JULIAN
ASGLON
Penerbit BLUE RABBIT
Asglon Oleh: Julian Copyright © 2014 by Julian
Penerbit Blue Rabbit
[email protected]
Desain Sampul: Julian
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
3
Ucapan Terimakasih: Yesus Kristus Ayah dan Ibu Kakak dan adik Teman - teman yang mendukung Teman - teman yang tidak mendukung Teman - teman yang antara mendukung dan ndak mendukung Film - film Hollywood Berita - berita di televisi Komputer dan tabletku Buku - bukuku Anjing hitam putihku
4
Bab 1 Jim, Cross dan Martha
Rumah Jim dan Martha Bromweller Satu
hari
di
Asglon
sama
dengan
mengecimpungkan dirimu dengan makan, minum, mandi, bertani dan menanak nasi. Hari – hari murung dan bermuka tigamu pun akan segera berlalu karena penduduknya yang ramah – ramah. Waktu seolah terhenti di sana. Tidak ada masa untuk kesusahan dan anjing – anjing bekas milik tetangga Bromweller akan segera menjemputmu ketika kamu bangun pagi.
5
“Sudah bangun? Tuan Crossart?” sapa Mrs. Bromwelller dari jendela dapur. “Ya”, ujarnya sambil menguap,”Masak apa hari ini?” Ia membenamkan dirinya di kursi meja makan. Crossart berbadan sedang dan padat, dengan rambut kuning sapu yang acak - acakan. Martha agak bongsor dan terlihat cerewet, rambutnya pendek bergelombang, dengan sedikit keriting di ujungnya. “Seperti biasa, tuan. Kentang dan kubis.” Mr. Crossart mengambil koran yang terletak di meja,
membuka
lipatannya
bak
melempar
mimpi
buruknya , dan mulai membaca. Anjing
–
anjing
Bromweller,
seperti
yang
Crossart tahu mulai berdatangan, suara decit pintu kamarnya selalu menarik pehatian mereka. Mereka mulai menyalak dan melolong dengan riang. “Helsky! Bulsky! Pergi! Kalian tidak seharusnya masuk rumah!” raung Mrs. Bromweller. Ia mengetuk – ngetuk pancinya. Kedua anjing itu menyalak riang padanya. “Lemparkan 6
saja
daging
pada
mereka,
Martha...”, seloroh Mr. Jim Bromweller. Ia masuk lewat pintu samping, membawa seember penuh ikan laut. “Dari pasar?” celetuk Mr. Crossart. “Aku membeli beberapa ikan segar, aku ingin menelitinya...”, kata Jim. Ia mendengus tertahan, badannya agak apak, bau pasar. “Sejak kapan petani Bromweller meneliti ikan?” celoteh Martha. Ia masih mengetuk – ngetuk pancinya. Kedua anjing itu tidak mau pergi dari kaki Mr. Crossart. Kedua anjing besar itu menggosok - gosokkan tubuh mereka pada Crossart, sama seperti kucing. Crossart mulai memindah - mindahkan kakinya bak pemain sepakbola. “HELSKY! BULSKY!” teriak Mr. Jim, kedua anjing itu berusaha membantah, namun Mr. Jim menaikkan ember ikannya seolah hendak melemparnya. Mereka lari keluar terbirit – birit. Suasana kembali tenang. “Kau beli harga berapa? Untuk ikan – ikan itu?” tanya Mrs. Martha. “Ini? Ini gratis! Tidak ada harganya! Ini ikan 7
busuk!” ujar Jim. “Kenapa
mengambil
ikan
busuk?”
Crossart
menurunkan korannya. “Karena mereka menjala di tempat yang salah! Aku hanya perlu membandingkan ukuran ikan – ikan ini dengan hasil tangkapan Boyd, jika sama ukurannya, maka aku dapat membuktikan bahwa mereka menjala di perairan terlarang itu.” ujar Jim lagi. “Kau masih mengejar kasus Boyd itu?” tanya Crossart. “Tentu saja!” Jim terlihat kesal, “ Ia sepupuku, dan ia mati untuk hal yang tak berguna. Aku tak mau orang lain mengalami hal yang sama di perairan terkutuk itu!” “Urus saja ladangmu!” sembur Martha. Ia tidak percaya
suaminya
masih
mengingat
kasus
Boyd,
sepupunya yang pemalas dan suka berjudi. Martha tidak pernah mau menganggapnya sebagai iparnya. Mr. Jim segera pergi dengan wajah merah padam. Ember di tangannya berkecipak – cipak. Ia membanting pintu kamar kerjanya yang berada di 8
bangunan seberang. Suasana kembali hening, untuk yang kedua kalinya. Crossart dan Martha saling berpandangan. Mrs. Martha masih memegang sutilnya dengan gemas. “Biarkan saja ia, sepupu..” kata Mr. Crossart, ia melanjutkan,” Seorang pria butuh sebuah cita – cita, tujuan hidup untuk memotivasi hidupnya, kasusnya akan membantunya mengerti jati dirinya.” Ia membalik lipatan korannya. “Aku hanya berharap ia punya cita – cita yang lebih baik, yang ia lakukan hanya berkecimpung dengan masa lalunya, dengan kematian Boyd sepupunya”, ujar Martha kesal. Ia mengaduk makanan di panci. Mr. Crossart menyeringai, “Suatu saat, jika aku mati, kau akan melakukan hal yang sama.. Martha, hihihi..”, Cross tertawa geli. Mrs. Martha melempar kain nampannya dan mendengus, ”Kalau begitu, matilah dengan cara yang lebih baik!” Sambil berlagak mendapat ilham baru, Mr. Crossart menutup korannya dan berujar,” Hanya 3 cara 9
cantik untuk mati di dunia ini. Pertama kau buatkan Tuna
sandwich
itu
dan
aku
makan
sampai
mati
kekenyangan. Kedua, Jim, suamimu membanjiri rumah ini dengan
ikan
busuknya.
Ketiga.....”,
Mr.
Crossart
tertegun. Mrs. Martha memicingkan matanya. “......kau tahu? Sudah lama aku tidak memegang senjata, pedang itu sudah karatan dan isu tentang para bandit
yang
berkeliaran
menggangguku..”,Mr.
Crossart
di
utara
menoleh
ke
sedikit Martha
dengan cepat,”Bagaimana pendapa...” “TRUNNNNNK!!!”
nampan
berisi
tiga
jenis
makanan tersaji di depan Mr. Crossart, hadir dengan begitu cepatnya seperti pembunuh berantai yang beraksi, kuah supnya sedikit tumpah ke baju Crossart, Mrs. Martha cepat berujar,”Menurutku kau harus sarapan yang banyak supaya bisa membantuku mencari cara supaya Jim tidak menjadikan rumah ini pasar ikan...Kau tahu? Sam Cowell, anak pedagang ikan di pasar bertemu denganku kemarin sore. Ia bilang ia punya setumpuk ikan segar untuk Jim, mungkin sekarung 10