3
kemudian dilakukan hidrasi selama 24 jam di botol kecil. Setelah 24 jam dilakukan penimbangan untuk mengetahui bobot jenuh (BJ). Untuk mengetahui bobot kering (BK) maka potongan daun tersebut dikeringkan di oven pada suhu 80oC selama 24 jam. Perhitungan nilai KAR berdasarkan rumus sebagaimana terlampir pada Lampiran 2. Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Parameter pertumbuhan yang diamati meliputi tinggi tajuk (cm), panjang akar (cm), bobot tajuk (g) dan bobot akar (g). Parameter produksi meliputi jumlah biji dan bobot biji (g). Tinggi Tajuk dan Panjang Akar Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah hingga titik tumbuh (pucuk) untuk tanaman kedelai, sedangkan untuk tanaman jagung pengukuran tinggi tanaman hingga bagian ujung daun. Panjang akar diukur mulai dari bagian pangkal akar hingga ujung akar. Pengamatan tinggi tanaman dan panjang akar dilakukan pada saat panen atau 8 minggu setelah tanam (MST). Bobot Tajuk dan Bobot Akar Bobot basah tajuk dan akar ditimbang pada saat panen (8 MST). Bagian tajuk tanaman dipisahkan dari akarnya. Kemudian masingmasing bagian ditimbang untuk mendapatkan BB tajuk dan akar tanaman. Tajuk dan akar dibungkus dengan menggunakan kertas buram kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 80oC selama 36 jam. Kemudian ditimbang untuk mengetahui BK. Jumlah dan Bobot Biji Jumlah dan bobot biji pertanaman diukur pada saat panen (8 MST). Biji yang diperoleh dikeringkan dengan dijemur selama 1 minggu. Kemudian dilakukan penimbangan. Analisis Superoksida dismutase (SOD) Aktivitas SOD dianalisis berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Giannopolitis dan Ries (1977) yang telah dimodifikasi. Sampel daun (0,2 g) digerus dengan larutan yang mengandung 50 mM buffer fosfat pH 7, 1% PVP, 0,2 mM asam askorbat. Hasil gerusan disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 30 menit sehingga diperoleh supernatan. Supernatan yang diperoleh dimasukkan ke dalam kuvet berisi larutan yang mengandung: 50 mM buffer fosfat (pH 7,8), EDTA 0,1 mM
dan riboflavin 0,3 mM. Kemudian diinkubasi selama 5 menit pada suhu kamar lalu ditambahkan nitroblue tetrazolium (NBT) 0,03 mM. Setelah penambahan NBT, larutan tersebut diberi cahaya lampu (55W, 20 cm di atas larutan) selama 30 detik dalam 2,5 menit lalu dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 560 nm. Larutan tanpa ekstrak daun digunakan sebagai kontrol. Aktivitas enzim dinyatakan dalam unit mg-1 protein. Perhitungan SOD berdasarkan rumus sebagaimana terlampir pada Lampiran 3. Kandungan protein diukur dengan menggunakan bovine serum albumin sebagai standar berdasarkan metode Bradford (1976). Analisis Askorbat peroksidase (APX) Aktivitas APX dianalisis berdasarkan metode Nakano dan Asada (1981). Ekstrak enzim dicampur dengan larutan yang mengandung 50 mM buffer fosfat pH 7, asam askorbat 0,5 mM, EDTA 0,1 mM dan H2O2 0,1 mM. Larutan tanpa sampel dan H 2O2 0,1 mM digunakan sebagai blangko. Pengukuran aktivitas APX dilakukan dengan spektrofotometer setiap 10 detik selama 1 menit pada panjang gelombang 290 nm. Perhitungan APX berdasarkan rumus sebagaiman terlampir pada Lampiran 3. Analisis Asam Askorbat (ASA) Kandungan ASA dianalisis berdasarkan metode yang dikembangkan Reiss (1993) yang telah dimodifikasi. Kandungan ASA diukur dengan menggunakan metode titrasi. Sampel daun (0,5 g) digerus dengan asam metafosforik 5% kemudian difiltrasi dengan menggunakan kertas saring Whatman no 1. Filtrat yang diperoleh kemudian dititrasi dengan dichlorophenol-indophenol (DCIP) 0,8 g/l. Larutan DCIP yang digunakan untuk titrasi distandarisasi dengan larutan ASA murni dengan cara titrasi. Sebanyak 1 ml larutan ASA murni (4 mg/l) dan 9 ml asam metafosforik 5%. Titrasi dihentikan ketika terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Kandungan ASA dihitung berdasarkan rumus sebagaimana terlampir pada Lampiran 3.
HASIL Kadar Air Media (KAM) Secara umum cekaman kekeringan menyebabkan penurunan rata-rata nilai KAM secara nyata yaitu sebesar 12-14% dibandingkan tanaman kontrolnya (17-23%) (Tabel 1).
4
Tabel 1 Nilai rata-rata KAM (%) perlakuan cekaman kekeringan selama 10 hari (kedelai budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar)(%) perlakuan Tabel 1 Nilai rata-rata KAM cekaman kekeringan selama 10 (%) hari (kedelai KAM Varietas budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai kontrol kering liar) Tidar 22,86 ± 4,44a 14,12 ± 2,72b Burangrang Panderman Kedelai Liar Jagung
17,48 ± 1,60a 20,86 ± 5,09a 22,13 ± 5,04a 23,29 ± 1,43a
12,58 ± 1,81b 13,03 ± 2,13b 14.35 ± 3,29b 13,96 ± 3,24b
Ket: - Data menunjukkan nilai rata-rata ± standar deviasi - Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-Test.
terkecil terjadi pada jagung yaitu 12% namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2). Perlakuan herbisida paraquat juga menurunkan nilai KAR. Secara umum penurunan nilai KAR mulai dari 20 hingga lebih dari 75%. Penurunan nilai KAR tertinggi terjadi pada jagung yaitu 76% pada hari ke-3 setelah aplikasi paraquat, sedangkan penurunan nilai KAR terkecil terjadi pada varietas Tidar yaitu 20% pada 4 jam setelah aplikasi paraquat (Tabel 3). Respon Umum Pertumbuhan
Tinggi Tajuk dan Panjang Akar Kadar Air Relatif Pada Daun (KAR) Secara umum, cekaman kekeringan mengakibatkan penurunan tinggi tajuk. Cekaman kekeringan dapat mengakibatPenurunan tinggi tajuk terbesar pada cekaman kan penurunan nilai KAR mulai dari 30% kekeringan terjadi pada varietas Tidar yaitu hingga lebih dari 50% kecuali pada jagung 41%, sedangkan penurunan tinggi tajuk yaitu sebesar 12%. Penurunan nilai KAR terkecil terjadi pada kedelai liar yaitu 4%. tertinggi terjadi pada hari ke-10 untuk semua Penurunan tinggi tajuk kedelai liar dan tanaman kecuali pada kedelai liar yang terjadi varietas Panderman tidak berbeda nyata pada hari ke-20. Penurunan nilai KAR dengan kontrol (Gambar 2). tertinggi terdapat pada varietas Panderman yaitu 59%, sedangkan penurunan nilai KAR Tabel 2 Kadar air relatif (%) tanaman kedelai dan jagung yang diberi perlakuan cekaman kekeringan selama 10 hari (kedelai budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar) Periode Setelah Kekeringan 10 12 Kontrol Tidar 80,19 ± 1,46a 77,64 ± 4,52a 81,41 ± 0,78a 70,82 ± 4,55a 81,79 ± 7,79a Burangrang 79,05 ± 3,55a 81,86 ± 0,11a 81,07 ± 9,70a 77,43 ± 2,86a 80,72 ± 0,99a Tabel 2 Kadar air relatif (%) tanaman kedelai Panderman 80,90 ± 3,62a 75,30 ± 2,48a 86,89 ± 4,20a 80,77 ± 2,37a 89,15 ± 1,87a dan jagung yang diberi perlakuan cekaman Kedelai Liar 82,93 ± 4,94a 80,86 ± 3,54a 89,83 ± 2,85a 83,40 ± 3,02a kekeringan selama hari± (kedelai Jagung 75,71 ± 3,80a1079,06 4,06a 85,95budidaya ± 5,95a 85,34 ± 2,97a 85,61 ± 1,17a dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar) Kekeringan Tidar 80,19 ± 1,46a 72,63 ± 4,80a 59,24 ± 12,7b 48,97 ± 16,0b 71,93 ± 19,0a Burangrang 79,05 ± 3,55a 70,40 ± 4,39b 50,54 ± 9,70b 42,05 ± 2,95b 76,88 ± 2,32a Panderman 80,90 ± 3,62a 77,84 ± 4,63a 51,97 ± 5,49b 32,45 ± 10,0b 83,68 ± 5,49a Kedelai Liar 82,93 ± 4,94a 83,00 ± 3,05a 85,47 ± 3,27a 87,86 ± 0,16a Jagung 75,71 ± 3,80a 74,74 ± 0,31a 77,74 ± 11,1a 74,78 ± 5,54b 82,52 ± 2,96a Varietas
Ket:
0
4
8
18
20
22
63,71 ± 7,33a
76,15 ± 10,9a
75,91 ± 4,54a
42,96 ± 8,65b
39,40 ± 6,75b
83,96 ± 2,62a
- Data menunjukkan nilai rata-rata ± standar deviasi - Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata secara T-Test.
Tabel 3 Kadar air relatif (%) tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan herbisida paraquat selama 5 hari Jam Setelah Aplikasi Paraquat 24 72 120 Kontrol Tidar 80,19 ± 1,46a 80,19 ± 1,46a 64,82 ± 4,86a 80,17 ± 1,62a 77,97 ± 0,03a Burangrang 79,05 ± 3,55a 83,74 ± 2,84a 61,49 ± 9,95a 63,27 ± 10,8a 78,30 ± 6,26a Panderman 80,90 ± 3,62a 80,90 ± 3,62a 77.87 ± 2,90a 71,79 ± 6,32a 75,67 ± 4,53a Kadar (%) tanaman kedelai Kedelaiair Liarrelatif 82,93 ± 4,94a 85,15 ± 4,39a 77,69 ± 2,33a 80,86 ± 3,54a 82,00 ± 0,55a dan pada perlakuan Jagung jagung75,71 ± 3,80a 74,77 ± 3,15a 74,60 ± 4,87a 77,18 ± 4,34a 80,02 ± 1,03a Paraquat herbisida paraquat selama 5 hari Tidar 80,19 ± 1,46a 63,62 ± 8,47b 63,37 ± 20,9a 73,19 ± 0,82b 70,69 ± 0,03b Burangrang 79,05 ± 3,55a 80,82 ± 2,53a 74,10 ± 4,24b 81,81 ± 0,08b 77,46 ± 0,42a Panderman 80,90 ± 3,62a 68,59 ± 7,21b 37,17 ± 11,7b 61,92 ± 7,98a 74,44 ± 8,47a Kedelai Liar 82,93 ± 4,94a 74,55 ± 7,02a 22,51 ± 0,05b 79,24 ± 5,62a 69,86 ± 6,10a Jagung 75,71 ± 3,80a 56,58 ± 23,7a 32,31 ± 8,86b 19,1 ± 16,60b 39,46 ± 30,7b Ket: - Data menunjukkan nilai rata-rata ± standar deviasi - Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata secara T-Test. Varietas
Tabel 3
0
4
Panjang akar (cm)
Tinggi tajuk (cm)
5
Gambar 5 Panjang akar tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
Gambar 2 Tinggi tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan. Kontrol
Kekeringan
Kontrol
Paraquat
Pada perlakuan paraquat, penurunan tinggi tajuk terjadi pada semua kedelai budidaya dan kedelai liar. Namun, penurunan tinggi tajuk hanya nyata terjadi pada varietas Tidar yaitu sebesar 16%, sedangkan pada varietas Burangrang, Panderman dan kedelai liar penurunannya tidak nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal yang berbeda terjadi pada tanaman jagung. Pada tanaman jagung tidak terjadi perbedaan tinggi tajuk akibat perlakuan paraquat (Gambar 3).
Bobot Kering Total Tanaman dan Nisbah Akar-Tajuk Secara umum cekaman kekeringan menyebabkan penurunan bobot kering total pada semua tanaman yang diuji. Pada varietas Burangrang dan kedelai liar penurunan bobot kering total hingga lebih dari 50% (Gambar 6). Penurunan bobot kering total tersebut baik disebabkan oleh penurunan bobot kering tajuk maupun akar tanaman.
Gambar 3 Tinggi tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
Bobot Kering Total (g)
Gambar 5 Panjang akar tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
Tinggi tajuk (cm)
Gambar 2 Tinggi tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan.
Gambar 6 Bobot kering total tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan. Kontrol
Paraquat
Gambar 3 Tinggi tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
Panjang akar (cm)
Berdasarkan nilai panjang akar, perlakuan cekaman kekeringan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap nilai panjang akar, meskipun ada kecenderungan penurunan nilai panjang akar kecuali pada kedelai liar (Gambar 4). Hal sama juga terjadi pada perlakuan paraquat (Gambar 5).
Gambar 4 Panjang akar tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan
Kekeringan
Gambar 6 Bobot kering total tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan. Perlakuan paraquat mengakibatkan penurunan bobot kering total tanaman pada varietas Panderman dan kedelai liar. Penurunan bobot kering total terbesar terjadi pada varietas Panderman yaitu sebesar 37%. Pada tanaman jagung perlakuan paraquat mengakibatkan peningkatan bobot kering total tanaman, tetapi peningkatan tersebut tidak berbeda nyata dengan kontrol (Gambar 7). Bobot Kering Total (g)
Kontrol
Gambar 7 Bobot kering total tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat. Kontrol
Kekeringan
Gambar 4 Panjang akar tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan
Kontrol
Paraquat
Gambar 7 Bobot kering total tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
6
Berdasarkan nilai nisbah akar-tajuk, cekaman kekeringan cenderung meningkatkan nilai nisbah akar-tajuk pada semua varietas kedelai budidaya dan kedelai liar. Peningkatan nilai nisbah akar-tajuk pada varietas Tidar, Panderman, kedelai liar dan jagung tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kontrol, kecuali pada varietas Burangrang (Gambar 8). Meskipun demikian hanya Burangrang yang mengalami peningkatan nisbah akar tajuk secara nyata, sedangkan tanaman lainnya tidak mengalami peningkatan.
nilai bobot biji terkecil terjadi pada varietas Tidar yaitu 4%. Penurunan jumlah biji tertinggi juga terjadi pada varietas Panderman hingga 21%, sedangkan penurunan jumlah biji terkecil terjadi pada varietas Tidar yaitu 1% namun tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 4). Tabel 4 Bobot biji per tanaman dan jumlah biji pada perlakuan cekaman kekeringan. Tabel 4 Bobot biji per tanaman dan jumlah Bobot biji (gram) Jumlah biji Varietas biji pada kering perlakuan cekaman kontrol kontrol kering kekeringan. Tidar 7,98 ± 1,67a 7,66 ± 2,91a 132 ± 26,68a 131 ± 40,21a Burangrang Panderman
10,69 ± 2,40a 13,80 ± 3,22a
9,41 ± 3,57a 10,39 ± 3,60a
85 ± 12,46a 89 ± 13,55a
77 ± 22,67a 69 ± 20,82b
Nisbah akar-tajuk (g)
Ket: - Data menunjukkan nilai rata-rata ± standar deviasi - Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata secara T-Test.
Gambar 8 Nisbah akar-tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan. Kontrol
Kekeringan
Gambar 8 Nisbah akar-tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan kekeringan.
Nisbah akar-tajuk (g)
Berbeda dengan cekaman kekeringan, peningkatan nilai nisbah akar-tajuk pada perlakuan paraquat tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kontrol pada semua tanaman yang diuji (Tabel 9).
Gambar 9 Nisbah akar-tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat.
Kontrol
Paraquat
Gambar 9 Nisbah akar-tajuk tanaman kedelai dan jagung pada perlakuan paraquat. Bobot Biji per Tanaman dan Jumlah Biji Pada pengamatan produksi hanya dibandingkan tiga varietas kedelai budidaya saja mengingat bahwa kedelai liar dan jagung memiliki tingkat kematangan umur produksi yang berbeda. Secara umum cekaman kekeringan menurunkan produksi biji. Penurunan nilai bobot biji terjadi pada semua tanaman yang diuji. Pada kedelai budidaya penurunan nilai bobot biji tertinggi terjadi pada varietas Panderman yaitu 25%, sedangkan penurunan
Aktivitas Enzim Superoksida dismutase (SOD) Secara umum cekaman kekeringan mengakibatkan peningkatan aktivitas SOD meskipun tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan perlakuan paraquat. Aktivitas SOD akibat cekaman kekeringan meningkat hingga 1,5 kali kontrol yang terjadi sejak hari ke-4 setelah perlakuan pada varietas Burangrang, sedangkan peningkatan SOD pada varietas Tidar, Panderman dan jagung tidak berbeda nyata dengan kontrol. Peningkatan aktivitas SOD tertinggi terjadi pada hari ke-10 (varietas Burangrang) setelah kekeringan yaitu 1,33 unit mg-1 protein (Gambar 10). Peningkatan aktivitas SOD pada perlakuan paraquat terjadi pada awal perlakuan yaitu 4 jam setelah aplikasi paraquat. Aktivitas SOD tertinggi terjadi pada varietas Panderman yaitu sebesar 2,33 unit mg-1 protein (Gambar 11). Aktivitas Enzim Askorbat peroksidase (APX) Cekaman kekeringan mengakibatkan peningkatan aktivitas APX. Peningkatan aktivitas APX pada cekaman kekeringan terjadi sejak hari ke-4 (varietas Tidar, Burangrang dan Panderman) dan hari ke-8 (kedelai liar dan jagung) setelah perlakuan. Aktivitas APX tertinggi terjadi pada varietas Panderman yaitu 3,89 mmol m-1 g-1 berat segar (Gambar 12). Pemberian air (rewatering) pada akhir perlakuan dapat menurunkan aktivitas enzim hingga mendekati kontrol (Gambar 12). Pada perlakuan paraquat, peningkatan APX terjadi pada 4 jam setelah aplikasi paraquat kemudian mengalami penurunan hingga hari ke-5 setelah perlakuan (varietas
SOD (Unit mg-1 protein )
7
Gambar 2 Kandungan ASA daun kedelai dan jagung pada perlakuan herbisida paraquat.
Tidar
Panderman
Burangrang
SOD (Unit mg-1 protein )
Gambar 10 Aktivitas SOD pada perlakuan Kedelai Liar cekaman kekeringan 10 hari (kedelai budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat tanaman disiram kembali. Gambar 2 Kandungan ASA daun kedelai dan jagung pada perlakuan herbisida paraquat.
Jagung
Periode cekaman kekeringan (Hari) Kontrol
Kekeringan
SOD (Unit mg-1 protein )
Gambar 10 Aktivitas SOD pada perlakuan cekaman kekeringan 10 hari (kedelai budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat tanaman disiram kembali. Gambar 2 Kandungan ASA daun kedelai dan jagung pada perlakuan herbisida paraquat.
Tidar
Panderman
SOD (Unit mg-1 protein )
Burangrang
Gambar 2 Kandungan ASA daun kedelai dan jagung pada perlakuan herbisida paraquat.
Jagung
Kedelai Liar
Gambar 11 Aktivitas SOD pada perlakuan paraquat selama 5 hari.
Waktu setelah aplikasi paraquat (Hari) Kontrol
Paraquat
Gambar 11 Aktivitas SOD pada perlakuan paraquat selama 5 hari. Tidar, Burangrang dan kedelai liar). Pada varietas Panderman dan jagung peningkatan aktivitas APX terjadi hingga hari ke-1 setelah aplikasi kemudian menurun hingga akhir pengamatan. Aktivitas APX tertinggi terjadi pada varietas Panderman yaitu 3,87 mmol m-1 g-1 berat segar (Gambar 13). Kandungan Asam Askorbat (ASA) Cekaman kekeringan meningkatkan kandungan ASA hingga melebihi 50%. Peningkatan kandungan ASA terjadi sejak hari ke-4 setelah perlakuan pada varietas Tidar (Gambar 14). Nilai kandungan ASA tertinggi terdapat
pada varietas Burangrang yaitu 11,59 mg / 100 g berat segar (Gambar 14). Perlakuan paraquat juga dapat mengakibatkan peningkatan kandungan ASA. Ratarata peningkatan kandungan ASA hingga 42%. Secara umum, peningkatan kandungan ASA terjadi pada 4 jam setelah aplikasi paraquat (Gambar 15). Nilai kandungan ASA tertinggi terdapat pada varietas Burangrang yaitu 13,85 mg / 100 g berat segar.
Kedelai Liar
Jagung
Aktivitas APX pada perlakuan cekaman kekeringan 10 hari Periode cekaman kekeringan (Hari) (kedelai budidaya dan jagung) Kontrol Kekeringan dan 20 hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat Gambar 12 Aktivitas APX pada perlakuan cekaman kekeringan 10 hari (kedelai budidaya dan tanaman jagung) disiram dan 20 kembali. hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat tanaman disiram kembali.
Burangrang
Tidar
APX (mmol m-1 g-1 berat segar)
APX (mmol m-1 g-1 berat segar)
Gambar 12
Panderman
Burangrang
Tidar
APX (mmol m-1 g-1 berat segar)
APX (mmol m-1 g-1 berat segar)
8
Kedelai Liar
Panderman
Jagung
Gambar 13 Aktivitas APX pada perlakuan paraquat selama 5 hari
Waktu setelah aplikasi paraquat (Hari) Kontrol
Paraquat
Gambar 13 Aktivitas APX pada perlakuan paraquat selama 5 hari.
ASA (mg/100 g berat segar)
9
Tidar
Panderman
Burangrang
ASA (mg/100 g berat segar)
Gambar 14 Kandungan ASA pada perlakuan Liar budidaya cekaman kekeringan 10 Kedelai hari (kedelai dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat tanaman disiram kembali.
Jagung
Periode cekaman kekeringan (Hari) Kontrol
Kekeringan
ASA (mg/100 g berat segar)
Gambar 14 Kandungan ASA pada perlakuan cekaman kekeringan 10 hari (kedelai budidaya dan jagung) dan 20 hari (kedelai liar). Tanda panah menunjukkan saat tanaman disiram kembali. .
Tidar
Panderman
Burangrang
ASA (mg/100 g berat segar)
Gambar 15 Kandungan ASA pada perlakuan paraquat selama 5 hari Jagung
Kedelai Liar
Waktu setelah aplikasi paraquat (Hari) Kontrol
Paraquat
Gambar 15 Kandungan ASA pada perlakuan paraquat selama 5 hari.