian samping. Jenis umpan yang diletakkan di dalam bubu menunjukkan ikan yang menjadi target penangkapan. Menangkap ikan-ikan jenis Kulit Pasir (Acanthuridae), dan ikan Kaka Tua (Scaridae) umumnya menggunakan umpan dari lumut atau daun.
Gambar 4
Bubu dari bahan bambu dengan umpan dari lumut dan daun (kiri). Cara pemasangan bubu di dasar bisa merusak karang atau habitat dasar (Foto: Resilience workshop di Misool dan Wakatobi – Oleh Purwanto).
b. Sero Sero (Guilding Barrier) ialah salah satu alat penangkapan ikan yang dipasang secara tetap di dalam air, biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang berfungsi menuntun ikan agar masuk ke daLam Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 8 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
perangkap. Pagar-pagar ini terbuat dari bahan bambu atau kayu. Jika bahan tersebut tidak mencukupi, nelayan sering menggunakan jaring.
Gambar 5
Alat tangkap Sero (Guiding Barrier) – pada saat air pasang, ikan bermigrasi ke Pantai. Ketika air mulai surut, ikan terjebak pada karamba, ketika mencari jalan kembali ke laut.
c. Jermal Jermal ialah perangkap yang terbuat dari jaring berbentuk kantong dan dipasang semi permanen, menantang atau berlawanlan dengan arus pasang surut. Beberapa jenis ikan, seperti beronang biasanya bergerak mengikuti arus pasang surut. Pada saat pasang, ikan akan bergerak ke arah pantai, mencari makan di sekitar padang lamun. Pada saat air surut, ikan mencari jalan menuju ke wilayah yang lebih dalam. Migrasi balik ini dihadang sedemikian rupa sehingga gerombolan ikan terjerat pada ujung jaring jermal.
Gambar 6
Alat perangkap jenis jermal, ujung perangkap dibuat dari jaring yang bisa diangkat sewaktuwaktu. Pada ujung perangkap bisa dilengkapi dengan rumah tinggal sementara.
3.2.4 Jaring Angkat Kontruksi alat jaring Angkat umumnya berupa jaring halus berbentuk segi empat, dibentangkan di dalam air secara horizontal dengan menggunakan rangka bambu atau digantungkan dengan menggunakan tali. Ikan-ikan akan berkumpul di atas jaring karena tertarik oleh sinar lampu maupun karena faktor lainnya. Setelah ikan berkumpul, tali pada setiap ujung jaring ditarik ke atas, bersamaan dan secara perlahan-lahan.
Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 9 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
Gambar 7
University of Brawijaya
2012
Jenis Bagan Perahu (Mobile Lift-Net) dan Bagan Tancap (Set Lift-Net). Sisa bahan yang tersisa dari Bagan Tancap bisa berbahaya bagi perahu yang melintas di atasnya (foto oleh Andreas Muljadi).
Bagan ialah salah satu jenis alat jaring angkat yang paling dikenal di Indonesia. Hampir semua Bagan dilengkapi dengan lampu untuk menarik gerombolan ikan berkumpul di atas jaring Bagan. Oleh karena itu Bagan disebut juga perikanan lampu dan dioperasikan pada saat malam hari. Pemasangan Bagan bisa dilakukan secara permanen di dekat pantai (Fixed Lift net) maupun secara berpindah (mobile Lift net) yang di Indonesia dikenal dengan sebutan Bagan Perahu. Operasi penangkapan dengan Bagan lebih banyak dilakukan pada saat bulan mati atau sebelum munculnya bulan. Pada saat terang bulan, sinar lampu tidak bisa mengumpulkan ikan secara maksimal. Target utama dari Bagan ialah ikan teri dan ikan-ikan permukaan (pelagis kecil) lainnya yang tertarik pada lampu. Bagan Tancap ialah bentuk Jaring Angkat yang cara pemasangannya dilakukan secara menetap pada suatu tempat dekat pantai atau tempat lainnya pada perairan yang dangkal. Konstruksi tiang pancang Bagan paling banyak dibuat dengan menggunakan bambu. Di bagian atas sering dibuat atap rumah untuk nelayan tinggal sementara. Sering kali nelayan juga membuat tempat menjemur ikan hasil tangkapan dan tempat memasak. Operasi Bagan Tancap biasanya dilakukan selama beberapa hari. Setiap operasi, nelayan membawa perbekalan makan dan garam untuk pembuatan ikan asin. Umur Bagan Tancap biasanya sesuai dengan kekuatan umur bambu di dalam air. Setelah rusak, bahan-bahan yang tersisa sering ditinggalkan oleh pemiliknya sehingga bisa mengganggu alur pelayaran nelayan. Pemerintah beberapa wilayah di Kalimantan Timur merasakan masalah pelayaran yang mulai terganggu karena penempatan Bagan Tancap yang tidak beraturan. Hal ini bisa mengganggu alur pelayaran dan menyebabkan kecelakaan di laut. Pemerintah, oleh karena itu, mulai mengatur penempatan bagan pada zona tetentu saja agar tidak mengganggu. 3.2.5 Muro Ami Muro Ami ialah jaring yang dioperasikan di daerah terumbu karang untuk menangkap ikan-ikan karang atau yang terkait dengan terumbu karang. Setelah jaring diletakkan, beberapa nelayan turun untuk mengganggu dan menghalau ikan ke arah mulut jaring. Umumnya nelayan yang berenang menggunakan daun kelapa, kayu atau bambu sebagai alat penghalau. Beberapa nelayan bisa juga berenang sambil memukulkan batu untuk menimbulkan suara gaduh. Muro Ami masih menjadi alat yang penting terutama di Indonesia bagian Timur karena terumbu karangnya masih cukup baik. Operasi Muro Ami memerlukan tenaga nelayan yang cukup intensif, terutama nelayan yang bertugas untuk menghalau ikan. Hasil tangkapan terutama ialah jenis ikan ekor kuning, kerapu, kakap dan jenis ikan karang lainnya. Jika beruntung nelayan akan mendapatkan ikan kerapu hidup yang berniai ekonomis tinggi.
Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 10 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
3.2.6 Jaring Insang Jaring insang pada dasarnya ialah sebidang jaring yang dioperasikan sedemikian rupa untuk menghadang pergerakan gerombolan ikan (sesuai atau melawan arus). Ikan diharapkan terjerat pada mata jaring dengan sistem: terjerat pada kepala bagian depan (snagged), terjerat pada insang (gilled), terjerat pada bagian sirip punggung (wedged) maupun terpuntal (entangled). Dengan demikian penamaan jaring insang sebenarnya tidak spesifik untuk ikan yang terjerat pada insang saja. Jaring Insang termasuk jenis alat tangkap yang pasif dan selektif. Jaring tidak bergerak, sebaliknya, ikan yang akan masuk dan berusaha melewati mata jaring sehinga terjerat atau terpuntal. Dia hanya menangkap ikan-ikan pada kisaran ukuran tertentu sesuai dengan ukuran mata jaring. Alat tangkap Jaring Insang digunakan pada hampir semua daerah di Indonesia. Nama yang paling umum digunakan adalah Gill Net atau Jaring Insang. Hasil tangkapan terutama ikan-ikan permukaan seperti tongkol. Namun ada juga jenis Jaring Insang yang khusus ditujukan untuk menangkap udang dan ikan dasar lainnya. Jaring insang bisa dioperasikan secara beragam – dipasang secara permanen tidak bergerak (fixed Gill net), juga bisa dioperasikan hanyut mengikuti arus. Pada Jaring Insang Tetap, jaring dilengkapi dengan pemberat sampai dasar, agar tidak mengikuti arus. Sesuai dengan ikan yang menjadi target penangkapan, Jaring Insang juga bisa dioperasikan pada permukaan, pada kolom air ataupun di dasar. Hal ini dilakukan dengan mengatur kekuatan antara pemberat dengan pelampung pada bagian atas jaring. Jaring Insang bisa dioperasikan secara melingkar untuk mengurung gerombolan ikan. Hal ini terutama dilakukan jika lebar jaring mencapai dasar perairan, sehingga sedikit kemungkinan ikan terlepas melalui bawah jaring. Ketika jaring ditarik secara perlahan, pergerakan ikan akan semakin terbatas dan akhirnya terjerat atau terpuntal pada jaring. Jaring Insang termasuk jenis alat yang selektif. Kelemahan dari alat ini adalah ketika mengambil ikan hasil tangkapan harus dilakukan satu per satu sehingga tidak efisien dan sering merusak jaring.
Gambar 8 Jaring Insang atau Gill Net – termasuk kategori alat yang selektif, namun sulit pada saat melepaskan ikan dari jaring (Foto: diambil dari nelayan Wakatobi dan Manokwari). 3.2.7 Pukat Lingkar Pukat Lingkar ialah jaring yang dioperasikan secara melingkar dan mengurung gerombolan ikan. Jenis alat ini dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan keberadaan purse line, tali kolor, pada bagian bawah jaring. Alat yang dilengkapi dengan tali kolor memungkinkan untuk segera menutup bagian bawah jaring (membentuk mangkok), sehingga mengurangi kemungkinan ikan yang sudah terkurung untuk meloloskan diri melalui bagian bawah jaring. Alat ini disebut purse seine, kursin, jaring slerek atau pukat cincin. Jenis yang tidak dilengkapi dengan tali kolor sering disebut dengan istilah lampara. Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 11 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Pukat Lingkar dirancang khusus untuk menangkap ikan-ikan permukaan (kelompok pelagis kecil), seperti ikan kembung, layang, lemuru, tembang, kuwe atau tongkol. Purse seine sangat umum digunakan di Perairan Selat Bali untuk menangkap jenis ikan Lemuru. Namun alat ini juga digunakan pada hampir seluruh perairan Indonesia.
Gambar 9
Prototipe jaring Pukat Cincin (Purse seine). Kunci keberhasilan operasi ditentukan oleh kecepatan untuk menarik tali kolor bagian bawah sehingga jaring membentuk kantong (Foto: nelayan Wakatobi dan Brunae, oleh Purwanto dan Peter J. Mous).
3.2.8 Pukat Kantong/Seine Net Konstruksi alat Pukat Kantong pada dasarnya tidak berbeda dengan Pukat Harimau. Perbedaan mendasar terletak pada cara operasi dan penggunaan alat bantu pembukaan mulut jaring. Operasi Pukat Kantong tidak bersifat aktif seperti pukat harimau. Ketika seluruh badan jaring dan tali utama sudah dilepas, pukat kantong tidak dihela. Jadi luas bidang datar yang disapu hanya sepanjang tali utama. Pukat Kantong bisa dioperasikan untuk menangkap ikan-ikan permukaan maupun ikan-ikan dasar. Untuk kepentingan menangkap ikan-ikan permukaan, mulut jaring bagian atas dipasangi pelampung yang lebih besar sampai mulut jaring bisa terapung di atas permukaan. Sedangkan untuk menangkap ikan-ikan dasar akan dipasang pemberat pada mulut jaring bagian bawah yang lebih besar atau pemasangan pelampung yang lebih kecil. Operasi Pukat Kantong untuk ikan-ikan permukaan biasanya dibantu dengan pemasangan rumpon yang dilengkapi lampu di bagian atasnya. Rumpon ini bisa dirancang sebagai rumpon tetap atau rumpon hanyut yang ditambatkan pada perahu kecil. Nama lokal pukat kantong berbeda sesuai dengan daerahnya. Di beberapa tempat seperti Utara Jawa dan Sumatera, Pukat Kantong permukaan disebut Payang atau Lampara, sedangkan di tempat lain seperti Madura disebut Oras. Dogol adalah nama daerah untuk Pukat Kantong di daerah Utara Jawa yang bertujuan untuk menangkap ikan-ikan dasar. Konstruksi dari alat tangkap Dogol mirip dengan alat tangkap Danish Seine sehingga nama Dogol sering digunakan sebagai terjemahan langsung untuk Danish Seine. Di daerah Madura dan Jawa Utara Bagian Timur, Dogol juga sering disebut dengan nama Payang Hitam. Seperti pada Payang, Dogol juga termasuk jenis alat yang tidak aktif, tidak seperti Trawl. Pada ujung sayap jaring dipasang besi batangan yang dihubungkan dengan tali utama, dengan tujuan untuk mempertahankan mulut jaring bagian atas tetap menghadap ke permukaan. Target utama dari alat Dogol adalah Udang dan ikan-ikan dasar seperti Peperek, Manyung, Biji Nangka dan Kuniran. Bentuk paling tradisional dari Pukat Kantong di Indonesia adalah Pukat Pantai (Beach Seine) dan Pukat Perahu (Boat Seine). Pukat Pantai di berbagai daerah disebut juga dengan istilah Jaring Tarik. Operasi Pukat Pantai dimulai dengan mengikat salah satu ujung tali sayap di pantai. Selanjutnya tali di ulur ke arah tengah laut dengan menggunakan jukung. Setelah tali sayap habis (sekitar 400 m), tali dihubungkan dengan ujung sayap dan dilanjutkan dengan melepaskan jaring. Ujung sayap kedua diikatkan dengan tali utama kedua dan dibawa ke arah pantai dengan bantuan jukung. Dari pantai, kedua ujung tali Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 12 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
ditarik dengan menggunakan tenaga manusia. Alat ini ditemukan pada hampir seluruh wilayah di Indonesia, terutama pada lokasi dimana kurang memungkinkan untuk menggunakan teknologi yang lebih tinggi. Jenis Pukat Kantong yang sederhana lainnya adalah Pukat Perahu. Konstruksi alat ini sama dengan Jaring Tarik, hanya penarikan jaring dilakukan dari atas perahu, namun masih menggunakan tenaga manusia. Sedangkan pada Dogol, penarikan jaring umumnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu Gardan.
Gambar 10 Pukat Pantai (Beach Seine) atau jaring tarik, dioperasikan dari pantai; Pukat Kantong (kanan atas) dioperasikan dengan menggunakan perahu kecil (Foto: operasi jaring tarik di Prigi, Trenggalek – Jawa Timur) 3.2.9 Pukat Harimau/Trawl Berdasarkan Keputusan Presiden No. 39 tahun 1980, alat tangkap Pukat Harimau (Trawl) sudah dilarang beroperasi di Indonesia. Walaupun sudah mengalami modifikasi, alat tangkap ini masih ditemukan di beberapa tempat. Pada tahun 2005 dibuatlah standar konstruksi “Pukat Tarik Dasar Kecil” yang termasuk dalam kategori Pukat kantong. Oleh karena itu ada baiknya kalau kita mempelajari bentuk umum dari alat tangkap Pukat Harimau ini. Pukat Harimau (Trawl) adalah jaring yang berbentuk kantong, dioperasikan secara aktif, dihela oleh satu atau dua kapal dalam jangka waktu tertentu. Ukuran mata jaring pada ujung kantong (cod-end) lebih kecil dibandingkan mata jaring pada bagian sayap depan. Pukat Harimau bisa dioperasikan di dasar perairan (Bottom Trawl), wilayah kolom air (Mid-Water Trawl) maupun permukaan (surface-water Trawl). Hal ini bisa dilakukan dengan mengatur pemberat pada mulut jaring bagian bawah dan pelampung pada mulut jaring bagian atas. Pengaturan pemberat dan pelampung pada mulut jaring juga berfungsi untuk mengatur pembukaan mulut jaring secara vertikal. Pembukaan mulut jaring secara horizontal dilakukan dengan menggunakan ‘Otter Board’ pada kedua sisi tali ris. Ketika jaring ditarik, arus air yang berlawanan dengan otter board akan mendorong otter board melebar secara maksimum ke arah samping. Jika ukuran jaring terlalu besar, dia bisa ditarik dengan menggunakan dua kapal secara bersamaan. Metode operasi ini relatif jarang dilakukan karena kurang praktis di lapangan. Membukanya mulut jaring Trawl secara melebar juga bisa dilakukan dengan meletakkan beam, plat besi, pada mulut jaring bagian atas. Pembukaan melebar mulut jaring tergantung dari panjangnya ukuran beam. Mulut jaring bagian bawah berada di belakang beam. Pada mulut jaring bagian bawah dipasang rantai pengejut, sejenis pemberat untuk menggaruk dasar. Dengan cara ini, udang atau ikan dasar akan merespon ke atas dan terperangkap masuk ke bagian kantong atau cod-end. Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 13 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Jika tenaga kapal penarik cukup besar dan ukuran jaring Trawl ralatif kecil, maka kapal bisa memasang rigger, penarik ganda, masing-masing pada bagian sisi lambung kapal. Alat Trawl jenis ini disebut double-rig Trawl. Satu kapal juga bisa menarik dua Trawl sekaligus dengan cara yang berbeda. Cara operasi seperti ini disebut otter twin Trawl, dan membutuhkan hanya satu rigger. Pukat Harimau secara dominan ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, terutama udang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Operasi alat ini dilakukan pada habitat dasar yang tidak keras, seperti pasir atau lumpur. Penggunaan alat ini pada dasar yang keras seperti karang, akan menyebabkan kerusakan pada jaring. Di Indonesia jenis alat tangkap ini banyak beroperasi di wilayah Sumatera bagian timur, Kalimantan, Laut Jawa dan Papua bagian Barat.
Gambar 11
Alat tangkap Pukat Harimau atau Trawl (kiri atas); alat Mini-Trawl yang masih beroperasi di Kalimantan Timur (kanan atas); hasil tangkap Mini-Trawl (kiri bawah) dan posisi kapal ketika menarik jaring Trawl (kanan bawah). Foto: Mini-Trawl di Kalimantan Timur (Sony Tasijawa) dan Brunae Darussalam (Peter J. Mous).
3.2.10 Alat Lain Semua alat tangkap yang tidak termasuk ke dalam 9 kategori tersebut di atas dimasukkan ke dalam kategori Alat Lain. Termasuk ke dalam kategori ini ialah Jala atau Pencar (Staw Net), alat yang dijatuhkan (Falling Gear) lainnya, Tombak (Harpoon), Panah atau Ter (Spear Gear). Jala atau Pencar ialah jaring yang dibuat berbentuk melingkar. Ujung jaring bagian luar dilengkapi dengan pemberat. Sedangkan pada titik tengah jaring diikatkan tali utama yang panjangnya beberapa meter saja. Operasi Pencar dilakukan dengan menjatuhkan jaring sedemikian rupa sehingga pada saat di air terbuka secara maksimal. Tangan kanan nelayan memegang jaring, sedangkan tangan kiri memegang ujung tali yang terkait pada pusat jaring. Karena pengaruh pemberat, bagian luar jaring akan segera tenggelam dan mengurung ikan. Jaring ini ditarik secara perlahan dan ikan hasil tangkapan akan terpuntal di dalam jaring. Operasi Pencar dilakukan di sekitar pantai atau perairan yang dangkal. Beberapa nelayan melempar Pencar dari perahu, namun kebanyakan operasi langsung dari pantai (tanpa perahu). Alat Pencar sudah tidak banyak digunakan oleh nelayan belakangan ini. Dari pengalaman nelayan pembuat Jaring Pencar, mereka mendapat pesanan dari petambak untuk membuat jaring jenis ini untuk dioperasikan di tambak. Petani tambak di daerah Sumatera, Jawa dan Kalimantan banyak memerlukan Pencar dalam melakukan sampling pertumbuhan udang. Ter, Panah atau Spear Gear termasuk kategori Alat Lain yang terdiri dari busur pemegang, tali penarik, anak panah dan tali yang salah satu ujungnya terikat dengan anak panah sedangkan ujung satunya dihubungkan dengan pelampung. Paling tidak, nelayan menggunakan alat bantu google-snorkel agar bisa melihat ikan dengan baik di dalam air. Beberapa nelayan bahkan mulai menggunakan snokel dan fin. Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 14 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Daerah penangkapan utama dari alat Ter atau Panah ialah terumbu karang. Secara tradisional, alat ini dulunya digunakan untuk menangkap Penyu. Bagian tubuh Penyu yang menjadi sasaran Panah ialah sirip depan atau belakang karena dengan cara ini penyu hasil tangkapan bisa bertahan hidup. Jika Panah mengenai bagian tubuh penyu, maka dia akan segera mati dan tidak bisa dijual kepada pedagang. Sejak awal tahun 1980an, penangkapan Penyu sudah dilarang oleh Pemerintah Indonesia. Secara bertahap, nelayan yang mempunyai keahlian menggunakan Panah beralih untuk menangkap ikan-ikan karang atau yang terkait dengan terumbu karang.
Gambar 12 Alat lain – Ter, panah dan spear gun: sering digunakan untuk menangkap ikan-ikan karang. Dalam operasi, nelayan sering menggunakan Masker, Snorkel dan Fin agar lebih lincah mencari ikan di air (Foto: nelayan Raja Ampat oleh Andreas Muljadi). a. Bom Ikan Bom/Peledak atau Dinamit adalah sejenis alat tangkap tidak ramah lingkungan yang sudah dilarang oleh pemerintah. Namaun alat ini secara sembunyi-sembunyi masih banyak digunakan oleh nelayan pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Alat ini mulanya diperkenalkan oleh tentara Jepang pada Perang Dunia II di Filipina. Tentara jepang menggunakan alat sejenis Granat untuk menangkap ikan. Nelayan lokal meniru penggunaan alat ini karena dirasakan relatif murah, mudah dan efektif walaupun dengan resiko kecelakaan yang cukup besar. Dengan berakhirnya PD II, nelayan kesulitan untuk mendapatkan bahanbaha peledak. Akhirnya, mereka mencari bahan-bahan yang tersedia secara lokal, seperti campuran pupuk nitrat dan minyak tanah sebagai bahan dasar. Beberapa nelayan mengkhususkan untuk menciptakan sumbu ledak. Pengalaman ini dibawa secara berantai dari Filipina menuju Kalimantan dan Sulawesi. Sekarang, jenis alat ini sudah menyebar pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Bom utamanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan yang bergerombol, seperti ikan-ikan pelagis kecil (Lemuru, tembang, Layang dan Selar atau Ekor Kuning). Informasi dari nalayn Nusa Tenggara Timur mendapatkan bahwa alat ini juga bisa digunakan untuk menangkap ikan Tongkol dan Tuna. Pada operasi di daerah terumbu karang, bom ditujukan untuk menangkap ikan-ikan seperti Ekor Kuning dan Beronang. b. Kompresor Hookah Kompresor Hookah terdiri dari mesin kompresor yang akan menghasilkan udara, slang plastik untuk mengalirkan udara kepada penyelam, Octopus pada ujung slang udara tempat penyelam menghisap udara dari mulut, perlengkapan menyelam (Snorkel dan Fin) dan serok untuk mengambil ikan hasil tangkapan. Alat ini digunakan untuk menangkap Teripang, Kerang dan Lobster. Hookah kompresor juga digunakan oleh beberapa nelayan dalam meletakkan alat Bubu di dasar perairan. Dengan cara ini, nelayan bisa mencari tempat yang tepat untuk meletakkan atau melakukan pemasangan Bubu. Dengan berkembangnya perdagangan ikan karang hidup (live-reef fish trade) dan ikan hias, alat kompresor hookah sering dihubungkan dengan penggunaan bahan Potasium sianida untuk menangkap ikan. Potasium sianida adalah sejenis bius yang disemprotkan kepada ikan yang sulit ditangkap dengan jenis alat lainnya. Ikan yang terkena sianida bisa mengalami pingsan untuk sementara waktu sehingga mudah diambil oleh penyelam. Setelah mengalami pergantian air dia akan sadar kembali walaupun Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 15 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
beberapa organ sudah mengalami kerusakan seperti insang atau mata. Selain itu, bius juga bisa merusak terumbu karang dan lingkungan habitat lainnya. Karena keterkaitannya dengan penggunaan obat bius Sianida, pemerintah Kabupaten Manggarai Barat sudah melarang penggunaan alat Hookah Kompresor di wilayah tersebut. c. Rumpon – Alat Bantu Mengumpulkan Ikan Sejak awal tahun 1980an, nelayan mulai mengenal Rumpon sebagai alat bantu untuk mengumpulkan atau memperbesar kelimpahan gerombolan ikan. Pada dasarnya Rumpon terdiri dari Pemberat, Tali, Kilikili, Rakit dan Rumbai-rumbai berasal dari daun Kelapa. Pemberat yang dijatuhkan ke dasar perairan, diikatkan dengan Tali dan Kili-kili untuk dihubungkan dengan Pelampung di permukaan berupa rakit bambu. Rakit bambu juga bersfungsi sebagai tanda keberadaan Rumpon, tempat menaruh lampu maupun persinggahan sementara nelayan yang menjaga atau menyewakan Rumpon. Rumbai-rumbai daun kelapa digantungkan di bawah rakit. Secara bertahap ikan-ikan kecil akan berkumpul dekat rumbai sebagai tempat berlindung dan mencari makan. Hal ini akan diikuti oleh ikan-ikan yang lebih besar dan ikan-ikan yang menjadi target penangkapan.
Gambar 13
Kompresor Hookah, dulunya banyak digunakan untuk meletakkan Bubu dan menangkap Teripang. Belakangan alat ini juga digunakan untuk operasi penangkapan ikan Karang dengan racun Sianida (Foto: nelayan Wakatobi dan Raja Ampat, oleh Purwanto & Andreas).
Saat ini, banyak alat tangkap ikan permukaan memanfaatkan alat bantu Rumpon dan lampu, termasuk Jaring Slerek (Purse seine), Payang, Lampara dan Pancing. Hampir setiap tahun Pemerintah selalu mengeluarkan subsidi untuk pengadaan Rumpon. Pada satu sisi, Rumpon bisa dianggap efektif dalam meningkatkan gerombolan ikan dan meningkatkan hasil tangkapan nelayan. Namun pada sisi lain, Rumpon juga bisa menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya penangkapan berlebih. Rumpon ada juga yang dirancang untuk ditempatkan pada dasar perairan. Pada pertengahan tahun 1980an Pemerintah meletakkan bekas-bekas becak di dasar laut Pantai Utara Jakarta. Bahan-bahan ini bertujuan untuk membentuk susunan dasar keras (fix) dalam rangka menumbuhkan habitat seperti terumbu karang dan menjadi rumah-rumah ikan. Rumpon juga bisa menggunakan seperti ban bekas yang dirakit sedemikian rupa menyerupai rumah-rumah ikan. Bahan-bahan ini akan ditumbuhi lumut dan karang yang membuat ikan-ikan kecil berkumpul. Pada akhirnya, Rumpon akan menarik ikan-ikan besar ikut berkumpul mencari makan. Kesempatan ini digunakan oleh nelayan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan yang lebih banyak.
Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 16 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
Gambar 14 Rumpon dan Fish Aggregating Device (FAD) dari ban bekas yang digunakan untuk mengumpulkan ikan (Foto: Seraya, Komodo oleh Fajarudin dan Brunae Darussalam oleh Peter J. Mous).
d. Karamba Pengumpul Ikan-Ikan Karang hidup Sejak pertengahan tahun 1980an di Indonesia berkembang pemasaran ikan-ikan karang hidup (livereef food fish) untuk kebutuhan pasar ekspor. Tujuan utama ekspor adalah Singapura, Taiwan, Hongkong dan Jepang. Nelayan lokal mulai mengusahakan penangkapan ikan-ikan jenis karang dengan menggunakan Pancing atau Potasium sianida, jenis bahan kimia beracun yang bisa membuat ikan tidak sadar sementara waktu. Potas juga bisa merusak organ seperti insang dan mata. Jika penangkapan dilakukan dengan pancing, nelayan biasanya menggunakan slang plastik untuk mengeluarkan udara dari gelembung renang. Slang karet/plastik tersebut dimasukkan melalui anus. Sebelum ikan-ikan diambil oleh pedagang antara atau pembeli/eksportir, ikan biasanya disimpan dalam karamba di sekitar pantai yang aman. Karamba-karamba apung tersebut umumnya dibuat dari jaring berukuran sekitar 3x3 m (kedalaman 2 – 3 m) yang dibuat terapung dengan drum plastik. Untuk mengurangi sinar yang berlebihan pada siang hari, nelayan menaruh jaring atau rumbai-rumbai daun kelapa di atas Karamba. Setelah kuantitas hasil tangkapan dianggap cukup untuk mendatangkan pembeli, nelayan bisa mengundang pengepul atau eksportir langsung dari Hongkong.
REFERENSI DJP, 1975. Standar Statistik Perikanan. Ketentuan Kerja Pengumpulan Pengolahan dan Penyajian Data Statistik Perikanan. DJP. Jakarta, Indonesia, Direktorat Jenderal Perikanan. Buku 1: 207. Diskanla Jatim. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pengumpulan Data Statistik Penangkapan Perikanan Perairan Umum. Dinas Perikanan dan Kelautan Jawa Timur. Surabaya Yamamoto, T., 1980. 1973 Fishery census of Indonesia, survey methods, mode of analysis and major findings. A report prepared for the Fisheries Development and Management Project, Indonesia. FI:DP/INS/72/064, Field Document 5. Rome, FAO: 1-79.
Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 17 of 18
Mata Kuliah PIKP / SubSistem Perikanan Tangkap
University of Brawijaya
2012
PROPAGASI A. Latihan dan Diskusi (Propagasi vertical dan Horizontal) 1. Ada Rumahtangga di desa pantai, yang kepala rumahtangganya sehari-hari melakukan penangkapan di laut dengan mengunakan alat jala tebar/pencar. Hasil tangkapannya hanya untuk dimakan keluarganya & tidak ada yang dijual. Apakah orang tersebut berprofesi sebagai nelayan? Diskusikan dengan kelompok! 2. Kegiatan penangkapan ikan untuk rekreasi seperti acara di TV “Mancing Mania” apakah termasuk kegiatan penangkapan ikan? Diskusikan B. Pertanyaan (Evaluasi mandiri) 1. Apa definisi dari kegiatan penangkapan ikan? 2. Kegiatan perikanan tangkap juga dilakukan diperairan umum. Sebutkan macammacam perairan kategori perairan umum. 3. Sebutkan jenis alat tangkap yang termasuk kategori Perangkap. C. QUIZ -mutiple choice (Evaluasi) 1. Kegiatan perikanan yang pertamakali dilakukan manusia adalah: a. penangkapan ikan b. budidaya ikan c. pengolahan hasil perikanan d. pemasaran hasil perikanan e. tidak ada jawaban yang benar. 2. Jenis alat tangkap yang diduga pertamakali digunakan manusia adalah: a. pancing b. jaring c. bubu (perangkap) d. Bagan tancap e. tombak 3. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya: a. Mengumpulkan/mengambil ikan di laut b. melakukan kegiatan penangkapan binatang yang hidupdi perairan c. Mengambil binatang dan/atau tanaman air yang hidup di laut yang tidak sedang dibudidayakan. d. melakukan penangkapan ikan di laut dengan alat tangkap dan perahu penangkap. e. Tidak ada jawaban yang benar. 4. Setiap nelayan dalam melakukan penangkapan: a. Selalu menggunakan alat tangkap & ikan hasil tangkapannya tidak dijual b. Selalu menggunakan perahu c. Semua ikan hasil tangkapannya di jual d. Semua ikan hasil tangkapanya untuk makan sehari-hari e. Semua jawaban salah. 5. Berdasarkan ketentuan kerja pengumpulan, pengolahan dan penyajian data statistik perikanan Indonesia, alat tangkap dibedakan berdasarkan kategori, antara lain: a. Pancing b. Perangkap c. Jaring angkat d. Pukat kantong e. Semua jawaban di atas benar Wiadnya, DGR & D. Setyohadi - FAKULTAS PERIKANAN & ILMU KELAUTAN Page 18 of 18