Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044
PENERAPAN TEKNIK LOAD BALANCING UNTUK PERANCANGAN JARINGAN VLAN PADA UNIT PENGELOLA SISTEM PENGENDALIAN LALU LINTAS DKI JAKARTA Muhammad Gustriama1), Sugiyono2) Teknik Informatika, STIKOM CKI, Email:
[email protected] 2 Teknik Informatika, STIKOM CKI, Email:
[email protected]
1
Abstract: Technology is one of the important aspects of life in today's global era. One of the technologies that are now growing rapidly is information technology. In the world of information technology, computer networks is essential for human life, both in institutions, educational, corporate, and others. One of the factors in a company that is very important is the level of speed and stability of the network structure in the sending and receiving of data, this is due to the increasing amount of data usage and support the performance and productivity that will be generated. So it should be able to maximize and optimize the width of the data path and the rate of speed of delivery. This will certainly streamline the time and productivity of the company as well as the process becomes stable and smooth work. In the process of this network structure, they often unstable and slow network in the delivery and reception of data, it is in value is not effective in the use and distribution of bandwidth. Thus making more bandwidth lines irregular and risk weakening the structure of the existing network. In this study, will be built a new network structure by using a type of network VLAN (Virtual Local Area Network) using PPDIOO and solutions to problems are conducted using techniques ECMP load balancing method on UPSPLL Jakarta. Expected results of the analysis and design of new network in Jakarta UPSPLL can help optimize the performance and stability of bandwidth. Keywords: Network, VLAN, Load Balancing, PPDIOO, ECMP
1. PENDAHULUAN Teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan di era global saat ini. Teknologi dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan masyarakat akan informasi yang cepat dan akurat. Salah satu teknologi yang sekarang ini berkembang dengan pesat adalah teknologi informasi. Peran penting dari teknologi informasi adalah sebagai aspek bisnis, komunikasi, perbankan, pemerintah, dan lain-lain. Teknologi informasi sendiri terdapat beberapa komponen yang mendukung seperti perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan jaringan (network). Di dalam dunia teknologi informasi, jaringan komputer sangatlah penting bagi kehidupan manusia, baik dalam institusi, pendidikan, perusahaan, dan lainlain. Karena data adalah termasuk harta yang sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Pengiriman dan pertukaran data selalu terjadi setiap saat, baik itu keluar masuknya melalui jaringan Intranet ataupun Internet. Selain itu tingkat kecepatan dan kestabilan dalam pengiriman dan penerimaan data juga sangat penting, hal ini dikarenakan dengan meningkatnya jumlah pemakaian data dan menunjang kinerja serta produktivitas yang akan dihasilkan. Sehingga harus dapat memaksimalkan dan mengoptimalkan lebar jalur tempat data dan tingkat kecepatan pengiriman. Hal ini tentu akan mengefisiensikan waktu dan produktivitas
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
perusahaan serta proses pekerjaan menjadi stabil dan lancar. Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas (UPSPLL) merupakan unit pengelola dibawah pengawasan Dinas Perhubungan DKI Jakarta (Dishub). Tugas pokok UPSPLL yaitu melaksanakan pengelolaan sistem pengendalian lalu lintas seperti monitoring closed circuit television (CCTV) lalu lintas di wilayah DKI Jakarta yang bersifat secara terusmenerus aktif/online selama 24 jam. UPSPLL saat ini baru memiliki satu Internet service provider (ISP), yang mengakibatkan sering terjadinya masalah dalam jaringan tersebut ketika ISP dalam keadaan tidak stabil (down) atau mati yang dikarenakan tidak mampu menahan beban bandwidth, sehingga membuat kinerja monitoring CCTV tidak dapat terpantau bahkan kerap mendapat teguran langsung dari atasan, baik dari pihak Dishub, TMC Polda ataupun Gubernur DKI Jakarta. Maka dari itu UPSPLL membutuhkan sistem jaringan komputer yang lebih baik dari sebelumnya demi kelancaran dan kestabilan sistem jaringan yang ada. 2. METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh (M. Kautsar Emeraldy, Nugraha Abdillah, 2013) tentang “Perancangan Dan Implementasi VLAN Pada PT Intikom Berlian Mustika” menjelaskan bahwa penerapan jaringan VLAN dapat membantu meningkatkan kinerja, performa, efisiensi dan 89
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016 keamanan jaringan komputer pada PT Intikom Berlian Mustika serta dapat mengurangi broadcast storm yang terjadi pada jaringan komputer yang sedang berjalan. Dalam penelitian (Asyanto, 2011) yang berjudul “Perancangan Dan Pembuatan Load Balancing Pada Clustering Web Server Menggunakan LVS” bahwa load balancing terbukti dapat menjadi salah satu solusi yang dapat menciptakan sebuah sistem yang memberikan ketersediaan layanan bagi sebuah server dan hasilnya dapat dilihat dari yang ditunjukkan terhadap pengujian server tunggal dengan server LVS. Menurut (Hafizh, 2011) yang berjudul “Load Balancing Dengan Metode Per Connection Classifier (PCC) Menggunakan Proxy Server Sebagai Caching” menjelaskan bahwa penerapan load balancing dapat membagi paket sama rata pada MTs. An-Nizhamiyyah dan dapat mengatasi masalah disconnecting pada jaringan Internet. Maka jika salah satu jaringan Internet terputus, maka seluruh beban akan dialihkan secara otomatis ke jaringan Internet yang masih aktif, sehingga penerapan management bandwidth dapat membagi trafik secara merata dan kecepatan yang stabil. Dalam jurnalnya yang berjudul “Perancangan Routing Protocol Di Jaringan PT Kawanua Internetindo” (Allen A Jostein, Meicsy E.I Najoan, 2015), menjelaskan bahwa PPDIOO dapat digunakan untuk membangun jaringan pada setiap fase yang akan dilalui dan menjadi prosedur yang tepat agar alur perencanaan dapat berlangsung dengan baik dan sistematis. Menurut (Verma et al., 2014) dalam jurnalnya yang berjudul “Equal Cost Multipath Routing in IP” menjelaskan bahwa ECMP adalah teknik yang memungkinkan menggunakan beberapa jalur biaya yang sama pada IP routing. Fitur ini membantu untuk mendistribusikan lalu lintas lebih merata dalam jaringan dan dapat juga merupakan metode perlindungan. Dengan ECMP, jalur yang dipasang pada teknik load balancing dapat diteruskan ke dalam lapisan router dan setelah terdeteksi kegagalan link, lalu lintas dapat didistribusikan antara sisa jalur yang sama dalam sub kedua tanpa harus kehilangan berat lalu lintas. 3. LANDASAN TEORI a. Jaringan Komputer a. Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer, printer, dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel, sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak
ISSN 1979-7044 pada printer, dan bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung dengan jaringan (Yulmaini, 2007). b. Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer dan peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Dan setiap komputer, printer, atau peripheral yang terhubung dalam suatu jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan, ribuan, bahkan jutaan node (Edi Wijaya, Robet, 2015). c. Jaringan komputer adalah kumpulan dua atau lebih komputer yang saling berhubungan satu sama lain untuk melakukan komunikasi data dengan menggunakan protokol komunikasi melalui media komunikasi (kabel atau nirkabel), sehingga komputerkomputer tersebut dapat saling berbagi informasi, data, program-program, dan penggunaan perangkat keras secara bersama (Kustanto, 2008). 3.2 Virtual Local Area Network (VLAN) Merupakan suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikonfigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik peralatan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel di mana dapat dibuat segmen yang bergantung pada organisasi atau departemen, tanpa harus bergantung pada lokasi workstation (Juman, 2014). Manfaat VLAN Menurut (Juman, 2014) ada beberapa manfaat VLAN, berikut adalah manfaatnya: a. VLAN mampu mengurangi jumlah data yang dikirim ke tujuan yang tidak perlu. Sehingga lalu lintas data yang terjadi di jaringan tersebut dengan sendirinya akan berkurang. b. Mempermudah administrator jaringan setiap kali komputer berpindah tempat, jaringan dengan prinsip VLAN bisa meminimalkan atau bahkan menghapus langkah ini karena pada dasarnya tetap berada pada jaringan yang sama. c. Mengurangi biaya dengan berpindahnya lokasi, maka seperti halnya diatas, akan menyebabkan biaya instalasi ulang. Dalam jaringan yang menggunakan VLAN, hal ini dapat diminimalisir atau dihapuskan. d. Keamanan VLAN bisa membatasi pengguna yang bisa mengakses suatu data sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan hak akses.
3.3 Cisco Packet Tracer Cisco Packet Tracer adalah salah satu aplikasi yang dibuat oleh Cisco sebagai simulator dalam pembelajaran Cisco Networking maupun simulasi dalam mendesain jaringan komputer. Dalam software ini telah tersedia beberapa alat-alat yang 90
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016 sering dipakai atau digunakan dalam merancang suatu sistem jaringan, sehingga dapat dengan mudah membuat sebuah simulasi jaringan komputer di dalam komputer (Fernadi & Mubarakah, 2015). 3.4 Load Balancig Load Balancing adalah proses pendistribusian beban terhadap sebuah servis yang ada pada sekumpulan server atau perangkat jaringan ketika ada permintaan dari pengguna. Ketika banyak permintaan dari pengguna maka server tersebut akan terbebani karena harus melakukan proses pelayanan terhadap permintaan pemakai. Solusi yang cukup bermanfaat adalah dengan membagi beban yang datang ke beberapa server, jadi tidak berpusat ke salah satu perangkat jaringan saja. Dengan teknik load balancing maka dapat diperoleh keuntungan seperti menjamin reabilitas servis, ketersediaan beban bandwidth dan kemampuan suatu jaringan (Rijayana, 2005).
3.5 PPDIOO (Prepare, Plan, Implement, Operate, Optimized
Design,
Metode PPDIOO adalah metode yang dikembangkan oleh CISCO, metode ini mampu memberikan langkah-langkah kunci dalam keberhasilan perencanaan jaringan, baik itu dalam tahapan desain, implementasi dan operasional. Fasefase yang ada dalam metode PPDIOO ini adalah Plan, Prepare, Design, Implement, Operate, Optimize (Yoga Handoko Agustin, 2015).
Gambar 3.1 Metode PPDIOO a. Prepare Fase ini menetapkan kebutuhan organisasi dan bisnis, mengembangkan strategi jaringan, dan mengusulkan konsep arsitektur dengan level tingkat tinggi untuk mendukung suatu strategi yang didukung dengan kemampuan keuangan pada organisasi atau perusahaan tersebut. b. Plan
ISSN 1979-7044
Fase ini mengidentifikasi persyaratan jaringan berdasarkan tujuan, fasilitas, dan kebutuhan pengguna. c. Design Desain jaringan dikembangkan berdasarkan persyaratan teknis dan bisnis yang diperoleh dari kondisi sebelumnya. d. Implement Pada fase ini peralatan-peralatan baru dilakukan instalasi dan dikonfigurasi sesuai spesifikasi desain. e. Operate Fase ini mempertahankan ketahahan kegiatan sehari-hari jaringan. f. Optimize Fase ini melibatkan kesadaran proaktif seorang manajemen jaringan dengan mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sebelum persoalan tersebut mempengaruhi jaringan. 3.6 ECMP (Equal Cost Multi Path) Teknik ECMP adalah strategi routing di mana pengiriman paket berikutnya pada satu tujuan dapat menempuh berbagai jalur terbaik yang nantinya akan diletakkan pada urutan teratas dari tabel routing (Ramli, 2012) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam perancangan ini beberapa hal yang akan dianalisa diantaranya melakukan analisa terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman atau yang biasa disebut analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Threat). Dari analisa ini akan didapatkan beberapa hasil analisa terhadap jaringan sehingga kekuatan dan kelemahannya akan tampak jelas, hal ini sangat berguna untuk pengembangan jaringan selanjutnya. a. Analisa Kekuatan (Strength) a. Proses pengiriman dan penerimaan data dapat lebih cepat. b. Memudahkan dalam melakukan pengembangan jaringan, server, personal computer, CCTV dan subsistem lainnya. c. IP semakin teratur dan dapat memaksimalkan koneksi antar subsistem dengan yang lainnya. d. Dapat melakukan pembagian bandwidth secara merata, sehingga meringankan hak akses pada titik tumpu bandwidth yang ada. b. Analisa Kelemahan (Weakness) a. Bisa terjadi permasalahan yang sama ketika kondisi bandwitdh yang tidak stabil/melemah dikarenakan kedua ISP down atau mati. 91
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016 c. Analisa Peluang (Opportunity) a. Pelayanan dan penggunaan terhadap klien dapat terpenuhi sehingga membuat kinerja meningkat dan dapat menghasilkan hasil secara maksimal serta berdampak baik untuk masyarakat luas. d. Analisa Ancaman (Threat) a. Ancaman yang terjadi adalah pada masalah sistem keamanan jaringan yang membuat akses lebih mudah dimasuki oleh klien dari luar seperti cracker. Berdasarkan hasil penjelasan pada bab yang sebelumnya, untuk menghasilkan solusi terbaik dalam pemecahan masalah yang terjadi disarankan menggunakan konsep load balancing dengan metode equal cost multi path agar tanpa melakukan banyak perubahan pada infrastruktur jaringan yang ada, dengan adanya load balancing diharapkan penggunaan Internet tidak terbeban hanya pada satu jalur saja tetapi terpisah pada masing-masing segmen yang telah ditentukan, analisa permasalahan dan pemecahannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Desain Jaringan Secara Fisik Permasalahan yang sedang terjadi saat ini adalah desain jaringan yang telah lebih dulu dirancang sebagai jaringan komunikasi data antar komputer (LAN) dengan Internet dirasa masih kurang optimal. Struktur jaringan lokal (LAN) yang ada sekarang dapat digambarkan dengan skema jaringan sebagai berikut:
ISSN 1979-7044
Gambar 4.2 Jaringan LAN Biznet (ISP 2) Sehingga dapat digambarkan dalam skema jaringan secara fisik yang utuh (gambar 4.1 dan gambar 4.2) adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Skema Jaringan Secara Fisik
Gambar 4.1 Jaringan LAN iForte (ISP 1)
e. Solusi Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka diperlukan adanya penerapan teknik load balancing dengan metode ECMP menggunakan router Mikrotik pada jaringan yang telah ada. Untuk dapat melakukan teknik tersebut, dibutuhkan perubahan infrastruktur jaringan menjadi VLAN dan penambahan alat-alat yang dapat dikonfigurasikan agar kinerja jaringan dalam proses load balancing dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan hasil yang diharapkan. 1. Rancangan Skema Jaringan Pada jaringan yang akan diubah, skema yang dibutuhkan untuk mengubah infrastruktur jaringan menjadi VLAN dan teknik load balancing dapat digambarkan sebagai berikut:
92 Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044 Berdasarkan rancangan topologi VLAN yang akan dibangun, berikut adalah proses jaringan LAN yang akan dikonfigurasi menjadi jaringan VLAN. Pada Gambar 4.6 terdapat tampilan Interface List yaitu tampilan pengaturan awal untuk interface pada router Mikrotik.
Gambar 4.6 Tampilan Interface List Mikrotik Setelah melihat tampilan interface list guna memastikan Ethernet mana yang akan dijadikan VLAN, selanjutnya adalah melakukan konfigurasi VLAN yang dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.4 Rancangan Skema Jaringan Baru 4.6. Hasil Pengolahan Data Pada jaringan yang baru dengan penambahan peralatan dan perubahan skema, dibutuhkan konfigurasi baru pada beberapa peralatan penunjang demi mengoptimalkan kinerja jaringan yang akan dibuat. Beberapa konfigurasi yang dibutuhkan adalah: a. Konfigurasi VLAN Ada beberapa perubahan rancangan infrastruktur jaringan yang ada, misalkan dari yang sebelumnya menggunakan LAN menjadi WAN dan seterusnya. Maka dari itu penulis akan mengubah rancangannya menjadi VLAN guna memberikan pengembangan dan kestabilan yang lebih baik lagi. Berikut adalah rancangan atau topologi VLAN yang akan dibangun.
Gambar 4.7 Tampilan New Interface VLAN Mengurutkan alamat IP untuk melakukan daftar IP mana saja yang akan dijadikan VLAN. Berikut adalah gambarannya yang dapat dilihat pada Gambar 4.8
Gambar 4.5 Rancangan Topologi VLAN 93 Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044 Menjadikan default-gateway oleh DHCP Client dengan menentukan IP Address yang akan digunakan. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.11
Gambar 4.11 Tampilan Konfigurasi Gateway for DHCP Network Menyalurkan alamat IP terhadap klien dengan menentukan IP address yang akan disalurkan. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.12
Gambar 4.8 Tampilan Address List IP Configuration Melakukan pendaftaran alamat IP dengan mengkonfigurasi DHCP Server pada VLAN untuk menentukan di interface mana DHCP Server akan aktif. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.9
Gambar 4.12 Tampilan Konfigurasi Distribusi Alamat IP Menentukan DNS Server untuk melakukan request terhadap DHCP klien. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.13
Gambar 4.9 Tampilan Konfigurasi DHCP Server Interface Menentukan DHCP Address Space yang akan otomatis mengambil segment IP yang sama. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.10
Gambar 4.13 Tampilan Konfigurasi DNS Server Menentukan Lease Time untuk menghindari terpenuhnya IP yang digunakan. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.14
Gambar 4.10 Tampilan Konfigurasi DHCP Address Space
Gambar 4.14 Tampilan Konfigurasi Lease Time
94 Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044
DHCP Setup berhasil dikonfigurasi. Berikut adalah gambaran yang dapat dilihat pada Gambar 4.15
Gambar 4.15 Tampilan DHCP Setup Completed 4.7 Konfigurasi Mikrotik Dalam sebuah konfigurasi yang telah diberikan oleh ISP, masing-masing ISP memberikan konfigurasi secara dasar atau siap pakai. Mengingat hal tersebut, maka penulis tetap harus mengkonfigurasi ulang seperti tidak diperlukannya fungsi DHCP dan firewall karena fungsi tersbut nantinya akan dikonfigurasi agar dapat dikontrol langsung melalui core switch. 1. Konfigurasi Mikrotik iForte & Biznet Langkah awal sebelum konfigurasi mikrotik adalah dengan mengetahui IP lokal terlebih dahulu, maka dari itu dapat diperiksa status koneksinya melalui browser seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.17 Status Disable DHCP Server Biznet 2. Konfigurasi Standar Mikrotik Melihat adanya kapasitas pengembangan jaringan, maka dibutuhkan pembagian alamat IP yang disediakan agar pengguna dapat terhubung dengan baik, berikut range (barisan) IP lokal: Tabel 4.1 Tabel Range IP lokal IP Range User Subnet Mask
192.168.0.0/24 255.255.255.0
Dengan terlebih dahulu menentukan IP statis pada interface router Mikrotik sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel IP Interface Router Mikrotik No Interface IP Address 1 Local-LAN (lokal) 192.168.0.1 2 ISP iForte 192.168.1.2 3 ISP Biznet 192.168.2.2
Gambar 4.16 Status Koneksi Biznet Sedangkan tampilan konfigurasi disable DHCP server pada koneksi Biznet dapat terlihat pada gambar berikut ini:
Konfigurasi standar yang digunakan pada router Mikrotik diantaranya adalah sebagai berikut: a. Konfigurasi IP Interface Router Mikrotik Pengaturan awal untuk interface dan addresses list pada router Mikrotik. Tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi adalah sebagai berikut:
95 Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044 Melakukan konfigurasi NAT (Network Address Translator). Tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.18 Konfigurasi IP Interface Router Mikrotik b. Konfigurasi Domain Name Server (DNS) Melakukan pengaturan DNS dengan menggunakan DNS Publik dari google DNS dan open DNS. Tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.19 Konfigurasi DNS
c. Konfigurasi Mangle Firewall Melakukan konfigurasi firewall dalam penandaan paket (mangle) pada Mikrotik. Tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.21 Konfigurasi NAT
3. Konfigurasi Load Balancing Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa metode yang digunakan dalam pemanfaatan teknik load balancing adalah metode ECMP (Equal Cost Multi Path). Metode ECMP dapat diaktifkan pada router Mikrotik dengan melakukan beberapa konfigurasi. Tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.22 Konfigurasi Load Balancing Metode ECMP 1 Karena UPSPLL memiliki Internet dengan kecepatan bandwidth yang berbeda, maka penulis akan membuat perbandingan untuk pembagian beban. Tabel 4.3 Tabel IP Interface Router Mikrotik No
Provider
Bandwidth Perbandingan
1 2
ISP iForte ISP Biznet
40 MBps 25 MBps
2 1
Berikut adalah tampilan graphic user interface pada winbox setelah konfigurasi perbandingan beban:
Gambar 4.20 Konfigurasi Mangle Firewall d.
Konfigurasi NAT (Network Address Translator) 96
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016
ISSN 1979-7044
Hafizh, M. (2011). Load Balancing Dengan Metode Per Connection Classifier (PCC) Menggunakan Proxy Server Sebagai Caching. Hamka. (2015). Penggunaan Internet Sebagai Media Pembelajaran Mahasiswa IAIN Palu. IAIN Palu, 12, No. 1(23), 95–119. Hartono, J. (2004). Yogyakarta. Gambar 4.23 Konfigurasi Load Balancing Metode ECMP 2
5
6
KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada babbab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 5.1 Dengan adanya struktur jaringan VLAN pada UPSPLL DKI Jakarta, menjadikan infrastruktur jaringan lebih tertata rapih dan bisa digunakan banyak akses tanpa harus mengikuti lokasi fisik dari hardware serta menjadikan rooting table menjadi lebih mudah dan efisien serta dapat dikontrol dengan baik. 5.2 Penerapan teknik load balancing mampu menjadikan beban traffic menjadi seimbang dan dinilai lebih efisien dalam penggunaan bandwidth serta menjadikan pemantauan CCTV menjadi efektif. REFERENSI
Allen A. Jostein, Meicsy E.I Najoan, P. D. . M. (2015). Perancangan Routing Protocol Di Jaringan PT Kawanua Internetindo. ISSN 2301-8402, 4(4), 23– 28. Arifin, H. (2011). Kitab Suci Jaringan Komputer & Koneksi Internet. Yogyakarta. Asyanto, B. (2011). Perancangan Dan Pembuatan Load Balancing Pada Clustering Web Server Menggunakan LVS. UIN Syarif Hidayatullah. Edi Wijaya, Robet, R. (2015). Perancangan Sistem Otomatisasi Backup Data Menggunakan File Transfer Protocol Berbasis Jaringan LAN (Studi Kasus Pada STMIK TIME Medan). TIMES, IV(1), 26–30. Fernadi, H. S., & Mubarakah, N. (2015). Perancangan Virtual Local Area Network (VLAN) Dengan Dynamic Routing Menggunakan Cisco Packet Tracer 5.33. Singuda Ensikom, 10(28), 110–114.
Pengenalan
Komputer.
Herlawati, P. P. W. &. (2011). Menggunakan UML (Unified Modelling Language). Joefrie, Y. Y. (2013). Perancangan Program Simulasi Perintah Dasar Jaringan Komputer. Jurnal Ilmiah Foristek, 3(2), 294–301. Juman, K. K. (2014). Analisis Dan Perancangan Virtual Local Area Network Pada Rumah Sakit Sitanala. Forum Ilmiah, 11. Kustanto, S. (2008). Menganalisis Web Dan Keamanannya Menggunakan JMeter Pada CV Mawar Tunggal Perkasa. Lee, S. (2012). Unified Modeling Language (UML) for Database Systems and Computer Applications, 5(1), 157–164. M. Kautsar Emeraldy, Nugraha Abdillah, T. W. (2013). Perancangan dan Implementasi VLAN Pada PT Intikom Berlian Mustika. M. Shalahudin, R. A. . (2013). Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Madcoms. (2010). Yogyakarta.
Sistem
Jaringan
Komputer.
Prama Wira Ginta, Galih Putra Kusuma, E. K. N. (2013). Implementasi Tools Network Mapper Pada LAN. Media Infotama, 9(2). Ramli, M. F. & K. (2012). Efisiensi Kinerja Pengelolaan Energi pada Arsitektur Data Center Komputasi Awan Menggunakan Greencloud. Elite Elektro, 3(1), 6–14. Riadi, I. (2011). Optimalisasi Keamanan Jaringan Menggunakan Pemfilteran Aplikasi Berbasis Mikrotik Pendahuluan Landasan Teori. JUSI, 1(1), 71–80. Rijayana, I. (2005). Teknologi Load Balancing Untuk 97
Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id
Jurnal CKI On SPOT, Vol. 9, No. 2, Desember 2016 Mengatasi Beban Server. SNATI, 2005, 35–39.
Robin. (2015). Otomatisasi Backup Data Pada STMIK Time Via Jaringan Local Area Network. Seuring, S., & Mu, M. (2008). From a Literature Review To a Conceptual Framework for Sustainable Supply Chain Management. Cleaner Production, 16, 1699–1710. http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2008.04.020 Somantri, G. R. (2005). Memahami Metode Kualitatif, 9(2), 57–65. Sopiah, N. (2011). Website jurnal ilmiah terpadu Universitas Bina Darma, (12), 1–9. Ubaidillah, A. F. N. (2011). Simulasi Perancangan Teknologi VLAN Pada SMA Negeri 4 Yogyakarta Menggunakan Packet Tracer. Utomo, E. P. (2011). Kamus teknologi informasi dan komunikasi.
ISSN 1979-7044 Verma, N., Nigam, H., Nigam, G., Yadav, A., Kumar, M., & Srivastava, S. K. (2014). Equal Cost Multipath Routing in IP. IJETAE, 4(1), 272–276. Winarno, E. (2014). Pemrograman Web Berbasis HTML 5, PHP, dan Javascript. Yakub. (2012). Yogyakarta.
Pengantar
Sistem
Informasi.
Yasin, V. (2012). Buku Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Obyek: Pemodelan, Arsitektur dan Perancangan. Yoga Handoko Agustin, I. S. (2015). Rancang Bangun Dan Implementasi Server VOIP Dengan Memanfaatkan IP Publik. Eksplora Informatika, 63–72.
Yulmaini. (2007). Desain Sistem Jaringan Pengontrol Aktivitas Praktikum Mahasiswa Di Laboratorium Komputer STMIK Darmajaya. Informatika, 7(1), 55–62.
98 Copyright © 2016 StikomCKI.ac.id