PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Pengalaman Ibu Pekerja Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif Pada Anak Di Mojosongo Surakarta Utari 1 ) Happy Indri Hapsari2) Ika Subekti Wulandari3) Prodi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Abstrak Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Ibu yang bekerja cenderung menjadi penyebab kegagalan untuk memberikan ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tentang pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak. Jenis penelitian adalah kualitif studi fenomenologi dengan pendekatan deskriptif, pengambilan partisipan digunakan purposive sampling partisipan berjumlah 7 orang, kriteria insklusi ibu-ibu yang gagal memberikan ASI secara eksklusif dan mempunyai anak dibawah 2 tahun, diwilayah Mojosongo Surakarta. Penelitian dilakukan dengan metode indept interview. Uji validitas dengan cara tringulasi sumber, menggunakan analisis colaizzi. Hasil penelitian ini didapatkan lima tema : (a) dukungan eksternal, (b) tanggung jawab pekerjaan, (c) keterbatasan sarana dan prasarana. Perasaan ibu : (d) ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. fasilitas : (e) harapan ibu terhadap fasilitas pembelian ASI eksklusif.Tidak adanya fasilitas dari tempat kerja kendala bagi ibu untuk bisa memerah ASI dan memberikannya pada anak.
Kata Kunci
: ASI tidak eksklusif, ibu pekerja
Daftar Pustakan
: 59 (2000 – 2015)
1
Nomor 33 Tahun 2012 tentang
1. Pendahuluan Air Susu Ibu (ASI) adalah
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
cairan hasil sekresi kelenjar payudara
Eksklusif yang ditandatangani oleh
ibu. Air Susu Ibu eksklusif yang
Presiden
selanjutnya disebut ASI eksklusif
Yudhoyono. Peraturan ini mengacu
adalah ASI yang diberikan kepada
pada ketentuan pasal 129 ayat (2) UU
bayi
6
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
(enam) bulan, tanpa menambahkan
kesehatan. Dalam rangka melindungi,
dan atau mengganti dengan makanan
mendukung, dan
mempromosikan
atau
pemberian
eksklusif
sejak dilahirkan
minuman
selama
lain.
Bekerja
Susilo
ASI
Bambang
perlu
merupakan kegiatan ekonomi yang
dilakukan upaya untuk meningkatkan
dilakukan
dukungan
dengan
tujuan
untuk
dari
pemerintah,
memperoleh pendapatan. Saat ini
pemerintah
bekerja tidak hanya dilakukan oleh
pelayanan
laki-laki tetapi juga perempuan, tidak
kesehatan, masyarakat serta keluarga
terkecuali ibu menyusui. Jumlah
agar ibu dapat memberikan ASI
partisipasi
eksklusif pada bayi.
bekerja
ibu
menyusui
menyebabkan
yang
turunnya
daerah, kesehatan
fasilitas dan
tenaga
Berdasarkan studi pendahuluan
angka dan lama menyusui (Siregar,
yang
2004). Praktek pemberian ASI di
Mojosongo
Surakarta
yang
negara berkembang telah berhasil
didapatkan
ditempat-tempat
kerja
menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi
sebagian
per
dan
wanita dan memiliki anak masing-
kesakitan. Berdasarkan data tersebut
masing 1-2 anak dan para pegawai
WHO
pun bekerja dalam sehari mencapai
tahun
dari
kematian
merekomendasikan
untuk
dilakukaan
besar
pemberian ASI eksklusif sampai bayi
delapan
usia 6 bulan.
wawancara
jam
peneliti
pegawai
perhari.
dengan
dan
3
di
adalah
hasil
karyawan
Setiap tahunnya lebih dari
didapatkan bahwa mereka tidak bisa
25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta
memberikan ASI secara eksklusif
bayi di dunia dapat diselamatkan dari
dikarenakan
kematian dengan pemberian ASI
istirahat yang singkat juga menjadi
eksklusif (Kiki Anggrita, 2013). Pada
kendala ibu untuk bisa memberikan
tanggal 1 Maret 2012 pemerintah
ASI eksklusif
mengeluarkan peraturan pemerintah
observasi
pekerjaan,
yang
pada
waktu
anak. hasil
dilakukan
tidak
2
terdapat fasilitas seperti ruangan
partisipan
pada
khusus untuk bisa memerah ASI dan
sebanyak
7
tempat penyimpanan ASI secara
dilakukan pada bulan februari sampai
memadai.
dengan April 2015.
Tujuan
penelitian
ini
umum
pada
penelitian
orang.
ini
Penelitian
mendeskripsikan
pengalaman ibu pekerja yang tidak
3. Hasil Dan Pembahasan
memberikan ASI eksklusif pada anak
a. Dukungan Eksternal
di Mojosongo Surakarta. Manfaat
Hasil
pada penelitian ini
dapat menjadi
menunjukan
penelitian bahwa
dukungan
masukan agar menyediakan tempat
peran petugas kesehatan sangat
kerja menyediakan fasilitas untuk
berpengaruh pada ibu menyusui
para ibu menyusui seperti pada
untuk dukungan dan motivasi ibu
Peraturan Pemerintah Nomor 33
dalam memberikan ASI eksklusif
Tahun
pada anak.
2012
Pasal
30,
dan
memotivasi serta mendukung para ibu pekerja untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif pada anak.
2. Metode Penelitian Metode menggunakan
penelitian desain
kualitatif
fenomenologi. Populasi penelitian ini yaitu
seluruh
ibu
pekerja
di
Mojosongo yang tidak memberikan ASI eksklusif dengan kriteria yang sudah ditentukan hingga tercapai saturasi (Sugiyono, 2012). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
purposive
sampling. Sampel berasal dari ibuibu pekerja dimojosongo dengan kriteria
:
Ibu-ibu
yang
gagal
memberikan ASI Eksklusif, yang
“belom ada dukungan dari tim kesehatan...” (partisipan 1) “Sebenernya ada di breascare juga diberi makanan tambahan...”(partisipan 3) “Ada,, Cuma kan waktu itu kan belum keluar...” (partisipan 4 Posisi strategis dari peranan instansi
kesehatan
dan
para
petugas kesehatan di Indonesia terutama di Puskesmas sangat bermanfaat
bagi
kegiatan pemasyarakatan
pelaksanaan operasional ASI
(Notoatmodjo, 2005). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikma (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig bahwa terdapat hubungan peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Penelitian serupa yang
memiliki anak dibawah 2 tahun,
3
dilakukan oleh Rosita (2010) di
biaya yang tinggi saat penerimaan
Wilayah Sukahening Kabupaten
dan
Tasikmalaya
didapatkan
hasil
karyawan,
bahwa
hubungan
antara
berkeinginan untuk melakukan
kesehatan
negosiasi kepada ibu bekerja yang
ada
dukungan
tenaga
terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif. didapatkan
pemberian
training
pimpinan
pada akan
akan menyusui.
Hasil
penelitian
Hasil
penelitian
bahwa
dukungan
menunjukan
bahwa
dukungan
rekan kerja sangat berpengaruh
suami sangat penting bagi ibu
bagi ibu karena lingkungan juga
menyusui
mempengaruhi kebiasaan para ibu
didukung dan diperhatikan serta
dengan dukungan rekn kerja dapat
perasaan merawat anak secara
memotivasi
untuk
bersama-sama, serta bantuan dari
memberikan ASI secara Eksklusif
sang suami sangat penting sebagai
pada anak saat bekerja.
motivasi bagi ibu untuk tetap
“belom ada yang mendukung saya...” (partisipan 1) “Ada dukunganya sihh sebenernya..”(Partisipan 2) “yah sebenarnya pada ngasih saran..”(partisipan 3)
memberikan
ibu
karena
perasaan
ASI
secara
Eksklusif.
(Sedarmayanti
“Kalo suami saya ya sangat mendukung ...”(Partisipan 1) “mendukung kalo ASI soalnya ASI itu bagus...”(Partisipan “suami juga mendukung, mencarikan obat ...”(Partisipan 3) “suami saya mah terserah sama saya aja...”(partisipan 5) “Suami saya jelas mendukung ya...”(partisipan 6) ” suami saya mendukung mbak...”(partisipan 7) Pilliteri (2003) menyatakan
2009:31). Pimpinan memegang
bahwa salah satu keberhasilan ibu
peran penting dalam keberhasilan
untuk menyusui adalah dukungan
menyusui
di
suami. Pernyataan ini dikuatkan
Pimpinan
yang
mempunyai
oleh
dan
kemampuan
menyatakan bahwa ibu-ibu yang
baik
dalam
Lingkungan kerja adalah semua keadaan berbentuk fisik dan non fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi
karyawan
baik
secara langsung maupun secara tidak
langsung
pengetahuan yang
tempat
mempertimbangkan
kerja.
pemberian
Sinclair
mendapatkan pasangan
(2010)
dukungan
(suami)
yaitu
dari
memberikan
4
ASI lebih lama dibandingkan
dalam UU No.13 tahun 2003
dengan
tentang kettenagakerjaan pasal 83.
ibu
mendapatkan
yang
tidak
dukungan
dari
pasanganya.
Dukungan
perusahaan
bagi
program
ASI
diantaranya
dapat
keberhasilan Eksklusif
b. Tanggung
Jawab
Terhadap
Pekerjaan
diberikan melalui pemberian cuti melahirkan kepada setiap pekerja
Hasil menunjukan
bahwa
penelitian
perempuan. Di Indonesia, setiap
keinginan
perusahaan sejatinya mengikuti
untuk memberikan ASI sangat
ketentuan
kuat namun tuntutan pekerjaan
Nomor 13 tahun 2003 dengan
dan waktu yang sedikit membuat
memberikan hak cuti selama tiga
ibu gagal ASI secara eksklusif
bulan kepada karyawan yang
jam kerja yang tidak sebentar juga
melahirkan.
UU
Tenaga
Kerja
menjadi alasan bagi para ibu untuk
bisa
ASI
c. Keterbatasan sarana dan prasarana
secara eksklusif ditambah lagi
Hasil penelitian yang telah
dengan waktu istirahat yang tidak
dilakukan didapatkan promosi di
lama dan tidak dibedakan dengan
media sosial sangat berpengaruh
yang lainya dalam arti tidak
bagi ibu pekerja dengan iming-
diistimewakan
ibu
iming manfaat susu formula yang
membutuhkan
hampir sama dengan ASI ibu,
waktu untuk memerah ASI dan
maka banyak ibu yang memilih
memberikannya pada anak.
untuk memberikan susu formula
menyusui
memberikan
selayaknya
yang
“...sebenarnya juga baik tapi tuntutan itu tadi..”(partisipan 6) “kalau waktu istirahat semua sama ...”(partisipan 6) “mengambil keputusan untuk jam kerja ...”(partisipan 1)
pada
anak.
menyusui
bagi
adalah
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh
produsen
untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produknya,
Hak
Promosi
mengingatkan
membujuk para
dan
konsumen
perempuan diberikan kesempatan
sasaran agar membeli produk
untuk menyusui anaknya dalam
tersebut (Kotler, 2005). Menurut
waktu bekerja
Kotler
mendapatkan
dengan tetap upah
ini
diatur
dan
Amstrong
(2004)
Promosi adalah kegiatan yang
5
mengkomunikasikan produk
dan
pelanggan
jasa
dan
menganjurkan sasaran
untuk
membelinya. “saya dapat biasanya dari tv itu ...” (partisipan 1) “sebenarnya dari iklan...”(partisipan 2) “lebih tau dari tv mbak...”(partisipan 7) Penelitian juga menunjukan bahwa tidak adanya fasilitas dari tempat kerja menjadikan para ibu kesulitan untuk bisa memerah ASI secara leluasa karena tidak adanya ruang
khusus
dan
lemari
pendingin atau fasilitas, failitas sangat dibutuhkan oleh para ibu karena membantu pemberian ASI secara eksklusif karena tempat yang nyaman akan membuat ibu menjadi rilex dengan kondisi ibu yang rilex maka produksi ASI akan meningkat dan ibu dapat memberikan ASI pada anak tanpa kekurangan ASI dan sebaliknya strategi memerah ASI di toilet ternyata menghasilkan masalah baru. “tidak ada fasilitas lain sampai sekarang...”(partisipan 1) “ibu hanyaa memerah ASI diruang kosong...”(partisipan 1) “ruangan belum ada pumping dan kulkas belum ada..”(partisipan 2) “kalo fasilitas khusu sih gak ada ...”(partisipan 3)
”sekolah SD gak ada kamar pribadi gitu...” (partisipan 4) “ya gak ada kan yo Cuma pabrik...”(partisipan 5) “belum ada ...”(partisipan 6) “sekarang merah ya dikamar mandi ...”(partisipan 7) Berdasarkan
Lampiran
Surat
Nomor
872/Menkes/XI/2006
ruang
menyusui bukan sembarang ruang yang langsung bisa dibangun. Ada berbagai persyaratan agar ruang khusus menyusui sesuai standar dan representatif. Ruang tersebut harus tertutup, menjamin sanitasi yang higienis, kursi yang nyaman, dan petunjuk cara menyusui yang lengkap serta edukatif. Ruangan menyusui merupakan ruang yang harus ada di setiap rumah sakit, tempat kerja. Berdasarkan uji analisis menunjukkan
secara
statistik
bahwa
ada
hubungan yang bermakna antara dukungan tempat kerja dengan pemberian
ASI
eksklusif.
bermaknanya tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif mungkin disebabkan karena adanya tentang dukungan tempat kerja yaitu ada tidaknya fasilitas pojok ASI. Kategori jarak diungkapkan oleh salah satu partisipan berikut : “...dan jarak yang cukup jauh ...”(partisipan 1)
6
d. Ketidakberdayaan Ungkapan
diatas
memberi ASI secara Eksklusif. Hasil
penelitian
menjadi
salah
mengapa
ibu
bahwa
jarak
satu
faktor
tidak
bisa
memberikan ASI secara eksklusif pada anak karena jarak tempuh yang jauh sehingga ibu tidak bisa untuk
pulang
dengan
waktu
istirahat yang sebentar. Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh ibu yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai
ibu
berada
ditempat
bekerja.yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai artinya
dalam
memberikan ASI Eksklusif
menunjukan bahwa jarak juga menjadi halangan bagi ibu dapat
ibu
Hasil penelitian didapatkan bahwa
ketidakberdayaan
ibu
didapatkan bahwa perasaan para ibu yang gagal menyusui juga sangat
dirasakan
para
ibu
perasaan sedih, kecewa, bersalah, bingung, pasrah, dan perasaan belum mampu menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya, rasa ingin
menyusui
dengan
sepenuhnya ada pada masingmasing ibu tapi karena tanggung jawab terhadap pekerjaan dan minim sarana pada tempat kerja menjadi alasan gagalnya ASI eksklusif mereka.
memberikan ASInya ibu berada
“saya sedihlah mbak gimana sih..” (partisipan 1) “... kecewa gitu mbak”(partisipan 4) “ya rasanya kaya berdosa...”(partisipan 2) “merasa bersalah...”(partisipan 5) “ya pasrah ...” (partisipan 6) “saya juga bingung...”(partisipan 1) “saya merasakan belum mampu “(partisipan 7) Konsep diri akan
ditempat bekerja. Jarak rumah
memberikan pengaruh terhadap
dari
proses
terdapat
hubungan
yang
signifikan antara jarak tempat tinggal ibu yang bekerja dengan pemberian
ASI
eksklusif.
Menurut Maryuni (2009) bahwa lokasi atau tempat bekerja ibu yang jauh dari lingkungan tempat tinggal sehingga ibu tidak sempat
tempat
mempengaruhi bagi bayi.
bekerja
pemberian
ASI
berpikir,
perasaan,
keinginan, nilai maupun tujuan hidup seseorang (Clemes dan Bean,
2001,
h.2).
Hughes,
Galbraith dan White (2011) yang
7
juga mengatakan bahwa konsep
karena
diri
diinginkanya
merupakan
deskripsi
merasa
apa
yang
belum
dapat
mengenai diri sendiri yang juga
dicapainya,
mengandung evaluasi terhadap
bersalah yang muncul saat tidak
diri. Hal tersebut berkaitan pula
bisa memenuhi kebutuhannya.
hanya
perasaan
dengan self esteem (harga diri) dari individu. Baron, Byrne dan Branscombe
(dikutip
dari
e. Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
Sarwono dan Meinarno, 2009) mendefinisikan
esteem
bahwa harapan para ibu untuk
merupakan proses evaluasi yang
fasilitas dan dukungan dari tempat
dilakukan terhadap diri sendiri
kerja harus ada karena kebutuhan
yang menunjukkan seluruh sikap
ibu
seseorang
sangat penting sehingga mereka
sendiri.
self
Hasil penelitian didapatkan
terhadap
dirinya
Kemudian,
untuk
menyusui
ditempat
kerja
mengharapkan
adanya
mengetahui konsep diri yang ada
khusus
memerah
di dalam diri individu, individu
sekaligus lemari pendingin untuk
melakukan proses self awareness
menyimpan
(kesadaran diri).
diberikan pada anak.
Pembentuk
konsep
diri
lainnya adalah adanya peran yang dijalankan oleh individu, individu yang
merasa
mengalami percaya
diri
sedangkan perasaan merasa
mampu
akan
peningkatan
rasa
dan
individu tidak
rendah
cenderung
harga
dengan
mampu diri
terjadi
diri,
akan
sehingga penurunan
untuk
ASI
ASI
guna
“ada lemari pendingin kaya kulkas...” (partisipan 1) “dukungan seperti pengambilan jam kerja..”(partisipan 1) “ada ruangan khusus untuk ibu”(partisipan 1) “untuk tempat penyimpanan..” (partisipan 2) ”ya seharusnya dikasih waktu yang agak beda..”(partisipan 3) “seharusnya itu ada ruangan ...”(partisipan 5) Penelitian yang dilakukan (Adhitya
Kartika
harga diri, perasaan sedih pada
menyebutkan bahwa
ibu
perusahaan
hal yang pasti dirasakan
ibu
ruang
dalam
P,
2015)
Kebijakan melindungi
karena tidak bisa menyusui anak
pekerja
secara eksklusif, seluruh perasaan
melahirkan diantaranya ada dua
bingung, kecewa pun dirasakan
yaitu
perempuan
pemberian
cuti
pasca
dan
8
penyediaan ruang laktasi yang
meliputi
diperkuat dengan Undang-Undang
kecewa,
Ketenagakerjaan, dan peraturan
pasrah, dan perasaan belum
menteri terkait penyediaan ruang
mampu menjadi seorang ibu
laktasi serta aturan lain yang
yang baik untuk anaknya.
mengakomodir hak dai ibu dan
perasaan
sedih,
bersalah,
bingung,
3) Harapan ibu terhadap fasilitas
bayi. Terdapat perusahaan yang
pemberian
menyediakan ruang laktasi bagi
meliputi penyimpanan ASI,
pekerja
ada
waktu istirahat untuk memerah
mengijinkan
ASI, ruangan khusus memerah
perempuan,
perusahaan
yang
pekerja
perempuan
untuk
memerah ASI-nya saat jam kerja namun tidak disediakan ruang laktasi,
ada
pula
ASI
ekslusif
ASI. b. Saran 1) Bagi
masyarakat
dapat
yang
menyediakan fasilitas untuk
memperpanjang waktu istirahat
para ibu menyusui ditempat
pekerja perempuan yang perlu
kerja seperti ruangan khusus,
untuk memerah ASI.
tempat
penyimpanan
ASI
(lemari pendingin), dan waktu istirahat untuk memerah ASI.
4. Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan 1) Faktor
2) Bagi –
faktor
yang
peneliti
peneliti
lain lain
mempengaruhi pemberian ASI
mengembangkan
tidak
dengan
eksklusif
terhadap
agar
metode
bisa penelitian kualitatif
kebutuhan ASI pada anak yaitu
dengan Harapan ibu terhadap
dukungan eksternal, tanggung
fasilitas tempat kerja dilihat
jawab terhadap keterbatasan
dari kemauan pengelola tempat
sarana prasarana yang kurang
kerja untuk memfasilitsi para
mendukung
ibu menyusui.
terhadap
pemberian ASI.
3) Bagi perawat untuk perawat
2) Perasaan ibu saat tidak bisa memberikan eksklusif
ASI
pada
secara
anak
yaitu
memberikan pengetahuan
tetap
memberikan
eksklusif
ekslusif
dan
kemauan
untuk para ibu pekerja supaya
ketidakberdayaan ibu dalam ASI
dukungan
mempertahankan untuk
ASI
mencapai
9
kesuksesan
pemberian
ASI
untuk anak. 4) Bagi peneliti untuk peneliti agar
bisa
memberitahukan
pada atasan institusi tempat belajar
untuk
memberikan
fasilitas bagi ibu menyusui ditempat kerja.
Daftar pustaka Abdullah, Giri Inayah dan Dian Ayubi. (2012). Determinan Perilaku Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada Ibu Pekerja. Subbidang Media Massa Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Adiningsih, N.U. (2004). Ayah “Menyusui”, Cermin Kesetaraan Gender. Penggagas Forum Studi Pemberdayaan Keluarga. Jakarta. Anggrita, Kiki. Hubungan Karakterisitk Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009. 2009 (diunduh 28 Oktober 2014). Tersedia dari URL: http://www.koleksiskripsi.com/201 1/05/hbungan-karakteristik-ibu menyusui.html Afiyanti, Y., & Rahmawati, I.N. 2014. Metodologi penelitian kualitatif dalam dalam riset keperawatan, jakarta. Rajawali Pers. Atik, B. (2010). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia lebih dari 6 bulan sampai dengan 12 bulan di wilayah kerjan Puskesmas Kec. Belik Kab.Pemalang Propinsi Jawa Tengah tahun 2009. ( diakses 19
juli 2015). tersedia di :http://tulis.uinjkt.ac.id/opac/theme s/katalog/detail.jsp?id=92430&lok asi=lokal. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, KemenKes RI. (2013). Laporan RisetKesehatan Dasar 2013. (Di akses pada tanggal 30 november 2014) http://www.litbang.depkes.go.id/sit es/download/bukulaporan/lapnas_ri skesdas2013/laporan_riskesdas_20 13.pdf Clemes, H., Bean, R. (2001). Membangkitkan Harga Diri Anak. Alih bahasa: Anton Adiwiyoto. Jakarta: Mitra Utama Eka Putri Ramadhani, Gustina Lubis, Edison. (2013). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia 0-1 Tahun Di Puskesmas Kuranji Kota Padang. Skripsi. Fakultas kedokteran Universitas Andalas.padang. Evareny, Lisma dkk. (2010). Peran Ayah dalam Praktik Menyusui. Volume 26, nomor 4 Hidajati A. (2012). Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Jogjakarta: Flashbook. Hughes, Amanda, David, Galbraith & White, David. (2011). Perceived Competence: A Common Core for Self-Efficacy and Self Concept?. p. 278-289. Kristiansari, Weni. (2009).ASI, Menyusui, Dan Sadari, Yogyakarta : Nuha Medika Lestari, Ade dkk. (2012). Motivasi Ibu Bekerja Dalam Pemberian ASI Eksklusif di PT. Dewhirst Men’s Wear Indonesia. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas pajdajajaran Bandung.bandung. Maryunani. (2009), Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas (Postpartum), jakarta : trans Info Media.
10
Notoatmodjo, S., (2007). Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka cipta. Jakarta. Notoatmodjo, S.,(2005)Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmojdo, (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka cipta. Jakarta. Novita, D. (2008). Hubungan Karakteristik Ibu, Faktor Pelayanan Kesehatan, Immediate Breastfeeding Dan Pemberian Kolostrum Dengan Kemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok tahun 2008. Skripsi. Universitas Insdonesia.Depok. Proverawati A, Rahmawati E. (2010). Kapita Selekta ASI & Menyusui. Yogyakarta: Nuha medika. Peraturan Pemerintah Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Menteri Kesehatan No.48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.tahun 2008 Pillitteri A.(2003). Maternal and Child Health Nursing: Care of The Childbearing Family. (4 th ed) . Philadelpia: Lippincott. Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012,Tentang Pemberian ASI Eksklusif .2012 (Diunduh 27 november 2014) http://www.depkes.go.id/downloads /PP%20ASI.pdf Rahmawati A, Burhanudin Bahar, Abdul Salam (2012). Hubungan antara karakteristik ibu, peran petugas kesehatan dan dukungan keluarga dengan pemberian asi ekskluif di wilayah kerja puskesmas bonto cani kabupaten bone.skripsi.
universitas muhammadiyah semarang, Semarang. Roesli Utami, (2000).ASI Eksklusif. Jakarta:Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Roesli Utami. (2008). Inisiasi menyusu dini plus asi eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda. Rosita, S. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta : Ayyana Sartono, Agus dan Hanik Utaminingrum. (2012). Hubungan Pengetahuan Ibu, Pendidikan Ibu dan Dukungan Suami Dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Muktiharjo Kidul Kecamatan Telogosari Kota Semarang.Skripsi. Skripsi. Program Studi Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang dan Program Studi Ilmu Gizi Universitas Diponegoro, Semarang. Saryono dan Anggraeni, Mekar Dwi. (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta. Siallagan, Yesica dkk. (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi (0-6 Bulan) Di Kelurahan Bantan Kecamatan Medan Tembung Tahun 2013. (diunduh 27 november 2014)Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat USU dan Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, 31(6),34-40. Sinclair, Constance (2010).Buku Saku Kebidanan. Meiliya, E. & Wahyuningsih, E. eds: Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta:EGC. Siregar, Arifin (2004). Pemberian ASI Eksklusif Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Niaga Swadaya Setiawati. (2008). Sambutan dalam Pemberdayaan Perempuan dalam Peningkatan Pemberian ASI. Kementrian Negara Pemberdayaan
11
Perempuan Republik Indonesia : Kementrian Kesehatan RI. Suraatmaja, S. (2013). Aspek Gizi Air Susu Ibu. Dalam: Asi petunjuk untuk tenaga kesehatan. Editor: Soetjiningsih. Jakarta: EGC Sugiyono, (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Alfabeta bandung. Swarts, S., Kruger, H.S., & Dolman, R. C. (2010). Factors affecting mothers’ choice of breastfeeding vs formula feeding in the lower umfolozi district war memorial hospital, kwazulu-Natal.Jurnal of interdiciplinary Health Sciences, 129, 23-33. (diunduh tanggal 28 oktober 2014).
Utami, R. (2007). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Niaga Swadaya, Undang-Undang tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Yuliarti, Nurheti .(2010). Buku Keajaiban ASI – Makanan Terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, Dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: Andi Widodo, (2007). Pertumbuhan Bayi Usia 0-4 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif dan makanan pendamping ASI. Jakarta: Salemba. WHO. (2011). Exclusive breasfeeding.(Di akses pada tanggal 30 november 2014) http://www.int/nutrition/topicexclus ivebreasfeeding/en.
12