PERANCANGAN JARINGAN VLAN MENGGUNAKAN MIKROTIK DILENGKAPI AUTOMATIC LOAD BALANCING DAN FAILOVER PADA UDDP PMI Mahardian Yusuf, Wahyu Aji Sasongko, Tatang Gunar Setiadji Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27. Kebon Jeruk Jakarta Barat 11530, (021) 53696969 - (021) 53696999,
[email protected] –
[email protected]
Abstrak Untuk meningkatkan kemampuan sistem jaringan pada UDDP PMI Tanjung Barat DKI Jakarta yang masih kurang baik, khususnya dalam layanan internet, telah dirancang sistem jaringan VLAN dengan menggunakan teknik Load Balancing, failover, dan PCQ yang dapat membagi beban traffic kepada beberapa ISP yang digunakan dan dapat mengalihkan gateway antar link ISP secara otomatis bila salah satu ISP mengalami kegagalan. Sistem jaringan juga dilengkapi dengan pengaturan penggunaan bandwidth sesuai dengan kebutuhan. Metodologi yang digunakan dalam percancangan sistem ini meliputi analisis lapangan, studi kepustakaan, perancangan, uji coba, dan evaluasi. Rancangan sistem jaringan telah diuji coba dalam skala kecil dan sudah berfungsi dengan baik, sehingga diharapkan sistem jaringan ini dapat mengatasi permasalahan yang terdapat pada UDDP PMI. Kata Kunci : VLAN, Load Balancing, Failover, PCQ Abstract To improve the capability of network systems at the UDDP PMI Tanjung Barat DKI Jakarta which is still not good, particularly in internet services, has designed a VLAN network system using Load Balancing techniques, failover, and PCQ that can split the traffic load to some ISPs are used and could divert link between the ISP gateway automatically when one ISP at failure. This network system is also equipped with network bandwidth usage arrangements as needed. The methodology used in this system include analysis of the field, the study of literature, planning, testing, and evaluation. This network system has been tested on a small scale and works well, so hopefully this network system can overcome the problems that found in UDDP PMI. Keyword : VLAN, Load Balancing, Failover, PCQ
PENDAHULUAN Teknologi merupakan salah satu unsur yang sudah tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia zaman sekarang. Setiap harinya berbagai perkembangan dan penemuan baru di bidang teknologi telah diciptakan oleh para ahli teknologi. Dan salah satu bidang teknologi yang selalu mengalami perkembangan pesat adalah teknologi informasi. Beberapa peran penting dari teknologi informasi meliputi aspek bisnis, komunikasi, perbankan, dan lain–lain. Aspek-aspek tersebut juga membutuhkan media pertukaran informasi pada masing-masing bidangnya yang bergantung pada teknologi informasi yang berkembang. Pertukaran informasi yang dibutuhkan pada masing-masing bidang tersebut saat ini sebagian besar membutuhkan media internet. Agar pertukaran informasi yang masuk dan keluar menuju ke
internet berjalan dengan optimal, maka setiap jaringan lokal yang terhubung dengan internet harus memiliki rancangan topologi maupun konfigurasi jaringan yang baik. Sebagian besar instansi yang memiliki cabang membutuhkan sistem jaringan yang optimal agar pertukaran data yang terjadi antara kantor pusat dan kantor cabang tidak terganggu. Kantor pusat yang menjadi pusat pertukaran data tentu harus memiliki jaringan yang optimal untuk menjaga kestabilan akses data yang dilakukan oleh kantor cabang ke kantor pusat. Tidak hanya jaringan antar kantor cabang dengan kantor pusat yang harus optimal, melainkan juga jaringan internal kantor pusatnya juga harus mendukung, Bila merujuk pada objek penelitian pada artikel ini yaitu Unit Donor Darah Pusat Palang Merah Indonesia (UDDP PMI), jaringan yang terdapat pada instansi UDDP PMI saat ini menggunakan dua Internet Service Provider (ISP) yaitu Telkom Spedy dan Firstmedia Fastnet. Permasalahan timbul ketika update informasi tentang jumlah stok kantong darah dan keperluan logistik tidak dapat dilakukan oleh karyawan UDDP PMI secara real time. Hal ini terjadi karena jaringan yang ada tidak sepenuhnya mendukung kegiatan opersional. Semua divisi terhubung pada satu jaringan yang sama sehingga membebani kinerja router yang dapat berakibat menurunnya performa jaringan. Dalam Jaringan UDDP PMI juga belum diimplementasikan bandwidth management sehingga jika salah satu perangkat sedang mengunduh atau download, maka bandwidth internet yang ada hanya didapatkan oleh perangkat tersebut sedangkan perangkat lain mendapatkan bandwidth internet yang seadanya. Hal itu menyebabkan perangkat lain lambat untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Belum adanya pembagian beban traffic internet menggunakan dua ISP yang ada ikut menambah permasalahan jaringan pada UDDP PMI. Saat ini beban traffic internet yang ada untuk semua klien yang terhubung dengan jaringan dibebankan kepada satu ISP saja, yaitu ISP Firstmedia Fastnet. Sedangkan ISP Telkom Speedy dijadikan sebagai cadangan atau backup. Dengan kondisi jaringan seperti ini, maka akan terjadi penumpukan traffic data pada satu jalur yang menyebabkan akses internet menjadi lambat. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dibuat jaringan baru menggunakan VLAN yang dilengkapi teknik automatic load balancing dan failover. Penggunaan VLAN mengurangi kemungkinan terjadinya broadcast storms yang dapat menyebabkan kepadatan pada jaringan komputer. Selanjutnya digunakan automatic load balancing yang merupakan perpaduan antara teknik load balancing metode per connection classifier (PCC) dengan teknik per connection queue (PCQ). Load balancing berfungsi sebagai pembagi beban traffic data yang menuju ke internet dan juga traffic data yang berasal dari internet dengan menggunakan dua ISP yang ada secara bersamaan dan otomatis. Kemudian teknik PCQ digunakan untuk membagi bandwidth internet secara merata dan dinamis kepada klien yang terhubung dalam jaringan. Teknik failover juga diimplementasikan agar traffic data tidak terputus saat salah satu jalur ISP mengalami kegagalan. Teknik failover akan mengalihkan traffic data ke jalur ISP yang masih aktif, sehingga kegiatan operasional karyawan tidak terganggu. Dengan dibuatnya jaringan baru ini diharapkan dapat mengoptimalkan performa jaringan di dalam instansi UDDP PMI sehingga kinerja para pegawai turut meningkat. Rumusan masalah yang ditemukan dalam jaringan instansi UDDP PMI yang sedang berjalan adalah dua ISP yang belum dimanfaatkan secara optimal, traffic internet yang dibebankan hanya kepada satu ISP, pembagian bandwidth yang kurang teratur antar klien, dan tidak adanya segmentasi jaringan antar divisi. Dari rumusan masalah tersebut, maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada analisis topologi jaringan internal yang sedang berjalan pada instansi UDDP PMI, tidak termasuk konfigurasi server dan firewall policy,
perancangan sistem jaringan VLAN menggunakan teknik load balancing, PCQ , dan failover, serta implementasi jaringan pada uji coba skala kecil hanya pada konfigurasi router dan switch mikrotik. Tujuan dari penulisan artikel ini untuk menganalisa jaringan yang sedang berjalan pada instansi UDDP PMI, membuat topologi baru berdasarkan hasil analisis, mengimplementasi jaringan VLAN dengan teknik load balancing metode PCC, failover dan PCQ pada tahap uji coba, dan melakukan pengujian transfer data pada jaringan VLAN dengan menggunakan automatic load balancing dan failover. Diharapkan penulisan ini dapat memberikan manfaat sebagai solusi untuk peningkatan kinerja jaringan komputer pada UDDP PMI, dapat menghindari beban broadcast yang terpusat pada router, sehingga performa jaringan meningkat, mendistribusi beban traffic dengan membagi kepada dua jalur ISP yang digunakan, dan dapat memberikan jalur alternatif pada jaringan saat salah satu jalur ISP terputus agar pertukaran data tidak terganggu. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis lapangan untuk mengumpulkan fakta yang dibutuhkan dengan teknik wawancara untuk mengumpulkan informasi dari setiap individu yang bersangkutan dengan tatap muka lansung antara penulis dan narasumber, observasi dengan mengamati secara langsung jaringan komputer yang sedang berjalan serta mencari permasalahan yang ada, dan melalui kuesioner yang terdiri atas serangkaian pertanyaan tertulis, bertujuan mendapatkan tanggapan dr kelompok orang terpilih melalui wawancara pribadi atau melalui pos; daftar pertanyaan. Metode selanjutnya adalah studi kepustakaan untuk mencari dan mengumpulkan materi–materi yang berasal dari buku, jurnal dan sumber–sumber lainnya. Setelah materi dikumpulkan, maka dapat dijadikan pedoman untuk dasar teori yang digunakan dalam penulisan skripsi, perancangan jaringan berdasarkan fakta–fakta yang telah ditemukan sebelumnya dengan teknologi yang dipilih, uji coba simulasi untuk mendapatkan hasil jaringan yang telah dirancang, dan evaluasi untuk mendapatkan kelebihan dan kekurangan dari rancangan jaringan dan untuk mengetahui kesesuaian dengan tujuan awal penelitian. Sistematika penulisan yang digunakan dalam artikel ini meliputi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metode penelitan yang digunakan, dan sistematika penulisan penelitian, metodologi menjelaskan segala hal tentang diagram kerangka alur berpikir, sistem yang sedang berjalan, identifikasi masalah, usulan pemecahan masalah, dan perancangan jaringan yang baru, serta hasil dan bahasan yang menjelaskan hasil penelitian dan bahasan yang dilakukan dengan penekanan pembuktian jawaban atas permasalahan.
METODE PENELITIAN Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan sistem jaringan yang ada pada Unit Donor Darah Pusat PMI untuk mengetahui permasalahan yang ada dalam sistem jaringannya. Setelah masalah sudah ditemukan, maka dilakukan perumusan dan pembatasan masalah yang nantinya akan digunakan sebagai bahasan dalam skripsi ini. Hal tersebut dilakukan agar ruang lingkup permasalahan yang ada menjadi lebih spesifik dan jelas. Karena tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan solusi terhadap ruang lingkup permasalahan yang ada. Beberapa teori pendukung yang diperlukan dalam pemecahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Teori–teori tersebut diperoleh dari tinjauan beberapa buku dan artikel yang ditulis oleh ahli-ahli dalam bidangnya sehingga memiliki dasar yang kuat ketika digunakan
dalam pemecahan masalah. Landasan teori yang ada akan digunakan untuk menjadi acuan perancangan jaringan yang dibuat sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Teori-teori pendukung tersebut memiliki peranan penting dalam perancangan sistem jaringan yang nantinya akan menjadi bahan dasar solusi untuk masalah yang ada pada instansi UDDP PMI. Setelah dua tahap metodologi dilakukan, dilanjutkan dengan pengumpulan data dengan observasi langsung ke lapangan dan menyebarkan kuesioner kepada sejumlah pegawai melalui admin UDDP PMI. Data yang ada kemudian diolah untuk dijadikan pedoman untuk pengembangan rancangan sistem jaringan kedepannya. Pengumpulan data yang pertama dilakukan sebagai keperluan analisis dari permasalahan pada jaringan instansi tersebut. Data kedua yang dikumpulkan berupa jumlah klien, topologi jaringan, besar bandwidth, konfigurasi dasar, dan perangkat keras yang digunakan. Pengujian terhadap perancangan sistem jaringan baru akan diuji coba dalam pengujian skala kecil dengan menggunakan topologi yang lebih sederhana namun memiliki kesamaan pada inti konfigurasi pada alat yang dimiliki oleh UDDP PMI. Pengujian tidak dapat dilakukan secara langsung pada jaringan yang sudah ada di instansi tersebut, karena terdapat kendala keterbatasan akses yang dimiliki. Sehingga, data yang diambil berupa konfigurasi dasar yang diterapkan pada jaringan UDDP PMI akan diterapkan pada pengujian skala kecil dan dibandingkan dengan solusi konfigurasi yang diberikan pada skripsi ini untuk diambil hasil, evaluasi, dan simpulan yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pada sistem jaringan yang ada di UDDP PMI. Pada tahap analisis jaringan UDDP PMI didapatkan topologi jaringan yang digambarkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 1 Topologi jaringan kantor PMI Jaringan pada UDDP PMI menggunakan dua buah ISP yaitu Fastnet dengan bandwidth up to 8 Mbps dan Telkom Speedy dengan bandwidth up to 2 Mbps. ISP Fastnet terhubung dengan cable modem dan speedy terhubung dengan modem ADSL. Masing-masing modem yang ada, terhubung langsung dengan routerboard pada yang digunakan untuk media
mendapatkan IP public dan bertindak sebagai firewall, kedua firewall tersebut lalu terhubung dengan router. Router Cisco RV042 bertindak sebagai penyatu gateway dari fastnet dan speedy dan juga sebagai media failover untuk kedua layanan internet dari ISP yang ada. Router tersebut terhubung ke router mikrotik yang digunakan sebagai gateway dari jaringan internal menuju router cisco yang terhubung dengan ISP. Mikrotik terhubung langsung dengan router wireless, klien, dan server yang ada di gedung tersebut. Server tersebut ialah web server, active directory server, dan backup Server. Disamping itu, router wireless dan jaringan internal berada pada jaringan yang sama. Active directory server yang terhubung dengan mikrotik menjadi service yang menyimpan konfigurasi klien dalam bentuk konfigurasi user, grup, dan komputer yang terhubung dengan jaringan internal. Komputer klien internal terhubung dengan switch yang terdapat di masing-masing divisi. Switch utama akan menghubungkan switch masing-masing divisi dan server yang ada pada UDDP PMI. Pada tahap analisis jaringan yang sedang berjalan pada UDDP PMI, penulis melakukan monitoring jaringan dan mendapatkan hasil yang digambarkan pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Hasil monitoring jaringan downstream dan upstream didapatkan informasi bahwa puncak aktivitas penggunaan bandwidth terjadi sekitar pukul 08.00—10.30 yang merupakan jam kerja karyawan UDDP PMI sebelum istirahat siang dan pukul 13.30—16.00 yang merupakan jam kerja efektif karyawan setelah istirahat siang. Sedangkan pada waktu selain jam kerja tersebut, penggunaan bandwidth tidak mencapai puncaknya, karena tidak semua klien aktif terhubung dengan jaringan yang ada. Adanya aktivitas download dan upload untuk aktivitas diluar kebutuhan operasional yang dilakukan oleh karyawan dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan pada jam kerja hingga mencapai puncak penggunaan bandwidth akan mengganggu aktivitas karyawan lain yang menggunakan bandwidth untuk bekerja. Hal ini terjadi karena belum diimplementasikannya bandwidth management dalam jaringan sehingga sebagian besar bandwidth yang tersedia akan dikuasai oleh beberapa klien yang melakukan aktivitas download tersebut. Disamping itu, penggunaan 2 ISP yang belum maksimal karena jaringan hanya mengandalkan satu gateway ISP saja sebagai gateway utama yang digunakan sedangkan traffic data yang beredar dalam jaringan memiliki beban yang berat. Jaringan yang digunakan juga berada dalam satu kelompok pengalamatan yang sama, sehingga diperlukannya pembedaan kelompok pengalamatan. Disamping untuk penguraian arus jaringan, diperlukannya penambahan tingkat keamanan jaringan yang dapat diaplikasikan untuk melindungi klien karyawan. Untuk meningkatkan efektivitas dari proses operasional yang dilakukan oleh UDDP PMI yang berkaitan dengan jaringan lokal maupun internet, maka dirasakan perlu adanya peningkatan kualitas jaringan yang ada melalui perancangan jaringan baru sebagai
pemecahan dari masalah-masalah yang ada. Perancangan jaringan yang baru ditunjukkan pada gambar 3 sebagai berikut.
Gambar 3 Topologi Perancangan Jaringan
Dalam perancangan yang dibuat pada gambar di atas, topologi yang baru akan menggunakan mikrotik routerboard sebagai gateway jaringan yang ada di UDDP PMI, menggantikan router cisco RV042 yang pada ada pada topologi sistem jaringan PMI. Jika sebelumnya router cisco hanya digunakan untuk melakukan failover ISP yang digunakan dalam instansi tersebut, maka pada perancangan ini mikrotik routerboard bertindak sebagai media load balancing, failover, dan PCQ. Disamping itu, pada perancangan topologi yang baru, jaringan antara wireless access point akan dipisahkan dengan jaringan internal yang di dalamnya terdapat server dan klien dari para pegawai yang ada. Pembatasan akses ke dalam mikrotik routerboard juga akan dilakukan guna menghindari akses dari unauthorized user. Jaringan yang ada akan dibedakan dengan penggunaan VLAN agar antar klien internal dan klien eksternal tidak dapat berkomunikasi, disamping itu juga sebagai teknik pengurai broadcast collision agar beban traffic data tidak terpusat pada router saja.
HASIL DAN BAHASAN Dengan rancangan jaringan yang telah dibuat, perlu dilakukan uji coba untuk membuktikan bahwa rancangan load balancing dan failover tersebut dapat berjalan dengan baik. Namun, dikarenakan adanya keterbatasan akses pada fasilitas instansi tersebut, perancangan tidak dapat diimplementasikan secara langsung. Oleh karena itu, uji coba dilakukan dalam skala kecil untuk dijadikan sebagai acuan hasil dari rancangan jaringan yang sudah dibuat pada bab sebelumnya. Dengan uji coba skala kecil ini, dapat diperoleh hasil yang nantinya menjadi pertimbangan kedepannya agar dapat diimplementasikan pada instansi UDDP PMI. pengujian dilakukan menggunakan topologi sebagai berikut.
Gambar 4 Topologi jaringan uji coba Melalui pngujian rancangan konfigurasi pada jaringan uji coba didapatkan hasil sebagai berikut. 1. Hasil uji coba konektivitas
Gambar 5 Hasil ping klien VLAN 20,30,40 ke gateway router
Pada gambar 5 menunjukkan bahwa tes ping dari klien 192.168.12.10 via wireless access point dengan IP 192.168.12.1 ke gateway VLAN40 pada router dengan IP address 192.168.40.1 telah berhasil dilakukan, begitu pula dengan klien VLAN20 dan VLAN30 Dengan pengiriman paket 32 byte sebanyak 16 dan semua paket diterima menunjukkan bahwa klien juga sudah terhubung dengan router. 2. Hasil uji coba load balancing
Gambar 6 Hasil monitoring interface load balancing Bandwidth yang berasal dari dua ISP yang ada yaitu Firstmedia Fastnet dan Telkom Speedy aktif dan saling mengisi seperti yang terlihat pada gambar 6. Bandwidth yang diperoleh untuk download sebesar 2.26Mbps dan bandwidth untuk upload sebesar 0.20Mbps. Secara teori, kedua ISP memiliki total bandwidth hingga 2Mbps. Bandwidth tersebut berasal dari bandwidth Firstmedia Fastnet sebesar up to 1.5Mbps dan Telkom Speedy sebesar up to 512 Kbps. Hasil uji coba tersebut telah menunjukkan bahwa teknik load balancing berpengaruh terhadap kecepatan download dan upload. Hasil uji coba bandwidth menunjukkan IP gateway yang berbeda-beda pada saat tiap kali melakukan speedtest pada website www.speedtest.com, hal ini menunjukkan bahwa jaringan memakai bukan hanya satu gateway, melainkan dua jalur gateway untuk melakukan koneksi ke internet sehingga dapat menghindari penumpukan akses pada satu ISP saja. 3. Hasil uji coba PCQ Pada pengujian dengan keempat klien aktif melakukan download file seperti yang terlihat pada gambar 7, klien dengan IP address 192.168.30.251 yang hanya memperoleh bandwidth sebesar 283,3 kbps. Sedangkan klien lain mendapatkan bandwidth 562,8 kbps untuk klien dengan IP address 192.168.20.254, 956,3 kbps untuk klien IP address 192.168.40.254, dan 651,9 kbps untuk klien IP address 192.168.20.252.
Gambar 7 Monitoring tool torch empat klien download tanpa PCQ Dengan hasil dari pengujian PCQ dengan empat klien aktif mendownload file yang disajikan pada gambar 8 di bawah ini, diketahui bahwa router mentransmisikan paket yang sama ke setiap klien yang melakukan download file sebesar 43 paket data, sehingga setiap klien mendapatkan besar bandwidth yang tidak jauh berbeda dengan rata-rata 505.58 kbps per klien.
Gambar 8 Monitoring tool torch empat klien download dengan PCQ Uji coba yang dilakukan menunjukkan bahwa tanpa dijalankannya PCQ seberapapun besar bandwidth yang ada, jika bandwidth tersebut tidak diatur maka salah satu atau beberapa klien akan menguasai bandwidth yang ada. Pada akhirnya klien yang lain hanya mendapatkan bandwidth yang kecil. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan diimplementasikannya PCQ. PCQ merupakan metode massive bandwidth management yang dapat mengatur bandwidth untuk klien dalam jumlah besar menggunakan konfigurasi queue yang terdapat dalam mikrotik.
4. Hasil uji coba failover Setelah dilakukan load balancing diperlukan teknik failover yang berfungsi untuk membuat 2 ISP yang berjalan saling menggantikan apabila salah satu ISP terputus. Uji coba yang dilakukan adalah dengan membuat kedua ISP terputus secara bergantian. Uji coba failover yang pertama adalah ketika ISP Fastnet terputus, akan mendapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 9 Hasil ping ke www.google.com gateway Fastnet Dapat dilihat pada gambar 9, setelah ditambah teknik failover, konektivitas diuji dengan melakukan ping ke www.google.com. Pada baris ke-14 terjadi perubahan pada time dan TTL, hal itu memperlihatkan ada perubahan jaringan internet yang digunakan. Jadi ketika ISP Fastnet terputus, jalur jaringan yang akan terhubung dengan internet secara otomatis dialihkan ke ISP Speedy. Kemudian uji coba failover yang ke-dua saat gateway utama yang digunakan adalah jalur ISP Telkom Speedy dan terputus, maka jalur akan beralih ke ISP fastnet. Hasilnya ditunjukkan pada gambar 10 dibawah ini.
Gambar 10 Hasil ping ke www.google.com gateway Speedy
Dapat dilihat pada gambar 10, terjadi perubahan time dan TTL yang pada jaringan yang terhubung dengan internet pada baris ke-15, jaringan tetap berjalan. Namun terjadi perpindahan jalur yang dari jalur ISP Telkom Speedy menjadi jalur ISP Firstmedia Fastnet. Pengalihan jalur terjadi secara otomatis dengan konfigurasi failover yang telah berjalan. Failover menunjang kelangsungan lalu lintas data yang melalui internet. Ketika klien melakukan aktivitas download atau upload ke internet maka load balancing dan failover akan aktif secara otomatis. Jika terdapat gangguan pada salah satu ISP, lalu lintas data yang menuju dan berasal dari internet akan tetap berlangsung menggunakan gateway ISP yang tidak mengalami gangguan.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil perancangan dan uji coba skala kecil teknologi Load Balancing yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan teknologi Load Balancing, maka beban traffic setiap klien dari dan ke internet terbagi lebih seimbang dengan menggunakan dua ISP secara bersamaan, sehingga dapat mengurangi terjadinya overload atau kelebihan beban traffic pada satu ISP saja, total Bandwidth internet yang didapat menjadi lebih optimal. Dengan hasil untuk bandwidth download dari 1.51Mbps menjadi 2.20Mbps, sedangkan untuk bandwidth upload dari 0.15Mbps menjadi 0.20Mbps, dengan menggunakan PCQ setiap klien yang menggunakan internet otomatis akan mendapatkan bandwidth internet yang terbagi secara merata dan dinamis sesuai dengan jumlah klien yang aktif menggunakan internet, dan dengan mengimplementasikan teknik failover, network administrator tidak perlu merubah secara manual untuk jalur internet yang akan digunakan ketika salah satu ISP yang ada sedang terputus atau down. Karena secara otomatis jalur koneksi yang menuju internet akan berubah ke ISP yang lainnya, sehingga proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Adapun saran-saran yang dapat diberikan. Ketika user di dalam jaringan semakin bertambah, maka diperlukan bandwidth untuk setiap ISP agar ditambah. Karena meskipun sudah ditambahkan konfigurasi yang menyeimbangkan beban traffic yang ada, tetapi kebutuhan bandwidth jg meningkat, maka memang perlu ada penambahan bandwidth untuk kedua ISP. Untuk mengatur bandwidth lebih detail lagi, dapat dilakukan pembatasan port– port yang diperbolehkan untuk mengakses internet, seperti penggunaan aplikasi download manager dan streaming video sehingga beban traffic yang ada tidak terlalu berat. Penambahan Proxy Server sebagai cache server sehingga disaat beberapa website diakses secara berkala oleh beberapa karyawan, cache website tersebut tersimpan di server ini. Saat website tersebut ingin diakses kembali oleh karyawan tersebut, proses load page dari website tersebut bisa menjadi lebih cepat.
REFERENSI Angove, Alex. (2013). Broadband Usage Guide. Retrieved December 1, 2013 from http://www.whistleout.com.au/Broadband/Guides/Broadband-Usage-Guide. Anonim. (2006). Building Cisco Multilayer Switched Network (BCMSN) v3.0. Cisco Systems, Inc. Burgess, Dennis. (2009). Learn RouterOS. Lulu Press, Inc. Cheswick, William R., Bellovin, Steven M. (2003). Firewalls and internet security: repelling the wily hacker. Second edition. Addison-Wesley Professional. K.Kungumaraj, M.Sc. B.L.I.S. M.Phil. (2011). An Efficient Load Balancing Algorithm for A Distributed Computer System. International Journal of Ccomputer and Technology Application. 2 (6): 4012 – 4020 Kurose, James F., Ross, Keith W. (2003). Computer Networking: A Top-Down Approach Featuring the Internet. Second edition. Pearson Educations, Inc. Mohammed I. Gumei, Nasir Faruk and A.A. Ayeni. (2011) Routing with Load Balancing in Wireless Mesh Networks. International Journal of Current Research. 3 (7): 87-92 Odom, Wendel. (2004). Computer Networking first-step. Cisco Press. Rabu. Jefry Alvonsius, Purwadi. Joko, Raharjo. Willy S. (2012). Implementasi Load Balancing Web Server Menggunakan Metode LVS-NAT. Jurnal Teknologi Komputer dan Informatika Universitas Kristen Duta Wacana. 8 (2): 169-180 Roese, Jhon J. (1998). Switched LANs: Implementation, Operation, Maintenance. California: McGraw Hill. Strassberg, Keith E., Gondek, Richard J., Rollie, Gary. (2002). Firewalls: the complete reference. California: McGraw Hill. Tanenbaum, Andrew S. (2003). Computer Networks. Fourth edition. Amsterdam: Pearson Education, Inc. Tittel, Ed. (2004). Schaum’s Outline: Computer Networking (Jaringan Komputer). Terjemahan oleh Hardiansyah Irzam. Jakarta: Penerbit Erlangga. Towidjojo, Rendra. (2012). Konsep Routing Dengan Router MikroTik: 100% Connected. Jasakom. Towidjojo, Rendra. (2013). Mikrotik Kungfu: Kitab 1. Edisi ke-2. Jasakom. Towidjojo, Rendra. (2013). Mikrotik Kungfu: Kitab 2. Jasakom.