PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA DEWAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK PADA PERPUSTAKAAN DPR RI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
Fandini Nurul Fauziah 1110025000037
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/ 1435 H
ABSTRAK
Kebijakan Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat Kebijakan Publik Pada Perpustakaan DPR RI: Skripsi, Fandini Nurul Fauziah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, 103 hal. Penelitian ini membahas tentang pengadaan surat kabar bagi anggota dewan. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengadaan surat kabar bagi anggota DPR RI dan mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Metode penelitian yang digunakan berjenis deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan kajian kepustakaan. Informan dalam penelitian ini adalah staf bidang Perpustakaan DPR RI, dua pustakawan fungsional dan anggota DRP RI perkomisi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perpustakaan DPR RI sudah melalukan pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dan penggunaan surat kabar sudah efektif digunakan oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik. Saran yang diberikan penulis untuk Perpustakaan DPR RI perlu pemikiran untuk berlangganan surat kabar secara online agar lebih praktis dan memfasilitasi klipping surat kabar masing-masing komisi sesuai tema. Kata kunci: pengadaan surat kabar, surat kabar, kebijakan publik
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengadaan Surat Kabar Bagi
Anggota
Dewan
Sebagai
Pembuat
Kebijakan
Publik
pada
Perpustakaan DPR RI” ini dengan baik. Topik skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan pentingnya peran dan fungsi kebijakan pengadaan surat kabar dalam mencapai visi dan misi Perpustakaan DPR RI. Shalawat dan salam ditunjukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan selesainya skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak yang membantu, membimbing dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. Dengan penuh rasa hormat maka penulis ingin menyampakan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Kedua orang tuaku ayah Drs. Abdul Kohar dan mamah Nurlailah yang selalu memberi motivasi, memberi nasehat, mendoakan. Tanpa mereka penulis tidak akan bisa seperti ini. 2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak
Pungki Purnomo M.LIS, selaku ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan dan Bapak Mukmin Suprayogi MSI, selaku sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.
ii
4. Dosen Pembimbing, Ibu Fadhilatul Hamdani M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu memberi arahan dan sabar membimbing penulis. 5. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Ibu Tenny Rosanti, Sos. M,si., ibu Qatriatna Widiasti, S.Hum., ibu Rini Widyastuti dan segenap staf Perpustakaan DPR RI, Setjen DPR RI yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Perpustakaan DPR RI dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Anggota DPR RI periode 2009-2014 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi mengenai penggunaan surat kabar. 8. Kakek H. Kosim Abdul Mukti dan Nenek Hj. Julaeha, ema Icih yang selalu mendoakan penulis dan memberi masukan-masukan untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Keluarga besar paman H. Abdullah Al-Hadad, keluarga besar bibi Hj. Dewi Komariah, yang selalu memotifasi, membiayai dan memberikan tambahan uang jajan sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabatku Novia Yulianingsih, Aaf Iffatunnafsi yang selalu memberi semangat dan membantu mencari referensi.
iii
11. Teman-teman Nita, Nenden, Husnul dan teman-teman sekelas lainnya yang sudah bareng-bareng belajar, menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Perpustakaan. Penulis percaya tidak ada kebaikan yang sia-sia. Semoga Allah SWT. Membalas semua kebaikan kalian semua di dunia maupun di akhirat dan melimpahkan kasih sayangnya, amin. Semoga karya sederhana ini dapat berguna bagi peneliti maupun pembaca pada umumnya.
Jakarta, 17 Juli 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................
v
DAFTAR TABEL .................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................
1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .....................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................
6
D. Metode Penelitian .................................................................
6
E. Sistematika Penulisan ........................................................... 12
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Khusus 1. Pengertian Perpustakaan Khusus ....................................
14
2. Tugas Perpustakaan Khusus ...........................................
16
3. Ciri Perpustakaan Khusus ...............................................
17
4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus .......................
18
5. Koleksi Perpustakaan Khusus .........................................
19
6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus ................................
20
B. Kebijakan 1. Pengertian Kebijakan Pengembangan Koleksi ...............
21
2. Fungsi kebijakan pengembangan koleksi ......................
26
3. Pengertian Kebijakan Publik ...........................................
27
4. Jenis-Jenis Kebijakan Publik ..........................................
29
v
C. Pengadaan Bahan Pustaka 1. Pengertian Pengadaan .....................................................
32
2. Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka ............................
32
3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka ..................................
34
4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka ...................................
34
D. Surat Kabar 1. Tentang Surat Kabar .......................................................
35
2. Pengertian Surat Kabar ...................................................
36
3. Ciri-Ciri Surat Kabar.......................................................
37
4. Sifat Surat Kabar .............................................................
39
5. Fungsi Surat Kabar .........................................................
40
6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar ..........................
43
7. Kategori Surat Kabar ......................................................
44
E. Efektifitas 1. Pengertian Efektif ...........................................................
45
2. Pengertian Efektifitas ......................................................
45
F. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat .............
46
2. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat ..................................
47
3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat ..........................................................
47
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI A. Sejarah Perpustakaan DPR RI ..............................................
50
B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum Perpustakaan DPR RI ...........................................................
51
C. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ...........................
53
D. SDM Perpustakaan DPR RI ..................................................
54
E. Profil Pengguna Perpustakaan DPR RI.................................
56
F. Anggaran Perpustakaan DPR RI ...........................................
56
vi
G. Koleksi Perpustakaan DPR RI ..............................................
57
H. Gedung Perpustakaan DPR RI ..............................................
59
I. Fasilitas Perpustakaan DPR RI .............................................
60
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data ....................................................
62
B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan .....................
65
1. Teknis Pembelian Surat Kabar ........................................
67
2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota Dewan .............................................................................
68
C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Tertulis ......................
70
D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Salah Satu Pembuat Kebijakan Publik ....................
71
1. Proses Membuat Kebijakan Publik .................................
72
2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan Undang-Undang .............................................................
79
E. Kendala yang dihadapi dalam Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan ...........................................................
99
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
100
B. Saran ......................................................................................
101
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 SDM Berdasarkan Jumlah Pendidikan ......................................
54
Tabel 2 SDM Berdasarkan Formasi Jabatan ...........................................
55
Table 3 Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi Perpustakaan DPR RI ................................................................
58
Tabel 4 Hasil Kebijakan dan Undang-Undang .......................................
97
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI ............................
ix
54
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini sangat dinantikan oleh masyarakat dalam menelusur informasi. Para pengelola dan pengguna informasi bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat, salah satu tempat untuk memenuhi kebutuhan informasi adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat informasi dengan sumber ilmu pengetahuan dan didukung dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin maju. Informasi hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan informasi, begitu pula dengan instansi, salah satu bentuk dan pengelolaannya adalah perpustakaan. Perpustakaan merupakan suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara terus menerus oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Banyak dari media massa yang berfungsi dalam penyampain informasi kepada masyarakat, salah satunya adalah surat kabar. Perpustakaan di sebuah instansi merupakan tempat kumpulan ilmu pengetahuan yang disediakan instansi untuk menambah dan meningkatkan keahlian para pegawai instansi tersebut, perpustakaan merupakan elemen yang sangat penting dalam sebuah organisasi dan instansi, karena
1
2
perpustakaan instansi berfungsi sebagai penunjang segala kegiatan yang dilakukan para pegawai untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan maupun keahlian mereka dengan membaca koleksi yang ada di perpustakaan itu sendiri. Keberadaan perpustakaan khusus biasanya menyesuaikan fungsi, dan tugasnya sesuai dengan visi, misi lembaga yang menaunginya. Salah satu perpustakaan khusus yaitu Perpustakaan DPR RI. Perpustakaan DPR RI melakukan kegiatan pengembangan koleksi seperti kegiatan pengadaan, seleksi bahan pustaka, penyiangan dll. Dalam pengembangan koleksi mencakup masalah perumusan kebijakan dalam memilih dan menentukan bahan pustaka mana yang akan diadakan serta metode-metode apa yang akan diterapkan, oleh karena itu untuk mendapatkan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan informasi pengguna atau pun yang sesuai dengan tujuan didirikannya sebuah perpustakaan maka diperlukan suatu kebijakan pengembangan koleksi yang merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan, kebijakan pengembangan koleksi, serta bertujuan untuk dijadikan sebagai pedoman atau panduan perpustakaan dalam melakukan kegiatan pengembangan koleksinya. Dalam kebijakan pengembangan koleksi salah satunya melakukan pengadaan bahan pustaka, salah satu bahan pustaka yang ada di perpustakaan yaitu surat kabar yang merupakan salah satu media cetak penyedia informasi yang berisikan artikel-artikel yang memuat tulisan tentang peristiwa atau berita penting terhangat seputar kehidupan manusia. Topik umum yang sering ditampilkan dalam surat kabar adalah politik, kriminalitas, bisnis, seni, sosial,
3
dan olah raga. Media cetak yang berupa surat kabar mempunyai kelebihan dalam penyampain informasinya kepada masyarakat, yakni harganya yang relatif
murah,
beritanya
menyeluruh,
jangkauannya
luas
mencakup
masyarakat di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan dan mudah dibawa. DPR RI merupakan salah satu lembaga legislatif di Indonesia yang memiliki fungsi penting yaitu menentukan kebijakan (policy) seperti kebijakan publik, maksudnya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah/negara yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam masyarakat, seperti kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahanan keamanan (militer), serta fasilitas-fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik) dan membuat undang-undang. Dalam melakukan tugas dan fungsinya tersebut, DPR membutuhkan tersedianya informasi yang cepat dan akurat.1 Menyadari akan pentingnya kebutuhan informasi tersebut, maka lembaga ini membentuk Perpustakaan DPR RI sebagai sumber informasi dengan demikian pemustaka dapat memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan DPR RI khususnya koleksi surat kabar. Salah satu kegiatan dalam perpustakaan yaitu pengadaan bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka di Perpustakaan DPR RI lebih mengutamakan surat kabar dari pada koleksi lainnya seperti buku, ensiklopedi yang berhubungan dengan instansi tersebut. Surat kabar
1
Wawancara langsung dengan Ibu Teny, Jakarta, 12 Januari 2014
4
senantiasa membantu meningkatkan kesadaran mengenai hak-hak manusia, hak-hak rakyat dan membantu mendorong kemampuan mereka untuk berusaha serta berjuang demi mendapatkan haknya sebagaai rakyat bangsa Indonesia, maka dari itu perpustakaan membutuhkan suatu kebijakan pengadaan surat kabar yamg dibutuhkan oleh anggota dewan sebagai salah satu sumber pembuat kebijakan perlu pembinaan dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah dikoordinasikan berdasarkan tujuan, rencana dan anggaran yang tersedia. Peran pustakawan dalam menentukan kebijakan pengadaan surat kabar terlebih dahulu dengan cara mengenali siapa pemakai yang dilayani serta analisis koleksi dan evaluasi apakah kebijakan yang telah dilakukan telah sesuai dilakukan telah sesuai dengan tujuan. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk mengambil objek Perpustakaan DPR RI. Peneliti mengambil tempat tersebut karena, Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus instansi pemerintah yang sebagian besar koleksinya mengutamakan pada surat kabar . Dari kenyataan yang diperoleh dilapangan, penulis menemukan beberapa fenomena di Perpustakaan DPR RI yaitu seperti koleksi yang ada di Perpustakaan DPR RI lebih banyak membeli surat kabar yang mudah didapatkan dibagikan kepada seluruh anggota dewan setiap harinya dari pada koleksi lainnya seperti: buku, ensiklopedi, buku referensi yang disimpan di Perpustakaan DPR RI, Dari hal-hal tersebut, perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui kebijakan pengadaan surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh
5
perpustakaan dan dibagikan untuk semua anggota dewan sebagai pemenuhan informasi dan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan. Sehingga kebijakan untuk pengadaan surat kabar tersebut dapat digunakan dengan tepat dan berguna bagi pembacanya. Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas maka penulis tertarik mengambil judul skripsi: PENGADAAN SURAT KABAR BAGI ANGGOTA DEWAN SEBAGAI PEMBUAT KEBIJAKAN PUBLIK PADA PERPUSTAKAAN DPR RI.
B.
Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Untuk menghindari penafsiran yang luas terhadap masalah yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan yang jelas dan sesuai dengan topik yang ingin diteliti yaitu sebagai berikut: a. Pengadaan surat kabar bagi anggota DPR. b. Keefektifan pemanfaatan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan.
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi fokus penelitian ke dalam beberapa pertanyaan, sebagai berikut: a. Bagaimana pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dan apa kebijakan yang terkait dengan pengadaan surat kabar tersebut ?
6
b. Efektif atau tidak surat kabar yang diberikan perpustakaan kepada anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yaitu: a. Mengetahui kebijakan perpustakaan DPR RI terhadap pengadaan surat kabar bagi anggota DPR RI. b. Mengetahui efektifitas penggunaan surat kabar oleh anggota dewan sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan
D. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang artinya metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi rasional dan akurat. Yakni penelitian yang betujuan untuk memberikan gambaran atau menjelaskan sesuatu hal apa adanya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif yang artinya prosedur penelitian yang menghasilkan data
7
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan
perilaku yang diamati.2 Metode penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral.3 Penelitian kualitatif digunakan untuk memeperoleh informasi kebijakan pengadaan surat kabar dari beberapa nforman yang dianggap kompeten dalam memberikan infomasi 2. Sumber Data a. Data primer Data primer adalah data yang diambil langsung,tanpa perantara atau langsung dari sumbernya.4 Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu dengan wawancara para pustakawan yang bekerja di bagian pengadaan surat kabar dan kebijakan tertulis perpustakaan mengenai pengadaan surat kabar serta melakukan observasi dengan melakukan penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh datadata yang diperlukan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya.5 Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari dokumen kebijakan pengadaan surat kabar, laporan, karyatulis, literatur, dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah kebijakan pengadaan surat kabar. 2
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.3. J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya (Jakarta: Grasindo, 2001), h.7. 4 Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.86 5 Ibid, h. 87. 3
8
c. Informan Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.6 Informan yang digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian. Penulis memperoleh data yang ingin dibuat dalam bentuk laporan proposal penelitian ini dengan mewawancarai langsung pustawakan di Perpustakaan DPR RI Informan tersebut dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1. Pustakawan dan staf yang memahami tentang koleksi perpustakaan DPR RI khususnya mengenai pengadaan surat kabar 2. Pemustaka (anggota dewan perkomisi) yang setiap hari membaca surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI. Berdasarkan kriteria tersebut, informan yang dipilih penulis yaitu: 1. Pustakawan bagian pengadaan dan staf bagian pembelian surat kabar yang bekerja di Perpustakaan DPR RI. 2. Ketua atau salah satu anggota dewan dari masing-masing komisi yang setiap hari membaca surat kabar yang diberi oleh Perpustakaan DPR RI.
6
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.132.
9
3. Populasi dan Sampel Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang adapada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu penelitian maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. 7 Teknik yang diambil dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yang artinya teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli dalam makanan.8 Dalam penelitian ini akan melakukan penelitian tentang efektifitas penggunaan surat kabar bagi anggota dewan, maka sampel sumbernya adalah ketua perkomisi DPR RI sebagai orang yang membaca surat kabar yang diberikan Perpustakaan DPR RI. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan diperoleh observasi, 7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 80-81. 8 Ibid. 85
10
dan wawancara. Untuk data sekunder diperoleh dari penelusuran data dan informasi dari dokumen atau catatan yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Alat bantu teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu.9
Melakukan
wawancara secara mendalam berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya dari responden atau informan, agar informasi yang detail diperoleh, peneliti hendaknya mengetahui, menguasai sebelumnya tentang topik penelitiannya.10 Wawancara juga metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan responden yang kadang kala disebut key informan. Peneliti memperoleh
informasi
secara
mendalam
mengenai
kebijakan
pengadaansurat kabar bagi anggota dewan untuk pemenuhan informasi sebagai pembuat kebijakan dan elemen yang lain yang terlibat dalam permasalahan di atas. b. Observasi
9
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 135. Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif:Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian (Malang: UMM, 2005), h. 72 10
11
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu pada pengamatan lansung terhadap objek penelitian.11 Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas-aktifitas yang tengah berlangsung.Kemudian hasil observasi tersebut dicatat menjadi suatu catatan observasi yang berisi deskripsi hal-hal yang diamati secara lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu. c. Kajian Kepustakaan Kajian kepustakaan merupakan penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan dan sebagainya) dan menganalisa dokumen kebijakan. 5. Teknik Analisa Data Menganalisis data berarti menguraikan data atau menjelaskan data. Sehingga berdasarkan data itu dapat ditarik pengertian-pengertian dan kesimpulan. Tujuannya yaitu menyimpulkan pesan dari data tersebut menjadi sebuah informasi yang dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan. Data akan dianalisis melalui tiga tahapan yaitu: a. Reduksi Data Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau
11
h.63.
Prasetya Irawan, logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN Press, 1999),
12
memilah-milah dan memfokuskan pada hal penting. Dengan demikian data yang dapat memberikan gambaran yang jelas. b. Penyajian Data Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks bersifat naratif. c. Penarikan Kesimpulan Data-data yang terangkum dan dijabarkan dalam bentuk naratif penulis buatkan kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
E. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan penelitian ini terbagi kedalam 5 (lima) bab yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, di kemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan pemanfaatan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini, penulis memberikan pengertian pengertian perpustakaan khusus, fungsi tujuan perpustakaan khusus, ciri-ciri perpustakaan khusus, koleksi perpustakaan khusus, jenis koleksi perpustakaan khusus, kebijakan, pengadaan bahan pustaka, pengertian surat kabar, jenis surat kabar, kekuatan
13
surat kabar, kelemahan surat kabar, karakteristik surat kabar penggunaan surat kabar, pengertian efektif dan pengertian anggota dewan.
BAB III GAMBARAN UMUM Pada bab ini, berisi tentang sejarah singkat berdirinya perpustakaan DPR RI, VISI, MISI, tugasdan dasar hukum perpustakaan DPR RI, struktur organisasi, SDM Perpustakaan DPR RI, anggaran, serta koleksi perpustakaan DPR RI.
BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini, peneliti membahas dan menganalisa hasil penelitian tentang kebijakan pengadaan surat kabar bagi anggota di Perpustakaan DPR RI.
BAB V PENUTUP Pada bab ini, mengemukakan kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan memberikan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus 1. Pengertian Perpustakaan Khusus Menurut
Undang-Undang
No.
43
Tahun
2007
tentang
perpustakaan, perpustakaan yaitu institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga
pemerintah,
lembaga
masyarakat,
lembaga
pendidikan
keagamaan, rumah ibadah atau organisasi lain.12 Perpustakaan khusus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah sebuah institusi atau unit kerja pengelola karya tulis, karya cetak, dan karya rekam yang dikelola secara profesional berdasarkan sistem yang baku untuk mendukung kelancaran atau keberhasilan pencapaian visi, misi dan tujuan instansi induk yang menaunginya.13 Perpustakaan khusus sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga khusus diluar lembaga perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi. Lembaga yang
12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009). 13
14
15
dimaksud berupa lembaga industri, lembaga perkantoran, lembagalembaga penelitian dan lain sebagainya, tujuan penyelenggaraannya bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya diperuntukan bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan.14 Perpustakaan khusus berada di bawah suatu biro, di bawah suatu bagian atau bahkan di bawah bidang pemasaran. Karena itu sebuah perpustakaan khusus dapat bersifat nasional dengan dipimpin oleh pejabat eselon dua, atau dapat pula dipimpin oleh eselon lima, karena letak dan struktur perpustakaan di dalam suatu organisasi dapat bervariasi.15 Perpustakaan khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah departemen, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa, militer, industri, meupun perusahaan swasta.16 Dalam kamus besar ilmu pengetahuan disebutkan bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu bidang khusus dan bidang-bidang lain yang berhubungan.17 Perpustakaan khusus dapat dikatakan merupakan kebalikan dari perpustakaan umum. Perpustakaan tersebut memiliki kekhususankekhususan tertentu yang berbeda dengan perpustakaan lainnya.18
14
Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 1.5. 15 Karmidi Kartoatmojo, Manajemen Perpustakaan Khusus, h. 2.3 16 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 49. 17 M. Dagun Save,“Perpustakaan Khusus”, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebuayaan Nusantara, 1997, Cet.1), h.840. 18 Sutarno N.S, Mengenal Perpustakaan (Jakarta: Jala Permata, 2006, cet 1), h. 20.
16
Perpustakaan sering disebut juga perpustakaan kedinasan, karena keberadaanya pada lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga swasta. Perpustakaan tersebut diadakan sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang berkaitan, baik langsung maupun tidak dengan lembaga induknya dengan adanya perpustakaan tersebut maka kebutuhan informasi dan bahan rujukan dapat dengan mudah diperoleh.19 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh lembaga (pemerintah atau swasta) atau perpustakaan, asosiasi yang menangani dan mempunyai misi pada bidang tertentu dengan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakai dilingkungannya baik dalam hal pengolahan maupun pelayanan informasi.
2. Tugas Perpustakaan Khusus Tugas perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah: a) Menunjang terselenggaranya pelaksanaan tugas lembaga induknya dalam bentuk penyediaan materi perpustakaan dan akses informasi b) Mengumpulkan terbitan dari dan tentang lembaga induknya c) Memberikan jasa perpustakaan dan informasi d) Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi untuK menunjang tugas perpustakaan 19
50.
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Anggota IKAPI, cet.1, 2006), h.
17
e) Meningkatkan literasi informasi.20
3. Ciri Perpustakaan Khusus Adapun ciri utama sebuah perpustakaan khusus ialah: a.
Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja. Misalnya perpustakaan yang membatasi pada satu subjek (contoh pertanian kering), subjek yang luas (biologi dan pertanian), maupun berorientasi ke misi (misalnya pengangkutan).
b.
Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat perpustakaan yang tersebut.
c.
Peran utama perpustakaan ialah melakukan penelitian kepustakaan untuk anggota. Dalam melakukan penelitian untuk anggota, sering dipersoalkan seberapa jauh pustakawan harus melakukan penelitian. Ada yang berpendapat pustakawan hanya melakukan penelusuran literatur, ada pula yang berpendapat pustakawan terbatas pada pemberian petunjuk umum mengenai penggunaan saran bibliografi artinya sarana grafis maupun elektronik untuk menelusur permintaan anggota perpustakaan.
d.
Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam arti sempit) melainkan pada majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau index karena
20
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009).
18
jenis tersebut umumnya informasinya lebih mutakhir dibandingkan buku. e.
Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan. Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa yang sangat berorientasi ke pemakainya dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain. Jasa yang diselenggarakan misalnya pemencaran inormasi terpilih atau pengiriman fotokopi artikel sesuai dengan minat pemakai. 21
4. Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Khusus Perpustakaan khusus berfungsi sebagai tempat penelitian, pengembangan, pusat kajian, serta penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia.22 Fungsi perpustakaan khusus instansi pemerintah adalah: a) Mengembangkan koleksi yang menunjang kinerja lembaga induknya b) Menyimpan semua terbitan dari dan tentang lembaga induknya c) Menjadi focal point untuk informasi terbitan lembaga induknya d) Menjadi pusat referal dalam bidang yang sesuai dengan lembaga induknya e) Mengorganisasi materi perpustakaan f) Mendayagunakan koleksi
21 22
h. 39.
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 49. Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
19
g) Menerbitkan literatur sekunder dan tersier dalam bidang lembaga induknya, baik cetak maupun elektronik h) Menyelenggarakan pendidikan pengguna i) Menyelenggarakan kegiatan literasi informasi untuk pengembangan kompetensi SDM lembaga induknya j) Melestarikan materi perpustakaan, baik preventif maupun kuratif k) Ikut serta dalam kerjasama perpustakaan serta jaringan informasi l) Menyelenggarakan otomasi perpustakaan m) Melaksanakan digitalisasi materi perpustakaan n) Menyajikan layanan koleksi digital. o) Menyediakan akses informasi pada tingkat lokal, nasional, regional dan global.23
5. Koleksi Perpustakaan Khusus Koleksi diartikan sebagai kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan.24 Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi mutakhir dalam subyek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut atau untuk mendukung kegiatan badan induknya. Koleksi perpustakaan khusus adalah tidak dilihat pada banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan pada kualitas koleksinya, agar
23
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009). 24 Yuyu Yulia, Pengadaan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h.3.
20
dapat mendukung jasa penyebaran informasi mutakhir serta penelusuran informasi.25 Menurut buku petunjuk yang dikeluarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai perpustakaan khusus instansi pemerintah, perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi dasar yang menjadi pehatian untuk lebih dikembangkan dibanding dengan koleksi yang lainnya. Koleksi dasar tersebut adalah: a. Perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang ke khususannya. b. Sekurang-kurangnya 80% koleksinya teridri dari subjek atau disiplin
ilmu
tertentu
sesuaidengan
kebutuhan
instansi
induknya. c. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan tentang instansi induknya. d. Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan dengan kekhususan instansi induknya.26
6. Jenis Koleksi Perpustakaan Khusus Jenis kleksi perpustakaan khusus menurut wujud fisik dibedakan sebagai berikut: a)
25
Buku teks biasa
Surachman Arif, “Pengelolaan Perpustakaan Khusus,” diakses pada hari Minggu, 8 November 2013 dari http://arifs.staf.ugm.ac.id. 26 Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).
21
b) Buku rujukan atai referensi (seperti hand book, ensiklopedi, direktori, kamus, peta dan statistik) c) Literatur sekunder (seperti bibliografi khusus, indeks dan abstrak) d) Bukan buku (majalah, surat kabar, mikrofilm/fiche, audio visual dan CD-ROM e) Dokumen lain seperti standar paten, pamflet, brosur, kliping dll.27 Jenis koleksi perpustakaan khusus instansi pemerintah sekurangkurangnya meliputi : a) Buku yang terkait di bidangnya; b) Serial c) Koleksi referensi d) Laporan.
28
B. Kebijakan Dalam hal ini perpustakaan memiliki dua pengertian kebijakan yaitu: kebijakan pengembangan koleksi dan kebijakan publik. 1. Pengertian Kebijakan pengembangan koleksi a. Kebijakan Kebijakan biasanya berasal dari sebuah keputusan awal dan menjadi pernyataan atau pengertian umum yang menjadi saluran berfikir dalam bertindak, terutama dalam kegiatan sehari-hari,
27
Karmidi Martoatmojo, Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus h. 17-18 Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009). 28
22
dengan
maksud
untuk
menciptakan
keseragaman
dalam
mengelola sebuah organisasi. Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik, tapi pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan apa yang dilakukan dan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah disepakati.29 Kebijakan ini biasanya berfungsi untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil masih sesuai dengan filosofi dan tujuan organisasi, kebijakan dalam sebuah organisasi dapat digunakan untuk: a) Menangani masalah yang ada dalam organisasi b) Sebagai panduan setiap orang dalam pembuatan keputusan c) Memastikan konsistensi dalam pencapaian tujuan organisasi d) Menjadi panduan dalam menangani masalah-masalah yang aktual e) Menjemaskan nilai-nilai dan tujuan organisasi f) Membuat komitmen dengan tujuan organisasi g) Memenuhi hak-hak staf.30 Dengan demikian dapat dinyatakan kebijakan adalah suatu ketepatan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan caracara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan kata lain kebijakan sebuah
29
Robert D Stueart, Library and Information Center Management (Corolado: Libraries Unlimited, 2002), h. 79. 30 Jo Bryson, Effective Library And Information Centre Management (Burlington, Gower Publishing Company. 1990), h. 57.
23
perpustakaan seharusnya dituangkan dalam bentuk yang jelas sehingga fungsi perpustakaan akan berjalan dengan baik dan dapat diukur sehingga proses pengembangan kedepan dapat dilakukan. b. Pengembangan Koleksi Pengertian pengembangan koleksi lebih ditekankan pada pemilihan buku. Pemilihan buku artinya memilih buku untuk perpustakaan. Pemilihan buku berarti juga proses menolak buku tertentu
untuk
perpustakaan.
Selanjutnya
pengertian
pengembangan koleksi mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan bidang kepustakawanan. Pengembangan koleksi, seleksi dan pengadaan menjadi istilah-istilah yang saling melengkapi. Tujuan pengembangan koleksi yaitu membangun koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai dan didayagunakan secara optimal. Pengembangan koleksi adalah suatu proses yang dapat mempertemukan perpustakaan dengan kebutuhan informasi seluruh masyarakat pemakainnya dengan menggunakan sumber-sumber baik yang berada di dalam maupun di luar unit informasi tersebut.31 Pengertian pengembangan koleksi menurut Leonard Montague dalam buku Harrod’s Librarian’s Glossary adalah:
31
Edward G. Evans, Developing Library and Information center collection (London: 2005, Libraries Unlimited), h. 49.
24
“Proses perencanaan program akuisisi untuk memenuhi kebutuhan mendesak, tetapi untuk membangun koleksi yang koheren dan dapat diandalkan selama beberapa tahun, untuk memenuhi tujuan dari layanan perpustakaan. Istilah menuntut kedalaman dan kualitas saham, dan termasuk aktivitas yang terkait terhadap eksploitasi publisitas koleksi, pelatihan staf, dll.”32 Koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan jelas merupakan salah satu faktor yang perlu menjadi perhatian utama dalam menunjang
eksistensi
perpustakaan. Koleksi
adalah sejumlah
dokumen yang bisaberupa buku, laporan, arsip dan lain-lain yang dikumpulkan dalam suatu ruangan baik yang secara fisik terlihat ataupun dalam suatu lokasi virtual oleh satu ataun lebih orang atau yang dikumpulkan oleh sebuah entitas organisasi dan diatur dengan menggunakan aturan sistematis untuk memudahkan temu kembali. 33 Pengembangan koleksi dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan koleksi yang diba dikatakan berhasil bila dala proses tersebut bisa menyediakan suatu informasi, dalam format yang tepat, kepada tangan orang yang tepat, dan di waktu yang tepat pula saat orang tersebut benar-benar membutuhkannya.34 Dengan membaca definisi yang diberikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pengembangan koleksi adalah suatu ketentuan atau ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara pengembangan koleksi perpustakaan yang telah 32
Leonard Montague, Harrod’s Librarians Glossary (England: 1995, Gower Publishing Company Limited), h. 146. 33 Joan M Reitz, Dictionary For Library And Information Science (London: libraries unlimited, 2004) h. 156. 34 Wayne Disher, Crash Course In Collection Development (London: libraries unlimited, 2007), h. 98.
25
disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab atas upaya penambahan dan perluasan koleksi
disuatu perpustakaan yang di
dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka. Kebijakan pengembangan koleksi ini juga akan menjadi sebuah kerangka kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai acuan kerja oleh sfat perpustakaan dan menilai pelayanan kepada pengguna perpustakaan. c. Kebijakan Pengembangan Koleksi Menurut ALA Glossary of Library and Information Science tahun 1983 Kebijakan pengembangan koleksi yaitu: “Sejumlah kegiatan yang berkaitan dengan penentuan dan koordinasi kebijakan seleksi, menilai kebutuhan pemakai, studi pemakaian koleksi, evaluasi koleksi, identifikasi kebutuhan koleksi, seleksi bahan pustaka, perencanaan kerjasama sumberdaya koleksi, pemeliharaan koleksi dan penyiangan koleksi perpustakaan.”35 Menurut Joan M. Reitz dalam
Dictionary For Library And
Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu; “Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang yang dicakup, derajat, spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dll) dan kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Kebijakan pengembangan koleksi dapat sangat membantu dalam menjawab tantangan dari kelompok penekan.”36
35
Pengadaaan Bahan Pustakan Pada Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah, Artikel diakses pada hari Jum’at 28 Februari 2014 dari http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30017/3/Chapter%20II.pdf 36 Joan M Reitz, Dictionary for Library and Information Science (London: 2004, Libraries Unlimited), h. 157.
26
Menurut G. Edward Evans dalam buku Developing Library and Information Center Collection kebijakan pengembangan koleksi yaitu; “Rencana induk perpustakaan untuk membangun dan memelihara koleksinya. Seperti semua rencana barang, kebijakan pengembangan koleksi harus mencerminkan dan berhubungan dengan rencana lain perpustakaan, terutama yang jangka panjang dan strategis dalam karakter. itu juga harus up to date dalam hal misi keseluruhan perpustakaan dan tujuan.”37 Kebijakan pengembangan koleksi yang tertulis harus menjadi dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia akan mengetahui untuk siapa utamanya koleksi ditujukan, siapa yang benarbenar bertanggung jawab dalam melakukan seleski bagaimana seleksi dilakukan, prioritas yang ada untuk koleksi, bahan pustaka yang tidak akan dimasukan ke dalam koleksi, dan bagaimana koleksi dirawat, digunakan dan dievaluasi.38
2.
Fungsi Kebijakan Pengembangan koleksi Fungsi kebijakan pengembangan koleksi tertulis: 1). Pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih teraraH 2). Sarana komunikasi untuk memberitahu para pemakai, administrator, dewan pembina dan pihak lain, apa cakupan dan ciri-ciri koleksi yang telah ada dan rencana untuk pengembangan selnjutnya. 3). Sarana perencanaan untuk membantu dalam proses alokasi dana 37 38
G. Edward Evans, Developing Library and Information center collection, h. 49. Wayne disher, Crash Course In Collection Development, h. 87.
27
4). Membantu menetapkan metode penilaian bahan 5). Membantu memilih metode pengadaan 6). Membantu menghadapi masalah sensor 7). Membantu perencaan kerjasama 8). Membantu identifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).39
3.
Pengertian Kebijakan Publik Pengertian kebijakan publik menurut beberapa ahli yaitu: 1)
Thomas R. Dye
Thomas R. Dye mendefinisikan kebijakan publik sebagai berikut: "Publik Policy is whatever the government choose to do or not to do". (Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu). Menurut Dye juga kebijakan publik sebagai suatu upaya untuk mengetahui apa sesungguhnya yang dilakukan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukannya, dan apa yang menyebabkan mereka melakukannya secara berbeda-beda. Dia juga mengatakan bahwa apabila pemerintah memilih untuk melakukan suatu tindakan, maka tindakan tersebut harus memiliki tujuan., karena kebijakan publik merupakan "tindakan" pemerintah. Apabila pemerintah memilih untuk tidak melakukan sesuatu, inipun merupakan kebijakan publik, yang tentunya ada tujuannya. Hal ini disebabkan karena sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah akan mempunyai pengaruh yang sama besar dengan sesuatu yang dilakukan oleh pemerintah”. Sebagai contoh: becak dilarang beroperasi di wilayah DKI Jakarta, bertujuan untuk kelancaran lalu-lintas, karena becak dianggap mengganggu kelancaran lalu-lintas, di samping dianggap kurang manusiawi. Akan tetapi, dengan dihapuskannya becak, kemudian muncul "ojek sepeda motor". Meskipun "ojek sepeda motor" ini bukan termasuk kendaraan angkutan umum, tetapi Pemerintah DKI Jakarta tidak meiakukan tindakan untuk 39
Encang Saepudin, “Kebijakan Seleksi Guna Mendukung Kegiatan Pengembangan Koleksi,” informasi diakses pada 13 Desember 2013 dari http://encangsaepudin.wordpress. com/2009/04/24/kebijakan-seleksi-guna-mendukung-kegiatan-pengembangan-koleksi/
28
melarangnya. Tidakadanya tindakan untuk melarang "ojek" ini, dapat dikatakan kebijakan publik, yang dapat dikategorikan sebagai "tidak meiakukan sesuatu". 2)
James E. Anderson Anderson mengatakan:
"Publik Policies are those policies developed by governmental bodies and officials". (Kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah). Dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah: a) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan. b) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah c) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan d) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu. e) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa”. 3)
David Easton David Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai
berikut: "Publik policy is the authoritative allocation of values for the whole society". (Kebijakan publik adalah pengalokasian nilainilai secara syah kepada seluruh anggota masyarakat). Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang dapat melakukan sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut merupakan bentuk dari sesuatu yang dipilih oleh pemerintah yang merupakan bentuk dari pengalokasian nilai-nilai kepada masyarakat”.40
40
William N Dunn, Analisis Kebijakan. Penerjemah Samodra Wibawa dkk. (Jakarta: Kanisius, 1999), h.76.
29
Dengan beberapa pengertian kebijakan publik oleh para ahli di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa “kebijakan publik itu adalah serangkaian tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi publik yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan orang banyak atau publik yang ditetapkan berdasarkan nilai-nilai yang berlaku serta batasanbatasan tertentu sebagai indikator pencapaian tujuan yang telah dispakati sebelumnya”. Jadi pada hakikatnya kebijakan itu dibuat untuk menyelesaikan masalah-masalah publik, namun pada prakteknya tidak sedikit kebijakan itu dapat menimbulkan masalah baru karena dampak yang ditimbulkannya tidak sesuai dengan apa yang menjadi tujuan ketika kebijakana itu dibuat. hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor yang berkaitan dengan para pembuat kebijakan maupun faktor yang berhubungan dengan sasaran kebijakan atau bahkan lingkungan kebijakan itu sendiri.
4.
Jenis-Jenis Kebijakan Publik. Jenis kebijakan publik ada 4 yaitu: 1)
Substantive and Procedural Policies. Substantive Policy yaitu suatu kebijakan dilihatdari substansi masalah
yang dihadapi oleh pemerintah.
pendidikan, kebijakan ekonomi, dan Iain-lain.
Contoh: kebijakan
30
Procedural Policy yaitu suatu kebijakan dilihat dari pihakpihak yang terlibatdalam perumusannya (Policy Stakeholders). Contoh: dalam pembuatan suatu kebijakan publik, meskipun ada Instansi/Organisasi Pemerintah yang secara fungsional berwenang membuatnya, misalnya Undang-undang tentang Pendidikan, yang berwenang membuat adalah Departemen Pendidikan Nasional, tetapi dalam pelaksanaan pembuatannya, banyak instansi atau organisasi lain yang terlibat, baik instansi/organisasi pemerintah maupun organisasi bukan pemerintah, yaitu antara lain DPR, Departemen Kehakiman, Departemen Tenaga Kerja, Persatuan Guru Indonesia (PGRI), dan Presiden yang mengesyahkan Undang-undang tersebut. Instansi-instansi/ organisasi-organisasi yang terlibat tersebut disebut policy stakeholders. 2). Distributive, Redistributive, and Regulatory Policies. Distributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang
pemberian
pelayanan/keuntungan
kepada
individu-
individu, kelompok-kelompok, atau perusahaan-perusahaan. Contoh: kebijakan tentang "Tax Holiday" Redistributive Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, pemilikan, atau hak-hak. Contoh: kebijakan tentang pembebasan tanah untuk kepentingan umum.
31
Regulatory Policy yaitu suatu kebijakan yang memgatur tentang pembatasan/ pelarangan terhadap perbuatan/tindakan. Contoh: kebijakan tentang larangan memiliki dan menggunakan senjata api. 3). Material Policy. Material Policy suatu kebijakan yang mengatur tentang pengalokasian/penyediaan sumber-sumber material yang nyata bagi
penerimanya. Contoh:
kebijakan
pembuatan
rumah
sederhana. 4). Publik Goods and Private Goods Policies. Publik Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang atau pelayanan-pelayanan oleh pemerintah, untuk kepentingan orang banyak Contoh: kebijakan tentang perlindungan keamanan, penyediaan jalan umum. Private Goods Policy yaitu suatu kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang-barang/pelayanan oleh pihak swasta, untuk kepentingan individu-individu (perorangan) di pasar bebas, dengan imbalan biaya tertentu.Contoh: kebijakan pengadaan barang-barang/pelayanan untuk keperluan perorangan, misalnya tempat hiburan, hotel, dan Iain-lain.41
41
Ibid, 79.
32
C. Pengadaan Bahan Pustaka 1. Pengertian Pengadaan Pengadaan atau yang disebut acquisitions adalah kegiatan yang terkait dalam memilih, memesan dan menerima bahan-bahan pustaka untuk perpustakaan. Kegiatan ini termasuk penganggaran dan penerbit. Tujuan dari staf akuisisi adalah untuk memperoleh materi dengan cepat dan ekonomis mungkin menjadi minat pengguna potensial, dan untuk memberikan informasi tentang keadaan semua permintaan.42 2.
Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi. Koleksi yang diadakan oleh suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan,
lengkap,
dan
terbitan
mutakhir
agar
tidak
mengecewakan masyarakat yang dilayani. Koleksi perpustakaan berasal dari berbagai macam sumber seperti hadiah, pembelian, tukar menukar, titipan dan pembelian.43 Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dan kebijakan pengembangan koleksi sebuah perpustakaan. Semua kebijakan
pengembangan
koleksi
akhirnya
bermuara
dan
pengadaan bahan pustaka. Dalam kegiatan pengadaan bahan
42
John Feather, International Encyclopedia of information and library Science (Newyork: Roudledge, 2003), h. 6 43 Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius, 1992),
33
pustaka, perpustakaan terikat dan sekaligus dipandu oleh ramburambu yang tertuang dalam kebijakan pengembangan koleksi. Koleksi yang mana yang menjadi prioritas utama pengadaan sudah ditentukan dalam kebijakan pengembangan koleksi. Dengan demikian arah pengembangan koleksi sudah jelas. Hal ini penting untuk dilaksankan dengan tujuan untuk menghindari buku atau jenis lainnya yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi pengguna jasa perpustakaan masuk kedalam jajaran koleksi.44 Hal yang terpenting untuk mewujudkan peran perpustakaan yang perlu diperhatikan adalah koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut. Karena koleksi harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Sedangkan adanya koleksi harus lewat proses pengadaan bahan pustaka yang ada diperpustakaan. Setiap bahan pustaka yang akan diadakan oleh perpustakaan biasanya dilakukan seleksi terlebih dahulu, penyeleksian merupakan faktor yang penting, maka diperlukan suatu kemampuan dan keahlian serta pengalaman agar suatu perpustakaan selalu berupaya untuk menyajikan informasi yang dapat memuaskan penggunanya.45 Dari pengertian pengadaan bahan pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah rangkaian kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan pustaka yang akan dimiliki oleh perpustakaan. 44
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001), h. 57. 45 Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, h.59.
34
3. Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka Tujuan perpustakaan khusus menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah untuk memenuhi kebutuhan materi perpustakaan atauinformasi di lingkungannya dalam rangka mendukung pencapaian misi instansi induknya.46 Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran yang tersedia. Dengan adanya pengadaan bahan pustaka maka koleksi perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat tercapai.
4. Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan.
Bagian
pengadaan
bahan
pustaka
juga
mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada dalam koleksi. Bagian pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari kerja pelayanan teknis 46
Standar Nasional Indonesia, Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah (Jakarta: Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009, 2009).
35
yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu, perlu disadari oleh petugas, anggota staf, dan pengguna secara umum menjaga koleksi perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama.47
D. Surat Kabar 1. Tentang Surat Kabar Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya. Kebanyakan surat kabar mengandalkan hidupnya dari iklan, bahkan kenaikan harga kertas Surat kabar sebagai bahan baku utama surat kabar sering kali tidak mengakibatkan kenaikan harga jual surat kabar per eksemplar secara profesional. Kehadiran iklan dalam media cetak dengan kata lain telah mampu mensubsidi harga eceran surat kabar. Berdasarkan pengalaman selama tahun 1970-1985 diketahui ternyata lebih banyak surat kabar dan majalah gulung tikar karena tidak mendapatkan iklan, sekalipun di Indonesia budaya membaca belum terlalu memasyarakat. Surat kabar merupakan media utama
47
Surachman Arif “Pengelolaan Perpustakaan Khusus” diakses pada hari Minggu, 8 Maret dari ,http://arifs.staf.ugm.ac.id.
36
yang banyak digunakan dalam periklanan di Indonesia, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti : 1.
Jangkauan distribusi surat kabar tidak dibatasi.
2.
Jangkauan media lainnya, radio dan televisi dibatasi.
3.
Harga satuan surat kabar murah dan dapat dibeli eceran.48
2. Pengertian Surat Kabar Surat kabar adalah Sebutan bagi penerbitan pers yang masuk dalam media massa tercetak berupa lembaran berisi tentang beritaberita, karangan-karangan dan iklan serta diterbitkan secara berkala, bisa harian, mingguan, bulanan serta diedarkan secara umum, isinya pun harus aktual, juga harus bersifat universal, maksudnya pemberitaannya harus bersangkut-paut dengan manusia dari berbagai golongan dan kalangan. Surat kabar juga dikemukakan oleh George Fox Mott yaitu : 1. ”Suatu lembaga masyarakat yang punya fasilitas dan target masing-masing. 2. Suatu pelayanan masyarakat atau melayani masyarakat untuk kepentingan-kepentingan informasi. 3. Pemimpin yang bertujuan untuk memimpin pada masyarakat yang menyangkut nilai-nilai moral, etika dan lain-lain. 4. Penghubung antara masyarakat dalam menyampaikan informasiinformasi. 5. Penjual pengetahuan menyerap berbagai informasi dan pengetahuan lalu menyebarkannya kepada masyarakat.”49
48
Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia ( Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1992), h. 5. 49 Junaedi Kurniawan, Ensiklopedi Pers Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1991) h. 132
37
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya serta penekanan isinya.Selain pendapat di atas pengertian surat kabar juga yaitu lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenal apa saja di seluruh dunia yang mengandung nilai-nilai untuk diketahui khalayak pembaca.50
3. Ciri-ciri Surat Kabar Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai surat kabar sebagai salah satu jenis media cetak, maka kita pun harus mengetahui ciri-ciri dari surat kabar itu sendiri, yaitu : a. Pubilisitas Pengertian pubilitas ialah bahwa surat kabar diperuntukan oleh umum karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lainlain menyangkut kepentingan umum. b. Universalitas Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. 50
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984), h. 221.
38
c. Perioditas (Kontinuitas) Perioditas (Kontinuitas) adalah keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu. d. Aktualitas Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan dari bahasa Belanda actualiteit. Bagi surat kabar aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut
persaingan
berhubungan
dengan
dengan nama
surat
baik
kabar
surat
lain
kabar
dan yang
bersangkutan.51 e. Terdokumentasikan Dari berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel, dapat dipastikan ada beberapa diantaranya yang oleh pihak-pihak tertentu dianggap penting untuk diarsipkan atau di buat klipping. Misalnya karena berita tersebut berkaitan dengan instansinya, atau artikel itu bermanfaat untuk menambah pengetahuannya. Klipping berita oleh sebuah instansi biasanya dilakukan oleh staf public relations untuk dipelajari dalam rangka menentukan kebijakan
51
ibid. 154
39
selanjutnya, karena berita tersebut dianggap sebagai masukan dari masyarakat (publik eksternal).52
4. Sifar Surat Kabar Dibandingkan
dengan
media
elektronik
yang
menyiarkan
pemberitaan seperti radio dan televisi, ditinjau dari ilmu komunikasi sifat surat kabar, yakni: 1.
Terekam Artinya berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun dalam alinea, kalimat, dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang di cetak pada kertas. Dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat dan dapat diulangkaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai sebagai bukti untuk keperluan tertentu.
2.
Menimbulkan perangkat mental secara aktif Karena berita surat kabar yang dikomunikasikan kepada khalayak menggunakan bahasa dengan huruf yang tercetak ”mati” di ataskerta, maka untuk dapat mengerti makanya pembaca harus menggunakan perangkat mentalnya secara aktif.
3.
52
Pesan menyangkut kebutuhan komunikan
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007), h. 113.
40
Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan kepada komunikan menyangkut teknik transmisinya agar mengenai sasarannya dan mencapai tujuannya. 4.
Efek sesuai dengan tujuan Efek yang diharapkan dari pembaca surat kabar bergantung pada tujuan si wartawan sebagai komunikator.53
5. Fungsi Surat Kabar Pada jaman modern sekarang ini, surat kabar tidak hanya mengelola berita, tetapi juga aspek-aspek lain untuk isi surat kabar. Karena itu fungsi surat kabar sekarang meliputi berbagai aspek, yaitu : a. Menyiarkan informasi Menyiarkan informasi adalah fungsi surat kabar yang pertama dan utama khalayak pembaca berlangganan atau membeli surat kabar karena memerlukan informasi mengenai berbagai hal mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya. b. Mendidik Sebagai sarana pendidikan massa (Mass Education), surat kabar memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak pembaca bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini
53
ibid 155.
41
bisa secara implicit dalam bentuk berita, bisa juga secara eksplisit dalam bentuk artikel atau tajuk rencana. Kadang-kadang cerita bersambung atau berita bergambar juga mengandung aspek pendidikan. c. Menghibur Hal-hal yang bersifat hiburan sering dimuat surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (Hard News) dan artikel yang berbobot. Isi surat kabar yang bersifat hiburan bisa berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, karikatur, tidak jarang juga berita mengandung minat insani (Human Interest) dan kadang-kadang tajuk rencana. d. Mempengaruhi Mempengaruhi adalah fungsinya yang keempat yakni fungsi mempengaruhi yang menyebabkan surat kabar memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi dari surat kabar secara implicit terdapat pada berita, sedang secara eksplisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel. Fungsi mempengaruhi khusus untuk bidang perniagaan pada iklan-iklan yang dipesan oleh perusahaan-perusahaan”.54 Fungsi yang paling menonjol pada surat kabar adalah informasi. Hal ini sesuai dengan tujuan utama khalayak membaca surat kabar, yaitu keingin tahuan akan setiap peristiwa yang terjadi
54
ibid 149.
42
di sekitarnya. Karenanya, sebagian besar rubriksurat kabar terdiri dari berbagai jenis berita namun demikian fungsi hiburan surat kabar pun tidak terabaikan karena tersedianya rubrik artikel ringan. Feature (laporan perjalanan, laporan tentang profil seseorang yang unik), rubrik cerita bergambar atau komik, serta cerita bersambung. Begitu pula dengan fungsinya mendidik dan mempengaruhi akan ditemukan pada artikel ilmiah, tajuk rencana atau editorial dan rubrik opini. Fungsi pers, khususnya surat kabar pada perkembangannya bertambah, yakni sebagai alat kontrol sosial yang konstruktif.55 Selain hal tersebut di atas surat kabar sebagai media massa mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Yakob Oetomo yaitu : “Berbagai penelitian mengungkapkan orang mambaca surat kabar, hal itu merupakan sarana untuk hidup, pers menjadi perabot rumah tangga yang lebih dalam maknanya dari perabot meja dan kursi, pers menjadi sarana hidup sebab untuk hidup orang perlu mengetahui lingkungannya dan berkomunikasi dengan lingkungannya, untuk masyarakat semakin luas, kompak serta pesatnya perkembangan pers menjadi sarana disamping berbagai media massa lainnya”.56
Arti pentingnya surat kabar terletak pada fungsi utamanya dalam melengkapi berita bagi para pembacanya, sebagai agen perubahan sosial. Menurut Schramm surat kabar atau pers dapat melakukan peran-peran sebagai berikut : 55
Elvinaro Ardianto, dkk., Komunikasi Massa, h. 111. Yakob Oetomo, Persuratkabaran di Indonesia Dalam Era Informasi, Perkembangan, Permasalahannya dan Perspektifnya (Jakarta: Sinar Harapan, 1986), h. 67. 56
43
a. ”Pers dapat memperluas cakrawala pemandangan. Melalui surat kabar orang dapat mengetahui kejadian-kejadian yang dialami di negara-negara lain. b. Pers dapat memusatkan perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. Dalam masyarakat modern gambaran kita tentang lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya, masyarakat menilai menggantungkan pengetahuan pers dan media massa. c. Pers mampu meningkatkan aspirasi. Dengan penguasaan media, suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara meniru apa yang disampaikan oleh media tersebut. d. Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan media massa dapat disebarluaskan informasi kepada masyarakat, ia dapat memperluas cakrawala, pemikiran serta membangun simpati, memusatkan perhatian pada tujuan pembangunan sehingga tercipta suasana pembangunan yang serasi dan efektif”. 57
Dengan demikian surat kabar telah membawa banyak perubahan pada kehidupan individu dan masyarakat lewat berita-berita dan artikel yang disajikan, serta iklan-iklan yang ditawarkan dengan berbagai bentuk dan tulisan yang menarik, cakrawala pandangan seseorang menjadi bertambah, sehingga dapat tercipta aspirasi untuk membenahi diri dan lingkungannya.
6. Kelebihan dan Kelemahan Surat Kabar Sebagai media komunikasi surat kabar memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh khalayak, sehingga saling melengkapi atau mengisi dengan media lainnya. Kelebihan surat kabar ialah bahwa berita yang disiarkannya 57
h.121-122
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa (Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007),
44
dapat dibaca kapan saja dan secara berulang-ulang, surat kabat mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya. Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan tempat tertentu untuk berada didepan televisi. Selain itu surat kabar memiliki kelemahan seperti juga media lainnya. Yang pertama kelemahan dari surat kabar yaitu pembaca biasanya melihat dulu Headline dari sebuah berita jadi jika menurutnya tidak menarik maka berita tersebut tidak akan dibacanya. Yang kedua, surat kabar mudah rusak jika tidak di simpan secara baik. Ketiga, kelemahan surat kabar itu khalayak harus memiliki tingkat kemampuan membaca. Sedangkan tingkat melek huruf masyarakat sendiri masih rendah, apalagi untuk meningkatkan budaya baca.58
7. Kategori Surat Kabar Surat kabar dapat di kelompokan pada berbagai kategori. Dengan kategori sebagai berikut : 1. Dilihat dari Ruang Lingkup a. Surat Kabar Nasional b. Surat Kabar Regional c. Surat Kabar lokal
58
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, h. 141
45
2. Ditinjau dari Bentuk a. Surat Kabar Harian b. Tabloid 3. Dilihat dari Bahasa a. Surat Kabar berbahasa Indonesia b. Surat Kabar berbahasa Inggris c. Surat Kabar Berbahasa Daerah Namun jika dilihat dari segmentasinya surat kabar terbagi menjadi dua bagian yaitu menengah keatas dan menengah kebawah dengan pertimbangan berita yang dimuat pada surat kabar tersebut.59
E.
Efektifitas 1. Pengertian Efektif Efektif adalah ada efekya (pengaruh, membawa hasil, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, (usaha, tindakan). Keefektifan adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, kemanjuran, kemujaraban, keberhasilan, (usaha, tindakan), hal mulai berlakunya (tentang undang-undang, peraturan). 60 2. Pengertian Efektifitas Efektifitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya, efektifitas merupakan pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan 59
Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa, h. 114. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003 h 284. 60
46
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektifitas menunjukan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti semakin tinggi efektifitasnya.61
F.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat 1. Pengertian Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Di Negara Indonesia yang merupakan bagian dari lembaga legislatif adalah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota. DPR adalah dewan negara dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia yang merupakan dewan perwakilan rakyat, sebagaimana yang ternyata dari namanya. Dewan ini memegang kekuasaan untuk merancang hukum, dan memainkan peran legislatif, anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota-anggota partai politik yang menang dalam pemilihan umum. Anggota DPR kurang lebih berjumlah 560 orang dan bertugas selama lima tahun, dengan akhir periode mereka
61
Markus Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan Penerapannya (Yogyakarta: Kanisius, 1999), h. 45.
47
berbetulan dengan waktu anggota-anggota DPR yang baru mengangkat sumpah. 62
2.
Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif mempunyai fungsi sebagi berikut : a. Fungsi legislasi, artinya DPR memiliki fungsi sebagai lembaga pembuat undang–undang. b. Fungsi anggaran, DPR memiliki fungsi sebagi lembaga yang berhak untuk menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) c. Fungsi Pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga legislatif yang melakukan pengawasan tehadap pemerintahan yang menjalankan undang-undang.63
3. Tugas dan Wewenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan, DPR mempunyai tugas dan wewenang antara lain: a. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. b. Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-Undang. 62
Artikel diakses pada tanggal 10 Januari 2014 dari http://id.shvoong.com/law-andpolitics/administrative-law/2297963-pengertian-dpr-dewan-perwakilan-rakyat/ 63 informasi diakses pada tanggal 21 Januari 2014 dari http://www.dpr.go.id/id/fungsi/
48
c. Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I. d. Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I. e. Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undàng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I. f. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD. g. Membahas dan menindak lanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama.
49
h. Memilih
anggota
Badan
Pemeriksa
Keuangan
dengan
memperhatikan pertimbangan DPD. i. Membahas
dan
menindak
lanjuti
hasil
pemeriksaan
atas
pertanggung jawaban keuangan negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan. j. Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat. k. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat. l. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.64
64
informasi diakses pada tanggal 21 Januari 2014 dari http://www.dpr.go.id/id/tugas/
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN DPR RI
A. Sejarah Singkat Perpustakaan DPR RI Perpustakaan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia berdiri sejak pemeritah Negara indonesua masih berbentuk Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bertempat di daerah istimewa Yogyakarta. Sekitar tahun 1951. Perpustakaan ini merupaka kelanjutan dari “bibliotheca volkstraad”, milik pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Sebagian koleksi merupakan peninggalan dari Perpustakaan “volkstraad”. Sejak ibukota pemerintah republik Indonesia pindah ke Jakarta, perpustakaan ditempatkan di gedung yang berlokasi di lapangan banteng, yang sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka. Tahun 1965, perpustakaan pindah ke Gedung DPR RI di senayan atau Gedung Pemuda. Tahun 1986, perpustakaan pindah ke Gedung Gatot Subroto yang berlokasi di lantai dasar. Namun, perpustakaan ini masih mengalami beberapa kali pindah lokasi. Tahun 1970, perpustakaan menempati lantai 2 Gedung Pustaka Loka. Sedangkan tahun 1985 perpustakaan menempati lantai 1 Gedung Pustaka Loka. Pada tahun 1997, perpustakaan pindah ke Gedung Baru Nusantara 1 di lantai 4. Namun dengan adanya penambahan jumlah anggota dewan DPR RI, maka pada tahun 2003 untuk sementara perpustakaan pindah dan menempati ruang press room lantai 1 dan 23 Gedung Nusantara 1 dan 23
50
51
Gedung Nusantara 1. Tahun 2004, perpustakaan menepati lantai 1 dan 2 Gedung Paripurna Nusantara II hingga sekarang. Berdasarkan dengan peraturan Sekretariat Jenderal DPR RI Nomor 400/SETJEN DPR RI/ 2005 tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, perpustakaan mempunyai tugas untuk melaksanakan pengelolaan perpustakaan.
B. Visi, Misi, Tujuan, Motto, Dasar Hukum Perpustakaan DPR RI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya perustakaan khusus DPR RI menetapkan visi dan misi. Adapun visi yang dimaksud adalah: “Menjadi perpustakaan parlemen yang unggul dalam menyediakan sumber informasi untuk mendukung fungsi dan tugas DPR RI”. Sedangkan misinya adalah “ Menyediakan akses informasi yang mendukung tugas dan fungsi DPR RI meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan”. Tugas dari perpustakaan DPR RI adalah mengumpulkan dan menyususn bahan pustaka yang berkaitannya dengan tugas DPR RI dan sekjen DPR RI, memberikan layanan dan mendayagunakan bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, memelihara bahan pustaka atau koleksi yang dimiliki, membuat nomor klasifikasi untuk buku dan referensi, membuat abstrak pustaka, mengadakan hubungan kerjasama dengan perpustakaan dari instansi lain, melakukan tata usaha perpustakaan, tugas-tugas lain yang ditentukan oleh Sekretariat Jendral DPR RI.
52
Tujuan dari perpustakaan DPR RI yaitu terwujudnya pelayanan perpustakaan yan cepat, tepat, akurat, pengolahan bahan pustaka menjadi lebih berdaya guna, terciptanya database perpustakaan, dapat digunakan oleh beberapa pengguna secara bersamaan, menghemat tempat dalam penyimpanan dokumen, bahan pustaka langka yang masih memiliki nilai informasi penting dapat terselamatkan informasinya. Dasar hukum dari perpustakaan DPR RI yaitu UU No.20/PRP tahun 1961 tentang Tugas Kewajiban Dan Lapangan Pekerjaan Dokumentasi dan Perpustakaan dalam lingkungan pemerintahan, Keppres No.64 Tahun 1992 tentang Perpanjangan Batas Usia Pension Bagi Pegawai Negeri Sipil yang Menduduki Jabatan Fungsional Pustakawan, Teknisi Penerbangan, Penguji Mutu Barang Dan Pranata Komputer, Keputusan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Apatur
Negara
No.
18/MENPAM/1988 tanggal 29 Februari 1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan, Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan No. 0103/0/1981 tentang Pokok Kebijaksanaan Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan di Indonesia, Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara No. 53649/MPK/1988 dan No. 15/SE/1988 tentang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustakawan, Peraturan Sekretariat Jendral DPR RI No. 400/SETJEN/2005 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal DPR RI. Motto Perpustakaan DPR RI “GREEN” Gesit, Ramah, Empati, Efektif dan Nyaman”.
53
C. Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI Perpustakaan DPR RI berada di bawah P3DI (Pusat Pengkajian, Pengulahan Data dan Informasi), karena perpustakaan merupakan tempat penelitian, pengolahan informasi dan penyedia informasi bagi staf dan karyawan di DPR RI. Berdasarkan
peraturan
sekretariat
jenderal
DPR
RI
No.400/SETJEN DPR RI/ 2005 tentang organisasi dan tata kerja Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia perpustakaan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan perpustakaan. untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 83, bidang perpustakaan mempunyai tugas utama yaitu: 1. Pengadaan dan memelihara bahan pustaka 2. Pelayanan jasa perpustakaan Semua staf perpustakaan bertanggung jawab langsung kepada kepala bidang perpustakaan DPR RI.
54
Gambar 1 Struktur Organisasi Perpustakaan DPR RI DEPUTI BIDANG ANGGARAN DAN PENGAWASAN
PUSAT PENGKAJIAN, PENGOLAHAN DATA INFORMASI (P3DI)
SUB. BAGIAN TATA USAHA
BIDANG PENGKAJIAN
BIDANG DATA & INFORMA SI
KELOMPOK JABATAN FUNGSION AL
BIDANG ARSIP & DOKUMENTA SI
BIDANG PERPUSTA KAAN
D. SDM Perpustakaan DPR RI Perpustakaan DPR RI memiliki sumbar daya tenaga yang struktural mempunyai masing-masing latar belakang pendidikan yaitu: Table 1 SDM Berdasarkan Jumlah Pendidikan Pendidikan Jumlah Master (S2)
4 Orang
Strata satu (S1)
5 Orang
55
Diploma (D3)
2 Orang
SMA
5 Orang
Jumlah
16 Orang
Jumlah keseluruhan dari pegawai perpustakaan adalah 17 orang sebagian besar lulusan ilmu perpustakaan dan sisanya dari jurusan ilmu hukum, ilmu ekonomi dan ilmu pemerintahan. Sedangkan SDM Perpustakaan DPR RI secara formasi jabatan secara rinci sebagai berikut Table 2 SDM Berdasarkan Formasi Jabatan Jabatan Jumlah Kualifikasi Pendidikan
No 1
Kepala Perpustakaan
1 orang
Master (S2) Ilmu Ekonomi
2
Administrasi Umum
7 orang
Sarjana (S1 & S2)
3
Petugas Referensi
4 orang
3 Orang Sarjana Muda (D3) dan 2 orang SMA
4
Pustakawan
9 orang
1 Orang Master (S2) dan 8 orang (S1)
5
Petugas Entri Data dan
9 orang
Klipping 6
Petugas Distribusi Kliping
2 Orang Sarjana Muda (D3) dan 1 orang SMA
1 orang
SMA
56
E. Profil Pengguna Perpustakaan DPR RI Perpustakaan DPR RI adalah perpustakaan khusus yang bernaung di bawah lembaga sebuah Negara yaitu Sekretariat Jenderal DPR RI. Otomatis yang berhak menjadi anggota perpustakaan DPR RI adalah anggota DPR RI dan pegawai lingkungan Sekretariat Jenderal DPR RI. Keanggotaan perpustakaan DPR RI melekat secara otomatis selama yang bersangkutan masih menjadi anggota DPR RI termasuk di dalamnya sekertaris pribadi, staf ahli, pegawai out sourcing, dan honorer dapat memanfaatkan sarana dan pelayanan Perpustakaan DPR RI dengan memberikan surat keterangan dari atasan dan menunjukan kartu identitas yang berlaku di lingkungan DPR RI.
F. Anggaran Perpustakaan DPR RI Dana untuk melakukan pengadaan bahan pustakaan dengan cara pembelian, dana tersebut didapat dari anggaran pendapatan dana belanja Negara Sekjen DPR RI. Bidang perpustakaan tidak langsung mengelola anggaran dana melainkan melalui Biro Analisis Anggaran Dan Pelaksanaan APBN. Dalam
melakukan
penganggaran
untuk
pengadaan
bahan
perpustakaan diperoleh dari dana rutin APBN yang diberikan pemerintah setiap tahunnya. Perpustakaan menganggarkan menjadi empat kali dalam setahun yang disebut pula dengan triwulan. Triwulan pertama yaitu pada bulan april sampai juni, triwulan kedua dimulai dari bulan juli sampai
57
bulan September, triwulan ketiga dilakukan pada bulan Oktober sampai bulan Desember kemudian triwulan keempat dimulai pada bulan Januari sampai bulan Maret. Anggaran ini difungsikan untuk melakukan pembelian koleksi buku bahan perpustakaan serta pengadaan surat kabar maupun majalan dalam perpustakaan DPR RI. Bidang perpustakaan hanya menyusun laporan dan mengurusi surat masuk dan keluar RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Atau Lembaga) serta mengurusi transaksi
keuangan berupa kwitansi pembelian buku, majalah surat kabar.
G. Koleksi Perpustakaan DPR RI Perpustakaan DPR RI merupakan salah satu perpustakaan khusus dengan koleksi yang terkait dengan isu-isu pembangunan dan politik di Indonesia. Selain didirikan sebagai sarana penunjang aktivitas DPR RI, perpustakaan ini juga terbuka sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pembelajaran bagi masyarkat umum dengan layanan terbatas, hanya dapat dibaca ditempat. Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari: 1. Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaa DPR RI terdiri dari: a. Koleksi Umum Dari hasil wawancara jumlah koleksi umum secar keseluruhan berjumlah 14133 judul buku yang sebagian besar terdiri atas disiplin ilmu seperti hukum, politik, ekonomi, sosial dan
58
selebihnya karya umum, filsafat, agama, bahasa, ilmu murni, teknologi, keseniah/olahraga, sastra, sejarah dan geografi. b. Buku referensi yakni terdiri dari undang-undang, peraturan perundang-undang elektronik, risalah peraturan perundangundangan, peraturan pemerintah lainnya, hasil pemeriksaan BPK, TAP MPR RI, Undang-Undang Dasar 1945 dan amandemennya, tata tertib DPR RI, pidato, kamus, handbook, almanak, direktori, peta, skripsi, tesis, surat kabar, bulletin, majalah, bulletin, hasil penelitian, jurnal, kliping, kliping elektronik, buku world bank, risalah PBB, buku pada pusat statistik. 2. Koleksi World Bank Koleksi umum yang diterbitkan oleh World Bank dan World Bank Depkeu, buku-bukunya terdiri dari kebanyakan masalah ekonomi, sosial, politik dan hukum. 3. Koleksi Terbitan Berkala (surat kabar dan majalah) Terdiri atas 24 surat kabar dalam negeri, daerah dan majalah serta jurnal. Tabel 3 Jumlah Koleksi Berdasarkan Ragam Koleksi Perpustakaan DPR RI RAGAM
JUMLAH
Buku
14133 Judul
Jurnal
54 Judul
Undang-undang
230 Judul
59
Koleksi World Bank
692 Judul
Referensi
883 Judul
Terbitan DPR
589 Judul
Koleksi Asia Foundation
755 Judul
Peraturan dan Undang-Undang
1010 Judul
Koleksi elektronik
463 Judul
Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan
88 Judul
Koleksi AIPA
209 Judul
H. Gedung Perpustakaan DPR RI Semua kegiatan perpustakaan dilaksanakan di dalam gedung perpustakaan yang khusus di desain sesuai dengan fungsi perpustakaan sehingga berbeda dengan perencanaan gedung perkantoran atau gedung umum lainnya. Keterlibaran pustakawan dalam mendesain gedung perpustakaan
sangat
menentukan
keberhasilanperancangan
yang
memenuhi persyaratan sebuah gedung perpustakaan. Jika dianggap perlu, pustakawan dapat dibantu oleh seorang konsultan atau arsitektur yang berpengalaman dalam mendesain gedung perpustakaan. Perpustakaan DPR RI Jakarta menempati gedung Nusantara II Paripurna yang terdiri dari dua lantai: 1. Lantai 1 perpustakaan tersedia surat kabar, jurnal (majalah ilmiah), Risalah PBB dan ruang baca.
60
2. Lantai 2 perpustakaan tersedia ruang baca, study carel, ruang audio
visual, bagian peminjaman, bagian pengadaan, pengolahan, ruang KTU (Kepala Tata Usaha), ruang pegawai dan ruang kepala perpustakaan.
I. Fasilitas dan Perlengkapan Perpustakaan DPR RI menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan oleh para pemustaka. Fasilitas biasanya dihubungkan dalam pemenuhan suatu prasarana umum yang terdapat dalam suatu perusahaanperusahaan ataupun organisasi tertentu. Fasilitas yang disediakan oleh perpustakaan DPR RI adalah: a. Fotokopi Fotokopi
adalah
salah
satu
fasilitas
yang
disediakan
oleh
perpustakaan DPR RI kepada pemustaka, khususnya untuk para pegawai di lingkungan DPR RI dan umumnya pemustaka dari luar lingkunga perpustakaan DPR RI. Untuk fasilitas fotokopi tidak dikenakan biaya kecuali untu pemustaka dari luar lingkungan perpustakaan DPR RI. b. Wifi Fasilitas ini dapat digunakan oleh pemustaka yang membawa barang elektronik seperti laptop. Dengan meminta No ID kepada petugas, pemustaka dapat menggunakan fasilitas wifi ini secara gratis. c. OPAC
61
Katalog merupakan sistem simpan dan temu kembali informasi. Jeniskatalog yang digunakan oleh perpustakaan DPR RI adalah katalog online (OPAC) yang menggunakan SLiMS. Fasilitas OPAC pada perpustakaan DPR RI terdapat kurang lebih 10 komputer yang dapat digunakan. d. Database Online Pada perpustakaan DPR RI database online ini termasuk dalam kompas online. Kompas online merupakan fasilitas yang dilanggan oleh perpustakaan untu kemcari berita-berita atau kliping yang berdasarkan subjek, hari, bulan dan tahun.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Metode Pengambilan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Untuk penelitian kualitatif penulis mendapatkan data dengan melakukan wawancara terhadap informan yaitu: a.
b.
c.
d.
e.
Nama
: Tenny Rosanti, Sos, M.si
NIP
: 19750517200032003
Jabatan
: Fungsional Pustakawan Muda/ IIID
Nama
: Qatriatna Widiasti, S.Hum
NIP
: 1977092420002002
Jabatan
: Fungsional Pustakawan Pertama/ IIIA
Nama
: Rini Widyastuti
NIP
: 167709041999032002
Jabatan
: Staf Bidang Perpustakaan DPR RI (Struktural)
Komisi
: I-Anggota
ID Anggota
: A-21
Nama
: H. Ahmad Muzani
Fraksi
: Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil
: Lampung I
Komisi
: II- Anggota
ID Anggota
: A-115
62
63
Nama
: Drs. H. Rusli Ridwan, M.si
Fraksi
: Partai Amanat Nasional
Dapil
: Banten II
f. Komisi ID Anggota
: A-149
Nama
: Drs. H. Otong Abdurrahman
Fraksi
: Partai Kebangkitan Bangsa
Dapil
: Jawa Barat III
g. Komisi
: IV-Anggota
ID Anggota
: A-31
Nama
: Abdul Wachid
Fraksi
: Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil
: Jawa Tengah II
h. Komisi
i.
: III-Anggota
: V-Anggota
ID Anggota
: A-218
Nama
: Drs. H. Eldie Suwandie
Fraksi
: Partai Golongan Karya
Dapil
: Jawa Barat IX
Komisi
: VI-Wakil Ketua 1
ID Anggota
: A-7
Nama
: Erik Satya Wardhana
Fraksi
: Partai Hati Nurani Rakyat
Dapil
: Jawa Barat III
64
j.
k.
l.
Komisi
: VII-Wakil Ketua 1
ID Anggota
: A-238
Nama
: Zainudin Amali
Fraksi
: Partai Gerakan Indonesia Raya
Dapil
: Jawa Timur VI
Komisi
: VIII-Ketua
ID Anggota
: A-168
Nama
: Dra. Hj. Ida Fauziyah
Fraksi
: Partai Kebangkitan Bangsa
Dapil
: Jawa Timur VIII
Komisi
: IX-Anggota
ID Anggota
: A-216
Nama
: Sunaryo Adhiwardoyo, SH. MH
Fraksi
: Partai Golongan Karya
Dapil
: Jawa Barat VIII
m. Komisi
n.
: X-Wakil Ketua 3
ID Anggota
: A-366
Nama
: Drs. Utut Udianto
Fraksi
: Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Dapil
: Jawa Tengah VII
Komisi
: XI-Anggota
ID Anggota
: A-215
Nama
: Drs. Ade Komarudin, MH
65
o.
Fraksi
: Partai Golongan Karya
Dapil
: Jawa Barat VII
Nama : X Jabatan: Staf Ahli
p.
Nama : X Jabatan: Staf Ahli
B. Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Perpustakaan DPR RI melanggan surat kabar bagi anggota dewan sejak tahun 2001, akan tetapi Perpustakaan DPR RI sampai saat ini belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai pengembangan koleksi, termasuk di dalamnya mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan, namun tertulis pada proposal rencana kerja kegiatan bidang Perpustakaan DPR RI. Padahal kebijakan tertulis mengenai pengadaan surat kabar dibutuhkan sebagai pedoman bagi selektor dan ketentuan, serta ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI, yang telah disetujui oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab, atas upaya penambahan dan perluasan koleksi
disuatu perpustakaan yang di
dalamnya mencakup segala aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan, pendanaan, pemilihan, dan pengadaan bahan pustaka. Kebijakan pengadaan surat kabar ini, akan menjadi sebuah kerangka kerja dan sekumpulan parameter yang dijadikan sebagai acuan kerja oleh staf Perpustakaan DPR RI dan menilai pelayanan kepada pengguna perpustakaan.
66
Dari pernyataan di atas, penulis menganalisis bahwa Perpustakaan DPR RI merupakan perpustakaan khusus instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melayani anggota dewan dan Setjen DPR RI dan memenuhi kebutuhan informasi, sehingga koleksinya juga relatif terbatas yang berkaitan dengan tugasnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari tentu membutuhkan informasi yang up to date berkaitan dengan tugas DPR RI yang salah satu tugasnya pembuat kebijakan dan undang-undang, untuk menambah informasi para anggota dewan perlu menambah dan mengembangkan pengetahuan serta keterampilannya. Perpustakaan DPR RI bertugas dan berfungsi menyediakan sumbersumber informasi yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan organisasi yang menaungi. Untuk itu, Perpustakaan DPR RI mempunyai koleksi perpustakaan dibidang yang menyediakan informasinya secara up to date salah satunya menyediakan surat kabar. Perpustakaan DPR RI belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai kebijakan pengadaan surat kabar, seharusnya suatu perpustakaan itu harus memiliki kebijakan perpustakaan secara tertulis untuk mengembangkan koleksinya seperti yang telah ditulis dalam
Dictionary For Library And
Information Science kebijakan pengembangan koleksi yaitu; “Pernyataan tertulis yang dibuat secara resmi dari prinsip-prinsip perpustakaan, termasuk kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan mengenai seleksi bahan pustaka (bidang yang dicakup, spesialisasi, tingkat kesulitan, bahasa, format, keseimbangan, dll) dan kebijakan mengenai hadiah dan pertukaran. Kebijakan pengembangan
67
koleksi dapat sangat membantu dalam menjawab tantangan dari kelompok penekan.”65
Kebijakan pengembangan koleksi secara tertulis dapat menjadikan staf perpustakaan mengetahui dan benar-benar berkomitmen pada tujuan dari perpustakaan, membantu mereka mengidentifikasi kebutuhan pengguna baik yang jangka pendek atau jangka panjang dan untuk membantu penyusunan prioritas alokasi dana serta dapat menjadi dokumen yang bisa di akses oleh siapa saja atau menjadi sebuah dokumen publik. Ini karena bila ada orang yang ingin membacanya dia akan mengetahui untuk siapa utamanya koleksi ditujukan. Meskipun biasanya kebijakan dibuat untuk maksud yang baik, tapi pada intinya adalah membatasi. Ini karena kebijakan menentukan tindakan apa yang dilakukan dan mencegah penyimpangan dari aturan yang sudah disepakati. Kebijakan berusaha menghilangkan perbedaan yang biasanya berasal dari konflik pribadi dan tekanan lainnya. Kebijakan menjadi sarana yang efektif untuk menyebarkan sebuah keputusan kesemua tingkatan organisasi. Dengan adanya garis-garis besar kebijakan, semua individu di semua tingkatan bisa membuat keputusan yang sesuai dengan garis-garis kebijakan. 66 1. Teknis Pembelian Surat Kabar
65
Joan M Reitz. Dictionary for Library and Information Science, (London: 2004, Libraries Unlimited) h. 157 66 Robert D Stueart, library and information center management, (Corolado: Libraries Unlimited, 2002) h. 79
68
Pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI secara lisan, seperti kebijakan teknis pengadaan surat kabar dengan cara penunjukan langsung ke penerbit, seperti kompas penunjukannya langsung ke penerbit kompas dan apabila penerbit tidak bisa memberikan surat kabar, maka penerbit tersebut harus menunjuk penerbit lain untuk mendapatkan barang tersebut. Dari
pernyataan
di
atas,
penulis
menganalisis
bahwa
Perpustakaan DPR RI sudah melakukan pembelian surat kabar bagi anggota dewan sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Pasal (38) mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemeritah Tahun 2012 yang berisi bahwa: (1). Penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dapat dilakukan dalam hal: a. Keadaan tertentu; dan/atau b. Pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/ Jasa Lainnya yang bersifat khusus. 2. Cara Penyebaran Surat Kabar Kepada Anggota Dewan Cara menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan, yaitu dengan cara perpustakaan mendaftar dan menghitung anggota dewan yang baru, kemudian fotokopi daftar surat kabar yang akan dibagikan kepada anggota dewan, kemudian memberikan daftar yang berisi nama surat kabar, jadi
69
setiap anggota dewan berhak memlih 2 surat kabar yang telah dilanggan oleh perpustakaan, surat kabar daerah dan satu majalah. Setelah itu, surat kabar tersebut dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI untuk di daftar menurut masing-masing jenis surat kabar, kemuadian dihitung dan melakukan pendataan (nama anggota dewan, ruang, surat kabar dan majalah yang akan dilanggan) sehingga menjadi sebuah daftar menurut masing-masing surat kabar, kemudian menghubungi penerbit atau agen yang sebelumnya melakukan kontrak pengadaan atau langganan, kemudian penyebaran sesuai tujuan yang dipesan sesuai kontrak. Surat kabar yang telah dibagikan perpustakaan kepada anggota dewan menjadi hak milik pribadi dan tidak dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI. Cara menyebarkan surat kabar yang sudah dilanggan oleh perpustakaan, yaitu dengan cara masing-masing loper surat kabar dari masing-masing penerbit, loper akan mendistribusikannya sesuai daftar tujuan, setiap pagi masing-masing loper drop di Nusantara I di loker anggota dewan. Nusantara I atau Lokawirasabha yaitu yang merupakan gedungnya Anggota Dewan. Mulai dari lantai 3 sampai lantai 23 dan loper surat kabar yaitu orang yang pekerjaannya mengantarkan surat kabar. Pengadaan surat kabar dibandingkan koleksi Perpustakaan DPR RI di lihat dari jumlah anggrannya lebih besar membeli surat kabar, karena jumlah anggota dewan yang mendapatkan surat kabar pada setiap hari banyak yaitu sekitar 560 anggota dewan. Akan tetapi untuk pembelian
70
buku Perpustakaan DPR RI mempunyai aturan tersendiri
yang
memungkinkan perpustakaan melakukan pembelian melalui rekanan, sebisa mungkin perpustakaan membeli bahan pustaka seperti buku di bawah anggaran yang disediakan. Perpustakaan DPR RI sudah efektif melakukan pengadaan surat kabar, karena surat kabar mampu memberikan informasi, ditebitkan setiap hari, berita yang disiarkannya dapat dibaca kapan saja secara berulangulang, surat kabar mudah dibawa, selain dapat dijadikan bukti otentik (dokumentasi) juga isi beritanya yang lebih mendalam dan mendetail akan data-datanya. Berbeda dengan media lainnya seperti radio dan televisi, yang untuk menikmati berita yang disiarkannya, khalayak harus memiliki waktu dan tempat tertentu untuk berada di depan televisi, sehingga Perpustakaan DPR RI lebih memilih surat kabar sebagai salah satu penunjang tugas DPR RI. C. Akibat Tidak Mempunyai Kebijakan Pengadaan Secara Tertulis a. Menjadikan staf perpustakaan tidak mengetahui dan tidak berkomitmen pada tujuan dari perpustakaan. b. Tidak adanya standard dalam melakukan kegiatan bidang perpustakaan seperti penyeleksian, penyiangan, pengadaan, pengolahan bahan pustaka. c. Tidak dapat menjadi pedoman bagi para selektor untuk untuk bekerja lebih terarah, tidak membantu menetapkan metode penilaian bahan, membantu
71
memilih metode pengadaan, membantu menghadapi masalah sensor, membantu perencaan kerjasama. d. Sulitnya membantu meminimalisr kesalahan dan ketidak seimbangan selektor dalam proses seleksi dan melakukan evaluasi pribadi staf itu sendiri
atau
evaluasi
yang dilakukan
oleh
pihak
luar,
seperti
mengidentifikasi bahan yang perlu dipindahkan ke gudang atau dikeluarkan dari koleksi (evaluasi).
D. Efektifitas Penggunaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Salah Satu Pembuat Kebijakan Publik Surat kabar yang setiap hari dilanggan oleh perpustakaan, kemudian dibagikan kepada anggota dewan itu hampir sebagian besar sudah efektif digunakan karena, surat kabar merupakan salah satu media yang menyimpan informasi setiap hari secara universalitas, yang artinya surat kabar memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Perioditas (kontinuitas), yang artinya keteraturan terbitnya surat kabar, bisa satu kali sehari, bisa dua kali sehari bisa pula satu kali atau dua kali seminggu. dan aktualitas kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak sangat berguna sebagai salah satu dasar pembuat kebijakan publik, seperti kebijakan dan undang-undang.
72
1. Proses Membuat Kebijakan Publik Kebijakan publik sebenanya menjadi sebuah aturan yang dibuat kepentingan publik atau masyarakat. Sebagai Negara yang berlandaskan hukum, Indonesia merupakan Negara hukum, dimana setiap warga negaranya terikat dengan hukum. Sebagai implikasinya dalam kesejahteraan masyarakat, pemerintah membentuk sebuah kebijakan yang mengatur supaya masyarakat lebih tertib dan teratur, salah satuna dengan kebijakan publik. Kebijakan publik dibuat untuk kepentingan masyarakat, agar masyarakat selalu merasa aman dalam menjalankan berbagai aktifitasnya di Indonesia. Seperti contoh, untuk keselamatan di jalan raya, pemerintah membuat kebijakan publik mengenai aturan lalu lintas. Untuk memberikan pelayanan masyarakat dalam bentuk fasilitas umum, pemerintah pun juga membuat kebijakan publik seperti pelayanan di rumah sakit, penggunaan trotoar, penertiban trayek angkutan umum dan sebagainya. Kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Kebijakan publik tidak saja langsung dikeluarkan langsung melakukan berbagai tinjauan langsung ke dalam masyarakat. Kebijakan publik juga dibuat untuk mengatur ketertiban, terutama bila terjadi persoalan yang menyangkut pelayanan publik. Pelaksanakan kebijakan publik harus diturunkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari sisi masyarakat, yang penting adanya suatu standar
73
pelayanan publik, yang menjabarkan pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara) seperti DPR sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan. Tahap-Tahap Pembuatan Kebijakan Publik 1. Penyusunan Agenda Kebijakan Publik Sebelum membuat kebijakan publik, tahap pertama yang harus dilakukan oleh DPR sebagai pembuat kebijakan publik melakukan agenda seting. Dengan melakukan agenda seting, DPR sebagai pembuat kebijakan publik bisa memberi makna dari setiap permasalahan publik yang terjadi berdasarkan agenda seting yang dilakukan, serta bisa membuat prioritas dalam agenda seting publik yang akan dipertaruhkan. Agenda seting ini dilakukan untuk mengetahui berbagai isu yang sedang dipermasalahkan oleh publik seperti yang ada dalam media cetak maupun elektronik. Bila isu tersebut mendapat prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut memiliki hak untuk mendapatkan alokasi sumber daya publik. Ketika melakukan agenda seting merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan. Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem). Isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya
74
perdebatan baik tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas suatu masalah tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi suatu agenda kebijakan. Ada beberapa kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan publik 1. Telah mencapai titik kritis tertentu jika diabaikan, akan menjadi ancaman yang serius 2. Telah mencapai tingkat partikularitas tentu berdampak dramatis 3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepent.orang banyak (umat manusia) dan dapat dukungan media massa 4. Mengjangkau dampak yang amat luas 5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat 6. Menyangkut persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan tetapi mudah dirasakan kehadirannya 2. Formulasi Kebijakan Setelah melakukan tahap agenda seting, dan sudah mendapatkan isu atau masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan, kemudian dibahas dan di diskusikan oleh anggota dewan sebagai pembuat kebijakan. Masalah atau isu yang berkembang dalam masyarakat kemudian di definisikan atau dijabarkan untuk dicari solusi permasalahannya. Solusi permasalahan tersebut bersumber dari berbagai alternatif kebijakan yang sudah ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahapan perumusan kebijakan masing-masing
75
alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi kebijakan ada beberapa langkah yang harus dianalisis yaitu: a. Formulasi Masalah Kebijakan Mengkaji persoalan yang dilakukan unyuk menemukan hakekat atau arti penting suatu masalah. Setelah ditemukan hakekat masalahnya lalu dirumuskan dalam hubungan sebab akibat. b. Formulasi Tujuan Menentukan tujuan yang akan dicapai ketika membuat formulasi kebijakan publik. Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analisis kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realitas, dan terukur. Jelas maksudnya mudah dipahami, realitas maksudnya sesuai dengan nilai-nilai silsafat dan terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitunkan secara nyata, atau dapat diuraikan menurut ukuran atau satuan tertentu. c. Penentuan Kriteria Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif-alternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi, administrative, namun yang lebih penting menyangkut nilai abstrak yang fundamental seperti etika dan falsafah. d. Penyusunan Model
76
Model merupakan abstraksi dari dunia nyata, dapat pula didefinisikan sebagai gambaran sederhana dari realitas permasalahan yang kompleks sifatnya. Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: skematik model (flow chart), fisikal model (latihan pemadam kebakaran), simbolik model (rumus matematik). Manfaat
model
dalam
analisis
kebijakan
publik
untuk
mempermudah deskripsi persoalan secara struktural, membantu dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tidaknya perubahan dalam faktor penyebab. e. Pengembangan Alternatif Alternatif merupakan sejumlah alat atau cara-cara yang dapat dipergunakan untuk memcapai, langsung ataupun tidak langsung sejumlah tujuan yang telah ditentukan. Alternatif-alternatif kebijakan dapat muncul dalam pikiran seseorang karena beberapa hal seperti: berdasarkan pengamatan terhadap kebijakan yang telah ada, dengan melakukan semacam analogi dari suatu kebijakan dalam sesuatu bidang dan dicoba menerapkannya dalam bidang yang tengah dikaji, merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu. f. Penilaian Alternatif Alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria sebagaimana yang dimaksud pada langkah ketiga. Tujuan penilaian untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai tingkat efektivitas dan
77
fisibilitas tiap alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling baik, efektif mana yang paling banyak, efektif dan efisien. Perlu juga menjadi perhatian bahwa, suatu alternatif secara ekonomis menguntungkan, secara administrasi bisa dilaksanakan tetapi bertentangan dengan nilai-nilai sosial atau bahkan mempunyai dampak segatif kepada lingkungan dan masyarakat. Maka untuk gejala seperti ini perlu penilaian atika dan falsafah atau pertimbangan lainnya yang mungkin diperlukan untuk bisa menilai secara lebih objektif g. Rekomendasi Kebijakan Penilaian atas alternatif akan memberikan gambaran tentang sebuah pilihan yang tepat untuk mencapai tujuan kebijakan publik. Tugas analisis kebijakan publik pada langkah terakhir ini untuk merumuskan rekomendasi mengenai alternatif yang diperhitungkan dapat mencapai tujuan secara optimum. Rekomendasi dapat satu atau beberapa alternatif, dengan argumentasi yang lengkap dari berbagai factor penilaian tersebut. Dalam rekomendasi ini sebaiknya dikemukakan strategi pelaksanaan dari alternatif kebijakan yang diberikan kepada pembuat kebijaka publik seperti pemerintah dan DPR. 3. Legitimasi Kebijakan (Adopsi) Supaya kebijakan publik yang akan dibuat memiliki otoritas penuh jika diterapkan di tengah-tengah masyarakat, dibuatlah sebuah legitimasi
78
kebijakan. Legitimasi dibuat untuk memberi sebuah otoritasi pada proses dasar pemerintahan untuk mengatur masyarakat berdasarkan kedaulatan rakyat. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga Negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga Negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah mendukung. 4. Implementasi Kebijakan Publik Setelah melalui tahapan membuat legitimasi kebijakan publik. Tahap selanjutnya melihat implementasi dari kebijakan publik yang telah mendapat legitimasi ini. Implementasi dilakukan semacam uji coba yang diterapkan ke dalam masyarakat untuk melihat sejauh mana kebijakan publik yang akan dirumuskan tersebut bisa berjalan dan diterima oleh masyarakat atau tidak. 5. Evaluasi Kebijakan (Penilaian) Evaluasi dalam kebijakan publik dilakukan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan estimasi atau penilaian kebijakan publik yang terdiri dari substansi, dampak dan implementasi. Dalam hal ini evalusi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalan seluruh proses kebijakan. Dengan demikian evaluasi kebijakan bisa meliputi tahapan perumusan masalah-masalah
79
kebijakan, program-program yang diusulkan unyuk menyelesakan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan. Misalnya, kasus Darsem. Muncul keprihatinan masyarakat Indonesia terhadap Darsem, sebagai salah satu pahlawan devisa Negara yang banyak dibela oleh masyarakat, bahkan ada gerakan sejuta koin untuk Darsem yang dipelopori oleh masyarakat sebagai bentuk keprihatinan. Melihat bahwa kasus Darsem ini menjadi trending topic di masyarakat seperti di media cetak dan elektronik, apalagi ini menyangkut nyawa seorang WNI di luar negeri, maka pemerintah harus mengambil kebijakan. Setelah mengadakan perundingan sesuai dengan tahap pembuatan kebijakan, akhirnya Pemerintah melalui menteri luar negeri dan juga Dubes RI di Arab Saudi menebus Darsem dengan sejumlah uang agar bebas dari hukuman pancung. Darsem akhirnya pulang ke tanah air.
2. Hasil Kebijakan, Rancangan Undang-Undang dan Undang-Undang Berikut hasil kebijakan, rancangan undang-undag, undang-undang yang telah dibuat oleh 11 komisi periode 1999-2004, 2004-2009, 20092014 yang informasinya diperoleh dari surat kabar seperti: a. Komisi I 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
80
3. Kasus Darsem tahun 2012, yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia yang terancam hukuman pancung di Saudi Arabia 4. Kasus sedot pulsa tahun 2012, kasus ini bermula ketika maraknya penipuan yang berkedok sms minta mengisikan pulsa, primbon, dan sms lain yang berkonsep melakukan registrasi. b. Komisi II 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD Menjadi UU. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
81
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang, Kearsipan 8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Aparatur Sipil Negara. 9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang, Administrasi Kependudukan. 10. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Desa. c. Komisi III 1. Undang-Undang Republik Indonesianomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Grasi.
82
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Menjadi Undang-Undang. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Pemberlakuan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Pada Peristiwa Peledakan Bom di Bali Tanggal 12 Oktober 2002, Menjadi Undang-Undang. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan Dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant On Civil And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik). 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik .
83
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pengesahan Treaty on Mutual Legal Assistance in Criminal Matters (Perjanjian tentang Bantuan Timbal Balik dalam masalah Pidana). 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara. 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009 Tentang, gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan. 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang, lalu lintas dan angkutan jalan. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang, Narkotika. 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Tentang, pengadilan tindak pidana korupsi. 20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang, Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2010 Tentang, Pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang, Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang komisi pemberantasan tindak pidana korupsi. 22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
84
23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
19
Tahun
2011,
Tentang convention on the rights of persons with disabilities yang artinya Konvensi Mengehai Hak-Hak Penyandang Disabilitas. 24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2012 Tentang, pengesahan international convention on the protection of the rights of all migrant workers and members of their families (konvensi internasional mengenai perlindungan hak-hak seluruh pekerja migran dan anggota keluarganya). 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang, penanganan konflik sosial. d.
Komisi IV 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2004 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty On Plant Genetic Resources For Food And Agricultur. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang (Perjanjian Mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian). 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
85
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pengesahan
Konvensi
Tentang
Pelarangan
Penggunaan,
Penimbunan, Produksi dan Transfer Ranjau Darat Anti Personel dan Pemusnahannya. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran 7. Rancangan
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Tentang,
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. 8. Rancangan Undang-Undang Tentang Hortikultura. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang, Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009 Tentang, Ketenaga Listrikan. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang, perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 Tentang, Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. e.
Komisi V 1. Pada Tahun 2012, Kebijakan Mengenai Gerbong Kereta Khusus Perempuan, Hamil, Lasia, Penyandang Cacat (Kursi Prioritas). 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.
86
3. Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
15
Tahun
2001Tentang Merek 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah . 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Jalan. 9. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia Tentang, Pangan. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011, Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang, Penerbangan. 12. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang, Keimigrasian. 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 Tentang, Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
87
15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2009 Tentang, Pos. 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 9 Tahun 1992 Tentang Keimigrasian. f. Komisi VI 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2003 Tentang Pengesahan Ilo Convention No. 81 Concerning Labour Inspection
In Industry And Commerce (Konvensi Ilo No. 81
Mengenai Pengawasan Ketenagakerjaan Dalam Industri dan Perdagangan. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
88
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. 8. Rancangan Undang-Undang Republik Indonesia tentang, lembaga keuangan mikro. 9. Rancangan
Undang-Undang
Republik
Indonesia
tentang,
perubahan atas Undang-Undang Nomor 9 tahun 2006 tentang sistem resi gudang. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011 tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang, perdagangan berjangka komoditi. g.
Komisi VII 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak Gas dan Bumi. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang
Sistem
Nasional
Penelitian,
Pengembangan,
dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2002 Tentang Ketenaga Listrikan. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi.
89
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Bahan Kimia dan Larangan Penggunaan Bahan Kimia sebagai Senjata Kimia. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara. 10. Rancangan
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Tentang,
Kebijakan Energi Nasional. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. h.
Komisi VIII 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
90
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2011, Tentang penanganan fakir miskin. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. 12. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia Tentang Produk Halal. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang, Pengelolaan Zakat. 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 Tentang, Pengesahan Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Involvement Of Children In
91
Armed Conflict (Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata). 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012 Tentang, Pengesahan Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child Prostitution And Child Pornography (Protokol Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai Penjualan Anak, Prostitusi Anak, dan Pornografi Anak). 17. Pada pertengahan tahun 2009, kasus Manohara mengenai penganiayaan dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh sang pangeran Kelantan, Malaysia terhadap istrinya Manohara Odelia Pinot yang merupakan wanita asal Indonesia. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang, Kesejahteraan Sosial. 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2009 Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor
2
Tahun
2009 Tentang, Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. 20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2009 Tentang, Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
92
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang, Pelayanan Publik. i.
Komisi IX 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan. 3. Rancangan
Undang-undang
Republik
Indonesia
Tentang
Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah tangga. 4. Rancangan
Undang-undang
Republik
Indonesia
Tentang,
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Tentang
Keperawatan.. 5. Rancangan Perubahan
Atas
Undang-Undang No.39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Konflik Sosial. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Tentang, Pengesahan Stockholm Convention On Persistent Organic Pollutants (Konvensi Stockholm Tentang, Bahan Organik yang Persisten).
Pencemar
93
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Tentang, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasin. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang, Kesehatan. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang, Rumah Sakit. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 Tentang,
Perkembangan
Kependudukan
dan
Pembangunan
Keluarga. j.
Komisi X 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen. 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 Tentang, Badan Hukum Pendidikan.
94
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang, Kepariwisataan. 8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 Tentang, Kawasan Ekonomi Khusus. 9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 Tentang, Kepemudaan. 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2009 Tentang, Perfilman. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2010
Tentang, Cagar Budaya. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
12
Tahun 2010
Tentang, Gerakan Pramuka. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, Tentang Pendidikan Tinggi. k.
Komisi XI 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002 Tentang Surat Utang Negara.
3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
4.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
95
5.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
6.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia.
7.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan
Pengelolaan
dan
Tanggung
Jawab
Keuangan Negara. 8.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
9.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2006 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
96
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. 15. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai 16. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 17. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 18. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan 20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009 Tentang, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang. 21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang, Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
97
22. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 23. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pertanggung jawaban Atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008. 24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang, Transfer Dana. 25. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2011 Tentang, Mata Uang. 26. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 Tentang, Otoritas Jasa Keuangan. 27. Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang usaha pesuransian. 28. Rancangan
Undang-undang
Republik
Indonesia
pengurusan piutang negara dan piutang daerah. Table 4 Hasil Kebijakan dan Undang-Undang KOMISI
HASIL
KOMISI I
4
KOMISI II
10
KOMISI III
25
KOMISI IV
12
KOMISI V
16
tentang
98
KOMISI VI
10
KOMISI VII
11
KOMISI VIII
21
KOMISI IX
11
KOMISI X
13
KOMISI XI
28
JUMLAH
161
Dari hasil kebijakan, RUU dan undang-undang di atas, setiap komisi sudah dianggap efektif penggunaannya oleh anggota dewan, sehingga mulai periode 1999-2004, 2004-2009, 2009-2014 menghasilkan 161 kebijakan, rancangan undang-undang dan undang-undang yang salah satu informasinya diperoleh dari surat kabar. Hal ini sesuai dengan teori efektif
yang ditulis dalm Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa yang
dikatakan efektif adalah ada efeknya (pengaruh, membawa hasil, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna, (usaha, tindakan).67 Surat kabar yang paling banyak menghasilkan kebijakan, rancangan undang-undang dan undang-undang yaitu dari komisi III dan yang paling sedikit menghasilkan kebijakan, rancangan undang-undang dan undang-undang yaitu komisi komisi I.
67
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003 h. 284.
99
E. Kendala yang dihadapi dalam Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan a. Pembelian Pengadaan surat kabar bagi anggota dewan dilakukan setiap hari kerja, yaitu hari senin sampai hari jum’at, untuk pengadaannya kadang ada satu atau dua penerbit percetakannya rusak, sehingga penerbit tersebut tidak bisa mencetak surat kabar. Jika anggota dewan ingin mengganti surat kabar, misalnya yang biasanya berlangganan kompas kemudian diganti SINDO, pihak penerbitnya kadang suka lupa jadi membutuhkan waktu beberapa hari untuk menggantinya. Cara menggantinya yaitu dengan melalui telephone dan datang langsung ke Perpustakaan DPR RI atau staf ahli yang memberitahukan kepada Perpustakaan DPR RI. b. Penyebaran Penyebaran surat kabar kepada anggota dewan melalui loper surat kabar masing-masing penerbit yang di drop di Nusantara I dan disimpan di loker anggota dewan. Untuk penyebaran kadang ada yang komplain mengenai surat kabar yang tidak sampai ke tangan anggota dewan. c. Cuaca Cuaca sangat berpengaruh terhadap datangnya surat kabar ke Perpustakaan DPR RI, misalnya terjadi banjir. Biasanya anggota dewan bertanya-tanya kenapa surat kabar belum sampai ke tangan anggota dewan, cara mengatasinya pihak perpustakaan memberitahukan kepada anggota dewan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Perpustakaan DPR RI belum mempunyai kebijakan tertulis mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan, namun tertulis pada rencana kerja kegiatan bidang Perpustakaan DPR RI. Kebijakan pengadaan surat kabar Perpustakaan DPR RI secara lisan seperti, kebijakan teknis pengadaan surat kabar yang pembeliannya dengan cara penunjukan langsung ke penerbit sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Pasal 38 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa. Cara menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan dengan cara perpustakaan memberikan daftar yang berisi nama surat kabar, jadi setiap anggota dewan berhak memlih dua surat kabar yang telah dilanggan oleh perpustakaan, kemudian setiap pagi masing-masing loper memberikan surat kabar dengan cara menyimpan di loker anggota dewan, kemudian surat kabar jadi hak milik pribadi, tidak dikembalikan ke Perpustakaan DPR RI 2. Surat kabar yang dibagikan perpustakaan kepada anggota dewan sudah efektif karena sampai saat ini sudah memenuhi berguna untuk kebutuhan para anggota dewan sebagai salah satu pembuat kebijakan publik rancangan undang-undang dan undang-undang.
100
101
B. Saran 1. Perpustakaan DPR RI perlu pemikiran untuk berlangganan surat kabar secara online agar lebih praktis. 2. Sebaiknya Perpustakaan DPR RI memfasilitasi klipping surat kabar masing-masing komisi sesuai tema, agar anggota dewan mengetahui sejauh mana penggunaan surat kabar yang menghasilkan undang-undang sesuai ruang lingkupnya.
DAFTAR PUSTAKA Arif Surachman. “Pengelolaan Perpustakaan Khusus”,informasi diakses pada 8 November 2013 19.02 wib dari http://arifs.staff.ugm.ac.id. Darmono. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah . Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001 Disher Wayne, Crash Course In Collection Development. London: Libraries Unlimited, 2007 Encang Saepudin. “Kebijakan Seleksi Guna Mendukung Kegiatan Pengembangan Koleksi,” informasi diakses pada 13 Desember 2013 dari http://encangsaepudin.wordpress. com/2009/04/24/kebijakan-seleksiguna-mendukung-kegiatan-pengembangan-koleksi/ Edward G. Evans. Developing Library and Information center collection. London: Libraries Unlimited, 2005 Elvinaro Ardianto dkk. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Pekatama Media, 2007 Gorman howes. Collection Development For Libraries, London: Bowker-Saur, 1991 Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan Penelitian. UMM, 2005 John Feather. International Encyclopedia of information and library Science, Newyork: Roudledge, 2003 Joan m reitz. Dictionary For Library And Information Science. London: Libraries Unlimited, 2004 Jo Bryson. Effective Library And Information Centre Management. Burlington: Gower Publishing Company. 1990 J.R Raco. Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, Karakteristik, dan Keunggulanya. Jakarta: Grasindo, 2001 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003 Kurniawan Junaedhi. Ensiklopedi Pers Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991
Karmidi Martoatmojo. Materi Pokok Manajemen Perpustakaan Khusus. Universitas Terbuka, 1999 Karl Kalseth. “The special library: Bridging the physical and digital arenas”, Scandinavian Library Quartelly, Leonard Montague. Harrod’s Librarians Glossary, England: Gower Publishing Company Limited, 1995 Lexy J Meleong. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001 Markus Zahnd, Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan Penerapannya Yogyakarta: Kanisius, 1999 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1984 ___________________. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja rosdakarya, 1986 ___________________. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja rosdakarya, 1999 Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, 2007 ___________________. Standar Nasional Indonesia Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah. Jakarta, Standar Nasional Indonesia (SNI) 7496:2009), 2009 Pengadaan Bahan Pustaka Pada Perpustakaan Khusus Instansi Pemerintah http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30017/3/Chapter%20II .pdf diakses pada tanggal 28 februari 2014 17.02 wib Rhenald Kasali, Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta: PT.Pustaka Utama Grafiti, 1992 Robert D Stueart, library and information center management. Corolado: Libraries Unlimited, 2002 Save, M. Dagun.“Perpustakaan Khusus”, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebuayaan Nusantara, 1997
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2012 Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992 George A Steiner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakart: Erlangga, 1997 Sulistyo - Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991 Sutarno N.S. Mengenal Perpustakaan. Jakarta: Jala Permata, 2006 ____________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Anggota IKAPI, 2006
William N Dunn, Analisis Kebijakan, diterjemahkan Drs. Samodra Wibawa, MA dkk. Jakarta: Kanisius, 1999 Yakob
Oetomo, Persuratkabaran di Indonesia Dalam Era Informasi, Perkembangan, Permasalahannya dan Perspektifnya. Jakarta: Sinar Harapan, 1986
Yuyu Yulia. Pengadaan Bahan Pustaka modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999 __________ . Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993
PENYEBARAN DAFTAR SURAT KABAR KEPADA ANGGOTA DEWAN
Mulai
Mencari data Anggota dewan baru
Fotokopi daftar surat kabar sebanyak jumlah anggota dewan
Membagikan daftar surat kabar kepada anggota dewan
Mengembalikan ke Perpustakaan untuk dihitung jumlahnya
Selesai
PENERIMAAN DAFTAR SURAT KABAR DARI ANGGOTA DEWAN PERPUSTAKAAN DPR RI
Mulai
Menerima daftar surat kabar dari anggota dewan
Lengkap?
Tidak
Ya Menghitung dan memilah surat kabar masing-masing penerbit
Serahkan daftar pesanan kepada KABID Perpustakaan DPR RI Labschool Kebayoran Serahkan daftar pesanan ke bagian pembelian surat kabar
Selesai
Kembalikan ke anggota dewan
LANGGANAN SURAT KABAR PERPUSTAKAAN DPR RI
Mulai
Menerima permintaan pengadaan surat kabar baru dari anggota dewan dan menghitung jumlahnya
Seleksi judul surat kabar baru yang akan dilanggan
Menentukan judul surat kabar yang akan dilanggan
Konsultasi dengan KABID Perpustakaan DPR RI
Tidak
Setuju? Ya Susun daftar surat kabar baru yang akan dilanggan
Kirim daftar ke agen/penerbit untuk meminta proforma invoice (konfirmasi) Terima proforma invoice (konfirmasi) dari penerbit/ agen
Periksa kesesuaian judul dan harga
Setuju?
Tidak
Ya Beritahu Bagian Keuangan untuk pembayaran
Batalkan
ALUR KERJA PENERIMAAN SURAT KABAR DARI PENERBIT
Mulai
Terima surat kabar
Cocokkan dengan daftar kirim
Cocok?
Tidak
Kembalikan ke penerbit/agen
Ya Cocokkan dengan daftar pesanan
Cocok?
Tidak
Ya Periksa fisik surat kabar
Baik?
Tidak
Ya Isi data di buku inventaris
Masing-masing loper drop di Nusantara I (loker anggota dewan)
Selesai
Kembalikan ke penerbit/agen
PROSEDUR PEMBAYARAN SURAT KABAR
Mulai
Terima nota dari agen/penerbit
Mengecek atau pencocokkandengan merujuk ke arsip pemesanan
Lakukan Pembayaran (transfer)
Ya
Sesuai
Tidak Lakukan komplain kepada penerbit/agen
Bukti pembayaran (slip pembayaran)
Bukti complain
Out of Print
Selesai
KLIPING SURAT KABAR Mulai
Seleksi surat kabar yang akan di kliping
Gunting bahan yang di kliping
Tulis tanggal dan nama surat kabar
Scan hasil guntingan dengan format .doc
Pisahkan berdasarkan subjek
Convert file menjadi pdf
Selesai
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014, Pukul 10:39 WIB Informan
: Ibu Qatriatna
HASIL WAWANCARA
Saya
: Sebelum wawancara kenalan dulu ya bu… nama ibu siapa?
Pustakawan : Namaku Nana, namanya Qatriatna, namanya pake Q tapi panggilnya Nana Saya
: Ibu dari lulusan mana?
Pustakawan
: Saya dari UI Jurusan Ilmu Perpustakaan
Saya
: S1 Ilmu Perpustakaan
Pustakawan
: Ya S1 Ilmu Perpustakaan, mana pertanyaanya? Ko kamu ada ide itu pengadaan
barang eh…. Pengadaan surat kabar untuk anggota
dewan? disuruh dosen ya? apa dulu PKLnya disini? Saya
: Hm... bukan bu, saya pertamanya PKL di perpustakaan MKRI kebetulan saya baca majalah tentang perpustakaan terus saya disuruh ngebahas tentang pengadaan surat kabar untuk anggota dewan di DPR RI aja
Pustakawan
: Oh.. iyah iyah di MKRI juga ada ya pengadaan surat kabar?
Saya
: Ada bu, tapi saya untuk skripsinya disuruh di DPR RI aja untuk menambah pengalaman baru
Pustakawan
: Oh he emm he emm
Saya
: Ini bu pertanyaannya kebijakan pengadaan surat kabar itu kan bagian dari
pengembangan koleksi, di dalam pengembangan koleksi itu
kan salah satunya ada pengadaan terus pengadaan di perpustakaan itu kan ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat kabar dan majalah. Nah saya tuh ngambilnya pengadaan surat kabarnya aja yang bagi
anggota dewan. Jadi pertanyaannya perpustakaan DPR RI ini sudah melakukan pengembangan koleksi pa blom? Pustakawan
: Pengembangan koleksi sudah ya sudah
Saya
: Sudah.. diantaranya?
Pustakawan
: E… kan setiap tahun kan pasti kan ada pengembangan koleksi
Saya
: Oh itu tiap tahun
Pustakawan
: He em.. karna disesuaikan dengan anggran yang ada, terserah mau kapan, lebih diutamakannya sii yang menunjang kinerja angota dewan ya..
Saya
: Iya
Pustakawan
: Kita melakukan kaya apa si.., kemaren itu kan rapat dengan e.. apa si.. e.. fungsional untuk pengadaan koleksi apa yang dibutuhkan untuk membantu dalam pemasukan
Saya
: Ini termasuknya perpustakaan ksusus ya bu?
Pustakawan
: Iya .. biasanya si.. pengadaannya di pengadaan bukunya untuk bukubuku
yang ini aja yang emang menunjang tugas aja sesuai
kebutuhan pengguna dehh, pokonya orientasinya Saya
: Kalo buat pengadaan surat kabar yang dibagikan kepada anggota dewan itu surat kabar apa saja?
Pustakawan : Kalo untuk surat kabar disini ada surat kabar nasional ya ada yang sebagian permintaan, surat kabar daerah juga ada, itu tergantung permintaan anggota dewannya siii Saya
: Oh itu surat kabarnya?
Pustakawan :Kita e… daftar, umpamanya kita mengirim foam nih lisnya ada semua nama surat kabar entar tinggal mereka nyentrang aja maunya apa biasanya jatahnya kan kalo gak salah ya dua surat kabar satu majalah, untuk dua surat kabar itu bisa satu kompas satu mau Surat kabar daerah
gituitu juga kalo ada kalo kita bias ngadain, kalo gak ada ya…., kebanyakan siiii ada siii Saya
: Oh iya jadi minimal dua sura kabar ya buuu satu majalah?
Pustakawan : Kalo majalah yang kita langgan aja majalahnhya kurang lebih ada tempo, gatra forum ya sekitar majalah itu Saya
: Kalo kebijakan mengenai pengadaan surat kabar bagi anggota dewan itu sudah tertulis atau belum bu
Pustakawan : Belom si kayanya, dulu sii pernah ada cuma sudah gak kepake Saya
: Oh.. jadi belum tertulis ya bu baru omongan aja tapi secara tidak langsung itu sudah kebijakan
Pustakawan : He eum biasanya kebijakannya awalnya untuk melanggan mksudnya untuk mendapatkan jatah surat kabar itu aku blom pernah liat juga sii dasarmnya kenapa anggota tuh harus melanggan surat kabar mungkin dasarnya untung penyediaan informasi aja si… Saya
: Ya.. mungkin surat kabar itu kan informasinya up date setiap hari
Pustakawan : Dari undang undang 43 aja deh undang undang perpus Saya
: Terus itu bu cara pembalian surat kabarnya gimana
Pustakawan : Em… untuk pembelian kita melanggan ke ini ke eee ke penebitnya masing masing misalnya kopasa ke gramedia grup kan, kalo media Indonesia ada sendiri. Tapi kalo teknis pembelian yang lebih jelas sama ibu rini sii, dia lebih tau pasti untuk pembelian surat kabar unmunya untuk sebulan bagaimana, kepenerbitnya bagaimana, kontak person atau surat suratnya, teknisnya lebih tau dia siii
Saya
: Terus kan iti habis dibeli dibagikan ke anggota dewan, itu gimana nyebarinnya?
Pustakawan : Setiap pagi e.. kan punya ini kaya mereka drop ya, misalnya udah ketauan nih kompas yang berlanggan berapa media berapa udah
keseluruhan dihitungnya tinggal drop aja di nusantara 1 itu ada lokernya ntar ada petugasnya untuk membagikan tiap ruangan Saya
: Oh jadi ada petugas masing-masing?
Pustakawan : He emm kalo kompas ada kayanya tiap ini ada deh tiap penerbit tuh punya dia jadi kompas ada namanya tuh kalo media ada jadi mereka punya kurir masing masing Saya
:Kadi dari perpus cuma nganter sampe nusantara satu. Oh.. dikirain perpusnya yang bagiin
Pustakawan : Hehehehe oh enggak, enggak ada tenaganya si.. langsung dari penerbit daftarnya kan udah ada itu kita ngasih daftar aja ke penerbit ini untuk surat kabar media Indonesia nih ruangan sekian sekian mereka tinggal nganter tuh ke ruangan ruangan tapi naronya di loker anggota Saya
: Loker anggota nya di nusantara satu dimananya itu bu?
Pustakawan : Oh.. di tiap lantai tergantung fraksinya masing-masing Saya
: Kalo menurut ibu itu sudah efektif atau belum surat kabar dibagiin kepada anggota dewan?
Pustakawan : Udah si.. udah efektif kalo membagikannya mah soalnya sudah sampai tempat yang emang setiap hari di liat dan dibaca sama anggota kan itu tempat yang paling deket Saya
: Itu di lokernya itu anggota dewan langsung ngambil sendiri apa langsung ke tangan anggota?
Pustakawan : E… ngambil di loker itu kana da macem-macem ada surat kabar surat menyurat, pokonya satu loker itu emnag udah punya dia punya anggota Saya
: Nahh ini kenapa pengadaannya lebih banyak membeli surat kabar dari pada buku?
Pustakawan : Sebenernya ngak juga ya, karena kalau untuk pengadaan surat kabar itu seimbang, mungkin dari segi anggarannya aja lebih banyak dari pada beli buku, karena ya… kan jumlah anggota dewannya cukup banyak. Kita kan perpustakaan khusus yang tugasnya memenuhi kebutuhan informasi lembaga yang dinaunginya. Jadi, karena lembaga yg dinaungi membutuhkan surat kabar ya.. kita penuhi kebutuhan informasinya. Saya
: Kenapa tida berlanggana surat kabar online aja bu ?
Pustakawan : dulu pernah kaya melanggan media trek apa yahh apa sii kaya surat kabar online juga cuma mungkin kurang apasi kurang enak harus buka dulu kan itu juga kalo ada sinyal internetnya kalo ini kan bias langsung dibaca dibawa kemana mana. Sebenernya bisa si… ya, belom ada permintaan aja sebenernya kalo nanti ada permintaan juga kearah sana juga bisa Saya
: owh iyah disi SDM nya ada brapa ya hehehe tadi lupa pertanya nanyain
Pustakawan : pustakawannya 9, terus administrasinya berapa nya 17 pokonya delapan kali ya Saya
: owhh kepalanya satu?
Pustakawan : iya 17 udah sama kabid bidang perpustakaan 1 staf TU 7 pustakawannya 9 karena semuanya 17 Saya
: itu kepala perpustakaanya berlatar belakang ilmu perpustakaan atau bukan?
Pustakawan : enggak, kita disini structural jadi muter aja, siapa aja gitu, kebetulan ngak belom pernah sii yang latar belakangnya s1ilmu perpustakaan Saya
: owhh jadi cuma anggotanya aja yang perpus. hm… trup kalo pustakawannya itu statusnya ngehonor apa gimana?
Pustakawan : ngakk PNS semua
Saya
: PNS sebagai pustakawan?
Pustakawan : hm… iyah pustakawan PNS karna kalo perpustakaan khusus instansi itu
diangkat PNS semua. Emang kalo di MKRI ada pustakawan
ngehonor? Saya
: ngak .. ngak ada tapi itu cuma pustakawan aja 4 bagian perpus terus gak ada apa apanya lagi, gak ada kabid cuma pustakawan aja paling ada koordinatornya
Pustakawan : koleksinya blom bnyak si ya? Saya
: udah bnyk bu sekarangg lebih dari 15000 eksemolar lebih dari 8000 judul
Pustakawan : oh.., he eumm dulu siik pernah ya waktu pameran Saya
: disini perpustakaan khusus khusus apa nih soalnya saya liatnya kebanyakan himpunan undang-undang
Pustakawan :lebih kepada hukum soalnya kan kita koleksi kebanyakan mengenai pembahasan rancangan undang-undang kalo koleksi umum sii kita hampir semuanya ada cuma paling banyak hukum poitik atau politik hokum deh Saya
: tadi kan anggota dewan di kasih list ya bu itu boleh minta gak lisnya?
Pustakawan : oh iyah boleh nanti kalo emang mba rini uada waktu sii ma mba rini teknisnyua soalnya dia tau Saya
: oh iya bu tar saya nanya teknisinya aja kalo tentang perpusnya sama pustakawannya aja udah cukup ko bu udah si bu cuma segitu aja
Pustakawan : oh.. iyah nanti wawancara ma bu teny aja syapa tau saya tadi ada yang kelupaan kurang jelas Saya
: iya buu makasi ya buu
Pustakawan : iya sama-sam kalo ada data yang kurang kesini aja lagi tanyain atau enggak WA aja kana da nomer telponnya.
Hari/ Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014, Pukul 11:26 WIB Informan
: Ibu Teni Rosanty
HASIL WAWANCARA
Saya
: ini bu apa namanya, ibu namanya Teni Rosanti ya, ibu dari mana?
Pustakawan : apanya nih hehehe Saya
: pendidikannya
Pustakawan : oh saya pendidikannya dari ilmu perpustakaan yang pasti, cuma kolo untuk kuliahnya loncat-locat hihihihi Saya
: loncat-loncat gimana tuh maksudnya?
Pustakawan : dulu ilmu perpustakaan D3 di UI terus ke UNPAD S1 Ilmu perpustakaan kemudian balik lagi ke UI tapi bukan ilmuperpustakann tapi bukan perpus, ngambilnya kebijakan publik Saya
: oh iyah, gini bu di perpustakaan DPR RI kalo untuk pengembangan koleksi sudah melakukannya bu?
Pustakawan : iya insya Allah si slalu kan tiap tahun Saya
: oh tiap tahun ya bu
Pustakawan : iya karena kan kan kita em…. apa yah em.... tiap tahun itu kan pasti menyusun anggran apa aja yang mau kita kerjakan terus anggarannya berapa terusmisalkan pengembangan buku jumlahnya berapa yang kita beli terus caranya bagaimana sampai bias jadi kebeli koleksi ataupun koleksi lain kebeli sampai juga diolah deh semuanya Saya
: oh iya bu, menyebarkan surat kabarnya ditaro di loker ya?
Pustakawan : yah… pada loker loker surat kabar untuk yang di anggota dewan kalo untuk sekretariat berartikan pejabat keruangannya
yang menerima langsung
Saya
: tadi yang buat kebijakan itu bagaimana kebijakan buat yang surat kabar?
Pustakawan : owh kebijakannya surat kabar itu kalu yang untuk anggota dewan kalau gak salah dua surat kabar 1 majalah Saya
:itu sesuai kebijakan yah?
Pustakawan : Iya pengadaan sudah sesuai dengan kebijakan. Kalo tertulisnya kita belom ada yah cuma kalo kebijakan di anggarannya itu ditulis, karena kan kita butuh minta uang sama pemerintah untuk pembelian sekian orang sekian jumlah itu harus sudah jelas ditulis di rencana kerja kegiatan bidang perpustakaan Saya
:oh itu kebijakan yang dianggarannya gak boleh diminta ya bu?
Pustakawan : kayanya si, seharusnya sama mba rini tadi mintanya. Nanti disitu ada daftarnya jadi setiap berapa orang, dapatnya dua surat kabar satu majalah atau satu majalah satu surat kabar itu ada dia punya tapi kayanya itu gak boleh diminta deh soalnya ada jumlah anggrannya, kalo masalah itu kan sensiti ya Saya
: oh iya itu yang barusan dijelasin namanya apa tuh bu…
Pustakawan : di situ dikegiatan, apa yah kegiatan bidang perpustakaan deh rencana kerja, kalo kita disini ini yah belom punya SOP mungkin yah untuk pengadaan itu yang kurang itu hasil dari kita itu yang kurang kalo ngak ini kaya model alur kerja untuk pengadaan buku ya sama aja si seperti ini Saya
:terus mengapa lebih banyak membekli surat kabar dari pada koleksi yang lain?
Pustakawan : sebenernya ngak juga yah, karna kalau untuk ..mungkin kalo dari segi anggaran banyak, karena jumlahnya anggota dewan nya cukup banyak dan tipa.. sebenernya ngak ini juga si tiap hari palingkan cuma sekitar seratus ribu cuma masalahnya kan banyaknya anggota dewan yang
menerima itu jadi anggrannya besar tapi untuk pembelian buku kita ada aturannya lagi yah yang memungkinkan kita melakukan pembelian karna tender, kalau tenderkan rada susah kan tuh itunya kaya lelang gitu-gitunya deh jadi kita memilih kalau bias dibawah anggran yang jarus di lelang untuk memudahkan aja sihh Saya
:itu surat kabar untuk anggota dewan ada berapa ya?
Pustakawan : hm… ada brapa ya kalo kebijakan surat kabar kalo yang untuk anggota dewan itu 2 surat kabar dan satu majalah surat kabar jadi anggota dewan yang jumlahnya kurang lebih 560 orag itu dikali 2 kali ya untuk jumlah surat kabarnya Saya
: itu udah efektif blom bu?
Pustakawan : efektif dari segi pembeliannya insya Allah sudah yah, terus efektif dari segi penyebaranya sudah efektif karnakan dari segi 560 mungkin yang komplen gak tiap hari, dan jumlahnya pun mungkin hari itu ada biasanya cuma dari 1-10 terus yang ke dua apanya yah… em.. biasanya terjadi kalo anggota dewannya pergantian antar waktu misalnya anggota itu entah bagaimana berhalangan atau tidak lagi menjabat diganti ma orang lain kan itu biasanya kan dia permintaanya kan baru lagi itu si jadi masalahnya di pergantiannya suka masih lupa atau bagaimana Saya
: nah kalo formulir surat kabar ini adawakunya gak? (sambil menujukan foam surat kabar yang dibagikan kepada anggota dewan)
Pustakawan : ada biasanya Januari diserahin ke anggotanya tiap tahun Januari awal tahun pas anggaran Saya
: kalo anggota dewannya pengen ganti gimana? misalnya biasanya melanggan Kompas jadi diganti Tempo
Pustakawan : dia bisa telpon atau gak orangnya kesinin atau staf ahlinya yang ngabarin kesini biilang minta diganti ruang sekian, bapak sekian, minta diganti surat kabar jadi apa gitu Saya
: oh.. itu mah gampang bu
Pustakawan : tapi jarang si yah yang berubah si karena kan anggota tetep itu aja kecuali ada anggota perubahan ya Saya
: nah kalo buat ini masing-masing daerahkan ada surat kabar nah itu suka ada yang minta gak?
Pustakawan : ada beberapa kaya Surat kabar warta banten terus yang Palembang yang gitu-gitu deh ada cuma kita jadinya gini karena jauh jadi nyampenya gak hari ini pasti sore atau ngak besoknya tapi dia gak masalah karena kan dia yang dibutuhkan perkembangan di daerahnya itu beritanya. Saya
: kalo surat kabar daerah perpus gak nyimpen ya bu?
Pustakawan : kalo sekarang ngak karna kan sudah ada di pelita kan kalo gak salah di bagian halaman dalemnya isinya antar daerah paling gitu aja si Saya
: oh jadi ini berlakunya tiap tahun ya bu?
Pustakawan : Iya tiap tahun, tapi kalo memang tidak ada perubahan ngak itu ko ngak disebar sama itu nanti pas adanya pergatian anggota baru mau ngak mau disebar kaya besok nih bulan apa yahh agustus atau September kira-kira pelantikannya Saya
: terus kenapa surat kabarnya ngak online aja?
Pustakawan : online ya… perlu si pemikiran kea rah situ cuma kita harus kerja sama gak cuma kita kan yang bikin, jadi kita itu cuma pengguna yang bikin bagian lain dan itu kalominta biasanya gak langsung jadi perlu waktu kan perlu anggaran untuk buatnya juga mungkin boleh nanti jadi masuk hihihihi
Saya
: heheh iya bu heummpp kalo online kan gak perlu ribet-ribet buat nyebarinnya, bias langsung diakses aja
Pustakawan : iya si… tapi kalo kalo online kayanya kurang efektif juga karna kan gak semua anggota dewan bias buka ngotak ngatiknya ada aja anggota dewan yang gak bisa, suka nyuruh staf ahli, jadi efektif seperti ini sii jadi anggota dewan langsung baca aja kana ada anggota dewan kalo baca di internet pusing gitu Saya
: oh iya iya bu, ini ada hambatan atau keluhan gitu?
Pustakawan : biasanya si mereka kalo untuk penyebaran kadang satu atau dua komplen suka gak nyampe bisa jadi udah di taro di lokernya entah diambil dulu atau lupa bagaimana suka gak nerima itu satu terus ke dua, bukan hambatan si emang ini yah pasti ada lah namanya juga kegiatan misalnya hujan atau bajir pastikan si lokernya gak bias ngirim tiap waktu nah itu biasanya mereka ributnya ko belom dateng jadi kita harus ngasih pemberitahuan kepada mereka atau gak percetakannya rusak kadang ada satu dua yang kaya gitu Saya
:lokernya ada dimana tuh?
Pustakawan : setiap lantai ada disamping kiri kanan itu ada loker kalo gak salah disebelah sini nusantara satu coba aja kesana Saya
: iya bu, udah si bu cuma gini aja, owh iya kepala perpusnya berlatar belakang apa?
Pustakawan : kalo gak salah ilmu ekonomi karena sebenarnya awalnya peneliti ekonomi Saya
: oh iyah, bu minta struktur SDM pokonya yang kaya gitu-gitunya deh
Pustakawan : oh iyah nanti saya kasih buat lampirannya ya ntar saya foto kopiin aja kali ya
Saya
: oh ya udah bu gitu aja ntar selebihnya saya wawancara sama anggota dewan, entar kalo ada yang kurang di sms aja ya bu makasih assalamualaikum
Pustakawan : iya iya sama-sama waalaikum salam
HASIL WAWANCARA Komisi I Saya
: Assalamualaikum (sambil senyum)
Anggota dewan
: Wa’alaikum salam, owhh ini peneliti yang mau wawancara itu tadi ya hehehe…..
Saya
: Iya pak…, saya bisa wawancara sekarang gak pak?
Anggota dewan
: iya … bias.. boleh… boleh…, emang skripsinya tentang apa? ehhh kenalan dulu deh kamu namanya siapa, skripsinya tentang apa?
Saya
: hihihihi, iya pak nama saya Fandini Nurul Fauziah Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah judul skripsi saya Kebijakan Pengadaan Surat Kabar Bagi Anggota Dewan Pada Perpustakaan DPR RI
Anggota dewan
: owh ya ..ya… UIN Pak Komar ya? Terus apa yang mau ditanyain nih
Saya
: iya pak, yang saya mau tanyai jadi efektif atau ngaknya surat kabar yang dibagikan perpustakaan kepada anngota dewan terus Surat kabar itu mempengaruhi tugas DPR RI gak tapi sebelumnya bapak suka baca surat kabar gak yang ada di loker sebelah ruangan anggota dewan?
Anggota dewa
: oh iya saya suka baca surat kabar karna kan saya tau berita itu selain dari televisi itu ya dari surat kabar
Saya
: nah di DPR RI ini kan bapak sebelumnya dikasih list namanama urat kabar (sambil menunjukan list Surat kabar) nah bapak memilih surat kabar apa?
Anggota dewan
: oh ya .. ya… saya memilih surat kabar Tempo dan Pelita mengapa sya memilih surat kabar Tempo karna Tempo tuh enak aja dibacanya dan kalo pelita karena didalamnya isinya
terus tulisannya juga gak rapet-rapet terus ada yang daerahnya terus saya bacanya kan jadi enak kalo Surat kabar yang lain tulisannya suka kecil rapet-rapet saya harus pake kaca mata dulu Saya
: ohh … heheheh iya iya pak terus surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuat kebijakan gak si pak?
Anggota dewa
: hm..… (mikir) berpengaruh si ya kita kan buat kebijakan dan undang-undang dan yang lainnya itu sesui dengan berita, fakta kejadian dilapangan kita itu kan perwakilan rakyat jadi apa yang rakyat mau kita pertimbangkan baik buruknya kalo itu baik ya kita buat kebijakannya
Saya
: oh iya pak terus kebijakan pusbil seperti apa yang biasanya informasinya di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan
: hm… hm... apa yahh harusnya saya kasih waktu dulu nih buat mikir, ya.. banyak si ya…. seperti gerbong kereta itu kan ada yang khusus wanita itu kan wanita kana da yang hamil fisiknya juga kan tidak sekuat pria, nah itu termasuk kebijakan publik juga karena kan publik itu digunakan dan kembali ke masyarakat. em …. kalo nanti si ada yang untuk wanita hamil yang kerja itu gak boleh masuk dulu soalnya kan harus menjaga kandungannya kalo sekarang kan wanita hamil masih aja kerja kalo belom melahirkan nantio itu ada tuh kebijakan, undang-undangnya.
Saya
: terus efektif apa ngak tuh pak perpustakaan membagikan surat kabar kepada anggota dewan pada setiap harinya
Anggota dewan
: ya efektif sihh soalnya kan itu si surat kabarnya udah kepake, kalo gak efektif berarti gak kepake dong…., eummp terus kan surat kabar itu kan up date ya pembahasannya setiap hari beda-
beda dan isinya pun macem-macem mulai dari ada yang kecelakaan, rumah tangga segala macem itu saya tahunya salah satu dari baca surat kabar itu, trus selain itu biasanya kita-kita anggota dewan mengetahui segala informasi jelasnya dari surat kabar, ya meskipun udah banyak macem-macem gadjet tapi kita kan rata-rata udah tua lebih suka surat kabar. Saya
: oh iya iya pak terus tadi kan surat kabar berpengaruh sebagai pembuat kebijakan publik ya pak, eukmmpp itu kenapa surat kabar menjadi salah satunya alasannya gitu pak
Anngota dewan
: sama aja siii ya jawabannya kaya tadi terus kalo alasannya sii kan surat kabar itu rata-rata kejadian yang ada dimasyarakat terus kita baca terus kalo ada yang perlu dikaji kaya tadi kereta itu terus kan hasilnya juga untuk publik jadi kebali lagi untuk masyarakat
Saya
: oh iya pak terus kan fungsi surat kabar itu kana da yang menyiarkan informasi maksudnya memberikan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi nah itu dari salah satu fungsi nya itu yang mana yang kepake
Anggota dewan
: oh jadi fungsinya ya mempengaruhi lah, jadi kaya mempengaruhi anggota dewan sebagai salah satu pembuat kebijakan untuk masyarakat jadi pengaruhnya besar semakin banyak orang yang membicarakan jadi kita semakin keras untuk membuat kebijakannya
Saya
: oh… iya iya pak jadi mempengaruhi ya pak jadi sudah efektif, terus kan surat kabarnya jadi hak milik bapak nih, biasanya bapak suka diapain surat kabarnya?
Anggota dewan
: hm… kalo saya si gak nentu ya kadang saya bawa pulang kadang dibaca supir si ditinggal di mobil. Kamu udah wawancara ke perpusnya?
Saya
: iya udah pak kemarin , euummpp udah si pak segitu aja informasinya makasi ya pakk asslamualaikum.
HASIL WAWANCARA
Komisi II Saya
: permisi pak asslamu’alaikum
Anggota dewan
: iya masuk aja wa’alaikum salam mau wawancara ya dek
Saya
: iya pak saya yang kemaren itu pak mau wawancara tentang surat kabar
Anggota dewan
: oh iyah silahkan duduk, nyantai aja gak usah tegang gitu dong, kalo saya waktu dulu kuliah kalo wawancara tegang loh belom juga nanya udah keringetan, hm.. tadi sudah lama kau nunggunya? tadi saya ngobrol dulu jadi lama deh nunggunya maaf ya
Saya
: iya gak tegang ko pak iya gppmko pak ampe besok juga saya tumgguin kan saya yang butuh pak
Anggota dewan
: tapi saya yang gak enak, nah.. mana ininya pertanyaanya? mau langsung dijawab apa gimana nih mau ditinggaltapi kalo ditinggal saya gak janji bakal jadi besok soalnya kan lagi kunker ya jadi anggota tuh libur jadi saya mungkin gak kesini besok
Saya
: iya pak sekarang aja wawancaranya cuma dikit ko pak pertanyaanya juga gak nyampe selembar. Jadi gini pak setiap hari kan bapak menerima surat kabar kan dari perpustakaan?
Anggota dewan
: oh yang diloker tiap pagi itu ya, iya dapet ko yang jatahnya dua itu kan saatu majalah ya…ya… kenapa tuh ada apa dengan surat kabar
Saya
: hm itu bapak melanggan surat kabar aja dari perpustakaan? terus apakah bapak suka membaca surat kabar tersebut
Anggota dewan
: oh iyah saya suka baca surat kabarnya, saya melanggan Tempo dan Bisnis Indonesia karna saya suka berbisnis, dan keduanya saya baca dong masa udah disediain gratis lagi masa gak dibaca kan mubazir lagian dari surat kabar itu lah saya tau berita-berita, masalah yang ada di masyarakat dan kita sebagai anggota dewan harus memecahkan masalah tersebut dengan membuat undang-undang jadi kan kalo ada undang-undang kalo ada yang melannggar tinggal liat aja hukuman nya
Saya
: heheh oh iya pak, terus apakah surat kabar mempengaruhi setiap membuat kebijakan publik?
Anggota dewan
: hm… ya tergantung isi surat kabarnya lahh kan gak semua berita yang ada di surat kabar kita buat kebijakan ada juga yang sudah ada kebijakannya jadi kita yang belum ada aja kita buat itu juga kalo meman penting
Saya
: oh iya pka nah itu biasanya yang mempengaruhi tuh yang kaya gimana si pak? Yang seperti apa kebijakan publiknya?
Anggota dewan
: euummpp ya banyak si ya kalo untuk kebijakan publik tuh cuma contohnya apa ya… saya kalo ditanya gini suka lupa tapi padahal saya tau lohhh ini lahh sifat manusia apa yahh ya seperti daging tuh berapa ton yang harus masuk ke Indonesia dari luar negeri itu kan termasuk juga soalnya untuk masyarakat kita gak sembaranga maen masuk-masukin aja tuh daging dari luar negeri ntar daging indonesianya gak laku lagi, di surat kabar kan waktu itu ada yang dulu musim daging mahal terus dikirim dari luar negeri melebihi standarnya itu kan termasuknya ilegal kalo dagingnya bagus kalo jelek siapa yang mau tanggung jawab makanya kebijakan itu dibuat agar seimbang pemasokan dagingnya dan dipilih dulu
Saya
: oh iya iya pak jadi gitu ya… terus itu surat kabar yang dibagian setiap paginya kepada anggota dewan menurut bapak sudah efektif apa blom?
Anggota dewan
: hm.. sudah dong kan tadi udah dijnelasi berarti secara gak langsung itu sudah efektif
Saya
: iya iya pak mengapa ko surat kabar yang kaya begini (sambil menujukan surat kabar) yang menjadi salah satu pembuat kebijakan publik
Anggota dewan
:karna kan di dalemnya terdapat berita yang terjadi di masyarakat jadi surat kabar tuh secara gak langsung kaya surat masyarakat, jadi apa yang adadimasyarakat itu dituangkan dalam surat kabar itu sehingga semua orang yang salah satunya saya sebagai wakil rakyar membacanya jadi dengan membaca Surat kabar tersebut tau gitu apa yang terjadi terus kita sebagai anggota dewan dapat menyelesaikannya membuat undangundangnya kemuan kan itu kembali ke masyarakat yang menajalani hidupnya
Saya
: terus kan fungsi surat kabar itu kan memberikan informasi, mendidik, menghibur, mempengaruhi , nah itu yang mana yang kepake gitu maksudnya dari fungsi tersebut itu berfungsi gak?
Anggota dewan
: berfungsi dong… sebagi menyiarka informasi jadi berkat surat kabar menyebarkan informasi saya jadi tau informasi apa aja yang ada di dalam surat kabar, ya mengibur juga sii kan surat kabar gak semuanya isinya resmi ada aja yang hiburanhiburan
Saya
: oh gitu ya pak, udah si pak segitu aja wawancaranya makasi ya pak
Anggota dewan
: iya dek sama-sama maaf ya kalo jawabanya gak memuaskan soalnya saya kalo ditanya suka lupa ntar mah kalo gak ditanya suka inget
Saya
: iya pak gpp makasi permisi…. (sambil menutup pintu)
HASIL WAWANCARA
Komisi III Saya
: Asslamu’alikum
Anggota dewan
: iya waalaikum salam, silah kan duduk namanya sipa?, dari universitas apa terus apa nih yang mau ditanyain kira-kira?
Saya
: iya bu makasi, nama saya fandini nurul fauziah Jurusan Ilmu perpustakaan UIN Syarif Haidayatullah saya ingin wawancara mengenai surat kabar. Apakah bapak suka baca surat kabar?
Anggota dewan
: oh iyahh hm… surat kabar ya, suka si saya suka baca surat kabar, kalo gak suka juga kan ya emang harus suka membaca surat kabar karena kan gimana kita bias tau apa yang dibicarakan masyarakat kalo salah satunya dari surat kabar, meskipun sekarang udah ada detik.com ya terus yang lainlainnya saya tetep suka surat kabar
Saya
:oh ya iya pak, kira-kira ibu di DPR RI ini memilih surat kabar apa? kan mashing-masing anggota dewan kan dikasih jatah dua surat kabar dan satu majalah dari perpustakaan
Anggota dewan
: kalo saya si memilih Kompas karna kan emang dari dulu sebelum menjadi anggota juga saya sering baca surat kabar itu, kemudian surat kabar Republika kalo gak salah deh yah….
Saya
: oh iya iya pak.., terus apakah surat kabar yang selama ini bapak baca mempengaruhi setiap membuat kebijakan?
Anggota dewan
: hm.. iya si mempengaruhi ya, namanya juga manusia ada berita apa aja langsung terpengaruh apa lagi ini berita yang ada di surat kabar yang mayoritas tuh keluhan masyarakat,kita harus membacanya kan kita wakil rakyat yang memilih rakyat dan hasilnya pun untuk rakyat gitu ya….
Saya
: hm… kebijakan publik seperti apa yang biasanya inormasinya di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan
: hm… kan DPR RI itu legislativ yang didalamnya gak hanya membuat kebijakan saja ya, kami juga membuat rancangan undang-undang, nah… dalam pembuatan undang-undang, pihak legislatif mengusulkan rancangan undang-undang atau peraturan kepada pihak eksekutif (pemerintah). Namun, dapat pula terjadi hal sebaliknya. Yaitu pihak eksekutif mengusulkan rancangan undang-undang atau peraturan kepada legislatif. RUU tersebut dibahas bersama. Apabila kedua pihak sepakat, rancangan undang-undang atau peraturan itu ditetapkan menjadi undang-undang atau peraturan. Setelah itu, undangundang atau peraturan itu dapat diberlakukan.
Saya
: oh jadi gitu ya pak, contohnya kebijakan atau undang-undang yang kaya gimana bu nih?
Anggota dewan
: hm.. banyak si ya… ada tentang perumahan dan kawasan pemukiman kan sekarang itu kan banyak gembel eh maaf, maksudnya orang yang tinggal di kolong jembatan gitu ya padahal sudah ada undang-undangnya loh kalo gak salah nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan pemukiman yang didalamnya kalo gak salah bunyinya seiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat nah itu kamu liat langsung aja undang-undangnya solnya saya gak hafal semua pokonya didalamnya tuh ya…. kaya gitu tar liat aja penjelasannya
Saya
: oh iya ya pak anti saya liat langsung undang-undangnya
Anggota dewan
: hm… kemuadian ada juga mengenai penanganan fakir miskin soalnya kan di Negara kita ini Negara Indonesia tingkat kemiskinannya makin banyak ya di surat kabar, televisi itu udah sering banget beritanya orang miskin, nah itu ada undangundangnya tentang menangani fakir miskin tersebut kalo gak salah undang-undang berapaya euummmm Nomor 13 Tahun 2011 disitu dijelasin,ntar kamu baca aja deh ya…. Saya lupa isinya tuh apa yah…..
Saya
: iya pak tar saya baca undang-undangnya, nah.. kalo menurut ibu itu sudah efektif atau belum perpustakaan membagikan surat kabar kepada anggota dewan?
Anggota dewan
: hm.. sudah efektif si yah karena emang kita membutuhkannya ya… owhh kamu ilmu perpustakaan ya udah ada kan itu juga undang-undangnya yah kan coba undang-undang brapa tuh? Jangan-jangan kamu gak tau lagi perpustakaan adanya di undang-undang brapa
Saya
: heheheheh tau dong bu undang undang Nomer 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, malu amat bu kalo saya ngak tau mah
Anggota dewan
: heheheh iya … ya…..
Saya
: terus mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan, undang-undang?
Anggota dewan
:hm.. sebenernya pertanyaanya sama aja si ya cuma emang gini ya, dulu juga saya gini waktu skripsi wawancaranya padahal sama aja cuma buat banyak banyakin ya.. kaerna kita itukan anggota dewan perwakilan rakyat jadi wakil dari rakyat ya kita harus memenuhi kebutuhan rakyat dong, apa yang rakyat butuhkan kita harus penuhi selagi kebutuhan itu ya.. gitu
ibaratnya kan keluhan masyarakat itu salah satunya ada di dalam surat kabar, surat kabar itu kan memuat salah satunya tentang kejadian dimasyarakat nah kita sebagai wakil rakyat harus membuat kebijakannya dong kalo ngak bias berantakan Saya
: oh iya ya pak, kemudian setelah itu surat kabarnya diapain bu?
Anggota dewan
: kalo saya si di klipping ya yang pentingnya aja gak semuanya
Saya
: oh ya ya pak, sudah si bu cuma segitu aja makasi ya pak…
HASIL WAWANCARA
Komisi IV Saya
: Asslamualaikum pak…. Saya Dini yang mau wawancara bapak kemaren itu ….
Anggota dewan
: waalaikum salam oh iya sini sini sini silahkan duduk apa yang mau ditanyain sok…. (sambil ngasih bangku)
Saya
: bapak suka baca Surat kabar gak yang dibagikan perpustakaan untuk anggota dewan itu?
Anggota dewan
: heummpp suka siii, saya suka baca surat kabar
Saya
: surat kabar apa aja tuh pa yang bapak langgan di perpustakaan?
Anggota dewan
: hm… apa yahh seputar Indonesia sama Tempo deh kalo gak salah, SINDO kan jelas ya gambarnya jelas kertasnya juga tebel jadi enak aja dipegannya, kamu tadi wawancara sama anggota yang lain juga ya…
Saya
: iya pak saya seharian wawancara dengan pertanyaan yang sama
Anggota dewan
: hahahahaha ya emang gitu ya jadi mahasiswa kalo mau wisuda harus ada perjuangannya terus apalagi pertanyaanya?
Saya
: apakah surat kabar mempengaruhi setiap pembuat kebijakan gitu pak, undang-undang pokonya tugasa anggota dewan deh?
Anggota dewan
: ya tergantung beritanya juga si ya, kadang mempengaruhi ya kadang ngak tapi sebagian mempengaruhi si ya Surat kabar itu kan beritanya beda-beda ganti ganti mulu
Saya
: terus kalo mempengaruhi apanya tuh maksudnya informasi yang kaya gimana si yang mempengaruhinya?
Anggota dewan
: informasi seperti apa ya… ya seperti pengesahan convention on the rights of persons with disabilities
Saya
: apaan tuh pak?
Anggota dewan
: konvensi mengehai hak-hak penyandang disabilitas itu si ini ya
perubahan
menjadi
Bahasa
Indonesia
terus
Penandatanganan tersebut menunjukan kesungguhan Negara Indonesia untuk menghormati, melindungi, memenuhi, dan memajukan
hak-hak
penyandang
disabilitas, yang
pada
akhirnya diharapkan dapat memenuhi kesejahteraan para penyandang disabilitas. Sekarang kan banyak tuh yah yang penyandang disabilitas yang tidak diperhatikan jadi seolah-oleh dia gak berguna padahal kan kita harus memperhatikannya Saya
: oh gitu ya pak, contoh yang lain?
Anggota dewan
: oh ada tentang rusun rumah susun tuh undang-undangn nomor 20 tahun 2011 deh kalo gak salah tuh yah….., kemudian badan penyelenggra jaminan social kan dulu banyak tuh di media ya salah satunya surat kabar badan-badan yang mendirikan jaminan social yang gak jelas juntrungannya dimana, gimana pengolahannya tau-tau ada yang kena tipu aja, udah kena tipu mah kan yang disalahin suka syapa aja, nuntutnya kemana mana kalo gak salah Nomer 24 Tahun 2011 ya kali itu juga kalo gak lupa si de ya… di cek aja nanti
Saya
: iya iya pak kemudian efektif atau ngan si pak surat kabar yangdibagikan perpus untuk anggota dewan seperti ini? Kenapa anggota dewan gak beli sendiri aja kan surat kabar termasuknya murah pak udah gitu mudah didapat dijalan juga banyak?
Anggota dewan
:heheheh ya gak tau si kan saya cuma nerima aja, dikasih ya saya terima aja saya baca, sudah efektif si ya tergantung beritanya
Saya
: fungsi surat kabar itu kan menyiarkan informasi, mendidik, menghibur gitu pak menurut bapak yang paling berfungsi yang mana nih
Anggota dewan
: ya semuanya juga secara gak langsung berfungsi si ya cuma suka gak engeh aja kali ya ya itu fungsinya mungkin yang keliatan menyiarkan karna surat kabar yang menyiarkan memberitahu kepada masyarakat terus kita yang tadinya ngak tau jadi tau deh informasi yang hot sekarang tuh yang kaya gimana, masalah yang ada di masyarakat tuh apa sehingga kita dapat memecahkan masalah tersebut
Saya
: oh ya ya pak udah sii pak segitu aja, makasi ya pa
Anggota dewan
: oh iya sama-sama udah cape ya kamu?
Saya
: heheheh iya pak makasi ya asslamualaikum (sambil jalan keluat)
Anggota dewan
: iya sama-sama.,…
HASIL WAWANCARA
Komisi V Saya
: Asslamualaikum pak ..
Anggota dewan
: iya waalaikum salam, ini peneliti buat skripsi ya? duduk dulu deh siapin aja pertanyaanya
Saya
: iya pak gini pertanyaannya yang pertama bapak suka baca Surat kabar gak? Kemudian surat kabar apa saja yang biasanya bapak langgan diperpustakaan
Anggota dewan
: oh iya suka tiap pagi saya suka baca surat kabar sambil ngopi lah yah… sbenernya ngak disini aja say abaca surat kabar, dirumah juga saya baca Surat kabar ko, saya tuh emang orangnya suka membaca, apapun itu pasti saya baca
Saya
: oh yah bagus dong pak kalo suka membaca jadi pengetahuannya luas, terus eummpp surat kabar yang bapak baca pada setiap harinya itu mempengaruhi setiap pembuat undang-undang , kebijakan atau tugas yang lainnya gitu pak?
Anggota dewan
: hm…. pengaruh surat kabar ya jadinya, iya sii berpengaruh. Selain dari televisi, internet, demo, atau pun apa lah itu yang sebenernya sama saja aduan masyarakat cuma bentuknya aja yang beda ya itu mempengaruhi dalam kerja kita seperti yang disebutkan tadi yah membuat kebijakan, undang-undang ya itu berpengaruh soalnya kita gak mungkin membuat suatu kebijakan atau undang-undang yang menyulitkan warga kita sendiri, makanya kita membuat kebijakan tersebut kita gak sembarangan yahhh untuk buat kebijakan iu
Saya
: oh ya yah… terus kebijakan publik seperti apa atau undangundang seperti apa si pak, yang kaya gimana gitu informasinya yang di dapat dari surat kabar ?
Anggota dewan
: ya… informasinya sii banyak ya, kan di dalam surat kabar tersebut banyak sekali informasi ada berbagai macam informasi yang disampaikan kepada kita misalnya saja tentang pentingnya pendidikan, waktu dulu kan banyak tuh sebagian orang yang beranggapan bahwa pendidikan itu gak penting disurat kabar kan suka ada anak kecil, remaja disuruh kerja ngamen ma ibunya gak melanjutkan studinya kemudian ada saja orang tua yang beranggapan kuliah tuh gak penting apalagi untuk anak perempuan nanti juga ke dapur ujungujungnya heheheheh makanya undang-undang pendidikan tinggi itu dibuat ya maksud dari pendidikan tinggi itu pendidikan setelah menengah, bias dikatakan kuliah yang mencakup program diploma, sarjana, magister, dokror dan lain sebagainya yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang fungsinya mengembangkan kemampuan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi semoga dengan adanya undang-undang ada penerus bangsa yang baik
Saya
: oh ya ya pak terus itu udah efektif blom si pak anggota dewan mendapatkan surat kabar dari perpustakaan padahal kan surat kabar itu termasuk yang mudah didapatkan pak terus harganya murah?
Anggota dewan
: hm.. itu kan merupakan fasilitas perpustakaan DPR RI yang diberikan perpustakaan untuk anggota dewan, ya sudah efektif si karena kan kita membutuhkan informasi yang cepat dan akurat. Masih banyak gak pertanyaannya?
Saya
: ngak ko pak dua lagi nih, kemudian mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan
Anggota dewan
: karena kan surat kabar di dalemnya banyak mengandung informasi sedangkan kita orang yang membutuhkan informasi yang cepat dan akurat sebagai orang yang membuat kebijakan, undang-undang jadi nyambung dongg….
Saya
: oh ya ya pak kemudian kana da beberapa fungsi surat kabar, ada yang menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi nah ini yang mana yang paling berfungsi menurut bapak?
Anggota dewan
: semuanya si berfungsi yah mendidik karena kan saya suka ada aja yang belom tau dengan membaca surat kabar saya jadi tau jadio kan nambah tuh ilmu saya, menghibur kan gak semua surat kabar isinya masalah ada aja yang hiburan gitu yah… kemudian mempengaruhi ya itu mempengaruhi kalo membuat kebijakan atau undang-undang yang tadi tuh yah kalo untuk menyebarkan informasi kan emang tugasnya surat kabar menyebarkan informasi kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui ada apa sii dengan warga Negara Indonesia
Saya
: oh.. iya pakk jadi mempengaruhi ya..udah si pak segitu aja wawancaranya, makasiya pak…
Anggota dewan
: iya sama-sama, hati-hati dijalan ya….
HASIL WAWANCARA
Komisi VI Saya
: ini loh pak saya sebenernya mah cuma mau nanya efektif atau ngak surat kabar yang dibagikan perpustakaan untuk anggota dewan tapi sebelumnya bapak suka membaca Suratkabar gak? Terus Surat kabar apa aja nih yang bapak langgan di perpustakaan DPR RI ini?
Anggota dewan
: hm.. saya ya suka baca Suratkabar, Suratkabar yang saya langgan seputan Indonesia dan media Indonesia karna kkan kalo kompas tempo itu biasanya saya dirumah juga ada
Saya
: oh ya ya pak terus apakah surat kabar mempengaruhi setiap membuat kebijakan publik?
Anggota dewan
: hm.. kebuijakn publik itu kan banyak ya ada berbagai jenis ya ada yang kebijakan yang mengatur tentang pemberian pelayanan atau keuntungan kepada individu, kebijakan yang mengatur tentang pemindahan alokasi kekayaan, kebijakan yang mengatur tentang penyediaan barang dan lain sebagainya, ya berpengaruh si sesuai beritanya kan gak semua berita itu mempengaruhi
Saya
: iya si pak surat kabar itu kan banyak fungsinya ya pak bukan mempengaruhi aja ada juga yang menghibur, mendidik, menyediakan informasi, nah kebijakan publik seperti apa si maksudnya informasinya yang kaya gimana yang di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan
: hm… uhuk…. uhuk
ya seperti informasi tentang ini ya,
tentang konflik, kan ada aja suatu kampung suka bentrok antar
kampung, tauran gitu ya yang pkae timpug menimpug batu sana sini yang akhirnya tuh memakan korban kan itu beritanya banyak sekali terjadi dimasyarakat apalagi tauran anak sekolah gitu ya itu informasinya contohnya kaya gitu jadi kan kita mengatasinya kita membuat undang-undang mengenai konflik itu termnasuknya jadi penanganannya gitu penanganan konflik social, didalamnya itu ada mencakup pencegahan
konflik,
penghentian konflik, dan pemulihan pasca konflik. Saya
: kalo pasca konflik itu seperti apa terus bertujuan untuk apa undang-undang ini?
Anggota dewan
: pasca konflik itu kegiatan untuk mengembalikan keadaan dan memperbaiki hubungan yang tidak harmonis menjadi harmonis dalam masyarakat akibat konflik melalui kegiatan rekonsiliasi, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kalo tujuan si untuk memelihara kondisi damai dan harmonis dalam hubungan sosial kemasyarakatan, memelihara keberlangsungan fungsi pemerintahan, melindungi jiwa, harta benda, serta sarana dan prasarana umum
Saya
: oh iya pak itu pasal berapa?
Anggota dewan
: gak tau deh saya lupa, pokonya tahun 2012
Saya
: oh ya udah pak ntar selebihnya saya cari sendiri,
terus
mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan? Anggota dewan
: ya kaerna surat kabar salah satu media penyebar informasi
Saya
: itu menurut bapak efektif apa ngak surat kabar dibagikan kepada anggota dewan?
Anggota dewan
: efektif si ya karna saya juga butuh informasi, meskipun sekarang banyak hp merek-merek hp yang canggih yang
memudahkan untuk mendapatkan informasi tapi saya tetep butuh surat kabar Saya
: oh iya pak lagian kalo baca di hp puyeng juga si ya pak, terus kan gak tiap hari paket internet juga ya pa
Anggota dewan
: heheheh iya
Saya
: ya udah pak segitu aja, makasi ya pak
Anggota dewan
:iya sama-sama, tadi kamu namanya siapa ya?
Saya
: nama saya fandini nurul fauziah pakk
Anggota dewan
: oh iyah iyah panggilnya dini yah tadi….
Saya
: iya pak Dini panggilannya makasi ya pak …
Anggota dewan
: iya iya …. sama-sama
HASIL WAWANCARA
Komisi VII Saya
: Assalamualaikum bu ….. masih inget gak sama saya yang kemaren mau wawancara?
Anggota dewan
: oh iya inget dini kan namanya, sok apa yang mau ditanyain? sebelumnya ceritain dulu skripsinya apa
Saya
: eummpp gini loh bu judul skripsi saya kebijakan pengaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI jadi
didalamya
saya
pertamanya
menjelaskan
tentang
pengembangan koleksi karna kan pengadaan bahan pustaka itu bagian dari pengembangan koleksi kemudian dari pengadaan itu kan banyak ya bu ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat kabar dan lain-lain jadi saya ngambilnya surat kabar yang dibagikan kepada anggota dewan jadi skripsi saya kebijakan pengadaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI, terus pertama yang saya mau tanyain karna saya mengenaai surat kabar jadi apakah ibu suka baca surat kabar? Anggota dewan
: oh iya iya saya juga suka denger anak saya bahasa-bahasa, kata-kata perpustakaan yang kaya gitu, saya suka baca surat kabar tiap pagi di kantor kalo ngak di mobil, di rumah juga saya suka baca surat kabar ketimbang melihat di internet
Saya
: oh iya ya bu meurut bapak surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuatan kebijakan publik gak?
Anggota dewan
: kebijakan publik seperti apa dulu nih
Saya
: ya kebijakan publik untuk masyarakat bu seperti gerbong kereta itu kana da khusus wanita ya itu kana da kebijakannya pak yang mengharuskan ada gerbong untuk perempuan
Anggota dewan
: tapi kan tugas anggota dewan itu kan gak buat kebijakan, kita buat undang-undang juga
Saya
: iya si bu, undang-undang seperti apa?
Anggota dewan
: ya seperti contohnya aja anak-anak jaman sekarang itu kan beda banget kelakuannya sama anak jaman dulu anak-anak jaman sekarang kan masih kecil aja udah udah melakukan tindak pidana enta itu di sengaja atau tidak, terus anak-anak bias aja jadi saksi, maka dibuatlah undang-undang system peradilan anakkarena kan anak itu kan tidak bias disamakan dengan orang dewasa ya mulai dari tahap penyelidikan, sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana itu terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
Saya
: oh ya iya bu terus mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan
:hm… gak sepenuhnya dari surat kabar juga si ya cuma salah satunya itu surat kabar ya karna emang surat kabar salah satu penyedia informasi juga kan
Saya
: oh jadi sudah efektif dong yaa bu menerima surat kabar dari perpustakaan pada setiap paginya kalo udah ada hasilnya
Anggota dewan
: iya si… boleh juga dikatakan efektif sii yak karena sudah kepake kalo gak kepake berarti kurang efektif
Saya
: iya bu, hm… surat kabar itu berfungsi sebagai apa si bu kan ada yang mendidik, menghibur, menyediakan informasi segala macem itu pak berfungsi gak?
Anggota dewan
: iya berfungsi lah kalo gak berfungsi ngapain saya baca surat kabar, bener gak?
Saya
: heheh iya jyga si bu. udah deh pak wawancaranya segitun aja kan saya cuma pengen tau efektif atau tidak dan undangundang seperti apa
Anggota dewan
: oh iyah iyahh ntar kalo kurang tanyain lagi ajah
Saya
: iya bu makasi ya pak…
Anggota dewan
: iya ….
HASIL WAWANCARA
Komisi VIII Saya
: asslamualaikum
Anggota dewan
: waalakikumsalam ini yang mau wawancara kemaren gak jadi tu ya?
Saya
: iya pak hehehe, jadinya sekarang aja pak
Anggota dewan
: oh iyahh boleh tentang surat kabar itu kan? apa pertanyaannya?
Saya
: iya pak yang tentang surat kabar pertanyaannya apakah bapak suka membaca surat kabar yag disediaka oleh perpustakaan di loker samping ruangan? Terus surat kabar apa aja yang bapa langgan?
Anggota dewan
: saya melanggkan seputar Indonesia dak surat kabar daerah lampung, ya saya suka baca suratkabar tiap pagi karena saya dapet ilmu tuh salah satunya ya dari membaca surat kabar, ilmu itu kan gak dapet cuma hanya di bangku sekolh dimana aja kita bias dapatkan ya
Saya
: iya si pak, nah surat kabar itu mempengaruhi setiap membuat kebijakan publik gak?
Anggota dewan
: hm… mempengaruhi ya. hm.. iya si sedikit mempengaruhi dalam pembuatan undang-undang
Saya
: informasi yang kaya gimana si pak yang di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan
: informasi seperti hal-hal atau masalah seperti kemaren tuh kan manusia itu kan harus memperoleh kesehatan secara fisik maupun spiritual sekarang tuh yah banyak sekali pengobatanpengobatan yang didirikan belom berdasarka izin jadi biasanya
mentang-mentang bidan dia membuka praktek seenaknya padahal kan itu semua ada prosesnya untuk mendirikan klinik tersebut apalagi itu yang berhubungan dengan nyawa nah dari banyaknya kasus itu lah jadi pada sekitar tahun 2009 kita, pemerinta dan presidan membuat suatu undang-undang dimana isinya itu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun
social, SDM bidang kesehatan,
obatnya, teknologinya, pelayanannya yang bertujuan untuk Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, penghormatan
keseimbangan,
terhadap
hak
dan
manfaat,
pelindungan,
kewajiban,
keadilan,
gender dan nondiskriminatif dan norma-norma agama.pokonya kamu liat aja undang-undang kesehatannya liat distu deh kalo sudah memenuhi semuanya Saya
: oh iya pak nanti saya liat, terus mengapa surat kabar menjadi salah satu pembuat kebijan
Anggota dewan
: karna kan kebijakan publik itu kan dibuat untuk rakyat dan biasanya berita masyarakat itu adanya di Surat kabar ya pokonya gitu deh
Saya
: iya pak menurut bapak perpustakaan sudah efektif blom menyebarkan surat kabar kepada anggota dewan?
Anggota dewan
: “hm.. karna surat kabar berfungsi ya jadi efektif lah segini mah sudah efektif, fungsinya itu kan sebagai penyedia informasi karna selain dari televisi dari surat kabar juga bisa selagi dia mampu memberikan informasi tentang peristiwa yang terjadi. Hmm.. kita anggota dewan sebagai pembuat kebijakan publik itu ya… butuh informasi mengenai publik, salah satunya dari media seperti surat kabar tadi itu ya… kalo
surat kabar si… bukti outentik ya, karena kan meskipun kita melihat di televisi tidak bisa dibuktikan. masa harus ke stasiun tvnya minta diulang lagi kan gak mungkin.” Saya
: owh gitu ya pak, cuma segitu aja si pak wawancaranya, makasi ya pak
Anggota dewan
: iya iya
HASIL WAWANCARA
Komisi IX Saya
: Assalamualaikum bu ….. masih inget gak sama saya yang kemaren mau wawancara?
Anggota dewan
: oh iya inget dini kan namanya, sok apa yang mau ditanyain? sebelumnya ceritain dulu skripsinya apa
Saya
: eummpp gini loh bu judul skripsi saya kebijakan pengaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI jadi
didalamya
saya
pertamanya
menjelaskan
tentang
pengembangan koleksi karna kan pengadaan bahan pustaka itu bagian dari pengembangan koleksi kemudian dari pengadaan itu kan banyak ya bu ada pengadaan buku, ensiklopedi, surat kabar dan lain-lain jadi saya ngambilnya surat kabar yang dibagikan kepada anggota dewan jadi skripsi saya kebijakan pengadaan surat kabar bagi anggota dewan pada perpustakaan DPR RI, terus pertama yang saya mau tanyain karna saya mengenaai surat kabar jadi apakah ibu suka baca surat kabar? Anggota dewan
: oh iya iya saya juga suka denger anak saya bahasa-bahasa, kata-kata perpustakaan yang kaya gitu, saya suka baca surat kabar tiap pagi di kantor kalo ngak di mobil, di rumah juga saya suka baca surat kabar ketimbang melihat di internet
Saya
: oh iya ya bu meurut bapak surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuatan kebijakan publik gak?
Anggota dewan
: kebijakan publik seperti apa dulu nih
Saya
: ya kebijakan publik untuk masyarakat bu seperti gerbong kereta itu kana da khusus wanita ya itu kana da kebijakannya pak yang mengharuskan ada gerbong untuk perempuan
Anggota dewan
: tapi kan tugas anggota dewan itu kan gak buat kebijakan, kita buat undang-undang juga
Saya
: iya si bu, undang-undang seperti apa?
Anggota dewan
: ya seperti contohnya aja anak-anak jaman sekarang itu kan beda banget kelakuannya sama anak jaman dulu anak-anak jaman sekarang kan masih kecil aja udah udah melakukan tindak pidana enta itu di sengaja atau tidak, terus anak-anak bias aja jadi saksi, maka dibuatlah undang-undang system peradilan anakkarena kan anak itu kan tidak bias disamakan dengan orang dewasa ya mulai dari tahap penyelidikan, sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana itu terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011
Saya
: oh ya iya bu terus mengapa surat kabar menjadi salah satu dasar pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan
:hm… gak sepenuhnya dari surat kabar juga si ya cuma salah satunya itu surat kabar ya karna emang surat kabar salah satu penyedia informasi juga kan
Saya
: oh jadi sudah efektif dong yaa bu menerima surat kabar dari perpustakaan pada setiap paginya kalo udah ada hasilnya
Anggota dewan
: iya si… boleh juga dikatakan efektif sii yak karena sudah kepake kalo gak kepake berarti kurang efektif
Saya
: iya bu, hm… surat kabar itu berfungsi sebagai apa si bu kan ada yang mendidik, menghibur, menyediakan informasi segala macem itu pak berfungsi gak?
Anggota dewan
: iya berfungsi lah kalo gak berfungsi ngapain saya baca surat kabar, bener gak?
Saya
: heheh iya jyga si bu. udah deh pak wawancaranya segitun aja kan saya cuma pengen tau efektif atau tidak dan undangundang seperti apa
Anggota dewan
: oh iyah iyahh ntar kalo kurang tanyain lagi ajah
Saya
: iya bu makasi ya pak…
Anggota dewan
: iya ….
HASIL WAWANCARA
Komisi X Saya
: Assalamu’alaikum pak..
Anggota dewan
: Wa’alaikum salam warohmatullah, ya ada apa?
Saya
: Saya mau wawancara pak, bias gak pak?
Anggota dewan
: Oh iyah, apa silahkan apa yang mau ditanyakan, eh… nama nama kamu siapa, dari mana?
Saya
: Oh iya saya lupa kenalan, hehe.., saya Fandini Nurul Fauziah pak, Mahasiswa Uin Jakarta Jurusan Ilmu Perpustakaan. Saya mau wawancara mengenai surat kabar
Anggota dewan
: oh ya ya… kamu kenal pak Ahmad Fatoni, dya dosen tetap loh disana?
Saya
: duh.. gak kenal pak, dosen kan di UIN banyak pak, yang sejurusan aja belom tentu kenal semua sama saya
Anggota dewan
: owhh iya juga ya, terus apa yang mau ditanyain?
Saya
: Begini pak, bapak suka baca surat kabar gak?
Anggota dewan
: oh surat kabar saya suka bacanya karena satu surat kabar isinya banyak, memuat tentang semua konflik yang ada di Negara ini, kalo buku kan khusus ya biasanya kalo tentang hokum ya isinya juga hukum, kalo tentang politik ya isinya juga politik beda dengan surat kabar kalo surat kabar kan isinya apa aja ada disitu
Saya
: oh jadi gitu ya pak, terus surat kabar yang tadi kata bapa isinya semua konflik itu mempengaruhi tugas DPR RI gak si pak?, maksudnya surat kabar itu mempengaruhi setiap kali bapak membuat kebijakan atau undang-undang gitu pak?
Anggota dewan
: ya tergantung beritanya juga si ya, lagian kan meskipun tugas DPR membuat kebijakan kemudian RUU, undang-undang itu kan hasil kesepakatan bersama, bukan saya sendirian yang membuatnya.
Hm…
untuk
sejauh
ini
si
ya
sudah
mempengaruhi si ya Saya
: hm.. kebijakan publik seperti apa atau undang-undang yang seperti apa yang informasinya di dapat dari surat kabar?
Anggota dewan
: hm.. informasi seperti ya… apa yah kira-kira, ya seperti ini kan zaman sekarang itu perubahannya kan sangat cepat sekali ya bahkan anak-anak yang seharusnya mereka sekolah sekarang tuh anak-anak kurang mendapatkan perhatian artinya dia gak mendapatkan hak seorang anak, seperti penjualan anak itukan tidak boleh yah kemudian pornografi anak-anak. Pokonya tentang anak-anak deh yah hak seorang anak, jadi makanya undang-undang itu dibuat atau diterjemahkan karna kan ini sebelumnya berbahasa inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ya. Pokonya kamu liat aja deh undangundanganya coba kamu searcing tentang hak-hak anak yang mengenai penjualan anak, prostitusi anak, dan pornografi anak
Saya
: iya pak (sambil searcing mencari undang-undang), owh iya pak ada nih Optional Protocol To The Convention On The Rights Of The Child On The Sale Of Children, Child Prostitution And Child Pornography ya pak?
Anggota dewan
: iya itu nanti dibaca aja deh itu yah suapaya kamu ngerti apa yang saya bicarakan
Saya
: iya pak entar saya baca, terus mengapa surat kabar menjadi salah satu pembuat kebijakan publik?
Anggota dewan
: ya karena itu tadi di dalam surat kabar kan memuat beritaberita permasalahan apa nih yang dihadapi masyarakat gitu
Saya
: oh yay a pak, menurut bapak surat kabar yang dilanggan perpustakaan kemudian dibagikan kepada anggota dewan itu sudah efektif blom sipak?
Anggota dewan
: hm… ya efektif ngak ya, tengah-tengah deh. Dibilang efektif ya ngak juga ya, kita kan bukan dari surat kabar aja bikin undang-undang tuh harus dengan persetujuan bersama dengan presiden, demgan pak SBY
Saya
: ow gitu ya pak, cuma segitu aja pak wawancaranya makasi ya pak
Anggota dewan
: oh udah nih wawancaranya? Ko dikit amat pertanyaanya,
Saya
: hehe iya pak saya itu kan Cuma mau tau efektif apa ngaknya surat kabar aja pak, selebihnya saya meneliti perpustakaanya pak.
Anggota dewan
: oh gitu, ya udah iya iya
Saya
: makasi ya pak
Anggota dewan
: iya sama-sama pintunya disebelah sana aja tuh langsung lif
Saya
: iya pak hehe
HASIL WAWANCARA
Komisi XI Saya
: Assalamu’alaikum
Anggota dewan
: waalaikum salam, oh, ini mau wawancara ya? Tunggu sebentar ya, tanggung nih (sambil liat laptop)
Saya
: iya pak
Anggota dewan
: ni sudah selesai ko (sambil nutup laptop, masukin ke dalam tasnya) iya tadi apa ya yang mau ditanyain, silahkan mana pertanyaanya
Saya
: langsung aja ya pak, bapa suka baca surat kabar gak?
Anggota dewan
: (sambil senyum) surat kabar ya… saya suka bacanya tapi gak dibaca semua ya, sisanya kadang saya lanjutin mau tidur, di jalan kalo lagi macet kadang suka saya di taro di mobil aja kalo udah di baca, intinya si suka ya meskipun gak suka-suka banget ya paling ngak dibaca lah
Saya
: surat kabar itu mempengaruhi setiap pembuatan kebijakan, undang-ndang atau tugas lainnya anggota dewan?
Anggota dewan
: (sambil senyum) ya gimana ya bingung jawabnya, mempengaruhi si ya, kan saya baca surat kabar saya jadi terpengaruh
Saya
: hm.. informasi yang seperti apa pak yang biasanya di dapat dari surat kabar sehingga bias di buat satu undang-undang atau kebijakan?
Anggota dewan
: ya informasi si banyak ya, seperti kendaraan itu kan ada peraturan dilarang menggunakan jalur busway, tetapi ya
peraturan hanya perturan tetap saja dilanggar, padahal kan kendaraan suda mempunyai jalurnya tersendiri Saya
: hehe iya pak saya juga suka liat tuh pak di jalan-jalan banyak yang masih melanggar, kemudian mengapa surat kabar menjadi salah satu pembuat kebijakan
Anggota dewan
: (senyum) ya mungkin jawabannya karena dari surat kabar itu lah kami jadi tau berita yang gencar dibiccarakan itu apa, nah kita sebagai wakil rakyat harus mencari jalan keluar gitu ya, tapi itu juga kan tidak menurut saya jay a kita harus disepakati bersama
Saya
: oh iya pak, makasi ya pak
Anggota dewan
: oh iya
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peneliti lahir di Rangkasbitung pada tanggal 21 November 1992. Anak tunggal dari pasangan Bapak Drs. Abdul Kohar dan Ibu Nurlailah. Peneliti bertempat tinggal di Parung Kulon JL. H. Suhaemi Rt 03/04 No.35 Kel. Duren Mekar Kec.Sawangan Kota Depok16518. Peneliti dapat dihubungi melalui emailnya di
[email protected]. Ia memulai pendidikan tingkat TK di TK Islam Miftahul Ula pada tahun 1998, SD di MI Al-Ishlahiyah Ibtidaiyah pada tahun 2004, kemudian melanjutkan tingkat menengah pertama di SMP Nurul Madaany Boarding School tahun 2007, dan menyelesaikan tingkat menengah atas di SMA Nurul Madaany Boarding School tahun 2010. Pada tahun 2010, peneliti langsung melanjutkan pendidikannya ke jenjang Perguruan Tinggi pada Program Studi Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Semasa kuliah, peneliti pernah PKL di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsinya yang berjudul “Pengadaan Surat Kabar bagi Anggota Dewan Sebagai Pembuat Kebijakan Publik pada Perpustakaan DPRI RI”.