e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
PENERAPAN TEKNIK PEMODELAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI PADA SISWA KELAS X3 SMA NEGERI 1 KUBU Ni Kadek Ima Suryani, I.B. Putrayasa, I Made Astika Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:{
[email protected],
[email protected],
[email protected]} @undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) peningkatan keterampilan menulis paragraf persuasi dengan teknik pemodelan, (2) langkah-langkah pembelajaran yang tepat melalui penerapan teknik pemodelan, dan (3) respons terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu dan guru bahasa Indonesia di kelas tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis paragraf persuasi, lembar paduan observasi guru dan siswa, lembar kuesioner, dan pedoman wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Data refleksi awal menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas adalah 70 (cukup), kemudian meningkat menjadi 75,45 (cukup) pada siklus I, dan meningkat menjadi 80,29 (baik) pada siklus II. (2) Langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi adalah (a) menyampaikan materi dan langkah-langkah menulis paragraf ersuasi dengan teknik pemodelan, (b) memberikan siswa contoh (model) paragraf, (c) meminta siswa membaca contoh paragraf (d) melakukan tanya jawab contoh (model) paragraf, (e) menjelaskan contoh (model) paragraf sesuai dengan langkah menulis paragraf, dan (f) meminta siswa menetukan topik, membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka agar menjadi paragraf yang baik. (3) Respons siswa positif terhadap penerapan teknik pemodelan. Kata kunci
: teknik pemodelan, paragraf persuasi Abstract
This study aims to describe (1) increase in the writing skills of persuasive paragraph with modeling technique, (2) the steps appropriate learning through implementation of modeling technique to improve the writing skills of persuasive paragraph, and (3) the response to the use of modeling technique in learning to write persuasive paragraph student in class X3 SMA Negeri 1 Kubu. This study uses action research design. The subjects were grade students of SMA Negeri 1 Kubu X3 and Indonesian teachers in the classroom. The data collection used were is the observation method, test, questionnaire, and interview. The instrument used in this study is a test write persuasive paragraph, alloy sheet teacher and student observation, the questionnaire, and interview guides. The data obtained were analyzed using qualitative descriptive and quantitative descriptive. The results of this study indicate that (1) the application
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 2 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
of modeling technique to improve the writing skills of persuasive paragraph X3 grade students of SMA Negeri 1 camp. The data of the preliminary observation showed that the mean score of the class was 70 (enough), went over to 75,45 (enough) in the first cycle and then was 80,29 (good) in the second cycle. (2) Appropriate measures to improve the writing skills of persuasive paragraph (a) deliver the material and steps to write the modeling technique (b) give students example of paragraph (c) ask the students to read examples of paragraph (d) conduct a question and answer examples paragraph, (e) describes an example paragraph of paragraph writing in accordance with step (f) asks the students determine the topics that will be used as paragraph, asks students to outline and develop the framework, (3) the positive student response of implementation modeling technique. Keyword
: modeling technique, persuasive paragraph
PENDAHULUAN Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis serta memiliki kegemaran menulis. Dengan keterampilan menulis yang dimiliki, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan dapat menggunakan bahasa untuk menyalurkan kreativitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan menulis itu sendiri tidak mudah dilakukan meskipun terus dipelajari siswa selama menuntut ilmu di sekolah. Nurgiyantoro (2001:294) menyatakan bahwa dibanding keterampilan lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dalam menulis diperlukan keterampilan penguasaan terhadap unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Unsur bahasa maupun isi harus terjalin dengan baik agar dapat menghasilkan karangan yang runtut dan padu. Sejalan dengan pendapat itu, Kartono (2009:17) menyatakan, “Menulis merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimat-kalimat, melainkan lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak”. Dengan de-
mikian, perlu dilakukan pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa lain. Berbicara masalah menulis dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, tidak bisa terlepas dari standar kompetensi yang tertuang dalam kurikulum. Terkait dengan hal itu, dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terdapat standar kompetensi yang harus dikuasai siswa, yaitu mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Sementara itu, kompetensi dasar (KD) berbunyi, “Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif”. Melalui pembelajaran keterampilan tersebut, siswa diharapkan mampu menulis paragraf persuasi dan menghasilkan karya yang baik. Paragraf persuasif adalah paragraf yang berisi ajakan atau bujukan agar pembaca mengikuti atau mengadopsi petunjuk-petunjuk yang ditulisnya dalam teks. Keraf (2007:118) mengungkapkan, “Paragraf persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang”. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebuah tulisan persuasi akan mampu mengajak pendengar atau pembaca mengikuti kehen-
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 3 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
dak penulis. Dengan demikian, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan mengolah informasi agar menjadi paragraf persuasi yang menarik. Sebagai sebuah informasi yang bertujuan meyakinkan, tulisan harus dikemas semenarik mungkin agar tidak luput dari perhatian pembaca. Keberhasilan penulis dalam menulis paragraf persuasi akan terlihat apabila tujuan persuasif itu tercapai, yaitu penulis mampu memengaruhi, meyakinkan, dan mengubah pikiran pembaca sehingga mereka menyetujui dan melaksanakan pendapat yang ditulis. Oleh karena itu, diperlukan data sebagai penunjang untuk meyakinkan pembaca akan tulisan persuasif yang dibuat. Data yang digunakan dalam tulisan atau paragraf persuasif lebih baik berupa fakta. Jika hal-hal itu diperhatikan, maka akan tercipta daya persuasif yang baik. Pada kenyataannya, pembelajaran menulis persuasi di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu belum efektif. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu, diketahui bahwa siswa masih kesulitan menulis paragraf persuasi. Hal ini didukung dari hasil wawancara terhadap siswa kelas X3 yang bernama I Wayan Juliantara, diperoleh informasi bahwa mengalami kesulitan pada cara mengembangkan ide atau gagasan ke dalam paragraf. Ini menandakan bahwa minimnya pengetahuan siswa tentang cara menulis paragraf. Selain itu wawancara dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas tersebut mengungkapkan bahwa keterampilan menulis siswa khususnya menulis paragraf persuasi masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas X3 adalah 78, namun skor ratarata kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu hanya 70. Berdasarkan skor rata-rata yang dicapai siswa dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas hanya mencapai 4 orang (16%) dan 20 orang (84%) tergolong belum tuntas. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar siswa be-
lum tuntas dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi. Dalam mengelola pembelajaran, kepiawaian seorang guru dalam mengelola pembelajaran sangat berpengaruh terhadap berhasilnya pencapaian hasil belajar siswa. Mengingat kompleksnya pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki seorang penulis yang baik, dalam pembelajaran guru dituntut memilih teknik yang dapat mengarahkan siswa memperoleh pengetahuan sekaligus keterampilan menulis. Sedikit tidaknya guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Teknik yang dipilih oleh guru hendaknya dapat membuat siswa memperoleh contoh tulisan yang benar, mengenali dan memahami unsur-unsur menulis, cara menulis dengan benar sehingga siswa dapat mengetahui, memahami, serta dapat menulis dengan benar pula. Berdasarkan permasalahan di atas, salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi adalah teknik pemodelan. Pemodelan dapat diartikan sebagai upaya pemberian contoh (model) yang berhubungan dengan materi dan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa (Nuryatin, 2010:34). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nurhadi (2004:16) mengungkapkan bahwa teknik pemodelan merupakan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan menggunakan contoh (model) yang bisa ditiru. Dengan demikian, siswa akan belajar melalui contoh (model) yang diberikan oleh guru. Pemberian model dilakukan dengan memberikan sebuah contoh paragraf persuasi untuk ditiru, bukan kata demi kata atau kalimat demi kalimat tetapi cara atau teknik pengembangan paragrafnya. Dalam hal ini, teknik pemodelan berangkat dari pemberian contoh (model) paragraf, membaca teks model, menganalisis teks model, dan berlatih menulis dengan meniru
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 4 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
konstruksi teks model. Oleh karena itu, guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa melainkan siswa lebih aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sehingga mendorong terjadinya proses belajar pada diri sendiri. Pemodelan akan membuat siswa memperoleh contoh paragraf yang benar. Melalui teknik ini pula siswa dapat membangun pengetahuannya tentang cara menulis yang benar. Hal tersebut karena siswa diajak secara aktif untuk menemukan unsur-unsur paragraf maupun pengembangan paragraf. Tidak hanya itu, keberadaan teks model juga membantu mengurangi kesulitan siswa pada saat menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Melalui model yang diberikan siswa akan memperoleh gambaran tentang cara mengembangkan gagasan atau ide mereka ke dalam kalimat-kalimat yang efektif. Dengan demikian, siswa akan lebih terampil menulis paragraf persuasi. Ada beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti lain terkait pembelajaran menulis paragraf persuasi. Penelitian pertama, yakni “Peningkatan Keterampilan Menulis Persuasi dengan Media Iklan Advertorial pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Prembun” yang dilakukan oleh Dewi Ambarwati pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media iklan advertorial dapat meningkatkan keterampilan menulis persuasi siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Prembun. Persamaan antara penelitian ini dan penelitian Dewi Ambarwati adalah memiliki objek penelitian yang sama, yakni meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi. Perbedaannya adalah penelitian Dewi Ambarwati menggunakan media iklan advertorial sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik pemodelan. Penelitian lain, “Peningkatan Keterampilan Menulis Persuasi dengan Media Strategi Quantum Teaching pada Siswa Kelas X-I SMA Walisongo Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”
yang dilakukan oleh Munsyakiroh pada tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media strategi quatum teaching dapat meningkatkan keterampilan menulis persuasi siswa kelas Kelas X-I SMA Walisongo. Persamaan antara penelitian ini dan penelitian Munsyakiroh adalah memiliki objek penelitian yang sama, yakni meningkatkan kemampuan menulis persuasi. Perbedaannya adalah penelitian menggunakan media strategi quantum teaching sedangkan pada penelitian ini menggunakan teknik pemodelan. Berdasarkan uraian di atas, penulis memiliki pemikiran menggunakan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi. Oleh karena itu, peneliti mengangkat penelitian yang berjudul Penerapan Teknik pemodelan untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Paragraf Persuasi Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Berdasarkan hal tersebut permasalahan dalam peneltian ini adalah (1) Peningkatan keterampilan menulis paragraf persuasi dengan teknik pemodelan pada siswa X3 SMA Negeri 1 Kubu. (2) Langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. (3) Respons siswa terhadap penggunaan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Sejalan dengan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis paragraf persuasi dengan teknik pemodelan siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu, (2) mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran yang tepat melalui penerapan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu, dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penggunaan teknik pemodelan dalam
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 5 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
pembelajaran menulis paragraf persuasi. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini, yakni bagi siswa kelas X3 di SMA Negeri 1 Kubu , guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Kubu, dan penliti lain. Bagi siswa kelas X3 di SMA Negeri 1 Kubu, penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi tentang cara menulis paragraf persuasi sehingga memudahkan siswa dalam menulis paragraf persuasi. Kemudian bagi guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Kubu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai teknik alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi. Terakhir bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman, informasi, ataupun bahan perbandingan untuk melakukan penelitian sejenis. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan PTK dimaksudkan dalam rangka perbaikan hasil pembelajaran yang dilakukan perbaikan secara bertahap atau multisiklus. Kegiatan setiap siklus meliputi refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif. Peneliti dan guru bersama-sama mempersiapkan rancangan pembelajaran. Guru bertindak langsung atau tanpa campur tangan peneliti dalam proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sementara itu, peneliti sebagai pengamat dan bersama guru melakukan refleksi guna melihat kelebihan dan kelemahan tindakan yang telah dilakukan untuk merencanakan pembelajaran pada siklus berikutnya. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru bahasa Indonesia di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Siswa tersebut terpilih sebagai subjek penelitian karena pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan dalam menulis paragraf persuasi. Sementara itu, guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas tersebut juga dipilih sebagai subjek karena beliau yang mengajar dan menilai keberhasilan teknik pemodelan. Sementara itu, objek penelitian ini adalah keterampilan menulis paragraf persuasi dengan menerapkan teknik pemodelan, langkah-langkah yang tepat yang dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraf persuasi dengan menerapkan teknik pemodelan di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu, serta respons siswa terhadap penggunaan teknik pemodelan di kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes, metode observasi, metode kuesioner, dan metode wawancara. Metode tes digunakan untuk mengetahui keterampilan menulis paragraf persuasi siswa dengan teknik pemodelan. Metode observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa dalam langkah-langkah pembelajaran menulis paragraf persuasi dengan penerapan teknik pemodelan. Metode kuesioner serta wawancara digunakan untuk mengetahui respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes menulis paragraf persuasi, lembar paduan observasi guru dan siswa, lembar kuesioner, dan pedoman wawancara. Dalam penelitian ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Teknik deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata. Teknik deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data dengan cara menginterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan angka-angka. Data hasil tes menulis paragraf persuasi dianalisis dengan menggunakan analisis data deskripstif kuantitatif. Data hasil observasi mengenai langkah-langkah pembelajaran menulis persuasi melalui pe-
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 6 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
nerapan teknik pemodelan dianalisis dengan menggunakan analisisis data deskriptif kualitatif. Data mengenai kuesioner siswa terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi dianalisis dengan teknik deskriptif kuantitatif dan data hasil wawancara dianalisis dengan teknik analisis data kualitatif. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, keberhasilan penelitian tindakan ditandai dengan adanya perubahan menuju arah perbaikan. Indikator keberhasilan yang dicapai dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar dan tindak belajar siswa. Meningkatnya prestasi belajar menulis paragraf persuasi siswa dapat diketahui dengan cara melihat perbandingan nilai yang diperoleh sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan tindakan. Kriteria keberhasilan yang digunakan sebagai patokan dalam mengakhiri penelitian ini adalah sebagai berikut. Kriteria keberhasilan tindakan (yang menggambarkan perbaikan kualitas pembelajaran) adalah 75% tindakan yang direncanakan sudah tercapai. Kriteria respons siswa ditunjukkan dengan 75% dari siswa merespons positif. Standar keterampilan menulis paragraf persuasi dapat dikatakan berhasil apabila 75% dari jumlah siswa memperoleh nilai 78 ke atas, yaitu sesuai dengan standar ketuntasan minimal pelajaran bahasa Indonesia yang ditetapkan di SMA Negeri 1 Kubu. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan di atas, penelitian dapat dihentikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit. Setiap siklus digunakan untuk menerapkan perencanaan tindakan yang telah peneliti dan guru susun bersama serta untuk mengetahui respons siswa terhadap teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pembelajaran menulis paragraf persuasi. Hasil tes menulis paragraf persuasi siswa pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan skor rata-rata (X) dengan diterapkan teknik pemodelan. Pada siklus I rata-rata skor yang diperoleh siswa yaitu 75,45 meningkat 5,45 dari skor pratindakan 70. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa (41,67%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa (58,33%). Dengan demikian, kenaikan skor tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan karena persentase siswa yang tuntas hanya 41,47%. Pada siklus II rata-rata skor kembali mengalami peningkatan 4.84 menjadi 8,29. Ketuntasan siswa secara klasikal meningkat menjadi 21 siswa (87,5 %) dan yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa (12,5%). Dengan demikian, Pelaksanaan tindakan siklus II tergolong berhasil dan memenuhi kriteria keberhasilan karena persentase ketuntasan siswa mencapai 87,5%. Peningkatan skor yang diperoleh siswa sebelum dilakukan tindakan, pelaksanaan siklus I, sampai pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Perbandingan antara skor rata-rata kelas sebelum dilakukan tindakan, pada siklus I, dan pada siklus II Pelaksanaan Skor Kategori rata-rata kelas Pratindakan 70 Cukup Siklus I 75,45 Cukup Siklus II 80,29 Baik Respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi adalah positif. Pada tindakan siklus I rata-rata respons siswa terhadap penerapan teknik pemodelan pada pembelajaran menulis paragraf persuasi, sebesar
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 7 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
24,41 dalam kategori positif. Pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 26,37 dengan kategori positif terhadap penerapan teknik pemodelan untuk meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga temuan penting sehubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan dalam pembelajaran keterampilan menulis selama penelitian berlangsung. Tiga temuan penting tersebut antara lain (1) keterampilan menulis paragraf persuasi siswa meningkat setelah diterapkan teknik pemodelan, (2) langkah-langkah yang tepat penerapan teknik pemodelan dalam meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi, (3) siswa memberikan respons sangat positif terhadap penerapan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi. Temuan-temuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Temuan pertama yaitu peningkatan kemampuan siswa menulis paragraf persuasi dengan diterapkan teknik pemodelan. Pada pelaksanaan tindakan siklus I belum dapat dikatakan berhasil. Ketidakberhasilan pada siklus I disebabkan oleh siswa yang mengalami kesulitan dalam pada tahap penulisan yaitu menemukan ide dan cara mengembangkan paragraf. Hal ini dapat dilihat dari kalimat-kalimat yang dikembangkan belum efektif dan belum sesuai dengan EYD. Seperti teori yang diungkapkan oleh Akhaidah, dkk. (1998:3) bahwa dalam mengembangkan kerangka paragraf diperlukan bahasa atau memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Melalui pemilihan kata-kata yang tepat kemudian dituangkan ke dalam kalimat yang efektif. Tidak hanya itu kalimat harus sesuai dengan ejaan yang disempurnakan (EYD). Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut peneliti dan guru melakukan perbaikan terhadap tindakan yang diberikan. Perbaikan pada siklus II dilakukan dengan lebih memberikan penjela-
san kepada siswa terkait contoh (model) yang diberikan. Penjelasan tersebut dilakukan dengan menghubungkan contoh (model) dengan langkahlangkah menulis. Hal ini dimaksudkan agar siswa mendapatkan informasi tentang cara mengembangkan paragraf yang baik. Selain itu, lebih memotivasi siswa agar lebih aktif bertanya jika ada hal belum dipamahi. Dengan cara seperti itu, terbukti hasil yang diperoleh siswa pun meningkat pada siklus II. Peningkatan siklus II terjadi karena guru melakukan perbaikan dengan lebih menjelaskan atau menghubungkan contoh dengan langkah-langkah menulis paragraf. Dengan pemberian contoh tersebut siswa akan mendapatkan informasi ataupun gambaran langkah menulis. Selain itu, contoh (model) yang diberikan akan menjadi pedoman mengenai struktur tulisan yang akan dibuat. Cara seperti itu dapat membantu kesulitan yang dialami siswa sehingga berdampak peningkatan hasil tes siswa menulis paragraf persuasi. Temuan ini sejalan dengan teori Tarigan (1986:192) yang menyatakan bahwa media pembelajaran yang berupa contoh (model) digunakan untuk memudahkan dan mempercepat proses belajar mengajar. Cara pembelajaran semacam itu akan lebih mudah dipahami siswa daripada hanya memberikan penjelasan tanpa memberikan contoh atau menunjukkan modelnya. Selain itu, temuan ini sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Wijayanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara (Pidato) Melalui Media Pemodelan Berdasarkan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas XII Multimedia SMK TI Bali Global Singaraja”. Wijayanti mengemukan bahwa penyangan model yang dekat dengan dunia nyata siswa dan digemari oleh siswa sangat mendukung peningkatan sepuluh aspek dalam keterampilan berbicara yang diujikan. Temuan penting yang kedua adalah beberapa langkah yang tepat
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 8 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
yang harus ditempuh guru dalam menerapkan teknik pemodelan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menulis paragraf persuasi. Langkah-langkah yang tepat dalam dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi adalah (a) menyampaikan materi dan langkah-langkah menulis dengan teknik pemodelan, (b) memberikan siswa contoh paragraf, (c) meminta siswa membaca contoh paragraf (c) melakukan tanya jawab contoh (model) paragraf, (d) menjelaskan contoh (model) paragraf sesuai dengan langkah menulis paragraf, dan (e) meminta siswa menetukan topik, membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka agar menjadi paragraf yang baik. Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam menerapkan teknik pemodelan dalam pembelajaran menulis terletak kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan diawali dengan menyampaikan apersepsi, indikator, dan tujuan pembelajaran. Memasuki kegiatan inti, guru memaparkan materi menulis paragraf persuasi. Guru membagikan siswa contoh paragraf persuasi. Selanjutnya, guru melakukan tanya jawab terkait contoh (model) untuk mengetahui struktur tulisan dan langkah-langkah menulis paragraf. Guru menjelaskan contoh (model) dengan cara menghubungkan contoh (model) dengan langkah-langkah menulis paragraf persuasi. Guru juga memotivasi siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang belum dimengerti tentang menulis paragraf persuasi. Guru kemudian menugaskan siswa menulis paragraf persuasi sesuai dengan langkah-langkah menulis paragraf persuasi. Saat siswa menulis paragraf, guru berkeliling memberikan bimbingan kepada siswa. Setelah selesai siswa menulis paragraf hasilnya dikumpulkan kepada guru. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pemberian pengarahan dan penghargaan kepada siswa. Temuan ini sejalan dengan teori Tarigan (1986:194) yang mengungkapkan bahwa pemodelan adalah cara guru mempersiapkan suatu model yang
akan dijadikan model atau contoh dalam proses pembelajaran yang bertujuan mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Dengan adanya contoh (model) nyata yang diterapkan dalam sebuah pembelajaran, siswa secara otomatis termotivasi untuk belajar dari model-model yang diberikan. Temuan ini juga sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Noviantari (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyunting Karangan Argumentasi di Kelas XD SMA Negeri 1 Selemadeg”. Noviantari mengemukakan bahwa langkah utama yang harus ditempuh oleh guru dalam menerakan teknik pemodelan dalam upaya meningkatkan hasil belajar menyunting karangan argumentasi, antara lain terletak pada (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Teknik pemodelan diaplikasikan pada saat siswa dan guru bersama-sama mengikuti kegiatan inti pembelajaran menyunting karangan argumentasi. Guru selanjutnya memaparkan secara jelas dan terperinci materi pembelajaran. Kemudian, guru mengajak siswa mendiskusikan contoh (model) cara menyunting. Guru menugaskan siswa menyunting karangan argmentasi sesuai dengan arahan yang sudah disampaikan sebelumnya. Siswa kemudian mengumpulkan hasil suntingan dan guru menyimpulkan pembelajaran hari itu. Kegiatan diakhiri dengan memberikan penguatan dan pengarahan kepada siswa. Penerapan kegiatan dalam penelitian tersebut hampir serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa mendiskusikan model, memahami model, dan kegiatan menulis paragraf atau pemberian tes. Temuan terakhir adalah siswa senang pembelajaran menulis paragraf persuasi dengan penerapan teknik pemodelan. Hal tersebut terlihat dari ratarata skor respons siswa yang memberikan respons positif terhadap penerapan
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 9 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
teknik pemodelan. Temuan ini sejalan dengan teori Sujdana (2005:156) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan menerapkan teknik pemodelan dilakukan dalam situasi nyata, gembira, partisipasif, dan tidak membosankan. Siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam melakukan kegiatan menulis paragraf persuasi. Hal ini mendorong siswa merespons positif terhadap penerapan teknik pemodelan. Selain itu, penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yuyun Setiwati (2010). Yuyun memaparkan bahwa siswa kelas VII B SMA Muhamadiyah Singaraja memberikan respons postif terhadap penerapan teknik pemodelan. Berdasarkan pemaparan di atas, penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil tes yang diperoleh siswa dari siklus I ke siklus II. Selain itu, penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan respons siswa terhadap pembelajaran menulis paragraf persuasi siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dari penelitian ini. Pertama, Penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa kelas X3 SMA Negeri 1 Kubu. Peningkatan prestasi tersebut dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata yaitu pada siklus I sebesar 75,45, kemudian pada siklus II meningkat menjadi 80,16. Selain itu, keberhasilan penerapan teknik pembelajaran ini juga dapat dilihat dari presentase ketuntasan. Sebelum tindakan dilaksanakan, siswa yang tuntas atau mendapat skor 78 ke atas pada kompetensi dasar ini sebesar 16,67%. Setelah tindakan dilaksanakan, pada siklus I, siswa yang tuntas sebesar 41,67% dan pada siklus II siswa yang tuntas sebesar 87,5%. Berdasarkan hal
tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan tindakan telah berhasil. Kedua, penerapan teknik pemodelan dengan langkah-langkah yang tepat sangat efektif dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi pada siswa kelas X3 SMA negeri 1 Kubu. Langkah-langkah yang tepat dalam dalam pembelajaran menulis paragraf persuasi adalah (a) menyampaikan materi dan langkah-langkah menulis dengan teknik pemodelan, (b) memberikan siswa contoh paragraf, (c) meminta siswa membaca contoh paragraf (c) melakukan tanya jawab contoh (model) paragraf, (d) menjelaskan contoh (model) paragraf sesuai dengan langkah menulis paragraf, dan (e) meminta siswa menetukan topik, membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka agar menjadi paragraf yang baik. Terakhir, siswa memiliki respon yang positif terhadap penerapan teknik pemodelan. Peningkatan respon tersebut dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata respon siswa pada siklus I sebesar 24,41 dalam kategori positif dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 26,37 dalam kategori positif. Selain itu, hasil wawancara dalam setiap siklus dengan beberapa siswa pun menunjukkan bahwa siswa merespons positif penerapan teknik pemodelan dalam rangka meningkatkan keterampilan menulis paragraf persuasi siswa. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut. Pertama, guru hendaknya menggunakan teknik pemodelan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa khususnya dalam hal keterampilan menulis paragraf persuasi. Kedua, dalam menerapkan teknik ini, hendaknya guru lebih menjelaskan contoh dan menghubungkan contoh dengan langkahlangkah menulis paragraf sehingga siswa lebih mudah membuat paragraf persuasi. Terakhir, peneliti lain diharapkan melakukan penelitian tindakan lanjutan dengan menerapkan teknik pe-
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha 10 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Volume : Vol: 2 No: 1 Tahun:2014)
modelan pada kompetensi dasar yang lain, untuk mengetahui bahwa teknik ini tidak hanya dapat diterapkan pada pembelajaran menulis khususnya paragraf persuasi. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ambarawati, Dewi. 2011. “Peningkatan Keterampilan Menulis Persuasi dengan Media Iklan Advertorial Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Prembun”. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/1209/1/D ewi_Ambarwati.pdf (diakses pada diakses 19 Januari 2014) Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Munsyakiroh. 2011. “Peningkatan Kemampuan Menulis Persuasi dengan Strategi Quantum Teaching pada Siswa X-I SMA Walisongo Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011”. Tersedia pada http://library.ikippgrismg.ac.id/do cfiles/fulltext/00f0f8ea604bfc51. pdf (diakses pada diakses 19 Januari 2014). Noviantari, Ni Wayan Wina. 2013. Penerapan Teknik Pemodelan untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyunting Karangan Argumentasi di Kelas XC SMA Negeri 1 Selemadeg. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha. Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan dalam KBK. Surabaya: Universitas Negeri Malang. Nurgiyanto, Burhan. 2001. Penelitian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Nuryatin, Agus. 2010. Mengabadikan Pengalaman dalam Cerpen. Rembang: Yayasan Adhigama. Sudjana, H.D.2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Rosdakarya. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Wijayanti, Ni Made Rina. 2013. Peningkatan Keterampilan Berbicara (Pidato) Melalui Media Pemodelan Berdasarkan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas XII Multimedia SMK TI Bali Global Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Ganesha.