PENGALAMAN IBU PEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK DI MOJOSONGO SURAKARTA
Disusun Oleh : UTARI S.11045
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
PENGALAMAN IBU PEKERJA YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA ANAK DI MOJOSONGO SURAKARTA
Oleh: Utari NIM. S11045
Telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji pada tanggal 5 Agustus 2015
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK. 201284113
Ika Subekti Wulandari S.Kep.,Ns.M.Kep NIK. 201108998
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Utari NIM
: S1 1045
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di STIkes Kusuma Husada Surakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2) Skripsi adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji. 3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 11 Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,
Utari NIM. S11045
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan hidayah Nya. Pada akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada anak di mojosongo”. Proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan yang sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta 2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku ketua program Studi S1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses pembuatan skripsi. 4. Ibu Yuana Dwi Anggraini S.Kep., Ns. selaku pembimbing pendamping yang telah meberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses penyusunan skripsi. 5. Ibu Ika subekti S.Kep., Ns, M.Kep,. selaku pembimbing kedua peneliti yang selalu mengajari dan membenarkan apa yang salah dari peneliti selama pembuatan hasil skripsi. 6. Rektorat STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan izin penelitian 7. Untuk para partisipan yang telah bersedia memberikan informasi dan pengalamanya tentang ASI hingga peneliti dapat meyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
iv
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material dalam penyusunan proposal ini, yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu. Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mandapat balasan yang lebih baik. Pada akhirnya penulis bersyukur pada Allah SWT semoga skripsi ini dapat bermanfaat kepada banyak pihak dan tidak lupa penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Surakarta, 3 agustus 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................
vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xii
ABSTRAK ....................................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .....................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ...............................................................
6
TINJAUN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Teori ......................................................................
7
2.1.1 ASI Eksklusif ..........................................................
7
2.1.2 Manfaat ASI Eksklusif .............................................
10
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif ...................................................................
vi
11
2.1.4 Ibu pekerja ...............................................................
13
2.1.5 Dampak tidak diberikan ASI Eksklusif ....................
14
2.2
Kerangka teori ....................................................................
16
2.3
Fokus peneltian ...................................................................
17
2.4
Keaslian Penelitian ..............................................................
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Jenis dan Rancangan Penelitian ...........................................
20
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................
20
3.3
Populasi dan sampel .............................................................
20
3.4
Instrumen dan prosedur pengumpulan data ........................
21
3.5
Analisa data .........................................................................
24
3.6
Keabsahan data ....................................................................
25
3.7
Etika Penelitian ....................................................................
26
BAB1V HASIL PENELITIAN 4.1
Karakteristik partisipan.........................................................
31
4.2
Hasil penelitian ....................................................................
32
4.3 Stematika ..............................................................................
45
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Mengidentifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak Eksklusif .......................................................................
48
5.1.1 Dukungan Eksternal .............................................................
48
5.1.2 Tanggung jawab terhadap pekerjaan ...................................
51
5.1.3 Keterbatasan sarana dan prasarana ......................................
52
vii
5.2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif .........................................
56
5.2.1 Ketidakberdayaan ibu dalam memberikn ASI eksklusif .....
56
5.3 Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung pemberian ASI eksklusif .....................................................
57
5.3.1 Harapan ibu terhadap fasilitas pmberian ASI Eksklusif ......
57
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan .............................................................................
59
6.2 Saran .......................................................................................
60
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
2.1
Keaslian Penelitian
ix
17
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Teori
16
4.1
Struktur dukungan Eksternal
35
4.2
Struktur tanggung jawab pekerjaan
37
4.3
Struktur keterbatasan sarana dan prasarana 39
4.4
Struktur Ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
4.5
4.6
42
Struktur harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
44
Stematika
45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan Lampiran
1
F 01 usulan topik penelitian
2
F 02 Pengajuan Persetujuan Judul
3
F 04 Pengajuan ijin studi pendahuluan
4
Surat balasan ijin studi pendahuluan
5
Lembar Oponen
6
Lembar audeince
7
Jadwal penelitian
8
Pengajuan Ijin Penelitian
9
Surat balasan ijin penelitian
10
Penjelasan penelitian
11
Infom consen
12
Pedoman wawancara
13
Analisa data
14
Transkip wawancara
15
Lembar konsultasi
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
Utari Pengalaman Ibu Pekerja Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif Pada Anak Di Mojosongo Surakarta
ABSTRACK Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Ibu yang bekerja cenderung menjadi penyebab kegagalan untuk memberikan ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan tentang pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak. Jenis penelitian adalah kualitif studi fenomenologi dengan pendekatan deskriptif, pengambilan partisipan digunakan purposive sampling partisipan berjumlah 7 orang, kriteria insklusi ibu-ibu yang gagal memberikan ASI secara eksklusif dan mempunyai anak dibawah 2 tahun, diwilayah Mojosongo Surakarta. Penelitian dilakukan dengan metode indept interview. Uji validitas dengan cara tringulasi sumber, menggunakan analisis colaizzi. Hasil penelitian ini didapatkan lima tema : (a) dukungan eksternal, (b) tanggung jawab pekerjaan, (c) keterbatasan sarana dan prasarana. Perasaan ibu : (d) ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. fasilitas : (e) harapan ibu terhadap fasilitas pembelian ASI eksklusif. Tidak adanya fasilitas dari tempat kerja kendala bagi ibu untuk bisa memerah ASI dan memberikannya pada anak. Kata Kunci Daftar Pustakan
: ASI, Pengalaman, Tidak Ekslusif : 59 (2000 – 2015)
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Air Susu Ibu (ASI) memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum Air Susu Ibu (ASI) lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya (Suratmaja, 2013). Praktek pemberian ASI di negara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi per tahun dari kematian dan kesakitan. Berdasarkan data tersebut WHO merekomendasikan untuk pemberian ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di dunia dapat diselamatkan dari kematian dengan pemberian ASI eksklusif (Kiki Anggrita, 2013). Pada tanggal 1 Maret 2012 pemerintah mengeluarkan peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Peraturan ini mengacu pada ketentuan pasal 129 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam rangka melindungi, mendukung, dan mempromosikan pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan upaya untuk
1
2
meningkatkan dukungan dari pemerintah, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, masyarakat serta keluarga agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi. Pada PeraturanPemerintah Nomor 33 Tahun 2012Pasal 30 ayat (1) berbunyi Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus mendukung program ASI Eksklusif, ayat (2) berbunyi Ketentuan mengenaidukungan program ASI Eksklusif di tempat Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuaidengan peraturan perusahaan antara pengusaha dan pekerja dan buruh, atau melaluiperjanjian kerja bersama antara serikat pekerja atau serikat buruh dengan pengusaha, ayat (3) berbunyi Pengurus Tempat Kerja dan penyelenggara tempat sarana umum harus menyediakan fasilitas khusus untuk menyusuidan/atau memerah ASI sesuaidengan kondisikemampuan perusahaan, ayat (4) berbunyi Ketentuan lebih lanjut mengenaitata cara penyediaan fasilitas khusus menyusuidan atau memerah ASI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri. Pada pasal 34 berbunyi Pengurus Tempat Kerja wajib memberikan kesempatan kepada ibu yang bekerja untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayiatau memerah ASI selama waktu kerja ditempat kerja (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33, 2012). Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang diharapkan
yaitu sebesar 80%.
Data
dari
badan penelitian dan
3
pengembangan kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%(Riskesdas, 2013). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah 2010, menyebutkan angka pemberian ASI Eksklusif sebesar 28,08% terjadi sedikit peningkatan bila dibanding tahun 2009 sebesar 27,49%. Namun, angka ini dirasakan sangat rendah bila dibanding target pencapaian ASI eksklusif tahun 2007 sebesar 65% dan target tahun 2010 sebesar 80%. Banyak faktor yang berhubungan dengan praktek menyusui eksklusif, diataranya adalah kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu akan pentingnya pemberian ASI secara eksklusif, pelayanan kesehatan dan petugas
kesehatan
yang
belum
sepenuhnya
mendukung
program
Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu formula, rasa percaya diri ibu yang masih kurang, tingkat pendidikan ibu, dukungan suami dan rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat ASI bagi bayi dan ibu. Ibu yang bekerja cenderung menjadi penyebab kegagalan untuk memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan pemberian ASI eksklusif pada ibu pekerja belum tepat. Di Purwokerto Jawa Tengah, dalam penelitian pada karyawan di perguruan tinggi negeri menunjukkan persentase pemberian ASI eksklusif hanya mencapai 21%. Sebagian besar kegagalan disebabkan oleh sikap ibu
4
terhadap pemberian ASI eksklusif dan peraturan ditempat kerja (Inayah, 2012). Dukungan keluarga, terutama suami dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui (Adiningsih, 2004). dalam kenyataan, masih banyak suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dengan bayinya, sehingga kurang peduli (Sartono, 2012). World Health Organization (WHO) merekomendasikan masa cuti setidaknya 16 minggu (WHO, 2010). Sedangkan di Indonesia menurut UU nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakejaan masa cuti setelah melahirkan hanya 1,5 bulan jauh lebih singkat dibandingkan dengan rekomendasi WHO (WHO, 2012). Berdasarkan
studi
pendahuluan
yang
dilakukaan
peneliti
di
Mojosongo Surakarta yang didapatkan ditempat-tempat kerja sebagian besar pegawai adalah wanita dan memiliki anak masing-masing 1-2 anak dan para pegawai pun bekerja dalam sehari mencapai delapan jam perhari. dan hasil wawancara dengan 3 karyawan didapatkan bahwa mereka tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif dikarenakan pekerjaan, waktu istirahat yang singkat juga menjadi kendala ibu untuk bisa memberikan ASI eksklusif pada anak. hasil observasi yang dilakukan tidak terdapat fasilitas seperti ruangan khusus untuk bisa memerah ASI dan tempat penyimpanan
5
ASI secara memadai. UntukBerdasarkan presentase rendahya pemberian ASI eksklusif maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengalaman Ibu Pekerja Yang Tidak Memberikan ASI eksklusif pada Anak di mojosongo surakarta”. 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak di Mojosongo Surakarta?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mendeskripsikan
pengalaman
ibu
pekerja
yang
tidak
memberikan ASI eksklusif pada anak di Mojosongo Surakarta. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk
mengidentifikasifaktor-faktor
yang
mempengaruhi
pemberian ASI tidak eksklusif pada anak. 2. Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak. 3. Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung pemberian ASI eksklusif pada anak.
6
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat bagi masyarakat Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan agar menyediakan tempat kerja menyediakan fasilitas untuk para ibu menyusui seperti pada PeraturanPemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 30, dan memotivasi serta mendukung para ibu pekerja untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif pada anak. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ibu pekerja terhadap pemberian ASI eksklusif pada anak. 1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Lain 1. Memotivasi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian tentangbreastfeeding 2. Sebagaireferensi atau acuanpenelitian selanjutnya 1.4.4 Manfaat Bagi Responden 1. Dapat menjadi acuan untuk tetap memberikan ASI Eksklusif pada anak 2. Fasilitas yang diberikan oleh tempat kerja dapat digunakan sebagai motivasi.
7
1.4.5 Manfaat bagi perawat 1. Sebagai tenaga kerja kesehatan agar dapat mengedukasi para ibu agar memberikan ASI secara eksklusif. 2. Sebagai motivasi tenaga kesehatan yang bekerja agar dapat memberikan ASI pada anak secara Eksklusif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori 2.1.1 Ibu pekerja 2.1.1.1 Definisi Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkecuali ibu menyusui. Jumlah partisipasi ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka dan lama menyusui (Siregar, 2004). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004) menunjukkan kelompok ibu pekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayi secara eksklusif. Kembali bekerja setelah cuti melahirkan merupakan kendala suksesnya PP-ASI. Chatterji dan frick (2005) menyatakan bahwa kembali bekerja dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan sangat berhubungan dengan penurunan untuk memulai menyusui sebesar 16%-18%, dan pengurangan durasi menyusui sekitar 4-5 minggu. Berbagai macam alasan ibu yang bekerja tidak mau memberikan ASI pada bayinya: 1) misalnya karena khawatir kariernya terganggu, takut badannya tidak ramping lagi dan sebagainya. Faktanya
8
9
jika ditinjau dari segi psikologis hal itu sangatlah keliru karena ASI justru menciptakan hubungan emosional yang erat antara ibu dan bayi (Riksani, 2012). 2) memberikan ASI eksklusif saat bekerja memerlukan komitmen besar dan kesadaran tinggi baik ibu maupun keluarga (Riksani, 2012). 3) Kepuasan karja dan karier yang dijalani 4) Bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 2.1.2 ASI eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu eksklusif yang selanjutnya disebut ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada Bayi yang dilahirkannya (Peraturan pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Pasal 1 Pasal 2 dan Pasal 6, 2012). Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi. ASI eksklusif diberikan hanya ASI saja tanpa bahan makanan tambahan sampai usia bayi enam bulan. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh Tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi
10
kebutuhan gizi bayi. Sejak masa kehamilan, janin menerima nutrisi dari ibu melalui plasenta. Pada masa bayi di dalam tubuh ibu secara alami
telah
perkembangan
disediakan dan
makanan
pertumbuhan
yang
dibutuhkan
selanjutnya
berupa
untuk ASI
(Kristiyansari, 2009). ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan berarti setelah pemberian ASI Eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun (WHO, 2011). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat (Utami, 2007).
11
2.1.1.2 Kandungan Asi a) Lemak Lemak dalam ASI berbentuk gumpalan yang terdiri dari
trigliserida
dengan
campuran
fosfolipid,
kolesterol, vitamin A, dan karotenoid (Hidajati, 2012). b) Karbohidrat Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktose, ASI mempunyai kadar laktose paling tinggi dibanding susu mamalia lain (7%). Laktose mempunyai manfaat lain yaitu mempertinggi absorbsi kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus (Hidajati, 2012). c) Protein Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna sedangkan
pada
susu
sapi
kebalikannya
(Rahmawati, 2010). d) Garam dan Mineral ASI Mengandung garam dan mineral lebih rendah dibanding susu sapi, bayi yang mendapatkan susu
12
sapi yang tidak dimodifikasi dapat menderita tetani karena hipokalsemia (Hidajati, 2012). e) Vitamin ASI mengandung vitamin yang diperlukan bayi, vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembentukan darah dengan jumlah yang cukup dan mudah diserap, dalam ASI juga terdapat vitamin D dan E terutama dalam kolostrum (Hidajati, 2012). 2.1.1.3 Manfaat Asi Eksklusif a. Bagi Bayi 1) Sebagai nutrisi makanan terlengkap untuk bayi, karena mengandung zat gizi yang seimbang dan cukup serta diperlukan untuk 6 bulan pertama. 2) Mengandung antibodi (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit, terutama diare dan gangguan perpanasan. 3) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI ekslusif akan lebih cepat bisa berjalan. 4) Meningkatkan jalinan kasih sayang. 5) Selalu siap tersedia 6) Melindungi dari alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan alergi.
13
7) Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama 87% ASI adalah air. 8) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang mendapat ASI ekslusif potensial lebih pandai. 9) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik (Hidajati, 2012). b. Bagi ibu 1) Mengurangi risiko pendarahan setelah melahirkan 2) Terhindar dari pembengkakan payudara 3) Mengurangi risiko kanker payudara dan ovarium serta osteoporosis 4) Sebagai alat kontrasepsi alami (Unicef, 2012). c. Bagi Keluarga Pengeluaran untuk makanan bayi relatif kecil karena dengan memberi makanan buatan kepada bayi dapat menghabiskan pendapatan keluarga (unicef, 2012). d. Bagi masyarakat Memberi ASI kepada bayi sangat penting untuk mengatasi masalah kelaparan serta memberi jaminan pangan bagi keluarga yang mengalami kekurangan pangan dalam situasi darurat (Anonim, 2009).
14
2.1.2 Dampak tidak diberikan ASI eksklusif 1.
Bagi Bayi 1)
Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan
semakin
buruk,
gangguan
pertumbuhan
(Khairunniyah,2004). Bila bayi tidak diberi ASI Eksklusif maka tidak memperoleh zat kekebalan sehingga mudah mengalami sakit. 2)
bayi yang tidak mendapatkan makanan bergizi tinggi sehingga akan menghambat pertumbuhan (Depkes 2003).
3)
perkembangan kecerdasanya pu akan terhambat karena DHA sangat berperan penting untuk perkembangan otak bayi dan anak tidak diberikan (khamzah, 2012).
4)
Risiko terjadinya leukemia juga dilami anak karena bisa dipicu dengan kekurangan imunitas, disinilah pentingnya ASI yang terbukti mengandung IgA (Immunoglobin A)> zat yang dibutuhkan untuk kekebalan bayi atau anak (khamzah,2012).
5)
Alergi pada bayi juga menjadi resiko bagi anak yang tidak memberikan ASI secara Eksklusif, alergi terhadap protein pada susu sapi atau susu formula, berbeda dengan anak yang hanya mendapatkan ASI secara
15
eksklusif maka diet yang dikonsumsi ibu sangat berpotensi menimbulkan gangguan alergi (khamzah, 2012). 2. Bagi Ibu 1) Pada ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya yaitu resiko perdarahan setelah persalinan akan menjadi lama 2) beresiko kanker payudara 3) ikatan antara ibu dan anak tidak begitu baik 4) akan kerepotan saat anak menangis dimalam hari. 2.1.2.2 Faktor–faktor
yang
mempengaruhi
pemberian
ASI
Eksklusif 1.
Pengetahuan Novita (2008) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan diluar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak berada dirumah sehingga
memiliki
menyusui bayinya.
lebih
banyak kesempatan untuk
16
2.
Dukungan Petugas Kesehatan Edukasi mengenai pemberian ASI sangat penting dilakukan sebelum atau selama kehamilan dan dilanjutkan setelah melahirkan. Persepsi dari tenaga kesehatan sangat penting
karena
mereka
persepsi
tersebut
dapat
mempengaruhi keputusan yang dibuat ibu (Dolman, 2010). 3.
Dukungan Orang Terdekat Dukungan suami sangat berarti bagi istri. Pada ibu menyusui suami adalah orang terdekat yang diharapkan selalu berada disisi ibu. Suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam kelancaran refleks pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan istri (Roesli, 2009). Menurut Roesli (2009), dari semua dukungan bagi ibu menyusui dukungan suami adalah yang paling berarti. Suami dapat berperan aktif dalam bantuan-bantuan yang praktis Contohnya memandikaan bayi, memakaikan popok, dan mendampingi ibu dalam menyusui.
4.
Promosi Susu Formula Widodo
(2007)
dalam
tesisnya
menyatakan
pergeseran perilaku pemberian ASI ke susu formula terjadi karena susu formula dianggap lebih bergengsi. Beliau mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh
17
media yang mendominasi di televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam memberikan nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi pemberian ASI Eksklusif. Swarts, Kruger, dan Dolman (2010) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat mengurus bayinya. Alasan lain berhubungan dengan penyakit yang diderita melalui ASI. Alasan terakhir ibu berpendapat ia memilih susu formula yaitu pemerintah memberikannya secara cuma-cuma.
18
2.2
Kerangka Teori
Faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Pemberian ASI tidak Eksklusif
a. Pendidikan/penget ahuan b. Dukungan petugas c. Dukungan suami atau orang terdekat. susu d. Promosi formula
Dampak Ibu pekerja
Bagi bayi a. Mudah mengalami sakit b. menghambat pertumbuhan dan perkembang kecerdasannya. c. Risiko terjadinya leukemia d. Risiko mengalami alergi
Bagi Ibu a. Beresiko perdarahan lebih lama b. kanker payudara c. ikatan atara ibu
dan
anak
kurang baik.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
19
2.3
Fokus Penelitian Peneliti akan berfokus pada breastfeeding, berdasarkan hasil study pendahuluan yang peneliti lakukan di STIKes Kusuma Husada Surakarta pada para pegawai yang memiliki anak.
2.4
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait dengan penelitian yang akan diteliti yaitu
No
Nama Peneliti
Judul Peneliti
Metode Peneliti
1
Giri Inayah Abdullah dan Dian Ayubi 2011
Determinant Of Analisis data yang Exclusive dilakukan adalah Breastfeeding analisis univariat, Behavior On analisis bivariat Working Mothers menggunakan kai kuadrat, dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda model prediksi
Hasil penelitian menunjukkan proporsipemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kementerian Kesehatan sebesar 62,5%, lebih rendah dari target nasional (80%).
2
Eka Putri Rahmadhani, Gustina, dan Edison 2013
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Angka Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia 0-1 Tahun Di Puskesmas Kuranji Padang.
Dari hasil penelitian didapatkan bayi usia 0-5 bulan 29 hari yang masih mendapat ASI saja sebanyak 41 bayi (30,4%) dan yang sudah mendapat campuran lain selain ASI sebanyak 28 bayi (20,7%). Jumlah bayi usia 6-12 bulan dengan ASI eksklusif sebanyak 34 bayi (25,2%) dan 32 bayi lainnya (23,7%) non ASI eksklusif. Sebanyak 57 bayi (42,2%) pernah diare dan 78 bayi lainnya (57,8%) tidak pernah. Analisis chi
Penelitian dilaksanakan observasional pendekatan sectional
ini secara dengan cross
Hasil Peneliti
20
No
Nama Peneliti
Judul Peneliti
Metode Peneliti
Hasil Peneliti square mendapatkan p=0,001 dan hasil ini signifikan (p<0,5). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan harus ditingkatkan karena mempunyai hubungan dengan angka kejadian diare akut.
3
Ade Lestari, Mira Motivasi ibu pekerja Trisyani, dalam pemberian Restuning ASI eksklusif di PT. Widiyasih Dwehirst Men’s Wear Indonesia 2010
Jenis penelitian ini deskriptif kuantitatif dengan metode purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu bekerja dalam memberikan ASI Eksklusif termotivasi secara ektrinsik dengan integrated regulation sebagai level motivasi yang paling dominan dimana integrated regulation merupakan motivasi dalam memberikan ASI Eksklusif karna nilai kepercayaan dan keyakinan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian adalah kualitif dengan rancangan penelitian deskriptif studi fenomenologi. Studi fenomenologi merupakan suatu pendekatan yang essensial terkait dengan pengalaman alamiah manusia sepanjang hidupnya dan memberikan gambaran suatu fenomena yang diteliti melalui hasil daya titik yang mendalam dari peneliti (Polit & Back, 2006). Penelitian ini dinilai dapat menjelaskan fokus permasahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti akan berusaha memahami peristiwa dan kaitankaitanya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang gambaran pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada anak. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian seluruh disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga tempat ditentukan benar-benar menggambarkan kondisi informan
Tempat
penelitian adalah tempat interaksi informan dengan lingkungannya yang akan membangun pengalaman hidupnya (Saryono & Anggraeni, 2010). Penelitian ini dilakukan di Mojosongo dan penelitian dilakukan pada bulan Februari 2015.
21
22
3.3 Populasi Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu pekerja di Mojosongo yang tidak memberikan ASI eksklusif. 3.4 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dianggap mewakili, dalam mengambil sampel penelitian ini digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmojdo, 2005). Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden tetapi sebagai narasumber, atau pertisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori (Sugiyono, 2012). 3.5 Teknik sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling (teknik sampel bertujuan) yaitu metode pemilihan partisipan dalam suatu penelitian dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukan dalam penelitian, dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi peneliti (Sutopo, 2006).
23
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syaarat sebagai sampel (Notoatmjdo, 2010). Dalam penelitian ini kriteia inklusi sendiri yaitu: 1.
Ibu - ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif
2.
Yang memiliki anak dibawah 2 tahun Besar sampel dalam penelitian ini sampai tercapai saturasi adalah 7
partisipan. Saturasi adalah partisipan sampai pada suatu titik kejenuhan dimana tidak ada informasi baru yang didapatkan dan pengulangan sudah dicapai, (afiyanti & rahmawati, 20014). 3.6 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data 1. Instrumen Instrumen adalah merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu sedangkan penelitian memiliki arti pemeriksaan, penyelidikan,
kegiatan
pengumpulan,
pengolahan,
analisis
dan
penyajian data secara sistematis dan objektif (Nursalam, 2008). Pada penelitian ini digunakan dua instrumen yaitu instrumen inti dan instrument penunjang sebagai berikut: a. Instrumen inti Peneliti merupakan instrumen inti pada penelitian ini. Peneliti sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan kemampuan diri dalam melakukan wawancara. Usaha yng dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan data kepada partisipan. Pada saat latihan wawancara peneliti berusaha
24
responsive
dan
mahir
dalam
berkomunikasi.
Keterampilan
wawancara kemudian terus diperbaiki seiring dengan seringnya melakukan wawancara pada partisipan berikutnya b. Intrumen penunjang Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu lembar alat pengumpul data (meliputi nama, umur, alamat, pendidikan), alat tulis (buku dan bolpoin), serta smartphone yang dilengkapi program voice recorder yang mempermudah peneliti membuat transkip wawancara terstruktur. Alat perekam diisi daya penuh sebelum digunakan dan menggunakan flight mode on agar tidak terganggu pada saat proses wawancara. Instrumen lain yang digunakan yaitu pedoman wawancara terstruktur berisi daftar pertanyaan terbuka tentang pengalaman ibu memberikan ASI, dan apa penyebab ibu tidak memberikan ASI Eksklusif, serta tentang perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak. Peneliti juga melakukan pencatatan sebagai media observasion verbal saat pengumpulan data dengan menggunakan lembar catatan lapangan, lembar observasi yang berisi tentang hasil dari observasi peneliti tentang tempat pemerahan ASI dan lemari pendingin yang disediakan oleh tempat kerja.
25
2. Prosedur pengumpulan data Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu diperlukan teknik tertentu dalam pengumpulan data. a. Fase pra interaksi Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data dilapangan.
Peneliti
mengurus
surat
ijin
penelitian
yang
dikeluarkan oleh Program Studi S1 Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta kepada ketua STIKes Kusuma Husada Surakartas setelah perizinan keluar dari Ketua STIKes peneliti dapat melakukan penelitian dan sebelum peneliti terjun kelapangan peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang alternatif, dan setiap responden diberikan pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. b. Fase pelaksanaan 1. Wawancara Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut wawancara mendalam (in-depth interview) yaitu wawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan secara lebih
26
terbuka dimana informan yang diwawancara diminta pendapat dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiyono 2013). Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat sesuai dengan pengalaman ibu. Wawancara dilakukan pada 7 partisipan dengan tanggal berbeda di bulan Februari – maret 2015 di Mojosongo sebagai berikut : a) Partisipan pertama dilakukan pada 20 Februari 2015 b) Partisipan kedua dilakukan pada 25 Februari 2015 c) Partisipan ketiga dilakukan pada 2 Maret 2015 d) Partisipan keempat dilakukan pada 4 Maret 2015 e) Partisipan kelima dilakukan pada 6 Maret 2015 f) Partisipan keenam dilakukan pada 7 Maret 2015 g) Partisipan ketujuh dilakukan pada 9 maret 2015 2. Fase terminasi Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang ditemukann kepada partisipan. Peneliti memperlihatkan hasil transkip wawancara dan interpretasi peneliti kepada partisipan. Semua partisipan mengatakan bahwa apa yang ditulis peneliti telah sesuai dengan apa yang dimaksud partisipan. Setelah semua data divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud
27
oleh partisipan peneliti mengucapkan terimakasih pada semua partisipan.
a.
Analisa data Analisa
data
dalam
penelitian
ini
menggunakan
metode
fenomenologis deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit& Back 2006), metode colaizzi dinilai efektif digunakan dalaam penelitian ini, dikarenakan dengan metode colaizzi fenomena-fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan makna-makna yang didapat. adapun langkah – langkah analisa data adalah sebagai berikut : 1.
Peneliti dengarkan hasil rekaman dan membaca seluruh hasil penelitian (transkip) untuk memahami maksud dari setiap pernyataan partisipan.
2.
Peneliti membaca ulang dan mendapatkan kata kunci.
3.
Peneliti mencari arti atau makna dari setiap kata kunci.
4.
Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema. a) Mengumpulkan kata – kata kunci yang memiliki makna yang sama kedalam sebuah subtema. b) Mengelompokan subtema yang sama kedalam sebuah tema
5.
Peneliti mengintergrasikan tema yang didapat kedalam fenomena yang diteliti.
6.
Merumuskan gambaran hubungan antar tema dan sesuaian dengan fenomena yang diteliti.
28
7. b.
Memvalidasi tema data yang diperoleh pada partisipan.
Keabsahan data Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility (Validitas interbal), transferability (Validitas eksternal), dependability (realiabilitas), dan confirmability (obyektivitas). 1. Kredibility (validitas internal) Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil peneltian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Disini peneliti menggunakan triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan untuk mendapat data dari sumber dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. 2. Transferability (validitas eksternal) Uji transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif, validitas eksternal menunjukan derajad ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenan dengan pertanyaan, hingga aman hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
29
3. Dependebility (dependabilitas) Pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. jika proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, laporan hasil dari latar belakang, tujuan, metode hingga hasil sampai kesimpulan dan saran. 4. Confirmability (konfirmabilitas) Dalam penelitian kualitatif uji konfirmability mirip dengan uji dependebility, sehingga pengujin dapat dilakukan bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian. Dalam penelitian jangan sampai prosesnya tidak ada, tetapi hasilnya ada. Peneliti mendapatkan persetujuan dari informan dan menyertakan surat-surat yang sudah diperolehnya seperti berikut : a) Informed consent b) Lembar konsultasi dosen
c.
Etika Penelitian 1. Informed consent (lembar persetujuan) Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak
30
yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap menghormati hak responden bila tidak bersedia (Setiadi, 2013). 2. Anonimity (tanpa nama) Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya dimengerti oleh peneliti (Setiadi, 2013). Peneliti melakukan pemberian nama samaran (kode) terhadap partisipan seperti P1 yaitu partisipan 1 (pertama), P2 yaitu parisipan 2 (kedua), P3 yaitu partisipan 3 (ketiga), P4 yaitu partisipan 4 (keempat), P5 yaitu partisipan 5 (kelima), serta P6 yaitu partisipan 6 (keenam) dan P7 yang berarti partisipan 6 (keenam). 3. Confidentially (kerahasiaan) Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data tertentu saja (Hidayat, 2007). Peneliti tidak mencantumkan data yang rahasia yang sudah disepakati peneliti dengan partisipan, dan merahasiakan apapun yang bersifat pribadi tentang data partisipan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab 4 ini dijelaskan mengenai hasil penelitian yang didapatkan terkait pengalamanan ibu pekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif di mojosongo. Tema-tema yang didapatkan dari penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan pada 7 ibu pekerja dan tidak memberikan ASI secara Eksklusif. Tema yang didapat meliputi 5 tema antara lain dukungan eksternal, tanggung jawab terhadap pekerjaan, keterbatasan sarana dan prasarana, ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, dan harapan ibu terhadap fasilitas ASI Eksklusif. Berikut uraian dari diskripsi tempat penelitian dan serta hasil analisi tema yang muncul. 4.1 Karakteristik partisipan Karakteristik
ketujuh
partisipan
yang
bersedia
dilakukan
wawancara antara lain sebagai berikut : 1) Partisipan satu (P1) : adalah perempuan berusia 29 tahun pendidikan D3 keperawatan pekerjaan petugas Lab. Dan lama bekerja 5 tahun. 2)
Partisipan kedua (P2) :
perempuan usia 35 tahun pendidikan
terakhir SMP bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan sudah bekerja 4 tahun.
31
32
3) Partisipan ketiga (P3) : perempuan usia 43 tahun pendidikan terakhir SMA bekerja sebagai tukang bersih-bersih dan sudah bekerja selama 10 tahun. 4) Partisipan keempat (P4) : perempuan usia 26 tahun, pendidikan S1 dan lama bekerja 2 tahun. 5) Partisipan kelima (P5) : perempuan usia 20 tahun pendidikan terakhir SMP bekerja dipabrik dan suda bekerja selama 3 tahun. 6) Partisipan keenam (P6) :
perempuan usia 27 tahun pendidikan
terakhir S1 dan pekerjaan mengajar sudah bekerja selama 4 tahun. 7)
Partisipan ketujuh (P7) : perempuan usia 32 tahun pendidikan terakhir SMP bekerja di pabrik sudah 3 tahun.
4.2 Hasil penelitian Hasil dari pengalaman ibu pekerja dalam memberikan ASI, pada ibu pekerja di mojosongo diperoleh dari hasil wawancara dari ketujuh partisipan dari ibu pekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif pada anak berdasarkan panduan wawancara terstruktur yang telah dibuat sebelumnya. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 15-25 menit, waktu dan tempat sudah disepakati oleh partisipan sebelumnya dan saat wawancara dipilih tempat yang jauh dari keramaian supaya partisipan dapat mengungkapkan jawaban yang diberikan oleh sipeneliti secara mendalam dan terbuka mengenai pengalaman ibu pekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif.
33
Penelitian ini menghasilkan 5 tema berdasarkan hasil analisis tematik yang dilakukan. Analisis tema disusun mulai dari pencarian kata kunci, pengelompokan kategori-kategori yang kemudian membentuk sub tema dan menjadi tema yang sudah dihasilkan dari penelitian. Penelitian ini menemukan 5 tema yaitu komponen dukungan eksternal, tanggung jawab
terhadap
pekerjaan,
keterbatasan
sarana
dan
prasarana,
ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif, dan harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif. Berikut akan dijelaskan tematema yang ditemukan. 4.
Tujuan khusus 1 : Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak Eksklusif pada anak. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak Eksklusif pada anak didapatkan 3 tema yaitu komponen dukungan eksternal, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan keterbatasan sarana dan prasarana dari tema diatas didapatkan 4 sub tema yaitu sebagai berikut : a.
Tema komponen dukungan eksternal
1)
Dukungan lingkungan
a) Dukungan tim kesehatan Sebagian
besar
adanya
dukungan
dari
tim
kesehatan
diungkapkan oleh partisipan seperti berikut : “belom ada dukungan dari tim kesehatan...” (partisipan 1) “Sebenernya ada di breascare juga diberi makanan tambahan...”(partisipan 3) “Ada,, Cuma kan waktu itu kan belum keluar...” (partisipan 4)
34
“gak terlalu diberikan penjelasan tentang ASI..”(partisipan 5) “peran petugas sebenarnya sudah baik mbak...”(partisipan 6) “gak begitu diperhatikan ...”(partisipan 7)
Partisipan diatas masing-masing mengatakan bahwa tim kesehatan sudah mendukung pemberian ASI Eksklusif pada anak. b) Dukungan rekan kerja Sebagian besar partisipan mengatakan adanya dukungan dari rekan kerja seperti yang diungkapkan berikut ini : “belom ada yang mendukung saya...” (partisipan 1) “Ada dukunganya sihh sebenernya..”(Partisipan 2) “yah sebenarnya pada ngasih saran..”(partisipan 3) “Awalnya ya bilang anak pertama ya dikasih ASI eksklusif ...”(Partisipan4) “Rekan kerja dukung-dukung aja”(Partisipan 5) “teman kerja saya mendukung...”(Partisipan 6) “teman-teman kerja saya itu mendukung...”(Partisipan 7) Ungkapan salah satu dari partisipan diatas
menyatakan
bahwa adanya dukungan dari pihak rekan nya sendiri, dan merasa sudah di dukung oleh rekan seprofesinya ditempat kerja para ibu. c)
Dukungan suami Adanya dukunngan suami diungkapakan sebagian besar partisipan seperti berikut ini : ” Kalo suami saya ya sangat mendukung ...”(Partisipan 1) “mendukung kalo ASI soalnya ASI itu bagus...”(Partisipan “suami juga mendukung, mencarikan obat ...”(Partisipan 3) “suami saya mah terserah sama saya aja...”(partisipan 5) “Suami saya jelas mendukung ya...”(partisipan 6) ” suami saya mendukung mbak...”(partisipan 7)
35
Ungkapan masing-masing partisipan diatas menyakatan bahwa suaminya memberikan dukungan dengan keputusan apapun yang dibuatnya dan ada pula suami yang mendukung untuk memberikan ASI eksklusif pada anak. Komponen dukungan eksternal dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini : Belum ada dukungan
Dukungan tim kesehatan
Gak terlalu Gak diperhatikan
Dukungan Rekan kerja
Belum mendukung
Suami terserah saya
Dukungan lingkungan
Dukungan suami
Gambar 4.1 struktur : dukungan eksternal
b.
Tema tanggung jawab terhadap pekerjaan
1) Resiko pekerjaan a) Tuntutan pekerjaan Ada salah satu partisipan yang mengatakan tentang tuntutan pekerjaan yang dijalaninya mengahambat pemberian ASI kepada anak. “...sebenarnya juga baik tapi tuntutan itu tadi..”(partisipan 6)
Dukungan eksternal
36
Ungkapan diatas merupakan keluhan tentang kewajiban dan kebutuhan ibu dlam rumah tangga keinginanya untuk tetapi menyusui tidak sejalan dengan tuntutan di tempat kerja serta rasa tanggung jawab terhadaap pekerjaan. b) Jam kerja Jam kerja juga menjadi alasan kenapa para ibu gagal memberikan ASI yang diungkapkan 1 partisipan berikut : “mengambil keputusan untuk jam kerja ...”(partisipan 1) Ungkapan diatas merupakan ungkaapan bahwa atasan belum berperan aktif pada pengambilan jam kerja untuk kariawan nya . c) waktu istirahat Sebagian besar partisipan mengatakan bahwa waktu istirahat antara ibu menyusui dan yang tidak tetap sama seperti yang diungkapkan oleh 7 patisipan berikut : “eem ndak ada ya mbak ..”(partisipan 1) “belum ada semua sama 1 jam...”(partisipan 2) “sama gak dibedakan..’’(partisipan 3) “sama aja kan mbak ...”(partisipan 4) “ya sama aja mbak ...”(partisipan 5) “kalau waktu istirahat semua sama ...”(partisipan 6) “kalo istirahat sama aja ..”(partisipan 7) Ungkapan diatas merupakan ungkapan bahwa tidak ada perbedaan waktu istirahat antara ibu menyusui dan tidak, waktu yang diberikan tetap sama setiap pekerjanya.
37
Komponen tanggung jawab terhadap pekerjaan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut : Tuntutan pekerjaan Jam kerja
Risiko pekerjaan
Tanggung jawab terhadap pekerjaan
Waktu istirahat
Gambar 4.2 Struktur : tanggung jawab terhadaap pekerjaaan c.
Tema keterbatasan sarana dan prasarana
1) Faktor media a) Iklan Adanya iklan menjadi sarana pengetahuan tentang susu formula dinyatakan oleh 3 partisipan berikut : “saya dapat biasanya dari tv itu ...” (partisipan 1) “sebenarnya dari iklan...”(partisipan 2) “lebih tau dari tv mbak...”(partisipan 7) Ungkapan diatas menandakan bahwa ibu mendapatkan informasi tentag susu formula hanya dari media massa saja dan tidak ada informasi dari tim kesehatan atau lainya.
38
2) Minim fasilitas a) Jarak Kategori jarak diungkapkan oleh salah satu partisipan berikut : “...dan jarak yang cukup jauh ...”(partisipan 1) Ungkapan diatas menunjukan bahwa jarak juga menjadi halangan bagi ibu dapat memberi ASI secara Eksklusif. b)
Tidak ada fasilitas Tidak adanya fasilitas ditempat kerja dijelaskan oleh 7 partisipan berikut : “tidak ada fasilitas lain sampai sekarang...”(partisipan 1) “ibu hanyaa memerah ASI diruang kosong...”(partisipan 1) “ruangan belum ada pumping dan kulkas belum ada..”(partisipan 2) “kalo fasilitas khusu sih gak ada ...”(partisipan 3) ”sekolah SD gak ada kamar pribadi gitu...” (partisipan 4) “ya gak ada kan yo Cuma pabrik...”(partisipan 5) “belum ada ...”(partisipan 6) “sekarang merah ya dikamar mandi ...”(partisipan 7) Ungkapan diatas menunjukan bahwa memang tidak ada nya fasilitas ditempat kerja para ibu untuk mendukungnya memberikan ASI secara eksklusif pada anak.
39
Komponen keterbatasan sarana dan prasarana dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut :
Iklan Faktor sosial media Jarak Minim sarana
Keterbatasan sarana dan prasarana
Tidak ada fasilitas
Gambar 4.3 Struktur: keterbatasan dan prasarana
5.
Tujuan khusus 2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak. Mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa bisa memberikan ASI secara Eksklusif didapatkan satu tema yaitu ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Tema di bangun dengan SUB tema yaitu respon emosional, sebagai berikut : 1) Respon emosional a) Sedih Perasaan sedih ibu saat tidak bisa memberikan ASI pada anak diungkapkan 3 partisipan sebagai berikut : “saya sedihlah mbak gimana sih..” (partisipan 1) “perasaanya ya sedih mbak “(partisipan 4) “...perasaan selain sedih...”(partisipan 5)
40
Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa seorang ibu sedih ketika tidak bisa menyusui secara Eksklusif pada anaknya. b) Kecewa Perasaan kecewa juga yang dirasakan diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai berikut : “... kecewa gitu mbak”(partisipan 4) Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa selain sedih ia juga merasa kecewa saat tidak bisa memberikan ASI. c) Bersalah Perasaan pasrah juga diungkapakan oleh 3 partisipan sebagai berikut : “ya rasanya kaya berdosa...”(partisipan 2) “merasa bersalah...”(partisipan 5) “...kayak merasa bersalah gitu mbak...” (partisipan 6) Ungkapan partisipan diatas menunjukan bahwa para ibu merasa bersalah pada anak saat tidak bisa memberikan ASI secara Eksklusif sebagai ibu mereka berharap bisa memberikan semua yang terbaik untuk sang anak perasaan bersalah mereka muncul karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk anak. d) Pasrah Hanya bisa pasrah juga diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai barikut : “ya pasrah ...” (partisipan 6)
41
Ungkapan diatas menandakan bahwa ibu hanya bisa pasrah dengan keadaan saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak mereka karena memang semua bukan yang diinginkan para ibu. e) Bingung Perasaan bingung yang dirasakan ibu juga diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai berikut : “saya juga bingung...”(partisipan 1) Ungkapan diatas menunjukan bahwa ibu tidak haya sedih tapi juga bingung untuk menghadapi masalah dan tanggung jawabnya. f) Belum mampu Perasaan belum mampu pada ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif juga diungkapkan oleh 1 partisipan sebagai berikut: “saya merasakan belum mampu “(partisipan 7) Ungkapan diatas menandakan bahwa sang ibu merasa belum
mampu
memenuhi
mendapatkan ASI eksklusif.
kebutuhan
sang
anak
untuk
42
Komponen respon emosional dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini : Sedih Kecewa bersalah Respon emosional pasrah
Ketidakberdayaa n ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
bingung Belum mampu
Gambar 4.4 Struktur :ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
6.
Tujuan khusus 3 : Untuk mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung pemberian ASI eksklusif pada anak. Mengidentifikasi fasilitas tempat kerja apa saja yang diharapkan oleh para ibu untuk mendukung pemberian ASI secara eksklusif pada ibu pekerja didapat 1 tema yaitu Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif. tema tersebut dibangun oleh beberapa sub tema berikut :
43
a.
Tema Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
1) Tempat penyimpanan ASI a) Lemari pendingin Lemari pendingi salah satu yang dibutuhkan ibu menyusui diungkapkan oleh 2 partisipan sebagai berikut: “ada lemari pendingin kaya kulkas...” (partisipan 1) “untuk tempat penyimpanan..” (partisipan 2)
Ungakapan diatas merupakan harapan bahwa apa fasilitas yang disebut kan adalah yg dibutuhkan ditempat kerja para ibu. 2) Waktu istirahat untuk memerah ASI a) Pengambilan jam kerja Pengambilan jam kerja atau waktu diungkapkan oleh dua partisipan sebagai berikut : “dukungan seperti pengambilan jam kerja..”(partisipan 1) ”ya seharusnya dikasih waktu yang agak beda..”(partisipan 3) Ungkapan diatas merupakan keinginan yang ibu butuhkan ditempat kerja untuk bisa mengambil waktu kerja atau waktu untuk memerah ASI. 3) Ruangan khusus memerah ASI b) Ruangan khusus Harapan adanya ruangan khusus juga yang diungkapkan oleh 6 partisipan sebagai berikut : “ada ruangan khusus untuk ibu”(partisipan 1) “sukur-sukur ada tempat khusus...”(partisipan 3) “ada kamar pribadi gitu ...”(partisipan 4)
44
“seharusnya itu ada ruangan ...”(partisipan 5) “yang saya harapkan itu ruang khusus...”(partisipan 6) “saya harapkan ada ruang merah ASI...”(partisipan 7) Ungkapan diatas merupakan harapan dari ibu pekerja yang mengharapkan adanya fasilitas yang disebutkan, dengan diberikannya fasilitas ibu juga merasa didukung tempat kerja untuk memberikan ASI secara eksklusif. Komponen harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif dapat dilihat pada gambar 4.5
Tempat penyimpanan ASI
Lemari pendingin
Pengambilan kerja
Ruangan khusus
jam
Waktu untuk ASI
istirahat memerah
Ruangan khusus untuk memrah ASI
Gambar 4.5
Struktur harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif
Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI
45
4.3 STEMATIKA
Resiko pekerjaan a. Tuntutan pekerjaan b. Jam kerja c. Waktu istirahat
Keterbatasan sarana dan prasarana 1. Faktor media sosial a. Iklan 2. Minim sarana a. Jarak b. Tidak ada pojok ASI c. Minim sarana
1.
Tanggung jawab terhadap pekerjaan
1. Dukungan lingkungan a. Dukungan tim kesehatan b. Dukungan rekan kerja 2. Dukungan keluarga a. Dukungan suami
Dukungan eksternal
1. Respon emosional a. Sedih b. Kecewa c. Bersalah d. Pasrah e. Bingung f. Belum mampu
Ketidak berdayaan memeberikan ASI Eksklusif
ASI tidak Eksklusif
ibu
1. Tempat penyimpanan a. Lemari pendingin 2. Waktu istirahat untuk memerah ASI a. Pengambilan jam kerja 3. Ruangan khusus untuk memerah ASI a. Ruangan khusus
Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian Eksklusif
45
46
Dukungan eksternal terdiri dari dukungan lingkungan sepereti, dukungan dari tim kesehatan yang mempunyai tugas sejak kehamilan ibu untuk memberikan dukungan pada ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif dan adanya dukungan dari rekan kerja ibu ditempat kerja pun mempengaruhi ASI tidak Eksklusif serta dukungan suami disini suami berperan sangat penting karena status yang terdekat dengan ibu dukungan suami sangat penting bagi ibu bayi karena dengan dukungan dari sang suami ibu merasa diperhatikan, tetapi tanggung jawab terhadap pekerjaan juga menjadi penyebab karena resiko pekerjaan, tuntutan pekerjaan serta jam kerja yang terbatas dipengaruhi juga oleh waktu istirahat yang sebentar menyebabkan ibu tidak pulang atau memerah ASI untuk sang anak, sehingga munculah rasa ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI secara Eksklusif pada anak serta munculnya respon emosional ibu rasa sedih ketika tidak bisa meberikan ASI, rasa kecewa pada dirinya sendiri atas kegagalan yang dialami, rasa bersalah yang akhirnya muncul dari ibu para ibu hanya bisa pasrah saat tidak bisa memenuhi ASI sang anak, bingung dan tidak mampu pada sang anak, keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi hal yang sangat berpengaruh pada pemberian ASI secara eksklusif pada ibu pekerja karena banyak hal yang mempengaruhi seperti faktor media sosial dapat dilihat dengan iklan susu formula yang sering muncul di tv dan tempat pebelanjaan besar, serta minimnya sarana ditempat kerja ibu sendiri seperti jarak rumah dan tempat kerja ibu yang cukup jauh, tidak adanya pojok ASI atau ruangan khusus ibu menyusui sangatlah berpengaruh dengan tidak adanya fasilitas ditempat kerja ibu membuat ibu kesulitan dalam memerah ASI ditempat kerja dan tentunya berpengaruh pada
47
pemberian ASI pada anak, sehingga muncul harapan ibu terhadap pemberian fasilitas ditempat kerja ibu seperti adanya lemari penyimpanan, waktu istirahat atau pengambilan jam kerja untuk memerah ASI dan khususnya untuk ruangan kosong harus diadakan di tempat kerja.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Mengidentifikasifaktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak Eksklusif 5.1.1 Dukungan Eksternal Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan peran petugas kesehatan sangat berpengaruh pada ibu menyusui untuk dukungan dan motivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada anak, untuk ibu pekerja bukan hanya dukungan tim kesehatan yang berpengaruh bagi ibu namun juga dukungan dari rekan kerja sendiri bahwa mereka karena lingkungan juga berpengaruh bagi sang ibu untuk tetap memberikan ASI secara Eksklusif pada anak selain itu dukungan suami sangat perpengaruh pada keputusan ibu untuk tetap memberikan ASI saat bekerja. Pemberian ASI secara ekslusif ada hubungannya dengan peran petugas kesehatan, sikap dan perhatian oleh para ahli kesehatan yang berkaitan dengan menyusui sangat diperlukan terutama dalam mengahadapi promosi pabrik pembuat susu formula dan pemberian makanan pendamping ASI seperti pisang, madu, bubur nasi. Posisi strategis dari peranan instansi kesehatan dan para petugas kesehatan di Indonesia terutama di Puskesmas sangat bermanfaat bagi pelaksanaan kegiatan operasional pemasyarakatan ASI (Notoatmodjo, 2005).
48
49
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikma (2012) di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig bahwa terdapat hubungan peran bidan terhadap pemberian ASI Eksklusif. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Rosita (2010) di Wilayah Sukahening Kabupaten Tasikmalaya didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan tenaga kesehatan terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif. Hasil penelitian didapatkan bahwa dukungan rekan kerja sangat berpengaruh bagi ibu karena lingkungan juga mempengaruhi kebiasaan para ibu dengan dukungan rekn kerja dapat memotivasi ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif pada anak saat bekerja. Bentuk dukungan yang diberikan oleh lingkungan kerja meliputi rekan kerja yang menjadi fasilitator menyusui di tempat kerja, menghadirkan kelompok pendukung ASI, Lingkungan kerja adalah semua keadaan berbentuk fisik dan non fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Sedarmayanti 2009:31). Pimpinan memegang peran penting dalam keberhasilan menyusui di tempat kerja. Pimpinan yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam mempertimbangkan pemberian biaya yang tinggi saat penerimaan dan pemberian training pada karyawan, pimpinan akan berkeinginan untuk melakukan negosiasi kepada ibu bekerja yang akan menyusui. Penelitian yang dilakukan oleh Irni Setyawati, (2008). Motivasi ekstrinsik positif yang berasal dari pimpinan dalam bentuk kebijakan dan
50
penyediaan fasilitas untuk menyusui di tempat kerja dapat meningkatkan perilaku ibu bekerja dalam memberikan ASI eksklusif. Persepsi positif manajer terhadap pemberian ASI eksklusif dapat mendorong pimpinan mewujudkan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dan meningkatkan kepercayaan diri ibu bekerja untuk menyusui di tempat kerja. Perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu bekerja sangat dipengaruhi oleh faktor karakteristik individu dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi perilaku ibu bekerja berasal dari pimpinan perusahaan yang mempunyai kekuasaan untuk membuat kebijakan dan menyediakan fasilitas menyusui selama bekerja. Hasil penelitian menunjukan bahwa dukungan suami sangat penting bagi ibu menyusui karena perasaan didukung dan diperhatikan serta perasaan merawat anak secara bersama-sama, serta bantuan dari sang suami sangat penting sebagai motivasi bagi ibu untuk tetap memberikan ASI secara Eksklusif.
Dukungan keluarga, terutama suami dapat
menentukan keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami akan menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI serta meningkatkan semangat dan rasa nyaman dalam menyusui (Adiningsih, 2004). Pilliteri (2003) menyatakan bahwa salah satu keberhasilan ibu untuk menyusui adalah dukungan suami. Pernyataan ini dikuatkan oleh Sinclair (2010) yaitu menyatakan bahwa ibu-ibu yang mendapatkan dukungan dari pasangan (suami)
51
memberikan ASI lebih lama dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari pasanganya. Hasil
penelitian
Atik,
(2010)
bahwa
dukungan
keluarga
berpengaruh terhadap perilaku tidak memberikan ASI eksklusif. Penelitian tentang dukungan suami terhadap pemberian ASI esklusif belum pernah dilakukan di Kelurahan Susukan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Sejalan dengan penelitian dari Lisma Evareny (2010). Prevalensi praktik pemberian ASI secara eksklusif pada kelompok ayah yang mendukung lebih tinggi 2,25 kali dibandingkan dengan kelompok ayah yang tidak mendukung. Variabel lain yang berpengaruh terhadap peran ayah dengan praktik pemberian ASI adalah pengetahuan ayah dan ibu, sikap ayah dan ibu.
5.1.2 Tanggung jawab terhadap pekerjaan Hasil penelitian menunjukan bahwa keinginan untuk memberikan ASI sangat kuat namun tuntutan pekerjaan dan waktu yang sedikit membuat ibu gagal ASI secara eksklusif jam kerja yang tidak sebentar juga menjadi alasan bagi para ibu untuk bisa memberikan ASI secara eksklusif ditambah lagi dengan waktu istirahat yang tidak lama dan tidak dibedakan dengan yang lainya dalam arti tidak diistimewakan selayaknya ibu menyusui yang membutuhkan waktu untuk memerah ASI dan memberikannya pada anak. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan menyusui pada ibu bekerja adalah pendeknya waktu cuti kerja, kurangnya dukungan tempat kerja, pendeknya waktu istirahat saat bekerja (tidak
52
cukup waktu untuk memerah ASI), tidak adanya ruangan untuk memerah ASI, pertentangan keinginan ibu antara mempertahankan prestasi kerja dan produksi ASI. Dalam Konvensi Organisasi Pekerja Internasional tercantum bahwa cuti melahirkan selama 14 minggu dan penyediaan sarana pendukung ibu menyusui di tempat kerja wajib diadakan. dalam UU no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pasal 28 ayat 1. hak menyusui bagi perempuan diberikan kesempatan untuk menyusui anaknya dalam waktu bekerja dengan tetap mendapatkan upah ini diatur dalam UU no.13 tahun 2003 tentang kettenagakerjaan pasal 83. Dukungan perusahaan bagi keberhasilan program ASI Eksklusif diantaranya dapat diberikan melalui pemberian cuti melahirkan kepada setiap pekerja perempuan. Di Indonesia, setiap perusahaan sejatinya mengikuti ketentuan UU Tenaga Kerja Nomor 13 tahun 2003 dengan memberikan hak cuti selama tiga bulan kepada karyawan yang melahirkan. Di sejumlah negara, pekerja perempuan yang hamil dan menyusui memeroleh keistimewaan dari pemerintah dan perusahaan tempat mereka bekerja. Menyusui merupakan hak setiap ibu, termasuk ibu bekerja. 5.1.3 Keterbatasan sarana dan prasarana Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan promosi di media sosial sangat berpengaruh bagi ibu pekerja dengan iming-iming manfaat susu formula yang hampir sama dengan ASI ibu, maka banyak ibu yang memilih untuk memberikan susu formula pada anak. Promosi adalah berbagai
kegiatan
yang
dilakukan
oleh
produsen
untuk
53
mengkomunikasikan
manfaat
dari
produknya,
membujuk
dan
mengingatkan para konsumen sasaran agar membeli produk tersebut (Kotler, 2005). Menurut Kotler dan Amstrong (2004) Promosi adalah kegiatan yang mengkomunikasikan jasa dan produk dan menganjurkan pelanggan sasaran untuk membelinya. Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berarti suatu aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan (Tjiptono, 2009). Penelitian Siregar (2004) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya disebabkan oleh meningkatnya promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI, sehingga promosi susu formula dapat dikatakan sebagai penyebab menurunnya jumlah bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. Hasil penelitian bahwa jarak menjadi salah satu faktor mengapa ibu tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak karena jarak tempuh yang jauh sehingga ibu tidak bisa untuk pulang dengan waktu istirahat yang sebentar. Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh ibu yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai ibu berada ditempat bekerja.yang bekerja mulai dari awal ibu dirumah sampai artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jarak tempat tinggal ibu yang bekerja dengan pemberian ASI eksklusif. Menurut Maryuni (2009) bahwa lokasi atau tempat bekerja ibu yang jauh dari lingkunagn tempat tinggal
54
sehingga ibu tidak sempat memberikan ASInyaibu berada ditempat bekerja. Jarak rumah dari tempat bekerja mempengaruhi pemberian ASI bagi bayi. Menurut peneliti ibu yang jarak tempuh dari tempat bekerjanya dekat dan sedang, akan berupaya memberikan ASInya pada waktu jam istirahat, sedangkan bagi ibu yang jarak tempat kerjanya yang jauh tidak memungkinkan untuk memberikan ASI. Hal ini disebabkan karena bila jarak tempuh ibu jauh, akan memakan waktu yang lama untuk kembali ketempat kerja, dan hal ini akan membuat ibu merasa tidak mentaati peraturan dan jam kerja yang sudah ditetapkan kepadanya. Hasil dari penelitian juga menunjukan bahwa tidak adanya fasilitas dari tempat kerja menjadikan para ibu kesulitan untuk bisa memerah ASI secara leluasa karena tidak adanya ruang khusus dan lemari pendingin atau fasilitas, failitas sangat dibutuhkan oleh para ibu karena membantu pemberian ASI secara eksklusif karena tempat yang nyaman akan membuat ibu menjadi rilex dengan kondisi ibu yang rilex maka produksi ASI akan meningkat dan ibu dapat memberikan ASI pada anak tanpa kekurangan ASI dan sebaliknya strategi memerah ASI di toilet ternyata menghasilkan masalah baru. Toilet ataupun gudang, bukan ruangan bersih. Akibatnya, ASI yang diperah beresiko terkena virus atau kuman toilet padahal saat memerah susu harus berada pada kondisi yang bersih, steril dari
berbagai
penyakit.
Berdasarkan
Lampiran
Surat
Nomor
872/Menkes/XI/2006 ruang menyusui bukan sembarang ruang yang
55
langsung bisa dibangun. Ada berbagai persyaratan agar ruang khusus menyusui sesuai standar dan representatif. Ruang tersebut harus tertutup, menjamin sanitasi yang higienis, kursi yang nyaman, dan petunjuk cara menyusui yang lengkap serta edukatif. Ruangan menyusui merupakan ruang yang harus ada di setiap rumah sakit, tempat kerja. Dukungan tempat bekerja terhadap ibu menyusui dapat berupa pemberian cuti hamil dengan waktu yang memadai, bagi ibu yang sudah kembali bekerja disediakan fasilitas untuk dapat memompa ASI, kebijakan yang mengatur keringan jam bekerja atau pengaturan kembali waktu kerja bagi ibu menyusui dan dukungan dalam bentuk pendidika atau penyediaan informasi mengenai program pemberian ASI di tempat Kerja. Ibu-ibu yang bekerja jauh atau jarak dari rumah selama menyusui sering mengalami kesulitan (Astuti, 2007). Berdasarkan uji analisis secara statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif. bermaknanya tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif mungkin disebabkan karena adanya tentang dukungan tempat kerja yaitu ada tidaknya fasilitas pojok ASI. 5.2 Untuk mengidentifikasi perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif 5.2.1 Ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif Hasil
penelitian
didapatkan
bahwa
ketidakberdayaan
ibu
didapatkan bahwa perasaan para ibu yang gagal menyusui juga sangat
56
dirasakan para ibu perasaan sedih, kecewa, bersalah, bingung, pasrah, dan perasaan belum mampu menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya, rasa ingin menyusui dengan sepenuhnya ada pada masing-masing ibu tapi karena tanggung jawab terhadap pekerjaan dan minim sarana pada tempat kerja menjadi alasan gagalnya ASI eksklusif mereka. Konsep diri akan memberikan pengaruh terhadap proses berpikir, perasaan, keinginan, nilai maupun tujuan hidup seseorang (Clemes dan Bean, 2001, h.2). Hughes, Galbraith dan White (2011) yang juga mengatakan bahwa konsep diri merupakan deskripsi mengenai diri sendiri yang juga mengandung evaluasi terhadap diri. Hal tersebut berkaitan pula dengan self esteem (harga diri) dari individu. Baron, Byrne dan Branscombe (dikutip dari Sarwono dan Meinarno, 2009) mendefinisikan self esteem merupakan proses evaluasi yang dilakukan terhadap diri sendiri yang menunjukkan seluruh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri. Kemudian, untuk mengetahui konsep diri yang ada di dalam diri individu, individu melakukan proses self awareness (kesadaran diri). Pembentuk konsep diri lainnya adalah adanya peran yang dijalankan oleh individu, individu yang merasa mampu akan mengalami peningkatan rasa percaya diri dan harga diri, sedangkan individu dengan perasaan tidak mampu akan merasa rendah diri sehingga cenderung terjadi penurunan harga diri, perasaan sedih pada ibu hal yang pasti dirasakan karena tidak bisa menyusui anak secara eksklusif, seluruh perasaan bingung, kecewa pun dirasakan karena merasa apa yang diinginkanya belum dapat
57
dicapainya, hanya perasaan bersalah yang muncul saat tidak bisa memenuhi kebutuhannya.
5.3 Mengidentifikasi fasilitas tempat kerja yang mendukung pemberian ASI
eksklusif 5.3.1
Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI Eksklusif Hasil penelitian didapatkan bahwa harapan para ibu untuk fasilitas dan dukungan dari tempat kerja harus ada karena kebutuhan ibu menyusui ditempat kerja sangat penting sehingga mereka mengharapkan adanya ruang khusus untuk memerah ASI sekaligus lemari pendingin untuk menyimpan ASI ibu guna diberikan pada anak. Di Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah diatur mengenai hak apa saja yang dapat diperoleh pekerja perempuan saat hamil dan melahirkan, di antaranya cuti. Dalam meneliti mengenai pekerja perempuan pada suatu perusahaan, peneliti tertarik untuk membahas khususnya mengenai keadaan pekerja perempuan pasca melahirkan seperti waktu cuti dan fasilitas ruang menyusui atau ruang laktasi pada perusahaan. Ruang menyusui ini menjadi sangat penting artinya bagi perempuan pekerja karena fungsi dari ruang menyusui atau laktasi ini adalah memberikan kenyamanan bagi sang ibu bekerja, supaya dapat tetap memberikan ASI ekslusif kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan (Adhitya Kartika P, 2015) menyebutkan bahwa Kebijakan perusahaan dalam melindungi pekerja perempuan pasca
58
melahirkan diantaranya ada dua yaitu pemberian cuti dan penyediaan ruang laktasi yang diperkuat dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan, dan peraturan menteri terkait penyediaan ruang laktasi serta aturan lain yang mengakomodir hak dai ibu dan bayi. Terdapat perusahaan yang menyediakan ruang laktasi bagi pekerja perempuan, ada perusahaan yang mengijinkan pekerja perempuan untuk memerah ASI-nya saat jam kerja namun tidak disediakan ruang laktasi, ada pula yang memperpanjang waktu istirahat pekerja perempuan yang perlu untuk memerah ASI.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah didapatkan mengenai tema-tema yang telah dianalisa. Kesimpulan akan menjelaskan dan menjawab dari tujuan-tujuan khusus dan masalah-masalah yang dirumuskan. Selain itu pada bab ini akan dijelaskan mengenai saran-saran bagi institusi yang bersangkutan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapat dalam penelitian ini maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor – faktor yang mempengaruhi pemberian ASI tidak eksklusif terhadap kebutuhan ASI pada anak yaitu dukungan eksternal, tanggung jawab terhadap keterbatasan sarana prasarana yang kurang mendukung terhadap pemberian ASI. 2. Perasaan ibu saat tidak bisa memberikan ASI secara eksklusif pada anak yaitu ketidakberdayaan ibu dalam memberikan ASI ekslusif meliputi perasaan sedih, kecewa, bersalah, bingung, pasrah, dan perasaan belum mampu menjadi seorang ibu yang baik untuk anaknya. 3. Harapan ibu terhadap fasilitas pemberian ASI ekslusif meliputi penyimpanan ASI, waktu istirahat untuk memerah ASI, ruangan khusus memerah ASI.
59
60
6.2 Saran 1. Bagi masyarakat Masyarakat khususnya para ibu menyusui dapat megusulkan kepada pengambil kebijakan ditempat kerja untuk menyediakan fasilitas ibu menyusui ditempat kerja seperti ruangan khusus, tempat penyimpanan ASI (lemari pendingin), dan waktu istirahat untuk memerah ASI. 2. Bagi peneliti lain Agar peneliti lain bisa mengembangkan penelitian dengan metode kualitatif dengan harapan ibu terhadap fasilitas tempat kerja dilihat dari kemauan pengelola tempat kerja untuk memfasilitsi para ibu menyusui. 3. Bagi perawat Untuk perawat memberikan dukungan pengetahuan dan kemauan untuk para ibu pekerja supaya tetap mempertahankan ASI eksklusif untuk mencapai kesuksesan pemberian ASI untuk anak. 4. Bagi peneliti Untuk peneliti agar bisa memberitahukan pada atasan institusi tempat belajar untuk memberikan fasilitas bagi ibu menyusui ditempat kerja.