Pengalaman Perawat Pada Penatalaksanaan Irigasi Traksi Kateter Three Way Pada Pasien TURP Di Rumah Sakit khusus Bedah Mojosongo II Karanganyar Wahyu Maryudianto1), Yeti Nurhayati2), Anisa Cindy Nurul Afni3) Mahasiswa Program Studi S1- Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2 Program Studi S1-Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 3 Program D3-Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
1
ABSTRAK Meningkatnya kejadian insiden dan prevalensi Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) pada lansia pria semakin meningkat. Kasus BPH di masyarakat, banyak ditangani dengan Transurethral Resection of the Prostate (TURP). Komplikasi yang terjadi diantaranya pendarahan, stiktur uretra, retensi bekuan darah, dan sindroma TUR. Untuk mengurangi resiko tersebut dilakukan prosedur pemasangan irigasi traksi kateter three way Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologis. Data ini diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 3 partisipan di rumah sakit khusus bedah mojosongo II karanganyar. Data dianalisa menggunakan Colaizzi. Kemudian data dianalisa dan didapatkan kata kunci, makna-makna dan tematema. Hasil penelitian didapatkan beberapa tema yaitu Penatalaksanaan irigasi traksi kateter three way, perawatan dan hambatanya, perasaan saat pemasangan dan TUR syndroma. Yang didapat dari penilitian pada penatalaksanaan irigasi traksi kateter three way meliputi alat dan bahan, teknik pemasangan, bagian-bagian three way, jarak irigasi, sering juga ada hambatan irigasi sampai cara mengatasi hambatanya serta alasan pelepasan kateter, perlu di perhatikan bagaimana perawatan dan hambatanya dalam pemasangan kateter meliputi cara perawatanya, adapun cara mengatasi hambatan kateter dengan cara mengatasi kendala tersebut dan obat. Perasaan saat pemasangan kateter meliputi perasaan saat ada kendala pemasangan kateter. Dari tindakan TURP menimbulkan TUR syndroma salah satunya perlu kita waspadai manifestasi klinis, cara pencegahannya dan penatalaksanaan TUR syndroma sendiri. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi para tenaga medis yang melakukan tindakan pemasangan kateter urin bahwa pemasangan kateter three way post operasi TURP merupakan tindakan invansif dan steril harus dilakukan sesuai prosedur atau sesuai kebijakan rumah sakit masing-masing agar tidak merugikan pasien dan perawat.
Kata kunci : TURP, penatalaksanaan kateter three way, TUR syndroma Daftar pustaka : 40 literatur (2004-2014)
1
2
sebanyak 349 atau 75 % dan sampai
1. PENDAHULUAN Hiperplasia prostat hyperplasia (BPH)
bulan September 2011 dari 395 pasien,
adalah penyakit yang disebabkan oleh
yang dilakukan TUR-P sebanyak 305
penuaan yang biasanya muncul pada
pasien atau 78%.
lebih dari 50% laki-laki yang berusia 50
Dari hasil fenomena angka kejadian
tahun ke atas (Wilson dan Price, 2005).
penyakit BPH di Rumah Sakit Bedah
Benigna
Mojosongo
prostat
hyperplasia
dapat
II
Karanganyar
dalam
menyebabkan penekanan pada uretra di
setahun terakhir terdapat 620 kasus BPH.
tempat uretra menembus prostat sehingga
Pada tahun 2013 -2014 tiap bulannya
berkemih
pasien yang datang di poli bedah sekitar
menjadi
sulit
mengurangi
kekuatan aliran urine, atau menyebabkan
35-50
urine
2009).
tindakan TURP, 20 orang diantaranya
Penyebab terjadinya BPH saat ini belum
dilakukan indakan medikamentosa dan
diketahui secara pasti, tetapi beberapa
konservatif, dan 5 orang lainya dilakukan
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat
pembedahan
kaitanya dengan kadar di hidroteron
fenomena angka kejadian pasien BPH
(DHT)
maka setiap pasien dilakukan operasi
menentes
dan
(Corwin,
proses
aging
penuaan
(Purnomo, 2011). Data
orang,
25
orang
dilakukan
prostatektomy.
Dari
TURP dan prostaktektomy dilakukan
pravelensi
BPH
secara
penanganan yang berupa pemasangan
makroskopi dan anatomi sebesar 40%
irigasi
dan 90%, terjadi pada rentang usia 50-60
melatarbelangkangi
tahun dan 80–90 tahun (Amalia riski,
meneliti
2010). Angka kejadian BPH di Indonesia
penatalaksanaan irigasi traksi kateter
yang pasti belum ada diteliti, di RSUP
three way pada pasien TURP.
DR. M.Djamil Padang berdasarkan data rekam
medis
jumlah
kunjungan
traksi
kateter
three
penulis
pengalaman
perawat
way untuk dalam
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi
pengalaman
poliklinik selama 6 tahun (Januari 2006 –
perawat dalam penatalaksanaan irigasi
September 2011) sebanyak 3780 kasus
traksi kateter three way.
BPH, sedangkan berdasarkan data sub bagian bedah Urologi tahun 2006-2011 yang dilakukan operasi TURP 562 kasus.
2. PELAKSANAAN a. Lokasi Penelitian
Di RSUD Gambiran Jawa Timur sendiri
Lokasi
pada tahun 2009 dari 416 pasien Urologi
penelitian
yang
dilakukan
tindakan
TUR-P
yang
dijadikan
adalah
perawat
tempat kamar
3
operasi rumah sakit khusus bedah
yang didapat ada 7
mojosongo II karanganyar
mendengarkan hasil rekaman, membaca
b. Populasi dan Sampel Penelitian Partisipan
dalam
tahapan yaitu
untuk mendapatkan kata kunci, mencari
penelitian
ini
makna setiap kata kunci, mencari makna
berjumlah 14 orang perawat kamar
dirumuskan
operasi rumah sakit khusus bedah
mengintegrasikan
mojosongo II karanganyar. Partisipan
kesesuain antar tema, memvalidasi tema
berjumlah
pada partisipan.
tiga
pengambilan
orang.
sampel
Teknik
merumuskan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
penelitian
mengukapkan
empat (4) tema yaitu penatalaksanaan
3. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah kualitatif
irigasi traksi kateter three way, perawatan
dengan rancangan penelitian deskriptif
dan
studi fenomenologi. Studi fenomenologi
syndroma.
perasaan,
TUR
Keempat tema tersebut dibangun
pengalaman
oleh sub-sub tema dan kategori yang
alamiah manusia sepanjang hidupnya dan
didukung oleh kutipan dari partisipan.
memberikan gambaran suatu fenomena
Peneliti menggunakan pengkodean dalam
yang di teliti melalui hasil daya titik yang
penyebutan
mendalam dari peneliti (Polit & Back,
dimulai dari “P1” hingga ” P3”. Tema-
2006).
tema
terkait
pendekatan
hambatanya,
yang
esensial
suatu
tema,
tema,
dilakukan
dengan cara purposive sampling
merupakan
kedalam
dengan
Data yang dikumpulkan dengan metode
wawancara
yang
partisipan
dalam
hasil
penelitian
a. Penatalaksanaan
secara terstuktur. Wawancara dilakukan
kateter three way
dalam waktu 15-25 menit dan direkam
1) Alat dan bahan
Hasil
Dari
penelitian
di
analisa
“P”
akan
dijabarkan berikut ini.
mendalam
dengan handphone
dengan
irigasi
hasil
traksi
penelitian
mengatakan
bahwa
menggunakan dengan metode Colaizzi
penatalaksanaan
(Polit & Back, 2006). Metode Coalizzi
three way perlu memperhatikan
dinilai efektif digunakan dalam penelitian
prosedur dan pemilihan kateter
ini, dikarenakan dengan metode Coalizzi
yang tepat alat yang digunakan
fenomena-fenomena
terungkap
atau disiapkan antara lain jelly,
dengan jelas sesuai dengan makna-makna
kateter three way no 24 dan NacL
dapat
irigasi
kateter
4
0,9 %, adapun teknik pemasangan
dilakukan tindakan TURP (Critine,
dengan menggunakan jelly yang
Ng, 2001).
dioleskan pada selang kateter dan
“..NacL 0,9% yang 1 literan yang
dimasukkan
konsentrasinya 0,9%..” (P3)
ke
meatus
uretra
sampai urin keluar sambungkan ke
Menurut
Alfraini,
Syah
urin bag, lubang satunya lagi untuk
(2010)
saluran irigasi dan satunya sebagai
blader irigasi (CBI) merupakan
pengunci maka dari itu pemilihan
tindakan
kateter three way sangat tepat
menyalurkan
untuk
tindakan
berkelanjutan pada bladder untuk
TURP.
Jelly
pembedahan
merupakan
alat
menjelaskan
mencegah
continus
membilas
atau
cairan
secara
pembentukan
dan
pelumas kateter yang berbentuk
retensi clots darah yang terjadi
kenyal, licin bila dipegang tangan
setelah
dan semi cair yang berguna untuk
resection of the prostat (TURP).
membasahi atau mengolesi kateter supaya
pada
saat
operasi
Hal
ini
transurethral
didukung
dengan
memasukan
penilitian yang dilakukan oleh
kateter tidak mencederai uretra
(Ahmad, 2005), irigasi kateter
Karena
dengan
kondisi
saluran
uretra
masih kondisi kering.
digunakan
pada
klien
dapat menurunkan jumlah kuman dalam urine. NaCl termasuk cairan
pasca operasi uretra dan struktur di
kristaloid
sekitarnya
kelebihan
aliaran
(TUR-P),
urin,
NaCl
fisiologis secara terus menerus
Kateterisasi menetap (foley kateter)
menggunakan
obstruksi
obstruksi
uretra,
yang
mempunyai
diantaranya
murah,
mudah
didapat,
pada pasien inkontinensia dan
minimal,
meningkatkan
disorientasi berat (Hidayat, 2006).
urin.
Sedangkan
anafilaksi output
kekuranganya
Dari hasil penelitian bahwa
menimbulkan edema paru dan
perawat mengatakan cairan yang
perifer bila diberikan dalam jumlah
digunakan untuk irigasi adalah
besar. Bila terjadi kelebihan cairan
water steril dan NaCl 0,9%. Irigasi
irigasi masuk ke pembuluh darah
kateter
melalui
adalah
prosedur
yang
area
yang
direseksi
dirancang untuk mencegah formasi
sehingga
dan retensi clots sehingga dengan
natrium dalam darah. Literatur lain
menganggu
kadar
mengatakan bahwa operasi TURP
5
akan
meningkatkan
resiko
prostat kedalam kadung kemih,
hiponatremia dan sindroma TURP
diantara
(Subrata, dkk, 2014).
pemasangan
partisipan
menyatakan
pada
pembedahan
Bahwa irigasi setelah TURP
TURP masih terdapat perdarahan
menggunakan NaCl 0,9% atau
kecil oleh sebab itu harus segera
sterilezed water for irrigation ini
dipasang kateter three way. Kateter
lazim setiap
digunakan rumah
keputusan
di
Indonesia
di isi sebanyak 30 cc selanjutnya
sakit
memiliki
kateter ditarik ke bawah dipasang
sendiri
kedua
jenis
traksi
kateter
dengan
harapan
cairan ini aman dan sudah ada
balon kateter akan menekan luka
penelitian yang mengungkapan.
bekas uretra dan difiksasi di daerah
2) Teknik pemasangan Dari
hasil
femoralis. penelitian
“….di traksi dipaha untuk menekan
mengatakan teknik pemasangan
pendarahan,
kateter dengan mengoleskan jelly
ditekuk atau di flexikan….” (P3)
kaki
tidak
boleh
di sepertiga kateter dimasukan ke
Salah satu partisipan juga
dalam uretra dan di plester dipaha
menyebutkan kaki yang dipasang
lalu ditraksi Menurut (Hooton et
traksi
al, 2010). Pemasangan kateter urin
penelitian serupa pernah diteliti
adalah tindakan memasukan alat
oleh Mochhamat Sodiq, (2012).
berupa selang karet atau plastik
Bahwa
melalui uretra ke dalam kadung
pemasangan
kemih untuk mengeluarkan urin.
disebabkan oleh karena pasien
Jelly digunakan sebagai pelumas
sebagian sudah berumur dari 65
untuk kateterisasi urin pada laki-
tahun, sehingga pada saat post
laki dengan prinsip steril sebelum
operasi
pemasukan selang kateter sehingga
dipasang traksi pasien sulit diberi
mengurangi
pengertian
pergesekan
uretra
tidak
boleh
adanya
di
pengendoran
traksi
TURP
tekuk,
kateter
dan
tentang
setelah
manfaat
yang menimbulkan nyeri (Chandra
pemasangan traksi kateter sering
& Ningsih, 2010).
kali
ditekuk
yang
sebenarnya
Traksi bertujuan mengurangi
belum boleh dilakukan pasien post
pendarahan dan menarik balon
operasi TURP dimana hal ini akan
kateter kearah blader neck dan
menyebabkan
menghalangi masuknya perdarahan
pendarahan yang terlihat pada
masih
terjadinya
6
urine
bag
berwarna
kemerah
4) kateter
3
lubang
(three
way
way
yang
catheter).
merahan. Menurut Abdulah, (2009) bila
Kateter
three
terdapat perdarahan pasca TURP
mempunyai 3 buah jalan antara
ahli urologi sering melakukan
lain untuk mengembangkan balon
traksi
balon
satu cabang sebagai pengunci,
kateter tertarik ke arah bladderneck
cabang lainnya digunakan untuk
dan
mengalirkan urin dari kandung
kateter
sehingga
menghalangi
masuknya
perdarahan prostat ke dalam buli-
kemih
buli.
dengan
Pemasangan
operasi
TURP
traksi
pasca
post
operasi
dan
dapat
tabung
kantung
disambung
tertutup
dari
Dan
satu
urin.
dipasang folley kateter 24 tiga
percabangan lagi yang berfungsi
cabang dengan balon diisi 40 cc
untuk mengalirkan air pembilas
dan irigasi kateter memakai NaCl
(irigasi) yang dimasukan ke dalam
0,9%
5000
selang infus. Kateter ini biasanya
pemasangan
dipakai setelah operasi prostat
traksi ini diharapkan oleh tampon
untuk mencegah timbulnya bekuan
kateter dengan demikian mencegah
darah. (Basuki, 2009).
dengan
mL/jam
kecepatan
tujuannya
kebocoran
dengan
penekanan
melalui traksi kateter diharapkan
5) Jarak Irigasi Dari
hasil
bekuan darah pada bekas luka
mengatakan
sayatan
bermacam-macam
operasi
sehingga
tidak
membantu
lepas proses
penghentian darah.
hasil
mengatakan
irigasi
menyebutkan
antara 50-70 cm dari pasien, alasan
untuk menjaga tekanan irigasi penelitian
terlalu
rendah,
kateter three way ada tiga lumen
terlalu
tinggi
diantaranya satu lubang untuk
tekanan terlalu tinggi masuk ke
pengunci, saru untuk saluran air
pembuluh darah yang ada di
dan satunya lagi untuk saluran
prostat yang telah direkseksi. Dan
irigasi
sambungkan
apabila terlalu rendah aliran irigasi
melalui tranfusi set dan terhubung
kurang tekanan sehingga kurang
dengan infus NaCl 0,9%.
efektif untuk membilas sisa clots
di
–
jangan terlalu tinggi dan jangan
bagian
yang
bagian
jarak
dari jarak irigasi ini dimasudkan
3) Bagian-bagian three way Dari
penelitian
karena
apabila
dikhawatirkan
7
yang ada di dalam. Jumlah tetesan
teregang.
cairan
irigasi
Hal
ini
disebabkan
setelah
operasi
karena cairan irigasi yang menetes
hari
pertama
terus menurus, sedangkan aliran
sekitar 60 tetes permenit, hari
dibawah urine bag tidak lancar kita
kedua sekitar 40 tetes permenit,
curigai
hari ketiga intermiten. Meskipun
menyumbat kateter.
biasanya
guyur,
demikian tetesan dapat berbeda
clots
yang
7) Cara Mengatasi Hambatan Irigasi
antar pasien disesuaikan kondisi pasien.
adanya
Dari
hasil
penelitian
menyatakan bahwa cara mengatasi
6) Hambatan Irigasi Dari
hambatan adalah spooling dari
hasil
penelitian
penelitian
perawat
mengatakan
mengatakan salah satu hambatan
bahwa cara spooling menggunakan
dalam irigasi kateter adanya clots
spuit 50 cc lubang pinggir diisi
atau
yang
dengan NaCl 0,9% dimasukkan
menyumbat dilubang kateter. Clots
salah satu lubang kateter secara
ini merupakan sisa-sisa jaringan
pelan dilakukan secara berulang
hasil reseksi yang ada didalam,
sampai aliran urin lancar yang
menurut para ahli urologi sebelum
tujuan yang untuk membilas atau
pasang
membuka clots yang menempel di
gumpalan
darah
kateter
dianjurkan
melakukan evakuasi dengan alat
ujung kateter.
elik evakuator sampai bersih. Clots
“..
yang
NaCl atau water steril..” (P2)
terkumpul
menimbulkan menyebabkan kelebihan
dapat
obstruksi nyeri
cairan
dan
Di
spooling
menggunakan
dan
Sebagian perawat tindakan
akibat
spooling pada kateter three way
ruptur
sampai berapa kali hingga aliran
kandung kemih (Afrainin, 2010).
urine bag lancar dan harus sama
“..biasanya macet karena ada
tetesannya
colts
diirigasikan.
karena
reseksi
didaerah
nyeri
yang
Menurut Kozier dkk, (2010)
jaringanya..”(P1) Rasa
dengan
diperut
suprabupik
atau
bermakna
menjelaskan adalah
irigasi
(spooling)
pembilasan
atau
dengan
larutan
adanya clots atau gumpalan darah
pembersihan
yang banyak di kandung kemih,
tertentu
sehingga kandung kemih sangat
kandung kemih dan kadangkala
guna
membersihkan
8
untuk memberikan obat kedinding
Tujuan
kandung kemih yang larutannya
adalah untuk melatih kandung
terdiri dari antiseptik dan antibiotik
kemih
untuk
pola normal perkemihan dengan
membersihkan
kandung
dari
bladder
dan
training
mengembalikan
kemih atau infeksi lokal. Tindakan
menghambat
ini menerapkan asepsis steril.
pengeluaran air kemih (Potter &
8) Alasan Pelepasan Kateter
menstimulasi
Perry, 2005).
Hasil penelitian mengatakan
Bladder training efektif untuk
bahwa alasan perawat melepas
mengatasi
kateter
Sehingga
ada
atau
berbagai
macam
inkontinensia setiap
urin, pasien
meliputi lama kateter dilepas tiga
mendapatkan bladder training yang
sampai 7 hari, observasi urin
berbeda tergantung dari perawat
sampai jernih, tidak ada warna
yang menangani. Bladder training
merah kemerahan, tidak macet,
sangat
aliran kateter lancar dan bening,
meningkatkan
bisa dilakukan
blader training
berkemih pasien, jika pulang dari
dulu. Menurut Afrainin, (2010)
rumah sakit tanpa mendapatkan
klien juga harus dipantau untuk
bladder training yang benar maka
mengetahui
pasien akan kebingungan ketika
ada
tidaknya
penting fungsi
hematuria dengan memantau urin
melakukan
dan
tidak
pasien
biasanya
Kecepatan
kateter
three
konsistensinya
terdapat
jika
komplikasi.
eliminasi
aliran dapat dikurangi dan kateter
cabang)
dapat dilepas pada pertama atau
memberikan
hari kedua post operasi.
pasien
Perawat juga mengungkapkan cara
sebelum
melepas
kateter
way
sehingga
keluarga.
untuk eliminasi
berkemih,
menggunakan (kateter
3
pada
waktu
pengarahan
pada
perawat
melibatkan
Peneliti
berpendapat
pasien yang menjalani tindakan
dengan bladder training, salah satu
operasi
upaya
cateter selama kurang lebih 1
untuk
fungsi yang
mengembalikan
kandung mengalami
keadaan optimal dilakukan
normal
bladder
terpasang
dower
kemih
minggu untuk pelepasan dower
gangguan
cateter bila tidak ada perlukaan di
atau
neurugenik
akan
fungsi
kandung
maka
mencegah
training.
kemih resiko
dan
untuk
terjadinya
penutupan uretra yang berakibat
9
terjadinya perlengketan luka yang dapat
menimbulkan
terjadinya
b. Perawatan dan hambatanya 1) Cara Merawat Kateter Hasil
penutupan uretra yang berakibat terjadinya
retensi
urin
pasca
operasi.
dari
penelitian
mengatakan bahwa cara perawatan kateter adalah dengan desinfektan
Penggunaan
ini
disini perawat menggunakan kassa
bervariasi hal ini tergantung pada
betadine yang dioleskan dari glans
kondisi
penis
pasien
kateter
sesuai
dengan
sampai
pangkal
kateter
anjuran medikasi dokter. Kateter
dilakukan secara berulang dan
ini dapat diganti apabila terjadi
setiap
hari.
kerusakan seperti kebocoran dan
harus
diperhatikan
kateter dapat dilepas apabila pasien
mencegah terjadi bakteri. Tindakan
sudah dapat melakukan eliminasi
asepsis yang ketat diperlukan saat
urinasi
memasang kateter dan perawatan
secara
normal,
pasien
dengan terpasang kateter harus
Perawatan
kateter
agar
dapat
kateter.
dikaji mengenai keadaan kateter
Perawatan
kateter
urin
dan dapat diperoleh waktu yang
indewelling
optimum untuk mengganti ataupun
agar dapat mencegah terjadinya
untuk melepas kateter.
bakteriuria. Tindakan asepsis yang
Menurut sebelumnya
penelitian di
Muhammadiyah
RSU tahun
PKU (2005),
harus
diperhatikan
ketat diperlukan saat memasang kateter dan perawatan kateter. Asepsis
adalah
hilangnya
bahwa berdasarkan uji statistik
mikroorganisme
dapat disimpulkan bahwa terdapat
penyebab penyakit. Teknik asepsis
hubungan yang bermakna antara
adalah prosedur yang membatu
waktu terpasang kateter dengan
mengurangi resiko terkena infeksi
derajat ketidaknyamanan (nyeri)
(Potter & Pery, 2009). Tindakan
pada pasien yang terpasang kateter
mencuci
uretra
waktu
dilakukan sebelum dan setelah
akibat
penanganan kateter, selang kateter
rata-rata
penggunaan
lama
kateter,
patogen
tangan
mutlak
pemasangan kateter yang lama
dan
selain terjadi infeksi saluran kemih
(Potter & Pery, 2009).
(ISK)
dan
dapat
berakibat
terjadinya inkotinesia urin.
kantong
penampung
atau
harus
urin
10
2) Hambatan Pemasangan Kateter Hasil
memasukkan
selang
kateter
dari
penelitian
sehingga mengurangi pergesekan
bahwa
hambatan
uretra yang menimbulkan nyeri
pemasangan kateter adalah karena
obat yang digunakan lidokain 2 %
adanya
yang
mengatakan
pembesaran
prostat
dicampur
dengan
jelly
dalam
spuit
otomatis saluran uretra menyempit
dimasukkan
otomatis kateter tidak bisa masuk
kemudian di masukkan ke meatus
karena saluran uretra dari glans
uretra.
penis meatus uretra sampai vesika
anestesi lokal kuat yang digunakan
urinaria menurut histology kelenjar
secara luas dengan pemberian obat
prostat merupakan kumpulan 30-
topikal
50 kelenjar tubulo alveolar yang
menimbulkan hantaran lebih cepat,
bercabang
lebih kuat dan lama.
duktusnya
bermuara
ke
Lidokain
dan
adalah
suntikkan
obat
yang
tiga zona yang berbeda. Pertama
Kateterisasi urin pada laki-
zona sentral yang meliputi 25%
laki dengan menggunakan jelly
dari volume kelenjar, kedua zona
anestesi
perifer yang meliputi 70% dari
mengurangi
volume kelenjar dan merupakan
mempengaruhi
tempat
pemasangan
predeleksi
timbulnya
secara
tepat
rasa
nyeri
akan dan
kecepatan kateter
sehingga
kanker prostat, ketiga adalah zona
mengurangi ketidaknyamanan dan
transisional
trauma
tempat
yang
asal
hyperplasia
merupakan
dinding
uretra
akibat
sebagian
besar
pergesekan dengan selang kateter,
prostat
jinak
namun
memastikan
sensitivitas
(Junguera, 2007).
terhadap penggunaan jelly anestesi
3) Obat (advis dokter)
pada pasien merupakan hal yang
Hasil mengatakan
dari
obat
sangat penting untuk mencegah
yang
terjadinya reaksi alergi (Geng et
kesulitan
al., 2012). Menurut Tzortzis et al.,
memasang kateter menggunakan
(2009) jelly dengan kandungan
lidokain 2%, jelly, spuit 5 cc,
lidokain
dicampur dalam wadah kom kecil.
aman yang tidak menimbulkan
Jelly digunakan sebagai pelumas
reaksi keracunan secara sistemik.
digunakan
bahwa
penelitian
saat
untuk katerisasi urin pada laki-laki dengan
prinsip
steril
sebelum
2%
merupakan
batas
11
4) Cara Mengatasi Kendala Dari
hasil
c. Perasaan penelitian
Hasil
penelitian
menunjukkan
menyatakan bahwa cara mengatasi
bahwa perasaan saat ada kendala
kendala
kateter
perawat mengatakan tidak nyaman
diantaranya menggunakan kateter
dan segera harus mensiasatinya agar
dari yang terkecil sampai yang
kateter bisa dipasang, takut, apabila
paling besar sampai urin keluar
pasien
juga dianjurkan pasien rileks dan
pasien. Bahwa yang dialami oleh
naf\as dalam supaya tidak terjadi
perawat
tahanan
psikologis dari perawat sendiri.
saat
saat
pasang
pasang
kateter.
kesakitan,
adalah
kasihan
beban
sama
hati
atau
tidak
Menurut Yusuf, (2008) bahwa
mencederai dari saluran uretra
reaksi psikologis merupakan gelisah,
dimana uretra merupakan saluran
cemas, sering marah-marah bersikap
berbentuk pipa yang berfungsi
agresif baik secara verbal seperti
saluran pengeluaran urine yang
berkata-kata
telah ditampung di dalam vesica
verbal seperti menendang-nendang,
urinaria (kandung kencing) ke luar
membanting pintu atau memecahkan
badan (dunia luar) dan saluran
barang-barang.
semen. Saluran tersebut dimulai
rasa khawatir, takut yang tidak jelas
dari orificium urethra internum
sebabnya.
Tujuannya
supaya
dan masuk lewat di dalam prostat,
kasar,
maupun
Kecemasan
non
adalah
Kecemasannya juga merupakan
berlanjut berjalan di dalam corpus
kekuatan
cavernosum urethrae dan berakhir
menggerakkan tingkah laku, baik
pada lubang luar pada ujung penis
tingkah
(orificium
ataupun yang terganggu (Singgih &
uretra
eksternum).
yang
laku
besar
yang
dalam
menyimpang
Dengan demikian uretra laki-laki
Gunarsa,
menurut tempat yang dilewati
bahwa dalam pemasangan prosedur
dapat
menurut
peneliti
menjadi
tiga
kateter adakalanya ada hambatan baik
yaitu
pars
walau yang sudah bekerja di rumah
prostatica, pars membranosa clan
sakit sudah lama ini disebabkan
pars spongiosa urethrae.
bahwa pemasang kateter mempunyai
bagian
dibedakan
2008)
berurutan,
beberapa resiko bagi pasien sehingga bila ada perawat yang mengalami kendala
bisa
menyebabkan
rasa
12
cemas, tidak nyaman dan kasihan
Kejadian
sindroma
TURP
sama pasien.
sangat cepat, dapat terjadi 15 menit
d. TUR Syndroma
setelah operasi selesai hingga 24
1) Manifestesi Klinis
jam (Swaminathan and Tormey,
Dari hasil penelitian bahwa
1981). Oleh karena itu penting
tanda gejala dari TUR syndroma
untuk dilakukan pemeriksaan post
meliputi
lama,
TURP secara dini. Bahwa tanda-
gangguan frekuensi nadi, tekanan
tanda TUR syndroma bisa kita
darah naik turun, pasien gelisah,
kenali gejala ini bahkan bisa
gangguan nafas, mual dan muntah,
terjadi selama post operasi kita
Karakteristik dari sindroma TURP
sebagai perawat bisa mengenali
sebagai dampak dari hiponatremia
tanda-tandanya segera lapor dokter
adalah kebingungan, mual dan
ahli urologi.
muntah, hipertensi, bradikardi dan
2) Pencegahan
operasi
terlalu
gangguan pengelihatan. Bahkan pasien
dengan
anestesi
Dari
hasil
penelitian
spinal
mengatakan
menunjukkan tidak dapat tenang,
pencegahan
gangguan cerebral dan gemetar.
dengan pemeriksaan laboratorium
Ketiga hal ini adalah gejala awal
natrium sebelumya, dan pada saat
dari sindrom TURP (Marszalek,
operasi tidak lebih dari satu jam.
2009). Sindroma TURP memiliki
Timbulnya penyulit biasanya pada
dua kategori yaitu ringan yang
reseksi prostat yang beratnya lebih
ditandai
kepala,
dari 45 gram, usia yang lebih dari
disorientasi, mual dan muntah,
80 tahun, klien dengan ASA II-IV,
kadar natrium (120-135 mmol/L),
dan lamanya prosedur lebih dari 90
anemia, CRT > 3 detik. Sedangkan
menit yang akan menimbulkan
yang
dengan
sindroma TUR. Masalah lain juga
hipertensi, takikardi, suara paru
dapat ditimbulkan jika prosedur
ronchi, kadar ureum dan kreatinin
TURP dilakukan dalam durasi
meningkat, kadar natrium menurun
yang terlalu lama. (Hawary, et al
(< 120 mmol/L), gangguan kadar
2009)
kalium, koma, takipnue, fungsi
prosedur TURP harus dibatasi
pengelihatan menurun, edema kaki
sampai kurang dari 60 menit untuk
dengan
berat
nyeri
ditandai
(Claybon,2009; Hawary, 2009).
bahwa TUR
menjelaskan
dari syndroma
bahwa
13
menghindari terjadinya komplikasi
setelah pernapasan dalam rentang
TURP.
normal, dilanjutkan pembebasan
Penelitian
yang
dilakukan
jalan nafas dalam kejadian TUR
Hawary, et al, (2009), ditemukan
syndroma belum ada gejala ada
bahwa dari 3885 pasien yang
sumbatan nafas yang paling sering
menjalani TURP, pada pasien yang
terjadi
menjalani TURP lebih dari 90
muntah mengatisipasinya dengan
menit, terjadi insiden perdarahan
melakukan suction supaya tidak
intraoperatif dan TURP syndroma
terjadi
yang lebih tinggi dibandingkan
rongga mulut sampai jalan nafas
dengan pasien yang menjalani
kemudian
TURP kurang dari 90 menit. Pada
sirkulasinya disana kita observasi
pasien yang menjalani TURP lebih
adanya peningkatan dan penurunan
dari 90 menit insiden perdarahan
tekanan darah serta nadi bisa tidak
intraoperatif terjadi sebanyak 7,3%
stabil.
dan TURP syndroma sebanyak 2%
adalah
pasien
penumpukan
muntah-
di
dilanjutkan
Oksigenasi
darurat
dalam
dengan
secara
yang
efektif pada organ vital seperti
menjalani TURP kurang dari 90
otak dan jantung melalui ventilasi
menit,
perdarahan
buatan dan sirkulasi buatan sampai
0,9%
paru
Sedangkan
pada
pasien
insiden
dan
jantung
dapat
insiden TURP syndroma sebanyak
menyediakan
oksigen
dengan
0,7%.
kekuatan sendiri secara normal
intraoperatif
sekitar
dan
3) Penatalaksanaan TUR Syndroma Dari mengatakan
hasil untuk
penelitian penanganan
terjadinya TUR syndroma adalah
(Latief, 2009). e. Simpulan Dan Saran 1) Kesimpulan a) Pengalaman
penatalaksanaan
airway, breathing, sirkulasi, cairan
irigasi traksi kateter three way
dihentikan, diberikan oksigen dan
pada pasien TUR-P meliputi
dikasih
alat
obat
antideuretik
dan
bahan,
teknik
(furosemid), partisipan lain juga
pemasangan kateter three way,
mengatakan setelah dikasih obat
bagian-bagian three way, jarak
deuretik di awasi cairan output dan
irigasi, hambatan irigasi, cara
input. Bahwa manajemen dalam
mengatasi
TUR syndroma dengan oksigenasi
alasan pelepasan kateter.
hambatan
irigasi,
14
b) Perawatan
dan
hambatanya
pengalaman
perawat
pada
kateter three way pada pasien
penatalaksanaan irigasi traksi
TUR-P meliputi cara merawat
kateter three way pada pasien
kateter, hambatan pemasangan
TURP.
kateter, obat, cara mengatasi
c) Peneliti Lain
kendala.
Peneliti
c) Bagaimana
perasaan
lain
dapat
saat
mengembangkan penelitian ini
melakukan pemasangan kateter
di tempat lain dengan metode
meliputi
kuantitatif yang berbeda sesuai
perasaan
saat
ada
kendala,
perkembangan medis saat itu.
d) Untuk
mengetahui
TUR
syndroma meliputi manifestesi klinis,
REFERENSI
pencegahan, TUR
Adi, Subrata, Sumarno. (2014). Penyusunan TURP syndroma tool assessment. Muhammadiyah journal of nursing. RSU PKU Muhammadiyah 1 dan 2, diakses 3 maret 2016
Sebagai bahan masukan bagi
Chandra, D., & Ningsih, K. 2010. Efektivitas Pemasangan Kateter pada Pria Menggunakan Jelly Biasa yang Dimasukkan ke Urethra dan Jelly yang Dioleskan di Kateter terhadap Nyeri Klien. di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
penatalaksanaan syndroma. 2) Saran a) Rumah Sakit
tenaga
kesehatan
khususnya
perawat bangsal agar dapat mengaplikasikan
dalam
melakukan irigasi traksi kateter three
way
sesuai
standart
operasional
serta
terus
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang kompeten di bidangnya. b) Institusi Pendidikan Dapat dijadikan kepustakaan mengenai pengalaman perawat pada penatalaksanaan irigasi
Geng, E.L., et. al. 2012. Catheterisation, Indwelling Catheters in Adults, (Online), (http://www.uroweb.org/fileadmin/EA UN/guidelines/) Hidayat, A. A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
traksi kateter three way pada pasien TURP serta tersedianya informasi bagi pelajar tentang
Hooton, T.M., et, al. (2010). Diagnosis, Prevention, And Treatment Of Catheter Associated Urinary Tract
15
Infection In Adults : (2009) International Clinical Practice Guidelines From The Infection Disease Society Of Amerika, Guidelines Catheter Urinary, 625-663. Marszalek, M., et al., (2009). Transurethral Resection of the Prostate. European Association of Urology. 504-512 Polit, D, F., Beck, C, T. and Hungler, B, P. (2006). Nursing research: Principles and methods. 7th edition.Philadelpia.Lippincott William and willkins. Potter, P, A & Perry, A, G. (2009). Fundamental of nursing: consept. Process, and practice, edisi 4. Cetakan kesatu. Jakarta: EGC. Purnomo, B.B. (2011). Dasar-Dasar Urologi, Edisi 2. Jakarta Sagung Sato. Sodiq, Mochammad Dkk.(2005). Minimalkan Pendarahan Dengan Pemasangan Traksi Kateter Pada Pasien Post Operasi TURP. Journal Keperawatan, RSUD Gambiran Kota Kediri. Syah, Nur Afrainin, MD,M.Med Ed. (2010). Bladder irrigation, post transurethral resection of the prostate 2010-02-20]. Yusuf, M. (2008). Kesehatan Mental. Bandung: Risqi Press.