1
PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah
Oleh: EKA JAYANTININGSIH NIM 21209011
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AL AHWAL AL SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
2
3
4
5
MOTTO Tujuan agama yang benar dan ilmu yang benar hanyalah satu, yaitu menuju kebenaran yang mutlak. Ilmu untuk mengetahui dan agama untuk merasai. Ilmu untuk bendanya dan agama untuk jiwanya (HAMKA). Sahabat itu tak hanya bersama ketika bahagia, tetapi ketika luka ia selalu bersama disisinya. Jadilah orang baik, jangan sekedar kelihatan baik.
PERSEMBAHAN Untuk Bapak dan Ibu tercinta yang tidak henti-hentinya memberikan do’a, kasih sayang dan semangat Untuk kedua adikku AZIZ dan ANNAS, yang selama ini telah memberikan semangat Untuk POLRES SALATIGA yang sudah banyak membantu (Bapak Kapolres Salatiga, Bapak Kasat Intelkam Polres Salatiga, Pak Sugiyono, Pak Agung, Pak Soleh, Pak Ali, Pak Nurmin, dkk ) Untuk Bapak/ Ibu Kemenag Salatiga bagian Syari’ah Untuk semua dosenku dan dosen pembimbing skripsi Untuk Bapak dan Ibu guru SD Negeri Genting 02 yang telah memberi kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini Untuk Novi Dwi Astuti dan keluarga, terima kasih atas segala bantuan dan pertolongannya Dan sahabat-sahabat seperjuanganku kelas AHS’NR angkatan 2009 (Pak Tri, Pak Agus, Pak Pujho, Pak Kurniawan, Rechan, Samsul, Fatwa, Mbk Mul, Mbk Uswatun dan Mbk Anif ), I Love You All......
6
ABSTRAKSI Jayantiningsih, Eka. 2014. Penerapan Syariah Islam di Indonesia (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga). Skripsi. Jurusan Syariah. Program Studi Al Ahwal Al Syakhsiyah (Peradilan Agama). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Ilyya Muhsin, S.HI, M.Si. Kata kunci : Negara Islam Indonesia dan Konsep Syari’ah Negara Islam Indonesia (disingkat NII, juga dikenal dengan nama Darul Islam) yang artinya adalah “Rumah Islam”. Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai Negara Teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara, dan hukum yang tertinggi adalah Al-Qur’an dan Hadits. NII dengan tegas menyatakan penolakan terhadap ideologi selain Al-Qur’an dan hadits, yang mereka sebut dengan “hukum kafir”. Fokus penelitian ini adalah bagaimana konsep Negara Islam dan syari’ah Islam yang dilaksanakan NII dan bagaimana gerakan NII dalam mewujudkan syari’ah dan Negara Islam. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Teknik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun lokasi penelitian adalah Salatiga karena penulis mempunyai akses untuk mendapatkan informasi mengenai NII dari eks-anggota NII. Adapun ajaran syari’at NII adalah mengganti syahadad dengan baiat dan sapta subaya. Tidak menganjurkan melaksanakan sholat 5 waktu tetapi diganti menggunakan ibadah universal dengan cara merekrut anggota baru dan malliyah sebesar-besarnya. Ibadah puasa dianggap tidak wajib bagi anggota NII dan apabila tidak puasa dikenakan fidyah Rp. 15.000,- setiap hari. Pelaksanaan zakat fitrah diwajibkan membayar harakah Ramadhan sebesar Rp. 50.000,- per orang dengan batas maksimal yang tidak ditentukan. Pelaksanaan ibadah haji tidak perlu ke Mekkah-Arab Saudi, tetapi cukup ke Ma’had Al-Zaytun sebagai pusat NII. Jihad yang dimaksudkan di NII adalah dengan cara melakukan perekrutan anggota baru dan malliyah sebanyak-banyaknya. Proses pernikahan dilakukan mempelai 2 kali yaitu di NII dan KUA. Adapun untuk mewujudkan negara Islam, NII menggunakan cara: pertama, pemanfaatan peluang politik dilakukan dengan mengikuti pemilihan calon legislatif, perekrutan anggota yang bukan dari anggota TNI dan POLRI, dan perekrutan anggota yang jauh dari pantauan orang tua. Kedua, mobilisasi struktural (mobilisasi eksternal dan mobilisasi internal). Mobilisasi eksternal dilakukan dengan rekruitmen anggota baru dan pembangunan Ma’had Al-Zaytun. Mobilisasi internal dilakukan dengan cara tazkiyah dan malliyah. Ketiga, penyusunan proses gerakan, yakni dengan cara menggunakan media cetak meliputi penerbitan majalah bulanan. Dengan demikian, NII adalah gerakan sosial politik yang menggunakan dalil AlQur’an sebagai pembenaran atas setiap tindakan yang dilakukan dan NII juga menginginkan sebuah Negara Islam berdiri penuh dengan kedaulatan di Indonesia dengan cara menggulingkan Republik Indonesia untuk mewujudkannya.
7
KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada nabi Akhir zaman Muhammad SAW, sahabat, dan pengikut beliau pada akhir zaman. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran penulis harapkan untuk sempurnanya penelitian ini. Keberhasilan penyusunan penelitian ini, selain atas ridho dari Allah SWT, juga tak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag., selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Mubasirun, M.Ag., selaku ketua jurusan STAIN Salatiga. 3. Bapak Ilyya Muhsin,S.HI,M.Si., selaku ketua Progdi Al Ahwal Al Syakhsiyyah STAIN Salatiga dan sekaligus sebagai pembimbing skripsi. 4. Bapak dan Ibu dosen serta civitas akademika lingkungan Jurusan Syari’ah yang telah dengan sabar dan ikhlas membagi ilmunya. 5. Para dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberikan jalan ilmu dan pelayanan. 6. Teman-teman sekelasku non-reguler angkatan 2009 yang telah menjadi inspirasi, motivasi, dan penyemangat. Ilallahi nasyku ana fina maruman nantahi bihi ila husnil khitam
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ v ABSTRAKSI ........................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii DAFTAR ISI........................................................................................................ viii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4 C. Tinjauan Penelitian...................................................................... 4 D. Kegunaan Penelitian.................................................................... 4 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 5 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6 G. Metode Penelitian.........................................................................8 H. Sistematika Penulisan.................................................................. 13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA A. Negara dan Pemerintahan ........................................................... 14 B. Syariat Islam................................................................................ 16 C. Gerakan Sosial ............................................................................ 54
9
BAB III
PROFIL DAN KONSEP NII TENTANG NEGARA ISLAM DAN SYARIAT ISLAM A. Latar Belakang Historis Lahirnya NII......................................... 66 B. Perkembangan NII di Salatiga .................................................... 70 C. Konsep NII tentang Negara Islam ............................................... 75 D. Konsep NII tentang Syariat Islam ............................................... 83
BAB IV
GERAKAN SOSIAL NII A. Pemanfaatan Peluang Politik (Political Opportunities) .............. 102 B. Mobilisasi Struktural (Mobilizing Structures) ............................ 104 C. Proses Penyusunan Gerakan (Framing Process) ........................ 144
BAB V
PENUTUP A. Simpulan ..................................................................................... 147 B. Rekomendasi ............................................................................... 150
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Negara Islam Indonesia (disingkat NII, juga dikenal dengan nama Darul Islam) yang artinya adalah “Rumah Islam”. Negara Islam Indonesia adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada tanggal 07 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di desa Cidegalen, Kecamatan Cisampang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat
(Triana, 2011:25).
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai Negara Teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya bahwa “Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah hukum Islam, dan hukum yang tertinggi adalah Al-Qur’an dan Hadits. Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara untuk membuat Undang-Undang yang berlandaskan syari’at Islam, dan penolakan yang keras terhadap ideologi selain Al-Qur’an dan hadits shahih yang mereka sebut dengan “hukum kafir”, sesuai dalam Al-Qur’an yang berbunyi: “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? (Hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)”( Al-Maidah, 5 : 50) Akan tetapi pada pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan dalam ajaran syariah NII. Ajaran yang diajarkan kepada anggota NII tidak
11
sesuai dengan syariat Islam yang telah ada, seperti: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan. Selain itu NII juga mudah mengkafirkan umat Islam di luar NII, karena mereka menganggap bahwa ajaran NII-lah yang paling benar dan juga menganggap selain golongan mereka itu masuk neraka, sedang yang masuk surga hanya kelompok NII. Ajaran NII yang didoktrinkan kepada jamaah (anggota) ada 2 macam, yaitu tentang akidah dan syariah. Ajaran-ajaran tentang akidah yaitu menyusun sistematika tauhid dengan membagi tiga substansi tauhid yaitu Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah, meyakini kerasulan dan kenabian itu tidak akan berakhir dan memberikan keyakinan tentang adanya otoritas nubuwwah pada diri dan kelompok mereka dalam menerima, memahami dan menjelaskan serta melaksanakan Al-Qur’an dan sunnah hingga tegaknya syari’ah. (Ahmad Jaiz, 2002:46). Sedangkan ajaran syariah NII adalah menggunakan baiat dan sapta subaya sebagai syahadad, tidak mewajibkan sholat bagi pengikutnya, mewajibkan pembayaran zakat dengan tolak ukurnya adalah uang, semakin banyak uang yang dibayarkan kepada NII semakin baik amalannya. Pengikut NII diperbolehkan untuk tidak melaksanakan puasa, tetapi sebagai pengganti puasa anggota NII diwajibkan untuk membayar fidyah berupa uang. Sedangkan untuk ibadah haji anggota NII tidak perlu pergi ke Mekkah-Arab Saudi, tetapi cukup ke Ma’had Al-Zaytun karena dianggap sebagai pusat pemerintahan NII. Di dalam perkawinan, NII menerapkan sistem perjodohan
12
yang
dilakukan
oleh
pimpinan
kepada
anggotanya.
Dan
untuk
melangsungkan pernikahan di NII, anggota harus membayarkan sejumlah uang kepada negara sebagai syarat syahnya pernikahan. Pernikahan dilakukan 2 kali, yaitu di depan pejabat NII dan setelah 3-4 bulan baru dicatatatkan di KUA. Akhir-akhir ini eksistensi gerakan NII kembali muncul dengan data sejumlah mahasiswa dilaporkan menjadi korban cuci otak NII. Para korban banyak yang direkrut oleh orang yang belum lama atau baru dikenalnya dengan didoktrin untuk tidak percaya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebaliknya digiring untuk meyakini dan percaya kepada NII (Negara Islam Indonesia). Gerakan NII mulai masuk Salatiga sekitar tahun 2010. Melihat kenyataan yang terjadi dalam masyarakat, bahwa banyak kasus remaja Salatiga yang ikut bergabung dengan NII, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai
konsep Negara Islam Indonesia tentang
penerapan syariah Islam di Indonesia dan tujuan untuk mewujudkannya.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan, maka perlu dibuat rumusan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan tema yaitu: 1. Bagaimana konsep negara Islam dan syariah Islam yang dilaksanakan oleh NII? 2. Bagaimana gerakan NII dalam mewujudkan syariah dan Negara Islam?
13
C. Tujuan Penelitian Dalam mengkaji kasus ini, adapun tujuan yang ingin penulis capai diantaranya: 1. Untuk mengetahui konsep negara Islam dan syariah Islam yang ingin dilaksanakan oleh gerakan NII 2. Untuk mengetahui gerakan NII dalam mewujudkan syariah Negara Islam dan ajaran-ajarannya
D. Kegunaan Penelitian Untuk
memberikan
hasil
penelitian
yang
berguna
secara
keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya bermanfaat secara: 1. Teoritis Dapat memberikan informasi tentang konsep negara Islam Indonesia dan syari’ah yang meliputi: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan. 2. Praktis a. Bagi masyarakat Dapat memberikan informasi yang benar kepada masyarakat mengenai gerakan NII, sehingga bisa membentengi diri terhadap gerakan-gerakan radikal, subversif dan menyimpang. b. Bagi pemerintah Dapat memberikan gambaran tentang gerakan NII yang ada di Salatiga, sehingga pemerintah khususunnya aparat keamanan baik Polri maupun TNI dapat mengambil tindakan yang benar dan tepat.
14
c. Bagi STAIN Salatiga Dapat memberikan informasi kepada lembaga pendidikan agama, bahwa NII berkembang atas dalih agama.
E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata, maka perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian. Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah: 1. Negara Islam Indonesia yang disingkat (NII) adalah organisasi yang ingin mendirikan Negara Islam di Indonesia dengan membuat Undang-Undang yang berlandaskan syariat Islam dengan sumber hukum berasal dari AlQur’an dan Sunnah. NII ini eksis di dalam tubuh NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), sehingga disebut negara dalam negara yang beroperasi
secara
underground
atau
bergerak
di
bawah
tanah
(www.negaraislamindonesia.com). 2. Konsep negara Islam adalah konsep yang ingin diwujudkan oleh Negara Islam Indonesia setelah berhasil menduduki negara dari kekuasaan NKRI. Konsep negara Islam yang ingin diwujudkan adalah Syariah Islam yang meliputi proses pemahaman manusia dan penerapan hukum Islam terhadap manusia berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah. Adapun ajarannya meliputi: baiat terhadap anggota, sapta subaya, sholat, zakat, puasa, haji dan perkawinan menurut NII.
15
F. Tinjauan Pustaka Penerapan syari’at Islam di Indonesia (studi kasus gerakan NII di wilayah Salatiga) belum pernah diangkat menjadi skripsi. Oleh karena itu, penulis mengacu pada buku yang digunakan untuk sumber referensi diantaranya: 1.
Idris, Muhammad. Mereka Bilang Aku Kafir (Kisah Seorang Pelarian NII). 2011. Mizania: Jakarta. Buku ini berisi kisah nyata seorang lulusan pesantren yang bertemu dengan seseorang yang baru dikenalnya. Diawali dari pertemuan biasa, berlanjut kepada diskusi agama sampai akhirnya mengabdi total siang dan malam demi kepentingan NII. Hingga akhirnya ada keraguan terhadap apa yang diikuti selama ini dan berusaha untuk melepaskan diri dari jeratnya walaupun akan dianggap kafir oleh orangorang NII yang masih taat.
2.
Insep, Tim Peneliti. Al Zaytun The Untold Stories. 2011. Pustaka Alvabet: Jakarta. Buku ini ditulis berdasarkan riset investigasi terhadap pesantren paling kontroversial di Indonesia. Dengan pendekatan yang jernih dan kritis, buku ini mengurai secara detail sejarah berdiri dan perkembangan Ma’had Al-Zaytun. Buku ini juga mengungkap misteri kunci yang selama ini diributkan banyak kalangan tentang tokoh, doktrin dan ajaran keagamaan, serta sumber pendanaan pesantren tersebut.
3.
Jaiz, Hartono Ahmad. Aliran dan Paham Sesat Indonesia. 2002. Pustaka Alkautsar: Jakarta. Buku ini membahas tentang kesasatan yang dilakukan
16
oleh NII, baik penyimpangan tentang aqidah dan penyimpangan syari’ah yang dilakukan oleh NII. 4.
Pratama, Gilang. Cuci Otak NII. 2011. Tinta Publisher: Jakarta. Buku ini berisi kisah nyata pengakuan mantan korban sekaligus juru doktrin NII yang mengungkap sejarah, doktrin, metode perekrutan, cuci otak dan segala seluk-beluk NII lainnya yang selama ini samar dan buram di mata masyarakat.
5.
Triana, Dewi. Mengapa Saya Memilih Negara Islam. 2011. Mizan: Jakarta Selatan. Buku ini membahas tentang seorang mahasiswi yang melakukan penelitian terlibat terhadap kelompok NII di PamulangJakarta. Dia meneliti dan mempelajari bagaimana para komunitas tersebut beroperasi, termasuk strategi perekrutan anggota, indoktrinasi yang
dilakukan,
dan
bagaimana
mereka
mencari
dana
demi
mempertahankan kelangsungan NII. Disini Dewi Triana menunjukkan secara meyakinkan bagaimana gagasan dan aktivitas NII mampu mempengaruhi dan mengubah cara anggota-anggotanya berpikir tentang agama, negara, keluarga, bahkan diri mereka sendiri. Adapun perbedaan penelitian penulis dari buku referensi diatas adalah pembahasan pelaksanaan syariah Islam yang dilaksanakan NII, meliputi: syahadad, sholat, zakat, puasa, haji, jihad dan pernikahan menurut aturan dan ajaran NII. Selain itu penulis juga memaparkan usaha-usaha yang dilakukan NII untuk mewujudkan Negara Islam di Indonesia.
17
G. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode penelitian yang diantaranya adalah: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. PendekatanPenelitian 1) Pendekatan Normatif Penelitian ini digunakan untuk menganalisis konsep-konsep NII yang terkait dengan Negara Islam dan ajaran-ajaran Islam yang disebarkan dan diperjuangkannya. 2) Pendekatan Sosiologis Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gerakan NII dalam mewujudkan cita-cita ideolois yaitu mewujudkan Negara Islam Indonesia. b. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitan kualitatif yang secara umum bersifat
deskriptif.
Sifat
deskriptif
ini
dimaksudkan
untuk
mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan dengan gerakan NII di wilayah Salatiga. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis di Salatiga karena wilayah Salatiga strategis untuk penyebaran NII yang lokasinya berdekatan dengan
18
wilayah Kabupaten Semarang dan di Salatiga penulis mempunyai akses untuk mendapatkan informasi mengenai NII dari eks-anggota NII yang penulis kenal. Penelitian ini menggunakan 2 sumber data yaitu: a. Data Primer Data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan eks anggota NII dan hasil pengamatan langsung ketika peneliti mengikuti kegiatan NII dan dokumentasi-dokumentasi yang terkait NII (Negara Islam Indonesia). b. Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bersumber dari beberapa penulis buku yang membahas tentang NII (Negara Islam Indonesia). 3. Tekhnik Pengumpulan Data Adapun tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Observasi Peneliti melakukan observasi terlibat, artinya menjadi bagian dari NII Salatiga. Peneliti terlibat mengikuti kegiatan-kegiatan NII Salatiga seperti: bai’at atau hijrah, tazkiyah dan malliyah. b. Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara lisan terhadap informan dengan berhadapan secara langsung. Wawancara dilakukan peneliti kepada eks-anggota NII yang dulu masuk wilayah Salatiga.
19
Berikut ini adalah data-data informan: NO
NAMA
L/P
USIA
PENDIDIKAN
KET.
1
E-M
P
24
D-1
Kerja
2
C-M
P
21
SMK
Kerja
3
S-A
L
22
Kuliah
Kuliah
4
U-L
P
28
SMA
_
5
A-I
L
30
SMK
_
c. Dokumentasi Dokumentasi ialah data yang berupa catatan, transkip, surat kabar, agenda,dll. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah catatan penulis yang diberikan oleh pemateri ketika proses penelitian secara terlibat. 4. Tekhnik Analisis Data Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahap berikutnya adalah tahap analisa data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian. Adapun metode analisa data yang dipilih adalah model analisa interaktif. Didalam model analisa interaktif menurut Miles dan Huberman (Khalifah Al Amin, 2013:15) terdapat tiga komponen pokok berupa:
20
a. Reduksi Data Reduksi data adalah sajian analisa suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan. b. Sajian Data Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan susuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus di uji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh. Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut: langkah pertama adalah mengumpulkan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rakitan organisasi informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.
21
5. Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, keabsahan data mempunyai peranan yang sangat besar, sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu pengecekan keabsahan data. Pengecekan dilakukan penulis dengan cara perbandingan buku dengan buku, wawancara dengan wawancara, buku dengan wawancara, buku - wawancara dan observasi. 6. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap. Pertama observasi awal lapangan, kemudian peneliti menentukan topik penelitian dan mencari informasi umum mengenai adanya gerakan NII yang ada di wilayah Salatiga. Tahap selanjutnya, peneliti terjun ke lapangan untuk mencari data dari informan baik pelaku NII atau eks-anggota NII. Tahap akhir yakni penyusunan laporan penelitian dengan cara menganalisis data atau temuan kemudian memaparkannya dengan narasi deskriptif.
H. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang arah dan tujuan penulisan penelitian, maka secara garis besar dapat digunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab sebagai berikut: Bab pertama berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian (pendekatan dan jenis penelitian dan lokasi penelitian) sumber data, prosedur pengumpulan data, analis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian dan sistematika penulisan.
22
Sedangkan bab kedua berisi kajian pustaka tentang negara dan pemerintahan, syari’at Islam dan gerakan sosial. Bab ketiga berisi paparan hasil penelitian yang peneliti lakukan meliputi: latar belakang historis lahirnya NII, perkembangan NII di Salatiga dan konsep NII tentang negara Islam dan syari’at Islam. Bab keempat berisi analisis gerakan
sosial NII meliputi:
pemanfaatan peluang politik, mobilisasi struktural dan proses penyusunan gerakan (framing process). Adapun bab lima berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang diberikan penulis kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini.
23
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Negara Islam Negara adalah suatu wilayah yang ada di permukaan bumi, yang di dalamnya terdapat pemerintahan yang mengatur ekonomi, politik, sosial, budaya pertahanan keamanan dan sebagainya. Unsur-unsur negara dalam suatu negara meliputi: rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat serta pengakuan dari negara lain (Lestari, 2010: 1). Setiap negara memiliki sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat. Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata, yakni sistem dan pemerintahan. Sistem berarti susunan, tatanan, jaringan atau cara. Sedangkan pemerintahan berasal dari kata pemerintah. Pemerintah berasal dari kata perintah. Perintah berarti perkataan yang bermakna untuk melakukan sesuatu. Sementara pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah atau negara. Dari usul kata dapat disimpulkan bahwa pemerintah adalah perbuatan, cara, hal urusan dalam memerintah. Sedangkan sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri dari berbagai komponen pemerintahan yang saling bergantung dan berpengaruh dalam mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan (Sunarti, 2010:1).
24
Adapun Vaezi mendefinisikan pemerintah Islam sebagai pemerintahan yang menerima dan mengakui otoritas absolut dalam Islam. Pemerintahan Islam berupaya membentuk tertib sosial yang Islami, pelaksanaan syari’at, sembari terus menerus mengarahkan keputusan politik dan fungsi-fungsi publik sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai Islam (Rofiq al Amin,2012:18). Munawir Sjadzali secara lengkap membagi 3 pandangan muslim tentang negara yaitu (Nashir,2007:108) 1. Aliran tradisional atau integralistik yaitu paham yang berpendirian bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan bernegara. 2. Aliran sekuler yaitu paham ini menyatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan, bahwa Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang Rasul biasa dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali pada kehidupan yang mulia untuk menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan Nabi tidak pernah bertujuan mengepalai sebuah negara. 3. Aliran reformis-modernis yaitu paham ini menyatakan bahwa dalam Islam memang tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Pandangan Munawir Sjadzali tentang hubungan Islam dan Negara layaknya sebuah garis lurus, tidak ada ketetapan doktrinal
yang
mengharuskan kaum muslim untuk mendirikan Negara Islam. Bahwa di
25
dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, melainkan Islam mengajarkan tata nilai etika bagi kehidupan bernegara. Ajaran ini percaya bahwa dalam Islam terdapat seperangkat prinsip dan tata nilai etika bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seperti dalam Al-Qur’an yang memiliki kelenturan dalam pelaksanaan dan penerapannya dengan memperhatikan perbedaan situasi dan kondisi antara satu zaman dengan zaman lainnya serta antara budaya dengan budaya lain.
B. Syariat Islam Islam sebagai agama adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW yang terdiri atas iman dan amal. Iman menyangkut akidah sedangkan amal berkaitan dengan syari’at. Sedangkan syari’at adalah susunan, peraturan dan ketentuan yang disyari’atkan Tuhan dengan lengkap atau pokok-pokoknya saja, supaya manusia mempergunakaannya dalam mengatur hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan saudaranya sesama manusia serta hubungannya dengan alam besar dan kehidupan. Hubungan antara akidah atau iman dengan amal atau syari’at tidak dapat dipisahkan, bahwa akidah menjadi landasan bagi syari’at dan syaria’at bertumpu pada akidah. Dengan tercakupnya aspek amal atau syari’at dan muamalah maka ajaran Islam tidak berhenti pada aspek masalah-masalah kehidupan yang bersifat duniawi, termasuk dalam wilayak kehidupan masyarakat dan negara (Nashir, 2007:88).
26
Tidak banyak orang yang mengerti apakah syari’at Islam itu sesungguhnya. Kebanyakanya mengetahui bahwa syari’at itu tak lain hanyalah hukuman potong tangan bagi yang mencuri, hukuman rajam bagi yang berzinah, dan hukuman mati bagi yang membunuh apabila keluarga korban tidak memaafkan pembunuh tersebut. Sebenarnya, syari’at Islam memiliki makna yang lebih dalam daripada semua hal tersebut karena syari’at Islam bukan hanya mengatur bagaimana tata cara dan norma-norma yang harus dipatuhi dalam berhubungan dengan sesama manusia atau disebut juga muamallah melainkan juga mengatur mengenai hubungan manusia dengan Penciptanya yaitu Allah SWT. Contohnya antara lain, ibadah salat lima waktu yang kita tunaikan setiap hari. Karena luasnya bidang kehidupan yang diatur dalam Islam, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa Islam hanya sebatas agama yang diyakini pemeluknya, melainkan merupakan suatu totalitas yang memiliki cakupan universal. Luasnya cakupan itu ditunjukkan dengan adanya konsep bernegara. 1. Syahadad Esensi
iman
kepada
Allah
SWT
adalah
tauhid
yaitu
mengesakannya, baik dalam zat, asma’ wa shifat maupun afal (perbuatan) Nya (Abdul Wahhab,1987:1). Secara sederhana Imam Abdul Wahhab membagi tauhid dalam 3 tingkatan, yaitu: a. Tauhid Rububiyah ( mengimani Allah sebagai satu-satunya Rabb ) b. Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Malik )
27
c. Tauhid Ilahiyah (mengimani Allah sebagai satu-satunya Allah). Kata Illah mempunyai pengertian yang sangat luas, mencakup pengertian Rububiyah dan Mulkiyah, maka kata inilah yang dipilih Allah SWT untuk kalimat thayyibah, yaitu: La Ilaha Illallah. Iqrar la ilaha illallah tidak akan dapat diwujudkan secara benar tanpa mengikuti petunjuk yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, oleh sebab itu iqrar la ilaha illallah harus diikuti oleh iqrar Muhamad Rasulullah. Dua iqrar itulah yang dikenal dengan dua kalimah syahadah (syahadatain) yang menjadi pintu gerbang seseorang memasuki dien Allah SWT. Kata asyhadu secara estimologis berakar dari kata syahada yang mempunyai tiga pengertian: musyahadah (menyaksikan), syahadah (kesaksian), dan half (sumpah). Ketiga pengertian diatas terdapat relevansi yang kuat: seseorang akan bersumpah bila dia memberi kesaksian, dan dia akan memberikan kesaksian bila dia menyaksikan (Abdul Wahhab,1987:1). Berdasarkan pengertian etimologis di atas maka syahadah seseorang (bahwa sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Allah semata, dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah) harus mencakup ketiga pengertian diatas: Musyadah (dengan hati dan pikiran), syahadah (dengan lisan), dan half (dengan menghilangkan segala keraguan). Kalau inti dari syahadah yang pertama adalah beribadah hanya kepada Allah SWT semata, maka inti dari syahadah kedua adalah menjadikan Rasulullah SAW sebagai titik pusat keteladanan (uswatun hasanah), baik dalam hubungan dengan Allah SWT (hablum minallah)
28
secara vertikal, maupun dalam hubungan dengan manusia (hablum minannas) secara horisontal. Iqrar la ilaaha illallah dan Muhammad Rasulullah bila dipahami secara benar tentu akan memberikan dampak positif yang besar kepada setiap pribadi muslim yang antara lain dapat diukur dari dua sikap yang dilahirkan yaitu cinta dan ridho kepada Allah dan Rasulnya. Seorang muslim yang mengikrarkan dua kalimah syahadah akan memberikan cinta yang pertama dan utama sekali kepada Allah SWT, kemudian kepada Rasulullah SAW dan jihad fisabilillah. Dia harus menempatkan cinta kepada anak-anak, suami dan istri, saudara-saudara, anak keturunan, harta benda, pangkat,dll Menurut
Sa’id Hawwa dalam bukunya Al-Islam, banyak
orang yang keliru mengira, bahwa kalau dia sudah mengucapkan dua kalimah syahadah, sudah memiliki nama yang Islam, maka tidak ada satupun sikap atau perbuatannya yang bisa membatalkan keislaman atau membatalkan 2 kalimah syahadahnya. Sebenarnya banyak sikap atau perbuatan seorang muslim yang bisa membatalkan kalimah syahadahnya,yaitu (Abdul Wahhab,1987: 12) a. Bertawakal bukan kepada Allah SWT (seorang kafir berusaha maksimal dan menggantungkan harapan sepenuhnya kepada usaha itu, sedangkan orang mukmin juga berusaha maksimal tapi hanya menggantungkan harapan sepenuhnya kepada Allah SWT.
29
b. Tidak mengakui bahwa semua nikmat lahir maupun batin adalah karunia Allah. c. Beramal dengan tujuan selain Allah (seorang muslim tidak boleh berbuat karena seseuatu yang lain, contoh: karena nasionalisme, hidup matinya
untuk
nasionalisme.
Yang
dilarang
disini
adalah
menjadikannya sebagai “isme”, karena bila sudah menjadi isme dia akan menomor satukannya dari segala-galanya, termasuk melebihi agamanya (Islam). d. Memberikan hak menghalalkan dan mangharamkan, hak memerintah dan melarang, atau hak menentukan syariat / hukum pada umumnya selain Allah. e. Taat secara mutlak kepada selain Allah dan Rasulnya. f. Tidak menegakkan hukum Allah SWT. g. Membenci Islam, seluruh atau sebagiannya. h. Mencintai kehidupan dunia melebihi akhirat atau menjadikan dunia segala-galanya. i. Memperolok-olok Al-Qur’an dan sunnah atau orang-orang yang menegakkan keduanya, atau memperolok-olokkan hukum Allah/ syiar Islam. j. Menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah, dan mengharamkan apa yang dihalalkannya. k. Tidak beriman dengn keseluruhan nash-nash Al-Qur’an dan sunnah.
30
l. Mengangkat orang0orang kafir dan munafik menjadi pemimpin dan tidak mencintai orang-orang yang beraqidah Islam. m. Tidak beradab dalam bergaul dengan Rasulullah. n. Tidak menyenangi tauhid, malah menyenangi kemusyrikan. o. Menyatakan bahwa makna yang (batin) dari suatu ayat bertentangan dengan makna yang tersurat (sesuai dengan pengertian bahasa). p. Memungkiri salah satu asma, sifat dan af’al Allah SWT. q. Memungkiri salah satu sifat Rasulullah SAW yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, atau memberinya sifat yang tidak baik, tidak meyakininya sebagai contoh teladan utama bagi umat manusia. r. Mengkafirkan orang Islam atau menghalalkan darahnya, atau tidak mengkafirkan orang kafir. s. Beribadah bukan kepada Allah SWT (contoh: menyembelih binatang untuk dipersembahkan kepada Allah, ruku’ dan sujud kepada selain Allah, tawaf tidak di Baitullah, meminta kepada selain Allah). t. Melakukan syirik kecil, yaitu syirik yang tidak membatalkan dua kalimah syahadah secara menyeluruh, tetapi membatalkan dua kalimah syahadah dalam amalan itu saja. Contoh: mengerjakan sholat karena ingin dipuji orang, atau berjihad ingin mencari kedudukan bukan mencari ridho Allah SWT, dll.
31
2. Sholat a. Pengertian Sholat Sholat menurut bahasa ialah do’a. Sedangkan menurut syari’at adalah ucapan-ucapan dan gerakan-gerakan tertentu yang dilakukan dengan niat sholat, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam (Bagir al Habsyi,1999:105). Dalam Islam, shalat menempati bagian amat penting dalam kehidupan seorang muslim, sebagai perjalanan spiritual menuju Allah SWT yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu setiap harinya. Dalam shalat, manusia melepaskan diri dari semua kesibukan duniawi, berkonsentrasi
sepenuhnya
untuk
memohon
petunjuk
serta
mengharapkan pertolongan dan kekuatan dari Allah. Sholat memiliki kedudukan yang sangat penting, karena shalat menjadi tempat bertumpu dan bergantung bagi amalan-amalan yang lain, karena jika sholat seseorang rusak maka rusaklah seluruh amalannya dan sebaliknya jika sholatnya itu baik, maka baiklah pula seluruh amalannya. b. Hukum Sholat Sholat ada beberapa macam, diantaranya ada sholat fardu (wajib) dan sholat sunnah. Berdasarkan macam sholat tersebut, maka hukum sholat dapat dibedakan sebagai berikut: (Mahfiroh,2010:4)
32
1) Sholat Fardhu (wajib) Sholat
fardhu
ialah
sholat
yang
diwajibkan
untuk
mengerjakannya. Sholat fardhu terbagi menjadi dua, yaitu: a) Fardhu ‘Ain, adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan atau pun dilaksanakan oleh orang lain, seperti sholat 5 waktu, dan sholat Jum’at (fardhu ‘ain untuk pria). b) Fardhu Kifayah, adalah kewajiban yang diwajibkan kepada mukalaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Contoh sholat jenazah. 2) Sholat Sunah Sholat
sunah
adalah
sholat-sholat
yang
dianjurkan
atau
disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Sholat sunah terbagi lagi menjadi dua, yaitu: a) Sunah Muakad, adalah sholat sunah yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti: sholat idul fitri, sholat idul adha, sholat sunah witir dan sholat sunah tawaf. b) Sunah Ghairu Muakkad, adalah sholat sunah yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti sholat sunah rawatib dan
33
sholat sunah yang sifatnya insidental (tergantung waktu dan keadaan, seperti: sholat kusuf atau khusuf yang hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana.
Apabila ada seorang muslim yang sakit, hukumnya sholat adalah wajib selama ingatannya masih berfungsi dengan baik, namun berbeda aturannya dengan sholat yang dilakukan ketika kita sehat. Allah memberikan keringanan bagi si sakit dalam melaksanakan sholatnya, yaitu sesuai dengan hadist: “Sholatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlan dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping” (HR. Bukhari).
Hal ini karena Islam didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah sholat, sehingga barang siapa mendirikan sholat, maka ia mendirikan agama (Islam), dan barang siapa meninggalkan sholat, maka ia meruntuhkan agama (Islam). c. Waktu – Waktu Sholat 1) Subuh, waktunya sejak saat fajar menyingsing sampai saat terbit matahari. Adapun pelaksanaannya adalah segera setelah masuk waktunya. 2) Zhuhur, waktunya ketika matahari mulai condong dari pertengahan langit ke arah barat, dan berakhir ketika bayangbayang segala sesuatu telah sama dengan panjang sebenarnya.
34
3) Ashar, waktunya sejak berakhirnya waktu zhuhur sampai terbenamnya matahari. 4) Maghrib, waktunya setelah terbenam matahari sampai saat terbenamnya cahaya merah yang merata di ufuk barat. 5) Isya, waktunya sejak terbenamnya cahaya merah yang merata di ufuk barat sampai saat menyingsingnya fajar (yakni saat masuknya waktu subuh). d. Syarat-Syarat Sholat Shalat dipandang sah dan sempurna, manakala shalat itu dilaksanakan dengan memenuhi syarat yaitu: (Daradjat,1982:122) 1) Mengetahui waktunya 2) Suci dari hadats kecil dan hadats besar 3) Badan, pakaian dan tempat yang digunakan suci dari najis 4) Menutup aurat 5) Menghadap kliblat e. Rukun Sholat Bacaan dan gerakan dalam shalat terdiri atas dua bagian: yang wajib dikerjakan (rukun shalat) dan yang tidak wajib dianjurkan (sunnah shalat). Rukun shalat adalah gerkan dan bacaan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari shalat. Meninggalkan salah satu rukun shalat mengakibatkan shalat menjadi batal atau tidak sah.
35
Sedangkan sunnah shalat ialah gerakan dan bacaan yang membuat shalat menjadi lebih sempurna. Tetapi meninggalkan salah satu sunnah tidak membatalkan, walaupun mengurangi pahala yang disediakan (Bagir al Habsy, 1999:122). 1). Rukun sholat a) Niat b) Berdiri c) Takbiratul ikhram d) Membaca Al-Fatihah e) Ruku’ f) Bangun dari ruku’ g) sujud dengan tuma’ninah h) Duduk diantara dua sujud i) Membaca tasyahud j) Mengucapkan salam f. Menjama’ Sholat Adalah mengumpulkan dua sholat fardhu dalam satu waktu, dengan mengajukan sholat yang kemudian kepada sholat waktu yang lebih dahulu atau dengan mengundurkan sholat yang lebih dahulu kepada waktu sholat yang kemudian. Shalat-shalat yang boleh dijama’kan yaitu shalat dzuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya’. Apabila dengan mengajukan sholat yang kemudian kepada waktu sholat yang lebih dahulu, yakni sholat dzuhur
36
dengan sholat ashar dikerjakan diwaktu sholat ashar, dan sholat maghrib dengan sholat isya’ dikerjakan diwaktu sholat maghrib dinamakan dengan jama’ taqdim, sedangkan apabila dengan mengundurkan sholat yang lebih dahulu kepada waktu sholat yang kemudian, yakni sholat dzuhur dengan sholat ashar dikerjakan pada waktu sholat ashar dan sholat maghrib dengan isya’ dikerjakan pada waktu
sholat
isya’,
dinamakan
dengan
jama’
takhir
(Daradjat,1982:181). Menjama’ sholat dapat dilakukan , apabila: 1) Berada di Arafah dan Muzdalifah 2) Dalam bepergian 3) Dalam keadaan hujan 4) Dalam keadaan sakit/ karena suatu halangan 5) Karena ada suatu keperluan g. Mengqashar Sholat Mengqasharkan shalat adalah mempersingkat jumlah rakaat shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’ menjadi masing-masing dua rakaat saja. Sedangkan shalat Maghrib tetap tiga rakaat, dan shalat Subuh tetap dua rakaat (Bagir al Habsy, 1999:207). Mengqashar sholat dapat dilakukan apabila seseorang sedang bepergian, dasar firman Allah terdapat dalam QS. An-Nisa : 101, yaitu: “ dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqasharkan sembayangmu, jika kamu takut diserang oleh orang-orang kafir”
37
3. Zakat Pengertian zakat secara bahasa (lughah) mengandung arti: keberkahan, kesuburan, kesucian dan kebaikan. Sedangkan menurut istilah zakat menurut syariat adalah sejumlah harta (berupa uang atau benda) yang wajib dikeluarkan dari milik seseorang, untuk kepentingan kaum fakir miskin serta anggota masyarakat lainnya yang memerlukan dan berhak menerimanya (Bagir al Habsy, 1999:273). Dengan adanya zakat diharapkan dapat memberikan sifat kebaikan yang bersemayam dalam hati nurani seseorang, sehingga dapat berempati atau merasakan penderitaan orang lain dan karenanya ia terdorong untuk membantu dengan hati yang ikhlas tanpa merasa terbebani. Zakat termasuk salah satu diantara kelima rukun Islam, sebagaimana firman Allah SWT: “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul agar kamu diberi rahmat” (QS. An-Nur : 56). “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah mendengar lagi Mengetahui” ( At-Taubah : 103).
38
a. Macam Zakat dan Dasar Hukumnya Menurut garis besarnya, zakat dapat dibagi menjadi 2 yaitu (Daradjat,1982:241): 1) Zakat jiwa (zakat nafs) Zakat ini dikenal masyarakat dengan nama zakat fitrah, yaitu zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan Ramadhan menjelang sholat idul fitri sebesar 2,5 kg beras. 2) Zakat harta (zakat mall) Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup: zakat emas (20 misqal/ 20 dinar/ 93,2 gram), zakat perak (200 dirham), binatang ternak, hasil tumbuh-tumbuhan baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian dan harta perniagaan. Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun dasar hukum zakat dalam agama Islam adalah: 1) QS. Adz-Dzaariyaat:19, artinya: “Dan pada harta-harta mereka terdapat hak untuk orang miskin yang tidak mendapat bagian (yang tidak meminta)” 2) QS. At-Taubah: 103, artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan (harta) dan mensucikan (jiwa) mereka...”
39
3) QS. Al-Baqarah: 177, artinya: “Kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, hari Kiamat, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Nabi-nabi dan mendermakan harta yang dicintai kepada kerabat, anakanak yatim, orang –orang miskin, musafir, pengemis, dan memerdekakan hamba sahaya”.
b. Syarat Wajib Zakat Syarat wajib zakat bagi harta benda yang dikenakan zakat adalah (Daradjat,1982:252): 1) Cukup haul, harta yang sampai nishab itu sudah sampai 1 tahun dimiliknya. 2) Cukup nishab, nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. 3) Islam, zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja. 4) Merdeka, hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat, kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Dimasa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada. 5) Hak milik sepenuhnya, harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarakan zakatnya.
40
c. Yang Berhak Menerima Zakat Orang yang berhak menerima zakat (dalam istilah fiqih disebut mustahiq) yang terdiri dari delapan golongan yaitu: (Bagir al Habsy, 1999:305) 1) Orang fakir, orang melarat yang amat sengsara hidupnya tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. 2) Orang miskin, adalah orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan. Apabila kita perbandingkan kehidupan orang fakir dengan orang miskin, maka keadaannya lebih melarat orang fakir. 3) Pengurus zakat atau amil, ialah orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan harta zakat. Artinya mereka adalah orang yang diangkat oleh penguasa atau suatu badan perkumpulan (organisasi) Islam untuk mengurus zakat sejak dari mengumpulkannya
sampai
dia
mencatat,
menjaga
dan
membagikannya kepada yang berhak. 4) Muallaf, ialah orang fakir yagn ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. Atau orang-orang yang selama ini sangat anti pada Islam dan sangat kasar pada orang Islam, dengan pemberian ini akan dapat dilunakkan hatinya atau dinetraslisir sehingga tidak lagi menentang Islam. Atau juga orang yang diharapkan kerjasamanya
41
dengan kegiatan-kegiatan Islam, apabila ia diberi pemberian ini, ia akan membantu usaha-usaha Islam. 5) Riqab, yaitu untuk memerdekakan budak termasuk dalam pengertian tebusan yang diperlukan untuk membebaskan orang Islam yang ditawan oleh orang-orang kafir. Pemberian zakat kepada budak-budak sebagai tebusan yang akan diberikannya pada dasarnya sebagai syarat pembebasan dirinya dari perbudakan adalah merupakan salah satu cara di dalam Islam untuk menghapuskan perbudakan di muka bumi. 6) Orang–orang yang terhimpit berhutang (Al-Gharimin), yaitu orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam atau perjuangan Islam atau kemaslahatan umum semua umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya dengan orang sendiri (pribadi). 7) Fi Sabilillah (di jalan Allah), ialah untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. Segala jalan atau usaha yang dapat untuk mencapai kehidupan masyarakat yang diridhoi Allah SWT, baik di waktu perang maupun diwaktu damai. Atau dengan perkataan lain segala keperluan jihad baik dijaman perang maupun
jihad
dizaman
damai.
Pengertian
jihad
adalah
memberikan segala kesanggupan unuk menolong agama Islam
42
dengan segala cara atau jalan yang dapat menolong memajukan Islam di dalam segala bidang (aspek) kehidupan. 8) Ibnu Sabil, ialah orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanan karena kehabisan biaya. d. Pengelolaan Zakat Apabila zakat yang terkumpul cukup banyak, maka sebaiknya dibagikan kepada kedelapan golongan mustahiq. Untuk menciptakan pengelolaan zakat yang baik diperlukan syaratsyarat (Daradjat,1982:268) 1) Kesadaran masyarakat akan makna, tujuan serta hikmah zakat 2) Amil zakat benar-benar orang terpercaya, karena masalah zakat adalah masalah yang sensitif. Oleh sebab itu dibutuhkan adanya kejujuran dan keikhlasan amil zakat untuk menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada amil zakat. 3) Perencanaan dan pengawasan atas pelaksanaan pemungutan zakat yang baik.
Sebelum
melakukan
pemungutan
zakat,
petugas
seharusnya sudah menginventaris dan merencanakan terlebih dahulu jenis-jenis kekayaan masyarakat yang dapat dijadikan sumber zakat, siapa yang dikenakan zakat, bagaimana cara pemungutan zakat dilakukan, kemudian bagaimana pemeliharaannya dan siapa yang berhak menerima zakat. Dengan demikian zakat disuatu wilayah bisa
43
dilakukan dengan tertib dan terkoordinir dengan rapi sehingga kesalahan-kesalahan dalam praktek zakat bisa diminimalisir dengan baik.
4. Puasa a. Pengertian Puasa atau shiyam dalam istilah fiqih adalah menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan, seperti makan, minum dan senggama, sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan niat dan persyaratan tertentu (Bagir al Habsy, 1999:341). Seperti dalam firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orangorang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah:183).
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah bulan Sya’ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya. Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang (berakal), dan sanggup untuk berpuasa.
44
Dr.Yusuf Qardhawi dalam ibadah puasa terdapat sejumlah hikmah dan maslahat yaitu: 1) Pembersihan jiwa dengan mematuhi perintah-perintah-Nya, menjauhi
segala
larangan-Nya,
dan
melatih
diri
untuk
menyempurnakan ibadah kepada Allah SWT. 2) Bahwa
puasa
disamping
menyehatkan
badan
juga
bisa
mengangkat aspek kejiwaan menggungguli aspek materi dalam diri manusia. 3) Bahwa puasa merupakan tarbiah bagi kemauan, jihad bagi jiwa dan pembiasaan kesabaran. 4) Puasa berpengaruh mematahkan gelora syahwat dan mengangkat naluri. 5) Menajamkan perasaan terhadap nikmat Allah SWT. 6) Puasa memiliki hikmah sosial (karena dengan puasa ini dapat menanamkan dalam diri orang yang mampu/kaya agar berempati terhadap derita orang fakir miskin). 7) Puasa dapat mempersiapkan orang menuju derajat takwa dan naik kedudukan orang-orang muttaqin.
45
b. Syarat dan Rukun Puasa Dr. Zakiah Daradjat dalam bukunya Ilmu Fiqh Jilid I, syarat dan rukun puasa terbagi menjadi: 1) Syarat wajib puasa meliputi: a) Berakal (aqil), orang gila tidak diwajibkan puasa b) Baliqh (sampai umur), anak-anak belum wajib berpuasa c) Kuat berpuasa (qadir), orang yang tidak kuat untuk berpuasa baik karena tua/sakit yang tidak diharapkan sembuhnya, tidak dapat diwajibkan atasnya puasa, tapi wajib membayar fidyah. 2) Syarat syah puasa meliputi: a) Islam b) Mumayiz, mengerti dan mampu membedakan yang baik dengan yang tidak baik c) Suci dari pada darah haid, nifas dan wiladah d) Dikerjakan dalam waktu/hari yang dibolehkan puasa 3) Rukun puasa meliputi: a) Niat b) Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbir fajar sampai terbenam matahari.
Puasa dalam Islam, terbagi atas dua bagian, yaitu wajib dan sunnah. Adapun yang wajib adalah: puasa ramadhan, puasa kaffarat (sebagai pengganti pelanggaran tertentu pada waktu puasa ramadhan atau ketika sedang melaksanakan ibadah haji) dan puasa nadzar. Sedangkan
46
puasa sunnah, misalnya: puasa 6 hari di bulan Syawal, puasa hari senin dan kamis, dll (Bagir al Habsy, 1999:342). Al-Qur’an dan Hadits memberikan beberapa ketentuan yang membebaskan seseorang dari kewajiban untuk menjalankan puasa karena adanya halangan-halangan tertentu, yaitu: (Daradjat,1982:317) 1. Orang yang sakit dan orang yang dalam bepergian (terhadap mereka diperbolehkan tidak berpuasa dengan ketentuan harus mengganti pada hari yang lain) seperti pada firman Allah: “Maka jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada harihari yang lain” (Al-Baqarah 2:184). 2. Orang yang merasa terlalu berat menjalankan puasa, seperti: udzur ketuaannya, sakit yang berkepanjangan, wanita hamil dan menyusui anaknya (terhadap meraka dibolehkan tidak berpuasa dan tidak perlu mengganti hari lain, tapi wajib membayar fidyah dengan memberi makan kepada orang fakir miskin tiap–tiap hari satu mud (-+ ¾ liter beras), seperti dalam firman Allah SWT: “Dan wajib bagi orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah (yaitu) memberi makan seorang miskin” (Al-Baqarah 2:184).
47
5. Haji Haji berasal dari bahasa Arab: yaitu hajj atau hijj, yang berarti menuju
atau
mengunjungi
sesuatu
(biasanya
digunakan
untuk
mengunjungi sesuatu yang yang dihormati). Sedangkan menurut istilah agama ialah mengunjungi Ka’bah dan sekitarnya di kota Makkah untuk mengerjakan ibadah tawaf, sa’iy, wukuf di Arafah dan sebagainya, semata-mata demi perintah Allah (Bagir al Habsy, 1999:377). Tujuan manusia melaksanakan ibadah haji adalah karena hendak menta’ati perintah Allah, mengagungkan syi’ar Allah dan juga memohon ampunan Allah SWT. Ibadah haji dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu, yaitu: Syawwal, Dzulqa’idah dan bulan Dzulhijjah. Ibadah haji diwajibkan kepada setiap ummat Islam yang mampu, sebagimana firman Allah QS. Ali Imran:197: “Dan karena Allah, wajiblah atas orang-orang melakukan haji ke Bait, yaitu bagi yang mampu melakukan perjalanan kesana”
Ibadah haji mempunyai syarat, rukun dan wajib haji yaitu: a.
Syarat wajib haji Para sarjana hukum Islam (fuqaha’) sepakat syarat-syarat wajib ibadah haji adalah (Daradjat,1982:350): 1) Islam 2) Baligh 3) Berakal 4) Orang merdeka
48
5) Mampu (kesehatan, kendaraan, bekal, ongkos dan keamanan) b. Rukun haji Rukun adalah sesuatu yang tidak sah haji kecuali dengan mengerjakannya, dan tidak boleh diganti dengan dam atau menyembelih seekor hewan ternak (Bagir al Habsy, 1999:389). Rukun haji itu meliputi: 1) Ihram (niat haji) 2) Tawaf Ifadhah 3) Sa’iy (berjalan antara bukit Shafa dan Marwah) 4) Wukuf di Arafah 5) Mencukur atau memotong rambut sedikitnya 3 helai. c. Wajib haji Wajib adalah sesuatu yang harus dikerjakan, walaupun sahnya haji tidak bergantung padanya. Tetapi jika tidak dikerjakan, harus diganti dam atau menyembelih seekor hewan ternak (Bagir al Habsy, 1999:390). Wajib haji itu meliputi: 1) Ihram dari miqat atau niat waktu haji 2) Melempar jumroh (Jumroh ula, wustha dan aqabah) 3) Mencukur atau memotong sedikitnya 3 helai rambut.
49
Adapun hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam ibadah haji adalah: (Daradjat,1982:352) 1) Hubungan seksuil dan apa saja yang mengantar kepada perbuatan hubungan seksuil 2) Melakukan perbuatan-perbuatan jelek dan maksiat yang menyebabkan orang keluar dari keta’atan kepada Allah 3) Bertengkar dengan teman 4) Memakai pakaian yang berjahir bagi lelaki 5) Memakai pakaian atau apa saja yang harum 6) Memakai khuf, kaos kaki ataupun sepatu 7) Melakukan akad nikah, baik dirinya atau untuk orang lain 8) Memotong kuku. 9) Memotong atau mencabut rambut, baik dengan mencukur atau menggunting atau jalan apa saja baik rambut kepala atau rambut mana saja 10) Berharum-haruman, baik pada baju, kain ataupun badan 11) Memakai baju atau kain yang telah dicelup yang mempunyai bau yang harum. 12) Membunuh binatang buruan 13) Memakan daging binatang buruan
50
6. Jihad Arti jihad di dalam bahasa Indonesia adalah berjuang, bersungguh-sungguh, perjuangan, kesungguh-sungguhan. Ibnul Qaiyim di dalam kitabnya Zadul Ma’ad, perjuangan melawan hawa nafsi (jihad) didahulukan daripada jihad-jihad yang lain-lainnya karena apabila orang tidak dapat manaklukkan hawa nafsunya, pastilah ia akan meninggalkan apa yang diperintahkan dan akan mengerjakan apa yang dilarang. Jadi jihad itu adalah berjuang dijalan Allah untuk menyebarkan, menegakkan dan mempertahankan agama Islam (Daradjat,1982:437). Kewajiban ummat Islam adalah menyebarkan agama, dan setelah menegakkannya dengan baik selanjutnya adalah mempertahankan agama itu dengan sungguh-sungguh. Sehingga manusia di bumi seharusnya melakukan amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebajikan dan melarang kemunkaran) agar tercipta manusia yang baik disisi Allah SWT. a. Dasar Hukum Dasar hukum untuk berjihad terdapat dalam surat At-Taubah : 41 “berangkatlah kamu sekalian berperang berjalan kaki ataupun berkendaraan dan berjuanglah kamu sekalian dengan hartamu dan jiwamu dijalan Allah, itulah yang paling baik bagi kamu sekalian apabila engkau sekalian memang mengetahuinya”.
51
b. Macam-Macam Jihad Jihad menurut Dr. Zakiah Daradjat terbagi menjadi tiga macam: 1) Jihad melawan musuh yang nyata 2) Jihad melawan hawa nafsu 3) Jihad melawan syetan Jihad melawan nafsu dan syetan ini termasuk jihad akbar, dan orang melakukan jihad dapat dengan jiwa, tenaga dan hartanya. Dalam surat Al-Anfal: 65 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: “Wahai Nabi, gerakkanlah orang-orang mu’min untuk berperang. Apabila dikalangan kamu sekalian ada dua puluh orang yang sabar, akan dapat mengalahkan dua ratus orang, dan apabila daripadamu terdapat seratus orang akan dapat mengalahkan seribu orang dari orang-orang yang kafir, karena mereka itu orang-orang yang tidak mengerti”. Terhadap golongan kafir, Islam membedakan dalam empat kategori yaitu (Daradjat,1982:456) 1) Kafir harbi, yaitu mereka yang selalu mengganggu Islam, mereka wajib diperang 2) Kafir dzimmiy, yaitu mereka yang tunduk kepada aturanaturan Islam, berlindung didalam negeri Islam, bersedia membayar pajak. Mereka wajib dihormati dan dilindungi. Mereka bebas menjalankan agama mereka.
52
3) Kafir mu’ahid, yaitu kaum kafir yang mengadakan perjanjian dengan ummat, gencatan senjata, selama dalam perjanjian mereka tidak boleh diganggu. 4) Golongan musta’min, yaitu orang kafir dari negeri kafir dan meminta perlindungan kepada negeri Islam. Mereka wajib dilindungi. Dan haram mengganggu serta membunuhnya.
Adapun harta yang didapat dari pihak orang yang tidak beragama
Islam,
harta
tersebut
ada
3
macam
yaitu
(Rasjid,1954:436) 1) Salab, artinya pakaian, alat senjata, kendaraan dan alat-alat lainnya yang ada di tangan tentara musuh ketika ia dibunuh atau ditangkap 2) Ghanimah, artinya harta yang didapat dari musuh dengan jalan peperangan selain dari salab tadi, ghanimah itu ada 2 macam: a) Barang yang tidak bergerak. Menurut mazhab Imam Hanafi Imam berhak memilih antara 3 jalan yaitu: dibagikan kepada tentara dan pemerintah harus mengambil keuntungan dari hasilnya, dikembalikan kepada yang punya
dan
dijadikan
wakaf
kepada
umat
Islam
dipergunakan untuk kemaslahatan kaum muslimin. b) Barang yang bergerak (dapat dipindahkan). Barang ini dibagi 4/5 untuk orang yang menghadiri medan perang,
53
1/5 untuk tentara yang berjalan kaki, 3/5 untuk tentara yang berkendaraan. 3) Al-Faii = upeti, yaitu harta yang didapat dari orang yang tidak beragama Islam dengan jalan damai (tidak berperang), pajak, bea, harta orang murtad, hadiah dan lain-lain.
7. Pernikahan
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang terutama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna, bukan saja perkawinan itu satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan turunan, tetapi perkawinan itu dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara satu kaum dengan yang lain. Serta perkenalan itu akan menjadi jalan buat menyampaikan kepada tolong-menolong antara satu dengan lainnya (Rasjid,1954:355). Oleh karena itu, Islam mengatur masalah perkawinan dengan teliti dan terperinci tentang sebab hukum perkawinan dan mengatur tata cara kehidupan keluarga yang merupakan inti kehidupan masyarakat sejalan dengan kedudukan sebagai makhluk yang melebihi makhluk lainnya. a. Definisi Nikah Secara etimologi, nikah mempunyai arti mengumpulkan, menggabungkan, menjodohkan, atau bersenggama (wath’i). Secara terminologi, nikah didefiniskan sebagai ikatan lahir batin antara
54
seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal (Ni’am Sholeh,2008:3). Dalam Islam, perkawinan juga merupakan salah satu perintah yang diperuntukkan bagi kaum muslimin sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa: “perkawinan yang sah menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah” (KHI:Pasal 1).
Dalam Islam, perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan naluriah hidup manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasulnya. Adapun menurut Undang-Undang Perkawinan No.1/1974 perkawinan adalah “Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
b. Hukum Melakukan Perkawinan Nikah disyariatkan dalam Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah . Ayat yang menunjukkan nikah disayariatkan adalah firman Allah SWT yang artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak berkawin dari hambahamba sahayamu yang laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan” (QS. An-Nur 24:32).
55
Adapun hadist Nabi SAW, yang menerangkan ini adalah: “Wahai para pemuda, barang siapa yang mempu untuk menikah maka menikahlah, karena sesungguhnya menikah itu dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan (dari perbuatan zina) dan barang siapa yang tidak mampu maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa itu adalah sebuah penawar” ( HR. Bukhari dan Muslim).
Meskipun pada dasarnya Islam menganjurkan perkawinan, namun apabila ditinjau dari keadaan yang melaksanakannya, perkawinan dapat dikenai hukum wajib, sunnat, haram, makruh dan mubah (Azhar Basyir,1996:12). 1.
Perkawinan yang wajib Perkawinan hukumnya wajib bagi orang yang telah mempunyai keinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul beban kewajiban dalam hidup perkawinan serta ada kekhawatiran, apabila tidak kawin akan mudah tergelincir untuk berbuat zina.
2.
Perkawinan yang sunnat Perkawinan hukumnya sunnat bagi orang yang telah berkeinginan kuat untuk kawin dan telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dan memikul kewajiban dalam perkawinan, tetapi apabila tidak kawin juga tidak ada kekhawatiran berbuat zina.
3.
Perkawinan yang haram Perkawinan berkeinginan
hukumnya serta
haram
tidak
bagi
mempunyai
orang
yang
belum
kemampuan
untuk
56
melaksanakan
dan
memikul
kewajiban-kewajiban
hidup
perkawinan, hingga apabila ia kawin juga akan berakibat menyusahkan isterinya. 4.
Perkawinan yang makruh Perkwainan hukumnya makruh bagi seorang yang mampu dalam segi materiil, cukup mempunyai daya tahan mental dan agama hingga tidak khawatir akan terseret dalam perbuatan zina, tetapi mempunyai kekhawatiran tidak dapat memenuhi kewajibankewajiban terhadap isterinya, meskipun tidak akan berakibat menyusahkan pihak isteri, contoh: calon isteri tergolong orang kaya atau calon suami belum mempunyai keinginan untuk kawin.
5.
Perkawinan yang mubah Perkawinan hukumnya mubah bagi orang yang mempunyai harta, tetapi apabila tidak kawin tidak merasa khawatir akan berbuat zina dan andaikata kawin tidak merasa khawatir akan menyianyiakan kewajibannya terhadap isteri. Perkawinan dilakukan sekedar untuk memenuhi syahwat dan kesenangan bukan dengan tujuan membina keluarga dan menjada keselamatan hidup beragama.
57
c. Prinsip-Prinsip Perkawinan Dalam Islam Perkawinan menurut Islam ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai berikut (Azhar Basyir,1996:14) 1.
Pilihan jodoh yang tepat
2.
Perkawinan didahului dengan peminangan
3.
Ada ketentuan tentang larangan perkawinan antara laki-laki dan perempuan
4.
Perkawinan didasarkan atas suka rela antara pihak-pihak yang bersangkutan
5.
Ada persaksian dalam akad nikah
6.
Perkawinan tidak ditentukan untuk waktu tertentu
7.
Ada kewajiban membayar maskawin atas suami
8.
Adaa kebebasan mengajukan syarat dalam nikah
9.
Tanggung jawab pemimpin keluarga pada suami
10. Ada kewajiban bergaul dengan baik dalam kehidupan rumah tangga
d. Meminang Yang
dimaksud
dengan
meminang
(khitbah)
adalah
menunjukkan (menyatakan) permintaan untuk perjodohan dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya dengan perantara seseorang yang sudah dipercaya (Rasjid,1954:361).
58
Sedangkan hukum meminang adalah boleh (mubah) dengan ketentuan sebagai berikut (Ni’am Sholeh,2008:9). 1. Perempuan yang dipinang harus memenuhi syarat sebagi berikut: a) Tidak terikat oleh akad pernikahan b) Tidak berada dalam masa iddah talak raj’i c) Bukan pinangan laki-laki lain 2. Cara mengajukan pinangan: a) Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya boleh dinyatakan secara terang-terangan. b) Pinangan kepada janda yang masih dalam talak bain atau iddah ditinggal wafat suaminya, tidak boleh dinyatakan secara terangterangan. Pinangan mereka hanya boleh dilakukan secara sindiran saja.
e. Syarat dan rukun nikah Adapun pernikahan dianggap sah apabila terdapat 5 rukun yang dipenuhi yaitu (Ni’am Sholeh,2008:30): 1.
Calon suami
2.
Calon isteri
3.
Sighah (ijab dan qabul)
4.
Wali calon pengantin perempuan
5.
Dua orang saksi
59
Syarat-syarat nikah dapat diformulasikan ke dalam 3 bagian, yaitu (Ni’am Sholeh,2008:28) 1. Syarat sah (keabsahan) Syarat sah adalah syarat-syarat yang menghendaki sebuah akad diakui keabsahannya dan keberadaannya, yang diakui oleh syara’, dan tidak mempunyai ketetapan hukum sebelum terpenuhi syaratsyarat tersebut. Seperti keharusan menghadirkan 2 orang saksi ditempat akad dan kelayakan serta kepantasan calon isteri untuk menjalani akad berupa status bukan muhrim. 2. Syarat nafaz (pelaksanaan) Masksudnya adalah syarat-syarat yang menghendaki rentetan hukum yang berkaitan dengan akad, dimana akad tidak diberlakukan kepada kedua belah pihak calon suami isteri tanpa adanya syarat-syarat itu tidak akan dilangsungkan sebelum terpenuhi. Contohnya: syarat seorang calon suami harus baliq dan berakal. 3. Syarat luzum (kelayakan) Maksudnya adalah syarat-syarat yang menghendaki suatu akad tidak layak dilangsungkan tanpa keberadaan syarat itu, dan tanpa memenuhi syarat tersebut, kedua belah pihak atau salah satu dari kedua belah pihak berhak membatalkan akad. Syarat-syarat ini dikemukakan oleh Abu Zahra berdasarkan mazhab Hanafi sebagai berikut:
60
a) Wali yang diangakat selain bapak, kakek maupun anak harus pantas dan layak menjadi wali. b) Mahar tidak boleh kurang dari mahar yang berlaku (mitsil). Apabila seorang wanita baliq dan berakal menikah tanpa melibatkan walinya dalam pernikahannya, sedang mahar yang disebutkan kurang dari mahar yang semestinya berlaku, maka walinya berhak memprotes bahkan membatalkan pernikahannya hingga mahar itu dicukupkan sebagaimana mestinya. c) Jika tidak memadai, seorang wanita baliq dan berakal tidak boleh menikahkan dirinya, jika hal itu terjadi maka walinya berhak membatalkan pernikahan itu. d) Tidak boleh membiasakan dalam akad nikah memanipulasi hal yang berkaitan dengan kepantasan maupun kelayakan dalam pelaksanaan nikah seperti seorang suami menasabkan dirinya kepada kabilah yang bukan kabilahnya kemudian terbukti ia tidak bernasab dari kabilah tersebut. Maka pada kondisi ini si wanita berhak membatalkan pernikahan demikian halnya dengan walinya. f. Hikmah Pernikahan Pernikahan dalam Islam mempunyai hikmah dan manfaat yang sangat besar, baik bagi kehidupan, individu, keluarga, masyarakat bahkan agama bangsa dan negara serta kelangsungan umat manusia. Beberapa hikmah dari pernikahan yaitu (Ni’am Sholeh,2008:42).
61
1. Pernikahan sejalan dengan fitrah manusia untuk berkembang biak, dan keinginan untuk melampiaskan syahwat secara manusiawi dan syar’i 2. Upaya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat akibat penyaluran hawa nafsu yang tidak benar seperti perzinaan dan perkosaan 3. Terwujudnya kehidupan yang tenang dan tenteram, dengan adanya cinta dan kasih sayang diantara sesama 4. Membuat ritme kehidupan seseorang menjadi lebih tertib, teratur, dan mengembangkan sikap kemandirian serta tanggung jawab, baik dalam hubungan suami-isteri maupun orang tua dan anak 5. Pernikahan dan adanya keturunan akan mendatangkan rezeki yang halal serta barokah 6. Nikah mempunyai kontribusi di dalam membentuk pribadi untuk berperilaku disiplin dalam membagi waktu dan pekerjaan. 7. Memperkokoh tali persaudaraan antar masyarakat, terutama antar kedua
keluarga
sehingga
terwujud
solidaritas
sosial
dengan
memperluas hubungan persaudaraan 8. Dapat menghasilkan keturunan yang baik, jelas nasabnya dan semakin merekatkan hubungan antar sesama
62
C. Gerakan Sosial Gerakan sosial adalah aktivitas sosial beruapa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial (www.gerakansosial.com). Gerakan agama merupakan bagian dari gerakan sosial. Gerakan agama selalu mengenai masalah kebenaran dari doktrin atau ajaran yang sedang dianut, yang menyangkut penghayatan kultural tentang bagaimana sesungguhnya sesuatu yang diyakini itu terpancar dalam kehidupan pribadi dan kenyataan umat Islam. Gerakan agama di lingkungan umat Islam, yang disebut gerakan Islam, tidak lepas bahkan tampak kental menunjukkan pergumulan antara doktrin ajaran dengan realitas kehidupan para pemeluknya baik
dalam
menghadapi
keadaan
internal
maupun
dunia
luar
(Nashir,2007:156). Bagi gerakan sosial, keberadaan ideologi memiliki arti penting. Tanpa adanya ideologi, keberadaan suatu gerakan sosial hanya akan menghadapi ketidakpastian yang berkepanjangan. Karena itu, gerakan sosial perlu merumuskan kerangka ideologinya yang berisi: pertama, pernyataan tujuan gerakan; kedua, kumpulan kritik dan penilaian terhadap struktur yang akan diubah; ketiga, kumpulan doktrin yang bisa menjustifikasi tujuan gerakan; keempat, seperangkat kepercayaan yang berhubungan dengan kebijakan, taktik, dan pelaksanaan gerakan; dan, kelima, mitos gerakan.
63
Adapun Teori gerakan sosial yang relevan untuk melihat aktivitas sosialkeagamaan dan politik adalah teori yang dikembangkan Sidney Tarrow dan juga Doug Mc Adam dkk, yang mengemukakan tiga kerangka strategis dalam membentuk sebuah gerakan sosial, yaitui: (Muhsin, 2007:31-39)
1. Pemanfaatan Peluang Politik (Political Opportunities) Dalam melihat peluang politik ini, tentu tidak bisa dilepaskan dari aktivitas protes, dan Michael Lipsky berasumsi bahwa pasang surut aktivitas protes menjadi sebuah fungsi perubahan yang meninggalkan sistem politik yang lebih luas menjadi lebih reseptif terhadap berbagai tuntutan kelompok tertentu. Dari sinilah kemudian Peter Eisinger menggunakan istilah “struktur peluang politik” untuk membantu menjelaskan berbagai variasi “perilaku kerusuhan” di empat puluh tiga kota di Amerika. Selanjutnya, Eisinger berpandangan bahwa “peristiwa protes dihubungkan dengan hakikat struktur peluang politik sebuah kota,” yang dia definisikan sebagai “syarat bagi kelompok untuk mendapatkan akses menuju kekuasaan dan memanipulasi sistem politik.” Dengan demikian, protes atau melakukan demonstrasi menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menggerakkan sebuah gerakan sosial. Di samping itu, ketika menganalisis peluang politik ini, kita harus melihat unsur-unsur struktural yang lebih stabil seperti kekuatan atau kelemahan negara dan bentuk represi yang biasanya dilakukan oleh negara. Selain itu, peluang eksternal tersebut tidak perlu menghasilkan
64
gerakan sosial yang terus menerus. Proses tersebut membutuhkan penantang
(challengers)
untuk
melakukan
repertoir
gerakan,
mengerangkakan pesan-pesan mereka secara dinamis, dan untuk memasuki atau mengkonstruksi penyatuan mobilisasi struktur. Tapi, dalam rangka membuka pikiran sekutu dan menunjukkan kelemahan para musuh, “peluang politik” ini mengkomunikasikan informasi krusial bagi pembentukan sebuah gerakan. Adapun proses terjadinya peluang politik ini diawali dengan: a.
Adanya legitimasi terhadap negara yang berkurang sehingga rakyat mampu menyusun gerakan dan juga identitas kolektif.
b.
Terdapat erosi dalam tubuh kekuasaan negara itu sendiri sehingga membuat rakyat semakin tidak percaya dan kemudian menggerakkan gerakan moral menentang kekuasaan lewat aksi protes dan demonstrasi.
c.
Dari kondisi pertama dan kedua di atas, akan muncul berbagai mobilisasi gerakan sosial yang ikut mendorong dan memperkuat proses ke arah transisi atau perubahan yang diinginkan.
Dengan demikian, peluang politik di sini menekankan pada interaksi sosial dengan pelembagaan politik, termasuk di dalamnya proses politik yang menyangkut peluang dan penentangan politik. Peluang politik di sini bermakna luas, yakni menyangkut bentuk-bentuk institusi politik yang ada, perilaku politik para elite, serta pengendalian dan paksaan-paksaan politik yang memengaruhi kemunculan gerakan
65
sosial dalam masyarakat. Jadi pada intinya, peluang politik adalah segala hal yang bisa memungkinkan sebuah gerakan sosial digerakkan dengan berbagai tujuannya.
2. Mobilisasi Struktural (Mobilizing Structures) Mobilisasi struktur menekankan pada analisis tindakan-tindakan yang pada umumnya rasional yang dilakukan para pengikut gerakan sosial untuk membuat gerakan sosialnya berhasil. Menurut teori ini, agar suatu gerakan sosial menjadi berhasil secara efektif, maka tindakan para pengikut gerakan itu haruslah dilakukan oleh organisasi-organisasi pergerakan. Dengan demikian, mobilisasi struktur merupakan kendaraan kolektif (organisasi pergerakan), baik formal maupun informal, yang dengan organisasi tersebut para anggota pergerakan bisa memobilisasi dan melakukan aksi kolektif. Ini terfokus pada kelompok tingkatan menengah (meso-level groups), organisasi-organisasi, dan jaringan informal yang terdiri dari blok-blok bangunan kolektif gerakan sosial dan revolusi. Teori yang sangat penting dalam hal ini adalah teori mobilisasi sumber daya yang berusaha untuk memberdayakan para pengikut gerakan dalam sebuah mobilisasi organisasi yang kuat dan terarah. Teori ini berusaha melakukan perubahan dengan konsepsi gerakan sosial berdasarkan keluhan (grievance-based conceptions of social movements)
66
dan malah memfokuskan pada proses-proses mobilisasi dan manifestasi organisasi formal dari proses-proses ini. Dalam hal ini, para teoretikus mobilisasi sumber daya menekankan peran industri gerakan sosial, organisasi gerakan, dan entrepreneur gerakan dalam proses mobilisasi struktur ini. Dengan kata lain, unsur penting dari gerakan sosial menurut teori mobilisasi sumber daya adalah organisasi, bukan individu, yang dibangun di atas rasionalitas, cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam suatu gerakan sosial.
Bagi teori mobilisasi sumber daya ini, tidak jadi soal apakah ketegangan struktural itu ada secara objektif atau cuma dalam anganangan para pengikut gerakan, entah persepsi tentang ketegangan dan tujuan sebuah gerakan rasional atau tidak, atau bentuk simbolis mana yang diberikan oleh pengikut sebuah gerakan kepada ketegangan yang ada. Yang jadi perhatiannya adalah tindakan-tindakan yang pada umumnya rasional, yang dilakukan oleh para pengikut sebuah gerakan untuk membuat gerakannya berhasil. Adapun struktur gerakannya terdapat tiga jenis yang sifatnya elementer, yakni: a.
model akar rumput (grassroot model), yang dikarakterisasi oleh sebuah struktur yang relatif longgar, bersifat informatif, dan desentralisasi, sebuah penekanan terhadap protes politik yang radikal dan sukar dikendalikan, dan sebuah kepercayaan terhadap pengikut yang militan
67
b.
model
kelompok
kepentingan
(interest-group
model),
yang
dikarakterisasi oleh sebuah penekanan terhadap berbagai kebijakan yang berpengaruh (melalui lobi, misalnya) dan sebuah kepercayaan terhadap organisasi formal c.
model yang berorientasi partai (party-oriented model), yang dikarakterisasi oleh sebuah penekanan terhadap proses elektoral, partai politik, dan juga sebuah kepercayaan terhadap organisasi formal. Tiga bentuk ini bisa bervariasi dalam tingkat kejelasannya, ruang lingkupnya, bobot relatifnya, jenis hubungannya, dan seterusnya.
3. Proses Penyusunan Gerakan (Framing Process)
Jika kombinasi peluang politik dan mobilisasi struktur sudah menghasilkan kelompok struktural yang potensial melakukan aksi, namun hal itu belumlah mencukupi bagi terciptanya sebuah aksi kolektif. Mediasi di antara peluang, organisasi, dan aksi menjadi makna dan definisi bersama yang orang bawa ke dalam situasi mereka. Pada tingkatan minimal, orang merasakan kerugian terhadap beberapa aspek kehidupan mereka dan optimis bahwa dengan bertindak secara kolektif mereka bisa memperbaiki masalah. Dengan demikian, harus ada satu hal lagi yang diperlukan agar bisa tercipta sebuah gerakan sosial atau aksi kolektif, yakni penyusunan proses gerakan (framing processes).
68
Penyusunan proses gerakan tentu tidak bisa dilepaskan dari konstruksi budaya, sehingga gerakan sosial memiliki dan tidak dapat dilepaskan dari dimensi kebudayaan di mana gerakan tersebut muncul dan berkembang. Dalam gerakan sosial tersebut, terdapat aspek sistem kesadaran kolektif yang mengandung berbagai makna yang menjadi kekuatan legitimasi dan motivasi bagi lahirnya tindakan-tindakan kolektif. Dengan kata lain, penyusunan proses gerakan (framing process) didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang strategis oleh kelompok orang untuk menciptakan pemahaman bersama mengenai dunia dan diri mereka sendiri yang melegitimasi dan memotivasi aksi kolektif. Dalam penyusunan proses gerakan ini, ada dua komponen esensial yang harus diperhatikan, yaitu: a. unsur diagnosa penjabaran mengenai masalah dan sumbernya; b. unsur prognosis (ramalan), yakni identifikasi mengenai sebuah strategi yang
tepat
untuk
memperbaiki
masalah
yang
ada
dengan
menggunakan aksi kolektif. Adapun contoh komponen esensial itu misalnya, ketika target sebuah gerakan adalah para pembuat kebijakan (policymakers), maka gerakan harus memobilisasi orang dan sumber dayanya dalam masyarakat yang lebih luas agar bisa mempengaruhi para elite penguasa ini. Sedangkan alat utamanya dalam proses ini adalah media massa, yang bisa menjangkau khalayak yang lebih luas dibandingkan yang dilakukan
69
para aktor gerakan sosial secara langsung. Dengan demikian, media menjadi target utama bagi usaha penyusunan gerakan sosial (social movement framing), yang tugasnya adalah memengaruhi pemerintah, pemilih, dan agenda-agenda publik lainnya yang juga menjadi bagian dalam usaha menggerakkan sebuah gerakan sosial. Dalam hal ini, organisasi gerakan sosial sering kali mempunyai kontak langsung dengan para pemimpin publik bukan pemerintah, para reporter, pemimpin partai, pejabat terpilih, dan para birokrat, tapi agar bisa memperluas pengaruh politik dari usaha gerakannya, mereka juga harus menggunakan segala taktik untuk membawa pesan perjuangan mereka kepada khalayak secara luas. Dengan melakukan itu, agen-agen gerakan berusaha untuk membawa isu-isu perjuangan mereka ke dalam agenda para audiens yang jelas: masyarakat secara umum, media, partai politik, dan bahkan para pejabat eksekutif dan legislatif. Dan masing-masing agenda ini bergerak di bawah logika dan proses yang unik, dan itu tergantung pada organisasi gerakannya sendiri, dan usaha mereka membentuk agenda-agenda tersebut harus disesuaikan dengan strategi mereka secara tepat. Dari penjelasan teoretik tentang gerakan sosial beserta pembahasannya secara teperinci di atas, kita kemudian bisa melacak bagaimana sebenarnya gerakan Islam yang menjadi cerminan adanya fundamentalisme Islam tersebut. Pada dasarnya, gerakan Islam yang
70
merupakan sub-kategori gerakan sosial memiliki karakteristik yang lebih spesifik dibandingkan gerakan sosial pada umumnya.
Suatu gerakan dapat dikategorikan gerakan Islam jika memenuhi tiga aspek, yaitu: a.
mempunyai tujuan tertentu yang diupayakan oleh sebuah gerakan. Tujuan ini haruslah berkaitan langsung dengan upaya melayani Islam (seperti tujuan menegakkan syariat Islam).
b.
memiliki pemikiran tertentu yang diadopsi gerakan itu yang dijadikan dasar perjuangannya. Pemikiran ini haruslah pemikiran Islami yang lahir dari akidah Islamiyah, bukan pemikiran tidak Islami, misalnya pemikiran yang lahir dari paham sekuler (seperti pemikiran komunis).
c.
memiliki sifat keanggotaan yang khas, yakni haruslah dari kalangan Muslim saja. Jika suatu gerakan beranggotakan non-Muslim, maka gerakan itu tidak termasuk gerakan Islam.
Menurut Martin Riesebrodt, gerakan fundamentalisme agama (Islam) memiliki ideologi yang mengandung dua hal utama yang saling berhubungan, yaitu, sejarah penyelamatan (salvation history) dan kritik sosial (social critique). Seperti gerakan sosial pada umumnya, kritik sosial ditujukan kepada berbagai macam penyakit sosial yang menimbulkan krisis dalam kehidupan masyarakat. Krisis inilah yang ingin diselamatkan oleh gerakan fundamentalisme agama dengan
71
kembali kepada kehidupan ideal masa lalu serta memberikan harapan eskatologis di masa depan. Hal ini juga yang menyebabkan gerakan fundamentalisme disebut juga gerakan nativistik, messianis, dan millenarian. Sebagai bagian dari gerakan sosial, munculnya fundamentalisme bisa dijelaskan melalui tiga paradigma gerakan sosial, yaitu: a.
paradigma struktur sosial (social-structural paradigm). Paradigma ini memfokuskan pada segala bentuk determinasi sosial yang berpengaruh terhadap munculnya gerakan sosial, seperti keluarga, kelompok kecil, struktur ekonomi, dan sebagainya.
b.
paradigma psikologi (psychological paradigm). Paradigma ini memfokuskan kajian pada peran pribadi seperti motivasi pribadi, kebutuhan, nilai-nilai, yang mendorong munculnya gerakan sosial.
c.
paradigma
psikologi
sosial
(social-psychological
paradigm).
Paradigma ini memfokuskan pada adanya hubungan antara struktur sosial dan karakter pribadi yang mendorong seseorang berpartisipasi dalam gerakan sosial.
Adapun munculnya sebuah gerakan sosial terjadi karena adanya berbagai krisis mendasar dalam kehidupan manusia, sehingga hal ini akan memunculkan sikap: a.
deprivasi relatif, yaitu merasa tersisihkan atau tertinggal dari orang lain dan kalangan tertentu dalam masyarakat.
72
b.
dislokasi, yaitu perasaan tidak punya tempat dalam tatanan sosial yang sedang berkembang.
c.
disorientasi, yaitu perasaan seperti tidak punya pegangan atau tujuan hidup akibat tidak ada lagi yang bisa dipertahankan.
d.
negativisme, yaitu perasaan yang mendorong ke arah pandangan yang serba negatif kepada tatanan yang sudah mapan, dengan berbagai sikap tidak percaya, curiga, bermusuhan, melawan, dan sebagainya. Jika keempat krisis ini tidak segera ditangani, kemungkinan
besar
akan
muncul
gejala-gejala
radikalisme,
fanatisme, sektarianisme, dan aksi negatif lainnya. Jadi, dengan teori-teori di atas itulah penelitian ini akan menjabarkan bagaimana NII menjalankan aksinya dalam upayanya menegakkan syariat Islam dalam bingkai Negara Islam Indonesia.
73
BAB III PROFIL DAN KONSEP NII TENTANG NEGARA ISLAM DAN SYARIAH ISLAM
A. Latar Belakang Historis Lahirnya NII Sejarah berdirinya Negara Islam Indonesia tidak terlepas dari sang pendirinya yaitu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo lahir di Cepu, Jawa Tengah 07 Januari 1907. Ayahnya seorang mantri candu pada masa pemerintah Belanda yang bernama Kartosoewirjo. Pangkat yang cukup tinggi untuk seorang “inlander” di masa kolonial yang tergolong priayi feodal dan bukan pemeluk Islam yang taat, cenderung abangan. Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo terus-menerus menempuh pendidikan di sekolah Belanda (Tempo,2010:22) Negara Islam Indonesia merupakan kelanjutan perjuangan yang telah dirintis oleh Sarikat Dagang Islam (SDI) di era KH. Samanhudi (1905) yang berkembang menjadi Sarikat Islam (SI) oleh HOS Cokroaminoto (1912). Selanjutnya pada 1930 berubah nama menjadi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII). Semenjak dipimpin HOS Cokroaminoto, maksud dan tujuan SI menjadi semakin jelas sebagai organisasi Islam berskala nasional yang merupakan satu-satunya organisasi perjuangan yang menentang penjajah di Indonesia. Dan Kartosoewirjo merupakan kader militan HOS Cokroaminoto.
74
Ajaran yang selalu ditanamkan kepada jajaran NII, baik pimpinan maupun warganya merupakan ajaran yang paling konsistan dari HOS Cokroaminoto. Lain halnya dengan Semaun yang berubah haluan kiri dengan membentuk Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1920. Begitu juga dengan Soekarno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 (Peneliti Insep,2011:115). Berakhirnya Perang Dunia Kedua yang dimenangkan oleh pihak sekutu dimanfaatkan oleh kaum nasionalis secara tergesa-gesa dengan memaksa Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 lahirlah UUD 1945. Kelahiran UUD ini kemudian menjadi polemik, yaitu dengan dicoretnya tujuh kata Piagam Jakarta, yaitu Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. NII menganggap pencoretan butir pertama Piagam Jakarta oleh Panitia Sembilan sebagai salah satu tindakan perusakan yang dikaitkan dengan ayat Tuhan dari Al-Qur’an Surat An-Naml 27:48 yang berbunyi sebagai berikut: “Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan”. Dilain pihak, Belanda berencana untuk menguasai kembali Indonesia sebagai negeri jajahan. Niat Belanda ini diwujudkan dalam Agresi Militer Pertama di tahun 1947 yang kemudian dilanjutkan Agresi Militer Kedua pada 18 Desember 1948. Kemudian, Belanda berhasil memaksa
75
Indonesia untuk mengadakan perundingan untuk mendapatkan kembali wilayah republik Indonesia. Perundingan ini dikenal sebagai Perjanjian Renville. Perjanjian Renville berisi keputusan untuk mengerdilkan wilayah RI sehingga hanya tersisa Yogyakarta dan 7 Karisidenan. Keputusan ini menyebabkan aparatur pemerintah RI berkumpul di Yogyakarta dan dengan menyebabkan daerah-daerah yang telah ditinggalkan kaum nasional menjadi daerah vacuum of power (kekosongan kekuasaan). Adanya daerah vacuum of power ini digunakan sebagi momentum bagi menegakkan syariat Islam, karena menganggap kaum nasionalis tidak mampu mempertahankan tanah air, baik dalam agresi maupun perundingan-perundingan dengan Belanda. NII menganggap secara de facto RI telah hancur karena syarat berdirinya suatu negara adalah kepemilikan tatanan hukum, wilayah, rakyat dan pemimpin. Sementara itu Indonesia sudah dianggap sebagai negara boneka Belanda. Kemudian NII memberntuk Majelis Islam 10 Februari 1948, Dewan Imamah (kabinet), dan Dewan Fatwa (DPA) hingga menyusun Qanun Asasi (UUDNII). Barulah pada tanggal 07 Agustus 1949, Kartosoewirjo selaku Imam NII memproklamasikan berdirinya pemerintahan berdasarkan Islam, yakni NKA NII (Negara Karunia Allah Negara Islam Indonesia) di Desa Cidegalen, Kecamatan Cisampang, Kabupaten Tasikmalakaya, Jawa Barat, yang berbunyi: (Triana,2011:25)
76
PROKLAMASI BERDIRINYA NEGARA ISLAM INDONESIA Bismillahirrahmanirrahim Dengan nama Allah yang Maha Murah dan yang Maha Asih Kami umat Islam bangsa Indonesia Menyatakan berdirinya “Negara Islam Indonesia” Maka hukum yang berlaku atas Negara Islam Indonesia itu ialah hukum Islam. Allah Akbar! Allah Akbar! Allah Akbar!
Madinah Indonesia, 12 Syawal 1368 H 7 Agustus 1949 M
Atas Nama Umat Islam Bangsa Indonesia Imam Negara Islam Indonesia
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
77
B. Perkembangan NII di Salatiga Adapun NII mulai masuk wilayah Salatiga kurang lebih sekitar tahun 2010. NII mulai masuk kota Salatiga melalui proses perekrutan jaringan NII yang sebelumnya telah terbentuk dari wilayah Kab. Semarang oleh muqari (pemberi materi NII) A-M dan U-L yang kemudian berekspansi di wilayah Salatiga untuk menambah jumlah umat NII. Pengikut gerakan NII Salatiga yang direkrut pertama kali adalah karyawan swasta di toko komputer dan mahasiswi PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di Salatiga. A-M dan U-L merekrut mereka dengan alasan, bahwa karyawan swasta E-W mempunyai jaringan pertemanan yang sangat kuat karena pada waktu SMK adalah ketua OSIS dan pramuka di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang ada di Salatiga, sehingga ketika merekrut anggota yang lain sangat mudah karena mempunyai banyak teman dari lintas angkatan. Sedangkan alasan untuk merekrut mahasiswi PTS adalah untuk merekrut anggota yang berasal dari kampus-kampus yang ada di Salatiga. Menurut Polres Salatiga perekrutan anggota baru NII yang dilakukan cenderung dominan usia antara 15-25 tahun atau remaja yang masih mencari jati diri atau pembentukan karakter. Sedangkan usia dewasa dari 30-50 tahun berperan sebagai muqari dan koordinator NII Salatiga. Dan sampai dengan saat ini jumlah pengikut NII di wilayah Salatiga kurang lebih adalah 20 orang. 15 orang perempuan dan 5 orang laki-laki.
78
Untuk memudahkan manajemen dan pengawasan anggota maka koordinator NII membagi NII menjadi 4 tim yang ada di Salatiga. 3 tim putri dan 1 tim putra. Di setiap tim terdapat 5 orang anggota yang terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris dan anggota. Disini penulis ikut tergabung menjadi tim putri 2 yang beranggotakan 5 orang, yaitu E-M sebagai ketua, N-U sebagai sekretaris, penulis sebagai bendahara dan anggotanya terdapat 2 orang yaitu C-M dan S-A. Adapun pembagian tugasnya yaitu ketua bertanggung jawab terhadap kelangsungan tim yang dipimpinnya baik program perekrutan dan malliyah yang ditargetkan setiap bulannya. Sekretaris bertugas untuk melaporkan kegiatan yang dilakukan anggota timnya selama 1 hari kepada pimpinan Salatiga, baik itu malliyah yang dilakukan anggota secara bergilir ataupun proses perekrutan yang dilakukan di tempat umum di wilayah Salatiga. Tempat umum yang digunakan untuk proses perektutan adalah kampus negeri atau swasta Salatiga, perpustakaan umum, taman baca kota dan masjid-masjid besar yang ada di Salatiga, seperti: masjid korem, masjid Jetis dan masjid Pancasila. Pembagian kerja atau tugas NII Salatiga dapat digambarkan pada bagan struktur organisasi sebagai berikut:
79
KETUA NII SALATIGA
WAKIL KETUA NII SALATIGA
SEKRETARIS NII SALATIGA
KA. PERSONIL
KA. LOGISTIK
KA. USAHA
KA. KEUANGAN
KA. PENDIDIKAN
KA. KESEHATAN
KORINAH / KA. PERTIMBANGAN
KA. KOMUNIKASI
UMAT / ANGGOTA
Sumber data: POLRES SALATIGA Penyebaran dan pola pengkaderan anggota NII menggunakan sistem sel terputus. Sistem ini digunakan karena sangat aman untuk diterapkan karena jika dalam satu sel terindikasi ada anggota yang keluar dari NII (kaslan) dan tertangkap oleh aparat, sel yang lain akan tetap aman karena setiap anggota hanya mengetahui teman-teman dan pemimpin satu selnya.
80
Dengan demikian anggota NII hanya berinteraksi dengan anggota NII yang dikenalnya saja, sedangkan untuk anggota NII antara satu wilayah dengan wilayah yang lain tidak saling mengenal, kecuali anggota NII tersebut sudah menjadi pimpinan daerah. Adapun wilayah Salatiga dalam wilayah NII merupakan wilayah dengan kode wilayah 2-2-2 yang dapat penulis jabarkan sebagai berikut:
IMAM
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
5
6
1
7
8
9
2
Keterangan: 1) KW-1
= Jabar Utara (Priangan Timur ,Tasik malaya, Purwakarta,
Cirebon) 2) KW-2 = Jawa Tengah
81
3) KW-3 = Jawa Timur 4) KW-4 = Sulawesi Selatan dan Sekitarnya 5) KW-5 = Sumatera 6) KW-6 = Kalimantan 7) KW-7 =
Jabar Selatan (Serang, Banten, Bogor, Garut, Sumedang,
Bandung) 8) KW-8 = Lampung 9) KW-9 = Jakarta Raya (Bekasi, Jakarta, Tangerang , Banten)
Adapun untuk wilayah Jawa Tengah terbagi menjadi: a) 2-1 = Kudus b) 2-2 = Semarang c) 2-3 = Solo d) 2-4 = Jogjakarta e) 2-5 = Magelang f) 2-6 = Pekalongan
Adapun wilayah Semarang terbagi kedalam beberapa wilayah: (1) 2-2-1 = Ungaran (2) 2-2-2 = Salatiga
82
C. Konsep NII tentang Negara Islam Islam adalah sekumpulan peraturan Tuhan yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Cita-cita ideal Islam adalah mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi peraturan-peraturan Tuhan. Karena sifatnya yang demikian, para pengikut agama ini merasa perlu menciptakan sebuah tatanan atau pranata dimana cita-cita Islam dapat terwujud di muka bumi. Gerakan untuk mewujudkan masyarakat yang menjunjung tinggi peraturan Tuhan salah satunya adalah Negara Islam Indonesia (NII). Negara Islam Indonesia pada saat ini sudah terbentuk dan sudah mempunyai sistem pemerintahan pusat yang menyerupai pemerintahan yang ada di Republik Indonesia. NII ini hidup dan berkembang dalam tubuh Negara Republik Indonesia, yang disebut dengan negara dalam negara. Perkembangan NII melalui sistem jaringan bawah tanah (under ground), sehingga tidak setiap orang tahu dan paham tentang gerakan Negara Islam Indonesia yang sedang berkembang. NII mengadopsi teori politik teokrasi (ketuhanan) dalam penerapan konsep negaranya, beranggapan bahwa RI adalah negara jahiliyah (kafir) kerena tidak menerapkan hukum agama dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Negara Islam Indonesia ini menginginkan bahwa negara ini kembali kepada Islam yang futuh (kemenangan dalam mendirikan Negara Islam) dengan menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar kehidupan manusia di dunia. Menurut paham NII, umat Islam di Indonesia pada saat ini menggunakan hukum RI yang mengakui segala keragaman agama di
83
Indonesia, maka diibaratkan sebuah apel yang bagus, dimasukkan ke dalam tong sampah yang bercampur segala macam. Lalu supaya apel di tempat sampah itu masih tetap baik, maka dipindahkan ke meja dan diberikan tempat. Begitu pula kita harus hijrah ke NII agar tidak di tempat sampah, sehingga ibadah kita tidak sia-sia. Adapun untuk mewujudkan Negara Islam
Indonesia, NII
mempunyai konsep Program Dasar Negara Islam Indonesia yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.
Program Hujumah Tabshiriyah (dakwah), adalah misi ofensif dalam rangka meningkatkan jumlah warga dan pembinaannya
2.
Program pendidikan (Tarbiyah), adalah untuk mencapai arah dan tujuan pendidikan, pemerintah daulah menggariskan dan mengundangkan wajib belajar terhadap warga usia sekolah. Target yang harus dicapai ada 3, yaitu: a. Pendidikan formal, yaitu pencapaian kualitas dan kuantitas b. Pendidikan non-formal c. Target pencapaian program pengadaan sarana pendukung
3.
Program ekonomi (iqtishadiyah), adalah menggerakkan perekonomian warga serta mengerahkannya kepada sasaran perjuangan dan jihad. Bentuk penggerakan ekonomi meliputi: usaha bersama, usaha bersama yang dibimbing negara dan usaha perseorangan.
84
4.
Program kesehatan (shihhah), sasaran program ini adalah: a. Mengarahkan warga dan aparat, berlaku dan bersikap serta berakidah bahwa kesehatan itu merupakan mahkota mujahid b. Memberikan proteksi dan improvisasi terhadap kesehatan umat c. Memberikan bimbingan, dukungan dan penelitian pada setiap terjadinya suatu penyakit dan pengobatannya d. Memberikan jaminan atas kemurnian, kebersihan dan keselamatan dalam setiap bahan pangan dan makanan, pengobatan, kosmetik dan seluruh produk yang dikonsumsi umat
5.
Program pertahanan (difa’), sasaran program ini pada tahap pertama adalah pengamanan segala aktivitas jihad dan perjuangan, baik dalam bentuk ofensif seperti usaha dakwah maupun bentuk defensif seperti penataan teritorial
6.
Program
keuangan
(malliyah),
sasarannya
adalah
mewujudkan
keanekaan sumber pendapatan dan efektifitas penggunaannya secara tepat guna dan tepat sasaran. Adapun struktur kepemimpinan NII memiliki tujuh tingkatan yang dinisbatkan dari penciptaan tujuh lapis langit. Secara umum struktur kepemimpinan tidak berubah, hanya nama jabatan saja yang mengalami perubahan. Perubahan nama jabatan merupakan kebijakan negara guna menjaga keamanan. Setiap tingkatan struktural pemerintahan diisi beberapa personil aparat dalam sebuah tim. Jumlah personil tergantung tinggirendahnyaa tingkatan dalam struktur. Jajaran Adam (setingkat Presiden)
85
terdiri dari 1 orang, Idris (setingkat Kementerian) terdiri dari 11 orang, Nuh (setingkat Provinsi) 9 orang,
Hud (setingkat Residen) 7 orang, Saleh
(setingkat Kabupaten) 5 orang, Ibrahim (setingkat Kecamatan) 5 orang, dan Musa (setingkat Desa) 3 orang (Peneliti Insep, 2011:60) Struktur
pemerintahan
yang
memiki
7
tingkatan
yang
dinisbatkan dari 7 lapis langit tersebut adalah (Triana, 2011:42): 1. Majelis Syuro 2. Dewan Imamah 3. Wilayah
LANGIT
4. Daerah 5. District Official 6. Onder District Official 7. Desa 8. Kader ====================> BINTANG 9. Umat =====================> BUMI
Adapun nama-nama jabatan yang dipakai dalam struktur tujuh tingkatan tersebut adalah (Peneliti Insep, 2011:60) 1.
Mudabbir, bertindak sebagai komandan. Pada tingkatan Musa hanya ada satu mudabbir. Tingkatan Ibrahim dan Saleh ada dua mudabbir (Mudabbir Awwal dan Mudabbir Tsani). Sedangkan tingkatan Hud dan Nuh memiliki empat mudabbir (Mudabbir Awwal, Tsani, Tsalis, dan Rabi’).
86
2.
Raqib, bertindak sebagai kepala staf. Jabatan raqib ada pada tingkatan Ibrahim sampai Nuh.
3.
Katib, bertugas sebagai sekretaris desa untuk tingkatan Musa.
4.
Imarah, bertindak sebagai kepala bagian pendidikan pertahanan dan perhubungan. Pada tingkatan Musa hanya satu imarah. Sedangkan tingkatan Ibrahim sampai Nuh ada dua imarah (Imarah Awwal dan Imarah Tsani)
5.
Tsiqayah, bertindak sebagai kepala bagian keuangan. Jabatan ini ada di setiap tingkatan. Pada tingkatan Musa hanya ada satu tsiqayah. Sementara pada tingkatan Ibrahim sampai Nuh ada dua tsiqayah (Tsiqayah Awwal dan Tsiqayah Tsani).
Pemimpin tersebut bertanggung jawab atas terlaksananya program daulah kepada Adam (Presiden). Dalam pelaksanaan program, mereka dibantu oleh Setia Usaha Kerja (SUK) dan wakil SUK yang kemudian bertanggung jawab kepada Nuh (Gubernur) atas putaran roda manajemen, administrasi idariyah (wilayah). SUK membawahi bagianbagian yakni: penerimaan pendapatan, ihsanul mas’ul (kesejahteraan aparat), mashalihul ummah (kemaslahatan warga), belanja barang, proyek pembangunan, inventaris daulah dan malja (markas), nadzir auqaf wal aradhi, syu’unul am, dan data komputer.
87
Selain itu struktur organisasi NII pusat dalam hasil penelitian Peneliti Insep (hal 56-57) menggambarkan sebagai berikut:
Majelis Syura
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sekretariat Negara Dalam Negeri Luar Negeri Pertahanan Pendidikan Keuangan Penerangan Urusan Hukum dan Syariat Aparatur Negara Kesehatan Kesejahteraan Umat Logistik dan Pembekalan Perdagangan Kerja Raya Peningkatan Produksi Pangan
Imam/Presiden
Kementerian Pembangunan
Struktur Fungsional
Sekjen
KORWIL YPI KORDA YPI Dewan Wali Santri Santri
Dewan Fadtwa, Dewan Syura, Dewan Imamah, Mahkamah Agung, Badan Pemeriksa Keungan, Badan Setia Usaha
Struktur Teritorial Gubernur Wilayah
Eksponen + Pusat Ma’had Al-Zaytun
KABAG/Ka Dewan
Residen District Official
Tibmara & Garda Ma’had Al-Zaytun Muwazzhaf, Dokter, Guru Mahasiswa P3T & P2T2
Under District Official
Petinggi Desa Jamaah NII
88
Pada periode 1418-1423 H/1997-2002 M, susunan pengurus NII Pusat adalah sebagai berikut: 1.
Majelis Syura/Dewan Syura : Ketua Miftah alias Ja’far as Syubbani; wakil ketua M.Ihsan alias Fathan Mubina
2.
Imam/ Presiden NII
: Abdul Salam alias Abu Toto alias Abu
Ma’ariq alias Syamsul Alam alias AS Panji Gumilang 3.
Dewan Fatwa
: Adah Djaelani, Ules Suja’i, dan
H.
Mursidi alias Abu Anshori 4.
Mahkamah Agung
:
Ketua
Ahmad
Husen
Salikun,
Sekretaris Jenderal Ahmad HS 5.
Majelis (Kementerian): a.
Majelis /Kementerian Pembangunan Sekretariat Negara : Oji alias Abdul Halim, asal Pondok Aren Tangerang. Meninggalkan Pondok Aren pada 1991/1992 karena dikejar aparat keamanan dalam kasus NII di Pondok Aren. Oji/Abdul Halim adalah anak dari H.Mursidi, Istri Abdul Halim adalah keponakan Abdus Salam Panji Gumilang (ASPG)
b.
Majelis/Kementerian Pembangunan Dalam Negeri: Nurdin alias Joni alias Yahya alias Abu Tsabit
c.
Majelis/Kementerian Pembangunan Luar Negeri: AS Panji Gumilang
89
d.
Majelis/Kementerian Pembangunan Pertahanan: Handoko alias Abd.Rauf alias H.Syarwani. Dia merangkap juga sebagai ketua YPI Ma’had Al-Zaytun dan Menhankam
e.
Majelis/Kementerian Pembangunan Pendidikan: AS Panji Gumilang
f.
Majelis/Kementerian Pembangunan Keuangan: Asmadi alias Aseng alias Ali alias Iskandar alias Saefullah atau Syaf Allah
g.
Majelis/Kementerian Pembangunan Penerangan: Edi Suaidi alias Abu Hanifah
h.
Majelis/Kementerian Pembangunan Urusan Hukum dan Syariat: Azwar alias Abu Qosim
i.
Majelis/Kementerian Pembangunan aparatur Negara: Taufik
j.
Majelis/Kementerian Pembangunan Kesehatan: A.Mufakkir alias Abdullah al-Hayyi
k.
Majelis/Kementerian Pembangunan Logistik dan Pembekalan: Idris Darmin alias Furqon Perwira Negara
l.
Majelis/Kementerian Pembangunan Perdagangan: Tjarsadi alias Abdul Jabbar
m. Majelis/Kementerian Pembangunan Kerja Raya: Masrur. A n.
Majelis/Kementerian
Pembangunan
Peningkatan
Produksi
Pangan: Imam Supriyanto alias Imam Abdul Aziz o.
Majelis/Kementerian Pembangunan Kesejahteraan Umat: Jazuli alias Roby alias Silmi Aulia
90
6.
Sekretaris Jenderal (Sekjen): a.
Sekretariat Negara
: Edi alias Insan Hadid
b.
Kementerian Dalam Negeri
: Yasin alias Mahdi
c.
Kementerian Luar Negeri
: Muhammad Nasir alias Abdul
Qodir
7.
d.
Kementerian Pendidikan
: A.S. Panji Gumilang
e.
Kementerian Keuangan
: Umar
f.
Kementerian Penerangan
: Imam Prawoto
g.
Kementerian Aparatur Negara : Hilman alias Badar
h.
Kementerian Peningkatan Produksi Pangan: Abdul Rozak
Gubernur - Gubernur: a. Wilayah 1 (Jabar Utara)
: Mustawa
b. Wilayah 2 (Jateng)
: Mizan Shiddiq
c. Wilayah 3 (Jatim)
: Deden alias Anshory
d. Wilayah 7 (Jabar Selatan)
: Abu Fatin
e. Wilayah 9 (Jakarta Raya)
: Lukman Hakim
D. Konsep NII tentang Syariat Islam Syari’at Islam yang diterapkan NII disini tidak sama dengan aturan Islam yang ada. Ada beberapa perbedaan pelaksanaan syariat Islam yang diterapkan NII seperti: syahadad yang diganti dengan bai’at dan sapta subaya, shalat yang dimaksudkan NII disini adalah ibadah universal, puasa ramadhan yang bisa diganti dengan membayar fidyah Rp. 15.000,- setiap harinya, zakat
91
yang ketentuannya sudah ditetapkan NII dan haji yang pelaksanaannya dilakukan di Ma’had Al-Zaytun setiap tanggal 1 Muharam. Selain itu jihad yang dimaksudkan NII adalah dengan cara merekrut anggota baru dan berinfak sebanyak-banyaknya kepada negara dan pernikahan di NII terjadi 2 kali, yaitu pernikahan yang dilakukan di NII dan pernikahan yang dilakukan di KUA. Adapun penjabaran syari’at Islam NII adalah sebagai berikut: 1.
Syahadad Syahadad yang dilaksanakan di NII bukan lafadz syahadad “asyhadu an la ilahaillallah wa asyhadu ana muhammaddarrasulullah” tetapi yang dimaksud syahadad NII adalah bai’at. Adapun redaksi Bai’at NII adalah sebagai berikut: Bismillahirrahmanirrahim, Bismillahi tawakkaltu ala Allahi la haula wa la quwwata illa billah Asyhadu an la ilaha illaAllah wa asyhadu anna Muhammaddar rasulullah Wallahi, demi Allah a. Saya menyatakan baiat ini kepada Allah, dihadapan dan disaksikan Komandemen Tentara atau Pemimpin Negara yang bertanggung jawab. b. Saya menyatakan baiat ini sungguh-sungguh karena ikhlas dan suci hati lillahi ta’ala semata-mata, dan tidak sekali-kali karena sesuatu di
92
luar dan keluar daripada kepentingan agama Allah, agama Islam, dan Negara Islam Indonesia c. Saya sanggup berkorban jiwa,raga dan nyawa saya serta apapun yang ada pada saya, berdasarkan sebesar-besar takwa dan sesempurna-sempurna tawakkal ‘ala Allah bagi: 1) Menegakkan kalimatillah, li i ‘lai kalimatillah 2) Mempertahankan berdirinya Negara Kesatuan Islam Indonesia, hingga hukum syariat Islam seluruhnya berlaku dengan seluasluasnya dalam kalangan umat Islam bangsa Indonesia di Indonesia d. Saya akan taat sepenuhnya kepada perintah Allah, kepada perintah Rasullullah dan kepada perintah ulil amri saya, dan menjaui segala larangannya dengan tulus dan setia hati. e. Saya tidak akan berkhianat kepada Allah , kepada Rasulullah dan kepada Komandemen Tentara, serta Pemimpin Negara, dan tidak pula akan membuat noda atas umat Islam bangsa Indonesia. f. Saya sanggup membela komandan-komandan Tentara Islam Indonesia dan pemimpin-pemimpin Negara Islam Indonesia daripada bahaya, bencana dan khianat dari mana dan apa pun jua. g. Saya sanggup menerima hukuman dari ulil amri saya sepanjang keadilan hukum Islam bila saya ingkar daripada baiat yang saya nyatakan ini.
93
h. Semoga Allah berkenan membenarkan pernyataan baiat saya ini, serta berkenan pula kiranya Ia melimpahkan tolong dan karunia-Nya atas saya, sehingga saya dipandaikan-Nya melakukan tugas suci ialah haq dan kewajiban tiap-tiap mujahid: Menggalang Negara Karunia Allah Negara Islam Indonesia. i. Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar.
Bai’at tersebut merupakan ruh atau jiwa yang menentukan hidup-matinya keislaman NII setiap orang. Jadi pengucapan bai’at ini disamakan dengan melakukan kontrak jiwa dengan negara yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun. Apabila negara membutuhkan, maka dalam kondisi apapun harus siap dan tidak ada kata menolak, karena setelah seseorang menjadi warga NII secara otomatis telah menyandang gelar mujahid NII atau Tentara NII. Sebagai tentara, sumua kegiatan tidak boleh lepas dari aturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan negara. Kemudian muqari mentautkan Al-Qur’an surat An-Nisa’:59 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu...” Penafsiran yang diberikan muqari adalah bahwa semua anggota NII harus taat dan patuh kepada pimpinan NII. Disini muqari menambahkan doktrin sami’na wa atha’na, dengan penjelasan bahwa apa yang didengarkan dari pimpinan, maka harus dikerjakan tanpa ada bantahan dari anggota NII. Inilah yang mengakibatkan anggota NII
94
menjadi militan dan cenderung patuh terhadap semua hal yang diperintahkan oleh pimpinan. 2. Shalat Adapun ibadah shalat yang dilaksanakan NII tidak sesuai dengan aturan yang baku yaitu sholat 5 waktu meliputi: sholat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Ketika penulis mengikuti kegiatan NII, dalam menjalankan ibadah shalat muqari memberikan penjelasan dengan membedakannya menjadi shalat ritual dan shalat universal. Shalat ritual adalah shalat 5 waktu yang dikerjakan sehari-hari, sedangkan shalat universal menurut NII inilah yang paling penting yaitu mengajak umat lain masuk NII dan infak untuk membangun negara. Selain itu muqari memberikan penjelasan kepada penulis bahwa asalatu tanha anil fahsya’i wak munkar (shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar). Kemudian muqari menjalaskan bahwa, melakukan pencegahan terhadap perbuatan keji dan munkar itu sudah merupakan shalat. Adapun anggota NII yang sedang melaksanakan tugas negara (perekrutan atau malliyah) maka tidak perlu menjalankan shalat ritual 5 waktu karena menegakkan NII itulah shalat sebenarnya. Selain itu muqari memberikan penjelasan bahwa Indonesia saat ini
sama dengan Makkah yang
diibaratkan dengan tong sampah: yang bagus ada dan yang busuk juga ada. Karena Indonesia diibaratkan tong sampah yang isinya kotor, maka menurut NII shalat di Indonesia sama dengan shalat di tempat yang kotor, maka tidak sah. Jadi tidak usah shalat, karena jika shalat berarti
95
mencampurkan yang haq dan bathil, maka tidak sah. Maka shalat pun tidak sah dan tidak ada gunanya. Dalil Al-Qur’an yang muqari gunakan untuk meyakinkan penulis adalah Surat Al-Anfal : 35 yang artinya: “Shalat mereka di sekitar Baitullah itu lain tidak hanya siulan dan tepuk tangan, maka rasakanlah adzab disebabkan kekefiran itu”. Paham NII ini jelas bertentangan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan bahwa ada keistimewaan Islam dibanding agama lain, diantaranya Allah SWT menjadikan bumi ini tempat sujud. Berarti bumi Indonesia atau mana saja sah untuk shalat. Kecuali ada najis atau kotoran, atau tempat-tempat yang dilarang untuk shalat, misalnya kuburan. 3. Puasa Untuk ibadah puasa wajib yaitu puasa ramadhan yang diikuti oleh penulis ketika menjadi anggota NII adalah bahwa ibadah puasa dimaknai tidak haram hukumnya apabila tidak mengerjakan. Ibadah puasa dianggap tidak wajib dan anggota NII boleh melakasanakannya jika mereka mau saja. Apabila anggota NII tidak melaksanakan puasa ramadhan, maka akan dikenakan fidyah dengan ketentuan setiap hari Rp. 15.000,- yang dibayarkan kepada negara atau NII yang disetorkan kepada bendahara tim masing-masing. Muqari memberikan penjelasan bahwa apabila anggota NII melaksanakan malliyah dan hanya dikurangi fidyah maka anggota tersebut bisa melaksanakan keduanya, yaitu menegakkan negara dengan malliyah dan sekaligus bisa melaksanakan puasa wajib
96
dengan membayar fidyah yang dikenakan sebesar Rp. 15.000,- per hari. Adapun dalam aturan Islam menyebutkan bahwa puasa ramadhan itu hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah mampu memenuhi rukun dan syarat puasa, yang sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orangorang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah:183). Selain itu dalam Islam ada
ketentuan yang membebaskan
seseorang dari kewajiban untuk menjalankan puasa karena adanya halangan-halangan tertentu yaitu: Orang yang sakit dan orang yang dalam bepergian (terhadap mereka diperbolehkan tidak berpuasa dengan ketentuan harus mengganti pada hari yang lain) dan orang yang merasa terlalu berat menjalankan puasa, seperti: udzur karena ketuaannya, sakit yang berkepanjangan, wanita hamil dan menyusui anaknya (terhadap meraka dibolehkan tidak berpuasa dan tidak perlu mengganti hari lain, tapi wajib membayar fidyah dengan memberi makan kepada orang fakir miskin tiap–tiap hari satu mud (-+ ¾ liter beras). Dan aturan Islam dalam puasa ini tidak ada ketentuan bahwa malliyah bisa digantikan dengan membayar fidyah yang dihargai
Rp. 15.000,- setiap hari.
97
4. Zakat Adapun untuk ketentuan baku di dalam ajaran Islam pelaksanaan zakat fitrah adalah beras 2,5 kg per orang, tetapi untuk NII diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah yang dikenal dengan istilah Harakah Ramadhan sebesar Rp. 50.000,- per orang dengan batas maksimal yang tidak ditentukan. Hal ini tergantung kepada kadar keimanan seseorang dan pengakuannya atas besarnya dosa yang telah dilakukan selama setahun, karena tujuan zakat fitrah menurut NII adalah untuk menghapus dosa-dosa yang telah dilakukan selama satu tahun. Hal inilah yang membuat NII berpendapat bahwa zakat yang hanya 2,5 kg itu sudah tidak relevan dengan kondisi sekarang ini. Maka NII lebih menekankan bahwa zakat itu berupa uang, dan uang yang terkumpul digunakan untuk membangun sarana pendidikan, gedung pembelajaran, asrama, masjid, perpustakaan, laboratorium dan kelengkapan lainnya yang menunjang pendidikan. Ini berarti bahwa zakat yang dikeluarkan akan lebih abadi (pahala atau manfaatnya) bagi umat Islam. Zakat fitrah itu digunakan untuk membersihkan jiwa manusia, bukan untuk pembangunan sarana fisik sebuah pendidikan. Karena zakat fitrah dalam ketentuan Islam itu berupa beras sebanyak 2,5 kg setiap orang. Dengan beras ini bisa dimanfaatkan untuk membantu orang yang termasuk dalam kategori mustahiq, mengurangi kesenjangan seosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin, sebagai alat pembersih jiwa dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
98
Adapun dalam Islam juga mengatur tentang zakat mall (harta-benda). Untuk anggota NII disini tidak dimungkinkan untuk melaksanakan zakat mall, karena keadaan ekonomi dan kehidupan anggota yang jauh dari hidup layak. Hal ini disebabkan karena kegiatan anggota NII itu hanya terfokus untuk perekrutan anggota baru dan malliyah, bukan untuk bekerja mendapatkan harta untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
5. Haji Untuk pelaksanaan ibadah haji penulis melakukan wawancara dengan E-M, karena haji disini dilaksanakan oleh anggota NII yang sudah dianggap loyal atau setia kepada NII dengan ketentuan menjadi anggota NII minimal 1 tahun, sedangkan penulis baru mengikuti kegiatan NII selama 7 bulan. E-M disini menjadi anggota NII kurang lebih 2,5 tahun, sehingga sudah dianggap loyal kepada NII. Untuk pelaksanaan ibadah haji di NII dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam dan tiap-tiap daerah mengirim anggotanya ke Ma’had Al-Zaytun-Indramayu Jawa Barat. Untuk pelaksanaan haji, E-M diminta untuk membayar infak haji sebesar Rp. 700.000,-. Adapun perinciannya adalah Rp. 200.000,- digunakan untuk akomodasi (transportasi + makan) sedangkan sisanya digunakan untuk infak haji di Ma’had Al-Zaytun. Pemberangkatan haji ini dilakukan 1 hari sebelum tanggal 1 Muharram, dan dikoordinir menggunakan bis untuk perjalanan ke Ma’had Al-Zaytun, Indramayu.
99
Di
Ma’had
Al-Zaytun
semua
warga
NII
yang hadir
mendengarkan pidato Syeikh Panji Gumilang. Adapun yang terpenting dalam kegiatan ini adalah melempar jumroh. Di NII yang dimaksud melempar jumroh bukan menggunakan batu, tetapi menggunakan uang sambil mengucapkan “ Saya E-M dari Salatiga menyumbang sebesar Rp. 500.000,-“. Sementara untuk tawaf dilakukan dengan mengelilingi Masjid Rohmatan Lil Alamin yang ada di kompleks Ma’had Al-Zaytun sebagai simbol untuk melihat kebesaran Allah. Adapun aturan Islam dalam ibadah haji ini dilaksanakan di Makkah-Arab Saudi, yang pelaksanaannya dilakukan setiap bulan: Syawwal, Dzulqa’idah dan bulan Dzulhijjah. Dan pelaksanaan lempar jumroh dilakukan 3 kali yaitu (Jumroh ula, wustha dan aqabah) menggunakan batu, bukan menggunakan uang yang dilakukan di NII. Selain itu, pelaksanaan haji menurut Islam yaitu tawaf mengelilingi Ka’bah bukan tawaf mengelilingi Masjid Rahmatan Lil Alamin seperti yang dilakukan NII di Ma’had Al-Zaytun-Indramayu, Jawa Barat.
100
Keterangan: Anggota NII Salatiga ketika di Ma’had Al-Zaytun (Sumber foto dari POLRES Salatiga) Selain rukun Islam yang meliputi: syahadad, sholat, zakat, puasa dan haji, syariat Islam juga mengatur tentang jihad dan pernikahan. Adapun jihad dan pernikahan NII adalah sebagai berikut: 6. Jihad NII Di dalam NII sebelum pelaksanaan jihad (berjuang dalam menegakkan daulah atau negara Islam di Indonesia) tahapan yang harus dilewati yaitu: iman-hijrah-jihad. Ketiga komponen itu saling berkaitan, karena apabila seseorang itu belum beriman-belum berhijrah-maka seseorang tidak akan mau untuk melakukan jihad. Jadi untuk melaksanakan jihad, anggota itu harus percaya atau iman terhadap NII, kemudian berhijrah atau pindah kewarganegaraan dari Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia, kemudian baru berjihad atau
101
berjuang untuk menegakkan Negara Islam di Indonesia. Jihad yang dilakukan NII ini meliputi: perekrutan anggota baru dengan asumsi bahwa semakin banyak anggota yang masuk NII maka proses menuju negara Islam yang futuh (kemenangan dalam mendirikan Negara Islam) di Indonesia akan segera terwujud. Selain dengan merekrut anggota baru, jihad atau berjuang di NII dilakukan dengan malliyah yang maksimal. Karena dengan malliyah (penggalian dana), maka hasil uangnya bisa digunakan untuk pembangunan Ma’had Al-Zaytun sebagai pusat NII yang ada di Indonesia. Karena dengan adanya Ma’had Al-zaytun maka perjuangan NII dalam meraih kemenangan secara futuh akan semakin nyata karena sudah ada wadah atau tempat sebagai pusat NII di Indonesia. Jihad dalam pengertian Islam itu adalah berjuang dijalan Allah untuk menyebarkan, menegakkan dan mempertahankan agama Islam, maka jihad di NII pemaknaannya adalah untuk menegakkan negara Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai dasar hukumnya di bumi Indonesia. Adapun jihad yang dimaksudkan ummat Islam adalah menyebarkan agama, dan setelah menegakkannya dengan baik selanjutnya adalah mempertahankan agama itu dengan sungguh-sungguh. Sehingga manusia di bumi seharusnya melakukan amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kebajikan dan melarang kemunkaran) agar tercipta manusia yang baik disisi Allah SWT.
102
7. Pernikahan NII Pernikahan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena tujuan perkawinan adalah untuk membentuk sebuah keluarga yang harmonis bagi suami dan istri. Pernikahan ini juga dilakukan di kalangan NII melalui program munakahat (pernikahan). Disini penulis melakukan wawancara dengan A-I sebagai pihak laki-laki dan U-L sebagai pihak perempuan yang sudah melakukan pernikahan di NII. Adapun proses pernikahan di NII mempunyai ketentuan sebagai berikut: a. Bahwa bagi calon mempelai laki-laki harus mengajukan kepada pimpinan untuk menikah dengan anggota NII yang perempuan. Karena dari pimpinan memberikan keterangan bahwa menikah dengan orang di luar NII adalah hal yang paling terlarang untuk dilakukan. Hal tersebut sama saja dengan menikahi seekor babi yang kotor. Menikahi seseorang di luar NII sama saja dengan melacurkan tubuhnya tiap malam, tetapi hatinya terbang entah kemana. Menikahi budak yang hitam legam lebih baik daripada menikahi lelaki tampan yang masih kafir (belum masuk NII). Lelaki seperti itu adalah najis yang tidak boleh dipandang dan disentuh. Selain itu, jika keduanya merupakan anggota NII maka akan memudahkan untuk diatur karena persamaan akidah / paham yang dianut. b. Disini A-I sebagai (pihak laki-laki) mengajukan permohonan untuk menikah kepada pimpinan bagian sosial, maka pimpinan memberikan
103
surat untuk melakukan taaruf
atau
perkenalan terhadap akhwat
(anggota NII perempuan) yang dipilihkan oleh pimpinan. Karena pimpinan berpendapat bahwa mereka lebih tahu tentang kualitas seorang laki-laki dan perempuan berdasarkan prestasi yang dihasilkan ketika menjadi anggota NII yaitu jumlah anggota yang direkrut dan jumlah malliyah setiap bulannya. Disini A-I dipilihkan oleh pimpinan untuk ta’aruf dengan U-L, karena
U-L mempunyai prestasi malliyah
dan perekrutan anggota baru yang bagus setiap bulannya. c. Setelah seminggu kemudian, maka proses ta’aruf dilakukan dengan mempertemukan antara A-I dan U-L dengan satu saksi ketika mengobrol untuk pendekatan. Petugas disini yang menjadi saksi adalah petugas dari bagian sosial NII karena ada peraturan bahwa ta’aruf itu akan sah apabila ada saksi dari pihak pimpinan NII. d. Setelah proses ta’aruf, adapun syarat yang harus dipenuhi adalah membayar infak munakahat dari pihak laki-laki maupun perempuan yaitu sebesar Rp. 3.000.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- yang dibayarkan kepada negara melalui pimpinan bagian sosial. Disini A-I dikenakan infak nikah yang ditentukan oleh pimpinan sebesar Rp. 4.000.000,- sedangkan U-L dikenakan infak Rp. 3.000.000,-. Infak nikah ini dibuat mahal oleh pimpinan NII dikarenakan agar para anggota yang belum cukup mampu finansial tidak mengajukan permohonan menikah kepada pimpinan. Selain membayar infak nikah, pihak laki-laki juga memberikan mahar kepada pihak perempuan.
104
Biasanya, karena ada kekhawatiran dari pihak laki-laki yang tidak mampu memberikan mahar kepada perempuan, maka mahar yang diminta hanya seperangkat alat sholat dan emas 1 - 5 gram. Disini A-I memberikan mahar kepada U-L berupa seperangkat alat shalat dan emas 4 gram berupa cincin emas. Hal tersebut dilakukan karena anggota NII yang laki-laki tidak bekerja karena setiap hari mereka hanya melakukan malliyah untuk negara. e. Setelah hari dan waktu yang ditentukan untuk pelaksanaan pernikahan,
maka
pasangan
yang sudah
mendaftar
program
munakahat yang diikuti oleh sebanyak 10 pasangan dari berbagai wilayah di Jawa Tengah, mengikuti kegiatan yang sudah dijadwalkan oleh pimpinan bagian sosial. Peristiwa pernikahan dengan banyak pasangan ini dalam masyarakat disebut dengan pernikahan masal. Disini semua pasangan sudah siap dengan agenda pernikahan NII. Semua pasangan dianjurkan untuk memakai pakaian yang pantas untuk proses pernikahan. A-I mengenakan pakaian jas lengkap dengan dasi sedangkan U-L mengenakan pakaian terbagus yang dimiliki. f. Adapun proses pelaksanaan pernikahan itu di wilayah 2 (Jawa Tengah), sehinggap proses pelaksanaannya seperti waktu hijrah, berangkat menggunakan mobil, ketika sampai di tengah jalan disuruh tutup mata oleh muqari yang mengantar, dan ketika sampai ditempat tujuan baru diperbolehkan untuk membuka mata.
105
g. Ketika sampai di sebuah ruangan, A-I, U-L dan 10 pasangan yang lain dipersilahkan untuk duduk menunggu giliran untuk dinikahkan oleh pejabat NII yang berwenang. Di ruangan tersebut ada 2 bagian kursi, 1 bagian digunakan untuk calon perempuan dan 1 bagian lagi digunakan untuk calon laki-laki. Selain itu ada 1 meja dan 5 kursi yang digunakan untuk proses ijab kabul bagi anggota NII. Adapun 3 pejabat NII laki-laki yang bertugas untuk menikahkan anggota NII itu adalah 1 orang bertugas sebagai penghulu dan 2 orang lagi bertugas untuk menjadi saksi pernikahan. h. Satu per satu pasangan di panggil petugas untuk menempati dua kursi terdepan untuk pembacaan ijab kabul, hingga giliran A-I dan U-L. Disini calon perempuan tidak didampingi oleh wali dari pihak keluarganya. Adapun pembacaan ijab kabul semuanya menggunakan bahasa Arab. Jika tadi tempat duduk antara laki-laki dan perempuan terpisah, maka ketika proses ijab kabul selesai maka pasangan dinyatakan sah suami-istri dan tempat duduk mulai berpasangan. Disini penulis memberikan gambaran tentang proses pelaksanaan pernikah menurut NII, yaitu i. Setelah seluruh proses ijab-kabul 11 pasangan selesai, kemudian pejabat NII yang bertugas sebagai penghulu memberikan nasihat pernikahannya. Nasihat tersebut berisi menguatkan loyalitas pasangan kepada NII dan menjaga agar setelah menikah, badai kehidupan rumah tangga tidak membuat pasangan keluar dari NII.
106
j. Setelah pernikahan dengan cara NII ini, U-L memperkenalkan A-I sebagai pacarnya yang serius untuk menikah kepada orang tuanya. U-L asli daerah Pati, kepada orang tuanya dia mengaku bekerja di garment – Ungaran, sedangkan A-I asli dari daerah Kabupaten Semarang dan kepada orang tuanya dia mengaku bekerja sebagai sales makanan. Waktu yang digunakan A-I dan U-L untuk pendekatan dengan kedua keluarga masing-masing sekitar 3 sampai 4 bulan, proses
perkenalan
ini
dilangsungkan
secara
cepat,
karena
dikhawatirkan pihak perempuan langsung hamil. Karena menurut NII pernikahan mereka sudah sah, sehingga dimungkinkan untuk melakukan hubungan seksual diantara keduanya. Disini A-I terus merayu dan meyakinkan orang tuanya bahwa U-L adalah pilihannya yang paling tepat untuk dijadikan istri. Ketika restu sudah di dapat dari kedua belah pihak, maka A-I dan U-L segera melangsungkan pernikahan secara resmi di KUA agar perkawinan mereka mendapat ligalitas dari Negara Republik Indonesia dan disaksikan oleh keluarga kedua mempelai dan teman-temannya masa lalu sebelum masuk menjadi anggota NII. Dengan demikian proses pernikahan ini sah menurut NII dan RI juga mengakui karena sudah dicatatkan di KUA. Dari segi agama Islam, syarat sah pernikahan penting sekali terutama untuk menentukan sejak kapan sepasang pria dan wanita itu dihalalkan melakukan hubungan seksual sehingga terbebas dari perzinaan. Perkawinan sudah sah apabila telah memenuhi rukun
107
dan syarat perkawinan. Adapun yang termasuk dalam rukun perkawinan adalah sebagai berikut: a.
Pihak-pihak yang melaksanakan akad nikah, yaitu mempelai pria dan wanita
b.
Adanya akad (sighat) yaitu perkataan dari pihak wali perempuan atau wakilnya (ijab) dan diterima oleh pihak laki-laki atau wakilnya (kabul)
c.
Adanya wali dari calon istri
d.
Adanya 2 orang saksi Adapun
tata
cara
pernikahan
menurut
NII
yang
dilaksnakan A-I dan U-L diatas, ada 1 rukun yang tidak terpenuhi untuk melaksnakan pernikahan yaitu tidak adanya wali dari pihak keluarga U-L. Padahal dalam Islam sudah jelas bahwa wali merupakan salah satu rukun sahnya suatu perkawinan. Apabila salah satu rukun itu tidak terpenuhi maka perkawinan tersebut dianggap tidak sah, dan dianggap tidak pernah terjadi suatu perkawinan. Dan apabila dalam jangka waktu 3 sampai 4 bulan sebelum A-I dan U-L melakukan pernikahan di KUA, tetapi mereka sudah berhubungan seksual, maka hubungan yang dilakukan oleh keduanya adalah zina. Zina merupakan perbuatan yang sangat kotor dan dapat
merusak
kehidupan manusia. Dalam agama Islam, zina adalah perbuatan dosa besar yang bukan saja menjadi urusan pribadi yang bersangkutan dengan Tuhan, tetapi termasuk pelanggaran hukum dan wajib
108
memberi sanksi terhadap yang melakukannya. Oleh karena itu diharamkan baginya yang tidak memenuhi rukun tersebut untuk mengadakan hubungan seksual maupun segala larangan agama dalam pergaulan. Dengan demikian apabila keempat rukun itu sudah terpenuhi maka perkawinan yang dilakukan sudah dianggap sah dan harus dicatatkan di KUA setempat agar mendapatkan legalitas terhadap pernikahan yang dilakukan.
109
BAB IV GERAKAN SOSIAL NEGARA ISLAM INDONESIA (NII) A. Pemanfaatan Peluang Politik Kegiatan politik yang NII jalankan bertujuan mendirikan negara dengan landasan hukum Islam atau Al-Qur’an dan Hadist. Untuk mencapai tujuan tersebut, NII menyusun 3 program dalam rangka menuju futuh atau kemenangan dalam mendirikan Negara Islam Indonesia yaitu: 1.
Program jangka panjang lima tahun I (1995-1999), tahapan menanamkan umat tentang jati dirinya sebagai mujahid
2.
Program jangka panjang lima tahun II (2000-2004), tahapan pelaksanaan hukum Islam secara internal
3.
Program jangka panjang lima tahun III (2005-2009), tahapan pelaksanaan hukum Islam secara eksternal. Pada tahun 2004, anggota NII serempak memilih satu partai politik
Indonesia yaitu Partai Republikan. Sementara itu untuk pemilihan tahun 2009, NII telah menyiapkan calon legislatif untuk duduk di bangku DPR dengan kendaraan salah satu partai politik. Tujuan NII saat ini adalah menginginkan adanya wakil rakyat yang berasal dari NII agar bisa membuat kebijakan yang sesuai dengan ideologi NII agar eksistensi NII tidak terancam. Setelah mengucapkan janji setia kepada Negara Islam Indonesia, anggota yang diamanatkan untuk memilih calon legislatif yang diusung NII yaitu (Triana,2011:72)
110
1.
M. Soleh Aceng, S.H, caleg DPR-RI dapil Banten I meliputi wilayah pemilihan Pandeglang dan Lebak
2.
Drs. Miftakh, Calek DPR-RI dapil Jawa Barat III meliputi wilayah pemilihan Bogor dan Cianjur
3.
Dr. Dani Kadarisman,MARS, caleg DPR-RI dapil Jawa Barat X meliputi wilayah pemilihan Kuningan, Ciamis dan Banjar
4.
Ir. M. Asrurifak, M.T, caleg DPR-RI dapil Jawa Timur X meliputi wilayah pemilihan Lamongan dan Gresik
5.
H. Imam Prawoto, caleg DPR-RI dapil Tangerang (H. Imam Prawoto adalah anak sulung Abdul Salam Panji Gumilang) Namun, setelah memilih calon legislatif pada pemilihan umum
pertama, Partai Republikan tidak mendapatkan kursi pada pemerintahan 2009-2014, karena partai ini tidak lulus dalam syarat electoral threshold. Perolehan suara partai politik ini hanya 0,61%. Adapun dalam pemanfaatan peluang politik NII juga menerapkan sistem bahwa, target yang dijadikan anggota NII tidak dari anggota TNI dan POLRI. Hal tersebut karena anggota TNI dan POLRI adalah alat pertahanan Republik Indonesia, sedangkan NII adalah negara yang hidup dalam negara Republik Indonesia yang penyebarannya menggunakan sistem bawah tanah (under ground). Maka untuk memperbesar jumlah anggota NII, harus memperhatikan orang yang akan direkrut yaitu: target bukan anggota TNI atau POLRI,
target yang jauh dari orang tua (target anak kost), hal tersebut
menguntungkan karena pengawasan orang tua yang lemah, ilmu agama target
111
yang minim sehingga diberi doktrin agama langsung percaya dan mengimaninya tanpa ada perbandingan dengan sumber-sumber lain, target tidak mempunyai sahabat dekat atau grup bermain dengan teman seusianya sehingga ketika didekati oleh anggota NII akan merasa senang karena mendapat sahabat baru dan target yang sedang mencari jati dirinya dengan cara keluar dari comfort zone (zona nyaman) dalam hidupnya, sehingga ketika ada pengalaman baru target akan merasa senang dan tertantang.
B. Mobilisasi Struktural Mobilisasi
struktur merupakan
kendaraan
kolektif (organisasi
pergerakan), baik formal maupun informal, yang dengan organisasi tersebut para anggota pergerakan bisa memobilisasi dan melakukan aksi kolektif atau secara bersama-sama. Mobilisasi struktural menekankan pada analisis tindakantindakan yang pada umumnya rasional yang dilakukan para pengikut gerakan sosial untuk membuat gerakan sosialnya tercapai. Mobilisasi ini terbagi menjadi 2 yaitu mobilisasi eksternal dan internal. 1.
Mobilisasi Eksternal Mobilisasi eksternal ini merupakan suatu cara yang digunakan NII untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang baru yang nantinya
digunakan untuk menambah jumlah umat yang ada di NII saat ini. Mobilisasi eksternal yang dilakukan NII dalam mewujudkan Negara Islam Indonesia adalah dengan 2 cara, yaitu perekrutan anggota baru dan pembangunan Ma’had Al Zaytun.
112
a. Perekrutan Anggota Baru Gerakan yang dilakukan untuk mewujudkan Negara Islam diantaranya adalah dengan perekrutan anggota baru. Disini penulis melakukan penelitian terlibat dengan menjadi anggota NII Salatiga selama kurang lebih 8 bulan. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di NII Salatiga sampai tinggal bersama dengan anggota NII perempuan yang lain dengan cara tinggal bersama di kost/malja yang ada di Salatiga. Adapun proses untuk perekrutan anggota baru sampai menjadi anggota NII adalah sebagi berikut: Dalam rangka merekrut anggota baru, bila calon itu adalah teman atau kerabat yang sudah dikenal, pengidentifikasikan anggota tidak terlalu sulit karena telah mengenal ciri dan karakter calon anggota. Adapun untuk perekrutan anggota yang diperoleh dari kenalan baru, maka diawali dengan pendekatan kepada calon target secara intensif dengan cara SMS setiap hari dan mau menjadi teman curhat serta memberikan solusi-solusi yang baik agar calon target merasa diperhatikan. Kemudian setelah calon target bisa terbuka, maka tahap selanjutnya adalah mencari
informasi tantang calon target, seperti:
mencari informasi mengenai hal-hal kesukaan yang dapat menarik bagi calon anggota, seperti: tanya hobi, aktifitas yang sedang dikerjakan, sehingga obrolan bisa terjalin dengan mudah dan cepat. Setelah mendapatkan gambaran mengenai kepribadian calon target, barulah pembawa merancang strategi pendekatan yang cocok untuk target
113
tersebut. Informasi yang dikumpulkan dari calon target meliputi: identitas diri (nama, umur, laki-laki atau perempuan), latar belakang keluarga (daerah tempat tinggal, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan menanyakan ada atau tidaknya hubungan kekerabatan calon anggota dengan pihak militer, kepolisialan, intelejen atau bahkan dengan pegawai negeri sipil (kecuali guru). Setelah calon target merasa dekat dengan pembawa/pengajak maka cara pendekatan yang dilakukan dalam merekrut juga dilakukan secara tersirat yaitu, seorang pembawa tidak secara terang-terangan mengajak calon anggotanya untuk diajak bergabung menjadi warga NII, tetapi dengan pendekatan secara persuasif yang menggunakan beragam alasan terselubung, seperti: meminta tolong untuk menemani mencari kado di toko. Setibanya di toko, anggota NII lain yang tidak dikenal oleh target
sudah ada disana, dengan dalih
bertemu dengan teman lama secara kebetulan maka menanyakan kabar adalah hal yang dianggap wajar dan lumrah terhadap teman yang sudah lama tidak bertemu,
kemudian dilanjutkan mengobrol sampai pada
permasalahan agama yang selanjunya diajak mengaji kepada gurunya (muqari). Muqari wilayah Salatiga yang ditugaskan untuk membina calon anggota baru atau target adalah Abi M. Abi disini adalah sebutan untuk muqari laki-laki yang memberikan materi dan pimpinan lain yang ada di NII. Sedangkan untuk perempuan yang sudah menjadi pimpinan disebut dengan Umi. Dalam pengaturan keadaan tersebut juga, kebohongan biasa dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kerahasiaan organisasi
114
dengan tidak membeberkan identitas pembawa yang sebenarnya, sampai calon anggota telah menyatakan diri untuk bergabung dengan NII. Prinsip ini tidak berlaku bila anggota menjadikan kerabat/saudara sebagai target rekruitmen karena tentu tidak mungkin menutupi identitas dirinya. Kemudian target dikenalkan dengan muqari (pemberi materi) sebagai guru ngaji yang telah mengajarkan banyak ilmu agama. Dengan pembawaan muqari yang ringan dan santai, materi yang diajarkan bisa diterima dengan mudah tanpa ada penolakan dari target. Adapun
materi
yang
diberikan
oleh
muqari
adalah
menanamkan nilai-nilai yang menyangkut agama, penafsiran isi ayat-ayat suci al-Qur’an, dan juga konsep bernegara. Nilai-nilai keagamaan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah nilai-nilai ajaran Islam. Tuhan yang dibincangkan adalah Tuhan bagi umat Islam, Allah SWT. Begitu pula dengan ayat-ayat suci yang dijabarkan adalah kitab suci umat Islam, yaitu al-Qur’an. Secara intens, penanaman nilai-nilai ini dilakukan pada tiga lapis pintu masuk indoktrinasi yang sistematis. Ketiganya bersifat urutan atau berupa tahapan yang umum dilakukan dari mulai menjadi calon anggota hingga pembinaan-pembinaan pasca menjadi anggota NII. Tiga lapis pintu masuk itu adalah tilawah, hijrah dan tazkiah. 1) Tilawah Tilawah adalah proses pemberian materi muqari kepada calon anggota yang ditargetkan. Tempat pemberian materi atau kegiatan tilawah ini berlangsung ditempat yang tertutup, yaitu calon anggota
115
dibawa ke malja (berupa kost-kostan). Calon anggota mendapat materi disalah satu ruangan/kamar di dalam malja. Di dalamnya terdapat
Meskipun tilawah ini dilakukan di malja, calon tilawah
tidak diperkenankan untuk datang sendiri ke malja tanpa didampingi oleh pembawa/pengawal.
Kegiatan tilawah ini diisi dengan
pemberian materi agama oleh muqari yang dibuat sangat menarik sehingga target yang sebelumnya belum pernah mendapatkan ilmu agama seperti ini dibuat terperangah. Ayat-ayat Al-Qur’an menjadi kunci pemberian pemahaman kepada calon anggota karena memang bagi seorang muslim, Al-Qur’an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya dan dianggap sebagai tuntunan Allah SWT untuk hambanya sehingga tidak dapat terbantahkan, calon anggota sangat percaya dengan semua materi tersebut.
Keterangan: Foto muqari Abi M yang ada di wilayah NII Salatiga
116
Materi yang diberikan dalam kegiatan tilawah ini terbagi menjadi: a) Penanaman nilai tentang makna ibadah Makna ibadah menurut NII dibagi menjadi 2, yaitu: (1) Ibadah ritual, adalah pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk yang tata caranya telah diatur dan ditentukan oleh agama (dien), seperti: sholat , zakat, puasa dan haji. (2) Ibadah universal, adalah segala bentuk aktivitas dari segala aspek kehidupan, seperti ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya dan hukum. Bagi ajaran NII pelaksanaan ibadah ritual “hanya” mendapat pahala sepersekian persen dari keseluruhan ibadah. Pelaksanaan yang lebih penting dan lebih baik dimata Allah adalah ibadah universalnya. Dan untuk memantapkan calon target, muqari mengutip surat Adz Dzariat: 56, artinya “Dan tidaklah aku ciptakan seluruh jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu”. Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan manusia diciptakan itu adalah untuk beribadah, yaitu menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Berarti manusia diperintahkan untuk seratus persen menjalankan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Dari ayat tersebut, muqari memberikan penafsiran bahwa dari segala aspek kehidupan, selama ini manusia belum menjalankannya
117
sebanyak seratus persen. Pertama, dari segi ibadah ritualnya, segi sosial, ekonomi dan politik. Muqari juga menyatakan bahwa sepertiga ibadah yang kita jalankan hanya ibadah ritual karena
aspek
masyarakat
kehidupan
Indonesia
lainnya
belum
yang
dijalankan
sepenuhnya.
Dan
oleh
muqari
menekankan bahwa Tuhan tidak suka jika manusia tidak melaksanakan ibadah dengan tuntas. Hal ini yang membuat calon target bimbang dan ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Target juga dikejutkan dengan pemahaman agama seperti harus menggunakan dasar ajaran Islam dan harus hijrah ke negara Islam, karena seluruh ajarannya berdasarkan ayat Al-Qur’an. Dari keterangan muqari itu, calon target tersadarkan bahwa ibadah keseharian yang dia jalankan selama ini ternyata belum sempurna. Penerimaan konsep ibadah ini masih dapat diterima oleh calon target, mengingat belum ada “penyimpangan besar” dalam
penginterpretasian
ayat-ayat
Al-Quran.
Namun,
sebenarnya inilah konsep dasar yang ditanamkan kepada target untuk bergabung dangan NII. b) Penanaman nilai tentang sifat kuasa Allah Disini muqari mengkaitkan sifat kuasa Allah SWT dengan Al-Qur’an surat sebagai berikut:
Al-Maidah (5) : 44 yang artinya
118
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang alim mereka dan pendetapendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Oleh karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga murah. Barang siapa yang tidak memutuskan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir”. Dengan bukti ayat Al-Qur’an diatas, maka tidak ada bantahan dari calon anggota untuk mempercayai materi yang disampaikan oleh muqari. Pembinaan akidah diarahkan pada trilogi tauhid: rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah. Tauhid rububiyah berarti meyakini bahwa tidak ada aturan, ketentuan dan keputusan kecuali Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga kehidupan pribadi atau sosial hanya boleh diatur dengan hukum atau syariat Islam. Sedangkan tauhid mulkiyah adalah keyakinan bahwa hanya ada satu lembaga kekuasaan tertinggi, yakni mulkiyah Allah, yang didelegasikan kepada ulil amri dengan Darul Islam atau NII-nya. Adapun tauhid uluhiyah mengakui bahwa hanya Allah-lah yang patut menjadi Tuhan, sehingga menuntut adanya perwujudan konkret dari peribadatan manusia yang beriman dalam bentuk jamaah atau umat. dengan demikian, teologi NII berkisar dan bermuara pada tiga hal: hukum Islam, umat Islam dan negara Islam.
119
Di dalam Al-Qur’an, surat paling awal (al-Fatihah) dan paling akhir (an-Nas) merupakan konsep dasar trilogi akidah, juga menjadi konsep global tentang negara Islam. Maka seluruh isi
Al-Qur’an
yang
diimplementasikan
menjadi
tekhnis
pelaksanaan hidup bernegara harus bisa dirujuk pada konsep dasar tersebut. Surat al-Fatihah ayat 2,4 dan 5 digunakan sebagai unsur pokok tauhid, begitu juga dengan ayat 1,2,3 surat an-Nas. Ayat-ayat ini kemudian ditafsiri sebagai definisi ad-din (negara) yang penjabarannya sebagai berikut: (Peneliti Insep, 2011:123) Al-Fatihah
An-Nas
(2) Rabb al-alamin
(1) Rabb an-Nas
(4) Malik yaum ad-din
(2) Malik an-Nas
(5) Iyyaka Na’bud
(3) Ilah an-Nas
Ayat-ayat di atas sepadan, dan kesepadanan ini mengindikasikan trilogi tauhid. Kata rabb berarti rububiyah, malik berarti mulkiyah, dan ilah/ibadah berarti uluhiyah. Adapun trilogi akidah ini ditafsirkan sesuai dengan NII, bahwa yang dimaksud dengan rububiyah adalah undang-undang (hukum Islam), mulkiyah adalah tempat berlakunya undangundang tersebut (negara Islam), dan uluhiyah sebagai warga negara (umat Islam warga NII). Kemudian memberikan penjelasan bahwa, negara adalah wadah dan tempat pelaksanaan ibadah secara (kaffah). Sah atau tidaknya ibadah tergantung
120
pada sarana (tempat) ibadah itu, yakni negara sehingga pembentukan NII merupakan keharusan yang tidak boleh ditawar-tawar. Dan trilogi ini digambarkan oleh NII dengan perumpamaan pohon yang baik, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim:24-25: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan ini untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. Kemudian muqari memberikan penjelasan bahwa NII secara filosofis mengumpamakan pohon tersebut merupakan cerminan Rububiyah (akar), Mulkiyah (batang), dan Uluhiyah (buah). Dengan demikian, segala bentuk kebaikan tersebut haruslah
berbentuk
suatu
aturan
atau
Undang-Undang
(rububiyah), negara (mulkiyah) dan umat (uluhiyah) . Ketiga unsur dalam pohon ini juga serupa dengan tiga unsur ibadah kepada Allah berdasarkan firman Allah SWT QS. At-Taubah: 20 yang artinya: “orang-orang yang beriman dan berhijran serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”. Disini muqari menjelaskan bahwa tiga ciri orang yang tinggi derajatnya dan termasuk ke dalam orang-orang yang mendapat kemenangan di dalam surah itu adalah apabila dia
121
beriman, berhijrah dan berjihad. Selayaknya pohon yang terdiri atas tiga bagian, iman merupakan akar sebuah pohon, hijrah adalah batangnya dan jihad sebagai buahnya. Pertama-tama orang yang tinggi derajatnya harus memiliki keteguhan iman di dalam hati. Tahap selanjutnya adalah relaisasi dalam bentuk hijrah yang berkonsekuensi pada pelaksanaan jihad, dimana jihad bukanlah turun berperang membela kaum muslimin, tetapi membela dan setia pada Negara Islam Indonesia. c) Penanaman nilai anti Republik Indonesia Indoktrinasi nilai-nilai anti-Republik Indonesia yang diberikan oleh muqari untuk calon anggota baru / target bertentangan
dengan
nilai-nilai
kewarganegaraan
yang
sebelumnya didapatkan di sekolah pada umumnya. Di awal penjabarannya, muqari membeberkan keadaan Indonesia saat ini, yaitu kondisi umum yang sering muncul di media massa, seperti bencana alam yang seakan tiada henti, korupsi merajalela, pembunuhan, pemerkosaan, maraknya perzinaan, serta mabuk-mabukan dan narkoba yang telah menjadi gaya hidup remaja. Hal tersebut terjadi karena selama ini manusia tidak menggunakan Al-Qur’an untuk menuntun hidupnya, padahal Allah SWT telah menurunkannya untuk dijadikan sumber peraturan, seperti telah terjabar dalam surah Ar-Rad: 37, yang artinya sebagai berikut:
122
“Dan demikianlah, kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan yang benar.......”. Ingkarnya umat muslim terhadap kitab Allah saat ini disamakan dengan kondisi negara Mekah pada zaman Nabi Muhammad hidup di masa Jahiliyah. Rasulullah hidup di era penuh kekafiran dengan pemimpinnya seorang raja kafir, yaitu Abu Jahal. Abu Jahal berarti bodoh. Ia memimpin Kerajaan Mekah dengan semena-mena, melakukan banyak kecurangan, dan tidak memikirkan penderitaan rakyatnya. Sebagaimana negara Indonesia saat ini, pemimpinnya dianggap kurang menaruh perhatian pada permasalahan rakyat. Terlebih hukum yang digunakan adalah hukum Pancasila, yang dipandang sebagai hukum kesesatan, hukum buatan manusia, sedangkan hukum yang dipandang baik adalah bila menggunakan hukum Al-Qur’an yang bersumber dari Allah SWT. Dan kondisi tersebut kemudian dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an berikut: QS. Al-Maidah (5) : 50 “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
Dari ayat tersebut ditafsirkan bahwa kondisi jahiliah Indonesia saat ini mengantarkan warga RI termasuk kedalam golongan orang-orang kafir, zalim, dan fasik. Tidak hanya itu,
123
segala perbuatan baik, termasuk ibadah ritual yang dijalankan selama ini, hanyalah sia-sia. Ini diibaratkan seperti shalat di sajadah, lalau sajadah itu terkena kotoran cicak, shalat yang kita laksanakan tidak sah, batal, karena telah terkena najis. Disini muqari mengungkapkan bahwasanya calon anggota dianggap kafir dan ibadahnya belum diterima, karena kita tinggal di tanah yang kafir dan kita tinggal diantara orang-orang kafir. Walaupun kita sudah beribadah sesuai kemampuan kita, tetap saja itu belum sempurna. Di dalam Al-Qur’an, orang yang masih mengerjakan ibadah setengah-setengah seperti itu adalah kafir yang sebenar-benarnya. Inilah dasar bagi nilai-nilai anti-RI yang ditanamkan oleh NII kepada anggota barunya. Doktrin di atas juga menjadi doktrin cuci otak (brain-washing). Materi doktrin yang calon anggota baru dapat di atas membuat mereka memikirkan kembali kondisi Indonesia saat ini. Doktrin-doktrin ini pun akhirnya kebenaran yang dapat diterima tanpa ada bantahan. d) Penanaman nilai tentang pentingnya berhijrah Disini muqari menjelaskan kepada calon anggota bahwa ibadah selama ini tidak diterima oleh Allah. Oleh karena itu, solusi yang diberikan adalah calon anggota harus berhijrah atau berpindah kewarganegaraan dari WNI menjadi warga NII. Perpindahannya bukanlah dengan mengubah KTP atau kertas
124
administrasi lainnya, melainkan berpindah secara jiwa. Muqari memberikan penjelasan bahwa perpindahan ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad dari sebelumnya
berada di negara
jahiliah Mekah ke Negara Madinah yang disebut juga Negara Yastrib. Materi ini
sangat menekankan betapa pentingnya
berhijrah, calon anggota disadarkan oleh muqari tentang makna ibadah dan keharusan berpindah dari negara RI yang disebut negara bathil ke negara Islam yang haq yaitu Negara Islam Indonesia, yang dapat dikomunikasikan seperti berikut: Tabel : Komunikasi yang ditekankan dan dilakukan untuk meyakinkan target / calon anggota untuk melaksanakan hijrah Pertanyaan (Muqari)
Jawaban (Target)
Apa itu hijrah?
Pindah
Pindah dari mana?
Dari RI ke NII
Kenapa hijrah? Apa tujuan hijrah?
Karena di RI tidak berlaku hukum Islam Ibadah Menjadi umat Islam, tinggal
Apa itu ibadah?
di negara Islam, mematuhi hukum Islam
Apa hukum hijrah?
Wajib
Apa itu wajib?
Harus dikerjakan
Kalau tidak dikerjakan?
Dosa
Kenapa dosa? Disebut apa dia?
Karena meninggalkan ibadah yang wajib Kafir
Ket : Laporan terlibat dari penulis yang didapat dari Abi M.
125
Dari kondisi di atas, kemudian muqari mengaitkan surah At-Taubah ayat: 22 yang artinya: “Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”. Adapun yang menjadi penekanan adalah ayat tersebut berisikan kewajiban untuk berhijrah bagi setiap umat Islam. Untuk
memperkuat
keyakinan
calon
anggota
terhadap
kepentingan hijrah, ayat tersebut dikaitkan kembali dengan ayat lainnya
yang
juga
berisi
kewajiban
berhijrah,
yaitu
QS. An-Nisa :100 yang artinya: “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasulnya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju) maka sesungguhnya telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.
Disinilah calon target merasa bahwa hijrah itu memang suatu keharusan yang tidak terbantahkan karena Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk untuk hijrah kepada umat Islam. e) Prasyarat untuk hijrah menjadi anggora NII Ketika calon anggota menyatakan diri telah siap untuk menjadi anggota NII dan bersedia diangkat sumpahnya (baiat), proses ini dinamakan musyahadatul hijrah. Syarat awal yang
126
diberikan adalah apa yang terdapat pada Al-Qur’an surah AlMaidah ayat 90, yaitu larangan meminum khamr (minuman berakohol), berjudi, menyembah berhala, dan perbuatan keji yang dilakukan setan lainnya. Syarat lain yang dijabarkan adalah larangan untuk mencuri, merokok dan berzina. Syarat tidak boleh berzina di sini mencakup larangan berpacaran. Oleh karena itu, bila calon anggota sungguh-sungguh ingin pindah ke Negara Islam, dia harus memutuskan pacarnya. Pilihan lainnya adalah mengajak pacarnya untuk turut berhijrah. Larangan
tersebut
dijelaskan
muqari
dengan
menggunakan contoh-contoh nyata yang ada di sekitar kita, seperti larangan merokok karena sudah terbukti banyak kerugian dari kegiatan merokok, seperti tidak baik untuk kesehatan, menghamburkan uang, dan merugikan orang lain yang tidak merokok. Sementara itu, alasan larangan untuk berpacaran adalah karena hal tersebut mendekati zina, sedangkan Allah sangat mengharamkan perbuatan zina. Di dalam negara Islam, tidak ada istilah berpacaran. Jika memang telah ada kecocokan dengan sesama anggota atau bila calon anggota mengajak pacarnya untuk berhijarah, dia tetap tidak diperbolehkan berdekatan secara intens, apalagi sempat bersentuhan dan akan disarankan untuk segera menikah.
127
Syarat
masuk
lainnya
untuk
berhijarah
adalah
kewajiban membayar sedekah hijrah. Dana yang dibebankan untuk berhijrah memiliki banyak alasan dan dengan besaran nominal yang berbeda-beda. Itu tergantung di daerah mana calon anggota masuk menjadi anggota NII. Untuk daerah Salatiga besaran sedekah hijrah antara satu orang dengan lainnya berbeda-beda, ini dilihat dari kemampuan keuangan calon anggota. Kisaran besar dana hijrah untuk Salatiga adalah sebesar Rp. 750.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- tiap orang. Disini
penulis
dikenakan
biaya
untuk
hijrah
Rp. 800.000,-. Alasan Muqari adanya sedekah hijrah
sebesar ialah
untuk akomodasi, biaya makan dan biaya transportasi hijrah. Karena pelaksanaan hijrah dilaksanakan terpusat di Jakarta. Selain itu, dana tersebut dimanfaatkan untuk membersihkan jiwa dan kas negara. Sedekah hijrah ini bersifat wajib yang dibebankan kepada semua calon anggota. 6) Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan seluruh materi yang telah disampaikan (security). Kerahasiaan kenggotaan NII yang dilakukan oleh anggotanya tidak hanya pada lokasi atau tempat malja (kost), tetapi juga materi yang disampaikan dilarang diberitahukan kepada siapapun. Alasan yang diberikan Abi M kepada penulis waktu menjadi anggota baru adalah karena ilmu yang diperoleh
128
masih minim, sehingga hanya akan menimbulkan keraguan dan dapat menyebabkan kesalahpahaman. Selain itu prinsip yang digunakan oleh Abi M adalah prinsip kahfi yang berasal dari Nabi Muhammad SAW ketika berhijrah dan menyiarkan agama Allah beliau melakukannya secara sembunyi-sembunyi, seperti itulah keadaan NII sekarang ini, dan diperintahkan untuk diamdiam dan sembunyi-sembunyi dalam mengumpulkan umat hingga saatnya futuh atau keadaan menang nanti. Selain itu larangan yang ditekankan kepada penulis adalah dilarang untuk bercerita kepada orang lain yang bukan anggota NII, larangan itu mencakup mencari informasi dari siapapun baik dari media TV, internet, buku ataupun majalah yang berkaitan dengan NII mengenai semua materi yang telah disampaikan kepada penulis. Apabila mendengar isu miring mengenai NII harus segera dikonfirmasikan dengan Abi M, karena
diluar
hanyalah
isu-isu
untuk
menghancurkan
keberadaan NII. Disini Abi M menjelaskan bahwa yang lebih mengetahui secara mendetail tentang kebenarannya tentu pengikut NII sendiri. Oleh karena itu, jangan terpengaruh oleh outsiders (orang yang bukan dari golongan NII) dan harus mengonfirmasikan kepada sumbernya secara langsung, yaitu muqari yang di wilayah Salatiga adalah Abi M. Ajaran inilah yang ditanamkan dalam pembelajaran sehingga kewajiban
129
menjaga kerahasiaan, larangan memberitahukan kepada siapasiapa atau mencari tahu tentang NII ini dilakukan secara halus dan penjabaran yang masuk akal sehingga dengan keyakinan spiritual inilah yang membuat anggota taat pada ajaran dan perintah pemimpinnya dengan doktrin “Sami’na wa atho’ na.
2) Musyahadatul Hijrah (MH) Setelah persyaratan hijrah terpenuhi, terutama masalah dana shadaqah hijrah, muqari membawa calon anggota ke jenjang forum Musyahadatul Hijrah (MH). Musyahadatul Hijrah adalah proses akhir seorang calon anggota menuju kepada pindahnya warga RI ke dalam NII. Tata cara pelaksanaan kegiatan Musyahadatul Hijrah ini memakai prosedur baku, yakni menggunakan metode daftar tunggu dan sistem kuota. Kuota peserta untuk pelaksanaan hijrah minimal 20 orang dari berbagi daerah yang pelaksanaannya terpusat di Jakarta. Kegiatan Musyahadatul Hijrah dilakukan setiap hari jum’at, sabtu dan minggu (week-end). Hari ini diambil, karena pada hari tersebut bukan hari efektif dan apabila calon anggota mau berhijrah bisa ijin dari tempat kerja atau kampus dengan alasan ada acara keluarga. Disini penulis memberikan pengalaman ketika ikut proses Musyahadatul Hijrah ke Jakarta untuk menjadi warga NII (Negara Islam Indonesia).
130
Kegiatan hijrah ini dilakukan penulis melalui beberapa tahap yaitu: Pada hari Jum’at penulis yang wilayahnya ikut daerah Salatiga sudah siap untuk MH mulai pukul 13.00 WIB di malja (kost) tempat pertama kali dibina oleh muqari, disana penulis diberi materi lagi untuk pemantapan hijrah. Kemudian pukul 15.00 WIB penulis dibawa ke Semarang oleh pembawa dengan boncengan motor sampai Ada Mall. Setelah menunggu beberapa saat mobil jemputan datang untuk membawa peserta Hijrah. Model mobil ini Mitsubishi L-300 yang bisa muat sekitar 10 orang, selain itu kaca film sangat gelap sehingga dimungkinkan orang lain tidak bisa melihat isi di dalam mobil. Ternyata didalam mobil sudah ada 5 orang lain yang hendak berhijrah. Mereka ada yang dari Purwokerto, Bawen, Sragen dan Yogyakarta. Ketika dalam perjalanan, tiba-tiba mobil berhenti dan sopir menginstruksikan untuk tutup mata kepada semua calon anggota hijrah. Setelah beberapa saat, sampailah disebuah perumahan 2 lantai yang cukup mewah dengan tembok tinggi. Disana rombongan dijamu makan malam, kemudian panitia menempatkan para peserta ke dalam sebuah ruangan yang kedap suara dilengkapi dengan peralatan layaknya ruang kuliah disertai white board, spidol dan Al-Qur’an terjemah. Disini peserta di data satu persatu sesuai nama KTP yang ada di RI dan diberikan nama ke-dua (ismun tsani) yang akan digunakan sebagai nama resmi NII sekaligus nama sandi dalam pergerakan. Itsmu tsani (nama ke-2)
131
yang penulis dapat adalah Alyaa Mufida. Selanjutnya diberi penjelasan dan penegasan kembali tentang hijrah oleh petugas. Sekitar pukul 21.00 WIB peserta dibawa kembali ke dalam mobil, dan perintah untuk tutup mata ketika perjalanan diinstruksikan oleh sopir lagi. Ketika sudah sampai dihalaman Stasiun Poncol Semarang, semua peserta disuruh buka mata dan turun dari mobil. Disana ternyata sudah ada petugas yang mengantar peserta hijrah dari wilayah Semarang ke Jakarta dengan menggunakan kereta api. Petugas tersebut pun seolah seperti penumpang biasa, dengan mengenakan kaos oblong, celana panjang, topi dan ransel. Perjalanan menggunakan kereta api ini sampai di Stasiun Jati Negara ketika sudah subuh, sekitar pukul 05.00 WIB. Kemudian dari Stasiun Jati Negara, naik kopaja turun dipertengahan dekat sawah-sawah. Tidak berapa lama, ada mobil jemputan untuk
sampai tujuan. Ketika
dalam perjalanan semua peserta juga diinstruksikan untuk tutup mata kembali. Kemudian sampailah semua peserta kedalam sebuah rumah yang cukup besar terletak diperumahan dengan pagar yang tinggi juga. Rumah itu pun layaknya rumah biasa yang dihuni oleh sebuah keluarga, tetapi disana terdapat 1 ruangan yang sudah diset sedemikian rupa dengan kursi-kursi peserta yang berjajar dan meja petugas. Setelah sampai disana, semua peserta dipersilahkan untuk siap-siap dengan ketentuan yang laki-laki memakai celana kain dan hem sedangkan yang perempuan juga menggunakan rok panjang,
132
baju panjang dan jilbab. Setelah menunggu beberapa saat di ruang transit, datang sekitar 10-15 orang remaja putri seusia saya sekitar umur 18-25 tahun. Mereka berasal dari wilayah Jakarta dan Jawa Barat. Latar belakang mereka juga beragam, ada yang pedagang baju di Tanah Abang, perawat, mahasiswa dan karyawan pabrik. Sebelum acara dimulai, semua peserta diberi sarapan pagi kemudian diantar kesuatu ruangan yang bersebelahan dengan ruang transit. Disana sudah ada petugas yang menunggu dengan pakaian yang rapi layaknya pegawai kantoran, petugas ini semua adalah laki-laki, mereka mengenakan celana bahan, hem panjang disertai dengan dasi dan peci sebagai penutup kepala. Disinipun semua peserta mendapat materi pemantapan hijrah kembali. Materi hijrah ini disampaikan oleh Abi Malik dan Abi Ridwan yaitu tentang Tauhid Rububiyah, Mulkiyah dan Uluhiyah), dan diteruskan dengan materi sejarah Rasulullah sampai NII masa Kartosoewirjo. Kemudian dilanjutkan acara puncak yaitu, proses serah terima perpindahan status kewarganegaraan. Dalam proses ini semua peserta menirukan katakata dari petugas yang berbunyi: “Dengan ini saya menanggalkan kewarganegaraan Republik Indonesia dan mohon diterima sebagai warga Negara Islam Indonesia”.
133
Setelah membacakan baiat ini, para peserta hijrah dianggap sah menjadi warga NII. Untuk menyematkan para peserta menjadi warga NII, para petugas yang sekaligus sebagai syahid hijrah (saksi perpindahan kewarganegaraan) yaitu Abi Malik dan Abi Ridwan membacakan proklamasi berdirinya NII dan mubaya’ah (janji setia NII) yang diikuti seluruh peserta hijrah. Janji setia warga NII itu adalah dengan pengucapan Bai’at NII dan Sapta Subaya, selanjutnya semua isi yang tertuang dalam Bai’at NII dan Sapta Subaya adalah pegangan teguh bagi warga NII dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan mengucapkan bai’at, berarti warga telah melakukan kontrak jiwa dengan negara. Dengan demikian secara otomatis seluruh milik warga menjadi milik negara yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun. Adapun penulis menggambarkan kondisi hijrah seperti berikut: Bagan : Persaksian Hijrah di Jakarta ALLAH SWT
ANSHAR / APARAT MUHAJIRIN
NEGARA NII
Sumber : Penulis (dari keterangan yang diberikan oleh pimpinan NII ketika pelaksanaan hijrah di Jakarta)
134
Adapun redaksi Bai’at NII adalah sebagai berikut: Bismillahirrahmanirrahim, Bismillahi tawakkaltu ala Allahi la haula wa la quwwata illa billah Asyhadu an la ilaha illaAllah wa asyhadu anna Muhammaddar rasulullah Wallahi, demi Allah 1.
Saya menyatakan baiat ini kepada Allah, dihadapan dan disaksikan Komandemen Tentara atau Pemimpin Negara yang bertanggung jawab.
2.
Saya menyatakan baiat ini sungguh-sungguh karena ikhlas dan suci hati lillahi ta’ala semata-mata, dan tidak sekali-kali karena sesuatu di luar dan keluar daripada kepentingan agama Allah, agama Islam, dan Negara Islam Indonesia
3.
Saya sanggup berkorban jiwa,raga dan nyawa saya serta apapun yang ada pada saya, berdasarkan sebesar-besar takwa dan sesempurna-sempurna tawakkal ‘ala Allah bagi: a.
Menegakkan kalimatillah, li i ‘lai kalimatillah
b.
Mempertahankan
berdirinya
Negara
Kesatuan
Islam
Indonesia, hingga hukum syariat Islam seluruhnya berlaku dengan seluas-luasnya dalam kalangan umat Islam bangsa Indonesia di Indonesia
135
4.
Saya akan taat sepenuhnya kepada perintah Allah, kepada perintah Rasullullah dan kepada perintah ulil amri saya, dan menjaui segala larangannya dengan tulus dan setia hati.
5.
Saya tidak akan berkhianat kepada Allah , kepada Rasulullah dan kepada Komandemen Tentara, serta Pemimpin Negara, dan tidak pula akan membuat noda atas umat Islam bangsa Indonesia.
6.
Saya sanggup membela komandan-komandan Tentara Islam Indonesia dan pemimpin-pemimpin Negara Islam Indonesia daripada bahaya, bencana dan khianat dari mana dan apa pun jua.
7.
Saya sanggup menerima hukuman dari ulil amri saya sepanjang keadilan hukum Islam bila saya ingkar daripada baiat yang saya nyatakan ini.
8.
Semoga Allah berkenan membenarkan pernyataan baiat saya ini, serta berkenan pula kiranya Ia melimpahkan tolong dan karuniaNya atas saya, sehingga saya dipandaikan-Nya melakukan tugas suci ialah haq dan kewajiban tiap-tiap mujahid: Menggalang Negara Karunia Allah Negara Islam Indonesia.
9.
Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu Akbar.
136
Kemudian
dilanjutkan
dengan
pengucapan
SAPTA
SUBAYA Negara Islam Indonesia yang dilakukan peserta secara bersama, yaitu: 1.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus berdisiplin
2.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus berani
3.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus membela Pemimpin Negara, Komandan Tentara sebagai tulang punggung negara
4.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus jujur dan hemat
5.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus bijaksana
6.
Seorang Tentara Islam Indonesia mencintai dan membela sesama Mujahid
7.
Seorang Tentara Islam Indonesia harus pantang menyerah
Setelah proses tersebut, petugas hijrah memberikan nasihat agar proses perpindahan ini dirahasiakan kepada siapa pun termasuk kepada pihak keluarga. Setelah proses hijrah selesai,semua peserta kembali ke daerah masing-masing. Disini penulis dan peserta dari wilayah Jawa Tengah kembali pulang dengan naik kereta api. Setelah sampai Stasiun Poncol Semarang, kembali dijemput dengan mobil dan dibawa ke Rumah kembali untuk ditanya pengalaman hijrah
di Jakarta. Kemudian petugas di wilayah semarang
menekankan kepada para peserta agar setiap kegiatan yang dilakukan ada pemberitahuan kepada pihak NII dengan monitoring
137
lewat SMS oleh pembawa. Dan ditekankan juga, setelah sampai kerumah masing-masing agar segera mencari orang lagi baik itu teman lama waktu sekolah atau teman yang baru kenalan dengan dalih menyelamatkan orang tersebut ke dalam Negara Islam. Setelah acara dengan petugas Wilayah selesai, ternyata sudah ada pembawa yang menjemput pulang dari Semarang ke Salatiga.
b. Pembangunan Ma’had Al-Zaytun Pondok pesantren modern Al-Zaytun terletak di kabupaten Indramayu. Pesantren ini dikelola oleh Yayasan Pesantren Indonesia (YPI) yang secara institusional didirikan pada tanggal 25 Januari 1994 di hadapan notaris di Dati II Subang, dengan akta notaris nomor 61 dan secara resmi dibuka sebagai lembaga pendidikan formal oleh Prof. Dr.Ing. Haji B.J.Habibie Presiden Indonesia pada hari Jum’at tanggal 27 Agustus 1999. Pondok Pesantren Al-Zaytun terletak di sebuah kawasan yang jauh dari keramaian kota yang apabila ditempuh menggunakan mobil kurang lebih 3,5 jam. Pembangunan ini menempati tanah wakaf dari berbagai kalangan umat Islam bangsa Indonesia seluas 1.400 hektar. 200 hektar dipergunakan untuk kawasan Pesantren Al Zaytun, sedangkan sisanya
1.200
hektar
dipergunakan
sebagai
sarana
pendukung
pembelajaran di berbagai bidang, antara lain: perikanan, pertanian, industri makanan ternak, unit peternakan dan industri kecil. Adapun pembangunan fisik pesantren Al Zaytun meliputi:
138
1) Asrama Santri lima lantai (Al Nur, Al Mustofa, Al Fajkr dan Madinah) 2) Gedung pembelajaran (Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) 3) Masjid utama yang diberi nama Masjid Rahmatan lil ‘Alamin 4) Sarana olahraga yang terdiri dari stadion sepak bola, track atletik, lapangan tennis, lapangan voli dan gedung olahraga. 5) Fasilitas pendukung, seperti: rumah makan, dapur, laundry, kantin, koperasi, wartel, salon rambut dan klinik kesehatan. 6) Wisma tamu Al Ishlah
Adapun gambaran visi Ma’had Al-Zaytun dapat dilihat dari pernyataan berikut: “melalui pendidikan, umat Islam akan mampu mempersiapkan peserta didik (generasi umat mendatang) untuk berakidah yang kokoh dan kuat terhadap Allah dan syariat’Nya, menyatu dalam tauhid, berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan luas, berketrampilan tinggi yang tersimpul dalam konsep basthatan fil ‘ilmi wal jismi, sehingga sanggup, siap dan mampu hidup secara dinamis di lingkungan negara, bangsa dan masyarakat antar bangsa dengan penuh kesejahteraan dan kebahagiaan duniawi maupun ukhrawi”. Untuk
mewujudkan
cita-cita
itu,
Ma’had
Al-Zaytun
mengembangkan misi untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam hal:
139
1) Penguasaan Al-Qur’an secara mendalam 2) Terampil bermkomunikasi menggunakan bahasa antar bangsa yang dominan 3) Berpendekatan ilmu pengetahuan (berpikir rasional) 4) Berketrampilan tekhnologi (bukan kerja mengandalkan otot) 5) Berjiwa mandiri 6) Penuh perhatian terhadap aspek dinamika kelompok dan bangsa 7) Berdisiplin tinggi 8) Berkesenian yang mamadai (modern) Dengan demikian, lulusan Ma’had Al Zaytun adalah sumber daya manusia yang berkualifikasi Ulul Albab, yaitu sumber daya manusia yang beriman ,bertakwa dan menguasai iptek guna mengejar ketertinggalan jauh dengan umat lain di dunia. Selain itu lulusan Ma’had Al-Zaytun diharapkan menjadi sosok muslim yang mau dan mampu menggunakan akalnya yang dapat
menyibak
kesadaran
umat
akan
ketertinggalannya,
membimbing umat dan bergerak maju menuju kemenangan. Adapun motto yang sangat diunggulkan adalah Ma’had AlZaytun sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan, Pengembangan Budaya Toleransi dan Pengembangan Budaya Perdamaian. Pembangunan Ma’had Al-Zaytun ini dimaksudkan bahwa pendidikan yang ditempuh berbentuk pesantren (ma’had) karena kehidupan pesantren merupakan suatu lembaga (embrio)
140
kehidupan masyarakat yang dapat mewujudkan kebersamaan, keterbukaan, kebebasan, tolong-menolong, saling menghormati, selalu haus ilmu pengetahuan dan berjiwa mandiri karena kehidupan pesantren (ma’had) selalu mencontoh dan dicontoh oleh kehidupan para pembimbing dan kiai dengan menimbulkan suatu kebiasaan positif yang tak henti-hentinya dilaksanakan di perkampungan ma’had. Adapun fungsi utama dari Ma’had Al-Zaytun bagi NII adalah
sebagai
bentuk
perwujudan
untuk
melembagakan
eksistensi NII secara sah dan terbuka di wilayah Republik Indonesia dengan bentuk pondok pesantren modern yang mewah. Selain itu, dengan adanya pondok modern maka akan tercipta sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dari segi ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta doktrin agama yang kuat sehingga regenerasi anggota baru tidak terputus dan perekrutan anggota bisa secara cepat dan tepat.
2.
Mobilisasi Internal Mobilisasi internal ini merupakan sumber daya yang berusaha untuk memberdayakan para pengikut gerakan dalam sebuah mobilisasi organisasi yang kuat dan terarah. Mobilisasi internal NII terdapat dua bagian yaitu mempertahankan anggota yang sudah menjadi warga NII dengan cara tazkiah dan kegiatan malliyah yang dilaksanakan oleh anggota NII sebagai bentuk perjuangan penggalangan dana terhadap negara.
141
a.
Tazkiah Pada dasarnya, ketika anggota NII sudah melaksanakan hijrah dan sah menjadi warga NII, maka hal yang sangat penting adalah mempertahankan anggota tersebut agar tetap setia dan patuh terhadap ajaran NII. Pada dasarnya, materi doktrin tazkiyah berisi pendalaman dari materi-materi sebelumnya yang berintikan satu hal yakni, warga harus rela memerankan dirinya sebagai Nabi Ismail yang dengan segala keikhlasan dan siap dikorbankan untuk kepentingan NII. Pembinaan dalam doktrin tazkiyah diharapkan dapat memberikan hasil maksimal dalam usaha memperjuangkan tegaknya NII di bumi Indonesia, disamping itu juga sebagai sarana dan media pengontrolan bagi kepatuhan warga. Tekanan arti pentingnya tazkiyah ditujukan untuk memacu kesadaran warga agar memberikan seluruh kemampuan lahir batin, harta dan tenaga, bahkan jiwa kepada negara. Dalam berbagai kesempatan selalu ditanamkan satu doktrin bahwa, saat ini Negara Islam Indonesia masih miskin dan lemah, maka aksi-aksi jihad diorientasikan pada usaha-usaha keras dan nyata (mengarahkan segala daya dan kemampuan) untuk mengumpulkan dana dan umat sebagai sumber daya yang sebanyak-banyaknya serta memperbesar dan memperluas jaringan maupun kelembagaan NII. Untuk merealisasikan cita-cita
menegakkan
NII,
setiap
warga
dan
aparat
harus
142
memperjuangkannya dengan segala kemampuan. Hal ini disandarkan pada QS Muhammad:7, yang oleh pemimpinan NII diterjemahkan: “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (negara) Allah, niscaya Dia akan menolong kamu dan meneguhkan kedudukanmu”. Maka, pengorbanan harta dan jiwa adalah sarana mengakbarkan (memaha-besarkan) Allah dan untuk menjaga agar api perjuangan tetap berkobar. Oleh karena itu, mengacu pada konsep RMU, untuk mengakbarkan Allah secara rububiyah (hukum) semua warga harus melaksanakan hukum Islam, mengakbarkan Allah secara mulkiyah (negara) dengan menggalang dana untuk membangunnya dan mengakbarkan Allah secara uluhiyah (umat) mengimplikasikan kewajiban untuk berdakwah dan merekrut warga sebanyak-banyaknya. Itulah yang dimaksud jihad bil amwal (dengan harta) dan jihad bil anfus (dengan diri). b. Malliyah Adapun kegiatan yang wajib dilakukan untuk warga NII adalah merekrut anggota baru sebanyak-banyaknya dan kewajiban untuk berinfak atau menyetorkan dana kepada negara setiap bulan yang dinamakan dengan malliyah. Untuk kegiatan malliyah muqari memberikan penjelasan bahwa untuk pemula kewajiban infak adalah Rp. 125.000,- , yang kemudian setiap bulannya kewajiban infak setiap warga NII harus naik jumlahnya dengan dalih yang diberikan muqari adalah sebagai manusia jika keadaan kita sama dengan yang lalu adalah
143
termasuk orang yang rugi. Jadi berusahalah untuk menjadi orang yang beruntung dengan memberikan infak paling besar yang kamu miliki kepada
negara.
Untuk
memantapkan
keharusan
anggota
NII
menyetorkan infak rutin setiap bulan kepada negara, maka muqari mengutip ayat QS. Al Baqarah: 26 “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. Adapun anggota NII Salatiga yang sudah kerja, uang infaknya diambil dari hasil kerja tetapi jika anggota NII itu masih kulliah atau pengangguran yang artinya tidak mempunyai penghasilan, maka uang untuk infak kepada negara adalah dengan cara malliyah atau pencarian dana yang dilakukan oleh NII dengan cara keliling dengan membawa kardus yang dibagian depannya sudah ditempel yayasan sosial atau yatim piatu dari luar kota. Untuk memantapkan para anggota melakukan malliyah, muqari menyitir ayat Al-Qur’an QS At-Taubah: 103, yang artinya: “Ambillah Zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman dan jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”.
144
Dari ayat tersebut, muqari menjelaskan bahwa berinfak, berzakat dan bersedekah merupakan satu keharusan bagi warga dan mengeluarkan harta menjadi bukti dari kecintaan dan kepatuhan anggota NII kepada negara. Adapun petugas malliyah keliling dengan membawa kotak amal ke tempat keramaian seperti pasar, alun-alun kota atau tempat umum lainnya yang ada di wilayah sekitar Salatiga, seperti: pasar Ambarawa, pasar Ungaran, alun-alun Ungaran, pasar Tengaran, pasar Nusukan Boyolali, pasar Kartasura, pasar Legi Solo dan pasar Klaten. Selain itu, jika malliyah dalam 1 bulan targetnya masih kurang, maka anggota kelompok wajib melakukan malliyah ke luar daerah. Kota yang sering dikunjungi adalah Yogyakarta dan Surabaya. Hal tersebut dilakukan untuk menutup target malliyah yang masih kurang, karana apabila dalam target 1 bulan uang infaknya masih kurang maka akan dianggap sebagai hutang yang wajib dibayar pada bulan berikutnya. Hal inilah yang membuat anggota mau melakukan malliyah di luar kota. Adapun kota yang sering dituju adalah Yogyakarta dan Surabaya. Apabila kegiatan malliyah dilakukan di Yogyakarta maka hasil dalam 1 harinya bisa mencapai Rp. 200.000, tetapi jika dilakukan di Surabaya maka hasil yang dicapai dalam malliyah sebesar Rp. 300.000 – Rp. 500.000 dalam satu hari. Untuk kegiatan malliyah di daerah Surabaya sudah dilakukan dengan manajemen yang tertata rapi. Pengurus wilayah Surabaya sudah mempunyai malja’ (markas) tetap yang digunakan
145
untuk menampung anggota yang melakukan malliyah. Di sana terdapat 3 malja’, yang terdiri dari malja untuk laki-laki 1 rumah, dan 2 untuk perempuan. Adapun lokasi malja’ tersebut dekat dengan terminal Purabaya. Pemilihan lokasi malja’ ini dimaksudkan untuk memudahkan transportasi kepada anggota untuk melakukan perjalanan malliyah ke luar kota, yang bisa dijangkau dengan bis. Lokasi malja’ yang berada di wilayah terminal tersebut masuk wilayah pemukiman warga dengan berjalan kaki kurang lebih 10 menit. Selain itu ada 1 tempat lagi yang digunakan untuk malja’ putri yaitu dekat dengan Mall Ramayana, tetapi untuk mencapai tempat tersebut, harus berjalan kembali kurang lebih 5 menit untuk sampai tempat kost. Kegiatan malliyah disini dibagi muqari setiap pagi dengan menggunakan papan wilayah kegiatan malliyah, disana sudah tercantum wilayah-wilayah yang bisa digunakan anggotanya untuk malliyah, sehingga setiap orang pasti mendapat jatah wilayah untuk malliyah. Selain itu, untuk menyamarkan kegiatan tersebut, di malja membuka usaha laundry sehingga terkesan rumah seperti biasa yang dimiliki oleh orang pada umumnya. Di Surabaya terdapat kurang lebih 50 anggota yang aktif setiap harinya untuk melakukan malliyah yang tersebar di wilayah Surabaya dan kota sekitarnya, seperti Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Mojokerto dan Malang. Kegiatan malliyah ini biasanya dilakukan di Pasar, by pass, perempatan lampu merah yang tersebar di wilayah Surabaya dan sekitarnya, serta SPBU. Biasanya kegiatan Malliyah ini dilakukan oleh 2 orang,
146
1 bertugas untuk membawa kardus dan 1 lagi bertugas untuk menawarkan beramal kepada semua orang yang berada ditempat umum itu dengan membawa kardus yang bertuliskan dari yayasan anak yatim atau yayasan sosial. Adapun pada pelaksanaan malliyah, seluruh anggota diberi kartu anggota suatu yayasan sosial dan diberi surat tugas. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi, jika ada anggota yang ditangkap pihak kepolisian karena mengganggu ketertiban umum. Dengan memiliki surat tugas dan kartu anggota dari yayasan bisa dikatakan malliyah tersebut legal.
Keterangan: contoh kegiatan malliyah yang dilakukan di pasar
147
Keterangan: contoh kegiatan malliyah yang dilakukan di alun-alun
Adapun waktu untuk melakukan malliyah adalah maksimal 4 kali dalam seminggu, dan biasanya berangkat dari kost jam 08.00 WIB dan sampai tujuan sekitar jam 09.00 WIB – 10.00 WIB, kemudian dilanjutkan keliling sampai sore hari sekitar pukul 17.00 WIB, dengan demikian waktu kelilingnya bisa lama. Adapun waktu keliling sore sampai malam hari adalah pukul 18.30 WIB -21.00 WIB. Dan waktu yang sering dipergunakan adalah sabtu dan minggu karena pada saat tersebut banyak warga yang beraktivitas di tempat umum, seperti pasar dan alun-alun kota. Hal tersebut sangat dimanfaatkan oleh petugas malliyah, karena dengan bertemu banyak orang maka hasil atau uang yang didapatkan semakin banyak.
148
Dari hasil malliyah setiap kali keliling mendapatkan uang Rp. 150.000,- sampai Rp. 250.000,-. Dari hasil uang tersebut, kemudian dikurangi untuk ongkos PP (pulang-pergi) ke tempat malliyah sampai kost di Salatiga, kas wilayah Salatiga tiap keliling adalah Rp. 5.000,per orang, petugas malliyah mendapatkan bagian 40% dari hasil tersebut dengan dalih bahwa sudah menjadi amil (petugas) untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kafir yang telah diselamatkan hartanya. Kemudian sisa dari uang tersebut, baru disetorkan kepada negara lewat petugas yang ditunjuk menjadi koordinator keuangan. Dan setelah semuanya dihitung, infak kita dicatat sampai kurun waktu satu bulan. Dalam jangka waktu tersebut, infak yang dikumpulkan anggota NII melalui malliyah itu sesuai dengan target atau tidak. Jika memenuhi target maka menjadi anggota NII yang beruntung karena bisa memberikan lebih kepada negara, tetapi jika kurang dari target yang ditetapkan maka kekurangan infak itu akan ditambahkan dengan target infak bulan depan. Adapun bendahara/petugas pencatat keuangan NII Salatiga, setiap minggunya setor kepada pimpinan wilayah semarang melalui bank yang ada di dalam lingkungan PTS Salatiga.
149
C. Proses Penyusunan Gerakan (Framing Process) Proses penyusunan gerakan (framing process) didefinisikan sebagai sebuah usaha sadar yang strategis oleh kelompok orang untuk menciptakan pemahaman bersama mengenai dunia dan diri mereka sendiri yang melegitimasi dan memotivasi aksi kolektif. Aksi koleksi ini ini terbagi menjadi 3 komponen, yaitu: rasa ketidakadilan, elemen identitas dan faktor agensi. Rasa ketidakadilan muncul dari kegusaran moral yang berhubungan dengan kekecewaan, seperti: ketidakadilan ekonomi, pemberian fasilitas kepada sekelompok orang dan lain sebagainya
kegusaran
moral
ini
seringkali
berhubungan
dengan
ketidaksetaraan yang tidak memiliki legitimasi yaitu, perlakuan yang tidak seimbang
terhadap
individu
atau
kelompok
diapersepsikan
sebagai
ketidakadilan. Keberhasilan gerakan sosial terletak pada bagaimana aktor-aktor gerakan
memformulasikan
tujuannya
sehingga
diterima
secara
luas.
Keberhasilan gerakan sosial diantaranya ditentukan oleh sejauh mana khalayak mempunyai pandangan yang sama atas suatu isu musuh bersama atau tujuan bersama. Gerakan sosial ini bukan hanya membutuhkan bingkai, bagaimana setiap aktor harus bertindak, melainkan juga bingkai apa yang sedang dihadapi. Keberhasilan dari satu gerakan sosial tergantung pada bagaimana keberhasilan kelompok dalam mendifinisikan frame atas apa yang dilakukan bersama.
150
Wacana media adalah sumber informasi penting yang dapat diambil orang ketika mereka mencoba mencari penjelasan atas isu-isu yang mereka bicarakan. Oleh karena itu sebuah kampanye yang bertujuan meyakinkan orang untuk berpartisipasi dalam sebuah gerakan sosial tidak hanya menekankan nilai tentang tujuan aksi tersebut dan mengontrol insentif selektif, kampanye juga harus mampu meyakinkan para aktor bahwa cukup banyak terlibat dalam gerakan sosial. Dalam pandangan Dough Mac Adam, dkk., proses penyusunan gerakan ini selalu menggunakan media. Jadi, pada saat melakukan pergolakan pemikiran, NII menggunakan media cetak dijadikan sarana utamanya. Media cetak yang dijadikan sarana oleh NII meliputi penerbitan majalah bulanan yang terdiri dari 3 macam yaitu: Majalah Berita Indonesia, Majalah Tokoh Indonesia dan Majalah Al-Zaytun. Majalah berita Indonesia terdapat sebuah rubrik bernama Lentera yang berisi mengenai perkembangan Pesantern Al-Zaytun sebagai pusat NII, majalah Tokoh Indonesia yang mengulas tokoh-tokoh di Indonesia serta tokoh yang berjasa atas perkembangan NII sampai saat ini dan Majalah Al-Zaytun yang mengulas tentang doktrin-doktrin yang diajarkan di NII dengan menggunakan dalil Al-Qur’an sebagai pembenar dan menyorot keberhasilan Ma’had Al-Zaytun sebagai bentuk perubahan yang patut untuk dicontoh. Disinilah relevansi dimana media memiliki peran dalam menebarkan keyakinan mengenai tujuan gerakan NII.
151
Setelah perjuangan NII dengan menggunakan ketiga kerangka strategi gerakan sukses dilakukan, yaitu 1) pemanfaatan peluang politik 2) mobilisasi baik eksternal dengan cara perekrutan anggota baru dan pembangunan
Ma’had
Al-Zayutn,
maupun
internal
dengan
cara
mempertahankan anggota NII untuk melakukan tazkiyah dan malliyah dan 3) penyusunan proses gerakan (propaganda) dengan melakukan pergolakan pemikiran, perjuangan politik dan penerbitan majalah bulanan. Maka tinggal mewujudkan cita-cita ideologisnya yaitu mengambil alih kekuasaan dari Republik Indonesia menjadi Negara Islam Indonesia untuk menegakkan syariah Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
152
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1.
Negara Islam Indonesia pada saat ini sudah terbentuk dan sudah mempunyai sistem pemerintahan pusat yang menyerupai pemerintahan yang ada di wilayah Republik Indonesia. NII ini hidup dan berkembang dalam tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang disebut dengan negara dalam negara. Perkembangan NII di wilayah Indonesia ini melalui sistem jaringan bawah tanah (under ground). Dalam ajaran NII aliran politik yang digunakan adalah sistem politik teokrasi yang artinya paham yang berpendirian bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan lengkap yang mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan bernegara. Agama dan negara tidak bisa dipisahkan, karena agama tanpa adanya negara adalah sebuah kesiasiaan. Satu-satunya jalan bagi terhapusnya kesia-siaan adalah dengan penegakkan hukum Islam menjadi hukum formal Negara. NII yang berkembang di Salatiga adalah sebuah organisasi besar yang pusat pemerintahannya berada di Ma’had Al-Zaytun, yang pada saat ini pemimpin tertingginya adalah Abdus Salam Panji Gumilang. Organisasi ini sudah terstruktur dengan rapi dan sistematis dari tingkat bawah sampai pusat NII. Adapun NII menggunakan dalil-dalil ayat Al-Qur’an sebagai alat
153
legitimasi untuk meyakinkan anggota terhadap kebenaran yang diajarkan oleh NII kepada anggotanya. Adapun ajaran syari’at Islam NII adalah dengan mengganti syahadad dengan baiat dan sapta subaya. Menganjurkan anggotanya untuk melaksanakan ibadah sholat universal dengan cara merekrut anggota baru dan malliyah sebesar-besarnya dari pada melakukan ibadah ritual (sholat 5 waktu). Ibadah puasa dimaknai tidak haram hukumnya apabila tidak mengerjakan, ibadah puasa dianggap tidak wajib bagi anggota NII dan boleh melakasanakan puasa jika mereka mau saja. Apabila anggota NII tidak melaksanakan puasa ramadhan, maka akan dikenakan fidyah dengan ketentuan setiap hari Rp. 15.000,- yang dibayarkan kepada negara. Pelaksanaan zakat fitrah untuk NII diwajibkan membayar harakah Ramadhan sebesar Rp. 50.000,- per orang dengan batas maksimal yang tidak ditentukan. Hal ini tergantung kepada kadar keimanan seseorang dan pengakuannya atas besarnya dosa yang telah dilakukan selama setahun. Adapun pelaksanaan ibadah haji menurut NII tidak perlu ke Mekkah-Arab Saudi, tetapi cukup ke Ma’had Al-Zaytun sebagai pusat NII. Sedangkan proses tawaf dilakukan dengan cara mengelilingi masjid Rahmatan Lil Alamin dan proses melempar jumroh dilakukan menggunakan uang. Selain itu jihad yang dimaksudkan di NII adalah dengan cara melakukan perekrutan anggota baru dan malliyah (pengumpulan dana) sebanyakbanyaknya. Adapun untuk proses pernikahan dilakukan mempelai 2 kali yaitu di NII dan di KUA. Cara menikah berdasarkan peraturan yang ada di
154
NII adalah, bahwa menikah tidak perlu menggunakan wali dari pihak perempuan. Setelah melakukan pernikahan di NII 3 sampai 4 bulan kemudian,
baru dilaksanakan pernikahan di KUA untuk mendapatkan
legalisasi pernikahan yang dilakukan kedua mempelai. 2.
Dalam mewujudkan Negara Islam Indonesia, cara-cara yang ditempuh NII adalah dengan melakukan gerakan sosial yang terbagi menjadi 3 bagian yaitu: pemanfaatan peluang politik, mobilisasi struktural dan proses penyusunan gerakan. Pemanfaatan peluang politik ini dilakukan dengan mengikuti pemilihan calon legislatif yang dilaksanakan pemerintah RI pada pemilu legislatif periode 2009-2014, perekrutan anggota yang bukan dari anggota TNI dan POLRI, dan perekrutan anggota yang jauh dari pantauan orang tua. Adapun mobilisasi struktural yang dilakukan NII terbagi menjadi 2 yaitu: mobilisasi eksternal dan mobilisasi internal. Mobilisasi eksternal dilakukan dengan cara rekruitmen anggota baru yang dimulai tahapan tilawah sampai proses musyahadatul hijrah (MH) dan pembangunan Ma’had Al-Zaytun sebagai pusat NII. Mobilisasi internal dilakukan dengan mempertahankan anggota yang sudah masuk menjadi anggota NII dengan cara proses tazkiyah dan malliyah. Dan penyusunan proses gerakan, yakni dengan cara menggunakan media cetak majalah.
155
B. Rekomendasi 1.
Orang Tua Adapun anggota yang terlibat NII akan susah diajak keluar jika tidak ada keinginan dari diri mereka sendiri. Untuk itu, anggota yang terlibat NII diberi permahaman tentang Islam yang baik dan benar dari orang yang dipercaya agar dapat membedakan mana yang salah dan benar. Kerjasama yang baik dan solid antara keluarga dan teman dapat mempercepat penarikan keluar dari anggota NII. Untuk itu perlu disadari oleh orang tua bahwa anak harus dibekali ilmu agama yang cukup untuk menghindari bahaya NII, karena NII ini mengajak anggota dengan dalih belajar ilmu agama. Sedangkan untuk anak yang tidak mengikuti NII agar orang tua lebih memperhatikan kondisi anaknya, baik itu mengenai teman dan kegiatan yang dilakukan di luar rumah agar anak tidak terjerumus kedalam kegiatan yang membahayakan dan merugikan.
2.
Tokoh Agama Tokoh agama dalam membuat kajian diharapkan dapat mengemas materi lebih menarik, sehingga anak muda yang ingin memperdalam agama tidak merasa enggan untuk menghadiri kajian. Selain itu sikap terbuka dari tokoh agama dapat menumbuhkan rasa percaya dan hal ini dapat membuat anakanak yang lain tertarik untuk mengikuti kegiatan kajian Islam. Dengan demikian remaja dapat belajar lebih intensif dan jika terlaksana, maka remaja Islam di Salatiga mempunyai dasar agama yang cukup kuat agar tidak terjerumus dalam anggota NII.
156
DAFTAR PUSTAKA
Al- Amin, Ainur Rofiq. Membongkar Proyek Khilafah Ala HTI. 2012. PT. Lkis Printing Cemerlang Yogyakarta: Yogyakarta Al-Habsyi, Muhammad Bagir. Fiqh Praktis. 1999. Mizan: Bandung Al Zastrouw Ng. Gerakan Islam Simbolik (Politik Kepentingan FPI). 2006. PT. Lkis Pelangi Aksara: Yogyakarta Basyir, Ahmad Azhar. Hukum Perkawinan Islam. 1996. Perpustakaan Fakultas Hukum UII: Yogyakarta Darajat, Zakiah. Ilmu Fiqh Jild I. 1983. Depag RI: Jakarta Idris, Muhammad. Mereka Bilang Aku Kafir (Kisah Seorang Pelarian NII). 2011. Mizania: Jakarta Insep, Tim Peneliti. Al Zaytun The Untold Stories. 2011. Pustaka Alvabet: Jakarta Jaiz, Hartono Ahmad. Aliran dan Paham Sesat Indonesia. 2002. Pustaka Alkautsar: Jakarta Lestari, Ishika. Ensiklopedia Mengenal Bentuk Negara dan Pemerintahan. 2010. Trans Mandiri Abadi: Yogyakarta Mahfiroh. Keajaiban dan Rahasia Salat. 2010. PT. Multi Kreasi Satu Delapan: Jakarta Barat Muhsin, Ilyya. Gerakan Penegakan Syariat Islam (Studi tentang Gerakan Sosial Hizbut Tahrir Indonesia di DIY). 2007. UGM: Yogyakarta Nashir, Haedar. Gerakan Islam Syariat. 2007. PSAP Muhammadiyah: Jakarta Pratama, Gilang. Cuci Otak NII. 2011. Tinta Publisher: Jakarta
157
Qardhawi, Yusuf. Fiqh Puasa. 2007. Era Intermedia: Solo Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. 1954. Attahiriyah: Jakarta Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa Masalah-Masalah Pernikahan dan Keluarga. 2008. Penerbit Elsas: Jakarta Sunarti. Sistem Pemerintahan Kabupaten, Kota dan Provinsi. 2010. Adhi
Aksara
Abadi: Bandung Tempo. Edisi Khusus Hari Kemerdekaan (Kartosoewirjo Mimpi Negara Islam, Edisi 16-22). Agustus 2010. Tempo: Jakarta Triana, Dewi. Mengapa Saya Memilih Negara Islam. 2011. Mizan: Jakarta Selatan Wahhab, Imam Abdul. Kitab Tauhid. 1987. Penerbit Pustaka: Bandung www.gerakansosial.com www.negaraislamindonesia.com
158
PEDOMAN WAWANCARA (POLRES SALATIGA)
Dasar Pertanyaan: 1. Sejak kapan (NII) mulai masuk wilayah Salatiga? 2. Bagaimana gerakan NII masuk ke wilayah Salatiga? 3. Bagaimana perkembangan NII di kota Salatiga? 4. Berapa orang yang masih aktif mengikuti NII? 5. Apa kegiatan NII sehingga menarik masyarakat ikut gerakan NII? 6. Struktur / bagan organisasi NII di Salatiga bagaimana? 7. Darimana saja pengikut NII Salatiga? 8. Berapa rata-rata usia pengikut NII Salatiga? 9. Apa latar belakang pendidikan dan pekerjaan pengikut gerakan NII Salatiga? 10. Sebenarnya NII itu apa? apakah sempalan murni dari Kartosoewirjo atau berbeda? 11. Apa saja penyimpangan dari NII? 12. Mengapa kegiatan NII Salatiga meresahkan pihak kepolisian?
159
PEDOMAN WAWANCARA (EKS-ANGGOTA NII SALATIGA)
Dasar Pertanyaan: 1. Sejak tahun berapa anda masuk menjadi anggota NII Salatiga? 2. Siapa yang mengajak anda, untuk menjadi anggota NII Salatiga? 3. Apakah alasan anda untuk percaya dan ikut menjadi anggota NII Salatiga? 4. Ketika menjadi anggota NII, bagaimana hubungan anda dengan orang tua dan keluarga di rumah? Dan bagaimana hubungan anda dengan teman-teman terdekat sebelum menjadi anggota NII? 5. Apa saja kegiatan yang anda lakukan ketika masih menjadi anggota NII Salatiga? 6. Berapa lama anda mengikuti kegiatan NII Salatiga? 7. Apa alasan anda keluar dari NII Salatiga? 8. Bagaimana tanggapan anggota NII yang lain, ketika mengetahui anda keluar dari NII?
160
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: EKA JAYANTININGSIH
Tempat Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 10 Februari 1990
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kebondalem Krajan Rt 06/Rw 01 Kec. Jambu, Kab. Semarang
Riwayat Pendidikan
: 1. SD Negeri Kebondalem 01, lulus tahun 2001 2. SMP Negeri 1 Jambu, lulus tahun 2004 3. SMK Negeri 1 Salatiga, lulus tahun 2007 ( Jurusan Administrasi Perkantoran)
Nama Adik
: 1. Aziz Dwi Susanto 2. Annas Tri Cahyo
161
162